Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

HUKUM BISNIS

Dosen Pengampu : Lenny Prasasti Utami,S.E,M.H

KELOMPOK 7

Disusun Oleh :

1. Iqbal Wahyudin (1951010372)


2. Irvan Haryadi (1951010373)
3. Julia Anggraini (1951010379)
4. Kharasia Fatra Pertiwi (1951010383)
5. M. Rismawan A (1951010396)
6. Mega Sri Novi H (1751010224)

1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

EKONOMI SYARIAH
2019/2020

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya
di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas Mata kuliah Hukum Bisnis,dengan materi “HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL”.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen kami Ibu Lenny Prasasti Utami,S.E,M.H
yang telah banyak membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada mahasiswa, walaupun
makalah ini memiliki banyak kekurangan, kami mohon kritik dan sarannya. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandar Lampung, Maret 2020

2
Penyusun

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL...............................................................5
2.1.1 Dasar Filosofis Perlindungan Hak Eksklusif Pemegang HKI..................................................6
2.2 PENGERTIAN MEREK.............................................................................................................7
2.2.1 JENIS MEREK........................................................................................................................9
2.2.2 PERSYARATAN MEREK....................................................................................................11
2.2.3 FUNGSI MEREK..................................................................................................................12
2.2.4 PENDAFTARAN MEREK DAN PROSEDUR PENDAFTARAN MEREK........................13
2.3 HAK CIPTA ATAS SUATU CIPTAAN YANG TERDIRI ATAS BEBERAPA BAGIAN.....17
2.3.1 KEDUDUKAN HAK CIPTA................................................................................................18
2.3.2 RUANG LINGKUP HAK CIPTA.........................................................................................18
2.4 HAK PATEN.................................................................................................................................22
2.4.1 PATEN SEBAGAI BAGIAN HAK KEKAYAAN PENINDUSTRIAN...............................24
2.4 DASAR HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL.............................................................27

3
BAB III......................................................................................................................................................29
PENUTUP.................................................................................................................................................29
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................29
3.2 SARAN.....................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap Manusia memiliki ide-ide dan kreatifitas nya yang tercipta dari seseorang atau
sekelompok orang sebagai bentuk dari kemampuan intelektual manusia yang berguna dan
memberi dampak baik dari berbagai aspek perlu di akui dan perlu dilindungi, agar ide-ide
cemerlang dan kratif yang telah diciptakan tidak diklaim atau di bajak oleh pihak lain. Untuk itu
diperlukan wadah yang dapat membantu dan menaungi ide-ide cemerlang dan kreatif tersebut.
Untuk Tingkat internasional 0rganisasi yang mewadahi bidang H.K.I (Hak Kekayaan Intelektual)
adalah WIPO ( World Intellectual Property Organization).

Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi karya cipta adalah Undang-undang


nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan telah melalui beberapa perubahan dan telah
diundangkan Undang-Undang yang terbaru yaitu Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang
Hak Cipta yang mulai berlaku 12 (dua belas) bulan sejak diundangkan. Tidak hanya karya cipta,
invensi di bidang teknologi ( hak paten ) dan kreasi tentang penggabungan antara unsure
bentuk,warna, garis( desain produk industry ) serta tanda yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan jasa ( merek ) juga perlu diakui dan dilindungi dibawah perlindungan hukum .
Dengan kata lain Hak atas kekayaan Intelektual ( HaKI) perlu didokumentasikan agar
kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau
dicegah.

1.2 RUMUSAN MASALAH

4
1. Apa yang dimaksud dengan HKI, Merek,Hak Cipta dan Hak Paten?
2. Apa dasar filosofis dan dasar hukum HKI?
3. Apa saja fungsi Merek,Hak Cipta,dan Hak Paten?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian HKI,Merek,Hak Cipta dan Hak Paten


2. Untuk mengetahui dasar filosofis dan dasar hukum HKI
3. Untuk mengetahui fungsi Merek,Hak Cipta, dan Hak Paten

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


Prof. Mahadi ketika menulis buku tentang Hak Milik Immateril mengatakan, tidak
diperoleh keterangan yang jelas tentang asal usul kata “Hak milik intelektual”. Kata “Intelektual”
yang digunakan dalam kalimat tersebut, tak diketahui ujung pangkal nya. Asal usul kata
“Intelectual” (intelektual) yang ditempelkan pada kata property rigbts ( hak kekayaan ).1

Hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan,hak atas sesuatu benda yang bersumber
dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil
kerja nya itu berupa benda imateril. Benda tidak berwujud. 2

Hak atas kekayaan intelektual juga dapat diartikan hak eksklusif yang diberikan suatu
hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Menurut
UU yang telah di sahkan oleh DPR RI pada tanggal 21 Maret 1997, HKI adalah hak hak secara
hokum yang berhubungan dengan permasalahan hasil penemuan dan kreatifitas seseorang atau
beberapa orang yang berhubungan dengan perlindungan permasalahan reputasi dalam bidang
komersial (commercial reputation) dan tindakan atau jasa dalam bidang komersial ( goodwill)

Dengan begitu obyek utama dari HKI adalah karya,ciptaan,hasil buah pikiran, atau
intelektualita manusia . kata “intelektual” tercermin bahwa objek kekayaan intelektual tersebut
adalah kecerdasan, daya pikir,atau produk pemikiran manusia ( the creations of the human Mind)
1
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.9
2
Ibid

5
(WIO, 1988 : 3). Setiap manusia memiliki hak untuk melindungi atas karya hasil cipta, rasa dan
karsa setiap individu maupun kelompok.

Dengan begitu, kita perlu memahami HAKI untuk menimbulkan kesadaran akan
pentingnya daya kreasi dan inovasi intelektual sebagai kemampuan yang perlu diraih oleh setiap
manusia, siapa saja yang ingin maju sebagai factor pembentuk kemampuan daya saing dalam
penciptaan inovasi inovasi yang kreatif.

Pada prinsipnya HKI dibagi menjadi dua kelompok yaitu ;

1. Hak Cipta
2. Hak Kekayaan Industri ( Paten,Merek,Varietas Tanaman

2.1.1 Dasar Filosofis Perlindungan Hak Eksklusif Pemegang HKI

Landasan filosofis HKI dimulai sejak dikemukakan nya ide penghargaan bagi pencita
atau penemu atas kreasi intelektual mereka yang berguna bagi masyarakat. Dalam Politik
Aristotle pada masa abad ke empat sebelum masehi. Dalam berbagai diskusi nya Aristotle kerap
sekali mengritik secara tajam pendapat hippodamus dari Miletus, yang mengajukan proposal
system penghargaan (reward system).3

Selanjutnya sebagai mana diterangkan oleh Prof. Mahadi barang yang dimaksud oleh
pasal 499 KUH perdata tersebut adalah benda meteril sedangkan hak adalah benda imateril.
Uraian ininsejalan dengan klasifikasi benda menurut pasal 503 KUH perdata, yaitu pengolongan
benda kedalam kelompok benda berwujud (bertubuh) dan benda tidak berwujud (tidak
bertubuh).4

Benda imateril atau benda tidak berwujud yang berupa hak itu dapat kita contohkan
seperti hak tagih, hak atas bunga uang, hak sewa, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak atas
benda berupa jaminan, hak atas kekeyaan intelektual dan lain sebagainnya. Hak milik immaterial
termasuk kedalam hak-hak yang disebut pasal 499 KUH perdata. Oleh karena itu hak milik
immaterial itu sendiri dapat menjadi objek dari suatu hak benda. Selanjutnya, dikatakannya pula
bahwa hak benda adalah hak absolute atas sesuatu benda berwujud, tetapi ada hak absolute yang
objek nya bukan benda berwujud. Itu yang disebut dengan nama hak atas kekeyaan intelektual.

Pengelompokan hak atas kekayaan intelektual dapat dikategorikan dalam kelompok


sebagai berikut:
3
Rahmi Jened,Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan,(Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2013),hlm. 148
4
OK Saidin,loc.Cit

6
1. Hak Cipta (copy rights)
2. Hak Milik Perindustrian (industrial property rights) hak cipta sebenarnya dapat
diklasifikasikan kedalam dua bagian, yaitu:
- Hak cipta dan
- Hak yang berkaitan (bersempadan) dengan hak cipta (neighbouring rights).

Hak yang berkaitan atau berhubungan dengan hak cipta seperti yang termasuk dalam
BAB VA UU No 12 tahun 1997 atau hak terkait seperti yang tercantum dalam BAB VII UU No
19 tahun 2002.

2.2 PENGERTIAN MEREK

Dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Merek 2001 diberikan suatu definisi tentang
merek yaitu; tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,angka-angka,susunan warna,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa. 5

 Menurut H.M.N Purwo Sutjipto,S.H., memberikan rumusan bahwa, “Merek adalah suatu
tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan
benda lain yang sejenis”.
 Menurut Prof. R. Soekardono, S.H., memberikan rumusan bahwa,”Merek adalah sebuah
tanda dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, diaman perlu juga dipribadikan
asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan dengan barang-
barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan
perusahaan lain.6
 Menurut Drs. Iur Soeryatin, mengemukkan rumusan dengan meninjau merek dari aspek
fungsinya, yaitu : “Suatu Merek dipergunakan untuk membedakan barang yang
bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh karena itu, barang yang bersangkutan
dengan diberi merek tadi mempunyai; tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya.”
 Menurut Harsono Adisumarto,S.H.,MPA, merumuskan bahwa “Merek adalah tanda
pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada
pemilikan ternak dengan member tanda cap pada punggung sapi yang kemudian
dilepaskan ditempat pengembalaan bersama yang luas. Cap seperti itu memang
merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang bersangkutan adalah
5
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.343
6
Ibid.

7
milik orang tertentu. Biasanya, untuk membedakan tanda atau merek digunakan inisial
dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Merek adalah suatu tanda (sign) untuk membedakan barang-
barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan seseorang atau kelompok
orang atau badan hukum dengan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang
lain,yang memiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.7

Setiap orang atau organisasi perusahaan yang ada, akan sangat perduli akan pentingnya
sebuah nama dan symbol yang digunakan dalam menjalankan bisnis dan pemasaran barang dan
jasa. Simbol-simbol ini akan membantu untuk menunjukkan asal barang dan jasa, serta
perusahaan komersial yang bergerak dalam bidang dan menyediakan barang atau jasa. Dalam
pangsa pasar, nama-nama dan symbol-simbol tersebutdikenali sebagai merek (trademark), nama
usaha (business name), dan nama perusahaan (company name). perbedaan ketiganya kadang-
kadang membuat bingung, baik bagi pengusaha itu sendiri maupun masyarakat.8

Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada dasarnya ialah tanda
untuk mengidentifikasikan asal barang dan jasa dari suatu perusahaan dengan barang atau jasa
perusahaan lain. Merek merupakan ujung tombak perdagangan barang dan jasa. Melalui merek,
pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan akan kualitas barang atau jasa yang
dihasilkan dan mecegah tindakan persaingan yang tidak jujur dari pengusaha lain yang beritikad
buruk yang bermaksud membonceng reputasinya. Merek sebagai sarana pemasaran dan
periklanan memberikan suatu tingkat informasi tertentu kepada konsumen mengenai barang atau
jasa .9

Secara tradisional merek bertujuan untuk memungkinkan konsumen membedakan satu


produsen dari produsen lainnya, memungkinkan konsumen mampu membuat pilihan pembelian
berdasarkan pengalaman sebelumnya. Disamping itu, merek menyediakan insentif bagi
perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa yang berkualitas dan juga untuk melindungi
investasi perusahaan dalam rangka membangun reputasi. 10

7
Ibid.hlm. 345
8
Rahmi Jenend,Hukum Merek Trademark Law,(Jakarta:Kencana Prenadamedia Group, 2017),Cet, 2, hlm.3
9
Ibid
10
Ibid.hlm.312

8
Produk yang memakai merek dapat memberikan keuntungan atau manfaat tidak hanya
bagi penjual tetapi juga pembeli, akan tetapi sebaliknya penggunaan merek yang salah juga dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan yang memasarkan produk tersebut. Merek memegang
peranan yang sangat penting bagi perkembangan bisnis. Sebab merek selalu menjadi perhatian
konsumen ketika mereka ingin membeli suatu produk atau jasa. Ketika konsumen percaya pada
suatu Merek atau Brand, maka mereka akan selalu ingat produk mana yang paling berkualitas
dan mana yang tidak berkualitas hanya dari pengalaman mereka. Itulah mengapa Merek menjadi
begitu penting untuk dijaga Peranan merek menjadi lebih penting di era global, terutama dalam
menjaga Persaingan Sehat. Merek sebenarnya tidak murni kreasi Intelektual merek pada
dasarnya lebih melindungi aktivitas bisnis daripada sekedar perlindungan asset suatu
perusahaan.11

2.2.1 JENIS MEREK

Undang-undang merek Tahun 2001 mengatur tentang jenis jenis merek, yaitu
sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 butir 2 dan 3 UU Merek Tahun 2001 yaitu merek dagang
dan merek jasa.12

Khusus untuk merek kolektif sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai jenis merek yang
baru oleh karena merek kolektif ini sebenarnya juga terdiri dari merek dagang dan jasa. Hanya
saja merek kolektif ini pemakaiannya digunakan secara kolektif. Mengenai pengertian merek
dagang Pasal 1 butir 2 merumuskan sebagai berikut; Merek dagang adalah merek yang
digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
Sedangkan Merek jasa menurut Pasal 1 butir 3 diartikan sebagai merek yang digunakan pada jasa
yng diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. Pengklasifikasian merek semacam ini
diambil alih dari Konvensi Paris yan dimuat dalam Pasal 6 sexies.13

Di samping jenis merek sebagaiman ditentukan diatas ada juga pengklasifikasian lain
yang didasarkan kepada bentuk atau wujudnya.

Bentuk atau wujud merek itu menurut Suryatin dimaksudkan untuk membedakannya dari
barang sejenis milik orang lain. Oleh karena adanya pembeda itu , maka terdapat beberapa jenis
merek yakni:14

11
Rahmi Jened,Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan,(Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2013),hlm. 206
12
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.346
13
Ibid
14
Ibid

9
1. Merek lukisan (beel mark)
2. Merek kata (word mark)
3. Merek bentuk (form mark)
4. Merek bunyi-bunyian (klank mark)
5. Merek judul (tittle mark)

Beliau berpendapat bahwa jenis merek yang paling baik untuk Indonesia adalah merek
lukisan. Adapun jenis merek lainnya, terutama Merek kata dan merek judul kurang tepat untuk
Indonesia, mengingat habwa abjab Indonesia tidak mengenal beberapa huruf ph,sh. Dalam hal
ini merek kata dapat juga menyesatkan masyarakat banyak umpamanya : “Sphinx” dapat ditulis
secara fonetis (menurut pendengaran), menjadi “Sfinks” atau “svinks.”15

Selanjutnya R.M Suryodiningrat mengklasifikasikan Merek dalam tiga jenis yaitu :

1. Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja.


Misalnya: Good Year,Dunlop,sebagai merek untuk ban mobil dan ban sepeda.
2. Merek Lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja yang tidak pernah,setidak
tidaknya jarang sekali dipergunakan.
3. Merek kombinasi kata dan lukisan, banyak sekali dipergunakan
Misalnya: Rokok putih merek “Escort” yang terdiri dari lukisan iring-iringan Kapal laut
dengan tulisan dibawahnya “Escort”;
The wangi merek “Pendawa” yang terdiri dari lukisan wayang kulit pendawa dengan
perkataan dibawahnya “Pendawa Lima”.16

Lebih lanjut Prof. R. Soekardono,S.H., mengemukakan pendapatnya bahwa, tentang


bentuk atau wujud dari merek itu undang-undang tidak memerintahkan apa-apa, melainkan harus
berdaya pembeda, yang diwujudkan dengan :

a. Cara yang oleh siapapun mudah dilihat (beel mark)


b. Merek dengan perkataan (word mark)
c. Kombinasi dari merek atas pengelihatan dan merek perkataan.17

Disamping itu saat ini dikenal pula merek dalam bentuk tiga dimensi (three dimensional
trademark) seperti memrek pada produk minuman Coca-Cola dan Kentucky Fried Chiken. Di
Australia dan Inggris, definisi merek telah nerkembang luas dengan mengikutseratakan bentuk
dan aspek tampilan produk didalamnya. Di Inggris, Perusahaan Coca-Cola telah mendaftarkan
15
Ibid
16
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.347
17
Ibid

10
bentuk botol merek sebagai suatu merek. Perkembangan ini makin mengindikasikan kesulitan
membedakan perlindungan merek dengan perlindungan Desain produk. Selain itu, kesulitan juga
muncul karena selama ini terdapat perbedaan antara merek dengan barang-barang yang ditempeli
merek tersebut.

Menurut acuan selama ini,gambaran produk yang direpresentasikan oleh bentuk,ukuran


dan warna tidaklah dapat dikategorikan sebagai merek. Misalnya, ‘rumah biru kecil’ tidak dapat
di daftarkan sebagai merek karena menggambarkan bentuk rumah. Kemungkinan unttuk
medaftarkan merek dengan memmpertimbangkan bentuk barang telah menjadi bahan
pemikiran.18

2.2.2 PERSYARATAN MEREK

Adapun syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap orang ataupun badan
hukum yang ingin memakai suatu merek, agar merek itu dapat diterima dan dipakai sebagai
merek atau cap dagang,syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah bahwa merek itu harus
mempunyai daya pembeda yang cukup. Dengan lain perkataan, tanda yang di pakai ini haruslah
sedemikian rupa, sehingga mempunyai cukup kekuatan untuk membedakan barang hasil
produksi sesuatu perusahaan atau barang perniagaan (perdagangan) atau jasa dari produksi
seseorang dengan barang-barang atau jasa yang diproduksi oleh orang lain. Karena adanya
merek itu barang-barang atau jasa yang diproduksi menjadi dapat dibedakan.

Ketentuan Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001 mengatur lebih lanjut, apa saja
yang tidak dapat dijadikan suatu merek atau yang tidak dapat didaftarkan sebagai suatu merek.

Menurut Pasal 5 UUM Tahun 2001 merek tidak dapat didaftarkan apabila mengandung
salah satu unsur dibawah ini :

a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,moralitas agama,


kesusilaan,atau ketertiban umum;
b. Tidak memiliki daya pembeda;
c. Telah menjadi milik umum; atau
d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan
pendaftaran.

Selanjutnya, Pasal 6 UU Merek 2001 memuat juga ketentuan mengenai penolakan


pendaftaran merek, yaitu :

18
Ibid.hlm.348

11
(1) Permohon harus ditolak oleh Direktorat Jendral apabila merek tersebut :

a. Mempunyai persamaan pada pokok atau keseluruhannya dengan merek milik piak
lain yang sudah terdaftar lebih dulu untuk barang atau jasa yang sejenis;
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang atau jasa sejenis;
c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-
geografis yang sudah dikenali.

(2) Ketentuan sebagimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula diberlakukan
terhadap barang atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu
yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(3) Permohon juga harus ditolak oleh direktorat Jendral apabila merek tersebut ;

a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum
yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
b. Merupakan tiruan atau menyerupai nama orang atau sigkatan nama,
bendera,lambang atau symbol atau emblem Negara atau lembaga nasional
maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang
berwenang;
c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau setempel resmi yang
digunakan oleh Negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis
dari pihak yang berwenang.

Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau


keseluruhan dengan merek terkenal atau barang atau jasa yang sejenis dilakukan
dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut
dibidang usaha yang bersangkutan. Tentang terkenalnya suatu merek perlu diukur
berdasarkan reputasi merek tersebut yang diperoleh karena promosi gencar dan
besar-besaran.19

2.2.3 FUNGSI MEREK

Menurut P.D.D. Dermawan, fungsi merek ada tiga yaitu;

19
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.355

12
1. Fungsi Indikator Sumber, artinya merek berfungsi untuk menunjukkan bahwa suatu
produk bersumber secara sah pada suatu unit usaha dan kerenanya juga berfungsi untuk
memberikan indikasi bahwa produk itu dibuat secara professional;
2. Fungsi Indikator kualitas, artinya merek berfungsi sebagai jaminan kualitas khususnya
dalam kaitan dengan produk-produk bergengsi;
3. Fungsi sugestif, artinya merek memberikan kesan akan menjadi kolektor produk
tersebut.20

Tiga fungsi merek tersebut, menyebabkan perlindungan hukum terhadap merek menjadi
begitu sangat bermakna. Sesuai dengan fungsi merek, sebagai tanda pembeda, maka seyogiannya
antara merek yang dimiliki oleh seseorang tak boleh sama dengan merek yang dimiliki oleh
orang lain. Persamaan itu tidak saja sama secara keseluruuhan, tetapi memiliki persamaan secara
prinsip.21

2.2.4 PENDAFTARAN MEREK DAN PROSEDUR PENDAFTARAN MEREK

Ada dua system yang dianut dalam pendaftaran merek yaitu system deklaratif dan system
konstitutif (atributif). Undang-undang Merek tahun 2001 dalam system pendaftarannya
menganut system konstitutif, sama dengan UU sebelumnya yakni UU No.19 Tahun 1997. Ini
adalah perubahan yang mendasar dalam UU Merek Indonesia, yang semula menganut system
deklaratif (UU No. 21 Tahun 1961).22

System pendaftaran deklaratif adalah suatu system dimana yang memperoleh


perlindungan hukum adalah pemakai pertama dari merek yang bersangkutan. System
pendaftaran deklaratif ini dianut dalam undang undang no 21 tahun 1961. Dengan perkataan lai,
bukan pendaftaran yang menciptakan suatu hak atas merek, tetapi sebaliknya pemakai pertama di
Indonesialah yang menciptakan atau menimbulkan hak iu. Pendaftaran mrek dengan system
deklaratif ini mengandung ketidakpastian hukum, sebab pendaftaran suatu merek sewaktu-waktu
dapat dibatalkan apabila ada pihak lain yang dapat membuktikan sebagai pihak pertama dari
merek yang telah didaftarkan. Oleh karena itulah, pendaftaran dengan system deklaratif telah
tidak digunakan lagi di Indonesia sejak berlakunya UU No.19 Tahun 1992 tentang Merek.

Sedangkan system konstitutif, pendaftar harus merupakan keharusan agar dapat


memperoleh hak atas merek. Tanpa pendaftaran Negara tidak akan memberikan hak atas merek
kepada pemilik merek. Hal ini berarti tanpa mendaftarkan merek, seseorang tidak akan diberikan
perlindungan hukum oleh Negara apabila mereknya ditiru oleh orang lain. Pendaftaran merek
yang digunakan di Indonesia sejak UU No. 19 Tahun 1992 adalah system Konstitutif.

20
Ibid.hlm.359
21
Ibid
22
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.362

13
Tentang tata cara pendaftaran merek di Indonesia menurut UU Merek Tahun 2001 diataur
dalam pasal 7 yang menentukan bahwa 23:

(1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada direktorat
jendral dengan mencantumkan:
a. Tanggal,bulan dan tahun
b. Nama lengkap,kewarganegaraan, dan alamat pemohon
c. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila pemohonan diajukan melalui kuasa;
d. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftranya menggunakan unsur-
unsur warna;
e. Nama Negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal
permohonan diajukan dengan hak prioritas.

(2) Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya


(3) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu orang atau
beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.
(4) Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya
(5) Dalam hal pemohonan diajukan oleh lebih dari stau pemohon yang secara bersama-
sama berhak atas merek tersebut, semua nama pemohon dicantumkan dengan
memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
(6) Dalam hal pemohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)permohonan tersebut
ditanda tangani oleh salah satu dari pemohon yang berhak atas merek tersebut dengan
melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon yang mewakilkan
(7) Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diajukan melalui kuasanya,
surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas merek
tersebut
(8) Kuasa sebagaimana diamksud pada ayat (7) adalah Konsultan Hak Kekayaan
Intelektual
(9) Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai konsultan Hak
Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara
pengangkatannya diatur dengan keputusan presiden.

2.2.5 PERLINDUNGAN MEREK

Merek merupakan definisi hukum yang memberikan perlindungan dan upaya pemuihan
jika suatu tanda perdagangan digunakan oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk itu.
Merek sebagai HKI pada dasarnya adalah tanda untuk mengidentifikasi dan membedakan produk
23
Ibid.hlm.368

14
dari satu peruahaan dengan perusahaan lain.24 Adapun pasal yang mengatur tentang pemalsuan
Materai dan Merek diatur oleh Bab XI dengan pasal-pasal;

 Pasal 253

Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

1. barang siapa meniru atau memalsu meterai yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia,
atau jika diperlukan tanda-tangan untuk sahnya meterai itu, barang siapa meniru atau
memalsu tanda-tangan, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
memakai meterai itu sebagai meterai yang asli dan tidak dipalsu atau yang sah;

2. barang siapa dengan maksud yang sama, membikin meterai tersebut dengan menggunakan
cap yang asli secara melawan hukum.

 Pasal 254

Diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun:

1. barang siapa membubuhi barang-barang emas atau perak dengan merek Negara yang
dipalsukan, atau dengan tanda keahlian menurut undang-undang yang dipalsukan atau
memalsu merek atau tanda yang asli dengan maksud untuk memakai atau menyuruh
orang lain memakai seolah-olah merek atau tanda itu asli dan tidak dipalsu;
2. barang siapa dengan maksud yang sama membubuhi barang-barang tersebut dengan
merek atau tanda, dengan menggunakan cap yang asli secara melawan hukum;

3. barang siapa memberi, menambah atau memindah merek Negara yang asli atau tanda
keahlian menurut undang-undang yang asli pada barang emas atau perak yang lain
daripada yang semula dibubuhi merek atau tanda itu, dengan maksud untuk memakai
atau menyuruh orang lain memakai barang itu seolah-olah merek atau tanda dari semula
sudah dibubuhkan pada barang itu.25

 Pasal 255

Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun:

1. barang siapa membubuhi barang yang wajib ditera atau yang atas permintaan yang
berkepentingan diizinkan untuk ditera atau ditera lagi dengan tanda tera Indonesia yang
palsu, atau barang siapa memalsu tanda tera yang asli, dengan maksud untuk memakai
atau menyuruh orang lain memakai barang itu seolah-olah tanda teranya asli dan tidak
dipalsu;

24
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.368
25
KUHAP dan KUHP(Jakarta:SinarGrafika,2009),hlm.86

15
2. barang siapa dengan maksud yang sama membubuhi merek pada barang tersebut dengan
menggunakan cap yang asli secara melawan hukum;

3. barang siapa memberi, menambah atau memindahkan tera Indonesia yang asli kepada
barang yang lain daripada yang semula dibubuhi tanda itu, dengan maksud untuk memakai
atau menyuruh orang lain memakai barang itu seolah-olah tanda tersebut dari semula
diadakan pada barang itu.26

 Pasal 256

Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun:

1. barang siapa membubuhi merek lain daripada yang tersebut dalam pasal 254 dan 255, yang
menurut ketentuan undang-undang harus atau boleh dibubuhi pada barang atau
bungkusnya secara palsu pada barang atau bungkus tersebut, dengan maksud untuk
memakai atau menyuruh orang lain memakai barang itu seolah-olah mereknya asli dan
tidak dipalsu;

2. barang siapa yang dengan maksud yang sama membubuhi merek pada barang atau
bungkusnya dengan memakai cap yang asli secara melawan hukum;

3. barang siapa memakai merek yang asli untuk barang atau bungkusnya, padahal merek itu
bukan untuk barang atau bungkusnya itu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh
orang lain memakai barang itu seolah-olah merek tersebut ditentukan untuk barang itu.

Merek terdaftar mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan dapat diperpanjang dengan jangka waktu
yang sama.Hak merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena pawarisan, hibah, wasiat,
perjanjian atau seba-sebab lain yang dibenarkan oleh perundang-undangan. Penghapusan
pendaftaran merek dari daftar umum merek dapat dilakukan atas prakarsa direktorat jendral
berasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan atau pihak ketiga dalam bentuk
gugatankepada pengadilan niaga.

Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain secara tanpa hak
menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannyauntuk
barang atau jasa yang sejenis, berupa gugatan ganti rugi dan/atau penghentian semua perbuatan
26
Ibid

16
yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut. Sanksi yang dikenakan terhadap masalah
merek berupa pidana dan denda

2.3 HAK CIPTA ATAS SUATU CIPTAAN YANG TERDIRI ATAS BEBERAPA
BAGIAN

Pengertian hak cipta menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 :


Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi ijin untuk iti dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1 butir
1).27

Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemempuan pikiran, imajinasi,kecekatan,
keterampilan atau keahlian yang dituangkan kedalam bentuk yang khasndan bersifat pribadi
(Pasal 1 butir 2)28

Ciptaan adalah hasil sebuah karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra (pasal 1 butir 3)

Hak cipta memiliki lambang internasional

Jadi, Hak cipta adalah hak ekslusif pencipta atau pemegang Hak cipta untuk mengatur
penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Hak cipta juga memungkinkan
pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Hak cipta
berlaku pada berbagai jenis karya seni atau kaya cipta. Hak cipta merupakan salah satu jenis ha
kekayaan intelektual, tetapi hak cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual
lainnya (seperti hak paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi) karena hak

27
SentosaSembiring,HAK KEKAYAAN INTELEKTUALDALAM BERBAGAI PERATURAN PERUNDANG
UNDANG(Bandung:Yrama Widya,2002),hlm.31
28
Ibid

17
cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah
orang lain yang melakukannya.

Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hakcipta, atau pihak (Pasal1butir 4).
Dari ketentuan diatas terlihat,bahwa bagi seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan
dalam UUHC,mempunyai hak khusus,pencipta atau pemegang hak cipta mempunyai hak untuk:
a) Memperbanyak ciptaannya artinya pencipta atau pemegag hak cipta dapat menambah
ciptaannya dengan perbuatan yang sama, hampir sama atau menyerupai ciptaan ciptaan
tersebut dengan mempergunakan bahan bahan yang sama maupun tidak sama termasuk
mengalih wujudkan ciptaan (pasal 1 butir6).29

b) Mengumumkan Ciptaannya, artinya pencipta atau pemegang hak cipta dapat menyiarkan
dengan menggunaan alat apapun, sehingga ciptaan dapat didengar, dibaca, atau dilihat
oleh orang lain (pasal 1 butir 5 UUHC)
c) Memperbanyak Haknya, artinya hak cipta sebagai hak kebendaan,maka pencipta atau
pemegang hak cipta dapat menggugat pihak yang melanggar hak ciptanya (Pasal 49
UUHC)

2.3.1 KEDUDUKAN HAK CIPTA


Mengenai kedudukan hak cipta, sudah pula ditetapkan oleh UUHC,bahwa Hak cipta
dianggap sebagai benda bergerak (Pasal 3 ayat 1).Sebagai benda Bergerak, hak cipta
dapat beralih atau dialihkn baik seluruhnya maupun sebagian karena :
a)      Pewarisan
b)      Hibah
c)      Wasiat
d)     Dijadikan milik negara

29
Ibid

18
2.3.2 RUANG LINGKUP HAK CIPTA
Dalam Pasal 12 ayat 1 UUHC disebutkan, dalam undang undang ini ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra yang mencangkup30;
a) Buku, pamflet, dan semu hasil karya tulis lainnya.
b) Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.
c)  Pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari, pewayngn, pantomim dan karya siaran
antara lain untuk media radio, televisi dan film serta karya rekaman radio.
d) Ciptaan tari(koreografi), ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, dan karya
rekaman suara atau bunyi.
e) Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni patung, dan kaligrafi yang
perlindungnnya diatur dalam Pasal 10 ayat 2.
f) Seni batik
g) Arsitektur
h) Peta
i) Sinematografi
j) Fotografi
k) Program komputer atau komputer program
l) Terjemahan, tafsir, saduran, dan penyusunn bunga rampai.

Selain itu UUHC juga melindungi karya melindungi karya seseorang yang berupa
pengolahan lebih lanjut daripada ciptaan aslinya, sebab bentuk pengolahan ini dipandang
merupakan suatu ciptan baru dan tersendiri, yang sudah lain dri ciptaan aslinya.
Tidak ada hak cipta untuk karya sebagai berikut :
a) Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara
b) Peraturan perundang-undangan
c) Putusan pengadilan dan penetapan hakim
d) Pidato kenegaraan pidato pejabat pemerintah
e) Keputusan badan Arbitrase ( lembaga seperti pengadilan tetapi khususnya di dalam
bidang perdagangan)

30
SentosaSembiring,HAK KEKAYAAN INTELEKTUALDALAM BERBAGAI PERATURAN PERUNDANG
UNDANG(Bandung:Yrama Widya,2002),hlm.32

19
2.3.3 MASA BERLAKUNYA HAK CIPTA
Dalam mengatur jangka waktu berlakunya hak cipta, UUHC tidak menyaratkan
melainkan membeda-bedakan. Perbedaan itu dikelompokkan sebagai berikut :
 Kelompok I (Bersifat Orisinal)
Untuk karya cipta yang sifatnya asli atau orisinal, perlindungan hukumny berlaku selama
hidup pencipta dan terus berlanjut sampai dengn 50 tahun setelah pencipta meninggal. Mengenai
alasan penetpan jangka wktu berlakuny hak cipta orisinal yang demikian lama itu, undang-
undang tidak memberikan penjelasan.
Karya cipta ini meliputi :
a.       Buku, pamflet, dan semu hasil karya tulis lainnya.
b.      Ciptaan tari(koreografi).
c.       Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni patung.
d.      Seni batik.
e.       Ciptan lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
f.       Karya arsitektur.
 Kelompok II (Bersifat Derivatip)
Perlinndungan hukum atas karya cipta yang bersifat tiruan (derivatip)berlaku selama 50
tahun, yang meliputi hak cipta sebgai berikut:
a. Karya pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari, pewayangan, pantomim dan
karya siaran antara lain untuk media radio, televisi dan film serta karya rekaman radio.
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.
c. Peta.
d. Karya sinematografi.
e. Karya rekaman sura atau bunyi.
f.    Terjemahan dan tafsir.

 Kelompok III (pengaruh waktu)


Terhadap karya cipta yang aktulitasnya tidak begitu tahan, perlindungan hukumnya
berlaku selama 25 tahun,meliputi hak cipta atas ciptaan :
a. Karya fotografi.
b.   Program komputer atau komputer program.

20
c. Saduran dan penyusunan bunga rampai.

2.3.4 PENDAFTARAN HAK CIPTA

Ciptaan tidak kalah pentingnya dengan benda-benda lain seperti tanah, kendaraan
bermotor, kapal, merk yang memerlukan pendaftaran. Perlindungan suatu ciptaan timbul secara
otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Maksud dari pendaftaran itu
sendiri adalah hanya semata-mata mengejar kebenaran prosedur formal saja,tetapi juga
mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengukuhan hak cipta dan sebagai alat bukti awal di
pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut.. Pendaftaran hak
cipta yaitu di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia. Sifat pendaftaran ciptaan adalah bersifat kebolehan (fakultatip) artinya orang
boleh juga tidak mendaftarkan. Apabila tidak mendaftarkan, tidak ada sanksi hukumnya dengan
sifat demikian,memang UUHC memberikan kebebasan masyarakat untuk melakukan
pendaftaran.
Pasal 5 UUHC mengemukakan yang dianggap sebagai pencipta adalah :
a) Orang yang namanya terdaftar dalam daftar umum ciptaan pada Direktoral Jendral;

21
b) Orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu
ciptaan;31

Penyerahan Hak Cipta atas seluruh ciptaan ke pihak lain tidak mengurangi hak pencipta
atau ahli waris untuk menuntut seseorang yang tanpa persetujuannya :
a.       Meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptan itu.
b.      Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya.
c.       Mengganti/mengubah judul ciptaan.
d.      Mengubah isi ciptaan
Apabila dicermati secara seksama ketentuan diatas, tampaknya pembentuk undang-
undang mengharapkan agar hasil karya cipta seseorang didaftarkan untuk memudahkan
pembuktian apabila ada sengketa atau pelanggaran hak cipta 32

2.4 HAK PATEN


Paten adalah bagian dari hak kekayaan intelektual,yang dalam kerangka ini termasuk
dalam kategori hak kekayaan perindustrian (Industrial Property Right). Hak kekayaan intelektual
itu sendiri merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud (benda Immateril).
Pengertian benda secara juridis ialah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak. Sedangkan
yang dapat menjadi objek hak itu tidak hanya benda berwujud tetapi juga benda tidak
berwujud.33

Dalam Undang-Undang/Hukum Perdata Jerman (1900) digunakan istilah sache untuk


menyebutkan barang atau benda berwujud. Sedangkan Undang-Undang Perdata Austria (1811)
kata sache digunakan dalam arti yang sangat luas yaitu segala sesuatu yang bukan “personal” dan
dipergunakan oleh manusia. 34

Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya
atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan.Adapun invensi adalah ide
inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yan spesifik di bidang

31
SentosaSembiring,HAK KEKAYAAN INTELEKTUALDALAM BERBAGAI PERATURAN PERUNDANG
UNDANG(Bandung:Yrama Widya,2002),hlm.32
32
Ibid
33
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.223
34
Ibid

22
teknologi, dapat berupa produk atau proses  atau penyempurnaan dan pengembangan produk
atau proses.

Paten diberikan untuk invensi yang baru dan mengandung langkah insentif serta dapat
diterapkan dalam industri. Invensi dianggap baru jika pada tanggal penerimaan invensi tersebut
tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya.Invensi berupa produk atau alat
yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, kontruksi,
atau komponennya dapat memperoleh perlindungan hukun dalam bentuk paten sederhana.

Dipergunakan istilah zaak dalam KUH Perdata Indonesia, dan dipakai tidak hanya untuk
menyebutkan barang yang berwujud saja, (misalnya Pasal 580), tetapi juga dipergunakan untuk
benda tidak berwujud yang sering pula diterjemahkan menjadi hak. Pasal 511 KUH Perdata
menyebutkan beberapa benda tak berwujud yaitu: bunga uang, perutangan dan penagihan
sebagai benda bergerak.35

Menurut Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan: “Dalam sistem Hukum Perdata, KUH
Perdata menggunakan kata zaak dalam dua arti. Pertama dalam arti barang yang berwujud, kedua
dalam arti selain dari barang yang berwujud,yaitu beberapa hak tertentu sebagai barang yang tak
berwujud. Jadi, pengertian dalam KUH Perdata ini lebih luas daripada pengertian sache dalam
undang-undang perdata Jerman. Tetapi lebih sempit daripada zaak dalam undang-undang perdata
Austria. Sebab menurut KUH Perdata Austria tidak semua hak dimasukkan dalam pengertian
zaak. Hak-hak atas barang immaterial (rechten op immateriale goederen) tidak termasuk
zaak,misalnya hak octori (octroirecbt),hak cap dagang (merkentrecbt), hak atas karangan
(auteursrecbt)”.36

Dalam KUH Perdata Indonesia hak-hak yang disebutkan terakhir oleh Prof. Sri Soedewi
itu adalah zaak namun tidak ditempatkan pengaturannya dalam KUH Perdata Indonesia. Hak-hak
itu diatur di luar KUH Perdata sekalipun demikian rumusan benda menurut pasal 499 KUH
Perdata, yaitu “tiap-tiap hak dan tiap-tiap barang yang dapat menjadi objek hak milik”, sudah
cukup alasan untuk menenmpatkan bahwa HAKI ke dalam sistem hukum. Di negeri asal KUH
Perdata Indonesia yaitu Belanda dalam KUH perdatanya yang baru hak-hak tesebut ditempatkan
dalam satu buku pada bab hukum benda. 37

35
Ibid
36
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.224
37
Ibid

23
Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, paten diberikan
untuk jangka waktu selama 20 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka itu tidak
dapat diperpanjang. Sedangkan untuk paten sederhana diberikan jangka waktu 10 tahun,
terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut tidak dapat diperpanjang.Paten
diberikan berdasarkan permohonan dan setiap permohonan hanya dapat diajukan untuk satu
invensiatau beberapa invensi yang merupakan satu kesatuan invensi. Dengan demikian,
permohonan paten diajukan dengan membayar biaya kepada Direktorat Jendral Hak Paten
Departemen Kehakiman dan HAM. Namun, permohonan dapat diubah dari paten menjadi paten
sederhana.

Berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, paten dapat
dialihkan baik seliruh maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis dan
sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan dengan pencatatan oleh
derektorat jendral pengalihan paten.

2.4.1 PATEN SEBAGAI BAGIAN HAK KEKAYAAN PENINDUSTRIAN

Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan undang-undang diberikan kepada si


pendapat/si penemu (uitvinder) atau menurut hukum pihak yang berhak memperolehnya, atas
permintaan yang diajukan kepada pihak penguasa, bagi temuan baru di bidang teknologi,
perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara kerja baru, atau menemukan suatu perbaikan baru
dalam cara kerja untuk selama jangka waktu tertentu yang dapat diterapkan dalam bidang
industri.

Hak itu bersifat eksklusif, sebab hanya inventor yang hanya menghasilkan invensi yang
dapat diberikan hak, namun ia dapat melaksanakan sendiri atau memberi persetujuan kepada
pihak lain untuk melaksanakannya, misalnya melalui lisensi.38

Temuan baru, perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara kerja baru atau menemukan
suatu perbaikan baru cara kerja, yang kesemuanya disebut invensi harus mengandung langkah
inventif (inventive step), yaitu langkah pemikiran kreatif yang lebih maju dari hasil penemuan
sebelumnya.

38
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.227

24
Kelemahan inventor Indonesia itu terletak pada ketidakmampuannya untuk melakukan
langkah inventif terhadap invensi yang sudah ada sebelumnya. Di AS dan Jepang di kantor paten
setiap hari dipenuhi oleh tenaga-tenaga ahli peneliti untuk mempelajari formula paten yang
sudah ada dan mereka mencari langkah inventif untuk dapat dilindungi menjadi paten baru. Jadi
tidak mengherankan, jiks dalam satu tahun ratusan bahkan ribuan paten baru terdaftar di kantor
paten mereka. Gambaran ini penulis saksikan sendiri di Japan Patent Office di Tokyo dalam satu
kesempatan mengikuti Training tentang IPR yang diselenggarakan oleh JPO bekerja sama
dengan AOTS dan APEC pada bulan februari 2002.

Unsur teknologi dan industri mendapat tempat yang penting disini. Invensi itu haruslah
dalam bidang teknologi dan dapat diterapkan dalam aktivitas industry. Apakah itu industry
otomotif, industry tekstil atau industry pariwisata.

Paten dalam Undang-Undang Paten No. 14 Tahun 2001dirumuskan sebagai berikut:

1. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada inventor atas “hasil invensinya”
dibidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi nya
tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
2. Invensi adalah inventor yang dituangkan kedalam suatu kegiatan pemecahan masalah
yang spesifik dibidang teknologi dapat berupa produk atau proses atau penyempurnaan
dan pengembangan produk atau proses.39

. Yang dimaksudkan oleh pembuat UU adalah haknya, yaitu berupa ide yang lahir dalam
penemuan tersebut. Jadi bukan hasil dalam bentuk produk materi, bukan bendanya. Oleh karena
itu, jika yang dimaksudkan itu adalah ide nya. Maka pelaksanaan dari itu yang kemudian
membuahkan hasil dalam bentuk benda materil. Ide itu sendiri adalah benda immaterial yang
lahir dari proses intelektualitas manusia.40

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan bagi invensi dalam bidang
teknologi dan teknologi yang pada dasarnya adalah berupa ide (immateril) yang dapat diterapkan
dalam proses industri. Teknologi pada dasarnya lahir dari karsa intelektual, sebagai karya
intelektual manusia. Karena kelahirannya telah melibatkan tenaga, waktu dan biaya (berapapun
besarnya misalnya dalam kegiatan penelitian), maka teknologi memiliki nilai atau sesuatu yang
bernilai ekonomi, yang dapat menjadi objek harta kekayaan (property). Dalam ilmu hukum, yang
secara luas dianut oleh bangsa-bangsa lain, ha katas daya pikir intelektual dalam bidang
teknologi tersebut diakui sebagai hak kekayaan yang sifatnya tidak berwujud. Hak seperti inilah
yang dikenal sebagai hak “Paten”.41

39
Ibid.hlm,228
40
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.228
41
Ibid

25
2.4.2 PENDAFTARAN PATEN

Ada dua sistem pendaftaran paten yang dikenal dunia yaitu: sistem registrasi dan sistem ujian.

Menurut sistem registrasi setiap permohonan pendaftaran paten diberi paten oleh kantor paten
secara otomatis. Spesifikasi dari permohonan tersebut hanya memuat uraian dan monopoli yang
diminta dan tidak diberi penjelasan secara rinci. Karena nya batas-batas monopoli tidak dapat
diketahui sampai pada saat timbul sengketa yang dikemukakan di siding pengadilan yang untuk
pertama kali akan menetapkan luasnya monopoli yang diperbolehkan. Itu pula sebabnya paten-
paten yang terdaftar menurut sistem registrasi tanpa penyelidikan dan pemeriksaan lebih dulu
dianggap bernilai rendah atau paten-paten yang memiliki status lemah. Jumlah negara-negara
yang menganut sistem tersebut sedikit sekali, antara lain belgia, Afrika Selatan dan Perancis.42

Pada mulanya sistem pendaftaran paten yang banyak dipakai adalah sistem registrasi,
namun karena jumlah permohonan semakin bertambah, maka beberapa sistem registrasi lambat
laun berubah menjadi sistem ujian (examining system). Dengan pertimbangan bahwa paten
seharusnya lebih jelas menyatakan monopoli yang dituntut dan selayaknya sejauh mungkin
monopoli-monopoli yang tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak akan diberi paten. 43

2.4.3 .SYARAT PERMOHONAN PENDAFTARAN PATEN

Di Indonesia sendiri ketentuan tentang sistem pendaftaran paten semula merujuk pada
Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12 Agustus 1853 No. J.S. 5/41/4 (Berita Negara No.
53-69) tentang Permohonan Sementara Pendaftaran Paten.44

a. Permohonan pendaftaran paten harus disusun dalam bahsa Indonesia atau dalam Bahasa
si pemohon dengan disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Surat permohonan
harus ditandatangani oleh si pemohon. Syarat demikian harus dipenuhi pula apabila
permohonan diajukan oleh seseorang yang bertindak bagi dan atas nama pemohon selaku
kuasanya.
b. Surat permohonan harus disertai:
1. Sebuah uraian dari ciptaan baru (maksudnya temuan baru dan penulis) yang
dimintakan paten rangkap tiga;
2. Jika perlu sebuah gambar atau lebih dan setiap gambar harus dibuat rangka 2;
3. Surat kuasa, apabila permohonan diajukan oleh seoarang kuasa;
4. Surat pengangkatan seorang kuasa yang bertempat tinggal di Indonesia;
c. Biaya-biaya ditentukan45;

42
Ibid.hlm,239
43
Ibid
44
OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007),hlm.242
45
Ibid

26
Namun demikian setelah keluar UU No. 6 Tahun 1989, yang telah diperbaharui dengan UU No.
13 Tahun 1997 tentang Paten, ketentuan ini disempurnakan lagi melalui UU No. 14 Tahun 2001,
prosedur permohonan paten sudah disebut secara rinci dan menyamai prosedur permohonan
paten di negara-negara lain seluruh dunia.46

2.4 DASAR HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Dalam penetapan HaKI tentu berdasarkan hukum-hukum yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Dasar-dasar hukum tersebut antara lain adalah :

 Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World


Trade Organization (WTO)
 Undang-undang Nomor 10/1995 tentang Kepabeanan
 Undang-undang Nomor 12/1997 tentang Hak Cipta
 Undang-undang Nomor 14/1997 tentang Merek
 Undang-undang Nomor 13/1997 tentang Hak Paten
 Keputusan Presiden RI No. 15/1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the
Protection of   Industrial Property dan Convention Establishing the World Intellectual
Property Organization
 Keputusan Presiden RI No. 17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty
 Keputusan Presiden RI No. 18/1997 tentang Pengesahan Berne Convention for the
Protection of  Literary and Artistic Works
 Keputusan Presiden RI No. 19/1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty

46
Ibid

27
Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut maka Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
dapat dilaksanakan. Maka setiap individu/kelompok/organisasi yang memiliki hak atas
pemikiran-pemikiran kreatif mereka atas suatu karya atau produk dapat diperoleh dengan
mendaftarkannya ke pihak yang melaksanakan, dalam hal ini merupakan  tugas dari Direktorat
Jenderal Hak-hak Atas Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Perundang-undangan
Republik Indonesia.

2.5 TUJUAN DAN FUNGSI HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Hak Atas Kekayaan Intelektual memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Antisipasi kemungkinan melanggar HKI milik pihak lain.


2. Meningkatkan daya kompetisi dan pangsa pasar dalam komersialisasi kekayaan
intelektual.
3. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan strategi penelitian, usaha dan
industri di Indonesia.
4. Alat perlindungan menjamin hak komersialisasi.
5. Peringatan kepada pihak yang berniat melanggar.
6. Advertensi untuk meningkatkan value produk.
7. Alat monopoli perdagangan.
8. Informasi paten sebagai referensi pengembangan lebih lanjut.
9. Informasi paten merupakan informasi strategi riset suatu perusahaan.

Tujuan HAKI antara lain;

a) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta pelatihan dalam peraturan-peraturan,


hukum yang berlaku serta sanksi-sanksi dalam penerapan HAKI.
b) Agar para peserta pelatihan mengetahui prosedure penerapan HaKI dan masalah- masalah
yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan HAKI.
c) Agar para peserta termotivasi untuk menciptakan hal-hal baru di bidang produk industri
yang menyangkut desain, proses produksi serta pemakaian merek sendiri.

Tujuan Perlindungan dan penegakan Hukum HaKI :

a) Untuk mendorong timbulnya inovasi.


b) Untuk Pengalihan dan penyebaran teknologi yang diperoleh manfaat bersama antara
penghasil dan pengguna pengetahuan teknologi, dengan cara menciptakan kesejahteraan
sosial ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang dilindungin oleh undang-undang. Setiap orang
wajib menghormati hak kekayaan intelektual oranglain. Hak kekayaan intelektual tidak boleh
digunakan oleh oranglain tanpa izin pemiliknya, kecuali apabila ditentukan oleh undang-undang.
Dan dalam pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa hak kekayaan intelektual adalah bagian
penting suatu karya dalam ilmu pengetahuan, sastra maupun seni dengan menghargai hasil karya
pencipta yang kreatif dan inovasi agar dapat diterima dan tidak dijadikan untuk menjatuhkan
hasil karya seseorang serta berguna untuk perusahaan dan industri dalam melaksanakan kegiatan
perekonomian

29
3.2 SARAN

Saran kami sebagai penulis, berdasarkan peraturan-peraturan tersebut maka Hak atas
Kekayaan Intelektual dapat dilaksanakan dengan baik. Maka setiap
individu/kelompok/organisasi yang memiliki hak atas pemikiran-pemikiran kreatif mereka
atas suatu karya atau produk dapat diperoleh dengan mendaftarkannya ke pihak yang
melaksanakan,agar jika suatu saat terjadi hal hal tidak diinginkan seperti “hak nya diambil
oleh orang lain” tanpa persetujuan dari pihak yang bersangkutan dapat di kenakan sanksi dan
dipertanggung jawabkan sesuai UU yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Saidin,Ok.2007.Aspek Hukum Kekayaan Intelektual.Jakarta: PT Raja Gravindo Persada

Jeded,Rahmi.2013.Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan.Jakarta: Raja


Grafindo Persada

Sembiring,Sentosa.2002.HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BERBAGAI PERATURAN


PERUNDANG UNDANG.Bandung:Yrama Widya

Jeded,Rahmi.2017.Hukum Merek Trademark Law.Jakarta:Kencana Prenadamedia Group

30
31

Anda mungkin juga menyukai