Anda di halaman 1dari 18

DAMPAK PENURUNAN

PREVALENSI STUNTING
Uji Publik Regulasi dan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
Pencegahan Stunting Tingkat Kabupaten/Kota

SIDOARJO, 21 JUNI 2022


OVERVIEW
4.73 Kota Madiun

PERTUMBUHAN
4.34 Pasuruan
4.29 Kota Surabaya
4.28 Kota Blitar

EKONOMI
4.21 Sidoarjo
4.21 Kota Malang
Pertumbuhan Ekonomi 2021

4.12 Mojokerto
4.08 Banyuwangi
4.06 Kota Probolinggo 5.44 5.57 5.46 5.5 5.53
4.04 Kota Batu
4.00 Jember 5.17
4.88 5.03 5.07 5.02 3.57
3.79 Gresik
3.65 Trenggalek
3.69
3.65 Kota Mojokerto
3.64
3.61
Kota Pasuruan
Nganjuk
TARGET 2023
3.57 Jawa Timur
3.53 Tulungagung
3.49 Bondowoso 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
JATIM
3.43 Lamongan
3.41 Pamekasan
3,45 – 5,15
-2.33
3.35 Probolinggo
-2.07
3.34 Madiun
3.26 Situbondo
Jawa Timur Nasional
3.24 Jombang
PREPARASI TOTAL PDRB
3.19 Ponorogo
& KONSTELASINYA terhadap PDB NASIONAL
3.14 Lumajang
3.12 Malang
3.06 Kediri
3.04 Magetan
3.02 Blitar
3.00 Tuban
2.61 Sumenep
2.55 Ngawi
2.50 Kota Kediri
2.49 Pacitan
0.22 Sampang
-2.07 Bangkalan
-5.54 Bojonegoro Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2022
Sampang 23.76
Bangkalan 21.57

PENDUDUK MISKIN
Sumenep 20.51
Probolinggo 18.91
Tuban 16.31
Ngawi 15.57
Pamekasan 15.30
JAWA TIMUR 313.130 Pacitan 15.11
11.46 11.4 Bondowoso
11.09 14.73

Persentase Penduduk Miskin 2021


JAWA BARAT 190.480 10.59 Lamongan 13.86
10.37 10.2 10.19 10.14 Bojonegoro 13.27
JAWA TENGAH 175.740 9.78 9.71
9.41 9.2 Situbondo 12.63
Gresik 12.42
LAMPUNG 76.910 Trenggalek 12.14

4,585,970

4,572,730
4,419,100
Madiun

4,259,600
11.91
SUMATERA UTARA 70.790

4,056,000
4,112,250
Nganjuk 11.85
Kediri 11.64
DI YOGYAKARTA 31.960 Prov Jawa Timur 11.40
Magetan 10.66
SUMATERA BARAT 30.740 Mojokerto 10.62
Malang
MALUKU 26.840 Mar 2019 Sep 2019 Mar 2020 Sep 2020 Mar 2021 Sep 2021
Jember
10.50
10.41
Ponorogo
SULAWESI TENGAH 23.230 Jumlah Pend Miskin Jatim
10.26
Lumajang 10.05
Tingkat Kemiskinan Nasional
NTT 23.030 Jombang 10.00
Tingkat Kemiskinan jatim Pasuruan 9.70
Blitar 9.65
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Banyuwangi 8.07
TARGET 2023 Kota Blitar 7.89
Kota Kediri 7.75
Tulungagung 7.51
JATIM Kota Probolinggo 7.44
Kota Pasuruan 6.88
10,55 – 9,35 Kota Mojokerto 6.39
Sidoarjo 5.93
Kota Surabaya 5.23
Capaian Kemiskinan Jawa Timur September 2021 sudah mendekati sebelum Kota Madiun 5.09
Pandemi COVID 19 (Maret 2019) Kota Malang 4.62
Kota Batu 4.09
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2022
INDEKS GINI
Kota Malang 0.407
JAWA TIMUR 0.374
Kota Kediri 0.374
Kab.… 0.373
Kota Blitar 0.370
Kab. Ponorogo 0.369
Kab. Malang 0.367
Kab. Madiun 0.359
0.389 Kab. Magetan 0.357
0.384 0.385 0.384 Kab. Blitar 0.353
0.382 0.381 0.381 Kota Surabaya 0.351
0.379 0.38
Kota Pasuruan 0.350

Gini
0.374 Kab. Sidoarjo 0.347
Kab. Tuban 0.345

Gini
0.371 0.37
Kota Madiun 0.345

Ratio
0.366
0.364 0.364 0.364 Kab. Pasuruan 0.344

Ratio
Kab. Bojonegoro 0.340
Kab. Pacitan 0.337

Kab/Kota
Nasional Jawa Timur Kab. Jember 0.336

Kab/Kota
Kab. Trenggalek 0.335
Kab.… 0.334
Mar-18 Sep-18 Mar-19 Sep-19 Mar-20 Sep-20 Mar-21 Sep-21 Kota Mojokerto 0.334
Kab. Jombang 0.332

Maret
Kab. Kediri 0.330

20212021
Kab.… 0.327
Kab.… 0.326
Kab.… 0.323
Kab. Situbondo 0.323
Kab. Gresik 0.313

TARGET 2023 Kota Batu 0.312


Kab. Lumajang 0.309
Kab. Ngawi 0.309
Kab. Nganjuk 0.308

JATIM Bila Gini Ratio = 0,


ketimpangan pendapatan
Bila Gini Ratio = 1, artinya Kab. Bangkalan
Kota…
0.303
0.299
ketimpangan pendapatan
merata sempurna, artinya timpang sempurna atau Kab. Mojokerto 0.294
0,3676 – 0,3671 setiap orang menerima pendapatan itu hanya Kab. Sumenep 0.294
pendapatan yang sama diterima oleh satu orang Kab. Lamongan 0.292
dengan yang lainnya. atau satu kelompok saja. Kab. Sampang 0.268
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2022
I ndeks HARAPAN LAMA
SEKOLAH (HLS)

13,36
IPM KAB/KOTA TH. 2021
Kota Surabaya
Kota Malang
82.31
82.04

P embangunan
Kota Madiun 81.25
tahun Sidoarjo 80.65
Kota Blitar 78.98
Kota Kediri 78.60

17
Kota Mojokerto 78.43
RATA-RATA LAMA Gresik 76.50

M anusia
SEKOLAH (RLS) Kota Batu 76.28

7,88
Kab/Kota Kota Pasuruan 75.62
Diatas Magetan 74.15
Jatim
tahun Mojokerto 74.15
Kota Probolinggo 73.66
Jombang 73.45
72.29
72.14 Tulungagung 73.15
Jatim Nasional 71.92 71.94 UMUR HARAPAN Lamongan 73.12
71.71 HIDUP (UHH) Kediri 72.56
71.39 71.50
71,38
JAWA TIMUR 72.14
Nganjuk 71.97

70.81 70.77 Madiun 71.88


tahun Banyuwangi 71.38

70.27 Ponorogo 71.06


Blitar 71.05
PENGELUARAN Ngawi 71.04
PERKAPITA Malang 70.60

11.707 21
Trenggalek 70.06
Bojonegoro 69.59
Pasuruan 68.93
satuan juta rupiah
2017 2018 2019 2020 2021 Kab/Kota
Dibawah
Tuban 68.91
Pacitan 68.57
jatim
Situbondo 67.78
TARGET IPM TAHUN 2023 Jember 67.32
Sumenep 67.04
Bondowoso 66.59

JATIM Pamekasan
Probolinggo
66.40
66.26
Lumajang 66.07
73,08 – 73,57 Bangkalan 64.36
Sampang 62.80
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2022
TPT KAB/KOTA TH. 2021

TINGKAT PENGANGGURAN Sidoarjo


Kota Surabaya 9.68
10.87

TERBUKA (TPT)

13 Kab/Kota > Jatim


Kota Malang 9.65
Kota Madiun 8.15
Bangkalan 8.07
Gresik 8.00
Jombang 7.09

TPT Nasional Kota Blitar 6.61


TPT Jatim Jumlah Pengangguran Jatim
Kota Batu 6.57
Kota Probolinggo 6.55
Kota Kediri
7.07
6.37

6.49 Kota Pasuruan 6.23


Pasuruan 6.03
TARGET 2023 5.84 5.74 Jawa Timur 5.74
5.50 5.30 5.28 Kota Mojokerto 5.54
Mojokerto 5.54
Jember 5.44

JATIM 4.00 3.91 3,82 Banyuwangi 5.42

1,306,020

1,280,000
Malang 5.40
Kediri
5,41 – 3,82
5.15

850,000
840,000

840,000
Madiun 4.99
Nganjuk 4.98

25 Kab/Kota < Jatim


Tulungagung 4.91
Lamongan 4.90
Bojonegoro 4.82
Tuban 4.68
2017 2018 2019 2020 2021 Probolinggo 4.55
Sumber: BPS dan BPS Provinsi Jawa Timur Bondowoso 4.46
Ponorogo 4.38
Ngawi 4.25
TPT Jatim pada tahun 2021 Angka tersebut lebih Magetan 3.86
Situbondo 3.68
sebesar 5,74%. Angka tersebut rendah dibandingkan Blitar 3.66

mengalami penurunan 0,10


25 poin TPT Nasional tahun Trenggalek 3.53
Lumajang 3.51
dibandingkan TPT 2020 sebesar 2021 sebesar 6,49%. Sampang 3.45
Pamekasan
5,84%. Sumenep
3.10
2.31
Pacitan 2.04
STUNTING

Sinyal bahwa ada masalah dalam manajemen


penyelenggaraan pelayanan dasar, dimana pelayanan
terhadap upaya pencegahan dan penurunan prevalensi
stunting belum tersedia dalam skala dan kualitas yang
memadai serta tidak sampai secara lengkap pada kelompok
sasaran keluarga prioritas.
H.L BLUM THEORY 3 Komponen Perilaku
Pencegahan Stunting
30%
Faktor
Perilaku

Pola Asuh
40% 20%
Faktor Derajat Faktor
Pelayanan
Lingkungan Kesehatan Kesehatan
Pola Makan

Faktor 20%
Genetika Pola Hidup
Bersih dan Sehat
Improvment Sumber : Campbell, C., & Cornish, F. (2011).

1. Kebijakan nutrisi yang komprehensif


2. Kepemimpinan & koordinasi daerah
1. Penguatan Manajemen Kinerja
Enabling 3. Pembaruan pedoman/protokol gizi
Environment 2. Penguatan Monitoring & Evaluasi
4. Sistem pengawasan & umpan balik
3. Penguatan Kebijakan & Pedoman
5. Lingkungan yang memadai (Informasi,
peralatan & persediaan)

Health 1. Pelatihan berbasis kompetensi


Penguatan Sumber Daya
Worker 2. Ekspektasi kinerja yang jelas
Support Manusia
3. Insentif untuk meningkatkan motivasi

1. Pengumpulan data berbasis komunitas


Community
2. Penguatan struktur masyarakat 1. Komunikasi Perubahan Perilaku
Driven
Demand 3. Peningkatkan pengetahuan & perilaku 2. Komunikasi Interpersonal
4. Peningkatan layanan
Best Practice
Sumber : https://www.lift-fund.org/en/lift-voices/five-proven-measures-reduce-stunting
Adanya Keterlibatan/Aksi Masyarakat #1

Di Maharashtra (India), prevalensi stunting berkurang 16% dalam 7 tahun


• Pelibatan masyarakat dalam penangan stunting dengan petugas secara aktif berada
di garda terdepan
• Masyarakat diberdayakan untuk bekerja secara horizontal lintas sektor
(berkoordinasi dengan tenaga kesehatan rumah sakit atau bidan, dan membantu
memberikan dukungan dan bimbingan di sekolah)
• Masyarakat dan petugas kesehatan sebagai garda depan pemberian layanan gizi
dan perbaikan kebiasaan
Aspek penting dari pendekatan ini adalah pentingnya peningkatan kapasitas dan
memberikan sumber daya yang memadai kepada masyarakat, petugas kesehatan, dan
pengambil keputusan untuk merencanakan dan mengelola kegiatan yang bertujuan
untuk mencapai nutrisi yang lebih baik untuk semua
Sumber : https://www.lift-fund.org/en/lift-voices/five-proven-measures-reduce-stunting
Program penanganan stunting dlm bentuk paket
intervensi #2

Bangladesh telah mengurangi stunting sebesar 1,4% per tahun sejak 1997 melalui
paket intervensi
• Pendorong utama penurunan adalah peningkatan aset rumah tangga, pendidikan
orang tua, cakupan sanitasi, penggunaan layanan kesehatan (termasuk layanan
nutrisi)
• Upaya terkoordinasi dan terkonsentrasi untuk mengatasi penyebab langsung
stunting seperti penyakit dan asupan makanan, akses layanan kesehatan yang
berkualitas, pendidikan dan pengurangan kemiskinan
• Paket intervensi mengutamakan keterkaitan antar program untuk mengatasi
penyebab stunting yang saling terkait
• Penyebab stunting tidak linier, sehingga respons terhadap stunting pun bukan
pendekatan yang linier
Maternity Cash Transfers (Meksiko)
• Bantuan tunai yang dikombinasikan dengan nutrisi, pendidikan kesehatan
dan suplementasi mikronutrien (berhasil mengurangi stunting pada anak di
bawah 36 bulan sebesar 10 persen).
• Bantuan tunai dapat digunakan untuk membeli makanan padat gizi selama
masa kehamilan, menyusui dan MPASI, menambah pendapatan dan
meningkatkan akses pelayanan kesehatan.
• Peningkatan pengetahuan dan konsumsi makanan yang lebih beragam.
• Merangsang pasar dan ekonomi lokal untuk meningkatkan ketersediaan
makanan bergizi, dan memberdayakan perempuan melalui kontrol sumber
daya.
Aspek Kebijakan dan Perundang-undangan #3

• Vietnam memperpanjang cuti melahirkan hingga enam bulan dan melarang iklan
pengganti ASI, yang diketahui menyebabkan penurunan tingkat pemberian ASI
eksklusif.
• Perubahan legislatif ini diperkuat oleh kampanye kesadaran publik untuk
mempromosikan pesan-pesan kunci kebijakan dan memberikan kredibilitas pada
petugas kesehatan.
• Keberhasilan perubahan legislatif bergantung pada dukungan tingkat masyarakat
kepada ibu dan keluarga mereka serta kepemimpinan yang kuat untuk memastikan
pelaksanaan kebijakan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan.
Komitmen dan Kepemimpinan #4

• Brasil mengalami penurunan stunting dari 37 persen menjadi 7 persen dalam 30


tahun dan peningkatan rata-rata lama waktu menyusui dari 2,5 bulan menjadi 14
bulan
• Komitmen dan kepemimpinan dilakukan dengan memprioritaskan kebijakan terkait
gizi dengan meningkatkan akses ke layanan gizi ibu dan anak, dan menciptakan
lingkungan yang mendukung pemberian ASI yang lebih lama
• Pemerintah nasional, dan sub-nasional memasukkan aspek ketahanan pangan
dan gizi dalam prioritas utama yang didukung dengan anggaran yang memadai
dan dukungan kelembagaan untuk melaksanakan program yang direncanakan
SALAM SEHAT
DAN
SEMOGA BENRMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai