Anda di halaman 1dari 141

PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN

SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI


HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW

Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh

ABDUL MUNIF
NIM: E01211002

PRODI FILSAFAT AGAMA


JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

i
PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN
SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI
HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW

Skripsi

Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)
Ilmu Filsafat Agama

Oleh:

ABDUL MUNIF
NIM: E01211002

PRODI FILSAFAT AGAMA


JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ii
iii
iv
v
vi
TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan ejaan Arab dalam Skripsi ini berpedoman pada Panduan

Penulisan Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

2014. Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalihhurufan dari abjad yang satu ke

abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin disini ialah penyalinan huruf-huruf Arab

dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya. Tentang pedoman Transliterasi

Arab-Latin, dengan beberapa modifikasi sebagai berikut :

No Arab Latin No Arab Latin


1 ‫ا‬ a 16 ‫ط‬ t}

2 ‫ب‬ b 17 ‫ظ‬ z}

3 ‫ت‬ t 18 ‫ع‬ „

4 ‫ث‬ th 19 ‫غ‬ gh

5 ‫ج‬ j 20 ‫ف‬ f

6 ‫ح‬ h 21 ‫ق‬ q

7 ‫خ‬ Kh 22 ‫ك‬ k

8 ‫د‬ Dan 23 ‫ل‬ l

9 ‫ذ‬ Dh 24 ‫م‬ m

10 ‫ر‬ R 25 ‫ن‬ n

11 ‫ز‬ Z 26 ‫و‬ w

12 ‫س‬ S 27 ‫ه‬ h

13 ‫ش‬ Sh 28 ‫ء‬ „

14 ‫ص‬ s} 29 ‫ي‬ y

15 ‫ض‬ d}

vii
1. Vokal tunggal (monoftong) yang dilambangkan dengan harakat,

ditransliterasikan sebagai berikut:

a. Tanda fathah (َ) dilambangkan dengan huruf “a”

b. Tanda kasrah (ِ) dilambangkan dengan huruf “i”

c. Tanda dammah (ِ) dilambangkan dengan huruf “u”

2. Vokal panjang (madd) ditransliterasikan dengan menuliskan huruf vokal

disertai coretan horizontal (marcom) diatasnya, contoh: riya>d}ah.

Bunyi hidup dobel Arab ditransliterasikan dengan menggabungkan dua

huruf, seperti su>’uz}z}an. Kata yang berakhiran ta>’ marbu>ta} h dan berfungsi sebagai

s}ifah (modifier) atau mud}a>f ilayh ditransliterasikan dengan ah, seperti riya>d}ah.

Semua penulisan dengan menggunakan font Times New Arabic.

viii
KATA PENGANTAR

Alh}amdulilla>h dipanjatkan kepada Allah Tuhan semesta alam atas


segala kuasaNya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul
“PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN SUNAN
AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI HEALING DAN
MEDITASI MAHASI SAYADAW” ini. S}alawat serta Salam semoga tetap
tercurahkan kepada Rasulillah Muhammad SAW beserta seluruh keluarga,
sahabat, dan para pengikut-pengikutnya yang senantiasa menjadi suri tauladan
bagi penulis.
Selain itu, Tugas akhir ini dapat tersusun juga berkat bantuan dan

partisipasi dari berbagai pihak. Disampaikan terima kasih kepada pihak-pihak

yang terkait penyusunan, semoga amal baiknya senantiasa diiringi ridho Allah

SWT. Untaian terima kasih disampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Abd, A‟la, M. A. Selaku Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Drs. Muhid, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

3. Tasmuji, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Filsafat dan Ilmu Tasawuf

4. Muchammad Helmi Umam, S. Ag. M.Hum. Selaku ketua Prodi Filsafat

Agama

5. Loekisno Choiril Warsito, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang dengan

segenap arahan dan masukan yang bermanfaat hingga terselesaikannya

Skripsi ini.

6. Seluruh Civitas Akademika, Dosen-dosen, Staff Akademik maupun sahabat-

sahabati Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sunan Ampel Surabaya

yang telah membimbing serta mentransfer keilmuannya kepada penulis

ix
selama menjadi Mahasiswa di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan

Ampel Surabaya.

7. Bapak dan Ibu selaku orangtua yang senantiasa menyelipkan harapan mulia

kepada anak-anaknya dalam setiap untaian doanya.

8. Serta Pihak lainnya yang olehNya diturut-sertakan membantu menyelesaikan

Skripsi ini.

Adapun harapan dari peneliti, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan

mengenai skripsi ini jelas jauh dari kata sempurna, karena kesempurnaan hanya

milik Allah SWT.

Surabaya, 03 Agustus 2016

Penyusun

x
ABSTRAK

Abdul Munif: Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel
Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw. Skripsi
UIN Sunan Ampel Surabaya

Meditasi merupakan sarana untuk mendapatkan keheningan, untuk mendapatkan


fokus dan kesadaran yang tinggi dalam mempengaruhi kondisi kejiwaan
(psikologis) dan fisik manusia. Meditasi adalah bentuk ritualitas untuk
mendapatkan ketenangan yang hakiki, yang punya nilai-nilai guna sebagai sarana
untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dan membantu seseorang
menemukan potensi-potensi yang terdapat di dalam dirinya.
Sufi healing (pengobatan sufistik) merupakan proses penyembuhan yang
mempunyai nilai-nilai yang sama dengan meditasi. Sufi healing telah
memunculkan terapi gaya pengobatan tersendiri melalui beberapa tahapan ahwa>l
atau maqa>m dalam kajian sufi Islam. Sehingga pengobatan ala sufistik menjadi
suatu kajian ilmu pengobatan yang baru dikalangan ahli medis.
Kekayaan budaya khas Nusantara salah satunya tertuang dalam seni beladiri
(pencak silat). Persaudaraan Setia Hati Terate Sebuah wujud hasil kebudayaan
(cultural product) yang memiliki instrumen meditasi berupa ajaran pernapasan
yang memiliki ciri khas tersendiri dan didalamnya terkandung makna-makna yang
religius. Peneliti tertarik mengangkat permasalahan tentang pernapasan
Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya ini, mengembangkan
potensi-potensi pesilat melalui mengolah napas, olah jiwa dan olah rasa. Oleh
karena itu diperlukan seperangkat perspektif untuk dapat membaca dan
memahami masterpiece tersebut.

Kata Kunci : Meditasi, sufi healing, pernapasan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

ABSTRAK............................................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... v

PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi

TRANSLITERASI ARAB-LATIN ................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Balakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

E. Tinjauan Pustaka.................................................................................. 8

F. Metode Penelitian............................................................................... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................. 12

2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ..................................... 14

3. Sumber Data ................................................................................ 15

4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 17

5. Teknik Analisis Data .................................................................. 20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


G. Penegasan Judul................................................................................. 23

H. Sistematika Pembahasan.................................................................... 25

BAB II SUFI HEALING DAN MEDITASI ..................................................... 27

A. Sufi Healing...................................................................................... 27

1. Pengertian Sufi Healing............................................................. 27

2. Metode Sufi Healing................................................................. 30

3. Fungsi Sufi Healing.................................................................... 41

B. Meditasi............................................................................................ 44

1. Pengertian Meditasi ................................................................. 44

2. Manfaat Meditasi ..................................................................... 49

C. Meditasi Vipassana............................ ............................................. 52

1. Biografi Mahasi Sayadaw ........................................................ 52

2. Teknik dan Orientasi Meditasi Vipassana ............................. 56

a. Teknik Meditasi Vipassana............................................... 59

b. Isi atau Content Meditasi Vipasssana .............................. 60

BAB III PERNAPASAN PENCAK SILAT PERSAUDARAAN

SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL DALAM

PERSPEKTIF SUFI HEALING DAN MEDITASI

MAHASI SAYADAW ...............................................................64

A. Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate.............................64

1. Sejarah ................................................................................ . 64

2. Tujuan ................................................................................. 66

ii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


3. Lima Aspek Dasar ............................................................. .. 67

a. Persaudaraan ................................................................ 67

b. Olahraga ....................................................................... 68

c. Beladiri ..........................................................................70

d. Seni .............................................................................. 71

e. Pembinaan Mental Spiritual (Kerohanian) ................... 74

4. Profil UKM Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN

Sunan Ampel Surabaya ....................................................... 75

a. Lokasi .......................................................................... . 75

b. Sejarah .......................................................................... 75

c. Agenda ..........................................................................77

B. Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN

Sunan Ampel Surabaya .............................................................. 80

1. Jenis Pernapasan .................................................................. 81

2. Manfaat Pernapasan ............................................................ 88

3. Waktu dan Tempat Pernapasan ...........................................89

C. Pernapasan dalam Perspektif Sufi Healing................................ 93

1. Konsentrasi........................................................................... 91

2. Pengolahan napas................................................................. 91

3. Kewaspadaan Diri terhadap Penyakit................................. 92

4. Relaksasi ............................................................................ 92

5. Mura>qabah .......................................................................... 93

iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


D. Pernapasan dalam Perspektif Meditasi Mahasi Sayadaw ...... 93

1. Teknik meditasi ................................................................... 93

2. Isi Meditasi (content) . ....................................................... 95

BAB IV PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN TITKSENTUH

Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw terhadap

Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan

Ampel ................................................................................................ 98

A. Persamaan .................................................................................. 98

1. Konsentrasi .......................................................................... 98

2. Pembersihan Batin.............................................................. 102

B. Perbedaan ................................................................................. 105

1. Alat Instrumen.................................................................... 105

2. Objek Konsentrasi ............................................................. 112

C. Titik Sentuh .............................................................................. 116

BAB V PENUTUP .............................................................................................119

A. Kesimpulan .............................................................................119

B. Saran .........................................................................................120

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

iv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meditasi merupakan bagian dari kehidupan spiritual telah dikenal sejak

berpuluh-puluh abad yang lalu. Di tanah air kita, meditasi sudah dikenal sejak

zaman kerajaan, dalam bentuk terpadu yang biasa disebut dengan semedi, bertapa

atau tapabrata. Namun pada waktu itu meditasi hanya diajarkan khusus dan

dilakukan oleh orang-orang yang menganut faham kerohanian tertentu dan ingin

melepaskan kehidupan diri dari dunia.1 Kenyataan ini menunjukkan bahwa

kebudayaan-kebudayaan kuno ternyata telah mengenal suatu cara yang sangat

canggih guna meningkatkan spiritualitas mereka. Hal ini memberi indikasi bahwa

pada dasarnya sejak awal penciptaan, manusia selalu rindu untuk mengenal lebih

dekat apa dan siapa Tuhannya.

Mungkin inilah yang selalu dicari manusia sepanjang sejarah

keberadaannya. Suatu bentuk pencarian yang sampai saat ini, bahkan mungkin

tidak akan pernah merasa puas, itu hanya fatamorgana, kepuasan semu yang

seringkali menyesatkan. Sehingga eksistensi Tuhan merupakan suatu misteri yang

tidak dapat diungkapkan secara eksplisit.2 Akan tetapi sepanjang perjalanan

1
Tjiptadinata Effendi, Meditasi Jalan Meningkatkan Kehidupan Anda, (Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2003), xiii.
2
R. Soegoro, Meditasi Tri Loka Hidup Dalam Supra Kesadaran, (Jakarta: PT.
Elex`Media Komputindo, 2002), 28

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


2

sejarah manusia, meditasi merupakan metode yang bisa menjadi mediasi yang

aktif untuk menemukan pencarian itu.

Meditasi sesungguhnya merupakan suatu disiplin batin yang akan

membentuk suatu keadaan di mana pola pikir mengarah ke suatu titik tertentu.

Pola dasar meditasi adalah mencapai keseimbangan di dalam hidup.3 Meditasi

mengarahkan orang untuk apa yang direnungkan. Tidaklah berlebihan kalau

meditasi itu perenungan yang khusuk tentang makna kehidupan yang mendalam,

mendengarkan suara Yang Ilahi dengan jiwa, merupakan cara yang umum

dijalankan dan di nilai tinggi diantara jalan ruhani dalam pencarian akan ilham,

kekuatan dan ketenangan religius.4

Manusia diciptakan dengan kesempurnaan jasmani dan rohani, yang

memiliki tujuan dalam hidupnya untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin,

dunia dan akhirat. Untuk mencapai cita-cita hidupnya, selain berusaha, manusia

perlu bermeditasi dan berdoa. Bermeditasi dan berdoa merupakan sarana menjalin

komunikasi dan terpeliharanya hubungan manusia dengan pencipta.5

Cita-cita tidak selamanya tercapai. Kegagalan dalam mencapai cita-cita

ini dapat mengakibatkan frustasi dan stres. Dampak yang ditimbulkan berupa

kehilangan muka dihadapan rekan-rekan atau merasa kehilangan segala-galanya.

Pada orang yang beriman, kegagalan dapat dihadapi dengan tenang, tanpa frustasi

atau stres. Kebaikan diterima sebagai rahmat Tuhan dan keburukan diterima

dengan sabar dan tabah dengan keyakinan bahwa musibah datangnya atas izin

3
Tjiptadinata Effendi, op. cit., 5.
4
Maria Susay Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 263.
5
Hembing Wijayakusuma, 15 Menit Menuju Sehat dengan Ayunan Tangan (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2004), 75.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


3

Tuhan juga, sebagai ujian atas kekuatan iman dan kemantapan akidah.

Demikianlah manifestasi tanda syukur orang-orang beriman, perilaku yang tidak

selamanya manusia sadari.6

Dengan bermeditasi, pikiran-pikiran yang selama ini yang menjadi

beban dilepaskan, seperti: beban pikiran keluarga, beban pikiran kantor, atau

beban pikiran dalam tetangga. Meditasi mengatur pikiran untuk mendapatkan

ketenangan dan kestabilan sehingga organ-organ tubuh kembali berfungsi secara

normal, termasuk saraf. Semua zat yang ada dalam tubuh akan mengalami

homeostasis, berada dalam keadaan dan fungsi yang seimbang sehingga daya

tahan tubuh akan optimal.7

Para sufi membagi meditasi fokusnya pada tiga tahap utama, yaitu:

tahap Takhali, Tahalli, Tajalli. Pertama, tahap Takhali atau tahap pembersihan,

tahap a cleansing. Dalam tahap ini, yang dibersihkan adalah pikiran. Hasilnya

adalah no mind. Kemudian, pikiran menjadi bersih, tidak kotor; jinak, tidak liar;

tenang, tidak bergejolak. Pikiran yang demikian sesungguhnya bukan lagi. Ia

sudah mengalami proses daur ulang dan berubah menjadi kesadaran. Kedua, tahap

Tahalli atau tahap pembenahan. Yaitu tahap pembentukan ulang creation of new

mind. Ketiga, tahap Tajalli atau tahap pencerahan.8

Meditasi membuat sadar bahwa “Kasih dan Rahmat Allah” berada di

atas segalanya. Meditasi memberdayakan diri untuk menyadari ketidakberdayaan

manusia. Kemudian, terjadi “penyerahan diri kepada kehendak ilahi”. Ia ulangi

6
Ibid., 76.
7
Ibid., 78.
8
Anand Krishna, FIQR Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2004), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


4

“terjadi” penyerahan diri sementara ini, penyerahan diri belum total; belum

sempurna; belum “terjadi”. Apa yang mereka „pikir‟ sudah berserah diri, padahal

belum apa-apa; baru “berserah diri” dalam pikiran, dan pikiran tidak bisa

dipegang. Ia tidak memiliki bobot. Berserah diri dalam pikiran sama sekali tidak

bermakna, tidak berarti. Penyerahan diri harus (terbentuk menjadi gerak ragam).

“terjadi” karena sadar akan kasih dan rahmat Allah terjadi karena cinta.9

Terkait persoalan meditasi, Buddhisme (ajaran Buddha) juga

memprioritaskan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Agama Buddha yang

dibawa oleh Siddharta Gautama pada abad ke-6 SM. Agama yang lahir dari

proses bertapa, berkhalwat, mengembara untuk mencari kebenaran, menjalani

sikap hidup penuh kesucian, sehingga Siddharta Gautama memiliki sebutan

Buddha.10 Ajaran Buddha mempunyai landasan teologi Ketuhanan Yang Maha

Esa. Dalam hal ini, ketuhanan yang Maha Esa merupakan pencapaian penganut

Buddha yang telah mencapai tingkat tertinggi yaitu pencerahan (nibbana) melalui

prosos bermeditasi.11

Selanjutnya pembahasan tentang meditasi tidak hanya meluas pada ajaran-

ajaran agama saja, karena pemahaman terhadap masalah meditasi juga bisa

dengan berbagai cara. Seperti halnya di Indonesia yang beragam seni dan budaya,

terdapat suatu organisasi pencak silat yang mempunyai konsep meditasi yang

disebut dengan pernapasan. Pencak silat tersebut adalah Persaudaraan Setia Hati

Terate yang termasuk komunitas Ikatan Pencak Silat besar Indonesia (IPSI).

9
Ibid., 16.
10
Joesoef Sou‟yb, Agama-agama Besar di dunia, (Jakarta: Pustaka Al Husna,1983), 72
11
http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/ketuhanan-yang-maha-esa-dalam-
agama-buddha/, (Selasa, 26 Januari 2016, 23:50).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


5

Dalam organisasi pencak silat PSHT konsep pernapasan dengan ciri fokus

pada olah atur napas untuk menenangkan pikiran. Ajaran pernapasan merupakan

ajaran yang biasa dipraktekkan dalam agama Buddha yang dikenal dengan

sebutan meditasi. Seorang biksu buddha yaitu Mahasi Syadaw menjelaskan

meditasi (samadhi) merupakan suatu jalan untuk mencapai ketenangan lahir

maupun batin.12 Dalam praktik meditasi ajaran tersebut, Mahasi Sayadaw

menggunakan Metode meditasi vipassana (proses pencerahan).

Dari keterikatan antara terapi tasawuf, meditasi Mahasi Sayadaw dan

ajaran pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate ada titik temu yang menarik

untuk diteliti. Pernapasan yang bersumber dari energi alamiah (udara) memiliki

peranan penting bagi kehidupan manusia. Manusia yang mampu bisa menghayati

napasnya akan mengerti jatidirinya. Dalam pencarian jatidiri manusia akan lebih

dalam mengenal Sang Pencipta alam semesta ini.

Disisi lain, ajaran pernapasan tersebut mempunyai esensi penghubung

akan keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan jalan pintas

mengungkap eksistensi Tuhan. Ajaran olah napas diibaratkan seperti kehidupan

cacing yang hidupnya di dalam tanah isi tubuhnya juga tanah, dan ikan yang juga

hidupnya di dalam air isi tubuhnya juga air, artinya makhluk hidup selain manusia

juga bisa menyatu dengan sumber kehidupannya masing-masing..13

12
Mahasi Sayadaw, Satipatthana Vipassana Insight ThroughMindfulness, terj.
Dharmasurya Bhûmi Mahathera &Muljadi Nataprawira, (Kandy: Buddhist Publication
Society, 1990), 2.
13
Wawancara dengan bapak M. Harun (salah satu tetua dalam PSHT), pada tanggal 20
Mei 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


6

Berdasarkan pembahasan singkat di atas, menurut penulis merupakan hal

yang sangat menarik dalam penelitian tugas akhir yaitu dengan judul “Pernapasan

Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam

Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw ”.

B. Rumusan Masalah

Setelah menganalisa dari penjelasan latar belakang tersebut, maka

peneliti memberikan rumusan masalah sebagai langkah preventif agar tidak terjadi

penyimpangan dalam pembahasan penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut

adalah:

1. Apa Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan

Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi

Sayadaw?

2. Bagaimana Persamaan, Perbedaan, dan Titik Sentuh Meditasi Perspektif Sufi

Healing dan Mahasi Sayadaw Terhadap Pernapasan Pencak Silat

Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap

tindakan. Dengan demikian tujuan memegang peranan yang sangat penting dan

harus dirumuskan dengan jelas, tegas dan mendetil, karena tujuan merupakan

jawaban tentang masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


7

1. Mendeskripsikan Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Mendeskripsikan Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

UIN Sunan Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi

Mahasi Sayadaw.

3. Mendeskripsikan Persamaan, Perbedaan, dan Titiksentuh antara Sufi Healing

dan Meditasi Mahasi Sayadaw dalam Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan

Setia Hati Terate.

D. Manfaat Penelitian

Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan

memiliki manfaat praktis dan teoritis. Dari tujuan diadakannya penelitian ini,

maka adapun manaat penelitian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai

manfaat yang urgen bagi:

1. Aspek Terapan (praktis)

Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pelajaran

tentang keyakinan bahwa mengenal Tuhan dengan berbagai jalan, salah

satunya yaitu pengembangan Pernapasan yang dikonsentrasikan pada

eksistensi Tuhan.

2. Aspek Keilmuan (teoritis)

Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran khususnya dalam

mendeskripsikan “Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi

Mahasi Sayadaw” dan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi disiplin

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


8

keilmuan Teologi khususnya dan seluruh disiplin keilmuan secara umum,

walaupun dalam bentuk yang sederhana.

E. Tinjauan Pustaka

Pernapasan (meditasi) merupakan kegiatan yang mempunyai banyak

manfaat baik secara fisik maupun batin. Di dalamnya terkandung berbagai nilai

filosofis maupun teologis yang menjadikannya sebagai bentuk budaya khas dan

tak ternilai yang terdapat pada pencak silat asli Indonesia. Kajian tentang

pernapasan (meditasi) mungkin tidaklah jarang meskipun keberadaannya pun

tidak pula mudah untuk ditemukan. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat

peneliti untuk bisa lebih mendalam sebagaimana bidang yang digeluti oleh

peneliti (aqidah filsafat). Memang ide dalam tulisan ini berasal dari sebuah

penelitian yang telah terbukukan dan ditunjang oleh beberapa penelitian lain yang

berkaitan dengan yang peneliti bahas, diantaranya:

1. Integrasi Tasawuf dalam Tradisi Kejawen Persaudaraan Setia Hati Terate

Sebuah karya tulis yang termuat dalam jurnal Teosofi: Jurnal Tasawuf

dan Pemikiran Islam Vol. 4, No. 2, Desember 2014 yang ditulis oleh Sutoyo

(STAIN Ponorogo) yang memaparkan tentang ajaran Persaudaraan Setia Hati

Terate yang berkaitan dengan nilai-nilai tasawuf yang termuat dalam berbagai

makna pada simbol-simbol, tradisi, ajaran ke-SH-an Persaudaraan Setia Hati

Terate. Ia menemukan ada sembilanbelas ajaran kejawen Persaudaraan Setia

Hati Terate yang berintegrasi dengan tasawuf.

2. Meditasi sebagai Sarana Mempertajam Intuisi di Lembaga Seni Pernapasan

Radiasi Tenaga Dalam Unit Psikosufistik UIN Walisongo Semarang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


9

Skripsi, ditulis oleh Zaifuddin Hamzah jurusan Tasawuf dan

Psikoterapi UIN Walisongo Semarang (2015), yang memaparkan tentang

sistem konsep maupun teknik efektivitas meditasi sebagai sarana

mempertajam intuisi yang dipraktekkan di Lembaga Seni Pernapasan Radiasi

Tenaga Dalam dan hasil setelah melakukan meditasi mempertajam intuisi

tersebut. Ia menemukan hasil yang diperoleh dalam latihan meditasi

mempertajam intuisi akan membantu seseorang meraih kesuksesan dengan

mengambil sejumlah keputusan dan langkah yang tepat dan dapat membantu

orang dalam menganalisis semua informasi dalam setiap permasalahan dan

mampu secara akurat menginterpretasikan situasi-situasi yang mungkin

terjadi.

3. Konsep Meditasi Anand Krishna, Studi Atas Manajemen Stres di Anand

Krishna Center Yogyakarta

Skripsi, ditulis oleh M. Arbiyanto Hijriyah jurusan PA UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta (2014), yang memaparkan tentang latihan meditasi

untuk mengolah rasa tegang, cemas dan stres di Lembaga Anand Krishna

Center Yogyakarta. Ia menemukan melalui program manajemen stress di

Anand Krishna Center mampu menjadi pintu masuk untuk melacak jati diri

dan mampu membangkitkan kesadaran spiritual utnuk memposisikan diri

sebagai sebuah kesatuan utuh dari alam semesta.

4. Meditasi Sufistik

Ditulis oleh Sudirman Tebba yang diterbitkan oleh Pustaka Hidayah

(Bandung, 2004), yang mengupas dan memaparkan berbagai jenis praktik

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


10

meditasi dalam tasawuf, seperti zikir, doa, wirid, i‟tikaf, „uzlah, dan

sebagainya. Sebagai salah satu praktik dalam tasawuf meditasi sufistik

merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, meditasi

sufistik juga bisa dimanfaatkan manusia untuk menyegarkan hati dan pikiran

dalam meraih kehidupan yang sehat dan bahagia. Ia menemukan bahwa inilah

yang dinamakan meditasi sufistik, yang membedakan dengan praktik

meditasi di luar tasawuf.

Dari beberapa karya tersebut belum terdapat kajian seperti yang hendak

peneliti angkat. Oleh karena itu peneliti berinisiatif untuk mengkajinya lebih

lanjut dengan fokus pada nilai-nilai yang terdapat dalam pernapasan Persaudaraan

Setia Hati Terate. Pernapasan (meditasi) menurut peneliti memiliki peran sentral

dari sekian banyak meditasi yang ada. Tanpa ajaran pernapasan suatu pencak silat

mustahil disebut sebagai pencak silat atau beladiri khas budaya Indonesia. Hal ini

sarat akan nilai budaya, penyembuhan (pengobatan) baik secara psikis, fisik,

maupun batin.

F. Metode Penelitian

Untuk menemukan data tentang meditasi dan teasawuf, maka

digunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Burhan metode adalah aspek

yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu

penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam

suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.14

14
Burhan Bungin, Analisis Data penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 20.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


11

Menurut Conny R. Semiawan kata metode menunjuk pada suatu tehnik

yang digunakan dalam penelitian seperti, survey, wawancara dan observasi.15

Sedangkan menurut Hasan, metode adalah suatu cara atau jalan. Maka metode

penelitian adalah cara atau jalan yang digunakan dalam penelitian.16 Sedangkan

menurut Irwan Soehartono, metode penelitian adalah cara atau strategi

menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.17

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode kualitatif.

Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, maka data yang didapat akan

lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian

dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena metode ini baru,

dan lebih trendi. Dengan metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang

lebih tuntas, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.

Karena menurut Lexy J Moleong, Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.

Secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.18

15
Conny R. Semiawan, Metode penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan
Keunggulannya, (Jakarta : PT. Grasindo, 2002), 1.
16
Hasan Fuad dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, (Jakarta:
Gramedia, 1994), 7.
17
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
1999), 9.
18
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2005), 6.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


12

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian,

digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma

fakta sosial. Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu yang berbeda

dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu

pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni

(Spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil

diluar pemikiran manusia. Arti penting pernyataan Durkheim terletak pada

usahanya untuk menerangkan bahwa fakta sosial tidak dapat dipelajari

melalui instropeksi. Fakta sosial harus diteliti di dalam dunia nyata ini.19

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui

pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa

angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,

catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi

lainnya.20 Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini

adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara

mendalam, rinci dan tuntas.

19
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), 14.
20
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2010), 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


13

Dari pendekatan di atas maka peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif. Karena peneliti ingin mencocokkan antara realita empirik

dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

b. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Juliansyah Noor, penelitian deskriptif adalah penelitian yang

berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi

saat sekarang.21 Sedangkan menurut Irwan Soehartono, Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran

tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau

gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau

lebih.22

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam

masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-

situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan,

sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam

lingkungan sosial atau lingkungan dimana mereka hidup, mengadakan

interaksi, berusaha memahami bahasa dan tafsiran orang lain tentang

21
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), 34.
22
Soehartono, Metode Penelitian, 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


14

dunia sekitarnya.23 Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah

Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan

Ampel Surabaya dalam Perespektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi

Sayadaw.

Pertimbangan peneliti menggunakan metode kualitatif ini

sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong24:

1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan ganda.

2) Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara penelitian

dan responden.

3) Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen

pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi

lapangan terlebih dahulu untuk meninjau lokasi penelitian. Agar peneliti

dapat mempersiapkan lokasi dan waktu yang tepat ketiaka akan melakukan

penelitian.

a. Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah tempat di mana penelitian akan

dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Universitas

23
Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), 5.
24
Moleong, Metode Penelitian, 23.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


15

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tepatnya di Unit Kegiatan

Mahasiswa pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate.

b. Waktu

Peneliti pada saat penelitian menggunakan waktu selama tiga bulan

yang dimulai pada tanggal 18 Februari 2016 ketika awal pengajuan

proposal penelitian sampai dengan selesainya penelitian ini. Kemudian

waktu secara rincinya sesuai dengan jadwal penelitian yang telah

ditentukan oleh peneliti sebelumnya.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini penggalian data akan didapat dengan melalui

pendekatan maupun observasi di lapangan dengan cara mengetahui sumber-

sumber datanya diantaranya sebagai berikut:

a. Data Primer

Menurut Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh

lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland

bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan.25 Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang

diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai para

anggota UKM PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya. Peneliti menggunakan

data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang pernapasan PSHT

25
Nasution, Metode Naturalistik, 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


16

UIN Sunan Ampel Surabaya dalam perspektif tasawuf dan meditasi

Mahasi Sayadaw.

Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling

atau pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan informan adalah aktor

atau pelaku dalam UKM pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN

Sunan Ampel Surabaya. Informan yang dimaksud adalah Informan yang

terlibat langsung atau yang dianggap mempunyai kemampuan dan

mengerti dalam masalah pernapasan (meditasi) PSHT UIN Sunan Ampel

Surabaya.

Pemilihan Informan dalam penelitian ini dilakukan dengan

beberapa kegiatan wawancara yang terdiri dari:

1. Ketua UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel

Surabaya.

2. Dewan Penasehat UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan

Ampel Surabaya.

3. Anggota kepelatihan dalam UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN

Sunan Ampel Surabaya.

4. Anggota Kepengurusan UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN

Sunan Ampel Surabaya.

5. Warga PSHT yang mengabdi kepada UKM Persaudaraan Setia Hati

Terate UIN Sunan Ampel Surabaya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


17

b. Data Sekunder

Menurut Nasution data sekunder adalah data-data yang didapat dari

sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari

surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai

dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.26

Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari

berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti

kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survei, studi historis,

dan sebagainya.

Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat

penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui

wawancara langsung.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian,karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan

data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur

yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

a. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena–fenomena yang dijadikan obyek

26
Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara 2004), 6.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


18

pengamatan.27 Sedangkan menurut Irwan Soehartono secara luas,

observasi atau pengamatan berarti kegiatan untuk melakukan pengukuran.

Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih sempit yaitu

pengamatan dengan menggunakan indera pengelihatan yang berarti tidak

menggunakan pertanyaan-pertanyaan.28

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan

menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, Observasi ini digunakan

untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang

bagaimana Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN

Sunan Ampel Surabaya Dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi

Mahasi Sayadaw.

b. Wawancara

Menurut Sugiyono, wawancara merupakan teknik pengumpulan

data penelitian secara langsung atau dengan bertatap muka dengan

mengajukan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden.29

Sedangkan menurut Juliansyah Noor, wawancara merupakan

saalah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan

secara langsung dengan objek. Tetapi dapat juga diberikan daftar

pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain.30

27
Puji Mujiono Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. (Jakrta: Grasindo, 2007),
16.
28
Soehartono, MetodePenelitian, 69.
29
Sugiyono, Memahami Penelitian, 137.
30
Noor, Metodologi Penelitian, 138.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


19

Jadi hasil pemaparan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya dan

penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview

guide (panduan wawancara).

Tujuan peneliti menggunakan metode ini, untuk memperoleh data

secara jelas dan kongkret tentang Tanggapan para pesilat (anggota) PSHT

UIN Sunan Ampel Surabaya dalam persoalan pernapasan. Dalam

penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan para anggota

PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya.

c. Dokumentasi

Menurut Irwan soehartono, dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek

penelitian.31

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan,

memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu

lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.

Jadi hasil uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-

catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.

31
Soehartono, MetodePenelitian, 70.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


20

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyususn data agar dapat ditafsirkan.

Menyusun data berarti menggolongkannya ke dalam pola, tema, atau kategori

tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis,

menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep32.

Dari data yang sudah dikelompokkan berdasarkan kategorisasi

masalah data kemudian dianalisis secara kualitatif. Dalam menganalisa

penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan,

diantaranya:

1. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui

wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam

dengan tape recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan

transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman

menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca

berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di

dapatkan.

2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap

data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang

muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan

32
Cik Hasan Bisri, Model Penelitian Agama Dan Dinamika Sosial Himpunan Rencana
Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 132-133.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


21

pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis

sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman

ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan

melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok

pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat,

kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis

yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang

diteliti yaitu tentang Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati

Terate UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Perspektif Sufi Healing dan

Meditasi Mahasi Sayadaw. Peneliti menganalisis hasil wawancara

berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden.

Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk

dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata

kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan,

dan dinamika yang terjadi pada subjek.

3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti

menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam

penelitian ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


22

4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi

terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan

kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu

mencari suatau alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah

didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternative

penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-

hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada

tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau

teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian

pembahasan, kesimpulan dan saran.

5. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan

suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah

kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang

dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data

hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan

subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh

dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis

mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat

gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya

dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya

mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


23

G. Penegasan Judul

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman terhadap pokok

bahasan skripsi yang berjudul “Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN

Sunan Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi

Sayadaw”, maka kiranya perlu untuk dijelaskan apa yang dimaksud dengan judul

tersebut. Pengertian dari istilah-istilah yang terdapat pada judul tersebut sebagai

berikut:

Pernapasan : Dari kata dasar napas merupakan kegiatan /

aktifitas pengolahan, pengaturan napas.

Persaudaraan Setia Hati Terate : Organisasi pencak silat IPSI (Ikatan Pencak

Silat Indonesia)

UIN Sunan Ampel Surabaya : Lokasi penelitian di UKM Pencak Silat

Persaudaraan Setia Hati Terate Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang

berlokasi di JL. A. Yani 117, Surabaya

60237, Jawa Timur.

Perspektif : Sudut pandang Katherine Miller dalam

bukunya Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts,

mendefinisikan perspektif sebagai cara atau metode untuk melihat atau mengamati

berbagai fenomena/keadaan/situasi di sekeliling kita. Yang perlu digaris bawahi

adalah bahwa yang dimaksud diatas bukanlah perspektif secara singular tetapi

perspektif secara plural atau multi, karenanya sebuah fenomena tidak hanya dapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


24

dilihat dari satu kacamata saja. Sebuah teori (e.g komunikasi) dapat dilihat dari

sudut pandang, proses penyaringan dan proses penerangan yang berbeda-beda.

Pilihan perspektif yang diambil seseorang memiliki implikasi pada teori dan

metodologi yang digunakan dan dikuasai serta dipahami seseorang dalam

memahami suatu fenomena atau realitas.33

Sufi Healing : Istilah sufi healing terbentuk dari dua kata

yaitu Sufi dan Healing. Kata sufi sendiri dirujuk pada pengertian seorang atau

lebih, dari hamba Allah yang sedang berupaya untuk mengupayakan orang lain

untuk merasakan lezatnya berhubungan langsung dengan tuhan. Sedangkan

healing, berasal dari kata heal dalam Bahasa inggris yang memiliki tiga makna,

yaitu: Pertama, membuat utuh atau sempurna, memulihkan kesehatan, bebas dari

penyakit. Kedua, menuju suatu akhir atau konklusi (misalnya konflik-konflik

antar perseorangan, kelompok dan sebagainya, yang menyebabkan adanya

pemulihan persahabatan akibat konflik tersebut), menenangkan, rekonsilasi.

Ketiga, bebas dari sifat-sifat buruk, membersihkan, memurnikan.34

Meditasi Mahasi Sayadaw : Meditasi Mahasi Sayadaw yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah meditasi vipassana. Vipassana berasal dari

kata “vi” dan “passana” berarti melihat dengan cara yang luar biasa. Asal katanya

“Passana” berarti melihat; imbuhan vi menandakan kekhususan, istimewa. Dengan

demikian, vipassana berarti melihat melampaui apa yang biasa, pandangan terang.

33
Miller Katherine, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts
(Texas: A&M University, 2005).
34
M. Amin Syukur, Sufi Healing Terapi dengan Metode Tasawuf, (Jakarta: Erlangga,
2012), 71.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


25

Vipassana bhavana adalah meditasi untuk mengembangkan pandangan terang guna

mencapai kebijaksanaan dan kesucian serta bebas dari dukkha.35

Disinilah penulis ingin mendeskripsikan pernapasan Persaudaraan Setia

Hati Terate dalam dua sudut pandang yang saling berkaitan dalam kajian meditasi.

Perspektif sufi healing dan meditasi vipassana akan melihat seberapa jauh konsep

pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate dalam dua teori tersebut.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan Laporan

Program Perencanaan dan Perancangan ini adalah:

Bab satu, merupakan Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan

Pustaka, Metode Penelitian, Penegasan Judul, dan Sistematika Pembahasan.

Bab dua, berisikan studi teoritis tentang konsep sufi healing dan

meditasi vipassana oleh Mahasi Sayadaw .

Bab tiga, berisikan hasil wawacara dan pemaparan tentang Pernapasan

Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati UIN Sunan Ampel dalam perspektif sufi

healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw.

Bab empat, berisikan analisa Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan

Setia Hati UIN Sunan Ampel dalam perspektif sufi healing dan meditasi Mahasi

Sayadaw untuk menemukan kesamaan, keberbedaan, dan titik sentuh.

35
Sayadaw, Satipatthana Vipassana, 17.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


26

Bab lima, berisikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian

dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan

pemikiran bagi yang berkepentingan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB II

SUFI HEALING DAN MEDITASI

Dalam meneliti sebuah ajaran pencak silat khususnya Pernapasan

hendaknya menggunakan beberapa sudut pandang, sehingga makna, maksud dan

tujuan dapat diketahui dengan baik. Di antara sudut pandang yang peneliti

gunakan adalah dengan teori sufi healing dan meditasi vipassana. Dibawah ini

akan sedikit diuraikan secara garis besar teori-teori tersebut.

A. Sufi healing

1. Pengertian Sufi healing

Istilah sufi healing terbentuk dari dua kata yaitu Sufi dan Healing.

Kata sufi sendiri dirujuk pada pengertian seorang atau lebih, dari hamba Allah

yang sedang berupaya untuk mengupayakan orang lain untuk merasakan

lezatnya berhubungan langsung dengan tuhan. Sedangkan healing, berasal dari

kata heal dalam Bahasa inggris yang memiliki tiga makna, yaitu: Pertama,

membuat utuh atau sempurna, memulihkan kesehatan, bebas dari penyakit.

Kedua, menuju suatu akhir atau konklusi (misalnya konflik-konflik antar

perseorangan, kelompok dan sebagainya, yang menyebabkan adanya

pemulihan persahabatan akibat konflik tersebut), menenangkan, rekonsilasi.

Ketiga, bebas dari sifat-sifat buruk, membersihkan, memurnikan.37 Kata heal

dalam hal ini ialah suatu penyembuhan yang tidak terbatas pada suatu penyakit

fisik saja, namun juga pada penyakit psikis.

37
Syukur, Sufi Healing, 71.

27

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


28

Sufi healing (pengobatan sufi) merupakan salah satu cara yang

digunakan oleh para sufi dalam pengobatan dan penyembuhan, dimana

pengobatan dan penyembuhan tersebut menggunakan metode-metode yang

berdasarkan keagamaan yaitu dengan mbangkitkan potensi keimanan kepada

Tuhan, lalu menggerakkannya ke arah pencerahan batin atau pencerahan rohani

yang pada akikatnya menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan yang maha

esa adalah satu-satunya kekuatan penyembuh dari penyakit yang dideritanya.38

Psikoterapi Islam (Psikoterapi Sufi) diartikan sebagai suatu proses

pengobatan dan penyembuhan penyakit atau gangguan mental atau kejiwaan,

spiritual (agama), moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al-Qur’an

dan As-Sunnah Nabi Saw.39 Hal ini dapat dipahami bahwa sufi healing (terapi

sufistik) menggunakan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai landasan utamanya.

Sementara, para kaum sufi mengartikan terapi sufistik ialah pengobatan dan

penyembuhan terhadap penyakit fisik, mental, atau kejiwaan, rohani atau

spiritual dengan kerangka pemikiran tasawuf.40

Menurut Amir An-Najar bahwa pengobatan sufistik (Aththib as}-s}ufi)

bukan sekedar teori, tetapi juga bersifat praktis. Mereka menjelaskan kepada

para pasien tersebut jalan menuju kesempurnaan jiwa dengan membangkitkan

ruh keimanan dalam jiwa yang lemah, mengajak mereka membersihkan niat,

memperkuat tekad, menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT dan takwa

kepada-Nya. Para sufi juga menganjurkan mereka untuk memenuhi jiwa


38
Gusti Abd. Rahman, Terapi Sufistik untuk Penyembuhan Gangguan Kejiwaan,
(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), 5.
39
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling & Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2004), 228.
40
Rahman, Terapi Sufistik, 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


29

dengan kejujuran, hati dengan keikhlasan, dan perut dengan barang halal.

Kemudian mengajak mereka untuk menerapi jiwa-jiwa yang resah melalui

dhikir yang benar, yang dapat menentramkan jiwa yang lemah dan depresi.41

Sementara, Amin Syukur mendefinisikan sufi healing sebagai suatu

pengobatan atau penyembuhan yang dilakukan dengan menggunakan konsep

sufi. Sufi healing ini bertujuan untuk menjadikan seseorang lebih percaya diri

dan untuk meningkatkan kondisi spiritual seseorang. Dalam proses

penyembuhannya sufi healing menggunakan teori tasawuf sebagai metode

penyembuhannya, yakni: tasawuf akhlaqi yaitu teori yang berorientasi pada

tataran akhla>q (tingkah laku), tasawuf amali yaitu teori yang berorientasi pada

cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan tasawuf falsafi yaitu

suatu teori yang memadukan visi intuitif dan visi rasional dengan

menggunakan metode menggunakan perasaan (dhawq).42

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sufi healing

atau terapi sufistik ialah suatu bentuk pengobatan dan penyembuhan terhadap

penyakit fisik, mental, atau kejiwaan, rohani atau spiritual dengan metode

keagamaan dan juga menggunakan teori tasawuf sebagai metode

penyembuhannya, yakni; tasawuf akhlaqi yaitu teori yang berorientasi pada

tataran akhla>q (tingkah laku), tasawuf amali yaitu teori yang berorientasi pada

cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan tasawuf falsafi yaitu

41
Amir An-Najar, Psikoterapi Sufistik Dalam Kehidupan Modern, (Jakarta: Hikmah,
2004), 1.
42
Syukur, Sufi Healing, 13.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


30

suatu teori yang memadukan visi intuitif dan visi rasional dengan

menggunakan metode menggunakan perasaan (dhawq).

2. Metode Sufi healing

Sufi healing memiliki metode-metode yang bisa digunakan dalam

melakukan proses pengobatan atau penyembuhan, berkaitan dengan hal ini ada

beberapa tokoh yang berpendapat tentang metode-metode sufi healing

(pengobatan sufi) diantaranya yaitu:

a. Menurut Linda O’riordan metode sufi healing meliputi43:

1. Kosentrasi dan Meditasi

Metode ini dilakukan dengan menenangkan pikiran, merilekskan

tubuh dan mencapai pemahaman spiritual dapat diperoleh melalui

praktek-praktek konsentrasi dan meditasi yang dapat dilakukan secara

mandiri. Tehnik-tehnik ini mengembangkan pola perilaku tidak sadar

yang menghasilkan efek-efek positif yang berpengaruh luas pada

fungsi-fungsi psikologis maupun fisiologis.

2. Do’a

Menurut Dadang Hawari mendefinisikan do’a sebagai salah satu

bentuk komitmen keagamaan seseorang. Do’a merupakan permohonan

yang dimunajatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,

Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun. Selain itu,

do’a juga suatu amalan dalam bentuk ucapan ataupun dalam hati yang

Mahfudz Fauzi, “Studi Kritis Psikoterapi Sufistik Dalam Seni Penyembuhan Sufi Karya
43

Linda O’riordan RN”, (Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi
Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo, 2005), 55-56.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


31

berisikan permohonan kepada Allah SWT, dengan selalu mengingat

nama-Nya dan sifat-Nya.44

3. Dhikir

Menurut Aboe Bakar Atjeh yang merupakan salah seorang

tokoh ulama’ Indonesia menyatakan bahwa dhikir ialah ucapan yang

dilakukan dengan lidah atau mengingat akan tuhan dengan hati, dengan

ucapan atau ingat yang mempersucikan tuhan dan membersihkannya

dari sifat-sifat yang tidak layak untukNya, selanjutnya memuji dengan

puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna,

sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.45 Sementara,

menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqi, Dhikir adalah

menyebut Allah dengan membaca tasbi>h (Subha>nalla>h), membaca

tahli>l (La>ila>haillalla>hu), membaca tahmi>d (Alhamdulilla>hi), membaca

taqdi>s (Quddu>sun), membaca takbi>r (Alla>huakbar), membaca hauqalah

(Hasbiyalla>hu), membaca basmalah (Bismilla>hirrahma>nirrahi>m),

membaca Al-Qura>nul maji>d dan membaca do’a-do’a ma’thur, yaitu

do’a-do’a yang diterima dari Nabi S.A.W.46

4. Kesadaran dan Keawasan

Kesadaran atau keawasan dapat digambarkan sebagai praktik

konsentrasi dari waktu ke waktu. Praktik ini melibatkan oleh

44
Syukur, Sufi Healing, 79.
45
M. Afif Anshori, Dhikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Atas Problema Manusia
Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003). 19.
46
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Dhikir dan Do’a, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 1997), 36.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


32

kemampuan kita untuk terus awas dalam masa sekarang. Latihan

keawasan yang digunakan tasawuf menghasilkan relaksasi yang dalam,

restorasi, tubuh dan pikiran, pemahaman diri dan pengendalian-diri.

5. Keseimbangan Resonansi Magnetik

Keseimbangan Resonansi Magnetik adalah sebuah sistem

latihan yang memanfaatkan kombinasi konsep-konsep berdasar-energi

untuk memperkuat medan elektromagnetik dan untuk meraih keadaan

ekuilibrium yang paling menguntungkan.

6. Visualisasi

Visualisasi adalah penggunaan pikiran dengan sengaja untuk

menciptakan dan memperluas realitas seseorang. Hal ini juga

merupakan metode mengembangkan kesadaran diri dan kendali

terhadap fungsi-fungsi otonomis tubuh, yang membantu dalam proses

penyembuhan. Dalam ilmu tasawuf, tingkat visualisasi adalah aspek

visual mengenali Tuhan dari pengalaman pribadi seseorang. Dalam

meditasi dan doa, kita dapat memohon pertolongan dan petunjuk dalam

melihat, menemui, dan mendengarkan Tuhan dengan bahasa hati.

Penyingkapan sejati terjadi ketika diingatkan tentang ada apa didalam

dunia batin seseorang. Saat penyingkapan ini terjadi, maka seseorang

akan tahu tentang siapa diri kita sebenarnya dan tahu tentang Ilahi dari

pengalaman diri kita sendiri

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


33

7. Ekspresi Diri Kreatif

Ekpresi diri dan kreatifitas yang dimunculkan dalam diri

seseorang merupakan suatu bentuk penyangkalan diri yang

menyebabkan sakit, baik secara fisik maupun psikis. ekspresi diri dapat

mencegah adanya penyakit, khususnya kemurungan, depresi, dan

pesimis. Ekspresi adalah lawan dari depresi. Dan bila ekspesi muncul,

kita menerima hubungan dengan arus kreatif kita, dan memungkinkan

diri kita menjadi sebuah kendaraan untuk kekuatan kreatif

b. Menurut Hakim Mu’inuddin Chisyti.47

1. Puasa

Puasa merupakan salah satu bentuk ibadah keagamaan yang

dilakukan sebagai upaya untuk mendekatakan diri kepada Allah Swt.

Selain itu puasa juga memiliki fungsi untuk melatih diri agar tetap

terkendali dari sifat-sifat emosi, sombong dan sifatsifat buruk yang

berkaitan dengan rohani dan untuk manfaat puasa pada fisik adalah

menjaga dari naiknya kadar lemak dan zat asam dalam tubuh, dan dapat

mengobati berbagai penyakit yaitu: menghilangkan kelebihan lemak

dalam badan, kencing manis, mengurangi ketegangan urat saraf,

mengurangi sakit sendi.

Puji Lestari, 2004, “Terapi Sufistik, Menurut Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti Dalam
47

Karyanya The Book Of Sufi Healing”, (Skripsi tidak diterbitkan, JurusanTasawuf dan
Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo, 2004), 39-46.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


34

2. Shalat

Menurut Amin Syukur, shalat ialah aktivitas fisik dan psikis.

Artinya ialah apabila seseorang melakukan ibadah shalat, berarti ia

memadukan antara aktivitas fisik dan psikis secara bersamaan. Ketika

tubuh bergerak, maka otak memegang kendali, dan ingatan akan tertuju

pada bacaan dan jenis gerakan, dan dalam waktu yang sama pula hati

mengikuti dan membenarkan tindakan tersebut.48

3. Do’a

Kata do’a, menurut bahasa artinya permohonan atau panggilan.

Sedangkan menurut istilah shar’i, berarti meminta pertolongan kepada

Allah SWT, berlindung kepada-Nya dan memanggil-Nya, demi

mendapatkan manfaat atau kebaikan dan menolak gangguan atau

bala’.49

4. Membaca Al-Qur’an

Metode ini dilakukan sebagai media olah pernapasan, menurut

Syaikh Ghulam Moinuddin yang dikutip Mustamir Pedak dalam

bukunya Qur’anic Super Healing, yang menyatakan bahwa alam

pernapasan memiliki hubungan penting dengan kesehatan:50

a. Napas adalah perantara yang dengan kehendak Allah kita

dilahirkan.

48
Syukur, Sufi Healing, 82.
49
Ibid., 79
50
Pedak, Mustamir, Qur’anic Super Healing Sembuh dan Sehat Dengan Mukjizat Al-
Qur’an, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2010), 80.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


35

b. Napas tanggung jawab terhadap penyampaian sifat-sifat Tuhan dari

jantung ke berbagai pusat pikiran, tubuh dan jiwa.

c. Napas menciptakan keseimbangan dan keharmonisan temperatur

tubuh.

d. Napas membawa unsur-unsur pendukung kehidupan dari luar tubuh

ke fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh.

5. Dhikir

Secara etimologi, dhikir berasal dari bahasa Arab, yaitu

dhakara, yadhkuru, dhikran yang berarti menyebut, mengingat.51

Sedangkan, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dhikir mempunyai

arti puji-pujian kepada Allah yang diucapkan secara berulang.52 Secara

sederhana, dhikir dapat diartikan sebagai upaya untuk mengingat

hAllah (Dzikrullah) dengan menyebut asma’ Allah secara berulang-

ulang.

c. Amin Syukur dalam bukunya Sufi healing menyebutkan bahwa metode sufi

healing diantaranya yaitu:53

1. Dhikir

Dhikir berarti mengingat, menyebut, mengucapkan,

mengagungkan dan mensucikan. Maksud dari mengingat, menyebut,

mengucapkan, mengagungkan dan mensucikan Allah dengan

51
Baidi Bukhori, Zikir Al-Asma’ Al-Husna; Solusi Atas Problem Agresivitas Remaja,
(Semarang: Syiar Media Publishing, 2008), 50.
52
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka. Cet III. 1990), 1.018.
53
Syukur, Sufi Healing, 72-87.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


36

mengulan-ulang salah satu nama-Nya atau kalimat keagungannya.

Dhikir yang hakiki adalah sebuah keadaan spiritual dimana seseorang

yang meningat Allah (Dhakir) memusatkan segenap kekuatan fisik dan

spiritualnya kepada Allah, sehingga seluruh wujudnya bisa bersatu

dengan Yang Maha Mutlak. Ini adalah amalan dasar dalam menempuh

jalan sufi.54

Menurut Aqil Siroj Dhikir berorientasi pada penataan hati atau

qolb. Qolb memegang peranan dalam kehidupan manusia karena baik

dan buruknya aktivitas manusia sangat tergantung pada kondisi qolb.55

Menurut Amin Syukur, ada beberapa macam cara berdhikir, yaitu

dhikir z}ahir (suara keras), dhikir sirr (suara hati), dhikir ruh (suara

roh/sikap dhikir), dhikir afirmasi, dan dhikir pernapasaan. Model dhikir

yang terakhir ini bermanfaat untuk proses penyembuhan penyakit

fisik.56

2. Do’a

Menurut Dadang Hawari, do’a adalah permohonan yang

dimunajatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha

Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun dan Maha Penyembuh.57

54
Sudirman Tebba, Meditasi Sufistik, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2004), 79.
55
Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengdepankan Islam Sebagai Inspirasi
Bukan Aspirasi, (Bandung: Mizan, 2006), 87-88.
56
Syukur, Sufi Healing, 4-5.
57
Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ksehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT. DANA
HAKTI PRIMA YASA, 2004), 117.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


37

3. Shalat

Menurut A. Hasan Ash-Shiddieqy (1983) bahwa prkataan shalat

dalam bahasa Arab berarti do’a memohon kebajikan dan pujian,

sedangkan secara hakekat mengandung pengertian “berhadap” hati

(jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta

menumbuhkan dalam jiwa rasa keagungan, kebesaran- Nya dan

kesempurnaan kekuasaan-Nya.58

4. Membaca s}ala>wat

S}ala>wat adalah bentuk pertalian kasih sayang kita kepada Nabi

Muhammad SAW, sekaligus ucapan terima kasih kita kepada beliau

atas jalan terang dari Allah SWT yang telah beliau tunjukkan. Jika kita

ber s}ala>wat kepada beliau, maka kita akan termasuk orang-orang yang

akan dido’akan dan dilindungi oleh beliau diakhir nanti. Dan hal inilah

yang sering disebut dengan syafa>’at yang artinya pertolongan. S}ala>wat

juga bisa diartikan sebagai bentuk dhikir dengan cara lain, yaitu dengan

jalan memohonkan ampun dan rahmat bagi Rasulullah SAW.59

5. Mendengarkan musik

Musik yang dimaksud dalam sufi healing ini ialah nada-nada

yang indah dalam rangka mengagungkan Allah SWT. Dalam hal ini,

bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, suara azan, dan dhikir jahr

dikategorikan sebagai terapi musik. Hal ini dijelaskan oleh Ahmad al-

58
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat Kajian Aspek-Aspek Psikologis Ibadah Shalat,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), 35.
59
Syukur, Sufi Healing, 35.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


38

Ghazali bahwa dengan mendengarkan musik (al-sama’) dapat

memberikan beberapa manfaat, diantaranya yaitu:60 pertama, dapat

menghilangkan sampah batin dan sekaligus dapat melahirkan dampak

penyaksian terhadap Allah di dalam hati. Kedua, dapat menguatkan hati

(qalb) dan cahaya rohani (sir). Ketiga, dapat melepaskan seorang sufi

dari berbagai urusan yang bersifat lahir serta membuat seorang sufi

cenderung untuk menerima cahaya dan rahasia-rahasia batin. Keempat,

mendengarkan musik dapat menggembirakan hati dan roh. Kelima,

mendengarkan musik dapat menyebabkan ekstasi dan tertarik kepada

Allah serta dapat menampakkan rahasia-rahasia ketuhanan.

Menurut Amin Syukur, selain dari kelima metode tersebut ada

pula amalan-amalan lain yang dijadikan sebagai metode sufi healing

seperti puasa dan olah spiritual yang dilakukan oleh para sufi dalam

maqa>mat dan ahwa>lnya. Menurut Abu Nasr ath-Thusi (w.378 H/988

M) dalam Huda menjelaskan bahwa maqa>mat ialah kedudukan seorang

hamba di hadapan Allah yang berhasil diperolehnya melalui ibadah,

perjuangan melawan hawa nafsu (jiha>d an-nafs), sebagai latihan

spiritual (riya>da} h), dan penghadapan segenap jiwa raga (intiqa>’) kepada

Allah.61 Menurut Al-Qusyairi, dalam bukunya “Ar-Risa>lah Al-

Qus}airiyyah” membagi tingkatan maqa>mat sebagai berikut: taubah,

muja>hadah, kha>lwah, uzlah, taqwa>, wara>’, zuhu>d, khauf, raja>’, qana>’ah,

60
Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh
Ahmad al-Ghazali, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), 95-97.
61
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah, (Yogyakarta: PT. LKIS
Pelangi Aksara, 2008), 58.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


39

tawaka>l, shuku>r, s}abr, mura>qabah, rid}a,> ikhla>s, dhikir, faqr, mahabbah,

dan shauq. Sedangkan menurut al-Ghazali merumuskan maqamat

sebagai berikut: taubah, s}abr, shuku>r, khauf, raja>’, tawaka>l, mahabbah,

rid}a,> ikhla>s, muha>sabah, dan mura>qabah.

Ahwa>l ialah bentuk jama dari Ha>l yang artinya keadaan mental

(mental states) yang dialami oleh para sufi di sela-sela perjalanan

spiritualnya. Ahwa>l merupakan anugerah dan rahmat dari Tuhan.

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa maqa>mat dapat diperoleh

melalui usaha manusia, sedangkan ahwa>l merupakan suatu anugerah

dan rahmat dari Allah SWT. Dalam hal ini, istilah-istilah dalam ahwal

ialah khauf (takut), raja>’ (optimis), shauq (rindu), dan uns (keakraban

atau keintiman), mahabbah (cinta), yaqi>n (percaya).62

Menurut kaum sufi dalam mencapai maqa>mat dapat ditempuh

melalui tiga fase kesufian diantaranya yaitu: pertama, fase takhalli> ialah

mengosongkan atau membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dari

maksiat lahir dan batin. Diantara sifat-sifat tercela yang dapat

mengotori jiwa (hati) manusia ialah hasad (dengki), hiqd (rasa

mendongkol), su>’uz}z}an (buruk sangka), takabbu>r (sombong), ‘uju>b

(membanggakan diri), riya>’ (pamer), bukhl (kikir), dan ghadab

(pemarah). Kedua, fase tahalli> ialah mengisi atau menghiasi diri dengan

sifat-sifat terpuji dengan taat lahir dan batin. Tahalli> juga membiasakan

diri untuk menghiasi dengan jalan yang membiasakan diri dengan sifat

62
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf Pengenalan,
Pemahaman, dan Pengaplikasiannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 58.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


40

dan sikap serta perbuatan yang baik. Usaha yang dapat dilakukan ialah

dengan melaksanakan shalat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya.

Ketiga, fase tajalli> ialah terungkapnya nur gaib untuk hati. Fase tajalli>

ini termasuk kesempurnaan kesucian jiwa. Menurut kaum sufi bahwa

kesempurnaan kesucian jiwa seseorang hanya dapat ditempuh dengan

satu jalan, yaitu dengan cinta kepada Allah dan memperdalam rasa

kecintaan kepada Allah.63

Selain daripada itu, Amin Syukur juga menjelaskan bahwa dari

macam-macam metode sufi healing tersebut yang menjadi metode

utama dalam sufi healing ialah dhikir, sebab dhikir merupakan landasan

awal dari setiap bentuk sufi healing.64

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa metode yang dapat gunakan dalam melakukan sufi healing

(pengobatan sufi) diantaranya yaitu: kosentrasi dan meditasi, do’a, dhikir,

kesadaran dan keawasan, keseimbangan resonansi magnetik, visualisasi,

dan ekspresi diri kreatif. Selain itu ada pula metode lain yang digunakan

dalam melakukan sufi healing yaitu metode dhikir, do’a, sholat, membaca

s}ala>wat dan mendengarkan musik, puasa, serta maqa>mat dan ahwa>l

sebagaimana yang telah diamalkan oleh para kaum sufi.

63
Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),66-71.
64
Syukur, Sufi Healing, 100.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


41

3. Fungsi Sufi healing

Berkaitan dengan fungsi dari sufi healing, Hamdani Bakhran

(mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama terapi sufistik diantaranya

yaitu:65

a. Fungsi Pemahaman (Understanding)

Memberikan pemahaman tentang manusia dan problematikanya

dalam kehidupan, serta bagaimana mencari solusi dan dan problematika

tersebut dengan baik, benar dan mulia, terlebih terhadap gangguan mental

kejiwaan, spiritual, dan moral serta problematikanya. Selain itu, juga

memberikan pemahaman bahwa ajaran Islam yang bersumber Al-Qur’an

dan As-Sunnah merupakan sumber yang paling benar dan suci untuk

menyelesaikan problem yang berkaitan dengan pribadi yang meliputi

hubungan manusia dengan tuhannya dan hubungan manusia dengan

lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya.

b. Fungsi Pengendalian (Control)

Mengarahkan potensi yang dapat membangkitkan aktivitas setiap

hamba Allah agar tetap terjaga dalam pengendalian dan pengawasan-Nya,

sehingga tidak akan keluar dari hal yang benar dan baik, serta hal yang

bermanfaat.

c. Fungsi Peramalan atau Analisis Kedepan (Prediction)

Sikap peramalan yang dimiliki oleh seseorang akan berpotensi

untuk melakukan analisis kedepan tentang segala peristiwa, kejadian dan

65
Adz-Dzaky, Konseling & Psikoterapi, 51-54.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


42

perkembangan. Dengan mengetahui sesuatu yang akan terjadi, seseorang

akan dapat mempersiapkan dirinya untuk melakukan tindakan antisipasi

terhadap peristiwa yang nantinya akan mendatangkan manfaat atau tidak,

baik atau tidak. Sehingga pada akhirnya, semua itu akan mendatangkan

hikmah dan kebaikan bagi kehidupan manusia.

d. Fungsi Pengembangan (Development)

Mengembangkan ilmu keislaman, khususnya tentang manusia dan

seluk-beluknya, baik yang berhubungan dengan problematika ketuhanan

menuju keinsanan, baik yang bersifat teoritis, aplikatif maupun empiris.

Bila seseorang mempelajari maupun mengaplikasikan ilmu ini, berarti

seseorang tersebut melakukan proses pengembangan eksistensi

keinsanannya menuju esensi yang sempurna.

e. Fungsi Pendidikan (Education)

Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan sumber daya manusia.

Sebagaimana allah mengutus nabi untuk memberikan pendidikan kepada

seluruh umatnya agar pandai, kritis, serta brilian. Sebab dengan potensi

tersebut, seseorang akan menjadi pribadi yang unggul dan sempurna (insan

kamil) di mata Tuhannya.

Disamping fungsi utama tersebut, ada pula terapi sufistik (sufi

healing) secara spesifik yaitu:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


43

a. Fungsi Pencegahan (Prevention)

Dengan mempelajari, memahami serta mengaplikasikan terapi

sufistik, seseorang akan terhindar dari hal-hal yang dapat membahayakan

diri, jiwa, mental, spiritual, atau moralnya.

b. Fungsi Penyembuhan

Terapi sufistik dapat membantu seseorang melakukan pengobatan

dan penyembuhan terhadap gangguan atau penyakit khususnya terhadap

gangguan mental spiritual dan kejiwaan. Yaitu melalui dhikir sebab

dengan dhikir hati dan jiwa seseorang menjadi terang dan damai. Dengan

berpuasa akal pikiran, hati nurani, jiwa dan moral akan menjadi bersih.

Dengan melaksanakan sholat dan membaca s}ala>wat akan menumbuhkan

spirit dan etos kerja yang suci dari gangguan setan.

c. Fungsi Penyucian dan Pembersihan (Sterilisasi atau Prefication)

Terapi sufistik merupakan suatu upaya untuk mesucikan diri dari

dosa dan kedurhakaan dengan penyucian najis (istinja’), penyucian yang

kotor (mandi), dan penyucian yang bersih (wud}u), penyucian yang suci

atau fitri (shalat taubat) dan penyucian Yang Maha Suci (dhikrullah).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum sufi

healing (terapi sufistik) memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu fungsi

pemahaman, fungsi pengendalian, fungsi peramalan atau analisis kedepan,

fungsi pengembangan dan fungsi pendidikan. Sedangkan secara khusus, sufi

healing memiliki tiga fungsi, yaitu, fungsi pencegahan, fungsi penyembuhan

dan fungsi penyucian atau pembersihan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


44

B. Meditasi

1. Pengertian Meditasi

Akar kata meditasi berasal dari bahasa Latin meditat, berinfleksi

menjadi meditasi, dari kata med yang berarti “pikiran” atau “perhatian”.

“Meditasi” didefinisikan oleh Webster’s New World Dictionary

sebagai:

a. Tindakan bermeditasi: pikiran yang terus mendalam.Refleksi yang

mendalam tentang

b. berbagai hal sebagai tindakan kebaktian keagamaan (ibadah).

“Bermeditasi” (Mediate) didefinisikan:

a. Oleh The Oxford Advanced Learnary sebagai: yaitu berpikir tentang;

mempertimbangkan; menggerakkan diri pada pikiran serius.

b. Oleh The Oxford Universal Dictionary On Historical Principles sebagai:

merenungkan tentang; mempelajari; mempertimbangkan dengan hati-hati;

meneliti dengan intens; memikirkan sampai berulang kali; merancang

secara mental; memikirkan; melatih pikiran (terutama untuk kebaktian

keagamaan) atau kontemplasi.66

Dalam kamus lengkap psikologi, meditasi (meditation) berarti suatu

upaya yang terus menerus pada kegiatan berpikir, biasanya semacam

kontemplasi (perenungan dan pertimbangan religius) dan meditasi juga berarti

refleksi mengenai hubungan antara orang yang tengah bersemedi(meditator)

66
Soraya Susan Behbehani, Ada Nabi Dalam Diri: Melesatkan Kecerdasan Bathin Lewat
Dhikir dan Meditasi, ter. Cecep Ramli Bihar Anwar, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2003), 25-26.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


45

dengan Tuhan.67 Sedangkan dalam agama meditasi berarti menggunakan

pikiran secara terus-menerus untuk merenungkan beberapa kebenaran, misteri

atau obyek penggormatan (ta’dzim) yang bersifat keagamaan, sebagai latihan

ibadah.68

Pengertian meditasi menurut Suryani adalah suatu proses yang

dilaksanakan secara sadar yang hasilnya tidak bisa dirasakan secara instan

karena memerlukan proses. Disiplin, kebutuhan untuk bermeditasi, dan

relaksasi adalah kunci keberhasilan merasakan manfaatnya dalam menjalani

keharmonisan hidup. Meditasi relaksasi merupakan sebuah proses yang

dilaksanakan secara sadar untuk memusatkan banyak titik perhatian kesatu titik

perhatian. Pada keadaan meditasi akan mencapai taraf keseimbangan di mana

dengan mengeluarkan seluruh energi tubuh seminim mungkin sehingga semua

sistem yang ada pada diri akan aktif bekerja secara maksimum. Ketika berada

dalam keadaan meditasi, akan tercapai trance, hening, suatu tingkat kesadaran

tinggi di mana seseorang akan mampu mengontrol emosi, maupun memahami

apa yang harus dilakukan dan mampu menguasai situasi yang ada dalam diri.

Pada keadaan itu, seseorang akan memunculkan kecerdasan emosional yang

dimiliki sehingga bisa terus mengembangkan tingkat pengalaman yang

diperoleh.69

Meditasi juga merupakan disiplin ilmu. Keberadaannya menciptakan

perubahan dalam seluruh lapisan yang ada dalam diri manusia, termasuk fisik,
67
Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, ter. Kartini-Kartono, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), 294.
68
Behbehani, Ada Nabi, 26.
69
Suryani. L K, Meditation and The Spiritual Dimension in Psyhoteraphy (Indonesia:
Jiwa Psychiat Quart Vol.29, 2004), 19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


46

mental, dan emosional. Meditasi juga mempunyai kekuatan untuk

menyadarkan keberadaan spiritual sebagai manusia ciptaan Tuhan yang paling

mulia. Meditasi membantu menemukan jati diri: Siapa aku, Seperti apa aku,

Apa yang dapat ku lakukan, dan Apa yang dapat kuraih. Keberadaannya

membawa pada suatu kondisi kesadaran diri yang tertinggi dalam sifat

manusia. 70

Meditasi bukan jalan menuju pencerahan, juga bukan metode

mencapai sesuatu sama sekali. Meditasi adalah kedamaian dan kesejahteraan

itu sendiri, meditasi adalah aktualisasi kebijaksanaan, kebenaran tertinggi dari

perpaduan segala hal.71

Meditasi adalah melatih diri sendiri untuk membawa perhatian total

yang sama, atau perhatian yang terfokus dengan tepat, pada segala sesuatu.72

Seperti penjelasan di atas bahwa meditasi mempunyai kekuatan untuk

menyadarkan keberadaan spiritual sebagai manusia ciptaan Tuhan yang paling

mulia, maka dalam hal ini al-Qur`an menyebutkan dalam firman-Nya:

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami

angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang

baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas

kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”73

70
Sri Haryanto S. Nugroho, Meditasi Bagi Para Eksekutif “Untuk Mencapai Sukses
dalam Karier dan Hidup” (M-KAM ”Manajemen Kesehatan Alami Mandiri”: 2009), 13.
71
Lama Surya Das, Awakening to The Sacred “Menggapai Kedalam Rohani dalam
Kegalauan Sehari-hari” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), 196.
72
Ibid., 215.
73
Al-Qur’an, 17:70, 394.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


47

Meditasi sama dengan perluasan kesadaran. Hasil akhir dari meditasi

adalah keseimbangan. Setelah mencapai keseimbangan diri, maka tidak gelisah

lagi, tidak khawatir lagi, tidak takut lagi, tidak cemas lagi. Dalam perjalanan

mencapai keseimbangan diri ini, ada beberapa hal tentang diri yang harus

diketahui, dan dipahami.74

Meditasi merupakan salah satu pendekatan psikologis yang berguna

untuk mengendalikan pikiran dan perasaan. Dengan latihan meditasi seseorang

dapat memecahkan masalah, mengendalikan pikiran dan melatih kosentrasi.

Meditasi memberi kesempatan untuk mengenal diri sendri dan mendapatkan

ketenangan hidup. Seseorang bisa mempertajam pandangan, analisis, dan

kecedarsan emosi melalui meditasi. Meditasi hanyalah sebuah media untuk

pencapaian spiritualitas, proses penyembuhan dan peningkatan kualitas hidup.

Dalam ajaran jawa meditasi lebih dikenal dengan sebutan samadhi

atau tapa brata atau tapa rasa sejati, yakni bersemedi untuk mencapai

keheningan batin (bening-beningenna kalbu)75, dahulu orang beranggapan

bahwa meditasi selalu beruhubungan dengan hal-hal mistis. Bahakan ada yang

selalu mengaitkan praktek meditasi dengan praktek-prektek perdukunan dan

klenik. Pemahaman seperti itu tidak lagi banyak dijumpai, tetapi masih ada dan

kemungkinan juga masih berkembang, istilah dan pengertian latihan meditasi

sekarang sudah di gunakan lebih luas, tanpa dikaitkan dengan masalah

keagamaan maupun dengan dunia paranormal.

74
Anand Krishna, Seni Memberdaya Diri “Meditasi & Reiki untuk Manajemen Stres &
Kesehatan Rohani dan Jasmani” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), 41.
75
Purwadi, Meditasi Jawa Kawruh satataning panembah menuju ketenangan jiwa dan
ketentraman hati, (Yogyakarta: gelombang pasang, 2006), 50.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


48

Pada dasarnya meditasi itu dimulai saat pikiran dan emosi telah

tenang. Suatu keadaan di mana kesadaran batin begitu intens, suatu keadaan di

mana perhatian seseorang tidak lagi terikat pada parade kehidupan yang

diwarnai masa lalu dan problema, melainkan sepenuhnya terikat pada

pengalaman suprasadar (superconscious experience). Meditasi juga bisa

didefinisikan sebagai latihan yang bertujuan untuk mencapai kesadaran

suprasadar.

Ada tiga tingkatan kesadaran.

a. Tidak hanya sadar (conscious).

b. Di bawah sadar (subconscious-yang telah diketahui banyak orang).

c. Suprasadar (superconscious-yang hanya dikenal oleh sedikit orang).76

Pikiran sadar adalah keadaan atau tingkatan normal kesadaran

seseorang. Keadaan itu hanya mewakili sebagaian kecil dari keseluruhan

kesadaran. Jauh di dalamnya terletak bagian yang paling besar disebut di

bawah sadar.

Sigmund Frued menjelaskan tingkatan bawah sadar merupakan

bagaian yang tersembunyi namun sangat dominan dengan jiwa manusia.

Pengalaman dari keadaan bawah sadar itu biasanya terjadi pada saat seseorang

tidur. Namun keadaan bawah sadar itu juga aktif selama seseorang dalam

keadaan sadar (bangun) yang ikut berpengaruh pada perilaku dan sikap dalam

menjalani kehidupan.77

76
J. Donald Walters, Meditation for starters meditasi untuk pemula, ter. Andre Wiriadi,
(Jakarta: PT Elex Media Koputindo, 2000), 13
77
Ibid., 14.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


49

Cara untuk menyesuaikan diri dengan keadaan suprasadar

kesadaaran (superconsciousness) adalah lewat meditasi. Sikap yang penting

dalam melakukan meditasi secara benar adalah menyimak. Berbeda antara do’a

dan meditasi bahwa saat berdo’a keadaan sedang mencurahkan isi hati atau

memohon kepada tuhan, sedangkan saat bermeditasi yang esensinya adalah

menyimak atau mendengarkan jawabanNYA.78

Pada umumnya, meditasi menyangkut pemusatan perhatian

(konsentrasi) pada suatu objek tertentu seperti: napas, visualisasi, kata-

kata/mantra, dan sebagainya untuk waktu yang lama, dengan harapan pada

akhirnya mencapai suatu tujuan yang dicita-citakan. Dengan demikian, sifat

umum dari kebanyakan jenis meditasi adalah suatu pencapaian, yang tentu saja

dipahami akan tercapai di masa depan.

2. Manfaat Meditasi

Telah dikatakan bahwa melakukan meditasi akan membuka dan

menjernihkan pikiran dan akhirnya akan mengantarkan meditator kepada

pencerahan (enlightenment). Semua keadaan itu diperoleh melalui suatu proses,

yaitu proses untuk masuk ke dalam diri sendiri. Itu sebabnya meditasi dapat

pula dikatakan sebagai suatu perjalanan dan penjelajahan ke dalam diri sendiri.

Suatu perjalanan yang tampaknya sangat dekat dan mudah, tetapi ternyata

merupakan perjalanan yang jauh dan sulit yang menuntut kerja keras dan

disiplin. Semuanya itu harus dilakukan dan dialami sendiri, tanpa pertolongan

dari pihak manapun juga. Tidak ada seorang pun yang dapat membantu kita

78
Ibid., 16.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


50

selain diri kita sendiri. Dalam meditasi peran seorang guru, kalau ada, hanya

sebatas memberikan petunjuk atau mengarahkan saja, selebihnya usaha murid

itu sendiri.

Dalam meditasi ternyata hukum sebab akibat juga berlaku. Kerja

keras yang diterapkan untuk mengatasi berbagai hambatan dan kesulitan akan

memberikan hasil yang tidak dapat dinilai dengan apa pun juga. Kebahagiaan

kebijaksanaan, kewaspadaan, kejernihan berfikir, kelemah-lembutan, cinta

kasih dan kedamaian baru merupakan sebagian kecil dari hasil yang dapat

dinikmati oleh meditator yang setia dan tekun bermeditasi. Walaupun demikian

bukan berarti setiap orang yang melakukan praktek meditasi akan langsung

menikmati hal indah tersebut. Segala sesuatu pasti melalui tahap-tahap

perkembangan.

Meditator dituntut pula untuk bersabar, tidak perlu tergesa-gesa.

Bagi mereka yang baru mulai dan baru menyentuh kulitnya saja, hasilnya tentu

masih terbatas. Yang pasti bahwa di dalam dirinya telah terjadi perubahan ke

arah yang lebih positif, mungkin sikap mental, tingkah laku, tutur kata,

pandangan, dan sebagainya. Keadaan ini akan terus bersemi dan berkembang

sejalan dengan kemajuan meditasinya. Satu hal yang perlu diperhatikan apabila

bermeditasi jangan sekali-kali mengharapkan hasil, tetapi lakukanlah saja

praktek meditasi sampai mencapai keadaan meditatif dan meditasi menjadi

jalan hidup.79

79
Soegoro, Meditasi Triloka, 35-36.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


51

Telah banyak para ahli melakukan penelitian mengenai fungsi dan

manfaat meditasi. Dr. Herbert Benson dan Dr. R. Keith Wallace. Mereka

mendapati bahwa meditasi transendental (transcendental meditation), yang

melibatkan perhatian pada mantra, bunyi atau suara dapat menurunkan

kecepatan denyut jantung, memperlambat kecepatan napas, menurunkan

konsumsi oksigen. Perubahan-perubahan ini disertai pula dengan perubahan

kadar hormon dan peningkatan gelombang alfa dalam cerebal cortex dan

restoratif ini sebagai wakeful hypometabolic state (keadaan terjaga

hipometabolik), yang oleh Benson diistilahkan dengan relaxation response

(respon relaksasi).80

Dalam keadaan meditasi, pikiran relaks dan kegiatan listrik di

cerebal cortex otak pindah dari irama kesadaran harian (irama beta). Ia

mengasumsikan irama baru yang dekat dengan keadaan tidur (irama delta) atau

keadaan antara tidur dan bangun, yang dikenal sebagai irama alpha.81 Ternyata,

pola gelombang otak sewaktu meditasi menunjukkan dua kondisi pikiran

secara bersamaan, yaitu kondisi kewaspadaan yang tinggi dan keadaan rileks.82

Proses tubuh yang berada dalam kendali sistem syaraf otonom, seperti

pernapasan dan detak jantung, menurun dengan cepat. Ini memungkinkan

kesadaran berpindah dari tingkat fisik ke tingkat yang lebih halus dan

80
Joan Borysenko dan Miroslau Borysenko, Kekuatan pikiran untuk Menyembuhkan, terj.
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2002), 173-174.
81
Jack Angelo, Tuntunan Langkah demi langkah untuk Mengalirkan Energi
Penyembuhan, terj. Clara Herlina, Kardjo, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003),
156.
82
Paul Wilson, Teknik Hening Meditasi tanpa Mistik, terj. G. Yeni Widjajanti S. Pd.,
(Jakarta: Erlangga, 2003), 18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


52

terhubung dengan kesadaran jiwa. Ini dialami sebagai keadaan bahagia oleh

kebanyakan meditator.

Selain manfaat fisiknya, meditasi dikenal efektif dalam melepaskan

stress dan sekarang merupakan unsur dalam program menejemen stress dan

relaksasi. Efek positif ini bekerja pada tingkat pikiran dan emosi untuk

melepaskan energi negatif dan energi tak diinginkan lainnya yang tersimpan.83

Fenomena hayati yang luar biasa tersebut hanya terjadi pada saat kita sedang

bermeditasi.

Fenomena ini juga turut menciptakan rasa damai yang agung,

harmoni, dan rasa bahagia selama menjalani meditasi. Lebih jauh lagi, keadaan

yang unik ini adalah lawan dari keadaan yang kita alami pada kondisi cemas

dan marah. Meditasi menghasilkan keadaan yang berlawanan dari kondisi yang

kita sebut sebagai sindrom “bertarung atau kabur”. Oleh karena itu pula,

meditasi tersebut merupakan serangan balik yang paling efektif untuk melawan

stress dan ketegangan.84 Bagi para ahli spiritual tujuan dari meditasi adalah

untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu banyak

manfaat yang diperoleh ketika melakukan meditasi baik sesara jasmani

maupun rohani.

C. Meditasi Vipassana

1. Biografi Mahasi Sayadaw

Mahasi Sayadaw dilahirkan pada tahun 1904 di Seikkhun, dan

meninggal dunia pada tanggal 14 agustus 1982. Seikkhun adalah sebuah desa

83
Angelo, Tuntunan Langkah, 156.
84
Wilson, Teknik Hening, 18-19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


53

besar, makmur dan indah yang terletak sekitar tujuh mil di sebelah barat kota

Shwebon di Burma bagian atas. Orangtunya bernama U Kan Tan dan Daw

Oke. Pada usia enam tahun, ia telah dikirim untuk menjalani pendidikan

monastik di bawah bimbingan U Adicca, bhikkhu85 kepala dari Vihara86

Pyinmana di Seikkhun.

Pada usia dua belas tahun beliau ditahbiskan sebagai biksu pemula

(Samanera) di bawah guru yang sama dan diberi nama Shin Sobhana (yang

berarti “berkah”). Nama ini sesuai dengan sifatnya yang pemberani dan

perilakunya yang terpuji. Ia terkenal sebagai murid yang cerdas khususnya

pada pelajaran kitab suci Buddha. Ia juga berguru pada Sayadaw U Parama

dari Vihara Thugyi-kyaung. Pada usia dua puluh tahun Beliau ditahbiskan

penuh menjadi bhikkhu pada 26 November 1923, di bawah bimbingan

Sumedha Sayadaw Ashin Nimmala. Dalam waktu singkat beliau menjadi

terkenal sebagai seorang ahli kitab suci Buddhist dan lima tahun setelah

penahbisan penuhnya, beliau mengajar sendiri kitab-kitab itu pada sebuah

vihara di Moulmein.87

Pada tahun ke delapan setelah penahbisannya, beliau meninggalkan

Moulmein untuk mencari metode yang jelas dan efektif dalam latihan meditasi.

Di Thaton, beliau menemui instruktur meditasi yang terkenal, Yang Mulia U

Narada, yang juga dikenal sebagai Mingun Jetawun Sayadaw. Beliau kemudian

menjalani latihan intensif di bawah bimbingan Sayadaw tersebut.

85
Bhikkhu dalam bahasa indonesia biksu yang artinya pendeta dari agama Buddha.
86
Vihara atau Wihara merupakan tempat ibadah agama Budhda juga bisa dinamakan kuil.
87
U Nyi Nyi, “Venerable Mahasi Sayadaw A Biographical Sketch”, terj.,
http://www.buddhanet.net/mahabio.htm//(Rabu, 05 Mei 2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


54

Pada tahun 1941, beliau kembali ke desa asalnya dan

memperkenalkan latihan sistematik meditasi Vipassanà di daerah itu. Banyak

orang, baik bhikkhu maupun umat awam, menjalani latihan tersebut dan

mendapatkan banyak manfaat berkat pengarahan-pengarahan yang

diberikannya secara saksama.

Pada tahun 1949, Perdana Menteri Burma, U Nu, dan Paduka U

Thwin, anggota-anggota eksekutif Buddha Sasananuggaha Association,

mengundang Y.M. Mahasi Sayadaw untuk memberikan pelatihan meditasi di

Rangoon. Beliau memenuhi permintaan itu dan kemudian bertempat tinggal di

Thathana Yeiktha Meditation Centre, di mana beliau terus memimpin pelatihan

intensif meditasi vipassana hingga wafatnya pada tahun 1982. Beliau dikenal

sebagai Mahasi Sayadaw. Mahasi berarti gentong besar, sebab Vihara dimana

Ia menetap di dalamnya terdapat gentong besar.

Di bawah bimbingannya, ribuan orang telah mendapat pelatihan di

Pusat Meditasi ini dan banyak pula yang telah mendapat manfaat dari metode

latihan meditasinya yang jelas melalui tulisan-tulisannya dan pengajaran

murid-muridnya. Lebih dari seratus cabang dari Pusat Meditasi Thathana

Yeiktha telah didirikan di Burma dan metodenya telah menyebar luas ke

negara-negara lain, Timur dan Barat.88

Mahasi Sayadaw juga memegang gelar kehormatan akademik

tertinggi Burma, Agga Mahàpanóita, yang dianugerahkan kepadanya pada

88
Mahasi Sayadaw, Satipatthana Vipassana Insight ThroughMindfulness, terj.
Dharmasurya Bhûmi Mahathera &Muljadi Nataprawira, (Kandy: Buddhist Publication
Society, 1990), 59.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


55

tahun 1952. Selama Konsili Buddhist Ke enam, yang diselenggarakan di

Rangoon dari tahun 1954 hingga 1956, beliau memikul tugas sebagai Penanya

(pucchaka), suatu peran yang pada Konsili Buddhist Pertama diemban oleh

Mahakassapa. Mahasi Sayadaw juga mengemban tugas sebagai anggota komisi

eksekutif yang bertanggung jawab, sebagai otoritas terakhir, atas kodifikasi

semua ayat yang disunting pada Konsili tersebut. 89

Keberadaan Mahasi Sayadaw sebagai Guru meditasi yang tersebar

ke seluruh penjuru negara Burma, sehingga para muridnya pun bertambah

banyak. Kemasyhuran dan pengaruh Mahasi Sayadaw juga sampai pada

negara-negara penganut agama Buddha aliran Theravada lainnya, seperti

Thailand, Sri Langka, Laos, Kamboja dan India. Oleh karenanya pusat-pusat

meditasi pun banyak berdiri di masing-masing negara tersebut. Pada

perkembangannya murid-murid yang datang pada Mahasi Sayadaw juga

berasal dari berbagai negara yang bukan dari aliran Theravada, seperti Jepang,

termasuk dari Indonesia, bahkan berasal dari negara-negara Eropa.

Beberapa karya tulis dari Mahasi Sayadaw di antaranya yang telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yaitu Manual of Vipassana Meditation,

Insight Through Mindfulness, Basic of Vipassana Meditation, Progress of

Insight.90

89
Ibid., 60.
90
www.Dhammadipa.com. Majalah Dawai, Venerable Mahasi Sayadaw Ashin Shobhana,
Edisi 46, (Februari-April 2007), 44.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


56

2. Teknik dan Orientasi Meditasi Vipassana

Menurut Mahasi Sayadaw meditasi adalah suatu keadaan pikiran

yang tenang dan hening.91 Meditasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu

bentuk latihan spiritual bagi umat Buddha yang dipandang sebagai satu-

satunya jalan paling efektif untuk mematikan nafsu keinginan (tanha) yang

menjadi sebab terjadinya penderitaan (dukkha). Oleh sebab itu, orientasi

meditasi diarahkan Mahasi Sayadaw pada tercapainya Nirwana (Nibbana)

yaitu sebuah kondisi batin atau pikiran yang telah terbebas dari kesengsaraan

hidup usia tua, badan berpenyakit, kematian dan terbebas dari kelahiran

(tumimbal-lahir).92

Teknik meditasi yang diajarkan oleh Mahasi Sayadaw yaitu meditasi

vipassana. Metode meditasi vipassana dengan pemusatan perhatian pada naik

turunnya rongga perut yang pertama kali dikenalkan oleh Mahasi Sayadaw.

Meditasi vipassana sebenarnya bukanlah metode meditasi yang baru, sebab

sebelumnya juga telah dipraktekkan bertahun-tahun oleh guru dari Mahasi

Sayadaw sendiri yaitu Mingun Jetavan Sayadaw. Metode tersebut juga tidak

bertentangan dengan sumber ajaran Buddha itu sendiri.93

a. Teknik Meditasi Vipassana

Meditasi vipassana adalah jenis meditasi yang bertujuan untuk

mendapat Pandangan-Terang. Metode dasarnya adalah pengamatan

91
Sayadaw, Satipatthana Vipassana, 2.
92
Mahasi Sayadaw, Purpose of Practising Kammattana Meditation (Perbedaan antara
Samatha dan Vipassana), terj. Selamet Rodjali, (Dhamma cita, 2001), 1.
93
U Nyi Nyi, “Mahasi Disciple and Meditator”, (Yangon: Buddhasasana Nuggaha
Association, 1978), 22-24.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


57

(perenungan) pada beberapa objek, disertai pencatatan dalam batin. Objek

pengamatan yang paling dasar adalah gerakan “timbul-tenggelam atau

kembang kempisnya” perut.94

Mahasi Sayadaw menjelaskan bahwa untuk seseorang yang akan

melatih vipassana hendaknya menunaikan beberapa syarat, baik secara

kasar maupun halus maupun mendalam, pengetahuan mengenai kesunyatan

makhluk hidup itu terdiri atas dua unsur utama, yakni bentuk lahir dan batin,

bahwa kedua bentuk tadi dirangkaikan berdasarkan sebab dan akibat dan

sebagaimana kedua unsur tadi selalu dalam keadaan berubah karenanya

keduanya itu adalah ketidak-kekalan (anicca), penderitaan (dukkha), dan

meniadakan diri (anatta).95

Kerangka latihan dasar vipassana-bhavana adalah satipathanna

yaitu latihan-latihan konsentrasi meliputi, posisi-posisi, pemahaman jernih,

dan unsur-unsur.96 Pelatihan satipathanna bertujuan untuk memperkuat

kesadaran dan konsentrasi.

Secara singkat, urain bentuk latihan dipaparkan sebagai berikut:

1. Posisi-posisi.

Bagi pemula, latihan dilakukan dengan duduk tegak dengan

kaki kiri di atas lantai dan kaki kanan membengkok di atasnya, dengan

lutut kanan di atas kaki kiri dan kaki kanan di atas lutut kiri (sikap

“pahlawan”) atau duduk dengan “postur menyenangkan” yaitu lutut

94
Sayadaw, Satipatthana Vipassana, 23.
95
Ibid., 57.
96
Mahasi Sayadaw, Meditasi Vipassana Tuntunan Praktik & RujukanTahap Pemurnian,
terj. Lim Eka Setiawan, (Yayasan Penerbit Karaniya, 2006) 108.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


58

kanan atau kedua kaki yang dilipat diletakkan rata di atas lantai. Tumit

kaki kiri diantara dua kaki, jari-jari diantara lutut kaki kanan yang

melipat, seakan-akan menjadi bingkai luar kaki kiri. Untuk selanjutnya

latihan dapat dilakukan dengan berbagai posisi tubuh yang dari awal

disadari, seperti duduk, berjalan, berbaring, tidur, bangun , mencuci dan

makan, dan lain-lain.97

2. Pemahaman jernih.

Siswa melakukan perenungan (pengamatan) terhadap proses-

proses tubuh dan batin/pikiran diri sendiri. Setelah mengalami langsung

dari perenungan atas tubuh dan pikirannya sendiri, barulah siswa

tersebut mengembangkan perenungannya pada proses-proses kehidupan

makhluk lain. Untuk pemula, diutamakan untuk merenungi proses-

proses tubuh/materi terlebih dahulu. Objek konsentrasi yang efektif

adalah pengamatan “timbul (mengembang) dan tenggelamnya

(mengempis)” perut, baik saat posisi duduk, berjalan, dan lain-lain.98

3. Unsur-unsur.

Didalam materi (tubuh) terdapat empat unsur yaitu tanah, air,

api, dan udara. Udara adalah unsur yang paling kentara dan lebih kasat

sehingga biasanya sering dipilih sebagai objek perenungan atau

pengamatan atas tubuh (materi) di awal pelatihan, hal tersebut dapat

97
Sayadaw, Satipatthana Vipassana, 42-48.
98
Mahasi Sayadaw, 40 Mata Pokok Mula Dasar dalam Meditasi Budhist, terj. M. U.
Panasiri, (Surabaya: Budist Publication Press, 1982), 27.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


59

diamati saat peristiwa kembang-kempisnya perut saat bernapas.99 Tanda

dari unsur udara yang dapat diamati adalah adanya “gerakan”, getaran,

dan tekanan.100

Pada prinsipnya, saat latihan paling mendasar dari vipassana

dilakukan, seorang siswa harus benar-benar paham tentang “pengetahuan

pembedaan materi dan mental” dengan mengalaminya secara langsung.

Berikut contohnya: “pada momen menghirup napas, hanya ada tindakan

timbul dari rongga perut dan mengetahui gerakan tersebut, tetapi tidak ada

diri di luar itu. Pada momen menghembus napas yang ada hanya gerakan

tenggelam dari rongga perut dan mengetahui gerakan tersebut, tetapi tidak

ada di luar itu”. Dengan memahami sedemikian itu dan melalui contoh-

contoh lainnya, ia mengetahui dan melihat sendiri dengan mencatat seperti

ini: “hanya ada pasangan tersebut, proses materi sebagai objek dan proses

mental yang mengetahui”.101

Jadi, yang dihasilkan pelatihan di atas adalah menguatnya

kesadaran dan konsentrasi seseorang dalam setiap gerakan atau serangkaian

kegiatan. Hal ini sangat membantu seseorang pada tahap latihan vipassana

selanjutnya.

Tahap latihan vipassana lanjutan adalah mengamati objek

meditasi apa pun baik yang ada di dalam diri maupun di luar, baik yang

kasat/bentuk (rupa seperti: duduk, jalan, berdiri, makan, dan lain-lain)

99
Ibid, 155.
100
Sayadaw, Satipatthana Vipassana, 24.
101
Sayadaw, Meditasi Vipassana, 110-111.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


60

maupun yang halus atau mental/pikiran (nama: seperti perasaan-perasaan

yang muncul saat melakukan gerakan (perasaan yang muncul saat berjalan

atau makan dicatat), objek cita-cita, sifat-sifat serakah, dan lain-lain),

dengan melalui enam pintu indera.102

Sensasi melalui pintu indera baik yang berupa sensasi yang kasar

maupun yang halus hendaknya selalu diberikaan “catatan” (pengamatan)

yang berkesinambungan dengan “mencatat” ciri-ciri khusus dan ciri-ciri

umumnya, kemudian menganalisisnya dengan tiga karakteristik eksistensi:

a. Kesementaraan atau “ketidakkekalan” (anicca),

b. Penderitaan (dukkha),

c. Tanpa-roh yang kekal / ketiadaan inti (anatta).

Ketika seorang siswa telah mendapat pemahaman mendalam dari

pengalamannya bahwa dalam kehidupan yang ada ini, segalanya

mengadung karakter kesementaraan, selalu berubah “tidak kekal”, penuh

penderitaan dan tidak memiliki inti, maka seiring waktu bersama dengan

berlanjutnya pelatihan yang demikian akan menghasilkan Pandangan-

Terang yang akan membawa pada pembebasan akhir (nibbana). Inilah

tujuan dari meditasi dalam agama Buddha.103

b. Isi atau Content Meditasi Vipasssana

Mahasi Sayadaw mengaitkan isi atau content meditasi vipassana

dengan ajaran Theravada mengenai pengetahuan tentang eksistensi dan

jalan pelepasannya diantaranya:

102
Sayadaw, 40 Mata, 30.
103
Sayadaw, Purpose of, 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


61

1. Pengetahuan dan perenungan tentang “ketidakkekalan” (anicca).

Setelah beberapa waktu melakukan latihan dengan cara yang diuraikan di

atas, seseorang mungkin mengalami kemajuan dalam konsentrasi. Ia

akan melihat bahwa pikiran tidak lagi mengembara tetapi tetap terpusat

pada objek konsentrasinya. Bersamaan dengan itu, daya pemerhatiannya

telah menguat secara berarti. Pada setiap saat pemerhatian, ia hanya

memerhatikan dua proses, yakni proses jasmani dan proses batin: suatu

himpunan rangkap dari objek (jasmani) dan keadaan mental (batin) yang

memerhatikan objek, yang muncul bersama-sama.

Selanjutnya, setelah beberapa waktu meneruskan latihan perenungan, ia

menyimak bahwa tidak ada sesuatu yang tetap permanen, tetapi justru

bahwa segala sesuatu dalam keadaan yang terus berubah. Hal-hal baru

muncul setiap saat. Setiap dari hal-hal itu diperhatikan ketika muncul.

Maka apa pun yang muncul serta merta lenyap dan serta merta pula hal

lain muncul, yang juga diperhatikan dan kemudian lenyap. Demikianlah

proses muncul dan lenyap berlangsung, yang secara jelas menunjukkan

bahwa tidak ada sesuatu pun yang kekal. Maka ia menyadari bahwa

“segala sesuatu tidak kekal” karena ia melihat bahwa mereka muncul dan

serta merta lenyap. Ini merupakan pengetahuan atas ketidakkekalan

(anicca).104

Mahasi Sayadaw menjelaskan bahwa sementara melakukan perenungan

dengan mencatat “timbul tenggelam” dan seterusnya, Yogi akan

104
Sayadaw, Satipatthana Vipassana, 17.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


62

memahami bahwa proses-proses ini timbul dan tenggelam satu demi satu

susul menyusul dengan cepat, begitu seterusnya sampai akhir pencatatan.

Kemudian seorang siswa meditasi mengetahui bahwa tidak ada yang

permanen.

2. Pengetahuan dan perenungan tentang “Penderitaan” (dukkha).

Kondisi yang selalu berubah dari segala sesuatu ini adalah

penderitaan dan tidak diinginkan. Berbagai perasaan sakit, tubuh dan

pikiran, ini merupakan semata-mata suatu timbunan penderitaan. Dari

sini didapatlah pengetahuan perenungan akan penderitaan. Ia lalu

menyadari juga bahwa “fenomena muncul dan lenyap tidak

dikehendaki.” Ini merupakan pengetahuan atas penderitaan (dukkha). Di

samping itu, orang biasanya banyak mengalami perasaan menyakitkan

pada tubuh, seperti keletihan, kepanasan, kesakitan, dan ketika

memerhatikan perasaan-perasaan ini, orang biasanya merasa bahwa

tubuh ini merupakan kumpulan penderitaan. Ini juga merupakan

pengetahuan atas penderitaan.105

3. Pengetahuan dan perenungan tentang “Tiada Inti / tanpa Roh (anatta).

Pada proses pencatatan unsur materi dan mental diketahui

bahwa keduanya muncul berdasarkan sifat dan pengkondisian masing-

masing. Sementara sedang sibuk dengan tindakan mencatat proses-proses

ini, seorang yogi atau siswa meditasi mulai memahami bahwa proses-

proses tersebut tidak dapat dikendalikan dan bahwa mereka bukanlah

105
Ibid., 18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


63

orang ataupun makhluk hidup ataupun diri. Sehingga didapatlah

pengetahuan perenungan akan tanpa-diri.106

Menurut Mahasi Sayadaw bahwa ketika seorang siswa meditasi

telah sepenuhnya mengembangkan pengetahuan ketidak-permanenan,

ketidak-memuaskan atau penderitaan, dan tanpa-diri atau tanpa roh, maka ia

akan meraih nibbana. Pengembangan pengetahuan tersebut akan dicapai

melalui pengalaman langsung secara pribadi, tentunya setelah melakukan

latihan perenungan yang sungguh-sungguh dan dengan keyakinan penuh.

Ketika nibbana dicapai maka mereka akan bebas dari pandangan

salah tentang diri dan dari keraguan spiritual, dan mereka tidak akan lagi

menjadi subjek dari lingkaran kelahiran di alam-alam menyedihkan seperti,

neraka, alam binatang dan alam ghaib.107

106
Sayadaw, Meditasi Vipassana, 60-61.
107
Ibid., 63.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB III

PERNAPASAN PENCAK SILAT PERSAUDARAAN SETIA

HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL DALAM PERSPEKTIF

SUFI HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW

Sebelum menjelaskan pernapasan pencak silat Persaudaraan Setia Hati

Terate UIN Sunan Ampel Surabaya, agar lebih mendapatkan gambaran

menyeluruh, maka penulis awali dengan bahasan sejarah pencak silat tersebut.

A. Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

1. Sejarah

Pada tahun 1903 Ki Ageng Soerodwiryo mendirikan Pencak Silat

Setia Hati. Sebelum disebut Setia Hati, Pencak Silat Setia Hati disebut "Djojo

Gendilo Tjipto Muljo" dan untuk ajaran kerohanian dan spiritual Setia Hati

disebut "Sedulur Tunggal Kecer" disingkat STK. Pada tahun 1917 Ki Ageng

Soerodwirjo pindah ke Madiun dan membangun dan mendirikan perguruan

silat bernama Persaudaraan Setia Hati di desa Winongo Madiun. Pada saat itu

Persaudaraan Setia Hati bukanlah/belum menjadi sebuah organisasi, karena

pada saat itu organisasi pencak silat tidak diizinkan oleh kolonialisme

Belanda. "Setia Hati" berarti Setia pada Hati (diri) sendiri.

Ki Ageng Soerodiwirjo lahir keluarga bangsawan di daerah Gresik

(versi lain di Madiun) Jawa Timur, Indonesia, pada akhir abad ke-19. Beliau

tinggal dan bekerja di berbagai lokasi di pulau Jawa dan Sumatera dan belajar

gaya pencak silat dari berbagai aliran. Di Sumatera juga belajar kerohanian

64

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


65

(kebatinan) pada seorang guru spiritual. Kombinasi ajaran spiritual

(kebatinan) dan gaya pencak silat yang terbaik dari berbagai aliran ini yang

menjadi dasar dari pencak silat Setia Hati. Ki Ageng Soerodwirjo meninggal

pada 10 November 1944 di Madiun.

Pada tahun 1922, Ki Hadjar Hardjo Oetomo (pahlawan perintis

kemerdekaan 1883-1952), salah satu kadang (anggota) Setia Hati, meminta

izin kepada gurunya yaitu Ki Ageng Soerodwirjo untuk mendirikan latihan

Setia Hati bagi generasi muda dan beliau diizinkan oleh Ki Ageng

Soerodiwirjo, tetapi harus dalam nama yang berbeda. Maka Ki Hadjar Hardjo

Oetomo mendirikan Setia Hati "Pemuda Sport Club"(SH PSC) yang

kemudian menjadi Persaudaraan Setia Hati "Pemuda Sport Club" yang berupa

sebuah Organisasi. Organisasi ini kemudian disebut Persaudaraan Setia Hati

Terate atau PSHT pada tahun 1948 dalam kongres pertama di Madiun.

Setelah Perang Dunia II, PSHT terus menyebar ke seluruh Indonesia. Seorang

tokoh penting di balik semakin populernya PSHT ini adalah Mas Irsjad

(1950-1974) yang merupakan siswa pertama Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Mas

Irsyad ini juga menciptakan 90 Senam Dasar (Basic Exercise), Jurus Belati

(Jurus dengan pisau), dan Jurus Toya (Jurus dengan panjang tongkat) yang

membedakan dengan Setia Hati di Winongo. Salah satu siswa Mas Irsjad

adalah Mas Imam Koesoepangat (1975-1987) pemimpin spiritual dari PSHT

yang turut berjasa membesarkan PSHT. Penggantinya, Mas Tarmadji Boedi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


66

Harsono(1988-2015), setelah Mas Tarmaji mwninggal ketua dewan pusat

organisasi PSHT dipimpin oleh Ir. H. Wiyono sekarang. 108

Para Pesilat yang ingin mengikuti latihan PSHT tidak ada batasan

atau kelas sosial. Anggotanya termuat dalam berbagai suku, agama, dan

bangsa yang berbeda-beda. Oleh karena itu sikap persaudaraan, toleransi dan

kekompakan dalam pencak silat ini sangatlah tinggi.

Pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate termasuk dalam

katagori IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Perkembangan PSHT meluas

ke seluruh wilayah Indonesia tidak hanya di dalam negeri, tapi merambah ke

luar negeri. Tercatat ada 5 komisariat luar negeri yang berhasil dikukuhkan

yaitu, komisariat PSHT Bintulu, Serawak, Malaysia, Holland/Belanda, Timor

Loro Sae, Hongkong dan Moskow.109

2. Tujuan

Tujuan organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate

adalah mendidik atau mencetak manusia khususnya anggota PSHT agar

berbudi luhur tahu benar dan salah serta ikut memayu hayuning bawono

(menjaga kelestarian hidup alam sekitar dan menjaga perdamaian dunia) dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengajarkan kesetiaan pada hati

sanubari sendiri serta mengutamakan persaudaraan antar warga (anggota).110

108
Hasil wawancara dengan Nuri Mahfudin, Surabaya, pada tanggal 16 April 2016.
109
H. Tarmaji Boedi Harsono, Guru Sejati Bunga Rampai Telaah Ajaran SETIA HATI,
(Madiun: Tabloid Lawu Pos, 2008), 10.
110
Hasil Wawancara dengan Abdurrahman hakim, Surabaya, pada tanggal 04 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


67

3. Lima Aspek Dasar

a. Persaudaraan

Menurut Mas Hakim, aspek persaudaraan dalam PSHT

merupakan aspek inti dari organisasi tersebut. Persaudaraan dalam PSHT

adalah persaudaraan yang utuh, saling menyayangi, saling menghormati,

dan bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak memandang perbedaan

latar belakang dan status sosial, dengan penekanan bahwa jalinan

persaudaraan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku

ditengah-tengah masyarakat.

Konsep persaudaraan ini menujukan hubungan yang tidak

dibatasi oleh latar belakang apapun, karena secara kodrati manusia

diciptakan sebagai mahluk sosial yang memiliki perbedaan, sehingga

PSHT sendiri tidak menggunakan nama perguruan melainkan nama

Persaudaraan, agar terciptanya hubungan batin atau jalinan rasa saling

mengasihi antara warga PSHT maupun anggota.

Persaudaraan mempunyai arti Persahabatan yang sangat karib

seperti layaknya saudara, pertalian persahabatan layaknya pertalian

saudara. Di dalam Organisasi PSHT, bila ada anak/orang dewasa

mengikuti latihan (mendapatkan ajaran dari PSHT mereka disatukan

perasaan senasib yang layaknya saudara) sehingga timbul rasa bila ada

yang sakit maka yang lain akan merasakan sakit juga. Oleh karena itu,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


68

organisasi PSHT mengutamakan hubungan antar sesama yang tumbuh

dari hati yang tulus, ikhlas, dan bersih.111

b. Olahraga

Suatu olahraga bisa dikategorikan sebagai aspek dalam pencak

silat PSHT harus memenuhi beberapa unsur yaitu: sukarela, rekreasi,

latihan, prestasi dan sportif.112 Unsur sukarela dapat ditemui pada saat

seseorang yang hendak bergabung dengan organisasi pencak silat PSHT

tersebut. Mereka yang akan bergabung selalu ditanyai kesanggupannya

dalam mengikuti latihan. Tidak pernah ada paksaan dalam mengikuti

latihan pencak silat. Penggolongan keanggotaan dalam pencak silat

PSHT pun tidak pernah dilakukan. Sehingga mereka mengikuti pencak

silat PSHT atas dasar sukarela.

Terdapat dua pengertian dari unsur rekreasi. Pengertian

pertama adalah demi kesenangan sedangkan pengertian kedua untuk

pemulihan kesegaran jasmani dan rohani.113 Dalam latihan pencak silat

PSHT, ada unsur kesenangan yang dapat diperhatikan pada saat Pesilat

melakukan latihan mereka tidak menghiraukan keadaan cuaca. Hujan,

panas, dan segala macam cuaca ditempuh untuk melakukan latihan

karena mereka menikmati latihannya. Belum lagi bila Pesilat sedang

berlatih tanding dengan iringan musik khas pencak silat. Keadaan ini

merupakan rekreasi yang sangat intensif. Keringat mengucur deras,

111
Ibid.
112
Hasil Wawancara dengan Ubaid Aisyul Hana, Surabaya, pada tanggal 27 April 2016.
113
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


69

sehingga metabolisme dapat berjalan lancar. Bila sudah demikian maka

unsur kesenangan akan terpadu dengan unsur pemulihan kesegaran

jasmani dan rohani.114

Dalam pencak silat PSHT, unsur latihan merupakan keharusan

dan kewajiban Pesilat yang didorong oleh rasa tanggung jawab untuk

mengembangkan fungsi-fungsi positif pencak silat. Latihan dalam

pengertian ini bukan hanya pada saat kita ingin, tetapi harus rutin. Hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan daya reflek seorang Pesilat. Dengan

latihan teratur, seorang Pesilat akan lebih mudah melatih daya refleknya.

Secara ringkas, pencak silat mendorong seorang Pesilat untuk melatih

psikomotoriknya, agar gerakannya menjadi benar dan efektif.

Setelah menjalani latihan, tentu saja penguasaan Pesilat dalam

gerakan akan meningkat. Unsur peningkatan prestasi ini merupakan hal

yang penting bagi Pesilat, agar ia dapat mengukur kemampuannya yang

dihasilkan dari ketekunan berlatih. Seorang Pesilat pemula misalnya,

perlu diberi gerakan-gerakan dasar. Setelah semua itu dikuasai, pelatih

dapat memberikan teknik atau jurus yang lebih sulit. Unsur prestasi

terlihat jelas pada pencak silat dalam tingkatan atau perjenjangan selalu

dilakukan. Sabuk sebagai suatu simbol sangat bermanfaat untuk

membedakan tingkata itu. Ujian-ujian kenaikan tingkat pun merupakan

tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh kesempatan berlatih ke

jenjang yang lebih tinggi.

114
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


70

Dalam pencak silat PSHT, selalu diajarkan nilai-nilai kesatria.

Pembelaan pada kebenaran dan memberi pelajaran pada yang berbuat

salah menjadi faktor utama. Hal ini tercermin dalam latihan-latihan yang

dilakukan oleh Pesilat. Dalam latih tanding maupun pertandingan

digelanggang, unsur sportivitas dijunjung tinggi. Oleh karena itu, untuk

mencapai suatu tujuan, tidak dihalalkan segala cara. Pesilat dengan

kepribadian tinggi dan hati suci murni adalah Pesilat yang dapat

dijadikan panutan. Sifat jujur, sederhana, tertib, suka menolong, bersedia

mengakui kekurangan, kesalahan dan kekurangan adalah landasan utama

ke arah pembentukan rasa sportif.

c. Beladiri

Sebagai beladiri khas Indonesia, suatu organisasi pencak silat

PSHT memiliki beberapa ciri umum dan ciri khusus. Ciri umum pencak

silat itu diantaranya, dapat menggunakan seluruh bagian tubuh dan

anggota badan. Jadi dari ujung rambut hingga ujung kaki dapat

digunakan sebagai alat membela diri. Ciri lainnya adalah dapat dilakukan

dengan tangan kosong atau dengan senjata. Prinsipnya, pencak silat tidak

memerlukan senjata tertentu. Semua benda dapat dijadikan senjata.

Saputangan, tas, payung, batu, pasir, dan semua yang ada disekitar

Pesilat adalah senjata.115

115
Hasil wawancara dengan Mas Reza, Surabaya, pada tanggal 07 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


71

Adapun ciri-ciri khusus pencak silat PSHT ada lima.116

Pertama, memiliki sikap tenang dan lemas (rileks) seperti kucing, tetapi

tetap waspada. Kedua, mempergunakan kelenturan, kelincahan,

kecepatan saat menentukan sasaran yang tepat dengan gerak reflek untuk

mengatasi lawan. Ketiga, mempertimbangkan prinsip berat badan,

gerakan-gerakan Pesilat harus berdasarkan permainan posisi dengan

perubahan-perubahan pemindahan titik berat badan. Keempat,

memanfaatkan setiap serangan dan gerak lawan. Sedangkan ciri yang

terakhir adalah mengeluarkan tenaga sendiri sesedikit mungkin, sehingga

dapat menghemat dan menyimpan tenaga.

Pada pokoknya, aspek beladiri pada pencak silat PSHT bukan

untuk mengalahkan lawan tetapi lebih pada soal menguasainya. Seorang

Pesilat yang menguasai ilmu pencak silat harus memiliki iman yang

tangguh. Sebab, seseorang yang menguasai ilmu pencak silat ibarat orang

yang membawa senjata api. Ia berada dipersimpangan. Bila imannya

kokoh, maka ia dapat mempergunakan ilmunya untuk kebaikan. Namun,

bila imannya lemah, bukan tak mungkin ilmu pencak silatnya dijadikan

alat untuk melakukan kejahatan. Oleh karena itu aspek beladiri tidak

boleh terlepas dari aspek-aspek lainnya.117

d. Seni

Pencak silat adalah salah satu jenis olah raga beladiri yang

memiliki aspek seni. Hal ini dapat dilihat dari gerakan-gerakannya yang

116
Ibid.
117
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


72

juga memunculkan unsur keindahan. Gerakan-gerakan pencak silat

PSHT atau dari aliran manapun selalu bersifat halus, lemas dan lentuk.

Kalaupun ada unsur kekerasan itu hanya sesaat dengan tenaga yang

dahsyat. Selain itu pencak silat PSHT memiliki kaidah-kaidah pencak

silat yang juga memelihara unsur seni seperti dalam pertandingan

kategori seni TGR (tunggal, ganda, regu).118

Dalam pencak silat pasti ada istilah kembangan. Istilah itu

merujuk pada gerakan-gerakan tambahan yang mengandung unsur

keindahan, sebelum atau sesudah melakukan gerakan . jadi, kembangan

sebenarnya hanya digunakan sebagai gerakan pendukung, saat mendekati

atau menjahui lawan, menyerang atau menangkis. Gerakan kembangan

bisa dilakukan dengan sangat efektif untuk mendukung gerakan utama.

Namun, bisa menjadi gerakan mubadzir bila penguasaan tekniknya

rendah. Itulah pencak silat suatu beladiri yang memiliki unsur seni yang

tinggi.119

Untuk mengembangkan aspek seni dalam pencak silat PSHT

diperlukan mengetahui unsur komposisi koreografi dasar, atau unsur

gerak tubuh, yaitu ruang, tenaga, dan waktu. Aspek dasar yang

dibutuhkan untuk mengamati gerak tubuh yang berhubungan dengan

faktor ruang adalah arah, level, perluasan, dan garis. Arah menunjuk

pada gerakan tubuh seperti ke depan, belakang, atas, bawah dan

sebagainya. Level menunjukkan letak tubuh terhadap lantai yakni jauh

118
Hasil wawancara dengan Mas Ucup, Surabaya, pada tanggal 15 April 2016.
119
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


73

(tinggi) atau dekat (rendah). Sementara perluasan menunjuk pada cara

tubuh tersebut bergerak, yakni menjauh menjadi besar atau mendekat

menjadi kecil. Lalu garis melihat paduan anggota tubuh, yaitu membuat

sosok garis misalnya lurus atau melengkung.

Dalam mengamati faktor waktu yang perlu diperhatikan adalah

cepat dan lambatnya gerakan. Disamping dibutuhkan ruang dan waktu

untuk memungkinkan adanya gerak, dibutuhkan tenaga. Beberapa

elemen dasar yang berhubungan dengan penggunaan tenaga dalam

melakukan gerakan adalah intensitas, tekanan, dan kualitas. Penggunaan

besar kecilnya tenaga jika dikombinasikan dengan penggunaan waktu

dapat menghasilkan berbagai macam kesan, pelan lembut bertenaga,

cepat kuat bertenaga, cepat lembut tanpa tenaga.120 Adapun efek dari

kekuatan dalam menghasilkan gerak disebut dinamika. Dalam hal

dinamika, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana gerakan tersebut

dilakukan. Yang menarik adalah penggunaan dinamika yang berganti-

ganti daripada yang hanya pasa satu jenis dinamika.

Dalam pencak silat PSHT ada berbagai macam seni. Mulai dari

seni tunggal, seni ganda, dan seni regu. Seni tunggal dilakukan oelh satu

orang dengan menggunakan senjata atau tangan kosong. Seni ganda

dilakukan oleh dua orang yang mengkombinasikan gerak tangkis-serang,

tangkapan-bantingan dan sebagainnya. Sedangkan seni regu dilakukan

oleh tiga orang dengan perpaduan gerakan yang indah dan sama. Dari

120
Hasil wawancara dengan Ubaid Aisyul Hana, Surabaya, pada tanggal 27 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


74

kesemua seni tersebut di dalamnya pasti menggunakan senjata. Diantara

senjata yang digunakan adalah golok, trisula, toyak, belati dan sabit.

e. Pembinaan Mental Spiritual (Kerohanian)

Pembinaan mental spiritual dalam pencak silat PSHT tidak

dapat ditunjukkan secara eksplisit. Namun, tanpa mental spritual, sebuah

olahraga beladiri tidak dapat disebut sebagai pencak silat. Hal ini sesuai

dengan pengertian pencak silat itu sendiri. Pencak silat adalah budaya

bangsa Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi dan

integritas terhadap lingkungan hidup dan alam sekitar agar terwujud

keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Dari pengertian itu dapat disimpulkan bahwa apapun

yang dilakukan dalam kaitannya dengan pencak silat harus bertujuan

untuk meningkatkan iman dan taqwa.

Pada hakikatnya, tujuan pencak silat PSHT hanyalah alat agar

langkah Pesilat semakin mantab dan supaya keyakinan diri pribadi kuat.

Sementara langkah Pesilat tertuju pada keimanan dan ketaqwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Aspek pembinaan mental spiritual dalam PSHT

dipraktekkan pada latihan pernapasan yang bercirikan halus (meditasi

yang dikonsentrasikan pada pengaturan napas). Jenis meditasi tersebut

diajarkan di semua perguruan pencak silat sebagai latihan tenaga dalam,

namun dalam PSHT meditasi pernapasan dipraktekkan untuk mengenal

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


75

diri dan mendidik jiwa agar menjadi makhluk Tuhan yang mengenal

Tuhannya.121

4. Profil UKM Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan

Ampel Surabaya

a. Lokasi

UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) pencak silat Persaudaraan

Setia Hati Terate, merupakan sarana berolahraga dan latihan bela diri.

UKM pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate adalah organisasi intra

kampus UIN Sunan Ampel Surabaya yang berlokasi di JL. A. Yani 117,

Surabaya 60237, Jawa Timur. Sedangkan basecamp UKM pencak silat

PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya berlokasi di Margorejo Sawah No.

50E, Surabaya 60237, Jawa Timur.

b. Sejarah

Pencak Silat PSHT berkembang pesat di Perguruan Tinggi di

Surabaya seperti UNAIR, UNESA, UWK, UPN, ITS, ITAQU, UNIPA,

ITATS, dan UWP. Hal ini berkat kepedulian dan tanggung jawab dari

warga PSHT yang belajar di suatu Perguruan Tinggi dan bekerja sama

dengan pengurus PSHT cabang kota Surabaya.

Begitu juga di UIN Sunan Ampel Surabaya perkembangannya

dimulai pada tahun 1995 sudah bertempat di UIN Sunan Ampel Surabaya

yang dulunya IAIN Sunan Ampel Surabaya yang hanya terdaftar pada

PSHT cabang Surabaya. Saat itu belum masuk ke dalam UKM (unit

121
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


76

kegiatan mahasiswa) yang sekedar bertempat untuk latihan saja di

lapangan IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tetapi yang ikut latihan pencak

silat rata-rata kebanyakan dari kalangan mahasiswa IAIN Sunan Ampel

meskipun ada yang sebagaian siswa PSHT yang dari luar.

Pada tahun 2005 mahasiswa yang mempelopori masuknya

PSHT ke dalam kampus bernama mas Shomad asli Magetan yang

mengajak para Warga122 (anggota PSHT) lainnya yang kuliah di IAIN

waktu itu untuk mengajukan dan meminta tempat kepada pihak rektorat

agar pencak silat PSHT masuk dalam wilayah UKM. Dari semangat para

warga PSHT dan perjuangan mereka, pada akhirnya pencak silat PSHT

masuk ke dalam jajaran UKM tetapi masih dalam naungan UKOR (unit

kegiatan olahraga).

Satu tahun kemudian pencak silat PSHT IAIN Sunan Ampel

pada waktu itu ingin berdiri sendiri sebagai UKM tanpa dalam naungan

UKOR. Dengan persetujuan rektor pada akhirnya mereka berhasil dan

UKM ini dinamakan UKM Pencak Silat IAIN Sunan Ampel yang di

dalamnya terdapat organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Dan

organisasi PSHT tetap berjaya sebagai UKM Pencak Silat UINSA hingga

saat ini.123

122
Warga dalam PSHT bisa disebut juga pelatih PSHT yang sudah diwisuda / disahkan
resmi oleh para tetua PSHT khususnya tingkat 2 di Bulan Muharram (suro),dengan
mengikuti syarat dan ketentuan yang bedasarkan adat istiadat PSHT. Hasil wawancara
dengan M. Fahmi Zakky, Surabaya, pada tanggal 11 April 2016.
123
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


77

c. Agenda

Dalam sebuah organisasi tentunya ada kegiatan-kegiatan yang

aktif berjalan agar sebuah organisasi tetap hidup dan berkembang. UKM

Pencak Silat PSHT UINSA membagi kegiatan tersebut menjadi dua

bagian, yaitu agenda jangka pendek dan agenda jangka panjang.124

1. Agenda jangka pendek

Agenda ini meliputi latihan sehari-hari yang dilakukan pada

hari senin-kamis, untuk latihan resmi dilaksanakan pada malam hari

yaitu hari selasa dan kamis. Untuk hari senin dan rabu siswa

melakukan latihan yang bisa dikatakan tidak resmi karena mereka

hanya latihan teknik (atlet), pendalaman gerakan, dan mengupas

ulang materi-materi yang diajarkan dalam latihan resmi.

Latihan model yang kedua ini dulu sebelum tahun 2016

dilakukan pada sore hari, tetapi periode 2016 latihan tersebut

dilakukan pada malam hari dan bertmpat di depan gedung SAC.

Begitu juga rapat koordinasi dilakukan tiap bulan yang masuk dalam

katagori jangka pendek yang dilaksanakan di basecamp UKM

pecnak silat PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Agenda jangka panjang (program tahunan) meliputi:

a. Oscaar (orientasi cinta akademik dan almamater)

Agenda oscaar atau ospek merupakan agenda rutinan

yang wajib dilaksanakan saat mahasiswa baru yang pertama kali

124
Hasil wawancara dengan Mas Hasan, Surabaya, pada tanggal 02 Mei 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


78

masuk di UINSA. Dalam agenda ospek tersebut, UKM PSHT

UINSA menampilkan beberapa atraksi pencak silatnya,

diantaranya yaitu gerakan seni tunggal, seni ganda, dan

pemukulan benda keras (es batu, batu bata, besi, dan lain-lain).

Agenda ini bertujuan untuk menunjukan bahwa pencak

silat adalah budaya khas bangsa Indonesia, jadi sebagai anak

bangsa Indonesia kita wajib melestarikannya.

b. Latam (latihan alam)

latam biasanya bertempat di wilayah luar kota Surabaya

yaitu di tempat-tempat yang dingin (di alam yang terbuka)

seperti di pegunungan, bumi perkemahan, biasanya agenda

latam ini dilaksanakan di Trawas, Pacet, Prigen dan wilayah-

wilayah pegunungan yang lain. Latam berlangsung selama 3

hari. Para siswa dididik untuk mengenal alam lebih mendalam

dan mereka diuji secara mental serta fisik dalam agenda latam

tersebut.

c. Wisuda siswa PSHT (pengesahan)

Pengesahan ini dilaksanakan pada bulan Suro

(Muharram), agenda pengesahan merupakan sebuah agenda

rutinan dalam PSHT yang diatur oleh pusat PSHT. Jadi, UKM

PSHT dalam agenda pengesahan mengikuti aturan PSHT cabang

Surabaya dibawah naungan PSHT pusat. Mereka (siswa PSHT)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


79

akan dilantik menjadi anggota resmi PSHT dengan ritual khusus

ala PSHT.

Para siswa yang lulus dalam pengesahan bisa disebut

anggota PSHT (warga), selanjutnya mereka bisa disebut juga

pelatih dan bisa melatih siswa PSHT yang lainnya untuk

mengamalkan ilmu yang mereka dapatkan saat lattihan dulu.

d. Pertandingan

Agenda pertandingan ini sudah menjadi agenda rutinan

tahunan, biasanya UKM PSHT mengirimkan atlet pencak silat

dalam beberapa kategori, ada kategori laga (one by one), ada

juga kategori seni. Agenda pertandingan ini termasuk kegiatan

yang sangat penting di mana para siswa PSHT digembleng tuk

menjadi Pesilat yang berprestasi.

Agenda ini bertujuan untuk mendidik atlet agar

bermental juara dan memajukan UKM PSHT UINSA dalam

bidang prestasi. Menurut pelatih atlet PSHT UINSA, dalam

setiap event pertandingan, mereka selalu mendapatkan tropi,

meskipun belum pernah menjadi juara umum.

e. Seminar/bedah buku

Agenda ini bertujuan untuk mengembangkan potensi

akademik dari para mahasiswa umumnya dan khususnya untuk

para Pesilat maupun anggota UKM PSHT UIN Sunan Ampel

dan bertujuan untuk tukar pendapat antara Pesilat maupun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


80

mahasiswa. Diantara buku yang pernah dibedah yaitu Guru

Sejati karangan ketua pusat PSHT mas Tarmaji.

f. Rapat Musang (musyawarah cabang)

Rapat musang adalah agenda akhir tahun yang berisikan

laporan-laporan akhir tahun dan pemilihan ketua baru. Biasanya

agenda ini dilakukan diluar kota surabaya seperti agenda latam.

g. Raker (rapat kerja)

Rapat kerja merupakan agenda penting yang dilakukan

setiap tahun. Dalam agenda ini para pengurus UKM pencak silat

PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya beserta anggotanya

berkumpul untuk merencanakan program yang akan dijalankan

kepengurusan dalam setahun kedepan.125

B. Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel

Surabaya

Pernapasan dalam PSHT merupakan ajaran inti dari organisasi pencak

silat PSHT. Pernapasan ini termasuk aspek spritual pencak silat PSHT. Ajaran

tersebut berhubungan dengan pengembangan tenaga dalam, pengolahan napas,

sebagai mediator antara diri pribadi seorang Pesilat dengan Tuhannya dan

pengembangan ilmu kebatinan (kerohanian) Pesilat PSHT.

Metode pernapasan meliputi tiga proses yaitu, menarik (menghirup)

napas, menahan napas, dan (mengeluarkan (menghembuskan) napas.126

125
Ibid.
126
Hasil wawancara dengan Mas Ilham, Surabaya, pada tanggal 08 Mei 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


81

1. Jenis Pernapasan

UKM PSHT UINSA Surabaya membagi pernapasan dalam dua

macam yaitu pernapasan kasar dan pernapasan halus.127

a. Pernapasan Kasar

Pernapasan ini merupakan pernapasan dasar yang diajarkan

kepada semua siswa PSHT UIN Sunan Ampel yang mengikuti latihan.

Pernapasan kasar ini berguna untuk membentuk otot pada anggota tubuh,

serta menambah stamina fisik Pesilat. Olah atur pernapasan ini

dititikberatkan pada dua tempat yaitu dada dan perut. Proses pernapasan

kasar sebagai berikut:

1. Pernapasan dada

Pernapasan dada yang bersifat kasar ini bertujuan untuk

membentuk otot pada dada dengan cara menarik napas melalui

hidung ditahan di rongga dada yang mengembang/naik. Posisi perut

tetap rata, sehingga udara tidak terlalu banyak masuk ke perut.

Tahan sekuat mungkin, semakin lama semakin bagus, namun yang

terpenting adalah disesuaikan dengan kesanggupan masing-masing,

jika sudah terasa nyaman pertahankan kondisi ini beberapa saat

lamanya. Lalu hembuskan lagi secara halus. Jika ini dilakukan maka

dada ikut mengempis. Konsentrasi dipusatkan pada perhatian pikiran

ke dada.

127
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


82

2. Pernapasan perut

Pernapasan perut yang bersifat kasar bertujuan untuk

membentuk otot perut sehingga perut mengeras dan berotot

(sixpack). Cara melakukan pernapasan perut model kasar ini dengan

tiga tahapan tempat yaitu pembentukan otot perut atas, tengah, dan

bawah.

Pertama, pembentukan otot perut bagaian atas, dilakukan

dengan cara menghirup udara melalui hidung yang langsung

“dikirim” ke perut bagaian atas secara perlahan dan ditahan hingga

perut mengeras. Posisi dalam pernapasan ini dengan cara seperti shit

up: posisi terlentang, menekuk setengah lutut, posisi kedua tangan

dibelakang kepala dan badan diangkat sampai lurus kemudian

ditahan sekuat napas terus badan diturunkan. Tarikan napas

bersamaan dengan diangkatnya badan sampai posisi badan lurus

kemudian napas ditahan sampai badan diturunkan kembali. Setelah

posisi turun, napas dilepaskan.

Kedua, pembentukan otot perut bagian tengah, prosesnya

hampir sama dengan pembentukan otot perut bagian atas, tetapi

ruang tahan napasnya yang dipusatkan (ditahan keras) di perut

bagian tengah, dan posisi terlentang, kedua tangan di belakang

kepala dan kedua kaki lurus dan mengunci. Setelah itu badan

(kepala) dan kedua kaki diangkat secara bersamaan posisi seperti

setengah lingkaran sambil menarik napas kemudian napas ditahan di

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


83

perut bagian tengah sampai mengeras. Kemudian badan dan kaki

diturunkan bersamaan dengan melepaskan napas melalui hidung.

Ketiga, pembentukan otot perut bagian bawah, pernapasan

ini dilakukan cukup dengan posisi terlentang, kedua kaki lurus dan

mengunci lalu diangkat sampai posisi kaki lurus (siku) bersama

dengan menghirup/menarik napas, napas ditahan dipusatkan pada

perut bagian bawah hingga sekuat menahannya. Lalu kedua kaki

diturunkan bersama napas dikeluarkan.

Proses pernapasan kasar ini dilakukan berkali-kali agar

otot dan stamina Pesilat menjadi kuat dan tahan banting. Mas Ubaid

juga menjelaskan bahwa pernapasan kasar baik perut maupun dada,

ini biasanya dikembangkan lagi hingga ke dalam pernapasan untuk

pemukulan benda keras seperti, es batu, batu bada, besi dan lain-lain.

Dengan cara kolaborasi pernapasan dengan kekuatan anggota badan

yang lain (kepala, tangan, kaki).128

b. Pernapasan Halus

Pernapasan halus merupakan metode meditasi yang sentral

bagi seorang Pesilat PSHT. Pernapasan halus ini hanya diajarkan pada

siswa yang akan disahkan menjadi anggota PSHT. Karena pernapasan ini

menuntun diri seorang Pesilat untuk menjadi diri yang tenang tanpa ada

ketakutan dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun serta menjadi

128
Hasil Wawancara dengan Mas Ubaid, Surabaya, pada tanggal 27 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


84

mediasi Pesilat untuk mengenal hakikat diri pribadi sebagai makhluk

ciptaan Tuhan.

Pernapasan halus bertujuan untuk mengolah jiwa para Pesilat

agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. Dalam melatih

Pernapasan halus tersebut, kondisi dan suasana harus berada dalam

keadaan hening dan tenang serta napas yang teratur sehingga membuat

kondisi tubuh menjadi lebih rileks dan segar kembali. Mas Ubaid

menjelaskan bahwa dalam mengatur napas (menarik dan mengeluarkan

napas) seolah-olah kita tidak bernapas karena fokus utama dalam

pernapasan halus tertuju pada pengaturan napas secara lembut dan

halus.129

Pernapasan halus membantu seorang Pesilat untuk

menenangkan pikiran dan pernapasan halus ini dapat dijadikan alat untuk

menghipnotis diri seperti sebelum bertanding dalam kejuaraan, mereka

mengawalinya dengan melakukan meditasi pernapasan halus dan

meyakini bahwa dalam bertanding pasti menang dan mendapatkan juara.

Mas ubaid menyatakan bahwa meditasi pernapasan halus juga

merupakan mediasi Pesilat untuk berelasi dengan Tuhan. Proses

pelaksanaannnya sama seperti melakukan ibadah seperti shalat, dhikir,

dan ibadah lainnya. Dalam mengatur napas serta pikiran tenang,

seseorang menuju satu titik konsentrasi akan lebih mudah dan titik

konsentrasi itu dipusatkan pada dzikrullah (mengingat Allah).

129
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


85

Tata cara pernapasan halus.

a. Posisi.

Dalam mempraktikkan pernapasan halus posisi tidak

menentukan berhasil atau tidaknya dalam melatih pernapasan

tersebut. Ada beberapa tahapan siswa PSHT UIN Sunan Ampel

Surabaya dalam melakukan pernapasan ini, langkah pertama yaitu

dengan posisi berdiri, kemudian langkah kedua adalah kuda-kuda

dan langkah yang ketiga yaitu terlentang kemudian duduk bersila.130

Pertama, Posisi berdiri seperti posisi sikap dan mata

terpejam sambil menarik napas sehalus mungkin lalu dihembuskan

sehalus mungkin. Dalam posisi berdiri napas tidak ditahan karena

pernapasan halus dalam posisi tersebut bertujuan untuk

menenangkan napas, pikiran serta membuang keletihan setelah

latihan fisik yang berat.

Kedua, Posisi kuda-kuda pelaksanaannya pada dasarnya

sama dengan posisi berdiri, tetapi napas ditahan di dada atau di

perut. Ini merupakan pernapasan penyatuan jiwa seorang Pesilat

dengan alam.

Posisi yang ketiga adalah tidur terlentang, dalam posisi

terlentang mata terpejam, semua anggota tubuh rileks dan tenang.

Menarik napas sehalus-halusnya kemudian di tahan di dada lalu

diturunkan tahan di perut kemudian kembali ke dada setelah itu di

130
Hasil wawancara dengan Mas Fahmi, Surabaya, pada tanggal 11 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


86

lepaskan. Ini merupakan jenis pernapasan kubus (segitiga). Posisi ini

melambangkan sikap pasrah seorang Pesilat kepada Tuhannya.

Pesilat PSHT yang melakukan model pernapasan dengan posisi

terlentang boleh dikatakan sebagai pendalaman pernapasan tingkat

tinggi karena pernapasan dengan posisi terlentang ini badan di

hadapkan ke atas langit dan seluruh tubuh menempel ke bumi

menandakan bahwa seorang Pesilat menyatu dengan Ibu Pertiwi

(Bumi) dan menghadap ke bapa angkasa (langit) „Arsy Tuhan.131

Posisi duduk bersila, posisi ini seperti keadaan orang yang

sedang berdhikir. Posisi mata terpejam tangan berada di atas lutut

dan jari tengah bersentuhan dengan ibu jari dengan menghadap ke

atas. Posisi duduk bersila ini menjadi posisi yang mudah dilakukan

dimanapun dan kapanpun. Penempatan napas dalam posisi ini sama

dengan posisi terlentang (pernapasan segitiga).132

b. Konsentrasi.

Konsentrasi dalam pernapasan halus mempunyai banyak

macam. Mas Hakim mengatakan bahwa konsentrasi pada saat

melakukan pernapasan fokus pada tarikan napas, menahan napas,

hitungan napas, dan mengeluarkan napas.133 Sedangkan Mas Fahmi

menjelaskan bahwa seorang Pesilat yang sudah senior, mereka

mengembangkan pernapasan halus tersebut dengan cara melatih

131
Ibid.
132
Hasil wawancara Mas Hasan, Surabaya, pada tanggal 02 Mei 2016.
133
Hasil wawancara dengan Mas Hakim, Surabaya, pada tanggal 04 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


87

tingkat konsentrasi. Mereka menfokuskan konsentrasi pada detak

jantung agar mencapai ketenangan hati dan pikiran. Kemudian

hitungan napasnya diganti dengan bacaan-bacaan yang religius

seperti kalimat toyyibah, dhikir, dan sholawat.

Pernapasan halus dengan kondisi yang tenang dan rileks

merupakan media seorang Pesilat untuk meningkatkan tingkat

kedekatannya dengan Tuhan seorang Pesilat agar bisa mengenal

Sang Pencipta lebih dalam. Sehingga seorang Pesilat tidak juga

mendapatkan ilmu bela diri saja tetapi ada hal-hal lain yang

membuat jiwa Pesilat menjadi bersih (mengenal diri sejati) dan

mengenal Sang Pencipta.

Dari pengembangan pernapasan halus model yang biasa

kemudian para Pesilat PSHT melakukan pernapasan dengan

diniatkan untuk mengingat Allah, mujahadah, mencurahkan isi hati,

dan lainnya. Seorang Pesilat yang telah mencapai tingkatan tersebut

akan mendekati tingkatan raga sukma: Terpisahnya raga dari tubuh

karena pikiran dan hati dipasrahkan kepada Allah.134

c. Hitungan

Hitungan dalam melakukan pernapasan merupakan sebuah

tingkatan seorang Pesilat dalam mencapai kualitas pernapasannya.

Hitungan dimulai dari dua, empat, enam, dan seterusnya yang

134
Istilah raga sukma tersebut dalam ilmu tasawuf dikenal dengan Ittihad, dalam Budha
dinamakan nibbana (nirwana), dalam Hindu disebut yoga (penyatuan), dalam Kristen
unifikasi. Hasil wawancara dengan Mas Fahmi, Surabaya, pada tanggal 11 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


88

penting genap. Proses di mulai hitungan pada tahapan menahan

napas di dada dan perut. Jika hitungannya melebihi empat, maka bisa

dikatakan seorang Pesilat itu mencapai pernapasan yang baik.135

Semakin lama dalam pernapasan (satu tarikan napas, tahan, dan

lepas) maka semakin baik kualitas pernapasan Pesilat.

Anggota Pesilat yang senoir telah mengembangkan

hitungan pernapasan menggantinya dengan berdhikir. Mereka tetap

konsisten dalam mengatur napas dan menekankan dhzikir-nya pada

hitungan yang bersamaan dengan denyut detak jantung.136

2. Manfaat Pernapasan

a. Pernapasan Kasar

Beberapa manfaat dari pernapasan kasar diantaranya:137

1. Menambah stamina Pesilat.

2. Menjaga kesehatan jasmani.

3. Membentuk otot pada anggota bagian tubuh.

4. Menjaga kestabilan fisik.

5. Melatih ilmu tenaga dalam.

b. Pernapasan Halus

Beberapa manfaat dari pernapasan halus diantaranya:138

1. Menenangkan pikiran, hati, dan meredakan perasaan-perasaan yang

buruk.

135
Ibid.
136
Hasil wawancara dengan Mas Ubaid, Surabaya, pada tanggal 27 April 2016.
137
Ibid.
138
Hasil wawancara dengan Mas Fahmi, Surabaya, pada tanggal 11 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


89

2. Menambah kepekaan seorang Pesilat dengan alam sekitar.

3. Membangkitkan kesadaran Pesilat sebagai ciptaan Tuhan.

4. Untuk pernapasan halus yang dikolaborasikan dengan dhikir, seorang

Pesilat akan lebih dekat dengan Allah, dan membersihkan penyakit-

penyakit hati, mengendalikan hawa nafsu.

3. Waktu dan Tempat Pernapasan

Agar memperoleh hasil yang baik dalam melakukan pernapasan

tempat dan waktu harus tepat. Diantara waktu dan tempat dalam melakukan

pernapasan kasar dan halus sebagai berikut:

a. Pernapasan Kasar

Pernapasan kasar bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja,

karena pernapasan kasar tersebut bertujuan membentuk otot serta

menambah stamina seorang Pesilat. Ada waktu yang baik dalam

melakukan pernapasan kasar yaitu pada jam 09.00-11.00 dan 13.00-

15.00, waktu tersebut merupakan waktu yang efektif untuk pembakaran

lemak dan pembentukan otot tubuh.139

b. Pernapasan Halus

Pernapasan halus merupakan pernapasan yang bersifat khusus.

Waktu dan tempat ditentukan secara disiplin. Waktu yang baik

melakukan pernapasan halus tersebut dimulai jam 01.00 dini hari sampai

menjelang subuh. Waktu tersebut merupakan waktu istirahat manusia pd

umumnya dan situasi kondisi pada saat itu sangat tenang, damai, dan

139
Hasil wawancara dengan Mas Reza, Surabaya, pada tanggal 07 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


90

bebas dari keramaian. Tempat melakukan pernapasan halus yaitu

dilakukan di ruangan khusus atau di alam terbuka yang tiada orang lain

disekelilingnya karena pernapasan halus tersebut mengambil semua hawa

positif yang ada disekitarnya.140

C. Pernapasan dalam Perspektif Sufi Healing

Dalam Persaudaraan Setia Hati Terate pernapasan (meditasi) erat

hubungannya dengan pengobatan dan dimensi spiritual. Melihat anggota Pesilat

PSHT yang kesemuanya beragama Islam, jadi pernapasan tersebut dijadikan

sebagai cara yang mudah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai

penyembuhan fisik maupun batin. Metode sufi healing merupakan kegiatan

spiritualitas yang dikategorikan sebagai praktek meditasi yang memiliki esensi

dan tujuan yang sama dengan pernapasan PSHT.

Pernapasan (meditasi) merupakan ajaran khas yang dipraktekkan di

semua perguruan atau organisasi pencak silat di Indonesia. Pernapasan dalam

Persaudaraan Setia Hati Terate mempunyai ciri yang khusus dari pernapasan

(meditasi) organisasi pencak silat lainnya. Ini terlihat pada beberapa unsur yaitu

pusat perhatian (konsentrasi), tata cara latihan, dan substansi pernapasan tersebut.

Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate dalam perspektif sufi

healing baik itu pernapasan kasar maupun halus memiliki hubungan yang erat

dalam aspek psikologis, fisiologis, dan spiritual (religius) Diantaranya:141

140
Ibid .
141
Hasil wawancara dengan Mas Hakim, Surabaya, pada tanggal 04 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


91

1. Konsentrasi

Konsentrasi merupakan tahapan yang penting dalam melakukan

pernapasan baik kasar maupun halus. Konsentrasi yang terdapat pada

pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate termuat dalam beberapa tahapan

untuk meningkatkan kualitas pernapasan Pesilat. Sufi healing menerapkan

konsentrasi untuk menenangkan pikiran dan hati sebagai langkah awal untuk

pengobatan sufistik.

Keterkaitan antara konsentrasi dalam pernapasan dan sufi healing ada

pada proses dhikir. Berdhikir mempunyai efek yang positif bagi pikiran dan

hati untuk menenangkan pikiran. Jika pikiran dan hati tenang maka suatu

penyakit fisik maupun psikis akan lebih mudah diobati misalnya, stres,

kecemasan, dan emosi.

Hubungan pernapasan (meditasi) dengan sufi healing itu sangat erat

sekali karena kalau hanya melaksanakan pernapasan (meditasi) saja mungkin

badan atau jasmani yang menjadi kuat tetapi di satu sisi jika hanya

melaksanakan perbuatan tersebut tanpa mengingat Allah sebagai yang

menciptakan dunia dan seisinya karena rahmat-Nya sehingga efek yang

diperoleh tidak menyeluruh atau kurang baik

2. Pengolahan Napas

Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate dan sufi healing

menerapkan pengaturan napas untuk menjaga keseimbangan daya tahan

tubuh. Metode pengaturan napas dalam sufi healing menjadikan olah napas

sebagai tanggung jawab terhadap penyampaian sifat-sifat Tuhan dari jantung

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


92

ke berbagai pusat pikiran, tubuh dan jiwa. Dengan pengaturan dan

pengolahan napas Pesilat akan lebih dalam memahami hakekat manusia yang

benar-benar hidup. Manusia sebagai ciptaan (makhluq) Allah.

3. Kewaspadaan Diri terhadap Penyakit

Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate mempunyai manfaat yang

banyak salah satunya mengetahui temperatur kondisi tubuh. Dengan

pernapasan Pesilat Persaudaraan Setia Hati Terate akan menjaga stamina fisik

dengan cara pernapasan kasar dan kebutuhan batin. Mas Hasan mengatakan

bahwa makanan merupakan kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohaninya

yaitu pengolahan napas yang teratur sehingga dengan menstabilkan keduanya

Pesilat Persaudaraan Setia Hati Terate bisa merasakan kondisi tubuh sebelum

datangnya penyakit. 142

4. Relaksasi

Relaksasi merupakan salah satu bentuk terapi. Jenis terapi ini

diberikan kepada Pesilat yang mudah disugesti (suggestible). Dengan terapi

sugesti ini Pesilat dilatih untuk melakukan relaksasi (mind and body

relaxation).

Respon relakasasi terjadi melalui penurunan yang bermakna dari

kebutuhan oksigen oleh tubuh. Tubuh menjadi relaks karena ia bekerja

ringan. Metabolismenya semakin berkurang, pertukaran komponen-

komponen “kehidupan” berlangsung dalam suasana tanpa keterpaksaan. Ini

reaksi normal sebagaimana adanya respons fight or flight (melawan atau lari)

142
Hasil wawancara Mas Hasan, Surabaya, pada tanggal 02 Mei 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


93

dalam tubuh manusia yang menjadi pemicu stres. Ketika tubuh bereaksi

(dalam bentuk relaksasi itu), otak menampakkan gelombang alfa. Ini artinya,

otak dalam keadaan jernih, relaks, tetapi siaga untuk melakukan sesuatu. Sufi

healing menerapkan meditasi atau duduk tafakkur adalah cara yang dapat

membangkitkan respon relaksasi.

5. Mura>qabah

Pada aspek muraqa>bah (mendekatkan diri dengan Tuhan) terdapat

juga dalam pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate dan sufi healing.

Persaudaraan Setia Hati Terate dalam melakukan pernapasan selalu dalam

keadaan suci (mempunyai wud}u) dan mengawalinya dengan berdo’a agar

mendapat lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa dan mendapatkan hasil yang

memuaskan dalam melatih pernapasan. Pernapasan Persaudaraan Setia Hati

Terate dalam dimensi spiritual menekankan pada pengenalan diri (jatidiri)

dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

D. Pernapasan dalam Perspektif Meditasi Mahasi Sayadaw

Pernapasan sebagai pelatihan mental secara teoritik terdiri dari berbagai

teknik konsentrasi, kontemplasi, dan abstraksi. Orientasi pernapasan secara umum

adalah untuk mendapatkan ketenangan pikiran, jiwa , dan hati.143

1. Teknik Meditasi

Meditasi PSHT secara teknis dan praktis terdapat dalam serangkaian

kegiatan olah napas yang dilakukan dengan berbagai posisi. Meditasi PSHT

UIN Sunan Ampel juga merupakan kegiatan pengembangan latihan tenaga

143
Hasil wawancara dengan Mas Ubaid, Surabaya, pada tanggal 27 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


94

dalam, penenangan pikiran dan sebagai langkah awal untuk melaksanakan

kegiatan spiritual.144

Pesilat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel

menjadikan pernapasan sebagai alternatif olahraga untuk mengatasi kecemasan

atau putus asa serta memperoleh kebugaran tubuh dan sebagai bagian dari gaya

hidup sehat. Para Pesilat melatih pernapasan guna untuk menjaga stamina,

menetralkan pikiran, dan mengatur daya tahan tubuh. Pernapasan tergolong

sebagai teknik konsentrasi adalah bentuk latihan konsentrasi yang berfokus

kepada olah atur napas dan hitungan

Pernapasan dalam pandangan meditasi Mahasi Sayadaw yaitu

meditasi vipassana yang terletak pada pelatihan yang bersifat jasmaniah,

seperti “kembang-kempisnya” perut saat bernapas, Yaitu yang ada hanya

“gerakan perut mengembang-mengempis” sebagai materi, dan proses

mengetahui gerakan itu, sebagai mental. Latihan berlanjut, dengan disertai

pencatatan sederhana. Pencatatan bukan berbentuk tulis, tetapi di batin. Setelah

melakukan teknik konsentrasi maka masuklah Pesilat tersebut pada teknik

konsentrasi vipassana yang mengandung unsur kontemplasi dan abstraksi.

Prinsip dasar vipassana mengamati objek meditasi apa pun selaras

dengan pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate, baik yang ada didalam diri

maupun di luar, baik yang kasat, berbentuk (rupa), seperti duduk, jalan,

berdiri, makan, dan lain-lain, maupun yang bersifat halus atau mental, pikiran

144
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


95

(nama) seperti perasaan-perasaan yang muncul saat melakukan gerakan

(perasaan yang muncul saat berjalan atau makan dicatat), atau objek cita-cita,

sifat-sifat serakah, dan lain-lain. Setiap objek meditasi tersebut di atas akan

ditangkap oleh salah satu dari enam pintu indera, diamati dari materi dan

mentalnya, dilakukan pencatatan dalam batin secara berkesinambungan,

dengan menganalis berdasar tiga karakteristik eksistensi kehidupan:

kesementaraan atau “tidak kekal” (anicca), penderitaan (dukkha), dan tanpa-

roh yang kekal (anatta).

Ketika seorang Pesilat telah mendapat pemahaman mendalam dari

pengalamannya bahwa dalam kehidupan yang ada ini, segalanya mengadung

karakter kesementaraan dalam vipassana selalu berubah “tidak kekal”, penuh

penderitaan, dan tidak memiliki inti, maka seiring waktu bersama dengan

berlanjutnya pelatihan yang demikian akan menghasilkan ketajaman hati

(menemukan jatidiri) istilah dalam meditasi Mahasi Sayadawa dalah

Pandangan-Terang yang akan membawa pada pembebasan akhir (nibbana).145

2. Isi Meditasi (content)

Isi dari meditasi PSHT meliputi olah napas yang bersifat kasar

maupun halus dengan karakteristik konsentrasi, pengaturan napas, dan

peningkatan pada aspek spiritualitas (kerohanian). Kesemuannya itu

merupakan nilai-nilai yang harus diinternalisasikan pada diri Pesilat sebelum

dan saat bermeditasi, yang kemudian diwujudkan dalam sikap serta perbuatan

amal yang lebih nyata. Seorang siswa Pesilat yang secara sungguh

145
Hasil wawancara Mas Hasan, Surabaya, pada tanggal 02 Mei 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


96

mengamalkan nilai-nilai tersebut maka semakin cepat pula proses ia dalam

mencapai wushul (keterhubungan) dengan Tuhan (Realitas Mutlak).

Sebaliknya, ketika seorang siswa Pesilat melakukan berbagai macam teknik

konsentrasi dalam pernapasan, namun tidak menyertakan nilai, sikap, dan

perilaku seperti di atas dan masih saja melanggar aturan berbudi luhur yang

menjadikan hati si Pesilat kotor, maka meditasinya akan “hambar” atau

gagal.146

Dalam meditasi vipassana, mengaitkan isi atau content meditasi

dengan tiga corak karekteristik eksistensi sesuatu dan jalan pelepasannya: (1)

Pengetahuan dan perenungan tentang “ketidak-permanenan” (anicca), (2)

Pengetahuan dan perenungan tentang “Penderitaan” (dukkha), (3) Pengetahuan

dan perenungan tentang “Tiada Inti (anatta). Secara ringkas diterangkan oleh

Mahasi bahwa kasunyatan makhluk hidup itu memiliki dua unsur yakni bentuk

dan batin, bahwa kedua bentuk tersebut dirangkai berdasar sebab dan akibat,

dan sebagaimana kedua unsur tadi selalu dalam keadaan berubah, karena itu

keduanya adalah tidak-kekal (anicca), dan perubahan terus menerus tersebut

adalah penderitaan dan tanpa-Roh atau tanpa inti (anatta).147

Kehidupan ini dicengkram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha

(penderitaan), dan anatta (tanpa aku yang kekal). Vipassana dapat menuju ke

arah pembersihan batin, pembebasan sempurna, dan pencapaian nibbana. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa vipassana bertujuan untuk mencapai kebahagiaan.

Dengan pandangan terang, seseorang dapat melenyapkan semua kekotoran

146
Hasil wawancara dengan Mas Hakim, Surabaya, pada tanggal 04 April 2016.
147
Sayadaw, 40 Mata, 22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


97

batinnya dan bebas dari kotoran batin. Kebebasan dari kotoran batin ini yang

disebut mencapai penerangan agung, mencapai kesucian batin atau nibbana.

Jadi, lebih jauh vipassana bertujuan untuk mencapai pandanga terang, sehingga

orang akan mampu melihat kehidupan ini sebagaimana adanya, ia akan bisa

menerima adanya perubahan, melihat adanya anicca, dukkha, dan anatta.

Tujuan tertinggi dari vipassana adalah tercapainya kebahagiaan tertinggi

(nibbana) yang menjadi tujuan utama umat Buddha. Dengan bekal

pengetahuan tentang kasunyataan makhluk hidup, maka seorang siswa meditasi

pernapasan maupun teknik vipassana pada saat mana ia sedang mengamati

objek di hadapannya maka dengan segera pula ia berkontemplasi dan

melakukan abstraksi sehingga seiring waktu ia menjadi terlatih, berwawasan

luas, dan akan mendapat Pandangan-Terang.148

148
Hasil wawancara dengan Mas Fahmi, Surabaya, pada tanggal 11 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB IV

PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN TITKSENTUH

Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw terhadap Pernapasan

Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel

Pernapasan merupakan sebuah ajaran yang sentral dalam setiap

perguruan pencak silat yang memiliki fungsi seperti yang telah dipaparkan pada

Bab sebelumnya. Di dalam ajaran pernapasan PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya

memiliki karateristik yang berbeda dengan pernapasan yang diajarkan dalam

perguruan pencak silat lainnya. Pernapasan dalam penelitian ini ditinjau dari

beberapa aspek yaitu pengobatan yang bersifat psikologis, fisik, dan batin.

Untuk dapat melihat lebih jauh tentang ajaran pernapasan berikut

peneliti akan membandingkan konsep sufi healing dan meditasi vipassana

terhadap pernapasan PSHT UIN Sunan Ampel secara keseluruhan penulis akan

mencoba menganalisisnya melalui Bab ini.

A. Persamaan

Metode sufi healing dan meditasi vipassana terhadap pernapasan

Persaudaraan Setia Hati Terate terdapat beberapa unsur persamaan diantaranya:

1. Konsentrasi

Metode sufi healing dan meditasi Mahasi Sayadaw dalam teknik

pelaksanaannya sama-sama mempunyai unsur konsentrasi. Meskipun dalam

sufi healing dan meditasi Mahasi Sayadaw objek dalam konsentrasi berbeda

tetapi unsur konsentrasi sangat diperlukan dalam melakukan kedua metode

tersebut.

98

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


99

Objek adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam shalat,

dhikir, atau meditasi. Jika tidak ada objek sama sekali maka pikiran manusia

akan mengembara kemana-mana. Perintah agama untuk dhikir, kontemplasi,

perenungan, meditasi, semedi atau apapun namanya adalah untuk

menghilangkan kotoran memori yang ada di dalam diri manusia. Lalu jiwa

diisi dengan energi positif yang berupa do’a dan lain-lainnya, sehingga hidup

terasa tenang.

Setiap pelaku pernapasan (meditasi) membutuhkan objek di dalam

mengarahkan pikiran atau jiwanya. Pada saat jiwa diarahkan terhadap sesuatu,

jiwa pergi meninggalkan tubuh sehingga kesadarannya dengan leluasa

berubah menjadi terasa di puncak ketinggian. Dengan demikian, jiwa menjadi

pengendali atas dirinya.149

Melihat anggota pesilat PSHT yang kesemuanya beragama Islam, jadi

pernapasan tersebut dijadikan sebagai cara yang mudah untuk mendekatkan

diri kepada Allah (mura>qabah). Jika diidentifikasi, maka metode sufi healing

dapat dikategorikan sebagai praktek pengobatan sufistik yang memiliki esensi

dan tujuan yang sama dengan pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN

Sunan Ampel. Konsentrasi sufi healing terpusatkan pada dhikir (mengingat

Allah).

Sufi healing menjadikan shalat sebagai salah satu metode pengobatan,

yang mana di dalam shalat tersebut harus dilakukan dengan penuh ketenangan

dan konsentrasi agar mudah berkomunikasi dengan Allah. Tujuan utama

149
Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Al-Adzkar, terj. Zeid Husein
Alhamid, (Bandung: Syirkah, 2005), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


100

shalat adalah berdhikir kepada Allah. Karena shalat hakekatnya adalah dhikir,

sebagaimana firman Allah dalam surat Thaha ayat 14:

          

“Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)

selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat

aku.”150

Agar dhikir tersebut bermakna, maka hati harus bisa menghadirkan

Allah dalam setiap kalimat atau gerakan-gerakan shalat yang sedang dijalani.

Objek di dalam shalat adalah membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan

mengingat Allah. Objek di dalam dhikir adalah membaca kalimat. Thayyibah

baik secara lisan maupun di dalam hati. Termasuk objek di dalam dhikir juga

meditasi adalah memperhatikan keluar masuknya napas.

Baik organisasi PSHT maupun Vipassana memiliki kesamaan

pandangan bahwa Guru meditasi berperan penting atas tepat atau tidak

tepatnya satu teknik latihan meditasi bagi siswa. Dengan kemampuan mata-

batin dan keterampilan yang telah teruji seorang Guru dapat melihat masa lalu

kehidupan siswa dan diketahui teknik konsetrasi mana yang tepat untuk si

siswa. Sehingga diharapkan proses latihan berjalan secara efektif.

Menurut Subandi bahwa meditasi bukan suatu kemampuan kognitif,

melainkan suatu ketrampilan (skill) maka seseorang yang akan memberikan

150
Al-Qur’an, 20:14.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


101

pelatihan meditasi sudah semestinya ia telah melaksanakannya dan

berpengalaman.151

Sedangkan meditasi Mahasi Sayadaw memusatkan perhatiannya pada

perenungan akan tiga karakteristik eksistensi sesuatu dan jalan pelepasannya:

Pengetahuan dan perenungan tentang “ketidak-permanenan” (anicca),

Pengetahuan dan perenungan tentang “Penderitaan” (dukkha), Pengetahuan

dan perenungan tentang “Tiada Inti / tanpa Roh (anatta). Secara ringkas

diterangkan oleh Mahesi bahwa kasunyatan makhluk hidup itu memiliki dua

unsur yakni bentuk dan batin, bahwa kedua bentuk tersebut dirangkai berdasar

sebab dan akibat, dan sebagaimana kedua unsur tadi selalu dalam keadaan

berubah, karena itu keduanya adalah tidak-kekal (anicca), dan perubahan

terus menerus tersebut adalah penderitaan dan tanpa-Roh atau tanpa inti

(anatta).152

Dengan bekal pengetahuan tentang kasunyataan makhluk hidup, maka

seorang siswa meditasi teknik vipassana pada saat mana ia sedang mengamati

objek di hadapannya maka dengan segera pula ia berkontemplasi dan

melakukan abstraksi sehingga seiring waktu ia menjadi terlatih, berwawasan

luas, dan akan mendapat Pandangan- Terang. Sebaiknya, sekalipun siswa

tersebut telah mahir dalam melatih vipassana yang diserti kontemplasi dengan

tiga karekteristik eksistensi makhluk hidup makan ia tidak akan sampai pada

Pelepasan dan Pandangan Terang (nibbana).

151
Subandi, Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer: Latihan Meditasi
Untuk Psikoterapi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 190.
152
Sayadaw, 40 Mata, 22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


102

Berdasar penjelasan di atas maka diketahui bahwa sufi healing dan

meditasi vipassana memiliki kesamaan bahwa konsentrasi sangat menentukan

akan berhasil atau tidaknya latihan mental (meditasi) maupun pengobatan

seorang siswa dalam mencapai tujuan. Sedangkan perbedaan isi sama halnya

dengan tekniknya, hal tersebut dipengaruhi akar historis dan ajaran agamanya

masing-masing.

2. Pembersihan Batin

Pembersihan batin merupakan suatu metode untuk menyembuhkan

kotoran hati dari sifat-sifat yang tercela. Pernapasan Persaudaraan Setia Hati

Terate sebagai jalan untuk mengenal diri (jatidiri) tentunya terlebih dulu batin

harus bersih dari kotoran-kotoran hati. Metode sufi healing mengaitkan hal

ini pada tiga tahapan yaitu: takhalli>, tahalli>, dan tajalli>. sebagai tahap

pertama dalam mengurus hati, adalah membersihkan hati dari keterikatan

pada dunia. Hati, sebagai langkah pertama, harus dikosongkan. Ia disyaratkan

terbebas dari kecintaan terhadap dunia, anak, istri, harta dan segala keinginan

duniawi.

Dunia dan isinya, oleh para sufi, dipandang rendah. Ia bukan hakekat

tujuan manusia. Manakala kita meninggalkan dunia ini, harta akan sirna dan

lenyap. Hati yang sibuk pada dunia, saat ditinggalkannya, akan dihinggapi

kesedihan, kekecewaan, kepedihan dan penderitaan. Untuk melepaskan diri

dari segala bentuk kesedihan, lanjut para saleh sufi, seorang manusia harus

terlebih dulu melepaskan hatinya dari kecintaan pada dunia.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


103

Tahalli, sebagai tahap kedua berikutnya, adalah upaya pengisian hati

yang telah dikosongkan dengan isi yang lain, yaitu Allah (swt). Pada tahap

ini, hati harus selalu disibukkan dengan dhikir dan mengingat Allah. Dengan

mengingat Allah, melepas selain-Nya, akan mendatangkan kedamaian. Tidak

ada yang ditakutkan selain lepasnya Allah dari dalam hatinya. Hilangnya

dunia, bagi hati yang telah tahalli, tidak akan mengecewakan. Waktunya

sibuk hanya untuk Allah, bersenandung dalam dhikir. Pada saat tahalli,

lantaran kesibukan dengan mengingat dan berdhikir kepada Allah dalam

hatinya, anggota tubuh lainnya tergerak dengan sendirinya ikut bersenandung

dhikir. Lidahnya basah dengan lafadz kebesaran Allah yang tidak henti-

hentinya didengungkan setiap saat. Tangannya berdhikir untuk kebesaran

Tuhannya dalam berbuat. Begitu pula, mata, kaki, dan anggota tubuh yang

lain. Pada tahap ini, hati akan merasai ketenangan. Kegelisahannya bukan lagi

pada dunia yang menipu. Kesedihannya bukan pada anak dan istri yang tidak

akan menyertai kita saat maut menjemput. Kepedihannya bukan pada

syahwat badani yang seringkali memperosokkan pada kebinatangan. Tapi

hanya kepada Allah. Hatinya sedih jika tidak mengingat Allah dalam setiap

detik.

Setelah tahap pengosongan dan pengisian, sebagai tahap ketiga adalah

tajalli. Yaitu, tahapan dimana kebahagian sejati telah datang. Ia lenyap dalam

wilayah Jalla Jalaluh. Ia lebur bersama Allah dalam kenikmatan yang tidak

bisa dilukiskan. Ia bahagia dalam keridhoan-Nya. Pada tahap ini, para sufi

menyebutnya sebagai ma’rifah, orang yang sempurna sebagai manusia luhur.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


104

Pembersihan batin juga merupakan hal yang penting dalam proses

meditasi vipassana. Proses pembersihan batin dalam vipassana melalui

pengembangan kebijaksanaan yang dilakukan dengan cara mengamati batin.

Ketika melakukan perenungan dengan memerhatikan “naik, turun dan

sebagainya, seseorang akan melihat bahwa prosesproses ini muncul dan

lenyap secara berurutan dalam rentetan yang cepat. Setelah mengerti bahwa

segala sesuatu lenyap persis pada saat pencatatan, seorang Yogi mengetahui

bahwa tidak ada yang kekal. Pengetahuan tentang sifat tidak-kekal dari segala

sesuatu ini adalah anicca, pengetahuan kontemplatif (renungan) tentang

ketidakkekalan. Seorang Yogi kemudian mengerti bahwa keadaan selalu

berubah dari segala sesuatu ini menyedihkan dan bukan hal yang patut

diingini. Ini adalah dukkha, pengetahuan kontemplatif (renungan) tentang

penderitaan. Ketika menderita pelbagai perasaan yang menyakitan, himpunan

jasmani dan batin ini dipandang sebagai tumpukan penderitaan belaka. Ini

juga merupakan pengetahuan kontemplatif (renungan) tentang penderitaan.

Kemudian tersimak bahwa unsur-unsur jasmani dan batin tidak pernah

mengikuti kehendak seseorang, tetapi timbul menurut sifat-alami dan

pengondisian mereka sendiri. Ketika sedang sungguh-sungguh memerhatikan

proses-proses ini, seorang Yogi mengerti bahwa proses-proses ini tidak dapat

dikendalikan dan mereka bukan suatu pribadi atau entitas (ujud) kehidupan

ataupun diri. Ini adalah anatta, pengetahuan kontemplatif (renungan) tentang

bukandiri. Apabila seorang Yogi telah secara sempurna mengembangkan

pengetahuan tentang ketidakkekalan, penderitaan dan bukan-diri, ia akan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


105

mencapai nibbana. Sejak dahulu kala, para Buddha, para Arahat dan para

ariya (para muliawan) telah mencapai nibbana melalui metode vipassana ini.

Ini merupakan “highway”, jalan yang termudah dan paling langsung, menuju

nibbana. Vipassana terdiri dari empat satipatthana, penerapan perhatian, dan

itu adalah satipatthana yang sungguh merupakan “highway” menuju

nibbana.153

Manusia yang melakukan meditasi dapat melihat hidup dan

sewajarnya, bahwa hidup ini dicengkram oleh anicca, dukkha, dan anatta

sehingga dapat menuju ke arah pembersihan batin, pembersihan sempurna,

dan pencapaian nibbana.154

Bedasarkan penjelasan diatas, dalam metode sufi healing dan meditasi

vipassana dalam melihat pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate memiliki

kesamaan dalam pembersihan batin. Sufi healing membersihkan hati dari

penyakit-penyakit hati dan meditasi vipassana melepaskan diri dari tiga

karakteristik: anicca, dukkha, dan anatta sehingga dapat mencapai nibbana.

B. Perbedaan

Terdapat beberapa perbedaan antara metode sufi healing dan meditasi

vipassana dalam melihat pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate.diantaranya:

1. Alat Instrumen

Dalam hal penentuan alat (instrumen) yang digunakan dalam melihat

pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate. Sufi healing menjadikan hati

sebagai alat menyaksikan Tuhan dan menyerap pengetahuan yang benar,

153
Sayadaw, Satipatthana Vipassana, 57.
154
Sayadaw, Meditasi Vipassana, 4.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


106

sedangkan meditasi vipassana menjadikan pikiran sebagai alat yang

digunakan untuk bermeditasi, menganalisa eksistensi hidup dan pencerahan.

Perbedaan-perbedaan tersebut dikarenakan adanya konteks budaya

dan sumber ajaran/doktrin agama yang berbeda. Sebagai contoh, sufi healing

dengan teknik konsentrasi dhikir mengambil objek nama Tuhan

(Allah..Allah) yang dibaca secara berulang-berulang. Allah dalam keyakinan

seorang muslim adalah Satu, Dia Pencipta seluruh jagad raya beserta isinya,

Maha Pengasih Penyayang, Maha Mengetahui artinya Tuhan adalah sumber

dari segala pengetahuan. Dengan cara mengulang-ulang namaNya Yang Suci

dan sakral (dengan aturan tertentu) maka diharapkan seseorang terhubung

denganNYa sebagai Sumber Pengetahuan yang benar. Sehingga diharapkan

manusia memiliki pengetahuan dengan tanpa lagi ada keraguaan atau

kebohongan.

Begitupun dengan meditasi vipassana, dalam kepercayaan agama

Buddha tidak menyebut secara terang adanya Tuhan Pencipta Alam, yang ada

dan dominan adalah tema kesengsaraan (penderitaan) manusia dari roda

samsara akibat ketidaktahuan atas Jalan Pelepasan di dalam menjalani hidup

ini. Oleh sebab itu teknik konsentrasi meditasi vipassana yang disertai teknik

abstraksi bahwa terdapat perenungan tentang ketidak-permanenan segala

sesuatu, dan ketiadaan-inti, menjadi bekal menuju pelepasan dan mendapat

Pandangan-Terang, Dalam rangka penentuan bentuk latihan meditasi yang

tepat bagi satu siswa dan yang lainnya diperlukan peran Guru Meditasi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


107

Perbedaannya hanya pada bentuk atau kegiatan pelatihanan serta

istilah penamaannya saja. Perbedaan diantara keduanya terletak pada objek

yang dipilih. Sufi healing merupakan suatu pengobatan atau penyembuhan

yang dilakukan dengan menggunakan konsep sufi, dengan tujuan menjadikan

seseorang lebih percaya diri dan untuk meningkatkan kondisi spiritual

seseorang cenderung memilih objek yang berkaitan dengan tema keTuhanan

dan serangkaian ibadah. Sedangkan objek meditasi vipassana dalam konsepsi

Mahasi, tidak mengharuskan objek penghormatan keagamaan namun objek

bisa diambil dari perwujudan-perwujudan eksistensi. Seperti, objek kasina,

empat unsur, dan lain-lain.

Orientasi meditasi secara umum adalah untuk mendapatkan kesadaran

tinggi. Namun demikian, dalam setiap tradisi agama pemaknaan tentang

“kesadaran tinggi” itu berbeda-beda. Hal tersebut memberi konsekuensi logis

dimungkinkan adanya perbedaan tujuan antara satu metode meditasi satu

dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini, penulis juga menemukan bahwa

orientasi sufi healing dan orientasi meditasi vipassana dari Mahasi Sayadaw

terdapat perbedaan. Sufi healing berorientasi pada pencarian jatidiri dan

penyaksian Tuhan secara langsung dalam kerangka mendapat pengetahuan

yang benar dan tanpa keraguan.155Sedangkan meditasi vipassana berorientasi

pada Pencerahan (nibbana) sebagai jalan pembebasan (pelepasan) manusia

dari penderitaan-penderitaan yang membelenggunya (dukkha). Untuk

155
Hasil wawancara dengan Mas Fahmi, Surabaya, pada tanggal 11 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


108

menganalisa perbedaan tujuan meditasi tersebut, langkah pertama yaitu

mengadakan analisa kausalitas dalam tradisi agama masing-masing.

Orientasi sufi healing pada penyaksian Tuhan secara langsung, dan

keyakinan bahwa dalam usaha manusia bermeditasi terdapat peran hati yang

pasrah kepada Tuhan, sudah tentu dilatarbelakangi oleh ajaran “doktrin”

agama teologi yang dianutnya. Organisasi PSHT menemukan bahwa metode

pernapasan (meditasi) mampu mengahatarkan seseorang pada pencapaian

jatidiri masnusia khususnya pesilat PSHT (sangkan paraning dumadi) dan

tujuan utama organisasi PSHT yaitu mendidik manusia berbudi luhur tau

benar salah dengan cara berusaha sedekat mungkin dengan Sang Pencipta

(Tuhan).156

Sedangkan, orientasi meditasi vipassana Vipassana yang mengarah

pada pencapaian Pencerahan (nibbana) Diri dari penderitaan abadi manusia.

Orientasi tersebut disandarkan pada adanya analisa Buddha Gautama tentang

kehidupan secara menyeluruh yaitu manusia hidup penuh keterbatasan

penderitaan (dukkha).

Lahirnya penderitaan, ketidakpuasan, ketidaksenangan adalah karena

adanya nafsu keinginan (tanha) terhadap sensualitas, terhadap keinginan

menjadi, dan keinginan untuk tidak menjadi. Dan oleh karena ketidaktahuan

(anicca) seseorang terhadap jalan untuk membebaskan dari penderitaan

tersebut, maka ia akan terus berada pada siklus hidup (samsara) yang

melelahkan dari kelahiran, tua, sakit, mati, dan akan dilahirkan lagi

156
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


109

(tumimbal-lahir) berulang-ulang sesuai perbuatan-perbuatannya di kehidupan

sebelumnya (kamma) atau hukum sebab-akibat. Ketika seseorang belum

memahami semua proses tersebut dan belum menemukan cara untuk

membebaskannya (Jalan Mulia berunsur delapan), maka selamanya manusia

terbelenggu penderitaan.157

Oleh sebab itu Buddha Gautama dan misi agamanya menaruh

perhatian yang besar pada persoalan “penderitaan manusia”, dibandingkan

perhatiannya terhadap tema ketuhanan (seperti rahmat Tuhan, otoritas Tuhan,

hubungan manusia dengan Tuhan atau tema-tema tentang alam kehidupan

setelah kematian, seperti surga). Sebagai langkah kongkrit maka disusunlah

langkah-langkah untuk membebaskan manusia dari derita yaitu “Jalan Mulia

berunsur delapan”, salah satunya adalah disiplin meditasi sebagai corak

latihan spiritualnya agama Buddha.

Sedangkan ketidakcenderungan Mahasi untuk mengaitkan latihan

(meditasi) spiritualnya dengan tema ketuhanan juga dipengaruhi oleh adanya

analisa Buddha Gautama atas konteks keberagamaan, yang mana pada masa

itu telah banyak salah tafsir dan penyimpangan, ada enam konteks,158 dua

diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Konteks kehidupan keberagamaan pada saat itu (Hinduisme

India) yang telah salah dalam menafsirkan perihal Rahmat dan Otoritas

Tuhan, sehingga manusia seolah-olah tidak memiliki otoritas atas dirinya,

157
Jhon Bullitt, ”Apa itu Buddhisme Theravada” dalam Upa. Sasanasena Seng Hansen,
Tradisi Utama Buddhisme, (Yogyakarta: Insight Vidyasena Production, 2008), 7-8.
158
Houston Smith, Agama-agama Manusia, terj. Saafroudin Bahar, (Jakarta:Yayasan Obor
Indonesia, 2001) 122.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


110

seperti: “Rahmat Tuhan ditafsirkan keliru sehingga tidak ada yang perlu lagi

dilakukan untuk mempengaruhi keselamatan pribadi manusia. Sedangkan

Otoritas Tuhan telah ditafsirkan secara lebih sederhana dan lebih buruk lagi,

bahwa tidak ada yang dapat diperbuat manusia”.159

Oleh karenanya, Buddha Gautama dan ajarannya menegaskan serta

berusaha menyadarkan pada masyarakatnya bahwa manusia sebagai pribadi

juga memiliki otoritas dan daya untuk mengatasi problema hidupnya sendiri.

Hal itu dapat terwujud apabila manusia mendisiplinkan dirinya dalam bentuk

latihan-latihan spiritual seperti meditasi yang Ia maksudkan. Singkatnya,

Buddha Gautama berusaha meluruskan pemikiran atau persepsi yang salah

dari manusia, menumbuhkan kepercayaan pada kemampuan yang dimiliki

manusia secara fitrah (kemandirian dan otoritas manusia atas dirinya) dan

bukan mengahapus Tuhan itu sendiri dan OtoritasNya. Sebab tidak

ditemukannya juga catatan atau literatur keagamaan yang menyatakan bahwa

Ia mengatakan Tuhan itu tidak ada.

Kedua, Konteks masyarakat pada saat itu gemar dengan renungan

pemikiran tema metafisis, dalam bentuk perdebatan yang tidak ada putus-

putusnya. Dimana menurut pandangan Buddha Gautama, kegiatan tersebut

tidak memberikan penyembuhan dan pembebasan manusia dari derita.

Beriknt ini contoh, salah seorang muridnya yang menanyakan seputar tema

metafisis: “apakah dunia ini abadi atau tidak? Apakah dunia ini berhingga

159
Ibid., 123.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


111

atau tidak? Apakah jiwa sama dengan badan? Apakah Buddha masih ada

setelah mati ataukah tidak ada lagi?”160

Buddha Gautama tetap diam dan tidak memberikan jawaban. Adapun

jawabannya secara tidak langsung “perumpamaan anak panah yang dilumuri

racun”, berikut ini kutipan singkatnya saja:

“Saya tidak berbicara mengenai pandangan-pandangan ini karena hal itu


tidak membantu melenyapkan hawa nafsu, atau tumbuhnya ketenangan dan
nirwana. Dan apakah yang telah saya terangkan ? Yang telah saya terangkan
adalah mengenai penderitaaan, sebab musabab penderitaan, dan jalan untuk
melenyapkan penderitaan. Karena hal itu berguna. Oleh karena itu, para
muridku, anggaplah apa yang tidak saya terangkan itu sebagai tidak
diterangkan, dan anggaplah apa yang telah saya terangkan itu sebagai telah
jelas.”161

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa sebagai seorang Guru

berupaya agar para muridnya yang sedang melakukan “pelatihan untuk

penyembuhan diri dari derita (dukkha)” tidak terganggu dengan adanya

“hasrat” atau “keinginan” dari pertanyaan metafisis tersebut. Singkatnya,

yang namanya “hasrat atau keinginan” (nafsu) itu sendiri merupakan sumber

derita (dukkha), walaupun sesuatu yang ingin dicari tahu (dipertanyakan)

tersebut adalah keagungan atau kekuasaan Realitas Mutlak.162

Kutipan penjelasan Buddha Gautama di atas juga mengandung makna

bahwa tidak cukup kiranya jika sesuatu yang bersifat metafisis itu dijelaskan

160
Ibid., 124
161
Ibid., 125.
162
Dalam disiplin spiritual di banyak tradisi (termasuk di Buddha, dan sufisme Islam),
seringkali kita jumpai bahwa tugas seorang murid adalah menjalan petunjuk atau aturan
disiplin meditasi atau pendekatan spiritual lainnya, dan berusaha semaksimal
menghindarkan atau menghilangkan segala rintangan yang datang, dan keluar dari aturan.
Proses mengalami suatu rangkaian disiplin lebih diutamakan, sebab para spiritualis
meyakini darinya akan muncul pengetahuan yang sesungguhnya, atau yang lainnya,
dimana hal tersebut tentunya dianggap lebih “terang” dan “gamblang” jika dibandingkan
dengan pengetahuan yang didapat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan? Atau
pengetahuan yang didapat dari buku-buku.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


112

dengan lisan, menyadari hal tersebut dan menyadari kapasitas murid-

muridnya pada saat itu, maka yang terbaik adalah diam, serta mengatakan:

“Oleh karena itu, para muridku, anggaplah apa yang tidak saya

terangkan itu sebagai tidak diterangkan, dan anggaplah apa yang telah saya

terangkan itu sebagai telah jelas”.

Jadi, dasar pemikiran di ataslah yang menegaskan vipassana dan

konsep meditasinya (meditasi buddha) lebih mengarah pada usaha mandiri

manusia dalam rangka membebaskan dari penderitaannya dan tidak

mengaitkan usaha tersebut dengan Tuhan.

Dari analisa kausalitas di atas, diketahui bahwa secara garis besar hal

yang menyebabkan orientasi pernapasan (meditasi) PSHT UIN Sunan Ampel

Surabaya dalam pandangan meditasi sufi healing dan vipassana itu berbeda

terletak pada alat instrumen yang digunakan dalam metode sufi healing yaitu

hati dan meditasi vipassana menggunakan pikiran. Oleh karena itu sufi

healing menjadikan Tuhan sebagai titik akhir dalam metode penyembuhan

dan meditasi vipassana lebih kepada tahapan pencerahan (nibbana),

pembenahan diri pribadi sebagai manusia yang sempurna (Budha).

2. Objek Konsentrasi

Objek merupakan sesuatu yang menjadi pusat perhatian saat

berkonsentrasi. Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate membagi

beberapa objek konsentrasi menjadi dua bagian yaitu yang tampak dan

abstrak. Objek konsentrasi yang tampak dalam latihan pernapasan misalnya

pada keluarmasuknya napas, organ-organ pada tubuh, dan sebagainya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


113

Sedangkan objek konsentrasi yang abstrak meliputi hitungan, dhikir, dan

membaca mantra dalam hati.163

Sufi healing memilih objek konsentrasi dengan berdhikir karena

kegiatan dhikir dapat mempengaruhi ketenangan jiwa seseorang. Bila

berbicara tentang ketenangan jiwa maka tidak akan jauh dari pembahasan

tentang hati. Sebab, hati merupakan pusat dari kehidupan manusia. Amin

Syukur sependapat dengan Imam Al-Ghazali, bahwa hati tidak akan memiliki

kemampuan apapun bila hati tersebut terhalang oleh berbagai persoalan yang

menjadi tabir (hijab) berkembangnya potensi hati. Persoalan-persoalan yang

dimaksudkan disisni ialah hubbud dunya (cinta dunia) dan adanya kotoran

dalam hati yang disebabkan oleh banyaknya dosa baik dosa besar maupun

dosa kecil.164

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulakan dhikrullah

(mengingat Allah) sebagai objek konsentrasi mampu memberikan ketenangan

dan ketentraman dalam hati, sebagaimana yang termaktup dalam firman

Allah surah Ar-Ra‟d 13: 28 yaitu:

         

 

163
Hasil wawancara dengan Mas Reza, Surabaya, pada tanggal 07 April 2016.
164
Syukur, Sufi Healing, 78.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


114

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-

lah hati menjadi tenteram”.165

Menurut Amin Syukur, ada beberapa macam cara berdhikir,

diantaranya yaitu dhikir dahir (suara keras), dhikir sir (suara hati), dhikir ruh

(suara roh/sikap dhikir), dhikir fi’li (dhikir aktivitas), dhikir afirmasi, dan

dhikir pernafasan. Dhikir dengan model yang terakhir ini bermanfaat untuk

proses penyembuhan fisik.166

Sedangkan meditasi vipassana dalam objek konsentrasi memusatkan

pada perenungan dan pengamatan padd kegiatan meditasi itu sendiri. Seorang

Yogi harus merenungkan gerakan-gerakan dari setiap langkah. Ketika

seseorang sedang berjalan cepat, setiap langkah harus diperhatikan, masing-

masing sebagai “langkah kanan, langkah kiri.” Pikiran harus dipusatkan

secara tekun dan sungguh-sungguh pada tapak kaki dalam gerakan-gerakan

dari setiap langkah. Ketika seseorang sedang berjalan perlahan, setiap

langkah harus diperhatikan (dicatat) dalam dua bagian sebagai “mengangkat,

meletakkan.” Ketika seseorang sedang dalam posisi duduk, latihan

perenungan yang biasa mesti dilakukan dengan memerhatikan (mencatat)

gerakan-gerakan perut sebagai “naik, turun, naik, turun.” Cara perenungan

165
Al-Qur’an, 13:28
166
M. Amin Syukur, Terapi Hati dalam Seni Menata Hati, (Semarang: Pustaka Rizqi
Putra, 2009), 58-60.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


115

yang sama dengan mencatat gerakan-gerakan perut sebagai “naik, turun, naik,

turun” harus dilakukan juga ketika ia sedang dalam posisi berbaring.167

Jika didapati bahwa pikiran berkelana ketika sedang memerhatikan

“naik, turun,” pikiran tidak boleh dibiarkan terus berkelana tetapi harus

segera diperhatikan. Ketika pikiran berkhayal, ia harus diperhatikan (dicatat)

sebagai “berkhayal, berkhayal”; ketika berpikir sebagai “berpikir, berpikir”;

ketika pikiran pergi, ia harus diperhatikan (dicatat) sebagai “pergi, pergi”;

ketika pikiran sampai di suatu tempat, ia harus diperhatikan (dicatat) sebagai

“sampai, sampai,” dan sebagainya pada setiap kejadian, dan setelah itu

latihan biasa memerhatikan “naik, turun” mesti dilanjutkan. Apabila timbul

perasaan capai pada tangan, kaki, atau anggota badan lainnya, atau perasaan-

perasaan panas, tertusuk-tusuk, sakit atau gatal, perasaan-perasaan itu harus

segera diikuti dan dicatat sebagai “capai,” “panas,” “tertusuk-tusuk,” “sakit,”

“gatal,” dan sebagainya sesuai dengan kasusnya. Setelah itu latihan biasa

memerhatikan “naik, turun” harus diteruskan kembali. Ketika terjadi tindakan

menekuk atau merentang tangan atau kaki, atau menggerakkan leher atau

anggota badan, atau menggoyang badan, tindakan-tindakan itu mesti diikuti

dan dicatat satu per satu secara berurutan. Setelah itu kembali ke latihan biasa

memerhatikan “naik, turun.”

Objek-objek lain yang mesti direnungkan selama latihan akan

diberikan oleh guru-guru meditasi ketika memberikan pengarahan pada waktu

wawancara harian dengan para murid.

167
Sayadaw, Satipatthana Vipassana, 53-54.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


116

Bedasarkan penjelasan diatas mengenai objek konsentrasi yang ad

pada metode sufi healing dan meditasi vipassana terdapat perbedaan. Metode

sufi healing memilih objek konsentrasi yang abstrak (tidak tampak) yaitu

dengan mengingat Tuhan (dhikir), sedangkan meditasi vipassana memilih

objek konsentrasi lebih kepada tahapan perenungan latihan menlakukan

meditasi vipassana yaitu dengan berjalan, duduk, tidur, dan sebagainya.

C. Titiksentuh

Meditasi PSHT secara teknis dan praktis terdapat dalam serangkaian

kegiatan olah napas yang dilakukan dengan berbagai posisi. Meditasi

Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel juga dijadikan sebagai latihan

dasar untuk melatih hati Pesilat untuk menjadi manusia yang berbudi luhur.

Metode sufi healing dan meditasi vipassana mengajarkan bahwa kebersihan hati

seseorang akan menjadikan seseorang berbudipekerti baik.

Tergolong sebagai teknik konsentrasi adalah sufi healing dan meditasi

vipassana adalah bentuk latihan konsentrasi yang berfokus perilaku dan sikap

individu yaitu perilaku atau sikap mana saja yang mengadung dorongan nafsu

serta keburukan untuk dihindarkan, sedangkan perilaku dan sikap mengandung

kebaikan adalah untuk dikembangkan. Jika metode sufi healing dirasa tidak

optimal atau banyak gangguan dari luar, maka seorang pesilat musti melakukan

khalwat. Khalwat tergolong sebagai bentuk latihan konsentrasi fisik yaitu

seseorang pergi mencari tempat yang tepat untuk melatih meditasi dan

meninggalkan segala kegiatan atau aktifitas harian untuk beberapa waktu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


117

Prinsip dasar vipassana mengamati objek meditasi apa pun, baik yang

ada didalam diri maupun di luar, baik yang kasat, berbentuk (rupa), seperti

duduk, jalan, berdiri, makan, dan lain-lain, maupun yang bersifat halus atau

mental, pikiran (nama) seperti perasaan-perasaan yang muncul saat melakukan

gerakan (perasaan yang muncul saat berjalan atau makan dicatat), atau objek cita-

cita, sifat-sifat serakah, dan lain-lain. Setiap objek meditasi tersebut di atas akan

ditangkap oleh salah satu dari enam pintu indera, diamati dari materi dan

mentalnya, dilakukan pencatatan dalam batin secara berkesinambungan, dengan

menganalis berdasar tiga karakteristik eksistensi kehidupan: kesementaraan atau

“tidak kekal” (anicca), penderitaan (dukkha), dan tanpa-roh yang kekal/ketiadaan

inti (anatta).

Isi dari meditasi PSHT meliputi olah napas yang bersifat kasar maupun

halus dengan karakteristik konsentrasi, pengaturan napas, dan peningkatan pada

aspek spiritualitas (kerohanian). Kesemuannya itu merupakan nilai-nilai yang

harus diinternalisasikan pada diri pesilat sebelum dan saat bermeditasi, yang

kemudian diwujudkan dalam sikap serta perbuatan amal yang lebih nyata.

Seorang siswa pesilat yang secara sungguh mengamalkan nilai-nilai tersebut maka

semakin cepat pula proses ia dalam mencapai wushul (keterhubungan) dengan

Tuhan (Realitas Mutlak). Sebaliknya, ketika seorang siswa pesilat melakukan

berbagai macam teknik konsentrasi dalam pernapasan, namun tidak menyertakan

nilai, sikap, dan perilaku seperti di atas dan masih saja melanggar aturan berbudi

luhur yang menjadikan hati si pesilat kotor, maka meditasinya akan “hambar” atau

gagal.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


118

Hasil akhir dari pelatihan pernapasan (meditasi) PSHT dalam

pandangan sufi healing dan meditasi vipassana bermuara pada terbukanya pintu

hakekat jatidiri seorang pesilat. Dalam kerangka ilmu, hakekat berwujud

pengetahuan yang benar, tidak terdapat keraguan dan kekeliruan didalamnya,

sebab ilmu yang didapat oleh seseorang pada tahap ini bersumber dari pancaran

nur Ilahi yang melapangkan dada (hati) seseorang. Adapun kegiatan

penyusunannya dalam bentuk paparan lisan dan tulisan adalah bagian proses

artikulasi dari latihan yang diperoleh.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melalui analisis terhadap Pernapasan (meditasi) PSHT UIN

Sunan Ampel Surabaya dalam perspektif sufi healing dan meditasi vipassana

konsepsi Mahasi Sayadaw, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pernapasan adalah salah satu ajaran inti dalam organisasi PSHT yang

meliputi 3 proses yaitu, menarik (menghirup) napas, menahan (menyimpan)

nafas, dan mengeluarkan (menghembuskan) napas. Pernapasan UKM PSHT

UIN Sunan Ampel Surabaya terbagi menjadi 2 macam yaitu, pernapasan

kasar yang bertujuan menjaga kestabilan tubuh (aspek jasmani), sedangkan

pernapasan halus bertujuan melatih, membimbing , dan menuntun pesilat

PSHT agar menjadi warga yang mengenal hakekat jatidiri manusia dan Tuhan

Yang Maha Esa (aspek rohani). Tingkat kualitas pernapasan UKM PSHT

UIN Sunan Ampel terletak pada konsentrasi, hitungan napas, dan keluar

masuknya napas.

2. Dalam perspesktif sufi healing, pernapasan (meditasi) PSHT UIN Sunan

Ampel merupakan suatu metode penyembuhan bbaik secara fisik, psikologi,

maupun batin. Perspektif sufi healing bagi pernapasan juga sebagai ajaran

yang menjadi jembatan bagi meditator untuk sampai kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Sedangkan pernapasan dalam perspektif meditasi Mahasi Sayadaw

merupakan tahapan dalam pencapaian pandang-terang (nibbana).

119

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


120

3. Pernapasan UKM PSHT UIN Sunan Ampel dalam perspektif sufi healing dan

meditasi Mahasi Sayadaw (meditasi vipassana) terdapat persamaan,

perbedaan, dan titik sentuh yaitu;

a. Persamaan dari konsep meditasi sufi healing dan Mahasi Sayadaw

terletak pada unsur konsentrasi dan pembersihan batin.

b. Perbedaannya terletak pada alat instrumen yang digunakan dalam metode

sufi healing dan meditasi Mahasi Sayadaw.dan objek konsentrasi yang

berupa sesuatu yang tampak maupun tidak tampak. sufi healing

menggunakan Hati dan meditasi Mahasi Sayadaw menggunakan akal

sebagai alat instrumen.

c. Titik sentuh meditasi tasawuf dan Mahasi Sayadaw terhadap pernapasan

Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel terletak pada dimensi

kemanusiaan (moralitas), dan pembenahan diri.

4. Secara keseluruhan pernapasan PSHT UIN Sunan Ampel merupakan suatu

konsep meditasi tentang hubungan vertikal antara pesilat dengan Sang

Pencipta. Ajaran dasar organisasi PSHT ngerti punjering manembah

(mengerti pada keberadaan Tuhan) tidak hanya mengacu pada ajaran dasar

agama saja, ajaran pernapasan dalam organisasi PSHT termasuk jalan untuk

mengenal dan mengerti keberadaan Sang Pencipta.

B. Saran

Keterbatasan Penulis membuat tulisan ini jauh dari kesempurnaan.

Ajaran pernapasan (meditasi) PSHT memiliki beragam fungsi dan tujuan sesuai

dengan situasi dan kondisi. Selain itu, masih banyak perspektif yang potensial

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


121

untuk membedah pernapasan (meditasi) selain pada aspek spiritual. Oleh karena

itu tulisan ini bukanlah hasil akhir melainkan sebagai tambahan referensi maupun

data untuk penelitian yang lebih fokus dan mendalam terhadap pernapasan

(meditasi) dalam organisasi PSHT.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR PUSTAKA

Angelo, Jack, Tuntunan Langkah demi langkah untuk Mengalirkan Energi


Penyembuhan, terj. Clara Herlina, Kardjo, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2003.

Anshori, M. Afif, Dhikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Atas Problema
Manusia Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

Behbehani, Soraya Susan, Ada Nabi Dalam Diri: Melesatkan Kecerdasan Bathin
Lewat Zikir dan Meditasi, terj. Cecep Ramli Bihar Anwar, Jakarta: PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2003.

Bisri, Cik Hasan, Model Penelitian Agama Dan Dinamika Sosial Himpunan
Rencana Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Borysenko, Joan dan Miroslau Borysenko, Kekuatan pikiran untuk


Menyembuhkan, terj. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2002.

Bukhori, Baidi, Zikir Al-Asma’ Al-Husna; Solusi Atas Problem Agresivitas


Remaja, Semarang: Syiar Media Publishing, 2008.

Bullitt, Jhon Bullitt, ”Apa itu Buddhisme Theravada” dalam Upa. Sasanasena
Seng Hansen, Tradisi Utama Buddhisme, Yogyakarta: Insight
Vidyasena Production, 2008.

Bungin, Burhan, Analisis Data penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini-Kartono, Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 2001.

Das, Lama Surya, Awakening to The Sacred “Menggapai Kedalam Rohani dalam
Kegalauan Sehari-hari” Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Dhavamony, Maria Susay, Fenomenologi Agama terj. Kelompok Studi Agama


Driyakarya, Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Djaali, Puji Mujiono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Jakrta: Grasindo,


2007.

Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran, Konseling & Psikoterapi Islam, Yogyakarta:


Fajar Pustaka Baru, 2004.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


Effendi, Tjiptadinata, Meditasi Jalan Meningkatkan Kehidupan Anda, Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2003.

Fauzi, Mahfudz, “Studi Kritis Psikoterapi Sufistik Dalam Seni Penyembuhan Sufi
Karya Linda O’riordan RN”, Skripsi tidak diterbitkan, (Semarang:
Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo,
2005).

Fuad, Hasan dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, Jakarta:


Gramedia, 1994.

Al-Ghazali, Setitik Cahaya Dalam Kegelapan, terj. Masyhur Abadi, Surabaya:


Pustaka Progessif, 2001.

Hadi, Sofiyan. “Teologi Humanisme Buddha”, Relief Journal,Yogyakarta: PPs.


UGM, 2003.

Harsono, Tarmadji Boedi, Guru Sejati Bunga Rampai Telaah Ajaran Setia Hati,
Madiun: Tabloid Lawu Pos, 2008.

Haryanto, Sentot, Psikologi Shalat Kajian Aspek-Aspek Psikologis Ibadah Shalat,


Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005.

Hawari, Dadang, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ksehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT.
Dana Hakti Prima Yasa, 2004.

Huda, Sokhi, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah, Yogyakarta: PT.


LKIS Pelangi Aksara, 2008.

Jotidhammo, Agama Buddha Sebuah Pengantar, dalam Djamannuri (ed.), Agama


Kita Perspektif Sejarah Agama-Agama, Yogyakarta: Karunia Kalam
Semesta, 2003.

Kalabadzi, Abu Bakar M., Ajaran-Ajaran Sufi, terj. Nasir Yusuf, Bandung:
Pustaka, 1985

Katherine, Miller, Communication Theories: Perspectives, Processes, and


Contexts, Texas: A&M University, 2005.

Krishna, Anand, FIQR Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2004.

, Anand, Seni Memberdaya Diri “Meditasi & Reiki untuk Manajemen


Stres & Kesehatan Rohani dan Jasmani” Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2013.

Lestari, Puji, 2004, “Terapi Sufistik, Menurut Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti
Dalam Karyanya The Book Of Sufi Healing”, Skripsi tidak diterbitkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


(Semarang: JurusanTasawuf dan Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin UIN
Walisongo, 2004).

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya,
2005.

Muhaya, Abdul, Bersufi Melalui Musik Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh
Ahmad al-Ghazali, Yogyakarta: Gama Media, 2003.

An-Najar, Amir, Psikoterapi Sufistik Dalam Kehidupan Modern, Jakarta: Hikmah,


2004.

Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1988.

, Metode Research, Jakarta : Bumi Aksara 2004.

Nasution, Ahmad Bangun dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf


Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasiannya, Jakarta: Rajawali
Pers, 2013.

An-Nawawi, Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf, Al-Adzkar, terj. Zeid
Husein Alhamid, Bandung: Syirkah, 2005.

Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,


2012.

Nugroho, Sri Haryanto S., Meditasi Bagi Para Eksekutif “Untuk Mencapai Sukses
dalam Karier dan Hidup” M-KAM ”Manajemen Kesehatan Alami
Mandiri”, 2009.

Pedak, Mustamir, Qur’anic Super Healing Sembuh dan Sehat Dengan Mukjizat
Al-Qur’an, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2010.

Purwadi, Meditasi Jawa Kawruh satataning panembah menuju ketenangan jiwa


dan ketentraman hati, Yogyakarta: gelombang pasang, 2006.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka. Cet III. 1990.

Rahman, Gusti Abd., Terapi Sufistik untuk Penyembuhan Gangguan Kejiwaan,


Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta:


Rajawali Pers, 2010.

Sayadaw, Mahasi, Meditasi Vipassana Tuntunan Praktik & RujukanTahap


Pemurnian, terj. Lim Eka Setiawan, Yayasan Penerbit Karaniya, 2006.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


, Mahasi, 40 Mata Pokok Mula Dasar dalam Meditasi Budhist, terj. M.
U. Panasiri, Surabaya: Budist Publication Press, 1982.

Semiawan, Conny R., Metode penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan


Keunggulannya, Jakarta : PT. Grasindo, 2002.

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Dhikir dan Do’a,


Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997.

Siroj, Said Aqil, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengdepankan Islam Sebagai
Inspirasi Bukan Aspirasi, Bandung: Mizan, 2006.

Smith, Houston, Agama-agama Manusia, terj. Saafroudin Bahar, Jakarta:Yayasan


Obor Indonesia, 2001.

Soegoro, Meditasi Triloka Hidup Dalam SupraKesadaran, Jakarta: PT. Elek


Media Koputindo, 2002.

Soehartono, Irwan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,


1999.

Sou’yb, Joesoef, Agama-agama Besar di dunia, Jakarta: Pustaka Al Husna,1983.

Subandi, Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer: Latihan


Meditasi Untuk Psikoterapi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Kualitatif dan R & D, Bandung:


Alfabeta, 2010.

Suryani, L. K., Meditation and The Spiritual Dimension in Psyhoteraphy,


Indonesia: Jiwa Psychiat Quart Vol.29, 2004.

Syukur, M. Amin, Sufi Healing Terapi dengan Metode Tasawuf, Jakarta:


Erlangga, 2012.

Tebba, Sudirman, Meditasi Sufistik, Bandung: Pustaka Hidayah, 2004.

Walters, J. Donald, Meditation for starters meditasi untuk pemula, terj. Andre
Wiriadi, Jakarta: PT Elex Media Koputindo, 2000.

Wijayakusuma, Hembing, 15 Menit Menuju Sehat dengan Ayunan Tangan


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Wilson, Paul, Teknik Hening Meditasi tanpa Mistik, terj. G. Yeni Widjajanti,
Jakarta: Erlangga, 2003.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


File PDF

Sayadaw, Mahasi, Purpose of Practising Kammattana Meditation (Perbedaan


antara Samatha dan Vipassana), terj. Selamet Rodjali, Dhamma cita,
2001

, Mahasi, Satipatthana Vipassana Insight ThroughMindfulness, terj.


Dharmasurya

Nyi, U Nyi, “Mahasi Disciple and Meditator”, Yangon: Buddhasasana Nuggaha


Association, 1978.

Data Website

http://www.Media-indonesia.com/cetak/berita.asp.(Minggu, 10 Januari 2016,


22.30).

http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/ketuhanan-yang-maha-esa-
dalam-agama-buddha/, (Selasa, 26 Januari 2016, 23:50).

U Nyi Nyi, “Venerable Mahasi Sayadaw A Biographical Sketch”, terj.,


http://www.buddhanet.net/mahabio.htm// (Rabu, 05 Mei 2016).

www.Dhammadipa.com. Majalah Dawai, Venerable Mahasi Sayadaw Ashin


Shobhana, Edisi 46, (Februari-April 2007)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Anda mungkin juga menyukai