Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Theologi Islam (S.Th. I) pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
RAHMAWATI
NIM: 30300110067
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat
orang lain, sebahagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
Penyusun,
RAHMAWATI
NIM: 30300110067
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat yang tiada terhitung tiada
henti dikaruniakan-Nya kepada setiap manusia, sehingga rahmat, taufiq dan inayah-
Nya, sehingga karya atau skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya,
meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Shalawat dan salam penulis hanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad
saw, kepada keluarganya, para sahabat, tabi-tabi’in serta pengikut setia beliau hingga
akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian studi maupun
penyusunan skripsi ini tentunya tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya bantuan
dan dukunga dari berbagai pihak, olehnya itu maka patutlah kiranya penulis
menyampaikan rasa syukur dan ucapan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, HT, M.S, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
2. Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, M.Ag, selaku Dekan bersama Pembantu
Dekan I Drs. Tasmin Tangngareng, M.Ag, Pembantu Dekan II Drs. Ibrahim,
M.pd, dan Pembantu Dekan III Abduh Wahid, M.Ag, Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat UIN Alauddin Makassar.
3. Drs. Muh. Sadik Sabry. M.Ag, dan Muhsin Mahfidz, M.Th.I, selaku ketua dan
sekretaris Jurusan Tafsir Hadits.
4. Hasyim Haddade, S.Ag. M, Ag, selaku pembimbing I dan Dra.Marhany
Malik, M.Hum, selaku pembimbing II, yang telah banyak memberi
kemudahan dan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan
kebijaksanaan mulai dari penyusunan draft hingga pada tahap penyelesaikan
skripsi ini.
iv
v
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………. 62
B. Implikasi Penelitian …………………………………………. 62
vi
ABSTRAK
vii
BAB I
PENDAHULUAN
sosial antara golongan kaya raya dan berkuasa di level atas, dan golongan
tidak bermoral, berlaku aniaya dalam arti merugikan pihak lain. Dapat
1
Daud Rasyid, Hukum tentang Nepotisme (dikutip dari internet yang dimuat pada
hari Rabu, 09 Agustus 2008, akan tetapi diakses pada tanggal 26 Desember 2012).
2
Hassan Shadily, Nepotisme, Bagaimana Sebaiknya Disikapi, Jilid.4 (Jakarta:
Ichtiar Baru-van Hoeve, 1983), h. 2360.
2
salah satu ciri masyarakat yang menjunjung tinggi nilai sebuah kontrak
tanggung jawab dan hak-hak yang berada di atas pondasi moral dan
kebenaran. Negeri yang adil dan berkesinambungan akan berdiri tegak, dan
negeri yang tidak adil dan tidak berkesinambungan akan runtuh, lepas dari
soal siapa dan apa agama penduduknya. Berkenaan dengan hal ini, bangsa
yang penduduknya sebahagian besar adalah Muslim, tidak dibenarkan
3
Taqiyuddin Ahmad bin Abd Halim Ibnu Taimiyah, al-Siyasah al-Syar’iyah (al-
Mamlakah al-Sa’udiyah al-‘Arabiyah: Wizarah al-Syu’un al-Islamiyah, Cet. I, 1918 H.), h.
10 .
4
Hassan Shadily, op. cit., h.2362.
5
Daud Rasyid, op. cit.
6
Nurcholis Madjid, Indonesia Kita (Cet. I; Jakarta: Paramadina, 2003), h. 86.
3
maupun horizontal.8
dan pengutamaan kerabat dari pada orang lain. Sebagaimana firman Allah
7
Ibid.
8
Ibid.,h. 87.
9
Departemen Agama R.I., Al-Qur’ā n dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syamil
Cipta Media, 2005), h. 29.
4
Terjemahnya:
‚Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya,
demikian(pula)kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari
keridhaan Allah; dan merekaitulah orang-orang beruntung.‛10
Adapun pada ayat yang lain secara kontekstual melarang seorang
hamba lebih mencintai keluarganya, barang perdagangannya, hartanya,
tersebut.
B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah pokoh yang akan
al-Qur’an?.‛
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan sistematis, maka
10
Ibid, h. 408.
11
QS. al-Taubah/9: 24.
5
maka penulis akan menjelaskan batasan pengertian dan beberapa kata dalam
skripsi ini.
Nepotisme berasal dari bahasa latin yaitu nepos atau nepotis yang
bentuk mashdar yang maknanya sama dengan kata ‚qira’ah‛ yaitu bacaan.
Bentuk mashdar ini berasal dari fi’il maḍ i ‚qara’a‛ yang artinya membaca.
12
Hassan Shadily, dkk, Ensiklopedi Indonesia(Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve,
1983) Jilid 4 hal. 2361.
13
The Liang Gie, dkk, Ensiklopedi Administrasi(Jakarta: CV. Haji Masabung, Cet.
VI, 1989) hal. 292.
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990) hal. 613.
6
D. Kajian Pustaka
Setiap penelitian membutuhkan kajian pustaka dan dianggap
sebagai hal yang sangat esensial dalam penelitian. Hal itu tidak terlepas dari
bahwa teori sebelumnya masih perlu untuk diuji ulang atau dikembangkan
atau ditemukan teori baru yang dapat menjawab tantangan yang dihadapi
bentuk buku-buku.
15
Manna’a al-Qaṭ ṭ an, Mabā hiṡ fȋ ‘Ulȗ mil Qur’ā n (Cet. VII; al-Qahirah:
Maktabah Wahhabiyyah, t. th), h. 14-16.
16
A. Qadir Gassing HT., Wahyuddin Halim, ed., Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah Makalah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Makassar: Alauddin Press, 2008), h. 10-11.
7
ini merupakan skripsi oleh Abdul Gaffar dalam bidang hadis, yang isinya
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Pendekatan17
yaitu:
a. Pendekatan Syar’i.
b. Pendekatan Filosofis
masalah.19
c. Pendekatan Sosiologis.
17
Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian (Bandung: Refika Aditama,
2008), h. 50.
18
Hamka, Falsafah Ushul Fiqhi (Cet. I; Ujung Pandang: al-Ahkam, 1998), h. 136.
19
Abuddin Nata, Metode Studi Islam (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006), h.
42.
20
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (ed), Metodologi Penelitian Agama
(Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 1.
9
sosial (masyarakat).
21
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara,
1999), h. 28 dan Soejono, dkk, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), h. 2.
22
Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsirannya (Cet. I;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 77.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006), h.129.
10
4. Metode Analisis24
bahan atau teori yang sifatnya umum untuk kemudian diuraikan dan
umum.
24
Sumadi Suryabarta, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998), h. 84.
11
2. Kegunaan Penelitian
sebagai berikut:
nepotismeperspektif al-Qur’ān.
sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan uraian
sebagai berikut:
Bab I, merupakan pembahasan pendahuluan yang secara umum
singkat dan orientasi dari obyek yang akan dibahas pada bab-bab
berikutnya. Dalam bab pendahuluan ini terdiri atas tujuh sub bab, dan
beberapa saran yang merupakan implikasi akhir dari hasil penelitian ini.
13
BAB II
A. Pengertian Nepotisme
Nepotisme terambil dari akar kata nepos dan otis, yang berarti cucu lelaki,
keturunan atau saudara sepupu. 1Kata ini kemudian mengalami perluasan arti
sendiri terutama dalam jabatan, atau pangkat dalam lingkungan pemerintahan. Ketiga,
tindakan memilih kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memengang jabatan
seorang saudara, bukannya seorang yang lebih berkualifikasi namun bukan saudara,
manajer tersebut akan bersalah karena nepotisme. Pakar biologi telah mengisyaratkan
bahwa kendisi terhadap nepotisme adalah berdasarkan naluri, sebagai salah satu
1
W.J.S Poerwadarminta, Prent C.M.J. Adisubrata, Kamus Bahasa Indonesia(Yogyakarta:
Kanisius, tth. ), h. 691.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka
2001), h. 726.
13
14
Kata Nepotisme berasal dari kata lain nepos, yang berarti “keponakan” atau
“cucu”. Pada abad pertengahan beberapa paus katholik dan iskup-yang telah
anaknya sendiri .
mengutamakan sanak keluarga sendiri walaupun dia tidak memenuhi syarat, maka
tidaklah termasuk nepotisme dalam pengertian itu. Misalnya, John F Kennedy yang
sarjana hukum dan ternyata mampu menjalannkan tugas sebagai jaksa Agung.3
(Guru Besar Fakultas Hukum Trisakti) pada bulan maret 1991, bahwa persyaratan
penerimaan jaksa di Belgia sama saja dengan di tempat lain, seperti IP, psikoteks , tes
akademik, kesehatan dan lain-lain. Tetapi jika terdapat dua calon yang sama-sama
memenuhi semua syarat, tetapi yang satu adalah anak jaksa dan yang lain bukan,
sedangkan tempat yang tersedia hanya satu, maka yang diterima ialah anak jaksa itu.4
Alasannya ialah anak jaksa itu sudah biasa dalam “habitat” jaksa, sehingga
lebih mudah untuk adaptasi. Lain an Presiden Rumania Nicolae Ceaucescu yang
3
A. Hamzah Jaksa Agung, Seharusnya Bisa Menangkap Seorang Menteri, http://www.
Transpatansi .or. id/majalah/edisi 17/17 berita_4. Html. Akses Tgl 28-02-2013.
4
Ibid.
15
Pengetahuan atau Mascos yang mengangkat istrinya yang hanya mantan peserta ratu
kecantikan menjadi Gubernur Metro Manila. Demikianlah itu Nepotisme dalam arti
tidak baik ini walaupun berupa perbuatan korupsi dalam arti sosiologis namun
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi). Nepotisme lebih bernuansa moral dari pada
yuridis.5
nepotisme tergolong kedalam system yang rusak karena menyalahi prinsip merit-
prestasi).7
sebuah rumusan bahwa Nepotisme adalah tingkatan pemegang jabatan publik (aparat
negara) yang cenderung kepada sanak saudaranya dalam pembagian kekuasaan dan
wewenang yang terkait dengan urusan publik dan menyalahi prinsip merid system.
5
Ibid.
6
Pasal 1Bab 1 Ayat (5) Undang-Udang Repoblik Indonesia No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih yang Beres dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
7
M. Dawam Rahardjo, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN): Kajian Konseptual dan Sosial
Cultural, dan Edy Suandi Hamid dan Muhammad Sayuti (ed.), Menyingkap Kolusi, Korupsi dan
Nepotisme di Indonesia (Yogyakarta: Adytya Media, 1999), h. 25.
16
Term nepotisme dalam bahasa arab yaitu: al-muhābāh (karena akar katanya
ada keterkaitan dengan makna cinta, belas kasih dan suka terhadap sesuatu), al-gisy
dorongan hawa nafsu untuk melakukan kecurangan dalam segala aspek kehidupan),
al-syafa‟ah al-sayyi‟ah (adanya dorongan untuk dibantu dalam kesalahan). Semua
term ini tidak terdapat dalam al-Qur‟an kecuali sebagiannya saja, seperti Al-Ittikhāż
Terjemahnya:
8
Departemen Agama R.I., Al-Qur’ā n dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syamil Cipta Media,
2005), h. 190.
17
Terjemahnya:
“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan
perang. barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu,
Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan
tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang
mereka tidak dianiaya.”9
3. Al-Syafa‟ah al-Sayyi‟ah, dalam QS. al-Nisā‟/4: 85.
Terjemahnya:
“Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik,10 niscaya ia akan
memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan barangsiapa memberi
syafa'at yang buruk,11 niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari
padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”12
Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adlah maha mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.”13
9
Ibid., h. 71.
10
Syafa'at yang baik ialah: setiap sya'faat yang ditujukan untuk melindungi hak seorang
muslim atau menghindarkannya dari sesuatu kemudharatan.
11
Syafa'at yang buruk ialah kebalikan syafa'at yang baik, seperti nepotisme dalam hal
melanggar hak seseorang.
12
Departemen Agama R.I.,op. cit., h. 91.
13
Depag RI, al-Quran dan Terjemahnya,h.81
18
sedikit orang yang hanya pandai memerintahkan yang ma‟uf (kebaikan), tetapi dia
sendiri lalai. Ayat ini memerintahkan mereka, bahkan semua orang untuk
melaksanakan keadilan atas dirinya baru menjadi saksi yang mendukung atau
memberatkan orang lain. Di sisi lain, penegakan keadilan serta kesaksian dapat
menjadi dasar untuk menampik mudharat yang dapat dijatuhkan. Bila demikian hal,
maka menjadi wajar penegakan keadilan disebut terlebih dahulu karena menolak
daripada menolak kemudharatan atas diri orang lain. Atau karena penegakan keadilan
memerlukan anekah kegiatan yang berbentuk fisik, sedang kesaksian hanya berupa
ucapan yang disampaikan, dan tentu saja kegiatan fisik lebih berarti daripada sekedar
ucapan dan tidak mengikuti hawa nafsu karena enggang berlaku adil. Kata (Khabir),
digunakan untuk siapa yang mendalami masalah. Seorang pakar dalam bidangnya
dinamai khabir, karena itu pula kata ini biasa digunakan untuk menunjuk
pengetahuan yang mendalam dan sangat rinci menyangkut hal-hal yang tersembunyi.
Allah swt. Menyandang nama Khabir. Menurut imam Ghazali, al-Khabar adalah yang
tidak tersembunyi bagi-nya hal-hal yang sangat dalam dan yang disembunyikan, serta
tidak terjadi sesuatu pun dalam kerajaa-Nya, di bumi maupun di alam raya kecuali
diketahui-Nya tidak bergerak satu dzarrah atau diam, tidak bergejolak jiwa, tidak
14
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol.2(cet; Jakarta; Lentera Hati, 2002), h.617.
19
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran)karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kamu kerjakan.15.
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin agar dapat
melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan cermat jujur dan ikhlas karena
Allah, baik pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan
yang pertalian dengan urusan kehidupan duniawi. Karena hanya dengan demikian
mereka biasa sukses dan memperoleh hasil atau kebiasaan yang mereka inginkan
dan harapan. Dalam penyaksian, mereka harus adil menerangkan apa yang
lawan dan merugikan sahabat dan kerabat. Ayat ini senafas dan seirama dengan
surah an-Nisa‟ ayat 135 yaitu sama-sama menerangkan tentang seseorang yang
berlaku adil dan jujur dalam persaksian. Perbedaanya adalah dalam ayat tersebut
kesaksian itu akan merugikan diri sendiri, ibu, bapak dan kerabat, sedang dalam
ayat ini diterangkan bahwa kebencian terhadap sesuatu kaum tidak boleh
15
. Depag RI ,op. cit h. 88.
20
mendorong seseorang untuk memberikan persaksian yang tidak adil dan tidak
dalam sega hal, untuk mencapai dan memperoleh ketenteraman, kemakmuran dan
kebahagiaan dinia dan akhirat. Oleh karena itu berlaku adil adalah jalan yang
Terjemahnya:
“Dan Telah kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah
berlalu waktu tiga puluh malam, dan kami sempurnakan jumlah malam itu
dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah
ditentukan Tuhannya empat puluh malam. dan berkata Musa kepada
saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah Aku dalam (memimpin) kaumku, dan
perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat
kerusakan.”17
Setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan nikmat Allah swt. kepada kaum
Nabi Musa as. Yang diselamatkan Allah dari segi jasmani dengan tenggelam dan
16
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Tafsir , (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1990),
hal 401.
17
Depag RI, op. cit. h. 136.
21
mereka, kini ayat ini dan ayat berikutnya menguraikan nikmat yang lain, yakni
pengikut-pangikut Fir‟aun dan ingat pulah anugerah lainnya, Dan telah kami
janjikan kepada Musa untuk bermunajat kepada kami dan memberikan kitab
taurat sudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan kami menyempurnakannya,
empat puluh malam. Dan ingat juga ketika berkata Nabi Musa kepada
itu; Gantikanlah aku pada, yakni dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah, dan
Ia disebut dalam sekian banyak teks keagamaan, baik al-Qur‟an maupun al-
janji Nabi Musa as. Di atas, disebut langsung empat puluh malam, bukan seperti
ayat di atas bermula dengan tiga puluh kemudian ditambah sepuluh. Diharapkan
dengan penyebutan seperti itu, hati mereka akan lebih tergugah untuk kembali
18
M.Quraish Shihab,vol. 2, op, cit., h.142.
19
Ibid; h. 232.
20
Ibid., h. 234.
22
beriman dan meninggal kekufuran. Ini dipahami dari ayat-ayat sebelumnya yang
Dapat juga dikatakan bahwa pemisahan itu disebabkan karena ayat ini
menguraikan kisah penyembahan Bani Isra‟il yang justru terjadi pada sepuluh
malam terakhir yang merupakan penambahan dari tiga puluh malam. Banyak
uraian yang dikemukakan ulama tentang sebab penambahan itu. Salah satu yang
sangat populer , adalah bahwa selama tiga puluh hari dan malamnya Nabi Musa
as. Berpuasa, dan ketika dia merasakan akibat puasanya itu bauh yang tidak sedap
bahwa hal tersebut justru menjadikan bau mulutnya berbauh, dan selanjutnya
luas. Tetapi sekian banyak pula pakar menolak kebenaran riwayat ini, dengan
malam adalah waktu yang paling baik untuk bermunajat menghadapkan diri
Pesan Nabi Musa as. Kepada Nabi Harun as. ang menyatakan perbaikilah,
dan janganlah engkau mengikuti jalan para pembuat kurusakan, tentu saja bukan
kekufuran karena beliau adalah Nabi sebagaima semua nabi yang terpelihara dari
mengikuti, menyetujui atau merestui saran siapapun dari kaum yang melanggar
ketentuan agama. Agaknya Nabi Musa as. yang sangat mengenal kaumnya,
mereka ada perusak perusak, dan karena itu beliau meninggalkan pesan tersebut.
Pesan ini menjadi lebih perlu lagi karena seperti diketahui, pribadi Nabi Harun as.
Berbeda dengan pribadi Nabi Musa as. Beliau sangat lemah lembut,
Pesan pertama tersebut merupakan salah satu pesan yang sangat penting
inti dari segala kebajikan. Inilah yang menjadikan aktifitas membuahkan hasil
yang memuaskan pelaku dan masyarakat umum, dan itu pula yang merupakan
kerusakan, bukan sekedar bertujuan penekanan tentang pesan yang lalu untuk
melakukan kebaikan. Pesan kedua ini mengandung makna lain yang melebihi
pesan pertama. Itu sebabnya, pesan tersebut didahului kata dan. Pesan ini
atau perusak adalah siapa yang terbisa melakukan perusakan atau kebanyakan
24
Terjemahnya:
“Dan Jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, Harun
saudaraku, teguhkanlah hatinya kekuatan dan jadikanlah dua sekutu dalam
urusanku.23
Nabi Musa as. Bermohon pengukuhan melalui keluarganya. Nabi agung itu
yang berkaian dengan dakwah, dan jadikanlah dia sekutu dan urusanku yakni
5. QS . Al-Nahl/16: 90.
22
Ibid; h. 236.
23
Depag RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, h.261
25
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, dan berbuat kebajikan,
serta memberikan bantuan kepada kaum kerabat; dan melarang
daripada melakukan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar serta
kezaliman. Ia mengajar kamu (dengan suruhan dan larangannya ini),
supaya kamu mengambil peringatan mematuhiNya.”
Kata (al-„adl) terambil dari kata („adala) yang terdiri dari huruf-huruf
„ain dan dal dan lam. Rangkaian huruf-huruf ini mengandung dua makna yang
bertolak belakang, yakni lurus dan sama serta bengkok dan berbeda.
Seseorang yang adil adalah yang berjalan lurus dan sikapnya selalu
menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan itulah yang
menjadikan seseorang yang adil tidak berpihak kepada salah seseorang yang
berselisih.
ukuran kuantitas boleh jadi tidak sama. Ada junga yang menyatakan bahwa
terdekat. Ini bukan saja menuntut seseorang memberi hak kepada pihak lain,
penganiayaan.”Demikian sabda Nabi saw. Ada lagi yang berkata adil adalah
26
hal; pertama, memberi nikmat kepada pihak lain, dan kedua, perbuatan baik.
Karena itu lanjutnya kata ihsan lebih luas dari sekedar “memberi nikmat atau
nafkah,” Maknanya bahkan lebih tinggi dan dalam dari kandungan makna
adalah mengambil hak Anda dan atau memberi semua hak orang lain, sedang
ihsan adalah memberi lebih banyak dari pada yang harus Anda beri dan
mencapai saat seseorang memandang dirinya pada diri orang lain sehingga dia
memberi untuknya apa yang seharusnya dia beri untuk dirinya; sedang ihsan
antara hamba dengan Allah adalah leburnya dirinya sehingga dia hanya
“melihat” Allah swt. Kerena itu pula ihsan antara hamba dan sesame manusia
adalah bahwa dia tidak melihat lagi dirinya dan hanya melihat orang lain itu.
Siapa yang melihat dirinya pada posisi kebutuhan orang lain dan tidak melihat
24
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jil.4, (Jakarta: Lentera hati : 2002) h.328.
27
dirinya pada saat beribadah kepada Allah maka itulah yang dinamai muhsin,
dan ketika itu dia telah mencapai puncak dalam segala amalnya.
menjelaskan sekian banyak artinya, antara lain, istiqamah (bersikap jujur dan
mengantar kepada seorang agung lagi bijaksana, dan lain lain. Dari makna-
makna tersebut, dapat dipahami apa sebenarnya yang dikandung oleh perintah
ini dan apa yang seharusnya dilakukan oleh sang pemberi, serta bagaimana
sesuatu yang dampak dan ganjarannya tidak terlukiskan karena ia dinilai Allah
sebagai sesuatu yang agung. Memang, kalau kita membuka lembaran al-
kata kerja (ata-yu/ti), yang mana kata ita‟ merupakan bentuk mushdar (kata
jadian) dari kata kerja tersebut. Kita akan temukan pemberian Allah swt.
hal yang disebut sebelumnya, yaitu adil dan ihsan. Tetapi agaknya hal ini
atau lebih senang memberi bantuan kepada orang lain yang bukan
28
keluarganya. Boleh jadi karena ada maksud tertentu di balik pemberian itu,
seperti pepularitas dan pujian. Perlu dicatat bahwa salah satu cara yang
memberi bantuan, dan karena itu pula ketika sahabat Nabi saw. Bertanya
sasaran pertamanya adalah kedua orang tua kemudian para kerabat Rasul saw.
tanggungan seseorang, kemudian yang lebih dekat. Para kerabat, lebih utama
bahkan keyakinan yang dinilai buruk oleh jiwa dan akal yang sehat, serta
mengakibatkan dampak buruk bukan saja bagi pelakunya tetapi juga bagi
lingkungannya.
ma‟ruf.”
sebagai “segala sesuatu yang dilarang oleh agama,” Dari defenisi ini dapat
25
Ibid; hal.331.
29
disimak bahwa kata mungkar lebih luas jangkauan pengertiannya dari kata
tanggung jawab, demikian juga meminum arak bagi anak kecil, adalah
mungkar, walau apa yang dilakukannya itu melihat usianya bukanlah maksit.
ibadah, perintah non ibadah, dan ada juga yang berkaitan dengan manusia,
serta lingkungan.
ia di gunakan dalam arti menuntut hak pihak lain tanpa hak dan dengan cara
aniayah /tidak wajar. Kata tersebut mencakup segala pelanggaran hak dalam
bidang interaksi sosial, baik pelanggaran itu lahir tanpa sebab, seperti
perampokan, pencurian, maupun dengan atau dalih yang tidak sah, bahkan
Kejahatan al-baghi pun sebenarnya telah dicakup oleh kedua hal yang
ingatyang menjadi penutup ayat ini dapat dipahami sebagai iayarat bahwa
melekat pada nurani setiap orang, dan selalu didambakan wujudnya, karena itu
kehancuran kemanusiaan.
publik kepada keluarganya sendiri tanpa memperhatikan basis kompetensi dari orang
berlaku adil meskipun terhadap orang orang lain, bahwa terhadap dirinya sendiri. Hal
sersebut secara implisit meniscayakan bahwa tidak diperkenalkan bagi seorang aparat
negara yang merupakan pemegang jabatan publik untuk berlaku semena-mena dengan
unsur keadilan dalam pelimpahah wewenang dan kekuasaannya tersebut. Hal tersebut
sebangai mana yang dijelaskan dalam ayat –ayat al-Qur‟an sebagai berikut:
Namun demikian Allah swt juga menegaskan keharusan berlaku adil baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap kerabatnya. Dalam hal ini, tindakan
nepotisme tidak dapat dibenarkan karena alasan itu. Hal tersebut sebagaimana yang
Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tau kemaslahatannya. Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutarbalikan (kata-kata) atau enggang menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.”26
Ibn Kasir berpendapat bahwa keharusan berlaku adil tersebut harus dilakukan
meskipun dirinya sendiri akan mendapatkan bahaya (mudarat). Hal tersebut harus
dilakukan karena keadilan, ketakwaan, dan kebenaran adalah satu kesatuan yang
tetep harus ditegakkan tidak boleh mengalahkan yang lainnya. Keadilan harus
yang sangat kuat. Perintah berlaku adil dapat di kemukakan dengan menyatakan
(i‟dilu) i‟ditu/berlaku adilah. Lebih tegas dari ini adalah Kunumuqassitin (jadilah
26
Depag RI , op.cit, h.81.
27
Ibn Kasir , op.cit, h.80.
32
orang-orang yang adil) dan lebih tegas dari ini adalah kunukawwamina bilqisti
jadikan penegakan keadilan menjadi sifat melekat pada diri kamu dan kamu
lahir dan batinmu. Jangan sampai ada sesuatu yang bersumber darimu
karena Allah, bahkan untuk tujuan-tujuan duniawi yang tidak sejalan dengan nilai-
nilai ilahi.
adalah dikarenakan tidak sedikit orang yang hanya pandai memerintahkan yang
diperintahkannya itu, dia lalai. Ayat ini memerintahkan mereka, bahkan semua
orang untuk melaksanakan keadilan atas dirinya baru menjadi menjadi saksi yang
mendukung atau memberatkan orang lain. Di sisi lain, penegakan keadilan serta
kesaksian dapat menjadi dasar untuk menolak medharat yang dapat dijatuhkan.
Bila demikian halnya, maka maka menjadi wajar penegakan keadilan disebut
terlebih dahulu karena menolak kemudharatan atas diri sendiri, melalui penegakan
28
Al-Qurtubi, op. cit. h. 617.
33
keadilan lebih diutamakan dari pada menolak mudharat atas orang lain. Atau
sedangkan kesaksian hanya berupa ucapan yang disampaikan, dan tentu saja
Tunaikanlah kesaksian itu karena Allah. Maka bila kesaksian itu ditegakkan
karena Allah, barulah kesaksian itu dikatakan benar, adil, dan hak, serta bersih dari
penyimpangan, dan kepalsuan. Karena itu dalam firmannya walau ala anfusak
(biarpun terhadap diri kalian sendiri).Dengan kata lain, tegakkanlah persaksian itu
secara benar, sekalipun bahayanya menimpa diri sendiri. Apabila kamu ditanya
kembali kepada dirimu sendiri. Karena sesungguhnya Allah akan menjadikan jalan
keluar dari setiap perkara yang sempit bagi orang yang taat kepada-Nya.
Lafaz Awilwalidaini wal aqrabiina (ibu bapak dan kaum kerabat laiinya),
yakni sekalipun kesaksian itu ditujukan terhadap kedua orang tuamu dan
mereka, karena sesungguhnya perkara yang hak itu harus ditegakkan atas setiap
hawa nafsu karena ingin menyimpang) dari kebenaran, dapat juga berarti janggalan
29
M. Quraish Shihab vol 12, op, Cit, h. 37
30
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol.8, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 35.
34
kamu mengikuti hawa nafsu karena enggan berlaku adil.Maksudnya, jangan sekali-
kali hawa nafsu dan fanatisme serta resiko dibenci orang lain membut kalian
meninggalkan keadilan dalam semua perkara dan urusan kalian. Bahkan tetaplah
tersembunyi bagi-Nya hal-hal yang sangat dalam dan disembunyikan, serta tidak
terjadi sesuatupun di alam raya kecuali di ketahui-Nya, tidak bergerak satu dzarrah
atau diam, tidak bergejolak jiwa, tidak juga tenang, kecuali ada beritannya di sisi-
Nya.
Ayat tersebut turun berkenaan dengan adanya sengketa antara seorang fakir
dengan seorang kaya, tetapi Rasulullah saw langsung menegaskan bahwa orang
yang fakir itu tidak bersalah, kemudian turunlah perintah Allah untuk menegakkan
Berdasarkan ayat tersebut, keadilan harus ditegakkan tanpa melihat kaya dan
miskin. Oleh karena itu, keadilan mengandung unsur obyektifitas yang harus
dijunjung tinggi.
meski kepada keluarganya sendiri, karena berlaku adil merupakan salah satu untuk
31
Ibn Kasir, Tafsir Ibn Kasir (Suriah Dar al-Qalam al-Araby, tt) h. 478.
32
Jalal al-Din al-Suyuti, op.cip., h.98.
35
2. QS. al-Maidah/5: 8.
Terjemahnya :
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil.dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
Mendorong kamu untuknberlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”33
Namun, jika memang tidak ada lagi yang pantas untuk diberi wewenang
dan kekuasaan yang menyangkut urusan publik selain kepada orang yang
berasal dari kerabatnya, maka hal itu boleh dilakukan. Pemberian kekuasaan
tersebut bukan karena faktor kerabat, tetapi lebih karena faktor kompetensi
dalam mengembang amanah tersebut, sehingga justru itulah yang lebih adil dan
lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Kasus tersebut memiliki alasan kembenaran dari islam, secara naqli, dari
kasus pengangkatan Nabi Harun as. Sebagai pemegang amanah kepemimpinan
selama Nabi Musa as. Tidak ada. Hal tersebut dilakukan karena memang hanya
dia yang pantas untuk menggantikannya.
3. QS. al-A‟raf/7: 142.
33
Depag RI, op cit ,h. 88.
36
Terjemahnya:
„…Dan berkata Musa kepada saudarannya yaitu Harun : “Gantikanlah
aku dalam (memimpin) kaumku, dan prbaikilah, dan janganlah kami
mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.”34
tugas, sehingga meskipun Nabi Harun as. Adalah saudarannya, ia tetep harus
Inilah puncak pengendalian jiwa dan toleransi hati, yang ditugasi oleh
34
Ibid., h. 136
37
Terjemahnya:
“Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari Harun saudaraku,
teguhkanlah hatinya kekuatan, dan jadikanlah dua sekutu dalam
urusanku.” 35
berkaiitan dengan dakwah, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, yakni
Kata (wazir) wazir terambil dari kata (wizr) wizr yang berarti beban
yang berat. Karena itu dosa dinamai dengan wazir, karena dia memikul beban
yang berat. Nabii Musa meminta pembantu yang berasal dari an menjadi
memiliki emosi tinggi, mudah tersinggung, dan cepat naik darah. Ia meminta
35
Ibid., h. 261
38
urusan-urusan besar.36
dengan beban-beban tugas kenabian, yang tentu saja banyak dan beraneka
ragam, yang antara lain dapat dipikul oleh kaum beriman. Nabi Muhammad
perbuatan serta membawa rahmat bagi seluruh alam. Tugas ini harus pula di
setiap mukmin seorang nabi utusan Allah, agaknya itulah yang dimohonkan
Nabi Musa as, dan memang begitu saja beliau tidak khawatir atau cemas
menerima wahyu ilahi. Itu adalah kehormatan dan kenikmatan ruhani, tetapi
konsekuensi dari perolehan wahyu itu yang beliau sadari beratnya sehingga
36
. Tafsir, fi Zhilalil Quran, vii, h. 400
37
. Tafsir Al-Azhar, h. 125
39
Terjemahnya:
“Hai orang-oranng yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-n-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
38
. Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Quran, h.337.
39
Muhammad Ibrahim Qutb, As-siyasah al-Maliyah li „Umar ibn Abd Aziz, (Mesir: al-Hai-ah
al-Misriyyah al-Amanah li al-Kitab,1988), h. 48
41
BAB III
A. Hukum Nepotisme
Nepotisme adalah suatu sikap atau tindakan seorang pemimpinan yang lebih
mendahulukan keluarga dan sanak keluarga dalam memberikan jabatan dan yang lain,
kemampuan dan profesionalisme, atau tidak bersifat amanah dalam memegan jabatan
yang diberikan kepadanya, atau ada orang lain yang berhak dari padanya.
Uraian di atas dapat dipahami bahwa nepotisme yang dilarang oleh ajaran
serta sifat amanah seseorang yang akan diberi jabatan. Adapun Nepotisme yang
seseorang yang akan diberi jabatan, maka hal itu tidak di larang. Sebagaimana
sabdanya:
41
42
حدثناحممدبنبشارحدثناغندرحدثناشعبةقالسمعتقتادةعنأنسبنمالكعنأسيدبنحضريرض
ياللهمعنهممأنرجالمناألنصارقاليارسوالللهأالستستعملنيكماسستعملتلالناقالستلقونبعدي
1
أثرةفاصربوسحتىتلقونيعلىاحلوض
Artinya:
“…Dari Usaid bin Hudhair, seoang laki-laki Anshar berkata kepada Nabi
“Wahai Rasulullah, tidakkah kau mengangkatku jadi pegawai sebagaimana
engkau telah mengangkat sifulan”. Rasulullah menjawab “Engkau akan
menemukan sepeninggalku orang-orang yang mendahulukan diri sendiri,
maka bersabarlah hingga engkau bertemu denganku di telaga (surga).”
Dalam hadis ini, terdapat term أثرةyang berasal dari akar kata أثرyang
dalam redaksi yang berbeda, dikemukakan pula dalam salah satu syarah Sunan al-
Turmudziy. Dalam syarah al-Turmudziy itu disebutkan bahwa makna dari term أثرة
Dari makna akar katanya tersebut, maka kata أثرةdapat diartikan dengan
mengutamakan kepentingan diri sendiri (individualistis) dan bila dikaji lebih jauh
1
Shahih al-Bukhari, kitab al-Manaqib bab Qaul al-Nabi li al-Anshar Ishbiru. Op.Cit. Jilid 3 hal.
1381. Begitu juga dalam Shahih Muslim Kitab al-Imarah bab al-Amr bi al-Shabri ‘inda al-
Zhulm…Op.Cit. Jilid 6 hal. 19, Abu Isa Muhammad bin Isa al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi, Kitab
al-Futan ‘an Rasulillah bab fi al-Itsrah (Bairut: Dar Ihya’ al-Turatz al-‘Arabi, t. thn), Jilid 4 hal. 482,
Abu Abd Rahman Ahmad bin Syu’aib al-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i, kitab Adab al-Qudhah bab Tark
Isti’mal Man Yahrish ‘ala al-Qadha’ (Bairut: Dar al-Ma’rifah, Cet. V, 1420 H.), dan Musnad
Ahmad,MusnadAisyah bin Abi Bakar. Op.Cit. Jilid 4 hal. 351. Sedangkan status hadis tersebut shahih
sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Isa al-Turmudzi dalam Sunan al-Turmudzi, Jilid 4 hal. 482,
2
Louis Ma'louf, Al-Munjid fi al-Lughah (Cet. XII; Beirut: Dar al-Masyriq, 1977), h. 3.
3
Abu 'Aliy Muhammad 'Abd al-Rahman al-Mubarakfuriy (al-Mubarakfuriy), Tuhfat al-
Ahwadziy liy Syarh al-Turmudziy (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), juz.VI, h. 359.
43
maka kata itu pun dapat dimaknai dengan "menganut sistem famili
kecenderungan untuk memberikan prioritas kepada sanak famili dalam hal pekerjaan,
Kalau melihat syarh hadis tersebut, diketahui bahwa nama orang Anshar yang
bertanya kepada Nabi tersebut adalah Usayd ibn 'Umayr.5 Sedangkan si-fulan yang
disebutkan dalam materi hadis adalah 'Amr ibn al-'Ash yang pernahditunjuk oleh
Nabi untuk menjadi gubernur di Yaman6. Pada masa Rasul jabatan gubernur meliputi
ibn al-'Ash memang terkesan nepotis. Akan tetapi, hal tersebut didasarkan atas
tugas kepada orang yang kompoten dan tidak memberikannya kepada orang yang
meminta jabatan tersebut.7 sekaligus informasi dari Nabi bahwa suatu saat nanti, akan
muncul kelompok yang suka melakukan nepotisme, maka pada saat itulah, setiap
4
Hasan Sadiliy, Ensiklopedia Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1983), h. 2361.
5
Lihat al-Hafidz Ahmad ibn 'Aliy ibn Hajr al-'Asqalaniy, Fath al-Bariy bi Syarh Shahih al-
Bukhariy (Beirut: Dar al-Ma'rifah, t. th.), juz V, h. 117-118.
6
Al-'Asqalaniy, Fath al-Bariy. Op.Cit. Juz V, h. 117-118.
7
Oleh karena itu, Imam al-Nasa’i mengkhususkan hadis tersebut dalam satu bab yang berjudul
tidak memberikan jabatan kepada orang yang menginginkan karena salah satu indikasi seseorang itu
tidak kompoten dan tidak bertanggung jawab terhadap jabatannya adalah meminta atau memaksakan
kehendak untuk menjadi pejabat. Baca: Sunan al-Nasa’i, kitab Adab al-Qudhah bab Tark Isti’mal
Man Yahrish ‘ala al-Qadha’. Op.Cit. Jilid 1 hal. 16.
44
Oleh karena itu, sangat wajar jika seorang pemimpin pemerintahan atau
perusahaan swasta atau yang lain, lebih senang memberikan jabatan-jabatan strategis
kepada keluarga atau orang yang disenanginya serta lebih mementingkan dan
mengutamakan mereka dalam segala hal dibanding dengan orang lain yang tidak
B. Karakteristik Nepotisme
1. Tidak beriman. Nepotisme adalah sebuah kejahatan karena merampas hak orang
lain dan memberikannya kepada kerabat atau sanak famili yang tidak layak
adalah karena tidak memiliki iman pada saat melakukan hal tersebut. Karena
dengan iman, setiap orang meyakini bahwa ia selalu diawasi oleh Yang
Mahakuasa, sehingga tidak akan melakukan hal-hal yang negatif apalagi dosa
besar. Hal itu sesuai firman Allah swt. dalam QS. al-Taubah/9:23.
Terjemahnya:
‚Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-
saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran
atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim.‛8
8
Departemen Agama R.I., Al-Qur’ā n dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syamil Cipta Media,
2005), h. 190.
45
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof Dr. Said Aqil
Siradj mengatakan, perbuatan zina merupakan dosa besar. Namun, melakukan
Nepotisme dosanya jauh lebih besar, karena dampak dari perbuatan itu lebih
besar dan menyangkut masyarakat luas, yakni bangsa Indonesia. "Ya, zina itu
dosa besar, tapi dosa korupsi itu lebih besar lagi karena berkaitan dengan hak
anak Adam dan dampaknya yang sangat besar." 9
2. Tidak amanah (jujur) dan tidak bertanggung jawab (kompoten)
dan kepantasan(fit and proper test) yang sekarang dilakukan bagi calon pejabat
memiliki kejujuran dan tanggung jawab, yaitu sikap yang menghormati norma
dan hukum yang berlaku. Negara akan aman dari segala jenis kejahatan,
bukanhanya dari rakyat, melainkan juga dari Allah swt. sebagai pemberi
amanah.
9
Mujahid, Nepotisme Bahaya Dunia Akhirat (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h.20.
Baca QS. al-Qashash /28: 26; َُن اسْ َتأْجَ رْ تَ ْال َق ِويُّ ْاْلَمِين
10 ْ ِ ت إِحْ دَا ُه َما يَا أَ َب
ِ ت اسْ َتأ ِجرْ هُ إِنَّ َخ ْيرَ م ْ ََقال
46
3. Melakukan kezhaliman
kesepakatan itu dengan menunjuk keluarga yang tidak lolos fit and proper
serta mulia akhlaknya dan tidak tamak kepada pangkat dan kemuliaan serta
lain tidak dapat mengetahui hal itu. Semisal ada sebuah lowongan kerja atau
peningkatan kejahatan itu karena akhlak sudah amat langka ditemukan pada
11
M. Shabri Abd Majid, Pemimpin Masa Depan Aceh Yang Lebih Ideal(dikutip dari internet
www.hannanan@yahoo.com.tanggal akses 28-02-2013).
47
Di samping itu, pejabat yang tidak punya malu akan melakukan apapun
sesuka hatinya. Hal itu sesuai dengan pesan Nabi “Jika kamu tidak malu,
lakukan apa saja sesukamu”. Di antara akhlak yang tidak terpuji adalah tidak
malu meminta jabatan padahal dia tidak layak untuk mendudukinya. Sebab
orang yang meminta atau menginginkan jabatan tentu memiliki motivasi atau
tujuan-tujuan tertentu yang dapat merusak tujuan utama dari sebuah jabatan
mereka melakukan tindakan KKN karena adanya kesempatan. Hal itu dapat diperkuat
dengan dalil yang dikemukakan oleh Lord Action tentang kekuasaan, yang
menyatakan bahwa, “Power tends to corrupt, but absolute power corrupts
terbatas pasti akan menyalahgunakan. Maka dari itu di Indonesia banyak pejabat
Negara yang terlibat dalam tindak korupsi, kolusi, dan Nepotisme (KKN). KKN telah
melandah seluruh lapisan pemerintahan mulai dari yang paling rendah hingga ke
12
Teksnya terdapat dalam kitab Muwattha’ Malik kitab al-Jami’ bab Annahu Qad Balagah.
Op.Cit. Jilid 2 hal. 904 dan Musnad Ahmad kitab Musnad Abi Hurairah, Op.Cit. Jilid 2 hal. 381
48
tingkat atas, yaitu presiden. Bahkan institusi yang ditunjuk pemerintah untuk
menangani dan mengawasi KKN Justru ikut larut dalam arus KKN. Adapun
dengan materi.
b. Moral dan akhlak yang rendah, Rondahnya moral dan akhlak masyarakat akan
rasa malu pada individu, sehingga jika ia mengambil uang atau hak dari orang
lain akan merasa biasa-biasa saja soal tidak pernah melakukan pelanggaran.
akan kunjung puas untuk memilikih suatu benda maupun materi dalam dalam
bentuk uang. Dengan adanya keserakahan dapat pula membutakan mata hati
seseorang, sehingga bisa saja memperoleh rezeki dengan cara yang tidak mahal.
optimalnya pembangunan ekonomi yang dijalankan oleh Negara. Hal itu disebabkan
hasil yang diperoleh Negara menjadi lebih kecil dari seharusnya dapat dicapai. Di
samping itu muncul pula ketidakadilan dalam pemerataan hasil pembengunan serta
13
Mujahid,op. cit., h. 24.
49
ekonomi. Hal tersebut dapat terjadi dengan cara pemberian fasilitas yang istimewa
kepada pihak tertentu sehingga dapat menutup peluang bagi pihak yang lain. Hal ini
a. Pada umumnya, kerabat memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap
b. Pada umumnya, keluarga menaruh perhatian dan minat yang lebih besar
e. Jika keluarga yang diberi jabatan tertentu mampu melaksanakan tugas dan
tanggung jawab dengan baik, maka akan mendorong semanga kerja orang lain.
50
BAB IV
Seperti sebuah simpul yang pecah, Ketika Nabi Muhammad saw wafat,
Seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Usman bin Affan yang
semula Harum itu, berakhir tragis. Enam tahun kedua masa pemerintahannya
Khalifah. Strategi ini berawal dari kecenderungan Usman yang sangat Nepotis.
1
Sjafri Sairin, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN):Tinjauan Budaya, dalam Edy Suwandi
Hamid dan Muhammad Sayuti(ed) (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), h. 19.
2
Mujahid, Nepotisme Bahaya Dunia Akhirat (Jakarta: Bulan Bintang, 2011), h. 30.
50
51
Affan diantaranya3:
bernama Ismailis, Pada abad 11 dan 12, kaum Ismailis inilah yang melancarkan
terror dari pegunungan Persia dan Syria dengan membunuh sesame Islam, baik
Hashis, akibatnya klik Ismailis ini dinamakan Hashshasin, atau pemakan hashis,
Gubernur Mesir, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, yang tidak mau mengetahui
3
Ibid.
4
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, al-Rahiq al-Makhtum(Riyad: Makhtabah Dar al-Salam,
1414 H./1994 m.) hal. 463.
52
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (khalifah keempat dan terakhir Khulafaur
Rasyidin, pengganti Uman bin Affan). /Mu’awiyah, yang merupakan kerabat dekat
Usman bin Affan itu, mendaulat dirinya sendiri menjadi Khalifah sebagai
pengganti dari Usman bin Affan, dan menyatakan perang terhadap Ali bin Abi
dalam perkara nepotisme ini. Kecelakaan sejarah yang terjadi pada masa Khalifah
Usman bin Affan, telah membuat kaum Muslim tidak pernah bisa bersatu hingga
kini. Walaupun memang ada hikmah lain yang muncul dari balik tragedi itu. Yakni
semakin beragamnya dunia Islam, baik dalam segi politik maupun ideologi, penuh
Keterpurukan yang dialami oleh bangsa Indonesia saat ini pada bidang
ekonomi, politik, sosial-budaya dan bidang hukum berasal dari suatu penyakit
yang telah lama menggorogoti tubuh bangsa Indonesia, penyakit tersebut adalah
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). KKN kini telah menjadi suatu hal yang
wajar terjadi di Indonesia bahkan dapat dikatakan bahwa KKN telah membudaya
dalam masyarakat. Hal tersebut dikuatkan dengan dengan adanya tradisi dalam
masyarakat yang dimulai pada zaman kerajaan, tradisi tersebut adalah penyerahan
upeti kepada raja atau ratu. Tredisi tersebut hingga sekarang masih banyak
53
dilakukan oleh masyaraat. Padahal dari tradisi tersebut dapat muncul suatu tindak
KKN.
a. Orang tidak lagi serius meningkatkan kualitasnya, dan dianggap tidak ada
gunanya bila tidak memiliki latar keluarga atau kolegan yang memegang suatu
jabatan.
demokratis.
54
2. Menutup peluan para kader atau aktivis partai yang benar-benar berjuang
5. Mengambil hak politik para kader dan aktivis partai, pada akhirnya yang
dana publik.
Islam diturunkan Allah swt. Adalah untuk dijadikan pedoman dalam menata
Aturan atau konsep itu bersifat “mengikat” bagi setiap orang yang mengaku
“muslim” konsep islam juga bersifat totalitas dan komprihensif, tidak boleh dipilah-
pilah seperti yang dilakukan kebanyakan rezim sekarang ini. Mengambil sebagian
dan membuang bagian lainnya, adalah sikap yang tercela dalam pandangan islam
salah satu aturan islam yang bersifat individual, adalah mencari kehidupan dari
sumber-sumber yang halal, islam mengajarkan kepada ummatnya agar dalam mencari
nafka kehidupan, hendaknya menempuh jalan yang halal dan terpuji dalam
pandangan syara’.5
dikatakan nepotisme. Sedangkan sebagian yang lain berfikiran bahwa bukan sebuah
bagaimana dengan islam, khususnya Hadis yang menjadi salah satu sumber utama
ajaran islam. prinsip apa yang ditanamkan dalam hadis, apakah soal kempotensi
seseorang atau sesuatu jabatan ataukah ada tidaknya hubungan kekerabatan. Padahal
jika prinsip “kekerabatan” sebagai landasan, secara rasional barangkali sikap ini
Robin Fox dalam bukunya Kinship and Marriage menyatakan bahwa salah
satu ciri dari negara-negara yang sedang berkembang adalah meluasnya praktek
negara maju yang dapat menutup peluang Nepotisme itu dengan melaksanakan
bagi kerabat atau teman teman dekat untuk mendapatkan fasilitas dan kedudukan
mengindahkan yang berlaku, sehingga menutup peluang bagi orang lain. Praktek
nepotisme tidak dapat dikaitkan kepada pihak swasta yang memberikan kedudukan
kepada anak dan keluarganya, istilah ini hanya digunakan kepada birokrasi
pemerintahan .
6
Sjafri Sairin, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN):Tinjauan Budaya, dalam Edy Suwandi
Hamid dan Muhammad Sayuti(ed),op. cit., h. 344.
56
Nepotisme dapat muncul karena berbagai alasan, antara lain berkaitan dengan
nilai-nilai budaya masyarakat yang begitu kuat menurut anggota kerabat yang sukses
yang tajam dalam masyarakat seperti yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia akhir-
ditawarkan dalam institusi pemerintahan tidak terbuka kepada publik, ketertutupan itu
berusaha mencari “keluaga” yang dapat membantunya, Para calon yang berada dalam
birokrasi sering bertindak sebagai “keluarga” dengan imbalan keuntungan materi dari
Oleh karena itu, dalam praktek yang lebih luas nepotisme akhirnya
berkembang menjadi praktek kolusi. Praktek kolusi dan nepotisme sering dikeluakan,
tapi sukar untuk dibasmi. Banyak yang menyadari bahwa praktek seperti itu tidak
sesuai dengan tuntutan keadilan dan kehidupan “modern”, tetapi tetep mereka tidak
mampu untuk mengubahnya. Di sini ada semacam kewajiban yang harus dipenuhi
oleh mereka yang sukses dalam birokrasi untuk membantu kerabatnya, karena kalau
Melihat akan hal itu, sebenarnya praktek kolusi dan nepotisme tidak berdiri
sendiri. Prakrek itu sebenarnya berkaitan pula dengan orientasi nilai budaya
57
masyarakat, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan system gagasan atau ide tentang hal-
Dorongan pada praktek kolusi dan nepotisme itu menjadi semakin kuat
akhir ini. Orang selalu berpikir dan bermimpi untuk memperoleh sesuatu yang
bersifat kebendaan, terutama produk teknologi baru yang diimpor dari negara-negara
maju, yang sudah begitu jauh merambah kejantung ke hidupan masyarakat. Hal
instsnt culture dan hedonism. Secara simbolik, model kehidupan seperti itu telah
memberikan isyarat akan rasa haus masyarakat yang tidak kunjung terpuaskan untuk
kehidupan masyarakat.
jalan untuk memuaskan dahaganya itu melalui mentalitas nrabas yang telah berakar
lama dalam jantung kehidupan masyarakat Indonesia. Pada masa awal pemerintahan
orde baru, Koentjaraningrat telah meningkat tentang bahaya dari mentalitas nrabas
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, karena mentalitas seperti itu mempunyai
Hal ini terutama karena mereka yang mempunyai mentalitas nrabas akan
selalu menghindari kerja keras, disiplin tinggi, dan rasa tanggung jawab. Mereka
7
Ibid., h. 37
58
lebih suka mencari jalan pintas walaupun harus melakukannya dengan cara
melanggar etika dan aturan daripada bekerja keras. Untuk memudahkan mendapatka
kedudukan, lalu orang membentuk organisasi anak-anak pejabat. Dengan ini, mereka
mempunyai akses dengan mudah untuk mencapai tujuannya. Praktek darri mentalitas
inilah yang antara lain menyebabkan banyak orang yang tertarik dengan nepotisme.
nama publik, untuk menerima orang yang memenuhi syarat sebagai pegawai
administrasi publik.
Pada sektor publik, nepotisme berarti calon yang paling memenuhi syarat
masyarakat menderita akibatnya, di samping orang yang dapat meraih kedudukan itu,
seandainya tidak ada nepotisme. Atau nepotisme dapat pula berarti, peserta tender
yang mengajukan penawaran yang tinggi justru yang mendapat kontrak pemerintah,
8
Jeremy pope, Srtategi Memberantas Korupsi: Element Sistem Integritas Nasional, terj. Masri
Maris, edisi 1 (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 362.
59
keluarga yang lain. Rekan kerja tidak mungkin akan merasa nyaman dalam situasi
Nepotisme itu sendiri berdampak yang sangat negatif bagi kelangsungan satu
bangsa. Nepotisme beriringan dengan korupsi, karena nepotisme itu sendiri dapat
undang pinana lain yang mengancam pidana terhadap perbuatan berkolusi dan
nepotisme itu. Dua istilah tersebut lebih merupakan istilah sosiologis dan bukan
universal, yaitu keadilan, persamaan hak, dan keseimbangan, serta menggunakan cara
Pemerintahan yang baik dan amanah dalam pandangan al-Qur’an dan Hadis
Nabi adalah pemerintahan yang mampu memenuhi hak-hak segenap warga dan
dalam kehidupan dunia ini, baik sanksi di dunia, terlebih sanksi di akhirat kelak.
9
Ibid ., h. 372
60
Salah satu penyelewengan yang dapat dilakukan oleh para pejabat adalah
melakukan nepotisme. Di antara sanksi yang akan dirasakan oleh orang yang
Salah satu sanksi yang diperoleh oleh pelaku nepotisme adalah laknat Allah
swt. karena telah memberikan sesuatu bukan pada orang yang berhak sehingga
melakukannya dengan ancaman tidak diterima segala amal baiknya dan pada
حذثنبيزيذبنعبذسبهقبلحذثنببقيتبنبلىليذقبلحذثنيشيخمنقشيشعنشجبءبنحيىةعنجنبدةبنأبيأميتعنيزيذبنأبي
سفيبنقبلقبألبىبكشسضيبللهمعنهمحينبعثنيئلىبلشبميبيزيذإنلكقشابتعسيتأنتؤثشهمببإلمبسةورلكأكبشمبأخ
افعليكفئنشسىالللهصلىبللهمعليهىسلمقبلمنىليمنأمشالمسلمينشيئبفأمشعليهمأحذامحبببةفعليهلعنتاللهالي
قبالللهمنهصشفبوالعذالحتىيذخلهجهنمىمنأعطىأحذاحمىبللهفقذانتهكفيحمىبللهشيئببغيشحقهفعليهلعنتا
.للهأوقبلتبشأتمنهزمتاللهعزوجل
neraka sebagai konsekwensi dari kutukan Allah swt. Hat itu terjadi, karena
61
...اليستشعيبللهعبذاسعيتيمىتحينيمىتىهىغبشلهبإالحشمبللهعليهبلجنت....
وحذثنبأبىغسبنبلمسمعيىمحمذبنبلمثنىىإسحقبنئبشاهيمقبإلسحقأخبشنبوقبالآلخشانحذثنبمعبربنهشبمقبل
حذثنيأبيعنقتبدةعنأبيبلمليحأنعبيذاللهبنزيبدعبدمعقلبنيسبسفيمشضهفقبللهمعقإلنيمحذثكبحذيثلىالأنيفيبلم
وتلمأحذثكبهسمعتشسىالللهصلىبللهعليهىسلميقىلمبمنأميشيليأمشالمسلمينثماليجهذلهمىينصحئاللميذ
10
خلمعهمبلجنت
Bahkan dalam konteks yang lebih besar lagi, yang dimaksud dengan tidak
masuk surga di sini, bukan hanya dapat diaplikasikan di akhirat semata akan
10
Musnad Ahmad, Musnad Abi Bakar al-Shiddiq(Beirut: Alam al-Kutub, 1419 H./1998 M.),
1hal. 6. Setelah melakukan pengkajian, maka Hadis ini dhaif karena salah satu sanadnya mubham
(tidak dikenal) sehingga bisa disebut hadis munqathi’.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
organisasi, terutama bila salah seorang keluarga di tempatkan dalam posisi yang
tidak sesuai dengan kemampuannya, sedangkan terdapat keluarga lain yang mampu,
menyampaikan amanat yang benar, sehingga akan lebih adil dan dapat
dipertanggungjawabkan.
B. Implikasi Penelitian
yang dilakukan oleh aparat Negara (selaku pemegamg jabatan publik), maka penulis
2. Perlu dikajikan yang lebih intensif mengenai wacana nepotisme menurut Islam,
khususnya yang terkait dengan tingkah laku aparat Negara (pemegnag jabatan
publik).
.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ibn Hambal, Musnad Ahmad, dalam Mausu’ah al-Hadis al-Syarif,
Riyadh;
Global Islamik Softwere Company, 1997
Amir Syamsuddin, Jebakan Istilah KKN, Jakarta, PPDI-LP3ES, 2001
Atabik Ali, Kamus Inggris-Indonesia-Arab, Yogyakarta: Multi Karya Grefika,
2003
Dawan Rahardjo, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) : Kajian Konseptual
dan dan Sosial-Kultural, dalam Edy Suandi Hamid dan Muhammad Sayuti
(ed), Menyingkap Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di Indonesia,
Yogyakarta: Aditya Media, cet.Ke-I
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung, PT.Al-Ma’arif,
1969
Departeme Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2001, Edisi III , cet. Ke-1
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta: UGM, 2005
Hamzah, A, Jaksa Agung Seharusnya Bisa Menangkap Seorang
Menteri,http://www. Transparansi. Or. Id/majalah/edisi 17/17
berita_4.html
Ibn Kasir, Tafsir Ibn Kasir, Suriah : Dar al-Qalam al-Araby, tt
Ibn Khaldum, Muqaddimat, Beirut : Dar al-Fikr, tth
Immam Jalalain, Tafsir Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, Libanon : Dar al-Fikr, tt
Imam Sayuthi Farid, Tinjauan Syariat Islam terhadap Praktek Korupsi, dalam
Korupsi di Negari Kaum Beragama : Ikhiar Membangun Fiqh Anti
Korupsi, (Jakarta : P3M, 2004)
Jalal al-Din al-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, dalam Tafzir al-Qur’an
al-‘Azim, Beirud : Dar al-Fikr, 1991
Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi : Elemen Sistem Integritas Nasional,
terj. Masri, edisi 1, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003,
65
64
66
65