Anda di halaman 1dari 7

UPEJ 8 (1) (2019)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Melatih Kreativitas dan Keterampilan


Berpikir Ilmiah Siswa
Unes Satuz Zahro , Ellianawati, Siti Wahyuni
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kreativitas dan keterampilan berpikir ilmiah
Diterima Januari 2019 siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini merupakan penelitian pre-
Disetujui Januari 2019 experimental jenis One-Shot Case Study. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
Dipublikasikan Maret sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode observasi dan angket.
2019 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket sikap kreatif, lembar penilaian
Keywords: kreativitas produk proyek, dan lembar penilaian keterampilan berpikir ilmiah. Analisis data
guided inquiry, creativity, dilakukan menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas
scientific thinking skills siswa termasuk kategori tinggi dan keterampilan berpikir ilmiah siswa termasuk kategori baik.

Abstract
This research aims to analyze the creativity and students' scientific thinking skills in guided inquiry
learning. This research is a pre-experimental research design type One-Shot Case Study. Sampling was done
by purposive sampling technique. Data collection methods used are observation and questionnaire methods.
The instruments used in this study were creative attitude questionnaires, project product creativity assessment
sheets, and scientific thinking skills assessment sheets. Data analysis was performed using a percentage
formula. The results show that students 'creativity included in the high category and students' scientific
thinking skills included in good category.

© 2019 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail : unessatuz@gmail.com
Unes Satuz Zahro / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

PENDAHULUAN pembelajaran dapat menunjang perkembangan


sikap ilmiah siswa (Margiastuti et al., 2015).
Kreativitas merupakan salah satu Sikap ilmiah diperlukan untuk membantu
keterampilan yang dibutuhkan untuk perkembangan pola pikir siswa.
menghadapi kehidupan abad 21 (Trilling & Fadel, Hasil kajian terhadap penelitian terdahulu,
2009). Dalam hal ini, manusia merupakan faktor menunjukkan bahwa model pembelajaran yang
yang terpenting karena sebagai pelaku utama dapat melatih kreativitas dan keterampilan
dari berbagai proses dan aktivitas kehidupan berpikir ilmiah yaitu Inkuiri Terbimbing. Sutopo
(BSNP, 2010: 43). Kreativitas siswa harus et al. (2016) menyatakan bahwa model
dikembangkan jika kita ingin menjadi bangsa pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran
yang mampu bersaing di dunia (Suyanto & yang terpusat pada siswa. Pembelajaran inkuiri
Djihad, 2000: 149). Menurut Permendikbud No. terbimbing memberi kesempatan kepada siswa
20 Tahun 2016, lulusan SMA/MA/SMALB/Paket untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
C harus memiliki beberapa keterampilan salah Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan
satunya yaitu berpikir kreatif. Dengan demikian, kreativitas yang dimiliki untuk menyelesaikan
siswa perlu dibekali keterampilan kreativitas permasalahan-permasalahan yang ada. Metode
agar mampu untuk menghadapi kehidupan di inkuiri terbimbing dapat menumbuhkan
abad 21. kreativitas siswa dalam membuat media
Berdasarkan hasil observasi di SMA N 1 pembelajaran (Kurniawan, 2013).
Majenang, pembelajaran fisika masih Model inkuiri terbimbing dapat melatih
menggunakan metode ceramah. Fitriyati & keterampilan berpikir ilmiah siswa. Moore et al.
Munzil (2016) menyatakan bahwa pembelajaran (2013) menyatakan bahwa dalam pembelajaran
dengan metode ceramah hanya memberikan inkuiri terbimbing siswa terlibat dalam proses
materi secara langsung kepada siswa tanpa menemukan konsep, mendiskusikan ide,
memberi kesempatan menemukan mengembangkan fakta-fakta berdasarkan
pengetahuannya sendiri. Hal ini menjadi salah penjelasan, dan mengomunikasikan ide.
satu faktor yang menyebabkan kemampuan Pembelajaran ini memberi kesempatan kepada
berpikir ilmiah siswa kurang terlatih. Berpikir siswa untuk lebih memahami makna dari suatu
ilmiah merupakan cara berpikir yang konsep dan mengajak siswa untuk berpikir
memerlukan cara-cara atau langkah-langkah secara ilmiah dalam proses menemukan
tertentu yang sistematis sehingga dapat pengetahuan. Fitriyati & Munzil (2016)
diperoleh pengetahuan yang benar dan bersifat menyatakan bahwa model inkuiri terbimbing
ilmiah (Wulandari, 2016). Siswa akan berbantuan media dapat meningkatkan
menggunakan pemikirannya secara ilmiah untuk keterampilan berpikir ilmiah siswa.
membuktikan pengetahuan yang mereka Fisika merupakan salah satu materi yang
peroleh. Dengan demikian, pembelajaran di diajarkan di sekolah. Pembelajaran fisika dapat
sekolah perlu untuk melatih keterampilan melatih keterampilan berpikir ilmiah siswa
berpikir ilmiah siswa. melalui kegiatan penemuan konsep-konsep yang
Salah satu upaya yang dilakukan untuk dilakukan berdasarkan tahapan berpikir ilmiah.
melatih kreativitas dan keterampilan berpikir Dengan terbiasanya siswa berpikir ilmiah
ilmiah siswa yaitu dengan mengubah model diharapkan siswa dapat memahami dengan baik
pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran pengetahuan yang mereka miliki dan
yang biasanya masih berpusat pada guru menjadi menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student Soh et al. (2010) menyatakan bahwa siswa harus
centered). Upaya ini diharapkan dapat membantu memiliki kemampuan untuk menerapkan
siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pengetahuan yang telah mereka pelajari agar
pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam kegiatan dapat menghadapi tantangan di luar sekolah.
2
Unes Satuz Zahro / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

Salah satu materi fisika yang memiliki banyak Tabel 2. Kategori Keterampilan Berpikir Ilmiah
penerapan dalam kehidupan sehari-hari yaitu Interval (%) Kategorisasi
getaran harmonis. 𝑃 ≥ 85 Sangat baik
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 70 < 𝑃 ≤ 85 Baik
kreativitas dan keterampilan berpikir ilmiah 55 < 𝑃 ≤ 70 Cukup
siswa dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing. 40 < 𝑃 ≤ 55 Kurang
Diharapkan siswa dapat mengembangkan 𝑃 ≤ 40 Sangat kurang
kreativitas dalam menemukan solusi
permasalahan dan mengembangkan HASIL DAN PEMBAHASAN
keterampilan berpikir ilmiahnya.
Sikap Kreatif
METODE PENELITIAN Aspek sikap kreatif yang pertama yaitu
berani mengambil risiko. Nilai sikap kreatif siswa
Penelitian ini merupakan penelitian aspek ini sebesar 76,16% seperti yang disajikan
eksperimen dengan desain penelitian pre- dalam Gambar 1. Sikap kreatif siswa ini termasuk
experimental jenis One-Shot Case Study. Populasi dalam kategori tinggi. Siswa berani untuk
pada penelitian ini yaitu siswa kelas X SMA N 1 menyampaikan hasil percobaannya di depan
Majenang Tahun Ajaran 2017/2018. kelas. Siswa saling bertukar pendapat mengenai
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik hasil percobaan yang diperoleh.
purposive sampling. Metode pengumpulan data Aspek yang kedua yaitu merasakan
yang digunakan yaitu metode observasi dan tantangan. Seperti pada aspek yang pertama,
angket. Kreativitas yang diteliti ditinjau dari dua capaian aspek ini juga termasuk dalam kategori
ranah yaitu sikap kreatif dan produk proyek. tinggi. Siswa merancang sebuah percobaan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini getaran dengan bimbingan dari guru. Siswa
yaitu angket sikap kreatif, lembar penilaian berani untuk melibatkan diri pada kegiatan yang
kreativitas produk proyek, dan lembar penilaian hampir sebagian besar siswa belum pernah
keterampilan berpikir ilmiah. Analisis data melakukan.
dilakukan menggunakan rumus persentase Aspek yang ketiga yaitu rasa ingin tahu.
(Sudijono, 2014: 43): Capaian aspek ini juga termasuk dalam kategori
𝑓 tinggi. Pada awal pembelajaran, siswa
𝑃 = × 100%
𝑁 diperlihatkan animasi tentang getaran pada
Keterangan: bandul dan pegas. Siswa memperhatikan dengan
𝑃 : persentase penilaian, 𝑓 : skor yang baik penjelasan guru dan aktif dalam bertukar
diperoleh siswa, dan 𝑁 : skor keseluruhan. pendapat. Siswa tertarik untuk mengetahui lebih
Menurut Tarnoto & Alfi (2012), kategori dalam terkait animasi yang disampaikan oleh
kreativitas dikelompokkan menjadi tiga kategori, guru.
seperti yang disajikan pada Tabel 1. Aspek yang keempat yaitu imajinasi/firasat.
Nilai aspek ini sebesar 75,35% atau berada pada
Tabel 1. Kategori Kreativitas kategori tinggi. Siswa menggunakan
Interval (%) Kategorisasi imajinasinya dalam membuat rancangan
𝑃 < 33,1 Rendah percobaan. Siswa berimajinasi dalam merancang
33,1 ≤ 𝑃 < 65,3 Sedang percobaan yang akan mereka laksanakan (Sari,
𝑃 ≥ 65,3 Tinggi 2016).
Kategori keterampilan berpikir ilmiah
diadopsi dari Arikunto (dalam Juhji, 2016)
seperti yang disajikan pada Tabel 2.

3
Unes Satuz Zahro / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

Gambar 1. Grafik Sikap Kreatif Siswa


Kreativitas Produk Proyek dengan tujuan agar siswa mempunyai gambaran
Menurut Munandar (2009), kreativitas tentang proyek yang akan dibuat. Di sisi lain,
memiliki empat aspek yaitu berpikir lancar, kemampuan siswa untuk mengemukakan ide
berpikir luwes, berpikir orisinal, dan berpikir masih rendah karena pada kelas ini siswa belum
terperinci. Nilai kreativitas siswa pada aspek mengetahui konsep-konsep tentang getaran
berpikir lancar sebesar 77,78% atau termasuk harmonis. Jadi siswa belum diajarkan tentang
kategori tinggi, seperti yang disajikan dalam konsep-konsep getaran harmonis, tetapi siswa
Gambar 2. Sebagian besar siswa dapat dibimbing untuk menemukan konsepnya sendiri.
memberikan ide yang relevan dengan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing memberikan
penyelesaian masalah. Siswa diberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
kesempatan untuk melihat atau mencari tahu menemukan konsep-konsep dengan bimbingan
tentang percobaan-percobaan getaran harmonis guru (Juhji, 2016).

Gambar 2. Kreativitas Produk Proyek Siswa


Kemampuan berpikir luwes siswa termasuk dihadapkan dengan persamaan matematis.
kategori tinggi. Pada gambar 2 tampak bahwa Secara keseluruhan kemampuan menggunakan
nilai aspek ini sebesar 80,56%. Sebagian besar berbagai cara alternatif selama pembuatan
siswa belum bisa memberikan gagasan logis proyek dan memberikan bukti untuk masalah
dalam pembuatan proyek, karena siswa yang dimunculkan sudah baik. Sebagian besar
dibimbing untuk menemukan konsep sendiri. siswa sudah mampu mengatasi kendala saat
Jadi, sebagian besar siswa masih belum begitu pembuatan proyek.
memahami gagasan-gagasan yang menjadi dasar Kemampuan berpikir orisinal siswa
pembuatan proyek. Siswa masih bingung jika termasuk kategori tinggi. Proyek dibuat secara
4
Unes Satuz Zahro / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

berkelompok di sekolah pada saat jam pelajaran Kemampuan berpikir terperinci siswa
fisika. Jadi, siswa akan saling bertukar pikiran termasuk kategori tinggi. Siswa sudah bisa
dengan temannya sehingga kreativitas siswa menyebutkan alat dan bahan secara rinci,
dapat berkembang (Sulistyanto & Rusilowati, menyebutkan jumlahnya, tetapi sebagian besar
2009). Siswa menggunakan alat dan bahan yang siswa belum bisa menjelaskan langkah kerjanya.
telah disiapkan sebelumnya. Setelah semua alat Pada pembelajaran Inkuiri Terbimbing, siswa
dan bahan sudah siap, siswa melakukan hanya dijelaskan sekilas tentang percobaan-
percobaan. Pada saat mengambil data, siswa percobaan getaran harmonis. Jadi, siswa belum
menggunakan buku pegangan sebagai panduan. melihat secara langsung bagaimana langkah-
Argarini et al. (2014) menyatakan bahwa
langkah untuk melakukan percobaan.
ketergantungan terhadap pedoman dapat
membatasi pengembangan kreativitas siswa.
Keterampilan Berpikir Ilmiah

Gambar 3. Keterampilan Berpikir Ilmiah Siswa


Kemampuan siswa dalam menyusun langkah kerja yang sesuai dengan tujuan proyek.
hipotesis termasuk kategori baik. Berdasarkan Langkah kerja yang disusun sudah sistematis,
Gambar 3, aspek ini memiliki nilai sebesar namun kurang sesuai dengan tujuan proyek.
80,56%. Kemampuan siswa dalam penyusunan Misalnya yaitu langkah kerja yang disusun pada
hipotesis sudah baik, karena siswa dibimbing laporan tidak sesuai dengan hasil data
untuk menyusun hipotesis. Pada pembelajaran pengamatan.
inkuiri terbimbing, guru membimbing siswa Kemampuan siswa dalam aspek akurasi
dalam menentukan hipotesis yang relevan data pengamatan termasuk kategori baik.
dengan permasalahan (Trianto, 2007: 141). Di Sebagian besar siswa sudah mampu untuk
sisi lain, hipotesis yang diajukan masih ada yang membandingkan data yang diperoleh dengan
kurang sesuai dengan fakta karena siswa belum teori yang sudah ada. Namun, siswa masih
diajarkan konsep getaran harmonis. kesulitan untuk membuat grafik hubungan antar
Pembelajaran ini membimbing siswa untuk variabel.
menemukan konsepnya sendiri. Aspek yang terakhir yaitu aspek penarikan
Kemampuan siswa dalam aspek rangkaian kesimpulan. Apek ini termasuk kategori sangat
rancangan percobaan juga termasuk kategori baik. Siswa mampu melakukan percobaan
baik. Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian dengan benar, sehingga data yang diperoleh
besar siswa sudah mampu memilih alat dan masing-masing kelompok sudah sesuai dengan
bahan dengan tepat untuk pembuatan proyek. teori. Sebagian besar siswa sudah mampu untuk
Namun, sebagian siswa belum bisa menyusun

5
Unes Satuz Zahro / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

menarik kesimpulan berdasarkan data Kurniawan, A. D. 2013. Metode Inkuiri Terbimbing


pengamatan. dalam Pembuatan Media Pembelajaran Biologi
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Kreativitas Siswa. Jurnal Pendidikan IPA
SIMPULAN
Indonesia. 2(1): 8-11.

Secara keseluruhan kreativitas dan Margiastuti, S. N., Parmin, & S. D. Pamelasari. 2015.
keterampilan berpikir ilmiah memiliki capaian Penerapan Model Guided Inquiry Terhadap
yang tinggi dan baik. Capaian masing-masing Sikap Ilmiah Dan Pemahaman Konsep Siswa
aspek sikap kreatif termasuk dalam kategori Pada Tema Ekosistem. Unnes Science Education
tinggi. Capaian masing-masing aspek kreativitas Journal. 4(3): 1041-1048.
produk proyek juga termasuk kategori tinggi. Di
Moore, E. B., T. A. Herzog, & K. K. Perkins. 2013.
sisi lain, capaian masing-masing aspek
Interactive Simulations as Implicit Support for
keterampilan berpikir ilmiah seperti
Guided-Inquiry. Chemistry Education Research
penyusunan hipotesis, rancangan rangkaian and Practice. 14(3): 257-268.
percobaan, dan akurasi data pengamatan
termasuk kategori baik, sedangkan aspek Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak
penarikan kesimpulan termasuk kategori sangat Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
baik. Hal ini berarti bahwa pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dapat melatih kreativitas dan Sari, Ratnasari, I.Farida. 2016. Pengembangan Sikap
Kreatif Siswa pada Praktikum Penjernihan Air.
keterampilan berpikir ilmiah siswa.
EduChemia. 1(2): 124-136.

DAFTAR PUSTAKA Soh, T. M. T., N. M. Arsad, & K. Osman. 2010. The


Relationship of 21st Century Skills on Students’
Argarini, F. D., Budiyono, I. Sujadi. 2014. Karakteristik Attitude and Perception towards Physics.
Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII SMP N 1 Procedia Social and Behavioral Science. 7(C):
Kragan dalam Memecahkan dan Mengajukan 546-554.
Masalah Matematika Materi Perbandingan
Ditinjau dari Gaya Kognitif. JMEE. IV (2): 1-12. Sudijono, A. 2014. Pengantar Statistik Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sulistyanto, & A. Rusilowati. 2009. Pengembangan
Kreativitas Siswa dalam Membuat Karya IPA
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Paradigma melalui Model Pembelajaran Problem Based
Pendidikan Nasional Di Abad 21. Jakarta: BSNP. Instruction di SMP. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia. 5(-): 102-107.
Fitriyati, I. & Munzil. 2016. Penerapan Strategi
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Sutopo, M. Masykuri., & Cari. 2016. Pembelajaran
Media untuk Meningkatkan Keterampilan Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing dan
Berpikir Ilmiah Siswa pada Pembelajaran IPA Inkuiri Bebas Termodifikasi ditinjau dari
SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 1(1): 1- Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal
6. Inkuiri. 5(1): 122-132.

Juhji. 2016. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Suyanto & D. Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi
Siswa melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III.
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA. 2(1): Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
58-70.
Tarnoto, N. & A. Purnamasari. 2009. Kreativitas Siswa
Kemendikbud 2016. Permendikbud No. 20 Tahun 2016. SMP ditinjau dari Tingkat Pendidikan Ibu.
Humanitas. VI (2): 190-204.

6
Unes Satuz Zahro / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Wulandari, R. 2016. Meningkatkan Kemampuan


Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Belajar. Berpikir Ilmiah Mahasiswa Pendidikan IPA
melalui Model Discovery Learning. Jurnal
Trilling, B. & C. Fadel. 2009. 21st Century Skills: Lentera. 6(1): 1-14.
Learning for Life in Our Times. John Wiley 7
Sons.

Anda mungkin juga menyukai