PP Nomor 52 Tahun 2022
PP Nomor 52 Tahun 2022
PRESTDEN
REPUELIK INDONESIA
TENTANG
MEMUTUSI(AN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
2.Mineral ...
SK No 160002 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
2. Mineral Ikutan Radioaktif adalah mineral ikutan dengan
konsentrasi aktivitas paling sedikit 1 Bq/S (satu becquerel
per gram) pada salah satu unsur radioaktif anggota deret
uranium dan thorium atau 1O Bq/g (sepuluh becquerel per
gram) pada unsur kalium yang dihasilkan dari kegiatan
pertambangan mineral dan batubara, minyak dan gas
bumi, dan industri lainnya.
3. Wilayah Penugasan Penambangan Mineral Radioaktif atau
yang selanjutnya disingkat WPPMR adalah wilayah tzin
usaha pertambangan Mineral Radioaktif yang ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urus€l.n
pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan
batubara.
4. Wilayah Tambang adalah tempat dilaksanakan kegiatan
penambangan dan pengolahan bahan galian nuklir yang
Iuasannya ditetapkan oleh Badan.
5. Pemegang Perizinan Berusaha Pertambangan Bahan
Galian Nuklir yang selanjutnya disebut Pemegang lzin
adalah pelaku usaha ketenaganukliran yang telah
memiliki peizinan berusaha pertambangan bahan galian
nuklir.
6. Kepala Teknik Tambang Pertambangan Bahan Galian
Nuklir atau yang selanjutnya disingkat KTT Pertambangan
Bahan Galian Nuklir adalah seseorang yang ditetapkan
oleh Kepala Badan berdasarkan penunjukan dari
Pemegang lzin sebagai penanggung jawab tertinggi di
lapangan atas pelaksanaan konstruksi, penambangan,
dan/atau pengolahan dan Dekomisioning Pertambangan.
7. Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
melindungi manusia dan lingkungan hidup dari akibat
negatif paparan radiasi pengion.
8. Nilai Batas Dosis adalah dosis akumulatif terbesar yang
dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota
masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek genetik dan somatik yang signifikan.
9. Garda-Aman adalah setiap tindakan yang ditqiukan untuk
memastikan bahwa tujuan pemanfaatan bahan nuklir
hanya untuk maksud damai.
lO.Proteksi...
SK No 157577 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
10. Proteksi Fisik Pertambangan Bahan Galian Nuklir yang
selanjutnya disebut Proteksi Fisik adalah upaya yang
ditujukan untuk mendeteksi dan mencegah pemindahan
bahan nuklir secara tidak sah dan mencegah sabotase
terhadap fasilitas dan kegiatan pertambangan bahan
galian nuklir.
11. Kecelakaan Pertambangan Bahan Galian Nuklir atau yang
selanjutnya disebut Kecelakaan adalah kejadian yang
tidak direncanakan, tidak diinginkan, atau tanpa unsur
kesengajaan pada kegiatan pertambangan bahan galian
nuklir yang mengakibatkan kematian dan/atau cidera
terhadap pekerja pertambangan dan masyarakat atau
kejadian yang menimbulkan potensi paparan radiasi
dan/atau kontaminasi yang melampaui batas yang
ditetapkan.
12. Dekomisioning Pertambangan Bahan Galian Nuklir atau
yang selanjutnya disebut Dekomisioning Pertambangan
adalah proses penghentian kegiatan pertambangan secara
perrnanen berupa kegiatan terencana, sistematis, dan
berlanjut setelah sebagian atau seluruh kegiatan
pertambangan bahan galian nuklir dengan menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup
dan ekosistem agar dapat berfungsi sesuai
peruntukannya.
13. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
L4. Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang selanjutnya disebut
Badan adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penga\lrasan
tenaga nuklir.
15. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Tenaga
Nuklir.
L6. Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik
(Online Single Srzbmfssion) yang selanjutnya disebut
Sistem OSS adalah sistem elektronik terintegrasi yang
dikelola dan diselenggarakan oleh Lembaga OSS untuk
penyelenggara perizinan berusaha berbasis risiko.
17.Lembaga...
SK No 157578 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESTA
-4-
L7. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Sistem OSS yang
selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga
pemerintah yang menyelen ggarakan urusan pemerintahan
di bidang koordinasi penanaman modal.
18. Hari adalah hari kerja sesuai dengan yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat.
Pasal 2
Pasal 3
Pasal4...
SK No 157579 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Pasal 4
Pasal 6
g. penyimpanan
SK No 157580 A
PRES tDEN
REFUBLIK INDONESIA
-6-
g. penyimpanan;
h. pengalihan; dan/atau
i. Dekomisioning Pertambangan.
(3) Keselamatan selama kegiatan pengalihan bahan galian
nuklir sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf h
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai keselamatan dan
keamanan sumber radiasi pengion serta keselamatan dan
keamanan pengangkutan zat radioaktif.
Pasal 7
BAB II
SK No 157581 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
BAB II
Bagian Kesatu
Pertambangan Mineral Radioaktif
Paragraf 1
Keselamatan Fasilitas dan Kegiatan
Pasal 8
Pasal 9
SK No 157582A
FRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
d. penamb€rngan;
e. pengolahan;
f. modifikasi; dan
g. Dekomisioning Pertambangan.
Pasal 1O
Pasal 11
(5) Persyaratan...
SK No 157583 A
FRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
(5) Persyaratan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a meliputi:
a. kemudahan operasi dan perawatan; dan
b. Proteksi Radiasi.
Pasal 12
SK No 157584 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_10_
Pasal 16
Pasal 17
(3) Pemegang,..
SK No 157585 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11-
(3) Pemegang lzin mengajukan permohonan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 secara tertulis
dengan melampirkan:
a. data perubahan desain; dan
b. dokumen analisis keselamatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatalaksanaan
persetujuan perubahan desain sebagaimana dimaksud
pada ayat (U sampai dengan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Badan.
Pasal 18
Pasal 19
SK No 157586 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t2-
(3) Program penambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (21meliputi:
a. organisasi;
b. kualifikasi dan pelatihan pekerja;
c. jumlah produksi dan produk yang dihasilkan;
d. jadwal dan prosedur kegiatan;
e. penggiliran waktu kerja;
f. perawatan, pemantauan, dan pemeriksaan;
g. kriteria penerimaan dan penilaian keselamatan; dan
h. modifikasi.
Pasal 2O
Pasal22...
SK No 157587 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-13-
Pasal22
(1) Pemegang lzin dapat melaksanakan modifikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf f atas sarana,
prasarana, instalasi atau fasilitas, dan peralatan di
fasilitas penambangan atau pengolahan Mineral
Radioaktif untuk:
a. meningkatkan keselamatan penambangan atau
pengolahan;
b. mencegah kegagalan yang teridentifikasi selama
penambangan atau pengolahan;
c. memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. mengurangi kejadian akibat kesalahan rnanusia;
e. mempermudah perawatan sarana, prasarana, instalasi
atau fasilitas, dan peralatan penambangan atau
pengolahan; dan/atau
f. meningkatkan kinerja penambangan atau pengolahan.
(21 Dalam melaksanakan modifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemegang lzin wajib memperoleh
persetujuan dari Kepala Badan.
(3) Pemegang lzin mengajukan permohonan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara tertulis
dengan melampirkan:
a. program modifikasi; dan
b. sistem manajemen untuk modifikasi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatalaksanaan
persetujuan modifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Badan.
Pasal 23
(2) Dalam .
SK No 157588 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-14-
(21 Dalam melaksanakan Dekomisioning Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemeganglzinwajib
memperoleh persetujuan dari Kepala Badan.
(3) Pemegang lzin mengajukan permohonan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 secara tertulis
dengan melampirkan:
a. program Dekomisioning Pertambangan; dan
b. sistem manajemen Dekomisioning Pertambangan.
(4) Dalam melaksanakan Dekomisioning Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemeganglzinwajib
membuat dan mengimplementasikan program
Dekomisioning Pertambangan untuk kegiatan
penambangan atau pengolahan Mineral Radioaktif.
(5) Program Dekomisioning Pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (41paling sedikit meliputi:
a. deskripsi Wilayah Tambang, yang terbagi menjadi:
1, jumlah dan jenis Mineral Radioaktif dan bahan
bantu proses yang diproduksi;
2. proses dan kegiatan yang dilaksanakan;
3. penilaian rona awal kondisi lingkungan hidup dan
radiologik; dan
4. kriteria akhir;
b. penutupan fasilitas penambangan atau pengolahan
Mineral Radioaktif;
c. pengelolaan dan pemulihan kondisi lingkungan hidup
dan radiologik Wilayah Tambang, yang terbagi menjadi
kondisi:
1. geologi;
2. stabilitas geoteknik;
3. hidrologi air permukaan dan air tanah;
4. erosi;
5. kualitas udara;
6. paparan radiasi dan kontaminasi; dan
7. tanah; dan
d. waktu dan biaya Dekomisioning Pertambangan.
(6) Program Dekomisioning Pertambangan wajib dikaji ulang
dan dimutakhirkan secara berkala paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
(7) Dalam
SK No 157589 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_15_
Pasal24
Paragraf 2
Proteksi Radiasi
Pasal 25
(3) Program...
SK No 157590A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16-
(3) Program proteksi dan keselamatan radiasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (21paling sedikit meliputi:
a. identifikasi sumber radiasi pengion, jalur paparan, dan
penilaian serta pengendalian risiko radiasi;
b. daftar perlengkapan Proteksi Radiasi dan program
kalibrasi alat ukur;
c. pembagian daerah kerja;
d. pemantauan paparan radiasi dan/atau kontaminasi
radioaktif di daerah kerja;
e. pelatihan Proteksi Radiasi untuk pekerja radiasi;
f. pemantauan kesehatan; dan
g. pemantauan dan rekam dosis yang diterima pekerja
radiasi.
(4) Identifikasi terhadap sumber radiasi pengion dan jalur
paparan radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a harus meliputi sumber:
a. eksterna dari radiasi gamma yang berasal dari bijih,
produk, dan limbah; dan
b. interna dari produk luruh radon dan partikulat
radioaktif yang masuk ke dalam tubuh melalui:
f. inhalasi;
2. ingesta; dan
3. absorbsi.
Pasal 26
SK No 157591 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t7-
Pasal 28
Pasal 29
(4) Pengendalian
SK No 157592 A
PRESTDEN
REPUBLIK INDONESIA
_ 18_
Paragraf 3
Pengendalian Radioaktivitas Lingkungan Hidup
Pasal 3O
SK No 157593 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-19-
(6) Pengukuran parameter untuk tingkat radioaktivitas di
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b harus dilaksanakan di Wilayah Tambang dan
lingkungan pemukiman masyarakat yang terdampak
dengan didasarkan pada baku tingkat radioaktivitas di
lingkungan hidup, yang berlaku untuk:
a. air;
b. udara;
c. tanah; dan
d. vegetasi.
Paragraf 4
Penanggulangan Kecelakaan
Pasal 31
SK No 157594 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-20-
i. koordinasi di lokasi saat Kecelakaan;
j. sistem rujukan pelayanan kesehatan;
k. tindakan penanganan pascaKecelakaan, termasuk
pemulihannya;
l. pernyataan berakhirnya kondisi Kecelakaan; dan
m. pelaporan akhir.
(5) Kondisi terjadinya dan berakhirnya Kecelakaan harus
dinyatakan oleh Pemegan g lzin.
(6) Laporan penanggulangan Kecelakaan yang disampaikan
oleh Pemegang Izin kepada Kepala Badan, terdiri atas:
a. laporan lisan paling lama 24 (dua puluh empat) jam
setelah terjadi Kecelakaan;
b. laporan tertulis paling lama 3 (tiga) hari kalender
setelah terjadi Kecelakaan;
c. laporan khusus paling lama 7 (tujuh) hari kalender
sejak tindakan penanggulangan dilaksanakan dan
dimutakhirkan sampai penanggulangan Kecelakaan
selesai; dan
d. laporan akhir paling lama 3 (tiga) bulan setelah
penanggulangan Kecelakaan dinyatakan berakhir.
(7) Dalam hal tedadi Kecelakaan dengan potensi lepasan
radioaktif yang meluas sampai ke luar Wilayah Tambang,
Pemegang lzin harus berkoordinasi dengan instansi
terkait.
Paragraf 5
Pengelolaan Limbah Radioaktif
Pasal 32
SK No 157595 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-21 -
d. deskripsi fasilitas pengelolaan limbah radioaktif;
e. prosedur pengelolaan limbah radioaktif; dan
f. penilaian keselamatan.
(4) Pengelolaan limbah radioaktif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah mengenai pengelolaan limbah
radioaktif.
Pasal 33
Bagian Kedua
Pengolahan dan Penyimpanan
Mineral Ikutan Radioaktif
Paragraf 1
Keselamatan Fasilitas dan Kegiatan
Pasal 34
i.analisis...
SK No 157596 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-22_
i. analisis keselamatan fasilitas; dan
j. prosedur penanggulangan Kecelakaan.
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
SK No 157597 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-23-
(21 Kegiatan pengolahan Mineral lkutan Radioaktif harus
dilaksanakan dengan memenuhi persyaratan desain sejak
konstruksi sampai pengolahan selesai.
(3) Persyaratan desain sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dipenuhi berdasarkan hasil analisis Wilayah
Tambang.
(4) Persyaratan desain sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi:
a. persyaratan umum; dan
b. persyaratan khusus.
(5) Persyaratan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a meliputi:
a. kemudahan operasi dan perawatan; dan
b. Proteksi Radiasi.
(6) Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (41
huruf b untuk desain pengolahan meliputi sistem:
a. penghancuran, penyaringan, dan penghalusan;
b. proses;
c. pengungkung;
d. ventilasi;
e. penanganan dan penyimpanan Mineral Ikutan
Radioaktif;
f. penanganan hasil pengolahan;
g. perlindungan dari bahaya fisik di Wilayah Tambang;
h. proteksi bahan berbahaya dan beracun (83);
i. pengelolaan limbah radioaktif; dan
j. bantu.
Pasal 38
(2) Dalam...
SK No 157598 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-24-
(21 Dalam melaksanakan perubahan desain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemeganglzin wajib memperoleh
persetujuan dari Kepala Badan.
(3) Pemegang lzin mengajukan permohonan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 secara tertulis
dengan melampirkan:
a. data perubahan desain; dan
b. dokumen analisis keselamatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatalaksanaan
persetujuan perubahan desain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Badan.
Pasal 39
Pasal 4O
(2) Dalam...
SK No 157599 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-25-
{21 Dalam melaksanakan pengolahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemegang lzin wajib membuat,
mengimplementasikan, dan memutakhirkan program
pengolahan Mineral Ikutan Radioaktif.
(3) Program pengolahan sebagaimana dimaksud pada ayat (21
meliputi:
a. organisasi;
b. kualifikasi dan pelatihan pekerja;
c. jumlah produksi dan produk yang dihasilkan;
d. jadwal dan prosedur kegiatan;
e. penggiliran waktu kerja;
f. perawatan, pemantauan, dan pemeriksaan;
g. penanganan hasil pengolahan;
h. kriteria penerimaan dan penilaian keselamatan; dan
i. modifikasi.
Pasal 4 1
Pasal 42
(3) Pemegang...
SK No 157600 A
PRES IDEN
REFUBLIK INDONESIA
-26-
(3) Pemegang lzin mengajukan permohonan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 secara tertulis
dengan melampirkan:
a. program modifikasi; dan
b. sistem manajemen untuk modifikasi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatalaksanaan
persetujuan modifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Badan.
Pasal 43
(5) Tempat...
SK No 157601 A
PRES IDEN
REtrUBLIK INDONESIA
-27 -
Pasal 45
b.terjadi...
SK No 157602A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-28-
b. terjadi Kecelakaan yang mengakibatkan Wilayah
Tambang atau fasilitas tidak dapat diusahakan
kembali; atau
c. izin dicabut.
(21 Dalam melaksanakan Dekomisioning Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemeganglzin wajib
memperoleh persetujuan dari Kepala Badan.
(3) Pemegang lzir: mengajukan permohonan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 secara tertulis
dengan melampirkan:
a. program Dekomisioning Pertambangan; dan
b. sistem manajemen Dekomisioning Pertambangan.
(4) Dalam melaksanakan Dekomisioning Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemeganglzin wajib
membuat dan mengimplementasikan program
Dekomisioning Pertambangan untuk kegiatan pengolahan
Mineral Ikutan Radioaktif.
(5) Program Dekomisioning Pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) paling sedikit meliputi:
a. deskripsi Wilayah Tambang, yang terbagi menjadi:
1. jumlah dan jenis Mineral Ikutan Radioaktif dan
bahan bantu proses yang diproduksi;
2. proses dan kegiatan yang dilaksanakan;
3. penilaian rona awal kondisi lingkungan hidup dan
radiologik; dan
4. kriteria akhir;
b. penutupan fasilitas pengolahan Mineral Ikutan
Radioaktif;
c. pengelolaan dan pemulihan kondisi lingkungan hidup
dan radiologik Wilayah Tambang, yang terbagi menjadi
kondisi:
1. geologi;
2. stabilitas geoteknik;
3. hidrologi air permukaan dan air tanah;
4. erosi;
5. kualitas udara;
6. paparan radiasi dan kontaminasi; dan
7. tanah; dan
d. waktu dan biaya Dekomisioning Pertambangan.
(6) Program...
SK No 157603 A
PRES !DEN
REPUBLIK INDONESIA
-29-
(6) Program Dekomisioning Pertambangan wajib dikaji ulang
dan dimutakhirkan secara berkala paling sedikit I (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
(71 Dalam mengkaji ulang dan memutakhirkan program
Dekomisioning Pertambangan, Pemegang lzin harus
mempertimbangkan paling sedikit:
a. perubahan sarana, prasarana, instalasi atau fasilitas,
dan peralatan selama konstnrksi dan pengolahan
Mineral Ikutan Radioaktif;
b. Kecelakaan;
c. waktu dan biaya Dekomisioning Pertambangan; dan
d. teknologi Dekomisioning Pertambangan terkini.
(8) Pemeganglzin menyampaikan hasil pengkajian ulang dan
pemutakhiran program Dekomisioning Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) kepada Kepala
Badan.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatalaksanaan
persetujuan Dekomisioning Pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (21 dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Badan.
Pasal 46
Paragraf 2
Proteksi Radiasi
Pasal 47
(2) Dalam
SK No 157604 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-30-
(21 Dalam melaksanakan Proteksi Radiasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemegang lzin wajib membuat,
mengimplementasikan, dan memutakhirkan program
proteksi dan keselamatan radiasi.
(3) Program proteksi dan keselamatan radiasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (21paling sedikit meliputi:
a. identifikasi sumber radiasi pengion, jalur paparan, dan
penilaian serta pengendalian risiko radiasi;
b. daftar perlengkapan Proteksi Radiasi dan program
kalibrasi alat ukur;
c. pembagian daerah kerja;
d. pemantauan paparan radiasi dan/atau kontaminasi
radioaktif di daerah kerja;
e. pelatihan proteksi radiasi untuk pekerja radiasi;
f. pemantauan kesehatan; dan/atau
g. pemantauan dan rekam dosis yang diterima pekerja
radiasi.
(4) Identifikasi terhadap sumber radiasi pengion dan jalur
paparan radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a meliputi sumber:
a. eksterna dari radiasi gamma yang berasal dari bijih,
produk, dan limbah; dan
b. interna dari produk luruh radon dan partikulat
radioaktif yang masuk ke dalam tubuh melalui:
f . inhalasi;
2. ingesta; dan
3. absorbsi.
Pasal 48
SK No 157605 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-31 -
Pasal 5O
Pasal 51
SK No 157606 A
PRES IDEN
REFUELIK INDONESIA
-32-
(21 Dalam melakukan limitasi dosis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemegang lzin harus menerapkan Nilai
Batas Dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat.
(3) Dosis yang diterima pekerja radiasi dan masyarakat tidak
boleh melebihi Nilai Batas Dosis yang ditentukan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pengendalian penerimaa.n paparan radiasi dalam limitasi
dosis untuk pekerja radiasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilaksanakan dengan:
a. pembagian daerah kerja;
b. pemantauan daerah kerja;
c. pemantauan dosis pekerja radiasi;
d. pemantauan kesehatan pekerja radiasi; dan
e. penggunaan peralatan Proteksi Radiasi.
(5) Pengendalian penerimaan paparan radiasi dalam limitasi
dosis untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilaksanakan dengan:
a. membatasi akses wilayah tambang; dan
b. mengendalikan lepasan efluen radioaktif ke
lingkungan hidup.
Paragraf 3
Pengendalian Radioaktivitas Lingkungan Hidup
Pasal 52
SK No 157607 A
FRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-33-
(5) Pengukuran parameter untuk batasan lepasan efluen
radioaktif ke lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf a harus dilaksanakan di Wilayah
Tambang dengan didasarkan pada nilai batas lepasan
radioaktivitas ke lingkungan hidup, yang berlaku untuk:
a. air; dan
b. udara.
(6) Pengukuran parameter untuk tingkat radioaktivitas di
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b harr-s dilaksanakan di Wilayah Tambang dan
lingkungan pemukiman masyarakat yang terdampak
dengan didasarkan pada baku tingkat radioaktivitas di
lingkungan hidup, yang berlaku untuk:
a. air;
b. udara;
c. tanah; dan
d. vegetasi.
Paragraf 4
Penanggulangan Kecelakaan
Pasal 53
SK No 157608 A
nepuJr-Tr ="$55*.",o
-34-
d. jenis latihan dan gladi menghadapi kondisi
Kecelakaan;
e. sarana dan prasarana penanggulangan;
f. pernyataan terjadinya kondisi Kecelakaan;
g. pelaporan lisan, tertulis, dan khusus;
h. tindakan penanganan saat Kecelakaan berupa
perlindungan dan mitigasi bagi pekerja, masyarakat,
dan lingkungan hidup dari paparan radiasi dan
kontaminasi;
i. koordinasi di lokasi saat Kecelakaan;
j. sistem rujukan pelayanan kesehatan;
k. tindakan penanganan pascaKecelakaan, termasuk
pemulihannya;
l. pernyataan berakhirnya kondisi Kecelakaan; dan
m. pelaporan akhir.
(5) Kondisi terjadinya dan berakhirnya Kecelakaan harus
dinyatakan oleh Pemegan g lzin.
(6) Laporan penanggulangan Kecelakaan yang disampaikan
oleh Pemegang Izin kepada Kepala Badan terdiri atas:
a. laporan lisan paling lama 24 (dua puluh empat) jam
setelah terjadi Kecelakaan;
b. laporan tertulis paling lama 3 (tiga) hari kalender
setelah terjadi Kecelakaan;
c. laporan khusus paling lama 7 (tujuh) hari kalender
sejak tindakan penanggulangan dilaksanakan dan
dimutakhirkan sampai penanggulangan Kecelakaan
selesai; dan
d. laporan akhir paling lama 3 (tiga) bulan setelah
penanggulangan Kecelakaan dinyatakan berakhir.
(71 Dalam hal terjadi Kecelakaan dengan potensi lepasan
radioaktif yang meluas sampai ke luar Wilayah Tambang,
Pemegang lzin harus berkoordinasi dengan instansi
terkait.
Paragraf 5
Pengelolaan Limbah Radioaktif
Pasal 54
(2) Dalam
SK No 157609 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-35-
(21 Dalam melaksanakan pengelolaan limbah radioaktif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemeganglzinwajib
membuat, mengimplementasikan, dan memutakhirkan
program pengelolaan limbah radioaktif.
(3) Program pengelolaan limbah radioaktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) paling sedikit meliputi:
a. deskripsi semua limbah radioaktif yang dihasilkan;
b. kategorisasi dan penentuan kriteria limbah radioaktif;
c. strategi untuk memastikan produksi limbah radioaktif
seminimal mungkin;
d. deskripsi fasilitas pengelolaan limbah radioaktif;
e. prosedur pengelolaan limbah radioaktif; dan
f. penilaiankeselamatan.
(4) Pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan limbah radioaktif.
Pasal 55
Bagian Ketiga
Sanksi Administratif
Pasal 56
SK No 157610 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-36-
Pasal 57
(5) Apabila
SK No 157611A
FRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-37-
(5) Apabila dalam jangka waktu paling lama 1O (sepuluh) Hari
sejak Lembaga OSS mengirimkan notifikasi peringatan
tertulis ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Pemegang lzin tidak memenuhi ketentuan keselamatan
pertambangan bahan galian nuklir, Kepala Badan
membekukan izin.
(6) Pemegang lzin wajib menghentikan sementara
kegiatannya terhitung sejak ditetapkannya keputusan
pembekuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(71 Pemegang lzin wqiib melakukan pemenuhan ketentuan
keselamatan pertambangan bahan galian nuklir dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
tanggal ditetapkannya keputusan pembekuan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(8) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (71 Pemegang lzin telah memenuhi ketentuan
keselamatan pertambangan bahan galian nuklir, Kepala
Badan menerbitkan keputusan pemberlakuan kembali
izin.
(9) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (71 Pemegang lzin tidak memenuhi ketentuan
keselamatan pertambangan bahan galian nuklir, Kepala
Badan mencabut izin.
(10) Apabila pembekuan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) telah ditetapkan, Pemegang lzin tetap
melaksanakan kegiatannya, Kepala Badan langsung
mencabut izin.
(11) Kepala Badan memberikan notifikasi kepada Lembaga
OSS mengenai pembekuan izin, pemberlakuan kembali
izin, dan pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), ayat (8), ayat (9), dan ayat (10).
Pasal 58
SK No 157612 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-38-
(21 Eks Pemegang lzin yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenai denda
administratif paling tinggi 5O% (lima puluh per seratus)
dari nilai dana jaminan pelaksanaan Dekomisioning
Pertambangan.
(3) Pengenaan denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak diambil dari dana jaminan pelaksanaan
Dekomisioning Pertambangan.
(41 Jika eks Pemegang lzin tidak melaksanakan
Dekomisioning Pertambangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Kepala Badan dapat menunjuk pihak ketiga
untuk melaksanakan Dekomisioning Pertambangan
dengan menggunakan dana jaminan Dekomisioning
Pertambangan.
(5) Dalam hal dana jaminan Dekomisioning Pertambangan
untuk menyelesaikan Dekomisioning Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak mencukupi,
kekurangan biaya untuk penyelesaian Dekomisioning
Pertambangan menjadi tanggung jawab eks Pemegang
lzin.
(6) Eks Pemegang lzin pada kegiatan konstruksi dan
penambangan Mineral Radioaktif dapat dikecualikan dari
kewajiban pelaksanaan Dekomisioning Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (U dalam hal
berdasarkan hasil evaluasi terdapat pertimbangan sebagai
berikut:
a. cadangan deposit bahan galian nuklir masih dapat
dieksploitasi; atau
b. aspek keekonomian atau strategis.
(71 Dalam hal eks Pemegang lzin pada kegiatan konstruksi
dan penambangan Mineral Radioaktif tidak melaksanakan
Dekomisioning Pertambangan karena pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan mineral dan batubara dapat menyerahkan
WPPMR kepada badan usaha berbadan hukum lainnya.
Pasal59...
SK No 157613 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-39-
Pasal 59
Pasal 60
(6) Apabila...
SK No 157660 A
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
-40-
(6) Apabila Pemegang lzin telah memenuhi ketentuan
keselamatan pertambangan bahan galian nuklir dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (21,
ayat (3), atau ayat (4), atau membayar denda administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala Badan
menerbitkan pernyataan pemenuhan ketentuan
keselamatan penyimpcman Mineral Ikutan Radioaktif.
(71 Pembayaran denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) tidak menggugurkan kewajiban Pemegang
lzin untuk tetap memenuhi ketentuan keselamatan
pertambangan bahan galian nuklir.
(8) Kepala Badan memberikan notifikasi kepada Lembaga
OSS mengenai penjatuhan denda administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 61
BAB III
Bagian Kesatu
Garda-Aman
Pasal 62
(3) Dokumen...
SK No 157615 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_4t_
(3) Dokumen sistem Garda-Aman sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi:
a. pemberitahuan rencana umum pertambangan serta
penelitian dan pengembangan pertambangan bahan
galian nuklir;
b. pemberitahuan lokasi, status tahapan kegiatan
pertambangan, dan jumlah produksi pertambangan
bahan galian nuklir;
c. pemberitahuan impor peralatan khusus; dan
d. pembuatan rekaman dan laporan berkala inventori.
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem Garda-Aman
pertambangan bahan galian nuklir diatur dengan
Peraturan Badan.
Bagian Kedua
Proteksi Fisik
Pasal 63
(4) Dalam...
SK No 157616 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_42_
(41 Dalam membuat dan mengimplementasikan rencana
Proteksi Fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (21,
Pemeganglzin harus:
a. mencegah dan mena.nggulangi kejadian keamanan
nuklir yang diuraikan dalam dokumen kajian
kerawanan fasilitas;
b. mengklasifikasikan bahan galian nuklir yang disimpan
dan diangkut; dan
c. menerapkan konsep pertahanan berlapis untuk
tindakan pencegahan dan perlindungan.
(5) Komponen sistem Proteksi Fisik harus disiapkan,
diujifungsi, dirawat, dikaji ulang, dan dimutakhirkan
secara berkala atau setiap terjadi kejadian keamanan
nuklir.
(6) Ldi fungsi dan perawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dilakukan pada masing-masing komponen dan
secara terintegrasi.
(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem Proteksi Fisik
pertambangan bahan galian nuklir diatur dengan
Peraturan Badan.
Bagian Ketiga
Sanksi Administratif
Pasal 64
SK No 157617 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_43_
SK No 157618 A
PRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
-44-
(9) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (71 Pemegang lzin tidak memenuhi ketentuan
keamanan pertambangan bahan galian nuklir, Kepala
Badan mencabut izin.
(1O) Apabila pembekuan inn sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) telah ditetapkan, Pemegang lzin tetap
melaksanakan kegiatan pertambangan Mineral Radioaktif
atau kegiatannya, Kepala Badan langsung mencabutizin.
(11) Kepala Badan memberikan notifikasi kepada Lembaga
OSS mengenai pembekuan izin, pemberlakuan kembali
izin, dan pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), ayat (8), ayat (9), dan ayat (10).
Pasal 66
SK No 157619 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_45_
(6) Eks Pemegang lzin pada kegiatan konstruksi dan
penambangan Mineral Radioaktif dapat dikecualikan dari
kewajiban pelaksanaan Dekomisioning Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal
berdasarkan hasil evaluasi terdapat pertimbangan sebagai
berikut:
a. cadangan deposit bahan galian nuklir masih dapat
dieksploitasi; atau
b. aspek keekonomian atau strategis.
(71 Dalam hal eks Pemegang lzin pada kegiatan konstruksi
dan penambangan Mineral Radioaktif tidak melaksanakan
Dekomisioning Pertambangan karena pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan mineral dan batubara dapat menyerahkan
WPPMR kepada badan usaha berbadan hukum lainnya.
Pasal 67
Pasal 68
(3) Apabila...
SK No 157620 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-46-
(3) Apabila dalam jangka waktu paling lama 1O (sepuluh) Hari
sejak Lembaga OSS mengirimkan notifikasi peringatan
tertulis kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (21,
Pemegang lzin tidak memenuhi ketentuan keamanan
pertambangan bahan galian nuklir, Pemeganglzin dikenai
peringatan tertulis ketiga.
(4) Apabila dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) Hari
sejak kmbaga OSS mengirimkan notifikasi peringatan
tertulis ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Pemegang lzin tidak memenuhi ketentuan keamanan
pertambangan bahan galian nuklir, Kepala Badan
menjatuhkan denda administratif.
(5) Penjatuhan denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (41 dapat diberikan secara berulang hingga
Pemegang lzin memenuhi ketentuan keamanan
pertambangan bahan galian nuklir.
(6) Apabila Pemegang lzin telah memenuhi ketentuan
keamanan pertambangan bahan galian nuklir dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2l;,
ayat (3) atau ayat (4) atau membayar denda administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala Badan
menerbitkan pernyataan pemenuhan ketentuan
keamanan pertambangan bahan galian nuklir.
(71 Pembayaran denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) tidak menggugurkan kewajiban Pemegang
lzin untuk tetap memenuhi ketentuan keamanan
pertambangan bahan galian nuklir.
(8) Kepala Badan memberikan notifikasi kepada Lembaga
OSS mengenai penjatuhan denda administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 69
BABIV...
SK No 157621 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-47 -
BAB IV
Bagian Kesatu
Sistem Manajemen
Pasal 70
Bagian Kedua
Organisasi Pertambangan dan Panitia Penilai Keselamatan
Pasal 71
SK No 157622 A
trRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-48-
l2l Organisasi pertambangan bahan galian nuklir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Pemeganglzin;
b. KTT Pertambangan Bahan Galian Nuklir;
c. penyelia;
d. petugas Proteksi Radiasi;
e. petugas Proteksi Fisik; dan
f. pekerja pertambangan.
(3) Selain organisasi pertambangan bahan galian nuklir
sebagaimana dimaksud pada ayat (21, Pemeganglzin wajib
membentuk panitia penilai keselamatan yang independen.
Pasal 72
SK No 157623 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_49_
Pasal 73
Pasat74
Pasal75...
SK No 157624 A
FRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-50-
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
SK No 157625 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-51 -
Pasal 78
Bagian Ketiga
Sanksi Administratif
Pasal 79
SK No 157626A
FRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
-52-
Pasal 80
(7) Pemegang
SK No 157627 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-53-
(71 Pemegang lzin wajib melakukan pemenuhan ketentuan
manajemen keselamatan dan keamanan pertambangan
bahan galian nuklir dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan terhitung sejak tanggal ditetapkannya
keputusan pembekuan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (5).
(8) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (71 Pemegang lzin telah memenuhi ketentuan
manajemen keselamatan dan keama.nan pertambangan
bahan galian nuklir, Kepala Badan menerbitkan
keputusan pemberlakuan kembali izin.
(9) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (71 Pemegang lzin tidak memenuhi ketentuan
manajemen keselamatan dan keamanan pertambangan
bahan galian nuklir, Kepala Badan mencabut lzin.
(1O) Apabila pembekuan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) telah ditetapkan, Pemegang lzir: tetap
melaksanakan kegiatan pertambangan Mineral Radioaktif
atau kegiatan pengolahan Mineral lkutan Radioaktif,
Kepala Badan langsung mencabut izin.
(11) Kepala Badan memberikan notifikasi kepada Lembaga
OSS mengenai pembekuan izin, pemberlakuan kembali
izin, dan pencabutan tzin sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), ayat (8), ayat (9), dan ayat (10).
Pasal 81
(a) Jika
SK No 157628 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-54-
(4) Jika eks Pemegang lzin tidak melaksanakan
Dekomisioning Pertambangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Kepala Badan dapat menunjuk pihak ketiga
untuk melaksanakan Dekomisioning Pertambangan
dengan menggunakan dana jaminan Dekomisioning
Pertambangan.
(5) Dalam hal dana jaminan Dekomisioning Pertambangan
untuk menyelesaikan Dekomisioning Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak mencukupi,
kekurangan biaya untuk penyelesaian Dekomisioning
Pertambangan menjadi tanggung jawab eks Pemegang
lzin.
(6) Eks Pemegang lzin pada kegiatan konstruksi dan
penambangan Mineral Radioaktif dapat dikecualikan dari
kewajiban pelaksanaan Dekomisioning Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (U dalam hal
berdasarkan hasil evaluasi terdapat pertimbangan sebagai
berikut:
a. cadangan deposit bahan galian nuklir masih dapat
dieksploitasi; atau
b. aspek keekonomian atau strategis.
(71 Dalam hal eks Pemegang lzin pada kegiatan konstruksi
dan penambangan Mineral Radioaktif tidak melaksanakan
Dekomisioning Pertambangan karena pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangcrn mineral dan batubara dapat menyerahkan
WPPMR kepada badan usaha berbadan hukum lainnya.
Pasal 82
Pasal 83
SK No 157629 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-55-
Pasal 83
(7) Pembayaran
SK No 157630A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-56-
(71 Pembayaran denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) tidak menggugurkan kewajiban Pemegang
lzin untuk tetap memenuhi ketentuan manajemen
keselamatan dan keamanan pertambangan bahan galian
nuklir.
(8) Kepala Badan memberikan notifikasi kepada Lembaga
OSS mengenai penjatuhan denda administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 84
INSPEKSI
Pasal 85
SK No 157631 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-57-
(4) Inspeksi yang dilakukan selama masa berlaku perizinan
benrsaha sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf b
terdiri atas:
a. evaluasi laporan pada kegiatan pertambangan bahan
galian nuklir;
b. audit dokumen; dan
c. verifikasi lapangan.
(5) Inspeksi yang dilakukan selama masa berakhirnya izin
hingga diterbitkannya pernyataan pembebasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (21huruf c terdiri atas:
a. evaluasi laporan pada kegiatan Dekomisioning
Pertambangan;
b. audit dokumen; dan
c. verifikasi lapangan.
Pasal 86
(4) Penghentian. . .
SK No 157632 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-58-
(4) Penghentian kegiatan pertambangan bahan galian nuklir
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f dilakukan
oleh inspektur keselamatan nuklir setelah mendapat
perintah dari Kepala Badan.
Pasal 87
Pasal 88
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 89
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9O
Agar
SK No 157633 A
PRESIDEN
IQEFTJELIK INDONESIA
-59-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2022
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2022
ttd.
PRATIKNO
Djarnan
SK No 160046 A
PNESIDEN
REPITELIK INDONESII\
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM
II.PASAL...
SK No 160004A
PRES IDEN
REFUBLIK INDONESIA
-2-
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud "hasil pengolahan bahan galian nuklit' adalah
produk yang berupa senyawa uranium terkonsentrasi (gellowcakel
atau oksida thorium terkonsentrasi yang dapat dijadikan bahan
baku bahan bakar nuklir.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "keselamatan dan kesehatan kerja"
adalah upaya yang dimaksudkan untuk memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat
kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan "kesehatan masyarakat" adalah
upaya mencapai kesehatan masyarakat setinggi-tingginya
dengan menjaga kesehatan lingkungan serta kesehatan dan
keselamatan kerja.
Yang dimaksud dengan "kesehatan lingkungan" adalah
upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan
dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial.
Kesehatan
SK No 157636 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESTA
-3-
Kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan diatur
oleh peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan.
Termasuk juga analisis dampak kesehatan lingkungan
(ADKL) serta pemantauan parameter kesehatan lingkungan.
Yang dimaksud dengan "keselamatan lingkungan hidup"
adalah upaya perlindungan dan pengelolaan secara
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan terhadap kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengarrrhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Upaya ini meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakan hukum. Di dalamnya, termasuk juga
pemulihan lingkungan selama kegiatan berlangsung yang
diatur oleh peraturan di bidang lingkungan hidup.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 5
Yang dimaksud dengan "peraturan pemndang-undangan" adalah
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan,
kesehatan, dan lingkungan hidup.
Pasal6...
SK No 157637 A
PRES IDEN
REPUALIK TNDONESIA
-4-
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan "penyimpanan Mineral Ikutan
Radioaktif" adalah kegiatan penyimpanan yang terpisah dari
kegiatan pengolahan Mineral lkutan Radioaktif yang
menghasilkan unsur uranium dan thorium.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "pengolahan" adalah kegiatan
pertambangan untuk menghasilkan senyawa uranium
terkonsentrasi (gellowcake), oksida thorium terkonsentrasi,
atau mineral terkonsentrasi yang bersifat radioaktif lainnya.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "pengalihan" adalah termasuk juga
distribusi dan peredaran bahan nuklir yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan lain sebagai pemanfaatan
bahan nuklir.
Huruf i. . .
SK No 157638 A
PRES IDEN
REPUBLIK TNDONESIA
-5-
Huruf i
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Hunrf e
Cukup jelas
Huruf f
Yang dimaksud dengan "modifikasi" adalah setiap upaya yang
mengubah proses, sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan yang penting terhadap keselamatan pertambangan
termasuk kegiatan pengurangan dan latau penambahan yang
menyebabkan perubahan keselamatan operasi.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
SK No 157639 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "pengaruh kejadian alam" adalah
keadaan alamiah atau kebumian yang mungkin berpengaruh
terhadap keselamatan kegiatan sehingga perlu dianalisis
agar desain fasilitas yang dirancang dapat memenuhi syarat
keselamatan. Keadaan alamiah atau kebumian ini misalnya
aspek meteorologi, hidrologi, geologi, geoteknik, dan
seismologi. Aspek yang wajib dianalisis tergantung pada
metode penambangan yang dipilih.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "perpindahxr zat radioaktif" adalah
penyebaran atau pergerakan zat radioaktif di udara atau air
akibat proses fisika yang mempengaruhi gerakan berbagai
molekul dalam media udara atau air.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 1 L
Cukup jelas.
Pasal 12
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "pelindian di tempat" adalah proses
pengambilan mineral dari bijih yang berada di bawah permukaan
tanah dengan melarrrtkan bijih dan memompa larutan ke
permukaan tanah.
Pasal 13
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "debu" adalah semua debu, khususnya
debu radioaktif dengan waktu paruh panjang llortg-liued
radioactiue dustl.
Hurtrf c . .
SK No 157640 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "sistem perlindungan dari bahaya fisik"
untuk desain penambangan permukaan adalah sistem yang
melindungi sarana, prasarana, instalasi atau fasilitas dan
peralatan dari ledakan, kebakaran, banjir, misil, amblesan,
longsor, atau nrntuhan. Misalnya, dinding penahan amblesan
atau tanggul penahan longsor serta sistem yang terkait dengan
monitoring interaksi antar sistem pada wilayah tambang.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "pengelolaan limbah radioaktif" adalah
pengumpulan, pengelompokan, pengolahan, pengangkutan
penyimpanan, danf atau pembuangan zat radioaktif dan bahan
serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif yang tidak dapat
digunakan lagi.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "sistem bantu" adalah sistem yang
menunjang sistem utama. Misalnya sistem untuk catu daya
listrik, komunikasi dan alarm, pencahayaan, dan pemasok air.
Pasal 14
Huruf a
Yang dimaksud dengan "sistem penambangan" antara lain
pengeboran, pembersihan debu dan gas berbahaya, penyanggaan,
pemuatan, pemindahan material, dan pengisian kembali lubang
bekas tambang (backfillingl .
Hurlf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g. . .
SK No 157641 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
Huruf g
Yang dimaksud dengan "sistem perlindungan dari bahaya fisik"
untuk desain penambangan bawah tanah adalah sistem yang
melindungi sarana, prasarana, instalasi atau fasilitas dan
peralatan dari ledakan, kebakaran, banjir, misil, amblesan,
longsor, atau runtuhan. Misalnya, dinding penahan runtuhan
serta sistem yang terkait dengan monitoring interaksi antar
sistem pada wilayah tambang.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal L5
Huruf a
Cukup jelas.
Hurt-f b
Cukup jelas.
Huruf c
Culmp jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "sistem pengungkung" adalah
pengungkung debu atau limbah (terutama untuk penyimpanan
tailing, termasuk containment pondl. Misalnya, penggunaan tanah
dengan permeabilitas rendah.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "sistem perlindungan dari bahaya fisilf
untuk desain penambangan pelindian di tempat adalah sistem
yang melindungi sarana, prasarana, instalasi atau fasilitas dan
peralatan dari ledakan, kebakaran, banjir, misil, amblesan,
longsor, atau runtuhan. Misalnya, sistem pelindung pipa bawah
tanah, pelindung kebocoran tailing dari kolam sistem
pengungkung, serta sistem yang terkait dengan monitoring
interaksi antar sistem pada wilayah tambang.
Hurr-f h. . .
SK No 157642 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESTA
-9-
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 16
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "sistem proses" adalah mencakup
pelindian, ekstrak si, stripping, pengendapan, dan pengeringan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Hunrf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
SK No 157643 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10-
Huruf c
Yang dimaksud dengan "mempermudah perawatan" adalah
upaya memperrnudah akses pekerja pertambangan untuk
pencegahan atau perbaikan yang terorganisasi agar sarana,
prasarana, instalasi atau fasilitas, dan peralatan dapat
beroperasi dengan baik dan selamat. Kegiatan perawatan
terdiri atas perawatan rutin dan nonrutin.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Hurt.f b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Humf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f ...
SK No 157644 A
PRES IDEN
REFUBLIK INDONESIA
- 11-
Huruf f
Yang dimaksud dengan "pengujian" adalah kegiatan untuk
memastikan sarana, prasarana, instalasi atau fasilitas, dan
peralatan yang telah terpasang dapat berfungsi sesuai
dengan desain penambangan atau pengolahan Mineral
Radioaktif. Pengujian dilaksanakan baik terhadap fungsi
masing-masing sarana, prasarana, instalasi atau fasilitas,
dan peralatan maupun terhadap semua sistem secara
terintegrasi.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 2O
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c. . .
SK No 157645 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESTA
_L2_
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "pekerja radiasi" adalah setiap orang
yang bekerja penuh waktu atau paruh waktu yang
diperkirakan dapat menerima dosis tahunan melebihi Nilai
Batas Dosis untuk masyarakat umum dan memiliki hak
serta kewajiban terkait dengan Proteksi Radiasi dan
keselamatan radiasi dalam pekerjaannya.
Dalam hal ini, pekerja pertambangan seperti pekerja
konstruksi, penambangan, peledakan, pengolahan, ventilasi,
perawatan, dan Dekomisioning Pertambangan yang
berpotensi menerima dosis tahunan melebihi Nilai Batas
Dosis untuk masyarakat umum dikategorikan sebagai
pekerja radiasi. Semua pekerja ini tunduk sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan dan kesehatan secara umum, serta
keselamatan radiasi secara khusus.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "pemantauan kesehatan' adalah
pemeriksaan kesehatan dan/atau konseling secara berkala
serta tindak lanjut dari hasil pemeriksaan kesehatan
dan/atau konseling.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat(21 ...
SK No 157646 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-13-
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "pembatas dosis" adalah nilai dosis
radiasi yang digunakan sebagai panduan untuk optimisasi
Proteksi Radiasi dan keselamatan radiasi dalam pelaksanaan
kegiatan pertambangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "dosis yang diterima pekerja radiasi dan
masyarakat" adalah dosis untuk pekerja radiasi di pertambangan
dan masyarakat yang perhitungannya dilakukan dengan cara
mengura.ngi paparan radiasi yang terukur dari paparan latar.
Yang dimaksud dengan "ketentuan peraturan
perundang-undangan" adalah peraturan perundang-undangan
mengenai proteksi dan keselamatan radiasi.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 3O
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat(21 ...
SK No 157647 A
FRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t4-
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "pengendalian radioaktivitas lingkungan
hidup pada saat Kecelakaan" adalah pengendalian yang
dilakukan saat Kecelakaan, termasuk pascaKecelakaan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan "instansi terkait" adalah instansi
pemerintah, baik pusat maupun daerah, antara lain pemadam
kebakaran, kepolisian, rumah sakit, dan puskesmas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal33...
SK No 157648 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-15-
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 4O
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal42
Cukup jelas.
Pasal 43
Penyimpanan untuk Mineral Ikutan Radioaktif juga dilakukan oleh
pemega.ng tzin usaha pertambangan dan izin usaha pertambangan
khusus mineral dan batubara, kontraktor kontrak kerja sama minyak
dan gas bumi, atau pemegangizin usaha industri yang menghasilkan
Mineral Ikutan Radioaktif.
Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pembuangan permanen" adalah
penimbusan akhir, sumur injeksi, penempatan kembali di area
bekas tambang, dam tailing, dan/atau fasilitas penimbunan lain
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat(3) ...
SK No 157649 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16-
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 5O
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal53...
SK No 157650 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-17-
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "rencana umum pertambangan"
adalah setiap rencana umum pengembangan pertambangan,
termasuk rencana ekspansi usaha.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c. . .
SK No 157651A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_ 18_
Huruf c
Yang dimaksud dengan "pemberitahuan impor peralatan
khusus" adalah pemberitahuan impor terhadap peralatan
yang secara khusus dirancang dan digunakan untuk
kegiatan daur bahan bakar nuklir yang izinnya diberikan
oleh Kepa-la Badan.
Hurrrf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Huruf a
Yang dimaksud dengan okejadian keamanan nuklir' adalah
kejadian yang berpotensi atau mempunyai implikasi
terhadap keamanan nuklir antara lain ancaman sabotase,
ancaman keamanan informasi, pencu rian z.at radioaktif atau
bahan nuklir, dan kejadian peledakan menggunakan
radio adiue di.spers al deuice.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal64...
SK No 157652 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-19-
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 7O
Cukup jelas
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Yang dimaksud dengan "petugas Proteksi Radiasi" adalah
pekerja radiasi yang ditunjuk oleh Pemegang lzin dan
mendapatkan surat izin bekerja dari Badan untuk
mengawasi dan melaksanakan pekerjaan yang berhubungan
dengan Proteksi Radiasi dan keselamatan radiasi.
Huruf e
Cukup jelas.
Hurrf f ...
SK No 157653 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-20-
Huruf f
Yang dimaksud dengan "pekerja pertambangan" adalah
semua pekerja yang terlibat dalam pekerjaan teknis sesuai
dengan ke giatannya misalnya pekerj a kon struksi, peledakan,
penambangan, ventilasi, pengolahan, penyimpanan,
perawatan, dan Dekomisioning Pertambangan.
Ayat (3)
Panitia penilai keselamatan melakukan tugasnya secara
independen untuk memastikan keselamatan pertambangan
bahan galian nuklir.
Pasal72
Ayat (1)
Pemegang lzin sebagai penanggung jawab utama dalam
keselamatan dan keamanan atas seluruh kegiatan pertambangan
bahan galian nuklir, meskipun sebagian dari pekerjaan itu
didelegasikan kepada pihak lain.
Ayat (21
Hunrf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "prosedur dan aturan internal"
antara lain prosedur operasi standar (standard operational
proedurel dan instruksi kerja.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i. . .
SK No 157654 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2t-
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Ayat (1)
Jumlah dan jenis penyelia ditentukan oleh Pemegang lzin sesuai
dengan kebutuhan kegiatan pertambangan, dengan paling sedikit
tersedia fungsi penyelia di bidang operasional dan teknis.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal77
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "aspek keselamatan lainnya" adalah
aspek-aspek keselamatan lain dari internal perusahaan.
Contohnya seperti prosedur operasional, laporan
pelaksanaan modifikasi, konstruksi, atau pengendalian
radioaktivitas lingkungan hidup.
Ayat(3) ...
SK No 157655 A
t,RESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-22-
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "inspeksi selama proses perizinan
berusaha" adalah inspeksi yang dilakukan dalam rangka
verifikasi lapangan untuk menilai kesesuaian antara
dokumen persyaratan pertzinan dengan kondisi di lapangan.
Inspeksi ini dilakukan sebelum perizinan berusaha
diterbitkan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c. . .
SK No 157656 A
FRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
-23-
Hurrrf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Yang dimaksud "setiap orang" adalah orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
SK No 160005 A