Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN


KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 37
BENGKULU”

DOSEN PENGAMPU :
1. Pebrian Tarmizi, M.Pd
2. Drs. Herman Lusa, M.Pd

DISUSUN OLEH :
NAMA : Aisyah Aldini Utami
NPM : A1G020091
Semester : 5 D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS BENGKULU

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya tujuan pembelajaran oleh
siswa. Kita semua mengakui bahwa salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran
adalah faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Pembelajaran efektif tidak akan muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan
pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
optimal.
Secara umum tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang bertugas
menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa, dan
sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas menciptakan kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
Permasalahan yang masih penulis hadapi sebagai guru kelas IV SD Negeri 37 Kota
bengkulu adalah rendahnya hasil belajar IPA. Dari pengalaman penulis beberapa kali ulangan
tentang konsep Struktur Organ Tubuh Manusia Dengan Fungsinya dari 40 siswa hanya
berkisar 15 (37,5 %) siswa yang tuntas (pada tes penjajagan) dengan nilai rata – rata kelas 5,6
padahal ketuntasan minimal adalah 6,8.
Gejala yang nampak adalah siswa kurang bergairah dalam menerima pembelajaran
dan kecenderungan bersikap pasif dan suka mencontoh. Siswa hanya menghafal sehingga
kurang memahami konsep.
Hasil diskusi menunjukkan rendahnya hasil belajar tersebut antara lain disebabkan
tidak tepatnya guru dalam pembelajaran. Dimana pembelajaran yang diterapkan adalah
pembelajaran secara konvensional yang mana hanya dipergunakan metode ceramah dan guru
sebagai satu-satunya sumber belajar.
Dengan pembelajaran kooperatif model Jigsaw selain untuk membangun tanggung
jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok juga untuk merubah pembelajaran yang selama
ini banyak dilaksanakan oleh para guru. Dimana guru tidak merupakan satu–satunya sumber
belajar (teacher centered) bagi siswa, sebab rekan sebaya (peer teaching) juga sebagai sumber
pengatahuan bagi dirinya.
Berdasarkan uraian diatas penulis mengadakan penelitian dengan judul “Upaya
Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 37 Kota Bengkulu”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
"Apakah Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas IV SD Negeri 37 Kota Bengkulu? "
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah :
1. Untuk mengetahui bahwa Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 37 Kota Bengkulu atau tidak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Mata Pelajaran IPA
Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai
pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip- prinsip, proses penemuan, dan memiliki
sikap ilmiah. Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk "mencari tahu" dan "berbuat"
sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar. (Depdiknas, 2003:2.)
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistim
pengelompokan tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).
Sistim penilaian dilakukan terhadap kelompok dan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap
anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.
Sedangkan Johnson (Lie, 2003:17) "cooperative learning adalah kegiatan
pembelajaran secara kelompok yang terstruktur. Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai
kepada pengalaman kegiatan belajar yang optimal, baik secara individu maupun kelompok".
Pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004:112) adalah "pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar"
Nur (2005: 1) "Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh
siswa.memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab."
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, pembelajaran kooperatif dapat menimbulkan rasa
gotong royong yang tinggi, tidak membeda-bedakan antar ras dan intelegensi, melatih siswa
berpikir aktif dan kreatif.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran kelompok yang terstruktur untuk mencapai suatu tujuan yaitu hasil
belajar akademik, menerima terhadap keragaman dan pengembangan terhadap ketrampilan
sosial.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni yang ditulis oleh: Agus Muji
Widodo (2004) dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD
Negeri Pilangsari 1, Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen Tahun 2004. Dalam penelitian
tersebut didapat suatu kesimpulan bahwa dengan pembelajaran kooperatif model Jigsaw hasil
belajar siswa meningkat dibanding dengan menggunakan model pembelajaran konvensional,
dan guru dalam proses pembelajaran dikatagorikan baik dilihat dari hasil persentase
pengamatan penampilan guru. Agus Muji Widodo (2005) dengan judul Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model TGT Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas III
SD N Pilangsari 1, Ngrampal, Sragen. Dari hasil penelitian tersebut didapat bahwa penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model TGT pada siswa kelas III dari hasil antar siklus meningkat
dengan cukup signifikan. Siswa dapat mengungkapkan suatu hasil pikirannya dengan kalimat
yang cukup panjang dibanding sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Peningkatan tersebut disebabkan dengan Pembelajaran Kooperatif selain terbangun peer
teaching, masyarakat belajar juga siswa merasa senang karena karakteristik dari
Pembelajaran Kooperatif model TGT belajar dengan nuansa bermain.
Dari hasil penelitian didapat hahwa dengan kombinasi model pembelajaran tersebut
selain ketrampilan berbicara meningkat siswa dapat mengungkapkan hasil pemecahan
masalah dengan bahasanya sendiri. Kelas III menggunakan Pembelajaran Tematik
pembelajaran ini dapat dihubungkan dengan masalah dari mata pelajaran yang lain.dimana
kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan mempertimbangkan
kehiteroginannya baik prestasi, ras, status sosial dan sebagainya. Kelompok satu dengan yang
lain dapat memiliki bobot yang sama, ini terjadi sebab didalam pembagian kelompok
berdasarkan kehetoroginan ranking.
C. Kerangka Berpikir
Bahwa pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai hasil belajar sebagai tujuan.
Terhadap proses pembelajaran, guru dituntut kreativitasnya untuk meningkatkan kemandirian
dan keaktifan siswa dalam belajar dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari,
mengusahakan dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan.
Usaha peningkatan hasil belajar siswa bagi guru merupakan suatu kewajiban dan
wujud keprofesionalan seorang guru. Guru menurut kodratnya sebagai agen perubahan
haruslah selalu tanggap dan peka terhadap apa yang terjadi baik dilingkungannya maupun di
luar lingkungannya. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw diharapkan siswa secara aktif
membangun pengetahuannya baik secara individu maupun dengan bantuan teman sebaya
(peer teaching).
Menurut pemikiran penulis, pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang mungkin
dapat memecahkan masalah rendahnya hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri
Sragen 12 Kabupaten Sragen. Sebab Pembelajaran kooperatif model Jigsaw memiliki
karakteristik-karakteristik yang berhubungan erat dengan permasalahan yang ada.
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw, selain melatih membiasakan siswa melaksanakan
tanggung jawabnya secara pribadi maupun kelompok juga melatih siswa mau menerima
saran, kritik, koreksi dari semua orang.
Demikian pula dengan sistem pengelolaan kelas dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran. Hasil belajar yang
mengakomodasikan kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan psikomotorik
direncanakan pencapaiannya dengan pengukuran lewat instrumen penilaian yang tepat. Siswa
diusahakan dapat membangun pengetahuannya secara runtut melalui demonstrasi
keterampilan dan penyajian informasi tahap demi tahap dengan bimbingan dan pelatihan dari
guru. Proses belajar diusahakan sedapat mungkin dihubungkan dengan lingkungan sehingga
siswa dapat menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari hari.
Sehinggan kerangka berfikirnya penggunaan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw
guru mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa, yang terdiri dari kognotif,
afektif dan psikomotor. Selain berpengaruh pada hasil belajar. Pembelajaran kooperatif
model Jigsaw juga dapat meningkatkan proses pembelajaran. Sebagai contoh, ketika tanpa
menggunakan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dimana siswa hanya datang, duduk,
diam, catat dan hafal seolah-olah pembelajaran hanya oleh guru saja (teacher centered), tetapi
setelah menggunakan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw antara guru dan siswa sama-
sama dalam kondisi aktif.
D. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas IV SD Negeri 37 Kota Bengkulu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
PenelitianTindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 37 Kota Bengkulu pada
minggu ke dua dan minggu ke tiga bulanJanuari 2023. Penelitian Tindakan Kelas
dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklusnya 2 x 35 menit (1 x Pertemuan). Selama
pelaksanaan penelitian, untuk mengamati proses pembelajaran, dan membantu pengumpulan
data peneliti dibantu oleh 2 observer teman sejawat dari SD Negeri 37 Kota Bengkulu.
B. Subjek Penelitian
Siswa kelas IV SD Negeri 37 Kota Bengkulu yang berjumlah 40 siswa, dan guru
kelas IV sekaligus sebagai peneliti, dengan mata pelajaran IPA materi pokok konsep Struktur
Organ Tubuh Manusia dengan Fungsinya.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
dengan pusat penekanan pada upaya penyempurnaan dan peningkatan kualitas proses serta
praktek pembelajaran. Penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan media
pembelajaran Kooperatif model Jigsaw sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan
siswa atau meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 37 Kota Bengkulu
dalam kegiatan yang berbentuk Randoms Siclus, sebanyak 2 (dua) siklus, dengan mengacu
pada model yang diadaptasi dari Hopkins (1993:) dalam Supardi (2006) Setiap siklus
prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan terdiri
dari empat komponen kegiatan pokok, yaitu: (a) perencanaan (planning); (b) tindakan
(acting); (c) pengamatan (observing); (d) refleksi (reflecting), yang pada pelaksanaannya
keempat komponen kegiatan pokok itu berlangsung secara terus menerus dengan diselipkan
modifikasi pada komponen perencanaan berupa perbaikan perencanaan.
Sebelum melakukan tindak penelitian melakukan penjajagan sebagai dasar untuk
mengetahui kondisi awal siswa Kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen tentang
keterampilan menulis. Selanjutnya melaksanakan tindakan yang direncanakan dalam siklus-
siklus sebagai berikut:
Siklus 1
a. Perencanaan
Guru Kelas IV (peneliti) SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen dan pengamat
(teman sejawat) mendiskusikan tentang materi, kegiatan pembelajaran dan alat evaluasi serta
menyiapakan alat peraga/instrumen dan pedoman pengamatan.
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam pelaksanaan ini peneliti (guru) melaksanakan sesuai rencana yang ada dalam
rencana pembelajaran seperti berikut ini:
Kegiatan awal : Apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran dan pemberian materi.
Kegiatan inti : Presentasi kelas, pembagian kelompok, Pelaksanaan pembelajaran kooperatif
model jigsaw, pengerjaan LKS skavolding dan pelaksanaan penilaian pengamatan, presentasi
kelas hasil pengerjaan LKS dan penyimpulan maupun penyamaan persepsi dilanjutkan
evaluasi.
Kegiatan akhir : Pemberian reward, penegasan kembali hal–hal pokok/penting,
perbaikan/pengayaan dan penutup.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Pengamatan mencakup aktivitas
siswa dan aktivitas guru dengan lembar pengamatan. Guru dan pengamat mengamati dampak
pelaksanaan. Apakah telah sesuai dengan rencana dan hambatan atau kendala apa yang
dihadapi siswa maupun guru.
Siklus 2
a. Perencanaan
Guru dan teman sejawat (kolaboratif) mendiskusikan tentang pelaksanaan rencana
pembelajaran mengacu dari hasil refleksi siklus pertama serta menyampaikan alat-alat
pendukung beserta lembar pengamatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanakan ini guru dan pengamat melaksanakan tindakan yang mengacu pada
refleksi yang telah diperbaiki/disempurnakan pada siklus sebelumnya.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Pengamatan mencakup aktivitas
siswa dan aktivitas guru dengan lembar pengamatan. Guru dan pengamat mengamati dampak
pelaksanaan. Apakah telah sesuai dengan rencana dan hambatan atau kendala apa yang
dihadapi siswa maupun guru.
d. Refleksi
Diskusi bersama guru dan pengamat tentang pelaksanaan. Apakah pelaksanaan telah
membawa hasil peningkatan hasil belajar IPA siswa Kelas IV SD Negeri Sragen 12
Kabupaten Sragen?. Dan masih adakah kekurangan (kelemahan) dari sikus ini? Jika
kekurangan (kelemahan) dirasa sudah tidak ada dan hasil telah memenuhi batas minimal
ketuntasan (indikator kerja) maka tindakan berakhir. Namun jika masih ada kekurangan
(kelemahan) dalam pelaksanaan pembelajaran dan belum terlihat adanya peningkatan hasil
belajar IPA maka dilanjutkan dengan tindakan siklus ke-3 dan siklus selanjutnya yang
langkah-langkahnya seperti pada siklus sebelumnya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Butir soal penjajakan
Butir soal ini diambil dari soal-soal dari meteri yang berkaitan dengan materi pokok. Untuk
mengidentifikasi kemampuan siswa sebelum diberi tindakan dan sekaligus untuk menentukan
tingkatan/rangking tiap-tiap siswa guna membentuk kelompok kooperatif.
2. Butir soal evaluasi
Butir soal evaluasi untuk mengetahui kemajuan dan prestasi hasil belajar setiap siklusnya
dibuat sesuai materi pokok yang dipelajari.
3. Instrumen observasi
Instrumen observasi yaitu berupa skala penilaian yang akan diisi oleh pengamat pada saat
proses pembelajaran yang berhubungan perilaku pengajar dan aktifitas belajar siswa.
4. Catatan lapangan
Catatan lapangan meliputi catatan tentang kegiatan selama pengajaran dan kegiatan siswa
sebagai subjek peneliti, baik secara objektif maupun tafsiran. Adapun untuk menjamin
validasi temuan perlu dilakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh. Untuk itu perlu
dilakukan trianggulasi yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu (Moleong, 1997:178). Trianggulasi yang digunakan adalah
trianggulasi yang memanfaatkan penggunaan isi dengan jalan membandingkan data hasil
pekerjaan siswa, observasi, catatan lapangan dan hasil wawancara. Disamping itu juga
dilakukan diskusi antara guru, kepala sekolah, pengamat dan rekan-rekan guru yang lain.
5. Refleksi
Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya pembelajaran,
peningkatan motivasi belajar dan mengkaji ulang tentang kekurangan dan kelebihan pada
siklus ini. Selanjutnya penyempurnaan dari kekurangan siklus ini dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan diambil selama kegiatan pembelajaran diperoleh dengan cara melakukan
observasi, dokumentasi, dan tes.
1. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan instrumen pengukuran kinerja afektif maupun
psikomotor, untuk mengukur indikator- indikator kerja, efisiensi, dan kerja sama antara siswa, guru
dan kolaborator dalam proses pembelajaran.
2. Tes dilaksanakan dengan menggunakan tes tertulis dan tes unjuk kerja untuk mengukur
kemampuan dan keterampilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie, 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Depdikbud, 1999. Model Pembelajaran Kooperatif. Semarang: Depdikbud.

Depdiknas, 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006 Jakarta: Depdiknas

Dimyati, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gino, Dkk.1995. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS

Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC

Anda mungkin juga menyukai