Anda di halaman 1dari 54

SALINAN

PROVINSI JAWA TIMUR


PERATURAN WALI KOTA BATU
NOMOR 71 TAHUN 2021

TENTANG

PENYELENGGARAAN PENGAWASAN LINGKUNGAN DAN


PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA BATU,

Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 490 Peraturan


Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan dalam rangka melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
khususnya terhadap pengawasan dan pengaduan
lingkungan, perlu menetapkan Peraturan Wali Kota tentang
Penyelenggaraan Pengawasan Lingkungan dan Penanganan
Pengaduan Masyarkat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 tentang


Pembentukan Kota Batu (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 91, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5601) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
4. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang
Konservasi Tanah dan Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 299, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5608);
5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang
Persetujuan Paris atas Kovensi Kerangka Kerja
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan
Iklim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5939);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 190, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6405)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6617);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6618);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6634);
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor: P.22/MENLHK/SETJEN/SET.1/3/2017
tentang Tata Cara Pengelolaan Pengaduan Dugaan
Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup
dan/atau Perusakan Hutan;

Halaman 2 dari 33 hal…


14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
Daerah;
15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 3 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha
pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko Sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
16. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis mengenai
Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup atau Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup;
17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan
Persetujuan Teknis dan Surat Kelayakan Operasional
Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan;
18. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun;
19. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 11 Tahun 2021 tentang Baku Mutu Emisi
Mesin Dengan Pembakaran Dalam;
20. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 16 Tahun 2011
tentang Perlindungan, Pelestarian dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
21. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 02 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Sampah;
22. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 5 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kota Batu Nomor 8 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 5 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah;
23. Peraturan Wali Kota Batu Nomor 21 Tahun 2015
tentang Sumur Resapan dan Biopori;
24. Peraturan Wali Kota Batu Nomor 60 Tahun 2018
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Wali Kota Batu Nomor 75 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Wali Kota Batu Nomor 60
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu;
25. Peraturan Wali Kota Batu Nomor 66 Tahun 2020
tentang Pedoman Pengelolaan Sampah;
26. Peraturan Wali Kota Batu Nomor 117 Tahun 2021
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian
Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Lingkungan
Hidup Kota Batu;

Halaman 3 dari 33 hal…


MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALI KOTA TENTANG


PENYELENGGARAAN PENGAWASAN LINGKUNGAN DAN
PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Wali Kota ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kota Batu.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Batu.
3. Wali Kota adalah Wali Kota Batu.
4. Instansi Lingkungan Hidup adalah instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada
Pemerintah Kota Batu.
5. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain.
6. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan
untuk melestarikan fungsi Lingkungan Hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
Lingkungan Hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum.
7. Perizinan Berusaha adalah legalitas yang
diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan
menjalankan usaha dan/atau kegiatannya.
8. Persetujuan Lingkungan adalah Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah
mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.
9. Persetujuan Pemerintah adalah bentuk keputusan
yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah.
10. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk
aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan
terhadap rona Lingkungan Hidup serta menyebabkan
dampak terhadap Lingkungan Hidup.
11. Dampak Lingkungan Hidup adalah pengaruh
perubahan pada Lingkungan Hidup yang diakibatkan
oleh suatu Usaha dan/atau Kegiatan.

Halaman 4 dari 33 hal…


12. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut RKL adalah upaya penanganan
dampak terhadap Lingkungan Hidup yang ditimbulkan
Akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
13. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Rinci yang
selanjutnya disebut RKL Rinci adalah upaya
penanganan dampak terhadap Lingkungan Hidup yang
ditimbulkan akibat darí rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang berada dalam kawasan yang sudah
memiliki Amdal kawasan.
14. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut RPL adalah upaya pemantauan
komponen Lingkungan Hidup yang terkena dampak
akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
15. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Rinci yang
selanjutnya disebut RPL Rinci adalah upaya
pemantauan komponen Lingkungan Hidup yang
terkena dampak akibat dari rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang berada dalam Kawasan yang sudah
memilki Amdal kawasan.
16. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan
usaha yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan pada
bidang tertentu.
17. Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam Lingkungan Hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
Lingkungan Hidup yang telah ditetapkan.
18. Kerusakan Lingkungan Hidup adalah perubahan
langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik,
kimia, dan/atau hayati Lingkungan Hidup yang
melampaui Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan
Hidup.
19. Perusakan Lingkungan Hidup adalah tindakan orang
yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
Lingkungan Hidup sehingga melampaui Kriteria Baku
Kerusakan Lingkungan Hidup.
20. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup
dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup adalah cara
atau proses untuk mengatasi Pencemaran Lingkungan
Hidup dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.
21. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya
disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
Lingkungan Hidup, dan/atau membahayakan
Lingkungan Hidup, kesehatan serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Halaman 5 dari 33 hal…


22. Limbah adalah sisa suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
23. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang
selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
24. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau
penimbunan.
25. Persetujuan Teknis adalah persetujuan dari
Pemerintah atau Pemerintah Daerah berupa ketentuan
mengenai standar Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan/atau analisis mengenai
dampak lalu lintas Usaha dan/atau Kegiatan sesuaì
ketentuan peraturan perundang- undangan.
26. Surat Kelayakan Operasional yang selanjutnya
disingkat SLO adalah surat yang memuat pernyataan
pemenuhan mengenai standar Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Usaha dan/atau
Kegiatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
27. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum.
28. Pejabat Fungsional adalah pegawai negeri sipil yang
menduduki jabatan fungsional pada instansi
pemerintah.
29. Pejabat Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawaaan dan/atau penegakan hukum Lingkungan
Hidup.
30. Pengawasan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
langsung atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup untuk mengetahui dan/atau
menetapkan tingkat ketaatan penanggung jawab
usaha dan/atau Kegiatan atas ketentuan yang
ditetapkan dalam Perizinan Berusaha atau Persetujuan
Pemerintah serta peraturan perundang-undangan di
bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
31. Pengaduan adalah penyampaian informasi secara lisan
maupun tulisan dari setiap pengadu kepada instansi
penanggung jawab, mengenai dugaan terjadinya
pelanggaran, potensi dan/atau dampak di bidang
lingkungan hidup dan/atau kehutanan dari usaha
dan/atau kegiatan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan/atau pasca pelaksanaan.

Halaman 6 dari 33 hal…


32. Pengelolaan Pengaduan adalah kegiatan yang meliputi
penerimaan, penelaahan, verifikasi, perumusan
laporan hasil, dan tindak lanjut hasil pengaduan.
33. Verifikasi Pengaduan adalah kegiatan untuk
memeriksa kebenaran pengaduan dan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan
kehutanan.
34. Analisis adalah kegiatan untuk mencari dan
mengetahui hubungan antara fakta yang diperoleh
dalam kegiatan verifikasi dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan sehingga diperoleh suatu
kesimpulan atas pengaduan yang disampaikan.
35. Pelanggaran Tertentu adalah pelanggaran yang apabila
tidak dihentikan seketika akan menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
yang lebih berat.
36. Pelanggaran Serius adalah tindakan melanggar hukum
yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang relatif besar dan menimbulkan
keresahan masyarakat.
37. Instansi Penanggung Jawab adalah instansi yang
tugas dan tanggung jawabnya di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup dan/atau
kehutanan.
38. Pengadu adalah orang perseorangan, kelompok orang,
badan hukum, atau instansi pemerintah yang
mengadukan dugaan terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup dan/atau perusakan
hutan.
39. Sekretariat Pengaduan atau Pos Pengaduan adalah
pusat layanan bagi Pengadu yang menyampaikan
pengaduan dugaan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup dan/atau perusakan hutan.
40. Media Pengaduan adalah sarana layanan yang dapat
digunakan Pengadu untuk menyampaikan pengaduan.
41. Sanksi Administratif adalah perangkat sarana hukum
administrasi yang bersifat pembebanan kewajiban/
perintah dan/atau penarikan kembali keputusan tata
usaha negara yang dikenakan kepada penanggung
jawab Usaha dan/atau Kegiatan atas dasar
ketidaktaatan terhadap ketentuan yang ditetapkan
dalam peraturan perUndang-Undangan di bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah.
42. Konflik Tenurial hutan adalah berbagai bentuk
perselisihan atau pertentangan klaim penguasaan,
pengelolaan, pemanfaatan, dan penggunaan kawasan
hutan;

Halaman 7 dari 33 hal…


BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud dari peraturan ini adalah sebagai pedoman bagi


pelaksanaan pengawasan dan pengaduan lingkungan
hidup dalam rangka memberikan perlindungan dan
pengelolaan Lingkungan Hidup dengan meningkatkan
upaya pengendalian, pengawasan dan pemantauan setiap
Usaha dan/atau Kegiatan sebagai upaya melestarikan
fungsi Lingkungan Hidup.

Pasal 3

Tujuan dari Peraturan ini adalah:


a. meningkatkan ketaatan pelaku usaha/dan atau
kegiatan terhadap upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup; dan
b. memudahkan mekanisme dan meningkatkan
efektifitas pelayanan kepada masyarakat terhadap
pelaksanaan pengawasan dan penanganan
pengaduan masyarakat.

BAB III
PENGAWASAN LINGKUNGAN

Pasal 4

(1) Wali Kota wajib melakukan pengawasan terhadap


ketaatan penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam
Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah
terkait Persetujuan Lingkungan dan peraturan
perundang-undangan di bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan norma, standar, prosedur
dan kriteria sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui Aplikasi/Sistem Informasi yang
disediakan instansi yang menangani Lingkungan
Hidup

Pasal 5

(1) Wali Kota berwenang melakukan pengawasan


terhadap ketaatan penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan meliputi:
a. Perizinan Berusaha terkait Persetujuan

Halaman 8 dari 33 hal…


Lingkungan yang diterbitkan oleh Pemerintah
Kota Batu; atau
b. Persetujuan Pemerintah terkait Persetujuan
Lingkungan yang diterbitkan oleh Pemerintah
Kota Batu.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan terhadap analisis mengenai dampak
lalu lintas.
(3) Pengawasan terhadap analisis mengenai dampak
lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh instansi yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perhubungan sesuai
dengan kewenangannya.
(4) Dalam hal Perizinan Berusaha atau Persetujuan
Pemerintah terkait Persetujuan Lingkungan yang
mensyaratkan SLO belum dapat dipenuhi, Wali Kota
sesuai dengan kewenangannya melakukan
pengawasan terhadap kewajiban lainnya dalam
Persetujuan Lingkungan.

Pasal 6

(1) Wali Kota mendelegasikan kewenangan pengawasan


kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung
jawab di bidang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
(2) Dalam melaksanakan pengawasan, Wali Kota
menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
yang merupakan pejabat fungsional.
(3) Penetapan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur jabatan fungsional
Pengawas Lingkungan Hidup.

Pasal 7

(1) Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup berwenang:


a. melakukan pemantauan;
b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
d. memasuki tempat tertentu;
e. memotret:
f. membuat rekaman audio visual;
g. mengambil sampel;
h. memeriksa peralatan;
Halaman 9 dari 33 hal…
i. memeriksa instalasi dan/atau alat
transportasi; dan/atau
j. menghentikan pelanggaran tertentu.
(2) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup dapat melakukan koordinasi
dengan penyidik pegawai negeri sipil.
(3) Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
dilarang menghalangi pelaksanaan tugas pejabat
pengawas Lingkungan Hidup.

Pasal 8

(1) Pengawasan dilakukan oleh Pejabat Pengawas


Lingkungan Hidup.
(2) Pengawasan dapat dilakukan dengan cara:
a. pengawasan langsung; dan/atau
b. pengawasan tidak langsung.
(3) Pengawasan langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dilakukan dengan mendatangi lokasi
Usaha dan/atau Kegiatan secara:
a. reguler; atau
b. insidental.
(4) Pengawasan tidak langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dilakukan melalui penelaahan
dan evaluasi data laporan penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan dan/atau data dari Sistem
Informasi Lingkungan Hidup.
(5) Dalam hal hasil pengawasan tidak langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menunjukkan
adanya ketidaklengkapan dan/atau ketidakvalidan
data serta pelanggaran yang berulang atau
mengindikasikan timbulnya ancaman serius
terhadap Lingkungan Hidup, Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup segera melakukan pengawasan
langsung.

Pasal 9

(1) Pengawasan reguler sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 ayat (3) huruf a dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan setiap tahun berdasarkan Perizinan
Berusaha atau Persetujuan Pemerintah terkait
Persetujuan Lingkungan dan/atau informasi lainnya.
(2) Pengawasan regııler sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan tahapan:
a. perencanaan pengawasan;
Halaman 10 dari 33 hal…
b. pelaksanaan pengawasan; dan
c. evaluasi pengawasan.
(3) Perencanaan pengawasan sebagaimana diınaksud
pada ayat (3) huruf a dilakukan dengan tahapan:
a. inventarisasi dan identifikasi Perizinan
Berusaha, Persetujuan Pemerintah terkait
Persetujuan Lingkungan serta informasi lainnya;
dan
b. penetapan prioritas Usaha dan/atau Kegiatan
yang diawasi dengan pengawasan langsung.
(4) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b meliputi kegiatan:
a. persiapan pengawasan;
b. pemeriksaan ketaatan; dan
c. tindak lanjut hasil pengawasan.
(5) Evaluasi pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c dilaksanakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan antara perencanaan dengan
pelaksanaan pengawasan serta memberikan umpan
balik terhadap perbaikan pengawasan Perizinan
Berusaha dan Persetujuan Pemerintah.

Pasal 10

(1) Pengawasan insidental sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b dilakukan apabila
memenuhi kriteria:
a. adanya indikasi pelanggaran berulang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5)
dan indikasi pelanggaran yang terdeteksi;
b. adanya pengaduan dari masyarakat terkait
dugaan pencemaran Lingkungan Hidup
dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup; dan/
atau
c. adanya laporan dari pengelola kawasan atas
pelanggaran pelaksanaan RKL-RPL rinci oleh
Pelaku Usaha dalam kawasan.
(2) Pengaduan dari masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, penanganannya dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-
Undangan.
(3) Dalam hal adanya laporan dari pengelola kawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup melakukaıı pcngawasan
ketaatan pelaksanaan ketentuan dalam RKL-RPL
rinci Pelaku Usaha dalam kawasan.
Halaman 11 dari 33 hal…
Pasal 11

(1) Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan telah


menimbulkan ancaman serius terhadap Lingkungan
Hidup, Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
melakukan penghentian pelanggaran tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
huruf j.
(2) Penghentian pelanggaran tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mencegah:
a. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika
tidak segera dihentikan Pencemaran Lingkungan
Hidup dan/atau Kerusakan Lingkuııgan Hidup;
dan/atau
b. kerusakan yang lebih besar bagi Lingkungan
Hidup jika tidak segera dihentikan Pencemaran
Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan
Lingkuııgan Hidup.
(3) Penghentian pelangggaran tertentu yang dilakukan
oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dapat
berupa:
a. penutupan saluran pembuangan Air Limbah;
b. pembongkaran saluran pembuangan Air Limbah;
c. penghentian operasi sumber Emisi;
d. penutupan lokasi pembuangan Limbah; dan/atau
e. upaya lainnya yang bertujuan untuk
menghentikan pelanggaran tertentu. .
(4) Penghentian pelanggaran tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui
pemasangan plang penghentian pelanggaran
tertentu dan/atau garis Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup.
(5) Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup setelah
melakukan penghentian pelanggaran tertentu
menyusun berita acara penghentian pelanggaran
tertentu yang paling sedikit memuat:
a. identitas penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan;
b. jenis pelanggaran;
c. lokasi dan titik koordinat pelanggaran;
d. waktu penghentian pelanggaran; dan
e. bentuk tindakan penghentian pelanggaran
tertentu.

Pasal 12

(1) Hasil pengawasan yang dilakukan oleh Pejabat


Pengawas Lingkungan Hidup dituangkan dalam
berita acara pengawasan dan laporan hasil
pengawasan.

Halaman 12 dari 33 hal…


(2) Berita acara pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat fakta dan termuan hasil
pengawasan.
(3) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyatakan status ketaatan Usaha
dan/atau Kegiatan.
(4) Dalam hal kesimpulan laporan hasil pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan
tidak taat, Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
memberikan rekomendasi tindak laııjut penegakan
hukum yang meliputi:
a. administratif;
b. perdata; dan/atau
c. pidana, kepada Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya.
(5) Dalam hal hasil pengawasan tidak langsung dari data
pelaporan melalui Sistem Informasi Lingkungan
Hidup secara otomatis, terus-menerus dan dalam
jaringan ditemukan pelanggaran, Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup memberikan rekomendasi tindak
lanjut penegakan hukum kepada Wali Kota sesuai
kewenangannya.

Pasal 13

(1) Penegakan hukum perdata sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 ayat (4) huruf b dapat dilakukan
dengan pembuktian pertanggungjawaban mutlak.
(2) Pembuktıan dengan prinsip pertanggungjawaban
mutlak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dimintakan oleh penggugat dan termuat dalam
surat gugatan.
(3) Pertanggungjawaban mutlak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat diberlakukan kepada
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang
tindakannya, Usahanya dan/atau Kegiatannya:
a. menggunakan B3;
b. menghasilkan Limbah B3 dan/atau mengelola
limbah B3; dan/atau
c. menimbulkan ancaman serius terhadap
lingkungan hidup.
(4) Tergugat dapat mengajukan pembelaan dengan
pembuktian.
a. tidak menggunakan B3, menghasilkan Limbah
B3 atau menimbulkan ancaman yang serius;
dan/atau
b. Pencemaran Lingkungan hidup dan/atau
Halaman 13 dari 33 hal…
Kerusakan Lingkungan Hidup bukan disebabkan
oleh aktivitas Usaha dan/atau Kegiatannya tetapi
disebabkan oleh pihak lain atau keadaan kahar
(force majeur).
(5) Tergugat dapat dibebaskan dari tanggung jawab
mutlak, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika
dapat membuktikan bahwa Pencemaran
Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakaıı Lingkungan
Hidup disebabkan oleh salah satu alasan:
a. adanya bencana alam atau peperangan;
b. adanya keadaan memaksa di luar kemampuan
manusia; atau
c. akibat perbuatan pihak lain yang menyebabkan
terjadinya Pencemaran Lingkungan Hidup
dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup.
(6) Dalam hal Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup akibat perbuatan
pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf c, pihak lain bertanggung jawab atas kerugian
yang ditimbulkan.

Pasal 14

(1) Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap


ketaatan penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan yang Perizinan Berusaha atau Persetujuan
Pemerintah terkait Persetujuan Lingkungan
diterbitkan oleh Pemerintah Daerah jika:
a. Menteri menganggap terjadi pelanggaran yang
serius di bidang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup berdasarkan norma, standar,
prosedur dan kriteria sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
b. Wali Kota tidak melakukan pengawasan.
(2) Pelanggaran yang serius sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. tindakan melanggar hukum yang
mengakibatkan Pencemaran Lingkungan
Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
relatif besar; dan/atau
b. menimbulkan keresahan masyarakat.
(3) Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup relatif besar
sebagaimana dîmaksud pada ayat (2) huruf a
dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. bentuk dan intensitas pelanggaran, dan
b. besaran dan/atau luas sebaran dampak.
(4) Pelanggaran yang menimbulkan keresahan
Halaman 14 dari 33 hal…
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
hurut b berdasarkan pengaduan masyarakat
dan/atau informası yang meluas di masyarakat.

Pasal 15

(1) Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dalam


melakukan pengawasan berdasarkan kode etik.
(2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan atas prinsip:
a. integritas;
b. profesionalisme; dan
c. responsif.
(3) Prinsip kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) wajib ditaati oleh setiap Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup.
(4) Untuk menegakkan prinsip kode etik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibentuk dewan kode etik
pengawas Lingkungan Hidup.
(5) Pejabat Pengawas Lingkunqan Hidup yang
melanggar kode etik dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang Aparatur Sipil Negara.

BAB IV
PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT

Pasal 16

Asas pengelolaan pengaduan adalah:


a. transparan;
b. partisipatif;
c. akuntabel;
d. cepat; dan
e. sederhana.

Pasal 17

(1) Objek pengaduan meliputi:


a. perencanaan;
b. pelaksanaan; dan/atau
c. pasca pelaksanaan;
Usaha dan/atau Kegiatan yang berpotensi dan/atau
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup
dan/atau kehutanan.
(2) Objek pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), terdiri atas:
a. usaha dan/atau kegiatan yang tidak memiliki
Halaman 15 dari 33 hal…
atau tidak sesuai dengan izin di bidang
lingkungan hidup dan/atau kehutanan;
b. pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup;
c. perusakan hutan;
d. pengelolaan limbah B3 yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. pembalakan liar;
f. pembakaran hutan dan lahan;
g. perambahan kawasan hutan;
h. perburuan, peredaran, dan perdagangan
tumbuhan dan satwa liar ilegal;
i. konflik tenurial kawasan hutan;
j. pemanfaatan sumber daya genetik dan
pengetahuan tradisional; dan/atau
k. usaha dan/atau kegiatan lainnya yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan
hidup, kehutanan atau konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.

Pasal 18

(1) Instansi Penanggung Jawab dalam mengelola


pengaduan adalah instansi yang menangani urusan
pemerintahan bidang lingkungan hidup pada
Pemerintah Kota Batu.
(2) Instansi Penanggung Jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempunyai kewenangan mengelola
pengaduan terhadap usaha dan/atau kegiatan
dalam hal izin di bidang lingkungan hidup yang
diterbitkan oleh Wali Kota.
(3) Wali Kota menugaskan Instansi Penanggung Jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
menyediakan Pos Pengaduan dalam melaksanakan
pengaduan.
(4) Instansi Penanggung Jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengelola data pengaduan.
(5) Data pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dikoordinasikan pengintegrasiannya oleh Menteri

Pasal 19

(1) Pengaduan dapat disampaikan kepada Instansi


Penanggung Jawab baik secara langsung maupun
tidak langsung.
(2) Pengaduan secara langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan mendatangi dan
menyampaikan pengaduan kepada Sekretariat
Pengaduan atau Pos Pengaduan dan/atau melalui
Halaman 16 dari 33 hal…
Aplikasi/Sistem Informasi yang disediakan instansi
yang menangani Lingkungan Hidup.
(3) Pengaduan secara tidak langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Media
Pengaduan dan/atau Aplikasi/Sistem Informasi
yang disediakan instansi yang menangani
Lingkungan Hidup.
(4) Media pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat berupa:
a. telepon;
b. faksimili;
c. surat;
d. surat elektronik;
e. website;
f. media sosial;
g. pesan singkat;
h. aplikasi pengaduan; atau
i. media lainnya sesuai dengan perkembangan
teknologi.
(5) Pengaduan paling sedikit memuat informasi:
a. identitas pengadu berupa nama, alamat, nomor
telepon yang bisa dihubungi atau email;
b. lokasi kejadian;
c. dugaan sumber atau penyebab;
d. waktu, uraian kejadian dan dampak yang
dirasakan.
e. penyelesaian yang diinginkan; dan
f. informasi pengaduan pernah atau belum
disampaikan ke Instansi Penanggung Jawab.
(6) Pengaduan dapat disampaikan sesuai dengan
format formulir pengaduan atau berisi informasi
yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5).
(7) Format formulir pengaduan sebagaimana pada ayat
(6) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota
ini.

Pasal 20

Tahapan pengelolaan pengaduan terdiri atas:


a. penerimaan;
b. penelaahan;
c. verifikasi;
d. perumusan laporan hasil; dan
e. tindak lanjut hasil pengaduan.

Halaman 17 dari 33 hal…


Pasal 21

(1) Dalam hal pengaduan disampaikan langsung secara


lisan kepada petugas, pengadu mengisi formulir
pengaduan.
(2) Dalam hal pengadu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) membutuhkan bantuan khusus karena
keterbatasannya, petugas membantu mengisikan
formulir pengaduan.
(3) Dalam hal pengaduan disampaikan langsung secara
tertulis kepada petugas, pengadu melengkapi
informasi sesuai dengan formulir pengaduan.
(4) Dalam hal pengaduan disampaikan secara tidak
langsung melalui media pengaduan berupa telepon
atau pesan singkat, petugas menuangkan ke dalam
formulir pengaduan.
(5) Dalam hal pengaduan secara tidak langsung melalui
media pengaduan berupa surat, surat elektronik,
media sosial, faksimili, atau aplikasi pengaduan
tidak perlu dituangkan di dalam formulir
pengaduan.

Pasal 22

(1) Pengaduan dinyatakan lengkap dalam hal seluruh


informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (5) terpenuhi.
(2) Dalam hal pengaduan dinyatakan lengkap, petugas
mencatat pengaduan ke dalam buku Register
Pengaduan.
(3) Petugas memberikan Tanda Terima Pengaduan atau
nomor register pengaduan paling lama 3 (tiga) hari
kerja sejak informasi pengaduan dinyatakan
lengkap.
(4) Buku Register Pengaduan dan Tanda Terima
Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran II dan
Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.

Pasal 23

Dalam hal pengaduan konflik tenurial kawasan hutan


Instansi Penanggung Jawab meneruskan pengaduan
kepada Tim pengelolaan konflik tenurial kawasan hutan

Halaman 18 dari 33 hal…


dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
pengaduan dinyatakan lengkap.

Pasal 24

(1) Dalam hal pengaduan belum lengkap, petugas


melakukan klarifikasi kepada pengadu untuk
melengkapi informasi pengaduan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (5) paling lama 3
(tiga) hari kerja sejak pengaduan diterima.
(2) Dalam hal batas waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terlewati namun pengadu belum
melengkapi informasi pengaduan, pengaduan tidak
diregistrasi.
(3) Petugas menyampaikan pemberitahuan melalui
surat atau website pengaduan tidak diregistrasi
dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) kepada pengadu.
(4) Format pemberitahuan pengaduan tidak diregistrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota
ini.
(5) Dalam hal pengaduan tidak diregistrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pengadu dapat
menyampaikan kembali pengaduan yang sama
dengan informasi lengkap.

Pasal 25

(1) Dalam hal Instansi Penanggung Jawab tidak


mengelola pengaduan dalam waktu 10 (sepuluh)
hari kerja sejak pengaduan dinyatakan lengkap,
pengadu dapat menyampaikan pengaduan kepada
Instansi Penanggung Jawab di tingkat pemerintahan
yang lebih tinggi.
(2) Instansi Penanggung Jawab di tingkat pemerintahan
yang lebih tinggi wajib melakukan pengelolaan
pengaduan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 26

(1) Dalam hal pengaduan telah diregistrasi, dilakukan


telaahan terhadap informasi pengaduan.
(2) Hasil telaahan berupa kategori dan usulan
rekomendasi kepada pejabat pemberi tugas pada

Halaman 19 dari 33 hal…


Instansi Penanggung Jawab.
(3) Hasil telaahan berupa kategori sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. pengaduan di bidang lingkungan hidup;
b. pengaduan di bidang kehutanan;
c. pengaduan di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan; atau
d. bukan pengaduan lingkungan hidup dan
kehutanan.
(4) Hasil telaahan berupa rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berupa:
a. pelaksanaan verifikasi pengaduan;
b. pelimpahan pengaduan kepada bagian/bidang,
unit kerja atau antar Instansi Penanggung
Jawab; atau
c. pelimpahan pengaduan kepada instansi terkait.

Pasal 27

(1) Dalam hal pengaduan dikategorikan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) huruf a, huruf b,
dan huruf c dan kewenangan berada pada instansi
penerima maka dilakukan verifikasi pengaduan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4)
huruf a.
(2) Dalam hal pengaduan dikategorikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) huruf a, huruf b,
dan huruf c dan kewenangan bukan berada pada
instansi penerima maka dilakukan pelimpahan
pengaduan kepada bagian/bidang, unit kerja atau
Instansi Penanggung Jawab sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (4) huruf b.
(3) Dalam hal pengaduan dikategorikan bukan sebagai
pengaduan lingkungan hidup dan kehutanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3)
huruf d, pengaduan diteruskan kepada instansi
terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat
(4) huruf c.

Pasal 28

Verifikasi dilakukan melalui kegiatan:


a. pemeriksaan administrasi, meliputi pemeriksaan
dokumen perizinan dan/atau permintaan data atau
informasi yang diperlukan dari unit kerja lain atau
pihak lain yang dianggap relevan;

Halaman 20 dari 33 hal…


b. pemeriksaan lapangan, meliputi:
1. fisik lapangan; dan
2. dokumen terkait lainnya di lapangan.

Pasal 29

(1) Dalam hal kegiatan verifikasi telah memperoleh


kesimpulan pada pemeriksaan administrasi, dapat
langsung merumuskan laporan hasil.
(2) Dalam hal kegiatan verifikasi belum memperoleh
kesimpulan pada pemeriksaan administrasi,
verifikasi dilanjutkan dengan pemeriksaan
lapangan.
(3) Dalam hal pemeriksaan dilanjutkan dengan
pemeriksaan lapangan, hasil pemeriksaan lapangan
dituangkan dalam Berita Acara Verifikasi
Pengaduan.
(4) Format Berita Acara Verifikasi Pengaduan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini.

Pasal 30

Verifikasi dilakukan oleh:


a. Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PLHD);
dan/atau
b. Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditunjuk oleh
Wali Kota sesuai dengan kewenangannya dalam hal
instansi lingkungan hidup belum memiliki PLHD.

Pasal 31

(1) Untuk membuktikan kebenaran atas pengaduan,


pelaksana verifikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 berwenang:
a. melakukan pemeriksaan sesuai dengan data
pengaduan atau dokumen lainnya yang terkait;
b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
d. memasuki lokasi yang berkaitan dengan hal yang
diverifikasi;
e. memotret atau membuat rekaman audio visual;
f. mengambil sampel sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
Halaman 21 dari 33 hal…
g. memeriksa peralatan; dan
h. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi.
(2) Pelaksana verifikasi selaku Pengawas Lingkungan
Hidup Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 huruf a, berwenang untuk menghentikan
pelanggaran tertentu.

Pasal 32

(1) Dalam hal pelaku usaha dan/atau kegiatan


mencegah, menghalang-halangi, menolak atau
menggagalkan pelaksanaan tugas verifikasi
lapangan, pelaksana verifikasi membuat Berita
Acara Penolakan Verifikasi.
(2) Format Berita Acara Penolakan Verifikasi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini.

Pasal 33

(1) Pelaksana verifikasi wajib membuat laporan hasil


verifikasi pengaduan yang telah dilaksanakan
(2) Laporan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan kepada pejabat pemberi
tugas pada Instansi Penanggung Jawab.
(3) Laporan hasil verifikasi paling sedikit memuat:
a. latar belakang dan tujuan verifikasi;
b. analisis data hasil verifikasi;
c. analisis yuridis;
d. kesimpulan dan saran; dan
e. lampiran.
(4) Kesimpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf d berupa keterangan:
a. pengaduan terbukti; atau
b. pengaduan tidak terbukti.
(5) Dalam hal pengaduan terbukti, usulan rekomendasi
dapat berupa:
a. penerapan sanksi administrasi;
b. penyelesaian sengketa lingkungan hidup
dan/atau kehutanan di luar pengadilan atau
melalui pengadilan;
c. penegakan hukum pidana;
d. pelimpahan kepada bagian/bidang, unit kerja
atau antar instansi penanggung jawab; dan/atau
e. pelimpahan pengaduan kepada instansi terkait.
Halaman 22 dari 33 hal…
(6) Dalam hal pengaduan tidak terbukti namun
ditemukan pelanggaran lain, pelaksana verifikasi
memberikan usulan rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (5).
(7) Dalam hal pengaduan tidak terbukti dan tidak
ditemukan pelanggaran lain, pengelolaan
pengaduan dinyatakan selesai.
(8) Format laporan hasil verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Lampiran VII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Wali Kota ini.
(9) Lampiran laporan hasil verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf e, terdiri atas:
a. Berita Acara Verifikasi Pengaduan;
b. Berita Acara Penolakan Verifikasi dalam hal
terjadi penolakan verifikasi;
c. Berita Acara Penyerahan Sampel dalam hal
dilakukan pengambilan sampel;
d. Berita Acara Pengambilan Foto atau Video;
dan/atau
e. Bukti lain yang mendukung, antara lain
dokumen perizinan, Amdal, peta, dokumen tata
usaha kayu, hasil laboratorium, laporan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan
sebagainya.
(10) Format Berita Acara Pengambilan Sampel
sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf c
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini.
(11) Format Berita Acara Pengambilan Foto atau Video
sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf d
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini.

Pasal 34

(1) Pejabat pemberi tugas pada Instansi Penanggung


Jawab menindaklanjuti laporan hasil pengaduan.
(2) Dalam hal pejabat pemberi tugas pada Instansi
Penanggung Jawab tidak berwenang
menindaklanjuti laporan hasil, pejabat pemberi
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan rekomendasi tindak lanjut kepada
unit kerja lain atau instansi terkait yang berwenang
Halaman 23 dari 33 hal…
menindaklanjuti hasil.
(3) Pejabat pemberi tugas menyampaikan surat
pemberitahuan hasil pengaduan kepada pengadu.

Pasal 35

(1) Jangka waktu pengelolaan pengaduan mulai dari


penerimaan pengaduan sampai dengan tindak
lanjut laporan hasil pengaduan dilaksanakan paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak pengaduan
dinyatakan lengkap.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak termasuk waktu yang diperlukan dalam
pelaksanaan uji laboratorium.
(3) Dalam hal jangka waktu pengelolaan pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membutuhkan
perpanjangan karena pelaksanaan uji laboratorium
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), petugas
menyampaikan pemberitahuan kepada pengadu
beserta alasannya.

Pasal 36

(1) Pengadu berhak mendapatkan informasi mengenai:


a. perkembangan atau status pengelolaan
pengaduan;
b. laporan hasil pengaduan; dan
c. tindak lanjut hasil pengaduan.
(2) Untuk menjamin pemenuhan informasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi
Penanggung Jawab mengembangkan sistem
informasi pengaduan.

Pasal 37

Dalam rangka perlindungan pengadu, Instansi


Penanggung Jawab wajib merahasiakan informasi terkait
dengan pengadu.

Pasal 38

(1) Pencabutan pengaduan tidak menghentikan proses


pengelolaan pengaduan.
(2) Dalam rangka memperkuat pelaksanaan
pengelolaan pengaduan, Instansi Penanggung Jawab
dapat mengembangkan pembinaan atau kerjasama

Halaman 24 dari 33 hal…


pemantauan ketaatan Usaha dan/atau Kegiatan di
bidang lingkungan hidup dan kehutanan bersama
masyarakat.
(3) Pembinaan atau kerja sama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB V
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 39

(1) Wali Kota wajib menerapkan Sanksi Administratif


terhadap penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap ketentuan:
a. Perizinan Berusaha; atau
b. Persetujuan Pemerintah.
terkait Persetujuan Lingkungan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
(2) Penerapan Sanksi Administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
norma, standar, prosedur, dan kriteria berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 40

Wali Kota berwenang menerapkan Sanksi Administratif


kepada penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
terhadap pelanggaran:
a. Perizinan berusaha terkait Persetujuan Lingkungan
yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Batu; dan
b. Persetujuan Pemerintah terkait Persetujuan
Lingkungan yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota
Batu.

Pasal 41

Wali Kota dalam penerapan Sanksi Administratif dapat


mendelegasikan kewenangannya kepada pejabat yang
membidangi penegakan hukum atau Instansi Lingkungan
Hidup.

Pasal 42

(1) Sanksi Administratif berupa:


a. teguran tertulis;
Halaman 25 dari 33 hal…
b. paksaan pemerintah;
c. denda administratif;
d. pembekuan perizinan berusaha; dan/atau
e. pencabutan perizinan berusaha.
(2) Sanksi Administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan dalam bentuk keputusan.
(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling sedikit memuat:
a. nama jabatan dan alamat pejabat administrasi
yang berwenang;
b. nama dan alamat penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan;
c. nama dan alamat perusahaan;
d. jenis pelanggaran;
e. ketentuan yang dilanggar;
f. uraian kewajiban atau perintah yang harus
dilakukan penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan; dan
g. jangka waktu penaatan kewajiban penanggung
jawab Usaha dan/atau Kegiatan.

Pasal 43

(1) Sanksi Administratif diterapkan berdasarkan atas:


a. berita acara pengawasan; dan
b. laporan hasil pengawasan.
(2) Pejabat yang berwenang menerapkan Sanksi
Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan pertimbangan:
a. efektivitas dan efisiensi terhadap pelestarian
fungsi Lingkungan Hidup;
b. tingkatan atau jenis pelanggaran yang dilakukan
oleh penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan;
c. tingkat ketaatan penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan terhadap pemenuhan
perintah atau kewajiban yang ditentukan dalam
Sanksi Administratif;
d. riwayat ketaatan penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan; dan/atau
e. tingkat pengaruh atau implikasi pelanggaran
yang dilakukan oleh penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan pada Lingkungan Hidup.

Pasal 44

Sanksi Administratif berupa teguran tertulis


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf a
Halaman 26 dari 33 hal…
diterapkan apabila penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan melanggar ketentuan dalam Perizinan Berusaha
atau Persetujuan Pemerintah/Pemerintah Daerah terkait
Persetujuan Lingkungan dan peraturan perUndang-
Undangan di bidang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang bersifat administratif.

Pasal 45

(1) Sanksi Administratif berupa paksaan pemerintah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1)
huruf b diterapkan terhadap penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak melaksanakan
perintah dalam teguran tertulis dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan.
(2) Pengenaan paksaan pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dijatuhkan tanpa
didahului teguran tertulis apabila pelanggaran yang
dilakukan menimbulkan:
a. Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan
Lingkungan Hidup;
b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika
tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau
kerusakannya; dan/atau
c. kerugian yang lebih besar bagi Lingkungan Hidup
jika tidak segera dihentikan pencemaran
dan/atau kerusakannya.
(3) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan dalam bentuk:
a. penghentian sementara kegiatan produksi;
b. pemindahan sarana produksi;
c. penutupan saluran pembuangan air limbah atau
emisi;
d. pembongkaran;
e. penyitaan terhadap barang atau alat yang
berpotensi menimbulkan pelanggaran;
f. penghentian sementara sebagian atau seluruh
Usaha dan/atau Kegiatan;
g. kewajiban menyusun DELH atau DPLH; dan/atau
h. tindakan lain yang bertujuan untuk
menghentikan pelanggaran dan tindakan
memulihkan fungsi Lingkungan Hidup.

Pasal 46

(1) Wali Kota sesuai dengan kewenangannya memaksa


penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk

Halaman 27 dari 33 hal…


melakukan pemulihan Lingkungan Hidup akibat
Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup.
(2) Wali Kota sesuai dengan kewenangannya dapat
menunjuk pihak ketiga untuk melakukan
pemulihan fungsi Lingkungan Hidup akibat
Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup.
(3) Pemulihan fungsi Lingkungan Hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan atas beban biaya
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan.
(4) Beban biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat bersumber dari dana penjaminan untuk
pemulihan fungsi Lingkungan Hidup sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 47

(1) Setiap penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan


yang tidak melaksanakan paksaan pemerintah
dapat diterapkan denda atas keterlambatan
pelaksanaan paksaan pemerintah.
(2) Denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan
paksaan pemerintah terhadap penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan ditentukan berdasarkan
penghitungan persentase pelanggaran dikali nilai
denda paling banyak.
(3) Denda atas keterlambatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan penerimaan negara bukan
pajak yang wajib disetorkan ke kas daerah/negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Pasal 48

(1) Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan


dikenai denda administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 ayat (1) huruf c dengan kriteria:
a. tidak memiliki Persetujuan Lingkungan namun
telah memiliki Perizinan Berusaha;
b. tidak memiliki Persetujuan Lingkungan dan
Perizinan Berusaha;
c. melakukan perbuatan yang melebihi Baku Mutu
Air Limbah dan/atau Baku Mutu Emisi, sesuai
dengan Perizinan Berusaha;
d. tidak melaksanakan kewajiban dalam Perizinan

Halaman 28 dari 33 hal…


Berusaha terkait Pcrsetujuan Lingkungan;
e. menyusun Amdal tanpa sertifikat kompetensi
penyusun Amdal;
f. karena kelalaiannya, melakukan perbuatan yang
mengakibatkan dilampauinya Baku Mutu Udara
Ambien, Baku Mutu Air, baku mutu gangguan,
dan/atau Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan
Hidup, yang tidak sesuai dengan Perizinan
Berusaha terkait Persetujuan Lingkungan yang
dimilikinya; dan/atau
g. melakukan perbuatan yang mengakibatkan
Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup, sebab perbuatan
tersebut dilakukan karena kelalaian dan tidak
mengakibatkan bahaya kesehatan manusia
dan/atau luka dan/atau luka berat dan/atau
matinya orang.
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan penerimaan negara bukan pajak
yang wajib disetorkan ke kas daerah/negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai penerimaan negara bukan pajak.
(3) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterapkan bersamaan dengan paksaan
pemerintah.

Pasal 49

(1) Besaran denda administratif dengan kriteria tidak


memiliki Persetujuan Lingkungan namun telah
memiliki Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 ayat (1) huruf a dihitung sebesar
2,5% (dua koma lima perseratus) dikali nilai
investasi Usaha dan/atau Kegiatan.
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diterapkan paling banyak
Rp3.000.000.00,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 50

(1) Besaran denda administratif dengan kriteria tidak


memiliki Persetujuan Lingkungan dan Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
ayat (1) huruf b dihitung sebesar 5% (lima
perseratus) dari nilai investasi Usaha dan/atau
Kegiatan.
Halaman 29 dari 33 hal…
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diterapkan paling banyak
Rp3.000.000.00,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 51

(1) Besaran denda administratif dengan kriteria


melakukan perbuatan yang melebihi Baku Mutu Air
Limbah dan/atau Baku Mutu Emisi, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf c dihitung
berdasarkan unit beban pencemar yang melebihi
Baku Mutu Air Limbah dan/atau Baku Mutu Emisi
sumber tidak bergerak.
(2) Unit beban pencemar yang melebihi Baku Mutu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan selisih konsentrasi aktual Air Limbah
atau Emisi dengan konsentrasi baku mutu dikali
dengan debit/laju alir dan lamanya waktu
pelanggaran.
(3) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dihitung secara akumulasi setiap paramater
yang dilampaui baku mutunya diterapkan paling
banyak Rp3.000.000.00,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 52

(1) Besaran denda administratif dengan kriteria tidak


melaksanakan kewajiban dalam Perizinan Berusaha
terkait Pcrsetujuan Lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf d
ditentukan berdasarkan tingkat pelanggaran:
a. ringan;
b. sedang; atau
c. berat.
(2) Tingkat pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan besaran denda administratif:
a. ringan, paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah);
b. sedang, paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000,00
(lima belas juta rupiah); atau
c. berat, paling sedikit Rp20.000.000,00 (dua puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah).
(3) Besaran denda administratif sebagaimana dimaksud
Halaman 30 dari 33 hal…
pada ayat (2) dihitung secara akumulatif dari setiap
pelanggaran.
(4) Besaran denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diterapkan paling banyak
Rp3.000.000.00,00 (tiga miliar rupiah).
(5) Tingkat pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran X yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini.

Pasal 53

Besaran denda administratif dengan kriteria menyusun


Amdal tanpa sertifikat kompetensi penyusun Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf e
sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari biaya penyusunan
Amdal.

Pasal 54

Besaran denda administratif dengan kriteria karena


kelalaian dan/atau melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf f dan huruf g
dikenai paling banyak Rp3.000.000.00,00 (tiga miliar
rupiah).

Pasal 55

Pembekuan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 42 ayat (1) huruf d diterapkan terhadap
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang:
a. tidak melaksanakan paksaan pemerintah;
b. tidak membayar denda administratif; dan/atau
c. tidak membayar denda setiap keterlambatan atas
pelaksanaan paksaan pemerintah.

Pasal 56

Pencabutan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 42 ayat (1) huruf e diterapkan terhadap
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang:
a. tidak melaksanakan kewajiban dalam paksaan
pemerintah;
b. tidak membayar denda administratif;
c. tidak membayar denda setiap keterlambatan atas
pelaksanaan paksaan pemerintah;
Halaman 31 dari 33 hal…
d. tidak melaksanakan kewajiban dalam pembekuan
Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah;
dan/atau
e. melakukan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup yang tidak dapat
ditanggulangi atau sulit dipulihkan.

Pasal 57

(1) Menteri dapat menerapkan Sanksi Administratif


terhadap penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan dalam hal Menteri menganggap Pemerintah
Daerah secara sengaja tidak menerapkan Sanksi
Administratif terhadap pelanggaran yang serius di
bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
(2) Menteri dalam menerapkan Sanksi Administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan
atas hasil pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14.

Pasal 58

(1) Wali Kota melakukan pengawasan terhadap


penaatan pelaksanaan Sanksi Administratif yang
diterbitkan oleh Wali Kota.
(2) Dalam hal hasil pengawasan pelaksanaan
Sanksi Administratif menunjukkan penanggung
jawab Usaha dan/atau Kegiatan tidak melaksanakan
sebagian atau seluruh kewajiban dalam Sanksi
Administratif, Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya dapat menerapkan Sanksi
Administratif yang lebih berat.
(3) Menteri dapat melakukan pengawasan pelaksanaan
Sanksi Administratif yang diterbitkan oleh Wali Kota,
apabila:
a. Wali Kota tidak melakukan pengawasan; dan/atau
b. menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 59

Wali Kota sesuai dengan kewenangannya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 40 melakukan pencabutan
keputusan Sanksi Administratif apabila berdasarkan hasil
pengawasan terhadap penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan telah menaati seluruh kewajiban dalam Sanksi
Administrasi.

Halaman 32 dari 33 hal…


BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 60

Ketentuan lebih lanjut terhadap teknis pelaksanaan


Peraturan Wali Kota ini ditetapkan dengan keputusan
kepala instansi Lingkungan Hidup.

Pasal 61

Peraturan Wali Kota ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Wali Kota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Batu.

Ditetapkan di Batu
pada tanggal 18 Oktober 2021

WALI KOTA BATU,

ttd

DEWANTI RUMPOKO

Diundangkan di Batu
pada tanggal 18 Oktober 2021
SEKRETARIS DAERAH KOTA BATU,

ttd

ZADIM EFFISIENSI

BERITA DAERAH KOTA BATU TAHUN 2021 NOMOR

Halaman 33 dari 33 hal…


Lampiran I Peraturan Wali Kota Batu
Nomor : 71 Tahun 2021
Tanggal : 18 Oktober 2021

FORMAT FORMULIR PENGADUAN DUGAAN PENCEMARAN DAN/ATAU


PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN/ATAU PERUSAKAN HUTAN

Pada hari ini ............... tanggal ............ bulan ........... tahun ........... pukul
..........WIB, di .................... yang bertanda tangan di bawah ini:
A. Identitas Pengadu
1. Nama :
......................................................
2. Alamat :
......................................................
……………………………………………
…………………………………………...
……………………………………………
3. No telp/fax/email :
B. Lokasi Kejadian ...................................................
...
Alamat :
……………………………………………
………………………………………….
…………………………………………...
……………………………………………

C. Dugaan Sumber atau Penyebab


1. Jenis Kegiatan (jika : .…………………………………………
diketahui) .…………………………………………
2. Nama Kegiatan : ....................................................
dan/atau usaha (jika …………………………………………..
diketahui)

D. Waktu dan Uraian Kejadian


1. Waktu diketahuinya pencemaran dan atau perusakan
lingkungan dan/atau perusakan hutan:
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
2. Uraian Kejadian:
………………………………………………………………….…..
………………………………………………………………………
3. Dampak yang dirasakan akibat pencemaran dan atau
perusakan lingkungan dan/atau perusakan hutan:
.....................................................................................
.....................................................................................

E. Penyelesaian yang Diinginkan


.........................................................................................
.........................................................................................

Halaman 34 dari 33 hal…


F. Pernah Menyampaikan Pengaduan

Nama Instansi Tanggal/Bulan/Tahun


1. ................................. .............................................
2. ................................. .............................................
3. ................................. .............................................

..........., .........................
Penerima Pengaduan Pengadu

____________________ ______________________
Nama lengkap petugas Nama lengkap pengadu
Jabatan: ……………….
NIP: ……………………..

WALI KOTA BATU,

ttd

DEWANTI RUMPOKO

Halaman 35 dari 33 hal…


Halaman 36 dari 33 hal…
Lampiran II Peraturan Wali Kota Batu
Nomor : 71 Tahun 2021
Tanggal : 18 Oktober 2021

FORMAT BUKU REGISTER PENGADUAN

Tanggal Nama Lokasi Nama Usaha dan/atau Jenis Uraian Penyelesaian yang
No.Reg Alamat
Penerimaan Pengadu Kejadian Kegiatan Kegiatan Kejadian Diinginkan

WALI KOTA BATU,

ttd

DEWANTI RUMPOKO
Lampiran III Peraturan Wali Kota Batu
Nomor : 71 Tahun 2021
Tanggal : 18 Oktober 2021

FORMAT PEMBERITAHUAN PENGADUAN DIREGISTRRASI

No. Registrasi: ____________________

Pada hari ini ............... tanggal ............ bulan ........... tahun ...........
pukul ..........WIB, di .................... yang bertanda tangan di bawah ini:

A. Identitas Penerima Pengaduan


1. Nama : ......................................................
2. Alamat Kantor : ......................................................
3. Jabatan : ......................................................
telah menerima Pengaduan yang disampaikan oleh

B. Identitas Pengadu
1. Nama : ......................................................
2. Alamat : ......................................................
: ......................................................
: ......................................................
3. No telp : ......................................................
4. Email/Fax (jika ada) : ......................................................

Bahwa pengaduan disertai dengan melampirkan dokumen :


1. ......................................................
2. ......................................................
3. ......................................................
............., .........................
Penerima Pengaduan Pengadu

____________________ ______________________
Nama lengkap petugas Nama lengkap pengadu
Jabatan: ____________

WALI KOTA BATU,

ttd

DEWANTI RUMPOKO
Lampiran IV Peraturan Wali Kota Batu
Nomor : 71 Tahun 2021
Tanggal : 18 Oktober 2021

FORMAT PEMBERITAHUAN
PENGADUAN TIDAK DIREGISTRASI

1. Pada tanggal ………………, Petugas menerima pengaduan lingkungan


hidup dan kehutanan yang diajukan oleh Sdr/Sdri Pengadu:

Nama : ……………………………………………………………….
Alamat : ……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
Usaha : ……………………………………………………………….
dan/atau ……………………………………………………………….
Kegiatan ……………………………………………………………….

2. Pada tanggal ………………… Petugas telah meminta Pengadu untuk


melengkapi substansi pengaduan sesuai dengan informasi pengaduan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.

3. Dalam jangka waktu yang ditentukan, pengadu belum melengkapi


substansi pengaduan sebagaimana diminta.

Berdasarkan pertimbangan di atas, memberitahukan bahwa:

Pengaduan Tidak Diregistrasi


Catatan:
1. Pemberitahuan ini tidak menutup kemungkinan Pengadu untuk
kembali mengadukan hal yang sama, namun dengan substansi yang
lengkap sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri.
2. Dalam hal Pengadu kembali mengajukan pengaduan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup dan/atau perusakan hutan,
pengelolaan pengaduan dilakukan mulai dari tahap awal.

Tempat, Tanggal Bulan Tahun

____________________
Petugas

WALI KOTA BATU,

ttd

DEWANTI RUMPOKO

Halaman 39 dari 33 hal…


Lampiran V Peraturan Wali Kota Batu
Nomor : 71 Tahun 2021
Tanggal : 18 Oktober 2021

FORMAT BERITA ACARA VERIFIKASI PENGADUAN

Pada hari ini,................tanggal……………bulan ………………… tahun


………………jam, ………….. kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : ………………………………………………….….
Pangkat/Gol. : …………………….………………………..….….
Jabatan : ………………………………………...….…….…
No. PLH/PLHD : ................................................................
Instansi : .................................................................
2. Nama : ……………………………………………………..
Pangkat/Gol. : …………………….………………….….………..
Jabatan : ………………………………………….………….
No. PLH/PLHD : .................................................................
Instansi : .................................................................
3. Nama : ………………………………………….………….
Pangkat/Gol. : ………………….……………………...………….
Jabatan : ……………………………………….….…………
No. PLH/PLHD : .................................................................
Instansi : .................................................................

telah melakukan verifikasi pengaduan terhadap dugaan:


1. Pokok pengaduan *) :..................................................

2. Media yang tercemar /rusak *) : ..................................................


Lokasi/Tempat : ..................................................

3. Sumber
Nama kegiatan /usaha : .................................................
Jenis usaha : ..................................................
Alamat : .................................................
melalui kegiatan sebagai berikut: **)
1. ……………………………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………………………..
Dari verifikasi tersebut di atas telah ditemukan fakta-fakta sebagai berikut:
1. ………………………………………………………….……………………..…..

2. ……………………………………………………………………………………..

Pelaksanaan verifikasi pengaduan dan temuan fakta-fakta tersebut telah


diketahui dan dibenarkan oleh pihak penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan:
1. Nama : ……………………………………………………………….
Jabatan : ……………………………………………………………….

2. Nama : ……………………………………………………………….
Jabatan : ……………………………………………………………….

Halaman 40 dari 33 hal…


Demikian Berita Acara Verifikasi Pengaduan dibuat dengan sebenar-
benarnya.
Pelaksana verifikasi tanda tangan

1. …………………………………….. ………………………………………
2. …………………………………….. ………………………………………
3. …………………………………….. ………………………………………

Penanggung jawab tanda tangan


usaha dan/atau kegiatan
……………………………………..... ………………………………………
Saksi-saksi:
1. Nama : ………………………………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………
Tanda Tangan : ………………………………………………………………

2. Nama : ………………………………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………
Tanda Tangan : ………………………………………………………………

3. Nama : ………………………………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………
Tanda Tangan : ………………………………………………………………

*) Disesuaikan dengan obyek pengaduan


**) Yang dimaksud dengan kegiatan adalah semua kegiatan yang dilakukan selama
melakukan verifikasi lapangan.

WALI KOTA BATU,

ttd

DEWANTI RUMPOKO

Halaman 41 dari 33 hal…


Lampiran VI Peraturan Wali Kota Batu
Nomor : 71 Tahun 2021
Tanggal : 18 Oktober 2021

FORMAT BERITA ACARA PENOLAKAN VERIFIKASI

Pada hari ini ................tanggal ……………… bulan ……………………… tahun


………………jam……………………… kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………………………………………………………...
Jabatan : …………………………………………………………
Alamat (perusahaan) : …………………………………………………………

Bertindak untuk dan atas nama ……………………………………, menolak


pelaksanaan verifikasi pengaduan oleh:

1. Nama : …………………………………….……………………
Pangkat/Gol. : ………………………………….………………………
Jabatan : ………………………………….………………………
No. PLH/PLHD*: …………………………………….….………………….
Instansi : .........................................................................
2. Nama : …………………………………………………………
Pangkat/Gol. : …………………………………….……………………
Jabatan : …………………………………….……………………
No. PLH/PLHD : …………………………………….………………………
Instansi : ......................................................................
3. dst

Penolakan dilakukan dengan alasan sebagai berikut:


1. ……………………………………………………………………………………
2. ……………………………………………………………………………………
3. ……………………………………………………………………………………

Demikian Pernyataan Penolakan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Penanggung jawab usaha/kegiatan* tanda tangan

..................................................... ...................................

Pelaksana Verifikasi tanda tangan


1. ........................................... ...................................
2. ........................................... ...................................
3. ........................................... ....................................

Halaman 42 dari 33 hal…


Saksi-Saksi :
1. Nama : ………………………………………..............................

Pekerjaan : .……………………………………….............................
Alamat : ………………….....…………......................................
…………………………………....…………………………
Tanda Tangan : ……..………………………………………………………
2. Nama : ………………………………………..............................

Pekerjaan : .……………………………………….............................
Alamat : ………………….....…………......................................
…………………………………....…………………………
Tanda Tangan : ……..………………………………………………………
3. dst

*) Dikosongkan jika penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan menolak tanda tangan.

WALI KOTA BATU,

ttd

DEWANTI RUMPOKO

Halaman 43 dari 33 hal…


Lampiran VII Peraturan Wali Kota Batu
Nomor : 71 Tahun 2021
Tanggal : 18 Oktober 2021

FORMAT LAPORAN VERIFIKASI PENGADUAN


DUGAAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN/ATAU PERUSAKAN HUTAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Informasi yang dituangkan merupakan informasi yang spesifik
tentang latar belakang yang menjadi alasan dari dilaksanakannya
verifikasi terhadap kasus pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup dan/atau perusakan hutan
2. Tujuan Pelaksanaan Verifikasi
Informasi yang dituangkan merupakan informasi tentang tujuan
dilaksanakannya verifikasi terhadap pengaduan kasus pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup dan/atau perusakan hutan

B. KEGIATAN LAPANGAN
Kegiatan yang dilakukan tim selama melakukan verifikasi di lapangan.

C. FAKTA DAN TEMUAN DILAPANGAN


Informasi yang dituangkan merupakan informasi tentang fakta dan
temuan selama dilaksanakannya verifikasi lapangan dengan
melampirkan data pendukungnya.

D. ANALISIS YURIDIS/KETAATAN
Informasi yang dituangkan merupakan informasi hasil analisis fakta dan
temuan di lapangan dibandingkan dengan peraturan perundang-
undangan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan.
E. RIWAYAT KETAATAN
Informasi yang dituangkan meliputi rekam jejak kegiatan usaha apakah
pernah dikenakan sanksi administrasi, penegakan hukum perdata
dan/atau penegakan hukum pidana;

F. KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


Informasi yang dituangkan merupakan ringkasan atau tentang hasil
verifikasi pengaduan yang disertai dengan usulan langkah tindak lanjut
penanganan kasus.

G. LAMPIRAN
Susunan lampiran:
1. Salinan data
Data dalam pelaksanaan verifikasi seperti hasil analisa laboratorium,
peta lokasi, peta kerusakan, proses pengolahan limbah, dan lain-lain.
2. Berita Acara
Halaman 44 dari 33 hal…
Informasi tambahan/penunjang
a. Dokumen penunjang, seperti: foto, film, rekaman suara, perizinan,
AMDAL. penunjukan kawasan hutan, penetapan kawasan hutan
RKU, RKT, IPPKH, IUPHHK-HA/HT/RE, IPK, Pelepasan kawasan
hutan dll.
b. Informasi tambahan berupa dokumen yang diperoleh selama
melakukan verifikasi, misalnya hasil pemantauan mandiri (self
monitoring), laporan RKL-RPL atau UKL-UPL, laporan hasil
produksi, laporan mutasi kayu bulat, faktur angkutan kayu bulat
surat keterangan asal usul kayu dll.

WALI KOTA BATU,

ttd

DEWANTI RUMPOKO

Halaman 45 dari 33 hal…


Lampiran VIII Peraturan Wali Kota Batu
Nomor : 71 Tahun 2021
Tanggal : 18 Oktober 2021

FORMAT BERITA ACARA PENGAMBILAN SAMPEL

Pada hari ini.....................tanggal…………bulan…………..…


tahun…………….pukul …………………….WIB di …………………………….…….
Kota……………………………………Propinsi …………………………………………..,
kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : …………………………………………………………………
Jabatan : . …………………………………………………………………..
Tanda Tangan : …………………………………………………………………

2. Nama : …………………………………………………………………
Jabatan : . …………………………………………………………………..
Tanda Tangan : …………………………………………………………………

3. Nama : …………………………………………………………………
Jabatan : . …………………………………………………………………..
Tanda Tangan : …………………………………………………………………

Masing-masing dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu dan


..............................................................................................................
............, telah melakukan Pengambilan Sampel Lingkungan di lokasi
………………………………….....................................................................

Uraian singkat pengambilan sampel sebagai berikut:


1. Sampel yang diambil:
........................................................................................
2. Deskripsi Sampel:

Metoda
Kode Jenis Parameter
No. Sampling/ Lokasi Keterangan
Sampel Sampel Uji
Pengukuran

3. Keterangan lain
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Pengambilan Sampel disaksikan dan diketahui oleh pihak penanggung


jawab usaha dan/atau kegiatan:
1. Nama : …………………………………………………………………
Jabatan : …………………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………
Tanda Tangan : ………………………………………………………………

Halaman 46 dari 33 hal…


2. Nama : …………………………………………………………………
Jabatan : …………………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………

Tanda Tangan : …………………………………………………………………

Demikian Berita Acara Pengambilan Sampel pada lokasi


……………………………………………………………………………. dan sekitarnya
dibuat dengan sebenar-benarnya.

Yang mengambil sampel, tanda tangan

1. ………………………………………… ……………………………………
2. ………………………………………… …………………………………..
3. ………………………………………… …………………………………..

Saksi-Saksi :

1. Nama : …………………………………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………
Tanda Tangan : …………………………………………………………………

2. Nama : …………………………………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………
Tanda Tangan : …………………………………………………………………
3. Nama : …………………………………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………
Tanda Tangan : …………………………………………..……………………

WALI KOTA BATU,

ttd

DEWANTI RUMPOKO

Halaman 47 dari 33 hal…


Lampiran IX Peraturan Wali Kota Batu
Nomor : 71 Tahun 2021
Tanggal : 18 Oktober 2021

FORMAT BERITA ACARA PENGAMBILAN FOTO/VIDEO

Pada hari ini............ tanggal .............. Bulan ............. tahun ........... pukul
............. WIB, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : .................................................................................
NIP : .................................................................................
Jabatan : .................................................................................
No.PLH : .................................................................................
Instansi : .................................................................................

2. Nama : .................................................................................
NIP : .................................................................................
Jabatan : .................................................................................
No.PLH : .................................................................................
Instansi : .................................................................................

Masing-masing dari.......................................... telah melakukan


pengambilan foto/video di lokasi ........................... dengan alamat Jl.
........................ Kota ...................., Provinsi ..............................
Berdasarkan:
Surat Perintah Tugas No.: ........................, tanggal ........bulan.............
tahun..............
Disaksikan oleh:
1. .....................................
2. .....................................

Alat yang digunakan:


Kamera/alat perekam jenis : ..............................................
Merk : ..............................................

Demikian Berita Acara Pengambilan Foto/Video ini dibuat dengan


sebenarbenarnya.

Mengetahui, Pihak Perusahaan


Pelaksana Verifikasi,

................................................ ................................................
NIP:......................................... Jabatan :

Saksi-saksi :

Tanda
No. Nama Jabatan/Pekerjaan
Tangan
1.

2.

WALI KOTA BATU

ttd

DEWANTI RUMPOKO

Halaman 48 dari 33 hal…


Lampiran IX Peraturan Wali Kota Batu
Nomor : 71 Tahun 2021
Tanggal : 18 Oktober 2021

JENIS DAN TINGKAT PELANGGARAN TERHADAP KEWAJIBAN DALAM


PERIZINAN BERUSAHA TERKAIT PERSETUJUAN LINGKUNGAN

Tabel 1. Pelanggaran Bidang Pengendalian Pencemaran Air

Tingkat
No Jenis Pelanggaran
Pelanggaran
Tidak melengkapi titik penataan dengan nama dan titik
1. Ringan
koordinat
Tidak melengkapi titik pembuangan air Limbah (outfall)
2. dengan nama dan titik koordinat Ringan

Tidak melengkapi titik pemantauan pada air


3. permukaan/air tanah/tanah dengan nama dan titik Ringan
koordinat
Tidak menggunakan metode pemantauan sesuai
4. standar yang ditetapkan untuk pemantauan Air Ringan
Limbah secara manual
Tidak memiliki penanggung jawab pengendalian
5. pencemaran air yang memiliki sertifikat kompetensi Ringan

Tidak memiliki operator instalasi pengolahan Air


6. Limbah yang memiliki sertifikat kompetensi Ringan

Tidak memiliki dan tidak melakukan sistem


7. Ringan
manajemen lingkungan
Tidak melaporkan kewajiban pengendalian pencemaran
8. Ringan
air
Proses pengolahan Air Limbah tidak sesuai dengan
9. Sedang
Persetujuan Teknis
Parameter yang dipantau tidak sesuai dengan
10. Sedang
Persetujuan Teknis
Frekuensi pemantauan tidak sesuai dengan
11. Sedang
Persetujuan Teknis
Tidak memiliki Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku
12. Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Sedang
diwajibkan menyusun Persetujuan Teknis
Tidak membuang Air Limbah pada titik pembuangan
13. Air Limbah (outfall) yang ditetapkan Sedang

Tidak melakukan pemantauan Mutu Air Limbah pada


14. titik penaatan yang ditetapkan Sedang

15. Tidak memiliki titik penaatan Sedang


Tidak melakukan pemantauan pada air permukaan/
16. air tanah/tanah Sedang

17. Tidak memiliki sistem tanggap darurat pencemaran air Sedang


Tidak melakukan perubahan Persetujuan Teknis sesuai
18. berita acara verifikasi Sedang

Tidak menggunakan laboratorium teregistrasi dalam


19. pemantauan Air Limbah secara manual Sedang

Halaman 49 dari 33 hal…


Tidak memasang alat pemantauan Air Limbah secara
20. otomatis bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Sedang
diwajibkan
21. Pengolahan Air Limbah bocor dan/atau overflow Sedang
Tidak memisahkan saluran Air Limbah dengan saluran
22. limpasan air hujan Sedang

23. Tidak memiliki alat ukur debit Air Limbah Sedang


Melakukan pengenceran Air Limbah dalam upaya
24. penaatan batas kadar yang dipersyaratkan Sedang

Disesuaikan
25. Tidak memenuhi Baku Mutu Air Limbah dengan hasil
perhitungan
26. Tidak melakukan pengolahan Air Limbah Berat
27. Pengolahan dan saluran Air Limbah tidak kedap air Berat
Membuang Air Limbah secara sekaligus dalam 1 (satu)
28. Berat
saat atau pelepasan dadakan
29. Membuang Air Limbah di luar titik penaatan Berat
Melakukan aplikasi Air Limbah di luar area yang
30. Berat
ditetapkan dalam Persetujuan Teknis
31. Menyampaikan data palsu Berat
Tidak memenuhi dosis, frekuensi, dan rotasi yang
32. dipersyaratkan dalam Persetujuan Teknis pemanfaatan Berat
Air Limbah ke tanah

Tabel 2. Pelanggaran Bidang Pengendalian Pencemaran Udara


Kriteria
No Jenis Pelanggaran
Pelanggaran
Tidak melakukan inventarisasi, identifikasi, penamaan,
1. Ringan
titik koordinat, dan pengkodean seluruh sumber emisi
2. Tidak menyusun rencana pemantauan mutu emisi Ringan
Tidak memiliki kebijakan pengendalian
3. Ringan
Pencemaran Udara
4. Tidak melakukan evaluasi hasil pemantauan emisi Ringan
Peralatan pengendali emisi tidak sesuai dengan
5. Ringan
spesifikasi teknis
Tidak memiliki tenaga kerja yang mempunyai sertifikat
6. kompetensi di bidang perlindungan dan pengelolaan Ringan
Mutu Udara
Tidak menyusun rencana penggunaan sumber daya
7. untuk mendorong efisiensi energi Ringan

Tidak melakukan pendokumentasian terhadap hasil


8. Ringan
pemantauan udara ambien dan emisi
Tidak melakukan pelaporan terhadap hasil
9. pemantauan pengendalian Pencemaran Udara melalui Ringan
Sistem Informasi Pelaporan Lingkungan Hidup

Halaman 50 dari 33 hal…


Tidak menyampaikan laporan pelaksanaan
penanggulangan Pencemaran Udara kepada Menteri,
10. gubernur dan Bupati/Wali kota terhadap penghentian Ringan
Pencemaran Udara oleh penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan
11. Tidak melakukan perhitungan Beban Emisi Ringan
Tidak menaati Baku Mutu Emisi bagi produk dari
12. penggunaan alat transportasi darat berbasis nonjalan Ringan
dan/atau penggunaan alat berat
Tidak melakukan pengambilan sampel ambien sesuai
13. dengan titik lokasi pemantauan Sedang

Tidak melakukan perbaikan teknis sesuai dengan


14. perencanaan pengelolaan emisi yang telah disusun Sedang
Tidak melakukan pengambilan sampel emisi sesuai
dengan persyaratan teknis seperti lokasi titik
15. Sedang
pengambilan emisi, lubang sampel, tangga, pagar
pengaman, dan platform
Tidak memiliki alat pengendali emisi untuk men ontrol
16. Sedang
arameter emisi sesuai den an eraturan
Tidak menaati ketentuan Baku Mutu Emisi yang Disesuaikan
17. ditetapkan dengan hasil
perhitungan
Tidak melakukan pemantauan Udara Ambien dan emisi
18. Sedang
secara berkala
Tidak memiliki sistem tanggap darurat Pencemaran
19. Sedang
Udara
Tidak memiliki perencanaan terhadap pengadaan,
pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan sarana dan
20. prasarana pemantauan emisi terhadap sumber emisi Sedang
yang memiliki kendala pemenuhan kewajiban baku
mutu
Tidak melakukan pengukuran emisi dengan cara
21. manual oleh laboratorium yang teregistrasi dari Sedang
Menteri
Tidak melakukan pengukuran emisi dengan cara
otomatis, terus-menerus dan dalam jaringan dengan
22. Sedang
memasang alat pengukur kuantitas kadar dan laju alir
emisi yang terkalibrasi
Tidak mengintegrasikan pemantauan secara otomatis
dan terus-menerus ke dalam Sistem Informasi
23. Lingkungan Hidup oleh setiap penanggung jawab Sedang
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memasang alat
pemantauan secara otomatis dan terus-menerus
Tidak memenuhi ketentuan teknis yang ada dalam
24. Sedang
Perizinan Berusaha terkait persetujuan lingkungan
Membuang emisi secara langsung atau pelepasan
25. Sedang
dadakan
Menambahkan udara ke cerobong setelah alat
26. Sedang
pengendali, di luar dari proses operasi kegiatan
Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang
27. mengeluarkan gangguan tidak melakukan uji Sedang
gangguan

Halaman 51 dari 33 hal…


Penanggung jawab Usaha dan/ atau Kegiatan yang
28. melepas emisi tidak sesuai dengan kuota emisi yang Sedang
dimilikinya
Melakukan pembuangan emisi non-fugitive tidak
29. melalui cerobong Berat

Setiap Usaha dan/atau Kegiatan tidak melakukan


30. internalisasi biaya pengendalian Pencemaran Udara Berat

Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang


31. melakukan Pencemaran Udara tidak melaksanakan Berat
penanggulangan Pencemaran Udara
Setiap Orang yang melakukan Pencemaran Udara
32. tidak melakukan pemulihan sesuai dengan sumber Berat
emisi yang dihasilkan

Tabel 3. Pelanggaran Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan


Beracun dan Limbah nonB3
Kriteria Pelanggaran
No. Jenis Pelanggaran
Penghasil Jasa

Kegiatan Penyimpanan Limbah B3


Tidak memenuhi standar Penyimpanan Limbah
B3 yang diintegrasikan dalam NB, bagi
1. Ringan
Penghasil Limbah B3 dari Usaha dan/atau
Kegiatan wajib SPPL
Tidak memenuhi rincian teknis Penyimpanan
Limbah B3 yang dimuat dalam Persetujuan
2. Lingkungan bagi Penghasil Limbah B3 dari Ringan
Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal atau
UKL-UPL
Tidak memenuhi ketentuan peralatan
3. penanggulangan darurat sebagai persyaratan Ringan
tempat Penyimpanan Limbah B3
Tidak memenuhi ketentuan pengemasan
4. Limbah B3 yang termuat dalam standar/ Ringan
rincian teknis Penyimpanan Limbah B3
Tidak mengajukan perubahan rincian teknis
5. Penyimpanan Limbah B3 dalam Persetujuan Ringan
Lingkungan
Tidak melakukan identifikasi Limbah B3 yang
6. Ringan
dihasilkan
Melakukan pencampuran Limbah B3 yang
7. Sedang
disimpan
Melakukan Penyimpanan Limbah B3 melebihi
8. Sedang
jangka waktu Penyimpanan Limbah B3
Tidak menyusun dan menyampaikan laporan
9. Sedang
Penyimpanan Limbah B3
Tidak melakukan Penyimpanan Limbah B3 di
10. Berat
tempat Penyimpanan Limbah B3
Tidak melakukan pencatatan nama dan jumlah
11. Berat
Limbah B3 yang dihasilkan

Halaman 52 dari 33 hal…


Menyerahkan Limbah B3 yang dihasilkannya
kepada Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat
12. Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Berat
Penimbun Limbah B3 yang tidak memiliki
Perizinan Berusaha
Tidak melakukan Penyimpanan Limbah B3
13. sesuai dengan ketentuan Penyimpanan Limbah Berat
B3
Penghasil Limbah B3 melakukan kegiatan
14. Pengumpulan terhadap Limbah B3 yang tidak Berat
dihasilkannya
Tidak melaksanakan pemulihan fungsi
15. Lingkungan Hidup terhadap fasilitas Berat
penyimpanan yang tidak dioperasionalkan

Kegiatan Pengumpulan Limbah B3

16. Tidak memfungsikan tempat Penyimpanan Ringan


Limbah B3 sebagai fasilitas untuk
mengumpulkan Limbah B3
17. Tidak melakukan pengemasan Limbah B3 Ringan
sesuai dengan karakteristik Limbah B3
18. Tidak mengajukan permohonan perubahan Ringan
Persetujuan Teknis Pengelolaan Limbah B3
19. Tidak mengajukan permohonan penghentian Ringan
kegiatan Pengelolaan Limbah B3
20. Tidak melekatkan simbol Limbah B3 pada Ringan
kemasan Limbah B3
21. Tidak memiliki penetapan penghentian kegiatan Sedang
Pengumpulan Limbah B3
22. Tidak memiliki sistem tanggap darurat berupa Ringan
dokumen program kedaruratan Pengelolaan
Limbah B3
23. Tidak melakukan segregasi Limbah B3 Sedang

24. Tidak melakukan Penyimpanan Limbah B3 Sedang


sesuai dengan ketentuan jangka waktu
Penyimpanan Limbah B3 paling lama 90
(sembilan puluh) hari
25. Tidak melakukan pencatatan nama, sumber, Sedang
karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang
dikumpulkan
26. Tidak menyusun dan menyampaikan laporan Sedang
Pengumpulan Limbah B3
27. Melakukan kegiatan pengumpulan Limbah B3 Berat
sebelum diterbitkannya SLO
28. Tidak memiliki tenaga kerja yang mempunyai Sedang
sertifikat kompetensi di bidang Pengelolaan
Limbah B3
29. Tidak menyimpan Limbah B3 Yang Berat
dikumpulkan di dalam fasilitas Penyimpanan
Limbah B3
30. Tidak melakukan Penyimpanan Lim bah B3 Berat
yang dihasilkannya
Halaman 53 dari 33 hal…
31. Pengumpul Lim bah melakukan Pengumpulan Berat
Limbah B3 yang tidak dihasilkannya
32. Melakukan pencampuran Limbah B3 yang Berat
dikumpulkan dengan jenis dan karakteristik
yang berbeda
33. Menyerahkan Limbah B3 yang dikumpulkannya Berat
kepada Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah
B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 yang tidak
memiliki Perizinan Berusaha
34. Melakukan Pengumpulan Limbah B3 melebihi Berat
kapasitas fasilitas Penyimpanan Limbah B3
35. Melakukan Pemanfaatan Limbah B3 dan/atau Berat
Pengolahan Limbah B3 terhadap sebagian atau
seluruh Limbah B3 yang dikumpulkan
36. Menyerahkan Limbah B3 yang dikumpulkan Berat
kepada Pengumpul Limbah B3 yang Iain
37. Melakukan pencampuran Limbah B3 Berat
38. Tidak melaksanakan Pemulihan Fungsi Berat
Lingkungan Hidup

WALI KOTA BATU,

ttd

DEWANTI RUMPOKO

Halaman 54 dari 33 hal…

Anda mungkin juga menyukai