Anda di halaman 1dari 28

SUBFERTILITAS

Preseptor
DR. dr. Anto Sawarno Sp. OG (K) Fer, MPH

Wahyu Dharmawan Fatahilah


21360228
Definisi
 Kegagalan pasangan suami dan istri untuk memperoleh
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual selama 1
tahun secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi
pada usia > 35 tahun, dan 6 bulan pada usia < 35 tahun.
 Fecundability
Peluang terjadinya konsepsi dalam satu siklus menstruasi -
Peluang hamil dari pasangan normal setelah 1 bulan adalah
20-25%
 Fecundity
kemampuan untuk menghasilkan kelahiran hidup dalam satu
siklus menstruasi
Klasifikasi
 Infertilitas primer
Kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan kehamilan
sekurang-kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual
secara teratur tanpa kontrasepsi

 Infertilitas sekunder
Ketidakmampuan sesorang untuk memiliki anak atau
mempertahnakan kehamilannya

 Infertilitas idiopatik
Pasangan infertil yang telah menjalani pemeriksaan standar
tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil
normal
 Peluang terjadinya kehamilan

– 1 bulan pertama : 32,7%


– 3 bulan pertama : 57%
– 6 bulan pertama: 72,1%
– 12 bulan : 85,4%
– 24 bulan : 93,4%
Etiologi Subfertilitas
 Kelainan ovulasi 27%
- PCOS, gangguan siklus haid, insufisiensi ovarium,
amenore
 Abnormalitas sperma 25%
 Defek tuba 22%
 Endometriosis 5%
 Idiopatik 17%
 Dll
Faktor Vagina
 Bila terdapat obstruksi atau peradangan vagina.
 Vaginitis dapat disebabkan kandida atau trikomonas
vaginalis.
Faktor Serviks
 Obstruksi pada kanalis servikalis
 Lendir serviks yang abnormal
 Kelainan anatomi serviks, seperti: atresia, polip serviks,
stenosis akibat trauma atau peradangan.
 uji pasca senggama
Faktor Uterus
 Hal yang dapat menghambat sperma melalui uterus:
– Distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma, polip, inflamasi
endometrium dan gangguan kontraksi uterus.
Faktor Tuba Falopii
 Endometriosis
 Infeksi Chlamidia, Gonorrhea
 Penilaian patensi tuba
 Pertubasi atau uji Rubin: dengan gas CO2 untuk menilai
patensi tuba
Faktor Ovarium
 Deteksi Ovulasi
– Pemeriksaan lendir serviks dan swab vagina
– Catatan suhu basal badan
– Pemeriksaan hormonal:
 Pemeriksaan FSH, kadar rendah kelainan tingkat
hipothalamus atau hipofisis, sedangkan kadar yang tinggi
menunjukkan kelainan primer pada ovarium.
 Pemeriksaan LH: puncak saat puncak ovulasi
 Karakteristik sperma:
 Koagulasi dan likuefaksi
 Viskositas
 Volume
 PH

 Fruktosa Mikroskopik:
 Konsentrasi sperma
 Motilitas sperma
 Morfologi sperma
Pemeriksaan Infertilitas
pada Wanita
Syarat Pemeriksaan
Usia istri 20-30 tahun pemeriksaan dilakukan setelah 1 tahun
tanpa kehamilan, kecuali bila didapatkan:
– Keguguran berulang
– Penyakit endokrin
– Peradangan rongga panggul
– Pernah mengalami bedah ginekologi
• Usia istri 31-35 tahun pemeriksaan dilakukan pada kontrol
pertama.
7 langkah pemeriksaan
1. Anamnesis
2. Analisis hormonal
3. Uji pasca sanggama
4. penilaian ovulasi
5. Pemeriksaan bakteriologi
6. Analisis fase luteal
7. Patensi tuba
 Identitas usia
 Riwayat haid, ovulasi , dan dismenore
 Riwayat sanggama, frekuensi sanggama, adakah nyeri saat
senggama.
 Riwayat komplikasi pasca melahirkan, keguguran, kehamilan
ektopik, kehamilan terakhir.
 Konstrasepsi yang pernah digunakan.
 Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya.
 Riwayat penyakit sistemik contoh : tiroid
 Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme.
 Usia 20-24 tahun, fertilitas wanita: 100%, laki-laki: 100%
 Usia 30-34 tahun, fertilitas wanita: 85%, laki-laki: 100%
 Usia 35-39 tahun, fertilitas wanita: 60%, laki-laki: 95%
 Usia 40-44 tahun, fertilitas wanita: 25%, laki-laki: 85%
 Usia 50-59 tahun, fertilitas wanita: 98% ,laki-laki 75%
Analisis Hormonal
Riwayat gangguan haid, ditemukan hasil anovulasi pada
pemeriksaan suhu basal
• Cari kadar LH dan FSH
• Cari kadar prolaktin dalam darah (5-35 ng/ml)
Uji Pasca-sanggama (UPS)
 UPS dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi
 2 jam pasca sanggama
 Sediaan dari lendir serviks
 Peningkatan presentase kehamilan bila terdapat 20
spermatozoa
Penilaian Ovulasi
 Siklus Haid, lama, dan regularitas
 Pemeriksaan lendir serviks dan swab vagina
 Catatan suhu basal badan kurva bifasik ovulasi terjadi
 Thermal shift: Morning basal body temperature (<36,7 )
setelah ovulasi meningkat 0,2 derajat slama 1-3 hari
 Pemeriksaan ovulasi kadar serum
Pemeriksaan Bakteriologi
 Chlamydia trakomatis
 Gonococcus
 Toxoplasma, rubella, CMV, dan herpes
 Antifosfolipid antibodi
Analisis Fase Luteal
 Pemeriksaan progresteron pada pertengahan fase luteal
 Pengobatan insufisiensi korpus luteum: sediaan progesteron
alamiah intravagina atau intrarektal, 200-400 mg/hari
Pemeriksaan Oklusi Tuba
 Hasil pemeriksaan analisis semen dan penilaian ovulasi
harus diketahui sebelum tes dilakukan
– Telah dilakukan Penapisan Chlamydia sebelum
instrumentasi, atau berikan antibiotika profilaksis (doksisiklin
2x100 mg selama 10 hari) – Tidak boleh ada komorbiditas:
endometriosis, PID, kehamilan ektopik
-Dapat dilakukan berbagai pemeriksaan uji insuflasi
Pemeriksaan Pada Pria
 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
 Analisis sperma
 Impotensi
 Ejakulasi prekoks
 Vaginismus
 Kegagalan ejakulasi
 Hipospadia
 Epispadia
 Normal Semen  Jumlah spermatozoa dan
Parameters. transportasinya yang
 Liquification : 30 minutes abnormal
Count : 20 million/mL or  Jumlah sperma kurang <
more Motility : > 50% 20 juta (oligozoospermia)
Volume : 2 mL or more  Gerak spermatozoa lemah
Morphology : 30% normal dan lambat
Strict criteria : > 14% (astenozoospermia)
normal: pH 7.2–7.8 White  Bentuk spermatozoa
blood cell count: < 1 abnormal
million/mL (teratozoospermia )
 Volume sperma < 2 ml
In Vitro Fertilization: indikasi
 Oklusi tuba bilateral yang tidak dapat dilakukan rekonstruksi
(6 bulan pascarekonstruksi pasien belum hamil)
 Endometriosis sedang-berat
 Unexplained fertility setelah > 3 tahun penatalaksanaan
pasien belum hamil
 Nonobstructive azoospermia
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai