Anda di halaman 1dari 9

9

PENGARUH PERBEDAAN PROSES PENYEDIAAN SERAT DENGAN CARA


MEKANIS LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT TERHADAP PAPAN SERAT

(Irwan Roza)*)

ABSTRACT

The research about the influence of the difference fiber provider process from the
empty stem palm sludge to the fiber board has been done in the laboratory of forestry
faculty on the Muhamadyah university, West Sumatera, and the laboratory of
agriculture output technology in the agriculture faculty of Andalas University, also in
the civil enginering laboratorium of Padang polytechnic. The research done since
March until June 2008. the research’s purpose is to understand the influence of the
difference fiber provider from the empty stem palm sludge to create the fiber board
where the result arranged from the differ components (mass material as same as the
treatment) to the fiber board and to evaluate the characteristic from the fiber board that
has been created. To understand the influence of the difference fiber provider from the
empty stem palm sludge to create the fiber board to distinguish the mass material
among others: 100% mass material, 94% mass material, 62% mass material, and 32%
mass material. The research use the complex random design with 4 treatment ang 5
times repeatation, then continued by using duncan’s new multiple range test (DNMRT)
at the 5% significant extent to test the water content and the fiber board density and
continued at the 15% significant extent. The result shows that the fiber provider with
94% has qualified the SNI 1996 except for the absorbtion capability and the
development of thick. Althougth the fiber provider with the mass material of 62% and
32% contribute more value but does not effective to be applied in the wood panel
industry. The fiber characteristic from the palm’s empty stem with the mass material
94% as follows: 9.59% water content, 4.25% extractive substances, 23.14% lignin
content, 65.09% degree holosellulosa, 46.49% degree sellulosa. Physical characteristic
of fiberboard with a mass of 94% as follows: 8.70% water content, 0.7477 g/cm3
density, 73.40% the absorption capability of water, and 50.92% the value of the
development of thick. While for the mechanical characteristic of fibreboard produced
as follows: 80.8720 kg/cm2 broken persistence, 49.1767 kg/cm2 persistence press and
6.4863 kg/cm2 internal fortitude sticking.

Key Words: Papan serat, selulosa, lignin, serat.


*)
Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

PENDAHULUAN Bahan baku pengolahan kelapa sawit adalah


tandan buah segar dengan hasil utamanya
A. Latar Belakang
adalah minyak sawit kasar (Crude Palm Oil)
Konstituen utama dari kayu adalah serat, dan inti sawit (Kernel), selain itu proses
dalam kondisi demikian perhatian terhadap pen- pengolahan kelapa sawit tersebut juga meng-
caharian bahan berserat lain termasuk dari hasilkan limbah cair dan limbah padat. Limbah
limbah pertanian untuk mengganti sebagian padat berupa tandan kosong sawit, sabut kelapa
penggunaan kayu semakin besar, yang mem- sawit dan cangkang. Menurut Naibaho (1998),
punyai potensi cukup besar dan belum banyak tandan kosong sawit dihasilkan dari proses
dimanfaatkan dengan baik. Suryanto, Pratoto, perotokan buah sekitar 21 – 23 % dari berat
dan Kasim (2002) telah melakukan penelitian basah atau 10 – 12 % dari berat kering tandan
mengenai kemungkinan pemanfaatan tandan buah segar. Sedangkan sabut kelapa sawit yang
kosong sawit untuk menghasilkan serat merupakan limbah dari proses pegepresan buah
mekanis. sawit berkisar 8 – 11% dari berat basah atau 5
10 Irwan Roza

– 8 % dari berat kering tandan buah segar. dan 12,27% untuk tangkai. Sebaliknya,
Maraknya program lingkungan hidup yang kandungan holosellulosa dalam tangkai
mulai memperketat penggunaan kayu meng- (82,89%) lebih tinggi daripada kandungan
akibatkan terjadi orientasi pemanfaatan limbah holosellulosa dalam spikelet (71,01%) dan
padat berlignoselulosa untuk dijadikan produk secara umum serat dari tangkai lebih putih dari
bernilai tinggi sebagai subsitusi kayu dan bahan pada serat dari spikelet. Tandan kosong sawit
serat. mempunyai berat antara 0,7 kg – 10 kg
Suatu pabrik pengolahan kelapa sawit sedangkan ukuran tandan yang dinyatakan
biasanya beroperasi dengan kapasitas 30 ton sebagai panjang, lebar, dan tebal rata-rata
tandan buah segar per jam, dimana sekitar 20% masingnya adalah 42,1 cm, 33,5 cm, dan 22,3
dari tandan buah segar yang diolah tersebut cm. Terdiri dari tangkai, spikelet, dan buah
berupa limbah tandan kosong (Erwinsyah, yang tidak terontok dipabrik pengolahan sawit
Guritno, dan Poeloengan, 1998). Tanaman masing-masing adalah 32 %, 62 %, dan 6 %.
kelapa sawit yang telah dewasa akan meng- Penyediaan serat dari tandan kosong sawit
hasilkan limbah tandan kosong sawit sebanyak secara anerobik, sebelumnya telah dilakukan
6 ton/ha/th (Suryanto, Amir, dan Teguh, 2002). penelitian oleh Kasim (2004), dimana setelah
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk proses fermentasi penguraian serat tanpa
meningkatkan nilai tambah limbah kelapa mengikutkan tangkai, spikelet dan buah ikutan
sawit. yang tidak terontokkan dari tandan kosong
Tandan tersebut mengandung serat yang sawit jadi lebih mudah. Hal itu dalam skala
dapat diuraikan dengan proses pengolahan industri akan meningkatkan biaya produksi,
semi-kimia atau mekanis. Proses mekanis dapat untuk itu perlu penelitian lanjutan dimana
digunakan untuk menghasilkan serat yang dapat bahan bukan serat seperti kelopak, duri dan
dimanfaatkan secara lansung oleh industri panel buah ikutan dan pengambilan bahan selain serat
kayu. terhadap sifat fisis dan mekanis papan serat.
Serat dari tandan kosong sawit yang Pada pembuatan papan serat dapat
merupakan serabut dari TKS mengandung digunakan gambir sebagai bahan perekat,
lignin dan selulosa sehingga berpeluang untuk gambir merupakan hasil dari ekstrak daun dan
dijadikan papan partikel sebagaimana peng- ranting tanaman gambir (Uncaria gambir.
gunaan partikel kayu. Pada tulisan ini selanjut- Roxb) yang dikeringkan (Kasim, 2002).
nya digunakan istilah papan serat sebagai peng-
ganti istilah papan partikel karena penggunaan B. Perumusan Masalah
serat tandan kosong sawit sebagai pengganti Pembuatan papan serat pada penelitian
partikel kayu. Papan serat adalah suatu sebelumnya telah dilakukan dengan mengguna-
lembaran material yang dibuat dari potongan kan serat yang homogen yaitu tanpa meng-
kecil atau bahan berlignosellulosa seperti lain- ikutkan kelopak dan buah ikutan yang tidak
nya, yang diikat dengan perekat organik yang terontokkan, hal ini dalam skala pabrik akan
dilengkapi dengan pemberian salah satu atau meningkatkan biaya produksi. Pembuatan
lebih perlakuan seperti panas, katalis, tekanan papan serat dari bahan dasar serat tandan
dan sebagainya (FAO, 1958). kosong sawit dimana selain serat juga
Jika membuat papan serat dari bahan dasar terikutkan kelopak dan buah ikutan yang tidak
tandan kosong sawit akan berbeda dengan terontokkan telah dilakukan penelitian
bahan dasar kayu, dimana tandan kosong sawit pendahuluan dimana terlihat perbedaan sifat
terdiri dari tangkai, spikelet dan buah ikutan papan. Informasi tentang sifat serat tandan
yang tidak terontokkan, mempunyai sifat fisis, kosong sawit, sifat fisik, kimia dan mekanik
sifat kimia dan morfologis yang berbeda dari papan serat yang berasal dari tandan
dibanding kayu yang relatif homogen sehingga kosong sawit masih sangat terbatas.
akan mempengaruhi terhadap kualitas papan
serat yang dihasilkan. C. Tujuan penelitian
Menurut Suryanto, Pratoto, dan Kasim
Secara umum tujuan penelitian ini adalah
(2002) kandungan kimia dari tangkai dan
mengetahui pengaruh perbedaan penyediaan
spikelet seperti lignin mempengaruhi pada
serat dari limbah tandan kosong sawit untuk
tingkat kehalusan, kekuatan dan warna serat.
dijadikan papan serat dimana hasil tersusun dari
Kandungan lignin adalah 18,87% untuk spikelet
SAINSTEK Vol. X1I, Nomor 1, September 2009 11

komponen-komponen berbeda terhadap karak- tandan kosong sawit yang terdiri dari parameter
teristik papan serat. berat, panjang, lebar, geometric mean diameter,
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah spericity, kandungan tangkai, kandungan
mengevaluasi karakteristik papan serat yang spikelet dan kandungan buah. Data selengkap-
dihasilkan dari komponen-komponen partikel nya tentang sifat fisik dan morfologi tandan
yang berbeda. sawit dapat dilihat pada tabel 1.
Komposisi kimia dari spikelet dan tangkai
D. Manfaat Penelitian tandan kosong sawit dapat dilihat pada tabel 2.
Dari hasil analisis serat limbah tandan
kosong sawit yang dimanfaatkan untuk papan B. Komponen Penyusun Tandan Kosong
serat dengan berbagai komponen-komponen Sawit
yang berbeda dapat diperoleh suatu produk Komponen terbesar yang terdapat pada
papan serat yang memenuhi Standar Nasional tandan kosong sawit adalah sellulosa,
Indonesia, sehingga diperoleh suatu produk hemisellulosa dan lignin.
papan serat yang dapat memberikan nilai 1. Sellulosa
tambah terhadap tandan kosong sawit.
Menurut Sudrajat (1979), sellulosa adalah
suatu karbohidrat termasuk golongan poli-
TINJAUAN PUSTAKA sakarida. Sellulosa merupakan golongan homo
polisakarida yang tersusun atas unit-unit β-D
A. Tandan Kosong Sawit
glukopiranosa yang terkait satu sama lain
Bahan baku pengolahan kelapa sawit adalah dengan ikatan glikosidik.
tandan buah segar dengan hasil utamanya Sellulosa tidak larut dalam air dingin, air
adalah minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) panas, pelarut organik netral seperti benzena,
dan inti sawit (Kernel), selain itu proses ether, CHCl3, CCl4 dan lain-lain. Sellulosa
pengolahan kelapa sawit tersebut juga meng- hampir tidak larut dalam larutan asam atau
hasilkan limbah cair dan limbah padat. Limbah alkali encer. Sellulosa larut dalam H2SO4 72%
padat berupa tandan kosong sawit, sabut kelapa – 75%, HCl 45%, H3PO4 85%, Cupra amonium
sawit dan cangkang. Menurut Naibaho (1998), hidroksida, cupri etilen diamine.
tandan kosong sawit dihasilkan dari proses
perotokan buah sekitar 21 – 23 % dari berat 2. Hemisellulosa
basah atau 10 – 12 % dari berat kering tandan Hemisellulosa terdiri dari sellulosa dan
buah segar. Sedangkan sabut kelapa sawit yang senyawa yang larut dalam alkali senyawa
merupakan limbah dari proses pegepresan buah tersebut dinamakan hemisellulosa. Hemisellu-
sawit berkisar 8 – 11% dari berat basah atau 5 losa termasuk dalam kelompok polisakarida
– 8 % dari berat kering tandan buah segar. heterogen yang dibentuk melalui jalan bio-
Erwinsyah (1998) telah mengidentifikasi sintesis yang berbeda dari sellulosa. Berbeda
sifat fisik, morfologi dan kimia dari tandan dengan selulosa yang merupakan homopoli-
kosong sawit bagian pangkal dan ujung yang sakarida. Seperti halnya sellulosa kebanyakan
tersaji pada tabel 1, dan tabel 2. Ditambahkan hemisellulosa berfungsi sebagai bahan pen-
oleh Suryanto, Pratoto, dan Kasim (2002) hasil dukung dalam dinding sel (Sjostrom, 1995 cit
identifikasi sifat fisik dan morfologi serat Suri, 2002).
Tabel 1. Sifat Fisik dan Morfologi Tandan Kosong Sawit.
Parameter Minimum Maksimum Rata-rata Stand.dev.
Berat (kg) 0,7 10 4,5 2,8
Panjang (cm) 26,0 62 43,1 9,5
Lebar (cm) 20,0 44 33,5 7,6
Tebal (cm) 13,0 33 22,3 6,1
Geometric mean diameter 19,1 44,1 31,7 7,2
Sphericity 0,62 0,83 0,7 0,1
Kandungan tangkai (%) 18,0 52 32,0 10,0
Kandungan spikelet (%) 46,0 77 62,0 11,0
Kandungan buah (%) 1,0 22 6,0 7,0
Sumber ; Suryanto, Pratoto, dan Kasim (2002).
12 Irwan Roza

ruangan yang tahan terhadap cuaca dalam


Tabel 2. Hasil Analisis Komponen Kimia
waktu relatif lama. Tipe II adalah papan partikel
Dalam Spikelet dan Tangkai Tandan
untuk penggunaan di dalam ruangan. Berdasar-
Kosong Sawit.
kan kuat lenturnya, dibedakan atas tipe 100,
Kandungan dalam bahan (%)
Substansi
Spikelet Tangkai
150 dan 200. Tipe 100 adalah papan partikel
Holosellulosa 76,72 82,89 dengan kuat lentur minimum 80 kg/cm2, tipe
Lignin 18,87 12,21 150 dengan kuat lenturnya minimum 130
Pati 2,56 3,53 kg/cm2 dan tipe 200 dengan kuat lenturnya
Pektin 0,33 0,59 minimum 180 kg/cm2.
Air 32,52 43,02 Sedangkan menurut Kollmann (1975),
Sumber: Suryanto (2002). industri papan partikel di Jerman memproduksi
3. Lignin papan partikel untuk dinding interior dengan
Lignin adalah salah satu komponen utama kerapatan 0,7 – 0,8 g/cm3 dan ketebalan 1,20
di dalam kayu, merupakan senyawa polimer cm. Sementara Standar Nasional Indonesia
tiga dimensi yang terdiri dari unit phenil (1991) menetapkan syarat mutu papan partikel
propane yang diikat dengan ikatan C-O-C dan antara lain dengan kerapatan 0,5 – 0,9 g/cm3.
C-C. Lignin pada umumnya tahan terhadap Tabel 3. Syarat Mutu Papan Partikel Berdasar-
hidrolisa, hal tersebut disebabkan karena kan SNI 1996
adanya ikatan arilakil (C-C) dari ikatan ester. Sifat Standar SNI
Menurut Hartoyo (1989) cit Suri (2002), Kadar air Maksimum 14 %
lignin adalah komponen tidak diinginkan dalam Kerapatan 0,5 – 0,9g/cm3
pembuatan serat papan partikel. Keberadaan Daya Serap Air maksimum 35 %
komponen mengakibatkan pengaruh buruk Pengembangan Tebal maksimum 12 %
terhadap sifat papan partikel, terutama pada Modulus of Rupture minimum 80 kg/cm3
ikatan antar serat dan kekuatan papan partikel, (MOR)
Modulus of Elasticity minimum 1,5 kg/cm3
sehingga dalam pembuatan serat papan partikel
(MOE)
lignin harus dihilangkan. Keteguhan Rekat Internal minimum 6 kg/cm3
4. Zat Ekstraktif (IB)
Menurut Dumanauw (1994) Zat ekstraktif Sumber: SNI 03-2105-1996.
umumnya adalah zat yang mudah larut dalam
pelarut seperti : eter, alkohol, bensin dan air. 2. Sifat-Sifat Papan Partikel
Banyaknya zat ekstraktif tata-rata 3 – 8 % dari a. Kadar Air Papan Partikel
berat kering oven. Termasuk di dalamnya Kadar air papan partikel akan semakin
minyak, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati rendah dengan semakin banyaknya perekat
dan zat warna. yang digunakan, karena kontak antara partikel
akan semakin rapat sehingga air akan sulit
C. Papan Partikel untuk masuk diantara partikel kayu
1. Definisi (Widarmana, 1977). Kadar air papan partikel
adalah jumlah air yang masih tinggal di dalam
Partikel didefinisikan sebagai komponen
rongga sel, rongga intraseluler dan antar
utama papan partikel yang merupakan bagian
partikel selama proses pengerasan perekat
penting dari kayu atau bahan berlignoselulosa
dengan kempa panas.
lain termasuk semua bagian kecil kayu. Papan
partikel didefinisikan sebagai papan buatan yan b. Kerapatan Papan Partikel
terbuat dari serpihan kayu dengan bantuan Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan
perekat sintetis kemudian dipres sehingga suatu partikel dalam lembaran, dan sangat
memiliki sifat seperti kayu dan merupakan tergantung kerapatan kayu asal yang digunakan
bahan isolasi serta bahan akustik yang baik dan besarnya tekanan kempa yang diberikan
(Dumanauw, 2001). selama proses pembuatan lembaran. Makin
Menurut Standar Nasional Indonesia 1996, tinggi kerapatan papan partikel yang akan
berdasarkan tujuan penggunaanya papan dibuat, semakin besar tekanan yang digunakan
partikel dibedakan atas tipe I dan tipe II. Tipe I pada saat pengempaan (Widarmana, 1977).
adalah papan partikel untuk penggunaan di luar
SAINSTEK Vol. X1I, Nomor 1, September 2009 13

c. Penyerapan Air bahan perekat gambir dan untuk pengaturan pH


Papan partikel merupakan suatu bahan yang digunakan NaOH 50 %. Sebagai hardener di-
higroskopis sehingga memiliki sifat menyerap gunakan paraformaldehid 10 %. Untuk analisa
uap air dari udara sekitarnya sampai mencapai serat tandan kosong sawit menggunakan bahan
keseimbangan kandungan air dengan udara. kimia alkohol, aquades, H2SO4 72 % dan 1,3
Sebaliknya, apabila udara disekitar papan %, asam asetat, dan natrium klorit.
partikel menjadi lebih kering, papan partikel Alat-alat yang digunakan adalah parang,
akan kehilangan air sampai kembali mencapai karung, saringan, plastik, ember, baskom, gelas
keseimbangan. Faktor-faktor yang ukur, gelas piala, erlenmeyer, pH meter,
mempengaruhi penyerapan air papan partikel timbangan, alat cetakan, alat pengempa dingin,
adalah adanya saluran kapiler yang alat pengempa panas, alat pengkondisian,
menghubungkan antar ruang kosong, volume eksikator, oven, neraca analitik.
ruang kosong diantara partikel, luas permukaan
partikel yang tidak ditutupi perekat. C. Metode Penelitian
d. Pengembangan Tebal Pada penelitian ini rancangan yang diguna-
Salah satu kelemahan papan partikel adalah kan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
besarnya tingkat pengembangan dimensi tebal. dengan 4 perlakuan dengan 5 kali ulangan se-
Pengembangan tebal ini akan menurun dengan hingga jumlah sampel 4 x 5 = 20 buah papan
semakinnya banyaknya parafin yang partikel. Perlakuannya adalah :
ditambahkan dalam proses pembuatannya A = Massa bahan 100 %
sehingga kedap airnya akan lebih sempurna B = Massa bahan 94 %
(FAO dalam Supiana, 1955). C = Massa bahan 62 %
D = Massa bahan 32 %
3. Gambir Sebagai Bahan Perekat
Model umum dari pola rancangan ini adalah
Menurut Kasim (2001), gambir kualitas sebagai berikut :
super ditentukan oleh beberapa nilai pengujian,
antara lain kelarutan dalam etanol 89,5%, Yij = µ + Aij + E ij
kelarutan dalam air panas 95,2%, bilangan Dimana:
stiasya 89,5%, kadar catechin 73,3%, kadar air Yij = Nilai respon yang diukur
19,8%, kadar abu 4,5% dan kadar gula 2,4%. µ = Nilai rata-rata pengamatan
Bilangan stiasnya adalah suatu bilangan Aij = Pengaruh perlakuan ke – i pada
yang menunjukkan kemampuan zat atau gambir ulangan ke –j
untuk dapat berpolimerisasi atau bereaksi Eij = Kesalahan percobaan pada
dengan formaldehid sehingga membentuk perlakuan ke – i dan ulangan ke –j.
polimer (perekat). Selanjutnya diteruskan dengan uji lanjutan
Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT)
pada taraf nyata 5%.
BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian D. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium 1. Persiapan Bahan Baku
Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadi- Limbah padat berupa Tandan Kosong Sawit
yah Sumatera Barat, Laboratorium Teknologi diperoleh dari Tandan Buah Segar yang telah
Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas mengalami proses sterilisasi (perebusan) dan
Andalas, dan Laboratorium Teknik Sipil perontokan buah dengan alat threser. Peng-
Politeknik Negeri Padang. Penelitian dilakukan ambilan contoh tandan kosong sawit dilakukan
dari bulan Maret 2008 sampai Juni 2008. dengan cara mengambil 20 kg tandan kosong
sawit yang keluar dari threser melalui conveyor
B. Bahan dan Alat menuju incenerator setiap 5 menit selama satu
Limbah padat kelapa sawit berupa tandan priode pengolahan (setiap satu kali sterilisasi)
kosong sawit diperoleh dari Pabrik Pengolahan dan ditampung dalam satu wadah. Kemudian
Minyak Sawit Kasar PT. Agrowiratama Sungai seluruh contoh yang terkumpul dicampur rata.
Aur Pasaman Barat. Contoh yang diambil sebanyak 20 kg,
Pembuatan papan partikel menggunakan dimasukkan dalam alat pemotong secara
14 Irwan Roza

mekanik, setelah dilakukan pemotongan contoh dilakukan sampai target kerapatan tercapai.
dilakukan pengepresan untuk mengurangi kadar e. Keluarkan dari alat pengempaan.
air dan kadar minyak. Lakukan pemisahan serat f. Sebelum pengamatan, dilakukan proses
secara manual sesuai dengan perlakuan. Serat pengkondisian selama 2 minggu agar kadar
yang telah terpisah dikeringkan dengan panas air papan serat mencapai kadar air
matahari sampai kadar air 10%, kemudian keseimbangan.
dilakukan analisa kimia. 4. Pengamatan Papan Serat
2. Analisa Kimia Dalam penelitian ini pengamatan yang
Analisa kimia yang dilakukan terhadap dilakukan terhadap papan serat adalah : Kadar
serat dengan cara mengambil serat tandan air papan serat, Kerapatan, Daya serap air, dan
kosong sawit yang telah terpisah secara acak Pengembangan tebal (sifat fisis papan serat),
dan menimbangnya. Pengamatan yang dilaku- sedangkan untuk sifat mekanis pengamatan
kan terhadap serat adalah analisa kadar air, yang dilakukan terhadap papan serat adalah :
kadar lignin, kadar zat ekstraktif, kadar Penentuan kadar patah (MOR), Penentuan ke-
holoselulosa dan kadar selulosa. teguhan tekan sejajar permukaan, serta Penen-
3. Pembuatan Papan Serat tuan keteguhan rekat internal (Internal Bond).
Serat tandan kosong sawit yang akan di-
HASIL DAN PEMBAHASAN
gunakan dalam pembuatan papan serat adalah
serat yang telah dikeringkan hingga kadar air A. Sifat Kimia Serat
maksimal 10 %. Berdasarkan analisis kimia terhadap bahan
a. Penyediaan Bahan baku dengan perbedaan proses penyediaan serat
Cara kerja: dari limbah tandan kosong kelapa sawit dapat
1. Ukuran papan 31 cm x 31 cm x 1 cm x dilihat pada pada tabel 4.
0,8 g/cm3. Jadi kebutuhan serat (massa
bahan sesuai perlakuan) untuk satu Tabel 4. Hasil Analisis Kimia Terhadap Bahan
papan adalah 768,8 g. Baku dengan Perbedaan Proses
2. Pembuatan perekat Penyediaan Serat dari Limbah Tandan
Bahan membuat perekat untuk kerapatan Kosong Sawit.
0,7 kg/cm3 terdiri dari 100 ml air di- No Analisis
Perlakuan
tambah 45 g gambir, kemudian diaduk. A B C D
1 Kadar air (%) 10,55 9,59 9,17 9,21
Tambahkan NaOH 50 % beberapa tetes,
sehingga pH larutan > = 8. Selanjutnya 2 Kadar Zat 4,64 4,25 3,29 2,78
ditambah dengan paraformaldehid 10 % Ekstraktif (%)
3 Kadar Lignin (%) 23,59 23,14 22,18 15,81
dari berat total perekat. Perekat yang
dibutuhkan dalam pembuatan satu buah 4 Kadar 63,72 65,09 66,91 70,17
Holosellulosa (%)
papan adalah 16% dari berat papan, 5 Kadar Sellulosa 46,38 46,49 46,45 48,58
yaitu: 16% x 630 g = 100,8 g (Kasim, (%)
2002).
Untuk Kerapatan 0,8 kg/cm3 dibutuhkan Kadar air bahan baku akan mempengaruhi
perekat 16% x 768,8 g = 123 g. terhadap kadar air papan serat yang dihasilkan,
Sedangkan gambir yang dibutuhkan 123 makin tinggi kadar air bahan baku pembentuk-
g/100,8 g = 1,22 x 45 g = 54,9 g gambir nya maka semakin tinggi pula kadar air papan
dilarutkan dalam 122 ml air. serat yang dihasilkan Haygreen dan Bowyer
b. Serat yang telah disiapkan kemudian (1982) menjelaskan, apabila dalam pembuatan
dicampur dengan perekat lalu diaduk secara papan serat menggunakan perekat cair, maka
manual. partikel yang digunakan harus kering (2%-5%),
c. Tuangkan adonan ke dalam cetakan yang karena dengan ditambahnya perekat maka kadar
berukuran 31 cm x 31 cm yang telah air papan akan bertambah sekitar 4-6% se-
terletak di atas plat aluminium, buat lapisan hingga kandungan air akhir mendekati 10%.
serata mungkin. Kadar ekstraktif bahan baku akan mem-
d. Lalu dikempa dengan menggunakan kempa pengaruhi terhadap keteguhan patah (Modulus
dingin selam 5 menit, setelah itu dilakukan of Rupture) dan pengembangan tebal papan
pengempaan panas 15 menit. Pengempaan
SAINSTEK Vol. X1I, Nomor 1, September 2009 15

serat yang dihasilkan, semakin tinggi kadar zat keseragaman bentuk serat sangat menentukan
eksraktif bahan baku pembentuknya maka kekuatan dari papan partikel.
semakin rendah keteguhan patah papan serat
Tabel 5. Rata-rata Keteguhan Patah ( kg/cm2)
yang dihasilkan sedangkan pengembangan
Papan Serat dengan Perbedaan Proses
tebal papan serat yang dihasilkan akan semakin
Penyediaan Serat dari Limbah Tandan
tinggi. Zat ekstraktif serat tandan kosong sawit
Kosong Sawit
sebagian besar adalah minyak. Peningkatan
Keteguhan Patah
kadar zat ekstraktif diduga akan menurunkan Perlakuan
(kg/cm2)
kerapatan dan nilai keteguhan patah serta D = Rendemen serat rata- 97,2210 a
peningkatan nilai pengembangan tebal di- rata 32 %
karenakan perekat yang digunakan kurang C = Rendemen serat rata- 96,6275 a
masuk pori-pori serat, sehingga ikatan antara rata 62 %
perekat dan serat (adhesi) akan kurang kuat. B = Rendemen serat rata- 82,8720 b
Kadar lignin pada papan serat mem- rata 94 %
pengaruhi terhadap kekuatan papan serat yang A = Rendemen serat 100 % 71,5767 b
dihasilkan menurut Menurut Hartoyo, (1989) Koefisien Keragaman 9,73 (%)
cit Suri, (2002) lignin adalah komponen tidak Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf kecil yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DNMRT
diinginkan dalam pembuatan serat papan
Menurut Hartoyo, (1989) cit Suri, (2002)
partikel. Keberadaan komponen mengakibatkan
lignin adalah komponen tidak diinginkan dalam
pengaruh buruk terhadap sifat papan partikel,
pembuatan serat papan partikel. Keberadaan
terutama pada ikatan antar serat dan kekuatan
komponen mengakibatkan pengaruh buruk
papan partikel, sehingga dalam pembuatan serat
terhadap sifat papan partikel, terutama pada
papan partikel lignin harus dihilangkan.
ikatan antar serat dan kekuatan papan partikel,
Kadar holoselulosa menentukan kekuatan
sehingga dalam pembuatan serat papan partikel
papan serat yang dihasilkan Menurut Suryanto,
lignin harus dihilangkan.
(2002) kandungan holosellulosa pada tandan
Dengan meningkatnya kandungan
kosong sawit terutama terdapat pada tangkai
holosellulosa pada penyediaan papan serat akan
dan spikelet nilainya berturut-turut 82,89% dan
memberikan keteguhan patah (Modulus of
76,72%. Ditambahkan oleh Sudrajat (1979) cit
Rupture/MOR) yang semakin tinggi.
Suri (2002), holosellulosa (sellulosa dan
hemisellulosa) terdiri dari bagian amorf dan
kristalit. Bagian kristalit sangat menentukan 2. Keteguhan Tekan Sejajar Permukaan
kekerasan dan kekuatan papan serat. (Modulus of Elasticity/MOE)
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam me-
B. Pengamatan Sifat Mekanis Papan Serat nunjukkan bahwa presentase penyediaan serat
1. Keteguhan Patah (Modulus of Rupture/MOR) dari limbah tandan kosong sawit memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap ke-
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam
teguhan tekan sejajar permukaan papan serat
menunjukkan bahwa perbedaan proses penye-
yang dihasilkan, dapat dilihat pada tabel 6.
diaan serat dari limbah tandan kosong sawit
memberikan pengaruh yang berbeda nyata Tabel 6. Rata-rata Keteguhan Tekan Sejajar
terhadap keteguhan patah papan serat yang Permukaan (kg/cm2) Papan Serat
dihasilkan dapat dilihat pada tabel 5. dengan Perbedaan Proses Penyediaan
Nilai keteguhan patah papan serat berkisar Serat dari Limbah Tandan Kosong
antara 71,5767 kg/cm2 -97,2210 kg/cm2 dengan Sawit
rata-rata 87,0743 kg/cm2. Nilai kerapatan Keteguhan Tekan
Perlakuan
papan serat yang dihasilkan memenuhi (kg/cm2)
persyaratan standar SNI 03-2105-1996 karena D = Massa bahan 32 % 68,3709 a
nilainya di atas 80 (kg/cm2). C = Massa bahan 62 % 64,7444 a
Tingginya nilai keteguhan patah pada B = Massa bahan 94 % 49,1767 b
perlakuan D dan C karena ukuran serat yang A = Massa bahan 100 % 40,6240 b
Koefisien Keragaman 11,07 (%)
digunakan lebih seragam dan persentase serat
Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf kecil yang sama tidak
(holosellulosa) lebih tinggi. Menurut berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DNMRT
Widarmana (1977), ukuran panjang dan Nilai keteguhan tekan (kg/cm2) papan serat
16 Irwan Roza

berkisar antara 40,6240 kg/cm2 - 68,3709 partikel (Haygreen dan Bowyer, 1989).
kg/cm2 dengan rata-rata 55,7290 kg/cm2. Keefektifan perekat akan berkurang seiring
Dengan koefisin keragaman 11,07%. Nilai dengan meningkatnya kadar zat ekstraktif pada
keteguhan tekan papan serat yang dihasilkan bahan baku tandan kosong sawit. Zat ekstraktif
lebih tinggi dibandingkan persyaratan standar bersifat higroskopis, dimana zat tersebut
SNI 03-2105-1996 karena nilainya lebih besar menghalangi perekat memasuki dan menutupi
dari 1,5 kg/cm2. pori pori serat.

3. Keteguhan Rekat Internal (Internal Bond/IB) SIMPULAN


Keteguhan rekat internal merupakan suatu
Simpulan
nilai yang menunjukkan kekuatan ikatan antar
partikel, sehingga keteguhan rekat internal ini 1. Dari penelitian yang telah dilakukan
dapat digunakan sebagai petunjuk yang baik ternyata perbedaan proses penyediaan serat
dalam menentukan kualitas papan partikel yang dari limbah tandan kosong sawit ber-
dihasilkan. Berdasarkan hasil analisa sidik pengaruh terhadap terhadap sifat fisik dan
ragam menunjukkan bahwa presentase pe- mekanis papan serat. Dari keempat per-
nyediaan serat dengan pemanfaatan limbah lakuan penyediaan serat ternyata hanya
tandan kosong sawit memberikan pengaruh perlakuan A (Massa bahan 100%) yang
yang berbeda nyata terhadap keteguhan rekat tidak memenuhi SNI-03-2106-1996 ter-
internal papan serat yang dihasilkan dapat utama untuk sifat mekanis keteguhan patah
dilihat pada tabel 7. dan keteguhan rekat internal karena nilai-
nya untuk keteguhan patah minimal 80
Tabel 7. Rata-rata Keteguhan Rekat Internal kg/cm2 dan keteguhan rekat internalnya
(kg/cm2) Papan Serat pada Berbagai minimal 6 kg/cm2.
Persentase Penyediaan Serat dengan 2. Sedangkan untuk sifat fisik papan serat dari
Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong kempat perlakuan yang dilakukan ternyata
Sawit hanya parameter kadar air dan kerapatan
Keteguhan Rekat yang memenuhi SNI-03-2105-1996, untuk
Perlakuan
Internal (kg/cm2) parameter daya serap air dan pengem-
D = Massa bahan 32 % 7,5509 a bangan tebal tidak ada satu perlakuan pun
C = Massa bahan 62 % 7,1453 a yang memenuhi SNI-03-2105-1996.
B = Massa bahan 94 % 6,4863 b
A = Massa bahan 100 % 5,4634 c
3. Sifat serat dari sabut kelapa sawit pada
Koefisien Keragaman 7,40 (%)
perlakuan B sebagai berikut : Kadar air
Rata-rata perlakuan yang ditandai huruf kecil yang sama tidak 9,59 %, kadar zat ekstraktif 4,25 %, kadar
berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DNMRT lignin 23,14 %, kadar holosellulosa 65,09%
dan kadar sellulosa 46,49 %.
Nilai keteguhan rekat internal (kg/cm2) 4. Sifat fisis dari papan serat pada perlakuan
papan serat berkisar antara 5,4634 kg/cm2 – B sebagai berikut: Kadar air 8,70%,
7,5509 kg/cm2 nilai rata-rata 6,6615 (kg/cm2). kerapatan 0,7477 g/cm3, daya serap air
Nilai keteguhan rekat internal papan serat yang 73,40 % dan nilai pengembangan tebal
dihasilkan memenuhi persyaratan standar SNI 50,92% . Sedangkan untuk sifat mekanis
03-2105-1996 minimum 6 kg/cm2. dari papan serat yang dihasilkan sebagai
Tingginya nilai keteguhan rekat internal berikut; keteguhan patah 80,8720 kg/cm2,
pada perlakuan D karena ukuran serat yang keteguhan tekan 49,1767 kg/cm2 dan
digunakan lebih seragam dan persentase serat keteguhan rekat internal 6,4863 kg/cm2.
(holosellulosa) lebih tinggi.
Keteguhan rekat internal adalah suatu Saran
ukuran ikatan antar partikel dalam lembaran
Pemanfaatan tandan kosong sawit sebagai
papan partikel. Keteguhan rekat internal
bahan baku produk berbasis serat seperti papan
merupakan suatu bentuk daya tahan papan
serat perlu dikembangkan, pemanfaatan limbah
partikel terhadap kemungkinan pecah atau
ini sebagai sumber serat dapat dilakukan secara
belah. Sifat keteguhan internal akan semakin
mekanis tetapi untuk lebih efektifnya perlu
sempurna dengan bertambahnya jumlah perekat
dilakukan penelitian lanjutan untuk rekayasa
yang digunakan dalam proses pembuatan papan
SAINSTEK Vol. X1I, Nomor 1, September 2009 17

dan pembuatan alat pengeringan, defiberator Yayasan Hutanku. Padang.


dan alat pencampuran perekat.
Sjostrom, E. (1995). Kimia kayu: Dasar-
dasar dan penggunaan. Edisi kedua.
DAFTAR RUJUKAN Diterjemahkan oleh Hardjono
Sastrohamidjojo. Gajah Mada
Away, Y. (1998). Optimasi volume tumpukan
University Press. Yogyakarta.
dan aerasi dalam biodelignifikasi
TKKS untuk pulp biokimia-mekanis. Sudarmaji.S, B. Haaryono dan Suhardi. (1984).
Laporan penelitian APBN 1997/1998, Prosedur Analisisa untuk Bahan
8 – 9 April 1998. Unit Penelitian Makanan dan Hasill Pertanian.
Bioteknologi Perkebunan, halaman 11. Liberty. Jogjakarta..
Bogor.
Sudrajat, (1979). Dasar-Dasar Teknologi
Badan Pusat Statistik. (2003). Statistik Serat II. Institut Pertanian Bogor.
Indonesia. Jakarta. Bogor.
Dumanauw, J.F. (1994). Mengenal kayu. Sumadiwangsa,S. (1983). Industri papan
Kanisius. Jogjakarta. partikel sebagai salah satu alngkah
pemanfaatan kayu secara maksimal.
Erwinsyah dan Guritno, P. (1999). Tandan
Makalah pada dDiskusi Industri
kosong sawit sebagai bahan baku
Perkayuan 1983. LP3HH, Hal 157-
alternatif industri pulp dan kertas.
159. Bogor.
Proceedings Seminar Nasional I
Masyarakat Peneliti kayu Indonesia Suryanto, H., A. Pratoto dan A. Kasim.(2002).
(MAPEKI); 265 – 272 Pengembangan dan optimasi prototype
mesin pengolah limbah tandan kosong
FAO. (1958). Fibre board and particle
sawit untuk menghasilkan serat
board. Food and
mekanis. Laporan Riset Unggulan
Agricultureganisation of The United
Kemitraan (RUK) tahun 2.
Nations, page 64 – 74. Roma.
__________., D. Amir dan Teguh B. (2002).
Haygreen, J.G. dan J.l. Bowyer. (1989). Hasil
Pengembangan prototype mesin
hutan dan ilmu kayu. Gajah Mada
pencacah tandan kosong sawit untuk
University Press. Jogjakarta.
menghasilkan bahan baku pupuk
Kasim, A. (2001). Penggunaan kulit manis organik. TPSDP. SPK No.
sebagai bahan kayu dengan 18/II/TPSDP-Unand/4-2002.
menggunakan perekat buatan dan
Suri, M. (2002). Studi penggunaan beberapa
perekat alami. Makalah pada
perekat untuk pembuatan papan
Seminar IASI di Hamburg. 12 April
partikel hasil biodelignifikasi TKS
2001. halaman 3. Jerman.
menggunakan EM-4. Tesis.
________.(2002). Proses Gambir sebagai Pascasarjana. Universitas Andalas.
bahan baku perekat. Nomor Patent: Padang.
P. 00200200856. Padang.
Widarmana, S. (1977). Panil-panil berasal dari
Mulyadi,A.T. (2000). Permintaan dan kayu sebagai bahan bangunan.
pasokan kayu di Indonesia. Rimbun Proceding Seminar Persaki di Bogor,
NO. 18. Dephutbun. 23 – 24 juni 1977. hal 79. Pengurus
Pusat Persaki. Bogor.
Nazir.N. (2000). Gambir budidaya pengolah-
an dan prospek diversifikasinya.

Anda mungkin juga menyukai