Anda di halaman 1dari 26
Tajuh AeaMA SEBAGAI SistEM BupArA —_—= Clifford Geertz Analisis budaya, bukanlah “sebuah sains eksperimental yang mencari suatu kaidah, tetapi sebuah sains interpretatif yang mencari makna.” Clifford Geertz, The Interpretation of Cultures’ Teorens! terakhir dalam urutan kita, seorang antropolog bu- daya asal Amerika, Clifford Geertz, pada masa sekarang masih hidup dan aktif menulis. Jika hingga kematiannya Evans- Pritchard adalah tokoh terkemuka di dalam antropologi Ing- gris, maka ada banyak orang yang berkata bahwa sekarang ini Geertz memiliki tempat serupa di kalangan para sarjana Amerika, tidak hanya di dalam antropologi tetapi dalam se- mua sains sosial.?Seperti Evans-Pritchard, Geertz memiliki per- ~ hatian yang dalam terhadap agama, meskipun bidang itu ha- nyalah satu dari berbagai isu dalam analisis budaya yang telah menarik perhatiannya. Tema yang dibicarakan Geertz di ber- 395 WB Seven Tittorits of Reticron — bagai esai dan buku yang telah diterbitkan tiga puluh tahun lalu, meliputi seluruh spektrum kehidupan sosial manusia: dari pertanian, ekonomi, dan ekologi hingga ke pola-pola ke- keluargaan, sejarah sosial, dan politik dari bangsa-bangsa ber- kembang; dari seni, estetika, dan teori sastra hingga ke filsafat, sains, teknologi, dan tentu agama. Frase “manusia renaisans” jarang digunakan dalam dunia pengetahuan spesial kontem- porer, tetapi tidaklah terlalu jauh dari akurat untuk menggam- barkan lingkup perhatian dan penelitian Geertz yang luar bia- sa luas. Perhatian utama Geertz adalah untuk menekankan pemikiran kembali secara serius terhadap hal-hal pokok di dalam praktik antropologi dan ilmu sosial yang lain—pemiki- ran kembali yang secara langsung berhubungan dengan usa- ha memahami agama. Dengan pandangan yang tajam dan betul-betul lancar, Geertz menegaskan bahwa kegiatan buda- as dan karena itu kita tak akan ke mana-mana jika kita men- coba“menjelaskan” semriua itu menurut cara penjelasan saints dalam dunia nafuralApakah Tot suka alan tidak malhfak ‘manusia berbeda dari atom dan serangga. Manusia hidup di dalam sistem makna yang complicated (ruwet), yang disebut oleh para antropolog dengan “budaya-budaya”. Maka, jika kita ingin memahami kegiatan budaya ini, di mana salah satunya yang terpenting tentu adalah agama, kita tidak memiliki pilih- an kecuali menemukan metode yang sesuai dengannya. Dan metode itu adalah “interpretasi”. Di dalam masalah yang ma- nusiawi, jauh lebih baik jika kita meninggalkan pendekatan “pen- jelasan perilaku” (explanation of behaviors) yang mungkin diterap- kan oleh saintis natural kepada sekelompok lebah atau jenis ikan, dan sebagai gantinya, beralih ke “interpretasi budaya.”* Tidak mengejutkan, frase itu berdiri sebagai judul dari buku Geertz yang terkenal. Meskipun Geertz telah menganjurkan pendekatan ini 396 ‘es: __ Dar Le Pas bagi semua ilmu sosial dan antropologi, namun {a sendiri te- lah mengarahkan cara itu secara khusus pada studi agama, yang, dalam prosesnya, ia telah membantu merevitalisasinya, Sung- guh, mungkin dengan perkecualian Mircea Eliade, tak ada sar- jana Amerika yang telah melakukan lebih dari Geertz untuk menunjukkan betapa bernilainya studi agama yang diolah dengan baik guna memahami aspek kehidupan dan pemikir- an manusia yang lain. Mungkin tak perlu ditambahkan bah- wa pendirian interpretatif ini, yang mencoba untuk melihat semua agama melalui mata dan ide orang-orang yang mem- praktikkannya, menandai langkah lebih lanjut pada jalan yang telah dimasuki oleh fungsionalisme dan reduksionisme dan menuju ke penghargaan pada dimensi manusiawi yang khas dari agama: ide-ide, sikap, dan tujuan yang mengilhaminya. KEHIDUPAN DAN KaRIR Clifford Geertz lahir di San Fransisco, California, tahun 1926.‘ Setelah menyelesaikan pendidikan SMA-nya, ia memasuki Antioch College di Ohio, di mana pada tahun 1950 ia mem- Peroleh gelar B.A. dalam bidang filsafat. Dari Antioch ia me- lanjutkan studi antropologi di Harvard University. Tentu, Pada saat ini kerja lapangan telah menjadi landasan latihan antropologis di Inggris dan Amerika Serikat, dan masih seba- Sai graduate student, Geertz memilih terjun di dalamnya. Sela- ma tahun ke dua di Harvard, ia dan isterinya Hildred pergi ke Pulau Jawa, Indonesia dan tinggal di sana selama dua tahun, mempelajari masyarakat multiagama, multiras yang kompleks di sebuah kota kecil. Setelah kembali ke Harvard, Geertz pada tahun 1956 memperoleh gelar doktor dari Harvard’s Depart- Ment of Social Relations dengan spesialisasi dalam antropolo- i Dengan isterinya, ia kemudian berangkat untuk kerja lapang- an masa ke dua kalinya di Asia Tenggara, kali ini di pulau Ba- li Seperti Jawa, Bali adalah bagian dari Republik Indonesia yang @S397 (B Stvn Titonts oF Reuucion. baru, yang didirikan di akhir tahun 1940-an, tak lama setelah Perang Dunia I] mengakhiri pemerintahan kolonial Belanda. Tidak seperti Jawa, di mana Islam adalah agama yang dominan, Bali memiliki agama sendiri, yang merupakan jaringan keper- cayaan dan ritual yang bersemangat dan menarik, yang seba- gian besar diambil dari Hinduisme. Di Bali dan Jawa, misi Geertz yang pertama sebagai antropolog adalah untuk melaku- kan etnografi— untuk menyiapkan deskripsi yang detail dan sistematis tentang masyarakat-masyarakat non-Barat, khusus- nya memperhatikan bagaimana aspek-aspek kehidupan yang berbeda bercampur dalam suatu kesatuan budaya. Sejalan dengan karya Evans-Pritchard di kalangan suku Nuer dan Azan- de yang menjadi basis tulisan teoretisnya, maka, bagi Geertz, karya di Jawa dan Bali ini telah memberi landasan bagi seba- gian besar esai dan analisisnya kemudian. Dari segi agama khususnya, hubungan Geertz dengan komunitas-komunitas di Indonesia ini telah menjadi sumber dan dorongan dari seba- gian besar ide-idenya yang orisinil. Sejak awal, hubungan itu telah membawanya pada pandangan bahwa jika, seperti yang diklaim para fungsionalis, agama selalu dibentuk oleh masyara- katnya, tidaklah kurang benar bahwa sebuah masyarakat juga dibentuk oleh agamanya. Pada tahun 1958, setelah menyelesaikan kerja lapang- annya di Bali, Geertz secara singkat menjadi anggota staf pe- ngajar Universitas California di Berkeley; ia kemudian pindah ke University of Chicago selama sepuluh tahun, dari tahun 1960 sampai tahun 1970, pada tahun 1960, ia menerbitkan buku berjudul The Religion of Java, sebuah catatan yang teliti dan cemerlang tentang kepercayaan, simbol, ritual, dan adat kebi- asaan yang terdapat pada sebuah kota kecil tempat ia meng- adakan kerja lapangannya yang pertama.*Studi ini memper- lihatkan suatu perhatian yang serupa dengan yang dilakukan oleh Evans-Pritchard, tetapi juga berusaha untuk berjang- 398 ‘es Daw L Pas * kauan lebih luas—dan diperlukan demikian, karena masyara- kat yang dipilih oleh Geertz betul-betul lebih complicated aki- bat benturan budaya dibandingkan komunitas-komunitas Azande dan Nuer di Afrika yang pada umumnya lebih teriso- lasi di daerah pedalaman Sudan. Di dalam budaya Jawa, Is- Jam, Hinduisme, tradisi animis pribumi, semua itu mengklaim suatu tempat di dalam sistem sosial. Di samping karyanya ten- tang agama Jawa, Geertz juga meneruskan penelitian yang menghasilkan beberapa buku. Agricultural Involution (1963) meneliti ekologi dan ekonomi Indonesia dan memperkirakan kesulitan dan prospeknya di era paskakolonial. Peddlers and Princes, diterbitkan di tahun yang sama, membandingkan ke- hidupan ekonomi suatu kota kecil di Jawa dengan kota kecil lain- nya di Bali Dan The Social History of an Indonesian Town (1965) menceritakan kisah komunitas tempat Geertz melakukan sebagian besar kerja lapangannya — Modjokuto di Jawa—dengan memperhatikan hubungan yang dekat antara ekonomi, poli- tik, dan kehidupan sosial ketika komunitas itu bergerak dari pemerintahan kolonial ke kemerdekaan. Kita mungkin ingat dengan satu petualangan Evans- Pritchard di luar suku-suku Afrika yang terjadi selama ia ting- gal di Libya, ketika ia mempelajari komunitas Muslim tarekat Sanusi. Menarik, setelah melakukan kerja di Indonesia, Geertz melakukan langkah serupa untuk meluaskan dasar penelitian lapangannya dengan melakukan kerja lebih lanjut di dalam ke- budayaan Islam Maroko di Afrika Utara. Dimulai pada tahun 1960-an, ia melakukan lima perjalanan lapangan ke wilayah ini, yang memungkinkannya untuk mengamati sebuah komuni- tas agama kaum Muslim yang ke dua di dalam bagian dunia yang betul-betul berbeda dari Asia Tenggara. Sebagai hasilnya, di dalam Islam Observed (1968), ia dapat membuat studi perban- dingan tentang suatu agama besar — Islam —ketika agama itu mengambil bentuk di dalam dua latar belakang kebudayaan @s399 QB Stvin THronts oF Riucion yang betul-betul berbeda, Di dalam tahun-tahun selanjutnya, kerja lapangan di Afrika Utara int membawa lebih lanjut pada studi, Meaning and Order in Moroccan Society (1980), hasil sum- bangan dari Geertz dan para penulis yang lain. Pada tahun 1970, Geertz menjadi satu-satunya antro- polog yang pernah disebut profesor di sebuah lembaga terke- nal, Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey, tempat di mana sekarang ia terus melakukan risetnya. Kehor- matan tunggal ini, yang membawanya ke institusi di mana Einstein pernah bekerja, tidak datang padanya terutama kare- na riset etnografiknya; karena itu mungkin dapat dilakukan— meskipun tak sungguh-sungguh—oleh sejumlah ahli lain da- lam bidang itu. Kehormatan itu datang karena pada dasawar- sa tahun 1960-an, saat mengerjakan etnografinya, Geertz me- narik perhatian orang-orang bijak dari banyak bidang dengan ~ serangkaian esai yang sangat kritis, yang membicarakan be- berapa isu teoretis yang paling penting dalam bidang antro- pologi modern. Di dalam pembicaraan yang analitis dan ta- jam inilah, ia pertama kali mengemukakan keberatannya atas sebagian besar ilmu sosial sebelumnya, dengan menyatakan bahwa banyak kesalahan arah dalam tujuan dan metodenya. Di dalam nafas yang sama, ia juga dapat membuat suatu ar- gumen yang memaksa tentang gaya antropologi “interpreta- tif’-nya yang lebih baru. Di Amerika khususnya, tulisan-tu- lisan teoretis Geertz telah dibaca dengan perhatian tidak ha- nya oleh para antropolog yang lain, tetapi juga oleh para sar- jana dari seluruh bidang di akademi dan bahkan tidak sedikit para sarjana umum yang berpikiran mendalam. Meskipun be- berapa tulisan itu masing-masing telah meninggalkan tanda- nya, namun sebagian besar dari esai-esai kritis ini membuat kesan yang terbesar di dalam bentuk kumpulan, terutama ko- leksi yang berjudul The Interpretation of Cultures (1973), sebuah karya yang diakui secara luas, dan dalam Local Knowledge (1983), 400 @s Dani L. Pas sebuah kumpulan lebih mutakhir yang juga mendapatkan dukungan serupa. Suatu penilaian yang tepat tentang pende- katan Geertz terhadap agama mensyaratkan kita untuk mem- pethatikan dua sisi dari karyanya: sisi yang etnografik dan sisi yang teoretis. LaTar BELAKANG: TEORI SOSIAL DAN ANTROPOLOGI Untuk memahami posisi Geertz di antara teoretisi agama, per- tama-tama kita harus memperhatikan latar belakangnya da- lam antropologi, di mana fakta yang paling penting mungkin adalah bahwa ia tidak dididik di Paris, tempat Durkheim, ataupun Oxford, tempat Evans-Pritchard, tetapi di Harvard University, Amerika Serikat. Maka, ide Geertz tentang buda- ya dan agama berkembang di bawah dua pengaruh utama: tradisi antropologi Amerika yang independen dan kuat, dan perspektif tentang ilmu sosial yang ia jumpai saat belajar di Harvard di bawah bimbingan teoretisi terkemuka, Talcott Par- sons. Kira-kira sejak peralihan abad ke abad 20 M, suatu gaya penelitian antropologi yang benar-benar profesional telah di- kembangkan di Amerika Serikat di bawah kepemimpinan imi- gran asal Jerman, sarjana Franz Boas (1858-1942), teman seza- mannya yang lebih muda, Alfred Louis Kroeber (1876-1960) dan Robert Lowie (1883-1957). Pada saat itu, ketika Tylor dan Frazer di Inggris sedang mempromosikan teori-teori besar yang dibangun di atas metode perbandingan, para tokoh perintis initelah melihat kesalahan teori itu dan meninggalkan caranya.‘ Sebelum zaman mereka dan, seperti Evans-Pritchard, yang menganut pandangan Bronislaw Malinowski (1884-1942), sa- lah seorang perintis antropologi lapangan yang besar, para to- koh perintis Amerika ini menegaskan bahwa setiap teori ha- Tus berasal dari etnografi “partikular” yang teliti, suatu jenis PERPUSTAKAAN ma-agama tradisional, yang juga ia sebut dengan “magis” lebih merupakan karakteristik orang-orang primitif, yang kehidup- annya berada dalam politeisme. Mereka melihat ketuhanan baru dalam setiap pohon atau batu, dan mereka mengadakan ‘es419

Anda mungkin juga menyukai