Anda di halaman 1dari 34

Modul 1

Pengenalan MSDS (Material Safety Data Sheet)

Kompetensi yang ingin dicapai :

1. Mahasiswa siap mengikuti proses praktikum pegantar kimia farmasi analisis


2. Mahasiswa memahami adanya potensi bahaya dalam setiap bahan yang dipergunakan dan
dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dalam semua kegiatan praktikum di laboratorium

Teori Dasar

MSDS adalah singkatan dari material safety data sheet atau disebut juga LDKB (lembar data
keselamatan bahan) yang merupakan lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia, yang
meliputi sifat fisikia, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam
keadaan darurat, dan informasi lain yang dibutuhkan. Peraturan tentang MSDS tercantum dalam
Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. KEP-187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia
berbahaya di tempat kerja.

MSDS memuat:

1. Identifikasi bahan (tunggal maupun campuran)


2. Identifikasi bahaya
3. Komposisi bahan penyusun
4. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan
5. Tindakan pemadaman kebakaran
6. Tindakan penanganan jika terjadi tumpahan atau kebocoran
7. Penanganan dan penyimpanan
8. Perlindungan diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabilitas dan reaktivitas
11. Informasi teknologi
12. Informasi ekologi
13. Pembuangan limbah
14. Informasi pengangkutan
15. Informasi yang berkaitan dengan regulasi
16. Informasi lain

MSDS yang diterapkan di Indonesia adalah MSDS yang ditetapkan oleh GHS (Globally harmonized
system). Begitu pun dalam system penyimpanannya. Dalam GHS juga diperkenalkan system pictogram
tanda bahaya yang memudahkan pengguna bahan mengenali potensi bahaya yang ditimbulkan suatu
bahan. Berikut adalah pictogram yang harus dipahami oleh pengguna bahan kimia:
1. Bahan eksplosif (GHS01)
Merupakan bahan tunggal atau campuran yang mudah meledak. Bahan kategori ini umumnya
memang digunakan sebagai peledak. Contoh: TNT (trinitrotoluene), asam pikrat

2. Bahan mudah terbakar (GHS02)


Contoh: propane, butana, dietil eter, asetaldehide

3. Bahan pengoksidasi/oksidator (GHS03)


Bahan pengoksidasi tidak harus mudah terbakar. Namun kehadiran dapat memicu
terbakarnya bahan lain yang mudah terbakar. Dalam penyimpanannya, bahan pengoksidasi
harus dipisahkan dari bahan yang mudah terbakar. Contoh: oksigen, kalium permanganate,
kalium dikromat.

4. Gas bertekanan/gas berkompresi (GHS04)


Kategori ini meliputi gas berkompresi/bertekanan, gas tercairkan, dan terlarut dan gas
berpendingin. Contoh: silinder gas terkompresi, bahan bakar gas

5. Bahan korosif (GHS05)


Gas yang dapat bereaksi dengan logam, merusak dan menghancurkan logam. Contoh: asam
klorida, bromin
6. Bahan beracun (GHS06)
Bahan kimia yang dapat menimbulkan kematian jika tertelan, terhirup atau berpenetrasi
melalui kulit. Bahan ini memiliki nilai LD50 yang rendah. Atau menyebabkan toksisitas akut.
Contoh: asam hidrofluorat, senyawa sianida, senyawa yang mengandung raksa, asam
hidrosianat.

7. Bahan berbahaya (GHS07)


Zat yang menyebabkan bahaya namun tidak terlalu membahayakan Kesehatan. Senyawa
iritan dan senyawa dengan kategori toksisitas akut 4 termasuk dalam kategori ini. Contoh:
hidrokarbon, limonene

8. Bahan sangat berbahaya bagi Kesehatan (GHS08)


Zat atau campuran zat yang berpotensi menimbulkan masalah Kesehatan kronis. Termasuk
zat kimia yang dilabel dengan pictogram ini adalah zat yang bersifat karsinogen, mutagen,
toksisitas reproduktif, mensensitisasi pernafasan dan toksisitas sistemik organ pada paparan
berulang. Contoh: benzene, isosianat, methanol

9. Bahan berbahaya bagi lingkungan (GHS09)


Zat yang memberikan efek toksisitas akut atau kronis pada organisme perairan. Contoh:
natrium hipoklorit, pestisida, ammonia (Nations, 2009).
Tugas Modul 1

Petunjuk Pengerjaan Tugas :


- Tugas dikerjakan per kelompok ( 1 kelompok = 5 orang)
- Beri halaman sampul yang berisi nama anggota kelompok, npm dan kelas
- Tugas diketik dan disimpan dalam bentuk file pdf dengan format : Tugas 1
KFAK_kelompok_kelas
- Tugas dikerjakan selama 2 minggu
- Tugas dikumpulkan melalui akun estudy oleh perwakilan kelompok dengan mentag teman
anggota kelompok lainnya. Jika estudy masih belum bisa digunakan hingga minggu depan,
tugas dikumpulkan melalui PK praktikum KFA Kualitatif dan diserahkan langsung ke asisten
maksimal 12 November 2022 pukul 08.00

Carilah MSDS bahan berikut :

1. AgNO3
2. HCl
3. FeCl3
4. KMnO4
5. NaOH

- Selamat Mengerjakan -
No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006

POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177

Bagian 1 – Identitas Bahan dan Perusahaan

1.1 Mengidentifikasi Produk


Nama Produk : POTASSIUM IODIDE
Sinonim :-
No. CAS : 7681-11-0
Kode HS : 2827 60 00
Kode Produk : A-2039
Merek : SMART-LAB
1.2 Penggunaan yang relevan dari bahan atau campuran dan penggunaan yang disarankan terhadap
Penggunaan yang teridentifikasi : Reagen untuk analisis
1.3 Rincian penyuplai lembar data keselamatan
Perusahaan : PT.Smart-Lab Indonesia
Alamat : Ruko Boulevard Taman Tekno Blok E No.10-11,BSD Sektor XI
Serpong, Tangerang - Indonesia
Website :www.smartlab.co.id
Email :sales@smartlab.co.id
Untuk Informasi : Telp: +62-21- 7588 0205(Hunting) , fax:+62-21-7588 0198
Telpon Darurat : +62-21-7588 0205(Hunting)

Bagian2 – Identifikasi Bahaya

2.1 Klasifikasi bahan atau campuran


Toksisitas akut (oral), Kategori 4 H302
Kerusakan mata yang serius / iritasi mata, Kategori 2 H319
Korosi / iritasi kulit, Kategori 2 H315

2.2 Elemen label


Pelabelan menurut Peraturan (EC) No 1272/2008
Piktogram bahaya

Kata Sinyal Peringatan

Pernyataan bahaya (s)


H302 - Berbahaya jika tertelan
H315 - Menyebabkan iritasi kulit
H319 - Menyebabkan gangguan mata berat

Pernyataan kehati-hatian (s)


P305 + P351 + P338 - JIKA TERKENA MATA: Bilas secara hati-hati dengan air selama
beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak, jika ada dan mudah dilakukan.
Lanjutkan membilas

2.3 Bahaya lain


Tidak ada yang diketahui

PT.SMART-LAB INDONESIA LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN – POTASSIUM IODIDE Page 1


No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006

POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177

Bagian3 – Komposisi dan Informasi Bahan

3.1 Bahan
Sinonim : POTASSIUM IODIDE
Rumus Kimia : KI
Berat Molekul : 166.00 g/mol
No. CAS : 7681-11-0

Bahan Klasifikasi Konsentrasi


Toksisitas akut (oral), Kategori 4
H302
POTASSIUM IODIDE
Kerusakan mata yang serius / <= 100 %
CAS-No. 7681-11-0
iritasi mata, Kategori 2 H319
Korosi / iritasi kulit, Kategori 2 H315

Untuk teks pernyataan –H selengkapnya dari yang disebutkan dalam Bagian ini, lihat Bagian 16.

3.2 Campuran
tidak berlaku

Bagian 4 – Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

4.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama


Saran umum Pemberi pertolongan pertama harus melindungi dirinya.

Setelah terhirup: hirup udara segar.Jika napas terhenti: berikan napas buatan mulut
ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika
mungkin.Segera hubungi dokter.

Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata.

Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter
mata.Lepaskan lensa kontak.

Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak
tersedia dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban
tidak sadarkan diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada
dokter secepatnya.

4.2 Kumpulan gejala/efek terpenting, baik akut maupun tertunda


Tidak tersedia informasi.

4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang diperlukan
Sesudah itu berikan : Sodium sulfate (1 sendok makan/1/4 l air).

Bagian 5 – Tindakan Penanggulangan Kebakaran

PT.SMART-LAB INDONESIA LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN – POTASSIUM IODIDE Page 2


No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006

POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177

5.1 Media pemadaman api


Media pemadam yang sesuai bubuk kimia kering, busa tahan-alkohol, karbon dioksida (CO2).
Media pemadam yang tidak sesuai Jangan gunakan aliran air yang deras.

5.2 Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran


Tidak mudah terbakar. Api ambient dapat melepaskan uap yang berbahaya.
Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: hydrogen fluoride

5.3 Saran bagi petugas pemadam kebakaran


Alat perlindungan khusus bagi petugas pemadam kebakaran
Jangan berada di zona berbahaya tanpa peralatan pelindung pernapasan. Untuk menghindari kontak dengan
kulit, jaga jarak aman dan gunakan pakaian pelindung yang sesuai.

5.4 Informasi lebih lanjut


Informasi lebih lanjut Tekan (pukul kebawah) gas/uap/kabut dengan semprotan air jet. Cegah air pemadam
kebakaran mengkontaminasi air permukaan atau sistim air tanah.

Bagian 6 – Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran

6.1 Langkah-langkah pencegahan diri,alat pelindung dan prosedur tanggap darurat


Nasihat untuk personel nondarurat Hindari penghisapan debu. Hindari kontak dengan bahan.Pastikan
ventilasi memadai. Evakuasi dari daerah bahaya, amati prosedur
darurat, hubungi ahli.

Saran bagi responden darurat: Perlengkapan pelindung, lihat bagian 8.

6.2 Tindakan pencegahan Lingkungan


Jangan membuang ke saluran pembuangan.

6.3 Metode dan bahan untuk penyimpanan dan pembersihan


Tutup saliran. Kumpulkan, ikat dan pompa keluar tumpahan. Amati kemungkinan pembatasan bahan (lihat
bagian 7 dan 10). Ambil dalam keadaan kering. Teruskan ke pembuangan. Bersihkan area yang terkena.
Hindari pembentukan debu.

6.4 Rujukan ke bagian lainnya


Indikasi mengenai pengolahan limbah, lihat bagian 13.

Bagian 7 – Penyimpanan dan Penanganan Bahan

7.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman


Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman
Taati label tindakan pencegahan.

Tindakan higienis
Segera ganti pakaian yang terkontaminasi.Gunakan krim pelindung kulit.Cuci tangan dan muka setelah
bekerja dengan bahan tersebut.

7.2 Kondisi penyimpanan yang aman,termasuk adanya inkompatibilitas


Kondisi penyimpanan

PT.SMART-LAB INDONESIA LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN – POTASSIUM IODIDE Page 3


No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006

POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177

Tertutup sangat rapat. Kering. Simpan di tempat yang berventilasi baik. Simpan dalam tempat terkunci atau
di tempat yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang mempunyai kualifikasi atau berwenang.

7.3 Penggunaan akhir khusus


Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada penggunaan spesifik lain yang diantisipasi

Bagian 8 –Pengendalian Pemaparan dan Perlindungan diri

8.1 Parameter Pengendalian


Tidak mengandung bahan-bahan yang mempunyai nilai batas eksposur pekerjaan.

8.2 Pengendalian Pemaparan

Pengendalian teknik yang sesuai


Langkah-langkah teknis dan operasi kerja yang sesuai harus diberikan pri oritas dalam penggunaan alat
pelindung diri.Lihat bagian 7.1.

Tindakan perlindungan individual


Pakaian pelindung harus dipilih secara spesifik untuk tempat bekerja, tergantung konsentrasi dan jumlah
bahan berbahaya yang ditangani.Daya tahan pakaian pelindung kimia harus dipastikan dari masing-masing
suplier.

Perlindungan mata/wajah
Kacamata-pengaman

perlindungan kulit
Menangani dengan sarung tangan. Sarung tangan harus diperiksa sebelum digunakan. Gunakan teknik
penghapusan sarung tangan yang tepat (Tanpa menyentuh permukaan luar sarung tangan) untuk menghindari

kontak kulit dengan produk ini. Buang sarung tangan yang terkontaminasi setelah digunakan sesuai dengan
hukum yang berlaku dan praktek laboratorium yang baik. Cuci dan keringkan tangan.

Sarung tangan pelindung yang dipilih harus memenuhi spesifikasi dari EU Directive 89/686 / EEC dan
standar EN 374 berasal dari itu.

Kontak penuh
Bahan: Karet nitril
ketebalan lapisan minimal: 0,11 mm
Menembus waktu: >480 menit
Kontak percikan
Bahan: Karet nitril
ketebalan lapisan minimal: 0,11 mm
Menembus waktu: >480 menit

Peralatan pelindung lainnya


sarungtangan pelindung

perlindungan pernapasan
diperlukan ketika debu dihasilkan. Jenis filter yang direkomendasikan: Filter P2 (menurut DIN 3181) untuk
partikel padat dan cair bahan berbahaya Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan, dan
pengujian perangkat perlindungan pernafasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabriknya.
Tindakan ini harus didokumentasikan dengan benar.

PT.SMART-LAB INDONESIA LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN – POTASSIUM IODIDE Page 4


No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006

POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177

Kontrol eksposur lingkungan


Jangan membuang ke saluran pembuangan.

Bagian 9 –Sifat-sifat Fisika dan Kimia

9.1 Informasi tentang sifat fisika dan kimia


Bentuk padat
Warna keputih-putihan
Bau Tak berbau
Ambang Bau Tidak berlaku
pH kira-kira 6,9 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur 560 °C terurai
Titik didih/rentang didih 1.325 °C pada 1.013 hPa
Titik nyala tidak menyala
Laju penguapan Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) Produk ini tidak mudah-menyala.
Terendah batas ledakan Tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan Tidak berlaku
Tekanan uap kira-kira1 hPa pada 745 °C
Kerapatan (densitas) uap relatif Tidak tersedia informasi.
Densitas 3,23 g/cm3 pada 25 °C
Kerapatan (den-sitas) relatif Tidak tersedia informasi.
Kelarutan dalam air kira-kira1.430 g/l pada 20 °C
Koefisien partisi (n-oktanol/air) Tidak berlaku untuk zat anorganik
Suhu dapat membakar sendiri Tidak tersedia informasi.
Suhu penguraian > 560 °C
Viskositas, dinamis Tidak tersedia informasi.
Sifat peledak Tidak diklasifikasikan sebagai mudah meledak
Sifat oksidator tidak ada

9.2 Data lain


Densitas curah kira-kira1.500 kg/m3

Bagian 10 – Reaktifitas dan Stabilitas

10.1 Reaktifitas
Lihat bagian 10.3.

10.2 Stabilitas Kimia


Kepekaan terhadap cahaya

10.3 Reaksi berbahaya yang mungkin di bawah kondisi spesifik/khusus


Beresiko meledak dengan: Logam basa, Amonia, senyawa halogen-halogen, hydrogen peroxide,
perchloryl fluoride
Reaksi eksotermik dengan : Oksidator
Resiko ignisi dan pembentukan gas atau uap yang tidak menyala dengan : Fluorin

10.4 Kondisi yang harus dihindari


Suhu diatas titik lebur.

10.5 Bahan yang harus dihindari


tidak ada informasi yang tersedia

PT.SMART-LAB INDONESIA LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN – POTASSIUM IODIDE Page 5


No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006

POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177

10.6 Produk berbahaya hasil penguraian


Pada saat kebakaran. Lihat bab 5.

Bagian 11 – Informasi Toksikologi

11.1 Informasi tentang efek toksikologis

Toksisitas oral akut


LD50 Tikus: 2.779 mg/kg
(memiliki hasil sendiri)

Toksisitas inhalasi akut


Tanda-tanda: Kerusakan yang mungkin :, iritasi mukosa

Toksisitas kulit akut


LD50 Tikus: > 2.000 mg/kg
Pedoman Tes OECD 402

Iritasi kulit
Kelinci Hasil: Tidak menyebabkan iritasi kulit
Pedoman Tes OECD 404

Iritasi mata
Kelinci
Hasil: Tidak menyebabkan iritasi mata
Pedoman Tes OECD 405

Sensitisasi
Uji tempel: manusia
Hasil: Negatif
(ECHA)

Mutagenisitas pada sel nutfah


Genotoksisitas dalam tabung percobaan
Tes Ames Salmonella typhimurium
Hasil: Negatif (Lit.)

Karsinogenisitas
Informasi ini tidak tersedia

Toksisitas terhadap Reproduksi


Informasi ini tidak tersedia.

Teratogenisitas
Informasi ini tidak tersedia.

Toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan tunggal


Informasi ini tidak tersedia.

Toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan berulang


Menyebabkan kerusakan organ-organ melalui eksposur yang lama atau berulang-ulang.
Rute eksposur: Tertelan
Organ-organ sasaran: Tiroid

PT.SMART-LAB INDONESIA LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN – POTASSIUM IODIDE Page 6


No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006

POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177

Bahaya aspirasi
Informasi ini tidak tersedia.

11.2 Informasi lebih lanjut


Setelah penyerapan sejumlah toksik : tekanan darah turun, gejala kelumpuhan, agitasi, Muntah Hal berikut
ini berlaku untuk iodida secara umum: Timbulnya kepekaan mungkin terjadi pada orang yang memiliki
kecenderungan. Sifat-sifat berbahaya lainnya tidak dapat dikecualikan. Tangani sesuai dengan praktik
kebersihan dan keselamatan industri yang baik.

Bagian 12 – Informasi Ekologi

12.1 Toksisitas
Keracunan untuk ikan Tes statik
LC50 Danio rerio (Ikan zebra): > 100 mg/l; 96 h
Pedoman Tes OECD 203

12.2 Persistensi dan penguraian oleh lingkungan


Daya hancur secara biologis
Metode untuk menentukan tingkat-penguraian hayati tidak berlaku untu bahan anorganik.

12.3 Potensi bioakumulasi


Koefisien partisi (n-oktanol/air)
Tidak berlaku untuk zat anorganik

12.4 Mobilitas dalam tanah


Tidak tersedia informasi

12.5 Hasil dar asesmen PBT dan vPvB


Penilaian PBT/vPvB tidak dilakukan karena penilaian keamanan bahan kimia tidak diperlukan/tidak
dilakukan.

12.6 Efek merugikan lainnya


Pelepasan ke lingkungan harus dihindarkan.

Bagian 13 – Pembuangan Limbah

Metode penanganan limbah


Limbah harus dibuang sesuai dengan Petunjuk mengenai limbah 2008/98/EC s erta peraturan nasional dan
lokal lainnya.Tinggalkan bahan kimia dalam wadah aslinya. Jangan dicampurkan dengan limbah lain.
Tangani wadah kotor seperti produknya sendiri.

Bagian 14 – Informasi Pengangkutan

Transpor jalan (ADR/RID)


14.1 - 14.6 Tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut peraturan pengangkutan.

Transportasi air sungai (ADN)


Tidak bersangkut paut

PT.SMART-LAB INDONESIA LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN – POTASSIUM IODIDE Page 7


No: F/QCL/008 Rev.01
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN
Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006

POTASSIUM IODIDE
Revisi:00 Tanggal : 25.02.2019 No. MSDS : 177

Transpor udara (IATA)


14.1 - 14.6 Tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut peraturan pengangkutan.

Transpor laut (IMDG)


14.1 - 14.6 Tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut peraturan pengangkutan.

14.7 Transportasi dalam jumlah besar berdasarkan pada MARPOL 73/78 lampiran II dan IBC Code
Tidak bersangkut paut

Bagian 15 – Peraturan Perundang - undangan

15.1 Regulasi tentang lingkungan , kesehatan dan keamanan untuk produk tersebut
Perundang-undangan nasional
Kelas penyimpanan 6.1D

15.2 Asesmen Keselamatan Kimia


Untuk produk ini, penilaian keselamatan kimia sesuai dengan peraturan EU REACH No 1907/2006 tidak
dilakukan.

Bagian 16 – Informasi Lain

Teks pernyataan –H penuh mengacu pada bagian 2 dan 3


H372 Menyebabkan kerusakan pada organ melalui paparan yang lama atau berulang jika tertelan.

Nasehat pelatihan
Menyediakan informasi, instruksi dan pelatihan yang memadai bagi operator.

National Fire Protection Association (U.S.A.):


Kesehatan: 1
Mudah terbakar: 0
Reaktivitas: 0
Bahaya spesifik: -

Informasi lebih lanjut


Informasi di atas diyakini benar tetapi tidak dimaksudkan untuk menjadi semua inklusif dan harus
hanya digunakan sebagai panduan. Informasi dalam dokumen ini didasarkan pada pengetahuan terkini
kamidan berlaku untuk produk yang berkaitan dengan tindakan pencegahan dan keselamatan.Itu tidak
mewakilimenjamin sifat dari produk.PT.SMART-LAB INDONESIA dan Afiliasinya tidak
bertanggungjawab atas segala kerusakan akibat penanganan atau dari kontak dengan produk di atas. dan /
atau sisi sebaliknya dari faktur atau slip kemasan untuk syarat dan ketentuan penjualan tambahan.

PT.SMART-LAB INDONESIA LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN – POTASSIUM IODIDE Page 8


18/10/2022

Modul 1 dan 2
Pengenalan MSDS dan
Pembuatan Pereaksi
ANNE YULIANTINI, M.SI

Kompetensi yang ingin Dicapai

Mahasiswa mampu membuat pereaksi dengan cara


pembuatan dan penanganan yang benar

Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi pereaksi


dengan benar

1
18/10/2022

Lembar Data
Keselamatan
Bahan
LDKB atau MSDS merupakan lembar petunjuk yang berisi
informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis
bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakkan
khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi
lain yang diperlukan

Sebelum melakukan praktikum, dibiasakan untuk membaca LDKB dari


bahan yang akan digunakan selama praktikum.

2
18/10/2022

Perhitungan
Konsentrasi Larutan

• Konsentrasi larutan adalah jumlah


zat yang terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut.
• Jenis - jenis konsentrasi :
1. Molaritas (M)
2. molalitas (m)
3. Normalitas (N)
4. bpj atau ppm
5. % b/b; % v/v; % b/v
6. dll

Contoh 1 : Berapa gram NaOH yang ditimbang


untuk membuat NaOH 0,2 M sebanyak 100 mL
(BM NaOH = 40) ?

Molaritas
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
Jawab : 𝑀=
𝐵𝑀
𝑥
𝑉 𝑚𝐿
𝑀 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 𝑉(𝑚𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 =
1000
0,2 𝑥 40 𝑥100
Molaritas (M) menunjukkan satuan mol zat 𝑔𝑟𝑎𝑚 =
1000
= 0,8 𝑔
terlarut dalam 1 L larutan Jadi, untuk membuat 100 mL NaOH 0,2 M diperlukan NaOH
sebanyak 0,8 g

Contoh 2 : Berapa Molaritas HCl 37 %b/b dengan


massa jenis larutan = 1,19 g/mL (BM HCl= 36,5)?
Rumus
Jawab: 𝑀=
% 𝑏/𝑏 𝑥 𝜌 𝑥 10
𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝐵𝑀
𝑴= 𝒙
𝑩𝑴 𝑽 𝒎𝑳 37 𝑥 1,19 𝑥 10
𝑀= = 12,063 𝑀
36,5
Untuk menghitung molaritas suatu larutan pekat yang diketahui % b/b
dan massa jenis larutan (ρlarutan) dapat digunakan rumus berikut : Jadi, Molaritas HCl 37 % b/b adalah 12,063 M

% 𝒃⁄𝒃 𝒙 𝝆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒙 𝟏𝟎
𝑴=
𝑩𝑴

3
18/10/2022

Contoh 1 : Berapa gram Ca (OH)2 yang


ditimbang untuk membuat Ca (OH)2 0,2 N
sebanyak 100 mL (BM Ca (OH)2 = 74 ) ?

Normalitas Jawab : 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000


𝑁= 𝑥
𝐵𝐸 𝑉 𝑚𝐿
𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 𝑉(𝑚𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 =
1000
Normalitas (N) menunjukkan satuan mol ekivalen 0,2 𝑥 74/2 𝑥100
𝑔𝑟𝑎𝑚 = = 0,74 𝑔
zat terlarut dalam 1 L larutan 1000
Jadi, untuk membuat 100 mL Ca(OH)2 0,2 N diperlukan sebanyak 0,74 g

Rumus Contoh 2 : Berapa Normalitas H2SO4 1 M?

Jawab: 𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝑩𝑴 𝑁 =1𝑥2=2𝑁
𝑵= 𝒙 𝑩𝑬 =
𝑩𝑬 𝑽 𝒎𝑳 𝒆𝒌𝒊𝒗𝒂𝒍𝒆𝒏 Jadi, normalitas H2SO4 1 M adalah 2 N

Hubungan Normalitas dengan Molaritas :

𝑵 = 𝑴 𝒙 𝒆𝒌𝒊𝒗𝒂𝒍𝒆𝒏

Contoh 1 : Bagaimana membuat pereaksi


K2CrO4 2 % b/v sebanyak 50 mL?

Persen zat
𝑏 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Jawab : % = 𝑥 100
𝑣 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
% 𝑏/𝑣 𝑥 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
100
2 𝑥 50
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = =1𝑔
Menunjukkan persentase zat terlarut dalam 100 100
bagian larutan :
Jadi, untuk membuat 50 mL K2CrO4 2 % b/v diperlukan K2CrO4
sebanyak 1 g

Rumus Contoh 2 : Berapa Normalitas H2SO4 1 M?

𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 Jawab: 𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛


%𝒃/𝒃 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 𝑁 =1𝑥2=2𝑁
𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏
Jadi, normalitas H2SO4 1 M adalah 2 N

𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕


%𝒃/𝒗 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝒎𝑳 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏

𝒎𝑳 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
%𝒗/𝒗 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝒎𝑳 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏

4
18/10/2022

Pengenceran
Dalam pembuatan pereaksi, ada kalanya dilakukan pengenceran untuk mendapatkan
konsentrasi larutan yang lebih kecil atau encer. Pengenceran dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut :

Contoh : Bagaimana membuat pereaksi HCl 1 M dari


𝑿𝟏 . 𝑽𝟏 = 𝑿𝟐 . 𝑽𝟐 HCl 10 M sebanyak 100 mL?
Jawab:
𝑋 .𝑉 = 𝑋 .𝑉
Keterangan : X1 = konsentrasi awal (larutan pekat)
V1 = Volume X1 yang diambil 10 . 𝑉 = 1 . 100
X2 = konsentrasi setelah pengenceran 1 𝑥 100
𝑉 = = 10 𝑚𝐿
V2 = Volume akhir pengenceran = V1 + Vpelarut yang 10
ditambahkan
Jadi, pereaksi HCl 1 M sebanyak 100 mL dibuat dengan cara
. memipet 10 mL HCl 10 M lalu ditambahkan pelarut
akuades hingga volumenya 100 mL.

Penyiapan
Alat dan Bahan

5
18/10/2022

Alat Pelindung Diri

Supplemen Video
Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=Dm
3m3jdyTSI

6
18/10/2022

Thank You!

7
Modul 2
Pembuatan Pereaksi (Reagen)

Kompetensi yang ingin dicapai :

1. Mahasiswa mampu membuat pereaksi dengan cara pembuatan dan penanganan yang benar
2. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi pereaksi dengan benar

Teori Dasar

Sebelum melakukan pembuatan pereaksi, mahasiswa perlu membaca MSDS (Material Safety Data
Sheet) / LDKB (Lembar Data Keselamatan Kerja) terlebih dahulu. LDKB atau MSDS merupakan lembar
petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan,
cara penanganan, tindakkan khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi lain yang
diperlukan.

Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan pereaksi harus memenuhi persyaratan agar
diperoleh pereaksi yang mendukung analisis dengan hasil yang tepat dan teliti. Selain itu, teknik atau
cara pembuatan larutan pereaksi pun harus benar mulai dari perhitungan konsentrasi larutan hingga
proses pembuatan pereaksinya.

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antardua atau lebih zat yang terdispersi baik secara
molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan terdiri dari dua zat, yaitu
pelarut dan zat terlarut. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sifat zat terlarut,
pelarut, temperatur, dan tekanan. Konsentrasi larutan menunjukan jumlah zat yang terlarut dalam
setiap satuan larutan atau pelarut. Konsentrasi larutan dihitung sesuai konsep stoikiometri.
Konsentrasi larutan dapat ditunjukkan oleh beberapa satuan konsentrasi, diantaranya :

1. Molaritas (M)
Menunjukkan satuan mol zat terlarut dalam 1 L larutan, dengan rumus sebagai berikut :
𝑚𝑜𝑙
𝑀=
𝑉 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀=
𝐵𝑀 𝑥 𝑉 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝐵𝑀 𝑉 (𝑚𝐿)
Untuk menghitung molaritas suatu larutan pekat yang diketahui % b/b dan massa jenis larutan
(ρlarutan) dapat digunakan rumus berikut :
% 𝑏/𝑏 𝑥 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑥 10
𝑀=
𝐵𝑀
Contoh : Bagaimana membuat pereaksi NaOH 0,2 M sebanyak 100 mL (BM NaOH =40)?
Jawab:
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝐵𝑀 𝑉 (𝑚𝐿)
𝑀 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 𝑉(𝑚𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 =
1000
0,2 𝑥 40 𝑥100
𝑔𝑟𝑎𝑚 = = 0,8 𝑔
1000
Jadi, untuk membuat 100 mL NaOH 0,2 M diperlukan NaOH sebanyak 0,8 g
Contoh : Berapa Molaritas HCl 37 %b/b dengan massa jenis larutan = 1,19 g/mL (BM HCl=
36,5)?
Jawab:
% 𝑏/𝑏 𝑥 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑥 10
𝑀=
𝐵𝑀

37 𝑥 1,19 𝑥 10
𝑀= = 12,063 𝑀
36,5

Jadi, Molaritas HCl 37 % b/b adalah 12,063 M

2. Normalitas (N)
Menunjukkan satuan mol ekivalen zat terlarut dalam 1 L larutan, dengan rumus sebagai
berikut :
𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑁=
𝑉 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝐵𝑀
𝑁= , 𝐵𝐸 =
𝐵𝐸 𝑥 𝑉 (𝐿) 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑁= 𝑥
𝐵𝐸 𝑉 (𝑚𝐿)
Hubungan Normalitas dengan Molaritas : 𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
Ekivalen menyatakan jumlah H+ dalam senyawa asam, jumlah OH- dalam senyawa basa,
jumlah electron dalam reaksi redoks
Contoh : Berapa Normalitas H2SO4 1 M?
Jawab:
𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑁 =1𝑥2=2𝑁

Jadi, normalitas H2SO4 1 M adalah 2 N

3. % b/b, % b/v, % v/v


Menunjukkan persentase zat terlarut dalam 100 bagian larutan :
𝑏 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% = 𝑥 100
𝑏 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑏 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% = 𝑥 100
𝑣 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑣 𝑚𝐿 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% = 𝑥 100
𝑣 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Contoh : Bagaimana membuat pereaksi K2CrO4 2 % b/v sebanyak 50 mL?


Jawab:
𝑏 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% = 𝑥 100
𝑣 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑏
% 𝑣 𝑥 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
100
2 𝑥 50
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = =1𝑔
100

Jadi, untuk membuat 50 mL K2CrO4 2 % b/v diperlukan K2CrO4 sebanyak 1 g


Dalam pembuatan pereaksi, ada kalanya dilakukan pengenceran untuk mendapatkan konsentrasi
larutan yang lebih kecil atau encer. Pengenceran dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
berikut :

𝑋1 . 𝑉1 = 𝑋2 . 𝑉2
Keterangan : X1 = konsentrasi awal (larutan pekat)
V1 = Volume X1 yang diambil
X2 = konsentrasi setelah pengenceran
V2 = Volume akhir pengenceran = V1 + Vpelarut yang ditambahkan

Contoh : Bagaimana membuat pereaksi HCl 1 M dari HCl 10 M sebanyak 100 mL?

Jawab:

𝑋1 . 𝑉1 = 𝑋2 . 𝑉2
10 . 𝑉1 = 1 . 100
1 𝑥 100
𝑉1 = = 10 𝑚𝐿
10

Jadi, pereaksi HCl 1 M sebanyak 100 mL dibuat dengan cara memipet 10 mL HCl 10 M lalu
ditambahkan pelarut akuades hingga volumenya 100 mL.

Alat dan Bahan

- Alat : Batang pengaduk, corong kaca, gelas piala 250 mL, gelas piala 500 mL, gelas ukur 10 mL,
gelas ukur 25 mL, neraca, botol semprot, labu ukur 25 mL, pipet tetes dan spatel
- Bahan : AgNO3, Cu astat, CuSO4.5H2O, Na sitrat, NaCO3, I2, KI, β-naftol, etanol, NaOH, HCl,
As Sulfanilat, NaNO2, FeCl3, H2SO4, K-Na-tartarat, Amoniummolibdat, KMnO4, Na-
Nitroprusid, ZnCl2, α-naftol, KCl, NH4OH, H2O2, Co(NO3)2, Metanol, p-DAB, Resorsinol, Hg I2
dan Fuhcsin

Pereaksi yang dibuat :

1. AgNO3 4,25 % dalam akuades sebanyak 100 mL


2. Barfoed : Cu Asetat 33 g + Asam Acetat Glasial 5 mL + aquadest add 500 mL
3. Benedict : CuSO4.5H2O 8,65 g ad 50 mL aquadest + (Na Sitrat 86,5 g + Na2CO3 50 g + aquadest
ad 400 mL
4. Bouchardat : I2 2g + KI 4 g + air 100 mL
5. β-naftol 1% dalam alkohol
6. Cuprifil (r,p) Zat dilarutkan dalam air, dipanaskan + 2 tetes NaOH, dinginkan, netralkan dengan
HCl + 1 tetes CuSO4  biru muda, hijau sampai violet coklat
7. CuSO4 Kompleks : CuSO4.5H2O 0,3 g + HCl (p) mL + KI 3 g + air ad 10 mL
8. Diazo A : Asam Sufanilat 1 g + HCl 4 N 60 mL + H2O 140 mL
9. Diazo B : NaNO2 0,7%
10. Dragendorf : KI 7 g + HCL 4N 3 mL + air 18 mL
11. FeCl3 0,5 N
12. Fehling A : CuSO4.5H2O 34,64 g + 0,5 mL H2SO4 p + air ad 500 mL
13. Fehling B : K-Na tartarat 176 g + NaOH 77 g + air ad 500 mL
14. Frohde : Amoniummolibdat 1% dalam H2SO4 p
15. HCl 0,5 N
16. HCL 3N
17. KMnO4 1%
18. Legal Rothera : Na Nitrofrusid 5% + NH4OH
19. Lucas (r.p) : (ZnCl2 + HCl p)
20. Luff : CuSO4.5H2O 2,5 g + as sitrat 5 g + Na2CO3. 10 H2O 38,8 g = air ad 100 mL
21. Marquis : H2SO4 + Formalin
22. Mayer : KI 10% + 14 g HgI2
23. Molish : Αlfa-naftol 10% dalam alkohol
24. Murexid Zat + KCL/ H2O2 uapkan sisa + NH4OH encerkan  ungu
25. NaNO2 1%
26. NaOH 2 N
27. Parri : Co(NO2)2 dalam methanol + NH4OH r,p
28. P-DAB HCl (Erlich) 1% p-DAB dalam HCl 0,4 N
29. Roux : Na Nitroprusid 10% 1 mL + NaOH 3N 0,05 mL + KMnO4 43,3 %(r.p)
30. Schiff : 0.2 g Fruchsin + 2 mL HCl p dalam 200 mL air + 2 g NaHSO3
31. Seliwanof : Resolsinol 0,15 g + 34 mL HCl p + 68 mL air
32. Muhleman : 2 tetes CHCl3 + 3tetes air + KOH/NaOH padat

Tugas Modul 2

Petunjuk Pengerjaan Tugas :


- Tugas dikerjakan per kelompok ( 1 kelompok = 5 orang)
- Beri halaman sampul yang berisi nama anggota kelompok, npm dan kelas
- Tugas diketik dan disimpan dalam bentuk file pdf dengan format : Tugas 2
KFAK_kelompok_kelas
- Tugas dikerjakan selama 2 minggu
- Tugas dikumpulkan melalui akun estudy oleh perwakilan kelompok dengan mentag teman
anggota kelompok lainnya. Jika estudy masih belum bisa digunakan hingga minggu depan,
tugas dikumpulkan melalui PK praktikum KFA Kualitatif dan diserahkan langsung ke asisten
maksimal 12 November 2022 pukul 08.00

Lakukan penamaan kimia, perhitungan larutan pereaksi dan buatlah prosedur pembuatan (usahakan
dalam bentuk diagram alir) berikut :

1. AgNO3 4,25 % b/v dalam akuades sebanyak 100 mL


2. HCl 4 N sebanyak 100 mL dari HCl 12 N
3. FeCl3 0,5 M sebanyak 200 mL (BM FeCl3 = 162)
4. KMnO4 1 % b/v sebanyak 50 mL
5. NaOH 2 N sebanyak 200 mL (BM NaOH = 40)

Contoh : K2CrO4 2 % b/v sebanyak 50 mL

Nama kimia : kalium kromat


Perhitungan :

𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


%𝑏/𝑣 = 𝑥 100
𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
%𝑏/𝑣𝑥 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
100
2 𝑥 50
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = =1𝑔
100

Prosedur :

sebanyak 1 g kalium kromat ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas kimia

Akuades ditambahkan hingga 100 mL

Diaduk hingga kalium kromat larut sempurna

Dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup

- Selamat Mengerjakan -
Modul 3
Analisis Gugus Fungsi Alkohol dan Fenol

Kompetensi yang ingin dicapai :

1. Mahasiswa mampu menguasai reaksi kimia yang digunakan dalam analisis dibidang farmasi
2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel yang mengandung gugus fungsi alkohol dan fenol

Teori Dasar

Alkohol (atau alkanol) adalah gugus fungsi hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon dalam
senyawa organic. Dalam dunia farmasi, alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol
dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi, mencakup semua senyawa yang memiliki
rumus umum CnH2n+1OH.
Fenol (C6H6OH) merupakan senyawa organic yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada
cincin benzena. Senyawa fenol memiliki beberapa nama lain seperti asam carbolic, fenat
monohidroksibenzen,dll. Fenol adalah zat kristalin yang tidak berwarna dan memiliki bau yang khas.
Senyawa fenol dapat mengalami oksidasi sehingga dapat berperan sebagai reduktor (Hoffan dkk,
1997). Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan alcohol, tetapi lebih basa dari asam
karbonat karena fenol dapat melepaskan H+ dari gugus hidroksilnya, lepasnya ion H+ menjadikan anion
fenoksida C6H5O- dapat melarut dalam air. Fenol mempunyai titik leleh 41 oC dan titik didihnya 181
o
C. Fenol memiliki kelarutan yang terbatas dalam air 8,3 g/100 mL (Fessenden dan Fessenden, 1992).

(a) (b)
Struktu umum (a) alcohol dan (b) fenol

Alat dan Bahan

- Alat : Batang pengaduk, Tabung reaksi, tang kayu, rak tabung, corong kaca, gelas piala 250 mL,
lampu sepirtus, gelas ukur 10 mL, labu semprot, pipet tetes, penjepit, penangas, dan spatel
- Bahan : sampel senyawa organic yang mengandung alcohol dan fenol (methanol, etanol, 2-
propanol, fenol, naftol, resorsinol), Diazo A dan B, asam sulfat pekat, akuades, asam salisilat, seri
(IV) ammonium nitrat, besi(III) klorida, NaOH encer, ammonium hidroksida, ptalein, iodin , reagen
Lucas, asetil klorida, HCl pekat, asam asetat, kertas lakmus biru, formaldehid dan natrium nitrit

Prosedur

Identifikasi Gugus Alkohol

• Sampel direaksikan Diazo A dan Diazo B (1:1), ditambahkan 2 tetes NaOH 2N lalu
dikocok dan dipanaskan, akan terbentuk warna kuning kemerahan sampai coklat
kemerahan.
• Sampel direaksikan asam salisilat dan ditambahkan beberapa tetes asam sulfat pekat,
lalu dipanaskan, akan tercium bau ester yang khas.
• Sampel ditambahkan reagen Lucas (seng (II) klorida anhidrat dan HCl pekat, jika
terbentuk larutan jernih maka alcohol primer, jika terbentuk larutan keruh maka
alcohol sekunder, jika terbentuk endapan maka alcohol tersier.

Identifikasi Gugus Fenol

• Sampel direaksikan diazo A dan Diazo B (1:1) lalu ditambahkan 1 tetes NaOH 2N, akan
terbentuk warna kuning kemerahan sampai coklat merah (tanpa pemanasan). Jika
dikocok dengan amil alcohol, warna merah tertarik oleh amil alcohol. Hasil reaksi
beberapa senyawa antara lain Fenol → kuning kemerahan, Resolsinol → coklat
kemerahan, alfa-naftol → coklat kemerahan, Β-naftol → kuning
• sampel padat atau 1 tetes larutan sampel dalam air atau alcohol ( pada plat tetes )
d i tambahkan 1 tetes pereaksi FeCl3 1%, akan terbentuk warna ungu
• Sampel direaksikan dengan pereaksi Marquis = Formaldehid : H2SO4 (1:9), akan
terbentuk warna yang khas. Fenol = merah ungu, asam salisilat dan resorsinol = merah,
beta naftol = cokelat

Format Tugas 3

Laporan Modul 3
Judul Modul

A. Tujuan
(tujuan yang akan dijawab di kesimpulan)

B. Prosedur dan Data Pengamatan


(sesuai dengan yang divideo)

Prosedur Data Pengamatan


Contoh :
Uji Logam Natrium
- Seujung spatel kalsium sulfat
anhidrat dimasukkan ke dalam
larutan sampel
- Campuran disaring
- Filtrat ditambahkan logam natrium Menghasilkan gelembung udara

C. Pembahasan
(bahas data pengamatannya jelaskan reaksi yang terjadi dalam bentuk paragraph)

D. Kesimpulan
(kesimpulan menjawab tujuan di poin A)
E. Daftar Pustaka
(tuliskan referensi yang digunakan dalam membahas laporan)

- Selamat Mengerjakan -
Modul 4
Analisis Gugus Fungsi Aldehid dan Keton

Kompetensi yang ingin dicapai :

1. Mahasiswa mampu menguasai reaksi kimia yang digunakan dalam analisis dibidang farmasi
2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel yang mengandung gugus fungsi aldehid dan keton

Teori Dasar

Alkanal merujuk pada segolongan senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karbonil yang
terikat pada rantai karbon di satu sisi dan atom hidrogen di sisi yang lain. Golongan ini dikenal pula
sebagai golongan aldehid (aldehid juga merupakan nama gugus fungsional). Contoh senyawa yang
paling dikenal dari golongan ini adalah metanal atau lebih populer dengan nama trivialnya
formaldehida atau formalin. Keton yaitu suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan
senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak
mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil. Aldehid dan keton merupakan dua dari
sekian banyak kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton
menghasilkan dua gugus alkil yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehid
dapat berupa alkil, aril atau H. Aldehid dan keton lazim terdapat dalam system mahluk hidup. Banyak
aldehid dan keton mempunyai bau khas, yang membedakannya umumnya aldehid berbau
merangsang dan keton berbau harum (Fessenden, 1986).

(a) (b)
Struktu umum (a) aldehid dan (b) keton

Alat dan Bahan

- Alat : Batang pengaduk, Tabung reaksi, tang kayu, rak tabung, corong kaca, gelas piala 250 mL,
lampu sepirtus, gelas ukur 10 mL, labu semprot, pipet tetes, penjepit, penangas, dan spatel
- Bahan : sampel senyawa organic yang mengandung aldehid dan keton (formaldehid, glukosa,
fruktosa, keton), etanol, 2,4-dinitrofenilhidrazin, natrium bisulfit, reagen Schiff, perak nitrat,
natrium hidroksida, ammonium hidroksida, fehling A (CuSO4 dalam air) dan B (KNa-tartrat dan
NaOH dalam air), meta dinitrobenzene, natrium nitroprusida, HCl, reagen Barfoed, Benedict,
salisilaldehid, asam sulfat, dan akuades

Prosedur

Identifikasi Gugus Aldehid

• Sampel direaksikan dengan AgNO3 dan NH4OH berlebih, maka akan timbul endapan
Ag yang membentuk cermin perak pada dinding tabung
• Sampel dalam air ditambah dengan beberapa tetes HCl 3N hingga pH 3,
kemudianditambahkan pereaksi Schiff, maka akan terbentuk warna merah violet
• Sampel direaksikan 0,5 ML larutan Benedict, kemudian dipanaskan dengan penangas
air1000C selama 3 menit, maka akan terbentuk endapan merah coklat
• Sampel direaksikan dengan pereaksi Barfoed, maka akan terbentuk endapan
merahcoklat
• Sampel direaksikan dengan pereaksi Fehling A/B, maka akan terbentuk endapan
merahbata

Bila sampel positif terhadap reaksi diatas, artinya sampel memiliki gugus fungsi aldehid.

Identifikasi Gugus Keton

• Sampel direaksikan dengan pereaksi Legal Rothera, maka akan terbentuk warna violet
• Sampel direaksikan dengan 0,5 ML salisilaldehid, 4 ML aquadest dan 2 ML H2SO4
pekat,kocon dan panaskan, maka akan terbentuk warna merah

Jika sampel positif terhadap reaksi diatas, artinya sampel mengandung gugus keton.

Format Tugas 4

Laporan Modul 4
Judul Modul

A. Tujuan
(tujuan yang akan dijawab di kesimpulan)

B. Prosedur dan Data Pengamatan


(sesuai dengan yang divideo)

Prosedur Data Pengamatan


Contoh :
Uji Logam Natrium
- Seujung spatel kalsium sulfat
anhidrat dimasukkan ke dalam
larutan sampel
- Campuran disaring
- Filtrat ditambahkan logam natrium Menghasilkan gelembung udara

C. Pembahasan
(bahas data pengamatannya jelaskan reaksi yang terjadi dalam bentuk paragraph)

D. Kesimpulan
(kesimpulan menjawab tujuan di poin A)

E. Daftar Pustaka
(tuliskan referensi yang digunakan dalam membahas laporan)

- Selamat Mengerjakan -
Modul 5
Analisis Gugus Fungsi Asam Karboksilat dan Sulfon

Kompetensi yang ingin dicapai :

1. Mahasiswa mampu menguasai reaksi kimia yang digunakan dalam analisis dibidang farmasi
2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel yang mengandung gugus fungsi asam karboksilat
dan sulfon

Teori Dasar

Asam karboksilat atau asam alkanoat adalah asam organik yang diidentikkan dengan gugus karboksil.
Asam karboksilat merupakan asam Bronsted-Lowry (donor proton). Garam dan anion asam
karboksilat dinamakan karboksilat. Asam karboksilat merupakan senyawa polar, dan membentuk
ikatan hidrogen satu sama lain. Dalam larutan Asam karboksilat merupakan asam lemah yang sebagian
molekulnya terdisosiasi menjadi H+ dan RCOO-, contoh : pada temperatur kamar, hanya 0,02% dari
molekul asam asetat yang terdisosiasi dalam air. Gugus Sulfon (-SO2) merupakan gugus yang terdiri
dari atom sulfur/ belerang (S) yang berikatan rangkap dengan dua atom oksigen (O). Gugus sulfon
dimiliki oleh golongan obat sulfonamida yang bersifat polar.

(a) (b)
Struktu umum (a) asam karboksilat dan (b) sulfon

Alat dan Bahan

- Alat : Batang pengaduk, Tabung reaksi, tang kayu, rak tabung, corong kaca, gelas piala 250 mL,
lampu sepirtus, gelas ukur 10 mL, labu semprot, pipet tetes, penjepit, penangas, dan spatel
- Bahan : sampel senyawa organic yang mengandung asam karboksilat dan sulfon, etanol,
methanol, FeCl3, asam sulfat, BaCl2, H2O2

Prosedur

Asam Karboksilat

a. Reaksi esterifikasi
Campur sedikit sampel dengan dua bagian etanol dalam tabung reaksi dan beberapa tetes
H2SO4(p), panaskan dalam penangas selama 2 menit lalu cium bau nya, akan tercium bau
ester yang wangi
b. Ditambahkan pereaksi FeCl3 memberikan warna yang berbeda beda untuk beberapa asam
Sulfon
Senyawa sulfon jika dioksidasi dengan oksidator kuat (H2O2 30%) akan teroksidasi menjadi sulfat dan
dapat di tes dengan larutan BaCl2 sehingga terbentuk endapan putih BaSO4

Format Tugas 5

Laporan Modul 5
Judul Modul

A. Tujuan
(tujuan yang akan dijawab di kesimpulan)

B. Prosedur dan Data Pengamatan


(sesuai dengan yang divideo)

Prosedur Data Pengamatan


(dibuat dalam kalimat pasif dan diagram (foto data pengamatan beserta
alir jika bisa) keterangannya)

C. Pembahasan
(bahas data pengamatannya jelaskan reaksi yang terjadi dalam bentuk paragraph)

D. Kesimpulan
(kesimpulan menjawab tujuan di poin A)

E. Daftar Pustaka
(tuliskan referensi yang digunakan dalam membahas laporan)

- Selamat Mengerjakan -
Modul 6
Analisis Gugus Fungsi Amina dan Amida

Kompetensi yang ingin dicapai :

1. Mahasiswa mampu menguasai reaksi kimia yang digunakan dalam analisis dibidang farmasi
2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel yang mengandung gugus fungsi amina dan amida

Teori Dasar

Amina merupakan senyawa organic dan gugus fungsionalnya yang isinya terdiri dari senyawa nitrogen
atom dengan pasangan sendiri. Amina adalah turunan organic dari ammonia dimana satu atau lebih
atom hydrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki
sifat mirip dengan ammonia seperti alcohol dan eter terhadap air. AMida adalah gugus fungsi amin
yang terikat pada karbonil.

Alat dan Bahan

- Alat : Batang pengaduk, Tabung reaksi, tang kayu, rak tabung, corong kaca, gelas piala 250 mL,
lampu sepirtus, gelas ukur 10 mL, labu semprot, pipet tetes, penjepit, penangas, dan spatel
- Bahan : sampel senyawa organic yang mengandung amina dan amida, batang korek api, HCl
pekat, NaOh, lakmus, pDAB HCl, ammonia, NaOCl, fenol, CuSO4.

Prosedur

Amina

a. Uji Korek Api : Zat + HCl di dalam plat tetes masukan batang korek api (lignin) → akan
terbentuk warna kuning sampai jingga pada batang korek api
b. Jika dipanaskan dengan NaOH akan melepaskan gas NH3 yang dapat di tes dengan kertas
lakmus merah → Biru
c. Reaksi dengan p-DAB HCl 2 tetes sampel dalam plat tetes + 1 tetes pDAB HCl akan terbentuk
warna/ endapan kuning (amin alifatis); warna kuning jingga sampai merah jingg dan amin
aromatis
d. Reaksi indofenol
2 mL sampel dimasukan dalalam tabung reakasi panaskan sampai mendidih + 2 tetes
NaOH/NH4OH + Beberapa tetes NaOCl + 1 tetes phenol → akan terbentuk warna yang
berbeda. Jika dikocok dengan eter lapisan eter umumnya akan berwarna merah

Amida

Zat dalam tabung reaksi + 2 mi air, panaskan sampai mendidih = 2 tetes NaOH, dinginkan lalu netralkan
dengan HCl kemudian + 1 tetes CuSO4 → terbentuk warna
Format Tugas 6

Laporan Modul 6
Judul Modul

A. Tujuan
(tujuan yang akan dijawab di kesimpulan)

B. Prosedur dan Data Pengamatan


(sesuai dengan yang divideo)

Prosedur Data Pengamatan


(dibuat dalam kalimat pasif dan diagram (foto data pengamatan beserta
alir jika bisa) keterangannya)

C. Pembahasan
(bahas data pengamatannya jelaskan reaksi yang terjadi dalam bentuk paragraph)

D. Kesimpulan
(kesimpulan menjawab tujuan di poin A)

E. Daftar Pustaka
(tuliskan referensi yang digunakan dalam membahas laporan)

- Selamat Mengerjakan -

Anda mungkin juga menyukai