Anda di halaman 1dari 18

BADAN USAHA MILIK DESA “MUKTI MEKAR MANDIRI”

DESA SUKAMUKTI
KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT

Jl. Bagendit No. 113 Desa Sukamukti Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut 44191

Sukamukti, 02 September 2022

Nomor : 141/015/BumdesM3/2014-DS/2022 Kepada :


Lampiran : 1 Berkas Yth. Bapak Bupati Garut
Hal : Proposal Pengelolaan Wisata Desa Cq. Kepala DPMD
Situ Bagendit Gate 3. Kabupaten Garut
Di Garut.

‫سال م عليكم و ر حمة ا هلل و بر كا ته‬


ّ ‫ال‬

Salam silaturahmi kami sampaikan dan teriring doa semoga Allah SWT memberikan limpahan

petunjuk dan lindungan bagi kita semua, Sholawat beserta salam kami haturkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW wa’ala alihi wa sohbihi ajma’in.

Sehubungan dengan pembangunan Revitalisasi Kawasan Wisata Situ Bagendit, dimana

wilayah Desa Sukamukti termasuk ke dalam Zona 3 sesuai dengan Master Plan Penataan Kawasan

Wisata Situ Bagendit. Berkenaan dengan hal tersebut, Badan Usaha Milik Desa “Mukti Mekar

Mandiri” sebagai salah satu bagian dari Pemerintah Desa Sukamukti mengajukan Proposal untuk

Pengelolaan Kawasan Wisata Situ Bagendit Gate 3.

Pengelolaan Kawasan Wisata Situ Bagendit Zona 3, diantaranya :

1. Kawasan dermaga nelayan dan wisata di Kampung Kiaralawang RW. 003 dan RW. 011

2. Areal parkir Gate 3 dan Masjid Nusa Kalapa

3. Kawasan dermaga nelayan dan wisata di Pulo Emen dan Kp. Cianten RW. 001

4. Kawasan dermaga nelayan dan wisata di Marina

5. Kawasan Wisata Kampung Cai Mukti di depan Kantor Desa Sukamukti


Untuk penjelasan lebih lanjut kami sampaikan terlampir dalam proposal dan merupakan satu

kesatuan dengan surat permohonan/pengantar proposal ini.

Demikian surat permohonan ini kami sampaikan, atas bantuan dan kerja sama Bapak Bupati

Garut beserta jajarannya kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.

‫سال ّم علىكم و ر حمة ا هلل و بر كا ته‬


ّ ‫وال‬

Sukamukti, September 2022


Ketua BUMDES Sukamukti Sekretaris

Hendra Firdaus, S.E Sopi Nurhayati, S.I.Kom

Mengetahui,

Kepala Desa Sukamukti Ketua BPD Sukamukti

Dadan Hamdani Ikin Sodikin

Tembusan kepada Yth:


1. Camat Kecamatan Banyuresmi
2. Komandan Rayon Militer Kecamatan Banyuresmi
3. Kepala Kepolisian Sektor Kecamatan Banyuresmi
PROPOSAL PENGELOLAAN WISATA DESA SITU BAGENDIT GATE 3
DESA SUKAMUKTI KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2022

I. Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan sektor potensial yang dapat dikembangkan sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program
pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan
yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan
sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik. Hal tersebut sejalan
dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan
pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong
pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di
Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Agar bidang kepariwisataan dapat mewujudkan pembangunan ekonomi yang optimal
maka pengembangan pariwisata harus berbasis masyarakat. Salah satu model pengembangan
dari bentuk pariwisata berbasis masyarakat adalah pariwisata pedesaan atau dalam hal ini
dapat disebut dengan desa wisata. Dalam pengembangan desa wisata menuntut adanya
koordinasi dan kerjasama serta peran yang seimbang antara unsur stakeholders termasuk
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Oleh karena itu salah satu pendekatan yang digunakan
untuk mengembangkan desa wisata adalah dengan pendekatan partisipatif. Pengembangan
desa wisata ini secara ekonomi dapat dikembangkan dengan tujuan menarik wisatawan untuk
datang, menciptakan wisatawan nyaman sehingga lama tinggal di tempat wisata, serta
bagaimana supaya mereka dapat membelanjakan uangnya di tempat wisata tersebut. Untuk
mewujudkan desa wisata, dimulai dengan membangun masyarakatnya di desa tersebut sebagai
modal dasar. Masyarakat disadarkan akan potensi desa untuk dikembangkan. Unsur terpenting
dalam pembangunan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam setiap aspek
kepariwisataan di desa tersebut. Terdapat dua indikator penting mengenai tingkat keberhasilan
suatu desa wisata, diantaranya yaitu adanya kemandirian institusi-institusi lokal dan
tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Kemandirian institusi lokal sangat penting
karena sebagai basis aktifitas masyarakat dalam pariwisata, yang berfungsi sebagai sumber
ekonomi, pengetahuan, keterampilan, serta cagar budaya masyarakat setempat. Sementara,
ketersediaan sumber daya manusia yang visioner, tangguh, dan profesional menjadikan faktor
kunci penopang keberhasilan program-program itu sendiri.
Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini sejalan dengan tema Penataan Kawasan
Pariwisata Situ Bagendit dari Bappeda Kabupaten Garut yang mengusung Konsep Ecowisata
Berbasis Masyarakat. Pendekatan kawasan konservasi, memiliki kepedulian, komitmen dan
rasa tanggung jawab terhadap pelestarian alam. Pendekatan Partisipasi Masyarakat,
menjadikan masyarakat sebagai subjek dengan melibatkan secara langsung. Pendekatan
kawasan lainnya yang digunakan tentunya pendekatan sebagai kawasan Wisata, menciptakan
rasa nyaman, aman, memberikan kepuasan dan pengalaman yang menarik kepada pengunjung.
Penataan wisata Situ Bagendit juga dilakukan dengan pendekatan kawasan Pendidikan
(Lingkungan), meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai sejarah dan budaya
serta memberikan nilai tambah bagi pengunjung. Kesemuanya itu akhirnya bermuara pada
pendekatan Perekonomian lokal yang dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
peningkatan perekonomian masyarakat setempat maupun pemerintah, dengan meningkatnya
Pendapatas Asli Desa (PADes) dan tentu pada akhirnya terjadi peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Garut.

II. Dasar Hukum


1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5497);
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6055);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5262);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6321);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha
Milik Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6623);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis
Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 147);
8. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan
Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata;
9. Peraturan Menteri dalan Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2094);
10. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Pembangunan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
1633);
11. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Kepala Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Destinasi
Pariwisata Berkelanjutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 781);
12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa,
Sastra, dan Aksara Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 5
Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun
2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 14 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 173);
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan
Kesenian (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 6 Seri E)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2003
tentang Pemeliharaan Kesenian (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Nomor 15 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 174);
14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Nomor 21);
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 7 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 44);
16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pelestarian Warisan
Budaya Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 11 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 125);
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 16 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pengelolaan
Kepurbakalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional, dan Museum (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 16 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 175);
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015-2025 (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Nomor 15 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Nomor 191);
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2017 tentang Pengembangan
Ekonomi Kreatif (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9);
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2022 tentang Desa Wisata
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2022 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 257);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 2 Tahun 2019 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2019-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten
Garut Tahun 2019 Nomor 2);
22. Peraturan Bupati Garut Nomor 164 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati
Garut Nomor 64 tahun 2019 tentang Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Tahun 2019 – 2024 (Berita Daerah Kabupaten Garut Tahun 2021 Nomor 164);
23. Peraturan Desa Sukamukti Nomor 5 Tahun 2021 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa Tahun 2021 – 2027 (Lembaran Desa Sukamukti Tahun 2021 Nomor 5);
24. Peraturan Desa Sukamukti Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa
(Lembaran Desa Sukamukti Tahun 2021 Nomor 11).
III. Gambaran Umum Situ Bagendit Desa Sukamukti

a. Kondisi Fisik Kawasan Situ Bagendit


Kawasan Situ Bagendit terletak di Jl. Bagendit, termasuk dalam wilayah administratif
Desa Sukamukti dan Desa Sukaratu Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut berada pada
koordinat 07° 09' 30" – 07o 10'00" LS dan 97° 56' 15"– 97° 57' 00" BT. Secara administratif,
Situ Bagendit memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
 Utara berbatasan dengan Desa Sukamukti;
 Barat berbatasan dengan Desa Sukamukti;
 Selatan berbatasan dengan Desa Sukaratu;
 Timur berbatasan dengan Desa Bagendit.

Gambar 1. Situ Bagendit Tahun 2008 (Profil Desa Sukamukti)

b. Kondisi Topografi Situ Bagendit

Hampir seluruh wilayah permukaan di sekitar kawasan Situ Bagendit berada pada
ketinggian yang sama, antara 700 mdpl. Fakta tersebut tercatat di seluruh desa di sekitar
kawasan Situ Bagendit seperti tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 1. Ketinggian wilayah sekitar kawasan Situ Bagendit

Tinggi Rata- Rata (mdpl) Luas Daerah (ha)


Desa/Kelurahan

Pamekarsari 700,00 337,30


Sukaraja 700,00 505,90
Sukaratu 700,00 389,00
Cipicung 700,00 202,51
Bagendit 700,00 218,20
Banyuresmi 721,00 253,00
Sukamukti 700,00 487,00
Sumber: BPS Kabupaten Garut, 2014

Wilayah di sekitar kawasan Situ Bagendit terbagi menjadi dua bagian, yaitu hamparan

atau lahan dataran dan perbukitan. Teridentifikasi tiga kelas kategori kemiringan lereng yang
terbentuk di wilayah kawasan Situ Bagendit dan sekitarnya, yaitu kemiringan lahan kelas I

berkategori lahan datar dengan interval kelerengan antara 0-8%, kemiringan lahan kelas II

berkategori lahan landai dengan interval kelerengan antara 8-15%, serta kemiringan lahan

kelas III berkategori agak curam dengan interval kelerengan antara 15-25%. Wilayah kawasan

Situ Bagendit memiliki dua jenis tanah yaitu andosol dan aluvial. Keduanya terbentang

mengitari areal badan air Situ Bagendit. Tanah andosol terbentang di wilayah sempadan

bagian timur dan utara kawasan. Sedangkan tanah aluvial terbentang di sebagian wilayah

sempadan utara situ, barat, hingga ke bagian selatan sempadan Situ Bagendit (dalam Jurnal

Manajemen dan Leisure UPI, Vol.13, No.1, April 2016).

c. Kondisi Hidrografi Situ Bagendit

Luas areal badan air Situ Bagendit saat ini seluas 87,57 ha dengan kedalaman air rata-rata

2,20 meter dengan kemampuan daya tampung air Situ Bagendit saat ini hanya 1.751.408 m3

saja.

Faktor Teknis Keterangan


Daerah pengairan sungai Sungai Cimanuk
Sub daerah pengairan sungai Ciojar & Cibuyutan
Luas semula 124 ha
Luas menjadi daratan sawah 36,43 ha
Luas eksisting tergenang 87,57 ha
Kedalaman air rata-rata 2,20 m
Kedalaman sedimen rata-rata 3,20 m
Vol. tampung air semula 6.200.000 m3
Vol. tampung air eksisting 1.751.408 m3
Vol. tampung sedimen total 3.720.000 m3
Vol tumpukan sedimen 2.627.112 m3

Tabel 2. Informasi Hidrografi Situ Bagendit

Badan air Situ Bagendit dialiri dari sungai Cimanuk dengan sub daerah pengairan sungai
Ciojar dan Cibuyutan Selatan. Luas eksisting badan air Situ Bagendit adalah 87,57 ha.
Kedalaman air rata-rata 2,20 m dengan kedalaman sedimen rata-rata 3,20 m. Saat ini badan air
Situ Bagendit hanya mampu menampung 1.751.408 m3 akibat tumpukan sedimen yang
mencapai 2.627.112 m3.

d. Penggunaan Lahan Situ Bagendit


Secara umum, penggunaan lahan wilayah di sekitar kawasan Situ Bagendit berupa badan
air situ, areal pemanfaatan rekreasi, areal pertanian sawah, serta lahan pemukiman penduduk,
sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2 : Jurnal Manajemen Resort dan Leisure UPI Vol.13, No.1, April 2016

Badan air Situ Bagendit dialiri dari sungai Cimanuk dengan sub daerah pengairan sungai
Ciojar dan Cibuyutan Selatan. Luas eksisting badan air Situ Bagendit adalah 87,57 ha.
Kedalaman air rata-rata 2,20 m dengan kedalaman sedimen rata-rata 3,20 m. Saat ini badan air
Situ Bagendit hanya mampu menampung 1.751.408 m3 akibat tumpukan sedimen yang
mencapai 2.627.112 m3. Sedangkan lahan pemanfaatan untuk rekreasi berada pada wilayah
sempadan timur Situ Bagendit. Disana banyak berdiri pula bangunan warung-warung semi
permanen yang dibangun oleh warga sekitar kawasan Situ Bagendit. Kemudian seluas 36,43
ha lahan kawasan telah berubah menjadi lahan pertanian sawah oleh penduduk sekitar.
Wilayah ini sebagian besar pada wilayah sempadan bagian barat Situ Bagendit. Vegetasi di
kawasan ini cukup untuk mendukung penataan ruang wisata yang berkonsep fungsi lindung
dengan kerapatan pepohonan di sekitar kawasan.

e. Sejarah Situ Bagendit

Setiap manusia diharapkan memiliki kesadaran betapa pentingnya sejarah dalam


kehidupan, kesadaran sejarah merupakan dimensi yang dimiliki manusia, dan di dalamnya
berisi konsepsi waktu bagi individu–individu yang berbudaya. Sejarah berfungsi untuk
membangkitkan kesadaran dalam kaitannya dengan kehidupan bersama dalam komunitas yang
lebih besar, sehingga tumbuh kesadaran kolektif dalam memiliki kebersamaan dalam sejarah.
Proses pengenalan diri inilah yang merupakan titik awal dari timbulnya rasa harga diri,
kebersamaan, dan keterikatan (sense of solidarity), rasa keterpautan dan rasa memiliki (sense
of belonging), kemudian rasa bangga (sense of pride) terhadap bangsa dan tanah air sendiri.
Sejarah terbentuknya Situ Bagendit menurut folklor atau cerita rakyat dikenal oleh hampir
seluruh masyarakat Sunda di sekitarnya. Folklor adalah bagian dari kebudayaan. Folklor –
apapun bentuk dan wujudnya -- diciptakan atau dikreasikan oleh manusia. Folklor dari
generasi ke genarasi diwariskan melalui lisan atau setengah lisan (sebagian lisan). Menurut
sesepuh ada ungkapan yang berbunyi yaitu, “Bagendit Tempat Kembali”. Ini bisa bermakna
banyak, merupakan sebuah siloka atau simbol. Kaitan dengan mata pencaharian atau ekonomi
bermakna, ketika para perantau mengalami kebuntuan pekerjaan di tempat rantau, maka Situ
Bagendit menyediakan lahan pekerjaan lewat tangkapan ikan. Selain terkait faktor ekonomi,
Situ Bagendit bagi hampir seluruh masyarakat Kiaralawang merupakan kampung halaman
yang selalu dirindukan. Mengenang keindahan alamnya, potensi kekayaan alamnya dan
kenangan-kenangan bersama keluarga dan orang-orang tercinta di Situ Bagendit.
Sejarah Situ Bagendit menurut para sesepuh di Desa Sukamukti ini agak berbeda dengan
cerita yang beredar di sebagian besar masyarakat Sunda, yang tidak sesuai dengan kesaksian
para tokoh atau sesepuh yang ada di Kampung Kiaralawang juga sesepuh-sesepuh lainnya
yang berada di Desa Sukamukti. Perbedaan versi cerita rakyat yang terjadi bukan sesuatu yang
mesti dipertentangkan. Sebagai salah satu masyarakat di sekitar Situ Bagendit, para sesepuh di
Desa Sukamukti memahami perbedaan cerita rakyat tersebut dengan sikap arif dan bijaksana.
Yang paling utama adalah mengambil suri tauladan atau hikmah yang terkandung dari setiap
cerita yang diwariskan para leluhur, sebagai bekal dalam bersikap untuk anak cucu dalam
menghadapi perkembangan zaman. Cerita yang berkembang di masyarakat tentang legenda
situ Bagendit, secara umum bahwa penamaan bagendit diambil dari tokoh Nyi Endit, seorang
perempuan yang mempunyai sifat kikir (medit/pelit) dan Mbah Baged, seorang kakek
tunawisma yang mempunyai sebuah tongkat (iteuk).
Situ Bagendit pada awalnya merupakan sebuah hutan belantara. Atas prakarsa para
sesepuh waktu itu, - Asep Merang yang mendiami wilayah Jolok (selatan), Dalem Rangga
Anggajigja yang mendiami Kiaralawang/Pasir Ucing (utara), Dalem Ranggawulung yang
mendiami Jalupang (Tenggara), Dalem Wirasuta (Pasarean) dan Mbah Janggut (Nusa Ondok)
– dibuatlah sebuah danau kecil sebagai sumber air yang bisa bermanfaat sebagai sumber
kehidupan bagi warga sekitarnya. Fungsi ekonomi dan fungsi budaya dalam menjaga kearifan
lokal merupakan tujuan dari para sesepuh dalam membuat Situ Bagendit. Proses pembuatan
danau ini dengan memanfaatkan aliran air dari Gunung Guntur melalui Sungai Cimanuk,
kemudian para sesepuh dibantu masyrakata ketika itu membuat sodetan dari Sungai Cimanuk
untuk mengairi ke arah Situ Bagendit kecil.
Setelah terbentuknya danau kecil, para sesepuh tersebut sepakat untuk mengadakan
ruwatan untuk keselamatan dan kemaslahatan lingkungan danau dan hutan tersebut. Kemudian
mereka mengadakan acara kesenian dengan mengundang para penari lengkap dengan nayaga-
nya. Ruwatan tersebut dilaksanakan pada hari senin malam (malem salasa) sesuai dengan
kesepakatan (melalui tirakat) dari para sesepuh tersebut. Akhirnya acara ruwatan dimulai
dengan do’a-do’a (jampe), yang dilanjutkan dengan bertabuhnya alat-alat kesenian dari para
nayaga. Selanjutnya tibalah para ronggeng –penari- yang dipimpin oleh seorang laki-laki
bernama Baged dan perempuan bernama nyi Endit, mereka memperlihatkan kemampuan
mereka menari dengan diiringi oleh berbagai alat kesenian tradisional seperti, gendang,
gamelan, rebab dan goong. Ketika acara kesenian tersebut sedang berlangsung, disaat hampir
semua orang terhanyut dengan kegembiraan meskipun dalam suasana mistik, tiba-tiba danau
kecil tersebut berubah mengeluarkan air bah yang menenggelamkan semua anggota kelompok
kesenian tersebut, kecuali tukang rebab (mbah Sinanglir) yang melesat terbang ke atas.
Dengan kejadian tragis tersebut, maka para sesepuh sepakat untuk menamakan danau atau situ
tersebut dengan nama Bagendit, untuk menghormati penampilan terakhir kelompok kesenian
tersebut yang dipimpin oleh Kang Baged dan Nyi Endit.
Menurut sebagian warga sekitar khususnya para orang tua, sampai sekarang, suara-suara
dari alat kesenian tersebut sering terdengar oleh mereka yang berasal dari arah Situ Bagendit.
Pada awalnya warga di daerah utara Bagendit mengira ada hajatan di daerah selatan, begitupun
sebaliknya warga di daerah selatan Bagendit mengira ada hajatan di daerah utara, kemudian
mereka berduyun-duyun menuju ke arah suara-suara tersebut yang ternyata berasal dari arah
Situ Bagendit. Para warga yang yang bertemu dari dua arah tersebut akhirnya memahami dan
kemudian menyimpulkan bahwa hal tersebut merupakan pertanda (siloka), agar diantara warga
yang mendiami terutama di sekitar Bagendit harus sering bersilaturahmi untuk mempererat
kekerabatan, umumnya dengan umat manusia di muka bumi ini sesuai dengan kemampuannya.
Menurut sumber lain dari khasanah pesantren di Kampung Kiaralawang khususnya dan
dari beberapa informasi lain, bahwa penamaan Bagendit berasal dari kata Baginda dan Indit,
yang mengandung siloka bahwa pada zaman dahulu ada seorang tokoh (ulama) penyebar
syariat Islam di daerah Situ Bagendit. Setelah beliau purna tugas, kemudian melanglang buana
kembali ke daerah lain untuk menyebarkan syariat Islam.
Gambar 3 dan 4. Situ Bagendit Tahun 1920 (sumber: Pixabay—Tropen Museum Belanda)

Di Kampung Kiaralawang yang merupakan bagian dari Desa Sukamukti khususnya


terdapat juru kunci (kuncen) Situ Bagendit. Keberadaan juru kunci di Situ Bagendit memiliki
peranan yang berkaitan erat dengan keberlangsungan ekologi Situ Bagendit. Hanya seiring
berjalannya waktu, fungsi dan peran juru kunci sebagai panduan dalam menjaga kearifan lokal
mulai tergerus jaman. Ketika dalam beberapa waktu –biasanya minimal seminggu- tangkapan
ikan menurun drastis, para nelayan lewat bimbingan juru kunci melaksanakan ritual Hajat
Bagendit sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan maaf kepada alam.
f. Fungsi Situ Bagendit
Situ adalah istilah yang digunakan masyarakat Sunda untuk menyebut danau yang
memiliki ukuran relatif kecil. Situ merupakan daerah penampung air yang terbentuk secara
alamiah ataupun buatan manusia yang merupakan sumber air baku bagi berbagai kepentingan
dalam kehidupan manusia. Sumber air yang ditampung di perairan ini pada umumnya berasal
dari air hujan run off, sungai atau saluran pembuangan, dan mata air. Air tersebut dipasok dari
Daerah Tangkapan Air DTA di sekitar situ. Daerah tangkapan air adalah wilayah di atas danau
atau situ memasok air ke danau atau situ tersebut.

Situ merupakan salah satu sumberdaya perairan umum yang mempunyai potensi strategis
dan manfaatnya bersifat serbaguna baik secara ekologis maupun ekonomis. Berdasarkan
Keppres No. 32 Tahun 1990, situ merupakan kawasan lindung setempat. Situ adalah genangan
air dalam suatu cekungan di permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan,
yang airnya bersumber dari air permukaan dan atau air tanah. Berukuran relatif lebih kecil
dibanding danau, tergolong kedalam ekosistan perairan air tawar terbuka dan dinamis.
Kuantitas dan kualitas airnya berhubungan dengan tata air dan drainase wilayah serta
dipengaruhi oleh tipe pemanfaatan badan air situ dan pemanfaatan lahan di dalam wilayah
tangkapannya.

Belum ditemukan data dan fakta tertulis terbentuknya Situ Bagendit. Meskipun dari
pengalaman para sesepuh di Situ Bagendit, ketika kemarau panjang Situ Bagendit mengalami
kekeringan. Para sesepuh ini sering menemukan pohon-pohon besar yang diperkirakan
berumur ratusan tahun. Mungkin saja dahulu daerah Situ Bagendit merupakan hutan atau rawa.
Sumber air Situ Bagendit berasal dari curah hujan, saluran pembuangan daerah irigasi Ciojar,
saluran pembuangan Cibuyutan selatan dan dari saluran air dari Gunung Guntur, serta saluran
keluar air Situ Bagendit melalui Parigi. Situ Bagendit di sebelah timur dimanfaatkan oleh
warga sekitar sebagai sarana pariwisata dan sebagai mata pencaharian dalam bidang perikanan,
seperti kegiatan penangkapan ikan, pembesaran ikan di karamba jaring apung, dan sebagai
irigasi bagi areal pesawahan. Luas situ Bagendit ± 120 ha dan berada dalam ketinggian 800
meter di atas permukaan laut. Pada umumnya Situ Bagendit berfungsi sebagai daerah resapan
air yang airnya dapat dimanfaatkan untuk pengairan, sebagai sumber keanekaragaman hayati,
dan tempat wisata.

Salah satu keunikan dari Situ Bagendit adalah terdapat beberapa pulau kecil di area Situ
Bagendit, yang dinamakan nusa oleh masyarakat sekitar Situ Bagendit. Diantaranya ada Nusa
Kalapa, Nusa Gede, Nusa Leutik, Nusa Onok. Masyarakat menggunakan areal nusa-nusa
tersebut untuk lahan pertanian dan perkebunan secara turun temurun dari para nenek moyang.
f.1 Fungsi Ekologi

Fungsi Situ Bagendit dari sudut pandang ekologi yaitu sebagai habitat kehidupan biota

air atau keanekaragaman hayati akuatik yang terdapat di Situ Bagendit. Baik berupa flora

maupun faunanya. Selain itu berfungsi sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan airnya

sebagai alat pemenuhan irigasi dan perikanan, sebagai sumber air baku, sebagai tangkapan air

serta penyuplai air tanah. Pemanfaatan dan fungsi Situ Bagendit sebagai salah satu sumber

pengairan untuk lahan persawahan di sekitar Situ Bagendit, dengan teknik pengambilan air

yang dinamakan ngagobag.

Keanekaragaman hayati yang ada di Situ Bagendit diantaranya adalah tumbuhan


walini, teratai air (nymphaea), eceng gondok (eichhornia crassipes) dan rumput khas Situ
Bagendit (ramokasang). Selain itu terdapat berbagai jenis ikan air tawar, diantaranya ikan nila,
jongjolong, betok, deleg, mujaer, lele, patin, paray, regis, rarong. Kemudian ada siput, keong
dan pernah juga ditemukan biawak dan ular air.

f.2 Fungsi Ekonomi

Sedangkan fungsi Situ Bagendit dari sudut pandang ekonomi, yaitu sebagai tempat

menangkap ikan untuk kebutuhan ekonomi keluarga. Selain kegiatan memancing pada

umumnya dalam mendapatkan ikan, di Situ Bagendit terdapat beberapa cara dalam menangkap

ikan. Keanekaragaman cara dalam menangkap ikan di Situ Bagendit merupakan bentuk

kreativitas warga dan termasuk salah satu unsur kebudayaan yang erat kaitannya dengan

kearifan lokal di bidang mata pencaharian. Kreativitas para nelayan dalam menangkap ikan

diantaranya adalah Ngangoh, Ngecrik, Milet, Nyirib, Ngalagar, Ngaleled, Ngagere,

Ngarangah, Ngabubu.
Gambar 5 dan 6. Milet, Salah satu cara mengambil ikan di Situ Bagendit
Gambar 7 dan 8. Ngecrik dan Ngangoh, ragam cara mengambil ikan di Situ Bagendit

IV. Kampung Wisata Cai Mukti Desa Sukamukti


Pemerintah Desa Sukamukti melalui Badan Usaha Milik Desa Mukti Mekar Mandiri
telah memulai rintisan usaha Wisata Desa melalui pembangunan Kampung Wisata Cai Mukti
yang berlokasi tepat di depan Kantor Desa Sukamukti. Dengan konsep sederhana yang terbuat
dari bahan-bahan lokal, wisata Kampung Cai Mukti Desa Sukamukti menawarkan pariwisata
kembali ke alam dengan sederhana tetapi bermakna. Fasilitas yang tersedia diantaranya rumah
makan terapung, perahu air dan panorama alam yang instragammable, cocok untuk latar
fotospot.
Bumdes Desa Sukamukti selain telah memulai rintisan usaha pariwisata desa melalui
Kampung Cai Mukti, juga telah melaksanakan kerjasama dengan Bank Jabar Banten (BJB)
terkait Layanan Laku Pandai. Selain itu juga Bumdes Mukti Mekar Mandiri sudah mempunyai
Sertifikat Kemenkumham, NIB dari Kementerian Investasi / Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal. Kemudian dokumen legalitas lainnya seperti NPWP, sertifikat standar
usaha wisata. Dokumen legalitas tersebut dilampirkan dalam pengajuan proposal ini.
Gambar 9 – 12. Fotospot wisata desa Kampung Cai Mukti Desa Sukamukti

V. Manfaat Yang Diharapkan


Pengajuan proposal pengelolaan wisata desa ini pada akhirnya akan memberikan manfaat
dan maslahat untuk masyarakat Desa Sukamukti. Selain memberikan dampak positif di bidang
ekonomi, dimana akan menambah peluang penghasilan dari berbagai kegiatan yang ada juga
memberikan peluang yang bagus untuk kelestraian ekologi dan budaya di Desa Sukamukti
khususnya dan untuk Kabupaten Garut pada umumnya. Kesempatan terbuka untuk
meningkatkan peluang kerja dan mendukung program pemerintah dalam meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat. Selain itu tentu menambah Pendapatan Asli Desa (PADes) yang pada
akhirnya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Garut di bidang
pariwisata, budaya dan ekonomi.

VI. Penutup
Demikian permohonan pengajuan ini kami sampaikan, besar harapan kami semoga Bapak
Bupati beserta para stakeholder terkait hal tersebut di atas memberikan respon positif yang
pada akhirnya membantu dan mendukung kegiatan kami sebagai bentuk pemberdayaan dan
kemandirian masyarakat Desa. Pada akhirnya kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
segala kekurangan dan kekhilafan kami. Atas segala bantuan dan dukungannya kami haturkan
terima kasih tak terhingga, Inysaa Allah kebaikan dan bantuan Bapak Bupati beserta jajaran
terkait mendapat balasan keberkahan Allah Swt fiddunya wal akhirah..Aamiin Aamiin Ya
Allah Ya Robbal’alamiin Aamiin Ya MujibasSailin…

Sukamukti, September 2022


Kepala Desa Sukamukti

Dadan Hamdani

Anda mungkin juga menyukai