Preseptor
DR. dr. Anto Sawarno Sp. OG (K) Fer, MPH
Infertilitas sekunder
Ketidakmampuan sesorang untuk memiliki anak atau
mempertahnakan kehamilannya
Infertilitas idiopatik
Pasangan infertil yang telah menjalani pemeriksaan standar
tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil
normal
Peluang terjadinya kehamilan
Fruktosa Mikroskopik:
Konsentrasi sperma
Motilitas sperma
Morfologi sperma
Pemeriksaan Infertilitas
pada Wanita
Syarat Pemeriksaan
Usia istri 20-30 tahun pemeriksaan dilakukan setelah 1 tahun
tanpa kehamilan, kecuali bila didapatkan:
– Keguguran berulang
– Penyakit endokrin
– Peradangan rongga panggul
– Pernah mengalami bedah ginekologi
• Usia istri 31-35 tahun pemeriksaan dilakukan pada kontrol
pertama.
7 langkah pemeriksaan
1. Anamnesis
2. Analisis hormonal
3. Uji pasca sanggama
4. penilaian ovulasi
5. Pemeriksaan bakteriologi
6. Analisis fase luteal
7. Patensi tuba
Identitas usia
Riwayat haid, ovulasi , dan dismenore
Riwayat sanggama, frekuensi sanggama, adakah nyeri saat
senggama.
Riwayat komplikasi pasca melahirkan, keguguran, kehamilan
ektopik, kehamilan terakhir.
Konstrasepsi yang pernah digunakan.
Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya.
Riwayat penyakit sistemik contoh : tiroid
Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme.
Usia 20-24 tahun, fertilitas wanita: 100%, laki-laki: 100%
Usia 30-34 tahun, fertilitas wanita: 85%, laki-laki: 100%
Usia 35-39 tahun, fertilitas wanita: 60%, laki-laki: 95%
Usia 40-44 tahun, fertilitas wanita: 25%, laki-laki: 85%
Usia 50-59 tahun, fertilitas wanita: 98% ,laki-laki 75%
Analisis Hormonal
Riwayat gangguan haid, ditemukan hasil anovulasi pada
pemeriksaan suhu basal
• Cari kadar LH dan FSH
• Cari kadar prolaktin dalam darah (5-35 ng/ml)
Uji Pasca-sanggama (UPS)
UPS dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi
2 jam pasca sanggama
Sediaan dari lendir serviks
Peningkatan presentase kehamilan bila terdapat 20
spermatozoa
Penilaian Ovulasi
Siklus Haid, lama, dan regularitas
Pemeriksaan lendir serviks dan swab vagina
Catatan suhu basal badan kurva bifasik ovulasi terjadi
Thermal shift: Morning basal body temperature (<36,7 )
setelah ovulasi meningkat 0,2 derajat slama 1-3 hari
Pemeriksaan ovulasi kadar serum
Pemeriksaan Bakteriologi
Chlamydia trakomatis
Gonococcus
Toxoplasma, rubella, CMV, dan herpes
Antifosfolipid antibodi
Analisis Fase Luteal
Pemeriksaan progresteron pada pertengahan fase luteal
Pengobatan insufisiensi korpus luteum: sediaan progesteron
alamiah intravagina atau intrarektal, 200-400 mg/hari
Pemeriksaan Oklusi Tuba
Hasil pemeriksaan analisis semen dan penilaian ovulasi
harus diketahui sebelum tes dilakukan
– Telah dilakukan Penapisan Chlamydia sebelum
instrumentasi, atau berikan antibiotika profilaksis (doksisiklin
2x100 mg selama 10 hari) – Tidak boleh ada komorbiditas:
endometriosis, PID, kehamilan ektopik
-Dapat dilakukan berbagai pemeriksaan uji insuflasi
Pemeriksaan Pada Pria
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Analisis sperma
Impotensi
Ejakulasi prekoks
Vaginismus
Kegagalan ejakulasi
Hipospadia
Epispadia
Normal Semen Jumlah spermatozoa dan
Parameters. transportasinya yang
Liquification : 30 minutes abnormal
Count : 20 million/mL or Jumlah sperma kurang <
more Motility : > 50% 20 juta (oligozoospermia)
Volume : 2 mL or more Gerak spermatozoa lemah
Morphology : 30% normal dan lambat
Strict criteria : > 14% (astenozoospermia)
normal: pH 7.2–7.8 White Bentuk spermatozoa
blood cell count: < 1 abnormal
million/mL (teratozoospermia )
Volume sperma < 2 ml
In Vitro Fertilization: indikasi
Oklusi tuba bilateral yang tidak dapat dilakukan rekonstruksi
(6 bulan pascarekonstruksi pasien belum hamil)
Endometriosis sedang-berat
Unexplained fertility setelah > 3 tahun penatalaksanaan
pasien belum hamil
Nonobstructive azoospermia
Terima kasih