Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KECEMASAN

IBU BERSALIN KALA 1 DI PUSKESMAS GARUDA


KOTA BANDUNG TAHUN 2022

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

SURNIWATI NDRURU
NPM 1117088

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
yang berjudul “hubungan dukungan suami dengan kecemasan ibu bersalin
kala 1 di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2022”. skripsi ini disusun
untuk memenuhi syarat tugas akhir Institut Kesehatan Rajawali.
Tidak sedikit rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan proposal
skripsi ini, baik dalam teknik penulisan maupun dalam pengumpulan dan
pengolahan data. Berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
penulis dapat mengatasi kesulitan tersebut, penulis banyak mendapatkan
pengarahan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1 Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. Selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali.
2 Erni Hernawati, S.S.T., M.M., M.Keb. Selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali.
3 Fathia Rizki, SST., M. Tr.Keb. Selaku Penanggung Jawab Program Studi
Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali.
4 dr. Nina Suminarsih, Selaku Kepala Puskesmas Cicurug Kabupaten
Sukabumi yang telah memberikan izin dan arahan selama penyusunan tugas
akhir.
5 Lia Kamila, S.S.T.,M.Keb, Selaku pembimbing utama proposal skripsi, yang
telah menuntun, mendidik, dan memberikan saran dan dorongan selama
penyusunan proposal Skripsi.
6 Nidya Ikha Putri, S.S,T., M. Biomed. Selaku pembimbing pendamping, yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan
bantuan selama penyusunan tugas akhir;
7 Bapak dan Ibu dosen Program Studi Sarjana Kebidanan yang telah
memberikan banyak ilmu selama penulis menempuh studi di Institut
Kesehatan Rajawali Bandung.

ii
8 Suami, anak dan kedua orangtua yang senantiasa memberikan doa dan
memberikan dukungan selama penulisan ini.
9 Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Sarjana Kebidanan Alih Jenjang
Institut Kesehatan Rajawali yang senantiasa selalu memberikan doa dan
dukungan.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari semua pihak
sebagai pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya, besar harapan penulis semoga Allah SWT meridhoi kita semua
dan tulisan ini semoga memberikan manfaat khususnya bagi perkembangan
Pendidikan.
Bandung, Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN ..............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................4
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................5
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................5
1.5 Hipotesis Penelitian........................................................................6
1.6 Manfaat Penelitian.........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan.....................................................................................8
2.2 Dukungan Suami..........................................................................21
2.3 Persalinan.....................................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Peneliti.......................................................................34
3.2 Kerangka Konsep.........................................................................34
3.3 Variabel Penelitian.......................................................................34
3.4 Definisi Operasional.....................................................................35
3.5 Populasi dan Sampel....................................................................35
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian....................37
3.7 Pengolahan dan Analisis Data......................................................37
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................35

v
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori...............................................................................33


Bagan 3.1 Kerangka Konsep...........................................................................34

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi indikator keberhasilan
pembangunan pada sektor kesehatan. Berdasarkan world health organization
(WHO) dan survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) angka kematian
ibu (AKI) di Indonesia tertinggi dibandingkan AKI di Negara-negara miskin
ASIA, Srilanka menempati posisi terrendah 60 per 100.000 kalahiran hidup
yang diikuti oleh Nepal 170 per 100.000 kelahiran hidup dan yang menempati
posisi tertinggi Timor leste 300 per 100.000 kelahiran hidup yang diikuti oleh
Kamboja 250 per 100.000 kelahiran hidup. serta indikator yang akan dicapai
adalah menurunnya angka kematian menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2019, jumlah kematian ibu di Indonesia sebanyak 4.627 jiwa pada
2020. Jumlah tersebut meningkat 8,92% dari tahun sebelumnya yang
sebanyak 4.197 jiwa.Berdasarkan provinsi (Kemenkes, 2019)
Jumlah dari 14.640 total kematian ibu, dari data tersebut, ada 83.447
kematian ibu di desa maupun kelurahan, sementara di Puskesmas ada 9.825
kematian ibu, dan 2.868 kematian ibu di rumah sakit, kematian ibu yang
terjadi, adalah di rumah sakit 77%, di rumah 15,6%, di perjalanan ke fasilitas
pelayanan kesehatan 4,1%, di fasilitas kesehatan lainnya 2,5% dan kematian
ibu di tempat lainnya sebanyak 0,8%. Akibat gangguan hipertensi sebanyak
33,07%, perdarahan obstetrik 27.03%, komplikasi non obstetric 15.7%,
komplikasi obstetric lainnya 12.04% infeksi pada kehamilan 6.06% dan
penyebab lainnya 4.81% (Kemenkes RI, 2019)
Di Jawa Barat berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Barat jumlah kematian
ibu yang dilaporkan pada tabel data profil kesehatan 2019 sebesar 76,3 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kejadian kematian ibu pada tahun
2020 adalah sebesar sebanyak 745 ibu yang meninggal dunia atau sebesar
78,6 per 100.000 kelahiran hidup dengan kasus kematia terbanyak adalah
disebabkan hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110 kasus atau 23,86%.

1
2

Sementara, kematian ibu yang disebabkan gangguan peredaran darah


sebanyak 230 kasus atau 4,94% (Profil kesehatan Provinsi Jawa Barat 2020).
Profil Kesehatan Kota Bandung tahun 2019 umumnya disebabkan
karena faktor internal dari ibu hamil. Beberapa penyebab kematian ibu yang
terjadi saat ini antara lain karena kasus perdarahan (3 kasus), penyakit jantung
(2 kasus), Eklampsi (1 kasus), infeksi appendiks perforasi (1 kasus), Anemi
kongenital (1 kasus), PEB (2 kasus) dan penyebab lainlain seperti TB (2
kasus) dan DM (1 kasus). Secara nasional penyebab kematian ibu terutama
masih disebabkan oleh perdarahan (27,1%), Hipertensi (22,1%) dan penyebab
lain-lain (30,2%) (Profil kesehatan Kota Bandung tahun 2019)
Data yang diperoleh dari di Puskesmas Garuda Kota Bandung, pada
tahun 2021 jumlah ibu hamil berjumlah 1.102 jiwa dan pada tahun 2020
terdapat ibu bersalin sebanyak 49% jiwa ibu bersalin kemudian 28% jiwa
yang melakukan pemeriksaan ANC ke Puskesmas Garuda, kasus kematian
tersebut sebagian besar disebabkan oleh perdarahan 11,2% hipertensi dalam
(32,5%) kehamilan infeksi (0,6%) (PKM Garuda, 2020)
Kehamilan merupakan kelompok rentan mengalami gangguan emosional
atau gangguan psikologi. Perubahan secara fisik dan fungsi hormone dapat
memicu ketidakstabilan emosi wanita hamil. Pada ibu hamil lebih mudah
mengalami gangguan emosional karena ada perubahan hormone
progesterone, selama kehamilan baik ibu maupun janin yang sedang
berkembang dapat menghadapi berbagai resiko gangguan Kesehatan.
Gangguan Kesehatan tersebut dapat secara fisik maupun psikososial.
Perubahan fisiologis lainnya menimbulkan adanya perubahan suasanan hati,
gangguan emosional, kecemasan dan depresi (Bjelica, 2018)
Persalinan dengan kala I lama adalah persalinan yang fase latennya
berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaannya tidak
adekuat atau bervariasi; Kurang dari 1 cm setiap jam selama sekurang-
kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan; kurang dari 1,2 cm per jam
pada primigravida dan kurang dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12
jam sejak pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per
3

jam). Insiden ini terjadi pada 5 persen persalinan dan pada primigravida
insidensinya dua kali lebih besar daripada multigravida, melemahnya
kontraksi rahim atau kontraksi inadekuat ini merupakan penyebab terbanyak
terjadinya lama dalam persalinan kala I (Kumarawati, 2015)
Hasil penelitian aisyah (2020) di Polindes Pemata Bunda Tuban 25
responden tentang gambaran tingkat kecemasan terhadap lama persalinan
kala I pada ibu infartu, hampir mengalami tingkat kecemasan. Responden
yang mengalami tngkat kecemasan ringan dengan Lama kala 1 normal yaitu
sebanyak 16 responden (76%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil ibu
inpartu yang mengalami tingkat kecemasan ringan dengan lama kala 1
normal. Oleh karena itu untuk menurunkan tingkat kecemasan ibu inpartu
yaitu dengan meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga, lingkungan yang
nyaman, informasi seputar persalinan (Aisyah, 2020)
Hasil penelitian Tenri tahun 2021 tentang pengaruh dukungan suami
terhadap tingkat kecemasan ibu hamil trimester III di RS Muhammadiyah
Kota Malang, dengan sempel sebanyak 100 orang ibu hamil, hasil penelitian
terdapat pengaruh yang positif dan significant dari dukungan suami terhadap
kecemasan ibu hamil, diperoleh nilai β = .884, dan nilai T(100) = 1,98, p <
0.05. Besarnya pengaruh dukungan suami terhadap tingkat kecemasan ibu
hamil adalah sebesar 80% R2 = 0.800 (Tenri, 2021)
Hasil penelitian Etty tahun 2019, tentang hubungan dukungan suami
terhadap kecemasan di klinik Wanti Mabar Hilir kecamatan Medan Deli
Tahun 2019, dengan sempel sebanyak 30 orang, hasil bahwa suami kurang
mendukung (53,3%), ibu yang mengalami kecemasan. Berdasarkan uji
stasistik pada tabel tabulasi silang tidak bisa digunakan uji chi square karena
terdapat satu sel nilai expected count kurang dari 5. Untuk itu digunakan uji
alternatif chi sguare yakni Fisher's Exact Test. Berdasarkan uji Fisher's Exact
Test ditemukan nilai p (0.00) lebih kecil dari nilai ὰ ( 0,05) (Etty, 2019)
4

Hasil penelitian Sari tentang hubungan dukungan suami dengan tingkat


kecemasan menghadapi persalinan pada ibu hamil primigravida trimester III
di Puskesmas Sleman, hasil penelitian menunjukkan yang mendapat
dukungan dari suami yaitu 20 (57,14%) dan yang kurang mendapat dukungan
suami terdapat 15 (86%). Terdapat 23 (65,71%) tidak mengalami kecemasan,
12 (34,28%) mengalami kecemasan ringan, tidak ada responden yang
mengalami kecemasan sedang dan berat. Hasil analisa Chi- Square
didapatkan nilai p value 0,04 < 0,05 dengan taraf signifikan α 5% (0,05)
dengan nilai keeratan 0, 328. Ada hubungan antara dukungan suami dengan
kecemasan menghadapi persalinan pada ibu hamil primigravida (Sari, 2020)
Kecemasan dalam persalinan merupakan respon terhadap situasi tertentu
yang mengancam, sering kali kecemasan dapat ditandai dengan perasaan
mudah marah, cemas, gugup, kewaspadaan yang berlebihan, dan perasaan
tegang saat menghadapi proses persalinan. Kecemasan pada saat proses
persalinan dapat memperpanjang waktu persalinan atau akan menyebabkan
partus lama (Taufik, 2010). Partus lama merupakan salah satu dari beberapa
penyebab kematian ibu dan janin. Partus lama adalah persalinan yang
berlangsung lebih dari 18 jam yang dimulai sejak adanya tanda-tanda
persalinan. Partus lama akan menyebabkan ibu kehabisan tenaga, dehidrasi,
infeksi, bahkan akan menimbulkan perdarahan yang dapat menyebabkan
kematian ibu. Pada janin akan menjadi fetal distress, infeksi, cedera dan
asfiksia yang dapat menimbulkan kematian bayi (Prawirohardjo, 2008).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas
Garuda Kota Bandung dengan menanyakan kepada 10 orang ibu bersalin
yang ada didapatkan bahwa 7 dari 10 ibu mengatakan mengalami kecemasan
menghadapi persalinan. Berdasarkan latar belakang diatas maka pneliti tetarik
melakukan penelitian tentang “hubungan dukungan suami dengan kecemasan
ibu bersalin kala 1 di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2022”

1.2 Identifikasi masalah


Dampak dari kecemasan dapat menimbulkan rasa sakit pada persalinan
5

dan berakibat timbulnya kontraksi uterus dan dilatasi (pembukaan) serviks


yang tidak baik (Mochtar, 2002). Efek dari kecemasan dalam persalinan dapat
mengakibatkan kadar katekolamin yang berlebihan pada Kala 1 menyebabkan
turunnya aliran darah ke rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran
darah ke plasenta, turunnya oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat
meningkatkan lamanya Persalinan Kala 1 (Simkin, 2017)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas
Garuda Kota Bandung, pada tahun 2021 jumlah ibu hamil berjumlah 742
orang dan pada bulan tahun 2020 terdapat ibu bersalin sebanyak 63% orang
ibu bersalin kemudian 38% jiwa yang melakukan pemeriksaan ANC ke
Puskesmas Garuda Kota Bandung
Berdasarkan berbagai data dan masalah maka penulis tertarik untuk
menyusun laporan tugas akhir dengan judul “hubungan dukungan suami
dengan kecemasan ibu bersalin kala 1 di Puskesmas Garuda Kota Bandung
Tahun 2022”

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan dukungan suami dengan
kecemasan ibu bersalin kala 1 di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun
2022?”
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan suami dengan kecemasan ibu bersalin
kala 1 di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2022.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui gambaran dukungan suami terhadap ibu bersalin di
Puskesmas Garuda Kota Bandung tahun 2022.
2) Mengetahui gambaran kecemasan ibu bersalin di Puskesmas Garuda
Kota Bandung tahun 2022.
6

3) Mengetahui hubungan dukungan suami dengan kecemasan ibu bersalin


kala 1 di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2022.
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah
atau pertanyaan penelitian, Hasil suatu penelitian dari hakikatnya adalah
jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah direncanakan dalam
perencanaan penelitian untuk mengarahkan pada hasil penelitian ini maka
perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian
(Notoatmodjo, 2018) hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan
dukungan suami dengan kecemasan ibu bersalin kala 1 di Puskesmas Garuda
Kota Bandung Tahun 2022.

1.6 Manfaat Penelitian


1.5
1.6
1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan
khususnya dalam kecemasan ibu bersalin kala 1.
1.6.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Responden
Memperoleh informasi tentang hubungan pengetahuan ibu menyusui
tentang kecemasan menghadapi persalinan.
2) Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
rekomendasi bagi petugas pemberi pelayanan KIA di Puskesmas
tentang pemberian dukungan suami dengan kecemasan ibu bersalin
kala 1
3) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
yang dapat berguna sebagai pengembangan ilmi pengetahuan.
7

4) Bagi Peneliti Selanjutnya


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dalam penelitian
selanjutnya tentang dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan ibu bersalin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan
2.1.1 Defenisi Kecemasan
Kecemasan adalah suatu respon emosional dimana seseorang
merasa takut pada sumber ancaman yang belum jelas dan tidak
teridentifikasi. Kecemasan persalinan kala I adalah ketakutan melahirkan.
Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau kelainan bentuk
tubuhnya seperti episiotomi, ruptur, jahitan ataupun seksio sesarea, serta
ibu takut akan melukai bayinya. (Musbikin, 2017)
Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak
jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan,
merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian.
Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan. Baik
tingkah laku normal maupun tingkah laku yang menyimpang, yang
terganggu, kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan,
penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan itu. Jelaslah bahwa pada
gangguan emosi dan gangguan tingkah laku (Handayani 2019)
Kecemasan adalah rasa khawatir, rasa takut yang tidak jelas
sebabnya. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam
menggerakan tingkah laku normal maupun tingkah laku yang
menyimpang, kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan,
penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan. Rasa takut ditimbulkan
oleh adanya ancaman, sehingga orang akan menghindar diri dan
sebagainya. Kecemasan dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar maupun
dari dalam diri, dan pada umumnya ancaman itu samarsamar (Gunarsa
dan Yulia, 2012)
Kondisi psikologis yang di alami ibu hamil, kemudian akan
Kembali mempengaruhi aktivitas fisiologis. kecemasan dapat
mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin aktivitas

8
9

kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Tekanan


psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah
marah, gelisah, pusing, susah tidur, mual atau merasa malas. (Meihartati,
2019)

2.1.2 Gejala Kecemasan Pada Ibu Inpartu


Menurut, tanda dan gejala pasien dengan ansietas adalah cemas,
khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah
tersinggung, pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah
terkejut, pasien mengatakan takut bila sendiri atau pada keramaian dan
banyak orang, mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang
menegangkan (Sutejo, 2018)
Gejaga psikogis yang muncul Ketika ibu hamil mengalami
kecemasan adalah adanya perasaan takut, khawatir, tegang, dan sulit
konsentrasi. Gejala fisiologis yang di rasakan dapat berupa kepala pusing,
nafsu makan hilang, keluar keringat dingin, perut mulas, detak jantung
lebih cepat, tubuh terasa lemas, badan panas dingin, dan sulit tidur. Faktor
yang menyebabkan ibu hamil anak pertama merasa cemas biasanya faktor
fisik, pengalaman, traumatic, dan lingkungan. (Detiana, 2010)
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang
mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut : (Hawari,
2016)
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung,
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, Respon pikiran
seperti mengira hal yang paling buruk akan terjadi dan sering
memikirkan bahaya
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, Respon
perasaan seperti merasa diri berada dalam khayalan, merasa tidak
berdaya dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi.
10

4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, Respon fisik


seperti sulit tidur, dada berdebar-debar, tubuh berkeringat meskipun
tidak gerah, tubuh panas atau dingin, sakit kepala, otot tegang atau
kaku, sakit perut atau sembelit, terengah-engah atau sesak nafas.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat , Respon perasaan seperti merasa
diri berada dalam khayalan, merasa tidak berdaya dan ketakutan pada
sesuatu yang akan terjadi
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdering (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain
sebagainya.
2.1.3 Faktor-Faktor Kecemasan Pada Ibu Hamil
Faktor-Faktor Kecemasan Pada Ibu diantaranya adalah faktor demografi
yang mempengaruhi gangguan emosional pada ibu hamil yaitu usia ibu,
tingkat pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, dan dukungan social.
1. Faktor Fisik
a. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dari saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja (Notoatmodjo,2014)
Umur kehamilan yang aman pada ibu adalah usia antara 20
sampai 35 tahun. Umur di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun
merupakan umur rawan bagi kehamilan. Kondisi fisik ibu hamil
dengan umur lebih dari 35 tahun akan sangat menentukan proses
kelahirannya. Hal ini pun turut mempengaruhi kondisi janin. Pada
proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia ini sudah menurun
jika dibandingkan sel telur pada wanita dengan usia reproduksi
sehat yaitu 20 sampai 35 tahun. Umur reproduksi optimal bagi
seorang ibu adalah 20-35 tahun, dibawah dan diatas umur tersebut
akan meningkatkan risiko kehamilan maupun persalinan.
11

Pertambahan umur diikuti oleh perubahan perkembangan organ-


organ dalam rongga pelvis. (Manuaba, 2013)
Pada wanita usia muda dimana organ-organ reproduksi belum
sempurna secara keseluruhan dan kejiwaan belum siap menjadi
seorang ibu maka kehamilan dapat berakhir dengan suatu
keguguran, bayi berat lahir rendah (BBLR), dan dapat disertai
dengan persalinan macet. Umur hamil pertama yang ideal bagi
seorang wanita adalah 20 tahun, sebab pada usia tersebut rahim
wanita sudah siap menerima kehamilan (Manuaba, 2013)
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan aktivitas yang bertautan dan meliputi
berbagai unsur yang berhubungan erat antara unsur satu dengan
unsur yang lain.(Sutrisno,2016)
Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku sheering akan pola
hidup, terutama dalam motivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
akan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Notoatmodjo, 2016)
Ibu hamil yang berpendidikan dasar dan menengah
cenderung lebih banyak mengalami kecemasan dari pada
berpendidikan tinggi, ini di sebabkan karena semakin tinggi tingkat
Pendidikan seseorang maka mereka dapat berfikir secara rasio dan
menahan emosi dengan baik sehingga kecemasan mereka dapat
berkurang. Ibu yang berpendidikan tinggi, cenderung lebih
memperhatikan Kesehatan dirinya dan keluarga. (Handayani,2012)
12

Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat berperan dalam


kualitas pelayanan bayinya. Informasi yang berhubungan dengan
perawatan kehamilan sangat dibutuhkan sehingga akan
meningkatkan pengetahuannya. Penguasaan pengetahuan erat
kaitannya dengan tingkat pendidikan seseorang. Hal itu
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu hamil
dengan tingkat pendidikan rendah kadang ketika tidak
mendapatkan cukup informasi mengenai kesehatannya maka ia
tidak mengetahui mengenai bagaimana cara melakukan perawatan
kehamilan yang baik (Sulistyawati, 2014)
Menurut penelitian Putu Utamia (2019) Pendidikan
merupakan salah satu faktor mempengaruhi depresi pada
kehamilan, pendidikan yang rendah lebih besar karena tingkat
Pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir, dan wawasan dalam
menangani masalah-masalah yang di hadapi dalam hidup
Selain itu tingkat pendidikan juga sangat memengaruhi
bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab dan
solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya
bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan
akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian halnya
dengan ibu berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya
secara teratur demi menjaga kesehatan dirinya dan anak dalam
kandungannya (Jane, 2014).
c. Paritas
Dalam pencatatan riwayat obstetric Menurut Manuaba (2010)
menuliskan status paritas, yaitu:
1. Primigravida
Primigravida yaitu seorang wanita yang hamil untuk
pertama kalinya. Kehamilan pertama kalinya. Kehamilan
pertama merupakan pengalaman baru yang dapat menimbulkan
13

stress bagi ibu dan suami. Beberapa stressor yang dapat diduga
dan yang tidak dapat diduga atau tidak teranstisipasi sehingga
menimbulkan konflik persalinan. Paritas dapat mempengaruhi
kecemasan, karena terkait dengan aspek psikologis. (Fadzria,
2016)
Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan, belum ada
bayangan mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin dan
ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan dari
teman atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan seperti
sang ibu atau bayi meninggal dan ini akan mempengaruhi
mindset ibu mengenai proses persalinan yang menakutkan.
(Fadzria, 2016)
2. Multrigravida
Multrigravida yaitu seorang wanita yang sudah mengalami
kehamilan dua kali atau atau lebih, Berdasarkan jumlah paritas,
kehamilan seorang wanita dapat dibedakan menjadi kehamilan
Primigravida dan Multigravida. Primigravida adalah seorang
ibu yang hamil untuk pertama kali, sedangkan multigravida
adalah seorang ibu yang hamil lebih dari satu kali. (Fadzria,
2016)
3. Grande Multigravida
Grande Multigravida adalah ibu yang pernah hamil lima kali
atau lebih. Wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan
persalinan. Seorang ibu dengan paritas anak lebih dari lima,
biasanya memiliki kondisi kesehatan fisik yang tidak prima
lagi, apalagi jarak antara melahirkan satu dengan berikutnya
kurang dari 2 tahun. Bila seorang ibu terlalu sering hamil,
mereka memiliki risiko tinggi, apalagi pada seorang ibu hamil
dimana anak sebelumnya masih disusui maka ibu tersebut
termasuk ke dalam ibu hamil berisiko tinggi. (Fadzria, 2016)
14

2. Faktor ekstrinsik
a. Kondisi medis
Terjadinya kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis
sering ditemukan, walaupun insidensinya bervariasi pada masing-
masing kondisi medis. Hal ini akan mempengaruhi keadaan
kecemasan seseorang (Fadzria, 2016)
b. Tingkat pendidikan
Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masing-masing. Tingkat
pendidikan yang cukup akan lebih mudah mengidentifikasi stressor
dari dalam diri maupun stressor dari luar
c. Akses informasi
Akses informasi adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar orang
membentuk pendapat berdasarkan sesuatu yang diketahuinya
d. Proses adaptasi
Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal
maupun eksternal yang dihadapi individu dan membutuhkan
respon perilaku yang terus menerus (Fadzria, 2016)
e. Tingkat sosial ekonomi
Sosial ekonomi juga berkaitan dengan gangguan psikiatrik,
diketahui bahwa masyarakat kelas sosial ekonomi rendah
prevalensi gangguan psikiatriknya lebih banyak
f. Jenis tindakan
Jenis tindakan, klasifikasi suatu tindakan, terapi medis yang dapat
mendatangkan kecemasan karena ancaman pada integritas tubuh
dan jiwa seseorang. (Fadzria, 2016)

3. Teori psikoanalistik
Cemas atau ansietas adalah konflik yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, yaitu Id dan Ego, Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitive, sedangkan Super Ego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya.
15

a. Teori interpersonal
Cemas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan pada
penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang
menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengana harga diri
rendah terutama rentan mengalami cemas yang berat. (Fadzria,
2016)
b. Teori perilaku
Cemas merupakan produk frustasi yang segala sesuatunya
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli perilaku yang lain menganggap cemas sebagai
suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan dari dalam diri
untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran
meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan
dirinya mengalami ketakutan yang berlebihan lebih sering
menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
Ancaman terhadap system diri dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu
c. Kajian keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
keluarga. (Fadzria, 2016)
d. Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor yang berperan
penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
kecemasan (Fadzria, 2016)
2.1.4 Tingkatan kecemasan
1. Kecemasan ringan .
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Cemas ringan merupakan perasaan
bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus.
16

Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan


perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berfikir, bertindak,
merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Ansietas ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
(Mardjan, 2016) Gejala kecemasan ringan yaitu:
a. Timbul perasaan berdebar-debar, banyak bicara dan bertanya dapat
mengenal tempat, orang dan waktu, Kecemasan ringn terjadi akibat
kejadian atau ketengangan dalam kehidupan sehari-hari selama
hidup.
b. Tekanan darah, nadi dan pernafasan normal Pada tingkat kecemasan
ini, seseorang akan merasa waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Seseorang tersebut akan lebih peka dalam melihat.
c. Pupil mata normal, terang dan tidak tampak sedih atau kecewa.
d. Perasaan masih relatif terasa aman dan tetap tenang Penampilan
masih tetap tenang dan suara tidak tinggi. (Kusumawati,2010)
2. Kecemasan sedang
Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah.Cemas sedang merupakan perasaan yang
mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu
menjadi gugup. (Mardjan, 2016) Pada tingkat kecemasan ini seseorang
biasanya hanya berfokus pada masalah yang sedang dihadapinya dan
biasanya seseorang tersebut akan segera mempersempit pandangan
perseptualnya sehingga apa yang dilihat, di dengar dan dirasakan juga
menjadi lebih sempit. Gejala kecemasan ringan yaitu :
a. Individu hanya focus pada pemikiran yang menjadi perharhatiannya.
Pada tingkat kecemasan ini kelelahan akan meningkat, denyut
jantung dan pernafasan meningkat, ketegangan otot meningkt,
bicaranya cepat dengan volume yang tinggi,
b. Masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
17

c. Mulut kering, anoreksia, badan bergetar, ekspresi wajah ketakutan,


tidak mampu rileks, meremas-remas tangan, posisi badan sering
berubah, banyak bicara dengan volume keras.
d. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernafasan mulai
meningkat kemampuan konsentrasi menurun, mudah tersinggung,
tidak sabar, mudah lupa mudah marah dan mudah menangis
(Kusumawati,2010)
3. Kecemasan berat
Cemas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu
berbeda dan ada ancaman. Memperlihatkan respons takut dan distress.
Ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua
pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon
fight, fight yakni kebutuhan untuk pergi secepatnya dan tidak dapat
melakukan sesuatu. (Mardjan, 2016) Gejala kecemasan berat yaitu :
a. Lapangan persepsi individu sangat sempit, Pada tingkat kecemasan
ini biasanya seseorang akan merasa pusing, sakit kepala, mual, tidak
dapat tidur, sering kencing, diare, tidak dapat belajar secara efektif,
hanya berfokus pada diri sendiri, perasaan tidak berdaya, bingung,
disorientasi, dan berusaha untuk menghilangkan kecemasanny
b. Perhatian hanya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat
berpikiran tentang hal-hal yang lain.
c. Nafas pendek, rasa tercekik, pusing, sakit kepala, rasa tertekan, rasa
nyeri dada, mual dan muntah, kondisi motorik berkurang,
menyalahkan orang lain, cepat tersinggung, volume suara keras serta
sulit dimengerti, perilaku diluar kesadaran.
d. Tanda vital meningkat, berkeringat banyak, diare, peningkatan
frekuensi buang air, tidak mau melihat lingkungan, wajah tampak
tegang. .(Kusumawati,2010)
4. Panik
Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya karena
18

mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak


mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan
panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional tingkat ansietas ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. (Meihartati, 2018)
Gejala panik yaitu : Individu kehilangan kendali diri dan detil, Detil
pehatian hilang, Tidak bisa melaukan apapun meskipun dengan
perintah, Terjadi peningkatan aktivitas motorik, Berkurangnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, Penimpangan persepsi
dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif,
Biasanya di sertai dengan disorganisasikepribadian, Berkeringat,
gemetar, sesak napas, merasa terdesak, nyeri dada, mual dan distress
abnomen, derelisasi, ketakutan kehilangankendali diri, ketakutan mati,
dan parestesia. (Kusumawati,2010)
2.1.5 Dampak Kecemasan Pada Ibu Hamil
Kecemasan yang terus menerus selama kehamilan baik pada
trimester pertama, kedua maupun ketiga dapat menyebabkan kelahiran
sebelum waktunya dan berat badan lahir rendah (BBLR) kecil dan
pendek. Selain itu, kecemasan dan depresi yang timbul pada trimester
ketiga dapat mempengaruhi tingkah laku anak. (Mardjan, 2016)
Kecemasan yang berlanjut pada masa kehamian dapat
menyebabkan bayi lahir prematur. Hasil penelitian pada wanita Afrika
(Ghana) yang mengalami depresi dan kecemasan pada masa kehamilan
menunjukkan sebagian besar dapat menyebabkan bayi lahir cacat dan
persalinan harus melalui operasi caesar. (Mardjan, 2016)
Menurut anggraeni 2013 mengatakan dampak kecemasan pada ibu
hamil yaitu :
19

1. Risiko dalam kandungan


a. Jika sters terjadi di trimester 1 maka akan mempengaruhi fatal
pada proses pembentukan organ-organ janin. Akibatnya, janin
tidak akan berkembang secara optimal.
b. Janin akan kekurangan oksigen, hal ini di sebabkan
menyempitnya semua pembuluh darah menuju plasenta.
c. Proses perslinan yang sulit, persalinan yang sulitdi sebabkan oleh
tekanan emosi yang kuat sehingga menyebabkan kontraksi tidak
teratur. (Anggraeni,2013)
2. Risiko setelah lahir
a. Bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) sampai infeksi. Ibu
hamil mengalami tekanan selama kehamilannya memiliki kadar
stress tinggi. Aktivitas otak yang peka terhadap depresi, serta sulit
makan dan tidur. Risiko stress dapat mengakibatkan bblr, tekanan
darah tinggi, sakit jantung,dan rendahnya kekbalan tubuh
terhadap infeksi.
b. Sistem kekebalan tubuh anak menurun
c. Berisiko tekanan asma dan alergi
d. Potensi untuk melahirkan anak yang hiferaktif meningkat pada
ibu hamil yang stress.
e. Bayi akan mengalami sulit tidur, kalua menangis sulit di
tenangkan,sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, dan takut
terhadap orang-orang.(Anggraeni,2013)
2.1.6 Alat Ukur Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
dapat menggunakan beberapa alat ukur (instrumen). Utomo (2015)
menyebutkan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kecemasan seseorang, antara lain :
a. Visual Analoge Scale for Anxiety (VAS-A)
VAS didasarkan pada skala 100 mm berupa garis horisontal, dimana
ujung sebelah kiri menunjukkan tidak ada kecemasan dan ujung
20

sebelah kanan menandakan kecemasan maksimal (Kindler et al,


2000). Skala VAS dalam bentuk horisontal terbukti menghasilkan
distribusi yang lebih seragam dan lebih sensitif (William et al, 2010).
Responden diminta memberi tanda pada sebuah garis horisontal
tersebut kemudian dilakukan penilaian.
b. Hamilton Rating Scale for Anxiety
HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety), yang terdiri atas 14
gejala yaitu perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur,
gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala otot, gejala sensori,
gejala kardiovaskuler, gejala respirasi, gejala gastrointestinal, gejala
urogenital, gejala otonom, tingkah laku. Cara penilaian HRS-A
dengan sistem skoring, yaitu: skor 0 = tidak ada gejala, skor 1 =
ringan (satu gejala), skor 2 = sedang (dua gejala), skor 3 = berat
(lebih dari dua gejala), skor 4 = sangat berat (semua gejala). Bila
skor < 14 = tidak kecemasan, skor 14-20 = cemas ringan, skor 21-27
= cemas sedang, skor 28-41 = cemas berat, skor 42-56 = panik.
c. Spileberg State Trait Anxiety Inventory (STAI)
Diperkenalkan oleh Spielberg pada tahun 1983. Kuesioner ini terdiri
dari 40 pertanyaan mengenai perasaan seseorang yang digunakan
untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang yang dirasakan saat ini
dan kecemasan yang dirasakan selama ini.
d. Visual Numeric Rating Scale of Anxiety (VNRS-A)
Pasien diminta menyatakan menggambarkan seberapa besar
kecemasan yang dirasakan. VNRS-A menggunakan skala dari angka 0
(nol) sampai 10 (sepuluh), dimana 0 menunjukan tidak cemas, 1-3
cemas ringan, 4-6 cemas sedang, 7-9 cemas berat, dan 10
menunjukan tingkat panik (Fajriati, 2013; Liza, 2014)
21

Pengukuran tingkat kecemasan dapat menggunakan berbagai


skala penelitian, salah satunya adalah Hamilton Rating Scale For
Anxiety (HARS). HARS digunakan untuk melihat tingkat keparahan
terhadap gangguan kecemasan, terdiri dari 14 item penelitian sesuai
dengan gejala kecemasan yang ada. (Sadock, 2016) Masing-masing
kelompok gejala diatas diberi penilaian angka antara 0-4, yang
dirincikan sebagai berikut:
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori :
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan
item 1-14 dengan hasil :
a. Skor 0-6 = tidak ada kecemasan.
b. Skor 7-14 = kecemasan ringan.
c. Skor 15–27 = kecemasan sedang.
d. Skor 28 - 56 = kecemasan berat

2.2 Dukungan Suami


2.2.1 Pengertian Dukungan Suami
Kamus bahasa Indonesia dukungan adalah sesuatu yang didukung.
Sedangkan suami adalah seorang laki-laki yang mendampingi wanita dan
telah terikat dalam suatu perkawinan yang resmi, juga menyatakan definisi
dukungan adalah informasi atau nasehat verbal, bantuan nyata atau tindakan
yang diberikan oleh keakraban atau didapat karena kehadiran mereka dan
mempunyai manfaat emosi atau efek prilaku bagi pihak penerima (Sherr,
2014)
22

Dukungan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat


memberikan ketentraman hati, keintiman dan pengetahuan yang mendalam,
nasehat yang dapat diterima yang diperoleh dari seseorang dan bisa
membantu mengatasi masalah (Raybun, 2015)
Dukungan suami adalah komunikasi verbal dan non-verbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh suami terhadap
ibu hamil didalam lingkungan sosialnya. Dukungan suami merupakan suatu
bentuk wujud dari sikap perhatian dan kasih sayang. Dukungan dapat
diberikan baik fisik maupun psikis. Suami memiliki andil yang cukup besar
dalam menentukan status kesehatan ibu. Dukungan suami yang baik dapat
memberikan motivasi yang baik pada ibu untuk memeriksakan
kehamilannya (Eko, 2018)

2.2.2 Sumber Dukungan


Dukungan dapat di berikan kepada siapa saja, diantaranya: (Raybun,
2015)
1. Keluarga atau kerabat
2. Lembaga kesehatan
3. Tetangga/lingkungan
4. Teman
5. Organisasi keagamaan
6. Organisasi
7. Tokoh agama
8. Tokoh masyarakat
2.2.3 Jenis-jenis Dukungan
Membedakan dukungan suami menjadi 4 kelompok, meliputi:
a) Dukungan informasi
Mencakup pemberian nasihat, petunjuk dan saran. Misalnya suami
mencari informasi yang berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan baik
dari media cetak, media elektronik, teman, tenaga kesehatan atau dari
tetangga dan keluarga.
23

Dukungan informasional adalah tingkah laku yang berhubungan


dengan pemberian informasi dan nasehat. Dukungan informasional
yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan gejala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu.
Dukungan ini mencangkup; pemberian nasihat, saran, pengetahuan,
dan informasi serta petunjuk. Maka suami berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia.
Memberitahu saran dan sugesti, informasi yang dapat digunakan
mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini ialah dapat
menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang terkhusus pada individu.
Aspek-aspek dalam dukungan ini ialah nasehat, usulan, kritik, saran,
petunjuk dan pemberian informasi (Rahayu, 2019)
b) Dukungan emosi
Dukungan ini mencakup empati, kepedulian dan perhatian terhadap
orang yang bersangkutan. bersedia mendengarkan jika istri mengeluh
tentang keluhan selama kehamilan.
Dukungan emosional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan
rasa tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang pada anggota
keluarga, baik pada anak maupun orang tua. Dukungan emosional
mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang
yang bersangkutan. Suami sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta mambantu pengeuasaan terhadap emosi.
Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang
diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan, dan didengarkan (Rahayu, 2019)
c) Dukungan penghargaan
Dukungan ini mencakup ungkapan hormat, penghargaan hal positif
yang dicapai atau yang dimiliki seseorang agar dapat lebih maju.
Misalnya suami mendukung saat istrinya ingin memeriksakan
kehamilan, memberikan pujian. Dukungan penghargaan bisa di
24

berikan jika seseorang melakukan tindakan atau tingkah laku yang


menurut orang lain bernilai positif.
Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan
hormat atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan seseorang, dan
perbandingan positif antara orang tersebut dengan orang lain yang
bertujuan meningkatkan penghargaan diri orang tersebut. Suami
bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing, dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator
identitas anggota suami diantaranya memberikan support,
penghargaan, dan perhatian (Rahayu, 2019)
d) Dukungan instrumental
Yang termasuk dalam dukungan instrumental adalah memberikan
bantuan yang berupa materi atau tenaga kepada seseorang ketika
orang tersebut membutuhkan. (Sherr, 2014)
Dukungan instrumental adalah dukungan yang bersifat nyata dan
dalam bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan
beban bagi individu yang membutuhkan orang lain untuk
memenuhinya. Suaminya harus mengetahui jika istri dapat bergantung
padanya jika istri memerlukan bantuan. Bantuan mencangkup
memberikan bantuan yang nyata dan pelayanan yang diberikan secara
langsung bisa membantu seseorang yang membutuhkan. Bentuk
dukungan ini juga dapat berupa pemeriksaan kesehatan secara rutin
bagi ibu serta mengurangi atau menghindari perasaan cemas dan
stress.
Menurut Power (1988 dalam Sherr (2014) bahwa pengklarifikasian
dukungan dapat dipraktikan dengan jalan memasukan tipe-tipe
bantuan yang sudah di dapat dan hal ini sudah cukup untuk menilai
kualitas hubungan antar sesama
25

2.3 Persalinan Kala I


2.3.1. Definisi Persalinan
Inpartu (mulai partus) ditandai dengan penipisan dan pembukaan
serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), cairan lendir bercampur
darah (show) melalui vagina. Darah bersal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks
mendatar dan terbuka. (Nurasiah, 2012)
Kala ini disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks, mulai
ketika telah tercapai his persalinan dengan frekuensi, intensitas, dan
durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks
yang progresif. Pada kala ini, tenaga yang efektif adalah his persalinan,
yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh
selaput ketuban terhadap seviks dan segmen bawah rahim. Bila selaput
ketuban sudah pecah, bagian terbawah janin terpaksa langsung
mendesak serviks dan segmen bawah rahim. Sebagai akibat kegiatan
daya dorong ini, terjadi dua perubahan mendasar, yaitu pendataran dan
dilatasi, pada serviks yang sudah melunak. Kala satu selesai ketika
serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehinggga
memungkinkan kepala janin lewat (Cunningham dkk, 2006).
2.3.2. Jenis-Jenis Persalinan
1. Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan
a. Persalinan spontan
Proses persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
b. Persalinan buatan
Proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari
luar dengan jalan rangsangan. (Nurasiah, 2017)
26

2. Jenis persalinan manurut usia kehamilan


a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu
atau berat badan janin kurang dari 500 gram.
b. Partus immatur
Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20 minggu
dan 28 minggu atau berat badan janin antara 500 gram dan kurang
dari 1000 gram.
c. Partus prematur
Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu
dan < 37 minggu atau berat badan janin antara 1000 gram dan
kurang dari 2500 gram.
d. Partus matur atau partus aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 37 minggu
dan 42 minggu atau berat badan janin lebih dari 2500 gram.
e. Partus serotinus atau partus postmatur
Pengeluaran buah kehamilan lebih dari 42 minggu. (Nurasiah, 2012)
2.3.3. Sebab-sebab mulainya persalinan
1. Penurunan hormon progesteron
Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot
rahim sensitive sehingga menimbulkan his.
2. Keregangan otot-otot
Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh karena
itu isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan
isinya atau mulai persalinan.
3. Peningkatan hormone oksitosin
Pada akhir kehamilan hormone oksitosin bertambah sehingga dapat
menimbulkan his.
4. Pengaruh janin
27

Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan


dalam proses persalinan, oleh karena itu pada anencepalus kehamilan
lebih lama dari biasanya.
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan dari desidua meningkat saat umur
kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukan bahwa
prostaglandin menimbulkan kontraksi myiometrium pada setiap
umur kehamilan.
6. Plasenta menjadi tua
Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corialis
mengalami perubahan sehingga kadar progesterone dan estrogen
menurun. (Nurasiah, 2012)
Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat
hamil.
a. Estrogen, Meningkatkan sensitivitas otot rahim, Memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.
b. Progesteron, Menurunkan sensitivitas otot rahim, Menyulitkan
penerimaan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan
prostaglandin, serta rangsangan mekanis, Menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesteron harus berada dalam kondisi
keseimbangan sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan
keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang
dikeluarkan oleh hipofisis pars posterior dapat menimbulkan
kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hiks akan menjadi
kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh karena itu
semakin tua kehamilan, frekuensi kontraksi semakin sering.
(Rohani et al, 2015).
28

2.3.4. Tahapan persalinan


1. Kala I persalinan (proses pembukaan)
Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat (frekuensi
dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan, sampai serviks
membuka lengkap (10 cm). kala I terdiri dari dua fase, yaitu fase
laten dan fase aktif. (Nurasiah, 2012)
a. Fase laten, Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
pembukaan sampai pembukaan 3 cm., Pada umumnya
berlangsung 8 jam.
b. Fase aktif, dibagi menjadi 3 fase, yaitu : Fase akselerasi Dalam
waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. Fase dilatasi
maksimal Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung
cepat dari 4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi Pembukaan serviks
menjadi lambat, dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm
menjadi 10 cm.
Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada multipara
sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam (primipara)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). (Nurasiah, 2012)
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida
dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan
membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis,
kemudian ostium internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks
terjadi dalam waktu yang sama. (rohani et al,2011).
2.3.5. Perubahan fisiologis pada kala I
a) Perubahan pada serviks
1) Pendataran pada serviks/effacement
Pendataran pada serviks adalah pemendekan dari kanalis
servikalis yang semula berupa sebuah saluran sepanjnag 1-2 cm,
menjadi sebuah lubang saja dengan pinggir yang tipis.
29

2) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks disebabkan karena pembesaran ostium uretra
externum (OUE) karena otot yang melingkar disekitar ostium
meregang untuk dilewati kepala. Pada pembukaan 10 cm atau
pembukaan lengkap, bibir portio tidak teraba lagi, vagina dan
SBR serviks telah menjadi satu saluran.
3) Perubahan system kardiovaskuler
1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi
(sistol rata-rata naik) 10-20 mmHg, diastole naik 5-10
mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali seperti
saat sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, dan cemas juga
akan meningkatkan tekanan darah.
2) Denyut jantung
Denyut jantung meningkat selama kontraksi. Dalam posisi
terlentang denyut jantung akan menurun. Denyut jantung
antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama
periode segera sebelum persalinan. Hal ini mencerminkan
kenaikan metabolisme selama persalinan. Selain itu
peningkatan denyut jantung dapat dipengaruhi oleh rasa
takut, tegang dan khawatir.
b) Perubahan Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat
secara berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan
aktivitas otot skeletal, peningkatan ini ditandai dengan adanya
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, curah jantung,
pernapasan dan kehilangan cairan.
c) Perubahan system respirasi/pernapasan
Pada resfirasi atau pernapasan terjadi kenaikan sedikit
dibandingkan sebelum persalinan, hal ini disebabkan adanya
30

rasa nyeri, kehawatiran serta penggunaan tehnik pernapsan


yang tidak benar.
d) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot
polos uterus dan penurunan hormone progesterone yang
menyebabkan keluarnya hormone oksitosin. Dimulai dari
fundus uteri dan terus menyebar kedepan dan kebawah
abdomen, gerak his dengan masa yang terpanjang dan sangat
kuat pada fundus adalah sumber dari timbulnya kontraksi pada
pace maker.
e) Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen atas rahim (SAR) dibentuk oleh corpus uteri yang
sifatnya aktif yaitu berkontraksi, dan dinding tambah tebal
dengan majunya persalinan serta mendorong anak keluar.
Segmen bawah uteri (SBR) terbentang di uterus bagian bawah
atas ishmus, dengan serviks serta sifat otot yang tipis dan
elastis. Pada bagian ini banyak otot yang melingkar dan
memanjang.
f) Perubahan Hematologist
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml selama
persalinan dan kembali pra persalinan pada hari pertama
setelah persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama
persalinan. Waktu koagulasi berkurang dan akan mendapat
tambahan plasma selama persalinan. Jumah sel-sel darah putih
meningkat secara progresip selama kala I persalinan sebesar
5000-15000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap.
Ini tidak mengindikasikan adanya infeksi. Setelah itu turun
kembali ke keadaan semula. Gula darah akan turun selama
persalinan secara mencolok pada persalinan yang mengalami
penyulit atau persalinan lama. Ini disebabkan karena adanya
kegiatan uterus dan otot kerangka tubuh. Penggunaan uji
31

laboratorium untuk penapisan ibu yang menderita diabetes


mellitus akan memberikan hasil yang tidak tepat dan tidak
dapat di andalkan.
g) Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan, yang dikarenakan oleh
kardiak output yang meningkat serta disebabkan oleh
glomerolus serta aliran plasma ke renal. Polyuria tidak begitu
keliatan dalam posisi terlentang yang mengurangi aliran urine
selama kehamilan. Kandung kencing harus sering dikontrol
setiap 2 jam yang bertujuan tidak menghambat bagian
terrendah janin dan trauma pada kandung kemih serta
menghindari retensi urin setelah melahirkan.
h) Perubahan Gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara subtansi
berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu,
berkurangnya pengeluaran getah lambung menyebabkan
aktivitas pencegahan hampir berhenti dan pengosongan
lambung menjadi sangat lambat, cairan tidak berpengaruh dan
meninggalkan perut dalam waktu biasa.
i) Perubahan Suhu tubuh
Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, maka suhu
tubuh sedikit meningkat selama persalinan. Selama dan setelah
persalinan akan terjadi peningkatan, jaga agar peningkatan
suhu tidak lebih dari 0,5-1ºc.
j) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
a. Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang
sejak kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa
akan bisa dilalui bayi.
b. Setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada
dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan anak. Oleh
32

bagian depan yang maju tersebut dasar panggul diregang


menjadi saluran dengan dinding yang tipis.
c. Waktu kepala sampai divulva, lubang vulva mengadap
kedepan atas. Dari luar, peregang oleh bagian depan
tampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis,
sedangkan anus semakin terbuka.
d. Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena
bertambahnya pembuluh darah pada bagian vagina dan
dasar panggul. Tetapi saat jaringan tersebut robek, akan
menimbulkan perdarahan yang banyak. (Nurasiah, 2017)

2.3.6. Perubahan psikologis pada kala I


a. Fase laten
Ibu bisa bergairah atau cemas. Meraka biasanya menghendaki
ketegasan mengenai apa yang sedang terjadi pada tubuh mereka
maupun mencari keyakinan dan hubungan dengan bidannya. Pada
primigravida dalam kegembiraannya dan tidak ada pengalaman
mengenai persalinan, kadang mereka salah sangka tentang
kemajuan persalinanya, mereka membutuhkan penerimaan atas
kegembiraan dan kekuatan mereka. (Nurasiah, 2012)
b. Fase aktif
Pada persalina stadium dini, ibu masih tetap makan dan minum
atau tertawa dan ngobrol dengan riang diantara kontraksi. Begitu
persalinan maju, ibu tidak punya keinginan lagi untuk makan atau
mengobrol, dan ia menjadi pendiam dan bertindak lebih didasari
naluri.
Ketika persalinan semakin kuat, ibu menjadi kurang mobilitas
memegang sesuatu saat kontraksi, berdiri mengangkang dan
menggerakan pinggulnya. Ketika persalinan semakin maju, ia akan
menutup matanya dan pernafasannya berat dan lebih terkontrol.
(Nurasiah, 2017)
33

Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,


terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan, perubahan-
perubahan yang dimaksud adalah :
a) Perasaan tidak enak
b) Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c) Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara
lain apakah persalinan berjalan normal
d) Menganggap persalinan sebagai cobaan
e) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana
dalam menolongnya
f) Apakah bayinya normal atau tidak
g) Apakah ia sanggup merawat bayinya
h) Ibu merasa cemas (Nurasiah, 2012)
Perubahan psikologis pada ibu dipengaruhi oleh : Pengalaman
sebelumnya, Kesiapan emosi, Persiapan menghadapi persalinan
(fisik,mental, materi, dsb), Support system, Lingkungan,
Mekanisme koping/kemampuan untuk mengurangi tekanan/stress
dari luar, Kultur, Sikap terhadap kehamilan
Terjadi perubahan psikologis disebabkan oleh perubahan
hormonal tubuh yang menyebabkan ketidaknyamanan pada si ibu.
Hormone oksitosin yang meningkat merangsang kontraksi rahim
dan membuat ibu kesakitan. Pada saat ini ibu sangat sensitive dan
ingin diperhatikan oleh anggota keluarganya atau orang terdekat.
(Nurasiah, 2017)
34

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian Analitik adalah Suatu Metode Penelitian Yang Bertujuan Untuk
Melihat Hubungan Antara Dua Variabel Atau Lebih dan menggunakan
pendekatan Cross Sectional dengan tujuan mencari korelasi atau hubungan
antara faktor-faktor resiko, dimana variabel independen (variabel risiko) dan
variabel dependen (variabel akibat) akan dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan (Arikunto, 2016)

3.2 Kerangka Penelitian

Kecemasan Ibu
Dukungan Suami Bersalin

Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian

3.3 Variabel Penelitian


Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu. (Notoatmodjo, 2017). Variabel dalam penelitian ini adalah
hubungan dukungan suami dengan kecemasan ibu bersalin kala 1 di
Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2022.
3.3.1 Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan suami
3.3.2 Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan ibu bersalin
35

3.4 Definisi Operasional


Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Dukungan Salah satu peran kuesioner 1. Mendukung (Jika skor Nominal
Suami suami memberikan yang diperoleh ≥mean)
dukungan pada ibu 2. Tidak Mendukung
untuk mendorong ibu (Jika skor yang
tersebut melakukan diperoleh < mean)
persalinan
Kecemasan Segala sesuatu yang Kuesioner a. Tidak Cemas Ordinal
di rasakan dan rasa HRS - A (0-6)
ibu, stsu dicemaskan berjumlah b. Kecemasan ringan (7-
ibu menjelang 14 item 14)
c. Kecemasan sedang
persalinan. pernyataan
(15-27)
d. Kecemasan berat (28-
56)

3.5 Populasi dan Sampel


1.
2.
3.
3.5
3.5.1 Populasi
Dalam sebuah penelitian populasi diartikan sebagai wilayah yang
ingin diteliti oleh peneliti atau disebut sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu bersalin kala 1 di Puskesmas Garuda Kota Bandung Tahun 2022
adalah 347 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel disebut juga sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu bersalin kala 1 di Puskesmas Garuda Kota Bandung
Tahun 2022.sebanyak 78 orang
36

N
n=
1+ N (d )2

Ket:
N = Besar populasi
N = Besar sempel
(d) = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang dimiringkan
347
=
n 1 + 347 ( 0,1 ) 2
347
n =
1 + 347 ( 0,0100 )
347
n =
1 + 3,47
347
n =
4,47
n = 77,63

3.5.3 Kriteria Sempel


Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk
mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi
dua bagian inklusi dan ekslusi. (Nursalam, 2017).
Kriteria inklusi merupakan ciri-ciri atau karakter umum pada subyek
penelitian yang dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat dijadikan
sebagai sampel, dikurangi karakter yang masuk dalam kriteria eksklusi,
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
a. Ibu bersalin kala I
b. Ibu hamil datang atau ada di Wilayah kerja Puskesmas Garuda Kota
Bandung.
c. Bersedia menjadi responden.
Kriteria ekslusi merupakan ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel:
a. Ibu yang yang tidak bisa membaca dan menulis
37

b. Ibu Hamil Trimester I dan II


c. Tidak Bersedia menjadi responden

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data


3.6.1 Pengolahan Data
Menurut (Notoatmodjo, 2015) Setelah data terkumpul, pengolahan
data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :.
a. Editing
Editing atau pemeriksaan adalah pengecekan atau penelitian kembali
data yang telah dikumpulkan untuk mengetahui dan menilai kesesuaian
dan relevansi data yang dikumpulkan untuk bisa diproses lebih lanjut.
Hal yang perlu diperhatikan dalam editing ini adalah kelengkapan
pengisisan kuesioner, keterbacaan tulisan, kesesuaian jawaban, dan
relevansi jawaban.
b. Koding
Koding atau pemberina kode adalah pengklasifikasian jawaban yang
diberikan responden sesuai dengan macamnya. Dalam tahap koding
biasanya dilakukan pemberian skor dan simbol pada jawaban
responden agar nantinya bisa lebih mempermudah dalam pengolahan
data.
c. Tabulasi
Tabulasi merupakan langkash lanjut setelah pemeriksaan dan
pemberian kode. Dalam tahap ini data disusun dalam bentuk tabel agar
lebih mempermudah dalam menganalisis data sesuai dengan tujuan
penelitian. Tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel
frekuensi yang dinyatakan dalam persen.
3.6.2 Analisis Data
Menurut (Notoatmodjo, 2015) Analisa data diperoleh dari hasil
penelitian dan diolah dengan menggunakan komputer. Disajikan dalam
38

bentuk distribusi frekuensi. Analisis Univariat dilakukan terhadap tiap


variabel dari hasil penelitian.
a. Analisis Univariat
a
P= x 100%
b

Keterangan:
P = Prosentase
a = Jumlah observasi
b = Jumlah Sampel/responden (Arikunto, 2014)
Pada umumnya dalam hasil analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variabel secara deskriptif
menggunakan kategori presentase dengan interpretasi sebagai berikut :
a. Presentase 0% diinterpretasikan “tidak ada”
b. Presentase 1 - <26% diinterpretasikan “sebagian kecil”
c. Presentase 26 - <50% diinterpretasikan “hampir setengahnya”
d. Presentase 50% diinterpretasikan “setengahnya”
e. Presentase 51 - <76% diinterpretasikan “sebagian besar”
f. Presentase 76 - <100% diinterpretasikan “pada umumnya”
g. Presentase 100% diinterpretasikan “seluruhnya
b. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat, yang dilakukan terhadap 2 varibel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis dapat dilakukan
pengujian statistic dengan Chi Square.

Keterangan :
X2 = Chi Square
O = Nilai hasil pengamatan (Observed)
E = Nilai ekspektasi (Ekspected)
39

Kemudian hasil X2 hitung dibandingkan dengan X2 tabel dengan α


= 5% (0,05) dan derajat kepercayaan 95%. Bila hasil X2 hitung lebih
besar dari X2 tabel, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak.

DAFTAR PUSTAKA

Alipour, Z. DKK. The most important risk factors affecting mental heath during
pregnancy a systematic review .EMHJ 2018;24(6):549-559

Detiana, Prilia. Hamil Aman dan Nyaman di Atas 30 Tahun. Yogyakarta : Media
Pressindo;2010.

Dewi, dkk. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika;2011.

Dewi Hanifah dan Shinta Utami. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan


antenatal. Jurnal bidan 2019 Jun;5(1):78

Dinkes, S. 2015. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.

Janiwarti B, Herri ZP. Pendidikan Psikologi Untuk Bidan. Yogyakarta: ANDI;


2013.
Kusumawati F, Hartono Y. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba
Medika; 2010.

Lail, Nurul, Husnul.. Modul Asuhan Kebidanan Komprehensif. Jakarta: CV


Nurani; 2019

Lubis,Numora, lumogga. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta : KENCANA;


2016.
Manuaba . lmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta: EGC; 2010

Mardjan. Pengaruh kecemasan pada kehamilan primipara remaja. Pontianak:


Abrori Institute; 2016.

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta;2012.

Notoatmodjo.2014. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka Cipta..


40

Prawirohardjo, S.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI

Romauli, S. Buku ajar askeb I konsep dasar asuhan kehamilan. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2014.

Rukiah .Asuhan Kebidanan I (Kehamilan), Jakarta, Tim;2013.


Sri wahyuni Dkk, Percieived stress dan sindrom depresi pada ibu primigravida.
Jurnal Ilmiah Bidan 2018;3(2):22

Sutejo. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan


Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press;
2018.

Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC. 2007.

Waspodo, B, Adriansz, Winkjosastro. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Neonatal. 2 Penyunt. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010

Wahyuni, S. Anies, 2018. Perceived Stress Dan Sindrom Depresi Pada Ibu
Primigravida. Jurnal Kebidanan.VOL 3(2)

Wiknjosastro. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka; .2010.

Yusuf, dkk. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika;
2015

Zamriati WO. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Ibu Hamil
Menjelang Persalinan di Poli KIA PKM Tuminting. E-journal keperawatan
(e-Kp). Manado: Universitas Samratulangi [Jurnal online] 2013; 1(1); 1-7.
Diakses pada 1 Juli 2014 dari: http://ejournal.unsrat.ac.id/
index.php/jkp/article/download/2249/1806
41

KUESIONER

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KECEMASAN IBU


BERSALIN KALA 1 DI PUSKESMAS GARUDA KOTA BANDUNG
TAHUN 2022

A. Identitas Responden
1. Tanggal wawancara :
2. Nomor identitas :
3. Umur :
4. Nama responden :

B. KECEMASAN
Petunjuk untuk wawancara :
Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan apa yang saudari rasakan
pada saat ini:
Pernyataa 1 2 3 4
n HTP K SR SL
Kondisi Hampir Tidak Kadang Sering Selalu
Pernah Kadang

No Pernyataan HTP K SR SL
1 2 3 4
1 Saya merasa senang menghadapi
persalinan yang akan saya jalani
2 Saya merasa proses persalinan akan
berjalan lancar
3 Saya merasa tidak mempunyai
masalah dengan kehamilan ini
4 Saya merasa siap lahir dan batin
menjalani proses persalinan
5 Saya merasa khawatir sesuatu yang
buruk akan terjadi pada saat proses
42

persalinan
6 Saya merasa aman-aman saja
menghadapi proses persalinan ini
7 Saya merasa tersiksa menghadapi
waktu persalinan
8 Saya merasa puas dengan
pelayanan rumah sakit/klinik
sehingga saya dapat menikmati
proses persalinan ini
9 Saya merasa manusia yang paling
kuat sehingga mampu menghadapi
persalinan dengan baik
10 Saya merasa khawatir yang
berlebihan akhir-akhir ini dan saya
tidak tahu apa penyebabnya

C. DUKUNGAN SUAMI
Petunjuk untuk wawancara :
Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan apa yang saudari rasakan pada
saat ini: jawaban yang telah tersedia sesuai dengan variabel peran serta suami,
yang mendekati pada jawaban anda, dengan keterangan:
a. Pilihan jawaban tertinggi (nilai 1) adalah paling negatif
b. Pilihan jawaban tertinggi (nilai 2) adalah negatif/kurang dari sedang
c. Pilihan jawaban tertinggi (nilai 3) adalah sedang/netral
d. Pilihan jawaban tertinggi (nilai 4) adalah positif atau lebih dari sedang
e. Pilihan jawaban tertinggi (nilai 5) adalah sangat positif

No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Suami tidak pernah memperhatikan
kondisi ibu saat hamil dan bersalin.
2 Suami tidak pernah mencintai, peduli
dan sayang kepada saya selama masa
kehamilan
3 Tidak pernah mendapatkan pujian dari
suami sehingga saya tidak merasa
istimewa
4 Suami tidak pernah mengatakan saya
tetap cantik dan menarik walaupun
saya sedang hamil
5 Suami tidak pernah menenangkan saya
ketika marah
6 Suami tidak pernah mengijinkan untuk
mengikuti penyuluhan dari posyandu
atau puskesmas tentang kehamilan
43

7 Suami tidak pernah mengingatkan dan


memberikan nasehat tentang
kehamilan
8 Suami tidak pernah menyetujui ide
atau gagasan tentang apa yang saya
lakukan untuk persiapan saya
menjelang persalinan seperti
menabung, membeli perlengkapan
9 Suami tidak pernah mengingatkan
untuk control dan menjaga
kehamilanmenjelang persalinan.
10 Suami tidak pernah memberikan buku
tentang kehamilan dan persalinan

Anda mungkin juga menyukai