Anda di halaman 1dari 6

INSTRUKSI KERJA

PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Kode/No: Tanggal berlaku : Revisi :

PEMERIKSAAN SYARAF SENSORIK DAN MOTORIK

Disiapkan Disetujui Mengetahui

Sugiyarto, SST., Ns., M.Kes Sunarsih Rahayu, S.Kep., Ns ., M.Kep Widodo,MN


Dosen Keperawatan Ketua Program Studi Ketua Jurusan keperawatan

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
2021
INSTRUKSI KERJA
PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Kode/No: Tanggal berlaku : Revisi :

Melakukan pemeriksaan syaraf sensorik dan syaraf motorik.


Syaraf sensorik merupakan syaraf yang berfungsi menerima
rangsangan dari luar tubuh untuk disampaikan ke otak. Hal ini
memungkinkan otak untuk memberi respons yang sesuai
PENGERTIAN terhadap rangsangan yang diberikan.
Syaraf motorik kumpulan saraf di otak, tulang belakang, dan
jaringan otot yang mengatur fungsi pergerakan otot tubuh. Kerja
saraf motorik memungkinkan tubuh seseorang untuk melakukan
berbagai aktivitas.

TUJUAN Untuk menilai adanya gangguan pada sistem syaraf sensorik dan
motorik
INDIKASI 1. Pada pasien yang curiga mengalami kelainan sistem syaraf

1. ISO 9001 : 2015


KEBIJAKAN
2. Standar Akademik
1. Dosen/ Instruktur
PETUGAS 2. Mahasiswa
3. Perawat
1. Jarum pentul atau peniti untuk sensasi nyeri
2. Kapas untuk sensasi raba-.
3. Tabung/ wadah yang berisi air hangat (40-45 oC) dan tabung
yang berisi air dingin (10-15 oC)
PERALATAN 4. Pensil
5. Garpu tala frekuensi 128 kH untuk sensasi getar
6. Benda yang lazim diketahui orang dan bisa digenggam,
misalnya kancing,uang logam, dll untuk sensasi
stereognosis.
A. Pemeriksaan Fisik pada Kepala
1. Pra interaksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Cuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Orientasi
a. Memberikan salam sebagai pendekatan teraupetik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
PROSEDUR keluarga/pasien
c. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan
dilakukan
3. Kerja
Syaraf Sensorik
Sistem sensibilitas terbagi menjadi :
a. Eksteroseptif
Terdiri atas rasa nyeri, rasa suhu dan rasa raba.
1) Rasa nyeri bisa dibangkitkan dengan berbagai cara,
misalnya dengan menusuk menggunakan jarum,
INSTRUKSI KERJA
PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Kode/No: Tanggal berlaku : Revisi :

memukul dengan benda tumpul, merangsang dengan


api atau hawa yang sangat dingin dan juga dengan
berbagai larutan kimia.
2) Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung
reaksi yang diisi dengan air es untuk rasa dingin, dan
untuk rasa panas dengan air panas. Penderita disuruh
mengatakan dingin atau panas bila dirangsang
dengan tabung reaksi yang berisi air dingin atau air
panas. Untuk memeriksa rasa dingin dapat digunakan
air yang bersuhu sekitar 10-20 °C, dan untuk yang
panas bersuhu 40-50 °C. Suhu yang kurang dari 5 °C
dan yang lebih tinggi dari 50 °C dapat menimbulkan
rasa-nyeri.
3) Rasa raba dapat dirangsang dengan menggunakan
sepotong kapas, kertas atau kain dan ujungnya
diusahakan sekecil mungkin. Hindarkan adanya
tekanan atau pembangkitan rasa nyeri. Periksa
seluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian yang
simetris.
b. Proprioseptif
Rasa raba dalam (rasa gerak, rasa posisi/sikap, rasa getar
dan rasa tekanan)
1) Rasa gerak : pegang ujung jari jempol kaki pasien
dengan jari telunjuk dan jempol jari tangan pemeriksa
dan gerakkan keatas kebawah maupun kesamping
kanan dan kiri, kemudian pasien diminta untuk
menjawab posisi ibu jari jempol nya berada diatas
atau dibawah atau disamping kanan/kiri.
2) Rasa sikap : Tempatkan salah satu lengan/tungkai
pasien pada suatu posisi tertentu, kemudian suruh
pasien untuk menghalangi pada lengan dan tungkai.
Perintahkan untuk menyentuh dengan ujung ujung
telunjuk kanan, ujung jari kelingking kiri dsb.
3) Rasa getar : Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada
meja atau benda keras lalu letakkan diatas ujung ibu
jari kaki pasien dan mintalah pasien menjawab untuk
merasakan ada getaran atau tidakdari garputala
tersebut.
c. Diskriminatif
Daya untuk mengenal bentuk/ukuran; daya untuk
mengenal /mengetahui berat sesuatu benda dsb.
1) Rasa gramestesia : untuk mengenal angka, aksara,
bentuk yang digoreskan diatas kulit pasien, misalnya
ditelapak tangan pasien.
Langkah- langkah:
a) Minta klien menutup mata
INSTRUKSI KERJA
PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Kode/No: Tanggal berlaku : Revisi :

b) Buatlah sebuah angka dengan ujung tumpul


ballpoint pada salah satutelapak tangan klien
c) Minta klien untuk mengidentifikasi objek
tersebut, ulangi prosedur untuk untuk tangan yang
lain

2) Rasa barognosia : untuk mengenal berat suatu benda.


Perasaan barognosis merupakan daya untuk
mengenali dan mengetahui berat sesuatu.
Langkah-langkah:
Pemeriksaan dilakukan dengan menyuruh pasien
memberitahukan benda apayang disodorkan dalam
tangannya. Benda-benda tersebut bisa berupa sekrup,
kancing,karet, dan sumpal gabus.
3) Rasa topognosia : untuk mengenal tempat pada
tubuhnya yang disentuh pasien.
Langkah- langkah:
a) Minta klien menutup mata
b) Sentuh bagian tubuh klien (misalnya jari-jari
kaki)
c) Tanyakan bagian tubuh yang disentuh
4) Streognosis Test: Untuk mengidentifikasi objek
tanpa melihat objek tersebut
Langkah- langkah:
a) Minta klien menutup mata
b) Letakkan sebuah objek (peniti atau uang logam)
pada salah satu
telapak tangan klien
c) Minta klien untuk mengidentifikasi objek
tersebut, ulangi prosedur untuk tangan yang lain
Syaraf Motorik
Pemeriksaan syaraf motorik terdiri dari:
a. Gerakan
Penderita berbaring di tempat tidur. Penderita disuruh
mengangkat tangan setinggi-tingginya (mulai dari yang
normal). Gerakan dapat dinilai gerakan aktif dan gerakan
pasif
b. Kekuatan
Cara menilai kekuatan anggota gerak atas :
a) Untuk menilai kekuatan tangan, penderita disuruh
menarik suatu benda yang dipegang atau ditahan oleh
pemeriksa. Hal itu dapat pula dilakukan dengan bersalaman
erat antara penderita dengan
pemeriksa.
b) Lengan bawah diperiksa dengan cara penderita diminta
untu melawan tahanan yang diberikan pemeriksa pada
lengan bawah penderita
INSTRUKSI KERJA
PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Kode/No: Tanggal berlaku : Revisi :

c) Lengan atas diperiksa dengan cara penderita diminta


untuk melawan tahanan yang diberikan pemeriksa pada
lengan atas penderita. Pemeriksaan kekuatan anggota gerak
bawah dilakukan
dengan dua cara :
a) Kaki penderita diminta untuk melawan tahanan baik dari
plantar atau dorsal pedis
b) Tungkai bawah diperiksa dengan meminta penderita
melawan tahanan yang diberikan pemeriksa pada
tungkai bawah penderita
c) Tungkai atas diperiksa dengan meminta penderita
melawan tahanan yang diberikan pemeriksa pada tungkai
atas penderita Penilaian kekuatan anggota gerak dilakukan
dengan memberikan skor, yaitu :
- Skor 5 (kekuatan penuh)
- Skor 4 (bisa melawan gravitasi dan menahan tahanan
ringan)
- Skor 3 (bisa melawan gravitasi namun tidak bisa
melawan tahanan ringan)
- Skor 2 (tidak bisa melawan gravitasi hanya bisa
digerakkan kanan kiri/bergeser
- Skor 1 (tidak bisa digerakkan, hanya bisa berkontraksi
otot saja)
- Skor 0 (tidak bisa berkontraksi sekalipun)

c. Tonus otot
1) Memeriksa dimulai dari tungkai/tangan yang sehat,
dilanjutkan dengan yang sakit
2) Dilakukan gerakan fleksi – ekstensi maksimal secara
pasif. Bila pada akhir fleksi-ekstensi tarasa ada tahanan
berarti itu hipertoni. Intepretasi: hipertonia (peningkatan
tonus otot), eutonia (tonus otot normal), hipotonia
(penurunan tonus otot)

UNIT 1. Bidang Pengajaran


2. Administrasi Akademik
TERKAIT
3. Penjaminan Mutu
1. Doenges, M. E. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for
Planning and Documenting Patient Care. 3rd. Philadelphia
: J. B. Lippincott Company
2. Bickley, LS. Bate’s guide to physical examination and
REFERENSI history taking. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins. New
York, 2009.
3. Earnest, V. V. 1993. Clinical Skills in Nursing Practice. 2nd
ed. Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Page 1111 –
1120.
4. Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku Pemeriksaan
INSTRUKSI KERJA
PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Kode/No: Tanggal berlaku : Revisi :

Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi


Keperawatan. Alih bahasa Easter Nurses. Jakarta. EGC.
5. Lumbantobing SM. Neurologi klinik : pemeriksaan fisik dan
mental. FK Universitas Indonesia. Jakarta, 2010.
6. Nettina, S. M. 1996. The Lippincott Manual of Nursing
Practice. 6th ed. Philadelphia : J. B. Lippincott Company.
7. Titon, R. C. 1992. Clinical Laboratory Medicine. St. Louis :
Mosby year Book.

Anda mungkin juga menyukai