Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK


BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Dosen Penagnggujawab Mata Ajar :


Bara Miradwiyana, SKp, MKM.

Disusun Oleh Kelompok 7:

Ahmad Rangga Hidayatullah P17120120006


Fikri Maulaanaa Hakiim P17120120015
Khansa Qonitah P17120120022
Najmi Afifah P17120120028
Riska Wulandare P17120120034

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN & PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1
JAKARTA
2022
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Berat badan lahir rendah merupakan bayi yang di lahirkan dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir (Prawiharjo, 2009). Penggolongan Menurut (Sugeng, 2012) Bayi
Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan Masa gestasi < 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan Bayi lahir dengan berat badan kurang
dari seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut
(KMK).

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.


2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat badan lahir < 1000 gram.

2. Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu:
a. Faktor Ibu
1) Toksemia gravidarum (keracunan kehamilan atau penyakit yang ditandai
dengan adanya hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul selama
kehamilan)
2) Perdarahan antepartum
3) Trauma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus
6) Usia ibu < 16 tahun
7) Usia ibu > 35 tahun
8) Multi gravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat
9) Golongan sosial ekonomi rendah
10) Ibu yang merokok
11) Ibu peminum alcohol
12) Ibu pecandu narkotik
b. Faktor janin
1) Hidramnion (ketuban berlebih)
2) Kelainan ganda
3) Kelainan kromosom
4) Cacat bawaan
5) KPD
6) Infeksi
7) Zat-zat beracun.(Wanda et al., 2014)

3. Manifestasi Klinis
a. Berat tidak mencukupi atau sama dengan 2500 gram
b. Panjang badan bayi kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada bayi kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala bayi kurang dari 33 cm
e. Usia kehamilan ibu kurang dari 37 minggu
f. Kepala bayi relatif lebih besar
g. Kulit bayi lebih tipis, transparan, rambut lanugo banyak, dan lemak kurang
h. Ototnya hipotonik lemah
i. Pernafasan tidak teratur atau bahkan terjadi apnea
j. Kepala bayi tidak mampu tegak, pernafasannya sekitar 40 – 50x/menit
k. Nadi 100-140x/menit
l. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
m. Tumit bayi mengkilap dan telapak kaki halus
n. Organ genetalia belum sempurna, labio minora belum tertutupi oleh labio mayora,
pada bayi perempuan klitorisnya menonjol dan pada bayi laki-laki, testisnya belum
turun ke dalam skrotum serta pigmentasi pada skrotum kurang
o. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan juga pergerakan lemah
p. Fungsi saraf yang belum efektif dan tangis bayi lemah
q. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot jaringan lemak
masih kurang. (Aisyah, 2021)

4. Patofisiologi (Pathway)
(Utama, 2019)
Akibat berbagai dari berat badan lahir rendah yaitu faktor yaitu, faktor ibu, faktor janin
dan faktor lingkungan. Faktor ibu seperti penyakit yang diderita ibu, usia ibu saat hamil lebih
dari 35 tahun atau kurang dari 16 tahun, keadaan sosial ekonomi. Adapun dari berbagai Faktor
janin seperti kelainan kromosom, hidramnion, kehamilan ganda. Tempat tinggal, radiasi, dan
zatzat beracun merupakan faktor dari lingkungan. Dari faktor-faktor tersebut akan mengalami
gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang yang akan menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim terganggu. Maka terjadilah bayi lahir prematur atau dismatur
dengan berat badan lahir yang belum cukup dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi, maka bayi
diharuskan untuk beradaptasi terhadap kehidupan ekstrauterin sebelum organ dalam tubuhnya
berkembang secara optimal.
Penyebab dari BBLR juga oleh hamil dengan infeksi dalam rahim, hidramnion,
perdarahan, hamil ganda, cacat bawaan,. Hal tersebut juga menyebabkan bayi lahir dengan berat
2500 gram dengan panjang tidak mencapai 45 cm, besarnya kepala, kulit tipis, transparan ,
lingkar dada kurang dari 30 cm, banyaknya rambut lanugo, lemak kurang, pernapasan tak teratur
dapat terjadinya penurunan pernafasan.
BBLR pada bayi berkemungkinan akan terjadi sindrom distres respirasi , sindrom aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum, penyakit membran hialin, dismatur preterm terutama bila masa
kehamilannya belum mencapai 35 minggu, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, hipokalsemia,
patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia, kekuerangan darah merah,
gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),
bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal. (Utama, 2019)

5. Masalah pada BBLR


a. Hipotermi
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan suatu kondisi dimana kadar glukosa darah dibawah
normal (< 70 mg/dl).
c. Gangguan imunologi
Bayi yang lahir prematur belum sangup membentuk anti bodi, daya fagositisis dan
reaksi terhadap infeksi belum baik dikarenakan sistem kekebalan bayi belum cukup
matang.
d. Sindroma gangguan pernafasan
Gangguan Pernafasan pada bayi yang lahir dengan BBLR adalah perkembangan
imatur pada sistem pernapasan atau inadekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru.
e. Masalah eliminasi
Salah satu masalah yang dapat ditimbulkan oleh bayi yang lahir dengan berat badan
lahir rendah yaitu kerja ginjal masih belum matang.Kemampuan ginjal dalam
mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal yang
imatur baik dari segi anatomi dan fisiologisnya.
f. Gangguan pencernaan
Masalah lain yang dapat di timbulkan pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir
rendah yaitu saluran pencernaannya belum berfungsi secara sempurna sehingga
penyerapan makanan lemah atau kurang baik. Aktivitas otot-otot pencernaan juga
masih belum sempurna sehingga waktu pengosongan lambung pun bertambah.
(Aisyah, 2021)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
1) Pada umur 8 jam dapat dimulai foto thoraks pada bayi baru lahir dengan usia
gestasi yang belum cukup bulan. Terdapatnya retikulogranular pada parenkim
dan bronkogram udara pada gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit
membran hyalin yang disebabkan oleh kekurangan surfaktan. Gambaran white
lung hanya tampak pada kondisi berat.
2) Pada umur 2 hari USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu akan dimulai untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan
intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah
dengan fontanel anterior yang terbuka. (Utama, 2019)
b. Laboratorium
1) Pada hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ) terdapat jumlah sel
darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3
2) Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
4) Nilai bilirubun normal total adalah : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8
mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5) Elektrolit harus dipantau ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
6) Pemeriksaan AGD. (Utama, 2019)

7. Penatalaksanaan
a. Mempertahankan Suhu Tubuh
Untuk mempertahankan suhu tubuh pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir
rendah langsung diletakkan didalam inkubator. Inkubator modern akan dilengkapi
alat pengatur suhu dan kelembapan sehingga bayi dapat mempertahankan suhu
normal. Namun, sebelum memasukan bayi kedalam inkubator, inkubator terlebih
dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,40C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
sehingga dapat mengakibatkan pernapasan bayi jadi adekuat, bayi dapat bergerak
tanpa dibatasai oleh pakaian serta observasi terhadap pernapasan bayi lebih mudah
dilakukan.

b. Perawatan Metode Kanguru (PMK)


Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada bayi yang lahir dengan berat badan
rendah yaitu melakukan Perawatan Metode Kanguru atau biasa disingkat PMK.
Perawatan dengan metode kanguru (PMK) adalah melakukan kontak langsung
antara kulit bayi dengan kulit ibu atau pengganti ibu yang merupakan cara yang
efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir yang paling mendasar yaitu
kehangatan, air susu ibu, perlindungan bayi dari infeksi, stimulasi, bayi jadi lebih
merasa aman dan rileks, keselamatan dan kasih sayang.

c. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi


UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif hingga bayi
berusia enam bulan, diatas usia enam bulan bayi harus diberikan makanan
tambahan baik yang bersifat semi padat maupun padat atau lebih dikenal dengan
makanan pengganti ASI atau MPASI.Pemberian ASI eksklusif sangat berperan
dalam menurunkan jumlah kejadian kesakitan dan kematian anak, dikarenakan ASI
merupakan makanan terbaik yang mangndung nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh
bayi pada usia 0-6 bulan. Selain itu, ASI mengandung enzim, hormon, kandungan
imunologi dan anti infeksi.

d. Pencegahan Infeksi
Infeksi yaitu masuknya kuman pathogen ke dalam keadaan tubuh khususnya
mikroba. Bayi dengan BBLR sangat rentan terjadi infeksi. Sangat mudah
mengalami infeksi disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada BBLR
masih cukuo rendah. Sehingga cara yang tepat yaitu melakukan pencegahan infeksi
dengan cara bayi dihindarkan dari orang yang memiliki infeksi apapun.
e. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat pada bayi menunjukkan kondisi bayi sudah ada peningkatan atau
tidak dengan demikian penimbangan berat bayi wajib dievaluasi ketat juga rutin
sehingga apabila tidak mencapai target maka dapat segera dilakukan tindakan yang
tepat.

f. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang yaitu salah satu masalah yang perlu diperhatikan bagi bayi
preterm sebab tidak ada alveoli juga surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan
sekitar 30-35% dengan memakai head box. Konsentrasi O2 yang tinggi dalam
jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan retina
yang dapat berujung pada hilangnya penglihatan. (Aisyah, 2021)
8. Komplikasi
a. Kesulitan bernafas pada bayi yang disebakan oleh sindrom aspirasi meconium
b. Terutama pada laki-laki : hipoglikemia simptomatik
c. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/
cukup, sehingga olveoli kolaps.
d. Asfiksia neonetorum.
e. Hiperbilirubinemia. Gangguan pertumbuhan hati akan menyebabkan
hiperbilirubinemia yang sering didapatkan oleh bayi dismatur. (Utama, 2019)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BBLR


1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas : Nama bayi, alamat, identitas, usia ibu saat hamil, usia kehamilan, kehamilan
dengan penyakit penyerta
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm. Kesadaran apatis, daya hisap lemah atau
bayi tak mau minum, hipotonia letargi, dan mungkin terjadi kelumpuhan otot
b) Riwayat penyakit sekarang
Bayi dengan ukuran fisik : UK < 37 minggu, BB < 2500 gram, panjang badan <
45 cm. Gambaran fisik : kepala lebih besar dari badan, kulit tipis transparan,
rambut lanugo banyak, lemak subkutan tipis, daya hisap lemah atau bayi tak mau
minum
c) Riwayat penyakit dahulu
Bayi beresiko mengalami BBLR, jika ibu mempunyai riwayat penyakit seperti
hipertensi, plasenta pervia, kehamilan kembar, malnutrisi, kebiasaan ibu merokok,
minum alkohol, ibu yang memderita penyakit malaria, dll.
d) Riwayat kehamilan dan melahirkan
Adanya riwayat melahirkan sebelumnya,dan pada saat partus siapakah yang
berperan dalam proses pertolongan partus tersebut. Riwayat pemberian ANC
terpadu termasuk didalamnya
e) Riwayat imunisasi
Pemberian vaksin tetanus diberikan 2 kali pada ibu hamil, yaitu TT (tetanus) I
diberikan setelah bulan ke-3 dan TT II diberikan dengan interval minimal 1 bulan,
serta tidak boleh < 1 bulan sebelum persalinan agar kadar anti tetanus serum bayi
mencapai kadar optimal. Bila ibu hamil belum mendapatkan polio, berikan vaksin
polio yang aman untuk ibu hamil.
f) Riwayat nutrisi
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan
BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap.
Bayi dengan BBLR sering mendapatkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih
sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan lebih dari 35 minggu dan
berat lahir lebih dari 2000 gram umumnya bisa langsung menetek (Proverawati et
al., 2010)
c. Kebutuhan dasar
a) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
a. Pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan lemah, bayi terlihat
kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB BBLR berat kurang dari
2500 gram, lingkar dada < 33 cm
b. Biokimia, pada bayi BBLR sering dijumpai adanya peningkatan kadar
hemogloblin, eritrosit karena imaturitas dari sel dan belum sempurnanya
enzim.
c. Clinical, pada BBLR berat badan bayi belum memenuhi standar yakni 2500
gram dan pada kasus ini biasanya juga terjadi kelemahan reflek atau fungsi
menghisap.
d. Diet Makanan atau nutrisi yang diberikan biasanya hanya ASI dan susu
formula khusu BBLR jika disarankan oleh dokter. (Proverawati et al., 2010)
2) Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala
 Inspeksi : biasanya pada BBLR kepala lebih besar dari badan, kulit tipis,
ubun ubun besar dan kecil belum menutup
 Palpasi : pada BBLR rambut tipis dan halus, lingkar kepala <33 cm.
b. Mata
 Inspeksi : mata simetris, pupil isokor, terdapat banyak lanugo pada area
pelipis, konjungtiva anemis
c. Hidung
 Inspeksi : terdapat pernafasan cuping hidung akibat gangguan pola nafas,
terpasang selang oksigen 1-2 liter/menit
 Palpasi : pada BBLR tulang hidung masih lunak, karena tulang rawan
belum sempurna
d. Mulut
 Inspeksi : pucat, sianosis, mukosa bibir kering
e. Telinga
 Inspeksi : pada BBLR terlihat banyak lanugo, daun telinga imatur
 Palpasi : daun telinga pada BBLR lunak
f. Wajah
 Inspeksi : warna kulit merah karena hipertermia, bentuk simetris, lanugo
banyak, kriput seperti orang tua
g. Leher
 Inspeksi : pada BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan akibat dari
inadekuat jumlah surfaktan, jika hal ini terjadi biasanya didapatkan
retraksi suprasternal
h. Paru-paru
 I : biasanya pada BBLR pernafasan tidak teratur, otot bantu pernafasan,
lingkar dada <30 cm, retraksi dada ringan
 P : dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk (Ridha, 2014).
 P : terdapat suara sonor
 A : jika bayi mengalami gangguan pernafasan biasanya bayi
mendengkur, jika terjadi aspirasi meconium maka terdapat suara ronchi
i. Jantung
 I : biasanya ictus cordis Nampak di ICS mid klavikula
 P : ictus cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra
 P : area jantung redup (Ridha, 2014).
 A : S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120-160 kali/menit
j. Abdomen
Biasanya pada BBLR tidak terjadi distensi abdomen, kulit perut tipis,
pembuluh darah terlihat
k. Genetalia
Pada bayi BBLR perempuan, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol. Pada bayi laki-laki testis belum turun dan rague
pada skrotum kurang
l. Ekstremitas
Pada BBLR garis plantar sedikit, kadang terjadi oedem, pergerakan otot
terlihat lemah, terdapat lanugo pada lengan, akral teraba dingin (Proverawati
et al., 2010)

2. Diagnosis Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)


a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan prematuritas
c. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan prematuritas
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
e. Ikterik neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan abnormal, usia
kurang dari 7 hari
f. Risiko hipotermia ditandai dengan prematuritas
g. Risiko infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder

3. Perencanaan Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

a) Pola napas tidak efektif = Pemantauan Respirasi


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, maka diharapkan Pola
Napas Meningkat dengan kriteria hasil:
 Dispneu menurun
 Penggunaan otot bantu napas menurun
 Pemanjangan fase kespirasi menurun
 Ortopnea menurun
 Frekuensi napas membaik
 Kedalaman napas membaik
Pemantauan Respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
Rasional: Mengetahui frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas pasien)
2. Monitor pola napas (Seperti takipnea, bradipnea,hiperventilasi dll)
Rasional: Mengetahui pola napas pasien seperti bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Auskultasi bunyi napas
Rasional : Mengetahui kesimetrusan ekspansi paru pasien
4. Monitor saturasi oksigen
Rasional : Mengetahui adanya perubahan saturasi oksigen pasien
5. Monitor hasil X-Ray
Rasional : Mengetahui adanya perubahan dan atau kelainan pada hasi x-ray
toraks pasien
Terapetik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Rasional: Mengetahui perkembangan kondisi pasien
Edukasi
1. Informasikan hasil pemantauan kepada orang tua bayi, ketika bayi sudah
stabil dan diperbolehkan pulang oleh dokter.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien mengenai kondisi
terkait masalah kesehatannya.

b) Gangguan pertukaran gas = Pemantauan Respirasi


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam maka diharapkan pertukaran
gas meningkat dengan kriteria hasil:
 Dispnea menurun
 Bunyi napas tambahan menurun
 PCO2 membaik
 PO2 membaik
 Sianosis membaik
 Pola napas membaik
Pemantauan Respirasi
Observasi
6. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
Rasional: Mengetahui frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas pasien)
7. Monitor pola napas (Seperti takipnea, bradipnea,hiperventilasi dll)
Rasional: Mengetahui pola napas pasien seperti bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
8. Auskultasi bunyi napas
Rasional : Mengetahui kesimetrusan ekspansi paru pasien
9. Monitor saturasi oksigen
Rasional : Mengetahui adanya perubahan saturasi oksigen pasien
10. Monitor hasil X-Ray
Rasional : Mengetahui adanya perubahan dan atau kelainan pada hasi x-ray
toraks pasien
Terapetik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Rasional: Mengetahui perkembangan kondisi pasien
Edukasi
1. Informasikan hasil pemantauan kepada orang tua bayi, ketika bayi sudah
stabil dan diperbolehkan pulang oleh dokter.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien mengenai kondisi
terkait masalah kesehatannya.

c) Defisit Nutrisi = Manajemen Nutrisi


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7x24 jam, maka diharapkan status
nutrisi membaik dengan kriteria hasil:
 Kekuatan otot menelan meningkat
 Porsi yang dihabiskan meningkat
Observasi

1. Idenntifikasi intoleransi makanan


Rasional: Dapat diketahui faktor yang membuat pasien mengalami intoleransi
makanan
2. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Rasional: Membantu terpenuhinya nutrisi bagi pasien
3. Monitor berat badan
Rasional:Dapat diketahui adanya penambahan atau pengurangan berat badan
pada klien
4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Rasional: Dapat diketahui hasil laboratorium pasien
Terapeutik

1. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral


dapat ditoleransi
Rasional: Agar pasien dapat mengkonsumsi asi kembali, karena asi adalah
makanan terbaik bagi bayi
d) Ikterik neonatus = Perawatan Bayi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka diharapkan integritas
kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil:
 Perfusi jaringan meningkat
 Suhu kulit membaik
 Pigmentasi abnormal menurun
Observasi
1. Monitor TTV bayi (terutama suhu 36.5 -37.5 C)
Rasional: Dapat diketahui tanda-tanda vital pasien, apakah terjadi perbaikan
atau perburukan
Terapetik
1. Mandikan bayi dengan suhu ruang 21-24 C
Rasional: Mencegah hipoermi pada bayi
2. Mandikan bayi dalam waktu 5-10 mneit dan 2x sehari
Rasional: mencegah hipotermia dengan secepat mungkin dalam memandikan
bayi
3. Rawat tali pusat secara terbuka
Rasional: Mencegah infeksi pada tali pusat
4. Kenakan popok dibawah umbilikus jika tali pusat belum terlepas
Rasional: Mencegah perlengketan pada tali pusat
5. Ganti popok bayi jika basah
Rasional : Memberikan kenyamanan pada bayi serta mencegah hipotermia
Edukasi
1. Ajarkan ibu menyusui sesuai kebutuhan bayi
Rasional : Dapat memaksimalkan pemberian asi agar nutrisi pada bayi
tercukupi
2. Ajarkan ibu cara merawat bayi dirumah
Rasional : Memberikan pengetahuan kepada ibu bagaimana cara merawat
bayi dirumah
e) Risiko hipotermia = Regulasi tempratur
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, maka diharapkan
termoregulasi neonatus membaik dengan kriteria hasil:
 Akrosianosis menurun
 Suhu tubuh meningkat
 Frekuensi nadi meningkat
 Ventilasi meningkat
Observasi
1. Monitor suhu bayi sampai stabil
Rasional: Dapat memantau secara kontinu suhu bayi agar tetap stabil, tidak
hipotermia atau hipertemia
2. Monitor TD, frekuensi napas dan nadi
Rasional: Memantau tanda-tanda vital pada bayi secara kontinu agar tetap
stabil
3. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia
Rasional : Memantau kondisi bayi apakah terjadi hipotermia atau tidak
Terapetik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu
Rasional: Dapat memantau suhu secara kontinu agar dapat diketahui apakah
terjadi hipotermi atau hipertermi
2. bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
Rasional: Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi agar tetap hangat
3. masukkan bayi BBLR kedalam plastik segera setelah lahir (mis. Bahan
poliethylena)
Rasional: Menjaga kehangatan pada bayi BBLR agar tidak terjadi hipotermia
4. gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
Rasional: Menjaga suhu hangat pada bayi dan mencegah hipotermia
5. pertahankan kelembaban inkubator 50 % atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas akibat evaporasi
Rasional: Menjaga inkubator agar tetap berfungsi dnegan baik untuk
memberikan suhu hangat pada bayi
6. atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Rasional: Dapat memaksimalkan kehangatan pada bayi dalam inkubator
7. Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka
Rasional: Menghindari bayi dari tempat yang anginnya kencang
8. Gunakan matras penghangat, selimut penghangat
Rasional: Menjaga suhu hangat pada bayi dan mencegah hipotermia
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
Rasional: Memberikan pengetahuan kepada orang tua bayi mengenai cara
mencegah terjadinya hipotermia akibat udara yang dingin
2. Demonstasikan teknik perawatan metode kanguru (PMK) untuk bayi BBLR
Rasional : Memberikan gambaran mengenai PMK untuk BBLR
f) Risiko Disfungsi motilitas gastrointestinal : Manajemen nutrisi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7x24 jam, maka diharapkan status
nutrisi membaik dengan kriteria hasil:
 Kekuatan otot menelan meningkat
 Porsi yang dihabiskan meningkat
Observasi

1. Idenntifikasi intoleransi makanan


Rasional: Dapat diketahui faktor yang membuat pasien mengalami intoleransi
makanan
2. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Rasional: Membantu terpenuhinya nutrisi bagi pasien
3. Monitor berat badan
Rasional:Dapat diketahui adanya penambahan atau pengurangan berat badan
pada klien
4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Rasional: Dapat diketahui hasil laboratorium pasien
Terapeutik

1. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral


dapat ditoleransi
Rasional: Agar pasien dapat mengkonsumsi asi kembali, karena asi adalah
makanan terbaik bagi bayi

g) Risiko infeksi = Pencegahan infeksi


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7x24 jam maka diharapkan tingkat
infeksi menurun dengan kriteria hasil:
 Kadar sel darah putih membaik
 Kultur darah membaik
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik/lokal
Rasional: Memantau tanda-tanda infeksi pada bayi
Terapetik
1. Batasi jumlah pengunjung
Rasional : Mencegah kontaminasi virus dari pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasieen dan lingkungan
pasien
Rasional: Menjaga kebersihan tangan perawat agar tidak menimbulkan
infeksi pada bayi
3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Pasien: mencegah terjadinya infeksi
Edukasi
1. Jelaskan cara mencuci tangan dengan benar kepada keluarga
Rasional: Memberikan pengetahuan cara mencuci tangan 6 langkah kepada
keluarga bayi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi
Rasional; Memberikan sistem kekebalan tubuh pada bayi

4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi antara lain mempertahankan
daya tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan sistem tubuh,
menatap hubungan klien dengan lingkungan, implementasi tindakan kolaborasi.
(Setiadi, 2012)

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur & Saiful, 2012) yaqng berpacu pada kriteria
hasil, yaitu:
a) Pola pernafasan klien efektif, tidak ada sumbatan jalan nafas,
pernapasan 40-60 x /menit
b) Suhu kulit atau aksila 36,5c -37,50
c) bebas dari stress dingin, termoregulasi dapat berfungsi secara efektif
sesuai dengan perkembangannya
d) Nutrisi terpenuhi dan terjadi peningkatan berat badan sedikitnya 20-30 gram/hari
e) Kadar bilirubin dalam batas normal bilirubin total < 6.00, bilirubin direk < 0.20,
bilirubin indirek < 0.60
f) Terhindar dari tanda-tanda infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N. (2021). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Kejadian BBLR di


Puskesmas Malinda tahun 2017-2019 (p. 117).
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/14164-Full_Text.pdf

Nikmatur, & Saiful. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media. Ar-ruzz Media.

Prawiharjo. (2009). Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka.

Proverawati, Atikah, & Ismawati, C. (2010). BBLR Bayi Berat Lahir Rendah. Nuha Medika.

Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.
Graha Ilmu.

Sugeng. (2012). Penanganan BBLR.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1 Cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1 Cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Utama, R. W. (2019). Analisis Praktek Klinik Keperawatan Penerapan Development Care


Terhadap Status Oksigenasi Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah.

Wanda, D., Rustina, Y., Hayati, H., & Waluyanti, F. T. (2014). Pengembangan Model Pelayanan
Asuhan Keperawatan Bayi Berat Lahir Rendah (The Development of Nursing Care Services
Model for Low Birth Weight Infants) *Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Kampus UI Depok Jawa Barat 16424 E-mail: dessie@ui.ac.id. Jurnal Ners, 9.

Anda mungkin juga menyukai