Anda di halaman 1dari 72

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

kebiasaan oleh sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Melalui bimbingan orang

lain pendidikan biasa terjadi, tetapi dapat juga terjadi secara otodidak. Indonesia

merupakan negara yang sedang giat dan sedang berkembang dalam membangun di

berbagai bidang, termasuk didalamnya yaitu bidang pendidikan. Sehingga

pendidikan itu mutlak ada dalam kehidupan, baik diri sendiri, keluarga, masyarakat,

bangsa maupun negara secara umum.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang sistem

keolahragaan Nasional Pasal; 25 Ayat 2 yakni : “Pembinaan dan pengembangan

olahraga Pendidikan dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang dilakukan

guru atau dosen olahraga yang berkualifikasi dan memiliki sertifikat serta didukung

prasarana dan sarana olahraga yang memadai”.

Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu kesatuan yang tidak

terpisahkan dari pendidikan secara umum. melalui program pendidikan jasmani dan

olahraga dapat diupayakan untuk mengembangkan kepribadian setiap individu.

Sumbangan nyata yang dapat terlihat dalam pendidikan jasmani dan olahraga

adalah pengembangan keterampilan psikomotorik. Oleh karena itu pendidikan

jasmani dan olahraga menjadi posisi paling unik karena berpeluang lebih banyak

1
2

mengungkapkan kelebihan pendidikan jasmani dan olahraga dibanding pelajaran-

pelajaran lain.

Seorang guru pendidikan jasmani harus memiliki keterampilan di setiap

bidang olahraga, terutama terkait pada teknik-teknik dasar yang memiliki

keterampilan dan juga dengan teknik dasar tersebut guru sangat diharapkan mampu

memberikan contoh yang baik untuk para peserta didik dalam melakukan olahraga

dan selalu disesuai dengan kurikulum 2013 atau yang berlaku saat ini.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berlaku pada sistem pendidikan

di Indonesia saat ini. Kurikulum ini di terapkan oleh pemerintah untuk

menggantikan kurikulum 2006 atau yang biasa kita sebut dengan KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun.

Kurikulum 2013 ini telah masuk dalam masa percobaan pada tahun 2013 dengan

mempersiapkan beberapa sekolah sebagai sekolah rintisan dan percontohan.

Pertengahan tahun 2013 lalu, kurikulum 2013 diaplikasikan secara terbatas

pada sekolah rintisan, yaitu kelas 1 dan 4 untuk tingkat Sekolah Dasar, Kelas 7

untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan kelas 10 untuk jenjang Sekolah

Menengah Atas (SMA), sedangkan pada tahun 2014, kurikulum 2013 atau K-13

sudah diterapkan di kelas 1,2,4, dan 5 Sekolah Dasar sedangkan untuk Sekolah

Menengah Pertama kelas 7 dan 8 dan SMA kelas 10 dan 11. Jumlah yang menjadi

sekolah perintis adalah sebanyak 6.326 sekolah yang tersebar di seluruh provinsi di

Indonesia.

Kurikulum 2013 ini pemerintah menuntut guru untuk lebih menerapkan

bagaimana agar siswa lebih berperan aktif disetiap proses belajar mengajar.
3

Sehingga siswa pada akhirnya akan mendapatkan sebuah hasil yang sangat

maksimal. Tetapi yang terjadi saat ini lebih banyak yang sering melakukan gerakan

tambahan diluar dari yang diharapkan oleh guru.

Kurikulum 2013 memiliki aspek-aspek penilaian yaitu aspek pengetahuan,

aspek keterampilan, dan aspek sikap. Terutama di dalam materi pembelajaran

kurikulum 2013 terdapat materi yang direvisi dan materi yang ditambahkan. Salah

satu mata pelajaran dari sekian banyaknya yang ada dalam kurikulum 2013 adalah

bulutangkis.

Bulutangkis yaitu suatu cabang olahraga yang menggunakan raket dan

dimainkan oleh dua orang (untuk permainan tunggal) atau dua pasangan (untuk

permainan ganda) yang saling berlawanan dan dapat dimainkan secara ganda

campuran seperti halnya dalam permainan tenis dan biasanya sebagian dari siswa

tersebut sangat antusias dan semangat dalam mengikuti pe belajaran bulutangkis.

Usia siswa seperti ini memang siswa lebih banyak bermain saat pembelajaran

dibandingkan dengan fokus untuk benar-benar belajar. Seperti yang telah terlihat

pada saat melaksanakan salah satu mata kuliah wajib yakni Pengenalan Lapangan

Persekolah I di SMP Negeri 10 Palopo. Pelaksanaan PLP I di SMP Negeri 10

Palopo tersebut berlangsung selama 1 bulan dan telah selesai pada bulan September

2018 lalu. Selama 1 bulan melakukan sebuah observasi untuk mencari masalah

dalam proses pembelajaran olahraga bulutangkis yang kemungkinan terjadi di

SMP Negeri 10 Palopo.

Sehingga pada setiap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dan

sesuai dengan kurikulum yang berlaku, teknik dasar long serve pada permainan
4

bulutangkis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Palopo masih kurang baik. Salah satu

yang menjadi masalahnya adalah sulitnya siswa dalam mengusai teknik dasar servis

permainan bulutangkis hingga sulitnya siswa dalam meningkatkan pembelajaran

dasarnya dalam teknik long serve. Sulitnya siswa mempelajari teknik dasar long

serve tersebut mengakibatkan siswa menjadi malas untuk mengikuti pembelajaran

dan lebih banyak bermain saat proses pembelajaran berlangsung bahkan sampai ada

yang bolos pelajaran. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang membuat

siswa menjadi susah untuk mengerti setiap materi pembelajaran yang telah

diberikan oleh guru atau tenaga pendidik.

Long Service adalah salah satu teknik dasar servis yang dilakukan dengan cara

memukul shuttlecock setinggi-tingginya sehingga jatuh di garis belakang lapangan

lawan. Servis panjang ini merupakan servis tinggi yang biasanya hanya digunakan

dalam permainan tunggal. Teknik servis ini dianjurkan sedapat mungkin memukul

shuttlecock hingga ke dekat garis belakang dan menukik tajam lurus ke bawah.

Pukulan long service ini merupakan salah satu teknik servis yang sangat

membutuhkan banyak energi.

Berdasarkan pengamatan atau hasil survei singkat selama melakukan

Pengenalan Lapangan Persekolahan I di SMP Negeri 10 Palopo, telah terlihat

bahwa hasil pembelajaran dasar long serve peserta didik pada permainan

bulutangkis ada yang baik, sedang, namun masih lebih banyak lagi yang sangat

kurang baik. Seperti yang tertera pada data awal yang telah dilihat dari guru mata

pelajaran penjas di SMP Neg 10 Palopo, bahwa untuk Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) untuk siswa kelas VIII penjas SMP Negeri 10 Palopo adalah 75, sehingga
5

jika siswa tidak mampu mencapai KKM, sehingga siswa bisa dinyatakan tidak lulus

dari mata pelajaran tersebut dan harus mengulang. Berdasarkan hasil data jumlah

dan persentase siswa kelas VIII.A SMP Negeri 10 Palopo yang mendapatkan nilai

tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase 23,3%, dan siswa yang mendapatkan

nilai tidak tuntas sebanyak 23 siswa dengan persentase 76,7%.

Pemberian materi pada siswa kelas VIII SMP Neg 10 Palopo masih sangat

kurang efisien sehingga hal ini mengakibatkan pembelajaran dasar long serve masih

kurang akurat. Misalnya pada teknik ayunan dan pukulan, pada saat siswa

melangsungkan proses pembelajaran teknik dasar long serve tersebut, yang terlihat

adalah kebanyakan dari siswa memang belum cukup bisa melakukan gerakan

tersebut. Ada yang mencoba pukulan tetapi tidak tersentuh shuttlecock, ayunan

tangannya tidak mereka pahami dengan jelas seperti apa dan bagaimana teknik

dasar dari long serve.

Melihat kondisi tersebut, diupayakan memberikan pembelajaran dasar untuk

memperoleh hasil pembelajaran dasar long serve yang baik. Hal ini perlu dipikirkan

oleh pendidik agar menciptakan pembelajaran servis yang baik. Adanya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien peserta didik diharapkan dapat berkembang

lebih cepat dalam meningkatkan pembelajaran dasar long serve.

Oleh karena itu, untuk mengajarkan siswa bermain bulutangkis harus sesuai

dengan kurikulum yang berlaku dan pada penelitian ini siswa diharapkan mampu

untuk terus befikir kritis, memiliki analitis yang baik, dan mampu sistematis dalam

rangka menemukan jawaban secara mandiri dari banyaknya permasalahan yang

diutarakan. Sehingga pada penelitian kali ini akan menggunakan metode inqury
6

untuk membantu siswa agar mampu meningkatkan teknik long serve dalam

permainan bulutangkisnya.

Metode inquiry merupakan metode yang akan digunakan pada siswa dalam

mencari dan menemukan sendiri berbagai informasi tentang long serve dalam

bulutangkis yaitu materi yang akan dijelaskan pada saat pembelajaran. Oleh karena

itu, siswa dapat berpikir dengan aktif melalui pembekalan model pembelajaran

tersebut sehingga dalam proses pembelajaran selanjutnya akan lebih bermanfaat

bagi siswa. Pengajar tidak perlu panjang lebar untuk menjelaskan kembali materi-

materi yang telah diberikan kepada siswa.

Proses inquiry merupakan sebuah proses khusus untuk menambah dan

meluaskan pengetahuan peserta didik melalui penelitian. Oleh karena itu metode

inquiry kadang-kadang disebut juga sebagai metode ilmiahnya penelitian. Metode

inquiry adalah metode belajar dengan menggunakan inisiatif sendiri, yang dapat

dilaksanakan secara individu ataupun kelompok kecil dan juga merupakan bagian

dari metode pengajaran yang berusaha meletakkan dasar pengembangan cara

berfikir ilmiah. Penerapan metode ini, siswa lebih dituntut untuk banyak belajar

sendiri dan berusaha mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya dalam

pengembangan masalah yang dihadapinya sendiri. Metode inquiry akan

menciptakan kondisi belajar yang lebih efefktif, lebih kondusif, serta

mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar mengajar antara peserta didik

dan pendidik itu sendiri.

Terkait dengan uraian diatas, metode inquiry dengan pembelajaran dasar long

serve dan proses pembelajaran bulutangkis di sekolah sangatlah berkaitan erat.


7

Sesuai latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

judul “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Dasar Long Serve pada Permainan

Bulutangkis Melalui Metode Inquiry pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10

Palopo”.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang masalah yang telah diuraikan pada latar belakang masalah,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Upaya Meningkatan

Pembelajaran Dasar Long Serve dalam Permainan Bulutangkis melalui Metode

Inquiry pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Palopo ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dalam penelitian

ini yaitu untuk mengetahui adanya Upaya Meningkatkan Pembelajaran Dasar Long

Serve dalam Permainan Bulutangkis melalui Metode Inquiry pada Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 10 Palopo.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini baik secara praktis maupun teoritis yang dijabarkan

sebagai berikut :

1.4.1 Secara Teoritis

Harapannya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan yang berguna untuk

peningkatan dan pengembangan pembelajaran long serve pada cabang olahraga

bulutangkis.

1.4.2 Secara praktis

Adapun manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah antara lain :
8

1.4.2.1 Bagi siswa

Mampu bermanfaat dalam meningkatkan pembelajaran teknik dasar long

service permainan bulutangkis.

1.4.2.2 Bagi guru

Dapat dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan pembelajaran bermain

bulutangkis siswa.

1.4.2.3 Bagi sekolah

Mampu memberikan sumbangsih pemikiran di sekolah sebagai bahan

masukan dan referensi bagi guru olahraga mengenai usaha meningkatkan

pembelajaran long service dalam permainan bulutangkis.

1.4.2.4 Bagi peneliti

Berikutnya diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi dan acuan

untuk memperoleh hasil penelitian yang baik.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Permainan Bulutangkis

Salah satu cabang olahraga yang mengharumkan nama bangsa Indonesia di tingkat

dunia yaitu bulutangkis. Cabang olahraga ini selalu meraih medali baik itu emas,

perak maupun perunggu dalam ajang multi event seperti SEA Games, ASIAN

Games, hingga Olimpiade. Tahir Djide (2013:106) Sebagai cabang olahraga yang

lebih mengandalkan kemampuan aerobic, bulutangkis memerlukan sistem kerja

tubuh yang memerlukan energi dukungan oksigen. Dalam fisiologi, lazim hal ini

diungkap dalam istilah VO2 max.

Surbajah (2009) dalam jurnal Pratomo (2013:2) berpendapat bahwa

permainan ini telah mengalami perkembangan sebagai salah satu bentuk

keolahragaan nasional yang digemari dan menarik perhatian masyarakat dengan

berbagai tujuan atau kepentingan dalam melakukan olahraga.

Menurut Grice (2007:1) dalam jurnal Pratomo (2013:2) Bulutangkis yaitu

suatu olahraga yang merupakan permainan cepat yang membutuhkan gerak reflek

yang baik dan ditunjang dengan tingkat kebugaran yang tinggi. Pemain bulutangkis

juga dapat mengambil sebuah keuntungan dari permainan ini dari segi sosial,

hiburan dan mental. Pendapat yang sama oleh Aksan (2012:14) dalam jurnal

Hidayat (2015:2) Bulutangkis adalah olahraga yang dimainkan oleh dua orang

untuk permainan tunggal dan dua pasang untuk permainan ganda, adapun masing-

masing orang atau pasangan berada pada posisi yang saling berlawanan di bidang

9
10

lapangan yang dipisahkan dengan sebuah jaring atau net. Lain halnya dengan

Sutono (2008:1-2) dalam jurnal Hidayat (2015:2) menyatakan bahwa bulutangkis

merupakan salah satu jenis cabang olahraga yang permainannya dengan

menggunakan net, raket, dan shuttlecock. Menggunakan raket sebagai alat pemukul

dan shuttlecock sebagai objek yang dipukul dalam permainan bulutangkis.

Sehingga dari beberapa kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

bulutangkis adalah permainan atau cabang olahraga yang dapat dimainkan untuk

nomor perorangan (tunggal) ataupun beregu (ganda) dengan menggunakan raket

dan shuttlecock yang dimainkan dilapangan terbuka atau tertutup dengan dibatasi

oleh net di tengah lapangan.

Permainan bulutangkis memiliki sejumlah perlengkapan bulutangkis yang

sangat wajib untuk memaksimalkan permainan. Permainan bulutangkis

menggunakan dua alat utama yaitu raket sebagai alat pemukul bola yang terbuat

dari sususnan bulu atau disebut dengan shuttlecock. Permainan bulutangkis

dimainkan dengan cara melewatkan shuttlecock diatas net agar dapat jatuh

menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan.

Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Dikmas (2017:25) Perlengkapan/peralatan dan

lapangan permainan bulutangkis adalah sebagai berikut :

a. Lapangan

Bulutangkis merupakan suatu olahraga atau permainan yang membutuhkan

ruang atau lapangan yang cukup luas. Ada syarat tertentu untuk lapangan

bulutangkis dalam hal bentuk dan ukuran. Lapangan dalam olahraga bulutangkis

pada umumnya memiliki ukuran yaitu lebar 6,10 meter dan panjang 13,40 meter
11

dengan bentuk persegi panjang. Bermain bulutangkis di tempat atau lapangan yang

tepat akan lebih baik dan juga mengaplikasikannya pula teknik dasar permainan

bulutangkis.

Gambar 2.1. Lapangan Bulutangkis


Sumber : Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesehatan (2017: 25)

b. Shuttlecock

Permainan bulutangkis tentu tidak asing dengan perlengkapan yang sati ini

karena justru shuttlecock yang menjadi khas cabang olahraga ini. Shuttlecock pada

umumnya terbuat dari bahan berupa bulu angsa dengan pembuatan teratur. Berat

shuttlecock menurut standar IBF adalah sekitar 5,67 gram. Ada sebuah gabus

tempat tertancapnya bulu-bulu angsa secara rapi dan gabus tersebut pun terlapis

oleh kulit putih. Bulu angsa yang ditancapkan di sana ada sekitar 14-16 buah yang

kemudian diikat dengan dua buah tali melingkar. panjang shuttlecock secara umum

adalah 8,8 cm dan pengukuran dilakukan dari ujung kepala shuttlecock sampai
12

dengan ujung daun bulu. Sementara 6,5 cm adalah panjang batang daun kok dan

2,3 cm adalah panjang kepala kok.

Gambar 2.2. Shuttlecock


Sumber : Dokumen Pribadi

c. Raket

Ada beberapa raket bulutangkis yang terbuat dari aluminium, tapi ada pula yang

terbuat dari grafit dan karbon. Harga setiap raket juga beragam tergantung dari

bahan yang digunakan untuk membuatnya, ada yang sangat terjangkau, tapi juga

ada yang terlalu mahal. Senar tak gampang putus jika tarikan 21 hingga 24

ukuran kekencangan raket. kekencangan senar pada raket dan pembuatan yang

sempurna sangat berpengaruh, maka biasanya pukulan shuttlecock oleh pemain

pun akan dijamin kencang dan juga cepat.

Gambar 2.3. Raket


Sumber : Pengurus Pusat Special Olympics Indonesia (2009:10)

d. Dekker/Alat Pelindung

Alat pelindung merupakan alat tambahan yang tidaklah harus atau wajib ada

dalam permainan bulutangkis. Hanya saja bagi beberapa orang alat ini sangat
13

penting sebab fungsi utamanya adalah sebagai pelindung dari cedera. Permainan

bulutangkis banyak dengan gerakan berlari, melompat dan menjatuhkan diri untuk

mengembalikan shuttlecock sehingga memungkinkan terjadinya cedera.

Alat pelindung atau dekker ada yang fungsinya untuk pergelangan tangan

maupun pelindung di area lutut. Alat pelindung ini lebih sering dipakai oleh para

atlet.

e. Sepatu

Sepatu merupakan salah satu perlengkapan yang dibutuhkan dalam bermain

bulutangkis. Penggunaan sepatu untuk mencegah terjadinya cedera pada kaki.

Meskipun banyak dari masyrakat yang terkadang tidak menggunakan sepatu pada

kegiatan atau permainan bulu tangkis dengan tujuan hanya bermain.

f. Kaos Kaki

Kaos kaki sangatlah penting juga dalam persiapan untuk bermain badminton

untuk mengurangi resiko cedera. Jenis kaos kaki ada banyak, sebaiknya memilih

kaos kaki yang dapat menyerap keringat sehingga mengurangi bau tidak sedap saat

berolahraga

g. Baju dan Celana

Baju dan celana adalah salah satu pakaian yang wajib digunakan. Namun

berbeda antara pemain yang memiliki status sebagai atlet dan pemain yang hanya

menggunakan olahraga bulutangkis sebagai sarana kebugaran atau kesehatan. Baju

dan celana yang digunakan adalah baju yang mudah menyerap keringat dengan

celana pendek.
14

h. Handuk

Permainan bulutangkis adalah salah satu permainan cepat sehingga akan

berpengaruh juga dengan metabolisme keringat. Semakin tinggi intensitas

permainan maka semakin cepat juga badan mengeluarkan keringat. Oleh sebab itu

sangat diperlukan juga untuk menyiapkan handuk, utamanya bagi atlet harus

menyiapkan beberapa handuk pada saat bertanding.

2.1.2 Teknik Dasar Permainan Bulutangkis

Bagi masyarakat Indonesia olahraga ini merupakan olahraga untuk semua lapisan

masyarakat, karena dapat dimainkan oleh semua kalangan baik anak-anak, dewasa,

laki-laki atau perempuan. Agar seseorang bisa bermain bulutangkis, mereka harus

menguasai beberapa teknik dasar sehingga mampu melakukan pukulan pada bola

atau suttlecock.

Permainan bulutangkis ada beberapa teknik pukulan yang harus dikuasai.

Dinata (2006:1) dalam jurnal Putra (2016:2-3) mengemukakan ada beberapa jenis

pukulan yag harus dikuasai seperti service, lob, dropshot, smash, netting,

underhand, dan drive. semua jenis pukulan tersebut harus dilakukan dengan

menggunakan grip dan footwork yang benar.

Teknik dasar yang di uraikan di atas merupakan hasil dari pengkajian dengan

mempertimbangkan efektif, efisien, dan kemudahan gerak. Teknik dasar pada

bulutangkis terdiri atas :

1. Pukulan

Menurut Sarjiyanto & Sujarwadi (2010:16) pukulan ini untuk mengawali

permainan bulutangkis. Ada tiga jenis pukulan servis sebagai berikut :


15

a. Teknik Servis

1. Servis Panjang

Servis Panjang biasa digunakan untuk permainan tunggal, karena

shuttlecock bisa mencapai area dekat garis belakang dengan cara menukik

tajam, lurus ke bawah. Meskipun di sisi lain, pukulan ini lumayan

menguras tenaga.

Gambar 2.4. Servis Panjang (Forehand Serve)


Sumber : Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesehatan (2017: 22)

Cara melakukannya sebagai berikut :

a) Letakkan kaki kiri ke depan dan kaki kanan di belakang agak melebar.

b) Ayunkan tangan dari belakang ke depan yang disertai dengan pukulan

sehingga pada akhirnya gerakan dari seluruh pukulan. Raket berada di

atas badan pada saat tengah memukul.

c) Ayunkan raket disertai memindahkan berat badan dari belakang ke depan

secara optimal.

d) Segera turunkan tangan kiri kembali sesaat setelah kok terlepas dari

tangan.
16

2. Servis Pendek

Servis pendek biasanya digunakan pada permainan ganda. Servis

pendek dilakukan dengan tujuan untuk menghemat energi dalam

permainan. Gerakan pergelangan atau kelentukan pergelangan sangat

dibutuhkan pada pelaksanaan servis ini karena menentukan arah servis

yang akan dilakukan. Semakin baik servis pendek yang dilakukan

semakin susah lawan untuk mengembalikan.

Menurut Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Direktorat Pembinaan

Pendidikan Keaksaraan dan Kesehatan (2017: 22) menjelaskan langkah-

langkah melaukan servis pendek :

1. Kaki kanan berada di depan mengarah ke arah yang akan dilakukan

servis

2. Membuka kedua kaki selebar panggul

3. Mulailah untuk mengayunkan raket secara pendek saja dan mendorong

kok dengan bantuan peralihan berat badan dari belakang ke kaki depan.

Gerakan perlu dilakukan secara harmonis dan kontiniu.

4. Jangan memanfaatkan tenaga dari pergelangan tangan, apalagi

memakai tenaganya secara berlebihan sebab hanya bakal berpengaruh

pada arah dan keakuratan pukulan.


17

5. Fokus pada sikap dan posisi berdiri lawan supaya shuttlecock dapat

diarahkan ke sasaran yang tepat sesuai dengan yang diperkirakan.

Gambar 2.5. Servis Pendek (Backhand Serve)


Sumber : Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesehatan (2017: 22)

b. Teknik Datar (Drive)

Cara melakukannya sebagai berikut :

a) Berdiri siap dengan posisi agak ke belakang, agak jauh dari garis tengah.

b) Pukul shuttlecock sejauh mungkin agar lengan dapat bergerak dengan

leluasa

c) Lakukan servis ini dengan cepat dan sempurna sehingga lawan akan sulit

mengembalikkan shuttlecock.

Gambar 2.6. Servis Panjang, Servis Pendek dan Servis datar


Sumber : Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Dikmas (2017: 23)

c. Teknik Overhead

Teknik ini biasa disebut dengan teknik pukulan di atas. Teknik ini

digunakan ketika kok beradda di atas kepala dan siap untuk dipukul.
18

Pukulan ini sangat penting dikuasai karena merupakan bagian dari

pukulan smash dan dropshot.

Gambar 2.7. Teknik Overhead


Sumber : Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Dikmas (2017: 24)

d. Teknik Underhand

Teknik underhand merupakan kebalikan dari teknik ovehead.

Pemain harus mampu menguasai teknik ini untuk dapat melakukan

pukulan pada bola rendah sehingga bisa dengan cermat mengembalikan

ke arah lawan.

Ketika memukul shuttlecock, tenaga kekuatan siku dapat digunakan

berikut juga pergelangan tangan. Lakukan sampai pada gerakan lanjut

berakhir pada bagian atas pundak kiri. Telapak kaki harus tetap dijaga

untuk menyentuh lantai sambil terus meraih shuttlecock, tapi gerak

langkah jangan sampai terhambat karena gerakan kaki kiri tertahan.

2. Pegangan Raket

Menurut Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Direktorat Pembinaan

Pendidikan Keaksaraan dan Kesehatan (2017:17) Dalam permainan

bulutangkis tentunya mampu menguasai beberapa teknik tertentu salahsatnya


19

adalah cara memegang raket. Berikut pemaparan teknik dasar dalam

memegang raket :

a. American Grip

Gambar 2.8. Teknik memegang raket American Grip


Sumber : Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Dikmas (2017: 17)

Dalam melakukan teknik pegangan Amerika atau American grip ini, ada

beberapa langkah yang perlu diperhatikan, yakni:

1. Usahakan tangan memegang dibagian ujung seperti memegang

pukul/geblok kasur. Inilah mengapa pegangan amerika kerap juga disebut

dengan istilah pegangan geblok kasur.

2. Pastikan telunjuk serta ibu jari menempel di bagian handle raket. Jenis

pegangan ini sangat efektif untuk melakukan pukulan smash di depan net

Tak hanya itu, memang tipe pegangan ini juga banyak diunggulkan oleh

para pemain bulu tangkis ketika memukul bolabola atas.

b. Forehand Grip

Berikut adalah cara melakukan pegangan Forehand Grip:

a) Pegangan raket dilakukan dengan posisi miring

b) Pastikan posisi ibu jari serta telunjuk menempel di bagian pegangan

atau handle raket yang kurang luas.


20

c) Disarankan untuk tidak mengubah pegangan saat melakukan

pegangan ini.

Ada beberapa kelemahan cara memegang dengan forehand grip ini.

Ketika beralih dari forehand ke backhand, pemain harus menggunakan

banyak energi dan kekuatan bahu sangat dibutuhkan. Selain itu, pegangan

ini juga sulit digunakan untuk permainan dekat net.

Gambar 2.9. Teknik memegang raket forehand grip


Sumber : Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Dikmas (2017: 18)

c. Backhand Grip

Beberapa cara melakukan pegangan backhand grip:

a) Peganglah raket dalam posisi miring.

b) Sewaktu memegang raket, pastikan posisi ibu jari ada di bagian

belakang handle atau pegangan raket, sementara jari-jari tangan bisa

diposisikan pada bagian depan.

Keunggulan teknik pegangan ini antara lain pemain lawan sulit

membaca arah gerakan kok serta pukulan yang dilakukan dapat melesat

dengan cepat dan kuat. Selain itu, pegangan ini juga memiliki kelemahan

yaitu pemain akan sangat sulit untuk mengembalikan bola yang keras

apalagi apabila dirahkan ke bagian sisi badan pemain.


21

Gambar 2.10. Teknik memegang raket backhand grip


Sumber : Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Dikmas (2017: 19)

d. Combination Grip

Teknik ini adalah teknik yang menggabungkan semua pegangan grip

atau biasa disebut dengan combination grip. Memakai pegangan ini, pemain

bisa secara gampang melakukan pengubahan handle dan menyesuaikannya

dengan arah datang shuttlecock dari hasil pukulan lawan. Pegangan dengan

teknik kombinasi ini biasanya adalah campuran antara forehand grip dan

backhand grip yang penting untuk dikuasai. Untuk kelemahannya,

combination grip ini memang dianggap susah ketika dicermati.

Perlu diketahui juga bahwa pegangan raket juga sangat berpengaruh

pada saat permainan maupun pertandingan. Penggunaan pegangan yang

salah akan berakibat fatal pada proses permainan. Selain itu, dengan

pegangan raket akan berpengaruh pada energi yang dikeluarkan.Itulah

sebabnya kelentukan pergelangan tangan juga sangat dibutuhkan untuk

meminimalisir penggunaan energi yang berlebihan. Berikut posisi tangan

saat menggunakan pegangan combination grip.


22

Gambar 2.11. Teknik memegang raket combination grip


Sumber : Kemendikbud, Dirjen PAUD PM & Dikmas (2017: 20)

3. Pukulan

a. Pukulan Dropshot

Menurut Sarijayanto dan Sujarwadi (2010:17) Pukulan dropshot

adalah pukulan yang tepat melampaui net dan langsung jatuh ke sisi

lapangan lawan. Cara melakukan dropshot ada dua cara yaitu pukulan

dropshot atas dan dropshot bawah.

1. Pukulan Dropshot Atas

Gambar 2.12. Cara melakukan pukulan dropshot atas


Sumber : Sarjiyanto & Sujarwadi (2010:17)

Cara memukul dropshot dari atas mempunyai posisi memukul

yang hampir sama dengan pukulan lob atau smash. Namun pada pukulan

ini shuttlecock tidak dipukul dengan keras. Saat raket mengenai


23

shuttlecock, tahan gerakan ayunan raket dan diarahkan secara curam ke

depan sehingga shuttlecock tersebut jatuh ke titik dekat net.

2. Pukulan Dropshot Bawah

Pukulan ini mengarahkan shuttlecock ke daerah lawan yang jatuhnya

sedekat mungkin dengan net. Misalnya digunakan untuk memukul

shuttlecock yang berada di bawah badan agar jatuh sedekat mungkin

dengan net di daerah lawan. Pukulan ini dapat dilakukan dengan forehand

atau backhand. Pukulan dropshot dari bawah mengandalkan keterampilan

gerak tangan dengan menjaga keseimbangan badan. Pukulan dropshot dari

bawah dapat dilakukan dengan mendorong, memotong, maupun

mengangkat kok setinggi net, lawan pun akan kesulitan mengembalikkan

bola.

Gambar 2.13. Cara melakukan pukulan dropshot bawah


Sumber : Sarjiyanto & Sujarwadi (2010:18)

3. Pukulan Mendatar (Drive)

Pukulan ini dilakukan dengan cara memukul shuttlecock yang

tingginya sedikit di atas pinggang, melewati tidak jauh di atas net

menyusur sejajar lantai. Pukulan ini dapat dilakukan dengan forehand

atau backhand. Dalam pukulan drive, pemain perlu meningkatkan


24

penampilan pegangan dan juga perlu secara reflex cepat merespon

shuttlecock.

Gambar 2.14. Pukulan drive bulutangkis


Sumber : Sarjiyanto & Sujarwadi (2010:18)

2.1.3 Teknik Dasar Long Serve

Menurut Tohar (1992:34-40) dalam jurnal Suratman (2014:90-91) Teknik dasar

bulutangkis yang harus dikuasai adalah cara memegang raket, pergerakan

pergelangan tangan, gerakan melangkahkan kaki, dan konsentrasi. Selain itu servis

yang baik juga akan berpengaruh pada permainan bulutangkis Adapun daerah

sasaran untuk tes long service adalah sebagai berikut :

Gambar 2.15. Sasaran pada pukulan long service


Sumber : Skripsi Agung Prasetyo (24:2015)
25

Terdapat empat macam servis antara lain adalah servis pendek, servis

panjang, servis lob, dan servis drive. Berdasarkan keempat macam servis

bulutangkis, servis panjang merupakan salah satu servis yang biasa pemain

gunakan. Servis panjang atau long serve merupakan servis yang dilakukan dengan

cara menerbangkan shuttlecock setinggi-tingginya dan jatuh ke garis belakang

bidang lapangan lawan (Tohar, 1992:42) dalam jurnal Suratman (2014:90-91).

Tujuan pelaksanaan servis panjang adalah untuk menekan lawan menggunakan

energi yang cukup besar ke arah belakang sehingga mampu terus memberi tekanan

pada setiap kesalahan lawan..

2.1.4 Inquiry

Menurut Sanjaya (2006:196) dalam jurnal Nurzaman (2017:154) berpendapat

bahwa pembelajaran inquiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan

pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan.

Menurut Putra (2014:762) Inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang

mampu menciptakan peserta didik yang cerdas dan berwawasan. Dengan model ini

peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan peserta didik

memecahkan suatu masalah sendiri. Model ini bertujuan untuk melatih kemampuan

peserta didik dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah

secara ilmiah. Dalam proses inkuiri guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai

fasilitator, narasumber dan penyuluh kelompok. Para peserta didik didorong untuk

mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejalahi dengan pengetahuan.


26

Berdasarkan kedua pendapat di atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa

model inquiry yaitu metode yang digunakan untuk siswa dalam mencari dan

menemukan sendiri informasi tentang apa itu long serve dalam bulutangkis,

sehingga siswa dapat berpikir aktif dengan dibekali model pembelajaran tersebut

dan dalam proses pembelajaran selanjutnya akan lebih bermanfaat bagi siswa,

pengajar juga tidak perlu panjang lebar menjelaskan kembali materi yang telah

diberikan kepada siswa. Selain dari pada itu model inquiriy ini memberikan seluas-

luasnya kepada peserta didik untuk melakukan pencarian atas temuannya dalam

pemberian tugas dari pengajarnya.

Menurut Xiaoming & L.Liu (2017:738) dalam jurnal Internasional

“Advances In Social Science, Education and Humanities Research” berpendapat

bahwa “The Inquiry teaching model can promote the improvement of the basic

technical skills and the academic achievement of the badminton students as the

traditional teaching model “ yang artinya adalah model pengajaran inkuiri dapat

memperbaiki peningkatan keterampilan teknik dasar dan prestasi akademik siswa

bulutangkis sebagai model pengajaran tradisional.

Model pembelajaran inquiry berorientasi pada siswa yang bertujuan

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Dengan demikian dalam pembelajaran inquiry siswa tak hanya di tuntut agar

menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat memilikinya

secara optimal.
27

Manfaat dari pembelajaran inquiry adalah mampu meningkatkan berfikir

siswa untuk mencari serta menemukan sendiri permaslahan atau materi yang

diberikan. Selain itu melatih kepekaan diri siswa, mengurangi rasa cemas,

menumbuhkan rasa percaya diri serta mampu meningkatkan motivasi dan percaya

diri serta semngat belajar. Dari semua itu diharapkan mampu mendongkrak prestasi

belajar siswa.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang hubungan teori dengan

masalah yang telah didefenisikan. Pemberian pembelajaran dasar yang baik dapat

dicapai melalui proses pembelajaran yang teratur dan efisien. Pembelajaran dasar

long serve yang baik di hasilkan dari gerak dasar yang baik serta dengan metode

pembelajaran yang mudah di pahami oleh siswa. Sehingga pada penelitian ini

peneliti akan memberikan model pembelajaran inquiry yang memiliki 5 tahapan

pembelajaran.

Dari tahap pertama yaitu penyajian materi. Pada tahap ini peneliti akan

menyiapkan dan menyampaikan segala materi yang akan di berikan kepada siswa

serta menyiapkan perangkat pembelajaran atau RPP, sehingga nantinya siswa akan

lebih memahami apa yang akan mereka lakukan.

Tahap kedua adalah belajar kelompok, untuk tahap ini peneliti akan

membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Tujuan di bentuknya kelompok

tersebut adalah untuk memudahkan peneliti mengontrol siswanya agar tidak

bermain saat pemberian materi atau proses pembelajaran berlangsung. Tahap yang

ketiga adalah kuis/ tes individual, dalam tahapan ini peneliti akan memberikan tes
28

kepada siswa untuk mengetahui persentasi siswa yang sudah memahami dengan

yang belum memahami.

Kemudian tahap yang ke empat adalah tahap perhitungan skor. Pada

tahapan ini peneliti akan menghitung skor dari hasil tes di tahapan ketiga. Tahapan

yang terakhir adalah tahap pemberian penghargaan. Pada tahapan ini pemberian

penghargaan bukan berupa hadiah seperti pada umumnya, tetapi pemberian pujian

dan motivasi kepada siswa yang memiliki peningkatan pada pembelajaran dasar

long serve dengan metode inquiry.

Dengan demikian, dari lima tahapan di atas diharapkan dapat memberikan

peningkatan kepada siswa dalam pembelajaran dasar long serve melalui metode

inquiry. Berdasarkan masalah yang diangkat oleh peneliti dan di kaitkan dengan

teori-teori yang ada sehingga dapat dibuat kerangka berfikir sebagai berikut:
29

Gambar 2.16. Desain Kerangka Berpikir

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka yang dituangkan dalam keranga berpikir, sehingga

hipotesis dalam penelitian ini adalah “Dengan metode inquiry dapat meningkatkan

pembelajaran dasar long serve pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Palopo”.
30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Dalam tindakan kelas ini, dilaksanakan dalam empat tahap secara bersiklus,

yang terdiri atas perencanaan, tindakan observasi dan refleksi.

Menurut Arikunto (2019:1) Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa

saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak

awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut.

Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, yaitu

penelitian untuk mendeskripsikan aktifitas siswa dan guru dalam pelaksanaan

tindakan kelas. Menurut Sugiyono (2014:9) Metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eskperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

indiktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka metode penelitian ini cocok digunakan

dalam melakukan penelitian tindakan kelas karena metode penelitian kualitatif akan

mengkaji tentang bagaimana pembelajaran berlangsung dengan memperlihatkan

interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

30
31

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai

berikut :
Perencanaan (
Mempersiapkan
Rencana
Pembelajaran)
Refleksi (Menganalisis Pelaksanaan (Pemberian
dan mencermati instruksi terkait informasi
SIKLUS I
kekurangan yang ada) pembelajaran dengan
pelaksanaan mandiri)
Pengamatan
(dilakukan dengan
lembar observasi)

Perencanaan
(Menyusun lembar
koreksian dari siklus
satu)
Refleksi (siswa telah Pelaksanaan (memberikan
tertarik, bergairah dan kesempatan siswa lebih
SIKLUS II
berkeinginan keras banyak melakukan gerakan
melakukan long serve berkelompok
Pengamatan
(mengamati
perkembangan yang
terjadi pada siklus II

Gambar 3.1. Siklus PTK

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode inquiry yaitu metode

yang digunakan siswa dalam mencari dan menemukan sendiri informasi tentang

apa itu long serve dalam bulutangkis untuk meningkatkan pembelajaran dasar long

serve pada bulutangkis.

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan/observasi dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut merupakan


32

rancangan tindakan yang berlangsung pada satu siklus penelitian dan berulang pada

siklus berikutnya. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus penelitian dan

sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu menentukan keadaan awal yang

menujukkan kondisi awal proses mengajar dan aktivitas belajar siswa.

Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan observasi. Observasi awal

dilakukan untuk dapat mengetahui ketepatan tindakan yang akan diberikan dalam

rangka untuk meningkatkan pembelajaran dasar servis siswa khusunya pada

pembelajaran dasar long serve.

Penelitian ini dilaksanakan secara bersiklus, yaitu siklus yang satu dengan

yang lainnya merupakan yang saling berkaitan. Untuk memecahkan permasalahan

maka dilakukan perencanaan tindakan dan observasi pelaksanaan, direfleksi untuk

mengetahui hasil pelaksanaan tindakan.

Adapun tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

A. Siklus I

Siklus ini terbagi atas 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,

tahap pengamatan dan tahap refkleksi.

1. Tahap Perencanaan

a. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat

pelaksanaan pengajaran.

b. Mengabsensi siswa untuk mengetahui keadaan siswa atau anak.

c. Menyampaikan materi tentang long service bulutangkis dengan Bahasa

yang mudah dimengerti oleh siswa.

d. Menyiapkan contoh perintah atau suruhan melakuan tindakan secara jelas.


33

e. Alat melaksanakan pemanasan

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menyiapkan alat yang digunakan sesuai dengan materi pembelajaran.

b. Mengamati pelaksanaan pembelajaran.

c. Menganalisa penyusunan penggunaan alat pengajaran.

d. Membimbing pelaksanaan long service bulutangkis.

Adapun pelaksanaan long service bulutangkis adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti kepada

siswa tentang pentingnya kerja sama serta keseriusan dalam melaksanakan

suatu pembelajaran olahraga.

b. Memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan

dengan long service blutangkis.

c. Agar siswa bisa lebih memahami materi yang sedang diterangkan, guru

memerintahkan salah satu siswa atau dua orang sebagai peraga.

d. Guru menginstruksikan tahap persiapan untuk melakukan long service

bulutangkis kepada peraga.

e. Guru menginstruksikan tahap gerakan untuk melakukan long service

bulutangkis kepada peraga.

f. Guru menginstruksikan akhir gerakan long service bulutangkis kepada

peraga.

g. Membagi siswa menjadi 2 kelompok. Kemudian memerintahkan masing-

masing satu perwakilan kelompok untuk berbaris di depan net untuk

persiapan pelaksanaan long service.


34

h. Memerintahkan siswa untuk mempraktikkan long service bulutangkis

sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh guru kepada peraga.

i. Siswa yang lain memperhatikan apa yang diperagakan dengan seksama.

3. Tahap pengamatan/Observasi

Selanjutnya observasi dilakukan secara cermat, tepat, dan rinci atas

semua aktifitas siswa dengan menggunakan format observasi yang telah

disiapkan. Peneliti menggunakan lembar observasi yaitu berupa check list.

Check list ini berisi indikator dari ketiga aspek yaitu aspek kognitf, afektif,

dan psikomotor.

4. Refleksi

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas, maka yang akan

dilakukan oleh peneliti adalah refleksi. Dari hasil yang telah diamati selama

melakukan proses pembelajaran dasar long service dengan metode inquiry

melalui lembar pengamatan, maka diteliti, dicermati, dilihat dari kekurangan

dan kelebihan dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian

kelemahannya dijadikan koreksi dalam pembelajaran selanjutnya.

Sedangkan kelebihanya dirangkum dijadikan pengetahuan dan pedoman

dalam pembelajaran berikutnya.

B. Siklus II

Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Peneliti mengevaluasi hasil

dan proses pembelajaran di siklus I dan merefleksi kembali hal-hal apa atau

tindakan penelitian selanjutnya, sehingga dapat terjadi peningkatan

pembelajaran teknik dasar long serve dari siklus I ke siklus II.


35

1. Tahap Perencanaan

a. Menetapkan materi pokok atau pembahasan yang akan dijadikan

penelitian.

b. Menyusun instrument penelitian dan lembar observasi.

c. Menyusun lembar evaluasi

d. Menyusun lembar refleksi

e. Menyusun scenario pelaksanaan tindakan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada siklus II tindakan kelas akan disesuaikan dengan hasil refleksi

sebagai prediksi langkah-langkah tindakan adalah memberi petunjuk

atau penjelasan dan memberi kesempatan kepada siswa memperhatikan

dan melakukan gerakan.

Adapun pelaksanaan long service bulutangkis adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti kepada

siswa tentang pentingnya kerja sama serta keseriusan dalam

melaksanakan suatu pembelajaran. Olahraga.

b. Memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan

dengan long service bulutangkis.

c. Agar siswa lebih memahami materi yang sedang diterangkan, guru

memerintahkan salah satu atau dua orang siswa sebagai peraga.

d. Guru menginstruksikan tahap persiapan untuk melakukan long service

bulutangkis kepada peraga.


36

e. Guru menginstruksikan tahap gerakan untuk melakukan long service

bulutangkis kepada peraga.

f. Guru menginstruksikan akhir gerakan long service bulutangkis kepada

peraga.

g. Membagi siswa menjadi 4 kelompok. Kemudian memerintahkan 2

kelompok berbaris di sisi kanan lapangan bulutangkis dan 2 kelompok

lainnya berbaris di sisi kiri lapangan bulutangkis. Selanjutnya masing-

masing satu siswa perwakilan kelompok berbaris di depan net dan

saling berhadapan untuk persiapan pelaksanaan long service.

h. Memerintahkan siswa untuk mempraktikkan long service bulutangkis

sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh guru kepada peraga.

i. Siswa yang lain memperhatikan apa yang diperagakan dengan

seksama.

3. Pengamatan

a. Mengamati pengembangan proses pembelajaran long service

bulutangkis.

b. Mencatat hal-hal yang dinilai menarik selama observasi.

c. Mengamati pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.

d. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.


37

e. Mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari

semua proses pembelajaran long service bulutangkis.

4. Refleksi

Hasil observasi dari pelaksanaan tindakan digunakan untuk perubahan,

perbaikan, dengan meningkatkan hasil pembelajan long service

bulutangkis.

a. Siswa tertarik melakukan kegiatan pembelajaran.

b. Siswa bergairah melakukan long service bulutangkis.

c. Siswa berkeinginan memperbaiki hasil pembelajaran.

d. Siswa berkeinginan meningkatkan hasil pembelajaran.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.A berjumlah 30 siswa yang

terdiri dari 10 laki-laki dan 20 perempuan semester ganjil pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 10 Palopo.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Palopo.

3.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2020.

3.5 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu :
38

1. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang hasil pembelajaran dasar long serve dalam

permainan bulutangkis.

2. Guru

Sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan hasil pembelajaran

dasar long serve dalam permainan bulutangkis.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Teknik Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data/informasi dengan cara

mengamati secara langsung kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

2. Teknik Dokumentasi

Kegaitan dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan

siswa dalam pembelajaran bulutangkis siswa kelas VIII.A SMP Negeri 10

Palopo. Dokumentasi juga digunakan untuk mengumpulkan data melalui foto

kegiatan guru dan siswa.

3. Teknik Tes

Tes merupakan instrumen utama penelitian yang digunakan di dalam

mengumpulkan data guna untuk mengukur hasil kemampuan siswa dalam

pembelajaran long serve bulutangkis dengan menggunakan metode inquiri siswa

kelas VIII. Tes yang diberikan berupa praktek dan tertulis. Pada metode ini siswa
39

diharapkan mampu lebih berperan aktif didalamnya. Sehingga siswa dapat

menemukan sendiri jawaban dari masalah yang terjadi.

3.7 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2019:85) Instrumen PTK merupakan semua alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data tentang semua proses pembelajaran. Jadi

bukan hanya proses tindakan saja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), dan instrumen

digunakan untuk mengumpulkan data.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes

kemampuan pembelajaran permainan bulutangkis yakni long serve, kemudian

lembar observasi siswa.

Tabel 3.1 Instrumen Penilaian long service pada permainan bulutangkis.

Aspek Penilaian
No. Nama Nilai Rata-
Siswa Pegangan Pukulan Ketepatan rata Ket
raket long serve Jatuh
shuttlecock
1.

2.

Kriteria Penilaian :

Nilai Maksimal = 12

1) Pegangan Raket :1-4

2) Pukulan long service :1-4

3) Ketepatan Jatuh Shuttlecock : 1 - 4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100
40

3.8 Teknik Analisis Data

Data berupa angka akan dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif, yaitu

membandingkan antara kondisi awal dengan perubahan yang terjadi pada setiap

tindakan. Peningkatan yang terjadi akan ditampilkan dalam bentuk tabel sederhana

untuk mendukung deskripsi verbal. Data kualitatif hasil pengamatan akan dianalisis

dengan analisis deskriptif kritis dengan cara menampilkan data, menghubungkan

dan menganalisis secara sebab akibat.

Data kuantitatif berupa hasil belajar, dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menggunakan

ketuntasan belajar dan mean (rata-rata) kelas. Dengan demikian nilai ketuntasan

belajar siswa diperoleh melalui rumus sebagai berikut :

1. Tes untuk kerja (Psikomotor) :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100

2. Pengamatan sikap (Afektif) :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100

3. Tes Siklus/embedded test (kognitif) :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100

4. Nilai akhir yang diperoleh siswa :

Nilai tes psikomor + Nilai tes afektif + Nilai tes kognitif

Sumber : Kusmawati (2015:128-130)


41

3.9 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan

pembelajaran long serve pada bulutangkis menggunakan metode inquiry pada siswa

kelas VIII.A SMP Negeri 10 Palopo. Menurut Kriteria Ketuntasam Minimal

(KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah, standar ketuntasan minimal untuk tiap

individu yaitu nilai 75, dan mencapai tuntas 80% dari jumlah siswa kelas VIII.A

SMP Negeri 10 Palopo.


42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Data

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada kelas VIII SMP Negeri 10

Palopo. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.A yang berjumlah 30 siswa di

SMP Negeri 10 Palopo. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, untuk

mengetahui bagaimana kondisi siswa dan kelas, ditemukanlah permasalahan yaitu

seperti kurangnya pembelajaran dasar long service dalam permainan bulutangkis

pada siswa kelas VIII. Setelah mengetahui permasalahan tersebut, maka peneliti

mencari solusi untuk permasalahan tersebut. Metode pembelajaran yang digunakan

adalah melalui metode inquiry. Pada metode ini siswa akan lebih aktif pada saat

pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas atau PTK pada mata pelajaran

Pendidikan jasmani akan dilaksanakan ke dalam dua siklus. Jadwal pelaksanaan

PTK sebagai berikut :

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

No. Siklus Hari/Tanggal Waktu

1 Siklus I Senin, 8 Juli / 15 Juli 2020 07:30-09:00

2 Siklus II Senin, 22 Juli / 29 Juli 2020 07:30-09:00

42
43

4.1.2 Deskripsi Pra Tindakan

Kegiatan pratindakan tes pembelajaran dasar long service ini dilakukan oleh 30

siswa. Persentase perolehan nilai hasil tes long service siswa kelas VIII SMP Negeri

10 Palopo, pada kegiatan pratindakan tersaji pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2. Kondisi Awal Pembelajaran Dasar Long Service Bulutangkis


No. Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1 93-100 Sangat Baik 0 0

2 84-92 Baik 0 0

3 75-83 Cukup 7 23,3 %

4 < 75 Kurang 23 76,7 %

Jawaban 30 100%

Dari hasil kondisi awal diatas, siswa yang mencapai KKM adalah 7 siswa (23,3%)

sedangkan siswa yang belum mampu mencapai KKM adalah sebanyak 23 siswa

(76,7%). Dari hasil tes tersebut, ada beberapa siswa yang belum mampu melakukan

teknik dasar long service pada bulutangkis. Dari data yang telah diperoleh di atas,

peneliti berkeinginan memperbaiki kemampuan siswa dalam teknik dasar long

service pada bulutangkisnya dengan menggunakan metode inquiry.

Dari uraian diatas, apabila dilihat pada grafik akan tampak seperti dibawah ini :

Pratindakan

40
20
0
< 75 Tidak > 75 Tuntas
tuntas
Pratindakan 23 7

Gambar 4.1. Grafik Hasil Pra Tindakan SMP Negeri 10 Palopo


44

4.1.3 Siklus I

a. Perencanaan Tindakan (Planning)

Pada tahapan ini, mempersiapkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan

menggunakan metode inquiry. Adapun Persiapan yang dilakukan pada tahap ini

adalah sebagai berikut :

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan

kurikulum 2013.

2. Menyiapkan pedoman observasi serta lembar observasi untuk mengamati dan

menilai aktivitas siswa.

3. Menyiapkan catatan lapangan untuk mencatat berita acara pelaksanaan

pembelajaran.

4. Membuat 2 kelompok yang terdiri dari 15 org siswa per kelompoknya.

5. Menyiapkan soal untuk menunjang pembelajaran dengan metode inquiry.

6. Menyiapkan Masker serta handsanitizer untuk siswa

7. Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat pelaksanaan

pengajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksaan tindakan siklus I yang dilakukan dalam satu kali pertemuan

dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran (3 x 45 menit) dengan materi menjelaskan

dan mempraktikkan teknik dasar long service dalam permainan bulutangkis.

Tahap ini merupakan penerapan dari RPP yang telah dibuat dalam tahap
45

perencanaan. Pada siklus I ini siswa yang hadir adalah 30 siswa, penerapan dari

RPP sebegai berikut :

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Pembagian Masker dan Handsanitizer kepada siswa

b. Guru mengucapkan salam dan mengajak semua peserta didik berdoa

sebelum pembelajaran dimulai.

c. Guru mengecek kehadiran siswa pada siklus I, peserta didik yang hadir

adalah 30 siswa.

d. Melakukan Pemanasan

e. Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dengan

menggunakan metode inquiry

f. Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Membagi siswa menjadi 2 kelompok yang masing-masing dalam satu

kelompok terdiri dari 15 siswa laki-laki dan perempuan. Guru mengarahkan

siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing dan berbaris

di depan net.

1) Mengamati

Siswa di minta untuk melakukan long service sebanyak 5 kali.

Tujuannya adalah agar siswa mampu mengetahui letak

ketidakmampuan mereka pada saat melakukan long service. Pada saat

siswa melakukan servis, peneliti mengamati siswa yang sudah mampu

melakukan long service, kemudian menunjuk siswa tersebut untuk


46

mengajari teman-teman kelompoknya bagaimana cara melakukan

teknik dasar long service dengan benar, serta siswa yang lainnya

mengamati apa yang dijelaskan oleh temannya tersebut. Dengan

demikian, siswa menjadi lebih aktif pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

2) Menanya

Peneliti menanyakan bagaimana Langkah-langkah pada saat

melakukan long service. Tujuan dilakukannya hal ini adalah untuk

memastikan apakah siswa benar-benar sudah memahami apa yang

sudah di jelaskan oleh temannya tadi.

3) Menalar

Siswa mampu menalar apa yang memang harus dilakukannya saat ia

berada di lapangan. Siswa akan berfikir bagaimana cara agar dia dapat

melakukan long service didalam permainan bulutangkis dengan benar.

4) Mencoba

Setiap kelompok berbaris di depan net. Kemudian barisan paling depan

memulai melakukan long service. Salah satu siswa yang sudah paham

tentang teknik dasar long service pada permainan bulutangkis ditunjuk

oleh peneliti untuk membantu menjelaskan ke teman-temannya

bagaimana cara melakukan teknik dasar long service dengan baik dan

benar.
47

5) Mengkomunikasikan

Setelah proses pembelajaran selesai, siswa melakukan long service

menyilang serta harus mengenai sasaran long service yang ada tepat

pada bagian belakang lapangan bulutangkis. Servis dilakukan sebanyak

satu kali, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa

memahami dan sejauh mana siswa mampu melakukan long service

dalam bulutangkis melalui metode inquiry.

3. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini, peneliti memberikan kegiatan pendinginan serta

menghibur siswa supaya tidak jenuh dalam pelajaran selanjutnya. Serta di

akhiri dengan berdoa bersama dengan tetap mematuhi protocol Kesehatan

yaitu jaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan atau menggunakan

handsanitizer. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

selanjutnya dan menutup pembelajaran dengan salam dan doa bersama.

c. Tindakan Pengamatan (Observasi)

1. Pertemuan Pertama

Hasil dari observasi yang dilakukan terhadap proses pembelajaran berjalan

dengan cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari Langkah-langkah yang

sesuai dengan porsedur pada saat pembelajaran, dan proses pembelajaran

berjalan dengan rencana yang telah diterapkan. Hasil observasi pada

pertemuan pertama ini menujukkan guru dalam memberikan pemanasan

sesuai dengan materi ajar. Pemanasannya meliputi gerakan statis dan


48

dinamis yang dilakukan secara berurutan. Metode yang dilakukan guru

adalah demonstrasi, ceramah, komando.

2. Pertemuan Kedua

Hasil observasi yang dilakukan pada pertemuan kedua, jalannya proses

pembelajaran sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan

pertemuan sebelumnya dan peningkatan tersebut terjadi pada guru dan siswa.

Jika dilihat dari segi guru pelaksanaan proses pembelajaran berjalan dengan

sangat baik. Dalam menyampaikan perintah secara tegas dan sangat jelas

serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Guru

memberikan motivasi kepada siswa, khususnya pada saat siswa mulai kurang

semangat dalam melakukan pembelajaran. Guru juga memberikan pujian-

pujian saat siswa melakukan gerakan dengan benar.

Guru memberikan evaluasi kepada siswa baik secara individual

maupun kelompok. Pada saat siswa ada yang melakukan sebuah kesalahan

maka sejenak guru menghentikan proses pembelajaran dan mengevaluasi

kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh siswa serta memberikan

contoh dan solusi yang seharusnya dilakukan. Evaluasi pembelajaran diakhir

pembelajaran ditentukan dengan memberikan kesimpulan dari pembelajaran

yang tekah dilakukan.

Selain hasil observasi berupa aktivitas kegiatan siswa dan guru,

peneliti akan memaparkan hasil pembelajaran siswa berupa hasil tes

pengetahuan dan keterampilan long service pada permainan bulutangkis.

Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I, berdasarkan nilai yang


49

diperoleh pada tes akhir siklus I, dari 30 siswa rata-rata nila siswa 79%

dalam aspek pengetahuan dan nilai rata-rata siswa 41,6% dalam aspek

keterampilan. Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel dan

grafik sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Tabel 4.3. Hasil Tes Pengetahuan Siklus I


No Kriteria Hasil

1 Nilai Tertinggi 90

2 Nilai Terendah 60

3 Rata-rata Nilai 79

4 Tuntas 11

5 Tidak Tuntas 19

6 KKM 75

Dari uraian diatas, apabila dilihat dari grafik akan nampak seperti dibawah:

SIKLUS I PENGETAHUAN
100

80

60

40

20

KKM Nilai Jumlah

Gambar 4.2. Grafik Hasil Tes Pengetahuan Siklus I


50

Tabel 4.4. Rentang Nilai Pengetahuan Siklus I

No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1 93-100 Sangat Baik 0 0%

2 84-92 Baik 3 10%

3 75-83 Cukup 8 26,7%

4 < 75 Kurang 19 63,3%

Jawaban 30 100 %

Dari uraian diatas, apabila dilihat dari grafik akan nampak seperti dibawah:

20

15

10

0
≥ 75 Tuntas ≤ 75 Tidak
Tuntas
Siklus I 11 19

Gambar 4.3. Grafik Rentang Nilai Pengetahuan Siklus I

2. Keterampilan

Tabel 4.5. Hasil Tes Keterampilan Siklus I


No Kriteria Hasil

1 Nilai Tertinggi 83

2 Nilai Terendah 25

3 Rata-rata Nilai 41,6

4 Tuntas 4

5 Tidak Tuntas 26

6 KKM 75
51

SIKLUS I KETERAMPILAN
100

80

60

40

20

KKM Nilai Jumlah

Gambar 4.4. Grafik Hasil Tes Keterampilan Siklus I

Tabel 4.6. Rentang Nilai Keterampilan Siklus I


No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1 93-100 Sangat Baik 0 0%

2 84-92 Baik 0 0%

3 75-83 Cukup 4 13,3%

4 < 75 Kurang 26 86,7%

Jawaban 30 100 %

Dari uraian diatas, apabila dilihat dari grafik akan nampak seperti dibawah:

30

20

10

0
≥ 75 Tuntas ≤ 75 Tidak
Tuntas
Siklus I 4 26

Gambar 4.5. Grafik Rentang Nilai Keterampilan Siklus I


52

Tabel 4.7 Deskripsi Ketuntasan Long service melalui metode inquiry siklus I
Kritera Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ketuntasan
0 – 74 Tidak Tuntas 26 86,7%

75 – 100 Tuntas 4 13,3%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan keterangan data diatas, setelah melakukan siklus I di SMP Negeri 10

Palopo bahwa pembelajaran dasar long service pada permainan bulutangkis melalui

metode inquiry pada siswa kelas VIII.A SMP Negeri 10 Palopo tahun ajaran

2020/2021 belum mampu melampaui kriteria ketuntasan minimal yaitu 75.

Pada pelaksanaan siklus I ini, belum bisa menunjukkan adanya

pembelajaran dasar long service pada permainan bulutangkis yang diharapkan dari

penerapan metode inquiry. Siswa belum mampu menyesuaikan diri terhadap

kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Suasana kelas belum cukup

kondusif sehingga guru harus sering mengkondisikan situasi saat proses

pembelajaran berlangsung.

Hasil pengamatan yang telah didapatkan oleh peneliti dalam siklus ke I ini

adalah sebagai berikut :

1) Siswa belum terbiasa belajar menggunakan metode inquiry

2) Siswa masih ragu mengeluarkan pendapat mereka masing-masing sehingga

potensi yang sebenarnya mereka punya tidak bisa berkembang dengan baik.

3) Suasana kelas yang belum cukup kondusif


53

d. Refleksi

Kegiatan refleksi ini dimaksudkan sebagai bahan masukan daripada perencanaan

siklus selanjutnya. Refleksi pada siklus I dilakukan oleh peneliti. Tujuan dari

refleksi ini yaitu untuk membahas hal-hal yang menjadi hambatan pada siklus I.

Hal ini dikarenakan pada siklus I masih belum bisa mencapai tingkat ketuntasan

secara klasikal. Tetapi pada siklus I baru diperoleh 4 siswa yang tuntas sehingga

harus dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Adapun hasil refleksi yang diperoleh

pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.8. Refleksi Siklus I dan Rencana Perbaikan Siklus II

Refleksi Siklus I Rencana Perbaikan Siklus II

Siswa kurang aktif dalam proses Menumbuhkan motivasi belajar siswa


pembelajaran berlangsung dengan memberikan permainan atau
pemanasan yang menarik
Masih banyak siswa yang kurang Perlu adanya penjelasan yang lebih
memahami teknik dasar long service mendalam dengan mengarahkan ke
gerakan yang benar menggunakan
bahasa yang mudah di pahami oleh
siswa dilengkapi dengan contoh
praketknya.
Siswa masih malu saat ingin Membiarkan siswa mengembangkan
mengembangkan potensi yang potensi mereka dengan cara
mereka miliki memperbanyak interaksi terhadap
siswa lainnya yang sudah memahami.

Berdasarkan refleksi, tabel dan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator

penilaian rata-rata nilai pada materi teknik dasar long service belum terpenuhi dan

juga indikator ketuntasan belajar masih belum terpenuhi. Dengan demikian perlu

perbaikan pada siklus ke II.


54

4.1.4 Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, maka untuk siklus

ke II ini bersifat sebagai perbaikan dari rencana awal yang telah di susun pada

siklus I. Adapun langkah-langkah perencanaan pada siklus ke II adalah sebagai

berikut :

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan

metode inquiry pada materi bulutangkis

2. Menyiapkan pedoman observasi dan lembar observasi untuk mengamati dan

menilai aktivitas peserta didik

3. Membuat 4 kelompok yang di dalam 2 kelompok terdiri dari 7 siswa dan 2

kelompok lainnya terdiri dari 8 siswa.

4. Menyiapkan soal untuk menunjang pembelajaran dasar long service pada

permainan bulutangkis melalui metode inquiry

5. Menyiapkan Masker serta handsanitizer untuk siswa

6. Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat

pelaksanaan pengajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan siklus II yang dilakukan dalam satu kali pertemuan

dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran (3 x 45 menit) dengan materi menjelaskan

dan mempraktekkan teknik dasar long service pada permainan bulutangkis

melalui metode inquiry. Tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan penerapan

dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap
55

perencanaan. Pada pelaksanaan siklus II, siswa yang hadir dalam proses

pembelajaran berjumlah 31 siswa. Adapun penerapan dari RPP tersebut sebagai

berikut :

1) Kegiatan Pendahuluan

a. Guru mengucap salam dan mengajak semua siswa berdoa sebelum

pelajaran dimulai

b. Guru membagikan masker dan handsanitizer

c. Guru mengecek kehadiran siswa, pada siklus II yang hadir ada 30 siswa

d. Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dengan

menggunakan metode inquiry

e. Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran

2) Kegiatan Inti

Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Guru mengarahkan siswa untuk

berkumpul sesuai dengan teman kelompoknya. Dalam satu kelompok

terdapat 7 sampai 8 siswa.

a. Mengamati

Siswa di minta untuk melakukan long service sebanyak 5 kali. Tujuannya

adalah agar siswa mampu mengetahui letak ketidakmampuan mereka

pada saat melakukan long service. Pada saat siswa melakukan servis,

peneliti mengamati siswa yang sudah mampu melakukan long service,

kemudian menunjuk siswa tersebut untuk mengajari teman-teman

kelompoknya bagaimana cara melakukan teknik dasar long service

dengan benar, serta siswa yang lainnya mengamati apa yang dijelaskan
56

oleh temannya tersebut. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif

pada saat proses pembelajaran berlangsung.

b. Menanya

Peneliti menanyakan bagaimana Langkah-langkah pada saat melakukan

long service. Tujuan dilakukannya hal ini adalah untuk memastikan

apakah siswa benar-benar sudah memahami apa yang sudah di jelaskan

oleh temannya tadi.

c. Menalar

Siswa mampu menalar apa yang memang harus dilakukannya saat ia

berada di lapangan. Siswa akan berfikir bagaimana cara agar dia dapat

melakukan long service didalam permainan bulutangkis dengan benar.

d. Mencoba

Setiap kelompok berbaris di depan net. Kemudian barisan paling depan

memulai melakukan long service. Salah satu siswa yang sudah paham

tentang teknik dasar long service pada permainan bulutangkis ditunjuk

oleh peneliti untuk membantu menjelaskan ke teman-temannya

bagaimana cara melakukan teknik dasar long service dengan baik dan

benar.

e. Mengkomuniksikan

Setelah proses pembelajaran selesai, siswa melakukan long service

menyilang serta harus mengenai sasaran long service yang ada tepat pada

bagian belakang lapangan bulutangkis. Servis dilakukan sebanyak satu

kali, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami


57

dan sejauh mana siswa mampu melakukan long service dalam

bulutangkis melalui metode inquiry.

3) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan akhir ini, peneliti memberikan kegiatan pendinginan serta

menghibur siswa supaya tidak jenuh dalam pelajaran selanjutnya. Serta di

akhiri dengan berdoa bersama dengan tetap mematuhi protocol Kesehatan

yaitu jaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan atau menggunakan

handsanitizer. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

selanjutnya dan menutup pembelajaran dengan salam dan doa bersama.

c. Pengamatan

1. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama pada siklus II merupakan lanjutan dari proses penelitian

yang dilakukan oleh peneliti pada siklus yang pertama. Siswa dalam

melalukan teknik dasar long service sudah sangat bersungguh-sungguh,

sehinggga pada pertemuan ini menjadi cukup baik. Hal ini karena siswa

dibagi menjadi 4 kelompok dan 4 kelompok tersebut masing-masing berbaris

di depan net saling berhadapan antar satu kelompok dan kelompok lainnya.

Artinya bahwa kelompok 1 berhadapan di depan net dengan kelompok 3 dan

kelompok 2 berhadapan dengan kelompok 4. Selebihnya pada pertemuan

siklus ke 2 disetiap aspek dikatakan pelaksanaan sudah berjalan cukup baik.


58

2. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua pada siklus kedua merupakan lanjutan proses penelitian

yang dilakukan oleh peneliti pada pertemuan sebelumnya. Hasil observasi

pembelajaran penjas pada pertemuan kedua di siklus ke 2 mengalami

peningkatan, dilihat dari segi pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan

baik. Hal ini ditunjukkan dari aspek-aspek yang diamati melalui lembar

pengamatan, siswa menjadi lebih aktif dalam melakukan pembelajaran.

Untuk keseluruhan pembelajaran pada pertemuan kedua ini sebagian aspek

yang diamati sudah memperoleh kriteria yang baik.

Hasil Observasi yang dilakukan dari segi siswa pelaksanaan

pembelajaran berjalan baik, dengan menujukkan beberapa kemajuan. Di

awal proses pembelajaran siswa datang tepat waktu dan terlihat jelas bahwa

siswa sangat bersemangat dalam melakukan perintah guru dan saat

melakukan pembelajaran. Siswa dapat melakukan pembelajaran dengan

baik dan sudah melakukan pendinginan dengan besungguh-sungguh.

Selain hasil observasi yang berupa aktivitas kegiatan siswa, peneliti

akan memaparkan hasil berupa hasil tes pengetahuan dan keterampilan long

service pada permainan bulutangkis. Hasil belajar siswa pada siklus I,

berdasarkan nilai yang diperoleh pada tes akhir siklus II, dari 30 siswa rata-

rata nila siswa 80,9% dalam aspek pengetahuan dan nilai rata-rata siswa

82,5% dalam aspek keterampilan. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat

dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut :


59

1. Pengetahuan

Tabel 4.9. Hasil Tes Pengetahuan Siklus II

No Kriteria Hasil

1 Nilai Tertinggi 92

2 Nilai Terendah 58

3 Rata-rata Nilai 80,9

4 Tuntas 29

5 Tidak Tuntas 1

6 KKM 75

SIKLUS II PENGETAHUAN
100

80

60

40

20

KKM Nilai Jumlah

Gambar 4.6. Grafik Hasil Tes Pengetahuan Siklus II

Tabel 4.10. Rentang Nilai Pengetahuan Siklus II

No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1 93-100 Sangat Baik 0 0%

2 84-92 Baik 4 13,3%

3 75-83 Cukup 25 83,4%

4 < 75 Kurang 1 3,3%

Jawaban 30 100 %
60

Dari uraian diatas, apabila dilihat dari grafik akan nampak seperti dibawah:

30
25
20
15
10
5
0
≥ 75 Tuntas ≤ 75 Tidak
Tuntas
Siklus I 29 1

Gambar 4.7. Grafik Rentang Nilai Pengetahuan Siklus II

3. Keterampilan

Tabel 4.11. Hasil Tes Keterampilan Siklus II


No Kriteria Hasil

1 Nilai Tertinggi 92

2 Nilai Terendah 50

3 Rata-rata Nilai 82,5

4 Tuntas 28

5 Tidak Tuntas 2

6 KKM 75

SIKLUS II KETERAMPILAN
100

50

KKM Nilai Jumlah

Gambar 4.8. Grafik Hasil Tes Keterampilan Siklus II


61

Tabel 4.12. Rentang Nilai Keterampilan Siklus II

No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1 93-100 Sangat Baik 0 0%

2 84-92 Baik 2 6,7%

3 75-83 Cukup 26 86,6%

4 < 75 Kurang 2 6,7%

Jawaban 30 100 %

Dari uraian diatas, apabila dilihat dari grafik akan nampak seperti dibawah:

30
25
20
15
10
5
0
≥ 75 Tuntas ≤ 75 Tidak
Tuntas
Siklus I 28 2

Gambar 4.9. Grafik Rentang Nilai Keterampilan Siklus II

Tabel 4.13 Deskripsi Ketuntasan long service melalui metode inquiry siklus
II
Kritera Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ketuntasan
0 – 74 Tidak Tuntas 2 6,7%

75 – 100 Tuntas 28 93,3%

Jumlah 30 100%
62

Pada pelaksaan siklus ke II sudah bisa menunjukkan peningkatan yang signifian

dari penerapan metode inquiry pada teknik dasar long service pada permainan

bulutangkis. Siswa sudah mampu mengikuti dan menyesuaikan diri terhadap

kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan.

Hasil pengamatan pada siklus ke II adalah sebagai berikut :

1. Siswa sudah mulai terbiasa belajar dan menemukan sendiri permasalahan yang

ada serta mencari sendiri jawaban dari permasalaha yang ada.

2. Siswa sudah bisa memberanikan diri mengajari teman-temannya yang belum

memahami teknik dasar long service pada permainan bulutangkis.

3. Sebagian besar siswa sudah sangat berperan aktif dalam proses pembelajaran

berlangsung. Mereka sudah bisa saling mengajari satu sama lain.

d. Refleksi

Berdasarkan data-data yang diperoleh peneliti menujukkan bahwa siklus ke II

sudah cukup baik daripada siklus sebelumnya. Meningkatnya pembelajaran

dasar long service pada permainan bulutangkis siswa kelas VIII. A SMP Negeri

10 Palopo dalam pengembangan piskomotornya ditandai dengan meningkatnya

hasil praktek siswa dan peneliti memutuskan untuk tidak diadakannya siklus ke

III.

Pembelajaran pada siklus ke II sudah sangat menunjukkan peningkatan dan

perubahan yang positif, dimana suasana belajar terlihat cukup kondusif. Siswa

juga dapat menyesuaikan diri terhadap metode yang diberikan dan mulai
63

mengasah kemampuan serta keaktifannya didalam proses pembelajaran.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, telah menujukkan bahwa pada siklus ke II

pembelajaran dasar long service pada permainan bulutangkis melalui metode

inquiry pada siswa kelas VIII.A SMP Negeri 10 Palopo sudah mencapai

indikator keberhasilan yang diinginkan oleh peneliti. Dengan demikian tidak

perlu dilakukan siklus ke III.

4.2 Pembahasan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi 2 siklus yang terdiri dari siklus I dan

siklus II. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan

(Planning), tahap tindakan, tahap pengamatan (Observasi), dan refleksi. Pada siklus

II tahap yang dilakukan merupakan perbaikan dari siklus yang sebelumnya. Hasil

yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari data tes yang berupa tingkat

pembelajaran dasar long service dalam permainan bulutangkis melalui metode

inquiry. Hasil dari kedua siklus tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan

pembelajaran Pendidikan jasmani dan Kesehatan materi teknik dasar long service

dalam permainan bulutangkis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Palopo.

Data yang diperoleh sebelum dan setelah dilaksanakan tindakan

menujukkan adanya peningkatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan hasil

pembelajaran siswa. Hasil tes siklus I diperoleh sebanyak 4 siswa (13,3%) tuntas

dan 26 siswa (86,7%) tidak tuntas. Kemudian pada hasil tes siklus ke II menujukkan

29 siswa (96,7%) tuntas dan 1 siswa (3,3%) tidak tuntas. Berdasarkan hasil rata-
64

rata yang diperoleh tersebut, maka dapat dikatakan terjadi peningkatan pada siklus

II dari siklus I.

Berdasarkan penelitian diatas menujukkan bahwa dengan pengemasan

pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat kesulitan teknik

dasar yang diajarkan mampu memberikan perubahan yang signifikan pada

peningkatan pembelajaran dasar long service siswa. Hal ini mengingat pada

sebagian besar guru masih menerapkan pola pembelajaran konvensional yang

kurang disukai siswa dan mudah bosan. Dimana guru hanya menjelaskan lalu

mempraktekkan. Dengan keadaan ini membuat pembelajaran dasar long service

pada permainan bulutangkis siswa tidak memilki kemampuan teknik dasar yang

baik.

Pembelajaran yang dikemas dengan sedemikian rupa yang mamou

memberikan kesempatan bagi siswa mengenali dirinya seberapa jauh penguasaan

teknik dasarnya dan memberikan kesempatan siswa untuk mengasah kemampuan

mereka dengan cara diberikan metode inquiry. Dengan memberikan metode

tersebut siswa berkembang dengan tahap-tahap yang sesuai dengan kemampuannya

akan memberikan kontribusi yang positif. Hal ini dikarenakan pembelajaran dasar

long service dalam bulutangkis memiliki ketentuan tertentu agar dapat melakukan

pembelajaran dengan baik. Secara khusus pembelajaran dasar long service yang

baik akan menyulitkan lawannya jika ingin menerima servis.

Kegiatan belajar mengajar harus diciptkan suasana yang baik agar mudah

diterima oleh siswa. Selain agar mudah diterima oleh siswa seorang guru juga harus
65

kreatif memberikan sebuah metode pembelajaran sehingga siswa tidak cepat bosan

pada saat melakukan pembelajaran disekolah. Hal ini disebabkan karena setiap

siswa memiliki karakter dan tingkat pembelajaran yang berbeda-beda sehingga

harus memberikan pembelajaran yang bisa membuat mereka lebih aktif agar tidak

cepat jenuh saat pembelajaran.

Tingkat kesulitan materi yang diajarkan juga dapat mempengaruhi cepat

lambatnya siswa dalam menguasai teknik dasar tersebut. Sehingga guru harus

mampu menjembatani keterbatasan tersebut. Disamping itu, lingkungan sekolah

juga bisa mempengaruhi tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.

Hal ini seperti kualitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Dengan

memiliki saran yang lengkap, maka guru akan mudah memberikan materi

pembelajaran. Secara khusus pemberian metode inquiry dalam materi teknik dasar

long service dalam permainan bulutangkis akan mampu memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mampu berpikir kritis, menemukan masalah serta mencari

sendiri jawaban dari masalah tersebut.

Proses pembelajaran menggunakan metode inquiry bertujuan agar siswa

dapat mengembangkan pemikiran mereka serta lebih aktif dalam proses

pembelajaran. Teknik dasar long service diawali dengan pegangan raket, pukulan

serta ketepatan jatuh shuttlecock. Hal ini menujukkan bahwa teknik dasar long

service baik sangat mempengaruhi permainan. Jika tekniknya benar maka

permainannya pun akan berjalan dengan baik.


66

Pada tahap perencanaan proses pembelajaran dilakukan dengan metode

konvensional atau metode pembelajaran tradisional disebut juga dengan metode

ceramah, namun ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan sehingga peneliti memikirkan metode apa yang cocok untuk diterapkan.

Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode inquiry pada siklus I

sudah mulai menujukkan kemajuan atau peningkatan pembelajaran pada materi

long service pada permainan bulutangkis, meskipun belum sesuai dengan yang

diharapkan. Hal ini disebabkan karena baik guru maupun siswa belum terbiasa

dengan metode inquiry. Sebagian besar siswa masih terbiasa dengan metode

konvensional.

Pada pelaksanaan siklus ke II, siswa dan guru sudah mulai terbiasa dengan

metode inquiry, sebagian besar siswa mulai menujukkan keaktifannya dan

keterlibatannya di dalam proses pembelajaran berlangsung. Setelah tiga tahap mulai

dati perencanaan, siklus ke I, dan siklus ke II selesai dilaksanakan, maka diperoleh

data sebagai berikut :

a. Perolehan Nilai Siswa

Pada tahap siklus I, nilai terendah siswa dalam aspek pengetahuan adalah 60 dan

nilai tertinggi dalam aspek pengetahuan adalah 90. Nilai terendah dalam aspek

keterampilan adalah 25 dan nilai tertinggi dalam aspek keterampilan adalah 83

dengan rata-rata nilai pengetahuan 79 serta rata-rata nilai keterampilan adalah

41,6. Pada tahap siklus II, nilai terendah siswa dalam aspek pengetahuan dan

keterampilan adalah 67 dan nilai tertinggi dalam aspek pengetahuan dan


67

keterampilan adalah 92 dengan rata-rata nilai pengetahuan 81,8 serta rata-rata

nilai keterampilan adalah 82,5. Perbandingan perolehan nilai tahap dapat dilihat

pada tabel grafik sebagai berikut :

Tabel 4.14. Perbandingan Perolehan Nilai dari Perencanaan, Siklus I dan II.
No Kriteria Perencanaan Siklus I Siklus II

Pengetahuan Keterampilan Pengetahuan Keterampilan Pengetahuan Keterampilan

1 Nilai 85 80 90 83 90 92

Tertinggi

2 Nilai 60 60 60 25 60 67

Terendah

3 Rata-Rata 71,6 74,39 79 41,6 80,6 82,5

4 Jumlah 30 30 30

100
80
60
40
20
0
Pengetahuan Keterampilan Pengetahuan Keterampilan Pengetahuan Keterampilan

Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata Jumlah Siswa

Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Perolehan Nilai dari Perencanaan, Siklus I


dan II.
Berdasarkan data diatas, menujukkan bahwa perolehan hasil pembelajaran siswa

pada siklus I belum bisa mengalami perubahan yang signifikan dikarenakan belum

mencapai indikator keberhasilan atau KKM yang terdapat pada RPP, pada siklus II

sudah mengalami perubahan yang signifikan dari siklus sebelumnya.


68

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari siklus I dan siklus II,

maka dapat peneliti simpulkan bahwa, Pembelajaran Dasar Long Service dalam

Permainan Bulutangkis Melalui Metode Inquiry pada Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 10 Palopo mengalami peningkatan, yaitu dari hasil tes siklus ke I diperoleh

sebanyak 4 siswa (13,3%) tuntas dan 26 siswa (86,7%) tidak tuntas. Kemudian pada

hasil tes siklus ke II menujukkan 29 siswa (96,7%) tuntas dan 1 siswa (3,3%) tidak

tuntas. Berdasarkan hasil rata-rata yang diperoleh tersebut, maka dapat dikatakan

terjadi peningkatan pada siklus II dari siklus I.

5.2 Impilkasi Hasil Penelitian

Dengan diketahuinya peningkatan pembelajaran dasar long service pada permainan

bulutangkis melalui metode inquiry pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Palopo,

hasil penelitia ini mempunyai implikasi praktis untuk pihak yang terkait utamanya

kepada pelaku pendidikan jasmani yaitu :

1. Hasil penelitian ini menjadi sarana mengevaluasi keberhasilan dalam

pembelajaran yang mampu memperhatikan keaktifan dan hasil pembelajaran

siswa.

2. Peningkatan ketuntasan pembelajaran siswa melalui metode inquiry akan

memudahkan siswa dalam memahami dan menguasai pembelajaran yang

diajarkan.

68
69

5.3 Saran

Berdasarkan Kesimpulan hasil penelitian mengenai meningkatkan pembelajaran

dasar long service dalam permainan bulutangkis melalui metode inquiry pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 10 Palopo, maka peneliti dapat mengemukakan saran yang

sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan :

1. Guru, dalam proses pembelajaran sebaiknya harus mengemas pembelajaran

yang mudah dimengerti, dipahami, tidak membuat bosan siswa, dan mudah

untuk dipraktekkan oleh siswa agar meningkatnya pembelajaran siswa dapat

dimaksimalkan dengan baik

2. Perlu dilakukan penelitian dengan metode inquiry agar siswa bisa mengasah

kemampuan berfikir mereka sendiri serta lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Hal tersebut bisa membuat siswa menjadi lebih ceria dan tidak mudah bosan

ketidak belajar.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Peneliti berusaha memenuhi segala ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, namun

bukan berarti penelitian ini tanpa adanya kelemahan dan kekurangan. Beberapa

kelemahan dan kekurangan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Peneliti tidak dapat mengontrol faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes,

misalnya adalah waktu untuk istirahat, kondisi fisik/tubuh, dan sebagainya.

2. Peneliti sudah berusaha keras mengontrol kesungguh-sungguhan siswa dalam

belajar.
70

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2019. Penelitian Tindakan Kelas. Edisi
Revisi. Cetakan Ketiga. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Djide, T. 2013. Hidup dan Karyanya dalam Bulutangkis. Edisi Pertama. Deputi
Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga. Bandung.

Gustaman, G.P. 2019. Hubungan Footwork, Kekuatan Otot Tungkai, dan Tinggi
Lompatan Terhadap Kemampuan Smash Bulutangkis. Jurnal Olahraga 4
(1):1-8.

Hidayat, A.K. dan H.A. Rachman. 2015. Pengembangan Target Net Sebagai Alat
Pembelajaran Pukulan Bulutangkis di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal
Keolahragaan 3(1):1-15.

Kemendikbud, Dirjen PAUD PM dan Dikmas. 2017. Shuttlecock Menari Indah di


Udara. Desember. Direktur Jenderal. Jakarta.

Kusmawati, Mia. 2015. Penelitian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.


Cetakan Pertama. Alfabeta. Bandung.

Nurzaman, M. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Konvensional


Terhadap Pembentukan Self-Esteen. Jurnal Olahraga 2 (2): 151-161.

Pengurus Pusat Special Olympics Indonesia. 2009. Panduan Cabang Olahraga


Bulutangkis Special Olumpics. Maret. Olumpics Indonesia. Jakarta.

Prasojo, W.A, D. Mudian, Iyan, N.H. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Peningkatan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas XI dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMK Negeri 2
Subang. Jurna Ilmiah 4 (2): 81-88.

Pratomo, A.U.D, Sugiharto, dan H.S. Subiyono. 2013. Perbedaan Hasil Latihan
Umpan Balik Lob Langsung dan Lob Tak Langsung Terhadap Ketepatan Lob
dalam Olahraga Bulutangkis di PB Tugu Muda Kota Semarang. Journal Of
Sport Sciences and Fitness 2 (1): 1-5.

Putra, G.I, dan F.X. Sugiyanto. 2016. Pengembangan Pembelajaran Teknik Dasar
Bulutangkis Berbasis Mutimedia pada Atlet Usia 11 dan 12 Tahun. Jurnal
Keolahragaan 4 (2): 175-185.

Sarjiyanto, D, dan Sujarwadi. 2010. Pendidikan Jasmani dan Olahraga dan


Kesehatan. Edisi Kedua. Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional.
Jakarta.

70
71

Sholeh, M. 2017. Hubungan Antara Kekuatan Otot Lengan dengan Kemampuan


Long Servis dalam Permainan Bulutangkis pada Pemain Pembinaan Prestasi
Bulutangkis UTP Surakarta. Jurnal Ilmiah Penjas 4(1) 68-78.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Cetakan 20.


Alfabeta. Bandung.

Suratman dan E. Fransiska 2014. Pengembangan Instrumen dan Skala Penilaian


Servis Panjang Pemain Putra 13-15 Tahun. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia 4 (2): 90-105.

Suryaman, I.H. 2019. Implementasi Model Inkuiri dalam Pembelajaran Soccer Like
Games untuk Meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Siswa. Journal Of
Teaching Physical Education In Elementary School 3 (1): 28-34.

Xiamoing, L, dan L. Liu. 2017. The Application of The Inquiry Teaching. Method
in Badminton Teaching in Collages. Advances in Social Sciences Education
and Humanities Research 96: 783-742.

Yane, S. 2016. Peningkatan Servis Panjang Bulutangkis Melalui Model Problem


Based Learning. Jurnal Pendidikan olahraga 5 (2): 165-174.
72

Anda mungkin juga menyukai

  • Angket Siswa
    Angket Siswa
    Dokumen2 halaman
    Angket Siswa
    Niltu Alfa
    Belum ada peringkat
  • Referensi
    Referensi
    Dokumen113 halaman
    Referensi
    Niltu Alfa
    Belum ada peringkat
  • Wa0025.
    Wa0025.
    Dokumen17 halaman
    Wa0025.
    Niltu Alfa
    Belum ada peringkat
  • Niltu Skripsi Revisi BAB 1
    Niltu Skripsi Revisi BAB 1
    Dokumen73 halaman
    Niltu Skripsi Revisi BAB 1
    Niltu Alfa
    Belum ada peringkat
  • Wa0024.
    Wa0024.
    Dokumen13 halaman
    Wa0024.
    Niltu Alfa
    Belum ada peringkat
  • RPP Pjok 2
    RPP Pjok 2
    Dokumen1 halaman
    RPP Pjok 2
    Niltu Alfa
    Belum ada peringkat
  • Abdul Rokhim Berkas PTK
    Abdul Rokhim Berkas PTK
    Dokumen18 halaman
    Abdul Rokhim Berkas PTK
    Niltu Alfa
    Belum ada peringkat
  • PB 1
    PB 1
    Dokumen31 halaman
    PB 1
    Niltu Alfa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Niltu Alfa
    Belum ada peringkat
  • Bab I-1
    Bab I-1
    Dokumen7 halaman
    Bab I-1
    Niltu Alfa
    Belum ada peringkat