Anda di halaman 1dari 13

JURNAL READING

MANAJEMEN FRAKTUR TERBUKA

Oleh :
Amira Ainulwidad
21360051

Preceptor :
dr. Fatah Manovito, Sp. OT(K)spine

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH


RSUD JENDRAL AHMAD YANI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL DALAM......................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… iii

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2 Tujuan ............................................................................................. 1
1.3 Definisi ........................................................................................... 1
1.4 Etiologi .......................................................................................... 1
1.5 Epidemiologi ................................................................................... 2
1.6 Patofisiologi .................................................................................... 2
1.7 Pemeriksaan Fisik .......................................................................... 3
1.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 3
1.9 Penatalaksanaan .............................................................................. 4
1.10 Komplikasi ...................................................................................... 5
1.11 Pembahasan ..................................................................................... 5
1.12 Kesimpulan ..................................................................................... 5

CRITICAL APPRASIAL
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Tulang, jenis-jenis fraktur 8

Gambar 2. X-ray 9

Gambar 3. Fraktur terbuka Gustilo tipe 2 9

Gambar 4. Fraktur terbuka Gustilo tipe 3 10

iii
1.1 Latar Belakang
Fraktur terbuka adalah cedera di mana tulang yang retak dan atau hematoma
fraktur yang terpapar ke lingkungan eksternal melalui kejadian traumatis pada
jaringan lunak dan kulit. Luka pada kulit mungkin terletak di tempat yang jauh dari
fraktur dan tidak langsung di atasnya. Oleh karena itu, setiap fraktur yang disertai luka
harus dianggap terbuka sampai terbukti hasilnya. Kegiatan ini bertujuan untuk
memeriksa kapan kondisi ini harus dipertimbangkan pada diagnosis banding dan
bagaimana mengevaluasi dengan benar. Kegiatan ini juga memerlukan peran tim
yang profesional dalam merawat pasien dengan kondisi ini.

1.2 Tujuan
a) Membedakan fraktur terbuka dan fraktur tertutup
b) Meninjau prosedur pemeriksaan untuk fraktur terbuka, termasuk gambaran
diagnostik, hasil laboratorium dan perawatan sesuai manajemen dan tindak
lanjut untuk fraktur terbuka, baik bedah maupun pasca bedah.
c) Mendiskusikan strategi tim yang professional untuk meningkatkan koordinasi
perawatan dan komunikasi untuk memperbaiki hasil dengan pengobatan
fraktur terbuka.

1.3 Definisi
Fraktur terbuka adalah cedera di mana tulang yang retak atau hematoma
fraktur terpapar ke lingkungan eksternal melalui kejadian traumatis pada jaringan
lunak dan kulit. Luka kulit mungkin terletak di tempat yang jauh dari fraktur dan tidak
langsung di atasnya. Oleh karena itu, setiap fraktur yang disertai luka
harus dianggap terbuka sampai terbukti hasilnya.

1.4 Etiologi
Fraktur terbuka sekunder terjadi akibat trauma. Paling sering terjadi adalah
cedera berkekuatan tinggi, tetapi trauma dengan kekuatan rendah juga bisa menjadi
penyebab fraktur sekunder terbuka, apabila ujung tajam dari fragmen fraktur
menembus kulit dan jaringan lunak. Fraktur terbuka berkekuatan tinggi sering

1
dikaitkan dengan kondisi lain yang mengancam jiwa, akibat dari trauma dapat
menimbulkan risiko lain seperti cedera neurovaskular, hancurnya jaringan lunak,
kontaminasi luka, dan pengelupasan kulit yang membuat lebih memungkinkan untuk
mengalami komplikasi.

1.5 Epidemiologi
Sebuah tinjauan dari 15 tahun yang lalu faktor epidemiologi patah tulang
terbuka pada orang dewasa, telah dilaporkan insiden terdapat 30,7 per 100.000 orang
per tahun. Kecelakaan kendaraan bermotor adalah penyebab paling umum dari fraktur
terbuka, salah satunya adalah fraktur ekstremitas bawah yang mencapai 34,1%
dari cedera ini. Kecealakaan lalu lintas paling sering dikaitkan dengan fraktur
terbuka, cedera ekstremitas bawah mencapai 39,5% dari kasus ini. Sebagian besar
fraktur terbuka terjadi secara tunggal, tetapi pasien mungkin mengalami lebih dari
satu fraktur dalam satu waktu. Usia rata-rata kejadian secara keseluruhan adalah 45,5
tahun, tetapi secara umum, insiden menurun pada pria dan meningkat pada wanita
seiring bertambahnya usia. Insiden tertinggi fraktur terbuka pada laki-laki adalah
antara usia 15 dan 19 tahun sebesar 54,5 per 100.000 orang per tahun, sedangkan
kejadian tertinggi pada wanita adalah 53,0 per 100.000 orang per tahun antara usia 80
dan 89 tahun. Fraktur terbuka pada jari adalah yang paling umum dari patah tulang
dengan pesentasi lebih dari 45% dari semua cedera terbuka. Fraktur tulang panjang
yang paling umum adalah tibia dan fibula sebesar 11,2%.

1.6 Patofisiologi
Ketika cedera traumatis terjadi, tulang dan jaringan lunak menyerap energi
yang dibutukan. Ketika ambang absorpsi terlampaui, terjadi hubungan antar tulang
yang menyebabkan pengupasan periostem dan kerusakan jaringan lunak. Fragmen
tulang yang berhubungan seringkali tidak melekat pada struktur penahan nya
sehingga memungkinkan fragmen tulang untuk berpindah tempat dan menyebabkan
kerusakan jaringan lunak serta struktur neurovaskular yang signifikan . Saat kulit
robek, terjadi efek yang menarik semua kotoran di sekitarnya ke dalam luka. Bahan
asing dan kotoran sering dapat disimpan ke dalam korteks intramuskular dan tulang.

2
1.7 Pemeriksaan fisik
Pasien dengan fraktur terbuka memiliki riwayat trauma yang paling sering
terjadi oleh karena trauma dengan berkekuatan tinggi. Pasien harus membuka pakaian
untuk mengevaluasi cedera signifikan lainnya yang dapat mengancam jiwa dan
apabila terjadi trauma lanjut. Penanganan awal adalah menilai status jalan napas
pasien, pernapasan, dan sirkulasi, serta tindakan resusitasi harus dilaksanakan
secepatnya. Setelah pasien telah stabil, fraktur terbuka harus ditangani secara
darurat. Cedera ini berhubungan dengan gejala nyeri, deformitas, pembengkakan, dan
luka yang mungkin berdarah. Perlu dicatat bahwa luka mungkin tidak terletak
langsung di atas lokasi fraktur. Pergerakan dan status neurovaskular dari semua
anggota tubuh yang terlibat harus dinilai untuk memastikan apakah ada
kemungkinan cedera saraf atau cedera vaskular yang terkait dengan fraktur. Luka
harus diperiksa secara menyeluruh dan dikarakteristikan menurut sistem
klasifikasi Gustilo-Anderson untuk fraktur terbuka karena ini akan menentukan
perawatan awal. Fraktur terbuka Gustilo-Anderson dibagi menjadi beberapa tipe,
yaitu :
1) Tipe I : Cedera berkekuatan rendah, luka < 1 cm, kerusakan jaringan minimal.
2) Tipe II: Cedera berkekuatan rendah sampai sedang, luka > 1 cm, kerusakan jaringan
lunak dan otot sedang.
3) Tipe III: Cedera berkekuatan tinggi, luka > 10 cm.
a) Tipe IIIA: Kerusakan jaringan yang luas, masih ditutupi jaringan lunak.
b) Tipe IIIB: Kehilangan jaringan yang luas, pengupasan periosteal.
c) Tipe IIIC: Kehilangan jaringan yang luas, vascular injury atau cedera arteri.

1.8 Pemeriksaan Penunjang


Karena pasien dengan fraktur terbuka biasanya mengalami trauma yang
signifikan, pemeriksaan gas darah arteri (ABG), hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit, panel sindrom metabolik, serum laktat, dan toksikologi sering
diperlukan. Radiografi polos biasanya cukup untuk menilai sejauh mana fraktur
terjadi. Gambaran anteroposterior dan lateral dari tulang yang cedera harus
didapatkan. Sendi di atas dan di bawah cedera juga harus dirontgen karena fraktur

3
dapat meluas ke sendi yang berdekatan atau melibatkan permukaan artikular. Udara
yang ada pada radiografi di otot polos, jaringan subkutan atau sendi dan benda asing
yang terlihat menunjukkan cedera terbuka. Jika pasien stabil, CT pada pergelangan
kaki atau sendi lutut dapat membantu untuk mengkarakterisasi fraktur dan dapat
membantu dalam pengurangan dan rencana untuk fiksasi. Dengan tidak adanya
denyut nadi, CT angiogram dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera vaskular.

1.9 Penatalaksanaan
Dengan trauma yang serius, upaya pertolongan pertama dan stabilisasi yang
terpenting. Setelah pasien stabil, fraktur terbuka harus ditangani secara darurat. Jika
ada yang membahayakan pada vaskular dapat dianggap fraktur sekunder akibat
fragmen fraktur yang menekan pembuluh darah, penanganan fraktur harus segera
dilakukan. Luka harus diirigasi secara menyeluruh dengan setidaknya satu liter saline
atau kombinasi saline dan betadine, dan kemudian pembalut steril atau betadine harus
ditempatkan di atas luka, dan anggota badan harus diimobilisasi dengan belat yang
empuk. membuka luka berulang-ulang dapat meningkatkan infeksi. Antibiotik harus
diberikan sesegera mungkin, sebelum masuk rumah sakit atau gawat darurat. Satu
studi menunjukkan bahwa pemberian antibiotik dalam waktu tiga jam setelah cedera
menurunkan tingkat infeksi enam kali lipat. Sebuah studi retrospektif yang lebih baru
oleh Lack, et al. menunjukkan bahwa jika antibiotik diberikan dalam 66 menit setelah
cedera, tingkat infeksi adalah 0%, tetapi infeki meningkat menjadi 17% jika antibiotik
ditunda melebihi jangka waktu tersebut. Untuk fraktur terbuka derajat 1 dan derajat 2
antibiotik harus diberikan untuk mengurangi infeksi organisme gram
positif. Sefalosporin seperti cefazolin atau cefuroxime dapat digunakan. untuk
organisme gram negatif harus diberikan pada fraktur derajat 3. Aminoglikosida
seperti gentamisin biasanya digunakan. Adanya kontaminasi feses atau kemungkinan
klostridial atau jika cedera terjadi di peternakan, penisilin dosis tinggi juga harus
diberikan. Jika pasien alergi penisilin, klindamisin adalah pengganti yang dapat
digunakan. Status tetanus dari semua pasien dengan fraktur terbuka harus dinilai. Jika
pasien belum menyelesaikan imunisasi tetanus atau belum mendapat booster dalam
lima tahun terakhir, toksoid tetanus harus diberikan. Jika luka berisiko tinggi untuk
kontaminasi Clostridium atau pasien tidak memiliki booster tetanus dalam lebih dari

4
sepuluh tahun, baik tetanus toksoid dan imunoglobulin tetanus harus diberikan. harus
dikonsultasikan segera ke dokkter ahli bedah orthopedi untuk memulai perencanaan
manajemen pasti.

1.10 Komplikasi
a) Infeksi
b) Kegagalan pada saat penyembuhan
c) Tulang tidak menyatu

1.11 Pembahasan

Pasien dengan fraktur terbuka memerlukan intervensi operatif pasti setelah


stabilisasi dan pengobatan darurat. Jika ada cedera traumatis lain yang
menyertai, pasien perlu dirawat di pusat trauma oleh layanan trauma yang
dilengkapi untuk memperbaiki kondisinya. Bergantung pada praktik institusional
dan mekanisme cedera, pasien dengan fraktur terbuka terisolasi dapat dirawat oleh
layanan ortopedi.

1.12 Kesimpulan

Pasien dengan fraktur terbuka biasanya datang ke unit gawat darurat


namun, tidak seperti fraktur tertutup, fraktur ini berbahaya dan membutuhkan
perawatan segera. Perawat triase di UGD harus benar benar waspada, tentang
tingkat keparahan cedera dan memastikan penaalaksanaan segera dan rujukan ke
ahli bedah ortopedi. Prosedur penanganan ditetapkan dengan baik di sebagian besar
unit gawat darurat tentang cara menangani fraktur terbuka. Kuncinya adalah
meminimalkan kontaminasi bakteri pada luka dan penanganan yang cepat di ruang
operasi. Hasil dari luka terbuka bervariasi tergantung pada tingkat cedera,
tingkat kontaminasi, waktu perawatan dan komorbiditas pasien. Data terbaru
menunjukkan bahwa fiksasi internal memang menghasilkan hasil yang lebih baik
di sebagian besar fraktur tibialis tetapi pada cedera parah, fiksasi eksternal terus
menjadi pilihan yang tepat . Dengan pengobatan yang cepat, risiko infeksi dan

5
tulang tidak menyatu dapat menurun. Namun, untuk sebagian besar pasien, fraktur
terbuka selalu dikaitkan dengan jangka waktu pemulihan yang lama dan sebagian
besar pasien mengalami beberapa derajat kecacatan fungsional.

6
CRITCAL APPRAISAL

1. Validity
a. Apakah fokus penelitian sesuai dengan tujuan penelitian?
Ya, Fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
membedakan fraktur terbuka dan tertutup, meninjau prosedur pemeriksaan untuk
fraktur terbuka dan mendiskusikan strategi tim yang profesional untuk
meningkatkan koordinasi perawatan dan komunikasi.
b. Apakah subjek penelitian diambil dengan cara yang tepat?
Tidak, penelitian ini tidak menggunakan sampel.
c. Apakah penelitian memiliki jumlah subjek yang cukup untuk
meminimalisasi kebetulan?
Tidak, penelitian ini tidak menggunakan sampel.
d. Apakah analisis data dilakukan dengan cukup baik?
Tidak, penelitian ini tidak menggunakan analisis data.

2. Importance
Apakah penelitian ini penting?
Ya, penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi mengenai manajemen
fraktur terbuka.

3. Applicability
a. Apakah penelitian ini dapat diterapkan?
Ya, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk manajemen
fraktur terbuka.

7
Lampiran

Gambar 1. Tulang, jenis- jenis fraktur.

8
Gambar 2. X-ray.

Gambar 3. Fraktur terbuka Gustilo tipe 2.

9
Gambar 4. Fraktur terbuka Gustilo tipe 3.

10

Anda mungkin juga menyukai