Teori Dasar
MSDS adalah singkatan dari material safety data sheet atau disebut juga LDKB (lembar data
keselamatan bahan) yang merupakan lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia, yang
meliputi sifat fisikia, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam
keadaan darurat, dan informasi lain yang dibutuhkan. Peraturan tentang MSDS tercantum dalam
Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. KEP-187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia
berbahaya di tempat kerja.
MSDS memuat:
MSDS yang diterapkan di Indonesia adalah MSDS yang ditetapkan oleh GHS (Globally harmonized
system). Begitu pun dalam system penyimpanannya. Dalam GHS juga diperkenalkan system pictogram
tanda bahaya yang memudahkan pengguna bahan mengenali potensi bahaya yang ditimbulkan suatu
bahan. Berikut adalah pictogram yang harus dipahami oleh pengguna bahan kimia:
1. Bahan eksplosif (GHS01)
Merupakan bahan tunggal atau campuran yang mudah meledak. Bahan kategori ini umumnya
memang digunakan sebagai peledak. Contoh: TNT (trinitrotoluene), asam pikrat
1. AgNO3
2. HCl
3. FeCl3
4. KMnO4
5. NaOH
- Selamat Mengerjakan -
No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006
POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177
POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177
3.1 Bahan
Sinonim : POTASSIUM IODIDE
Rumus Kimia : KI
Berat Molekul : 166.00 g/mol
No. CAS : 7681-11-0
Untuk teks pernyataan –H selengkapnya dari yang disebutkan dalam Bagian ini, lihat Bagian 16.
3.2 Campuran
tidak berlaku
Setelah terhirup: hirup udara segar.Jika napas terhenti: berikan napas buatan mulut
ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika
mungkin.Segera hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata.
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter
mata.Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak
tersedia dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban
tidak sadarkan diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada
dokter secepatnya.
4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang diperlukan
Sesudah itu berikan : Sodium sulfate (1 sendok makan/1/4 l air).
POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177
Tindakan higienis
Segera ganti pakaian yang terkontaminasi.Gunakan krim pelindung kulit.Cuci tangan dan muka setelah
bekerja dengan bahan tersebut.
POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177
Tertutup sangat rapat. Kering. Simpan di tempat yang berventilasi baik. Simpan dalam tempat terkunci atau
di tempat yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang mempunyai kualifikasi atau berwenang.
Perlindungan mata/wajah
Kacamata-pengaman
perlindungan kulit
Menangani dengan sarung tangan. Sarung tangan harus diperiksa sebelum digunakan. Gunakan teknik
penghapusan sarung tangan yang tepat (Tanpa menyentuh permukaan luar sarung tangan) untuk menghindari
kontak kulit dengan produk ini. Buang sarung tangan yang terkontaminasi setelah digunakan sesuai dengan
hukum yang berlaku dan praktek laboratorium yang baik. Cuci dan keringkan tangan.
Sarung tangan pelindung yang dipilih harus memenuhi spesifikasi dari EU Directive 89/686 / EEC dan
standar EN 374 berasal dari itu.
Kontak penuh
Bahan: Karet nitril
ketebalan lapisan minimal: 0,11 mm
Menembus waktu: >480 menit
Kontak percikan
Bahan: Karet nitril
ketebalan lapisan minimal: 0,11 mm
Menembus waktu: >480 menit
perlindungan pernapasan
diperlukan ketika debu dihasilkan. Jenis filter yang direkomendasikan: Filter P2 (menurut DIN 3181) untuk
partikel padat dan cair bahan berbahaya Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan, dan
pengujian perangkat perlindungan pernafasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabriknya.
Tindakan ini harus didokumentasikan dengan benar.
POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177
10.1 Reaktifitas
Lihat bagian 10.3.
POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177
Iritasi kulit
Kelinci Hasil: Tidak menyebabkan iritasi kulit
Pedoman Tes OECD 404
Iritasi mata
Kelinci
Hasil: Tidak menyebabkan iritasi mata
Pedoman Tes OECD 405
Sensitisasi
Uji tempel: manusia
Hasil: Negatif
(ECHA)
Karsinogenisitas
Informasi ini tidak tersedia
Teratogenisitas
Informasi ini tidak tersedia.
POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177
Bahaya aspirasi
Informasi ini tidak tersedia.
12.1 Toksisitas
Keracunan untuk ikan Tes statik
LC50 Danio rerio (Ikan zebra): > 100 mg/l; 96 h
Pedoman Tes OECD 203
POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177
14.7 Transportasi dalam jumlah besar berdasarkan pada MARPOL 73/78 lampiran II dan IBC Code
Tidak bersangkut paut
15.1 Regulasi tentang lingkungan , kesehatan dan keamanan untuk produk tersebut
Perundang-undangan nasional
Kelas penyimpanan 6.1D
Nasehat pelatihan
Menyediakan informasi, instruksi dan pelatihan yang memadai bagi operator.
Modul 1 dan 2
Pengenalan MSDS dan
Pembuatan Pereaksi
ANNE YULIANTINI, M.SI
1
18/10/2022
Lembar Data
Keselamatan
Bahan
LDKB atau MSDS merupakan lembar petunjuk yang berisi
informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis
bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakkan
khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi
lain yang diperlukan
2
18/10/2022
Perhitungan
Konsentrasi Larutan
Molaritas
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
Jawab : 𝑀=
𝐵𝑀
𝑥
𝑉 𝑚𝐿
𝑀 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 𝑉(𝑚𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 =
1000
0,2 𝑥 40 𝑥100
Molaritas (M) menunjukkan satuan mol zat 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
1000
= 0,8 𝑔
terlarut dalam 1 L larutan Jadi, untuk membuat 100 mL NaOH 0,2 M diperlukan NaOH
sebanyak 0,8 g
% 𝒃⁄𝒃 𝒙 𝝆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒙 𝟏𝟎
𝑴=
𝑩𝑴
3
18/10/2022
Jawab: 𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝑩𝑴 𝑁 =1𝑥2=2𝑁
𝑵= 𝒙 𝑩𝑬 =
𝑩𝑬 𝑽 𝒎𝑳 𝒆𝒌𝒊𝒗𝒂𝒍𝒆𝒏 Jadi, normalitas H2SO4 1 M adalah 2 N
𝑵 = 𝑴 𝒙 𝒆𝒌𝒊𝒗𝒂𝒍𝒆𝒏
Persen zat
𝑏 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Jawab : % = 𝑥 100
𝑣 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
% 𝑏/𝑣 𝑥 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
100
2 𝑥 50
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = =1𝑔
Menunjukkan persentase zat terlarut dalam 100 100
bagian larutan :
Jadi, untuk membuat 50 mL K2CrO4 2 % b/v diperlukan K2CrO4
sebanyak 1 g
𝒎𝑳 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
%𝒗/𝒗 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝒎𝑳 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏
4
18/10/2022
Pengenceran
Dalam pembuatan pereaksi, ada kalanya dilakukan pengenceran untuk mendapatkan
konsentrasi larutan yang lebih kecil atau encer. Pengenceran dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut :
Penyiapan
Alat dan Bahan
5
18/10/2022
Supplemen Video
Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=Dm
3m3jdyTSI
6
18/10/2022
Thank You!
7
Modul 2
Pembuatan Pereaksi (Reagen)
1. Mahasiswa mampu membuat pereaksi dengan cara pembuatan dan penanganan yang benar
2. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi pereaksi dengan benar
Teori Dasar
Sebelum melakukan pembuatan pereaksi, mahasiswa perlu membaca MSDS (Material Safety Data
Sheet) / LDKB (Lembar Data Keselamatan Kerja) terlebih dahulu. LDKB atau MSDS merupakan lembar
petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan,
cara penanganan, tindakkan khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi lain yang
diperlukan.
Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan pereaksi harus memenuhi persyaratan agar
diperoleh pereaksi yang mendukung analisis dengan hasil yang tepat dan teliti. Selain itu, teknik atau
cara pembuatan larutan pereaksi pun harus benar mulai dari perhitungan konsentrasi larutan hingga
proses pembuatan pereaksinya.
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antardua atau lebih zat yang terdispersi baik secara
molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan terdiri dari dua zat, yaitu
pelarut dan zat terlarut. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sifat zat terlarut,
pelarut, temperatur, dan tekanan. Konsentrasi larutan menunjukan jumlah zat yang terlarut dalam
setiap satuan larutan atau pelarut. Konsentrasi larutan dihitung sesuai konsep stoikiometri.
Konsentrasi larutan dapat ditunjukkan oleh beberapa satuan konsentrasi, diantaranya :
1. Molaritas (M)
Menunjukkan satuan mol zat terlarut dalam 1 L larutan, dengan rumus sebagai berikut :
𝑚𝑜𝑙
𝑀=
𝑉 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀=
𝐵𝑀 𝑥 𝑉 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝐵𝑀 𝑉 (𝑚𝐿)
Untuk menghitung molaritas suatu larutan pekat yang diketahui % b/b dan massa jenis larutan
(ρlarutan) dapat digunakan rumus berikut :
% 𝑏/𝑏 𝑥 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑥 10
𝑀=
𝐵𝑀
Contoh : Bagaimana membuat pereaksi NaOH 0,2 M sebanyak 100 mL (BM NaOH =40)?
Jawab:
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝐵𝑀 𝑉 (𝑚𝐿)
𝑀 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 𝑉(𝑚𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 =
1000
0,2 𝑥 40 𝑥100
𝑔𝑟𝑎𝑚 = = 0,8 𝑔
1000
Jadi, untuk membuat 100 mL NaOH 0,2 M diperlukan NaOH sebanyak 0,8 g
Contoh : Berapa Molaritas HCl 37 %b/b dengan massa jenis larutan = 1,19 g/mL (BM HCl=
36,5)?
Jawab:
% 𝑏/𝑏 𝑥 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑥 10
𝑀=
𝐵𝑀
37 𝑥 1,19 𝑥 10
𝑀= = 12,063 𝑀
36,5
2. Normalitas (N)
Menunjukkan satuan mol ekivalen zat terlarut dalam 1 L larutan, dengan rumus sebagai
berikut :
𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑁=
𝑉 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝐵𝑀
𝑁= , 𝐵𝐸 =
𝐵𝐸 𝑥 𝑉 (𝐿) 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑁= 𝑥
𝐵𝐸 𝑉 (𝑚𝐿)
Hubungan Normalitas dengan Molaritas : 𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
Ekivalen menyatakan jumlah H+ dalam senyawa asam, jumlah OH- dalam senyawa basa,
jumlah electron dalam reaksi redoks
Contoh : Berapa Normalitas H2SO4 1 M?
Jawab:
𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑁 =1𝑥2=2𝑁
𝑋1 . 𝑉1 = 𝑋2 . 𝑉2
Keterangan : X1 = konsentrasi awal (larutan pekat)
V1 = Volume X1 yang diambil
X2 = konsentrasi setelah pengenceran
V2 = Volume akhir pengenceran = V1 + Vpelarut yang ditambahkan
Contoh : Bagaimana membuat pereaksi HCl 1 M dari HCl 10 M sebanyak 100 mL?
Jawab:
𝑋1 . 𝑉1 = 𝑋2 . 𝑉2
10 . 𝑉1 = 1 . 100
1 𝑥 100
𝑉1 = = 10 𝑚𝐿
10
Jadi, pereaksi HCl 1 M sebanyak 100 mL dibuat dengan cara memipet 10 mL HCl 10 M lalu
ditambahkan pelarut akuades hingga volumenya 100 mL.
- Alat : Batang pengaduk, corong kaca, gelas piala 250 mL, gelas piala 500 mL, gelas ukur 10 mL,
gelas ukur 25 mL, neraca, botol semprot, labu ukur 25 mL, pipet tetes dan spatel
- Bahan : AgNO3, Cu astat, CuSO4.5H2O, Na sitrat, NaCO3, I2, KI, β-naftol, etanol, NaOH, HCl,
As Sulfanilat, NaNO2, FeCl3, H2SO4, K-Na-tartarat, Amoniummolibdat, KMnO4, Na-
Nitroprusid, ZnCl2, α-naftol, KCl, NH4OH, H2O2, Co(NO3)2, Metanol, p-DAB, Resorsinol, Hg I2
dan Fuhcsin
Tugas Modul 2
Lakukan penamaan kimia, perhitungan larutan pereaksi dan buatlah prosedur pembuatan (usahakan
dalam bentuk diagram alir) berikut :
Prosedur :
- Selamat Mengerjakan -
Modul 3
Analisis Gugus Fungsi Alkohol dan Fenol
1. Mahasiswa mampu menguasai reaksi kimia yang digunakan dalam analisis dibidang farmasi
2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel yang mengandung gugus fungsi alkohol dan fenol
Teori Dasar
Alkohol (atau alkanol) adalah gugus fungsi hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon dalam
senyawa organic. Dalam dunia farmasi, alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol
dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi, mencakup semua senyawa yang memiliki
rumus umum CnH2n+1OH.
Fenol (C6H6OH) merupakan senyawa organic yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada
cincin benzena. Senyawa fenol memiliki beberapa nama lain seperti asam carbolic, fenat
monohidroksibenzen,dll. Fenol adalah zat kristalin yang tidak berwarna dan memiliki bau yang khas.
Senyawa fenol dapat mengalami oksidasi sehingga dapat berperan sebagai reduktor (Hoffan dkk,
1997). Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan alcohol, tetapi lebih basa dari asam
karbonat karena fenol dapat melepaskan H+ dari gugus hidroksilnya, lepasnya ion H+ menjadikan anion
fenoksida C6H5O- dapat melarut dalam air. Fenol mempunyai titik leleh 41 oC dan titik didihnya 181
o
C. Fenol memiliki kelarutan yang terbatas dalam air 8,3 g/100 mL (Fessenden dan Fessenden, 1992).
(a) (b)
Struktu umum (a) alcohol dan (b) fenol
- Alat : Batang pengaduk, Tabung reaksi, tang kayu, rak tabung, corong kaca, gelas piala 250 mL,
lampu sepirtus, gelas ukur 10 mL, labu semprot, pipet tetes, penjepit, penangas, dan spatel
- Bahan : sampel senyawa organic yang mengandung alcohol dan fenol (methanol, etanol, 2-
propanol, fenol, naftol, resorsinol), Diazo A dan B, asam sulfat pekat, akuades, asam salisilat, seri
(IV) ammonium nitrat, besi(III) klorida, NaOH encer, ammonium hidroksida, ptalein, iodin , reagen
Lucas, asetil klorida, HCl pekat, asam asetat, kertas lakmus biru, formaldehid dan natrium nitrit
Prosedur
• Sampel direaksikan Diazo A dan Diazo B (1:1), ditambahkan 2 tetes NaOH 2N lalu
dikocok dan dipanaskan, akan terbentuk warna kuning kemerahan sampai coklat
kemerahan.
• Sampel direaksikan asam salisilat dan ditambahkan beberapa tetes asam sulfat pekat,
lalu dipanaskan, akan tercium bau ester yang khas.
• Sampel ditambahkan reagen Lucas (seng (II) klorida anhidrat dan HCl pekat, jika
terbentuk larutan jernih maka alcohol primer, jika terbentuk larutan keruh maka
alcohol sekunder, jika terbentuk endapan maka alcohol tersier.
• Sampel direaksikan diazo A dan Diazo B (1:1) lalu ditambahkan 1 tetes NaOH 2N, akan
terbentuk warna kuning kemerahan sampai coklat merah (tanpa pemanasan). Jika
dikocok dengan amil alcohol, warna merah tertarik oleh amil alcohol. Hasil reaksi
beberapa senyawa antara lain Fenol → kuning kemerahan, Resolsinol → coklat
kemerahan, alfa-naftol → coklat kemerahan, Β-naftol → kuning
• sampel padat atau 1 tetes larutan sampel dalam air atau alcohol ( pada plat tetes )
d i tambahkan 1 tetes pereaksi FeCl3 1%, akan terbentuk warna ungu
• Sampel direaksikan dengan pereaksi Marquis = Formaldehid : H2SO4 (1:9), akan
terbentuk warna yang khas. Fenol = merah ungu, asam salisilat dan resorsinol = merah,
beta naftol = cokelat
Format Tugas 3
Laporan Modul 3
Judul Modul
A. Tujuan
(tujuan yang akan dijawab di kesimpulan)
C. Pembahasan
(bahas data pengamatannya jelaskan reaksi yang terjadi dalam bentuk paragraph)
D. Kesimpulan
(kesimpulan menjawab tujuan di poin A)
E. Daftar Pustaka
(tuliskan referensi yang digunakan dalam membahas laporan)
- Selamat Mengerjakan -
Modul 4
Analisis Gugus Fungsi Aldehid dan Keton
1. Mahasiswa mampu menguasai reaksi kimia yang digunakan dalam analisis dibidang farmasi
2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel yang mengandung gugus fungsi aldehid dan keton
Teori Dasar
Alkanal merujuk pada segolongan senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karbonil yang
terikat pada rantai karbon di satu sisi dan atom hidrogen di sisi yang lain. Golongan ini dikenal pula
sebagai golongan aldehid (aldehid juga merupakan nama gugus fungsional). Contoh senyawa yang
paling dikenal dari golongan ini adalah metanal atau lebih populer dengan nama trivialnya
formaldehida atau formalin. Keton yaitu suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan
senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak
mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil. Aldehid dan keton merupakan dua dari
sekian banyak kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton
menghasilkan dua gugus alkil yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehid
dapat berupa alkil, aril atau H. Aldehid dan keton lazim terdapat dalam system mahluk hidup. Banyak
aldehid dan keton mempunyai bau khas, yang membedakannya umumnya aldehid berbau
merangsang dan keton berbau harum (Fessenden, 1986).
(a) (b)
Struktu umum (a) aldehid dan (b) keton
- Alat : Batang pengaduk, Tabung reaksi, tang kayu, rak tabung, corong kaca, gelas piala 250 mL,
lampu sepirtus, gelas ukur 10 mL, labu semprot, pipet tetes, penjepit, penangas, dan spatel
- Bahan : sampel senyawa organic yang mengandung aldehid dan keton (formaldehid, glukosa,
fruktosa, keton), etanol, 2,4-dinitrofenilhidrazin, natrium bisulfit, reagen Schiff, perak nitrat,
natrium hidroksida, ammonium hidroksida, fehling A (CuSO4 dalam air) dan B (KNa-tartrat dan
NaOH dalam air), meta dinitrobenzene, natrium nitroprusida, HCl, reagen Barfoed, Benedict,
salisilaldehid, asam sulfat, dan akuades
Prosedur
• Sampel direaksikan dengan AgNO3 dan NH4OH berlebih, maka akan timbul endapan
Ag yang membentuk cermin perak pada dinding tabung
• Sampel dalam air ditambah dengan beberapa tetes HCl 3N hingga pH 3,
kemudianditambahkan pereaksi Schiff, maka akan terbentuk warna merah violet
• Sampel direaksikan 0,5 ML larutan Benedict, kemudian dipanaskan dengan penangas
air1000C selama 3 menit, maka akan terbentuk endapan merah coklat
• Sampel direaksikan dengan pereaksi Barfoed, maka akan terbentuk endapan
merahcoklat
• Sampel direaksikan dengan pereaksi Fehling A/B, maka akan terbentuk endapan
merahbata
Bila sampel positif terhadap reaksi diatas, artinya sampel memiliki gugus fungsi aldehid.
• Sampel direaksikan dengan pereaksi Legal Rothera, maka akan terbentuk warna violet
• Sampel direaksikan dengan 0,5 ML salisilaldehid, 4 ML aquadest dan 2 ML H2SO4
pekat,kocon dan panaskan, maka akan terbentuk warna merah
Jika sampel positif terhadap reaksi diatas, artinya sampel mengandung gugus keton.
Format Tugas 4
Laporan Modul 4
Judul Modul
A. Tujuan
(tujuan yang akan dijawab di kesimpulan)
C. Pembahasan
(bahas data pengamatannya jelaskan reaksi yang terjadi dalam bentuk paragraph)
D. Kesimpulan
(kesimpulan menjawab tujuan di poin A)
E. Daftar Pustaka
(tuliskan referensi yang digunakan dalam membahas laporan)
- Selamat Mengerjakan -
Modul 5
Analisis Gugus Fungsi Asam Karboksilat dan Sulfon
1. Mahasiswa mampu menguasai reaksi kimia yang digunakan dalam analisis dibidang farmasi
2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel yang mengandung gugus fungsi asam karboksilat
dan sulfon
Teori Dasar
Asam karboksilat atau asam alkanoat adalah asam organik yang diidentikkan dengan gugus karboksil.
Asam karboksilat merupakan asam Bronsted-Lowry (donor proton). Garam dan anion asam
karboksilat dinamakan karboksilat. Asam karboksilat merupakan senyawa polar, dan membentuk
ikatan hidrogen satu sama lain. Dalam larutan Asam karboksilat merupakan asam lemah yang sebagian
molekulnya terdisosiasi menjadi H+ dan RCOO-, contoh : pada temperatur kamar, hanya 0,02% dari
molekul asam asetat yang terdisosiasi dalam air. Gugus Sulfon (-SO2) merupakan gugus yang terdiri
dari atom sulfur/ belerang (S) yang berikatan rangkap dengan dua atom oksigen (O). Gugus sulfon
dimiliki oleh golongan obat sulfonamida yang bersifat polar.
(a) (b)
Struktu umum (a) asam karboksilat dan (b) sulfon
- Alat : Batang pengaduk, Tabung reaksi, tang kayu, rak tabung, corong kaca, gelas piala 250 mL,
lampu sepirtus, gelas ukur 10 mL, labu semprot, pipet tetes, penjepit, penangas, dan spatel
- Bahan : sampel senyawa organic yang mengandung asam karboksilat dan sulfon, etanol,
methanol, FeCl3, asam sulfat, BaCl2, H2O2
Prosedur
Asam Karboksilat
a. Reaksi esterifikasi
Campur sedikit sampel dengan dua bagian etanol dalam tabung reaksi dan beberapa tetes
H2SO4(p), panaskan dalam penangas selama 2 menit lalu cium bau nya, akan tercium bau
ester yang wangi
b. Ditambahkan pereaksi FeCl3 memberikan warna yang berbeda beda untuk beberapa asam
Sulfon
Senyawa sulfon jika dioksidasi dengan oksidator kuat (H2O2 30%) akan teroksidasi menjadi sulfat dan
dapat di tes dengan larutan BaCl2 sehingga terbentuk endapan putih BaSO4
Format Tugas 5
Laporan Modul 5
Judul Modul
A. Tujuan
(tujuan yang akan dijawab di kesimpulan)
C. Pembahasan
(bahas data pengamatannya jelaskan reaksi yang terjadi dalam bentuk paragraph)
D. Kesimpulan
(kesimpulan menjawab tujuan di poin A)
E. Daftar Pustaka
(tuliskan referensi yang digunakan dalam membahas laporan)
- Selamat Mengerjakan -
Modul 6
Analisis Gugus Fungsi Amina dan Amida
1. Mahasiswa mampu menguasai reaksi kimia yang digunakan dalam analisis dibidang farmasi
2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel yang mengandung gugus fungsi amina dan amida
Teori Dasar
Amina merupakan senyawa organic dan gugus fungsionalnya yang isinya terdiri dari senyawa nitrogen
atom dengan pasangan sendiri. Amina adalah turunan organic dari ammonia dimana satu atau lebih
atom hydrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki
sifat mirip dengan ammonia seperti alcohol dan eter terhadap air. AMida adalah gugus fungsi amin
yang terikat pada karbonil.
- Alat : Batang pengaduk, Tabung reaksi, tang kayu, rak tabung, corong kaca, gelas piala 250 mL,
lampu sepirtus, gelas ukur 10 mL, labu semprot, pipet tetes, penjepit, penangas, dan spatel
- Bahan : sampel senyawa organic yang mengandung amina dan amida, batang korek api, HCl
pekat, NaOh, lakmus, pDAB HCl, ammonia, NaOCl, fenol, CuSO4.
Prosedur
Amina
a. Uji Korek Api : Zat + HCl di dalam plat tetes masukan batang korek api (lignin) → akan
terbentuk warna kuning sampai jingga pada batang korek api
b. Jika dipanaskan dengan NaOH akan melepaskan gas NH3 yang dapat di tes dengan kertas
lakmus merah → Biru
c. Reaksi dengan p-DAB HCl 2 tetes sampel dalam plat tetes + 1 tetes pDAB HCl akan terbentuk
warna/ endapan kuning (amin alifatis); warna kuning jingga sampai merah jingg dan amin
aromatis
d. Reaksi indofenol
2 mL sampel dimasukan dalalam tabung reakasi panaskan sampai mendidih + 2 tetes
NaOH/NH4OH + Beberapa tetes NaOCl + 1 tetes phenol → akan terbentuk warna yang
berbeda. Jika dikocok dengan eter lapisan eter umumnya akan berwarna merah
Amida
Zat dalam tabung reaksi + 2 mi air, panaskan sampai mendidih = 2 tetes NaOH, dinginkan lalu netralkan
dengan HCl kemudian + 1 tetes CuSO4 → terbentuk warna
Format Tugas 6
Laporan Modul 6
Judul Modul
A. Tujuan
(tujuan yang akan dijawab di kesimpulan)
C. Pembahasan
(bahas data pengamatannya jelaskan reaksi yang terjadi dalam bentuk paragraph)
D. Kesimpulan
(kesimpulan menjawab tujuan di poin A)
E. Daftar Pustaka
(tuliskan referensi yang digunakan dalam membahas laporan)
- Selamat Mengerjakan -