Bab 1685201064
Bab 1685201064
BAB I
PENDAHULUAN
kebiasaan oleh sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
lain pendidikan biasa terjadi, tetapi dapat juga terjadi secara otodidak. Indonesia
merupakan negara yang sedang giat dan sedang berkembang dalam membangun di
pendidikan itu mutlak ada dalam kehidupan, baik diri sendiri, keluarga, masyarakat,
guru atau dosen olahraga yang berkualifikasi dan memiliki sertifikat serta didukung
terpisahkan dari pendidikan secara umum. melalui program pendidikan jasmani dan
Sumbangan nyata yang dapat terlihat dalam pendidikan jasmani dan olahraga
jasmani dan olahraga menjadi posisi paling unik karena berpeluang lebih banyak
1
2
pelajaran lain.
keterampilan dan juga dengan teknik dasar tersebut guru sangat diharapkan mampu
memberikan contoh yang baik untuk para peserta didik dalam melakukan olahraga
dan selalu disesuai dengan kurikulum 2013 atau yang berlaku saat ini.
menggantikan kurikulum 2006 atau yang biasa kita sebut dengan KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun.
Kurikulum 2013 ini telah masuk dalam masa percobaan pada tahun 2013 dengan
pada sekolah rintisan, yaitu kelas 1 dan 4 untuk tingkat Sekolah Dasar, Kelas 7
untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan kelas 10 untuk jenjang Sekolah
Menengah Atas (SMA), sedangkan pada tahun 2014, kurikulum 2013 atau K-13
sudah diterapkan di kelas 1,2,4, dan 5 Sekolah Dasar sedangkan untuk Sekolah
Menengah Pertama kelas 7 dan 8 dan SMA kelas 10 dan 11. Jumlah yang menjadi
sekolah perintis adalah sebanyak 6.326 sekolah yang tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia.
bagaimana agar siswa lebih berperan aktif disetiap proses belajar mengajar.
3
Sehingga siswa pada akhirnya akan mendapatkan sebuah hasil yang sangat
maksimal. Tetapi yang terjadi saat ini lebih banyak yang sering melakukan gerakan
kurikulum 2013 terdapat materi yang direvisi dan materi yang ditambahkan. Salah
satu mata pelajaran dari sekian banyaknya yang ada dalam kurikulum 2013 adalah
bulutangkis.
dimainkan oleh dua orang (untuk permainan tunggal) atau dua pasangan (untuk
permainan ganda) yang saling berlawanan dan dapat dimainkan secara ganda
campuran seperti halnya dalam permainan tenis dan biasanya sebagian dari siswa
Usia siswa seperti ini memang siswa lebih banyak bermain saat pembelajaran
dibandingkan dengan fokus untuk benar-benar belajar. Seperti yang telah terlihat
pada saat melaksanakan salah satu mata kuliah wajib yakni Pengenalan Lapangan
Palopo tersebut berlangsung selama 1 bulan dan telah selesai pada bulan September
2018 lalu. Selama 1 bulan melakukan sebuah observasi untuk mencari masalah
sesuai dengan kurikulum yang berlaku, teknik dasar long serve pada permainan
4
bulutangkis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Palopo masih kurang baik. Salah satu
yang menjadi masalahnya adalah sulitnya siswa dalam mengusai teknik dasar servis
dasarnya dalam teknik long serve. Sulitnya siswa mempelajari teknik dasar long
dan lebih banyak bermain saat proses pembelajaran berlangsung bahkan sampai ada
yang bolos pelajaran. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang membuat
siswa menjadi susah untuk mengerti setiap materi pembelajaran yang telah
Long Service adalah salah satu teknik dasar servis yang dilakukan dengan cara
lawan. Servis panjang ini merupakan servis tinggi yang biasanya hanya digunakan
dalam permainan tunggal. Teknik servis ini dianjurkan sedapat mungkin memukul
shuttlecock hingga ke dekat garis belakang dan menukik tajam lurus ke bawah.
Pukulan long service ini merupakan salah satu teknik servis yang sangat
bahwa hasil pembelajaran dasar long serve peserta didik pada permainan
bulutangkis ada yang baik, sedang, namun masih lebih banyak lagi yang sangat
kurang baik. Seperti yang tertera pada data awal yang telah dilihat dari guru mata
pelajaran penjas di SMP Neg 10 Palopo, bahwa untuk Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) untuk siswa kelas VIII penjas SMP Negeri 10 Palopo adalah 75, sehingga
5
jika siswa tidak mampu mencapai KKM, sehingga siswa bisa dinyatakan tidak lulus
dari mata pelajaran tersebut dan harus mengulang. Berdasarkan hasil data jumlah
dan persentase siswa kelas VIII.A SMP Negeri 10 Palopo yang mendapatkan nilai
tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase 23,3%, dan siswa yang mendapatkan
Pemberian materi pada siswa kelas VIII SMP Neg 10 Palopo masih sangat
kurang efisien sehingga hal ini mengakibatkan pembelajaran dasar long serve masih
kurang akurat. Misalnya pada teknik ayunan dan pukulan, pada saat siswa
melangsungkan proses pembelajaran teknik dasar long serve tersebut, yang terlihat
adalah kebanyakan dari siswa memang belum cukup bisa melakukan gerakan
tersebut. Ada yang mencoba pukulan tetapi tidak tersentuh shuttlecock, ayunan
tangannya tidak mereka pahami dengan jelas seperti apa dan bagaimana teknik
memperoleh hasil pembelajaran dasar long serve yang baik. Hal ini perlu dipikirkan
oleh pendidik agar menciptakan pembelajaran servis yang baik. Adanya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien peserta didik diharapkan dapat berkembang
Oleh karena itu, untuk mengajarkan siswa bermain bulutangkis harus sesuai
dengan kurikulum yang berlaku dan pada penelitian ini siswa diharapkan mampu
untuk terus befikir kritis, memiliki analitis yang baik, dan mampu sistematis dalam
diutarakan. Sehingga pada penelitian kali ini akan menggunakan metode inqury
6
untuk membantu siswa agar mampu meningkatkan teknik long serve dalam
permainan bulutangkisnya.
Metode inquiry merupakan metode yang akan digunakan pada siswa dalam
mencari dan menemukan sendiri berbagai informasi tentang long serve dalam
bulutangkis yaitu materi yang akan dijelaskan pada saat pembelajaran. Oleh karena
itu, siswa dapat berpikir dengan aktif melalui pembekalan model pembelajaran
bagi siswa. Pengajar tidak perlu panjang lebar untuk menjelaskan kembali materi-
meluaskan pengetahuan peserta didik melalui penelitian. Oleh karena itu metode
inquiry adalah metode belajar dengan menggunakan inisiatif sendiri, yang dapat
dilaksanakan secara individu ataupun kelompok kecil dan juga merupakan bagian
berfikir ilmiah. Penerapan metode ini, siswa lebih dituntut untuk banyak belajar
Terkait dengan uraian diatas, metode inquiry dengan pembelajaran dasar long
Sesuai latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
Bulutangkis Melalui Metode Inquiry pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10
Palopo”.
Sesuai latar belakang masalah yang telah diuraikan pada latar belakang masalah,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Upaya Meningkatan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dalam penelitian
ini yaitu untuk mengetahui adanya Upaya Meningkatkan Pembelajaran Dasar Long
Serve dalam Permainan Bulutangkis melalui Metode Inquiry pada Siswa Kelas VIII
Manfaat dari hasil penelitian ini baik secara praktis maupun teoritis yang dijabarkan
sebagai berikut :
Harapannya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan yang berguna untuk
bulutangkis.
Adapun manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah antara lain :
8
bulutangkis siswa.
Berikutnya diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi dan acuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu cabang olahraga yang mengharumkan nama bangsa Indonesia di tingkat
dunia yaitu bulutangkis. Cabang olahraga ini selalu meraih medali baik itu emas,
perak maupun perunggu dalam ajang multi event seperti SEA Games, ASIAN
Games, hingga Olimpiade. Tahir Djide (2013:106) Sebagai cabang olahraga yang
tubuh yang memerlukan energi dukungan oksigen. Dalam fisiologi, lazim hal ini
suatu olahraga yang merupakan permainan cepat yang membutuhkan gerak reflek
yang baik dan ditunjang dengan tingkat kebugaran yang tinggi. Pemain bulutangkis
juga dapat mengambil sebuah keuntungan dari permainan ini dari segi sosial,
hiburan dan mental. Pendapat yang sama oleh Aksan (2012:14) dalam jurnal
Hidayat (2015:2) Bulutangkis adalah olahraga yang dimainkan oleh dua orang
untuk permainan tunggal dan dua pasang untuk permainan ganda, adapun masing-
masing orang atau pasangan berada pada posisi yang saling berlawanan di bidang
9
10
lapangan yang dipisahkan dengan sebuah jaring atau net. Lain halnya dengan
menggunakan net, raket, dan shuttlecock. Menggunakan raket sebagai alat pemukul
bulutangkis adalah permainan atau cabang olahraga yang dapat dimainkan untuk
dan shuttlecock yang dimainkan dilapangan terbuka atau tertutup dengan dibatasi
menggunakan dua alat utama yaitu raket sebagai alat pemukul bola yang terbuat
dimainkan dengan cara melewatkan shuttlecock diatas net agar dapat jatuh
menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan.
a. Lapangan
ruang atau lapangan yang cukup luas. Ada syarat tertentu untuk lapangan
bulutangkis dalam hal bentuk dan ukuran. Lapangan dalam olahraga bulutangkis
pada umumnya memiliki ukuran yaitu lebar 6,10 meter dan panjang 13,40 meter
11
dengan bentuk persegi panjang. Bermain bulutangkis di tempat atau lapangan yang
tepat akan lebih baik dan juga mengaplikasikannya pula teknik dasar permainan
bulutangkis.
b. Shuttlecock
Permainan bulutangkis tentu tidak asing dengan perlengkapan yang sati ini
karena justru shuttlecock yang menjadi khas cabang olahraga ini. Shuttlecock pada
umumnya terbuat dari bahan berupa bulu angsa dengan pembuatan teratur. Berat
shuttlecock menurut standar IBF adalah sekitar 5,67 gram. Ada sebuah gabus
tempat tertancapnya bulu-bulu angsa secara rapi dan gabus tersebut pun terlapis
oleh kulit putih. Bulu angsa yang ditancapkan di sana ada sekitar 14-16 buah yang
kemudian diikat dengan dua buah tali melingkar. panjang shuttlecock secara umum
adalah 8,8 cm dan pengukuran dilakukan dari ujung kepala shuttlecock sampai
12
dengan ujung daun bulu. Sementara 6,5 cm adalah panjang batang daun kok dan
c. Raket
Ada beberapa raket bulutangkis yang terbuat dari aluminium, tapi ada pula yang
terbuat dari grafit dan karbon. Harga setiap raket juga beragam tergantung dari
bahan yang digunakan untuk membuatnya, ada yang sangat terjangkau, tapi juga
ada yang terlalu mahal. Senar tak gampang putus jika tarikan 21 hingga 24
ukuran kekencangan raket. kekencangan senar pada raket dan pembuatan yang
d. Dekker/Alat Pelindung
Alat pelindung merupakan alat tambahan yang tidaklah harus atau wajib ada
dalam permainan bulutangkis. Hanya saja bagi beberapa orang alat ini sangat
13
penting sebab fungsi utamanya adalah sebagai pelindung dari cedera. Permainan
bulutangkis banyak dengan gerakan berlari, melompat dan menjatuhkan diri untuk
Alat pelindung atau dekker ada yang fungsinya untuk pergelangan tangan
maupun pelindung di area lutut. Alat pelindung ini lebih sering dipakai oleh para
atlet.
e. Sepatu
Meskipun banyak dari masyrakat yang terkadang tidak menggunakan sepatu pada
f. Kaos Kaki
Kaos kaki sangatlah penting juga dalam persiapan untuk bermain badminton
untuk mengurangi resiko cedera. Jenis kaos kaki ada banyak, sebaiknya memilih
kaos kaki yang dapat menyerap keringat sehingga mengurangi bau tidak sedap saat
berolahraga
Baju dan celana adalah salah satu pakaian yang wajib digunakan. Namun
berbeda antara pemain yang memiliki status sebagai atlet dan pemain yang hanya
dan celana yang digunakan adalah baju yang mudah menyerap keringat dengan
celana pendek.
14
h. Handuk
permainan maka semakin cepat juga badan mengeluarkan keringat. Oleh sebab itu
sangat diperlukan juga untuk menyiapkan handuk, utamanya bagi atlet harus
Bagi masyarakat Indonesia olahraga ini merupakan olahraga untuk semua lapisan
masyarakat, karena dapat dimainkan oleh semua kalangan baik anak-anak, dewasa,
laki-laki atau perempuan. Agar seseorang bisa bermain bulutangkis, mereka harus
menguasai beberapa teknik dasar sehingga mampu melakukan pukulan pada bola
atau suttlecock.
Dinata (2006:1) dalam jurnal Putra (2016:2-3) mengemukakan ada beberapa jenis
pukulan yag harus dikuasai seperti service, lob, dropshot, smash, netting,
underhand, dan drive. semua jenis pukulan tersebut harus dilakukan dengan
Teknik dasar yang di uraikan di atas merupakan hasil dari pengkajian dengan
1. Pukulan
a. Teknik Servis
1. Servis Panjang
shuttlecock bisa mencapai area dekat garis belakang dengan cara menukik
menguras tenaga.
a) Letakkan kaki kiri ke depan dan kaki kanan di belakang agak melebar.
secara optimal.
d) Segera turunkan tangan kiri kembali sesaat setelah kok terlepas dari
tangan.
16
2. Servis Pendek
servis
kok dengan bantuan peralihan berat badan dari belakang ke kaki depan.
5. Fokus pada sikap dan posisi berdiri lawan supaya shuttlecock dapat
a) Berdiri siap dengan posisi agak ke belakang, agak jauh dari garis tengah.
leluasa
c) Lakukan servis ini dengan cepat dan sempurna sehingga lawan akan sulit
mengembalikkan shuttlecock.
c. Teknik Overhead
Teknik ini biasa disebut dengan teknik pukulan di atas. Teknik ini
digunakan ketika kok beradda di atas kepala dan siap untuk dipukul.
18
d. Teknik Underhand
ke arah lawan.
berakhir pada bagian atas pundak kiri. Telapak kaki harus tetap dijaga
2. Pegangan Raket
memegang raket :
a. American Grip
Dalam melakukan teknik pegangan Amerika atau American grip ini, ada
2. Pastikan telunjuk serta ibu jari menempel di bagian handle raket. Jenis
pegangan ini sangat efektif untuk melakukan pukulan smash di depan net
Tak hanya itu, memang tipe pegangan ini juga banyak diunggulkan oleh
b. Forehand Grip
pegangan ini.
banyak energi dan kekuatan bahu sangat dibutuhkan. Selain itu, pegangan
c. Backhand Grip
membaca arah gerakan kok serta pukulan yang dilakukan dapat melesat
dengan cepat dan kuat. Selain itu, pegangan ini juga memiliki kelemahan
yaitu pemain akan sangat sulit untuk mengembalikan bola yang keras
d. Combination Grip
atau biasa disebut dengan combination grip. Memakai pegangan ini, pemain
dengan arah datang shuttlecock dari hasil pukulan lawan. Pegangan dengan
teknik kombinasi ini biasanya adalah campuran antara forehand grip dan
salah akan berakibat fatal pada proses permainan. Selain itu, dengan
3. Pukulan
a. Pukulan Dropshot
adalah pukulan yang tepat melampaui net dan langsung jatuh ke sisi
lapangan lawan. Cara melakukan dropshot ada dua cara yaitu pukulan
yang hampir sama dengan pukulan lob atau smash. Namun pada pukulan
dengan net di daerah lawan. Pukulan ini dapat dilakukan dengan forehand
bola.
shuttlecock.
pergelangan tangan, gerakan melangkahkan kaki, dan konsentrasi. Selain itu servis
yang baik juga akan berpengaruh pada permainan bulutangkis Adapun daerah
Terdapat empat macam servis antara lain adalah servis pendek, servis
panjang, servis lob, dan servis drive. Berdasarkan keempat macam servis
bulutangkis, servis panjang merupakan salah satu servis yang biasa pemain
gunakan. Servis panjang atau long serve merupakan servis yang dilakukan dengan
energi yang cukup besar ke arah belakang sehingga mampu terus memberi tekanan
2.1.4 Inquiry
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
mampu menciptakan peserta didik yang cerdas dan berwawasan. Dengan model ini
peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan peserta didik
memecahkan suatu masalah sendiri. Model ini bertujuan untuk melatih kemampuan
secara ilmiah. Dalam proses inkuiri guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai
fasilitator, narasumber dan penyuluh kelompok. Para peserta didik didorong untuk
model inquiry yaitu metode yang digunakan untuk siswa dalam mencari dan
menemukan sendiri informasi tentang apa itu long serve dalam bulutangkis,
sehingga siswa dapat berpikir aktif dengan dibekali model pembelajaran tersebut
dan dalam proses pembelajaran selanjutnya akan lebih bermanfaat bagi siswa,
pengajar juga tidak perlu panjang lebar menjelaskan kembali materi yang telah
diberikan kepada siswa. Selain dari pada itu model inquiriy ini memberikan seluas-
luasnya kepada peserta didik untuk melakukan pencarian atas temuannya dalam
bahwa “The Inquiry teaching model can promote the improvement of the basic
technical skills and the academic achievement of the badminton students as the
traditional teaching model “ yang artinya adalah model pengajaran inkuiri dapat
Dengan demikian dalam pembelajaran inquiry siswa tak hanya di tuntut agar
secara optimal.
27
siswa untuk mencari serta menemukan sendiri permaslahan atau materi yang
diberikan. Selain itu melatih kepekaan diri siswa, mengurangi rasa cemas,
menumbuhkan rasa percaya diri serta mampu meningkatkan motivasi dan percaya
diri serta semngat belajar. Dari semua itu diharapkan mampu mendongkrak prestasi
belajar siswa.
masalah yang telah didefenisikan. Pemberian pembelajaran dasar yang baik dapat
dicapai melalui proses pembelajaran yang teratur dan efisien. Pembelajaran dasar
long serve yang baik di hasilkan dari gerak dasar yang baik serta dengan metode
pembelajaran yang mudah di pahami oleh siswa. Sehingga pada penelitian ini
pembelajaran.
Dari tahap pertama yaitu penyajian materi. Pada tahap ini peneliti akan
menyiapkan dan menyampaikan segala materi yang akan di berikan kepada siswa
serta menyiapkan perangkat pembelajaran atau RPP, sehingga nantinya siswa akan
Tahap kedua adalah belajar kelompok, untuk tahap ini peneliti akan
bermain saat pemberian materi atau proses pembelajaran berlangsung. Tahap yang
ketiga adalah kuis/ tes individual, dalam tahapan ini peneliti akan memberikan tes
28
kepada siswa untuk mengetahui persentasi siswa yang sudah memahami dengan
tahapan ini peneliti akan menghitung skor dari hasil tes di tahapan ketiga. Tahapan
yang terakhir adalah tahap pemberian penghargaan. Pada tahapan ini pemberian
penghargaan bukan berupa hadiah seperti pada umumnya, tetapi pemberian pujian
dan motivasi kepada siswa yang memiliki peningkatan pada pembelajaran dasar
peningkatan kepada siswa dalam pembelajaran dasar long serve melalui metode
inquiry. Berdasarkan masalah yang diangkat oleh peneliti dan di kaitkan dengan
teori-teori yang ada sehingga dapat dibuat kerangka berfikir sebagai berikut:
29
2.3 Hipotesis
hipotesis dalam penelitian ini adalah “Dengan metode inquiry dapat meningkatkan
pembelajaran dasar long serve pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Palopo”.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
(PTK). Dalam tindakan kelas ini, dilaksanakan dalam empat tahap secara bersiklus,
saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
indiktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
dalam melakukan penelitian tindakan kelas karena metode penelitian kualitatif akan
30
31
berikut :
Perencanaan (
Mempersiapkan
Rencana
Pembelajaran)
Refleksi (Menganalisis Pelaksanaan (Pemberian
dan mencermati instruksi terkait informasi
SIKLUS I
kekurangan yang ada) pembelajaran dengan
pelaksanaan mandiri)
Pengamatan
(dilakukan dengan
lembar observasi)
Perencanaan
(Menyusun lembar
koreksian dari siklus
satu)
Refleksi (siswa telah Pelaksanaan (memberikan
tertarik, bergairah dan kesempatan siswa lebih
SIKLUS II
berkeinginan keras banyak melakukan gerakan
melakukan long serve berkelompok
Pengamatan
(mengamati
perkembangan yang
terjadi pada siklus II
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode inquiry yaitu metode
yang digunakan siswa dalam mencari dan menemukan sendiri informasi tentang
apa itu long serve dalam bulutangkis untuk meningkatkan pembelajaran dasar long
rancangan tindakan yang berlangsung pada satu siklus penelitian dan berulang pada
siklus berikutnya. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus penelitian dan
dilakukan untuk dapat mengetahui ketepatan tindakan yang akan diberikan dalam
Penelitian ini dilaksanakan secara bersiklus, yaitu siklus yang satu dengan
A. Siklus I
Siklus ini terbagi atas 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
1. Tahap Perencanaan
pelaksanaan pengajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
c. Agar siswa bisa lebih memahami materi yang sedang diterangkan, guru
peraga.
3. Tahap pengamatan/Observasi
Check list ini berisi indikator dari ketiga aspek yaitu aspek kognitf, afektif,
dan psikomotor.
4. Refleksi
dilakukan oleh peneliti adalah refleksi. Dari hasil yang telah diamati selama
B. Siklus II
dan proses pembelajaran di siklus I dan merefleksi kembali hal-hal apa atau
1. Tahap Perencanaan
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
peraga.
seksama.
3. Pengamatan
bulutangkis.
4. Refleksi
bulutangkis.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.A berjumlah 30 siswa yang
terdiri dari 10 laki-laki dan 20 perempuan semester ganjil pada siswa kelas VIII
1. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang hasil pembelajaran dasar long serve dalam
permainan bulutangkis.
2. Guru
1. Teknik Observasi
2. Teknik Dokumentasi
3. Teknik Tes
kelas VIII. Tes yang diberikan berupa praktek dan tertulis. Pada metode ini siswa
39
bukan hanya proses tindakan saja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Aspek Penilaian
No. Nama Nilai Rata-
Siswa Pegangan Pukulan Ketepatan rata Ket
raket long serve Jatuh
shuttlecock
1.
2.
Kriteria Penilaian :
Nilai Maksimal = 12
Data berupa angka akan dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif, yaitu
membandingkan antara kondisi awal dengan perubahan yang terjadi pada setiap
tindakan. Peningkatan yang terjadi akan ditampilkan dalam bentuk tabel sederhana
untuk mendukung deskripsi verbal. Data kualitatif hasil pengamatan akan dianalisis
ketuntasan belajar dan mean (rata-rata) kelas. Dengan demikian nilai ketuntasan
pembelajaran long serve pada bulutangkis menggunakan metode inquiry pada siswa
(KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah, standar ketuntasan minimal untuk tiap
individu yaitu nilai 75, dan mencapai tuntas 80% dari jumlah siswa kelas VIII.A
BAB IV
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada kelas VIII SMP Negeri 10
Palopo. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.A yang berjumlah 30 siswa di
pada siswa kelas VIII. Setelah mengetahui permasalahan tersebut, maka peneliti
adalah melalui metode inquiry. Pada metode ini siswa akan lebih aktif pada saat
42
43
Kegiatan pratindakan tes pembelajaran dasar long service ini dilakukan oleh 30
siswa. Persentase perolehan nilai hasil tes long service siswa kelas VIII SMP Negeri
2 84-92 Baik 0 0
Jawaban 30 100%
Dari hasil kondisi awal diatas, siswa yang mencapai KKM adalah 7 siswa (23,3%)
sedangkan siswa yang belum mampu mencapai KKM adalah sebanyak 23 siswa
(76,7%). Dari hasil tes tersebut, ada beberapa siswa yang belum mampu melakukan
teknik dasar long service pada bulutangkis. Dari data yang telah diperoleh di atas,
Dari uraian diatas, apabila dilihat pada grafik akan tampak seperti dibawah ini :
Pratindakan
40
20
0
< 75 Tidak > 75 Tuntas
tuntas
Pratindakan 23 7
4.1.3 Siklus I
menggunakan metode inquiry. Adapun Persiapan yang dilakukan pada tahap ini
kurikulum 2013.
pembelajaran.
pengajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksaan tindakan siklus I yang dilakukan dalam satu kali pertemuan
Tahap ini merupakan penerapan dari RPP yang telah dibuat dalam tahap
45
perencanaan. Pada siklus I ini siswa yang hadir adalah 30 siswa, penerapan dari
1. Kegiatan Pendahuluan
c. Guru mengecek kehadiran siswa pada siklus I, peserta didik yang hadir
adalah 30 siswa.
d. Melakukan Pemanasan
2. Kegiatan Inti
di depan net.
1) Mengamati
teknik dasar long service dengan benar, serta siswa yang lainnya
berlangsung.
2) Menanya
3) Menalar
berada di lapangan. Siswa akan berfikir bagaimana cara agar dia dapat
4) Mencoba
memulai melakukan long service. Salah satu siswa yang sudah paham
bagaimana cara melakukan teknik dasar long service dengan baik dan
benar.
47
5) Mengkomunikasikan
menyilang serta harus mengenai sasaran long service yang ada tepat
3. Kegiatan Akhir
yaitu jaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan atau menggunakan
1. Pertemuan Pertama
dengan cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari Langkah-langkah yang
2. Pertemuan Kedua
pertemuan sebelumnya dan peningkatan tersebut terjadi pada guru dan siswa.
Jika dilihat dari segi guru pelaksanaan proses pembelajaran berjalan dengan
sangat baik. Dalam menyampaikan perintah secara tegas dan sangat jelas
memberikan motivasi kepada siswa, khususnya pada saat siswa mulai kurang
maupun kelompok. Pada saat siswa ada yang melakukan sebuah kesalahan
diperoleh pada tes akhir siklus I, dari 30 siswa rata-rata nila siswa 79%
dalam aspek pengetahuan dan nilai rata-rata siswa 41,6% dalam aspek
keterampilan. Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel dan
1. Pengetahuan
1 Nilai Tertinggi 90
2 Nilai Terendah 60
3 Rata-rata Nilai 79
4 Tuntas 11
5 Tidak Tuntas 19
6 KKM 75
Dari uraian diatas, apabila dilihat dari grafik akan nampak seperti dibawah:
SIKLUS I PENGETAHUAN
100
80
60
40
20
Jawaban 30 100 %
Dari uraian diatas, apabila dilihat dari grafik akan nampak seperti dibawah:
20
15
10
0
≥ 75 Tuntas ≤ 75 Tidak
Tuntas
Siklus I 11 19
2. Keterampilan
1 Nilai Tertinggi 83
2 Nilai Terendah 25
4 Tuntas 4
5 Tidak Tuntas 26
6 KKM 75
51
SIKLUS I KETERAMPILAN
100
80
60
40
20
2 84-92 Baik 0 0%
Jawaban 30 100 %
Dari uraian diatas, apabila dilihat dari grafik akan nampak seperti dibawah:
30
20
10
0
≥ 75 Tuntas ≤ 75 Tidak
Tuntas
Siklus I 4 26
Tabel 4.7 Deskripsi Ketuntasan Long service melalui metode inquiry siklus I
Kritera Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ketuntasan
0 – 74 Tidak Tuntas 26 86,7%
Jumlah 30 100%
Palopo bahwa pembelajaran dasar long service pada permainan bulutangkis melalui
metode inquiry pada siswa kelas VIII.A SMP Negeri 10 Palopo tahun ajaran
pembelajaran dasar long service pada permainan bulutangkis yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Suasana kelas belum cukup
pembelajaran berlangsung.
Hasil pengamatan yang telah didapatkan oleh peneliti dalam siklus ke I ini
potensi yang sebenarnya mereka punya tidak bisa berkembang dengan baik.
d. Refleksi
siklus selanjutnya. Refleksi pada siklus I dilakukan oleh peneliti. Tujuan dari
refleksi ini yaitu untuk membahas hal-hal yang menjadi hambatan pada siklus I.
Hal ini dikarenakan pada siklus I masih belum bisa mencapai tingkat ketuntasan
secara klasikal. Tetapi pada siklus I baru diperoleh 4 siswa yang tuntas sehingga
Berdasarkan refleksi, tabel dan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator
penilaian rata-rata nilai pada materi teknik dasar long service belum terpenuhi dan
juga indikator ketuntasan belajar masih belum terpenuhi. Dengan demikian perlu
4.1.4 Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, maka untuk siklus
ke II ini bersifat sebagai perbaikan dari rencana awal yang telah di susun pada
berikut :
pelaksanaan pengajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan siklus II yang dilakukan dalam satu kali pertemuan
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap
55
perencanaan. Pada pelaksanaan siklus II, siswa yang hadir dalam proses
berikut :
1) Kegiatan Pendahuluan
pelajaran dimulai
c. Guru mengecek kehadiran siswa, pada siklus II yang hadir ada 30 siswa
2) Kegiatan Inti
a. Mengamati
pada saat melakukan long service. Pada saat siswa melakukan servis,
dengan benar, serta siswa yang lainnya mengamati apa yang dijelaskan
56
b. Menanya
c. Menalar
berada di lapangan. Siswa akan berfikir bagaimana cara agar dia dapat
d. Mencoba
memulai melakukan long service. Salah satu siswa yang sudah paham
bagaimana cara melakukan teknik dasar long service dengan baik dan
benar.
e. Mengkomuniksikan
menyilang serta harus mengenai sasaran long service yang ada tepat pada
3) Kegiatan Penutup
yaitu jaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan atau menggunakan
c. Pengamatan
1. Pertemuan Pertama
yang dilakukan oleh peneliti pada siklus yang pertama. Siswa dalam
sehinggga pada pertemuan ini menjadi cukup baik. Hal ini karena siswa
di depan net saling berhadapan antar satu kelompok dan kelompok lainnya.
2. Pertemuan Kedua
baik. Hal ini ditunjukkan dari aspek-aspek yang diamati melalui lembar
awal proses pembelajaran siswa datang tepat waktu dan terlihat jelas bahwa
akan memaparkan hasil berupa hasil tes pengetahuan dan keterampilan long
berdasarkan nilai yang diperoleh pada tes akhir siklus II, dari 30 siswa rata-
rata nila siswa 80,9% dalam aspek pengetahuan dan nilai rata-rata siswa
82,5% dalam aspek keterampilan. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat
1. Pengetahuan
No Kriteria Hasil
1 Nilai Tertinggi 92
2 Nilai Terendah 58
4 Tuntas 29
5 Tidak Tuntas 1
6 KKM 75
SIKLUS II PENGETAHUAN
100
80
60
40
20
Jawaban 30 100 %
60
Dari uraian diatas, apabila dilihat dari grafik akan nampak seperti dibawah:
30
25
20
15
10
5
0
≥ 75 Tuntas ≤ 75 Tidak
Tuntas
Siklus I 29 1
3. Keterampilan
1 Nilai Tertinggi 92
2 Nilai Terendah 50
4 Tuntas 28
5 Tidak Tuntas 2
6 KKM 75
SIKLUS II KETERAMPILAN
100
50
Jawaban 30 100 %
Dari uraian diatas, apabila dilihat dari grafik akan nampak seperti dibawah:
30
25
20
15
10
5
0
≥ 75 Tuntas ≤ 75 Tidak
Tuntas
Siklus I 28 2
Tabel 4.13 Deskripsi Ketuntasan long service melalui metode inquiry siklus
II
Kritera Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ketuntasan
0 – 74 Tidak Tuntas 2 6,7%
Jumlah 30 100%
62
dari penerapan metode inquiry pada teknik dasar long service pada permainan
1. Siswa sudah mulai terbiasa belajar dan menemukan sendiri permasalahan yang
3. Sebagian besar siswa sudah sangat berperan aktif dalam proses pembelajaran
d. Refleksi
dasar long service pada permainan bulutangkis siswa kelas VIII. A SMP Negeri
hasil praktek siswa dan peneliti memutuskan untuk tidak diadakannya siklus ke
III.
perubahan yang positif, dimana suasana belajar terlihat cukup kondusif. Siswa
juga dapat menyesuaikan diri terhadap metode yang diberikan dan mulai
63
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, telah menujukkan bahwa pada siklus ke II
inquiry pada siswa kelas VIII.A SMP Negeri 10 Palopo sudah mencapai
4.2 Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi 2 siklus yang terdiri dari siklus I dan
siklus II. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan
(Planning), tahap tindakan, tahap pengamatan (Observasi), dan refleksi. Pada siklus
II tahap yang dilakukan merupakan perbaikan dari siklus yang sebelumnya. Hasil
yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari data tes yang berupa tingkat
inquiry. Hasil dari kedua siklus tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan
pembelajaran Pendidikan jasmani dan Kesehatan materi teknik dasar long service
pembelajaran siswa. Hasil tes siklus I diperoleh sebanyak 4 siswa (13,3%) tuntas
dan 26 siswa (86,7%) tidak tuntas. Kemudian pada hasil tes siklus ke II menujukkan
29 siswa (96,7%) tuntas dan 1 siswa (3,3%) tidak tuntas. Berdasarkan hasil rata-
64
rata yang diperoleh tersebut, maka dapat dikatakan terjadi peningkatan pada siklus
II dari siklus I.
peningkatan pembelajaran dasar long service siswa. Hal ini mengingat pada
kurang disukai siswa dan mudah bosan. Dimana guru hanya menjelaskan lalu
pada permainan bulutangkis siswa tidak memilki kemampuan teknik dasar yang
baik.
akan memberikan kontribusi yang positif. Hal ini dikarenakan pembelajaran dasar
long service dalam bulutangkis memiliki ketentuan tertentu agar dapat melakukan
pembelajaran dengan baik. Secara khusus pembelajaran dasar long service yang
Kegiatan belajar mengajar harus diciptkan suasana yang baik agar mudah
diterima oleh siswa. Selain agar mudah diterima oleh siswa seorang guru juga harus
65
kreatif memberikan sebuah metode pembelajaran sehingga siswa tidak cepat bosan
pada saat melakukan pembelajaran disekolah. Hal ini disebabkan karena setiap
harus memberikan pembelajaran yang bisa membuat mereka lebih aktif agar tidak
lambatnya siswa dalam menguasai teknik dasar tersebut. Sehingga guru harus
juga bisa mempengaruhi tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.
Hal ini seperti kualitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Dengan
memiliki saran yang lengkap, maka guru akan mudah memberikan materi
pembelajaran. Secara khusus pemberian metode inquiry dalam materi teknik dasar
kepada siswa untuk mampu berpikir kritis, menemukan masalah serta mencari
pembelajaran. Teknik dasar long service diawali dengan pegangan raket, pukulan
serta ketepatan jatuh shuttlecock. Hal ini menujukkan bahwa teknik dasar long
ceramah, namun ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan sehingga peneliti memikirkan metode apa yang cocok untuk diterapkan.
long service pada permainan bulutangkis, meskipun belum sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini disebabkan karena baik guru maupun siswa belum terbiasa
dengan metode inquiry. Sebagian besar siswa masih terbiasa dengan metode
konvensional.
Pada pelaksanaan siklus ke II, siswa dan guru sudah mulai terbiasa dengan
Pada tahap siklus I, nilai terendah siswa dalam aspek pengetahuan adalah 60 dan
nilai tertinggi dalam aspek pengetahuan adalah 90. Nilai terendah dalam aspek
41,6. Pada tahap siklus II, nilai terendah siswa dalam aspek pengetahuan dan
nilai keterampilan adalah 82,5. Perbandingan perolehan nilai tahap dapat dilihat
Tabel 4.14. Perbandingan Perolehan Nilai dari Perencanaan, Siklus I dan II.
No Kriteria Perencanaan Siklus I Siklus II
1 Nilai 85 80 90 83 90 92
Tertinggi
2 Nilai 60 60 60 25 60 67
Terendah
4 Jumlah 30 30 30
100
80
60
40
20
0
Pengetahuan Keterampilan Pengetahuan Keterampilan Pengetahuan Keterampilan
pada siklus I belum bisa mengalami perubahan yang signifikan dikarenakan belum
mencapai indikator keberhasilan atau KKM yang terdapat pada RPP, pada siklus II
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari siklus I dan siklus II,
maka dapat peneliti simpulkan bahwa, Pembelajaran Dasar Long Service dalam
Permainan Bulutangkis Melalui Metode Inquiry pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 10 Palopo mengalami peningkatan, yaitu dari hasil tes siklus ke I diperoleh
sebanyak 4 siswa (13,3%) tuntas dan 26 siswa (86,7%) tidak tuntas. Kemudian pada
hasil tes siklus ke II menujukkan 29 siswa (96,7%) tuntas dan 1 siswa (3,3%) tidak
tuntas. Berdasarkan hasil rata-rata yang diperoleh tersebut, maka dapat dikatakan
bulutangkis melalui metode inquiry pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Palopo,
hasil penelitia ini mempunyai implikasi praktis untuk pihak yang terkait utamanya
siswa.
diajarkan.
68
69
5.3 Saran
dasar long service dalam permainan bulutangkis melalui metode inquiry pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 10 Palopo, maka peneliti dapat mengemukakan saran yang
yang mudah dimengerti, dipahami, tidak membuat bosan siswa, dan mudah
2. Perlu dilakukan penelitian dengan metode inquiry agar siswa bisa mengasah
kemampuan berfikir mereka sendiri serta lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Hal tersebut bisa membuat siswa menjadi lebih ceria dan tidak mudah bosan
ketidak belajar.
bukan berarti penelitian ini tanpa adanya kelemahan dan kekurangan. Beberapa
1. Peneliti tidak dapat mengontrol faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes,
belajar.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2019. Penelitian Tindakan Kelas. Edisi
Revisi. Cetakan Ketiga. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Djide, T. 2013. Hidup dan Karyanya dalam Bulutangkis. Edisi Pertama. Deputi
Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga. Bandung.
Gustaman, G.P. 2019. Hubungan Footwork, Kekuatan Otot Tungkai, dan Tinggi
Lompatan Terhadap Kemampuan Smash Bulutangkis. Jurnal Olahraga 4
(1):1-8.
Hidayat, A.K. dan H.A. Rachman. 2015. Pengembangan Target Net Sebagai Alat
Pembelajaran Pukulan Bulutangkis di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal
Keolahragaan 3(1):1-15.
Prasojo, W.A, D. Mudian, Iyan, N.H. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Peningkatan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas XI dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMK Negeri 2
Subang. Jurna Ilmiah 4 (2): 81-88.
Pratomo, A.U.D, Sugiharto, dan H.S. Subiyono. 2013. Perbedaan Hasil Latihan
Umpan Balik Lob Langsung dan Lob Tak Langsung Terhadap Ketepatan Lob
dalam Olahraga Bulutangkis di PB Tugu Muda Kota Semarang. Journal Of
Sport Sciences and Fitness 2 (1): 1-5.
Putra, G.I, dan F.X. Sugiyanto. 2016. Pengembangan Pembelajaran Teknik Dasar
Bulutangkis Berbasis Mutimedia pada Atlet Usia 11 dan 12 Tahun. Jurnal
Keolahragaan 4 (2): 175-185.
70
71
Suryaman, I.H. 2019. Implementasi Model Inkuiri dalam Pembelajaran Soccer Like
Games untuk Meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Siswa. Journal Of
Teaching Physical Education In Elementary School 3 (1): 28-34.
Xiamoing, L, dan L. Liu. 2017. The Application of The Inquiry Teaching. Method
in Badminton Teaching in Collages. Advances in Social Sciences Education
and Humanities Research 96: 783-742.