Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH

Respons Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

KELOMPOK:

1. Rega Andira
2. Indah Maya Sari
3. Riski Adrian
4. Randi Gustika
5. Sendi Anggara

GURU PEMBIMBING :

Ardian Saputra, S.Pd

SMA NEGERI 11 OKU


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan sebaik baiknya.
Penyusunan makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatannya.
Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Kami meminta maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan serta saran sehingga kami dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang ada dalam penyusunan makalah.

Lubuk Batang, Januari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................2
A. Latar Belakang.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme...........................................3
1. Pengertian Kolonialisme..................................................................3
2. Pengertian Imperialisme..................................................................3
B. Tujuan Kolonialisme dan Imperialisme.................................................4
C. Perbedaan dan Persamaan Kolonialisme dan Imperialisme..................5
D. Dampak Kolonialisme dan Imperialisme...............................................5
E. Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme 7
1. Dibidang Ekonomi dan Politik.........................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................10
B. Saran....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................11

3
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolonialisme dan imperialisme sudah dilakukan oleh bangsa Eropa sejak
abad ke-15 di seluruh dunia, sampai akhirnya masuk ke nusantara (Indonesia).
Pada saat itu, latar belakang bangsa Eropa masuk ke wilayah nusantara
disebabkan oleh beberapa hal, seperti jatuhnya Konstantinopel di kawasan Laut
Tengah ke kekuasaan Turki Usmani pada tahun 1453, merosotnya ekonomi dan
perdagangan bangsa Eropa, serta terjadinya revolusi industri.
Perlu diketahui, kolonialisme dan imperialisme modern muncul setelah
terjadinya revolusi industri karena bertujuan untuk mengembangkan
perekonomian bangsa Eropa. Revolusi industri, membuat bangsa Eropa
menciptakan kapal laut yang digunakan untuk menjelajah samudra demi mencari
sumber daya di belahan dunia lain. Disamping itu, misi ini juga dilakukan untuk
melanjutkan semangat Perang Salib.
Dalam upaya tersebut, bangsa Eropa mulai menyebar ke seluruh dunia,
sampai akhirnya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia pun terjadi. Di sisi
lain, kejatuhan Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada tahun 1453,
menyebabkan akses bangsa Eropa dalam mendapatkan rempah-rempah yang
lebih murah di kawasan Laut Tengah menjadi tertutup dan membuat harga
rempah-rempah di Eropa meningkat tajam. Bangsa Eropa kemudian terdorong
untuk mencari dan menemukan wilayah-wilayah penghasil rempah-rempah ke
dunia baru yang ada di timur Eropa.
Lama-kelamaan, mereka semakin berambisi menguasai berbagai negara
untuk keuntungan ekonomi dan kejayaan politik mereka, terutama pada wilayah-
wilayah seperti Indonesia yang merupakan penghasil rempah-rempah, seperti
lada, cengkih, pala, dan lain-lain. Rempah-rempah yang dihasilkan di Indonesia
mendorong mereka untuk melakukan kolonialisme dan imperialisme karena
rempah-rempah pada masa itu menjadi komoditas yang sangat laris di Eropa.
Bangsa Eropa kemudian menyebut nusantara sebagai Hindia.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme


1. Pengertian Kolonialisme
Kata Koloni berasal dari bahasa lain yaitu colonus atau colonia yang berarti
tanah jajahan (pemukiman), sehingga koloni berarti pemukiman suatu negara di luar
wilayah negaranya, yang dicap sebagai bagian dari wilayahnya.

Pengertian Kolonialisme adalah usaha untuk memperluas, mengembangkan,


menguasai suatu daerah dengan kekuasaan satu negara di luar lokasi atau wilayah
negara tersebut. Untuk menguasai suatu daerah biasanya dilakukan dengan cara
paksa untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bagi motherland atau negara
induk.

Umumnya kolonialisme mempunyai tujuan untuk mencari dominasi ekonomi


dari sumber daya, tenaga kerja, perdagangan di wilayah tersebut. Umumnya wilayah
koloni adalah wilayah yang mempunyai bahan mentah yang banyak untuk memenuhi
keperluan negara ynag melakukan kolonialisme.

Macam Macam Bentuk Kolonialisme :

1. Koloni Eksploitasi adalah penguasaan suatu wilayah atau daerah untuk


dikuras habis tenaga penduduk secara kerja paksa atau kerja rodi dan dikuras
juga kekayaan alamnya untuk kepentingan Negara yang melakukan koloni
(Negara penguasa).
2. Koloni Penduduk adalah penguasaan daerah atau wilayah baru dengan cara
mengusir atau menghilangkan penduduk pribumi yang digantikan oleh
pendatang yang menjadikan kedudukan penduduk pribumi terabaikan.

Koloni Deportasi adalah daerah atau wilayah koloni yang digunakan sebagai
tempat membuang para narapidana yang tidak dapat ditangani lagi oleh perintah.
Kebanyakan dari mereka adalah narapidana yang mendapatkan hukuman seumur
hidup, dimana mereka dijadikan sebagai tenaga kerja tanpa bayaran daripada
pemerintah harus memberi makan mereka seumur hidup.

2. Pengertian Imperialisme
Kata Imperialisme berasal dari bahasa latin “imperare” yang berarti
memerintah. Hak untuk imperare atau memerintah disebut imperium. Orang yang
6

diberi hak imperium (memerintah) disebut imperator. Umumnya yang diberi


imperium adalah raja, dan selang waktu berjalan raja disebut imperator dan daerah
dimana imperiumnya berlaku (kerajaannya) disebut imperium.

Pengertian Imperialisme adalah usaha (politik) untuk menguasai negara lain


atau memperluas kerajannya dengan paksa untuk kepentingan diri sendiri yang
dibentuk sebagai imperiumnya. Maksud menguasai disini yaitu tidak perlu merebut
menggunakan kekuatan senjata, tetapi bisa dijalankan menggunakan kekuatan
agama, ideologi, ekonomi, kultur, asal saja dengan paksaan.

Macam-Macam Imperialisme :

1. Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism) adalah imperialisme yang muncul


kurang lebih dari 1500M yang berlangsung pada zaman kuno sampai zaman
pertengahan. Semboyan dari imperialisme kuno yaitu 3G (Gold, Glory,
Gospel). Dimana suatu negara menjajah negara lain untuk keperluan gold
(mendapatkan kekayaan), glory (mencapai kejayaan), dan gospel
(menyebarkan agama). Imperialisme kuno ini dipelopori oleh Portugal dan
Spanyol
2. Imperialisme Modern (Modern Imperialism) adalah imperialisme yang terjadi
saat awal revolusi indrustri (1500 M) sampai akhir perang dunia 2 (tahun
1942), revolusi indrustri mengakibatkan pasar membutuhkan bahan mentah
yang banyak untuk mengembangkan perekonomian. Alhasil mereka mencari
daerah yang kaya dengan bahan mentah untuk dijadikan sumber bahan
mentah, penanaman modal kapital surplus, dan pasar bagi industri. Negara
pelopornya adalah inggris.

Imperialisme Ultramodern (Neokolonialisme) berlangsung setelah perang


dunia 2 sampai sekarang, imperialisme ultramodern lebih mengutamakan pada
penguasaan ideologi, mental, dan psikologi.

B. Tujuan Kolonialisme dan Imperialisme


Memperbanyak sumber daya alam dan juga sumber daya manusianya negara
tersebut, ekspansi budaya (lihat saja budaya inggris yang dahulu melancarkan
kolonialisme besar-besaran, hasilnya bahasa inggris tidak asing lagi di telinga, dan
juga perluasan wilayah penduduk martabat sebuah negara

Tujuan Imperialisme:

1. Penguasaan atau dominasi dunia yang teragisir secara politis


7

2. Imperium ataupun hegemoni yang kira – kira mempunyai dimensi


kontinental.
3. Semata – mata pengaruh yang lebih besar dari kekuatan yang diloklisir

C. Perbedaan dan Persamaan Kolonialisme dan Imperialisme


Perbedaan kolonialisme & imperialisme :

 Kolonialisme bertujuan untuk menguras habis sumber daya alam atau


kekayaan alam dari Negara yang dijadikannya sebagai tempat koloni
untuk diangkut ke negara induk.
 Imperialisme bertujuan untuk menanamkan pengaruh pada seluruh bidang
kehidupan Negara yang bersangkutan.

Persamaan imperialisme & kolonialisme:

Persamaan kolonialisme dan imperialisme terletak di faktor yaitu


membuat negara yang dijajah semakin menderita atau terpuruk, dan membuat
negara penjajah semakin makmur atau maju.Berikut ini yuksinau.id juga telah
merangkum tentang dampak kolonialisme dan imperialisme barat atau belanda di
indonesia di berbagai bidang.

D. Dampak Kolonialisme dan Imperialisme


1. Dampak di Bidang Politik
Pengaruh kekuasaan Belanda semakin kuat karena intervensi yang
intensif dalam masalah-masalah istana, seperti pergantian tahta,
pengangkatan pejabat-pejabat kerajaan, ataupun partisipasinya dalam
menentukan kebijaksanaan pemerintah kerajaan. Dengan demikian, dalam
bidang politik penguasa-penguasa pribumi makin tergantung pada kekuasaan
asing, sehingga kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan pemerintah
istana makin menipis. Di samping itu, aneksasi wilayah yang dilakukan oleh
penguasa asing mengakibatkan semakin menyempitnya wilayah kekuasaan
pribumi. Penghasilan yang berupa lungguh, upeti atau hasil bumi; semakin
berkurang dan bahkan hilang, sebab kedudukannya telah berganti sebagai alat
pemerintah Belanda.
Dalam bidang politik dari kolonialisme dan imperialisme bangsa
Barat di Indonesia menyebabkan semakin hilangnya kekuasaan Politik dan
8

para penguasa Indonesia yang beralih ke tangan Belanda (Aluna : 2016). Hal
tersebut dibuktikan oleh beberapa faktor sebagai berikut.
a. Penerapan sistem indirect rule (sistem pemerintahan tidak langsung)
yaitu dengan memanfaatkan penguasa-penguasa tradisional, seperti
bupati dan raja yang memerintah atas nama VOC.
b. Munculnya berbagai perlawanan rakyat Indonesia terhadap
pemerintah Hindia Belanda.
c. Belanda sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan politik
kerajaan karena intervensinya.
d. Bupati menjadi alat kekuasaaan pemerintahan kolonial. Mereka
menjadi pegawai pemerintahan kolonial yang diber gaji. Padahal
menurut adat penguasa tradisional tersebut mendapat upeti dari
rakyat.
e. Semakin merosotnya dan bergantungnya kekuasaan raja kepada
kekuasaan asing. Bahkan sebagian diambil alih atau di bawah
kekuasaan kolonial.

Dampak Kolonialisme di bidang politik adalah sebagai berikut :

a. Daendels atau Raffle sudah meletakkan dasar pemerintahan yang


modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan digaji, padahal
menurut adat istiadat kedudukan bupati adalah turun temurun dan
mendapat upeti dari rakyat. Bupati dijadikan alat kekuasaan
pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu berdasarkan garis
keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian.
b. Jawa dijadikan tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi
wilayah perfektuf.
c. Dahulu hukum yang digunakan yaitu hukum adat dan kemudian
diubah menjadi hukum barat modern.
d. Belanda dan Inggris melakukan intervensi terhadap persoalan
kerajaan, contohnya tentang pergantian tahta kerajaan sehingga
imperialis mendominasi politik di Indonesia. Yang mengakibatkan
peranan elite kerajaan berkurang dalam politik, dan kekuasaan
pribumi bahkan bisa runtuh.
e. Pamong praja yang dulu berdasarkan garis keturunan diubah menjadi
sistem kepegawaian.
f. Jawa menjadi pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah
perfektuf.
9

g. Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan


sistem hukum barat modern.
h. Kebijakan yang diambil raja dicampuri Belanda

E. Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme


1. Dibidang Ekonomi dan Politik

Imperialisme dan kolonialisme yang pernah mendera Indonesia juga


mengakibatkan hal lain: aktivitas pemerintahan berpusat di jawa. Hal ini
akhirnya terbawa sampai sekarang. Meskipun saat ini kita sudah melakukan
desentralisasi, tapi tetap terasa bahwa wilayah Jawa seakan adalah pusat
pemerintahan.

Tentu, saat pemerintah kolonial Belanda menguasai Indonesia, tidak


sedikit perlawanan yang menghadang. Salah satunya adalah perlawanan
ciamik lewat dunia politik. Kebanyakan rakyat bergerak melalui organisasi
dalam maupun luar negeri.

Respon Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme di


bidang politik diantaranya :

1. Munculnya Organisasi Budi Utomo

Berdirinya Budi Utomo menjadi tanda kebangkitan nasional bangsa


Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya sekaligus penanda perkembangan
nasionalisme Indonesia. Meskipun saat itu pendirian organisasi awalnya
hanya dituukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Hingga saat ini tanggal
berdirinya, 20 Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Hal ini
menjadikan sejarah Budi Utomo dari awal hingga akhir sangat menarik untuk
dipelajari.

Budi Utomo (Boedi Oetomo) ialah organisasi yang didirikan tanggal


20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA. Mereka adalah
Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji. Wahidin Sudirohusodo
merupakan penggagas Budi Utomo dan namanya selalu dikaitkan dengan
sejarah Budi Utomo ataupun sejarah berdirinya Budi Utomo. Budi Utomo
dipelopori oleh para pemuda dari STOVIA, Sekolah Guru Bandung, Sekolah
10

Pamong Praja Magelang dan Magelang, Sekolah Peternakan dan Pertanian


Bogor, dan Sekolah Sore untuk Orang Dewasa di Surabaya. Para pelajar
tersebut terdiri dari Soeradji, Muhammad Saleh, Soewarno A, Goenawan
Mangoenkoesoemo, Suwarno B., R. Gumbreg, R. Angka, dan Soetomo. Baca
juga pahlawan nasional dari Jawa, pahlawan nasional dari Madura, pahlawan
nasional dari Jawa Tengah, dan biodata pahlawan kemerdekaan dari berbagai
daerah di Indonesia.

Nama organisasi Budi Utomo diusulkan oleh Soeradji dan semboyan


yang dikumandangkan ialah Indie Vooruit (Hindia Maju) dan bukan Java
Vooruit (Jawa Maju). Budi Utomo terdiri atas kata budi yang berarti perangai
atau tabiat dan utomo yang berarti baik atau luhur. Jadi perkumpulan Budi
Utomo dapat dimaknasi sebagai perkumpulan yang akan mencapai sesuatu
berdasarkan keluhuran budi dan kebaikan perangai atau tabiat.

Tujuan Budi Utomo yakni memperoleh kemajuan yang harmonis bagi


nusa dan bangsa Jawa dan Madura. Pada awalnya Budi Utomo hanya
mengendaki perbaikan sosial yang meliputi Jawa dan Madura, sehingga kata
kemerdekaan belum disebut. Beberapa usaha ditemph untuk mewujudkan
tujuan tersebut yakni memajukan pengajaran sesuai dengan yang dicita-
citakan oleh dr. Wahidin, peternakan, pertanian, perdagangan, teknik,
industri, dan menghidupkan kembali kebudayaan.

2. Sarekat Islam (SI)

Kita kerap mendengar seruan untuk menjauhkan Islam dari gerakan


politik. “Jangan gunakan Islam sebagai alat politik, begitu kira-kira seruan
mereka. Mereka menginginkan Islam diisolasi di ruang “netral”. Sebetulnya
ruang netral itu tidak ada. Sebab, hampir semua ruang kehidupan manusia itu
terkait dengan politik. Mana bisa Islam terpisah dari persoalan kehidupan?
Mana bisa Islam tutup mata dengan penderitaan umatnya? Dan memang, jika
kita menengok ke masa silam, Islam tidak berjarak dengan politik. Itu terjadi
pada permulaan abad 20, bersamaan dengan kebangkitan perlawan rakyat
Indonesia menentang kolonialisme, muncul gerakan politik Islam atau Islam
Politik.

Di awal abad ke-20, ada organisasi sosial-politik yang sangat


mencolok. Namanya: Sarekat Islam. Ini organisasi massa terbesar di
11

zamannya. Tjokroaminoto, pimpinan SI yang kerap disebut “Raja Jawa” itu,


mengklaim jumlah anggotanya mencapai 2 juta orang. Sumber resmi
mengatakan, SI lahir dari perkumpulan kaum pribumi yang mengamankan
Laweyan, daerah hunian saudagar batik di Solo. Pendirinya bernama Haji
Samanhudi. Awalnya, organisasi itu bermuasal dari organisasi ronda bernama
“Rekso Roemekso”. Pendapat ini diperkuat oleh Takashi Shiraishi dalam
bukunya, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat Di Jawa (1912-1926).

Namun, versi lain yang lebih akurat menyatakan, SI berasal dari


organisasi yang sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islamiyah (SDI).
Pendirinya adalah seorang bekas murid STOVIA yang terbakar api
nasionalisme Tiongkok, Tirto Adhi Soerjo, pada tahun 1909. Pendapat ini
diusung oleh Pramoedya Ananata Toer dalam tetralogi bagian ketiganya,
Jejak Langkah. Namun, pada tahun 1913, sebagai upaya menjegal
perkembangan SDI, penguasa kolonial membuang Tirto ke Ambon.
Kepengurusan SI pun berpindah ke Haji Samanhudi dan kegiatannya berpusat
di Solo.

Pendapat Pram itu hampir sejalan dengan pendapat Bung Hatta saat
menyampaikan ceramah berjudul “Dari Budi Utomo menuju Sarekat Islam”
di gedung Kebangkitan Nasional tanggal 22 Mei 1974. Menurut Bung Hatta,
pendiri SDI adalah Tirto di Batavia tahun 1909. Tirto kemudian melakukan
tur keliling jawa, termasuk Solo. Dengan demikian, SDI Solo yang diketuai
Haji Samanhudi adalah cabang SDI-nya Tirto Adhisuryo. SDI di bawah Haji
Samanhudi terus berkembang. Sayang, Haji Samanhudi tidak bisa
mengendalikan organisasi yang terus berkembang. Ia juga tak kuasa melawan
tekanan penguasa kolonial. Akhirnya, pada tahun 1912, kepemimpinan SI
diserahkan kepada Tjokroaminoto, seorang teknisi di pabrik gula Rogojampi.
Pusat kegiatan SI pun dipindahkan ke Surabaya. Namanya pun berubah
menjadi Sarekat Islam (SI).

3. Perhimpunan Indonesia

Selain rakyat yang ada di daerah kita, jiwa nasionalisme juga timbul
dari luar negeri. Para mahasiswa yang sedang belajar di Belanda, pada tahun
1908, membentuk Indische Vereeniging. Pada mulanya, mereka membentuk
ini atas dasar sosial. Namun, seiring berjalannya waktu, namanya berubah
menjadi Indonesia Vereeniging pada tahun 1922. Mereka pun semakin
12

melebarkan sayapnya dan memasuki dunia politik. Gagasan-gagasannya


disalurkan lewat majalah Hindia Putra. Sampai akhirnya, tiga tahun
kemudian, mereka menjadi lebih radikal dan mengganti namanya menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI). Mereka pun secara tegas memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan penjajah yang cenderung menindas dan intervensi politik di
lingkungan istana kerajaan, telah menempatkan penguasa lokal menjadi bawahan
Belanda. Rakyat menjadi rendah diri. Penjajahan orang Eropa di Indonesia telah
mengenalkan birokrasi pemerintahan. Rakyat hidup semakin menderita bahkan
timbul kemiskinan akibat dari kebijakan monopoli, tanam paksa, beban pajak dan
kerja rodi. Penguasa lokal menjadi bawahan kolonial sehingga banyak yang tidak
memperhatikan rakyatnya.
Mulai diperkenalkan sistem ekonomi uang, untuk menggantikan sistem
perekonomian tradisional. Mulai dikenal tanaman-tanaman yang laku di pasar
dunia dan dibangunnya sarana prasarana pertanian dan perkebunan, sarana dan
prasarana transportasi kereta api. Pada masa penjajahan Belanda telah
diperkenalkan dan ditetapkan batas wilayah, termasuk wilayah Hindia Belanda
yang kemudian menjadi wilayah Negara Indonesia.
Kebijakan penjajah Belanda cenderung diskriminatif, sehingga terjadi
perbedaan kelas dalam masyarakat, ada kelas atau golongan pertama orang kulit
putih, golongan kedua orang timur asing, golongan ketiga orang Indonesia (kulit
sawo matang). Dalam mengendalikan rakyat dan mendapatkan keuntungan.
Penguasa Belanda memanfaatkan kultur feodal yang sudah ada.
Pada masa Raffles, ilmu pengetahuan, sejarah dan budaya terutama Jawa
mendapat perhatian khusus. Setelah diterapkan Politik Etis pendidikan di tanah
Hindia Belanda berkembang, termasuk kaum bumiputera mendapat kesempatan
bersekolah. Berkembangnya pendidikan yang diikuti kaum bumiputera telah
melahirkan kaum terpelajar yang kemudian mendorong gerakan nasionalisme di
Indonesia yang kemudian ikut mendorong lahirnya Sumpah Pemuda.
13

B. Saran
Mempelajari sejarah perkembangan kolonialisme dan imperialisme di
Indonesia akan memberikan penyadaran dan memberikan pelajaran dan sekaligus
peringatan.
14

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dkk. 1978. Manusia dalam Kemelut Sejarah. Jakarta: LP3ES.

Adam, Ahmat. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan.
Jakarta: Hasta Mitra.

Bachtiar, Harsya W., Peter B.R. Carey, Onghokham. 2009. Raden Saleh: Anak
Belanda, Mooi Indie dan Nasionalisme. Jakarta: Komunitas Bambu.

Bernard H. M, Vlekke. 1944. Nusantara: a History of the East Indian Archipelago.


Massachusetts: Harvard University Press.

Boomgaard, Peter dan Janneke van Dijk. 2001. Het Indie Boek. Zwolle: Waanders
Drukkers.

Elson, R. E.. 2009. The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta.

Margana, Sri dan Widya Fitrianingsih (ed.). 2010. Sejarah Indonesia: Perspektif
Lokal dan Global. Yogyakarta: Ombak.

Nasution (1995). Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai