Anda di halaman 1dari 49

PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN
TENTANG
KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK
PEREKAMAN DATA DALAM SUMUR PENGEBORAN (WELL LOGGING)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir


Nomor 5 Tahun 2009 tentang Keselamatan Radiasi
Dalam Penggunaan Zat Radioaktif untuk Well Logging
sudah tidak sesuai dengan perkembangan pemanfaatan
sumber radiasi pengion dan kebutuhan hukum
masyarakat, sehingga perlu diganti dengan peraturan
yang baru;
b. bahwa Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Nomor 5 Tahun 2009 tentang Keselamatan Radiasi
Dalam Penggunaan Zat Radioaktif untuk Well Logging
perlu disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat Radioaktif
untuk Perekaman Data Dalam Sumur Pengeboran (Well
Logging);

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang


Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3676);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang
Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber
Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6617);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4730);
4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 322);
5. Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1452);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG
KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT
RADIOAKTIF UNTUK PEREKAMAN DATA DALAM SUMUR
PENGEBORAN (WELL LOGGING).

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang selanjutnya
disebut Badan adalah lembaga pemerintah
nonkementerian yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan di bidang pengawasan tenaga nuklir.
2. Keselamatan Radiasi Pengion yang selanjutnya disebut
Keselamatan Radiasi adalah kondisi dimana manusia
dan lingkungan hidup terlindungi dari efek radiasi
pengion yang berbahaya melalui tindakan proteksi
radiasi.
3. Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
melindungi manusia dan lingkungan hidup dari akibat
paparan radiasi pengion.
4. Keamanan Zat Radioaktif adalah tindakan yang
dilakukan untuk mencegah sabotase, akses tidak sah,
perusakan, kehilangan, pencurian, dan/atau
pemindahan tidak sah zat radioaktif.
5. Zat Radioaktif Terbungkus adalah zat radioaktif yang
dimasukkan ke dalam kapsul terikat kuat sehingga
dapat mencegah kebocoran dan kontaminasi.
6. Zat Radioaktif Terbuka adalah zat radioaktif yang tidak
dibungkus dengan kapsul sehingga berpotensi terjadi
kontaminasi.
7. Perekaman Data Dalam Sumur Pengeboran (Well
Logging) yang selanjutnya disebut Well Logging adalah
semua kegiatan yang meliputi penurunan dan
pengangkatan alat ukur atau alat yang mengandung zat
radioaktif atau yang digunakan untuk mendeteksi zat
radioaktif tersebut di dalam lubang bor untuk tujuan
mendapatkan informasi lubang bor atau formasi geologi
di sekitarnya dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak,
gas, panas bumi, termasuk geophysical logging untuk
mineral dan batu bara.
8. Peralatan Perekaman Data Dalam Sumur Pengeboran
(Well Logging) yang selanjutnya disebut peralatan Well
Logging adalah peralatan yang digunakan dalam
kegiatan Well Logging di bidang industri.
9. Penanda radioaktif adalah zat radioaktif yang digunakan
untuk menentukan kedalaman atau petunjuk arah,
termasuk tanda pelat radioaktif dan paku besi
radioaktif.
10. Perunut (tracer) adalah kegiatan yang merupakan
bagian dari kegiatan Well Logging di bidang industri
yang digunakan khusus untuk minyak dan gas.
11. Nilai Batas Dosis adalah dosis radiasi akumulatif
terbesar yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan
anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek genetik dan somatik yang signifikan.
12. Pemegang Izin adalah badan usaha yang memiliki
perizinan berusaha sektor ketenaganukliran atau badan
hukum publik yang memiliki izin dari Badan.
13. Petugas Proteksi Radiasi adalah pekerja radiasi yang
ditunjuk oleh Pemegang Izin dan mendapatkan izin
bekerja dari Badan untuk mengawasi dan
melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan
Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi.
14. Supervisor (Field Engineer) Perekaman Data Dalam
Sumur Pengeboran (Well Logging) yang selanjutnya
disebut Supervisor adalah orang yang berkompeten
untuk mengoperasikan Peralatan Well Logging.
15. Operator (Assistant) Perekaman Data Dalam Sumur
Pengeboran (Well Logging) yang selanjutnya disebut
Operator adalah orang yang membantu Supervisor
untuk mengoperasikan Peralatan Well Logging.
16. Rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil yang
dicapai atau memberi bukti pelaksanaan kegiatan
dalam pemanfaatan tenaga nuklir.
17. Paparan Darurat adalah kondisi adanya paparan dari
sumber radiasi pengion sebagai akibat kecelakaan,
tindak kejahatan, atau kejadian lain yang tidak
direncanakan yang mengakibatkan paparan berlebih.
18. Kecelakaan Radiasi adalah kejadian yang tidak
direncanakan termasuk kesalahan operasi, kerusakan
ataupun kegagalan fungsi alat, atau kejadian lain yang
menimbulkan akibat atau potensi-akibat yang tidak
dapat diabaikan dari aspek Proteksi atau Keselamatan
Radiasi.

Pasal 2
(1) Peraturan Badan ini mengatur mengenai Keselamatan
Radiasi yang harus dipenuhi oleh Pemegang Izin dalam
penggunaan zat radioaktif untuk Well Logging.
(2) Keselamatan Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. manajemen keselamatan radiasi;
b. Proteksi Radiasi;
c. keselamatan fasilitas dan/atau kegiatan Well
Logging; dan
d. penanggulangan paparan darurat.
(3) Penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah untuk kegiatan industri, penelitian, dan
pengembangan.

Pasal 3
(1) Zat radioaktif untuk Well Logging sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), meliputi:
a. Zat Radioaktif Terbungkus;
b. Zat Radioaktif Terbuka; dan
c. Penanda Radioaktif.
(2) Zat Radioaktif Terbungkus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a termasuk zat radioaktif untuk
pembangkit neutron yang digunakan dalam kegiatan
Well Logging.
(3) Zat Radioaktif Terbungkus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a tidak termasuk zat radioaktif untuk
kalibrasi (calibration source) Well Logging.
(4) Zat Radioaktif Terbuka sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b hanya digunakan untuk kegiatan
Perunut (Tracer) yang merupakan bagian dari Well
Logging.
(5) Penanda radioaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c digunakan untuk menandai kedalaman atau
petunjuk arah untuk menunjang kegiatan Well Logging.

Pasal 4
(1) Setiap orang atau badan yang akan menggunakan zat
radioaktif untuk Well Logging wajib memiliki izin dan
memenuhi persyaratan Keselamatan Radiasi dan/atau
Keamanan Zat Radioaktif.
(2) Ketentuan mengenai izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan mengenai penyelenggaraan
perizinan berusaha berbasis risiko sektor
ketenaganukliran.
(3) Ketentuan mengenai persyaratan Keamanan Zat
Radioaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Badan mengenai keamanan zat
radioaktif.

BAB II
MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5
Manajemen Keselamatan Radiasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. tanggung jawab Pemegang Izin; dan
b. sumber daya manusia.

Bagian Kedua
Tanggung Jawab Pemegang Izin

Pasal 6
(1) Pemegang Izin bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
Keselamatan Radiasi.
(2) Selain Pemegang Izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pihak lain dapat memiliki tanggung jawab tertentu
sesuai dengan tugas dan peran masing-masing dalam
pelaksanaan Keselamatan Radiasi.
(3) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara
lain:
a. tenaga ahli;
b. perusahaan penyewa jasa Well Logging (client);
dan/atau
c. pekerja tidak tetap yang dikontrak oleh Pemegang
Izin untuk melakukan pekerjaan Well Logging.

Pasal 7
(1) Dalam melaksanakan tanggung jawab Keselamatan
Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1),
Pemegang Izin harus melakukan upaya untuk:
a. mewujudkan tujuan Keselamatan Radiasi;
b. menjamin perlindungan pekerja radiasi melalui
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja;
c. menyusun, menetapkan, melaksanakan,
mendokumentasikan, dan meninjau ulang program
Proteksi dan Keselamatan Radiasi;
d. membentuk dan menetapkan penyelenggara
Keselamatan Radiasi di dalam instalasi /fasilitas
dan kegiatan;
e. menetapkan tindakan dan menyediakan sumber
daya yang memadai untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
f. mengidentifikasi, mencegah, dan memperbaiki
setiap kegagalan dan kekurangan dalam
pelaksanaan program proteksi dan Keselamatan
Radiasi; dan
g. membuat, memelihara, dan memutakhirkan
dokumen prosedur dan rekaman terkait dengan
Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi.
(2) Pemegang Izin, dalam melaksanakan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mendelegasikan kewenangan kepada atau menunjuk
personel yang bertugas di instalasi/fasilitas dan kegiatan
untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam
mewujudkan Keselamatan Radiasi.
(3) Pendelegasian atau penunjukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak membebaskan Pemegang Izin dari
pertanggungjawaban hukum jika terjadi situasi yang
dapat membahayakan keselamatan pekerja, anggota
masyarakat, dan lingkungan hidup.

Pasal 8
Tujuan Keselamatan Radiasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf a diwujudkan dengan cara:
a. menyediakan:
1. fasilitas dan/atau peralatan untuk kegiatan Well
Logging; dan
2. perlengkapan Proteksi Radiasi sesuai dengan sifat
dan risiko untuk setiap kegiatan Well Logging;
b. menerapkan budaya keselamatan di fasilitas atau
kegiatan;
c. membatasi paparan kerja untuk setiap pekerja radiasi;
d. mengoptimalkan tindakan Proteksi Radiasi dan
Keselamatan Radiasi;
e. melaksanakan pemantauan kesehatan bagi pekerja
radiasi;
f. meningkatkan kompetensi pekerja radiasi dalam
memahami dan menerapkan Keselamatan Radiasi
melalui pendidikan dan pelatihan; dan
g. memberikan dan memutakhirkan informasi mengenai
Keselamatan Radiasi kepada pekerja radiasi.

Bagian Ketiga
Sumber Daya Manusia

Pasal 9
(1) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf b berupa personel dan/atau pekerja
radiasi yang memiliki kualifikasi dan kompetensi untuk
bekerja dalam penggunaan zat radioaktif untuk Well
Logging.
(2) Personel yang bekerja dalam penggunaan zat radioaktif
untuk Well Logging sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), terdiri dari:
a. Petugas Proteksi Radiasi;
b. Supervisor; dan
c. Operator.
(3) Supervisor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dapat merangkap sebagai Petugas Proteksi Radiasi.
(4) Supervisor yang merangkap sebagai Petugas Proteksi
Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
memiliki izin bekerja sebagai Petugas Proteksi Radiasi
sesuai dengan ketentuan peraturan Badan mengenai izin
bekerja pekerja radiasi pada fasilitas radiasi dan/atau
kegiatan pemanfaatan sumber radiasi pengion.

Pasal 10
(1) Jumlah setiap personel sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2) dalam 1 (satu) fasilitas disusun
berdasarkan analisis kebutuhan dari Pemegang Izin.
(2) Jumlah setiap personel sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) minimal 1 (satu) orang untuk setiap
pengoperasian Peralatan Well Logging.
(3) Analisis kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam dokumen kajian keselamatan.

Pasal 11
Petugas Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (2) huruf a mempunyai tanggung jawab:
a. menerapkan budaya keselamatan di fasilitas atau
kegiatan pemanfaatan zat radioaktif untuk Well Logging;
b. mengawasi pelaksanaan program proteksi dan
Keselamatan Radiasi;
c. mengkaji ulang efektivitas penerapan program proteksi
dan Keselamatan Radiasi;
d. memberikan instruksi teknis dan administratif secara
lisan atau tertulis kepada Pekerja Radiasi tentang
pelaksanaan program proteksi dan Keselamatan
Radiasi;
e. mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi
kegiatan pelatihan Proteksi Radiasi;
f. memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan
Proteksi Radiasi dan memantau pemakaiannya;
g. membuat dan memelihara rekaman dosis yang diterima
oleh Pekerja Radiasi;
h. melaporkan kepada Pemegang Izin jika Pekerja Radiasi
menerima dosis melebihi Pembatas Dosis;
i. memberitahukan kepada Pekerja Radiasi mengenai hasil
evaluasi pemantauan dosis;
j. menyusun dokumen laporan dan rekaman yang
dibutuhkan dalam kegiatan Well Logging terkait dengan
pelaksanaan persyaratan Keselamatan Radiasi;
k. menetapkan daerah pengendalian dan daerah supervisi;
l. melaksanakan latihan penanggulangan dan latihan
pencarian fakta dalam hal kedaruratan;
m. melakukan penanggulangan kedaruratan dan pencarian
fakta dalam hal kedaruratan;
n. memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi
Radiasi di fasilitas atau instalasinya;
o. melaksanakan pengambilan sampel uji kebocoran zat
radioaktif; dan
p. melaporkan bukti pelaksanaan tugas Petugas Proteksi
Radiasi secara berkala paling sedikit 2 (dua) kali dalam
setahun.

Pasal 12
Supervisor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
huruf b mempunyai tanggung jawab:
a. melaksanakan pengoperasian Peralatan Well Logging
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan;
b. memahami dan melaksanakan semua ketentuan
keselamatan kerja;
c. menggunakan perlengkapan Proteksi Radiasi sesuai
prosedur;
d. mempersiapkan Peralatan Well Logging;
e. memantau seluruh kegiatan pemanfaatan zat radioaktif
meliputi penggunaan, penyimpanan, dan pengangkutan;
f. melakukan pemantauan radiasi di bawah pengendalian
Petugas Proteksi Radiasi;
g. melaporkan kepada Petugas Proteksi Radiasi apabila
ada kerusakan pada perlengkapan Proteksi Radiasi;
h. melaporkan setiap Kecelakaan Radiasi kepada Petugas
Proteksi Radiasi;
i. melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan,
yang diduga akibat bekerja dengan radiasi;
j. melakukan supervisi terhadap Operator, atau tenaga
engineer yang sedang mengikuti pelatihan; dan
k. melakukan pengelolaan terhadap seluruh pemanfaatan
zat radioaktif yang terkait dengan kegiatan Well Logging.

Pasal 13
Operator sebagaimana dimaksud dalam 9 ayat (2) huruf c
mempunyai tanggung jawab:
a. memahami dan melaksanakan semua ketentuan
keselamatan kerja radiasi;
b. menggunakan perlengkapan Proteksi Radiasi sesuai
prosedur;
c. membantu Supervisor atau Petugas Proteksi Radiasi
dalam:
1. mempersiapkan Peralatan Well Logging;
2. memantau paparan radiasi; dan
3. menginventarisasi zat radioaktif.
d. melaporkan kepada Supervisor atau Petugas Proteksi
Radiasi mengenai malfungsi atau kerusakan:
1. Peralatan Well Logging; dan
2. perlengkapan Proteksi Radiasi.
e. melaporkan kepada Supervisor atau Petugas Proteksi
Radiasi setiap Kecelakaan Radiasi yang terjadi; dan
f. melaporkan kepada Supervisor atau Petugas Proteksi
Radiasi setiap gangguan kesehatan yang dirasakan,
yang diduga akibat bekerja dengan radiasi.

Pasal 14
(1) Pemegang Izin harus menyediakan pelatihan
Keselamatan Radiasi bagi pekerja radiasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf f dan personel
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).
(2) Pelatihan untuk pekerja radiasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling kurang mencakup materi:
a. tugas, tanggung jawab, dan fungsi organisasi
terhadap Keselamatan Radiasi;
b. peraturan perundang-undangan terkait
Keselamatan Radiasi;
c. budaya keselamatan;
d. zat radioaktif yang digunakan;
e. prinsip Proteksi Radiasi;
f. efek biologi radiasi;
g. besaran dan satuan dosis radiasi;
h. pemantauan paparan radiasi;
i. tindakan dalam keadaan darurat; dan
j. prinsip dasar terkait Keamanan Zat Radioaktif.
(3) Pelatihan untuk Petugas Proteksi Radiasi diatur dalam
Peraturan Badan tersendiri.
(4) Pelatihan untuk Supervisor dan Operator dapat
diselenggarakan secara in house training.

BAB III
PROTEKSI RADIASI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 15
Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) huruf b, meliputi:
a. Prinsip Proteksi Radiasi;
b. Proteksi Radiasi pada Paparan Kerja;
c. Proteksi Radiasi pada Paparan Publik;
d. Kajian Keselamatan; dan
e. program proteksi dan Keselamatan Radiasi.

Bagian Kedua
Prinsip Proteksi Radiasi

Pasal 16
Prinsip Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 huruf a, meliputi:
a. justifikasi penggunaan zat radioaktif;
b. optimisasi proteksi dan Keselamatan Radiasi; dan
c. limitasi dosis.

Pasal 17
Justifikasi penggunaan zat radioaktif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf a harus didasarkan pada
pertimbangan bahwa manfaat penggunaan zat radioaktif
untuk Well Logging lebih besar daripada risiko radiasi yang
ditimbulkan dengan memperhatikan aspek keselamatan,
kesehatan, keamanan, teknologi, sosial, dan ekonomi.

Pasal 18
(1) Optimisasi proteksi dan Keselamatan Radiasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b harus
diupayakan agar besarnya dosis yang diterima dan
jumlah personel dan/atau pekerja radiasi yang terpapar
dari kegiatan Well Logging serendah mungkin yang dapat
dicapai dengan mempertimbangkan faktor teknologi,
sosial, ekonomi, dan lingkungan.
(2) Penerapan optimisasi proteksi dan Keselamatan Radiasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
penetapan Pembatas Dosis untuk personel dan/atau
pekerja radiasi dan anggota masyarakat.
Pasal 19
(1) Pembatas Dosis untuk personel dan/atau pekerja radiasi
dan anggota masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) tidak boleh melampaui Nilai Batas
Dosis.
(2) Pembatas Dosis untuk anggota masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah 0,3 mSv (tiga per sepuluh
millisievert) per tahun.
(3) Pembatas Dosis untuk personel dan/atau pekerja radiasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Pemegang Izin setelah mendapat persetujuan dari Kepala
Badan.
(4) Pembatas Dosis untuk personel dan/atau pekerja radiasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
berdasarkan:
a. hasil evaluasi dosis maksimum selama setahun;
atau
b. mengacu pada pedoman nasional atau
internasional.
(5) Pembatas Dosis untuk personel dan/atau pekerja radiasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus diuraikan di
dalam program proteksi dan Keselamatan Radiasi.

Pasal 20
(1) Pemegang Izin harus melakukan kaji ulang Pembatas
Dosis untuk personel dan/atau pekerja radiasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (5) secara
berkala paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
dan pada saat pekerja radiasi menerima dosis melebihi
Pembatas Dosis.
(2) Hasil kaji ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus diberikan dalam laporan verifikasi keselamatan
dan disampaikan kepada Kepala Badan pada saat
perpanjangan izin.
Pasal 21
(1) Limitasi dosis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
huruf c harus dilakukan melalui penerapan Nilai Batas
Dosis untuk personel, pekerja radiasi, dan masyarakat
dalam kegiatan Well Logging.
(2) Nilai Batas Dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak boleh dilampaui.
(3) Nilai Batas Dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Badan mengenai proteksi dan
keselamatan radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir.

Bagian Ketiga
Proteksi Radiasi pada Paparan Kerja

Pasal 22
Proteksi Radiasi pada Paparan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf b, meliputi:
a. pembagian daerah kerja;
b. perlengkapan Proteksi Radiasi;
c. pemantauan paparan radiasi di daerah kerja;
d. pemantauan dosis yang diterima Pekerja Radiasi; dan
e. pemantauan kesehatan.

Pasal 23
(1) Pemegang Izin dalam melaksanakan pembagian daerah
kerja pada kegiatan Well Logging sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 huruf a harus menetapkan:
a. daerah pengendalian; dan/atau
b. daerah supervisi.
(2) Daerah pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi:
a. area kerja operasi Well Logging; dan
b. tempat penyimpanan zat radioaktif.
(3) Daerah supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi area kerja lain di sekitar daerah
pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 24
(1) Pemegang Izin harus menyediakan perlengkapan
Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf b untuk melakukan kegiatan Well Logging.
(2) Perlengkapan Proteksi Radiasi untuk kegiatan Well
Logging sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. peralatan pemantauan daerah kerja;
b. peralatan pemantauan dosis perorangan; dan
c. peralatan pelindung diri.

Pasal 25
(1) Peralatan pemantauan daerah kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a berupa alat
ukur paparan radiasi seperti surveymeter dan alat
pemantau tingkat kontaminasi radioaktif.
(2) Peralatan pemantauan daerah kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. respon energi sesuai dengan energi zat radioaktif
yang digunakan;
b. rentang pengukuran yang cukup dengan tingkat
radiasi yang diukur; dan
c. terkalibrasi.

Pasal 26
(1) Peralatan pemantauan dosis perorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b, meliputi:
a. dosimeter pasif; dan
b. dosimeter pembacaan langsung seperti dosimeter
saku.
(2) Dosimeter pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a antara lain:
a. film (film badge);
b. dosimeter thermoluminescence (TLD badge);
c. dosimeter optically stimulated luminescence (OSL
badge);
d. dosimeter radio-photoluminescence (RPL bagde);
atau
e. dosimeter pasif lainnya.

Pasal 27
Peralatan pelindung diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 ayat (2) huruf c, antara lain:
a. pakaian pelindung;
b. sarung tangan;
c. apron; dan/atau
d. kacamata pelindung.

Pasal 28
(1) Selain perlengkapan Proteksi Radiasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24, kegiatan penggunaan sumber
radiasi pengion untuk Well Logging juga harus dilengkapi
dengan:
a. tanda radiasi;
b. tali kuning;
c. kontener pengangkutan;
d. tang penjepit bertangkai dengan panjang paling
kurang 1 (satu) meter; dan
e. lempeng Pb atau perisai radiasi lain yang setara
dengan ukuran yang memadai.
(2) Tanda radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.

Pasal 29
(1) Pemegang Izin harus melakukan pemantauan paparan
radiasi di daerah kerja pengoperasian Well Logging
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c.
(2) Pemantauan paparan radiasi di daerah kerja
pengoperasian Well Logging sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan:
a. di sekitar tempat penyimpanan zat radioaktif;
b. selama kalibrasi; dan
c. ketika melakukan pekerjaan Well Logging di
lapangan.
(3) Hasil pemantauan paparan radiasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dicatat di dalam logbook.

Pasal 30
(1) Pemegang Izin harus melakukan pemantauan dosis yang
diterima Pekerja Radiasi yang bekerja pada kegiatan Well
Logging sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d.
(2) Pemantauan dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan dosimeter pasif dan dosimeter
pembacaan langsung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (1).

Pasal 31
(1) Pemegang Izin harus menyelenggarakan pemantauan
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf
e untuk seluruh Pekerja Radiasi yang bekerja pada
kegiatan Well Logging.
(2) Ketentuan mengenai pemantauan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
peraturan Badan mengenai pemantauan kesehatan
untuk Pekerja Radiasi.

Bagian Keempat
Proteksi Radiasi pada Paparan Publik

Pasal 32
Proteksi Radiasi pada Paparan Publik pada kegiatan Well
Logging sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c
dilakukan terhadap:
a. pengelolaan limbah radioaktif; dan
b. perlindungan pengunjung dan anggota masyarakat yang
masuk ke daerah kerja pengoperasian Well Logging.
Pasal 33
Pengelolaan limbah radioaktif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf a harus memenuhi persyaratan Peraturan
Perundang-undangan mengenai pengelolaan limbah
radioaktif.

Pasal 34
Perlindungan terhadap pengunjung dan anggota masyarakat
yang masuk ke daerah kerja pengoperasian Well Logging
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b berupa:
a. pendampingan oleh Petugas Proteksi Radiasi dan/atau
Pekerja Radiasi; dan
b. memberikan peralatan pelindung diri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 dan peralatan pemantau
dosis perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (1) huruf b.

Bagian Kelima
Kajian Keselamatan

Pasal 35
(1) Setiap orang atau badan yang akan menggunakan zat
radioaktif untuk Well Logging harus melakukan kajian
keselamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf c sebelum melakukan kegiatan.
(2) Kajian keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan program
proteksi dan Keselamatan Radiasi.
(3) Kajian keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam hal:
a. kondisi peralatan atau fasilitas baru; atau
b. terdapat modifikasi atau perubahan terhadap
peralatan atau fasilitas.

Pasal 36
Kajian keselamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
meliputi antara lain:
a. perkiraan potensi bahaya radiasi;
b. analisis atau evaluasi batasan dan kondisi teknis untuk
pengoperasian Peralatan Well Logging;
c. perkiraan kegagalan struktur, sistem, komponen,
perangkat lunak dan prosedur yang terkait Keselamatan
Radiasi;
d. perkiraan peningkatan paparan akibat kegagalan
sebagaimana dimaksud pada huruf c dan akibat yang
mungkin terjadi;
e. analisis faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
Keselamatan Radiasi;
f. analisis modifikasi terhadap Peralatan Well Logging;
g. analisis modifikasi tindakan keamanan terhadap
Keselamatan Radiasi; dan/atau
h. perkiraan setiap ketidakpastian dan asumsi terhadap
perhitungan terkait Keselamatan Radiasi.

Pasal 37
Pemegang Izin harus melakukan kaji ulang terhadap kajian
keselamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 apabila:
a. adanya modifikasi pada fasilitas atau kegiatan yang
dapat mempengaruhi keselamatan;
b. adanya penggunaan zat radioaktif baru atau sumber
radiasi pengion dengan karakteristik zat radioaktif
dalam program proteksi dan keselamatan radiasi;
c. terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan prosedur
yang berlaku tidak efektif; dan
d. adanya peraturan baru yang mengakibatkan prosedur
operasi ataupun program proteksi dan Keselamatan
Radiasi berubah.

Bagian Keenam
Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi

Pasal 38
(1) Pemegang Izin harus menyusun, menetapkan, dan
memutakhirkan program proteksi dan Keselamatan
Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf e.
(2) Penyusunan program proteksi dan Keselamatan Radiasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan
atas hasil kajian keselamatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 sampai dengan Pasal 37.

Pasal 39
(1) Program proteksi dan Keselamatan Radiasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) meliputi uraian
mengenai:
a. penyelenggara keselamatan radiasi;
b. pekerja pada instalasi/fasilitas dan kegiatan well
logging;
c. laporan kajian keselamatan;
d. penetapan pembatas dosis;
e. fasilitas dan sumber radiasi pengion yang
digunakan;
f. penetapan pembagian daerah kerja;
g. perlengkapan Proteksi Radiasi dan program
kalibrasi alat ukur;
h. pemantauan paparan radiasi di daerah kerja;
i. pengelolaan limbah radioaktif;
j. pemantauan kesehatan pekerja radiasi;
k. pemantauan dosis pekerja radiasi;
l. program pendidikan dan pelatihan;
m. rencana penanggulangan paparan darurat;
n. prosedur;
o. sistem perekaman dan pelaporan.
(2) Format dan isi program proteksi dan Keselamatan
Radiasi tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Badan ini.

Pasal 40
(1) Penyelenggara keselamatan radiasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) huruf a terdiri atas
wakil dari setiap pekerja radiasi.
(2) Penyelenggara keselamatan radiasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu Pemegang
Izin dalam melaksanakan program proteksi dan
Keselamatan Radiasi.
(3) Penyelenggara keselamatan radiasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi bagian dari
struktur manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).

Pasal 41
(1) Pemegang Izin harus melakukan verifikasi atas Program
proteksi dan Keselamatan Radiasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39.
(2) Verifikasi keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan untuk:
a. memastikan penerapan program proteksi dan
Keselamatan Radiasi;
b. mengevaluasi pelaksanaan program proteksi dan
Keselamatan Radiasi; dan
c. melakukan tindakan korektif yang diperlukan.

BAB IV
KESELAMATAN FASILITAS DAN/ATAU KEGIATAN WELL
LOGGING

Pasal 42
Pemegang Izin harus memenuhi persyaratan keselamatan
fasilitas dan/atau kegiatan Well Logging sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c, yang meliputi
persyaratan:
a. zat radioaktif dan Peralatan Well Logging;
b. kontener pengangkutan;
c. tanda radiasi dan label;
d. tempat penyimpanan zat radioaktif; dan
e. pengangkutan zat radioaktif.

Pasal 43
Zat radioaktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf
a harus mempunyai sertifikat dari pabrikan yang
mempunyai izin dari Badan Pengawas di negara asal.

Pasal 44
Zat radioaktif sebagaimana dimaksud pada pasal 43 harus:
a. kompatibel dengan Peralatan Well Logging;
b. untuk Zat Radioaktif Terbungkus, memiliki sertifikat
desain zat radioaktif bentuk khusus (special form); dan
c. dilakukan uji kebocoran zat radioaktif.

Pasal 45
(1) Uji kebocoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf c harus dilakukan paling kurang sekali dalam 1
(satu) tahun.
(2) Pengambilan sampel uji kebocoran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Petugas
Proteksi Radiasi.
(3) Pengukuran dan evaluasi sampel uji kebocoran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan
oleh laboratorium yang terakreditasi.

Pasal 46
Uji kebocoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
tidak dilakukan untuk:
a. zat radioaktif berupa Hydrogen-3 (tritium);
b. zat radioaktif dengan waktu paruh 30 hari atau lebih
kecil;
c. sumber terbungkus yang mengandung zat radioaktif
dalam bentuk gas;
d. zat radioaktif pemancar beta atau gamma dengan
aktivitas kurang dari atau sama dengan 3,7 MBq (tiga
koma tujuh mega Bacquerel); dan
e. zat radioaktif pemancar alfa atau neutron dengan
aktivitas kurang dari atau sama dengan 0,37 MBq (nol
koma tiga tujuh mega Bacquerel).

Pasal 47
(1) Pemegang Izin harus menyampaikan hasil evaluasi
sampel uji kebocoran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (3) kepada Kepala Badan.
(2) Zat radioaktif dilarang digunakan untuk kegiatan
pengoperasian Well Logging dalam hal hasil evaluasi uji
kebocoran melebihi 185 Bq/gr atau per cm2 (seratus
delapan puluh lima Bacquerel).

Pasal 48
(1) Pemegang Izin harus menetapkan zat radioaktif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) sebagai
zat radioaktif yang sudah tidak dapat digunakan
kembali.
(2) Zat radioaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus:
a. dikembalikan ke negara asal; atau
b. disimpan di fasilitas pengelolaan limbah.

Pasal 49
Pemegang Izin harus melakukan pengukuran kontaminasi
pada permukaan Peralatan Well Logging dengan pembangkit
neutron:
a. secara berkala paling kurang 1 (satu) kali dalam
setahun;
b. ketika menerima dan mengirimkan kembali pembangkit
neutron; dan
c. sebelum melakukan perbaikan pembangkit neutron.

Pasal 50
(1) Pemegang Izin harus melakukan pemeriksaan dan
penanganan Peralatan Well Logging dan peralatan
penunjangnya sebelum peralatan digunakan.
(2) Pemeriksaan dan penanganan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi:
a. pengukuran laju dosis untuk memastikan bahwa
zat radioaktif terbungkus dengan baik;
b. pemeriksaan fisik peralatan termasuk pemeriksaan
sambungan dan pengencang Peralatan Well
Logging;
c. pemeriksaan label peringatan atau plakat;
d. pemeriksaan tang penjepit; dan
e. pemeriksaan kontener pengangkutan.
(3) Dalam hal dari hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditemukan adanya cacat atau
kerusakan pada peralatan atau diperoleh laju dosis
melebihi dari batasan, Pemegang izin harus melakukan
perbaikan terhadap peralatan sebelum peralatan
digunakan.

Pasal 51
Pemegang Izin harus memastikan kontener pengangkutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf b yang
digunakan harus memenuhi persyaratan untuk
pengangkutan zat radioaktif.

Pasal 52
(1) Pemegang Izin harus memberikan tanda radiasi dan
label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf c,
yang mudah dibaca, terlihat jelas, dan tidak mudah
rusak pada kontener pengangkutan dan Peralatan Well
Logging yang berisi zat radioaktif.
(2) Label untuk Peralatan Well Logging sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling kurang berisi informasi
mengenai:
a. jenis dan nomor massa zat radioaktif;
b. aktivitas zat radioaktif ;
c. model, dan nomor seri peralatan; dan
d. tanggal produksi peralatan.
(3) Label untuk kontainer pengangkutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berisi informasi mengenai:
a. jenis dan nomor massa zat radioaktif;
b. aktivitas zat radioaktif;
c. nomor identifikasi zat radioaktif; dan
d. nama pabrikan zat radioaktif.
(4) Gambar tanda radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 53
Pemegang Izin harus menyediakan tempat penyimpanan zat
radioaktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf d.

Pasal 54
(1) Desain tempat penyimpanan zat radioaktif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. kapasitas sesuai dengan aktivitas zat radioaktif
yang disimpan;
b. mempunyai dinding penahan radiasi yang
memadai;
c. mempunyai atap atau penutup dengan perisai
radiasi yang memadai dan kedap air;
d. diberi tanda radiasi yang jelas;
e. dilengkapi plakat yang berisi informasi tentang:
1. nama personel yang dapat dihubungi; dan
2. nomor telepon; dan
f. tidak berada:
1. dekat bahan peledak, bahan yang mudah
terbakar, dan bahan yang dapat menyebabkan
karat;
2. daerah rawan banjir atau potensi bahaya
lainnya yang dapat merusak tempat
penyimpanan serta isinya; atau
3. pada tempat umum (area publik) atau tempat
keramaian masyarakat atau rumah yang
dipergunakan sebagai tempat tinggal.
(2) Tempat penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa bunker yang diberi pagar atau ruang
tertutup.
(3) Dalam hal zat radioaktif yang disimpan berupa
pemancar neutron, tempat penyimpanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan lapisan
penyerap neutron atau perisai radiasi untuk sumber
radiasi neutron.
(4) Perhitungan perisai radiasi untuk sumber radiasi
neutron dapat mengacu pada Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 55
(1) Dalam hal tempat penyimpanan berupa bunker
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2), paparan
radiasi harus:
a. kurang dari 10 µSv/jam (sepuluh mikrosievert per
jam) pada permukaan di atas penutup; dan
b. kurang dari 0,5 µSv/jam (lima per sepuluh
mikrosievert per jam) di sekitar tempat
penyimpanan di luar pagar.
(2) Dalam hal tempat penyimpanan berupa ruang tertutup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2), paparan
radiasi pada dinding bagian luar dan pintu harus kurang
dari 0,5 µSv/jam (lima per sepuluh mikrosievert per jam).

Pasal 56
Pemegang Izin dapat melakukan kegiatan pengangkutan zat
radioaktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf e
dari satu lokasi ke lokasi lain setelah memenuhi persyaratan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai
pengangkutan zat radioaktif.
BAB V
PENANGGULANGAN PAPARAN DARURAT

Pasal 57
(1) Pemegang Izin harus menetapkan rencana
penanggulangan Paparan Darurat yang timbul akibat
Kecelakaan Radiasi dalam penggunaan zat radioaktif
untuk Well Logging.
(2) Rencana penanggulangan Paparan Darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus diberikan secara lengkap
dalam dokumen program proteksi dan keselamatan
radiasi.

Pasal 58
Rencana penanggulangan Paparan Darurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 paling kurang meliputi informasi
mengenai:
a. potensi kejadian (insiden) dan Kecelakaan Radiasi dan
tindakan untuk mengatasinya;
b. personel yang bertanggung jawab untuk
penanggulangan kejadian atau Kecelakaan Radiasi;
c. tanggung jawab tiap personel dalam prosedur
kedaruratan
d. peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan
penanggulangan kejadian atau Kecelakaan Radiasi;
e. pelatihan termasuk pelatihan penyegaran
penanggulangan kejadian atau Kecelakaan Radiasi;
f. sistem perekaman dan pelaporan; dan
g. prosedur penanggulangan kejadian atau Kecelakaan
Radiasi.

Pasal 59
(1) Pemegang Izin harus melakukan penanggulangan
Paparan Darurat yang timbul akibat Kecelakaan Radiasi
berdasarkan rencana penanggulangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58.
(2) Penanggulangan Paparan Darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada
Kepala Badan paling lambat 1 (satu) minggu setelah
penanggulangan selesai dilaksanakan.

Pasal 60
Paparan Darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
dalam penggunaan zat radioaktif untuk Well Logging dapat
diakibatkan oleh kejadian:
a. kerusakan mekanik Peralatan Well Logging;
b. kehilangan atau kerusakan perisai radiasi yang
menyebabkan laju dosis lebih tinggi dari yang
diharapkan;
c. kehilangan zat radioaktif;
d. jatuhnya atau lepasnya zat radioaktif pada
pengoperasian Peralatan Well Logging;
e. tersangkutnya (stuck) atau tertinggalnya zat radioaktif di
dalam sumur bor pada saat kegiatan Well Logging;
f. kebocoran zat radioaktif akibat tekanan mekanik,
korosi, atau kebakaran;
g. kejadian bencana alam di daerah operasi kerja
dan/atau lokasi penyimpanan zat radioaktif; dan
h. pencurian zat radioaktif.

Pasal 61
Dalam hal penanggulangan kejadian atau Kecelakaan
Radiasi selesai dilaksanakan, Pemegang Izin harus
melaksanakan evaluasi terhadap:
a. kehandalan pemenuhan terhadap persyaratan
keselamatan termasuk prosedur administrasi dan
operasional, serta desain peralatan dan fasilitas
ruangan; dan
b. program pelatihan, perawatan, dan jaminan mutu
berdasarkan pada pengalaman operasional dan
pelajaran yang diperoleh dari setiap kejadian atau
Kecelakaan Radiasi.
Pasal 62
(1) Pemegang Izin harus melaporkan Kecelakaan Radiasi
kepada Kepala Badan melalui telepon, faksimili, atau
surat elektronik paling lambat 1 (satu) jam, dan secara
tertulis paling lama 2 (dua) hari setelah terjadi
Kecelakaan Radiasi.
(2) Laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan dengan menggunakan formulir pelaporan
yang tercantum pada Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 63
(1) Dalam hal Zat Radioaktif Terbungkus tersangkut (stuck)
atau tertinggal sebagaimana dimaksud di dalam sumur
bor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf e,
Pemegang Izin harus melakukan upaya untuk
melakukan pemulihan kembali Zat Radioaktif
Terbungkus.
(2) Selama upaya untuk melakukan pemulihan kembali Zat
Radioaktif Terbungkus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemegang Izin harus melakukan pemantauan
secara terus menerus selama proses pemulihan dan
pemeriksaan adanya kontaminasi karena kerusakan zat
radioaktif pada Peralatan Well Logging.
(3) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dilakukan dengan menggunakan alat deteksi
radiasi yang sesuai.
(4) Dalam hal upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berhasil, Pemegang Izin melakukan sementasi
atau penutupan lubang bor dan memberi tanda adanya
zat radioaktif di dalam sumur bor.

Pasal 64
(1) Pemegang Izin harus melaksanakan tindakan korektif
segera setelah penanggulangan kejadian atau
Kecelakaan Radiasi.
(2) Tindakan korektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan melakukan:
a. perhitungan atau perkiraan dosis yang diterima
personel pengoperasian;
b. analisis penyebab kejadian; dan
c. evaluasi untuk menetapkan tindakan pencegahan
agar kejadian serupa tidak terulang.

Pasal 65
(1) Pemegang Izin membuat pernyataan berakhirnya
kondisi kecelakaan.
(2) Format dan isi surat pernyataan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum pada Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 66
Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 menghasilkan limbah radioaktif, mekanisme pengelolaan
limbah radioaktif dilaksanakan sesuai Peraturan Perundang-
undangan mengenai pengelolaan limbah radioaktif.

BAB VI
REKAMAN DAN LAPORAN

Pasal 67
(1) Pemegang Izin harus membuat, memelihara, dan
menyimpan Rekaman yang terkait dengan pengoperasian
Well Logging dan pelaksanaan Proteksi dan Keselamatan
Radiasi.
(2) Rekaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. inventarisasi Peralatan Well Logging;
b. Peralatan Well Logging termasuk peralatan
penunjang;
c. hasil pemantauan paparan radiasi di tempat
penyimpanan, tempat kerja dan di daerah sekitar
tempat kerja dan selama pengangkutan;
d. hasil pemantauan dosis yang diterima pekerja
radiasi;
e. hasil pemantauan kesehatan pekerja radiasi;
f. hasil kalibrasi alat ukur radiasi;
g. tindakan penanggulangan dan tindakan korektif
akibat Kecelakaan Radiasi;
h. pelatihan yang meliputi nama personil yang
memberi dan menerima pelatihan, tanggal dan
jangka waktu pelatihan, topik yang diberikan, dan
fotokopi sertifikat pelatihan atau surat keterangan;
i. perawatan dan perbaikan Peralatan Well Logging;
j. pengangkutan zat radioaktif; dan
k. pengelolaan limbah radioaktif.
(3) Penyimpanan rekaman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus disimpan paling lama 30 (tiga puluh)
tahun.

Pasal 68
Rekaman data inventarisasi zat radioaktif harus diaudit oleh
PPR paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan untuk
memastikan seluruh zat radioaktif berada pada lokasi yang
tepat.

Pasal 69
(1) Pemegang izin harus menyampaikan laporan verifikasi
keselamatan secara tertulis kepada Kepala Badan paling
kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
(2) Laporan verifikasi keselamatan, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi:
a. data inventarisasi zat radioaktif dan lokasi setiap
sumber radiasi pengion;
b. data pekerja radiasi dan pelaksanaan pelatihan
bagi pekerja radiasi;
c. kondisi keandalan peralatan;
d. kondisi keandalan perlengkapan proteksi radiasi;
e. hasil pemantauan daerah kerja;
f. hasil pemantauan dosis pekerja radiasi;
g. hasil pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pekerja
radiasi;
h. hasil pemeliharaan Peralatan Well Logging yang
terkait dengan Keselamatan Radiasi;
i. hasil pengujian kebocoran zat radioaktif; dan/atau
j. insiden dan tindakan penanggulangan yang
dilakukan.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 70
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, pelaku usaha
yang sedang mengajukan permohonan perizinan berusaha
dan masih dalam proses harus mengikuti ketentuan dalam
Peraturan Badan ini.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 71
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan
Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 5 Tahun 2009
tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat
Radioaktif untuk Well Logging dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 72
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal

PLT. KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


REPUBLIK INDONESIA,

SUGENG SUMBARJO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR


LAMPIRAN I
PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
NOMOR TAHUN
TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM
PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK
PEREKAMAN DATA SUMUR PENGEBORAN (WELL
LOGGING)

TANDA RADIASI

Seluruh Peralatan Well Logging dan tempat penyimpanan zat radioaktif harus
memiliki Tanda Radiasi/Trifoil, dengan ketentuan seperti berikut:
1) bentuk seperti gambar di bawah, menyerupai baling-baling tiga daun,
berwarna merah atau hitam pada petak dasar berwarna kuning.
2) perbandingan jari-jari kelengkungan 1 : 1,5 : 5;
3) memuat tulisan “AWAS BAHAYA RADIASI”;
4) tulisan berwarna merah atau hitam dengan huruf cetak, pada dasar
kuning di bawah tanda gambar;
5) dapat dilihat dengan jelas dan terindentifikasi pada jarak 1 m (satu meter);
dan
6) menempel secara permanen.

Gambar: Tanda Radiasi/Trifoil

PLT. KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


REPUBLIK INDONESIA,

SUGENG SUMBARJO
LAMPIRAN II
PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
NOMOR TAHUN
TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM
PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK
PEREKAMAN DATA SUMUR PENGEBORAN (WELL
LOGGING)

FORMAT DAN ISI PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

Format program proteksi dan keselamatan radiasi dalam penggunaan zat


radioaktif untuk Well Logging sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Organisasi Perusahaan
I.2. Latar Belakang
I.3. Tujuan
I.4. Ruang Lingkup
I.5. Definisi

BAB II. PENYELENGGARA KESELAMATAN RADIASI


II.1. Struktur Penyelenggara Keselamatan Radiasi
II.2. Tugas dan Tanggung Jawab

BAB III. PERSONIL


III.1. Personil yang Bekerja di Fasilitas dan Kegiatan Well Logging
III.2. Program Pendidikan dan Pelatihan

BAB IV. PENETAPAN PEMBATAS DOSIS

BAB V. FASILITAS DAN SUMBER RADIASI PENGION


V.1. Deskripsi Sumber Radiasi Pengion
V.2. Deskripsi Fasilitas dan Peralatan Well Logging
V.3. Desain Pembagian Daerah Kerja
V.4. Rencana Kerja
BAB VI. PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI DAN PROGRAM KALIBRASI
ALAT UKUR RADIASI
VI.1. Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi
VI.2. Program Kalibrasi Alat Ukur Radiasi

BAB VII. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN PAPARAN RADIASI


VII.1. Pemantauan Paparan Pekerja Radiasi
VII.2. Pemantauan Paparan Radiasi di Daerah Kerja
VII.3. Penilaian Paparan
VII.4. Investigasi

BAB VIII. PROGRAM PEMANTAUAN KESEHATAN

BAB IX. PROSEDUR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI


IX.1. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Operasi
Normal
IX.2. Rencana Penanggulangan Paparan Darurat

BAB X. PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

BAB XI. SISTEM PEREKAMAN DAN PELAPORAN

Isi program proteksi dan keselamatan radiasi dalam penggunaan zat radioaktif
untuk Well Logging, meliputi:

BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Organisasi Perusahaan
Bagian ini berisi informasi mengenai deskripsi perusahaan, struktur
organisasi perusahaan yang menunjukkan posisi penyelenggara
keselamatan radiasi dalam perusahaan, serta komitmen manajemen
perusahaan dalam mewujudkan proteksi dan keselamatan radiasi di
instalasi, fasilitas dan/atau kegiatan.

I.2. Latar Belakang


Bagian ini berisi informasi mengenai latar belakang penyusunan
program proteksi dan keselamatan radiasi serta pertimbangan
manfaat dan risiko penggunaan zat radioaktif untuk Well Logging.

I.3. Tujuan
Bagian ini berisi informasi mengenai tujuan disusunnya program
proteksi dan keselamatan radiasi. Misalnya, untuk menunjukkan
tanggung jawab Pemegang Izin dalam menjamin keselamatan pekerja
dan masyarakat akibat pengoperasian Well Logging, untuk mencegah
penerimaan dosis yang tidak diinginkan, dan/atau untuk memenuhi
persyaratan teknis dalam memperoleh izin pemanfaatan.

I.4. Ruang Lingkup


Bagian ini berisi informasi mengenai lingkup program proteksi dan
keselamatan radiasi.

I.5. Definisi
Bagian ini berisi informasi mengenai definisi dari nomenklatur atau
istilah penting yang digunakan dalam keseluruhan dokumen program
proteksi dan keselamatan radiasi.

BAB II. PENYELENGGARA KESELAMATAN RADIASI


II.1. Struktur Penyelenggara Keselamatan Radiasi
Bagian ini berisi informasi mengenai struktur organisasi setiap unsur
yang terkait dengan penyelenggaraan program proteksi dan
keselamatan radiasi, dilengkapi dengan hubungan setiap unsur (jalur
komando, koordinasi, dll).

II.2. Tugas dan Tanggung Jawab


Bagian ini berisi informasi mengenai tanggung jawab dan kewenangan
masing-masing unsur dalam struktur penyelenggara keselamatan
radiasi, termasuk tanggung jawab untuk melakukan kaji ulang dan
perbaikan terhadap program proteksi dan keselamatan radiasi.

BAB III. PERSONEL


III.1. Personel yang Bekerja di Fasilitas dan Kegiatan Well Logging
Bagian ini berisi informasi mengenai uraian personel yang bekerja
beserta tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta analisis
kebutuhan jumlah personel atau pekerja radiasi di fasilitas dan
kegiatan Well Logging.

III.2. Program Pendidikan dan Pelatihan


Bagian ini berisi informasi mengenai program pelatihan untuk setiap
personel atau pekerja radiasi.

BAB IV. PENETAPAN PEMBATAS DOSIS


Bab ini berisi informasi mengenai pembatas dosis yang digunakan
dalam tahap desain fasilitas atau kegiatan pengoperasian peralatan
Well Logging beserta perhitungannya. Penetapan pembatas dosis ini
penting untuk menyesuaikan desain fasilitas dan prosedur kerja yang
akan dibuat.

BAB V. FASILITAS DAN SUMBER RADIASI PENGION


V.1. Deskripsi Sumber Radiasi Pengion
Bagian ini memuat informasi mengenai rincian zat radioaktif yang
digunakan, meliputi jenis, model/tipe, aktivitas dan jumlah, termasuk
produsen dan/atau distributor.

V.2. Deskripsi Fasilitas dan Peralatan Well Logging


Bagian ini memuat informasi mengenai deskripsi fasilitas yang
disertai dengan ordinat lokasi, desain fasilitas atau tempat
penyimpanan zat radioaktif dan peralatan Well Logging, serta rincian
peralatan Well Logging dan peralatan pendukung yang dimiliki.

V.3. Desain Pembagian Daerah Kerja


Bagian ini memuat informasi mengenai deskripsi desain pembagian
daerah kerja dilengkapi dengan gambar.

V.4. Rencana Kerja


Bagian ini memuat informasi mengenai rencana kerja dan operasional
termasuk beban kerja dan beban peralatan.
BAB VI. PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI DAN PROGRAM KALIBRASI
ALAT UKUR RADIASI
VI.1. Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi
Bagian ini memuat informasi mengenai uraian perlengkapan proteksi
radiasi yang dimiliki beserta alasan pemilihannya, meliputi peralatan
pemantauan daerah kerja, peralatan pemantauan dosis perorangan,
peralatan pelindung diri, serta perlengkapan lain seperti tanda
radiasi, tali kuning, kontener pengangkutan, dan lempeng Pb atau
perisai radiasi lain.

VI.2. Program Kalibrasi Alat Ukur Radiasi


Bagian ini memuat uraian bagaimana kalibrasi akan dilakukan
terhadap peralatan-peralatan yang digunakan.

BAB VII. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN PAPARAN RADIASI


VII.1. Pemantauan Paparan Pekerja Radiasi
Bagian ini memuat informasi mengenai ketentuan penggunaan
peralatan pemantauan dosis perorangan bagi pekerja radiasi
termasuk perawatan peralatan, kebijakan pemantauan dosis bagi
pekerja magang serta pengunjung atau anggota masyarakat yang
masuk ke daerah kerja pengoperasian Well Logging, dan rencana
evaluasi dosis pekerja radiasi.

VII.2. Pemantauan Paparan Radiasi di Daerah Kerja


Bagian ini memuat informasi mengenai ketentuan pemantauan
paparan radiasi dan/atau kontaminasi di daerah kerja yang akan
dilakukan, penggunaan peralatan, termasuk program perawatan
peralatan. Pemantauan di daerah kerja meliputi daerah pengendalian
dan daerah supervisi.

VII.3. Penilaian Paparan


Bagian ini memuat uraian mengenai bagaimana analisis terhadap
hasil pemantauan paparan radiasi akan dilakukan. Penilaian paparan
ini juga dilakukan dengan membandingkan hasil pemantauan dosis
perorangan dan pemantauan daerah kerja dengan pembatas dosis
dan nilai batas dosis yang telah ditetapkan.
VII.4. Investigasi
Bagian ini memuat informasi mengenai prosedur investigasi yang
akan dilakukan apabila hasil evaluasi atau penilaian dosis
menunjukkan nilai melebihi dosis acuan.

BAB VIII. PROGRAM PEMANTAUAN KESEHATAN


Bab ini memuat program pemantauan kesehatan yang akan
dilakukan terhadap para pekerja radiasi, meliputi ketentuan,
frekuensi, dan prosedur pemantauan kesehatan, termasuk
pengaturan khusus bagi pekerja wanita yang sedang hamil dan
pekerja radiasi yang menerima dosis berlebih.

BAB IX. PROSEDUR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI


IX.1. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Operasi
Normal
Bagian ini memuat prosedur pengoperasian peralatan Well Logging,
prosedur perawatan peralatan, prosedur uji kebocoran, dan prosedur
proteksi dan keselamatan radiasi untuk personel, misalnya prosedur
pengendalian akses, prosedur penggunaan alat pelindung diri, dan
prosedur pemeriksaan rutin oleh Petugas Proteksi Radiasi.

IX.2. Rencana Penanggulangan Paparan Darurat


Bagian ini memuat informasi mengenai rencana penanggulangan
paparan darurat antara lain meliputi potensi kejadian atau
kecelakaan radiasi, prosedur penanggulangan keadaan darurat untuk
setiap jenis kecelakaan yang mungkin terjadi, personel yang
bertanggung jawab untuk penanggulangan, peralatan dan
perlengkapan untuk melaksanakan penanggulangan, ketentuan
mengenai pelaporan keadaan darurat, investigasi, serta pelatihan
kedaruratan.

BAB X. PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF


Bab ini memuat informasi mengenai rencana pengelolaan yang akan
dilakukan terhadap zat radioaktif yang tidak digunakan lagi atau
limbah radioaktif lain yang dihasilkan dari kegiatan Well Logging.
BAB XI. SISTEM PEREKAMAN DAN PELAPORAN
Bab ini memuat informasi mengenai rekaman apa saja yang harus
disimpan dan bagaimana perekaman akan dilakukan, serta prosedur
pelaporan kepada Badan Pengawas.

PLT. KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


REPUBLIK INDONESIA,

SUGENG SUMBARJO
LAMPIRAN III
PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
NOMOR TAHUN
TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM
PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK
PEREKAMAN DATA SUMUR PENGEBORAN (WELL
LOGGING)

PERHITUNGAN PERISAI RADIASI UNTUK SUMBER RADIASI NEUTRON

Sumber AmBe-241
Perhitungan perisai neutron paling baik dilakukan menggunakan komputasi
digital. Namun demikian, perhitungan juga dapat dilakukan dengan
pendekatan konsep removal cross-section menggunakan formula perhitungan
sbb:

dimana
D(t) adalah laju dosis dengan perisai radiasi
D(0) adalah laju dosis tanpa perisai radiasi
T adalah ketebalan perisai radiasi (cm)
Ʃ adalah neutron removal cross-section (cm-1). Contoh removal cross-section
untuk air adalah 0,103 cm-1.

Dengan menggunakan nilai removal cross-section dan ketebalan perisai


radiasi, dapat dihitung laju dosis diluar kontainer berperisai.

Pembangkit neutron
Ketebalan perisai radiasi yang dibutuhkan, d, untuk radiasi neutron yang
berasal dari pembangkit yang dioperasikan (untuk operasi out-of-well) dapat
diperoleh melalui rumus sebagai berikut:

dimana
λ adalah panjang relaksasi neutron fluks (cm);
C adalah faktor koreksi;
Q adalah fluks rata-rata neutron yang dibangkitkan (s-1);
h adalah faktor dosis (µSv cm2)
R adalah jarak dari tabung pembangkit ke permukaan terluar perisai radiasi
atau pagar yang membatasi daerah kerja untuk pekerjaan diluar gedung (cm)
Ḣnp adalah laju dosis sasaran (µSv/jam).

Nilai λ, C dan h disajikan dalam Tabel berikut untuk neutron 14 MeV dan
berbagai bahan perisai radiasi.

Tabel Nilai λ, C dan h untuk neutron 14 MeV


Bahan perisai radiasi λ, cm C h, µSv cm2
Beton (concrete) 19,7 1,2 4,96 x 10-4
Paraffin 17,5 1,3 4,96 x 10-4
Air 16,9 1,3 4,96 x 10-4

PLT. KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


REPUBLIK INDONESIA,

SUGENG SUMBARJO
LAMPIRAN IV
PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
NOMOR TAHUN
TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM
PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK
PEREKAMAN DATA SUMUR PENGEBORAN (WELL
LOGGING)

FORMULIR PELAPORAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR*

Tanggal :
Jam :

Instansi :
Alamat :
Lokasi :

Nama Pelapor :
Jabatan :
Unit Kerja :
Telp :
Faks :
E-mail :

Kategori I II III IV
Fasilitas/  Reaktor  Reaktor  Reaktor <  Radiografi
Instalasi Daya Daya 2 MWt industri
 Reaktor  Reaktor  Fasilitas fasilitas
Nondaya Nondaya penyimpan terbuka
Daya: Daya: an bahan  Well
Tipe: Tipe: bakar logging
 Lain-lain  Lain-lain bekas  Fasilitas
........... ........... kering gauging
Klas Klas  Fasilitas industri
kedaruratan kedaruratan produksi  Lain-lain
 Waspada  Waspada radioisotop ..........
 Kedaruratan  Kedaruratan  Lain-lain
area tapak area tapak ..........
 Kedaruratan  Kedaruratan
umum umum

Jenis fasilitas:
Uraian singkat kejadian:

Geographic Coordinates
Lokasi Koordinat Latitude Longitude
Kejadian

Sumber radiasi yang terlibat:


Bentuk fisik  padat  cair  gas
Jenis Isotop
Aktivitas

Paparan Radiasi
Jarak (meter) 1 10 25 50 .........
micro Sv/jam
Kontaminasi
Lantai/Ruangan ... Bq/cm2
Udara ... Bq/liter

Jumlah Korban
Nama Keterangan

Tindakan Penanggulangan yang telah dilakukan


Bantuan yang diharapkan

Tempat, (tanggal/bulan/tahun)

(tanda tangan, nama terang


Pelapor, disertai cap basah)

*Formulir dicetak di atas kertas kop Instansi/Perusahaan Pelapor

PLT. KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


REPUBLIK INDONESIA,

SUGENG SUMBARJO
LAMPIRAN V
PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
NOMOR TAHUN
TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM
PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK
PEREKAMAN DATA SUMUR PENGEBORAN (WELL
LOGGING)

PERNYATAAN BERAKHIRNYA KONDISI KEDARURATAN*

Kepada Yth.
Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Cq. Direktur Keteknikan dan Kedaruratan Nuklir
di tempat

Dengan hormat,
Merujuk pelaporan kedaruratan yang kami kirimkan melalui <kontak
kedaruratan BAPETEN yang digunakan untuk melapor: telepon: 021-
63856518/08118573836, WhatsApp: 08118573836, Fax: 021-6302187, E-mail:
sos@bapeten.go.id> pada tanggal <tanggal pelaporan kedaruratan> yang
melaporkan bahwa telah terjadi <kejadian kedaruratannya> di <lokasi
kedaruratannya> yang terjadi di tanggal <tanggal kejadian kedaruratannya>,
identitas sumber radioaktif <identitas sumber radioaktif yang mengalami
kejadian kedaruratan>.
Sebagai bentuk tindak lanjut dari laporan kedaruratan tersebut telah
dilakukan <jelaskan tindakan penanggulangan yang telah dilakukan dan
justifikasi proses penanggulangan kejadian kedaruratan dinyatakan selesai>.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas kami menyatakan bahwa kondisi
kejadian kedaruratan sebagaimana diatas dinyatakan SELESAI.
Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasama Saudara kami ucapkan
terima kasih.

Tempat, (tanggal/bulan/tahun)
(tanda tangan, nama terang,
disertai cap basah)

*Formulir dicetak di atas kertas kop Instansi/Perusahaan Pemegang Izin

PLT. KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


REPUBLIK INDONESIA,

SUGENG SUMBARJO

Anda mungkin juga menyukai