Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

Gangguan Volume Cairan: Kurang Dari Kebutuhan


Tubuh dengan Diare Akut Post Dehidrasi Ringan
Sedang di Rs.Mitra Plumbon

Oleh
Musyarofah
NPM.421J0072

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES MAHARDIKA CIREBON
2021
I. Konsep Kebutuhan Volume Cairan
1.1 Definisi Masalah

Cairan merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi


tubuh dan proses homeostatis, serta komponen penting bagi fluida ekstraseluler,
termasuk plasma darah dan fluida transeluler (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis,
yang proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan,
sementara itu sisanya merupakan bagian padat dari tubuh (Alimul, 2016).

Kebutuhan volume cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.


Kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi apabila penderita telah banyak mengalami
kehilangan air, maka terjadi gejala dehidrasi. Terutama diare pada anak perlu
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak mempengaruhi tumbuh
kembang anak (A.Aziz Alimul H.2016).

Gangguan Volume cairan terdapat pada diare. Diare dikatakan sebagai keluarnya
tinja berbentuk cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama,
dengan temperatur rectal diatas 38oC dan muntah – muntah (Soegeng Soegijanto,
2017).

Diare pada anak merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system
gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan, dikarenakan keadaan
frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2015).

1.2 Tumbuh Kembang Anak Usia 2 Tahun

1. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik anak usia 2 tahun mencangkup kenaikan berat badan dan


tinggi badan. Idealnya, berat badan anak laki-laki usia 2 tahun adalah 10–13 kg,
dengan tinggi badan mencapai kisaran 82–92 cm.

Sementara itu, berat badan ideal pada anak perempuan usia 2 tahun berkisar
antara 9–13 kg, dengan tinggi badan sekitar 80–92 cm. Selain itu, beberapa anak
juga mulai mengalami pertumbuhuan 16 gigi pertamanya di usia ini. Meski
demikian, jumlah gigi yang tumbuh bisa bervariasi pada tiap anak.
2. Perkembangan sensorik dan kognitif

Anak usia 2 tahun biasanya mulai berbicara dengan menggabungkan 2–3 kata


dan kosakata yang dimilikinya juga akan meningkat menjadi sekitar 50–300 kata.

Dengan kosakata yang semakin banyak, anak juga mulai bisa berkomunikasi
tentang kebutuhannya. Pada usia ini, anak sudah bisa memberi tahu orang di
sekitarnya bahwa ia ingin ke toilet, haus dan lapar, atau ingin bermain.

Selain itu, anak usia 2 tahun idealnya sudah mulai bisa memakai dan melepas
baju sendiri. Ia juga mulai bisa menyusun balok mainan serta membedakan
bentuk dan warna.

Anak juga bisa menunjukkan objek yang Anda sebutkan, mulai mengetahui
nama-nama anggota keluarga atau orang yang dekat dengannya, mengetahui
nama bagian-bagian tubuhnya, dan memahami perintah dua langkah, seperti
“lempar bola dan ambil sepatumu”.

3. Perkembangan keterampilan motorik

Perkembangan keterampilan motorik mencakup kemampuan berlari dan


berdiri dengan keseimbangan yang lebih baik. Misalnya, anak bisa berdiri sambil
mengambil objek, melempar bola, dan menendang bola tanpa kehilangan
keseimbangan.

Selain itu, anak juga mulai terampil di lingkungannya, seperti memutar gagang
pintu, memerhatikan buku dan membalik halamannya, menyusun balok mainan,
serta berjalan menaiki atau menuruni tangga sendiri sambil berpegangan.

4. Perkembangan emosi dan sosial

Anak usia 2 tahun biasanya mulai menunjukkan kemandirian dan suka meniru
orang lain yang lebih tua darinya. Selain itu, anak usia ini juga mulai bersemangat
bertemu dan bermain bersama teman-temannya.

Dalam hal emosi, anak yang berusia 2 tahun lebih dapat mengendalikan
emosinya. Meski demikian, anak usia ini umumnya mengalami masalah
kebiasaan, seperti menghisap jempol, mengalami mimpi buruk, dan temper
tantrum.

1.3 Fisiologi atau fungsi normal sistem Gangguan Volume Cairan: Kurang
dari Kebutuhan Tubuh.

a. Fisiologi

1) Respon Tubuh.
a Sistem Integumen
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan hingga
beratturgor kulit biasanya kembali sangat lambat. Karena tidakkuatnya
kebutuhan cairan dan elektrolit pada jaringan tubuhanak sehingga
kelembapan kulitpun menjadi berkurang.
b Sistem Respirasi

Kehilangan air dan elektolit pada anak yang diare


mengakibatkangangguan keseimbangan asam basa yang menyebabkan pH
turunkarena akumulasi asam non-volatil. Terjadilah hiperventilasi
yangakan menurunkan pCO2 menyebabkan pernapasan jadi cepat,
dandalam (pernapasan kusmaul).

c Sistem Pencernaan

Anak yang diare biasanya mengalami gangguan pada nutrisi,


yangdisebabkan oleh kerusakan mukosa usus dimana usus tidak
dapatmenyerap makanan. Anak akan tampak lesu, malas makan,
danletargi. Nutrisi yang tidak dapat diserap mengakibatkan anak bias
mengalami gangguan gizi yang bisa menyebabkan terjadinyapenurunan
berat badan dan menurunnya daya tahan tubuh sehinggaproses
penyembuhan akan lama.

d Sistem Muskuloskeletal

Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada anak yangdiare


dapat menyebabkan nyeri otot, kelemahan otot, kram dandetak jantung
sangat lambat.
e Sistem Sirkulasi

Akibat dari diare dapat terjadi gangguan pada sistem sirkulasidarah


menyebabkan nadi melemah, tekanan darah rendah, kulitpucat, akral
dingin yang mengakibatkan terjadinya syokhipovolemik.

f Sistem Otak

Syok hipovolemik dapat menyebabkan aliran darah dan oksigen


keotak berkurang. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya
penurunankesadaran dan bila tidak segera ditolong dapat mengakibatkan
kematian.

g Sistem Eliminasi

Warna tinja anak yang mengalami diare makin lama berubahkehijauan


karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerahsekitarnya akan lecet
karena sering defekasi dan tinja yang makinasam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasaldari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi oleh usus selama diare. (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
b. Phatway

Infeksi Malabsopsi Makanan

Kuman masuk dan Toksis tidak dapat di


Tekanan osmotik
berwembang dalam absorpsi
meningkat
usus

Toksin dalam Pergeseran air dan Hiperperistaltik


dinding usus halus elektrolit ke rongga
v usus

Hipersekresi air dan Kemampuan


elektrolit usus absorbsi menurun
meningkat Isi rongga usus
meningkat

Diare

BAB sering dengan konsistensi


encer

Cairan yang keluar


banyak Frekuensi defekasi

Dehidrasi Diare

Ganguguan Volume
Cairan: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan sistem Gangguan Volume
Cairan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.

Banyak faktor yang mampu mengakibatkan gangguan keseimbangan


cairan dan elektrolit.Tugas perawat adalah mengidentifikasi faktor-faktor
yang mampu mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Hal ini dikarenakan pada setiap tahapan perkembangan
mempunyai kebutuhan yang berbeda. Berikut ini adalah hal-hal yang bisa
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, yaitu (Pranata, 2016):

1) Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,
usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,
kebutuhan metabolik, serta berat badan (Tamsuri, 2015). Secara
normalnya, kebutuhan cairan akan berjalan beriringan dengan
perubahan perkembangan seseorang. Akan tetapi, hal itu bisa berubah
jika didapatkan penyakit. Dikarenakan faktor penyakit ini akan
mengganggu status hemostatis cairan dan elektrolit (Pranata, 2017).
2) Temperatur

Suhu lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan cairan seseorang.


Disaat suhu lingkungan mengalami peningkatan, maka keringat akan
lebih banyak dikeluarkan untuk menjaga kelembaban kulit dan
mendinginkan permukaan kulit yang panas. Ion natrium dan klorida
juga dilepaskan bersamaan dengan keringat.Sedangkan pada kondisi
suhu lingkungan dingin, respon tubuh kita berbeda.Saat itu, pori-pori
tubuh mengecil dan sedikit untuk memproduksi keringat karena kulit
kita sudah lembab. Akan tetapi, berbeda di ginjal dimana aldosteron
akan menurun. Sehingga urine yang dieksresikan akan lebih banyak.
Hal ini merupakan kompensasi tubuh untuk menjaga regulasi cairan
dan elektrolit dalam tubuh.Oleh karena itu, untuk menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit tersebut diperlukan asupan yang
adekuat (Pranata, 2015).

3) Diet

Dalam mempertahankan status cairan dan elektrolit, asupan cairan,


garam, kalium, kalsium, magnesium penting untuk diperhatikan.
Secara langsung asupan yang seimbang akan menjaga keseimbangan
cairan. Selain itu, asupan karbohidrat, protein, dan lemak juga
berkaitan dengan keseimbangan asam basa dan nantinya berhubungan
dengan keseimbangan cairan dan elektrolit (Pranata, 2013). Pada saat
tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan makanan
yang tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan
cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada
jumlah pemenuhan kebutuhan cairan (Alimul, 2016).

4) Stres

Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,


konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine (Tarwoto dan
Wartonah, 2013).

5) Sakit

Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses
pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan
ketidakseimbangan sistem dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan
hormonal, yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan
(Alimul, 2016).
1.5 Macam-Macam Gangguan Keseimbangan Volume Cairan: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh.

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akan memberikan dampak


yang sangat berarti bagi tubuh. Hal ini dikarenakan terjadinya kelebihan atau
kekurangan pada salah satu ruang.Ketidakseimbangan ini dipengaruhi oleh
osmolalitas atau oleh tekanan osmotik (Pranata, 2015). Dobson (1994) dikutip
dari Pranata (2015), mengemukakan bahwa pada kondisi terjadi penurunan
volume darah pada intravaskular, maka untuk melakukan kompensasi tersebut
cairan dari interstitial akan ditarik untuk mengisi di rongga intravaskular.
Pemberian cairan intravena yang terutama mengandung ion natrium dan
klorida, seperti NaCl fisiologis (9 gram/liter atau 0,9%) atau larutan
Hartmann (larutan Ringer Laktat) yang dapat bergerak bebas akan efektif
untuk meningkatkan volume intravaskular dalam waktu cepat.

Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit (Smeltzer & Bare, 2002) dikutip dari
Pranata (2015).

Ketidakseimbangan Faktor-faktor Penunjang Tanda/Gejala dan


Temuan
Laboratorium

Kekurangan volume Kehilangan air dan Kehilangan berat badan


akut, penurunan turgor
cairan (hipovolemia) elektrolit, seperti muntah-
kulit, oliguria, urine
muntah, diare, fistula,
demam, berkeringat sangat
banyak, luka bakar, yang pekat, nadi lemah
kehilangan darah, cepat, waktu pengisian
penghisapan kapiler memanjang,
gastrointestinal dan tekanan vena sentral
penurunan masukan, seperti rendah,
pada anoreksia, mual, dan tekanan darah ↓,
ketidakmampuan untuk pendataran vena leher,
mendapat akses ke sumber pusing, kelemahan,
cairan. Diabetes insipidus haus dan
dan diabetes mellitus tidak
kelam pikir, nadi↑,
terkontrol juga menunjang
keram otot.
terjadinya penipisan volume
Laboratorium
cairan ekstraseluler.
menunjukkan:
Kehilangan
hemoglobin dan
hematokrit ↑,
osmolalitas serum dan
osmolalitas urin dan
berat jenis urin ↑,
natrium urin ↓, BUN
dan keratin ↑.

Kelebihan volume Gangguan mekanisme Penambahan berat


badan, edema, distensi
cairan (hipervolemia) pengaturan, seperti gagal
vena jugularis, krekles,
ginjal, gagal jantung dan kenaikan tekanan
vena sentral, napas
kongestif, dan sirosis, dan
pendek, tekanan darah
pemberian berlebihan cairan ↑, nadi kuat dan
yang mengandung natrium. batuk.
Laboratorium
Terapi kortikosteroid
menunjukkan:
berkepanjangan, stres hebat
hemoglobin dan
dan
hiperaldosteronisme
menambah kelebihan
cairan. hematokrit ↓,
osmolalitas serum
dan osmolalitas urin
↓, natrium dan berat
jenis urin ↓

Kekurangan natrium Kehilangan natrium, seperti Anoreksia, mual dan


natrium pada penggunaan diuretik, muntah, sakit kepala,
(hiponatremia)
kehilangan cairan
Serum gastrointestinal, penyakit letargi, konfusi, kram
<135mEq/L ginjal dan insufisiensi otot, kedutan otot,
adrenal. Penambahan air,
kejang, papiledema.
seperti pada pemberian
berlebihan D5W dan Laboratorium
suplemen air untuk pasien menunjukkan:
yang menerima pemberian
natrium serum dan
makan melalui selang;
natrium urine ↓, berat
keadaan penyakit yang
jenis dan osmolalitas
berkaitan dengan SIADH
urin ↓.
seperti trauma kepala dan
tumor, hiperglikemia dan
gagal jantung kongestif
menyebabkan kehilangan
natrium.

Kelebihan natrium Deprivasi air pada pasien Haus, kenaikan suhu


yang tidak mampu untuk tubuh, lidah kering dan
(hipernatremia)
minum ketika ia ingin bengkak dan membran
Serum natrium minum, pemberian makan mukosa menebal,
>145mEq/L dengan selang tanpa halusinasi, letargi,
suplemen air yang adekuat, gelisah, iritabilitas,
diabetes insipidus, kejang fokal dan grand
hiperventilasi, dan diare mal, edema pulmonal.
berair. Kelebihan
kortikosteroid, natrium Laboratorium
bikarbonat dan pemberian menunjukkan: natrium
natrium klorida, dan korban serum ↑, natrium
yang hampir tenggelam air urin ↓, berat jenis dan
garam. osmolalitas urin ↑

Kekurangan kalium Diare, muntah, penghisapan Keletihan, anoreksia,


kalium lambung, pemberian mual dan muntah,
(hipokalemia)
Serum kortikosteroid,diuretik, kelemahan otot,
<3,5mEq/L osmotik, alkalosis, penurunan motilitas
kelaparan, dan toksisitas usus, asistol atau
digitalis.
fibrilasi ventricular,
kram tungkai,
tekanan darah ↓,
ileus, distensi abdomen,
EKG;
pendataran
gelombang T,
penonjolan
gelombang U,
depresi ST,
dan
perpanjangan interval
PR.

Kelebihan kalium Gagal ginjal oligurik, Kelemahan otot yang


penggunaan diuretik hemat rancu, bradikardia,
(hiperkalemia)
kalium pada pasien dengan
Serum kalium insufisiensi ginjal, asidosis, disritmia, kram,
>5,0mEq/L cedera akibat tabrakan, luka iritabilitas, ansietas.
bakar, transfusi darah yang
EKG: gelombang T
diambil dari tempat
panjang tertekan ,
penyimpanan bank darah
perpanjangan interval
PR dan durasi QRS,
tidak terdapatnya
,dan pemberian infus kalium gelombang P, depresi
intravena yang cepat. ST.

Kekurangan kalsium Hipoparatiroidisme (dapat Kebas, kesemutan pada


menyertai bedah tiroid atau jari-jari tangan, jari
(hipokalsemia)
diseksi radikal), malabsorpsi, kaki, kejang, refleks
Serum kalsium pankreatitis, alkalosis, hiperaktif tendon
<8,5mg/dl defesiensi vitamin D, infeksi profunda,
subkutan masif, peritonitis bronkopasme, EKG;
generalisata, transfusi masif perpanjangan interval
darah yang mengandung QT.
sitrat, dan fase diuretik gagal
ginjal.

Kelebihan kalsium Hiperparatiroidisme, Kelemahan otot,


konstipasi, anoreksia,
(hiperkalsemia) penyakit neoplastik
mual dan muntah,
malignan, imobilisasi lama,
Serum kalsium poliuria dan polidipsia,
penggunaan berlebih
>10,5mg/dl refleks hipoaktif
suplemen kalsium, kelebihan
tendon profunda,
vitamin D, fase oliguri gagal
letargi, nyeri tulang
ginjal, asidosis, dan toksisitas
dalam, dan gambaran
digogsin
patologi. EKG;
pemendekan interval
QT, bradikardia, blok
jantung.

Kekurang magnesium Alkoholisme kronis, Iritabilitas


(hipomagnesemia) hiperparateroidisme, neuromuskular,
hiperaldosteronisme, fase insomnia, perubahan
Serum magnesium
diuretik gagal ginjal, suasana hati,
<1,8mg/dl gangguan malabsorbsi, dan anoreksi
serta
diabetik ketoasidosis, muntah.
pemberian makan kembali
setelah masa kelaparan, dan
preparat farmakologis
tertentu (seperti gentamisin,
sisplantin).

Kelebihan magnesium Fase oliguri gagal ginjal Kemerahan, hipotensi,


(hipermagnesemia) (terutama saat diberikan mengantuk, refleks
Serum magnesium medikasi yang mengandung hipo aktif, depresi
>2,7mg/dl magnesium), insufisiensi pernafasan, henti
adrenal, pemberian jantung dan koma,
magnesium diaphoresis. EKG;
intravena yang berlebihan takikardia, bradikardia,
perpanjangan interval
PR dan PQRS.

Kekurangan fosfor Pemberian makan kembali Parastesia,


(hipofosfatemia) setelah periode kelaparan, kelemahan otot, nyeri
tulang dan nyeri
Serum fosfor henti alkohol, diabetik
tekan, nyeri dada,
<2,5mg/dl ketoasidosis, respiratori
kelam pikir,
kardiomiopati, gagal
alkalosis, magnesium ↓,
napas, peningkatan
kalium ↓, kerentanan terhadap
hiperparatiroidisme, infeksi.

muntah, diare, hiperventilasi,


defisiensi vitamin D yang
berhubungan dengan
gangguan malabsorbsi.
1.6 Diare

a. Definisi Diare

Diare didefenisikan sebagai pasase feses cair lebuh dari tiga kali dalam

sehari disertai kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Secara

epidemiologik biasanya diare di defenisikan dengan keluarnya feses lunak

atu cair tiga kali atau lebih dalam satu hari ,namun para ibu mungkin

menggunakan istilah yang berbeda untuk menggambarkan diare (sodikin,

2011).

b. Definisi Diare Akut

Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang

sebelumnya sehat.Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara fekal – oral melalui

makanan dan minuman yang tercemar.Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan bila

masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi, bahkan kematian yang di

sebabkan oleh dehidrasi.


II. Rencana Asuhan klien Gangguan Volume Cairan: Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh dengan Diare di Rs.Mitra Plumbon

2.1 Pengkajian

1. Biodadata

a) Identitas klien

b) Identitas orang tua

c) Identitas saudara kandung

2. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
(Khusus anak usia 0-5 tahun)
1. Pre natal care
2. Natal
3. Post natal
c. Riwayat kesehatan keluarga
3. Riwayat imunisasi
4. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
b. Perkembangan tiap tahapan
5. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
b. Pemberian susu formula
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usai sampai nutrisi saat ini
6. Riwayat psichososial
a. Tempat tinggal
b. Lingkungan rumah
c. Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain
d. Hubungan antara anggota keluarga
e. Pengasuh anak
7. Riwayat spritural
a. Support system dalam keluarga
b. Kegiatan keagamaan
8. Reaksi hipotalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
b. Pemahan anak tentang sakit dan rawat inap
9. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi sebelum sakit dan saat sakit
b. Cairan sebelum sakit dan saat sakit
c. Eliminasi
1. BAB, sebelum sakit dan saat sakit
2. BAK, sebelum sakit dan saat sakit
d. Istirahat / tidur, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
e. Olahraga
f. Personal hygiene, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
g. Aktivitas / mobilitas fisik
10. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
b. Tanda-tanda vital
c. Antropometri
d. Sistem pernapasan
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem pencernaan
g. Sistem indra
1. Mata
2. Hidung
3. Telinga
h. Sistem saraf
1. Fungsi cerebra
2. Fungsi cranial : nervus 1 sampai nervus 12
3. Fungsi motorik
4. Fungsi sensori
5. Reflex bisep
i. Sistem muskulo skeletal
Kepala, vertebra, pelvis, lutut, kaki dan tangan
j. Sistem integument
Rambut, kulit, kuku
k. Sistem endokrin
Kelenjar thyroid dan eksreasi urine
l. Sistem perkemihan
m. Sistem reproduksi
n. Sistem imunisasi Riwayat alergi
11. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. 0 – 6
Dengan menggunakan DSST a.
Motorik dasar
b. Motorik halus
c. Bahasa
d. Personal sosial
b. 6 tahun keatas
a. Perkembangan kongnitif
b. Perkembangan psikosexsual
c. Perkembangan psicososial
d.
2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita gangguan Volume


cairan kurang dari kebutuhan tubuh adalah :

a) Gangguan volume cairan : Kurang dari keburtuhan tubuh b.d kehilangan


cairan aktif

b) Diare b.d proses infeksi, inflamasi di usus

c) Resiko syok b.d kehilangan cairan dan elektrolit


2.3 intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
Gangguan volume Selama 3x24 jam gangguan Intervensi
cairan : Kurang dari volume cairan :kurang dari - Timbang
keburtuhan tubuh kebutuhan tubuh dapat popok/pembalut jika diperlukan
menunjukan tanda – tanda - Pertahankan catatan intake dan
dehidrasi dan output yang akurat
mempertahankan hidrasi - Monitor status hidrasi
adekuat (kelembaban membran mucosa,
nadi adekuat, tekanan darah,
artostatik), jika diperlukan
- Monitor vital sign
- Monitor status nutrisi

Diare Selama perawatan 3x24 jam Menejemen Diare


Diare dapat teratasi dengan Observasi
kriteria: -Identifikasi penyebab diare
-kontrol pengeluaran feses -Identifikasi riwayat pemberian
meningkat makanan
-Keluhan defeksasi lama -Identifikasi gejala invaginasi
dan sulit menurun -Monitor warna, volume,frekuensi,
-Mengejan saat dekasi dan konsistensi tinja.
menurun -Monitor tanda dan gejala
-Distensi abdomen menurun hipovolemia
-Nyeri abdomen menurun -Monitor iritasi dan ulserasi kulit
-Kram abdomen menurun didaerah perianal
-Konsistensi feses membaik -Monitor jumlah pengeluaran diare
-Frekuensi defekasi -Monitor keamanan penyiapan
membaik makanan
-Peristaltik usus membaik Terapeutik
-Berikan Asupan Cairan Peroral
-Pasang jalur Intravena
-Berikan cairan intravena
-Ambil sampel darah untuk pemiriksaan
darah lengkap dan elektrolit
-Ambil sempel feses untuk kultur feces,
jika perlu
Edukasi
-Anjurkan makan porsi kecil dan sering
secara bertahap
-Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, dan pedas
-Anjurkan pemberian ASI

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian Obat atimotillitas
-Kolaborasi pemberian
antispasmodic/spasmolitik
-Kolaborasi obat pengeras feses
Resiko Syok Selama perawatan 3x24jam Pencegahan Infeksi
Tingkat syok dapat teratasi
dengan : Obsevasi
-Kekuatan nadi meningkat
-Monitor status kardiopulmonal
-Output urine meningkat
-Tingkat kesadaran (frekuensidan kekuatan nadi,frekuensi
meningkat
-Saturasi oksigen meningkat nafas,TD).
-Akral dingin menurun
-Pucat menurun -Monitor status oksigenisasi
-Konfusi menurun
(Oksimetri,nadi,AGD).
-Latergi menurun
-Asidosis metsbolik -Monitor status cairan (turgor
menurun
-Tekanan darah sistolik kulit,CRT)
membaik
-Tekanan darah diastolik -Monitor tingkat kesadaran dan
membaik
respon pupil
-Tekanan nadi membaik
-Frekuensi nadi membaik -Periksa riwayat alergi
-Frekuensi nafas membaik Terapeutik

-Berikan oksigen untuk

mempertahankan saturasi oksigen

>94%

-Persiapan intubasi dan ventilasi

mekanis,jika perlu

-Pasang jalur IV, jika perlu

-Pasang kateter urine untuk menilai

produksi urine, jika perlu

-Lakukan skin test untuk mencegah

reaksi alergi

Edukasi

-Jelaskan penyebab/faktor resiko syok

-Jelaskan tanda dan gejala awal syok

-Anjurkan melapor jika

menemukan/merasakan tanda dan

gejala awal syok

-Anjurkan memperbanyak asupan oral

-Anjurkan menghindari alergen

Kolaborasi

-Kolaborasi pemberian IV, jika perlu

-Kolaborasi pemberian transfusi

darah,jika perlu

-Kolaborasi pemberian antinflamasii,

jika perlu
2.5 Implementasi

Setelah intervensi asuhan keperawatan disususn, penulis melakukan implementasi


sesuai dengan intervensi tersebut.Selain itu penyusun juga menyusun intervensi yang
tidak ada diimplementasi pemberian agens mikroba sesuai ketentuan untuk mengobati
patogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan berlebihan.Dikarenakan
keterbatasan pengetahuan penulis mengenai intervensi tersebut.Mengukur tanda-tanda
vital selalu dilakukan pada saat melakukan implemntasi, meskipun tidak tercantum dalam
susunan intervensi yang telah disusun sebelumnya.

2.6. Evaluasi

Tujuan dan kriteria hasil yang direncanakan pada dua masalah keperawatan yang
ditemukan pada klien tercapai sebagian. Terkait masalah gangguan volume cairan: kurang
dari kebutuhan tubuh ditemukan bahwa klien sudah tidak rewel, klien tampak lebih aktif dari
sebelumnya, frekuensi nadi dalam ambang batas normal, dan kesadaran umum klien sudah
membaik. Tetapi mata klien masih cekung, rasa haus klien masih ada. Beberapa kendala yang
penulis hadapi dalam pengelolaan kasus dengan prioritas masalah gangguan volume cairan:
kurang dari kebutuhan tubuh. Hal tersebut terjadi karena beberapa sebab antara lain
terbatasnya waktu yang diberikan selama pengelolaan kasus pada klien, terbatasnya waktu
yang tersedia pada klien dikarenakan klien harus banyak istirahat, serta terbatasnya
pengetahuan penulis tentang penatalaksanaan dehidrasi. Tetapi kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat diselesaikan dengan adanya faktor pendukung seperti kooperatifnya klien dan
keluarga saat penulis melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi, serta dukungan dari
dosen pembimbing dan teman-teman sejawat selama pengelolaan kasus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, Patricia & Perry, Anne. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 8-Buku

2. Jakarta: EGC

Potter, Patricia & Perry, Anne. (2016). Fundamental Keperawatan. Edisi 8-Buku

3. Jakarta: EGC

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem


Gastrointestinaldan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika

Soegijanto, Soegeng. (2012). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa & Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba
Medika.

Tarwoto dan Wartonah. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai