DESA SUKAMUKTI
KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT
Jl. Bagendit No. 113 Desa Sukamukti Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut 44191
Salam silaturahmi kami sampaikan dan teriring doa semoga Allah SWT memberikan limpahan
petunjuk dan lindungan bagi kita semua, Sholawat beserta salam kami haturkan kepada Baginda Nabi
wilayah Desa Sukamukti termasuk ke dalam Zona 3 sesuai dengan Master Plan Penataan Kawasan
Wisata Situ Bagendit. Berkenaan dengan hal tersebut, Badan Usaha Milik Desa “Mukti Mekar
Mandiri” sebagai salah satu bagian dari Pemerintah Desa Sukamukti mengajukan Proposal untuk
1. Kawasan dermaga nelayan dan wisata di Kampung Kiaralawang RW. 003 dan RW. 011
3. Kawasan dermaga nelayan dan wisata di Pulo Emen dan Kp. Cianten RW. 001
Demikian surat permohonan ini kami sampaikan, atas bantuan dan kerja sama Bapak Bupati
Mengetahui,
I. Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan sektor potensial yang dapat dikembangkan sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program
pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan
yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan
sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik. Hal tersebut sejalan
dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan
pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong
pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di
Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Agar bidang kepariwisataan dapat mewujudkan pembangunan ekonomi yang optimal
maka pengembangan pariwisata harus berbasis masyarakat. Salah satu model pengembangan
dari bentuk pariwisata berbasis masyarakat adalah pariwisata pedesaan atau dalam hal ini
dapat disebut dengan desa wisata. Dalam pengembangan desa wisata menuntut adanya
koordinasi dan kerjasama serta peran yang seimbang antara unsur stakeholders termasuk
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Oleh karena itu salah satu pendekatan yang digunakan
untuk mengembangkan desa wisata adalah dengan pendekatan partisipatif. Pengembangan
desa wisata ini secara ekonomi dapat dikembangkan dengan tujuan menarik wisatawan untuk
datang, menciptakan wisatawan nyaman sehingga lama tinggal di tempat wisata, serta
bagaimana supaya mereka dapat membelanjakan uangnya di tempat wisata tersebut. Untuk
mewujudkan desa wisata, dimulai dengan membangun masyarakatnya di desa tersebut sebagai
modal dasar. Masyarakat disadarkan akan potensi desa untuk dikembangkan. Unsur terpenting
dalam pembangunan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam setiap aspek
kepariwisataan di desa tersebut. Terdapat dua indikator penting mengenai tingkat keberhasilan
suatu desa wisata, diantaranya yaitu adanya kemandirian institusi-institusi lokal dan
tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Kemandirian institusi lokal sangat penting
karena sebagai basis aktifitas masyarakat dalam pariwisata, yang berfungsi sebagai sumber
ekonomi, pengetahuan, keterampilan, serta cagar budaya masyarakat setempat. Sementara,
ketersediaan sumber daya manusia yang visioner, tangguh, dan profesional menjadikan faktor
kunci penopang keberhasilan program-program itu sendiri.
Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini sejalan dengan tema Penataan Kawasan
Pariwisata Situ Bagendit dari Bappeda Kabupaten Garut yang mengusung Konsep Ecowisata
Berbasis Masyarakat. Pendekatan kawasan konservasi, memiliki kepedulian, komitmen dan
rasa tanggung jawab terhadap pelestarian alam. Pendekatan Partisipasi Masyarakat,
menjadikan masyarakat sebagai subjek dengan melibatkan secara langsung. Pendekatan
kawasan lainnya yang digunakan tentunya pendekatan sebagai kawasan Wisata, menciptakan
rasa nyaman, aman, memberikan kepuasan dan pengalaman yang menarik kepada pengunjung.
Penataan wisata Situ Bagendit juga dilakukan dengan pendekatan kawasan Pendidikan
(Lingkungan), meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai sejarah dan budaya
serta memberikan nilai tambah bagi pengunjung. Kesemuanya itu akhirnya bermuara pada
pendekatan Perekonomian lokal yang dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
peningkatan perekonomian masyarakat setempat maupun pemerintah, dengan meningkatnya
Pendapatas Asli Desa (PADes) dan tentu pada akhirnya terjadi peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Garut.
Hampir seluruh wilayah permukaan di sekitar kawasan Situ Bagendit berada pada
ketinggian yang sama, antara 700 mdpl. Fakta tersebut tercatat di seluruh desa di sekitar
kawasan Situ Bagendit seperti tersaji dalam tabel berikut :
Wilayah di sekitar kawasan Situ Bagendit terbagi menjadi dua bagian, yaitu hamparan
atau lahan dataran dan perbukitan. Teridentifikasi tiga kelas kategori kemiringan lereng yang
terbentuk di wilayah kawasan Situ Bagendit dan sekitarnya, yaitu kemiringan lahan kelas I
berkategori lahan datar dengan interval kelerengan antara 0-8%, kemiringan lahan kelas II
berkategori lahan landai dengan interval kelerengan antara 8-15%, serta kemiringan lahan
kelas III berkategori agak curam dengan interval kelerengan antara 15-25%. Wilayah kawasan
Situ Bagendit memiliki dua jenis tanah yaitu andosol dan aluvial. Keduanya terbentang
mengitari areal badan air Situ Bagendit. Tanah andosol terbentang di wilayah sempadan
bagian timur dan utara kawasan. Sedangkan tanah aluvial terbentang di sebagian wilayah
sempadan utara situ, barat, hingga ke bagian selatan sempadan Situ Bagendit (dalam Jurnal
Luas areal badan air Situ Bagendit saat ini seluas 87,57 ha dengan kedalaman air rata-rata
2,20 meter dengan kemampuan daya tampung air Situ Bagendit saat ini hanya 1.751.408 m3
saja.
Badan air Situ Bagendit dialiri dari sungai Cimanuk dengan sub daerah pengairan sungai
Ciojar dan Cibuyutan Selatan. Luas eksisting badan air Situ Bagendit adalah 87,57 ha.
Kedalaman air rata-rata 2,20 m dengan kedalaman sedimen rata-rata 3,20 m. Saat ini badan air
Situ Bagendit hanya mampu menampung 1.751.408 m3 akibat tumpukan sedimen yang
mencapai 2.627.112 m3.
Gambar 2 : Jurnal Manajemen Resort dan Leisure UPI Vol.13, No.1, April 2016
Badan air Situ Bagendit dialiri dari sungai Cimanuk dengan sub daerah pengairan sungai
Ciojar dan Cibuyutan Selatan. Luas eksisting badan air Situ Bagendit adalah 87,57 ha.
Kedalaman air rata-rata 2,20 m dengan kedalaman sedimen rata-rata 3,20 m. Saat ini badan air
Situ Bagendit hanya mampu menampung 1.751.408 m3 akibat tumpukan sedimen yang
mencapai 2.627.112 m3. Sedangkan lahan pemanfaatan untuk rekreasi berada pada wilayah
sempadan timur Situ Bagendit. Disana banyak berdiri pula bangunan warung-warung semi
permanen yang dibangun oleh warga sekitar kawasan Situ Bagendit. Kemudian seluas 36,43
ha lahan kawasan telah berubah menjadi lahan pertanian sawah oleh penduduk sekitar.
Wilayah ini sebagian besar pada wilayah sempadan bagian barat Situ Bagendit. Vegetasi di
kawasan ini cukup untuk mendukung penataan ruang wisata yang berkonsep fungsi lindung
dengan kerapatan pepohonan di sekitar kawasan.
Situ merupakan salah satu sumberdaya perairan umum yang mempunyai potensi strategis
dan manfaatnya bersifat serbaguna baik secara ekologis maupun ekonomis. Berdasarkan
Keppres No. 32 Tahun 1990, situ merupakan kawasan lindung setempat. Situ adalah genangan
air dalam suatu cekungan di permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan,
yang airnya bersumber dari air permukaan dan atau air tanah. Berukuran relatif lebih kecil
dibanding danau, tergolong kedalam ekosistan perairan air tawar terbuka dan dinamis.
Kuantitas dan kualitas airnya berhubungan dengan tata air dan drainase wilayah serta
dipengaruhi oleh tipe pemanfaatan badan air situ dan pemanfaatan lahan di dalam wilayah
tangkapannya.
Belum ditemukan data dan fakta tertulis terbentuknya Situ Bagendit. Meskipun dari
pengalaman para sesepuh di Situ Bagendit, ketika kemarau panjang Situ Bagendit mengalami
kekeringan. Para sesepuh ini sering menemukan pohon-pohon besar yang diperkirakan
berumur ratusan tahun. Mungkin saja dahulu daerah Situ Bagendit merupakan hutan atau rawa.
Sumber air Situ Bagendit berasal dari curah hujan, saluran pembuangan daerah irigasi Ciojar,
saluran pembuangan Cibuyutan selatan dan dari saluran air dari Gunung Guntur, serta saluran
keluar air Situ Bagendit melalui Parigi. Situ Bagendit di sebelah timur dimanfaatkan oleh
warga sekitar sebagai sarana pariwisata dan sebagai mata pencaharian dalam bidang perikanan,
seperti kegiatan penangkapan ikan, pembesaran ikan di karamba jaring apung, dan sebagai
irigasi bagi areal pesawahan. Luas situ Bagendit ± 120 ha dan berada dalam ketinggian 800
meter di atas permukaan laut. Pada umumnya Situ Bagendit berfungsi sebagai daerah resapan
air yang airnya dapat dimanfaatkan untuk pengairan, sebagai sumber keanekaragaman hayati,
dan tempat wisata.
Salah satu keunikan dari Situ Bagendit adalah terdapat beberapa pulau kecil di area Situ
Bagendit, yang dinamakan nusa oleh masyarakat sekitar Situ Bagendit. Diantaranya ada Nusa
Kalapa, Nusa Gede, Nusa Leutik, Nusa Onok. Masyarakat menggunakan areal nusa-nusa
tersebut untuk lahan pertanian dan perkebunan secara turun temurun dari para nenek moyang.
f.1 Fungsi Ekologi
Fungsi Situ Bagendit dari sudut pandang ekologi yaitu sebagai habitat kehidupan biota
air atau keanekaragaman hayati akuatik yang terdapat di Situ Bagendit. Baik berupa flora
maupun faunanya. Selain itu berfungsi sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan airnya
sebagai alat pemenuhan irigasi dan perikanan, sebagai sumber air baku, sebagai tangkapan air
serta penyuplai air tanah. Pemanfaatan dan fungsi Situ Bagendit sebagai salah satu sumber
pengairan untuk lahan persawahan di sekitar Situ Bagendit, dengan teknik pengambilan air
Sedangkan fungsi Situ Bagendit dari sudut pandang ekonomi, yaitu sebagai tempat
menangkap ikan untuk kebutuhan ekonomi keluarga. Selain kegiatan memancing pada
umumnya dalam mendapatkan ikan, di Situ Bagendit terdapat beberapa cara dalam menangkap
ikan. Keanekaragaman cara dalam menangkap ikan di Situ Bagendit merupakan bentuk
kreativitas warga dan termasuk salah satu unsur kebudayaan yang erat kaitannya dengan
kearifan lokal di bidang mata pencaharian. Kreativitas para nelayan dalam menangkap ikan
Ngarangah, Ngabubu.
Gambar 5 dan 6. Milet, Salah satu cara mengambil ikan di Situ Bagendit
Gambar 7 dan 8. Ngecrik dan Ngangoh, ragam cara mengambil ikan di Situ Bagendit
VI. Penutup
Demikian permohonan pengajuan ini kami sampaikan, besar harapan kami semoga Bapak
Bupati beserta para stakeholder terkait hal tersebut di atas memberikan respon positif yang
pada akhirnya membantu dan mendukung kegiatan kami sebagai bentuk pemberdayaan dan
kemandirian masyarakat Desa. Pada akhirnya kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
segala kekurangan dan kekhilafan kami. Atas segala bantuan dan dukungannya kami haturkan
terima kasih tak terhingga, Inysaa Allah kebaikan dan bantuan Bapak Bupati beserta jajaran
terkait mendapat balasan keberkahan Allah Swt fiddunya wal akhirah..Aamiin Aamiin Ya
Allah Ya Robbal’alamiin Aamiin Ya MujibasSailin…
Dadan Hamdani