Anda di halaman 1dari 13

Pengaturan Perlindungan Konsumen Sektor Jasa,

Transaksi Online dan E-Commerce

M.Syamsudin
Dosen Tetap FH UII Yogyakarta

Focus Group Discussion


Urgensi Perubahan atas UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Jum’at, 13 Januari 2023
Problem Umum UUPK (No.8/1999)
• Berdasarkan pengalaman mengajar, meneliti, dan membimbing Mhs S1, S2
dan S3 terkait topik dan permasalahan perlindungan konsumen, terdapat
berberapa pokok permasalahan yg teridentifikasi dalam pelaksanaan
UUPK, yaitu: adanya kekeliruan, kekurangan, tumpang tindih, kekosongan
aturan, kelemahan pengaturan dan ketidaktahuan aparat dan masyarakat
atas UUPK.
• Substansi dan struktur UUPK mengandung permasalahan dalam aspek:
gramatika & sistematika; tanggungjawab pelaku usaha; penyelesaian
sengketa konsumen; kelembagaan; dan perkembangan IT.

→ Sudah seharusnya dilakukan perubahan UUPK, dicabut diganti yg baru


Arah Perubahan
• Arah perubahan sangat tergantung pada Politik Hukum Perlindungan
Konsumen yg hrs berbasis pada jiwa UUD 1945.
• Politik hukum adalah pemikiran dasar tentang campur tangan negara
melalui alat-alat perlengkapannya, ke arah mana pembentukan,
penerapan, dan pengembangan hukum di suatu negara.
• Politik hukum perlindungan konsumen perlu diarahkan pada perubahan:
a. Orientasi UUPK;
b. Konstruksi UUPK;
c. Sistematika UUPK;
d. Substansi UUPK;
Politik Hukum Perlindungan Konsumen
Pasal 33 UUD 1945 beserta amandemen, menyiratkan Politik Hukum
Perlindungan Konsumen di Indonesia diarahkan kepada:
• Kebersamaan peranan konsumen dan pelaku usaha;
• Keseimbangan kemajuan konsumen dan pelaku usaha;
• Efisiensi yang berkeadilan dalam hubungan transaksional antara
konsumen dan pelaku usaha;
• Berkelanjutan dalam pengembangan konsumen dan pelaku usaha;
• Berwawasan lingkungan dalam pengembangan konsumen dan pelaku
usaha;
• Kemandirian konsumen dan pelaku usaha
Pengaturan Subyek Hukum, Hubungan Hukum dan
Obyek Hukum Perlindungan Konsumen

Subyek Hukum Konsumen Pelaku Usaha

(Perkembangan IT & Masyarakat)


Hubungan Hukum
Transaksi on-line/off-line
(Pra Kontrak, Kontrak & Pasca Kontrak)

Obyek Hukum Barang / Jasa

(Perlu SNI)
Perkembangan IT dan Masyarakat

✓ Masyarakat
mengalami
Perubahan dan
Perkembangan
seiring dgn
temuan2 baru di
bidang IT
✓ Melahirkan
tipologi
masyarakat di
setiap eranya
Gambaran Society 5.0
1. Dideklar oleh Jepang pada 21 Januari 2019, mrp perkembangan Revolusi
Industri 4.0 atau Society 4.0
2. Society 5.0 dikonsepkan sbg masyarakat yg dpt menyelesaikan berbagai
tantangan & permasalahan sosial dgn memanfaatkan beragam inovasi yg
lahir di era Revolusi Industri 4.0 spt Internet of Things (IoT), Artificial
Intelligence, Big Data, dan robot.
3. Society 5.0 hadir dgn mengusung konsep bhw semua teknologi adalah utk
melayani kehidupan manusia. Internet tidak hanya berguna utk berbagi
informasi dan menganalisis data, melainkan juga utk menjalani kehidupan.
Kondisi ini diharapkan akan tercipta keseimbangan antara peran manusia
(masyarakat) dan pemanfaatan teknologi.
4. Society 5.0 menjadi konsep yg diterapkan dlm berbagai bidang. Mulai dari
mobilitas, kesehatan, manufaktur, pertanian, energi, penyediaan makanan,
hingga pencegahan bencana alam, termasuk layanan informasi dan
permasalahan hukum.
5. Society 5.0 merupakan sebuah solusi yg akan membawa masyarakat mjd
lebih berdaya dlm pemanfaatan teknologi di era transformasi digital.
Pengaturan Konsep Konsumen dan Pelaku Usaha
Konsumen (end user) terdiri atas:
a. Konsumen barang;
b. Konsumen jasa; yang terdiri atas: (1). Konsumen jasa komersial; (2). Konsumen jasa
profesional;
(Tidak untuk diperdagangkan)

Pelaku usaha terdiri atas:


a. Pelaku usaha barang;*
b. Penyedia jasa; yang terdiri atas: (1). Penyedia jasa komersial; (2). Penyedia jasa
profesional.

*Yang termasuk pelaku usaha barang terdiri atas: (1). produsen; (2). grosir; (3).
distributor; (4). pengecer; (5). agen; (6). importir
Pengaturan Lingkup Jasa Komersial
(Harmoni dg Psl 4 ayat (2) UU 7/’14 – Perdagangan)
a. Jasa bisnis;
b. Jasa distribusi;
c. Jasa komunikasi;
d. Jasa pendidikan;
e. Jasa lingkungan hidup;
f. Jasa keuangan;
g. Jasa konstruksi dan teknik terkait;
h. Jasa kesehatan dan sosial
i. Jasa rekreasi, kebudayaan, dan olahraga;
j. Jasa pariwisata;
k. Jasa transportasi; dan
l. Jasa lainnya
Pengaturan Standar Barang dan Jasa
• Produk barang yg ditransaksikan WAJIB memenuhi SNI / persyaratan teknis, dan
mempertimbangkan: a. keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan hidup; b. daya saing
produsen nasional dan persaingan usaha yg sehat; c. kemampuan dan kesiapan dunia usaha
nasional; dan/atau d. kesiapan infrastruktur lembaga penilaian kesesuaian (Harmoni Psl 57 UU
Perdagangan)
• Produk barang yang tidak memenuhi SNI/Persyaratan teknis perlu dikenakan sanksi
(administratif)
==
• Produk Jasa yang ditransaksikan WAJIB memenuhi SNI / persyaratan teknis, atau kualifikasi yg
ditentukan dan mempertimbangkan: a. keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan
hidup; b. daya saing produsen nasional dan persaingan usaha yang sehat; c. kemampuan dan
kesiapan dunia usaha nasional; dan/atau d. kesiapan infrastruktur lembaga penilaian kesesuaian ;
dan/atau e. budaya, adat istiadat, atau tradisi berdasarkan kearifan lokal (Harmoni Psl 58 UU
Perdagangan)
• Produk jasa yang tidak memenuhi SNI/Persyaratan teknis atau kualifkasi perlu dikenakan sanksi
(administratif)
Pengaturan Pertanggungjawaban Pelaku Usaha
Pengaturan E-Commerce
(Harmoni dg Psl 65 UU 7/14 –Perdagangan)

• Pelaku Usaha yg memperdagangkan Barang atau Jasa WAJIB menyediakan data


atau informasi secara lengkap dan benar;
• Data atau informasi barang atau Jasa harus memuat:
a. identitas dan legalitas Pelaku Usaha sbg produsen atau Distributor;
b. persyaratan teknis Barang yang ditawarkan;
c. persyaratan teknis atau kualifikasi Jasa yang ditawarkan;
d. harga dan cara pembayaran Barang atau Jasa; dan
e. cara penyerahan Barang.
• Pelaku Usaha yg memperdagangkan Barang atau Jasa yang tidak menyediakan
data atau informasi secara lengkap dan benar dikenai SANKSI ADMINISTRATIF
berupa pencabutan izin.

Anda mungkin juga menyukai