Anda di halaman 1dari 21

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPS MELALUI CASE METHOD

Siti Indriastuti Purnamasari

1994042018

Universitas Negeri Makassar

A. PEMBELAJARAN

Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah perpaduan yang terdiri dari komponen manusia, bahan,


kantor, peralatan dan teknik yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Komponen dalam pembelajaran juga disebut bagian. Dari
pengertian pembelajaran di atas dikatakan bahwa komponen-komponen tersebut
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang menyiratkan
bahwa pentingnya semua bagian pembelajaran saat ini untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ideal.

Pembelajaran tidak akan terjadi jika tidak ada instruktur (guru) yang
menunjukkan materi tidak akan dialihkan seperti yang diharapkan siswa tanpa
strategi atau prosedur yang tepat. Atau sekali lagi, guru dan strategi akan sia-sia
tanpa siswa. Dari pernyataan ini kita dapat melihat signifikansi antara bagian-
bagian untuk menciptakan tujuan yang ideal (Dolong, 2016).

Definisi pembelajaran menurut Sadiman, dkk., (1986:2) “Belajar (learning)


adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti.”
Belajar dapat terjadi di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan
di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja, dari apa, bagaimana, dan
siapa saja. Salah satu tanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan perubahan sikap atau
tingkah laku (afektif).

Menurut Pribadi (2009:10) menjelaskan bahwa, “Pembelajaran adalah


proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar
dalam individu. Sedangkan pembelajaran menurut.”

Sedangkan menurut Gegne (dalam Pribadi, 2009:9) menjelaskan


“pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan debgan
maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.” Pembelajaran (instruction)
adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk
membelajarkan peserta didik (Warsita, 2008:85).

Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana


dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri
peserta didik (Sadiman dkk, 1986:7). Sedangkan menurut Depdiknas (dalam
Warsita, 2008:85) “Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas Pasal 1 Ayat
20, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”

Komponen-komponen pembelajaran merupakan suatu sistem yang utuh dan


saling mendukung satu sama lain. Adapun komponen-komponen tersebut
meliputi: tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, bahan atau materi pelajaran,
pendekatan atau metode, media atau alat, sumber belajar dan evaluasi.

Berikut akan dipaparkan pengertian belajar menurut para ahli(Masyrif,


2018:63-65):

1.Pendapat Skinner tentang belajar adalah ketetapan perilaku


dalam diri manusia yang bersifat kemajuan.

2.StatementHintzman terhadap belajar ialah sebuah perpindahan


tingkah laku dari yang tidak baik menjadi baik dalam diri suatu
makhluk dengan dilatar belakangi oleh kejadian hidup yang
dialami sehingga bisa mempengaruhi tingkah laku makhluk
tersebut.3.Belajar menurut Wittig yakni itu merupakan suatu peralihan
yang relatif stagnan terhadap human behavioursebagai manifestasi dari
kejadian hidup yang telah dialami.

4.Raber mengartikan belajar dalam kamus “Dictionary of


psychology”ialah sebuah training yang dilakukan secara sungguh-sungguh
dan kotinu sehingga dapat memperoleh ilmu-ilmu yang terbaharu
dalam dirinya secara permanen.

5.WJS. Poerwadarminta dalam “kamus bahasa indonesia” bahwa


belajar ialah berlatih atau yang serupa, agar memperoleh kecerdasan.

6.Oemar Hamalik berpendapat di bukunya yang berjudul “metode


belajar dan kesulitan-kesulitan belajar” disebutkan, bahwa belajar ialah
sebuah peralihan di dalam diri seseorang dengan ditandai
adanya perwujudan tingkah laku yang baru akibat melakukan suatu usaha
tertentu.

Model-model Pembelajaran

1. Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq


sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan
dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa
dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing- masing.

2. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)


Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan
sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan
dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa
manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia
pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan
menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa,
siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan
pengembangan kemampuan sosialisasi.

3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli


pembelajaran menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran
konstruktifistik dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya perubahan
paradigma belajar tersebut terjadi perubahan fokus pembelajaran dari
berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Pembelajaran
dengan lebih memberikan nuansa yang harmonis antara guru dan siswa
dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan
aktif dan mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.

Punaji Setyosari (2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis


masalah adalah suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh
adanya masalah nyata, a real-world problems sebagai konteks bagi
mahasiswa untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah dan
memperoleh pengetahuan.

Gardner (2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah


merupakan alternatif model pembelajaran yang menarik dalam
pembelajaran ruang kelas yang tradisional. Dengan model pembelajaran
berbasis masalah, dosen menyajikan kepada mahasiswa sebuah masalah,
bukan kuliah atau tugas. Sehingga mahasiswa menjadi lebih aktif belajar
untuk menemukan dan menyelesaikan masalah.
4. TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen,


tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas,
setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa
kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan
sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai
kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.Jika
waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa
pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang
pembagian raport.

B. PEMBELAJARAN IPS

Pengertian Pembelajaran Ips

Kata pembelajaran bisa dikatakan diambil dari kata instruction yang


berarti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam pembelajaran segala kegiatan
berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa, ada interaksi siswa
yang tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik lahiriah, akan tetapi
siswa dapat berinteraksi dan belajar melalui media cetak, elektronik, media
kaca dan televisi, serta radio. Dalam suatu definisi pembelajaran dikatakan
upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil
belajar yang diinginkan.

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses


membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyjek
didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien.

Nation council for the social student (NCSS) of United States


mendefinisikan sebagai kajian yang mempelajari politik,budaya,dan
aspekaspek lingkungan dari suatu masyarakat pada masa lalu dan yang akan
datang . Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS, merupakan
nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama
program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “sosial
studies” di kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negaraa-
negara barat seperti Australia dan Amerikat.

IPS adalah bidang study yang mempelajari, menelaah, menganalisis


gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai
aspek kehidupan atau satu perpaduan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiaologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu
pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial

James A. Banks (1990:3) menyatakan bahwa social studies sebagai


bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah mempunyai tanggungj
awab pokok mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai,
yang diperlukan dalam hidup bernegara di masyarakat. Social Studies
kemudian diterjemahkan dan disepakati di Indonesia sebagai Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).

Soemantri (2001:89) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial


(IPS) bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, tetapi merupakan sebuah program
pendidikan, maka dapat dimengerti apabila dalam struktur disiplin ilmu
pendidikan maupun ilmu-ilmu sosial tidak tampak adanya social studies /
IPS. Materi dalam IPS merujuk pada ilmu-ilmu sosial, namun ilmu sosial
dikaji secara akademis-teoritis, sementara IPS mengkaji secara praktis.
Pengkajian IPS secara terpadu (integrated) adalah pembelajaran yang
beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan
untuk memahami gejala dan konsep lain, baik dari bidang studi
bersangkutan atau yang lain. Selanjutnya dikemukakan bahwa pembelajaran
terpadu memiliki ciri-ciri, yaitu berpusat pada anak, memberi pengalaman
langsung, pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas, menyajikan
konsep dari berbagai bidang studi dalam satu pembelajaran, bersikap luwes,
dan hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa
(Sapriya,2007:35).

EB. Wesley menyebutkan bahwa IPS merupakan penyederhanaan dari


ilmu-ilmu sosial yang sudah diseleksi dan diadaptasi atau disesuaikan untuk
diterapkan di sekolah-sekolah (Husein Achmad, 1981). Untuk menyamakan
persepsi pengertian, IPS didefinisikan sebagai integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial: sejarah, ekonomi, geografi, politik, hukum, dan budaya
yang dirumuskan secara interdisipliner setelah disesuaikan materinya untuk
kepentingan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Ruang lingkup kajian
IPS sangat luas, seluas obyek kajian Ilmu-Ilmu Sosial yang menjadi sumber
materi pembelajaran IPS.

IPS adalah suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial
atau suatu suatu pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari
ilmu sosial (Djahiri, 1980:6 dalam Wartono).

IPS adalah sejumlah nomor konsep mata pelajaran sosial dan ilmu
lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang
bertujuan membahas masalah sosial atau bermasyarakat dan
kemasyarakatan untuk mencapai tujuan khusus pendidikan melalui program
pengajaran IPS pada tingkat persekolahan (Wahab, 1980: 7 dalam
Wartono).

Paul Mathias dari Inggris, dalam bukunya yang berjudul The


Teacher's Handbook for Social Studies, memberikan penjelasan bahwa,
Studi Sosial merupakan pelajaran tentang manusia dalam masyarakat pada
masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Karena itu Studi Sosial
membahas tentang ciri-ciri yang mendasar dari manusia, meliputi studi
banding perbedaan-perbedaan ras dan lingkungan manusia yang satu dengan
yang lainnya, dan memerlukan penelitian rinci terhadap berbagai pernyataan
(perilaku) mengenai adaptasi manusia terhadap lingkungan hidupnya, serta
hubungan manusia yang satu dengan lainnya.

Sumber-sumber Bahan Pembelajaran Ips

Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS yang telah ditetapkan dalam


kurikulum, seorang guru hendaknya menyiapkan bahan pembelajaran
melalui langkah-langkah seperti berikut:

(1)mengenali sumber bahan pembelajaran;


(2)memilih bahan pembelajaran yang sesuai, dan
(3)menyusun bahan tersebut menjadi isi bahan pembelajaran yang siap
disajikan dalam proses pembelajaran.

Beberapa sumber bahan pembelajaran IPS adalah sebagai berikut.

1. Antropologi

Obyek kajian antropologi ialah pemahaman antar hubungan manusia


sebagai makhluk hidup dalam usahanya menyesuaikan dengan lingkungan
hidupnya. Ini salah satu ciri manusia yang membedakan dari makhluk hidup
lainya. Penyesuaian tersebut menimbulkan kebudayaan hasil budidaya.
Alat-alat mencari makan, bertempat tinggal, mempertahankan hidup, dan
lain-lain merupakan bagian dari kebudayaan. Lingkungan hidup mereka
dapat menjadi kawan (membantu) atau dianggap lawan mengganggu. Untuk
mengatasinya, mereka tidak jarang mencari perlindungan pada hal-hal yang
supranatural. Budaya mencakup gagasan ide, dan bahasa sebagai alat
penyampaian ide tersebut, demikian pula cara mereka mengemukakan
pendapat dalam bentuk kesenian dan nila-nilai keagamaan (Poerwito, 1981).

Pada hakekatnya antropologi bertujuan menyelidiki hubungan antara


mansuia dengan kebudayaannya maka muncul cabang ilmu spesialisasi.

a. Antropologi Fisik (Physical Anthropology) Cabang ini terutama


mempelajari atribut biologis manusia seperti perbedaan kulit, warna mata,
rambut, bentuk muka, tinggi tubuh dan lain-lain sebagai akibat keturunan.

b. Antropologi Budaya (Cultural Anthropology) Pada pihak lain


sarjana antropologi tertarik pada kebudayaan mansuia sendiri. Manusia
bukan hanya makhluk hidup yang secara individual punya ciricrinya sendiri,
melainkan juga makhluk sosial yang melahirkan kebudayaan masing-
masing.

Konsep-konsep dasar antropologi antara lain: kebudayaan, nila-nilai,


kepercayaan, adat, peran, peradaban.

Contoh pengembangan konsep dalam bentuk generalisasi


Antropologi, antara lain:

a. Kebudayaan merupakan warisan sosial, namun demikian berbeda pada


masyarakat yang satu dan yang lain
b. Keluarga mempunyai kebutuhan bersama, tetapi berbeda cara
memenuhinya.
c. Perbedaan utama antara manusia yang satu dengan yang lainya
terletak pada faktor budaya, bukan fisik biologisnya.

2. Sosiologi

Sosiologi sebagai salah satu disiplin ilmu sosial memiliki sistematika


tertentu, yang mulai tumbuh dan berkembang pada pertengahan abad ke 19.
Namun awal mula lahirnya Sosiologi, sesungguhnya telah dimulai dirintis
oleh para filosof masa sebelumnya, seperti John Locke, August Comte,
Herbert Spencer, Max Weber, dan lain-lainnya.

Para ahli sosiologi berpendapat, bahwa dalam penyelidikan terhadap


gejala kemasyarakatan, dikenal adanya „tiga aliran‟, yaitu :
a. Sosiologi sebagai ilmu yang bertugas menyelidiki pengaruh aksi
manusia (human interaction), yang memiliki pengaruh timbal-balik
dalam kehidupan masyarakat;
b. Pandangan yang mengatakan, Sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari perilaku jamak (plural behavior) dan perilaku manusia
yang berpola jamak (behavior in plurality pattern). Poerwito
(1981), mencontohkan dua orang yang berinteraksi akan
menimbulkan interaksi berpola jamak, sebagaimana terjadi pada
duet nyanyian bersama, dan interaksi yang dilakukan oleh tiga
orang atau lebih akan menghasilkan interaksi yang lebih kompleks.
c. Pendapat ketiga memandang sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji
terhadap sistem sosial secara sistematias, jadi memiliki tujuan
tertentu. Hal ini tercermin pada pendapat Max Weber: “Sciology as
a science which attempts the interpretive understanding of social
action in order there by to arrive at a causal explanation of its cause
and effects”.

3. Ekonomi

Konsep dasar terkait pokok-pokok pikiran tentang ekonomi bisa


dilihat ke belakang di zaman Yunani kuno. Filosof Aristoteles yang hidup
350 tahun sebelum masehi, telah membedakan berbagai ilmu pengetahuan,
termasuk ekonomi. Setelah memperhatikan cara manusia mempertahankan
hidup, seperti bercocok tanam, berburu, bertenak, menangkap ikan, dan lain-
lain. Ariestoteles berpedapat, bahwa mereka telah menghasilkan sesuatu
untuk orang lain (produksi) dan mereka memperoleh nafkah dengan cara
yang layak (Poerwito, 1981).

Beberapa konsep dasar Ekonomi, seperti: kelangkaan (scarcity),


pembagian kerja, barang, jasa, kemakmuran, produksi, distribusi, konsumsi,
pasar, uang, harga, kredit, tabungan. Contoh bentuk generalisasi,
pengembangan dari konsep-konsep dalam Ekonomi antara lain:

a. Pembagian kerja dapat meningkatkan hasil produksi;


b. Pembagian kerja menimbulkan saling ketergantungan antara manusia
dan kelompok;
c. Jika permintaan meningkat, harga akan naik;
d. Dalam sistem perekonomian liberal, manusia lebih bebas menentukan
pilihan kegiatan ekonominya, dari pada dalam sistem perekonomian
terpusat (sentral);
e. Pembeli menghendaki barang bermutu bak dengan harga murah

C. PEMBELAJARAN DENGAN CASE METHOD

Pengertian Metode

Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam metode


mengajar, yang dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan
berbagai hal, seperti situasi dan kondisi kegiatan belajar mengajar
sedang berlangsung, fasilitas yang tersedia, dan sebagainya harus
disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.Para guru tentu
saja ingin senantiasa meningkatkan diri, untuk meningkatkan mutu
mengajar, serta menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa sehingga
mudah dipahami. Selain itu para guru ingin membuat proses
pengajaran menjadi fungsional, ini berarti seorang guru harus menguasai
metode mengajar. Dalam didaktik khusus, yang di dalamnya terdapat
beberapa teori tentang metode mengajar

Metode merupakan suatu alat dalam pelaksanaan


pendidikan, yakni yang digunakan dalam penyampaian materi tersebut.
Materi pelajaran yang mudah pun kadang-kadang sulit berkembang dan
sulit diterima oleh peserta didik, karena cara atau metode yang
digunakannya kurangtepat.Namun,sebaliknya suatu pelajaran yang sulit
akan mudah diterima oleh peserta didik, karena penyampaian dan
metode yang digunakan mudah dipahami, tepat dan menarik.

Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang


tersusun secara sistematis (urutannya logis). “Pembelajaran merupakan
proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, baik di dalam maupun
di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan
kajian”. (Poedjiadi, 2005).

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan


untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, di antaranya:

1. ceramah;
2. demonstrasi;
3. diskusi;
4. simulasi;
5. laboratorium;
6. pengalaman lapangan;
7. brainstorming;
8. debat,
9. simposium.

Menurut Sudjana (2005), “metode pembelajaran ialah cara yang


dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan Sutikno (2009) menyatakan
“metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa
dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. (Arif, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode


pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seorang guru agar
terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan. Berdasarkan
definisi/pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas,
dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau
strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada
diri siswa untuk mencapai tujuan.

Benny A. Pribadi (2009) menyatakan, “tujuan proses pembelajaran


adalah agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan.
Untuk mencapai tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara
sistematik dan sistemik”. Banyak metode yang digunakan seorang guru
dalam pembelajaran passing bawah bolavoli, antara lain dengan
menggunakan metode pembelajaran inovatif dan konvensional.

Metode Case Method

Metode kasus (case method) merupakan pembelajaran partisipatif


berbasis diskusi untuk memecahkan kasus atau masalah. Penerapan metode
ini akan mengasah dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis untuk
memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan
kreativitas.

Metode kasus ini termasuk jenis pembelajaran berbasis masalah


(problem based learning). pelajar memiliki peran utama dalam pemecahan
masalah, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator yang bertugas
mengobservasi, memberi pertanyaan, dan mengarahkan diskusi,
memberikan pertanyaan, dan observasi.

Case method memiliki kelebihan yakni pelibatan pelajar secara aktif


mengembangkan keterampilan berpikir yang sangat tinggi. Selain itu,
pengetahuan akan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa
sehingga pembelajaran lebih bermakna dan siswa dapat merasakan manfaat
dari pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung
berkaitan dengan kehidupan nyata. Dengan metode ini, siswa lebih mandiri
dan dewasa, mampu memberi dan menerima pendapat dari orang lain, dan
menanamkan sikap sosial yang positif antar pelajar.

Sisi lemah metode ini, memerlukan persiapan pembelajaran meliputi


alat, problem, dan konsep yang kompleks, terkadang tidak mudah mencari
dan menemukan permasalahan yang relevan dan membutuhkan waktu yang
cukup lama (Humas FEB).

Metode studi kasus adalah suatu desain pembelajaran berbasis tingkat


satuan pendidikan metode ini berbentuk penjelasan tentang masalah,
kejadian atau situasi 5 tertentu, kemudian Pelajar ditugasi mencari alternatif
pemecahannya kemudian metode ini dapat juga digunakan untuk
mengembangkan berpikir kritis dan menemukan solusi baru dari sutu topik
yang dipecahkan. (Yamin, 2007: 156).

Metode ini dapat dikembangkan atau diterapkan pada mahasiswa,


manakala mahasiswa memiliki pengetahuan awal tentang masalah. Di dalam
kehidupan manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial menemukan
banyak kasus yang dihadapi, yang perlu dipecahkan. Metode studi kasus ini
mendorong penetapan masalah, investigasi dan persuasi yang harus
dilakukan oleh Pelajar.

Oleh karena itu, satu dari elemen terpenting metode studi kasus adalah
termasuk didalamnya diskusi secara kolaboratif isu yang ada pada kasus.
Dengan cara itu, mahasiswa dapat mengidentifikasi apa yang mereka
ketahui dan apa yang perlu mereka ketahui dengan tujuan untuk memahami
kasus dan menetapkan masalah untuk diinvestigasi. Dengan adanya diskusi
kolaboratif tersebut, mahasiswa tentu berinteraksi dengan sesamanya (teman
sekelompok) dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran studi kasus.
Terlebih lagi saat mahasiswa melakukan kegiatan memecahkan masalah dan
mengambil keputusan, interaksi antar pelajar sangatlah dibutuhkan.

Jenis – jenis Case Method

Terdapat 3 (tiga) macam tipe studi kasus, yaitu:

a. Studi kasus intrinsik (intrinsic case study), apabila kasus yang


dipelajari secara mendalam mengandung hal-hal yang menarik untuk
dipelajari berasal dari kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan
mengandung minat intrinsik (intrinsic interest).
b. Studi kasus intrumental (intrumental case study), apabila kasus yang
dipelajari secara mendalam karena hasilnya akan dipergunakan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan teori yang telah ada atau untuk
menyusun teori baru. Hal ini dapat dikatakan studi kasus
instrumental, minat untuk mempelajarinya berada di luar kasusnya
atau minat eksternal (external interest).
c. Studi kasus kolektif (collective case study), apabila kasus yang
dipelajari secara mendalam merupakan beberapa (kelompok) kasus,
walaupun masing-masing kasus individual dalam kelompok itu
dipelajari, dengan maksud untuk mendapatkan karakteristik umum,
karena setiap kasus mempunyai ciri tersendiri yang bervariasi.

Dewi (2010) yang menyatakan kegiatan pembelajaran case study


dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa baik secara individu maupun
kelompok. Pada penelitian ini siswa belum memiliki tanggung jawab
individu dalam sebuah kelompok. Penyelesaian tugas kelompok bukan
merupakan hasil kerja semua anggota kelompok, sehingga tidak semua
anggota kelompok memiliki penguasaan yang sama terhadap materi yang
sedang dikerjakan.

Menurut Sutomo (2007) metode case study yang diajarkan membuat


pelajar memperoleh pengalaman belajar sebagaimana siklus belajar berbasis
pengalaman. Pengalaman pribadi siswa yang diajar oleh kelas eksperimen
yaitu kegiatan observasi di lingkungan sekolah dan luar sekolah
meningalkan kesan yang kuat bagi siswa. Siswa menelusuri permasalahan
mengenai hama dan penyakit yang ada di lingkungan sekolah mereka dan
melakukan obeservasi diluar dengan bantuan petani sebagai narasumber
kemudian mengevaluasinya. Hal ini secara tidak langsung membuat siswa
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan mampu
mengembangkan sikap untuk ikut berperan serta mengatasinya.

D. PENERAPAN PEMEBLAJARAN IPS MELALUI CASE METHOD

Pada dasarnya penerapan pembelajaran melalui metode case method, yaitu :


orientasi, bekerja kelompok, dan evaluasi. Setiap langkah dapat dikembangkan
oleh para guru dengan berpegang pada hakekat setiap langkah sebagai berikut :

 Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali


dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa
yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru
mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah- langkah serta hasil
akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem penilaiannya. Pada
langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya
tentang apa saja, termasuk cara kerjadan hasil akhir yang diharapkan atau
sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara guru dan siswa, namun
pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.

 Kerja Kelompok

Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan
pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan
masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari.
Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi,
melakukan eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan
sebagainya.

Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan
pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan
masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari.
Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi,
melakukan eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan
sebagainya.

Siswa juga melakukan eksplorasi untuk menggunakan media tepat


guna. Eksplorasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok sesuai
kesepakatan. Hasil eksplorasi dibahas dalam kelompok untuk menghasilkan
media-media pembelajaran tepat guna yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi
masing- masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap
kegiatan belajar siswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama dan
memberikan bantuan pada saat diperlukan.

Penerapan Strategi Pembelajaran IPS Melalui case method (Proses Kerja


Kelompok / Diskusi Kelompok)
Kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi / kerja kelompok

 Evaluasi

Evaluasi belajar dilakukan sebagai pre-tes, evaluasi dilakukan


dengan mengamati sikap, ketrampilan dan kemampuan berpikir serta
berkomunikasi siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi,
kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan atau
argumentasi, kemampuan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab
bersama, Sedangkan prosedur evaluasi :

1. Penilaian individu adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman siswa


terhadap materi yang dikaji, meliputi ranah kognitif, afektif, dan
ketrampilan.
2. Penilaian kelompok meliputi berbagai indikator keberhasilan
kelompok seperti, kekohesifan, pengambilan keputusan, kesja sama,
dan sebagainya. Kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada
waktu orientasi.

Proses evaluasi (pre- tes) siswa


Dengan ada penerapan pembelajaran ips melalui case method pelajar
dapat berpikir analitik dan inovat ,Belajar aktif dan strategi-strategi belajar,
penyelasaian masalah yang kompleks, berpikir kritis dan analisis, kretivitas,
dan penyelesaian masalah serta pengembangan gagasan.

Adapun manfaat pembelajaran berbasis kasus:

1. Menerapkan pengetahuan teoritis ke konteks nyata


2. Berpikir secara kritis tentang situasi yang kompleks dan
memberikan rekomendasi tindakan
3. Mengembangkan pengetahuan diri sendiri dan mengenali
potensi diri
4. Mengklarifikasi keyakinan diri sendiri
5. Membandingkan dan mengevaluasi pandangan diri sendiri
dan pandangan orang lain
6. Mengmbangkan praktik refleksi

Keunggulan pembelajaran berbasis kasus:

 Melatih penerapan teori dalam kehidupan nyata


 Melatih kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS)
 Melatih kemampuan abad 21; communication, collaborative,
critical thinking, dan creativity
 Mendorong kebiasaan belajar aktif dan mandiri
DAFTAR PUSTKA

Dewi, R. P., & Hidayah, S. N. (2019). Metode Study Kasus. Skripsi, 19.

Dolong, H. M. J. (2016). Teknik Analisis dalam Komponen Pembelajaran.


Jurnal UIN Alauddin, 5(2), 293–300.

Fattah, S. (2006). Ilmu Pengetahuan Sosial. 344.

Langgeng Widi Utami, D. R. I. (2014). Penerapan Metode Case Study


Untuk Mengoptimalkan Hasil Belajar Siswa Materi Hama Dan
Penyakit Tumbuhan. Lembaran Ilmu Kependidikan, 43(2), 79–84.

Moh. Nawafil, & Junaidi, J. (2020). Revitalisasi Paradigma Baru Dunia


Pembelajaran yang Membebaskan. Jurnal Pendidikan Islam
Indonesia, 4(2), 215–225. https://doi.org/10.35316/jpii.v4i2.193

Siti Maesaroh. (2013). Peranan Method Pembelajaran Terhadap Minat Dan


Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam. The Journal of American
Folklore, 1, 168. https://doi.org/10.2307/539575

Yuliati. (2014). Strategi Pembelajaran Ips Melalui Metoda Kooperatif Multi.


Jurnal Pendidikan, 2(1).

Yuliant, E. (2008). Pembelajaran Ips Dengan Metode E-Learning Untuk


Meningkatkan Prestasi Dan Partisipasi Siswa SMA: Suati Penelitian
Tindakan Kelas Di SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA.
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 5(2), 40–
51.
Biografi:

Siti Indriastuti Purnamasari.,Lahir dikota Makassar pada tanggal 6


September 2000 saat ini saya berusia 21 tahun dan sedang menjalani kuliah
sebagai mahasiswa dari Universitas Negeri Makassar dengan program studi
pendidikan ekonomi, anak ke empat dari empat bersaudara, ini memiliki
seorang kakak laki-laki bernama Ali akbar dan Mauhammad Iqbal dan
seorang kakak perempuan bernama fatmawati, memiliki hobi bermain bulu
tangkis dan ia masuk sekolah SD pada tahun 2006 di Sd Inpres Antang II
Makassar,Kemudian setelah lulus melanjutkannya ke SMPN 17 Makassar
dari tahun 2012-2015 dan kemudian melanjutkan sekolah lagi di SMAN 12
Makassar. Email: stindriastuti@gmail.com dan No.Hp: 082346056529

Anda mungkin juga menyukai