Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
NEUROPATI
1. DEFENISI
Neuropati adalah gangguan saraf perifer yang meliputi kelemahan motorik,
gangguan sensorik, otonom dan melemahnya refleks tendon yang dapat bersifat akut
atau kronik. Beberapa saraf perifer yang terkena meliputi semua akar saraf spinalis,
sel ganglion radiks dorsalis, semua saraf perifer dengan semua cabang terminalnya,
susunan saraf autonom, dan saraf otak kecuali saraf optikus dan olfaktorius.
Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi saraf
penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain Diabetes Melitus (DM) (setelah
dilakukan eksklusi penyebab lainnya) (Sjahrir, 2006). Apabila dalam jangka yang
lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan
dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga
terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (Tandra, 2007).
2. KLASIFIKASI
National Diabetes Information Clearinghouse tahun 2013 mengelompokkan
neuropati diabetik berdasar letak serabut saraf yang terkena lesi menjadi:
1) Neuropati Perifer
Neuropati Perifer merupakan kerusakan saraf pada lengan dan tungkai.
Biasanya terjadi terlebih dahulu pada kaki dan tungkai dibandingkan pada
tangan dan lengan. Gejala neuropati perifer meliputi:
a) Mati rasa atau tidak sensitif terhadap nyeri atau suhu
b) Perasaan kesemutan, terbakar, atau tertusuk-tusuk
c) Nyeri yang tajam atau kram
d) Terlalu sensitif terhadap tekanan bahkan tekanan ringan
e) Kehilangan keseimbangan serta koordinasi.
Gejala-gejala tersebut sering bertambah parah pada malam hari.
3. ETIOLOGI
Kerusakan saraf neuropati dapat terjadi dalam berbagai cara. Contohnya dengan
memengaruhi akson saraf (sepanjang impuls dihantarkan ke sel-sel lain), selubung mielin
(menutupi dan melindungi akson), atau kombinasi keduanya.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala neuropati bergantung pada penyebab yang mendasari dan kondisi pengidap.
Namun, secara umum, gejala neuropati meliputi:
Neuropati yang disebabkan oleh diabetes biasanya terjadi pada daerah kaki. Sementara
itu, neuropati akibat kemoterapi biasanya berhenti setelah pemberian kemoterapi dihentikan,
atau dapat bertahan selama beberapa waktu, walau tidak secara permanen. Neuropati yang
berhubungan dengan penyakit AIDS cenderung disebabkan oleh efek samping pengobatan.
Sementara itu, neuropati akibat inflamasi biasanya ditemukan bersamaan dengan penyakit
autoimun yang diidap.
5. PATOFISIOLOGI
Neuropati muncul karena berbagai macam kondisi medis antara lain Penyakit
autoimun seperti Lupus, Rheumatoid Artritis, Gullain Barre. Penyakit Infeksi seperti
Herpes zoster, lepra dan HIV. Penyakit keganasan terutama pada sindrom
paraneoplastic, myeloma dan limfoma.
6. PENGOBATAN
Namun, tidak semua neuropati dapat disembuhkan. Dalam kasus tersebut, pengobatan
ditujukan untuk mengendalikan dan mengelola gejala dan mencegah kerusakan saraf lebih
lanjut. Pilihan pengobatan yaitu berupa:
Obat-obatan, untuk mengontrol rasa sakit. Misalnya antidepresan dan obat anti
kejang.
Terapi fisik, untuk meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan rentang gerak.
Operasi, untuk pengidap dengan neuropati terkait kompresi yang disebabkan oleh hal-
hal seperti herniasi diskus di punggung atau leher, tumor, infeksi, atau gangguan
saraf.
Alat bantu mekanis, seperti kawat gigi hingga gips dapat membantu mengurangi rasa
sakit dan menjaga saraf yang terkena tetap sejajar.
Nutrisi yang tepat, dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
Menerapkan kebiasaan hidup sehat. Termasuk berolahraga untuk meningkatkan
kekuatan otot.
7. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko prevalensi meningkat seiring bertambahnya usia karena meningkatnya penyakit
kronis. Sementara penyebab lainnya yang dapat menimbulkan gangguan neuropati adalah:
Kecanduan alkohol.
Paparan racun.
Konsumsi obat-obatan tertentu.
Cedera atau tekanan pada saraf.
Kekurangan vitamin.
Inflamasi.
Idiopatik.
Stres repetitif.
8. PECEGAHAN
9. KOMPLIKASI
Luka bakar dan luka kulit. Namun, pengidap mungkin tidak merasakan perubahan
suhu atau nyeri pada bagian tubuh yang mati rasa.
Infeksi. Pengidapnya bisa mengalami mati rasa sehingga luka yang timbul (luka
diabetes di kaki) bisa terabaikan hingga infeksi.
Sering jatuh. Kelemahan dan hilangnya sensasi mungkin berhubungan dengan
kurangnya keseimbangan dan membuat pengidap sering terjatuh.