Anda di halaman 1dari 43

Halaqah 101 | Hadits-Hadits Yang Berkaitan Dengan Penjelasan Hendaklah kalian berjalan di jalan-jalan, hendaklahlah kalian berjalan di atas

Nama Dan Sifat Ketinggian Bagi Allāh ‫ – ﷻ‬Hadits Pertama Ustadz bumi, ‫ في‬disini maksudnya adalah diatasnya. Kemudian juga Firman Allāh ‫ﷻ‬
Dr. Abdullah Roy, M.A ‫ حفظ ه هلل تع الى‬Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh. ‫وع ٱلنَّ ۡخ ِل‬ َ ‫َوُأَل‬
ِ ‫صلِّبَنَّ ُكمۡ فِي ُج ُذ‬

Masuk kita pada pembahasan sifat-sifat yang telah tetap di dalam hadits-hadits
Kemudian juga Firman Allāh ‫ﷻ‬
Nabi ‫ ﷺ‬tentang sifat Al-’Uluw (sifat tinggi) bagi Allāh ‫ﷻ‬. Beliau
menyebutkan di sini satu di antara sifat-sifat Allāh ‫ ﷻ‬yang telah tetap di
dalam hadits-hadits Nabi ‫ﷺ‬, yang pertama adalah ‫يض‬ِ ‫َوقَوْ له فِي ُر ْقيَ ِة ْال َم ِر‬ ‫ي فِي ۡٱلبَ ۡح ِر‬
َ ‫َو َس َّخ َر لَ ُك ُم ۡٱلفُ ۡلكَ ِلت َۡج ِر‬

Sabda Beliau ‫ ﷺ‬tentang ruqyah orang yang sakit, yaitu apa yang beliau supaya berjalan di atas laut maksudnya bukan di dalam laut, maka ini
sebutkan disini adalah bagian dari ruqyah dari orang yang sakit karena َ ‫تَقَ َّد‬
menunjukkan tentang makna ‫في السماء‬. Kemudian َ‫س ا ْس ُمك‬
didalalam haditsnya Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan (ini adalah Hadits Abu Darda)
Suci dan mulia nama-Mu, dan nama disini mufrod yang di idhafahkan
‫ ربّنا هللا الذي في السماء‬:‫من اشتكى منكم شيئا أو اشتكاه أخ له فليقل‬ (disandarkan) maka faedahnya adalah umum mencakup seluruh nama Allāh
‫ﷻ‬, seluruh nama Allāh ‫ ﷻ‬adalah nama yang suci nama yang mulia
Barangsiapa yang diantara kalian yang mengeluhkan sesuatu (merasa sakit)
atau ada seorang saudaranya yang mengeluh (yaitu baik diri kita sendiri ِ ْ‫ك فِي ال َّس َما ِء َواَألر‬
‫ض‬ َ ‫َأ ْم ُر‬
maupun orang lain yang mengeluh baik kita yang sakit maupun orang lain
yang sakit) maka hendaklah dia mengatakan ‫( ربّنا‬disini memanggil Allāh ‫ﷻ‬
Perkaramu Ya Allāh ‫ ﷻ‬di langit maupun di bumi, dan amrullāh ada dua, ada
berdoa kepada Allāh ‫ )ﷻ‬Wahai Rabb kami Allāh ‫ ﷻ‬yang ada ‫في السماء‬, dan
amrullāh yang kauniy dan ada amrullāh yang syar’i, amrullāh yang kauniy
ini adalah syahid dari hadits ini
yaitu perintah Allāh ‫ ﷻ‬dan ketentuan Allāh ‫ ﷻ‬takdir Allāh ‫ﷻ‬

‫ هللا الذي في السماء‬Allāh ‫ ﷻ‬yang ‫في السماء‬, dan sebagaimana telah berlalu ketika
kita membahas Firman Allāh ‫ﷻ‬ َ ُ‫[ ِإنَّ َمٓا َأمۡ ُر ٓۥهُ ِإ َذٓا َأ َرا َد شۡ‍َئًا َأن يَق‬Yā Sīn]
٨٢   ُ‫ول لَهۥُ ُكن فَيَ ُكون‬

ini mencakup di langit maupun di bumi, apa yang Allāh ‫ ﷻ‬kehendaki di


َّ ‫ َأَأ ِمنتُم َّمن فِي‬bagaimana kita memahami makna ‫في الس ماء‬. Sekarang apa
‫الس َماء‬
langit maupun di bumi
dalilnya bahwasanya ‫ فِي‬terkadang maknanya adalah ‫على‬

ِ ْ‫ك فِي ال َّس َما ِء َواَألر‬


‫ض‬ َ ‫َأ ْم ُر‬
ِ ‫ُوا فِي ٱَأۡل ۡر‬
‫ض‬ ْ ‫فَ ِسيح‬

ْ ‫فَٱمۡ ُش‬ Perkara-Mu Ya Allāh ‫ ﷻ‬perintah-Mu Ya Allāh ‫ ﷻ‬yang kauniy itu mencakup
‫وا فِي َمنَا ِكبِهَا‬
dan terjadi baik di langit maupun di bumi, terjaganya langit dan malaikat yang
ada di sana maka mereka bergerak dan diam berbicara dan tidak itu dengan
amrullāh al-kaun Allāh ‫ ﷻ‬yang mentakdirkan demikian pula yang ada di Sebagaimana rahmat-Mu di atas (langit) maka jadikanlah rahmat-Mu di bumi,
bumi. yaitu meminta kepada Allāh ‫ ﷻ‬rahmat karena rahmat Allāh ‫ ﷻ‬mencakup
segala sesuatu
Dan ‫ َأ ْمر‬disini juga mencakup ‫ َأ ْمر‬yang syar’i, syariat Allāh ‫ ﷻ‬atau perintah
Allāh ‫ ﷻ‬yang syar’i atau Allāh ‫ ﷻ‬di langit menyuruh para malaikat-Nya ‫وسعت رحمته كل شيء‬
untuk beribadah dan merekapun beribadah kepada Allāh ‫ﷻ‬, demikian pula di
bumi menyuruh manusia untuk beriman beramal saleh menunjukkan
maka rahmah disini allahua’lam disini adalah rahmah yang makhluk karena
bahwasanya amrullāh bersama ‫ض‬ ِ ْ‫فِي ال َّس َما ِء َواَألر‬. sebagaimana telah berlalu bahwasanya Rahmatullāh maka disana ada Rahmah
yang merupakan sifat Allāh ‫ ﷻ‬dan disana ada rahmah yang merupakan
ِ ْ‫ك فِي اَألر‬
‫ض‬ َ َ‫َك َما َرحْ َمتُكَ فِي ال َّس َما ِء اجْ َعلْ َرحْ َمت‬ makhluk Allāh ‫ﷻ‬, ada Rahmah yang merupakan sifat Allāh ‫ ﷻ‬seperti
misalnya ucapan Nabi ‫ﷺ‬
Sebagaimana rahmat-Mu Ya Allāh ‫ ﷻ‬di langit maka jadikanlah rahmat-Mu di
bumi, sekarang berdoa setelah sebelumnya bertawassul kepada Allāh ‫ﷻ‬ ُ ‫ك َأ ْس ت َِغي‬
‫ْث‬ َ ِ‫ بِ َرحْ َمت‬Dengan Rahmat-Mu Ya Allāh ‫ ﷻ‬aku beristigatsah, berarti
dengan menyebutkan nama Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan Robbana bertawasul dengan disini Rahmat yang merupakan sifat Allāh ‫( ﷻ‬mashdar), Rahmah yang
rububiyah Allāh ‫ ﷻ‬kemudian menyebutkan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah terkandung dalam nama Allāh ‫ﷻ‬
yang memiliki sifat ‘Uluw berarti bertawasul dengan sifat ‘Uluw bagi Allāh
‫ﷻ‬, kemudian juga memuji Allāh ‫ ﷻ‬dengan nama-nama-Nya dan bahwasanya
nama-nama Allāh ‫ ﷻ‬adalah nama-nama yang mulia yang suci, kemudian ِ ‫ٱلر َّۡح ٰ َمن ٱلر‬
‫َّحيم‬
memuji Allāh ‫ ﷻ‬dengan mengatakan ‫ض‬ ِ ْ‫ك فِي ال َّس َما ِء َواَألر‬
َ ‫َأ ْم ُر‬
Maka itu adalah shifatullāh bukan makhluk.
yang kauniy maupun yang syar’i di langit maupun di bumi semuanya adalah
dengan kehendak Allāh ‫ﷻ‬, ini memuji Allāh ‫ ﷻ‬dan ini adalah adab dalam Dan disana ada rohmah yang makhluk sebagaimana Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan
berdoa kita dahulukan dengan pujian, dan disini ingin mendoakan untuk orang kepada al-jannah
yang sakit atau untuk diri kita yang sakit, diantaranya adalah memuji Allāh ‫ﷻ‬
bahwasanya amrullāh yang kauniy maupun yang syar’i yaitu mencakup yang
‫ أنت رحمتي أرحم بك من أشاء‬Engkau adalah rahmat-Ku Aku merahmati denganmu
ada di langit maupun yang ada di bumi, menunjukkan tentang harusnya kita
orang yang Aku kehendaki.
bertawakkal kepada Allāh ‫ ﷻ‬dan pasrah karena kita ingin berdoa untuk
kesembuhan diri kita dan juga untuk kesembuhan orang lain.
Dan telah berlalu juga bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬telah menciptakan 100 rahmah,
jelas disini khalaqa Allāh ‫ ﷻ‬menciptakan 100 rahmah menunjukkan
Kemudian bertawasul dengan rahmat Allāh ‫ﷻ‬
bahwasanya disana ada rahmah makhluk dan apa yang ada disekitar kita
berupa kenikmatan maka ini adalah termasuk diantara rahmat Allāh ‫ﷻ‬. Maka
ِ ْ‫ك فِي اَألر‬
‫ض‬ َ َ‫َك َما َرحْ َمتُكَ فِي ال َّس َما ِء اجْ َعلْ َرحْ َمت‬ ini juga sangat sesuai karena kita sedang meruqyah, meminta rahmat Allāh ‫ﷻ‬
meminta kesembuhan dan kesembuhan adalah bagian dari rahmat Allāh ‫ﷻ‬
‫ا ْغفِرْ لَنَا حُوبَنَا َوخَ طَايَانَا‬ Kemudia kembali bertawasul kepada Allāh ‫ ﷻ‬dengan rububiyah Allāh ‫ﷻ‬,
Engkau Ya Allāh ‫ ﷻ‬adalah Rabb orang-orang yang baik, yang dimaksud
dengan َ‫ الطَّيِّبِين‬ini seperti para Nabi dan juga para pengikut Nabi yang mereka
Ampunilah untuk kami dosa kami dan kesalahan-kesalahan kami, ‫ حُوب‬artinya
berjalan di atas jalannya para Nabi dan juga para Rasul mereka adalah َ‫الطَّيِّبِين‬,
adalah dosa, Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan
dan Allāh ‫ ﷻ‬adalah Rabb al-‘ālamīn untuk semuanya Dia-lah Allāh ‫ ﷻ‬Rabb
dan kita adalah marbū, berada di sana ada rububiyyah yang umum untuk
ٗ ِ‫[ ِإنَّهۥُ َكانَ حُوبٗ ا َكب‬An-Nisa’]
٢  ‫يرا‬ semuanya, adapun yang disebutkan dalam hadits ini maka ini adalah
rububiyah khusus yaitu rububiyah Allāh ‫ ﷻ‬terhadap para Nabi dan juga
orang-orang yang baik. Kemudian َ‫َأ ْن ِزلْ َرحْ َمةً ِم ْن َرحْ َمتِك‬
Sesungguhnya itu adalah dosa yang besar, ‫ حُوب‬artinya adalah dosa

Kembali dia berdoa kepada Allāh ‫ ﷻ‬dan mengatakan: Ya Allāh ‫ﷻ‬


‫ َو َخطَايَانَا‬ini maknanya juga dosa, sebagian menyebutkan bahwasanya ‫ُح وب‬
turunkanlah rahmat diantara rahmat rahmat-Mu, Allāhua’lam disini adalah
maknanya adalah dosa kecil adapun ‫ي‬ َ ‫ خَ طَ ا‬maka ini adalah dosa besar rahmat yang makhluk
Allāhua’lam.

‫ك َعلَى هَ َذا ْال َو َج ِع‬


َ ‫َو ِشفَا ًء ِم ْن ِشفَاِئ‬
‫ ا ْغفِرْ لَنَا‬Ampunilah dosa kami, dan ْ‫ ا ْغفِر‬adalah ْ‫اُ ْستُر‬, ghafara artinya adalah ‫َست ََر‬
yaitu menutupi dan makna meminta maghfirah dari Allāh ‫ ﷻ‬yang pertama
adalah minta ditutupi oleh Allāh ‫ ﷻ‬dosanya sehingga tidak dilihat oleh orang Dan kesembuhan diantara kesembuhan-Mu (‫ ِشفَاء‬ini adalah bagian dari rahmat
lain, kemudian yang kedua adalah minta supaya dihapuskan konsekuensi dari Allāh ‫ ﷻ‬kesembuhan adalah rahmat Allāh ‫ ﷻ‬kasih sayang Allāh ‫ﷻ‬, berarti
dosa tadi baik di dunia maupun di akhirat karena yang namanya dosa ini disini disebutkan yang khusus setelah yang umum) atas penyakit ini. Dan ada
punya akibat punya dampak, terkadang dampaknya seperti dihalangi dari yang membaca ‫َعلَى هَ َذا ْال َو ِج ِع‬
rezeki
dengan mengkasrah jim dan memaknai al-waji’ adalah orang sakitnya, dan
‫إن الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه‬ ada yang membaca ‫ َو َجع‬dengan memfathah jim berarti penyakitnya, dan
maknanya sama
Sesungguhnya seorang hamba terkadang diseretkan (dihalangi) rezekinya
karena sebuah dosa yang dia lakukan. Kemudian juga keresahan di dunia ‫ فَيَ ْب َرأ‬kemudian dia sembuh, maksudnya meminta kepada Allāh ‫ ﷻ‬rahmat
kegelisahan ketakutan ini semua karena sebab dosa. diantara rahmat rahmat-Nya dan kesembuhan diantara kesembuhan-Nya atas
penyakit ini atau atas orang yang sakit ini sehingga dia hilang penyakitnya dan
terlepas dari penyakit tersebut.
Minta kepada Allāh ‫ ﷻ‬supaya di hapuskan, selain ditutupi dosa tadi sehingga
tidak dilihat oleh orang lain juga meminta kepada Allāh ‫ ﷻ‬supaya dihapuskan
dampak dari dosa tadi sehingga tidak terkena dampaknya di dunia maupun di Syahidnya disini adalah lafadz yang ‫هللاَ الَّ ِذي فِي ال َّس َما ِء‬
akhirat
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud yaitu di dalam sunannya dan Syaikh
َ‫َأ ْنتَ َربُّ الطَّيِّبِين‬ Al-Albani menghukumi hadits ini sebagai hadits yang dhaif, seandainya
haditsnya dhaif dalil tentang ketinggian Allāh ‫ ﷻ‬banyak sekali, dhaifnya Ada sebuah kisah di sini Abu Sa’id al-khudri mengatakan Ali bin Abi Thalib
hadits ini tidak memudharati. radhiallahu ‘anhu mengutus kepada Rasulullāh ‫ ﷺ‬dan saat itu Ali berada di
Yaman
Syaikhul Islam sudah menyampaikan dari awal bahwasanya nama dan juga
sifat Allāh ‫ ﷻ‬ini diambil dari hadits-hadits yang shahih, ini beliau ‫ ب ُذهَ ْيبَ ٍة في أ ِد ٍيم َم ْقرُو ٍظ‬dengan sebuah emas
memberikan qaidah dari awal, mungkin beliau menganggap bahwasanya
hadits ini tidak sampai derajat dhaif, Syaikhul Islam menghasankan jadi beliau
‫ لَ ْم تُ َحصَّلْ ِمن تُ َرابِهَا‬yang belum dipisahkan dari tanahnya
menganggap ini adalah hadits yang hasan, dan hadits yang hasan menurut
sebagian ulama mereka menjadikan satu antara yang hasan dengan yang
shahih itu dinamakan dengan hadits yang shahih. ‫ إ َّما ع َْلقَ َم ةُ وإ َّما‬:ُ‫ والرَّابِع‬،‫ وزَ ْي ِد الخَ ي ِْل‬،‫س‬ ِ ‫ وَأ ْق َر َع‬،‫بن بَ ْد ٍر‬
ٍ ِ‫بن حاب‬ ِ َ‫ ب ْينَ ُعيَ ْينَة‬،‫ فَقَ َس َمهَا ب ْينَ أرْ بَ َع ِة نَفَ ٍر‬:‫قال‬
َ
َ ُّ
‫عَا ِم ُر بنُ الطفي ِْل‬
Jadi ada hadits shahih dan ada hadits yang dhaif, ada sebagian memasukkan
hasan ke dalam shahih, yang jelas yang hasan dan shahih ini semuanya adalah kemudian itu dibagikan untuk empat orang ‘Uyaynah ibn Badr, Aqra’ ibn
tetap dari Nabi ‫ﷺ‬, dan diamalkan kalau itu berupa amalan dan diyakini kalau Ḥābis, Zayd Al-Khayl kemudian yang ke-4 ada yang mengatakan ‘Alqamah
memang itu berupa khobar. dan ada yang mengatakan ‘Āmir ibn Thufayl

َّ ‫ ُكنَّا نَحْ نُ أ َح‬:‫قال َر ُج ٌل ِمن أصْ َحابِ ِه‬


‫ق بهذا ِمن هَُؤاَل ِء‬ َ َ‫ف‬
Halaqah 102 | Hadits-Hadits Yang Berkaitan Dengan Penjelasan
Nama Dan Sifat Ketinggian Bagi Allāh ‫ – ﷻ‬Hadits Kedua dan maka ada seseorang yang mengatakan kami lebih berhak dengan benda ini
Ketiga Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A ‫الى‬/‫ه هلل تع‬/‫ حفظ‬Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah (harta ini) daripada mereka (ada yang mengucapkan demikian artinya dia
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh. merasa Rasulullāh ‫ ﷺ‬salah atau tidak amanah dalam membagikan)

Masuk kita pada pembahasan sifat-sifat yang telah tetap di dalam hadits-hadits ‫صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم‬ َّ ‫ فَبَلَ َغ ذلكَ النب‬kemudian yang demikian sampai kepada Nabi ‫ﷺ‬
َ ‫ي‬
Nabi ‫ ﷺ‬tentang sifat Al-’Uluw (sifat tinggi) bagi Allāh ‫ﷻ‬. Beliau kemudian mengucapkan ucapan ini
menyebutkan di sini ‫َوقَوْ له‬
َ ‫ يَْأتِينِي خَ بَ ُر ال َّس َما ِء‬،‫أاَل تَْأ َمنُونِي وَأنَا أ ِمينُ َمن في ال َّس َما ِء‬
‫صبَاحًا و َم َسا ًء‬
dan sabda Nabi ‫ﷺ‬
apakah kalian tidak percaya kepadaku, menunjukkan bahwasanya seorang
‫َأالَ تَْأ َمنُونِي َوَأنَا َأ ِمينُ َم ْن فِي ال َّس َما ِء‬ muslim harus percaya kepada Nabi ‫ ﷺ‬percaya tentang khabar Beliau ‫ﷺ‬
tentang pembagian Beliau ‫ ﷺ‬dan pembagian Beliau ‫ ﷺ‬adalah pembagian
yang paling adil
Ucapan Beliau ‫ﷺ‬: Apakah kalian tidak percaya kepadaku sedangkan aku
adalah orang yang dipercaya oleh Dzat yang ada di atas. Hadits ini
diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim. ‫[ َو َمآ ٰا ٰتى ُك ُم ال َّرسُوْ ُل فَ ُخ ُذوْ هُ َو َما ن َٰهى ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوْ ۚا‬Al-Hasyr:7]
tidak boleh ada didalam hatinya perasaan su’udzon kepada Nabi ‫ﷺ‬, apa yang َ‫ و ْيلَك‬celaka kamu
Beliau ‫ ﷺ‬lakukan itulah yang terbaik, Beliau ‫ ﷺ‬adalah orang yang amanah
orang yang bisa dipercaya, kenapa kita tidak percaya kepada Beliau ‫ﷺ‬
َ ‫أن يَتَّقِ َي هَّللا‬
ْ ‫ض‬ِ ْ‫ق أ ْه ِل األر‬ َ ‫أولَسْت‬
َّ ‫أح‬ َ

‫وَأنَا أ ِمينُ َمن في ال َّس َما ِء‬


bukankah Engkau adalah orang yang paling pantas untuk taqwa kepada Allāh
‫ ﷻ‬di permukaan bumi ini, dan dia meninggalkan Nabi ‫ ﷺ‬dan sampai Khalid
sedangkan aku adalah yang dipercaya oleh Dzat yang berada di atas, Allāh ‫ﷻ‬ ibn Walid mengatakan kepada Nabi ‫ ﷺ‬Wahai Rasulullāh ‫ﷺ‬
saja percaya kepada Beliau ‫ ﷺ‬untuk menyampaikan kalām-Nya untuk
menyampaikan wahyu-Nya, Allāh ‫ ﷻ‬pilih Beliau ‫ ﷺ‬dan Allāh ‫ ﷻ‬tunjuk
‫ أاَل أضْ ِربُ ُعنُقَهُ؟‬Bolehkah aku memenggal kepala orang ini, dan kisahnya ada
Beliau ‫ ﷺ‬bahkan menjadi rasul yang terakhir, bahkan bukan hanya sekali
dalam hadits ini di dalam Shahih Bukhari.
diwahyukan kepada Beliau ‫ ﷺ‬di waktu pagi maupun di waktu petang
menunjukkan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬mempercayai Beliau ‫ﷺ‬.
‫ وهو يعلم ما أنتم علي‬،‫ وهللا فوق العرش‬،‫ والعرش فوق ذلك‬:‫َوقَوْ له‬
Dan Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah Yang Maha Mengetahui dzahir dan batin seseorang,
ketika Allāh ‫ ﷻ‬mempercayakan kepada seseorang menunjukkan dia adalah dan juga sabda Nabi ‫ ﷺ‬dan ‘arsy diatas itu semuanya dan Allāh ‫ ﷻ‬di atas
orang yang Amin (orang yang benar-benar bisa dipercaya) tidak ada arsy-Nya dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan.
pengkhianatan di dalamnya, maka ini adalah hujjah yang sangat kuat tidak ada
alasan bagi seseorang untuk tidak percaya kepada Nabi ‫ ﷺ‬baik dalam khobar
maupun dalam pembagian ِ ْ‫ق ْال َعر‬
Syahidnya disini ‫ش‬ َ ْ‫َوهللاُ فَو‬

‫أاَل تَْأ َمنُونِي وَأنَا أ ِمينُ َمن في ال َّس َما ِء‬


dan Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas ‘arsy-Nya, ‫ق‬ َ ْ‫ فَ و‬artinya adalah di atas ini
menunjukkan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬berada diatas, dan ‘arsy di atas semuanya
karena ‘arsy ini adalah makhluk Allāh ‫ ﷻ‬yang paling tinggi
Apakah kalian tidak percaya kepadaku sedangkan aku adalah yang dipercaya
oleh yang ada di langit. Berarti disini ‫ َمن في ال َّس َما ِء‬yang ada di atas atau yang
‫والعرش فوق ذلك‬
ada di atas langit sebagaimana telah berlalu, inilah syahidnya dan ini menjadi
dalil bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬memiliki sifat Al-‘Uluw
dan ‘arsy di atas semuanya, yaitu di atas langit di atas kursiy bahkan di atas
surga, di adalah makhluk yang paling tinggi dan dia adalah makhluk yang
ُ‫َر َواهُ البخاري َوغَي ُره‬
paling besar dan dia adalah makhluk yang pertama menurut pendapat yang
lebih rajih
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan selainnya bahkan
Imam Muslim pun beliau juga menyebutkan hadits ini dalam shahihnya yaitu
di dalam Kitab Zakat Bab Penyebutan Khowarij Dan Juga Sifat-Sifatnya ِ ْ‫ق ْال َعر‬
‫ش‬ َ ْ‫َوهللاُ فَو‬
karena memang setelah ini ada kisah, yang mengatakan kepada Nabi ‫ﷺ‬
dan Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas ‘arsy, dan Allāh ‫ ﷻ‬tidak butuh dengan ‘arsy, ‘arsy sehingga dia memaknai atau meyakini bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬fi kulli
‘arsy yang butuh dengan Allāh ‫ﷻ‬, Allāh ‫ ﷻ‬lah yang menahan ‘arsy sehingga makan (dimana-mana) karena ingin menyampaikan kepada kita bahwasanya
tidak tidak terjatuh, ‘arsy yang butuh kepada Allāh ‫ ﷻ‬sedangkan Allāh ‫ﷻ‬ Allāh ‫ ﷻ‬mengetahui segala sesuatu, tidak, Allāh ‫ ﷻ‬sebagaimana Allāh ‫ﷻ‬
beristiwa di atasnya dan Allāh ‫ ﷻ‬tidak butuh dengan ‘arsy. kabarkan diatas ‘arsy dan Allāh ‫ ﷻ‬Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak
ada yang samar bagi Allāh ‫ ﷻ‬dan Dia berada diatas ‘arsynya.
‫َوه َُو يَ ْعلَ ُم َما َأ ْنتُ ْم َعلَ ْي ِه‬
Hadits ini adalah ringkasan dari hadits yang dikenal dengan ‫ حديث األوعال‬yaitu
delapan malaikat, yang disebutkan dalam hadits Abbas bin Abdul Muththalib,
Dan Dia mengetahui apa yang kalian ada di atasnya, maksudnya apa yang
beliau mengatakan
kalian kerjakan dan disini digabungkan antara ketinggian Allāh ‫ ﷻ‬dengan
dalamnya ilmu Allāh ‫ﷻ‬, ketinggian Allāh ‫ ﷻ‬bukan berarti Allāh ‫ ﷻ‬tidak
tahu apa yang ada di sini, Allāh ‫ ﷻ‬Dia Maha Tinggi dan Allāh ‫ ﷻ‬Maha ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫صابَ ٍة فِي ِهم َرسُو ُل هَّللا‬ ْ َ‫نت فِي الب‬
َ ‫ط َحا ِء فِي ِع‬ ُ ‫ُك‬
Mengetahui apa yang ada di bumi dan di tempat yang lain, tidak ada yang
samar bagi Allāh ‫ﷻ‬.
Aku di bathhā’ dan bersama beberapa orang diantaranya adalah Rasulullāh ‫ﷺ‬

Tidak ada pertentangan antara tingginya Allāh ‫ ﷻ‬dengan ilmunya Allāh ‫ﷻ‬ َ َ‫ فَن‬، ٌ‫ فَ َمرَّت بِ ِهم َس َحابَة‬maka lewat sebuah awan kemudian Beliau ‫ ﷺ‬melihat
‫ظ َر ِإلَيهَا‬
Yang Maha Luas, dan ini sudah kita isyaratkan ketika kita membahas apa
ke awan tersebut
yang Allāh ‫ ﷻ‬sebutkan di dalam surat Al-Hadid dan juga surat Al-Mujadalah,
yaitu Firman Allāh ‫ ﷻ‬tentang ma’iyatullāh
‫ ” َما تُ َس ُّمونَ هَ ِذ ِه ؟‬: ‫ فَقَا َل‬kalian menamakan apa ini?
‫َوه َُو َم َع ُك ْم َأ ْينَ َما ُكنتُ ْم‬
ُ‫ ال َّس َحاب‬: ‫ قالوا‬ini adalah awan
‫ِإالَّ ه َُو َم َعهُ ْم َأ ْينَ َما كَانُوا‬
ُ‫ َوال ُمزن‬: ‫ قَا َل‬Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan dan al-muzn
dan disebutkan di situ tentang ilmu Allāh ‫ ﷻ‬dan juga ma’iyatullāh, kalau
yang dalam surat Al-Hadid disebutkan tentang ketinggian Allāh ‫ ﷻ‬yaitu ُ‫ َوال ُمزن‬: ‫ قَالُوا‬ini adalah nama lain dari saḥāb
Allāh ‫ ﷻ‬beristiwa diatas ‘arsy kemudian juga disebutkan tentang
ma’iyatullāh, ma’iyah ‘ilmiyyah Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas ‘arsy dan Dia
mengetahui segala sesuatu, disini juga demikian, sehingga seperti diucapkan َ َ‫ ق‬Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan ُ‫وال َعنَان‬,
ُ‫ َوال َعنَان‬: ‫ال‬ َ jadi namanya al-muzn / al-‘anān / as-
saḥāb,
sebagian Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah yang Maha Tinggi sekaligus Dia sangat dekat dan
sangat mengetahui dan Dia-lah yang qarīb (sangat dekat) dengan kita dan
Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah yang berada di atas. ‫ َوال َعنَان‬: ‫قَالُوا‬

Tidak ada pertentangan di antara dua perkara ini, karena isykal baginya Abu Bakar mengatakan mereka juga mengikuti Nabi ‫ ﷺ‬dan mengatakan
bagaimana Allāh ‫ ﷻ‬mengetahui segala sesuatu kalau Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas ‫وال َعنَان‬,
َ yaitu namanya di antaranya adalah al-‘anān
‫َدري‬
ِ ‫ ال ن‬: ‫رض ؟ ” قالوا‬
ِ ‫ ” هَل تَدرُونَ َما بُع ُد َما بَينَ ال َّس َما ِء َواَأل‬: ‫قال‬ ِ ‫ ثُ َّم َعلَى ظُه‬kemudian diatas punggung-punggung mereka ada al-‘arsy
ُ‫ُور ِهم ال َعرش‬

Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan menurut kalian berapa jarak antara kalian dengan langit, ‫ بَينَ َأسفَلِ ِه َوَأعالهُ ِمث ُل َما بَينَ َس َما ٍء ِإلَى َس َما ٍء‬antara atasnya dan bawahnya itu seperti
mereka mengatakan kami tidak tahu antara langit dengan langit berikutnya

ٌ َ‫ ” ِإ َّن بُع َد َما بَينَهُ َما ِإ َّما َوا ِح َدةٌ َأو اثنَتَا ِن َأو ث‬: ‫قَا َل‬
َ‫ ثُ َّم ال َّس َما ُء فَوقَهَا َك َذلِك‬، ً‫الث َو َسبعُونَ َسنَة‬ َ ‫ ثُ َّم هَّللا ُ تَبَارَكَ َوتَ َعالَى فَو‬kemudian Allāh ‫ ﷻ‬di atasnya.
َ‫ق َذلِك‬

Sesungguhnya jarak antara kalian dengan langit (yang pertama) adalah 71 atau Hadits ini disini Syaikhul Islam mengatakan diriwayatkan oleh Abu Dawud
72 atau 73 tahun (Allāhua’lam disini adalah perjalanan seekor onta dengan dan juga At-Tirmidzi dan selain keduanya dan yang saya bacakan tadi lafadz
kecepatan yang sedang) dan langit yang berada diatasnya demikian (artinya Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani beliau mendhaifkan  hadits ini.
jaraknya juga sama)
Seandainya ini adalah hadits yang dhaif maka kita berpegang dengan ucapan
ٍ ‫ َحتَّى َع َّد َسب َع َس َم َوا‬sampai Beliau ‫ ﷺ‬menghitung tujuh langit
‫ت‬ Syaikhul Islam yang awal bahwasanya dalam masalah nama dan juga sifat
berpegang dengan hadits-hadits yang shahih. Kenapa beliau mendatangkan
hadits ini, beliau sepertinya menghukumi hadits ini dengan hasan atau shahih
َ ‫ ثُ َّم فَو‬kemudian setelah langit yang ketujuh ada baḥr yaitu laut yang
‫ق السَّابِ َع ِة بَح ٌر‬
karena memang ada sebagian yang menghasankan tapi bukan dari haditsnya
luas
Abbas haditsnya Abdullah bin Mas’ud, menghasankan hadist ini.

‫ بَينَ أس فَلِ ِه َوَأ ْعالهُ ِمث ُل َم ا بَينَ َس َما ٍء ِإلَى َس َما ٍء‬jarak antara atasnya dan bawahnya ini
Allāhua’lam seandainya ini adalah hadits yang hasan maka menunjukkan
seperti jarak antara satu langit dengan langit yang lain
bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬adalah di atas ‘arsy dan Allāh ‫ ﷻ‬memiliki sifat ‘Uluw
dan seandainya dia adalah hadits yang tidak shahih maka ketinggian Allāh ‫ﷻ‬
ٍ ‫ق َذلِكَ ثَ َمانِيَةُ َأوْ ع‬
‫َال‬ َ ‫ ثُ َّم فَو‬kemudian diatasnya ada delapan malaikat telah tetap di dalam dalil-dalil yang lain.

‫بَينَ َأظالفِ ِهم َو ُر َكبِ ِهم ِمث ُل َما بَينَ َس َما ٍء ِإلَى َس َما ٍء‬ Halaqah 103 | Hadits-Hadits Yang Berkaitan Dengan Penjelasan
Nama Dan Sifat Ketinggian Bagi Allāh ‫ – ﷻ‬Hadits Keempat,
antara ‫َأظالفِ ِهم َو ُر َكبِ ِهم‬, adzhlāf ini disebutkan dalam syarah bahwasanya adzhlāf Kelima, dan Keenam Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A ‫الى‬/‫ه هلل تع‬/‫ حفظ‬Kitāb
bagi sapi atau kambing ini seperti sepatunya kuda, jadi kalau untuk sapi dan Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
juga kambing namanya adzhlāf kalau untuk kuda namanya hafits, sejenis, rahimahullāh.
antara itu dengan ‫ َو ُر َكبِ ِهم‬dengan lutut-lutut mereka, antara telapak kakinya tadi
dengan lututnya itu jaraknya adalah seperti antara langit dengan langit Masuk kita pada pembahasan sifat-sifat yang telah tetap di dalam hadits-hadits
berikutnya. Ini menunjukkan tentang besarnya malaikat tadi dan itu jumlahnya Nabi ‫ ﷺ‬tentang sifat Al-’Uluw (sifat tinggi) bagi Allāh ‫ﷻ‬. Beliau
bukan hanya satu tapi ada delapan ِ ‫َوقَوْ له لُ ْل َج‬
menyebutkan di sini ‫اريَ ِة‬
dan sabda Nabi ‫ ﷺ‬kepada seorang budak Wanita ً‫ص َّكة‬
َ ‫ص َك ْكتُهَا‬َ ‫ لَ ِكنِّي‬bukan hanya sekedar marah tapi aku menamparnya dengan
keras, ً‫ص َّكة‬ َ maksudnya adalah menamparnya dengan keras atau menamparnya
sekali
‫ َأ ْينَ هللاُ؟‬Dimanakah Allāh ‫ﷻ‬

ْ َ‫ قَال‬dia mengatakan Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas ‫ي‬ َ ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َعظَّ َم َذل‬
َّ َ‫ك َعل‬ َ ِ‫ُول هللا‬ ُ ‫فََأتَي‬
َ ‫ْت َرس‬
‫ فِي ال َّس َماء‬:‫ت‬

Kemudian aku mendatangi Rasulullāh ‫ ﷺ‬dan membesarkan perkara ini


‫ َم ْن َأنَا؟‬:‫ قَا َل‬Kemudian Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan kepadanya Siapakah saya?
atasku, yaitu Rasulullāh ‫ ﷺ‬setelah dikabarkan maka Beliau ‫ ﷺ‬menganggap
ini adalah perkara yang besar, sampai menampar seorang budak wanita dan ini
ِ‫ َأ ْنتَ َرسُو ُل هللا‬:‫ت‬
ْ َ‫ قَال‬dia mengatakan engkau adalah Rasulullāh ‫ﷺ‬ adalah sebuah kedzhaliman

ٌ‫ َأ ْعتِ ْقهَ ا فَِإنَّهَ ا ُمْؤ ِمنَ ة‬:‫ قَ ا َل‬Kemudian Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan Lepaskanlah dia / ‫ُول هللاِ َأفَاَل ُأ ْعتِقُهَا؟‬ ُ ‫قُ ْل‬
َ ‫ يَا َرس‬:‫ت‬
bebaskanlah dia karena dia adalah seorang yang beriman ‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬Hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Muslim.
maka aku berkata wahai Rasulullāh ‫ ﷺ‬apakah aku membebaskannya?, dia
menyesal dengan apa yang dia lakukan dan ini menunjukkan bagaimana para
Hadits ini juga ada kisahnya, dari Mu’awiyah Ibn Hakam As-Sulami seorang sahabat Nabi ‫ ﷺ‬mereka juga bersalah sebagaimana manusia yang lain juga
sahabat Nabi ‫ﷺ‬, yang bernama Mu’awiyah diantara sahabat Nabi ‫ ﷺ‬lebih bersalah, kita meyakini tentang keutamaan mereka cuma kita tidak meyakini
dari satu orang, ada Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan dan Mu’awiyah Ibn Hakam bahwasanya mereka ma’sum tapi lihat bagaimana dia langsung bertobat
As-Sulami, beliau mengatakan ‫اريَةٌ تَرْ عَى َغنَ ًما لِي قِبَ َل ُأ ُح ٍد َو ْال َجوَّانِيَّ ِة‬ ْ ‫َوكَان‬
ِ ‫َت لِي َج‬ kepada Allāh ‫ ﷻ‬menyesal dan bertaubat, dia mendatangi Nabi ‫ ﷺ‬dalam
keadaan menyesal dan menceritakan kepada Nabi ‫ ﷺ‬apa yang terjadi
kemudian karena sangat menyesalnya dia akhirnya dia ingin membebaskan
Aku memiliki seorang budak wanita yang menggembala kambing di arah
budak tadi, dan ini merupakan perkara yang besar karena budak ini harta dia
Uhud (sebelah utara kota Madinah) dan juga Al-Jawāniyah
bisa dijual mahal, ketika seseorang membebaskan berarti dia menginfakkan
sebagian hartanya melepaskan sebagian hartanya
ُ ‫فَاطَّلَع‬
َ ‫ْت َذاتَ يَوْ ٍم فَِإ َذا ال ِّذيبُ قَ ْد َذه‬
‫َب بِشَا ٍة ِم ْن َغنَ ِمهَا‬
‫ اْئتِنِي بِهَا‬:‫قَا َل‬
maka aku melihat suatu hari ada seekor serigala yang membawa seekor
kambing dari kambing yang digembala oleh budak tadi
maka Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan datangkan dia disini, ingin dites oleh Nabi ‫ﷺ‬
apakah dia adalah orang yang beriman sehingga bisa di bebaskan karena yang
‫ َوَأنَا َر ُج ٌل ِم ْن بَنِي آ َد َم‬dan aku adalah seorang anak manusia dibebaskan adalah orang yang beriman, sekarang akan dites oleh Nabi ‫ﷺ‬
pantas tidak dan boleh tidak wanita tadi budak tadi untuk dibebaskan
َ‫ آ َسفُ َك َما يَْأ َسفُون‬aku marah sebagaimana yang lain juga marah
‫ فََأتَ ْيتُهُ بِهَا‬maka aku pun mendatangkan budak wanita tadi
‫ فَقَا َل لَهَا‬mulailah disini dites oleh Nabi ‫ﷺ‬, Beliau ‫ ﷺ‬ingin tahu apakah dia syahadat yang pertama dalam ucapan dia ‫فِي ال َّس َماء‬
orang yang beriman atau bukan maka Nabi ‫ ﷺ‬berkata kepadanya
dan syahadat yang kedua dia mengatakan ‫َأ ْنتَ َرسُو ُل هللا‬
‫ َأ ْينَ هللاُ؟‬Dimanakah Allāh ‫?ﷻ‬, dan ini menunjukkan boleh seseorang bertanya
dimanakah Allāh ‫ ﷻ‬karena sebagian ahlul bida’ ada yang mengharamkan dan
maka Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan ‫ َأ ْعتِ ْقهَا‬:‫ قَا َل‬bebaskan dia (sudah terpenuhi syaratnya)
tidak membolehkan untuk bertanya dimana Allāh ‫ﷻ‬, mana yang kita ikuti
Nabi ‫ ﷺ‬yang berkata kepada budak wanita Dimana Allāh ‫ ﷻ‬atau mereka
yang mengharamkan? ٌ‫ فَِإنَّهَا ُمْؤ ِمنَة‬karena dia adalah seorang yang beriman

ْ َ‫ قَال‬maka budak wanita ini mengatakan di atas atau itu diatas langit,
‫ فِي ال َّس َما ِء‬:‫ت‬ Lepaskan dia kalau kamu memang niat untuk melepaskan dia sebagai
ini pertanyaan yang pertama, setelah menjawab dengan pertanyaan yang pengganti atas kesalahan dia, karena dia sudah menampar wajah budak ini dan
pertama dan mengetahui bahwasanya berarti wanita ini ketika dia mengatakan dia ingin mengganti hal tersebut dan ingin terlepas dari dosa kedzhaliman dia
‫ فِي ال َّس َماء‬berarti dia meyakini tentang keberadaan Allāh ‫ ﷻ‬dan dia meyakini ingin membebaskan maka silahkan kau bebaskan budak ini karena dia adalah
bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas, dari sini diketahui tentang apakah dia ini seorang yang beriman.
beriman atau tidak, berarti dia orang yang percaya tentang adanya Allāh ‫ﷻ‬
dan dia meyakini Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas.
Beliau ‫ ﷺ‬menilai bahwasanya wanita ini adalah wanita yang beriman dari
jawabannya pertama dia meyakini bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas dan
Kemudian Beliau ‫ ﷺ‬mendatangkan pertanyaan yang kedua yang kedua meyakini bahwasanya Muhammad ‫ ﷺ‬adalah Rasulullāh, berarti
meyakini bahwa Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas adalah sebuah keimanan dan
seharusnya demikian orang yang beriman berkeyakinan, berdasarkan dalil
‫ َم ْن َأنَ ا؟‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬Siapakah aku?, kalau yang pertama tadi tentang syahadat yang
yang banyak dari Al-Qur’an maupun hadits Nabi ‫ﷺ‬. Dan hadits ini shahih
pertama ُ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللا‬kemudian  Beliau ‫ ﷺ‬bertanya kepadanya siapakah
keluarkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya
aku karena ini tidak kalah penting dengan yang pertama

Kemudian setelahnya beliau mengatakan َ‫ان َأ ْن تَ ْعلَ َم َأ َّن هللاَ َم َع ك‬ َ ‫ ((َأ ْف‬:‫َوقَوْ ل ه‬
ِ ‫ض ُل اِإل ي َم‬
ِ‫ َأ ْنتَ َرسُو ُل هللا‬:‫ت‬
ْ َ‫قَال‬
ٌ ْ ُ ُ
‫ َح ِديث َح َس ٌن‬.)) َ‫َح ْيث َما كنت‬

maka wanita ini ternyata dia mengetahui meskipun dia adalah seorang budak
dan sabda Nabi ‫ ﷺ‬Sebaik-baik iman adalah engkau mengetahui/menyadari
yang mengembala kambing tadi tapi dia tahu bahwasanya ini adalah
bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬bersamamu dimanapun engkau berada.
Rasulullāh ‫ﷺ‬, dan dia mengatakan engkau adalah Rasulullāh ‫ ﷺ‬yaitu engkau
adalah seorang yang diutus oleh Allāh ‫ ﷻ‬yang ada di langit, engkau diutus
oleh Allāh ‫ ﷻ‬yang berada diatas, dia beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬yang berada di Berarti senantiasa dia muraqabah Allāh ‫ ﷻ‬senantiasa muraqabatullāh merasa
atas dan Dia-lah yang telah mengutus dirimu dan engkau adalah Rasulullāh diawasi oleh Allāh ‫ﷻ‬, dan kita tahu bahwasanya derajat ini dinamakan derajat
‫ﷺ‬, berarti di sini isyarat pada syahadat yang kedua yaitu ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل‬ ihsan dan dia adalah tingkatan yang paling tinggi, sehingga Beliau ‫ﷺ‬
ِ‫هللا‬, mengatakan sebaik-baik iman. Dan ini menunjukkan bahwasanya iman ini
bisa bertambah dan bisa berkurang dan bahwasanya orang-orang yang
beriman mereka berbeda-beda, kalau iman bisa bertambah dan berkurang adalah isnad yang dhaif. Seandainya dia adalah hadits yang dhaif maka tidak
berarti orang-orang yang beriman mereka bertingkat-tingkat, ada yang memudharati karena masalah sifat ma’iyyah bagi Allāh ‫ ﷻ‬telah datang di
imannya kuat dan ada yang imannya lemah, dan ini adalah bantahan bagi yang dalam ayat yang tadi kita sebutkan.
mengatakan bahwa iman tidak berkurang dan tidak bertambah dan la
yatajazza.
Kemudian setelahnya beliau mengatakan ‫ ((ِإ َذا قَا َم َأ َح ُد ُك ْم ِإلَى الصَّال ِة؛ فَِإ َّن هللاَ قِبَ َل‬:‫َوقَوْ له‬
‫َوجْ ِه ِه‬
َ‫ َأ ْن تَ ْعلَ َم َأ َّن هللاَ َم َع ك‬Engkau mengetahui bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬bersamamu, dan
ma’iyyah disini adalah ma’iyyah yang umum yang disebutkan dalam Firman
Dan juga sabda Nabi ‫ ﷺ‬apabila salah seorang diantara kalian menuju shalat
Allāh ‫ﷻ‬
maka sesungguhnya Allāh ‫ ﷻ‬berada di arah depannya

‫َوه َُو َم َع ُك ْم َأ ْينَ َما ُكنتُ ْم‬


‫ْص قَ َّن قِبَ َل َوجْ ِه ِه‬
ُ ‫ فَالَ يَب‬maka janganlah dia meludah di arah depannya, maka ini
menunjukkan larangan bahwasanya di dalam shalat kita dilarang untuk
dan Firman Allāh ‫ﷻ‬ meludah ke arah depan, tidak boleh ke arah depan karena Allāh ‫ ﷻ‬berada di
arah depan, dan ini tidak menafikan bahwa Allāh ‫ ﷻ‬di atas ‘arsy karena Allāh
‫ ﷻ‬meliputi segala sesuatu
‫ِإالَّ ه َُو َم َعهُ ْم َأ ْينَ َما كَانُوا‬

‫ َوالَ ع َْن يَ ِمينِ ِه‬dan tidak boleh meludah kearah kanan, karena kanan ini adalah
ma’iyyah disini adalah ma’iyyah yang umum yaitu ma’iyyatul ‘ilm, Allāh ‫ﷻ‬
tempat yang mulia, Allāh ‫ ﷻ‬memuliakan kanan maka jangan kita meludah ke
bersama kita yaitu dengan ilmu-Nya bukan berarti Allāh ‫ ﷻ‬berada dimana-
arah kanan
mana, dan ayat tersebut kalau kita perhatikan isinya adalah tentang al-‘ilm
tentang ilmu Allāh ‫ ﷻ‬Yang Maha Luas
‫ َأوْ تَحْ تَ قَ َد ِم ِه‬،‫ار ِه‬
ِ ‫ َولَ ِك ْن ع َْن يَ َس‬akan tetapi boleh ke arah kiri atau ke bawah (ke arah
kakinya), kalau memang terpaksa seseorang meludah.
َ‫ َح ْيثُ َما ُك ْنت‬dimanapun engkau berada, baik kita sendirian di kamar ataupun kita
bersama orang lain di waktu siang maupun di waktu malam maka ini adalah
menunjukkan tentang iman yang tinggi ketika seseorang merasa Allāh ‫ﷻ‬ Dan ini menunjukkan tentang adab dalam shalat tidak boleh seseorang
bersamanya dimanapun dia berada, sehingga menjadikan dia dalam keadaan meludah ke arah depan atau ke kanan dan kalau memang terpaksa meludah
merasa diawasi oleh Allāh ‫ﷻ‬, tidak melakukan kemaksiatan meskipun dalam dia ke arah kiri atau ke arah bawah, seperti orang yang terganggu dalam
keadaan sendiri dan tidak meninggalkan kewajiban meskipun tidak di lihat shalatnya tidak khusyuk dalam shalatnya seperti ada yang mengganggu dalam
oleh orang lain karena dia merasa di awasi oleh Allāh ‫ﷻ‬, kalau sudah sampai shalatnya maka disarankan dia untuk yang berlindung kepada Allāh ‫ ﷻ‬dari
derajat demikian maka ini adalah afdhalul iman. godaan syaithan kemudian meludah kekiri tiga kali. Dan ini menunjukkan
bahwasanya gerakan yang ringan dalam shalat diperbolehkan.
Hadits ini dihasankan oleh Syaikhul Islam namun sebagian ulama seperti
Syaikh Al-Albani rahimahullāh beliau mendhaifkan, hadits ini diriwayatkan Hadits ini muttafaqun alaihi diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim.
oleh Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir dan didhaifkan oleh Syaikh Al-Albani
rahimahullāh dan Syaikh Ushaimi hafidzhahullāh mengatakan isnadnya
Halaqah 104 | Hadits-Hadits Yang Berkaitan Dengan Penjelasan kemudian berlindung kepada Allāh ‫ )ﷻ‬dari kejelekan segala sesuatu yang
Nama Dan Sifat Ketinggian Bagi Allāh ‫ – ﷻ‬Hadits Ketujuh dan merangkak/berjalan di permukaan bumi (kalau memang dia memiliki
Kedelapan Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A ‫الى‬/‫ه هلل تع‬/‫ حفظ‬Kitāb Al-‘Aqīdah kejelekan maka kita berlindung kepada Allāh ‫ ﷻ‬dari kejelekan tersebut) yang
Al-Wāsithiyyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh. dimana Engkau yang memegang ubun-ubun (bagian depan dari kepala)

Masuk kita pada pembahasan sifat-sifat yang telah tetap di dalam hadits-hadits ‫َي ٌء‬ َ ‫( َأ ْنتَ اَأل َّو ُل فَلَي‬setelah berlindung kepada Allāh ‫ ﷻ‬kemudian memuji
ْ ‫ْس قَ ْبلَكَ ش‬
Nabi ‫ ﷺ‬tentang sifat Al-’Uluw (sifat tinggi) bagi Allāh ‫ﷻ‬. Beliau Allāh ‫ ﷻ‬lagi dan mengatakan) Engkau adalah Al-Awwal Ya Allāh ‫ ﷻ‬maka
menyebutkan di sini tidak ada sebelum-Mu sesuatu

ِّ‫ َربَّنَ ا َو َربَّ ُك ل‬،‫ش ْال َع ِظ ِيم‬ِ ْ‫ض َو َربَّ ْال َع ر‬


ِ ْ‫ت ال َّسب ِْع َواَألر‬
ِ ‫ اللهُ َّم َربَّ ال َّس َم َوا‬: ‫َوقَوْ له صلى هللا عليه وسلم‬ َ ‫ َوَأ ْنتَ اآل ِخ ُر فَلَي‬dan Engkau adalah yang akhir tidak ada setelah-Mu
‫ْس بَ ْعدَكَ شَي ٌء‬
ُ ْ ْ َّ ْ َّ ْ
َ‫ ُمن ِز َل التوْ َرا ِة َواِإل ن ِجي ِل َوالقرْ آن‬،‫ق ال َحبِّ َوالن َوى‬ َ
َ ِ‫ فال‬،‫َي ٍء‬
ْ ‫ش‬ sesuatu, yaitu Allāh ‫ ﷻ‬yang terus ada

dan sabda Nabi ‫ ﷺ‬Ya Allāh ‫ ﷻ‬Rabb langit yang tujuh dan Rabb bumi dan َ ‫ َوَأ ْنتَ الظَّا ِه ُر فَلَي‬dan Engkau adalah Dzahir tidak ada di atas-Mu
‫ْس فَوْ قَ كَ َش ْي ٌء‬
Rabb ‘arsy yang besar dan Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, maka ini sesuatu, menunjukkan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬memiliki sifat Al-‘Uluw karena
semua adalah tawassul dengan rububiyah Allāh ‫ ﷻ‬atas seluruh makhluk- yang ada dalam nama Allāh ‫ ﷻ‬Adz- Dzahir maknanya adalah ‘Uluw, dan
makhluk tadi sudah berlalu penafsiran tentang apa yang Allāh ‫ ﷻ‬sebutkan dalam surat Al-
Hadid
‫ق ْال َحبِّ َوالنَّ َوى‬
َ ِ‫فَال‬
ِ َ‫اآلخ ُر َوالظَّا ِه ُر َو ْالب‬
ُ‫اطن‬ ِ ‫ ه َُو اَأل َّو ُل َو‬ini di jelaskan oleh Nabi ‫ ﷺ‬ di dalam hadits ini
Engkaulah yang membuka al-ḥab (biji-bijian seperti jagung, beras, dll) dan
an-nawā (biji yang ada di dalam buah misalnya kurma), Allāh ‫ﷻ‬ ‫َي ٌء‬
ْ ‫كش‬ ِ َ‫ َوَأ ْنتَ ْالب‬dan Engkau adalah yang Bathin (dan sudah berlalu
َ ‫اطنُ فَلَي‬
َ َ‫ْس دُون‬
membukakan dia sehingga dia tumbuh menjadi tanam-tanaman dan tumbuh- penjelasannya) maka tidak ada yang lebih dekat daripada diri-Mu. Di sini ada
tumbuhan tanpa ada campur tangan dari kita, Allāh ‫ ﷻ‬yang membukakannya penggabungan antara sifat Dzuhur bagi Allāh ‫ ﷻ‬dan juga sifat Bathiniyyah,
dan Allāh ‫ ﷻ‬yang menumbuhkannya Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas ‘arsy Allāh ‫ ﷻ‬memiliki sifat ‘Uluw dan Allāh ‫ﷻ‬
yang paling mengetahui perkara-perkara yang dalam, tidak ada yang lebih
mengetahui daripada Allāh ‫ ﷻ‬bahkan Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah yang lebih
َ‫يل َو ْالقُرْ آن‬
ِ ‫ ُم ْن ِز َل التَّوْ َرا ِة َواِإل ْن ِج‬Engkaulah yang telah menurunkan Taurat Injil dan mengetahui tentang diri kita daripada kita sendiri, yang lebih mengetahui
juga Al-Qur’an tentang komputer ini daripada yang membuat komputer itu sendiri, tidak ada
yang lebih dekat daripada Allāh ‫ﷻ‬.
ِ َ‫ك ِم ْن َش ِّر نَ ْف ِسي َو ِم ْن َش ِّر ُكلِّ دَابَّ ٍة َأ ْنت‬
ِ ‫آخ ٌذ بِن‬
‫َاصيَتِهَا‬ َ ِ‫َأعُو ُذ ب‬
ِ ‫( ا ْق‬maka Ya Allāh ‫ )ﷻ‬tunaikanlah dan bayarkanlah untuk hutang
َ‫ض َعنِّي ال َّد ْين‬
Aku berlindung kepada-Mu Ya Allāh ‫( ﷻ‬setelah bertawassul dengan
rububiyah Allāh ‫ ﷻ‬dan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah yang membuka al-ḥab ‫ َوَأ ْغنِنِي ِمنَ ْالفَ ْق ِر‬dan jauhkanlah aku dari kefaqiran.
dan an-nawā dan yang telah menurunkan Taurat dan Injil dan Al-Qur’an
Ini menunjukkan tentang doa yang agung ini, didalamnya ada tawassul dan juga sabda Nabi ‫ ﷺ‬ketika para sahabatnya mengangkat suara-suara
dengan nama-nama Allāh ‫ ﷻ‬dan juga ada permohonan kepada Allāh ‫ﷻ‬ mereka dengan dzikir, mereka mengangkat dzikir mereka tahlil mereka takbir
untuk di tunaikan hutangnya dan doa ini menunjukkan keinginannya dia, mereka mengangkat suaranya, maka Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan
ketika seseorang berdoa kepada Allāh ‫ ﷻ‬Ya Allāh ‫ ﷻ‬mudahkanlah saya
untuk membayar hutang berarti ada keinginan untuk membayar hutang dan
ُ‫ َأيُّهَا النَّاس‬ Wahai manusia
keinginan yang sungguh-sungguh ini diwujudkan dalam doa semoga menjadi
sebab untuk dimudahkan membayar hutangnya.
‫ أرْ بِعُوا‬pelan-pelanlah/sayangilah
Karena ada sebagian dia bermudah-mudah dengan masalah utang bahkan
mungkin di dalam hatinya ada niat untuk tidak mengembalikan tadi, adapun ‫ َعلَى َأ ْنفُ ِس ُك ْم‬diri kalian, menunjukkan bahwa asalnya seseorang ketika berdzikir
seorang yang takut kepada Allāh ‫ ﷻ‬dan mengetahui bahwasanya itu melirihkan suaranya bukan mengeraskan suaranya
kedzhaliman di hari kiamat akan diadili oleh Allāh ‫ ﷻ‬maka dia akan berusaha
untuk mengembalikan hak orang lain, diantaranya adalah dengan berdoa
karena tidak ada yang bisa menunaikan hutang kita kecuali Allāh ‫ﷻ‬, dan ini َ ‫ فَِإنَّ ُك ْم الَ تَ ْد ُعونَ َأ‬karena sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat
‫ص َّم َوالَ غَاِئبًا‬
yang tuli dan kalian tidak berdoa kepada Dzat yang jauh (ghaib), karena kita
kadang mungkin dilupakan oleh sebagian. Dia memiliki banyak hutang tapi
teriak itu sebabnya mungkin yang pertama orang yang kita ajak bicara sulit
dia tidak pernah berdoa kepada Allāh ‫ ﷻ‬untuk dimudahkan dalam membayar,
mendengar, pendengarannya kurang sehingga kita teriak-teriak atau yang
sehingga berpuluh-puluh tahun dia dalam keadaan berhutang dan berhutang.
kedua dia tidak kurang dalam pendengaran tapi dia jauh sehingga kita harus
keras suaranya, ternyata Allāh ‫ ﷻ‬tidak tuli dan Dia tidak ghaib
Syahidnya di sini ‫َي ٌء‬
ْ ‫كش‬ َ ‫َوَأ ْنتَ الظَّا ِه ُر فَلَي‬
َ َ‫ْس فَوْ ق‬
‫ ِإنَّ َم ا تَ ْد ُعونَ َس ِميعًا قَ ِريبًا‬Sesungguhnya kalian berdoa kepada Dzat yang sangat
yang lainnya ada sifat-sifat yang lain Al-Awwal Al-Akhir ini nama Allāh ‫ﷻ‬ mendengar (kenapa harus mengeraskan suara, Allāh ‫ ﷻ‬sangat mendengar)
dan sudah berlalu Al-Awwal mengandung al-awwaliyyah Al-Akhir dan Dia Maha Dekat, maka tidak ada hajat untuk mengeraskan suara kita di
mengandung al-akhiriyyah Adz-Dzhahir mengandung sifat Dzhuhur Al- dalam berdzikir, berarti disini ada penetapan sifat mendengar bagi Allāh ‫ﷻ‬
Bāthin mengandung sifat huruf bathiniyyah atau butūn, tapi syahidnya disini dan juga sifat dekat bagi Allāh ‫ﷻ‬
adalah‫ َوَأ ْنتَ الظَّا ِه ُر‬karena kita melihat setelahnya dan juga sebelumnya ini
sedang berbicara tentang ketinggian Allāh ‫ﷻ‬. Di sini ada sifat rububiyah ada
sifat uluhiyyah, ada sifat yang terkandung dalam ‫ق‬ َ ِ‫ فَال‬ ada sifat tanzil ada sifat
‫احلَتِ ِه‬ ِ ُ‫ ِإ َّن الَّذي تَ ْدعُونَ هُ َأ ْق َربُ ِإلَى َأ َح ِد ُك ْم ِم ْن ُعن‬Sesungguhnya yang kalian berdoa
ِ ‫ق َر‬
ٌ َ‫ت‬ ْ ‫َأ‬ kepada-Nya (Allāh ‫ )ﷻ‬lebih dekat kepada salah seorang diantara kalian
al-akhdzu ‫َاصيَتِهَا‬ِ ‫ن آ ِخذ بِن‬
daripada leher ontanya.

‫ ((َأيُّهَا النَّاسُ ! أرْ بِعُوا َعلَى َأ ْنفُ ِس ُك ْم؛ فَ ِإنَّ ُك ْم‬:‫ص َحابَةُ َأصْ َواتَهُ ْم بِال ِّذ ْك ِر‬َّ ‫َوقَوْ له صلى هللا عليه وسلم لَ َّما َرفَ َع ال‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ Artinya Allāh ‫ ﷻ‬sangat mengetahui apa yang terjadi di seluruh permukaan
‫ق‬ ُ ُ َ ْ َّ
ِ ‫ ِإ َّن الذي تَ ْدعُونَهُ ق َربُ ِإلى َح ِدك ْم ِم ْن ُعن‬.‫صيرًا ق ِريبًا‬ َ َ ‫الَ تَ ْد ُعونَ َأ‬
ِ َ‫ ِإنَّ َما تَ ْد ُعونَ َس ِميعًا ب‬،‫ص َّم َوالَ غَاِئبًا‬ ٌ َ‫ُمتَّف‬
bumi termasuk diantaranya adalah apa yang ada pada diri kita ‫ق َعلَ ْي ِه‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬ ٌ َ‫ ُمتَّف‬.))‫َرا ِحلَتِ ِه‬

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim


‫ فَِإ ِن ا ْستَطَ ْعتُ ْم َأن الَّ تُ ْغلَبُ وا‬،‫ضا ُمونَ فِي ُرْؤ يَتِ ِه‬
َ ُ‫ الَ ت‬،‫ ((ِإنَّ ُك ْم َستَ َروْ نَ َربَّ ُك ْم َك َما تَرَوْ نَ ْالقَ َم َر لَ ْيلَةَ ْالبَ ْد ِر‬:ُ‫قَوْ لُه‬ ٌ َ‫ ُمتَّف‬Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim
‫ق َعلَ ْي ِه‬
ٌ َ‫ ُمتَّف‬.))‫صال ٍة قَب َْل ُغرُوبِهَا؛ فَا ْف َعلُوا‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬ ‫و‬ ‫س‬ ِ ُ‫صال ٍة قَ ْب َل طُل‬
َ َ ِ ‫وع ال َّش ْم‬ َ ‫َعلَى‬
َ‫ث الَّتِي ي ُْخبِ ُر فِيهَا ِرسُو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم عَن َّربِ ِه بِ َما ي ُْخبِ ُر بِ ِه؛ فَِإ َّن ْالفِرْ قَة‬
ِ ‫ِإلَى َأ ْمثَا ِل هَ ِذ ِه اَأل َحا ِدي‬
Dan juga sabda Nabi ‫ ﷺ‬sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian َ‫النَّا ِجيَةَ َأ ْه َل ال ُّسنَّ ِة َو ْال َج َما َع ِة يُْؤ ِمنُونَ بِ َذلِك‬
sebagaimana kalian melihat bulan pada malam purnama, yang di samakan
disini adalah ru’yahnya yaitu sebagaimana kita melihat bulan di malam bulan
Dan yang semisal dengan hadits-hadits ini, ini menunjukkan apa yang beliau
purnama maka kita akan melihat Allāh ‫ﷻ‬, bukan mar’i nya tapi cara
sebutkan tadi sebagian hadits Nabi ‫ ﷺ‬bukan semuanya yang Rasulullāh ‫ﷺ‬
melihatnya, buktinya Nabi ‫ ﷺ‬setelahnya mengatakan kalian tidak akan
mengabarkan di dalamnya tentang Allāh ‫ﷻ‬
َ ُ‫ت‬, Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan ‫ فِي ُرْؤ يَتِ ِه‬berarti yang disamakan disini
‫ضا ُمونَ فِي ُرْؤ يَتِ ِه‬
adalah ru’yahnya.
‫ي ُْخبِ ُر فِيهَا ِرسُو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم عَن َّربِ ِه بِ َما ي ُْخبِ ُر بِ ِه‬
Sebagaimana ketika seseorang melihat bulan di malam bulan purnama, kita
َ ُ‫( ت‬ada yang mengartikan tidak saling
dan juga orang lain tidak َ‫ض ا ُمون‬ Beliau ‫ ﷺ‬mengabarkan di dalam hadits-hadits tadi tentang Allāh ‫ﷻ‬, tentang
mendzhalimi satu dengan yang lain, dan ada yang mengatakan tidak saling nama-Nya tentang sifat-Nya dan Beliau ‫ ﷺ‬adalah makhluk yang paling tahu
berdesak-desakan), demikian ketika kelak dihari kiamat yaitu di surga maka tentang Allāh ‫ﷻ‬, sehingga dalam hadits
orang-orang yang beriman akan melihat Allāh ‫ ﷻ‬tanpa berdesak-desakan,
mereka jumlahnya banyak tapi masing-masing mereka melihat Allāh ‫ ﷻ‬di
‫ أنا أعلمكم باهلل‬Aku adalah orang yang paling tahu tentang diri Allāh ‫ ﷻ‬di antara
tempatnya masing-masing tanpa mereka berdesak-desakan.
kalian dan aku adalah yang paling takut kepada Allāh ‫ﷻ‬. Kalau kita
mengakui Beliau ‫ ﷺ‬lebih tahu tentang Allāh ‫ ﷻ‬maka apa yang Beliau ‫ﷺ‬
‫صال ٍة قَ ْب َل ُغرُوبِهَا‬
َ ‫س َو‬ َ ‫فَِإ ِن ا ْستَطَ ْعتُ ْم َأن الَّ تُ ْغلَبُوا َعلَى‬
ِ ُ‫صال ٍة قَ ْب َل طُل‬
ِ ‫وع ال َّش ْم‬ kabarkan tentang Allāh ‫ ﷻ‬tentang nama dan juga sifat-Nya harus kita
benarkan kalau memang itu di dalam Hadits yang Shahih.
Oleh karena itu apabila kalian bisa untuk tidak dikalahkan (untuk tidak
meninggalkan) shalat sebelum terbitnya matahari (shalat shubuh) dan shalat َ‫فَِإ َّن ْالفِرْ قَةَ النَّا ِجيَةَ َأ ْه َل ال ُّسنَّ ِة َو ْال َج َما َع ِة يُْؤ ِمنُونَ بِ َذلِك‬
sebelum tenggelamnya (shalat ashar)
Maka sesungguhnya golongan yang selamat ahlussunnah wal jama’ah mereka
‫ فَا ْف َعلُوا‬maka hendaklah kalian lakukan. beriman dengan semuanya itu. Berbeda dengan ahlul bida’ yang mereka
mentakwil menolak atau mereka mentasybih
Ini menunjukkan tentang keutamaan shalat Subuh dan shalat Ashar, hendaklah
kita perhatikan dan jangan sampai kita ketinggalan shalat berjamaah Subuh ‫يل؛ بَ لْ هُ ُم‬ ٍ ِ‫ َو ِم ْن َغي ِْر تَ ْكي‬،‫ْطي ٍل‬
ٍ ِ‫يف َوالَ تَ ْمث‬ ٍ ‫َك َما يُْؤ ِمنُونَ بِ َما َأ ْخبَ َر هللاُ بِ ِه فِي ِكتَابِ ِه؛ ِم ْن َغي ِْر تَحْ ِر‬
ِ ‫يف َوال تَع‬
‫ُأل‬ ْ ‫ُأل‬ ‫َأ‬ ‫ُأل‬
demikian pula shalat Ashar karena ini dua shalat yang termasuk shalat yang ُ
‫ق ا َّم ِة؛ َك َما َّن ا َّمةَ ِه َي ال َو َسط فِي ا َم ِم‬ ِ ‫ْال َو َسطُ فِي فِ َر‬
paling mulia sampai Nabi ‫ ﷺ‬menyebutkan disini kalau bisa kalian tidak
ketinggalan shalat sebelum terbitnya matahari dan sebelum tenggelamnya
sebagaimana mereka beriman dengan apa yang Allāh ‫ ﷻ‬kabarkan di dalam
matahari hendaklah kalian lakukan.
kitab-Nya (dari sunnah dan juga kitab Allāh ‫ )ﷻ‬tanpa mentahrif tanpa
menta’thil tanpa mentakyif dan tanpa mentamtsil.
Berarti di sini menguatkan kembali dan beliau mengingatkan kembali yang Rasulullāh ‫ ﷺ‬dan firaq dinisbahkan kepada ummat menunjukkan bahwasanya
beliau sebutkan di awal yaitu tanpa tahrif tanpa ta’thil tanpa takyif dan tanpa mereka statusnya adalah seorang muslim, aliran-aliran umat ini mereka masih
tamtsil (pengertiannya sudah berlalu), bahkan mereka ini adalah pertengahan berstatus sebagai Muslim dan itulah yang diyakini oleh  Ahlussunnah Wal
diantara aliran-aliran umat ini sebagaimana umat ini adalah pertengahan di Jama’ah bahwasanya aliran-aliran tersebut adalah muslim, mereka bukan
antara umat-umat yang lain. keluar dari agama Islam karena Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan ‫أمتي‬, Beliau ‫ ﷺ‬masih
menamakan mereka sebagai umat Beliau ‫ ﷺ‬sehingga ucapan Nabi ‫ﷺ‬
Halaqah 105 | Kaidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah Dalam Masalah
Sifat Allāh ‫ ﷻ‬ialah Berada di Pertengahan Ustadz Dr. Abdullah Roy, ‫ كلهم في الن ار‬Semuanya masuk neraka itu bukan karena mereka keluar dari
M.A ‫الى‬/‫ه هلل تع‬/‫ حفظ‬Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah Syaikhul Islam Ibnu agama Islam tapi karena mereka melakukan bid’ah di dalam agama yaitu
Taimiyyah rahimahullāh. bid’ah di dalam masalah aqidah dan nanti akan disebutkan tentang keyakinan-
keyakinan mereka
Setelah beliau rahimahullāh menyebutkan tentang bagaimana keyakinan
Ahlussunnah Wal Jama’ah di dalam masalah nama dan juga sifat Allāh ‫ ﷻ‬dan ‫ق اُأل َّم ِة‬
ِ ‫ بَلْ هُ ُم ْال َو َسطُ فِي فِ َر‬Mereka ini (Ahlussunnah Wal Jama’ah) adalah orang-
mereka bersandarkan kepada Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shohih, orang yang berada dipertengahan, dia adalah firqotun nājiah (firqoh yang
menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allāh ‫ ﷻ‬dan juga Rasul-Nya tanpa selamat, firqoh yang mendapatkan petunjuk bukan firqoh yang sesat,
mentahrif menta’thil mentakyif mentamtsil, setelah itu beliau menyebutkan firqohnya Rasulullāh ‫ ﷺ‬kelompoknya Rasulullāh ‫ )ﷺ‬maka mereka kalau
sebuah pernyataan dan juga kaidah bahwasanya mereka yaitu Ahlussunnah dibandingkan dengan aliran-aliran tersebut yang jumlahnya ada 72 golongan
Wal Jama’ah di dalam masalah sifat Allāh ‫ ﷻ‬mereka berada di pertengahan. kita mendapatkan bahwasanya Ahlussunnah Wal Jama’ah itu berada di
pertengahan, sebagaimana jalan yang lurus ini adalah jalan yang pertengahan
bukan di kanan dan bukan di kiri dia berada dipertengahan sebagaimana Allāh
‫ق اُأل َّم ِة‬
ِ ‫ بَلْ هُ ُم ْال َو َسطُ فِي فِ َر‬Bahkan mereka (Ahlussunnah Wal Jama’ah) adalah al- ‫ ﷻ‬menyebutkan di dalam Al-Qur’an dan mensifati jalan-Nya dengan sawā as-
wasath (yang adil, yang paling baik yang berada di pertengahan, tidak sabil, sawā artinya adalah pertengahan.
menyia-nyiakan juga tidak berlebihan) di dalam aliran-aliran ummah (umat
islam).
Dan bagaimana Nabi ‫ ﷺ‬dalam hadits Beliau ‫ ﷺ‬menggaris sebuah garis
kemudian Beliau ‫ ﷺ‬menggaris dengan garis yang banyak di sebelah kanan
Firaq adalah jamak jadi firqoh karena Nabi ‫ ﷺ‬telah mengabarkan tentang
dan juga kirinya, jalan Allāh ‫ ﷻ‬adalah di pertengahan sehingga akidah
adanya perpecahan umat dan bahwasanya mereka akan berpecah belah mereka yaitu aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah kalau kita camkan maka kita
menjadi aliran-aliran sebagaimana dalam hadits Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan
dapatkan berada dipertengahan di antara aliran-aliran tersebut, tidak
berlebihan dan juga tidak mengurang-ngurangi tapi di pertengahan.
‫افترقت اليهود على إحدى وسبعين ملة وافترقت النصارى على ثنتين وسبعين ملة‬
Kemudian beliau mengatakan ‫َك َما َأ َّن اُأل َّمةَ ِه َي ْال َو َسطُ فِي اُأل َم ِم‬
Kemudian Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan ‫ستفترق أمتي على ثالث وسبعين ملة‬
Wasathiyahnya (pertengahannya) ahlussunnah di antara aliran-aliran ini
dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 golongan, berarti umat ini akan seperti umat ini (umat Islam) dia adalah pertengahan diantara umat-umat yang
menjadi firaq (aliran-aliran) dan al-ummah artinya adalah umat Islam umatnya lain, ahlussunnah di antara aliran-aliran dalam Islam itu seperti aqidah kaum
muslimin dibandingkan dengan (di tengah-tengah) aqidah umat-umat yang dipilih oleh Allāh ‫ ﷻ‬diantara hamba-hamba-Nya untuk menyampaikan
lain yaitu umat-umat sebelum kita orang-orang Yahudi dan orang Nasrani, wahyu dan juga risalah Allāh ‫ ﷻ‬kepada Bani Israil, beliau adalah hamba
maka umat Islam kalau kita lihat aqidahnya maka dia adalah pertengahan di Allāh ‫ ﷻ‬juga rasul-Nya.
antara Yahudi dan juga Nasrani.
Ucapan kaum muslimin beliau adalah hamba Allāh ‫ ﷻ‬bantahan kepada orang
Contoh misalnya keyakinan tentang Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, orang Yahudi Nasrani, kita tidak seperti mereka berlebihan tapi kita mengatakan beliau
meyakini bahwasanya Nabi ‘Isa adalah anak zina, seorang wanita tidak punya adalah hamba Allāh ‫ ﷻ‬beliau abdun bukan ma’bud beliau ‘ābid bukan
suami hamil berarti dia adalah anak dari sebuah perzinahan, belum habis ma’bud, dan orang Islam mengatakan beliau adalah Rasulullāh berarti orang
mereka menuduh ‘Isa adalah anak zina dan Maryam adalah pezina, mereka yang terpilih, nasabnya adalah nasab yang baik, terhormat harus dihormati,
berusaha untuk menyakiti dan juga untuk membunuh Nabi ‫‘ ﷺ‬Isa adapun orang-orang yahudi menghinakan ‘Isa dengan sehina-hinanya. Maka
‘alaihissalam, dan mereka adalah kaum yang suka membunuh nabi-nabi Allāh kaum muslimin meyakini beliau adalah Rasulullāh berarti beliau adalah
‫ ﷻ‬tanpa haq sebagaimana Allāh ‫ ﷻ‬sebutkan beberapa kali dalam Al-Qur’an, termasuk manusia terbaik bahkan beliau termasuk Ulul Azmi yang disebutkan
maka ini menunjukkan tentang bagaimana sikap yang kasar sikap yang tidak oleh Allāh ‫ﷻ‬
baik dan kekufuran kepada para Nabi dan juga para Rasul.
‫وا ۡٱل َع ۡز ِم ِمنَ ٱلرُّ ُس ِل‬
ْ ُ‫صبَ َر ُأوْ ل‬
َ ‫ٱصبِ ۡر َك َما‬
ۡ َ‫ف‬
Adapun orang-orang Nashara kebalikan dari orang Yahudi mereka berlebihan
terhadap Nabi ‘Isa karena Nabi ‘Isa dilahirkan oleh Maryam dan tanpa bapak
yang disebutkan oleh Allāh ‫ ﷻ‬dalam Firman-Nya
padahal Maryam ini adalah wanita yang sholihah berarti bapak dia bukan
manusia, kemudian mereka meyakini bahwanya dia adalah anak Allāh ‫ﷻ‬,
kalau dia anak Allāh ‫ ﷻ‬berarti dia adalah Tuhan juga yang patut diberikan ‫يس ٰۖ ٓى َأ ۡن‬
َ ‫وس ٰى َو ِع‬ َّ ‫ي َأ ۡو َح ۡينَ ٓا ِإلَ ۡي كَ َو َم ا َو‬
َ ‫ص ۡينَا بِ ِٓۦه ِإ ۡب ٰ َر ِهي َم َو ُم‬ ٓ ‫وح ا َوٱلَّ ِذ‬ ِ ‫ش ََر َع لَ ُكم ِّمنَ ٱلد‬
ٗ ُ‫ِّين َما َوص َّٰى بِ ِهۦ ن‬
peribadatan kepadanya, demikian terjatuh orang-orang nashara di dalam َ‫ِّدين‬ ْ
‫وا ٱل‬ ‫َأقِي ُم‬
ghuluw (berlebihan) terhadap Nabi ‘Isa ‘alaihissalam sampai mengatakan [Asy-Syura:13]
bahwasanya beliau seorang ilāh (yang disembah) sehingga Allāh ‫ ﷻ‬kelak di
hari kiamat akan bertanya kepada ‘Isa
dan penyebutan nama Nabi ‘Isa ‘alaihissalam di dalam Al-Qur’an banyak,
beliau adalah orang yang mulia ketika Allāh ‫ ﷻ‬mengabarkan kepada Maryam
ٰ ۡ
ِ ‫اس ٱتَّ ِخ ُذونِي َوُأ ِّم َي ِإلَهَ ۡي ِن ِمن د‬
ِ ۖ ‫ُون ٱهَّلل‬ ِ َّ‫َءَأنتَ قُلتَ لِلن‬
‫ َو ِجيهٗ ا فِي ٱل ُّد ۡنيَا َوٱأۡل ٓ ِخ َر ِة‬beliau adalah orang yang memiliki kedudukan di dunia
karena disana ada orang-orang nashara yang mereka berlebih-lebihan terhadap dan juga di akhirat, bukan orang yang hina seperti ucapan orang-orang
Nabi ‘Isa ‘alaihissalam. Yahudi.

Adapun keyakinan umat Islam berada di pertengahan, mereka meyakini Lihat bagaimana Allāh ‫ ﷻ‬memberikan taufiq kepada kaum muslimin, mereka
bahwasanya Nabi ‘Isa ‘alaihissalam adalah ‘abdullāh (hamba Allāh ‫ )ﷻ‬bukan dalam keadaan mereka tersesat ada yang mengatakan itu adalah anak Allāh ‫ﷻ‬
ilāh dan bukan anak Allāh ‫ ﷻ‬tapi dia adalah ‘abdullāh sama dengan kita dan ada yang mengatakan itu adalah anak zina, tapi Allāh ‫ ﷻ‬memberikan
seorang hamba di antara hamba-hamba Allāh ‫ﷻ‬, kemudian keyakinan umat taufiq kepada kaum muslimin diberikan kepada kita hakikat yang sebenarnya
Islam bahwasanya beliau adalah Rasulullāh seorang utusan Allāh ‫ ﷻ‬yang siapakah Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, beliau adalah hamba Allāh ‫ ﷻ‬dan beliau
adalah Rasulullāh, Allāh ‫ ﷻ‬memberikan mukjizat kepada beliau sesuai punya ilmu, seperti orang yang semangat berjalan tapi dia tidak tahu arah,
dengan kehendaknya dan mukjizat tadi bukan berarti dia adalah Tuhan tetapi sesat.
Allāh ‫ ﷻ‬memberikan mukjizat kepada beliau.
Adapun orang-orang Yahudi maka mereka adalah orang-orang yang dimurkai,
Ahlussunnah Wal Jama’ah berada di antara pertengahan, diantara pertengahan dia sudah tau jalannya itu adalah jalan yang benar tapi dia tidak
umat Islam adalah pertengahan di dalam masalah ilmu dan juga amal, orang- mengamalkan, dia tidak mengikuti, maka orang Yahudi dimurkai oleh Allāh
orang Yahudi mereka adalah orang-orang yang turun kepada mereka kitab dan ‫ ﷻ‬dan orang-orang Nasrani mereka adalah orang-orang yang sesat.
diutus kepada mereka rasul yang banyak sehingga mereka harusnya adalah
ulama (orang-orang yang berilmu) namun banyak diantara ilmu yang mereka
Umat Islam berada di pertengahan yaitu menggabungkan antara ilmu dan juga
ketahui tidak mereka amalkan, ilmu hanya sekedar ilmu mendengar hanya
amalan, di dalam Islam ilmu memiliki keutamaan yang besar dan di dalam
sekedar mendengar
Islam tuntutan dari ilmu adalah beramal, sehingga banyak disebutkan dalam
Al-Qur’an iman dengan amal shaleh
‫َص ۡينَا‬
َ ‫ َس ِم ۡعنَا َوع‬mereka mendengar tapi mereka bermaksiat sehingga Allāh ‫ﷻ‬
memurkai mereka, mereka adalah yang disebutkan Allāh ‫ ﷻ‬dalam surat Al-
١ ‫ص ِر‬ ۡ ‫َو ۡٱل َع‬
Fatihah
٢ ‫ِإ َّن ٱِإۡل ن ٰ َسنَ لَفِي ُخ ۡس ٍر‬
ِ ‫صلِ ٰ َح‬
‫ت‬ َّ ٰ ‫وا ٱل‬
ْ ُ‫وا َو َع ِمل‬
ْ ُ‫ِإاَّل ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ۡ‫ ۡٱل َم ۡغضُوب َعلَ ۡي ِهم‬orang-orang yang dimurkai.
‫ن‬ٞ ‫َر َأ ۡو ُأنثَ ٰى َوهُ َو ُم ۡؤ ِم‬ َ ٰ ‫َم ۡن َع ِم َل‬
ٍ ‫صلِ ٗحا ِّمن َذك‬
Kemudian orang-orang nashara mereka adalah orang yang semangat beramal
semangat beribadah tapi sayang semangat ibadah mereka tidak didasari oleh
disebutkan iman dan juga amal shalih, tidak mungkin seseorang percaya dan
ilmu sehingga mereka banyak membuat perkara yang baru di dalam agama
beriman kecuali dia harus memiliki ilmunya, mengilmui menyadari, berarti di
mereka, misalnya rohbaniyyah yaitu seseorang tidak boleh nikah demi untuk
dalam iman ini ada kandungan ilmu, di dalam Islam ilmu dan amal ini harus
menyempurnakan ibadah mereka, sebagaimana Firman Allāh ‫ﷻ‬
senantiasa ada dan beriringan dan inilah jalan yang lurus yaitu yang
menggabungkan antara ilmu dan amal, kita mengatakan dalam shalat kita
ۡ‫[ َو َر ۡهبَانِيَّةً ۡٱبتَ َدعُوهَا َما َكت َۡب ٰنَهَا َعلَ ۡي ِهم‬Al-Hadid:27]
‫ٱه ِدنَا ٱلصِّ ٰ َرطَ ۡٱل ُم ۡستَقِي َم‬
ۡ Tunjukilah kami Ya Allāh ‫ ﷻ‬jalan yang lurus
dan rohbaniyyah yang mereka ada-adakan sendiri, dan lihat semangat mereka
dalam beribadah sampai mereka membuat patung di tempat ibadah mereka
ingin mendekatkan diri kepada Allāh ‫ ﷻ‬dengan cara bertawasul dengan ‘Isa ِ ‫ غ َۡي ِر ۡٱل َم ۡغضُو‬bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai
َ‫ب َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل ٱلضَّٓالِّين‬
dan bukan jalannya orang-orang yang sesat.
dengan Maryam, tujuan mereka adalah ingin beribadah ingin membersihkan
diri mereka, semangat mereka dalam beramal tapi tanpa ilmu, melakukan
amal ibadah bukan berdasarkan syariat yang diajarkan oleh Nabi ‘Isa Berarti jalan yang lurus bukan jalan Yahudi dan juga bukan jalan Nasrani,
‘alaihissalam tapi membuat sendiri sehingga Allāh ‫ ﷻ‬mensifati mereka Yahudi ilmu tanpa amal nashara amal tanpa ilmu, berarti jalan yang lurus ilmu
dengan َ‫ ٱلضَّٓالِّين‬orang-orang yang sesat, karena mereka bersemangat tapi tidak dan juga amalan, ini umat Islam yang sebenarnya mereka harus
mengumpulkan antara ilmu dan juga amalan. Maka Ahlussunnah Wal َ‫ َوَأ ْه ِل التَّ ْمثِي ِل ْال ُم َش بِّه‬dan antara ahlu tamtsil (orang-orang yang mendatangkan
Jama’ah mereka al-wasath mereka berada di pertengahan antara aliran-aliran permisalan bagi Allāh ‫ ﷻ‬padahal Allāh ‫ ﷻ‬tidak ada yang semisal dengan-
yang ada dalam umat ini. Nya)

Halaqah 106 | Sikap Pertengahan AhlusSunnah Wal Jama’ah Kalau ahlu ta’thil mereka menolak adapun ahlu tamtsil menerima tapi
Dalam Bab Sifat, Perbuatan, Dan Ancaman Allāh ‫ ﷻ‬Ustadz Dr. berlebihan, menerima dan mereka menyerupakan Allāh ‫ ﷻ‬dengan makhluk,
Abdullah Roy, M.A ‫الى‬///‫ه هلل تع‬///‫ حفظ‬Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah Allāh ‫ ﷻ‬Dia punya tangan dan tangan Allāh ‫ ﷻ‬sama dengan tangan kita, di
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh. sini berlebihan. Adapun ahlu ta’thil mereka menolak, menganggap
bahwasanya menetapkan berarti menyerupakan Allāh ‫ ﷻ‬dengan makhluk dan
menyerupakan Allāh ‫ ﷻ‬dengan makhluk tidak boleh.
Beliau mengatakan ‫ت هللاِ ُس ْب َحانَهُ َوتَ َعالَى‬
ِ ‫صفَا‬ ِ ‫فَهُ ْم َو َسطٌ فِي بَا‬
ِ ‫ب‬

Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka menetapkan tapi mereka tidak


Maka mereka ini (ahlussunnah wal jama’ah) pertengahan di dalam bāb
menyerupakan, menetapkan sifat-sifat Allāh ‫ ﷻ‬dan meyakini sifat Allāh ‫ﷻ‬
sifat Allāh ‫ﷻ‬ tidak sama dengan sifat makhluk tapi sesuai dengan keagungan-Nya sehingga
di sini Ahlussunnah Wal Jama’ah berada di pertengahan antara dua aliran ini.
Karena Syaikhul Islam di awal-awal ini sedang berbicara tentang sifat Allāh
‫ ﷻ‬sehingga didahulukan disini, dijelaskan bahwasanya kita didalam masalah ‫ب َأ ْف َع ا ِل هللاِ بَ ْينَ ْال َجب ِْريَّ ِة َو ْالقَد َِريَّ ِة‬
ِ ‫ َوهُ ْم َو َس طٌ فِي بَ ا‬Dan mereka adalah pertengahan di
sifat Allāh ‫ ﷻ‬ini pertengahan antara dua aliran
dalam masalah pekerjaan-pekerjaan/amalan-amalan Allāh ‫ ﷻ‬antara
orang-orang qadariyyah dan orang-orang jabriyyah.
ِ‫يل ْال ُم َشبِّهَة؛‬
ِ ِ‫ َوَأ ْه ِل التَّ ْمث‬،‫ت هللاِ ُس ْب َحانَهُ َوتَ َعالَى بَ ْينَ أ ْه ِل التَّ ْع ِطي ِل ْال َج ْه ِميَّ ِة‬
ِ ‫صفَا‬
ِ ‫ب‬
ِ ‫فِي بَا‬
Qadariyyah mengatakan bahwasanya apa yang dilakukan oleh makhluk
maka mereka berada di pertengahan antara dua aliran ini, yang pertama tidak ada campur tangan dari Allāh ‫ﷻ‬, Allāh ‫ ﷻ‬tidak menciptakan
adalah ahlu ta’thil, at-ta’thil artinya adalah menafikan mengosongkan, wa bi’ri pekerjaan kita atau amalan kita dan bukan Allāh ‫ ﷻ‬yang menghendaki,
mu’athola (dan sumur yang mu’athola maksudnya adalah sumur yang kosong berarti di sini mereka mengingkari campur tangan Allāh ‫ ﷻ‬di dalam
sudah dipakai orang), yang mereka adalah al-jahmiyyah, aliran yang pekerjaan-pekerjaan mereka dan amalan-amalan mereka baik yang berupa
menisbahkan diri mereka kepada Jahm Ibn Shafwan yang mengatakan ketaatan maupun kemaksiatan, berlebihan di dalam menetapkan af’āl hamba
bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬tidak memiliki nama dan juga tidak memiliki sifat kemudian mereka mengingkari af’āl Allāh ‫ﷻ‬, Allāh ‫ ﷻ‬tidak ada campur
berarti mereka mengingkari sehingga mereka masuk di dalam mu’athila tangan dengan af’āl kita, kita yang menciptakan pekerjaan-pekerjaan kita
(orang-orang yang mengingkari), Allāh ‫ ﷻ‬tidak memiliki nama dan tidak sendiri bukan Allāh ‫ ﷻ‬yang menciptakan perbuatan kita bukan Allāh ‫ ﷻ‬yang
memiliki sifat, seluruh sifat diingkari seluruh nama diingkari, sifat Rahmah menghendaki perbuatan kita tapi kita yang menghendaki dan kita yang
kemudian juga sifat Mahabbah sifat Kalam dan sifat-sifat yang lain, menciptakan amalan-amalan kita, berarti di sini menafikan af’āl Allāh ‫ ﷻ‬dan
menganggap bahwa seorang yang menetapkan sifat-sifat tadi berarti dia telah campur tangan Allāh ‫ ﷻ‬terhadap af’āl mereka.
menyerupakan Allāh ‫ ﷻ‬dengan makhluk-Nya
Adapun al-jabriyyah maka mereka menetapkan dan mengimani
af’ālullāh tapi mereka berlebihan sampai mereka mengatakan
bahwasanya yang kita lakukan yang melakukan adalah Allāh ‫ﷻ‬, yaitu dan Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan
manusia ini tidak punya qudrah dan gerakan kita ini seperti wayang yang
digerakkan oleh dalangnya atau seperti pohon yang ditiup oleh angin, dan kita
Allāh ‫ ﷻ‬yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan baik ketaatan
tidak punya kehendak kita tidak punya qudrah tidak punya iradah sehingga
maupun kemaksiatan, dan pekerjaan kita masuk dalam Firman Allāh ‫ﷻ‬
sebagian mereka mengatakan bahwasanya yang shalat itu Allāh ‫ ﷻ‬karena
Allāh ‫ ﷻ‬yang menghendaki Allāh ‫ ﷻ‬yang memberikan kita qudrah, berarti di
sini berlebihan di dalam menetapkan af’ālullāh. Qadariyyah mereka ُ ِ‫[ ٱهَّلل ُ ٰخَ ل‬Az-Zumar-62] Allāh ‫ ﷻ‬yang menciptakan segala sesuatu, dan
‫ق ُك ِّل ش َۡي ٖ ۖء‬
menafikan dan mengatakan yang mencipta adalah diri kita sendiri adapun al- masuk dalam Firman Allāh ‫ﷻ‬
jabriyyah maka mereka mengatakan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬yang memaksa kita
dan yang melakukan ini adalah Allāh ‫ ﷻ‬sendiri, ini berlebihan di dalam
‫ق ُك َّل ش َۡي ٖء‬
َ َ‫[ َوخَ ل‬Al-Furqan:2] dan menciptakan segala sesuatu
masalah af’ālullāh.

Maka apa yang kita lakukan ini masuk dalam sesuatu tadi maka dia termasuk
Adapun Ahlus Sunnah Wal Jama’ah maka mereka meyakini bahwasanya
ciptaan Allāh ‫ﷻ‬
Allāh ‫ ﷻ‬yang menciptakan kita dan menciptakan irodah kita dan memberikan
kepada kita qudrah dan yang melakukan adalah kita sendiri, dan mereka
meyakini bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah yang menciptakan kita dan apa yang َ‫ َوٱهَّلل ُ َخلَقَ ُكمۡ َو َما ت َۡع َملُون‬dan apa yang kalian kerjakan, berarti apa yang kita kerjakan
kita lakukan dan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan tadi adalah kita dan yang menciptakan adalah Allāh ‫ﷻ‬.
bukan Allāh ‫ﷻ‬, Allāh ‫ ﷻ‬yang menciptakan pekerjaan tadi tapi fa’ilnya
adalah kita.
Dan ini juga bantahan kepada orang-orang jabriyyah karena disini Allāh ‫ﷻ‬
mengatakan َ‫ َو َم ا ت َۡع َملُ ون‬dan apa yang kalian amalkan, berarti yang
Ucapan mereka bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬yang menciptakan bantahan kepada mengamalkan adalah makhluk, yang shalat kita yang puasa kita yang berjalan
orang-orang qodariyyah yang mereka mengatakan kita yang menciptakan kekanan kekiri adalah kita, yang menciptakan adalah Allāh ‫ﷻ‬, Allāh ‫ ﷻ‬yang
amalan kita sendiri, sehingga Ahlus Sunnah mengatakan Allāh ‫ ﷻ‬yang menciptakan perbuatan tadi tapi fa’ilnya adalah kita sendiri, Allāh ‫ﷻ‬
menciptakan bukan kita yang menciptakan. Kemudian yang kedua ucapan memberikan kepada kita irodah memberikan kepada kita qudroh sehingga
mereka bahwasanya kita yang melakukan bantahan kepada orang-orang Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan ۡ‫ٱستَطَ ۡعتُم‬ ْ ُ‫[ فَٱتَّق‬At-Taghabun:16]
ۡ ‫وا ٱهَّلل َ َما‬
jabriyyah karena mereka meyakini bahwasanya yang melakukan perbuatan ini
adalah Allāh ‫ﷻ‬, yang shalat yang puasa yang bergerak yang berjalan ini
adalah Allāh ‫ﷻ‬. Hendaklah kalian bertakwa kepada Allāh ‫ ﷻ‬sesuai dengan kemampuan
kalian, berarti kita punya kemampuan dan Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan ‫اَل يُ َكلِّفُ ٱهَّلل ُ ن َۡفسًا‬
‫ ِإاَّل ُو ۡس َعهَ ۚا‬Allāh  ‫ ﷻ‬tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
Allāh ‫ ﷻ‬memberikan taufik kepada Ahlus Sunnah untuk berada di kesanggupannya [Al-Baqarah-286]
pertengahan, mereka meyakini Allāh ‫ ﷻ‬yang menciptakan kita dan juga
perbuatan kita dan yang melakukan adalah kita sendiri bukan Allāh ‫ﷻ‬,
dalilnya adalah Firman Allāh ‫ﷻ‬ berarti kita punya kemampuan, dan kita diberikan iradah oleh Allāh ‫ﷻ‬,
diberikan kita masyi’ah, Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan َ‫َو َما تَشَٓاءُونَ ِإٓاَّل َأن يَشَٓا َء ٱهَّلل ُ َربُّ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬
٢٩ [At-Takwir]
٩٦   َ‫[ َوٱهَّلل ُ َخلَقَ ُكمۡ َو َما ت َۡع َملُون‬Ash-Shaffat]
dan tidaklah kalian berkehendak kecuali apa yang Allāh ‫ ﷻ‬kehendaki, berarti Dan antara orang-orang wa’idiyyah (nisbah kepada wa’id), aliran yang
di sini Allāh ‫ ﷻ‬menetapkan masyi’ah bagi kita dan disini ditetapkan terus yang mereka pikirkan adalah ancaman, yang ada pada diri mereka
masyi’atullāh dan menunjukkan bahwasanya masyi’ah kita itu di bawah adalah takut-takut dan takut terhadap ancaman sehingga mereka
masyi’ah Allāh ‫ﷻ‬. Kemudian dinamakan dengan al-wa’idiyyah, yang dibicarakan tentang wa’id terus,
dan ini adalah bid’ah yang dzahir pada diri mereka.
ِ ‫ب َو ِعي ِد هللاِ بَ ْينَ ْال ُمرْ ِجَئ ِة َو ْال َو ِعي ِديَّ ِة ِمنَ ْالقَد‬
‫َريَّ ِة َو ِغي ِْر ِه ْم‬ ِ ‫َوفِي بَا‬
Dinamakan dengan demikian karena mereka berlebih-lebihan di dalam
masalah ancaman, mengatakan bahwasanya pelaku dosa besar kekal didalam
Dan di dalam masalah ancaman Allāh ‫( ﷻ‬di akhirat, yaitu ancaman Allāh ‫ﷻ‬
neraka, lihat bagaimana bertolak belakangnya antara wa’idiyyah dengan
bagi orang yang melakukan dosa besar, apakah mereka di neraka atau mereka
murji’ah, kalau wa’idiyyah mengatakan pelaku dosa besar di dalam neraka
berada di surga, mereka mendapatkan nikmat atau mereka mendapatkan azab)
bahkan kekal didalam neraka selama-lamanya, adapun murji’ah mengatakan
maka mereka berada diantara orang-orang murji’ah dan al-wa’idiyyah dari
tidak memudharati tidak mengurangi sedikitpun iman seseorang sehingga dia
qadariyyah dan selainnya.
masuk surga dan tidak akan masuk ke dalam neraka.

Tentang orang yang melakukan dosa besar murji’ah mengatakan bahwa


mereka didalam surga tidak di adzab, dosa besar yang mereka lakukan tidak ِ ‫ ِمنَ ْالقَد‬Dari kalangan qadariyyah, orang-orang qadariyyah mereka meyakini
‫َريَّ ِة‬
bahwasanya orang yang melakukan dosa besar ini kekal di dalam neraka, di
memudharati keimanan mereka sehingga mereka tidak akan diadzab.
dalam masalah wa’id tentang pelaku dosa besar maka ini keyakinan mereka.
Murji’ah ini berasal dari kata irja’ yang artinya adalah mengakhirkan,
Dan mu’tazilah (dan khawarij) termasuk wa’idiyyah, mereka mengatakan
dinamakan demikian karena mereka mengakhirkan amalan dari iman,
bahwasanya pelaku dosa besar di akhirat kekal di dalam neraka, dan orang-
mengeluarkan amalan dari iman, amal bukan termasuk iman, iman itu yang
orang mu’tazilah di dalam masalah Qadar mereka adalah qadariyyah,
penting ada dalam hati, ada yang mengatakan iman itu yang penting yang
kemudian orang-orang mu’tazilah dalam masalah sikap terhadap penguasa
diucapkan saja, ada yang mengatakan iman itu yang dilisan dan di hati saja,
kaum muslimin sama dengan orang-orang khawarij yaitu menghalalkan untuk
amalan bukan termasuk iman, ini murji’ah.
memberontak kepada penguasa yang dzhalim dan ini adalah salah satu
diantara pokok yang lima yang yang disepakati oleh orang-orang mu’tazilah,
Sehingga ketika seseorang melakukan dosa besar tidak memudharati, tidak ini adalah akidah mereka yang tercantum dalam usulul khamsah
akan memudharati kemaksiatan kalau kita ada iman sebagaimana ketaatan
tidak akan bermanfaat kalau kita melakukan kekufuran, sehingga orang-orang
‫ َو ِغي ِْر ِه ْم‬dan selain mereka, yaitu yang sama pemahamannya di dalam masalah
murji’ah mereka berpendapat demikian yaitu bahwasanya pelaku dosa besar
wa’id, ini keyakinan murji’ah dan wa’idiyyah.
mereka masuk ke dalam surga dan tidak diancam dengan neraka karena dosa
besar yang mereka lakukan tidak memudharati keimanan mereka sedikitpun,
ini keyakinan al-murji’ah. Keyakinan Ahlussunnah berada di pertengahan, murji’ah kata mereka pelaku
dosa besar masuk ke dalam surga dan tidak memudharati dia dosa besar yang
dilakukan, wa’idiyyah mengatakan masuk ke dalam neraka kekal selamanya,
‫َوبَ ْينَ ْال َو ِعي ِديَّ ِة‬
ahlussunnah mengatakan karena ini berdasarkan dalil bahwasanya pelaku dosa
besar taḥta masyi’atillāh (dibawah kehendak Allāh ‫ )ﷻ‬kalau Allāh ‫ﷻ‬
menginginkan maka Allāh ‫ ﷻ‬mengampuni dosa orang tersebut artinya tidak
diadzab, kalau Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki maka Allāh ‫ ﷻ‬akan mengadzabnya.
Ini bertentangan dengan orang-orang murji’ah yang mengatakan tidak akan seterusnya ini menunjukkan bahwasanya pelaku dosa besar kelak akan
diadzab, Ahlussunnah mengatakan kalau Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki maka Allāh dikeluarkan oleh Allāh ‫ ﷻ‬dari neraka dan dimasukkan Allāh ‫ ﷻ‬ke dalam
‫ ﷻ‬akan mengadzabnya, ini berarti berlawanan dengan orang-orang murji’ah, surga.
dan yang pertama tadi kalau Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki maka Allāh ‫ ﷻ‬akan
mengampuninya berlawanan dengan ucapan orang-orang khawarij yang
Maka hadits-hadits tentang syafa’at ini juga bantahan terhadap dua kelompok
mereka mengatakan tidak ada ampun bagi pelaku dosa besar mereka kekal
sekaligus, murji’ah karena adanya syafa’at menunjukkan bahwasanya mereka
selamanya didalam neraka.
bisa masuk ke dalam neraka kemudian mendapatkan syafa’at dari Nabi ‫ﷺ‬
atau syafa’at dari malaikat, berbeda dengan orang-orang murji’ah yang
Seandainya dia dikehendaki oleh Allāh ‫ ﷻ‬untuk diadzab dan tidak diampuni mengatakan kalau mereka masuk surga tidak perlu ada syafa’at untuk keluar
oleh Allāh ‫ ﷻ‬maka mereka tidak akan kekal selamanya di dalam neraka, akan dari neraka menuju surga. Dan sekaligus ini bantahan bagi orang-orang
diadzab sesuai dengan kehendak Allāh ‫ ﷻ‬dan tempat akhir mereka adalah di khawarij yang mereka mengatakan kekal sementara Ahlussunnah seandainya
dalam surga, ini keyakinan Ahlussunnah. Tidak berlebihan seperti orang- diadzab dalam neraka maka mungkin keluar dengan sebab syafa’at atau keluar
orang murji’ah yang mengatakan tidak akan masuk kedalam neraka dan tidak dengan rahmat dari Allāh ‫ﷻ‬.
berlebih-lebihan seperti wa’idiyah yang mengatakan tidak akan masuk ke
dalam surga, tapi mereka yaitu pelaku dosa besar di bawah kehendak Allāh
Lihat bagaimana Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mereka berada di pertengahan
َ ِ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ۡغفِ ُر َأن ي ُۡشرَكَ بِ ِهۦ َويَ ۡغفِ ُر َما ُدونَ ٰ َذل‬
‫ﷻ‬, karena Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan ‫ك ِل َمن يَشَٓا ۚ ُء‬
karena mereka berpegang dengan dalil, kalau kita berpegangan dengan Islam
[An-Nisa’:48]
berpegang dengan dalil dengan sunnah maka kita akan berada di pertengahan.

Allāh ‫ ﷻ‬masih mengampuni yang di bawah itu (kesyirikan) tapi bagi orang
yang Allāh ‫ ﷻ‬kehendaki, berarti ada diantara mereka yang dikehendaki oleh
Allāh ‫ ﷻ‬diampuni sehingga tidak diadzab dengan sebab dosa tadi dan ada
diantara mereka yang dikehendaki oleh Allāh ‫ ﷻ‬untuk diadzab terlebih Halaqah 107 | Sikap Pertengahan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
dahulu, dan nanti tempat kembalinya adalah surga sebagaimana diterangkan dalam Bab Penamaan Iman & Agama, serta Sikap terhadap Para
dalam hadits-hadits yang banyak tentang syafa’at Rasulullāh ‫ ﷺ‬kepada Sahabat Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A ‫ حفظه هلل تعالى‬Kitāb Al-‘Aqīdah
pelaku dosa besar diantara umat Beliau ‫ ﷺ‬sebagaimana sabda Beliau ‫ﷺ‬ Al-Wāsithiyyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

‫َشفَا َعتِ ْي َأِل ْه ِل ْال َكبَاِئ ِر ِم ْن ُأ َّمتِ ْي‬ Beliau mengatakan ‫ َوبَ ْينَ ْال ُمرْ ِجَئ ِة‬،‫ُوريَّ ِة َو ْال ُم ْعت َِزلَ ِة‬
ِ ‫ان وال دِّي ِن بَ ْينَ ْال َحر‬
ِ ‫ب َأ ْس َما ِء اِإل ي َم‬
ِ ‫َوفِي بَ ا‬
‫َو ْال َج ْه ِميَّ ِة‬
syafa’atku adalah untuk yang melakukan dosa besar diantara umatku, dan juga
hadits yang lain dimana Allāh ‫ ﷻ‬mengizinkan kepada orang-orang yang Di dalam masalah iman dan juga agama (maksudnya di dalam masalah
beriman untuk mengecek di dalam neraka siapa diantara mereka yang nama-nama yang ada dalam iman dan juga agama ini, seperti misalnya
memiliki keimanan dengan besar tertentu untuk dikeluarkan, kemudian muslim mukmin kafir fasik munafik muttaqin) dalam masalah nama
akhirnya mereka yang sebelumnya disuruh untuk mengeluarkan orang yang mereka (ahlussunnah) juga berada di pertengahan antara al-ḥarūriyyah
mereka kenal mereka mencari melihat yang mereka kenal akhirnya diizinkan dan mu’tazilah dan antara murji’ah dan jahmiyyah.
untuk dikeluarkan kemudian mereka diberikan izin lagi untuk mengeluarkan
yang memiliki keimanan sebesar demikian kemudian mereka keluarkan dan
Al-Ḥarūriyyah (khawarij) mengatakan pelaku dosa besar dia adalah kafir Ahlussunnah berada di pertengahan antara dua kelompok ini, keyakinan
bukan Islam, orang-orang mu’tazilah mengatakan bahwasanya dia bukan mereka bahwasanya pelaku dosa besar ini seorang mu’min nāqishul iman,
Islam tapi juga bukan kafir artinya keluar dari agama Islam tetapi tidak masuk ucapan mu’min berarti bantahan terhadap ḥarūriyyah dan juga mu’tazilah
kepada kekafiran, dia di sebuah manzilah bainal manzilatain, manzilah yang yang mengatakan kafir atau diantara dua manzilah, nāqishul iman bantahan
pertama manzilatul Islam kemudian manzilah yang kedua adalah manzilatul kepada murji’ah dan juga jahmiyah yang mereka mengatakan iman mereka
kufr, dia ada di sebuah kedudukan diantara dua manzilah, dia bukan muslim tidak berkurang, berarti mereka berada dipertengahan bukan ḥarūriyyah dan
dan bukan kafir. Ini satu pihak mengatakan bahwasanya pelaku dosa besar juga mu’tazilah dan bukan di atas jalannya murji’ah dan juga jahmiyah,
berarti dia bukan muslim baik orang khawarij karena dia mengatakan kafir karena mereka karena berdasarkan dalil / mengumpulkan dalil yang
ataupun orang mu’tazilah yang mengatakan di satu tempat di antara dua menunjukkan bahwa mereka ini muslim. Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan
tempat, semuanya mengatakan bukan muslim.
ْ ُ‫ُوا بَ ۡينَهُ َم ۖا فَِإ ۢن بَغ َۡت ِإ ۡحد َٰىهُ َما َعلَى ٱُأۡل ۡخ َر ٰى فَ ٰقَتِل‬
‫وا ٱلَّتِي ت َۡب ِغي َحتَّ ٰى‬ ْ ‫صلِح‬ ْ ُ‫َان ِمنَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِينَ ۡٱقتَتَل‬
ۡ ‫وا فََأ‬ ِ ‫َوِإن طَٓاِئفَت‬
‫َوبَ ْينَ ْال ُمرْ ِجَئ ِة َو ْال َج ْه ِميَّ ِة‬ ‫هَّلل‬ ‫َأ‬ ٓ َ
ِ ۚ ‫[ تَفِ ٓي َء ِإل ٰى مۡ ِر ٱ‬Al-Hujurat:9]

Dan antara orang-orang murji’ah dan jahmiyah, ini dalam satu pihak, karena Apabila ada dua golongan dari kalangan orang-orang yang beriman mereka
orang-orang murji’ah dan jahmiyah sama-sama meyakini bahwasanya pelaku saling berperang, kita tahu makna berperang masing-masing membawa
dosa besar muslim sempurna keimanannya. senjata ingin membunuh saudaranya dan kita tahu bahwasanya membunuh
adalah termasuk dosa besar, membunuh satu orang saja dosa besar apalagi
berperang, mungkin dia membunuh 1, 2, 10 tapi Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan dari
Al-jahmiyyah ini termasuk murji’ah di dalam masalah ini karena jahmiyyah
kalangan orang-orang yang beriman, dua kelompok ini yang saling berperang
keyakinan mereka iman itu adalah suatu yang berada dalam hati,
tadi masih Allāh ‫ ﷻ‬sifati mereka dengan iman, berarti mereka beriman,
membenarkan dalam hati itu dinamakan dengan iman, ucapan hati itulah
beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬beriman kepada hari akhir beriman dengan takdir
iman, dan ini adalah murji’ah bahkan dia adalah murji’ah yang paling parah
beriman dengan Rasul dan Malaikat.
keadaannya, sehingga orang-orang jahmiyyah itu dalam masalah ini dia
termasuk murji’ah tapi tidak semua murji’ah masuk dalam jahmiyah, dari sisi
ini murji’ah lebih umum setiap yang mengakhirkan amalan dari iman maka Kemudian Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan ketika menyebutkan ayat tentang qishas
dia murji’ah.
ُ‫صاصُ فِي ۡٱلقَ ۡتلَىۖ ۡٱلحُرُّ بِ ۡٱلحُرِّ َو ۡٱل َع ۡب ُد بِ ۡٱل َع ۡب ِد َوٱُأۡلنثَ ٰى بِٱُأۡلنثَ ٰۚى فَ َم ۡن ُعفِ َي لَ ۥه‬
َ ِ‫ب َعلَ ۡي ُك ُم ۡٱلق‬ ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
َ ِ‫وا ُكت‬
Disana ada al-karramiyyah yang mengatakan bahwasanya iman itu adalah ‫ُوف‬ ۡ
ِ ‫ع بِٱل َم ۡعر‬ ۢ ‫َأ‬
ُ ‫ فَٱتِّبَا‬ٞ‫[ ِم ۡن ِخي ِه ش َۡيء‬Al-Baqarah:178]
ucapan lisan saja meskipun dia tidak yakini dalam hati, maka ini termasuk
murji’ah, jahmiyah juga demikian termasuk murji’ah. Mereka meyakini
diwajibkan qishas maka barangsiapa yang dimaafkan oleh saudaranya, yang
pelaku dosa besar sempurna keimanannya karena imannya dalam hati
dimaafkan yang membunuh, yang memaafkan wali-wali dari yang dibunuh,
imannya ucapan lisan saja, adapun dia berzina dan memutus tali silaturahim
Allāh ‫ ﷻ‬masih mengatakan itu adalah saudaranya
dan berdusta itu amalan dia tidak akan mempengaruhi iman, berarti mereka
mengatakan seorang muslim yang sempurna keimanannya.
‫ فَ َم ۡن ُعفِ َي لَهۥُ ِم ۡن َأ ِخي ِه‬dua-duanya adalah bersaudara karena dua-duanya masih
statusnya sebagai orang yang beriman
‫ة‬ٞ ‫[ ِإنَّ َما ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ ِإ ۡخ َو‬Al-Hujurat:10] kekhilafahan dari Ali Bin Abi Thalib, mereka ingin mendengar dari Zaid
tentang kebencian dia terhadap Abu Bakar dan Umar yang telah merampas
kekhilafahan kakeknya yaitu Ali bin Abi Thalib.
sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah ikhwah, berarti Allāh ‫ﷻ‬
masih mengakui pembunuhnya disini adalah seorang saudara masih seorang
yang beriman, sehingga ahlussunnah mengatakan mereka adalah mukmin Beliau mengatakan mereka berdua ini adalah sebaik-baik menteri untuk kakek
mereka adalah orang-orang yang beriman, tapi apakah mereka adalah orang ku (Rasulullāh ‫)ﷺ‬, justru malah dipuji oleh Zaid bin Ali, setelah mendengar
yang sempurna keimanannya jawabannya tidak, dosa ini mempengaruhi iman ucapan ini maka orang-orang tersebut mereka akhirnya menolak keimamahan
sehingga mereka adalah mukmin yang nāqishul iman, orang yang beriman Zaid bin Ali, karena menolak sehingga mereka dinamakan dengan rāfidhah,
tapi berkurang keimanannya, tidak sempurna keimanannya sebagaimana mereka ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap ahlulbait termasuk diantaranya
orang-orang yang sempurna keimanannya, sehingga Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan adalah berlebih-lebihan terhadap Ali Radhiallāhu ta’ala ‘Anhu sehingga
meyakini dengan keyakinan- keyakinan yang bathil, bahkan ada diantara
mereka yang berlebihan meyakini bahwasanya Ali bin Abi Thalib adalah
‫اَل يزني ال َّزانِى ِحينَ يزني َو هُ َو ُمْؤ ِم ٌن‬
seorang Tuhan, ada di zaman Ali bin Abi Thalib dan sempat dibakar oleh Ali
Bin Abi Thalib karena keyakinan mereka ini.
tidaklah berzina orang yang berzina ketika dia berzina dan dia dalam keadaan
beriman (dalam keadaan sempurna keimanannya), pasti ketika berzina itu
Dan mereka bertingkat-tingkat, ada yang sampai demikian keadaannya dan
sedang berkurang keimananya, muraqabahnya kurang rasa takutnya terhadap
banyak diantara mereka yang meyakini bahwasanya Ali inilah yang berhak
hari akhir kurang rasa takutnya terhadap Allāh ‫ ﷻ‬kurang tapi rasa iman ada,
untuk menjadi khalifah bahkan mengkafirkan Abu Bakar dan Umar dan juga
itu dalil yang menunjukkan bahwasanya pelaku dosa besar ini mereka
Utsman dan orang-orang yang ridha dengan kekhilafaan Abu Bakar dan
berkurang keimanannya dan mereka adalah orang yang beriman, ini
Umar, ini berarti berlebihan terhadap Ali bin Abi Tholib dan ahlul bait.
Ahlussunnah Wal Jama’ah di dalam masalah ‫ َأ ْس َما ِء اِإل ي َم ا ِن وال دِّي ِن‬nama-nama
yang berkaitan dengan iman dan juga agama ini.
Adapun orang-orang khawarij maka keyakinan mereka terhadap Ali bin Abi
Thalib adalah mengkafirkan beliau, lihat yang satunya menuhankan meyakini
Kemudian ‫ج‬ ِ ‫ض ِة َو ْال َخ َو‬
ِ ‫ار‬ َ ِ‫ُول هللاِ صلى هللا عليه وسلم بَ ْينَ الرَّاف‬ ِ ‫َوفِي َأصْ َحا‬
ِ ‫ب َرس‬ bahwasanya beliau mengetahui ilmu yang ghaib meyakini bahwasanya beliau
adalah afdhalunnās meyakini bahwasanya Jibril salah dalam menyampaikan
Di dalam masalah sahabat Rasulullāh ‫ ﷺ‬mereka berada diantara orang-orang wahyu harusnya kepada Ali tapi kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, bandingkan
rawāfidh dan antara orang-orang khawarij. dengan keyakinan khawarij yang merendahkan Ali bahkan mengkafirkan Ali
Bin Abi Thalib dan yang membunuh Ali Bin Abi Thalib tidak lain adalah
orang-orang khawarij.
Rawāfidh berasal dari kata ‫ رفَض‬yaitu menolak, mufrodnya adalah rāfidhah,
dinamakan demikian karena mereka menolak Zaid bin Ali bin Husain bin Ali
bin Abi Thalib, Zaid ini adalah termasuk ahlul bait yang firqoh zaidiyah Maka Ahlussunnah Wal Jama’ah berada di pertengahan, lihat bagaimana
menisbatkan diri mereka kepada Zaid ini. Ketika ditanya oleh orang-orang pertengahan Ahlussunnah Wal Jama’ah keyakinan mereka terhadap Ali dan
rāfidhah bagaimana pendapatmu tentang Abu Bakar dan Umar, kita tahu juga keluarga Nabi ‫ﷺ‬, kita meyakini bahwasanya Ali Bin Abi Thalib adalah
bahwasanya orang-orang rāfidhah mereka mengkafirkan Abu Bakar dan Umar termasuk Khulafaur Rasyidin, beliau adalah menantu Rasulullāh ‫ ﷺ‬anak
menganggap bahwasanya Abu Bakar dan Umar berkhianat dan merampas paman Rasulullāh ‫ﷺ‬, termasuk orang-orang Quraisy yang hebat, beliau
memiliki keutamaan yang banyak, Allāh ‫ ﷻ‬mencintai beliau dan Rasul ‫ﷺ‬ adalah orang yang paling berani, kenapa dia takut? Atau kemungkinan dia
mencintai beliau dan beliau pun mencintai Allāh ‫ ﷻ‬dan juga Rasul-Nya. dusta, kalau dusta berarti ini adalah celaan kepada Ali Bin Abi Thalib, maka
ini adalah keyakinan mereka tentang Ali bin Abi Thalib.
Ini adalah bantahan kepada orang-orang khawarij yang mereka meyakini
tentang kekufuran Ali Bin Abi Thalib, beliau adalah termasuk Khulafaur Adapun Ahlus Sunnah Wal Jama’ah maka meyakini beliau adalah Khulafaur
Rasyidin yang dikatakan oleh Nabi ‫ﷺ‬ Rasyidin, termasuk afdhalus sahabah tapi kita tidak meyakini bahwasanya
beliau adalah ma’sum atau mengetahui ilmu yang ghaib.
ِ ‫َعلَ ْي ُك ْم بِ ُسنَّتِي َو ُسنَّ ِة ْال ُخلَفَا ِء ْال َم ْه ِديِّ ْينَ الر‬
َ‫َّاش ِد ْين‬
Halaqah 108 | Ijma Salaf Tentang Sifat Ketinggian Bagi Allāh ‫ﷻ‬
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A ‫الى‬///‫ه هلل تع‬///‫ حفظ‬Kitāb Al-‘Aqīdah Al-
ِ ‫َض وْ ا َعلَ ْيهَ ا بِالنَّ َو‬
‫اج ِذ‬ ُّ ‫ ع‬Dan kita disuruh untuk berpegang teguh dengan sunnah
mereka. Wāsithiyyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau mengatakan ،‫ان بِاهللِ اِإل ي َم انُ بِ َم ا َأ ْخبَ َر هللاُ بِ ِه فِي ِكتَابِ ِه‬
ِ ‫َوقَ ْد َدخَ َل فِي َم ا َذكَرْ نَ اهُ ِمنَ اِإل ي َم‬
Dan keyakinan kita tentang Ali Bin Abi Thalib bahwasanya beliau adalah ‫ َوَأجْ َم َع َعلَ ْي ِه َسلَفُ اُأل َّم ِة‬،‫َوت ََوات ََر عَن َّرسُولِ ِه‬
manusia biasa, beliau memiliki keutamaan tapi beliau adalah manusia biasa
seperti para sahabat yang lain tapi beliau tidak ma’sum, utama tapi tidak
ma’sum dan tidak mengetahui ilmu yang ghaib, dan Abu Bakar serta Umar Masuk di dalam apa yang kita sebutkan tentang iman kepada Allāh ‫ﷻ‬, karena
tidak merampas kekhilafaan Ali bin Abi Thalib, kekhilafaan Abu Bakar As- disini beliu sedang berbicara tentang iman kepada Allāh ‫ﷻ‬, diawal beliau
Shiddiq sudah diisyaratkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬ketika Beliau ‫ ﷺ‬masih hidup. Di sudah menyebutkan bahwasanya aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah intinya
akhir kehidupan Beliau ‫ ﷺ‬ketika Beliau sakit siapa yang disuruh untuk adalah tentang rukun iman yang enam, kemudian satu persatu beliau sebutkan,
menggantikan Beliau ‫ ﷺ‬menjadi imam sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬memasrahkan yang pertama adalah tentang iman kepada Allāh ‫ ﷻ‬dan termasuk iman
urusan agama kepada Abu Bakar demikian pula Beliau ‫ ﷺ‬memasrahkan kepada Allāh ‫ ﷻ‬adalah masalah nama dan juga sifat Allāh ‫ﷻ‬, berarti di sini
urusan dunia ini kepada Abu Bakar sepeninggal Beliau ‫ﷺ‬. beliau sedang berbicara tentang iman kepada Allāh ‫ﷻ‬.

Ketika Beliau ‫ ﷺ‬didatangi oleh seorang wanita dan mengadukan tentang Diantara iman kita kepada Allāh ‫ ﷻ‬beriman dengan apa yang Allāh ‫ﷻ‬
keadaannya kemudian Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan nanti kamu ke sini lagi, dia kabarkan dengannya di dalam Kitab-Nya dan yang mutawatir dari Rasulullāh
mengatakan kalau aku tidak menemukan dirimu Ya Rasulullāh ‫ﷺ‬, Beliau ‫ﷺ‬ ‫ ﷺ‬dan para salaful ummah telah bersepakat, berarti di sini dalil dari Al-
mengatakan hendaklah engkau mendatangi Abu Bakar. Dan sepakat kaum Qur’an banyak, dan ternyata hadits-hadits yang berkaitan dengan ini adalah
Muhajirin dan Anshor untuk mengangkat Abu Bakar As-Siddiq sebagai mutawatir tidak ada alasan bagi seseorang untuk menolaknya, kemudian yang
khalifah setelah Rasulullāh ‫ ﷺ‬termasuk diantaranya adalah Ali bin Abi ketiga dalil dari ijma’ (kesepakatan) para salaf, para salaf tidak ada yang
Thalib, beliau termasuk yang membaiat Abu Bakar As-Siddiq. menyelisihi aqidah ini, yaitu

Kalau mereka mengingkari atau mengatakan dia membaiat karena dia takut ‫ َعلَى َعرْ ِش ِه‬،‫اواتِ ِه‬ َ ْ‫ِم ْن َأنَّهُ ُسب َْحانَهُ فَو‬
َ ‫ق َس َم‬
misalnya, ada dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama dia takut artinya
dia membaiat karena takut, padahal mereka mengatakan bahwasanya Ali
bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬Dia berada diatas langit-langit yang Dia ciptakan, di Allāh ‫ ﷻ‬mengetahui apa yang mereka kerjakan, ini menjelaskan bahwasanya
atas ‘Arsy, ini dalam Al-Qur’an banyak dalilnya didalam hadits dia mutawatir ma’iyyah yang dimaksud adalah ma’iyyatul ‘ilm (kebersamaan ilmu Allāh
dan ini adalah kesepakatan para salaful Ummah, jadi bukan hanya Qur’an dan ‫)ﷻ‬, Allāh ‫ ﷻ‬mengetahui apa yang mereka kerjakan dan Allāh ‫ ﷻ‬berada di
Hadits tapi adalah kesepakatan, maka jangan sampai seseorang menyelisihi atas ‘Arsy dan Allāh ‫ ﷻ‬bersama mereka mengetahui apa yang mereka
Al-Qur’an dan Hadist dan juga Ijma’. kerjakan, ini penjelasan dari ma’iyyatullāh dan ini adalah ma’iyyah yang
umum.
Banyak orang yang mengaku mengikuti ijma’ tapi banyak ijma’ yang mereka
selisihi termasuk diantaranya adalah keyakinan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬berada ِ ْ‫ض فِي ِستَّ ِة َأي ٍَّام ثُ َّم ا ْستَ َوى َعلَى ْال َع ر‬
‫ش يَ ْعلَ ُم‬ َ ْ‫ت َواَألر‬ ِ ‫اوا‬ َ َ‫ ه َُو الَّ ِذي خَ ل‬ :‫ك في َقَوْ لِ ِه‬
َ ‫ق ال َّس َم‬ َ ِ‫َك َما َج َم َع بَ ْينَ َذل‬
di atas ‘arsy, ini adalah ijma’ para salaful Ummah. ‫نز ُل ِمنَ ال َّس َماء َو َما يَ ْع ُر ُج فِيهَا َوه َُو َم َع ُك ْم َأ ْينَ َم ا ُكنتُ ْم َوهَّللا ُ بِ َم ا‬ َ
ِ َ َ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ه‬‫ن‬ْ ‫م‬
ِ ‫ج‬
ُ ‫ر‬
ُ ‫خ‬ْ َ ‫ي‬ ‫ا‬ َ َ ِ ْ‫َما يَلِ ُج فِي اَألر‬
‫م‬ ‫و‬ ‫ض‬
‫صي ٌر‬ ِ َ ‫ب‬ َ‫ون‬ ُ ‫ل‬ ‫م‬
َ ْ
‫ع‬ َ ‫ت‬
‫َعلِ ٌّي َعلَى َخ ْلقِ ِه‬
Sebagaimana hal ini digabungkan oleh Allāh ‫ ﷻ‬dalam Firman-Nya, ayat ini
dan juga ayat yang ada dalam Al-Mujādilah sudah kita bahas sudah kita
Allāh ‫ ﷻ‬Maha Tinggi di atas makhluk-Nya, dalil dari Al-Qur’an dan juga
sebutkan maknanya. Digabungkan di sini antara ketinggian Allāh ‫ ﷻ‬dengan
hadits sudah berlalu disebutkan oleh beliau, dan ini diulang oleh beliau
ma’iyyatullāh
kembali karena pentingnya perkara ini. Ingat Aqidah Wasithiyah ditulis oleh
Syaikhul Islam karena permintaan, dan mungkin beliau mendengar dari cerita
orang tadi tentang penyimpangan-penyimpangan yang ada di daerahnya ِ ْ‫ = ثُ َّم ا ْست ََوى َعلَى ْال َعر‬ketinggian Allāh ‫ﷻ‬
‫ش‬
termasuk diantaranya masalah dimana Allāh ‫ ﷻ‬sehingga selain beliau
menyebutkan dalil-dalilnya kembali kuatkan dengan pernyataan beliau ini, ini
‫ = َوه َُو َم َع ُك ْم َأ ْينَ َما ُكنتُ ْم‬ma’iyyatullāh
adalah sesuai dengan Quran, Hadits yang mutawatir dan kesepakatan para
salaf.
Yang dimaksud dengan ma’iyyah disini disebutkan sebelumnya
Jangan ada yang mengatakan kalau madzhab Hanafi tidak kalau mazhab
maliki tidak, ini adalah kesepakatan para salaful Ummah, Allāh ‫ ﷻ‬Maha ‫نز ُل ِمنَ ال َّس َماء َو َما يَ ْع ُر ُج فِيهَا‬ ِ ْ‫يَ ْعلَ ُم َما يَلِ ُج فِي اَألر‬
ِ َ‫ض َو َما يَ ْخ ُر ُج ِم ْنهَا َو َما ي‬
Tinggi di atas makhluk-Nya, diantara nama Allāh ‫ ﷻ‬adalah Al-‘Alī
sebagaimana sudah kita bahas dalam penjelasan Ayat Kursiy
ِ َ‫َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
dan setelahnya Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan ‫صي ٌر‬

‫َوهُ َو ُسب َْحانَهُ َم َعهُ ْم َأ ْينَ َما كَانُوا‬


ditafsirkan oleh para ulama salaf dengan ma’iyyatul ‘ilm, berarti tingginya
Allāh ‫ ﷻ‬bukan berarti Allāh ‫ ﷻ‬tidak tahu tentang apa yang ada di bumi ini,
dan Dia (Allāh ‫ )ﷻ‬bersama mereka dimanapun mereka berada, berarti di sini Allāh ‫ ﷻ‬lebih tahu tentang apa yang ada di bumi daripada kita yang dekat ini,
menyebutkan sifat ‘Uluw bagi Allāh ‫ ﷻ‬dan juga bahwasanya Allāh ‫ﷻ‬ Allāh ‫ ﷻ‬di atas ‘arsy dan Dia Maha Mengetahui apa yang terjadi.
bersama mereka, ini ada dalam Qur’an dan dalam Hadits juga banyak
berkaitan dengan ma’iyyah. Kemudian َ‫يَ ْعلَ ُم َما هُ ْم عَا ِملُون‬
ِ ‫ َأنَّهُ ُم ْختَلِطٌ بِ ْالخَ ْل‬ ‫ َوه َُو َم َع ُك ْم‬ :‫ْس َم ْعنَى قَوْ لِ ِه‬
‫ق‬ َ ‫َولَي‬
Dan bukan makna Firman Allāh ‫ ﷻ‬dan Dia bersama kalian bukanlah ِ ‫ بَ ِل ْالقَ َم ُر آيَ ةٌ ِم ْن آيَ ا‬bahkan yang namanya Bulan itu adalah tanda diantara
ِ‫ت هللا‬
maknanya campur dengan makhluk, mereka mengatakan bahwa ‫َوهُ َو َم َع ُك ْم َأ ْينَ َما‬ tanda-tanda kekuasaan Allāh ‫ﷻ‬
‫ ُكنتُ ْم‬bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬dimana-mana karena bersama itu berarti campur
bersama-sama, maka Syaikhul Islam mengatakan bukan maknanya demikian,
bukan maknanya bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬campur dengan makhluk ِ ‫ ِم ْن َأصْ غ‬dia adalah termasuk makhluk yang paling kecil, itu kalau kita
‫َر َم ْخلُوقَاتِ ِه‬
bandingkan dengan benda-benda langit yang lain bulan termasuk yang kecil

ُ‫ اللُّ َغة‬،ُ‫وجبُه‬
ِ ُ‫فَِإ َّن هَ َذا الَ ت‬ ٌ ‫َوه َُو َموْ ضُو‬
‫ع فِي ال َّس َما ِء‬

karena yang demikian tidak diwajibkan oleh bahasa, artinya dalam bahasa itu
dan dia diletakkan oleh Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas, disini menggunakan
tidak harus yang namanya ma’akum atau kalimat ma’iyyah (kebersamaan) itu
permisalan bulan karena dia berada di atas, sekarang beliau ingin menjelaskan
berarti harus campur, memang ada tapi tidak harus seperti itu.
kepada kita bahwasanya ma’iyyah ini tidak harus campur

Misalnya datangkan aku air bersama susu, maksudnya adalah dicampur antara
َ‫َوهُ َو َم َع ْال ُم َسافِ ِر َأ ْينَ َما َكان‬
air dengan susu, itu memang benar bersama di sini artinya campur antara air
dengan susu, tapi ini tidak diwajibkan oleh bahasa, dalam kesempatan yang
lain mereka menggunakan bersama tapi maknanya bukan campur contoh dan dia bersama orang yang safar dimanapun dia berada, seorang musafir
misalnya disini. yang berjalan di malam bulan purnama misalnya ketika dia di atas gunung
maka dia mengatakan saya bersama bulan, ketika dia di gurun pasir dia
mengatakan saya bersama bulan sehingga mereka mengatakan kami berjalan
‫وهو خالف ما أجمع عليه سلف األمة‬
malam dan bulan bersama kami.

Dan yang demikian (yang meyakini bahwasanya ma’iyyah pasti campur) ini
Apa yang dipahami oleh teman-temannya ketika mendengar itu? apakah
selain tidak diwajibkan oleh bahasa ini juga menyelisihi apa yang menjadi
mereka memahami bahwasanya bulan itu digendong terus dan dibawa terus
kesepakatan para Salaf, para Salaf mengatakan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬diatas
kemana-mana, tidak, tapi mereka memahami berjalan ke mana-mana ada
‘arsy bukan dimana-mana.
bulan, ada sinar bulan, itu bulan yang dia adalah makhluk kecil tapi dia
memiliki sinar yang sampai ke bumi mereka mengatakan ma’a (dia bersama)
‫وخالف ما فطر هللا عليه الخلق‬
َ ْ‫ َوهُ َو ُسب َْحانَهُ فَو‬Sedangkan Allāh ‫ ﷻ‬berada diatas ‘arsy
‫ق َعرْ ِش ِه‬
Dan ini bertentangan dengan apa yang Allāh ‫ ﷻ‬fitrahkan kepada makhluk,
fitrah makhluk bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬di atas, Allāh ‫ ﷻ‬jadikan fitrah manusia
‫ َرقِيبٌ َعلَى خَ ْلقِ ِه‬dan Allāh ‫ ﷻ‬mengetahui hamba-Nya, Allāh ‫ ﷻ‬yang mengawasi
dan makhluk yang lain bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬di atas, kemudian baliau
hamba-Nya
menjelaskan contoh misalnya penggunaan secara bahasa bersama tapi tidak
harus campur
‫ ُمهَ ْي ِم ٌن َعلَ ْي ِه ْم‬dan Allāh ‫ ﷻ‬yang menguasai hamba-Nya, Allāh ‫ ﷻ‬yang
menggerakkan Allāh ‫ ﷻ‬yang menghidupkan Allāh ‫ ﷻ‬yang memberikan
rezeki mematikan meluaskan rezeki kepada Si Fulan memberikan musibah Kita menjelaskan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas ‘arsy dan bahwasanya
kepada si fulan semua mereka diatur, luar dalam mereka diatur, Allāh ‫ﷻ‬ Allāh ‫ ﷻ‬bersama kita yaitu dengan ilmu-Nya, kalau misalnya di sana ada
mengawasi mereka dan Allāh ‫ ﷻ‬menguasai mereka persangkaan-persangkaan yang dusta maka kita jaga dan kita Jelaskan.

‫ ُمطَّلِ ٌع َعلَ ْي ِهم‬Allāh ‫ ﷻ‬melihat kepada mereka Seperti misalnya orang yang menyangka bahwasanya keyakinan ahlussunnah
Allāh ‫ ﷻ‬fis sama’ maksudnya adalah Allāh ‫ ﷻ‬yang berada di langit (Allāh
‫ ﷻ‬diliputi oleh langit), ini adalah persangkaan yang dusta kita tidak meyakini
َ ِ‫ِإلَى َغي ِْر َذل‬
‫ك ِمن َّم َعانِي ُربُوبِيَّتِ ِه‬
demikian, fis sama’ sudah kita terangkan maknanya (‘alāssamā’ atau fil
‘uluw) maka ini perlu di jelaskan yang demikian. Kemudian َ‫َوقَد َّد َخ َل فِي َذلِ ك‬
dan yang lainnya yang merupakan makna rububiyah Allāh ‫ﷻ‬, Allāh ‫ﷻ‬ ‫اِإل ي َمانُ بَِأنَّهُ قَ ِريبٌ ِمن َخ ْلقِ ِه‬
adalah Rabb kita yang mengatur kita memelihara kita sampai yang sedetail-
detailnya.
Dan masuk didalamnya (iman kepada Allāh ‫ )ﷻ‬yaitu beriman bahwasanya
Allāh ‫ ﷻ‬itu dekat dengan makhluk-Nya
Sehingga kalau demikian maka benar bahwasanya oleh itu bersama kita, kita
berada di rumah kita berada di kantor kita berada di studio kita berada di ْ ‫اع ِإ َذا َد َع ا ۖ ِن فَ ۡليَ ۡس ت َِجيب‬ ‫ۖ ُأ‬
‫ُوا‬ َ َ‫ َوِإ َذا َسَأل‬ :‫ك في قَوْ لِ ِه‬
ِ ‫ك ِعبَا ِدي َعنِّي فَِإنِّي قَ ِريبٌ ِجيبُ د َۡع َوةَ ٱل َّد‬ َ ِ‫َك َما َج َم َع بينَ َذل‬
kuliah Allāh ‫ ﷻ‬yang mengatur urusan kita, darah yang menggerakkan adalah ُ ۡ َّ َ ْ ُ ۡ ۡ
١٨٦   َ‫لِي َوليُؤ ِمنوا بِي ل َعلهُمۡ يَرش ُدون‬
Allāh ‫ ﷻ‬jantung yang menggerakkan adalah Allāh ‫ ﷻ‬udara yang masuk
kedalam tubuh kita juga Allāh ‫ ﷻ‬yang menggerakkan, berarti Allāh ‫ ﷻ‬Maha
Mengetahui apa yang terjadi bahkan lebih mengetahui tentang diri kita Dan apabila hamba hamba-Ku bertanya kepadamu tentang diri-Ku maka Aku
daripada kita sendiri, sehingga dikatakan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬bersama kita adalah sangat dekat Aku mengabulkan doanya orang yang berdoa apabila dia
yaitu dengan ilmunya. berdoa kepada-Ku maka hendaklah mereka mengijabahi untuk diri-Ku dan
beriman dengan-Ku semoga mereka mendapatkan petunjuk (mendapatkan
kelurusan).
ٌّ ‫ش َوَأنَّهُ َم َعنَا ـ َح‬
ٍ ‫ الَ يَحْ تَا ُج َإلَى تَحْ ِر‬،‫ق َعلَى َحقِيقَتِ ِه‬
،‫يف‬ ِ ْ‫ق ْال َعر‬
َ ْ‫َالم الَّ ِذي َذك ََرهُ هللاُ ـ ِم ْن َأنَّهُ فَو‬
ِ ‫َو ُكلُّ هَ َذا ْالك‬
ْ ُّ
‫صانُ َع ِن الظنُو ِن الكَا ِذبَ ِة‬ َ ُ‫َولَ ِك ْن ي‬
Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan disini Aku dekat menunjukkan bahwasanya Allāh ‫ﷻ‬
memiliki sifat dekat dan dekatnya Allāh ‫ ﷻ‬di sini tidak sama dengan
Dan ucapan-ucapan ini semuanya, yang disebutkan oleh Allāh ‫ ﷻ‬bahwasanya
ma’iyyah, kalau ma’iyyah ada ma’iyyah umum dan ada ma’iyyah khusus,
Allāh ‫ ﷻ‬diatas ‘Arsy dan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬bersama kita itu adalah benar
ma’iyyah umum untuk seluruh makhluk ma’iyyah khusus ini untuk orang-
sesuai dengan hakekatnya tidak ada majas disini, Allāh ‫ ﷻ‬diatas ‘Arsy dan
orang yang beriman wali-wali Allāh ‫ﷻ‬.
Allāh ‫ ﷻ‬bersama kita semuanya masing-masing hakekat dan tidak perlu
ditahrif tidak perlu dita’wil, misalnya istawa maksudnya adalah istawla atau
ditakwil ma’anā disini adalah dimana-mana Adapun sifat Qurb maka pendapat yang benar sifat Qurb ini untuk hamba-
hamba Allāh ‫ ﷻ‬yang beriman saja, makanya dikatakan di sini
‫الظنُو ِن ْالكَا ِذبَ ِة‬
ُّ ‫صانُ َع ِن‬
َ ُ‫ َولَ ِك ْن ي‬akan tetapi dijaga dari persangkaan yang tidak benar.
ۖ ‫ك ِعبَ ا ِدي َعنِّي فَ ِإنِّي قَ ر‬
ٌ‫يب‬ َ َ‫ َوِإ َذا َس َأل‬ini adalah untuk hamba-hamba Allāh ‫ ﷻ‬yang Jadi Allāh ‫ ﷻ‬Maha Tinggi dan sangat dekat dengan kita, dan Allāh ‫ ﷻ‬sangat
ِ
beriman, berarti dia adalah qurb yang khusus untuk orang-orang yang beriman dekat dengan kita padahal Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas.
saja dan tidak ada di sana qurb umum
Halaqah 109 | Al-Qurān Adalah Kalamullāh Dan Bukan Makhluk
ِ ‫ ((ِإ َّن الَّ ِذي تَ ْدعُونَهُ َأ ْق َربُ ِإلَى َأ َح ِد ُكم ِّمن ع‬: ‫َوقَوْ لِ ِه صلى هللا عليه وسلم‬
))‫ُنق َرا ِحلَتِ ِه‬ Bag 01  Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A ‫ حفظه هلل تعالى‬Kitāb Al-‘Aqīdah Al-
Wāsithiyyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.
Dan ucapan Nabi ‫ ﷺ‬sesungguhnya yang kalian berdoa kepadanya ini lebih Masuk kita pada pembahasan yang baru yaitu tentang diantara konsekuensi
dekat kepada salah seorang diantara kalian dari daripada leher ontanya. beriman dengan kitab Allāh ‫ﷻ‬. Beliau mengatakan ِ‫ان باهلل‬
ِ ‫ َو ِمنَ اِإل ي َم‬Termasuk
beriman kepada Allāh ‫ﷻ‬
Ini sudah berlalu haditsnya dan ini menunjukkan tentang sifat Qurb bagi Allāh
‫ﷻ‬. Kemudian beliau mengatakan ‫ َو ُكتُبِ ِه‬dan beriman dengan kitab kitab-Nya.

‫ْس َك ِم ْثلِ ِه‬ ِ ‫َو َما ُذ ِك َر فِي ْال ِكتِا‬


َ ‫ب َوال ُّسنَّ ِة ِم ْن قُرْ بِ ِه َو َم ِعيَّتِ ِه الَ يُنَافِي َما ُذ ِك َر ِم ْن ُعلُ ِّو ِه َوفَوْ قِيَّتِ ِه؛ فَِإنَّهُ ُس ْب َحانَهُ لَي‬ Karena sebelumnya beliau dalam beberapa halaman beliau berbicara tentang
ُ
‫ قَ ِريبٌ فِي ُعل ِّو ِه‬،‫ َوهُ َو َعلِ ٌّي فِي ُدنُ ِّوه‬،‫يع نُعُوتِ ِه‬ ِ ‫َي ٌء فِي َج ِم‬ْ ‫ش‬ beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬termasuk di antara beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬adalah
beriman dengan nama-nama dan juga sifat yang disebutkan oleh Allāh ‫ ﷻ‬di
dalam Al-Qur’an dan juga Hadits, itu adalah rukun iman yang pertama,
Maka apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah dari dekatnya Allāh setelah itu beliau akan berbicara tentang rukun iman yang kedua, karena
‫ ﷻ‬dan kebersamaan Allāh ‫ ﷻ‬ini tidak bertentangan dengan apa yang diawal sudah beliau sampaikan bahwasanya aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah
disebutkan di dalam al-Qur’an dan Sunnah berupa tingginya Allāh ‫ﷻ‬, ‘uluw itu adalah pada rukun iman yang enam, dan beliau dalam kitab ini tidak
dan fauqiyyah hampir sama makna ini tidak bertentangan, maka Allāh ‫ﷻ‬ membahas seluruh perkara yang merupakan bagian dari beriman kepada Allāh
tidak ada yang serupa dengan Dia dalam setiap sifat sifat-Nya. ‫ ﷻ‬tapi mengonsentrasikan tentang masalah beriman dengan nama dan juga
sifat Allāh ‫ﷻ‬.
Kalau kita memang iya, kalau kita tinggi kita tidak bisa melihat yang dibawah,
kalau kita di bawah kita rendah tapi kita bisa melihat, itu kita keadaannya, tapi Allāhua’lam karena beliau melihat hājah, karena kitab ini adalah permintaan
Allāh ‫ ﷻ‬tidak ada yang serupa dengan Dia didalam seluruh sifat sifat-Nya, dari seorang qadhi yang dia menceritakan tentang daerahnya kemungkinan
Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah yang berada di atas ‘arsy dan Allāh ‫ ﷻ‬Maha Melihat segala Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah melihat banyaknya penyimpangan di sana
sesuatu, beda dengan manusia. tentang masalah nama dan juga sifat Allāh ‫ ﷻ‬sehingga itulah yang di
prioritaskan oleh beliau rahimahullāh, dan ini menunjukkan bahwasanya
‫ َوه َُو َعلِ ٌّي فِي ُدنُ ِّوه‬maka Dia-lah Allāh ‫ ﷻ‬Yang Maha Tinggi di dalam kedekatan- seorang dai melihat kebutuhan mad’u nya apa yang mereka butuhkan dan
Nya, jadi Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah yang Maha Tinggi dan dia sangat dekat mendahulukan mana yang lebih penting kemudian yang penting, apa
mukhalafah dan kesalahan yang paling banyak terjadi di daerah tersebut
bukan hanya keinginannya adalah yang penting banyak tulisannya yang
‫ قَ ِريبٌ فِي ُعلُ ِّو ِه‬dan Allāh ‫ ﷻ‬itu sangat dekat dengan kita padahal Allāh ‫ﷻ‬ penting banyak artikelnya tapi dia melihat kepentingan dari mad’u nya apa
berada di atas. yang sebenarnya mereka butuhkan.
Kemudian setelahnya beliau akan berbicara tentang beriman dengan kitab, mengatakan termasuk beriman kepada Allāh ‫ﷻ‬. Beriman bahwa Al-Qur’an
ketika beliau berbicara tentang beriman dengan kitab pun beli hubungkan adalah Kalāmullāh termasuk beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬karena Allāh ‫ ﷻ‬telah
dengan sebuah permasalahan yang kemungkinan besar ini termasuk mengabarkan dan telah mensifati Al-Qur’an bahwa dia adalah Kalāmullāh,
permasalahan yang mereka terjerumus di dalam kesalahan yaitu tentang Allāh ‫ ﷻ‬mengabarkan di dalam Al-Qur’an bahwasanya Al-Qur’an adalah
masalah Kalāmullāh, mungkin di daerah tersebut banyak yang salah paham di kalam-Nya
dalam memahami sifat Kalām bagi Allāh ‫ﷻ‬, ketika beliau berbicara dan
masuk di dalam masalah beriman dengan kitab-kitab Allāh ‫ ﷻ‬maka beliau
membahas tentang masalah Kalāmullāh kembali. ِ ‫ك فََأ ِج ۡرهُ َحتَّ ٰى يَ ۡس َم َع َك ٰلَ َم ٱهَّلل‬ ۡ َ‫د ِّمنَ ۡٱل ُم ۡش ِر ِكين‬ٞ ‫[ َوِإ ۡن َأ َح‬At-Taubah:6]
َ ‫ٱستَ َج‬
َ ‫ار‬

Maka kalau kita beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬percaya kepada Allāh ‫ ﷻ‬kita harus
Dan dalil-dalil tentang bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬memiliki sifat Kalām sudah
menetapkan bahwa Al-Qur’an adalah kalam-Nya, berarti meyakini bahwa Al-
berlalu dan dalil-dalil tentang bahwasanya Al-Qur’an adalah termasuk
Qur’an adalah Kalāmullāh ini termasuk beriman terhadap Allāh ‫ﷻ‬, dan
Kalāmullāh ini juga sudah berlalu, disini beliau tekankan kembali dan di sini
beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬masuk diantaranya adalah beriman dengan nama
ada pengulangan yang menunjukkan penguatan, kalau yang sebelumnya
dan juga sifat-Nya dan termasuk sifat Allāh ‫ ﷻ‬adalah Kalām dan bahwasanya
disebutkan dalilnya saja disini lebih beliau syarah (jelaskan) karena mungkin
Al-Qur’an adalah termasuk kalām-Nya.
melihat banyak diantara mereka yang terjerumus ke dalam penyimpangan
dalam masalah Kalāmullāh ini.
Karena Allāh ‫ ﷻ‬mengabarkan bahwa Al-Qur’an adalah kalam-Nya maka
karena kita sudah mengaku beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬kita harus meyakini
Ini juga termasuk fiqih di dalam dakwah bukan sebuah aib seseorang
bahwa Al-Qur’an adalah kalam-Nya karena iman artinya percaya
mengulang-ulang sebuah permasalahan karena melihat bahwasanya hājah dan
membenarkan. Dan termasuk beriman dengan kitab-kitab Allāh ‫ ﷻ‬adalah
kebutuhan manusia atau masyarakat di dalam memahami masalah ini adalah
beriman bahwasanya Al-Qur’an adalah Kalāmullāh juga, jadi dia termasuk
sangat sehingga perlu dia ulang-ulang, dan ini bukan sebuah aib bagi seorang
beriman dengan kitab karena di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Al-Qur’an
da’i. Terkadang seseorang mungkin berkali-kali datang kepada kita tapi pas
ini adalah Kalāmullāh dan Al-Qur’an termasuk kitab-kitab Allāh ‫ﷻ‬
dia mengikuti pelajaran kita dia agak lalai agak lengah sehingga dia tidak
memahami tapi pada pertemuan yang selanjutnya dia lebih paham karena pas
dalam keadaan konsen. ِ‫ بَِأ َّن ْالقُرْ آنَ كَال ُم هللا‬Bahwasanya Al-Qur’an adalah Kalāmullāh, diantara dalilnya
adalah ayat tadi (At-Taubah:6), disana banyak dalil yang menunjukkan
tentang bahwasanya Al-Qur’an adalah Kalāmullāh selain dari ayat yang tadi
ِ‫َو ِمنَ اِإل ي َما ِن باهللِ َو ُكتُبِ ِه اإليمانُ بَِأ َّن ْالقُرْ آنَ كَال ُم هللا‬
kita sebutkan, adapun dari hadits Nabi ‫ ﷺ‬maka disebutkan di dalam hadits
bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬ketika di ganggu oleh orang-orang musyrikin Quraisy
Dan termasuk beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬dan beriman dengan kitab kitab-Nya dan dilarang untuk menyampaikan Al-Qur’an, Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan ‫أال رجل‬
adalah beriman bahwasanya Al-Qur’an adalah termasuk Firman Allāh ‫ﷻ‬ ‫يحملني إلى قومه فإن قريشا قد منعوني أن أبلغ كالم ربي‬
(Kalāmullāh).
Apakah ada salah seorang diantara kalian yang membawa diriku kepada
Menunjukkan bahwasanya beriman bahwasanya Al-Qur’an adalah kaumnya karena sesungguhnya orang-orang Quraisy melarang diriku untuk
Kalāmullāh ini masuk dalam iman kepada Allāh ‫ ﷻ‬dan masuk di dalam iman menyampaikan ucapan Rabb ku.
terhadap kitab masuk dalam dua-duanya, sehingga Syaikhul Islam
ٍ ‫ َغ ْي ُر َم ْخلُو‬،ٌ‫ُمنَ َّزل‬
Kemudian beliau mengatakan ‫ق‬ menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an adalah bukan makhluk adalah Firman
Allāh ‫ﷻ‬
Diturunkan, Al-Qur’an diturunkan karena dia berasal dari Allāh ‫ ﷻ‬sehingga
banyak di dalam Al-Qur’an Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan tanzil ‫ق َوٱَأۡلمۡ ۗ ُر‬
ُ ‫[ َأاَل لَهُ ۡٱل َخ ۡل‬Al-A’raf:54]

١٩٢   َ‫َنزي ُل َربِّ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬


ِ ‫ َوِإنَّهۥُ لَت‬Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan oleh Ketahuilah hanya milik Allāh ‫ ﷻ‬penciptaan dan perintah (wahyu), Allāh ‫ﷻ‬
Robbul ‘alamīn Dia-lah yang menciptakan semuanya dan Wahyu adalah dari Allāh ‫ﷻ‬, disini
dibedakan antara al-amr dan juga al-khalq dan Al-Qur’an adalah termasuk
amrullāh berarti Al-Qur’an bukan makhluk karena ‫ و‬disini asalnya adalah
١٩٣   ُ‫نَ َز َل ِب ِه ٱلرُّ و ُح ٱَأۡل ِمين‬
menunjukkan perbedaan antara sebelum ‫ و‬dengan setelah ‫و‬. Itu Dalil dari Al-
١٩٤   َ‫ك لِتَ ُكونَ ِمنَ ۡٱل ُمن ِذ ِرين‬ َ ِ‫[ َعلَ ٰى قَ ۡلب‬Asy-Syu’ara’:192-194]
Qur’an yang menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an ini bukan makhluk.

Telah turun dengannya Rūhul Amin (Jibril) kepada hatimu supaya engkau ‫ ِم ْنهُ بَ َدَأ‬Dari Allāh ‫ ﷻ‬mulai, dan ada yang membaca minhu badā (muncul)
termasuk orang-orang yang mengingatkan, dan ini sudah berlalu juga dalilnya
sama saja artinya, minhu bada’a berasal dari Allāh ‫ ﷻ‬yaitu Allāh ‫ ﷻ‬yang
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan beberapa ayat yang isinya bahwa
mengucapkan pertama kali atau minhu badā dari-Nya lah muncul yaitu dari
Al-Qur’an ini diturunkan dari Robbul ‘alamīn. Dan Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan ‫قُ ۡل‬
ۡ Allāh ‫ ﷻ‬muncul pertamakali ucapan ini, bukan dari Jibril bukan dari Nabi
ِ ‫نَ َّزلَهۥُ رُو ُح ٱلقُد‬
َ‫ُس ِمن َّربِّك‬
Muhammad ‫ﷺ‬, Malaikat Jibril hanya menyampaikan dan Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬hanya menyampaikan sehingga tetap disandarkan ucapan tadi kepada Dzat
Katakanlah telah menurunkan Al-Qur’an Rūhul Qudus (Malaikat Jibril) dari yang pertama kali mengucapkan ucapan tadi
Rabb mu. Dan Firman Allāh ‫ﷻ‬
‫ ِم ْن هُ بَ َدَأ‬dari Allāh ‫ ﷻ‬mulai, sehingga dinamakan Kalāmullāh, disandarkan
٩   َ‫ِإنَّا ن َۡحنُ نَ َّز ۡلنَا ٱل ِّذ ۡك َر َوِإنَّا لَهۥُ لَ ٰ َحفِظُون‬ kalam kepada Allāh ‫ ﷻ‬karena Allāh ‫ ﷻ‬yang mengucapkannya pertama kali.

١ ‫ِإنَّٓا َأن َز ۡل ٰنَهُ فِي لَ ۡيلَ ِة ۡٱلقَ ۡد ِر‬ ‫ َوِإلَ ْي ِه يَعُو ُد‬dan kepada Allāh ‫ ﷻ‬Al-Qur’an akan kembali.

semuanya menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an ini diturunkan oleh Allāh ‫ﷻ‬, Ada yang mengartikan / memaknai (ini adalah aqidah Ahlussunnah Wal
berarti ini juga menunjukkan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬berada di atas, Allāh ‫ﷻ‬ Jama’ah) Al-Qur’an itu berasal dari Allāh ‫ ﷻ‬dan akan kembali kepada Allāh
berbicara didengar oleh malaikat Jibril ‘Alaihissalam kemudian ucapan Allāh ‫ ﷻ‬bahwasanya kelak di akhir zaman Allāh ‫ ﷻ‬akan mengambil Al-Qur’an
‫ ﷻ‬tadi dibawa oleh malaikat Jibril turun untuk disampaikan kepada seorang kembali sehingga tidak tersisa di dunia ini satu ayatpun di dalam mushaf
Rasul dengan amanah tidak ada yang ditambah tidak ada yang dikurangi. ataupun yang dihafal oleh manusia, tidak ada manusia yang hafal satu ayat
pun dari Al-Qur’an demikian pula di dalam mushaf tidak akan kita temukan
satu ayatpun dalam Al-Qur’an meskipun hanya alif lam mim shad qaf.
ٍ ‫ َغ ْي ُر َم ْخلُ و‬،ٌ‫ ُمنَ َّزل‬bukan makhluk, Al-Qur’an adalah Kalāmullāh dan Kalām
‫ق‬
adalah sifat Allāh ‫ ﷻ‬dan sifat Allāh ‫ ﷻ‬bukan makhluk, diantara yang
Didalam sebuah atsar Abdullah bin Mas’ud mengatakan ‫آن َذاتَ لَ ْيلَ ٍة‬ ِ ْ‫لَيُس َْريَ َّن َعلَى ْالقُر‬ Halaqah 110 | Al-Qur’an adalah Kalamullāh dan Bukan Makhluk
ْ ‫ب َأ َح ٍد ِإال ُرفِ َع‬
‫ت‬ ِ ْ
‫ل‬ َ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ال‬‫و‬ ‫ف‬ ‫ح‬ ْ‫ص‬‫م‬
ِ َ ٍ َ ُ ِ َ َ‫ي‬ ‫ف‬ ٌ ‫ة‬‫ي‬‫آ‬ ُ
‫ك‬ ‫ر‬ ْ
‫ت‬ ُ ‫ي‬ ‫ال‬َ ‫ف‬ Bag 02 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A ‫ حفظه هلل تعالى‬Kitāb Al-‘Aqīdah Al-
Wāsithiyyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.
Akan diambil Al-Qur’an pada suatu malam (di akhir zaman) sehingga tidak
akan tertinggal satu ayat di dalam mushaf dan satu ayatpun di dalam hati Beliau mengatakan ً‫َوَأ َّن هللاَ تَ َكلَّ َم بِ ِه َحقِيقَة‬
seseorang kecuali akan diangkat. Jadi seandainya saat itu ada orang yang hafal
mungkin beberapa ayat al-Qur’an maka akan diambil oleh Allāh ‫ ﷻ‬sehingga
Dan bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬mengucapkan Al-Qur’an dengan hakikat, bukan
dia tidak akan hafal lagi dari ayat-ayat tersebut. Atsar ini adalah atsar yang
majas dan bukan Allāh ‫ ﷻ‬menciptakan kalam tapi Allāh ‫ ﷻ‬mengucapkan Al-
sanad shahih dikeluarkan oleh Ad-Darimi dan tentunya yang seperti ini tidak
Qur’an, Dia-lah yang pertama kali mengatakan
mungkin diucapkan oleh Abdullah bin Mas’ud dari akalnya pasti dia pernah
mendengar yang demikian dari Rasulullāh ‫ﷺ‬. Ini makna ‫ َوِإلَ ْي ِه يَعُو ُد‬،‫ِم ْنهُ بَ َدَأ‬
١  ‫ا ٓل ٓم‬
Maka seorang muslim memiliki ta’dzhim terhadap Al-Qur’an karena dia َ ۛ ‫ٰ َذلِكَ ۡٱل ِك ٰتَبُ اَل َر ۡي‬
٢    َ‫ب فِي ۛ ِه ه ُٗدى لِّ ۡل ُمتَّقِين‬
adalah Kalāmullāh, Allāh ‫ ﷻ‬yang pertama kali mengucapkannya dan
disandarkan kalam kepada yang mengucapkan pertama kali dan hendaklah dia Allāh ‫ ﷻ‬mengucapkan Al-Qur’an dari Al-Fatihah sampai An-Nās dengan
memiliki perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an sebelum Al-Qur’an hakikat bukan majas
diambil oleh Allāh ‫ ﷻ‬sehingga tidak ada dada-dada yang mereka menghafal
Al-Qur’an, maka bacalah Al-Qur’an sebelum diambil oleh Allāh ‫ﷻ‬, dan bagi
yang memiliki hafalan maka hendaklah dia bersungguh-sungguh dalam ‫ الَ كَال َم َغي ِْر ِه‬،ً‫َوَأ َّن هَ َذا ْالقُرْ آنَ الَّ ِذي َأ ْنزَ لَهُ َعلَى ُم َح َّم ٍد صلى هللا عليه وسلم هُ َو كَال ُم هللاِ َحقِيقَة‬
menjaga hafalannya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, mujahadah sesuai
dengan kadar ketakwaan seseorang maka disana dia akan mengagungkan dan termasuk keimanan kita terhadap Allāh ‫ ﷻ‬dan kitab kitab-Nya
Kalāmullāh, diantara pengagungannya adalah memelihara apa yang dia hafal bahwasanya Al-Qur’an yang Allāh ‫ ﷻ‬turunkan kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
apa yang dia pelajari dari Al-Qur’an mengamalkan isinya. ini adalah Kalāmullāh secara hakikat dan bukan ucapan selain Allāh ‫ﷻ‬.

Dan ini adalah bantahan terhadap sebagian aliran ada diantara mereka yang Bukan ucapan Jibril bukan ucapan Muhammad ‫ﷺ‬, beliau berdua
mengingkari Kalāmullāh artinya Allāh ‫ ﷻ‬tidak memiliki sifat Kalām, seperti ‘alaihimassalam baik Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬maupun Jibril hanya
al-jahmiyyah yang mereka memang pondasi mereka adalah mengingkari nama menyampaikan Firman Allāh ‫ﷻ‬, itu bukan ucapan Jibril dan bukan ucapan
dan juga sifat Allāh ‫ﷻ‬, dan mu’tazilah yang mereka menetapkan Kalāmullāh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan ‫َر ٖيم‬ ٖ ‫ِإنَّهۥُ لَقَ ۡو ُل َرس‬
ِ ‫ُول ك‬
tapi Kalāmullāh menurut mereka adalah makhluk jadi Allāh ‫ ﷻ‬menciptakan
kalam sehingga mereka mengatakan bahwasanya Al-Qur’an ini adalah
makhluk, dia adalah Kalāmullāh dan Kalāmullāh adalah makhluk. ada dua ayat di dalam Al-Qur’an dengan lafadz seperti ini, ayat yang pertama
yang dimaksud Rasul disini adalah Muhammad ‫ ﷺ‬karena beliau adalah
Rasulun basyariyyun kemudian ayat yang kedua yang dimaksud Rasul adalah
‫ ِم ْنهُ بَ َدَأ‬Dari Allāh ‫ ﷻ‬pertama kali, ini juga bantahan terhadap mu’tazilah yang malaikat jibril karena beliau adalah Rasul yang berasal dari kalangan
mengatakan bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk. malaikat. Disandarkan di sini qaūl kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan juga
Malaikat Jibril karena keduanya yang menyampaikan Kalāmullāh
ٖ ‫ ِإنَّهۥُ لَقَ ۡو ُل َر ُس‬sesungguhnya itu adalah ucapan Rasul (utusan yang
‫ول َك ِر ٖيم‬ Jadi kalau mereka ditanya apakah mereka beriman dengan Kalāmullāh
menyampaikan), yang namanya Rasul adalah menyampaikan adapun asal dari mungkin jawabannya Iya tapi maksud mereka Kalāmullāh yang ada di dalam
ucapan tadi maka itu adalah Kalāmullāh. diri Allāh ‫ﷻ‬, ini adalah kelompok namanya al-kullabiyah, mereka
mengatakan demikian karena berpegang kepada akal bukan kepada dalil. Dalil
menunjukkan Al-Qur’an itu Kalāmullāh, Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan ِ ‫َحتَّ ٰى يَ ۡس َم َع َك ٰلَ َم ٱهَّلل‬
Sehingga ketika kita membaca al-Qur’an yang kita baca adalah Kalāmullāh,
ketika kita menghafal Al-Qur’an yang kita hafal adalah Kalāmullāh, ketika
kita mendengar ada orang yang membaca Al-Qur’an maka yang kita dengar Allāh ‫ ﷻ‬tidak mengatakan ِ‫َحتَّ ٰى يَ ۡس َم َع ِحكَايَةٌ ع َْن َكالَ ِم هللا‬
adalah Kalāmullāh, itu bukan ucapan qari’ yang kita dengar adalah
Kalāmullāh tapi suaranya bukan suara Allāh ‫ ﷻ‬suaranya adalah suara
Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan ‫فإن قريشا منعوني أن أبلغ كالم ربي‬
qari’nya, yang dia baca adalah Kalāmullāh yang kita dengar adalah
Kalāmullāh, kertasnya makhluk tintanya makhluk tapi yang tertulis adalah
Kalāmullāh, yang diucapkan oleh qāri’ adalah kalamullah yang kita dengar tidak mengatakan ‫أن أبلغ ِحكَايَةٌ َكالَ ِم ربي‬
adalah Kalāmullāh kalau suaranya adalah suara qāri’ dan dia adalah makhluk.
Ini ucapan kullabiyah. Disana ada yang mengatakan ‫ارةٌ َع ْنه‬
َ َ‫ِعب‬
ٌ‫ َأوْ ِعبَا َرة‬،ِ‫ق ْالقَوْ ِل بَِأنَّهُ ِحكَايَةٌ ع َْن َكالَ ِم هللا‬ ْ ‫َوال يَجُو ُز ِإ‬
ُ ‫طال‬
Ibarat (ungkapan) dari Kalāmullāh, jadi mereka tidak setuju dengan
Dan tidak boleh mengithlaqkan ucapan bahwasanya Al-Qur’an adalah ḥikāyah kullabiyah dan yang mengatakan ini adalah al-asya’irah, mereka tidak setuju
an Kalāmillāh, tidak boleh karena ini bertentangan dengan dalil, yang benar kalau dikatakan Al-Qur’an ini adalah ḥikāyah an Kalāmillāh karena kalau
Al-Qur’an adalah Kalāmullāh sebagaimana dalam ayat-ayat yang telah hikayat berarti sama tapi yang shahih menurut mereka ‘ibārah (ungkapan), dia
berlalu, Al-Qur’an Kalāmullāh itu aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. ungkapan saja dan yang namanya ungkapan tidak harus sama, semakna tetapi
Sebagian ada yang tidak langsung mengatakan Kalāmullāh tapi mengatakan tidak harus sama, sehingga mereka menganggap Al-Qur’an ini adalah ibarat,
ḥikāyah an Kalāmillāh atau ‘ibārah an Kalāmullāh, ḥikāyah artinya yang yaitu ungkapan dari Kalāmullāh yang ada di dalam diri Allāh ‫ﷻ‬. Kullabiyah
semisal, dia menghikayatkan Kalāmullāh. Menurut mereka yang namanya mengatakan hikayat dan asya’irah mengatakan ibarat, dua-duanya bathil.
Kalāmullāh itu adalah ucapan yang ada di dalam diri Allāh ‫ ﷻ‬dan itu
senantiasa ada pada Dzat Allāh ‫ﷻ‬, inilah menurut mereka, Al-Qur’an
Yang benar adalah apa yang ada dalam Al-Qur’an dan hadits dan bahwasanya
menurut mereka ḥikāyah an Kalāmillāh, ini adalah sesuatu yang
Al-Qur’an adalah Kalāmullāh bukan hikayah bukan ibarah, dan kalau kita
menghikayahkan apa yang ada dalam diri Allāh ‫ﷻ‬, Kalāmullāh ada di dalam
dalami lebih lanjut ucapan mereka ini akan kembali kepada ucapan mu’tazilah
diri Allāh ‫ﷻ‬.
atau jahmiyah yang mengatakan bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk,
karena sifatnya ada di dalam diri Allāh ‫ ﷻ‬yang ada di luar makhluk,
Ḥikāyah artinya adalah yang menghikayatkan yaitu yang semisal, menyerupai meskipun mereka mungkin tidak meyakini yang demikian tapi kelaziman dari
atau semisal dengan sesuatu yang lain, jadi menurut mereka ini apa yang ada keyakinan mereka ini adalah bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk karena
dalam Al-Qur’an itu persis dengan apa yang ada dalam diri Allāh ‫ﷻ‬, menurut menurut mereka sifatnya adalah yang ada dalam diri Allāh ‫ ﷻ‬yang diluar ini
mereka Kalāmullāh yang ada dalam diri Allāh ‫ ﷻ‬adapun Al-Qur’an maka ini bukan sifat Allāh ‫ﷻ‬, ini adalah makhluk kalau kita mendalami dari
tidak dinamakan Kalāmullāh tapi dinamakan dengan ḥikāyah an Kalāmillāh, konsekuensi ucapan mereka tadi.
dia adalah hikayat dari Kalāmullāh bukan Kalāmullāh.
ً‫ك ع َْن َأ ْن يَ ُكونَ كَال َم هللاِ تَ َعالَى َحقِيقَة‬
َ ِ‫ف؛ لَ ْم يَ ْخرُجْ بِ َذل‬ َ ‫بَلْ ِإ َذا قَ َرَأهُ النَّاسُ َأوْ َكتَبُوهُ فِي ْال َم‬
ِ ‫صا ِح‬ pertama kali mengucapkan ucapan ini, disandarkan ucapan itu kepada yang
mengucapkan pertama kali bukan yang menyampaikan setelahnya
Bahkan ketika dibaca oleh manusia, dibaca oleh kaum muslimin ketika
mereka membaca alhamdulillahirobbilalamin arrohmanirrohim, apa yang ‫الَ إلَى َم ْن قَالَهُ ُمبَلِّ ًغا ُمَؤ ِّديًا‬
mereka baca, Apakah ucapan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬Apakah ucapan Jibril, kita
katakan yang mereka baca adalah Kalāmullāh
bukan disandarkan kepada yang mengucapkan sebagai seorang yang
menyampaikan atau orang yang sedang membacakan, ‫ ُمبَلِّ ًغا‬berarti dia
‫ف‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ ‫ َأوْ َكتَبُوهُ فِي ْال َم‬atau yang mereka tulis dalam mashāḥif, kalau kita menulis menyampaikan kepada yang lain, ‫ ُمَؤ ِّديًا‬membaca untuk dirinya sendiri. Kita
alhamdulillahirobbilalamin yang kita tulis adalah Kalāmullāh, fulan sedang membacakan kepada orang lain Firman Allāh ‫ ﷻ‬ini muballigh
menulis Kalāmullāh bukan menulis ucapan Muhammad ‫ ﷺ‬atau sahabah (menyampaikan kepada orang lain), atau seseorang membaca sendiri bukan
menyampaikan kepada orang lain maka dia dinamakan muaddiy, sedang
ً‫ك ع َْن َأ ْن يَ ُكونَ كَال َم هللاِ تَ َعالَى َحقِيقَة‬ membaca sendiri.
َ ِ‫لَ ْم يَ ْخرُجْ بِ َذل‬

Bukan disandarkan kepada yang sedang menyampaikan atau orang yang


Itu semua tidak mengeluarkan bahwa Al-Qur’an adalah Kalāmullāh, sebab
sedang membacanya, maka dia hakikat dan ini bukan majas, yang kita
kalau dibaca berulang kali tetap Kalāmullāh ditulis berulang kali tetap
sampaikan ini adalah hakikat dan bukan majaz, memang dalam bahasa Arab
Kalāmullāh yang dia tulis yang dia baca adalah Kalāmullāh dengan
demikian yang namanya kalam itu disandarkan kepada yang pertama kali
hakekatnya, kenapa dia dinamakan Kalāmullāh meskipun dibaca oleh manusia
mengucapkan.
dan ditulis oleh manusia

Halaqah 111 | Pembahasan Orang Beriman Akan Melihat Allāh ‫ ﷻ‬di


َ ُ‫فَِإ َّن ْال َكالَ َم ِإنَّ َما ي‬
‫ الَ إلَى َم ْن قَالَهُ ُمبَلِّ ًغا ُمَؤ ِّديًا‬،‫ضافُ َحقِيقَةً ِإلَى َم ْن قَالَهُ ُم ْبتَ ِدًئا‬
Akhirat dengan Mata Mereka Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A ‫حفظه هلل تعالى‬
Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah
Karena yang namanya ucapan itu disandarkan secara hakekat kepada yang Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.
pertama kali mengucapkan, hakikat kalamnya demikian, dinamakan kalam
seseorang karena dia yang pertama kali mengucapkan. Contoh misalnya kita
mengatakan di depan orang Beliau mengatakan ‫َوقَد َّد َخ َل أ ْيضًا فِي َما َذكَرْ نَاهُ ِمنَ اِإل ي َما ِن بِ ِه َوبِ ُكتُبِ ِه َوبِ َمالَِئ َكتَ ِه َوبِ ُر ُسلِ ِه‬

ْ ‫ َأوْ لِيَصْ ُم‬،‫َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَ ْليَقُلْ خَ ْيرًا‬
‫ت‬ Dan masuk juga di dalam apa yang kita sebutkan dari beriman dengan kitab-
kitab dan juga Rasul-Nya.

Barangsiapa yang beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬dan hari akhir maka hendaklah
dia mengucapkan ucapan yang baik atau dia diam, ini ucapan Rasulullāh ‫ﷺ‬ Permasalahan yang lain disini adalah tentang iman dan percaya bahwa orang-
karena beliau yang pertama kali mengucapkan ucapan ini, kita hanya orang yang beriman akan melihat Allāh ‫ ﷻ‬di hari kiamat dengan mata-mata
membacakan ucapan Beliau ‫ ﷺ‬sehingga jangan ada yang mengatakan ini mereka, maka ini kata beliau termasuk beriman kepada kitab dan termasuk
adalah ucapan ustadz fulan, tidak, ini ucapan Rasulullāh ‫ﷺ‬, Beliau ‫ ﷺ‬yang beriman kepada rasul, termasuk beriman dengan kitab karena di dalam Al-
Qur’an disebutkan tentang masalah ru’yatullāh, masuk dalam iman kepada
rasul karena Nabi ‫ ﷺ‬menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman akan ‫َعيَانًا‬ melihat dengan mata mereka sendiri, karena disana ada ru’yah
melihat Allāh ‫ ﷻ‬di hari kiamat, beriman dengan Rasul karena Rasulullāh ‫ﷺ‬ bashoriyah dan ada ru’yah qolbiyah, yang terjadi di sini kelak adalah mereka
mengabarkan ‫ َك َما تَرَوْ نَ هَ َذا القَ َم َر‬،‫ِإنَّ ُك ْم َستَ َروْ نَ َربَّ ُك ْم‬ melihat dengan mata mereka sendiri

karena Nabi ‫ ﷺ‬mengabarkan kepada kita tentang ru’yatullah maka kita ‫ار ِه ْم‬ َ ‫ بَِأب‬dengan penglihatan mereka, bukan dengan melihat dengan mata hati
ِ ‫ْص‬
beriman, termasuk beriman kepada rasul adalah meyakini bahwa orang-orang sebagaimana takwil sebagian
beriman akan melihat Allāh ‫ ﷻ‬karena Rasulullāh ‫ ﷺ‬mengabarkan yang
demikian
‫ َو َك َما يَ َروْ نَ ْالقَ َم َر‬sebagaimana kalian melihat bulan ini, apakah kita melihat bulan
dengan mata hati kita? Tidak, melihat dengan mata kita
‫ار ِه ْم ك‬
ِ ‫ص‬َ ‫اإلي َمانُ بَِأ َّن ْال ُمْؤ ِمنِينَ يَرَوْ نَهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َعيَانًا بَِأ ْب‬
َ ‫صحْ ًوا لَي‬
ٌ‫ْس بِهَا َس َحاب‬ َ ‫ َك َما يَرَوْ نَ ال َّش ْم‬sebagaimana mereka melihat matahari dalam
َ ‫س‬
bahwasanya orang-orang beriman akan melihat Allāh ‫ ﷻ‬di hari kiamat, keadaan cerah tidak ada awan (di bawahnya yang menghalangi untuk melihat
adapun di dunia maka Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki tidak ada manusia yang melihat matahari yang dalam keadaan cerah)
Allāh ‫ ﷻ‬di dunia termasuk para nabi yang merupakan manusia paling mulia
disisi Allāh ‫ﷻ‬. Nabi Musa ‘Alaihissalam pernah meminta kepada Allāh ‫ﷻ‬,
Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan engkau tidak akan melihat-Ku (di dunia). َ ‫َو َك َما يَرَوْ نَ ْالقَ َم َر لَ ْيلَةَ ْالبَ ْد ِر الَ ي‬
‫ُضا ُمونَ فِي رُ ْؤ يَتِ ِه‬

dan sebagaimana mereka melihat bulan pada malam bulan purnama tidak
Bahkan Nabi ‫ ﷺ‬juga tidak pernah melihat Allāh ‫ ﷻ‬di dunia, Beliau ‫ﷺ‬
saling mendzhalimi satu dengan yang lain, tidak saling mengambil hak atau
ditanya oleh sebagian sahabat Apakah engkau melihat Rabb mu (ketika
mengambil tempat orang lain masing-masing melihat di tempatnya masing-
mi’raj), Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan hanya ada cahaya bagaimana aku bisa melihat-
masing, dan ada yang membaca
Nya, karena hijabnya Allāh ‫ ﷻ‬adalah Nūr sehingga Nabi ‫ ﷺ‬tidak pernah
melihat Allāh ‫ ﷻ‬di dunia, tapi di hari kiamat Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki orang-
orang yang beriman bisa melihat Allāh ‫ﷻ‬, dan di dalam tafsir Firman Allāh َ ‫الَ ت‬
َ‫ضا ُمون‬
‫ﷻ‬
yaitu saling berkumpul satu dengan yang lain / berdesak-desakan, kalian akan
ٌ‫وا ْال ُح ْسنَى َو ِزيَا َدة‬
ْ ُ‫لِّلَّ ِذينَ َأحْ َسن‬ melihat Allāh ‫ ﷻ‬tanpa berdesak-desakan satu dengan yang lain, masing-
masing berada di tempatnya, sebagaimana kita melihat bulan maka ada yang
melihat bulan di rumahnya ada yang melihat bulan di lapangan ada yang
ketika dikatakan kepada ahlul jannah bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬semoga memiliki
melihat bulan di gurun pasir, tidak ada diantara mereka yang ketika melihat
perjanjian dengan kalian dan Allāh ‫ ﷻ‬ingin menunaikan perjanjian tadi
bulan itu saling berdesak-desakan satu dengan yang lain, demikianlah kelak
kemudian mereka mengatakan bukankah Allāh ‫ ﷻ‬telah masukkan kita ke
orang-orang beriman akan melihat Allāh ‫ ﷻ‬di surga. Ini termasuk beriman
dalam surga menyelamatkan kita dari neraka dan memutihkan wajah wajah
dengan Rasul dan termasuk beriman dengan kitab.
kami kemudian Allāh ‫ ﷻ‬menyingkap wajahnya kemudian mereka melihat
wajah Allāh ‫ ﷻ‬dan mereka mengatakan tidak pernah merasakan nikmat yang
lebih besar daripada melihat wajah Allāh ‫ﷻ‬ ‫ت ْالقِيَا َم ِة‬ َ ‫يَرَوْ نَهُ ُسب َْحانَهَ َوهُ ْم فِي ع ََر‬
ِ ‫صا‬
Mereka (orang-orang beriman) juga melihat Allāh ‫ ﷻ‬demikian pula ketika Kemudian ada diantara ulama ahlussunnah yang mengatakan bahwa yang
mereka berada di ‘Arashāt (tempat yang luas yang tidak ada bangunan) al- melihat Allāh ‫ ﷻ‬di padang mahsyar bukan hanya orang yang beriman tapi
qiyāmah, yaitu dikumpulkannya manusia di sebuah tempat di sebuah padang orang beriman dan orang munafik, dalilnya diantaranya adalah Hadits ini,
yang luas yang tidak ada gunung tidak ada lembah tidak ada bangunan di karena yang tersisa tadi adalah orang yang beriman dengan orang yang
sana, maka orang-orang yang beriman akan melihat Allāh ‫ ﷻ‬di padang munafik dan Allāh ‫ ﷻ‬mendatangi mereka dengan bentuk yang berbeda
mahsyar, ini kali pertama mereka melihat Allāh ‫ﷻ‬. Berarti orang-orang yang dengan bentuk yang pertama, berarti orang munafik pun melihat, ini pendapat
beriman melihat Allāh ‫ ﷻ‬di hari kiamat pertama adalah ketika di padang yang lain. Dan ada yang mengatakan yang melihat bahkan orang yang
mahsyar dan yang kedua adalah beriman orang yang munafik termasuk diantaranya orang-orang kafir pun
mereka melihat.
‫ ثُ َّم يَرَوْ نَهُ بَ ْع َد ُد ُخو ِل ْال َجنَّ ِة‬kemudian mereka akan melihat Allāh ‫ ﷻ‬setelah masuk ke
dalam surga, yaitu di dalam surga Ini ada tiga pendapat diantara ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah, ada yang
mengatakan yang melihat saat itu adalah orang yang beriman saja dan ada
yang mengatakan orang yang beriman dan orang munafik dan ada yang
‫ َك َم ا يَ َش ا ُء هللاُ تَ َع الَى‬sebagaimana dikehendaki oleh Allāh ‫ﷻ‬, kita akan melihat
mengatakan semuanya melihat Allāh ‫ ﷻ‬di padang mahsyar. Tapi melihatnya
Allāh ‫ ﷻ‬sesuai dengan kehendak Allāh ‫ﷻ‬.
disini bukan melihat karena menikmati sebagaimana ketika didalam Surga,
disitu adalah memandang Allāh ‫ ﷻ‬yang isinya saat itu ujian, diuji oleh Allāh
Dan ini semuanya sepakat bahwasanya orang-orang beriman akan melihat ‫ ﷻ‬apakah mereka mengenal Allāh ‫ ﷻ‬atau tidak, dan mereka melihat Allāh
Allāh ‫ ﷻ‬sebelum masuk surga di padang mahsyar, di antara dalilnya adalah ‫ ﷻ‬saat itu adalah untuk pengenalan, pengenalan dan juga ujian bukan ru’yah
Hadits Abu Sa’id Al-Khudri dan juga Abu Hurairoh di dalam hadits yang yang isinya adalah menikmati memandang dan melihat Allāh ‫ﷻ‬.
panjang Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan
Halaqah 112 | Beriman Kepada Hari Akhir dengan Pembahasan tentang
ُ‫ َمن كانَ يَ ْعبُ ُد شيًئا فَ ْليَتَّبِ ْعه‬:ُ‫اس يَو َم القِيا َم ِة فيَقول‬
َ َّ‫ َكذلكَ يَجْ َم ُع هَّللا ُ الن‬،ُ‫فإنَّ ُك ْم ت ََروْ نَه‬ Fitnah, Adzab, dan Nikmat Kubur Bag 01 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
‫حفظه هلل تعالى‬
Akan dikumpulkan manusia dan dikatakan kepada mereka barangsiapa yang Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.
menyembah sesuatu hendaklah dia mengikutinya, singkat cerita tinggallah
umat ini dan bersama mereka orang-orang munafik, jadi asli orang beriman Masuk pada masalah beriman dengan hari akhir. Beliau mengatakan ‫ان‬
ِ ‫َو ِمنَ اِإل ي َم‬
dan orang munafik nya tinggal mereka, karena yang lainnya yang menyembah ِ ‫بِ ْاليَوْ ِم‬
‫اآلخ ِر‬
kepada selain Allāh ‫ ﷻ‬sudah masuk kedalam neraka
Dan termasuk beriman dengan hari akhir, sekarang beliau berpindah kepada
ِ ‫ُورتِ ِه الَّتي يَع‬
َ‫ْرفُون‬ َ ‫غير ص‬ َ ‫فَيَْأتِي ِه ُم هَّللا ُ تَبا َر‬
َ ‫ك وتَعالَى في ص‬
ِ ‫ُور ٍة‬ pembahasan yang baru diantara Rukun Iman setelah sebelumnya
menyebutkan beriman kepada Allāh ‫ ﷻ‬kemudian beliau mengkonsentrasikan
Maka Allāh ‫ ﷻ‬datang kepada mereka dengan bentuk yang berbeda dengan pada masalah beriman dengan nama dan juga sifat Allāh ‫ﷻ‬, kemudian
bentuk yang mereka ketahui, menunjukkan bahwasanya mereka melihat Allāh setelahnya berbicara tentang beriman dengan kitab dan termasuk beriman
‫ ﷻ‬untuk orang yang beriman, maka ini kesepakatan. dengan kitab adalah beriman dengan bahwasanya Al-Qur’an adalah
Kalāmullāh kembali beliau mengaitkan ini dengan sifat diantara sifat-sifat dalam surga dan apa yang ada di dalam neraka dikabarkan oleh Nabi ‫ﷺ‬
Allāh ‫ﷻ‬. sebagiannya sebagaimana Allāh ‫ ﷻ‬telah wahyukan kepada Beliau ‫ﷺ‬.

Kemudian beliau juga menyebutkan tentang masalah beriman dengan para Maka termasuk iman kita kepada hari akhir dan bisa kita katakan termasuk
rasul dan beriman dengan kitab termasuk diantaranya adalah beriman beriman kepada rasul juga, beriman dengan apa yang Beliau ‫ ﷺ‬kabarkan dari
bahwasanya orang-orang beriman akan melihat Allāh ‫ ﷻ‬di hari kiamat, maka perkara-perkara yang terjadi setelah kematian manusia, maka inilah yang
sepertinya disini beliau memaksudkan golongan tertentu yang mereka dimaksud dengan beriman dengan hari akhir yaitu beriman dengan segala
terjerumus ke dalam penyimpangan didalam masalah nama dan juga sifat sesuatu yang terjadi setelah kematian dan al-maut adalah makhluk diantara
Allāh ‫ﷻ‬. Mereka menyimpang dalam masalah ru’yatullāh di hari kiamat, makhluk-makhluk Allāh ‫ ﷻ‬yang akan mendatangi masing-masing dari kita
tentang masalah kalām tentang masalah berbagai sifat-sifat Allāh ‫ ﷻ‬mereka
banyak menta’wilnya.
ِ ۖ ‫س َذٓاِئقَ ةُ ۡٱل َم ۡو‬
‫ت‬ ۡ
ٖ ‫ ُك لُّ نَف‬masing-masing jiwa akan merasakan, seseorang mau atau
tidak mau dia akan merasakan al-maut, sepanjang apapun umurnya dia siap
Jadi disini beliau rahimahullāh setelah berbicara secara singkat tentang atau tidak siap maka dia akan merasakan kematian
beriman kepada kitab dan beriman kepada rasul berpindah beliau pada
beriman dengan hari akhir. Di sana juga ada aliran-aliran yang mereka ۖۡ‫[ قُ ۡل ِإ َّن ۡٱل َم ۡوتَ ٱلَّ ِذي تَفِرُّ ونَ ِم ۡنهُ فَِإنَّهۥُ ُم ٰلَقِي ُكم‬Al-Jumu’ah:8]
menyimpang tentang perkara aqidah atau tentang keyakinan yang berkaitan
ِ ‫ان بِ ْاليَوْ ِم‬
dengan hari akhir. Beliau mengatakan ‫اآلخ ِر‬ ِ ‫َو ِمنَ اِإل ي َم‬
Katakanlah sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya yang kalian tidak
menginginkannya maka sungguh dia akan menemui kalian. Dan Nabi ‫ﷺ‬
Termasuk beriman dengan hari akhir, termasuk keimanan berarti tentang
menyuruh kita untuk memperbanyak mengingat kematian
masalah beriman dengan hari akhir ini konsekuensinya banyak, diantaranya
adalah
ِ ‫ ﺃَ ْﻛﺜِﺮُﻭﺍ ِﺫ ْﻛ َﺮ ﻫَﺎ ِﺫ ِﻡ ﺍﻟﻠَّ َّﺬﺍ‬Hendaklah kalian banyak mengingat, bukan hanya sekali
‫ﺕ‬
dua kali, ada sebagian tidak ingat kematian kecuali setahun sekali mungkin
‫ اإلي َمانُ ِب ُك ِّل َما َأ ْخبَ َر بِ ِه النَّبِ ُّي ص لى هللا علي ه وس لم‬beriman dengan seluruh apa yang
dua tahun sekali yang dia pikirkan hanya dunianya saja hampir-hampir dia
dikabarkan oleh Nabi ‫ﷺ‬. Nabi ‫ ﷺ‬diantara yang Beliau ‫ ﷺ‬bawa adalah
tidak mengingat bahwasanya dia akan meninggal dunia sementara Nabi ‫ﷺ‬
berita / kabar, selain Beliau ‫ ﷺ‬membawa perintah dan juga larangan serta
menyuruh kita untuk memperbanyak mengingat kematian sehingga ketika
tatacara ibadah diantara yang Beliau ‫ ﷺ‬bawa adalah kabar dari Allāh ‫ﷻ‬
seseorang banyak mengingat kematian menjadikan dia semangat untuk
beramal karena akan mati dan tidak tidak akan selamanya, pekerjaan
ِ ْ‫ِم َّما يَ ُكونُ بَ ْع َد ْال َمو‬
‫ت‬ akan ditinggalkan keluarga akan ditinggalkan dan kita akan sendiri, dan
menjadikan seseorang takut untuk berbuat dosa dan juga maksiat, takut
apabila dia meninggal dunia datang kematian sementara dia dalam keadaan
diantara perkara-perkara yang terjadi setelah kematian, yang terjadi setelah
berbuat maksiat kepada Allāh ‫ﷻ‬.
seseorang mati telah datang dengannya khobar-khobar dari Nabi ‫ ﷺ‬mulai
dari fitnah kubur azab kubur bagaimana manusia dibangkitkan sampai
masuknya manusia ke dalam surga dan neraka bahkan apa yang ada Beriman dengan hari akhir adalah beriman dengan seluruh / semuanya bukan
hanya sebagian saja, kalau memang itu adalah shahih dari Nabi ‫ ﷺ‬baik itu
masuk ke dalam akal kita atau tidak masuk maka harus kita benarkan dan ini Apabila salah seorang diantara kalian dikuburkan maka akan datang
adalah termasuk bagian dari iman dengan hari akhir, jangan sampai disana ada kepadanya dua malaikat yang hitam lagi biru, ada yang menjelaskan hitam
sesuatu yang kita dustakan mentang-mentang tidak sesuai dengan akal kita lagi biru maksudnya adalah matanya biru dan tubuhnya yang lain adalah
mentang-mentang akal kita tidak bisa menerimanya, semuanya harus kita berwarna hitam menunjukkan tentang begitu mengerikan dan menyeramkan
imani baik itu yang ada di dalam al-Qur’an maupun didalam hadits baik dua malaikat yang datang tersebut yang menjadikan takut orang yang
haditsnya adalah hadits yang mutawatir atau hadits yang ahad semuanya harus melihatnya apalagi dia pertama kali melihat dalam keadaan sendiri ditempat
kita imani kalau memang itu adalah shahih dari Nabi ‫ﷺ‬ yang gelap datang dua makhluk yang dzahirnya demikian menakutkan, yang
salah satu di antara keduanya dinamakan dengan mungkar dan yang lain
ْ ۚ ‫[ َو َمٓا َءاتَ ٰى ُك ُم ٱل َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَ ٰى ُكمۡ ع َۡنهُ فَٱنتَه‬Al-Hasyr:7] dinamakan dengan nakīr.
‫ُوا‬

Kemudian bertanya tentang tiga pertanyaan, ditanya tentang siapa Rabb mu


Apa yang datang dari Rasul maka ambillah dan apa yang Beliau larang maka
dan ditanya tentang siapa nabimu dan ditanya tentang apa agamamu, ini
berhentilah.
adalah tiga pertanyaan yang kelak akan di tanyakan di alam kubur,
pertanyaannya bukan 50 soal atau 100 soal tapi dia adalah tiga pertanyaan saja
‫ فَيُْؤ ِمنُونَ ِبفِ ْتنَ ِة ْالقَ ْب ِر‬Maka mereka (Ahlussunnah Wal Jama’ah, karena sekarang tapi ini adalah pertanyaan yang persiapannya adalah kehidupan kita ini
beliau sedang berbicara tentang keyakinan / aqidahnya Ahlussunnah Wal seluruhnya, pertanyaan yang tidak hanya sekedar dihafal tapi dia perlu praktek
Jama’ah) beriman dengan fitnah kubur. Fitnah artinya adalah ujian, dan juga pelaksanaan dalam kehidupan kita sehari-hari.
ternyata di alam kubur juga ada ujian dan ini ujian yang lebih besar lebih
dahsyat daripada ujian-ujian yang ada di dunia. Yang dimaksud adalah
Siapa Rabb mu yang engkau sembah yang engkau bergantung kepada-Nya di
ujian (pertanyaan) yang akan diajukan oleh dua orang malaikat yaitu al-
dunia yang engkau serahkan ibadah ini hanya kepada-Nya siapa, siapa nabimu
munkar dan juga an-nakir kepada manusia yang meninggal dunia dan
yang engkau mengikuti dia yang engkau yakini sunnahnya yang engkau
masuk ke dalam alam kubur, ini yang dimaksud dengan fitnatul qubr.
hidupkan sunnahnya engkau laksanakan sunnahnya yang engkau ikuti baik
dalam aqidah akhlak dan ibadahmu siapa dia, dan apa agamamu yang engkau
Maka mereka (Ahlussunnah Wal Jama’ah) beriman dengan fitnah kubur beribadah kepada Allāh ‫ ﷻ‬dengan agama tadi beribadah kepada Allāh ‫ﷻ‬
sebagaimana datang kabarnya dari Nabi ‫ﷺ‬, meskipun mungkin secara akal dengan syariat tadi. Ini pertanyaan yang ringkas namun persiapan untuk bisa
tidak masuk bagi sebagian orang yaitu orang yang tidak memiliki akal sehat, menjawab pertanyaan ini adalah kehidupan kita ini semuanya.
tapi seorang yang beriman yang meyakini bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬Maha
Mampu untuk melakukan segala sesuatu maka biasa dia mendengar sesuatu
Tentunya orang yang di dalam hidupnya dia benar-benar menyembah hanya
yang luar biasa, apa yang sulit bagi Allāh ‫ ﷻ‬untuk menjadikan setiap orang
kepada Allāh ‫ﷻ‬, syirik benar-benar dia jauhi yang kecil maupun yang besar
yang masuk ke dalam alam kubur ditanya oleh dua orang malaikat,
berusaha untuk menjauhi kesyirikan, ketika dia ditanya karena dia selama
dikembalikan ruh ke jasadnya didudukkan kemudian menjadi hancur lebur
hidupnya praktekkan tauhid ini maka dengan izin Allāh ‫ﷻ‬, Allāh ‫ ﷻ‬akan
Apa yang menjadikan sebagian orang tidak mau menerima dan tidak beriman
memudahkan dia untuk menjawab pertanyaan dengan baik, Allāh ‫ ﷻ‬akan
dengan fitnah kubur. Ahlussunnah beriman dengan fitnah kubur sebagaimana
menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit ucapan
telah datang hadis-hadits dari Nabi ‫ﷺ‬
yang kokoh yaitu ucapan lā ilāha illallāh dan juga di akhirat diantaranya
adalah di alam kubur, orang yang memahami lā ilāha illallāh dan dia
‫َان َأ ْس َودَا ِن َأ ْز َرقَا ِن يُقَا ُل َأل َح ِد ِه َما ْال ُم ْن َك ُر َواآل َخ ُر النَّ ِكي ُر‬
ِ ‫ِّت – َأوْ قَا َل َأ َح ُد ُك ْم َأتَاهُ َملَك‬
ُ ‫ِإ َذا قُبِ َر ْال َمي‬
konsekuen dengan kalimat lā ilāha illallāh maka tentunya dia akan dengan orang yang Islamnya hanya Islam KTP saja tapi kalau dilihat amalan
mudah bi idznillāh untuk mengatakan Robbiy Allāh ‫ﷻ‬. dia dalam kehidupan sehari-hari maka jauh dari ajaran Islam.

Bayangkan dengan orang yang kafir yang selama dia di dunia dia serahkan Sehingga di sini kita tahu bahwasanya kehidupan kita ini adalah sebenarnya
sebagian besar ibadahnya kepada selain Allāh ‫ﷻ‬, bergantung kepadanya persiapan untuk menghadapi pertanyaan tadi, kalau kita bi idznillāh bisa
bernadzar untuknya menyembelih untuknya berdoa kepadanya, apa yang akan menjawab tiga pertanyaan tadi semoga yang selanjutnya adalah kemudahan,
dia katakan? siapa Rabb mu dia tidak akan bisa menjawab dengan baik, dengan sungguh-sungguh kita mempersiapkan tiga pertanyaan ini,
demikian pula orang munafik meskipun dia mengatakan lā ilāha illallāh tapi pertanyaannya sedikit bukan 10 soal bukan 50 soal tapi 3 soal dan ini pun
praktek dia dalam kehidupan sehari-hari bukan lā ilāha illallāh, dzahirnya dibocorkan oleh Allāh ‫ﷻ‬, Allāh ‫ ﷻ‬tidak tutupi ini pertanyaan dan
bersama orang Islam tapi batinnya bersama orang-orang musyrikin, maka jawabannya ini kamu bisa menjawab pertanyaan ini dengan baik kalau
orang yang demikian tidak akan bisa menipu Allāh ‫ ﷻ‬dia tidak akan bisa demikian dan demikian, rahmat dari Allāh ‫ﷻ‬, Allāh ‫ ﷻ‬membocorkan
mengatakan Robbiyallāh, dia akan mengatakan ha.. ha.. sulit untuk pertanyaan sekaligus jawabannya tapi untuk bisa menjawab pertanyaan
mengatakan Robbiyallāh. dengan baik kita harus benar-benar dalam kehidupan kita ini.

Demikian pula orang yang selama di dunia dia mengikuti sunnah hati-hati Di dalam hadits yang lain Beliau ‫ ﷺ‬ketika selesai menguburkan seorang
jangan sampai dia beribadah tidak sesuai dengan sunnah Nabi ‫ ﷺ‬benci sahabat mengatakan kepada para sahabat Beliau ‫ ﷺ‬yang hadir saat itu
dengan kebid’ahan menjauhi kebid’ahan benar-benar menjadikan Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai teladan sebagai contoh sebagai uswah yang hasanah
‫ فَِإنَّهُ اآْل نَ ي ُْس َأ ُل‬، َ‫اس َألُوا لَ هُ التَّ ْثبِيت‬
ْ ‫اس تَ ْغفِرُوا َأِل ِخي ُك ْم َو‬
ْ Hendaklah kalian memohonkan
dalam seluruh kehidupan dia, bertanya ini sesuai dengan sunnah tidak yang
ampun untuk saudara kalian dan mintalah untuknya ketetapan (karena
seperti ini boleh tidak, dia tidak ingin sembarangan dalam melakukan ibadah
keadaan benar-benar sangat menakutkan sendirian datang 2 makhluk yang
maka orang yang demikian bi idznillāh ketika ditanya siapa Rasul-mu? Allāh
mengerikan dan baru pertama kali melihatnya bertanya lagi) karena
‫ ﷻ‬akan memberikan kemudahan baginya untuk mengatakan Nabiku adalah
sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya.
Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, aku mengikutinya aku tidak mengikuti yang lain aku
yakini bahwa Beliau ‫ ﷺ‬adalah rasul yang telah diutus untuk kami, untuk
kami ikuti. Adapun orang yang di dunia tidak mengikuti rasul dzahir maupun Berarti ini menunjukkan adanya fitnah kubur sehingga tidak boleh kita
batin atau katanya dia bersyahadat dengan wa asyhadu anna Muhammadan mengingkari, Ahlussunnah Wal Jama’ah meyakini adanya fitnah kubur,
Rasulullāh tapi dia tidak mengikuti Rasulullāh ‫ ﷺ‬dan tidak meyakini Beliau disana ada khawarij yang mereka mengingkari disana ada mu’tazilah yang
‫ ﷺ‬adalah maka ini tidak akan bisa menjawab pertanyaan. mereka juga mengingkari karena mereka didalam beragama menggunakan
akal mereka, mengedepankan akal mereka diatas dalil sehingga akhirnya
demikian, mengingkari hadits yang Mutawatir.
Orang yang melaksanakan agama Islam dengan sebaik-baiknya (dan ajaran
yang paling penting di dalam agama Islam adalah tahuid), menjalankan agama
Islam dengan baik tidak mengada-ngada di dalam agama maka orang yang Halaqah 113 | Beriman Kepada Hari Akhir dengan Pembahasan tentang
demikian diharapkan dengan mudah dia menjawab pertanyaan ketika ditanya Fitnah, Adzab, dan Nikmat Kubur Bag 02 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Apa agamamu? dia mengatakan agamaku adalah Islam, inilah yang aku peluk ‫الى‬//‫ه هلل تع‬//‫ حفظ‬Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah Syaikhul Islam Ibnu
inilah yang aku percaya yang aku yakini itu adalah dari Allāh ‫ﷻ‬, innaddina Taimiyyah rahimahullāh.
indallāhil Islam sesungguhnya agama di sisi Allāh ‫ ﷻ‬adalah Islam, berbeda
Beliau mengatakan ‫ب ْالقَب ِْر َونَ ِعي ِم ِه‬
ِ ‫َوبِ َع َذا‬ Berlindung kepada Allāh ‫ ﷻ‬dari jahannam karena adzabnya adalah sangat
pedih dan membaca doa ini dengan sungguh-sungguh, karena doa yang dibaca
dengan sungguh-sungguh dengan sepenuh hati dengan keikhlasan dan
Dan mereka beriman dengan adzab kubur dan nikmatnya.
menyadari maknanya maka diharapkan doa tersebut dikabulkan oleh Allāh ‫ﷻ‬.

Disana ada siksaan kubur dan disana ada kenikmatan kubur sebagaimana
Dan sebagian Salaf dahulu mendidik anaknya untuk membaca doa ini,
dalam hadits Al-Bara’ Bin Azib, hadits yang panjang tentang bagaimana
membiasakan anaknya untuk membaca doa ini sebelum dia salam, bahkan
perjalanan ruh orang yang beriman ketika dia akan dicabut nyawanya
sebagian mereka setelah anaknya shalat maka ditanya sudah membaca doa
kemudian diangkat kemudian diturunkan kembali dan ditanya kemudian dia
tadi atau belum, kalau dia mengatakan belum disuruh mengulang shalat
mendapatkan kenikmatan kubur, adapun orang yang kafir maka dia tersiksa
supaya dia hati-hati dan kalau sholat membaca doa ini. Ini kasih sayang orang
ketika keluar nyawanya kemudian dia ketika ditanya di alam kubur
tua karena ketika dia terbiasa membaca doa ini semoga Allāh ‫ ﷻ‬mengabulkan
tidak bisa menjawab pertanyaan dan akhirnya dia mendapatkan adzab kubur.
sehingga terjauhkan dari adzab jahanam adzab kubur dari fitnah kehidupan
dan kematian dan juga fitnah al-masih ad-dajjal, ini tegas yang tentunya
Di dalam sebuah hadits Nabi ‫ ﷺ‬diantara petunjuk Beliau ‫ﷺ‬ terpuji yang demikian untuk kebaikan anaknya sendiri jangan kita biarkan
mereka lalai dan tidak menghafal doa ini.
‫ ِإ َذا ت ََش هَّ َد َأ َح ُد ُك ْم فَ ْليَ ْس تَ ِع ْذ بِاهللِ ِم ْن أرْ بَ ٍع‬Apabila salah seorang diantara kalian
bertasyahud maka hendaklah dia berlindung kepada Allāh ‫ ﷻ‬dari empat Sebagian ulama bahkan ada yang mengatakan membaca do’a ini termasuk
perkara kewajiban di dalam shalat dan Allāhua’lam yang lebih shahih bahwa
membaca doa ini bukan merupakan kewajibannya, ini adalah perkara yang
sunnah diantara sunnah-sunnah shalat.
ِّ‫ َو ِم ْن َش ر‬، ‫ت‬ ِ ‫ َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ال َمحْ يَ ا َو ْال َم َم ا‬، ‫ب القَ ْب ِر‬ ِ ‫ اللَّهُ َّم إنِّي َأعُو ُذ ِبكَ ِم ْن َع َذا‬: ‫يقول‬
ِ ‫ َو ِم ْن َع َذا‬، ‫ب َجهَنَّ َم‬
‫َّال‬ َّ
ِ ‫يح الدج‬ َ ْ
ِ ‫فِتن ِة ال َم ِس‬
Diantara dalil tentang adzab kubur Nabi ‫ ﷺ‬pernah melewati sebuah kebun
kemudian Beliau ‫ ﷺ‬mendengar suara dua orang yang sedang diadzab di
Ya Allāh ‫ ﷻ‬aku berlindung kepada-Mu dari adzab jahanam kemudian
dalam kuburnya, Subhanallāh, Allāh ‫ ﷻ‬dengan qudrah-Nya
dari azab kubur kemudian dari fitnah kehidupan dan kematian dan
memperdengarkan Nabi-Nya tentang suara orang yang sedang diadzab, ini
kejelekan fitnah al-masih ad-dajjal, berarti ini sunnah Nabi ‫ ﷺ‬sebelum
kita salam kita membaca isti’adzah meminta perlindungan kepada Allāh ‫ﷻ‬ ِ َ‫يُ َع َّذب‬
belum di neraka tapi dikuburnya, maka Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan ‫ان‬
dari empat perkara ini diantaranya adalah dari adzab kubur.
keduanya sedang diadzab oleh Allāh ‫ﷻ‬
Menunjukkan bahwasanya adzab kubur itu ada dan hakiki, tidak mungkin
Nabi ‫ ﷺ‬menyuruh kita berlindung dari sesuatu yang tidak ada dan tidak ٍ ِ‫ َو َم ا يُ َع َّذبَا ِن فِي َكب‬dan keduanya tidak diadzab karena sesuatu perkara yang
‫ير‬
hakiki, kalau Beliau ‫ ﷺ‬menyuruh kita untuk berlindung kepada Allāh ‫ ﷻ‬dari besar, bukan membunuh bukan merampok bukan berzina
empat perkara ini berarti empat perkara ini adalah ada sehingga kita disuruh
untuk berlindung kepada Allāh ‫ ﷻ‬dari empat perkara ini, ini adalah doa yang
َ َ‫ كان‬،‫ بَلَى‬:‫ ثُ َّم قا َل‬Kemudian Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan salah satu
‫أح ُدهُما ال َي ْستَتِ ُر ِمن بَوْ لِ ِه‬
penting hendaklah kita jaga.
di antara keduanya tidak menutupi dari kencingnya, yaitu tidak menjaga
auratnya atau ‫ستَتِ ُر‬
ْ َ‫ ال ي‬disini maksudnya tidak menjaga najisnya sehingga lain, Allāh ‫ ﷻ‬mampu untuk melakukan segala sesuatu, jangan kita
ketika dia kencing dia bermudah-mudahan dan najis tersebut terkena kedepankan akal kita di atas dalil, dalilnya shahih maka kita harus
badannya atau terkena pakaiannya seperti yang dilakukan oleh sebagian menerimanya,
orang.
ۗۡ‫ض ى ٱهَّلل ُ َو َر ُس ولُ ٓۥهُ َأمۡ رًا َأن يَ ُك ونَ لَهُ ُم ۡٱل ِخيَ َرةُ ِم ۡن َأمۡ ِر ِهم‬
َ َ‫ َو َم ا َك انَ لِ ُم ۡؤ ِم ٖن َواَل ُم ۡؤ ِمنَ ٍة ِإ َذا ق‬Al-
Termasuk seandainya meskipun setelah itu dia akan guyur dengan air tapi Ahzab:36]
tidak boleh seseorang bermudah-mudahan kemudian terkena bagian kanan
dan juga kirinya bagian pahanya dengan air kencing tersebut karena posisinya
kita dinamakan muslim karena kita pasrah menerima perintah menerima
yang kurang tepat dan bermudah-mudahan, kita harus menjaga biar
larangan, pasrah dan siap untuk diperintah siap untuk dilarang siap untuk
bagaimana tubuh kita dan juga pakaian kita ini tidak terkena air najis tersebut
menerima khabar, jangan kita seperti khawarij dan juga mu’tazilah dan orang-
karena ini termasuk sebab adzab kubur, salah satu di antara keduanya tidak
orang yang mengikuti jalan mereka mengedepankan akal di atas dalil.
menjaga dari air kencingnya.

Halaqah 114 | Beriman Kepada Hari Akhir dengan Pembahasan tentang


‫ وكانَ اآلخَ ُر يَ ْم ِشي بالنَّ ِمي َم ِة‬Dan yang kedua dia berjalan dengan mengadu domba,
Fitnah, Adzab, dan Nikmat Kubur Bag 03
yang namanya mengadu domba mungkin sebagian orang menganggap ringan,
dengan ucapan dia berjalan ke sana berjalan kesini dua pihak yang Halaqah yang ke-114 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah
sebelumnya rukun dijadikan saling memusuhi satu dengan yang lain, dia tidak Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
menyadari bahwasanya itu adalah termasuk sebab adzab kubur. rahimahullāh.

Ini termasuk dalil bahwasanya adzab kubur itu ada dan hadits ini Shahih Beliau mengatakan ‫ُور ِه ْم‬ َ َّ‫فََأ َّما ْالفِ ْتنَةُ؛ فَِإ َّن الن‬
ِ ‫اس يُ ْمت ََحنُونَ فِي قُب‬
diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim, meskipun itu tidak masuk ke
akal sebagian orang soal yang tidak sehat, bagaimana bisa ini tempatnya َ َّ‫ فََأ َّما ْالفِ ْتنَةُ؛ فَِإ َّن الن‬Adapun fitnah (yaitu fitnah kubur, ‫ ال‬disini
ِ ‫اس يُ ْمتَ َحنُونَ فِي قُب‬
‫ُور ِه ْم‬
sempit katanya disitu dia hancur dan seterusnya setelah dibuka biasa saja tidak adalah ‫ ال‬ahdiyah karena sebelumnya disebutkan fitnah kubur), maka
ada perubahan, ini akal dia yang sempit dan Allāh ‫ ﷻ‬Dia-lah yang mampu manusia, dan masuk di dalam manusia disini baik orang yang beriman
untuk melakukan segala sesuatu. orang yang kafir ataupun orang yang munafik semuanya akan ditanya,
ini pendapat yang lebih kuat karena para ulama ahlussunnah berbeda pendapat
Kita di dalam kehidupan di dunia saja terkadang seseorang didalam tidurnya dalam masalah siapa yang akan ditanya, apakah yang ditanya orang yang
dia mimpi misalnya dan dikejar oleh seseorang misalnya, ketika dia bangun beriman saja atau masuk di dalamnya orang kafir ataukah masuk di dalamnya
dia merasakan dirinya capek padahal dia di tempat tidur dia tidak lari tapi dia orang munafik juga maka pendapat yang lebih kuat semuanya masuk karena
merasakan nafasnya yang sesak dan tersengal-sengal, Allāh ‫ ﷻ‬Maha Mampu disana ada lafadz yang sharih dari Nabi ‫ﷺ‬, Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan adapun
untuk melakukan segala sesuatu. orang yang munafik dan orang yang kafir sebagaimana dalam hadits

Mungkin di sana ada dua orang yang dikuburkan berdampingan, satunya ُ‫ت َأقُو ُل َما يَقُو ُل النَّاس‬
ُ ‫ الَ َأ ْد ِري ُك ْن‬:ُ‫ق َوالكَافِ ُر فَيَقُول‬
ُ ِ‫َوَأ َّما ال ُمنَاف‬
diadzab oleh Allāh ‫ ﷻ‬dengan adzab kubur dan yang satunya diberikan nikmat
oleh Allāh ‫ ﷻ‬dengan nikmat kubur dan tidak saling melihat satu dengan yang
Adapun orang yang kafir atau munafik maka dia mengatakan aku tidak tahu Adapun hadits tentang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at maka
ketika ditanya aku mengatakan seperti yang dikatakan oleh manusia, Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan
menunjukkan bahwasanya semuanya ditanya oleh Allāh ‫ﷻ‬, dan disana ada
lafadz adz-dzhālim dan dzhālim di sini masuk didalamnya orang yang kafir
‫وت يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة َأوْ لَ ْيلَةَ ْال ُج ُم َع ِة ِإاَّل َوقَاهُ هَّللا ُ فِ ْتنَةَ ْالقَب ِْر‬
ُ ‫َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يَ ُم‬
maupun orang yang munafik.

Tidaklah ada seorang muslim yang meninggal dunia di hari Jum’at atau pada
Dan disana ada yang dikecualikan, Allāh ‫ ﷻ‬tidak akan menanyai dia di alam
malam Jum’at kecuali Allāh ‫ ﷻ‬akan menjaganya dari fitnah kubur, maka ini
kubur sebagaimana disebutkan di dalam hadits dan ini adalah pengecualian,
menunjukkan tentang keutamaan orang yang meninggal dunia di waktu
yaitu seperti orang yang meninggal dunia di hari Jum’at atau dimalam
tersebut.
Jum’at maka ini termasuk yang dikecualikan sebagaimana yang demikian
telah datang dari Nabi ‫ ﷺ‬tapi yang lain maka mereka kembali kepada asal
yaitu akan ditanya oleh dua malaikat. Kemudian juga diantara yang ‫ك؟ َو َمن نَّبِيُّك؟‬
َ ُ‫ َمن َّربُ كَ ؟ َو َم ا ِدين‬:‫ فَيُقَا ُل للرِّ ُج ِل‬Maka akan dikatakan kepada seseorang
dikecualikan adalah seorang yang mati syahid, di dalam sebuah hadits siapa Rabb mu? Apa agamamu? dan siapakah nabimu?, tiga pertanyaan ini.
Nabi ‫ ﷺ‬ditanya
Dan sudah kita pelajari bersama Kitab Tsalātsatul Ushul yang ditulis oleh
ِ ‫ َما بَا ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ يُ ْفتَنُونَ فِي قُب‬،ِ ‫يَا َرسُو َل هَّللا‬
‫ُور ِه ْم ِإاَّل ال َّش ِهيدَ؟‬ Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab intinya adalah supaya kita
mempersiapkan diri kita untuk bisa menjawab tiga pertanyaan ini, dan
tentunya sekali lagi bukan hanya sekedar kita hafal Tsalātsatul Ushul dengan
Wahai Rasulullāh ‫ ﷺ‬mengapa orang-orang yang beriman difitnah (ditanya) di
dalil-dalilnya dengan syarahnya tapi yang lebih penting daripada itu adalah
kuburan mereka kecuali seorang yang mati syahid, berarti mereka mendengar
kita semuanya mengamalkan tentang apa yang sudah kita pelajari berupa tiga
bahwasanya orang yang mati syahid ini tidak akan ditanya, ini termasuk
perkara ini, tentang ma’rifatullah mengenal Allāh ‫ ﷻ‬ma’rifaturrasul
kelebihan dan keutamaan orang yang mati syahid, maka Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan
mengenal rasul dan juga mengenal agama Islam.

ً‫ُوف َعلَى َرْأ ِس ِه فِ ْتنَ ة‬ ُّ ‫ارقَ ِة‬


ِ ‫الس ي‬ ِ َ‫ َكفَى بِب‬Cukuplah kilatan pedang yang ada di atas
kepalanya itu sebagai ujian. ِ ‫ت فِي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوفِي‬
‫اآلخ َر ِة‬ ِ ِ‫ِّت هللاُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا بِ ْالقَوْ ِل الثَّاب‬
ُ ‫فيُثَب‬

Maka Allāh ‫ ﷻ‬akan menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan


Karena fitnah artinya adalah ujian, ujian tentang keimanan, maka orang yang
yang tsabit (kokoh) yaitu ucapan Lā Ilāha Illallāh dan ini yang disebutkan
mati syahid meninggal di jalan Allāh ‫ ﷻ‬tentunya yang ikhlas cukuplah
di dalam ayat
kilatan pedang yang ada di atas kepalanya, ini pedang bisa sewaktu-waktu
memenggal tangannya memegal lehernya, tapi karena keimanan yang ada
didalam dadanya dia maju kedepan dan rela untuk mengorbankan jiwa ‫ت فِي ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَا َوفِي ٱأۡل ٓ ِخ َر ۖ ِة‬
ِ ِ‫وا ِب ۡٱلقَ ۡو ِل ٱلثَّاب‬
ْ ُ‫ِّت ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ُ ‫[ يُثَب‬Ibrahim:27]
raganya demi meninggikan kalimat Allāh ‫ﷻ‬, ini sudah cukup menjadi ujian
bagi orang tersebut sehingga Allāh ‫ ﷻ‬memberikan keutamaan kepadanya
Kalimat Lā Ilāha Illallāh ini kalau direnungi oleh seseorang maka ini
tidak akan menanyakan kepadanya dan dia tidak akan ditanya di alam
menguatkan dan menjadikan dia istiqomah menjadikan dia tidak goyah
kuburnya.
sebesar apapun fitnah yang menimpa seseorang. Lā Ilāha Illallāh tidak ada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau ya Allāh ‫ﷻ‬, ketika dia beramal shaleh, beriman dan juga beramal sholeh sebagaimana telah kita
mendapatkan kenikmatan yang besar yang bisa menggoyahkan keimanan dia jelaskan.
Lā Ilāha Illallāh tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau
ya Allāh ‫ﷻ‬, meskipun dunia ini menarik dan ingin menyeret dia ke dalam
ُ‫ َوَأ َّما ْال ُمرْ تَاب‬Adapun orang yang ragu, orang yang kafir kemudian orang yang
kemaksiatan maka dengan dia mengingat Lā Ilāha Illallāh akan menguatkan
munafik
dia, tidak akan mengikuti hawa nafsu dan ingin istiqomah di atas Lā Ilāha
Illallāh hanya Allāh ‫ ﷻ‬yang disembah hanya Allāh ‫ ﷻ‬yang diikuti bukan
hawa nafsu. ‫ هَاه هَاه؛ الَ َأ ْدري‬:ُ‫ فَيَقُول‬maka dia mengatakan hah hah, dia tidak bisa mengatakan
Robb ku Allāh ‫ ﷻ‬hanya bisa mengatakan hah hah aku tidak tahu
Ketika dia tertimpa musibah yang besar yang bisa menggoyangkan keimanan
seseorang menjadikan dia futur menjadikan dia mundur kebelakang, Lā Ilāha ُ‫اس يَقُولُونَ َش ْيًئا فَقُ ْلتُه‬
َ َّ‫ْت الن‬
ُ ‫ َس ِمع‬Aku mendengar manusia mengatakan sesuatu maka
Illallāh tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau ya Allāh akupun ikut mengucapkan, ini orang munafik yang mengatakan Lā Ilāha
‫ﷻ‬, musibah yang menimpa ini adalah Engkau menghendaki, yang Illallāh Muhammadan Rasulullāh, hanya sekedar ikut-ikutan saja, mereka
didalamnya ada hikmah, diampuni dosa, diangkat derajatnya, supaya kembali mengatakan syahadat dan kemudian diapun ikut mengucapkan dua kalimah
kepada Allāh ‫ﷻ‬, maka dia mengucapkan Lā Ilāha Illallāh dan syahadah tujuannya adalah ingin selamat saja dari mereka, ingin dimudahkan
mempraktekkan makna Lā Ilāha Illallāh baik ketika mendapatkan nikmat urusannya karena tinggal di negeri Islam, urusanya administrasinya lebih
mendapatkan musibah Allāh ‫ ﷻ‬menguatkan dia dengan ucapan Lā Ilāha mudah tapi dalam hatinya dia tidak beriman maka dia hanya bisa mengatakan
Illallāh baik dunia dan juga di akhirat (termasuk alam akhirat adalah alam ah ah aku tidak tahu aku mendengar manusia mengucapkannya maka akupun
kubur) mengucapkannya.

‫ َو ُم َح َّم ٌد صلى هللا عليه وسلم نَبِيِّي‬،‫ َواِإل ْسالَ ُم ِدينِي‬،ُ‫ َربِّ َي هللا‬: ُ‫فَيَقُو ُل ْالمْؤ ِمن‬ ‫ فَيُضْ َربُ بِ ِمرْ زَ بَ ٍة ِم ْن َح ِدي ٍد‬Maka diapun dipukul dengan mirzabah (palu yang
besar), dipukul dengan palu yang kecil saja sudah sakit apalagi ini dipukul
dengan palu yang besar yang dinamakan dengan mirzabah yang berasal dari
Maka berkata orang yang beriman Allāh ‫ ﷻ‬adalah Rabb ku, yaitu aku
besi.
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan
Islam adalah agamaku, aku tidak melaksanakan selain agama Islam cara
shalatku cara dzikirku cara zakatku adalah dengan cara Islam yang dibawa ْ ‫صي َْحةً يَ ْس َم ُعهَا ُكلُّ ش‬
‫َي ٍء‬ ِ َ‫ فَي‬Maka dia teriak (karena saking sakitnya dan sangat
َ ‫صي ُح‬
oleh Nabi ‫ﷺ‬, dan Muhammad ‫ ﷺ‬adalah Nabi ku yang aku ikuti yang aku sakitnya dipukul dengan mirzabah) dengan teriakan yang sangat keras
jalankan perintahnya dan aku tinggalkan larangannya yang aku yakini dia didengar oleh segala sesuatu, berarti ini menunjukkan tentang kerasnya dan
adalah ma’sum (terjaga dari dosa). sangat sakitnya pukulan tadi sehingga dia teriak, naudzubillāh min adzabil
qabr
Ini adalah ucapan orang yang beriman, Allāh ‫ ﷻ‬memberikan kekuatan
kepadanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik, ‫ق‬ ُ َ‫ َولَ وْ َس ِم َعهَا اِإل ْن َس انُ ؛ ل‬، َ‫ إالَّ اِإل ْن َس ان‬kecuali manusia, seandainya seorang
َ ‫ص ِع‬
berdoa kepada Allāh ‫ ﷻ‬semoga Allāh ‫ ﷻ‬menguatkan kita semua ketika manusia mendengar teriakan tadi niscaya dia akan pingsan. Ini
menjawab pertanyaan tadi, caranya dengan menguatkan iman, yang Allāh ‫ﷻ‬ menunjukkan tentang kerasnya dan dahsyatnya adzab yang dia terima.
kuatkan adalah orang-orang yang beriman dengan ucapan Lā Ilāha Illallāh dan
Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari ِ ‫ال فِ ۡرع َۡونَ َأ َش َّد ۡٱل َع َذا‬
٤٦ ‫ب‬ َ ‫[ ٱلنَّا ُر ي ُۡع َرضُونَ َعلَ ۡيهَا ُغ ُد ٗ ّوا َوع َِش ٗيّ ۚا َويَ ۡو َم تَقُو ُم ٱلسَّا َعةُ َأ ۡد ِخلُ ٓو ْا َء‬Ghafir]

‫ ثم يض رب بمطرق ة من حديد‬kemudian dia dipukul dengan mithraqah (palu) yang Neraka itu dinampakkan kepada mereka baik di waktu pagi maupun di
berasal dari besi waktu petang dan di hari kiamat maka masukkanlah Firaun dan juga
balatentaranya di dalam adzab yang lebih dahsyat.
‫ ضربة بين أذنيه‬dipukul diantara dua telinganya, berarti dipukul kepalanya
dengan palu yang besar yang berasal dari besi, Allāhul musta’an Menunjukkan bahwasanya yang dimasuksud Firman Allāh ‫ ﷻ‬neraka
dinampakkan kepada mereka pagi dan petang ini sekarang di alam
kubur mereka karena setelahnya disebutkan adzab yang lebih dahsyat
‫ فيصيح صيحة يس معها من يلي ه إال الثقلين‬maka dia akan teriak dengan teriakan yang
yaitu yaitu di neraka, ini menjadi dalil tentang adanya adzab kubur dan
didengar oleh yang ada disekitarnya kecuali dua makhluk yaitu manusia
ini menunjukkan bahwasanya di sana ada adzab kubur yang seterusnya
dan juga jin.
sampai datangnya hari kiamat.

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim menunjukkan


Ada sebagian orang yang mendapatkan adzab kubur kemudian dia
bahwasanya manusia dan jin tidak mendengar apa yang terjadi, teriakan tadi
mendapatkan kenikmatan artinya dia diadzab kemudian Allāh ‫ﷻ‬
mereka tidak mendengar, berarti di sini ada penetapan adzab kubur bagi
menghendaki untuk menghentikan agar kubur tadi sebabnya adalah mungkin
orang yang ragu-ragu orang munafik.
karena doa orang yang mendoakan, mengatakan Ya Allāh ‫ ﷻ‬ampunilah
dosanya Ya Allāh ‫ ﷻ‬kalau dia memiliki dosa maka ampunilah atau ada orang
Halaqah 115 | Beriman Kepada Hari Akhir dengan Pembahasan tentang yang bershodaqoh atas nama dia atau ada orang yang berziarah kubur
Kebangkitan Manusia dari Kuburnya Ustadz Ustad Dr. Abdullah Roy, kemudian mengatakan
M.A ‫ حفظه هلل تعالى‬Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh. َ‫ار ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َو ْال ُم ْسلِ ِمينَ وَِإنَّا ِإ ْن شَا َء هللاُ بِ ُك ْم لَاَل ِحقُونَ َأ ْسَأ ُل هللاَ لَنَا َولَ ُك ُم ْال َعافِيَة‬
ِ َ‫ال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َأ ْه َل ال ِّدي‬

Beliau mengatakan ٌ‫ثُ َّم بَ ْع َد هّ ِذ ِه ْالفِ ْتنَ ِة إ َّما ن َِعي ٌم وَِإ َّما َع َذاب‬ dia berdoa dan mengucapkan salam dengan sungguh-sungguh Allāh ‫ﷻ‬
mengabulkan salamnya mengabulkan doanya akhirnya Allāh ‫ ﷻ‬mengampuni
Kemudian setelah fitnah ini (yaitu setelah ditanya) maka yang ada setelahnya sebagian mereka (dihentikan adzabnya), tentunya ini adalah Ihsan (perbuatan
adalah kenikmatan atau adzab. baik) dari kita yang masih hidup untuk saudara-saudara kita yang sudah
meninggal dunia. Kalau ada diantara mereka yang dihentikan oleh Allāh ‫ﷻ‬
adzab kuburnya karena sebab doa kita dan ziarah kita maka tentunya ini
Jadi tidak ada yang tidak diberi ni’mat dan tidak diberi adzab, mungkin adalah kebaikan, kita pun nanti kalau sudah meninggal dunia ingin seandainya
nikmat mungkin adzab, ada yang mendapatkan nikmat terus (al-anbiya, ash- disana ada orang yang mendoakan kita ada yang mengucapkan salam untuk
shiddiqIn) dan ada diantara mereka yang mendapatkan adzab terus sampai kita karena salam artinya adalah keselamatan.
hari kiamat (seperti orang-orang kuffar, firaun dan juga orang-orang yang
bersamanya) sebagaimana Firman Allāh ‫ﷻ‬
‫ ِإلَى َأ ْن تَقُو َم ْالقِيَا َمةُ ْال ُكبْرى‬sampai datang hari kiamat yang besar, berarti disana dikumpulkan oleh Allāh ‫ﷻ‬, sehingga dalam Al-Qur’an ketika Allāh ‫ﷻ‬
ada kiamat kecil (kematian kita) menceritakan tentang bagaimana air menumbuhkan tanaman dengan izin
Allāh ‫ﷻ‬, Allāh ‫ ﷻ‬mengatakan
ْ ‫ َم ْن َماتَ فَقَ ْد قَا َم‬Barangsiapa meninggal dunia maka sudah mulai datang
ُ‫ت قِيَا َمتُ ه‬
kiamatnya, ini adalah kiamat kecil adapun kiamat besar maka yang َ ِ‫[ َك ٰ َذل‬Qaf] Demikianlah kalian akan dikeluarkan.
١١ ‫ك ۡٱل ُخرُو ُج‬
dimaksud adalah ditiupnya sangkakala yang pertama dan seterusnya.
Maka akan dikembalikan ruh ini kepada jasadnya dan inilah yang dinamakan
Jadi ada orang yang mendapatkan nikmat terus dan ada yang mendapatkan dengan Yaumul Ba’ats yaitu hari kebangkitan, Allāh ‫ ﷻ‬kembalikan ruh
adzab terus dan ada diantara mereka yang mendapatkan adzab kemudian kepada jasad dan Allāh ‫ ﷻ‬hidupkan dia kembali setelah sebelumnya dia
diampuni oleh Allāh ‫ﷻ‬.
meninggal dunia.

‫ فَتُ َعا ُد اَألرْ َوا ُح ِإلَى األجْ َسا ِد‬Maka arwah-arwah pun dikembalikan kepada jasad
(ketika datang kiamat kubro).

Ketika ditiup sangkakala yang pertama semua akan meninggal dunia


kemudian ketika ditiup sangkakala yang kedua maka akan dibangkitkan
manusia yaitu akan dikembalikan arwah ini kepada jasad-jasadnya
kemudian dibangkitkan oleh Allāh ‫ ﷻ‬dari kuburnya keluar dari
kuburannya, dan antara tiupan sangkakala yang pertama dengan tiupan
sangkakala yang kedua ini adalah 40

َ‫ بَ ْينَ النَّ ْف َختَي ِْن َأرْ بَ ُع ون‬kata Nabi ‫ﷺ‬, antara dua tiupan ini ada 40, Allāhua’lam
apakah dia 40 hari atau 40 bulan atau 40 tahun yang jelas antara dua tiupan ini
ada 40, dimasa itulah Allāh ‫ ﷻ‬akan menurunkan hujan yang ringan yang
ketika itu mengenai tulang ekor manusia yang tulang itulah yang tersisa,
ketika hujan mengenai tulang ekor tadi maka dia akan tumbuh tunas
sebagaimana tumbuh ketika datang hujan dia akan tumbuh, maka dia
akan tumbuh juga sehingga dari situlah akan disusun kembali anggota
tubuh manusia tangannya kakinya kepalanya dan seterusnya, kemudian
ketika sudah sempurna jasad tadi Allāh ‫ ﷻ‬akan mengeluarkan.

Dan ini semuanya baik yang meninggal dan dikuburkan dalam keadaan
normal ataupun yang dimakan oleh hewan buas ataupun yang dimakan oleh
ikan misalnya baik yang dibakar kemudian tersebar abunya semuanya akan

Anda mungkin juga menyukai