Anda di halaman 1dari 184

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343745861

Buku pedoman pelayanan kesehatan mata dalam menghadapi pandemi


Covid-19

Book · May 2020

CITATIONS READS

0 340

5 authors, including:

Feti Karfiati Dianita Veulina


Cicendo Eye Hospital National Eye Centre, Cicendo Eye Hospital, Bandung, Indonesia
11 PUBLICATIONS   10 CITATIONS    2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Angga Fajriansyah

3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dianita Veulina on 15 March 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BUKU PEDOMAN
PELAYANAN
KESEHATAN MATA
DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19
BUKU PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN MATA
DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19

Penanggung jawab : dr. Irayanti, SpM(K)., MARS.


Ketua : Dr. dr. Feti Karfiati, SpM(K), M. Kes
Wakil Ketua : dr. Nina Ratnaningsih, SpM(K), MSc.
Sekretaris : 1) Bagus Ramdan, S.Sos.
2) Agus Rizki Soekandar, ST.
Bendahara : Diah Vitaloka A, SE, Ak., M.Ak
Editor Ahli : dr. Dicky Budiman, M. Sc., PH.
Tim Kontributor:
A. KELOMPOK STAF MEDIS
1) Neuro Oftalmologi : dr. Dianita Veulina, SpM.
2) Refraksi Low Vision, : Dr. dr. Karmelita Satari, SpM(K).
& Lensa Kontak
3) Glaukoma : dr. Sonie Umbara, SpM.
4) Vitreoretina : dr. Made Indra W. SpM.
5) Katarak Bedah Refraktif : dr. Emmy Dwi Sugiarti, SpM.
6) Infeksi & Imunologi : dr. Elfa Ali Idrus, SpM.
7) Rekonstruksi Okuloplasti : dr. Niluh Putu Ayu, SpM.
& Onkologi
8) Pedatrik Oftalmologi : dr. Sesy Caesarya, SpM.
& Strabismus
9) Oftalmologi Komunitas : dr. Nina Ratnaningsih, SpM(K), M.Sc.
10) Anestesi : dr. Dian Irawati, Sp.An.
11 Ilmu Kesehatan Anak : dr. Lily Cahyani T, SpA.
12) Patologi Klinik : dr. Dian Hendriani, Sp.PK.
13) Patologi Anatomi : dr. Friska Mardianty, Sp.PA.
14) Penyakit Dalam : dr. Teguh Tri Wardana, Sp.PD.
15) Umum : dr. Putri Utami
B. TIM SATGAS COVID-19 : dr. Angga Fajriansyah SpM
C. LAINNYA
1) Diagnostik & Radiologi : dr. Primawita O, SpM.
2) Laboratorium : dr. Shinta Stri Ayuda N.S, Sp.PK.
3) Keperawatan : Teti Sugiarti, Skep Ners., M.Kep.
4) Pelayanan : Dian Hasanah M, S.Kep., MM.
5) CSSD : Indrayana, SKM., MM.

D. TIM PENDUKUNG
1) Humas : Agus Suhendar, S.Si.
2) Diklat : Rd. Chandra Sukma Kelana, SKM, MKM.

Designer & Layouter : Muhammad Ramdlan Nurrohman


Diterbitkan oleh : PMN RS MATA CICENDO
Jl. Cicendo No.4, Kota Bandung,
Jawa Barat - 40117

ISBN : 978-623-93778-1-6
Cetakan Pertama : Mei 2020

Copyright © Semua hak dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mereproduksi,


menyimpan dalam sistem penyimpanan atau menyebarkan, dalam bentuk atau cara
apapun, apakah elektronik, mesin, fotokopi, rekaman dan lain-lain, bagian-bagian
manapun dari penerbitan ini, tanpa izin tertulis sebelumnya dari penerbit.
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

SAMBUTAN
DIREKTUR UTAMA PUSAT MATA NASIONAL
RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa


karena atas karunia-Nya Pusat Mata Nasional Rumah
Sakit Mata Cicendo dapat membuat Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Mata Dalam Menghadapi
Pandemi COVID-19. Ini menjadi bentuk komitmen kami
untuk senantiasa memberikan pelayanan dengan baik
di tengah pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh
dunia dan juga Indonesia.

Secara global, Badan Kesehatan Dunia (WHO)


telah melaporkan kasus COVID-19 terkonfirmasi di
dunia lebih dari tiga juta kasus dengan lebih dari dua
ratus ribu kematian, dan sebagaimana diketahui saat
ini pandemi COVID-19 ini menghantui masyarakat di
Indonesia. Oleh karenanya tentu butuh upaya-upaya
pencegahan agar pandemi ini tidak menyebar semakin
meluas salah satunya di rumah sakit sebagai garda
terakhir melawan COVID-19 ini.

Di tengah pandemi ini tentunya kasus-kasus


mengenai gangguan kesehatan mata masih dapat
terjadi di masyarakat. Oleh karenanya rumah sakit
mata akan terus melayani masyarakat dengan
mengutamakan kesehatan dan keselamatan pasien,
tenaga medis dan tenaga lainnya di rumah sakit. Oleh
karenanya Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 ini kami susun

iii
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

sebagai Standar pelayanan terbaik untuk mencegah


penyebaran pandemi COVID-19, sehingga pasien dapat
memeriksakan gangguan kesehatan matanya dengan
tenang dan optimal.

Kami akan senantiasa melakukan pelayanan dan


terus berkembang dengan memanfaatkan standar
pelayanan, teknologi serta sumber daya yang kami
miliki secara maksimal untuk terwujudnya kesehatan
mata di masyarakat sesuai dengan moto kami “melihat
lebih baik”. Semoga Allah Swt meridhoi usaha ini.

Direktur Utama Pusat Mata Nasional


Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

dr. Irayanti, SpM(K)., MARS.

iv
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
yang Maha Kuasa karena hanya atas perkenan-Nya
Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata Dalam Meng­
hadapi Pandemi COVID-19 ini dapat selesai. Buku
pedoman ini akan digunakan dalam menjalankan
kegiatan pelayanan kesehatan bagi petugas yang ada
di PMN RS Mata Cicendo. Buku pedoman ini sebagai
upaya untuk mencegah serta menjelaskan tata cara
pelayanan dalam kondisi pandemi COVID-19.

Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini


dapat meningkatkan dan menjaga mutu pelayanan
dalam hal tata cara penanganan operasional masing-
masing instalasi ditengah pandemi COVID-19 dan dapat
digunakan sebagai acuan dalam pemberian layanan di
PMN RS Mata Cicendo.

Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih


untuk semua pihak yang sudah membantu dalam
penyusunan Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
Dalam Menghadapi Pandemi COVID-19. Kami sangat
menyadari banyak terdapat kekurangan dalam
pedoman ini. Kekurangan tersebut secara ber­
kesinambungan akan terus diperbaiki sesuai dengan
tuntutan dalam pengembangan rumah sakit ini.

Bandung, Mei 2020


Ketua Tim Penyusun

Dr. dr. Feti Karfiati, SpM(K), M.Kes

v
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

DAFTAR ISI
SAMBUTAN.................................................................................................................................. iii
PENGANTAR............................................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL......................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH...................................................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................................. xix

Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 2
1.2 Tujuan............................................................................................................... 4
1.2.1. Tujuan Umum.............................................................................. 4
1.2.2. Tujuan Khusus............................................................................. 4
1.3 Target ............................................................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................... 5
1.5 Orientasi ......................................................................................................... 5

Bab 2 Definisi Operasional COVID-19 6


2.1 Status Pasien............................................................................................... 7
2.1.1. Orang Tanpa Gejala ................................................................ 7
2.1.2. Orang Dalam Pemantauan................................................ 8
2.1.3. Pasien Dalam Pengawasan................................................ 8
2.1.4. Kasus Konfirmasi....................................................................... 10
2.2 Pengelompokan Pasien Berdasarkan Tingkat
Keparahan..................................................................................................... 10
2.2.1. Covid Biru........................................................................................ 11
2.2.2. Covid Hijau...................................................................................... 11
2.2.3. Covid Kuning................................................................................. 12
2.2.4. Covid Merah................................................................................... 12
2.3 Ruang Isolasi Berdasarkan Tingkat Keparahan.................. 13
2.3.1. Covid Biru........................................................................................ 13
2.3.2. Covid Hijau...................................................................................... 13
2.3.3. Covid Kuning................................................................................. 13
2.3.4. Covid Merah................................................................................... 13
Bab 3 Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi 14
3.1 Satuan Petugas Penanggulangan COVID-19 di
PMN RS Mata Cicendo.......................................................................... 15
3.1.1. Susunan Tim................................................................................. 15
3.1.2. Keanggotaan dan Tugas...................................................... 16
3.1.3. Alur Pelaporan............................................................................. 18

vi
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

3.2 Strategi Dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 19


3.2.1. Kebersihan Tangan dan Pernafasan............................ 19
3.2.2. Memastikan Identifikasi awal dan
Pengen­dalian Sumber Infeksi.......................................... 20
3.2.3. Menerapkan Pengendalian administrasi.................. 20
3.2.4. Pengendalian dan Keamanan Tempat Kerja......... 21
3.3 Stratifikasi Tingkatan Peng­gunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada Tiap Petugas Medis dan Karyawan........ 22
3.3.1. Tingkatan Penggunaan APD menurut WHO
dan Pedoman Kementerian Kesehatan.................... 22
3.3.2. Tingkatan Penggunaan APD di PMN RS mata
Cicendo pada pandemi COVID-19 Berdasarkan
risiko paparan............................................................................... 25
3.4 Protokol Pemakaian dan Pelepasan APD pada
Pemeriksaan PDP/ Pasien COVID-19 Positif........................... 29
3.4.1. Protokol Pemakaian APD..................................................... 29
3.4.2. Protokol Pelepasan APD....................................................... 29
3.5 Prosedur Penggunaan Mas­ker N95 Secara Rasional di
PMN RS Mata Cicendo.......................................................................... 31
3.5.1. Prosedur Menggunakan Masker respirator/ N95 31
3.5.2. Prosedur Melepas Masker N95......................................... 32
3.6 Prosedur Penyimpanan dan Pemakaian Ulang
Masker N95................................................................................................... 32
3.7 Prosedur Pembersihan dan disinfeksi di Lingkungan
PMN RS Mata Cicendo.......................................................................... 35
3.7.1. Prosedur Pencegahan Infeksi bagi Petugas
Kebersihan...................................................................................... 35
3.7.2. Prosedur Membersihkan dan dis­infeksi pada
permukaan barang.................................................................. 36
3.7.2.1. Membersihkan dan Disinfeksi Barang dengan
Permukaan Keras...................................................................... 37
3.7.2.2. Membersihkan dan disinfeksi Barang dengan
Permukaan Lembut/ Linen................................................ 37
3.7.2.3. Membersihkan dan disinfeksi alat elektro­diag-
nostik.................................................................................................. 38
3.8 Prosedur Pemulasaran jenazah pasien yang diduga
dan atau positif terinfeksi COVID-19 di PMN RS Mata
Cicendo............................................................................................................ 39
3.9 Prosedur bagi Dokter/Karyawan dengan Riwayat
Kontak Positif Tanpa APD Memadai........................................... 40
3.10 Pemantauan dan Evaluasi................................................................. 41

vii
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Bab 4 Panduan Pemberian Pelayanan di Akses Masuk Gedung


Rumah Sakit, Loket Pendaftaran, dan Ruang Tunggu 42
4.1 Akses Masuk Gedung............................................................................ 43
4.1.1. Tujuan................................................................................................ 43
4.1.2. Sumber Daya Manusia........................................................... 43
4.1.3. Sarana dan Prasarana............................................................. 43
4.1. 4. Protokol Implementasi.......................................................... 44
4.2 Loket Pendaftaran................................................................................... 47
4.2.1. Tujuan................................................................................................ 47
4.2.2. Sumber Daya Manusia........................................................... 47
4.2.4. Protokol Implementasi.......................................................... 48
4.3 Ruang tunggu............................................................................................ 49
4. 3.1. Tujuan................................................................................................ 49
4.3.2. Sumber Daya Manusia........................................................... 49
4.3.3. Sarana dan Prasarana............................................................. 49
4.3.4. Protokol Implementasi.......................................................... 50

Bab 5 Panduan Pemberian Pelayanan Di Instalasi Gawat


Darurat (IGD) Selama Pandemi COVID-19 52
5.1. Tujuan............................................................................................................... 53
5.2 Sumber Daya Manusia.......................................................................... 53
5.3. Sarana dan Prasarana............................................................................ 53
5.4 Protokol Implementasi......................................................................... 54
5.4.1. Pelayanan IGD dalam Kasus Kegawat­-
daruratan mata........................................................................... 54
5.4.2. Pelayanan IGD pada pasien terduga COVID-19.... 55
5.5 Kriteria Kasus Kegawatdaruratan Mata di
PMN RS mata Cicendo selama pandemi COVID-19......... 56

Bab 6 Panduan Pemberian Pelayanan di Instalasi Rawat Jalan


Selama Pandemi COVID-19 60
6.1. Tujuan............................................................................................................... 61
6.2. Sumber Daya Manusia.......................................................................... 61
6.3 Sarana Prasarana...................................................................................... 62
6.4 Protokol Implementasi......................................................................... 63
6.4.1. Implementasi Umum Poliklinik Rawat Jalan......... 63
6.4.2. Implementasi Khusus Poliklinik Rawat Jalan
Saat Pandemi COVID-19........................................................ 64
6.4.3 Dokter/ Karyawan dengan Riwayat Kontak
Positif Tanpa APD Memadai.............................................. 76
6.4.4 Pelayanan Kesehatan Jarak Jauh (telemedicine) 77

viii
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Bab 7 Panduan Pemberian Pelayanan di Instalasi Rawat Inap


Selama Pandemi COVID-19 82
7.1 Ruang Rawat inap Non COVID-19 ................................................ 83
7.1.1. Tujuan................................................................................................ 83
7.1.2. Sumber Daya Manusia........................................................... 83
7.1.3. Sarana dan Prasarana............................................................. 83
7.1.4. Protokol Implementasi.......................................................... 83
7.2 Ruang rawat inap COVID-19 ............................................................. 84
7.2.1. Tujuan................................................................................................ 84
7.2.2. Sumber Daya Manusia........................................................... 85
7.2.3. Sarana dan Prasarana............................................................. 85
7.2.4. Protokol Implementasi ......................................................... 86

Bab 8 Panduan Pemberian Pelayanan Di Instalasi


Laboratorium Serta Instalasi Elektrodiagnostik,
Radiologi, Dan Laser Terapi Selama Pandemi COVID-19 88
8.1 Instalasi Laboratorium Patologi Klinik dan
Patologi Anatomi...................................................................................... 89
8.1.1. Tujuan................................................................................................ 89
8.1.2. Sumber Daya Manusia........................................................... 89
8.1.3. Sarana dan Prasarana............................................................. 89
8.1.4. Protokol Implementasi.......................................................... 91
8.2. Instalasi Elektrodiagnostik, Radiologi Dan Terapi Laser 102
8.2.1. Tujuan................................................................................................ 102
8.2.2. Sumber Daya Manusia........................................................... 102
8.2.3. Sarana dan Prasarana............................................................. 103
8.2.4. Protokol Implementasi.......................................................... 103
8.2.5. Daftar Pemeriksaan dan Tindakan
Diagnostik di PMN RS Mata Cicendo selama
pandemi COVID-19.................................................................... 104

Bab 9 Panduan Pemberian Pelayanan di Instalasi Kamar


Bedah Selama Pandemi COVID-19 106
9.1 Tujuan............................................................................................................... 107
9.2 Sumber Daya Manusia.......................................................................... 107
9.3 Sarana/prasarana...................................................................................... 108
9.4 Protokol Implementasi......................................................................... 110
9.4.1. Langkah Penanggulangan pada Prosedur
Operasi Mata ................................................................................ 110
9.4.2. Persiapan Pra Anestesi.......................................................... 111
9.4.3. Persiapan Intraoperatif.......................................................... 112
9.4.4. Persiapan Postoperatif........................................................... 113

ix
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Bab 10 Panduan Pemberian Pelayanan Di Instalasi Farmasi


dan Instalasi Optik Selama Pandemi COVID-19 115
10.1 INSTALASI FARMASI................................................................................ 116
10.1.1. Tujuan................................................................................................ 116
10.1.2. Sumber Daya Manusia........................................................... 116
10.1.3. Sarana dan Prasarana............................................................. 116
10.1.4. Protokol Implementasi.......................................................... 118
10.2 Instalasi Optik.............................................................................................. 119
10.2.1. Tujuan................................................................................................ 119
10.2.2. Sumber Daya Manusia........................................................... 119
10.2.3. Sarana dan Prasarana............................................................. 119
10.2.4. Protokol Implementasi.......................................................... 120

Bab 11 Panduan Bagian/ Unit Lain Yang Minimal Kontak


Dengan Pasien 122
11.1 Tujuan............................................................................................................... 123
11.2 Sumber Daya Manusia.......................................................................... 123
11.3 Sarana/prasarana...................................................................................... 123
11.4 Protokol Implementasi......................................................................... 124

Bab 12 Panduan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit


Selama Pandemi COVID-19 126
12.1 Tujuan............................................................................................................... 127
12.2 Sumber Daya Manusia.......................................................................... 127
12.3 Sarana dan Prasarana............................................................................ 127
12.3.1. Pengelolaan Limbah Cair..................................................... 127
12.3.2. Pengelolaan Limbah Padat domestik dan
khusus .............................................................................................. 128
12.3.3. Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) Medis........................................................ 128
12.4 Protokol Implementasi......................................................................... 130
12.4.1. Pengelolaan Limbah cair..................................................... 130
12.4.2. Pengelolaan LImbah Padat Domestik........................ 132
12.4.3. Pengelolaan LImbah Padat Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) Medis........................................................ 133

Bab 13 Panduan Pelayanan Instalasi Gizi Selama Pandemi


COVID-19 137
13.1 Tujuan............................................................................................................... 138
13.1.1. Tujuan Umum ............................................................................. 138
13.2.2. Tujuan Khusus ............................................................................ 138
13.2 Sumber Daya Manusia.......................................................................... 138
13.3 Sarana/Prasarana...................................................................................... 139

x
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

13.4 Protokol Implementasi......................................................................... 139


13.4.1. Pelayanan Asuhan Gizi........................................................... 140
13.4.2. Kegiatan Penyelenggaraan Makanan......................... 149

Bab 14 Panduan Pelayanan Pendukung Terapi Psikologi


Pada Pasien Terduga COVID-19 153
14.1 Tujuan............................................................................................................... 154
14.2 Sumber Daya Manusia.......................................................................... 154
14.3 Sarana dan Prasarana............................................................................ 154
14.4 Protokol Implementasi......................................................................... 154

Lampiran....................................................................................................................................... 158

xi
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

DAFTAR TABEL
Tabel 6.1. Tabel Daftar Kasus dan Tindakan Unit Katarak dan
Bedah Refraktif (KBR) berdasarkan jenis layanan............. 65
Tabel 6.2 Tabel Pedoman tingkatan operasi darurat pada
trauma oftalmik dan okuloplasti...................................................... 67
Tabel 13.1. Prosedur Pemberian Diet dan Terapi Gizi.................................. 145

xii
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Status Pasien COVID-19. ................................................................... 8
Gambar 2.2 Pengelompokkan Pasien Dan Ruang Isolasi
Berdasarkan Tingkat Keparahan................................................ 11
Gambar 3.1 Alur Pelaporan Internal dan
Eksternal Rumah Sakit....................................................................... 19
Gambar 3.2 Tingkatan APD menurut WHO dan Kemenkes
yaitu tingkat pertama (a), tingkat kedua, (b),
tingkat ketiga (c).................................................................................... 24
Gambar 3.3 Tingkat APD di PMN RS Mata Cicendo................................... 27
Gambar 3.3 Tingkat APD di PMN RS Mata Cicendo................................... 28
Gambar 3.4 Petugas Kesling Memakai APD dan melakukan
penyemprotan disinfektan............................................................. 36
Gambar 4.1. Sarana dan Prasarana Pintu masuk
gedung PMN RS Mata ....................................................................... 45
Gambar 4.2. Pemeriksaan suhu tubuh di pintu masuk........................... 47
Gambar 4.3. Loket Pendaftaran. .............................................................................. 48
Gambar 5.1. Petugas IGD menggunakan APD tingkat ketiga............ 55
Gambar 6.1. Pemeriksaan oleh petugas medis di Poliklinik................. 77
Gambar 6.2. Telekonsultasi PMN RS Mata Cicendo..................................... 79
Gambar 8.1. Petugas Laboratorium. ..................................................................... 90
Gambar 8.2 Alur skrining untuk OTG/ODP/PDP. ......................................... 98
Gambar 8.3. Petugas Diagnostik dan Petugas Radiologi. ..................... 102
Gambar 9.1. Petugas Medis di Bagian Bedah................................................. 109
Gambar 10.1 Instalasi Farmasi..................................................................................... 117
Gambar 12.1. Pengangkut Limbah padat khusus ......................................... 129
Gambar 13.1. Alur Pelayanan Gizi Pasien PDP ................................................. 142
Gambar 13.2. Alur Audit Mutu Kegiatan Penyelenggaraan
Makanan Untuk Makanan Pasien Selama
Pandemi COVID-19. ............................................................................. 143
Gambar 14.1 Proses pelayanan Konseling.......................................................... 157

xiii
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

DAFTAR ISTILAH
ISTILAH ARTI

Acute Gangguan pernapasan berat yang disebabkan


Respiratory oleh penumpukan cairan di alveoli atau kantung
Distress udara kecil di paru-paru. Gejala utamanya adalah
Syndrome sesak napas berat dan sulit bernapas.

Adenoma Tumor yang tumbuh pada kelenjar hipofise,


Pituitari suatu organ kelenjar di dasar otak yang
memproduksi hormon utama dalam tubuh.

Adjuvant Substansi yang memperkuat dan/ atau


memodulasi respons imun terhadap antigen

Aerosol Partikel padat atau cair yang tertahan di partikel


gas seperti udara.

Airborne Menyebar lewat udara atau ditularkan melalui


udara.

Alcohol-based Suatu produk berbasiskan Alkohol (dalam


Handrub bentuk cair, gel atau foam/ busa), yang
dirancang untuk diaplikasikan pada tangan
guna menonaktifkan atau menghancurkan
mikroorganisme sekaligus menghambat atau
menekan pertumbuhannya.

Apopleksi Peningkatan mendadak volume kelenjar pituitari


Pituitari akibat iskemia, nekrosis, perdarahan, dan/ atau
infark, yang biasanya disebabkan oleh adenoma
pituitari.

Bar magnifier Kaca pembesar low vision berbentuk persegi.

Baju scrub Jenis pakaian sanitasi yang dikenakan oleh


dokter bedah, bidan, maupun perawat sebelum
memasuki ruang operasi.

Biometri Alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan


lensa intraokuler yang akan diimplantasikan. 

Bleb Jaringan di permukaan bola mata yang


berisi akumulasi cairan akuos setelah operasi
trabekulektomi.

xiv
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

ISTILAH ARTI

Breathing Alat medis yang digunakan untuk mengirim


circuit oksigen, menghilangkan karbon dioksida, dan
mengantarkan agen anestesi inhalasi kepada
pasien.

Choplin Jar Wadah untuk fiksasi atau pewarnaan preparat


sampel yang akan diperiksa.

Compos mentis Kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat


menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.

Corona Menyerupai mahkota.

Covid-19 Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus


SARS-cov-2.

Dacryocele Kelainan yang menyebabkan sumbatan pada


duktus nasolakrimalis atau bengkak pada sudut
mata akibat tidak terbentuknya kantong cairan
mata/lacrimal sejak lahir, namun khas ditandai
dengan benjolan atau bengkak kebiruan pada
sudut mata hingga ke pangkal hidung yang
kadang dapat mengeluarkan nanah.

Disposable Gaun sekali pakai.


Gown

Disposable Celemek tahan air sekali pakai.


Waterproof
Apron

Dome Kaca pembesar low vision berbentuk kubah.


magnifier

Droplet Tetesan kecil, seperti partikel uap air yang


dikeluarkan dari mulut selama batuk, bersin,
atau berbicara yang dapat menularkan infeksi
melalui udara ke orang lain.

Eksplantasi Melepas.
Explantation

xv
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

ISTILAH ARTI

Face Shield Pelindung wajah.

Fomit Benda mati yang, ketika terkontaminasi dengan


atau terpapar agen infeksi (seperti bakteri
patogen, virus atau jamur), dapat berfungsi
sebagai media penularan penyakit dari satu
orang ke orang lainnya.

Frozen Section Pemeriksaan histopatologi yang dilakukan pada


waktu penderita di meja operasi dengan tujuan
mengetahui secara cepat apakah jaringan tumor
termasuk kategori ganas atau jinak, sehingga
dapat diambil tindakan cepat dan tepat.

IOL Master Instrumen non-kontak yang digunakan untuk


mengukur beberapa parameter seperti panjang
aksial bola mata, kurvatura kornea, kedalaman
kamera okuli anterior, jarak horisontal white-
to-white (diameter kornea), dan melakukan
kalkulasi kekuatan lensa intraokular.

Komorbid Penyakit penyerta.

Laringoskopi Pemeriksaan di mana dokter melihat bagian


belakang tenggorokan, kotak suara (laring), dan
pita suara dengan laringoskop.

Last Eye Kondisi dimana mata yang dapat berfungsi


untuk melihat hanya satu mata.

Non-rebreather Masker dengan adanya katup satu arah untuk


Mask mencegah terhirupnya kembali karbondioksida
yang telah dikeluarkan.

Nosepiece Bagian dari mikroskop tempat lensa objektif


dipasang.

Pandemi Wabah yang berjangkit serempak di mana-


mana, meliputi daerah geografi yang luas.

Pneumonia Infeksi yang menyerang salah satu atau


kedua paru-paru, sehingga menyebabkan
kantong udara di paru tersebut meradang dan
membengkak.

xvi
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

ISTILAH ARTI

Prethreshold Pembagian zona dan stadium dari Retinopathy


of Prematurity.

Rapid Test Metode skrining awal untuk mendeteksi


antibodi, yaitu IgM dan IgG.

Runner Petugas yang bertugas untuk mengantar pasien


saat di rumah sakit seperti mengantar pasien
ke ruang X-ray, laboratorium dan lainnya serta
mengantar status/ resume medis pasien.

Sampling Mengambil sebagian/ sejumlah hal untuk


diperiksa.

Saturasi Presentasi hemoglobin yang berikatan dengan


oksigen dalam arteri.

Sianosis Sentral Kebiruan pada kulit wajah (bibir, kulit, lidah) atau
sebagian besar tubuh yang merupakan tanda
bahwa tidak ada cukup oksigen di dalam darah.

Sindroma Adalah kumpulan gejala terkait dengan adanya


orbital apex massa pada bagian puncak dari rongga orbita.

Sindroma Kerusakan pada jalur jaringan saraf dari otak


Horner menuju ke wajah. Kerusakan saraf ini akan
berimbas dengan terjadinya kelainan pada salah
satu bagian mata.

Sinus Merupakan sinus duramater yang termasuk


cavernosus dalam kelompok sinus anteroinferior.

Stand Alat pembesar yang terdiri dari lensa yang


magnifier dibingkai dan dapat berdiri tegak.

Stent lakrimal Alat yang dimasukkan kedalam saluran air mata.

Tarsorhaphy Ada prosedur/ tindakan menjahit tepi kelopak


untuk mempersempit jarak antara kelopak.

Telemedicine Suatu teknologi yang memungkinkan pasien


berdiskusi dengan dokter secara privat, tanpa
harus bertatap muka secara langsung.

xvii
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

ISTILAH ARTI

Thermo gun Alat pengukur suhu tubuh non kontak dengan


bentuk seperti senjata.

Threshold Pembagian zona dan stadium dari Retinopathy


of Prematurity.

Wabah Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular


dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Y connector Alat/ tube penghubung berbentuk seperti huruf


Y.

xviii
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

DAFTAR SINGKATAN
SINGKATAN ARTI

AAION Arteritic Anterior Ischemic Optic Neuropathy.


Kerusakan saraf optik yang bersifat akut, umumnya
nyeri, disebabkan oleh inflamasi serta trombosis arteri
posterior siliaris brevis yang berasal dari arteri oftalmika
sehingga menyebabkan iskemia saraf optik.

ACH Air Change per Hour atau pergantian udara per


jam adalah jumlah pergantian udara yang terjadi
dalam waktu satu jam di suatu ruang.

ADIME Assessment, Diagnosis, Intervention, and Monitoring/


Evaluation atau Penilaian, Diagnosis, Intervensi,
dan Pemantauan/ Evaluasi , adalah proses yang
digunakan untuk memastikan perawatan gizi
berkualitas tinggi untuk pasien dan klien dari
profesional gizi, seperti Ahli Diet Terdaftar atau Ahli
Nutrisi Ahli Diet Terdaftar.

ALC Absolute lymphocyte count.

ARDS Acute Respiratory Distress Syndrome.

APD Alat pelindung diri.

ARR Ablasio Retina Regmatogen.

B3 Bahan berbahaya dan beracun.

BSC Biosafety Cabinet, Area kerja laboratorium dengan


ventilasi udara yang telah direkayasa untuk meng­
amankan pekerja yang bekerja dengan sampel
material, lingkungan kerja dan sampel material
dari kemungkinan bahaya terkontaminasi atau
menimbulkan penyebaran bakteri/ virus yang
bersifat patogen.

BRAO Branch Retinal Artery Occlusion, gangguan umum


pembuluh darah okular berasal dari oklusi cabang
arteri retina sentral.

xix
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

SINGKATAN ARTI

BRVO Branch Retinal Vein Occlusion , Oklusi vena di


setiap cabang vena retina sentral.

CCF Carotid Cavernous Fistula , Kelainan yang terjadi


antara arteri karotis interna atau arteri karotis
eksternal dengan vena pada sinus kavernosus.

CRAO Central Retinal Artery Occlusion, Oklusi arteri retina


sentral

CRP C-Reactive Protein , adalah protein pada plasma


darah dengan bentuk annular, pentametic yang
akan meningkat saat terjadi peradangan.

CRVO Central Retinal Vein Occlusion, oklusi vena retina


sentral yaitu pada/proksimal lamina cribrosa saraf
optik.

CSSD Central Sterile Supply Department yaitu instalasi


yang melayani pelayanan sterilisasi dengan fasilitas
untuk menerima, mendesinfeksi, membersihkan,
mengemas, mensteril, menyimpan dan mendistri­
busi­kan alat-alat (baik yang dapat dipakai berulang
kali dan alat yang sekali pakai), sesuai dengan
standar prosedur.

DPJP Dokter Penanggung Jawab Pasien.

DPMP Daftar Permintaan Makanan Pasien, dengan


keterangan diagnosis pasien, umur, kekhususan
dan porsi.

US EPA United State Environmental Protection Agency


Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat
yaitu Lembaga pemerintah federal Amerika Serikat
yang bertugas melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan dengan merumuskan dan menerapkan
peraturan berdasarkan undang-undang yang
disahkan oleh Kongres.

APR Acute Phase Reactant


Serum yang meningkat pada fase akut inflamasi.

xx
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

SINGKATAN ARTI

Filter HEPA High Efficiency Particulate Air” atau “High


Efficiency Particulate Arrestance.” HEPA
merupakan filter yang dibuat, diuji dan disertifikasi
sehingga sesuai dengan standar Institute of
Environmental Sciences and Technology (EIST) dan
berfungsi menyaring udara dari lingkungan agar
bersih untuk disalurkan ke dalam area bersih/ steril.

FNAB Fine Needle Aspiration Biopsy yaitu merupakan


suatu metode atau tindakan pengambilan
sebagian jaringan tubuh manusia dengan suatu
alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan
untuk membantu diagnosis berbagai penyakit
tumor.

GDD Glaucoma Drainage Device , adalah alat yang


didesain untuk mengatur aliran humor akuos
dengan reservoir eksternal.

HCR High Care Room.

HFA Humphrey Field Analyser.

HFNC High Flow Nasal Cannula.

IAPI Ikatan Ahli Patologi Klinik Indonesia.

IGD Instalasi gawat darurat.

IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah, yaitu sarana


untuk mengolah limbah cair.

ISPA Infeksi saluran pernapasan akut.

KSM Kelompok Staf Medik.

LMA Laringeal Mask Airway, alat bantu jalan napas


supraglotis yang paling sering digunakan sebagai
alternatif pilihan dari intubasi endotrakeal.

MAC Monitored Anesthesia Care yaitu prosedur dimana


pasien menjalani anestesi local disertai sedasi dan
analgesia

xxi
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

SINGKATAN ARTI

MAP Mean Arterial Pressure yaitu tekanan darah dengan


rerata tekanan arteri.

MST Malnutrition Skrining Tool , merupakan sebuah


metode skrining nutrisi yang sederhana, cepat dan
valid untuk mengidentifikasi pasien dengan risiko
malnutrisi.

NLR Neutrophil lymphocyte ratio, merupakan parameter


inflamasi sistemik dan stres untuk pasien kritis. 

NAION Non Arteritic Ischemia Optic Neuropathy, suatu


proses iskemik (hipoperfusi atau non perfusi) yang
sifatnya parsial atau total pada diskus optikus
(Optic Nerve head) akibat oklusi dari arteri siliaris
posterior brevis dan anastomosis Circle of Zinn-
Haller yang bersifat non arteritik.

NRM Non-Rebreather Mask, masker dengan adanya


satu katup satu arah untuk mencegah terhirupnya
kembali karbondioksida yang telah dikeluarkan

OCT Optical coherence tomography yaitu tes pencitraan


non-invasif yang menggunakan gelombang cahaya
untuk mengambil gambar penampang retina.

ODP Orang dalam Pemantauan.

OTG Orang Tanpa Gejala.

PCR polymerase chain reaction yaitu pemeriksaan


laboratorium untuk mendeteksi keberadaan
material genetik dari sel, bakteri, atau virus.

PDP Pasien Dalam Pengawasan.

PERDAMI Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia.

PMN Pusat Mata Nasional.

PPA Profesional Pemberi Asuhan.

xxii
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

SINGKATAN ARTI

PPI Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi.

PPOK/ COPD Penyakit Paru Obstruktif Kronik/ Chronic


Obstructive Pulmonary Disease.

RR Recovery Room, ruangan tempat pengawasan dan


pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru
saja menjalani operasi sampai dengan keadaan
umum pasien stabil.

RO Refraksionis Optisien merupakan orang yang


berwenang melakukan pemeriksaan mata
dasar, pemeriksaan refraksi, menetapkan hasil
pemeriksaan, menyiapkan juga membuat lensa
kacamata atau lensa kontak.

TCM Tes Cepat Molekuler

RT PCR Real Time Polymerase Chain Reaction/, metode


penemuan terbaru untuk diagnosis berdasarkan
pemeriksaan molekuler yang menggunakan
metode Real Time Polymerase Chain Reaction
Assay (RT-PCR) semi kuantitatif yang terintegrasi
dan secara otomatis mengolah sediaan dengan
ekstraksi.

TIO Tekanan Intraokular.

TPS Tempat Penyimpanan Sementara.

WFH Work From Home.

WFO Work From Office.

WHO World Health Organization.

xxiii
1

PENDAHULUAN
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

1.1 Latar Belakang


COVID-19 disebabkan oleh severe acute respi­
ratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan me­
nimbulkan gejala dari ringan hingga berat, bahkan
banyak menimbulkan kematian. Kasus pertama de­
ngan pneumonia yang penyebabnya belum di­ketahui
dilaporkan di Provinsi Hubei, China. Tanggal 7 Januari
2020 penyebab dapat dideteksi sebagai virus corona
jenis baru. Penyakit ini berkembang dengan sangat
cepat dan meluas ke berbagai negara, bahkan pada
tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan
sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Me­­
resahkan Dunia/ Public Health Emergency of Inter­
national Concern (KKMMD/PHEIC). Sampai dengan
tang­gal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi
414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) dimana
kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah.

Di antara kasus tersebut, sudah ada beberapa


petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Pada
tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus
konfirmasi COVID-19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan
tanggal 25 Maret 2020, Indonesia sudah melaporkan
790 kasus konfirmasi COVID-19 dari 24 Provinsi yaitu:
Bali, Banten, DIY, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kep.
Riau, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera
Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Selatan, Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku dan
Papua. Wilayah dengan transmisi lokal di Indonesia
adalah DKI Jakarta, Banten (Kab. Tangerang, Kota

2
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Tangerang), Jawa Barat (Kota Bandung, Kab. Bekasi,


Kota Bekasi, Kota Depok, Kab. Bogor, Kab. Bogor, Kab.
Karawang), Jawa Timur (Kab. Malang, Kab. Magetan dan
Kota Surabaya) dan Jawa Tengah (Kota Surakarta).
Beberapa publikasi ilmiah menemukan bahwa
kelompok virus corona ini terdapat dalam cairan
droplet, fomit, air mata dan sekresi selaput lendir mata
(konjungtiva). Hal ini menjadikan air mata dan sekresi
selaput lendir mata sebagai sumber penularan yang
potensial khususnya bagi praktisi kesehatan mata.
Berdasarkan laporan kasus terkait manifestasi okular
pada COVID-19, beberapa organisasi internasional dan
institusi di bidang oftalmologi telah mengeluarkan
rekomendasi terkait gejala klinis, penatalaksanaan
sampai alur pelayanan bidang oftalmologi.
Sampai saat ini belum terdapat terapi definitif
ataupun vaksinasi untuk mengontrol terjadinya penyakit
ini. Banyaknya perubahan dan minimnya pengetahuan
dasar terkait COVID-19 di bidang mata, menyebabkan
para pemberi pelayanan kesehatan mata harus cepat
beradaptasi dengan situasi agar dapat memiliki ke­
mam­ puan yang memadai dalam memberikan pe­
layanan dalam situasi pandemi.
Sebagai Pusat Mata Nasional, Rumah Sakit Mata
Cicendo membuat buku pedoman ini diperuntukkan
kepada institusi kesehatan dan tenaga kesehatan yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan mata sebagai dasar
pertimbangan, strategi dan pedoman pelayanan
kesehatan mata dalam situasi pandemi COVID-19.
Diharapkan akses pelayanan kesehatan mata tetap
aman, terstandar dan dapat melindungi pasien, pem­
beri pelayanan kesehatan dan masyarakat luas.

3
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Buku ini diharapkan dapat memberikan acuan
pemberian pelayanan kesehatan mata dalam
menghadapi pandemi COVID-19.

1.2.2. Tujuan Khusus


Buku ini diharapkan dapat memberikan reko­
men­dasi kepada pemberi pelayanan kesehatan
mata mengenai pencegahan COVID-19 pada:
•• Akses masuk rumah sakit;
•• Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD);
•• Pelayanan rawat jalan;
•• Pelayanan rawat inap;
•• Pelayanan laboratorium dan elektro­diag­nostik;
•• Pelayanan kamar bedah;
•• Pelayanan farmasi dan optik;
•• Pengelolaan limbah rumah sakit;
•• Pelayanan gizi;
•• Dukungan terapi psikologi.

1.3 Target
Buku ini mengandung informasi dan penge­
tahuan tentang pencegahan penularan COVID-19,
ter­utama bagi:
a. Manajemen fasilitas pelayanan kesehatan
mata;
b. Tenaga kesehatan berkaitan dengan pelayan­
an kesehatan mata;
c. Tenaga penunjang berkaitan dengan pela­
yan­­an kesehatan mata.

4
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

1.4 Ruang Lingkup


Buku ini meliputi peranan Sumber Daya Manusia,
Sarana dan Prasarana, dan Protokol Implementasi
dari ber­bagai unit terkait pelayanan kesehatan
mata.

1.5 Orientasi
Untuk lebih memahami penerapan Pedoman
Pelayanan Kesehatan Mata dalam Menghadapi
Pandemi COVID-19 di PMN Rumah Sakit
Mata Cicendo, kami lampirkan denah lokasi
pelaksanaan pelayanan tersebut pada bagian
lampiran.

Referensi:
1. 3,528 mm3,528 mm-19 Patients. US; 2020. [diunduh 2 Meil 2020]. Terse-
dia dari https://www.aaojournal.org/article/S0161-6420(20)30405-X/pdf
2. Corona Virus and Eye Care. US; 2020. [diunduh 2 Mei 2020]. Tersedia
dari https://www.aao.org/coronavirus

5
2

DEFINISI
OPERASIONAL
COVID-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

2.1 Status Pasien


2.1.1. Orang Tanpa Gejala
OTG adalah seseorang yang tidak bergejala tapi
berisiko telah tertular virus corona dari pasien
Covid-19. Selain itu, OTG memiliki kontak erat
dengan kasus positif Covid-19. (Gambar 2.1).

Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan


kontak fisik atau berada dalam ruangan atau
berkunjung (dalam radius 1 meter dengan
kasus pasien dalam pengawasan atau kon­
firmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala. Termasuk kontak erat adalah:
•• Petugas kesehatan yang memeriksa, me­
rawat, mengantar dan membersihkan
ruang­­an di tem­pat perawatan kasus tanpa
menggunakan APD sesuai standar;
•• Orang yang berada dalam suatu ruangan
yang sama dengan kasus (termasuk tempat
kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala hingga 14 hari
setelah kasus timbul gejala;
•• Orang yang bepergian bersama (radius 1
meter) dengan segala jenis alat angkut/ ken­
daraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala.

7
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 2.1. Status Pasien COVID-19.


OTG ODP PDP
KeMenkes RI Maret 2020. PPPI COVID-19 Rev-03

Tanpa Gejala Tanpa Awal Pneumonia Inflamasi berat

Sehat Mulai 4-7 8-12 Meninggal


Gejala Hari Hari

Virus bereplikasi di nasofaring Virus bereplikasi dan berikatan Peningkatan respons imun Inflamasi sistemik tidak
inkubasi virus 3-14 (median 5) hari dg reseptor ACE2 di organ pejamu terkendali Badai sitokin.

Pasien tiada gejala Demam, batuk kering, pilek, nyeri Demam persisten, sesak, ARDS, Sepsis, Miokarditis
tenggorokan, sakit kepala, sakit hipoksemia, Temuan Radiologi Gagal multi organ
otot, mual, diare. kelainan paru

PCR dan Ag mungkin positif Ab PCR dan AG positif titer tertinggi, PCR dan AG positif titer tertinggi, PCR dan Ag masih positif
(IgM, IgG) negatif Ab IgM mungkin mulai positif Ab IgM mungkin mulai positif Ab IoM masih positif
hari 3-6 biasa masih negatif hari 3-6 biasa masih negatif IgG meningkat

Sumber: Kemenkes RI. PPPI COVID-19

2.1.2. Orang Dalam Pemantauan


Orang yang mengalami demam (≥38ºC) atau
riwayat demam; atau gejala gangguan sistem
pernafasan seperti pilek/sakit tenggorokan/
batuk DAN tidak ada penyebab lain ber­
dasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal
di negara/wilayah yang melaporkan transmisi
lokal (Gambar 2.1).

Orang yang mengalami gejala gangguan


sistem pernafasan seperti pilek/ sakit teng­
gorok­an/ batuk DAN pada 14 hari terakhir se­
belum timbul gejala memiliki riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi COVID-19.

2.1.3. Pasien Dalam Pengawasan


Orang dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) yaitu demam (≥38ºC) atau riwayat demam;

8
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

disertai salah satu gejala/ tanda penyakit per­


napasan seperti batuk/ sesak nafas/ sakit teng­
gorokan/ pilek/ pneumonia ringan hingga
berat DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal
di negara/ wilayah yang melaporkan transmisi
lokal (Gambar 2.1).

Orang dengan demam (≥38ºC) atau riwayat


demam atau ISPA DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi COVID-19.

Orang dengan ISPA berat/ pneumonia berat


yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.

Catatan:

•• Saat ini, istilah suspek dikenal sebagai pasien dalam


pengawasan.
•• Perlu waspada pada pasien dengan gangguan sistem
kekebalan tubuh atau imunokompromais karena
gejala dan tanda menjadi tidak jelas.
•• Negara/ wilayah yang melaporkan transmisi lokal
dapat dilihat melalui situs http://infeksiemerging.
kemkes.go.id.
•• ISPA berat atau pneumonia berat adalah:
»» Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau
dalam pengawasan infeksi saluran nafas, ditam-
bah satu dari:
•• Laju nafas lebih dari 30x/menit;
•• Distres pernafasan berat;
•• Saturasi oksigen (SPO2) kurang dari 90% pada
udara kamar.

9
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

»» Pasien anak dengan batuk atau kesulitan berna-


fas, ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
•• Sianosis sentral atau saturasi oksigen kurang
dari 90%;
•• Distres pernafasan berat (seperti mendengkur,
tarikan dinding dada yang berat);
•• Tanda pneumonia berat: ketidakmampuan me­
nyusu atau minum, penurunan kesadaran, atau
kejang;
•• Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding
dada, takipneu
< 2 bulan : lebih atau sama dengan 60x/ menit.
2-11 bulan : lebih atau sama dengan 50x/ menit.
1-5 tahun : lebih atau sama dengan 40x/ menit.
5 tahun : lebih atau sama dengan 30x/ menit.

2.1.4. Kasus Konfirmasi


Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil
pemeriksaan tes positif melalui pemeriksaan
PCR.

2.2 Pengelompokan Pasien


Berdasarkan Tingkat
Keparahan
Pengelompokan pasien berdasarkan tingkat
ke­
parahan dibuat dengan memberikan kode warna,
seperti pada Gambar 2.2.

10
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 2.2 Pengelompokkan Pasien Dan Ruang


Isolasi Berdasarkan Tingkat Keparahan

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Kriteria Klinis Covid


Berdasarkan Severity Level.[Presentasi]. Bandung: Dinkes Provinsi Jabar; 2020.

2.2.1. Covid Biru


ODP dan OTG.

2.2.2. Covid Hijau


1. ODP dengan komorbid.
2. Kasus konfirmasi tanpa gejala.
3. PDP ringan atau kasus konfirmasi COVID-19
gejala ringan.
4. Pneumonia ringan (laju nafas kurang dari 24x/
menit) dengan rontgen thorax pneumonia.
•• Saturasi oksigen lebih dari 95% tanpa ban­
tuan oksigen.
•• TIngkat kesadaran penuh (compos mentis).
•• Tekanan darah sistol lebih dari 100 mmhg
tanpa terapi.
5. PDP ringan atau kasus konfirmasi COVID-19
gejala ringan khusus anak tanpa pneumonia,
dari pemeriksaan fisik tanpa ronchi dan tidak
ada tanda pneumonia dari rontgen thorax.
•• Laju nafas 0 - 2 bulan 30-60 x/ menit.
2 - 1 tahun 30-50x/ menit.
1 - 5 tahun 20-40x/ menit.
•• Tidak ada retraksi interkostal, suprasternal,
epigastrik dan pernafasan cuping hidung.

11
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

2.2.3. Covid Kuning


PDP sedang (dewasa dan anak) atau kasus
konfirmasi COVID-19 klinis sedang.
1. Dengan pneumonia tanpa ancaman gagal
nafas.
2. Saturasi oksigen lebih dari 90% dengan ban-
tuan oksigen melalui hidung 5 liter/ menit.
3. Tingkat Kesadaran penuh (Compos Mentis).
4. Tekanan darah dengan rerata tekanan ar-
teri/ Mean Arterial Pressure (MAP) lebih dari
65 mmHg tanpa terapi.

2.2.4. Covid Merah


1. PDP berat/kasus konfirmasi COVID-19 klinis
berat, yaitu:
•• Laju nafas lebih dari 30x/menit.
•• Saturasi oksigen kurang dari 93% de­
ngan masker berkatup satu arah/ Non
Rebreather Mask (NRM) atau kanula
hidung dengan aliran udara tinggi/ High
Flow Nasal Cannula (HFNC) selama 30
menit.
•• Laju jantung lebih besar dari 120x/menit.
2. Pneumonia berat dengan ancaman gagal
nafas dan membutuhkan ventilasi meka­nik.
atau saturasi dibawah 90% dengan NRM
atau HFNC.
3. Gangguan hemodinamik disertai kegaga-
lan sirkulasi/ Acute Respiratory Distress Syn-
drome (ARDS), dengan rerata tekanan arteri
kurang dari 65 mmHg, atau penurunan ke-
sadaran, atau ada tanda sepsis/ syok sepsis.

12
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

2.3 Ruang Isolasi Berdasarkan


Tingkat Keparahan
Pengelompokkan ruang isolasi berdasarkan ting­
kat keparahan ditandai dengan kode warna seperti
pada Gambar 2.2.

2.3.1. Covid Biru


Ruang biasa tanpa perlakuan khusus.

2.3.2. Covid Hijau


Ruang isolasi dengan pertukaran udara 12
Air Change per Hour (ACH). Kondisi ini dapat
dicapai dengan ruangan yang memiliki ventilasi
atau jendela yang cukup besar sehingga udara
dapat masuk dan terasa menyentuh wajah.

2.3.3. Covid Kuning


Ruang isolasi dengan pertukaran udara lebih
besar dari 12 ACH dan tekanan negatif. Kondisi
ini dapat dicapai dengan memasang filter
HEPA.

2.3.4. Covid Merah


Ruang isolasi Intensif dengan tekanan negatif
disertai filter HEPA.

Referensi
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Revisi ke-4. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pencegahan Pengendalian Penyakit; Maret 2020
2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Kriteria Klinis Covid Berdasar-
kan Severity Level.[Presentasi]. Bandung: Dinkes Provinsi Jabar; 2020.

13
3

PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
INFEKSI
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

World Health Organization (WHO) mengeluarkan


pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi yang
diadaptasi dari pedoman pencegahan dan pengen­
dalian infeksi saat terjadi kasus MERS-CoV (Middle
East respiratory syndrome coronavirus). Berdasarkan
langkah langkah yang dilakukan di China serta bebe­
rapa negara yang pada Desember 2019 dan awal tahun
2020, WHO melakukan pembaruan rekomendasi ter­
hadap beberapa panduan. Panduan-panduan ter­
sebut ditujukan kepada semua sektor di masyarakat,
pelayanan kesehatan bahkan individu. Untuk membuat
strategi dan protokol yang akan diterapkan di PMN RS
mata Cicendo, dibentuk satuan tugas penanggulangan
COVID-19. Beberapa strategi dan protokol di PMN RS
Mata Cicendo berikut dibuat berdasarkan protokol WHO,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Organisasi
Profesi, publikasi terbaru, dengan menggunakan
beberapa modifikasi untuk menyesuaikan situasi dan
kekhususan dalam pelayanan di Rumah Sakit.

3.1 Satuan Petugas Penanggu­


langan COVID-19 di PMN
RS Mata Cicendo
3.1.1. Susunan Tim
1. Ketua : dr. Angga Fajriansyah, SpM.
2. Sekretaris : Muhammad Iqbal Nasrulloh, S.Kep.
3. Tim Pemeriksa:
1) dr. Maria Goretti Ametembun, Sp.PD.,FINASIM;
2) dr. Teguh Wardhana, Sp.PD.
3) dr. Lily Cahyani Tandililing, Sp.A.

15
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

4. Anggota:
•• Seluruh Ketua Kelompok Staf Medis.
•• Seluruh Kepala Bidang/Bagian.
•• Seluruh Kepala Instalasi.
•• Koordinator Kendaraan.
•• Koordinator Keamanan.

Tugas Tim:
1. Merumuskan strategi pencegahan dan pen-
gendalian COVID-19 di PMN RS Mata Cicendo.
2. Melakukan kontrol administratif, kontrol ling­­
kungan dan penggunaan APD yang tepat.
3. Melakukan komunikasi dan koordinasi ber-
jenjang baik internal maupun eksternal da-
lam pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID-19.

3.1.2. Keanggotaan dan Tugas


1. Ketua Kelompok Staf Medis
a. Memperpanjang durasi waktu kontrol
serta memberikan resep obat dengan
durasi 2 minggu sampai dengan 1 bulan
(sesuai indikasi).
b. Tidak melakukan atau mengurangi pe­
me­­riksaan direct ophthalmoscopy.
c. Membersihkan/ mendisinfeksi barrier untuk
pemeriksaan lampu celah.
d. Melakukan komunikasi seminimal mung­kin
saat pemeriksaan lampu celah dan meng­­
informasikan hal yang sama kepada pasien.
e. Memakai Alat Pelindung Diri saat meme­
riksa pasien.
f. Mengganti kertas dudukan dagu lampu
celah pada setiap pasien.

16
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

2. Kepala Bagian/ Bidang dan Instalasi


Memastikan diri dan seluruh pegawai:
a. Menjaga kesehatan dan lingkungan de­
ngan istirahat yang cukup dan meng­
konsumsi makanan bergizi dan tidak
merokok;
b. Mengurangi kegiatan lembur;
c. Membatasi bepergian ke tempat umum
sesudah bekerja;
d. Selalu menjaga kebersihan sepanjang
hari, sepulang dari rumah sakit dan se­
sampainya di rumah langsung cuci tangan,
mengganti baju dari rumah sakit dan
mandi;
e. Bekerjasama dalam mempercepat waktu
tunggu pasien di rumah sakit;
f. Wajib segera membersihkan alat-alat
pe­me­riksaan/ diagnostik dengan meng­
guna­kan alkohol/ cairan disinfektan lain
setelah dipakai;
g. Memakai alat pelindung diri jika diperlu­
kan saat memeriksa pasien;
h. Proaktif saat melihat ada pasien batuk/
bersin langsung diedukasi dan me­wajib­
kan penggunaan masker;
i. Pasien dengan gejala batuk/ bersin/ de­
mam, dipercepat/ didahulukan/ langsung
dirujuk;
j. Meningkatkan frekuensi cuci tangan;

3. Koordinator Keamanan
Mem­­ berikan instruksi dan edukasi kepada
anggota Satuan Keamanan (Satpam):

17
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

a. Satpam wajib melakukan pemeriksaan


suhu dengan thermal gun;
b. Satpam menginformasikan: Anak kecil
di­
bawah 14 tahun dilarang untuk ikut
meng­ antar pasien, kecuali yang akan
berobat;
c. Menanyakan kepada pasien yang datang
apakah sedang mengalami batuk, pilek,
gang­guan pernafasan, demam atau sehabis
pulang dari kota episentrum baik di dalam
maupun luar negeri;
d. Jika terdapat salah satu jawaban ‘YA’ wajib
melaporkan kepada DOKTER di Instalasi
Gawat Darurat (IGD).
4. Koordinator Kendaraan
Memberikan instruksi kepada sopir:
a. Menyiapkan kendaraan dan prasarananya
sesuai kebutuhan bila ada pasien yang
mes­ti dirujuk, berkoordinasi dengan pe­
tugas jaga IGD;
b. Memastikan Kendaraan yang tersedia
layak pakai;
c. Memastikan pasien diantar dan dijemput
sesuai tujuan, aman dan sampai ke tempat
tujuan.

3.1.3. Alur Pelaporan


Kasus yang ditemukan baik OTG,ODP, PDP, dan
kasus konfirmasi dilaporkan berjenjang kepada
Dinas Kesehatan Kota Bandung sebagai oto­
ritas wilayah, juga kepada Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia sebagai otoritas kepemi-
likan secara langsung. Alur pelaporan dapat di-
lihat pada Gambar 3.1.

18
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 3.1 Alur Pelaporan Internal dan


Eksternal Rumah Sakit

Sumber: PMN RS Mata Cicendo

3.2 Strategi Dalam Pencegahan


dan Pengendalian Infeksi
3.2.1. Kebersihan Tangan dan Pernafasan
a. Meningkatkan frekuensi cuci tangan, kepada
pengunjung dan seluruh karyawan.
b. Walaupun petugas telah menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD), tindakan cuci ta­
ngan harus selalu dilakukan sesuai aktivitas
yang dilakukan.
c. Mengajarkan dan melakukan etika batuk
dan bersin dengan benar.
d. Penggunaan APD tidak mengurangi ke­
harusan untuk melakukan cuci tangan.

19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

e. Meningkatkan jadwal membersihkan area


Rumah Sakit sesuai dengan zona risiko.

3.2.2. Memastikan Identifikasi awal dan


Pengen­dalian Sumber Infeksi
a. Triase dilakukan untuk deteksi dini pasien
dalam pengawasan COVID-19.
b. Secara terperinci melakukan penilaian ke-
pada pasien menggunakan formulir untuk
memastikan tidak terdapat tanda dan ge-
jala yang mencurigakan ke arah COVID-19
ataupun riwayat kontak dan perjalanan dari
daerah episentrum COVID di dalam mau-
pun luar negeri.
c. Beberapa gejala yang wajib ditanyakan dan
dideteksi dari pasien dan pengunjung yaitu
demam, batuk, kesulitan bernafas, ganggu-
an di tenggorokan, diare, nyeri otot, mata
merah, sakit kepala penyakit penyerta, ri-
wayat penyakit terdahulu.

3.2.3. Menerapkan Pengendalian


administrasi
a. Meminimalkan kontak antar karyawan mau­
pun kontak antara karyawan dan pengun-
jung.
b. Mengatur dan menjadwal ulang kehadiran
karyawan dengan membuat jadwal ker-
ja dari rumah dan bekerja di kantor, tanpa
mengganggu jalannya pelayanan Rumah
Sakit.
c. Mengurangi perjalanan dinas keluar Rumah
Sakit ataupun keluar daerah selama pan-
demi COVID-19.

20
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

d. Mengubah beberapa sistem, seperti per­


temu­an dan rapat melalui daring.
e. Memberikan informasi dan edukasi kepada
karyawan tentang faktor risiko, cara mence-
gah penularan, protokol APD, dan hal lain
yang berhubungan dengan pencegahan
dan pengendalian infeksi COVID-19.
f. Memberikan pelatihan kepada karyawan
ten­
tang alat perlindungan diri sesuai de­
ngan tugas pokok dari masing masing
karyawan.

3.2.4. Pengendalian dan Keamanan Tempat


Kerja
a. Membuat prosedur yang aman dan efektif
untuk mengurangi durasi, frekuensi dan
intensitas terhadap kemungkinan paparan
COVID-19.
b. Mempersiapkan sarana prasarana untuk
meningkatkan kebersihan individu dan area
bekerja, misalnya menambah ketersediaan
alkohol 70% dan tisu serta disinfektan.
c. Menerapkan dan memantau semua pro-
tokol yang telah dibuat terkait pandemi
COVID-19.

21
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

3.3 Stratifikasi Tingkatan Peng­


gunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada Tiap petugas
Medis dan Karyawan
3.3.1. Tingkatan Penggunaan APD menurut
WHO dan Pedoman Kementerian
Kesehatan
a. Tingkat pertama
•• Untuk tenaga kesehatan dan karyawan
yang bekerja dimana kegiatannya tidak
menimbulkan risiko tinggi, tidak me­nim­
bulkan aerosol.
•• APD yang dipakai: masker bedah
(Gambar 3.2.a).

b. Tingkat kedua
•• Untuk tenaga kesehatan dan karyawan
yang bertugas di ruang perawatan pasien
(dokter, apoteker, perawat, petugas gizi dan
petugas laboratorium dan radiografer, te­
naga administrasi). APD yang dipakai ada­
lah masker bedah, kacamata pelin­dung/
pelindung wajah, penutup kepala, gaun/
baju scrub khusus RS dan sarung tangan
sekali pakai.
•• Untuk tenaga kesehatan dan karyawan
yang bertugas di ruang rawat jalan/ elek­
tro­
diagnostik, APD yang dipakai adalah
masker bedah, kacamata pelindung/ pe­
lindung wajah, scrub gown khusus RS
(Gambar 3.2.b.).

22
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Jika akan melakukan pengambilan sampel


baik di laboratorium maupun di ruang
klinik rawat jalan maka APD yang dipakai
adalah sarung tangan sekali pakai, masker
bedah, kacamata pelindung/ pelindung
wajah, scrub gown khusus RS
•• Untuk petugas kebersihan di area rawat
inap dan klinik rawat jalan, APD yang dipakai
adalah sarung tangan sekali pakai, masker
bedah, kacamata pelindung/ pelindung
wajah, gaun/baju khusus ± apron.

c. Tingkat ketiga
•• Untuk tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan bedah yang menimbulkan aero­
sol; APD yang dipakai adalah Masker N95,
kacamata pelindung/ pelindung wajah
sarung tangan bedah, penutup kepala,
gaun penutup seluruh tubuh (termasuk
menutupi sepatu)
•• Untuk tenaga kesehatan, karyawan dan
pe­tugas kebersihan yang bekerja kontak
langsung dengan pasien yang dicurigai
atau sudah konfirmasi COVID-19; APD
yang dipakai adalah Masker N95, kaca­
mata pelindung/ pelindung wajah, sarung
tangan bedah, penutup kepala, gaun pe­
nutup seluruh tubuh (termasuk menutupi
sepatu).

23
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 3.2 Tingkatan APD menurut WHO dan


Kemenkes yaitu tingkat pertama (a), tingkat kedua,
(b), tingkat ketiga (c)

(a) (b)

(c)

Sumber: dokumentasi PMN RS Mata Cicendo (a) dan gugus tugas percepatan
penanganan COVID-19 (b dan c)

24
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

3.3.2. Tingkatan Penggunaan APD di PMN


RS mata Cicendo pada pandemi
COVID-19 Berdasarkan risiko
paparan
a. Tingkat Pertama
•• APD tingkat pertama digunakan oleh
kasir loket, petugas keamanan, karyawan
lain yang tidak kontak dengan pasien,
petugas kebersihan diluar area pelayanan.
•• Jenis APD yang digunakan adalah masker
kain/ masker bedah, baju kerja, dan sepatu
tert (Gambar 3.3).

b. Tingkat Kedua
•• APD tingkat kedua digunakan oleh pe­
tugas admisi, petugas optik dan far­masi,
petugas pendaftaran, petugas poliklinik
reguler, LASIK, eksekutif, Ruang rawat
inap, petugas depo farmasi reguler mau­
pun eksekutif.
•• APD tingkat kedua terdiri dari penutup
kepala, kacamata pelindung/ pelindung
wajah, masker bedah, sarung tangan
latex, baju kerja, dan sepatu tertutup
(gambar 3.3).

c. Tingkat Ketiga
•• APD tingkat ketiga digunakan oleh
petugas IGD dan kamar bedah dengan
tindakan pada pasien tanpa infeksi
saluran nafas, petugas laboratorium yang
mengambil spesimen non-respiratori dari
pasien suspek/ terkontaminasi, petugas
radiologi yang menangani pasien suspek/

25
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

terkonfirmasi, petugas Central Sterille


Supply Department (CSSD) yang me­­na­­
ngani instrumen pasien suspek/ ter­kon­
firmasi, petugas kebersihan, di ruang isolasi
dan kohorting, dan pe­ tugas pencucian
linen di unit binatu instalasi CSSD.
•• APD tingkat ketiga terdiri dari penutup
kepala, kacamata pelindung/ pelindung
wajah, masker bedah, sarung tangan
bedah, baju kerja, gaun/ apron, dan alas
kaki tertutup (gambar 3.3).

d. Tingkat Keempat
•• APD tingkat keempat digunakan oleh
petugas kamar bedah dengan tindakan
pada pasien infeksi saluran nafas/ suspek/
terkonfirmasi, tenaga kesehatan di ruang
isolasi dan kohorting, petugas labo­ ra­
to­
rium pemeriksa spesimen respiratori
pasien suspek/ terkonfirmasi.
•• APD ini terdiri dari penutup kepala,
kaca­­
mata pelindung/ pelindung wajah,
masker N95, sarung tangan bedah, baju
kerja + APD yang menutup seluruh tubuh,
dan alas kaki/ sepatu bot (gambar 3.3).

26
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 3.3 Tingkat APD di PMN RS Mata Cicendo

TINGKAT PERTAMA
TINGKAT KEDUA

Sumber: Dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

27
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 3.3 Tingkat APD di PMN RS Mata Cicendo

TINGKAT KETIGA
TINGKAT KEEMPAT

Sumber: Dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

28
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

3.4 Protokol Pemakaian dan


Pelepasan APD pada Pe-
meriksaan PDP/ Pasien
COVID-19 Positif
3.4.1. Protokol Pemakaian APD
a. Tidak menggunakan perhiasan, jam tangan,
tidak membawa telepon seluler dan alat tulis.
b. Pakai baju RS/ baju scrub di ruang ganti dan
sepatu bot.
c. Masuk ke ruang antara (sebelum ruang iso-
lasi), bersama dengan rekan satu anggota
tim.
d. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO.
e. Pergunakan sarung tangan bedah.
f. Pergunakan gaun sekali pakai (disposable
gown).
g. Kenakan Masker N95.
h. Pakai kaca pelindung/ pelindung wajah.
i. Kenakan penutup kepala dan leher.
j. Kenakan apron tahan air sekali pakai (dis-
posable waterproof apron).
k. Kenakan sarung tangan bedah lapisan ke dua.

3.4.2. Protokol Pelepasan APD


a. Selalu melepas APD dengan pemantauan
supervisor/ rekan. Kontainer khusus sam-
pai infeksius harus selalu tersedia. Sediakan
kontainer terpisah untuk benda yang dapat
dipakai ulang.
b. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO
pada tangan yang terbungkus sarung tangan.

29
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

c. Lepas apron, dari leher arahkan apron ke­


depan, tidak menyentuh sisi depan apron,
lepas ikatan apron.
d. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO pa­
da tangan yang terbungkus sarung tangan.
e. Lepaskan lapisan terluar sarung tangan.
f. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO
pada tangan yang terbungkus sarung tangan.
g. Lepaskan penutup kepala dan leher. Usa­ha­­
kan tidak menyentuh wajah. Melepas di­
mulai dari bawah.
h. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO
pada tangan yang terbungkus sarung tangan.
i. Lepaskan gaun dengan cara melepas ikat­
an, kemudian arahkan bagian belakang ke
depan, dan buang dengan hati hati.
j. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO pa­
da tangan yang terbungkus sarung tangan.
k. Lepaskan pelindung mata, dengan cara me­
megang tali kacamata pelindung/ pelin­dung
wajah dari belakang kepala.
l. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO
pada tangan yang terbungkus sarung tangan.
m. Lepaskan masker dari belakang kepala. Per-
tama adalah tali bagian bawah terlebih da-
hulu, biarkan tali menggantung, kemudian
lepas tali paling atas.
n. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO
pada tangan yang terbungkus sarung tangan.
o. Lepaskan sepatu bot tanpa menyentuh
sepatu.
p. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO
pada tangan yang terbungkus sarung tangan.

30
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

q. Lepaskan perlahan sarung tangan.


r. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO
pada tangan.

3.5 Prosedur Penggunaan


Mas­ker N95 Secara
Rasional di PMN RS Mata
Cicendo
3.5.1. Prosedur Menggunakan Masker
respirator/ N95
a. Pegang masker N95 di bagian kawat di atas
hidung dengan jari telunjuk.
b. Posisikan Masker N95 pada area hidung mu-
lut.
c. Tali masker bagian atas dilingkarkan ke
kepala, tangan tetap memegang masker.
d. Tali masker bagian bawah dilingkarkan ke
kepala sejajar bagian bawah telinga, tali atas
dan bawah tidak saling menyilang.
e. Letakkan telapak pada sisi depan masker
N95, coba hembuskan nafas dengan ken-
cang, untuk mengecek apakah masker su-
dah cukup ketat, atau ada udara yang terasa
di kulit wajah di luar area masker.
f. Jika terasa ada kebocoran, atur bagian kawat
di atas hidung, atur kembali tali masker
sampai tidak ada lagi kebocoran.
g. Jika langkah diatas telah diikuti, namun ma-
sih terdapat kebocoran, ganti masker N95
dengan ukuran lain/ model lain.

31
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

h. Pada petugas pria, diharapkan memper­


timbangkan keadaan klimis dari kumis
dan janggut karena mengganggu fungsi
masker N95.

3.5.2. Prosedur Melepas Masker N95


a. Lepaskan tali bagian bawah masker N95 ke
arah depan, biarkan menggantung tanpa
me­nyentuh sisi depan masker.
b. Lepaskan tali bagian atas masker N95 kearah
depan, tanpa menyentuh sisi depan masker,
langsung buang ke dalam kontainer infek­
sius, atau kontainer khusus jika ingin dipakai
ulang.
c. Lakukan cuci tangan sesuai standar WHO.

3.6 Prosedur Penyimpanan


dan Pemakaian Ulang
Masker N95
Ketersediaan masker N95 dapat kurang optimal
selama pandemi sehingga dibuat rekomendasi peng­
gunaan masker N95 yang diperpanjang atau diulang
untuk melindungi tenaga kesehatan di area/ aktivitas
risiko tinggi dari bahaya paparan dari virus COVID-19.

Penggunaan masker N95 yang diperpanjang


(extended use) adalah ketika masker N95 dipakai saat
menangani lebih dari satu pasien
infeksius, tanpa melepas masker di
antara satu pasien dengan pasien
lain. Misalnya dipergunakan saat
di ruang bangsal rumah sakit,

32
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

sedangkan penggunaan ulang (reuse) adalah meng­


gunakan satu masker saat menangani pasien kemudian
dilepas (doffing) setelah menangani pasien, dan di­
pergunakan lagi saat memeriksa pasien dihari lain.

Syarat penggunaan ulang masker N95:


1. Dipergunakan oleh tenaga medis yang sama.
2. Kondisi masker N95, tidak basah dan masih laik
pakai (tali masih baik, masker tidak bocor).
3. Masker tidak terkontaminasi darah, sekret nasal
dan cairan tubuh pasien.
4. Masker yang digunakan pada tindakan aerosol ti-
dak disarankan untuk dipakai ulang.
5. Penggunaan masker N95 yang disertai peng­
gunaan pelindung wajah (face shield) membantu
mengurangi kontaminasi.
6. Jumlah berapa kali boleh menggunakan ulang
masker N95 ditentukan berdasarkan instruksi
penggunaan dari masing masing produsen mask-
er atau ditentukan oleh institusi.
7. Jika produsen masker tidak spesifik menyebutkan
berapa kali dapat dipergunakan ulang, maka ba-
tas maksimal yang disarankan adalah tidak lebih
dari 5 kali pakai.
8. Masker N95 yang dipakai ulang harus dilakukan
pemrosesan sterilisasi ulang masker. Proses ster-
ilisasi ulang dapat dilakukan dengan pemanasan
kering, ataupun pemanasan basah. Pemanasan
kering menggunakan suhu 700 celcius selama 30
menit pada oven laboratorium atau alat penger-
ing, sedangkan sterilisasi ulang dengan pemana-
san basah dilakukan dengan menggunakan uap
air yang mendidih selama 10 menit dalam oven
laboratorium atau alat pengering.

33
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

9. Jarak menggunakan ulang masker N95 setelah


dipakai adalah 5 hari, bila harus menggunakan
masker pakai ulang kurang dari 5 hari, maka diha-
ruskan memiliki lebih dari 1 masker N95.
10. Tempat menyimpan masker adalah kantong ker-
tas yang terdapat lubang lubang kecil untuk satu
masker N95, diberi nama petugas agar tidak ter-
tukar, tanggal pemrosesan, dan sisi depan atau
belakang.
11. Lemari tempat menyimpan kantong kertas yang
berisi masker pakai ulang harus kering dan sering
dibersihkan.
12. Ada pelatihan tambahan untuk petugas medis,
bagaimana menggunakan, melepas dan meng-
gunakan masker pakai ulang.
13. Institusi memusnahkan masker yang sudah ter-
kontaminasi ataupun rusak.

Metode sterilisasi masker N95 pakai ulang


yang tidak disarankan adalah:
1. Menggunakan ethylene oxide karena bersifat tok­
sik kepada pengguna.
2. Menggunakan microwave karena pengaturan suhu
yang tidak terstandar dan masker dapat mencetus
kebakaran.
3. Sinar Ultraviolet (UV) karena diperlukan pema­paran
sinar dengan ukuran tertentu dan sulit memastikan
seluruh permukaan telah terpapar sinar UV.
4. Menggunakan tisu sanitasi.

34
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

3.7 Prosedur Pembersihan dan


disinfeksi di Lingkungan
PMN RS Mata Cicendo
3.7.1. Prosedur Pencegahan Infeksi bagi
Petugas Kebersihan
a. Melakukan cuci tangan menggunakan alko-
hol 70%.
b. Menggunakan apron sekali pakai.
c. Menggunakan masker bedah di area pe­
layan­ an pasien. Gunakan sesuai dengan
atur­an (tali diikatkan di posisi tengah kepa-
la, tali bawah diikatkan sejajar bagian bawah
telinga, pengikat tidak saling menyilang;
masker menutupi mulai dari hidung sam-
pai sisi bawah dagu). Tidak menyentuh atau
memperbaiki masker sampai dengan wak-
tunya melepas masker.
d. Menggunakan kacamata pelindung/ pelin­
dung wajah.
e. Menggunakan sarung tangan lateks atau
vinil.
f. Jika terdapat tumpahan/kontaminasi cairan
tubuh, diharuskan menggunakan gaun pe-
nutup tubuh sekali pakai.

35
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 3.4 Petugas Kesling Memakai APD dan


melakukan penyemprotan disinfektan

Sumber: dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

3.7.2. Prosedur Membersihkan dan dis­


infeksi pada permukaan barang.
Membersihkan adalah melakukan pembersihan
bagian yang kotor, termasuk mikroorganisme
dari permukaan. Pembersihan tidak otomatis
membunuh mikroorganisme, namun dapat me­­­
ngurangi jumlah dan risiko penularan. Dis­­­infeksi
adalah proses menggunakan bahan kimia dis­
infektan untuk membunuh mikroorganisme
dari permukaan.

36
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

3.7.2.1. Membersihkan dan Disinfeksi Barang


dengan Permukaan Keras
a. Melakukan terlebih dahulu pembersihan
menggunakan bahan detergen.
b. Melakukan disinfeksi menggunakan bahan
disinfeksi yang telah disetujui untuk dis­
infeksi Sar-Cov 2 oleh badan EPA US (United
State Environmental Protection Agency)
misal­­nya hydrogen chloride, hydrogen pe­
roxide, dan chlorine peroxide.
c. Mengikuti tiap aturan pada masing-
masing bahan disinfektan seperti jumlah
konsentrasi, cara mengencerkan, metode
pengaplikasi­an, dan waktu penggunaan.
d. Frekuensi pembersihan dan disinfeksi ber­
gantung kepada seberapa sering per­muka­
an tersebut disentuh (misalnya gagang pintu,
kursi tunggu pasien, wastafel, pagar pada
ranjang pasien, sering tersentuh sehingga
dapat lebih sering dilakukan tindakan pem-
bersihan dan disinfeksi). Sementara lantai,
langit-langit ataupun dinding dapat dilaku-
kan lebih berjarak waktunya.

3.7.2.2. Membersihkan dan disinfeksi Barang


dengan Permukaan Lembut/ Linen
a. Linen yang telah terkontaminasi darah/
cairan tubuh pasien, ditempatkan di kon-
tainer/ kantung khusus sehingga tidak ter-
buka saat dipindahkan.
b. Cukup dengan satu lapis kantong untuk
menampung linen yang terkontaminasi.
c. Untuk ruangan isolasi persediaan APD dan
linen ditempatkan di luar ruangan isolasi

37
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

(misalnya ruang ganti khusus). Tersedia tro-


li khusus untuk pengantaran APD, disertai
daftar rincian persediaan dan penggunaan.
d. Hindari mengatur memisahkan linen di area
rawat pasien. Minimalkan kontak, jika tidak
ada kotoran besar, langsung ditempatkan di
kontainer/ kantung, dan dibawa langsung
ke unit binatu.
e. Cuci dan keringkan linen sesuai dengan pro-
tap. Lakukan siklus hot-water laundry cycles,
menggunakan detergen atau dis­ infektan
dalam air dengan suhu 70°C minimal sela-
ma 25 menit. Pada temperatur kurang dari
70° C, pilih bahan detergen dengan konsen-
trasi yang sesuai.

3.7.2.3. Membersihkan dan disinfeksi alat


elektro­diagnostik
Alat elektrodiagnostik sangat sensitif terhadap
perlakuan, dan mudah rusak jika tidak berhati-
hati dalam membersihkannya. Hal yang perlu
dilakukan dalam membersihkan alat elektro­
diagnostik adalah:
a. Cara membersihkan dilakukan sesuai de­
ngan instruksi masing masing manufaktur;
b. Jika tidak ada instruksi khusus pembersi-
han, maka dapat menggunakan semprotan
alkohol 70%. Kemudian pastikan kering, un-
tuk mencegah genangan cairan;
c. Peralatan yang dipakai oleh pasien, harus
dibersihkan sebelum dan sesudah dipergu-
nakan oleh pasien.

38
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

3.8 Prosedur Pemulasaran


jenazah pasien yang
diduga dan atau positif
terinfeksi COVID-19 di
PMN RS Mata Cicendo
a. Petugas kesehatan dan karyawan tetap
meng­­­indahkan kewaspadaan standar me­
nangani jenazah.
b. Petugas menggunakan APD lengkap, de­
ngan sarung tangan panjang dan gaun
panjang kedap air.
c. Keluarga menggunakan APD lengkap jika
ingin melihat Jenazah, sebelum dimasuk-
kan ke dalam kantong jenazah.
d. Jenazah terbungkus seluruhnya dalam
kan­tong sebelum dipindahkan ke kamar
Jenazah.
e. Dilakukan pembungkusan ulang meng­
gunakan bahan kedap air untuk mencegah
kontaminasi.
f. Jenazah tidak disuntik pengawet dan tidak
boleh dibalsem.
g. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh
dibuka lagi.
h. Jenazah diantar oleh mobil khusus Jena­
zah, kurang dari 4 jam, terhitung sejak di­
semayam­kan di Pemulasaran Jenazah.
i. Jika diperlukan pemeriksaan post-mortem,
harus memperhatikan keadaan ruangan.
APD lengkap harus dipergunakan untuk

39
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

mencegah kontaminasi, termasuk tidak


diperbolehkan adanya kipas angin ataupun
ventilasi ruangan umum saat melakukan
tindakan.
j. Komunikasi secara terbuka kepada keluarga
atau pemuka agama untuk menghindari
kesalahpahaman dalam melakukan standar
khusus pelayanan dalam pandemi COVID-19.

3.9 Prosedur bagi Dokter/


Karyawan dengan Riwayat
Kontak Positif Tanpa APD
Memadai
a. Kontak dengan pasien terduga COVID-19
tanpa APD memadai diminimalkan dengan
cara membuat alur khusus untuk pasien
terduga COVID-19 melalui unit khusus pena­
nganan COVID-19 di IGD.15
b. Kontak tidak terduga dapat terjadi bila pa-
sien lolos dari skrining awal tetapi kemudian
pasien diketahui terdiagnosis COVID-19.
c. Karyawan, petugas medis dan paramedis
dengan riwayat kontak positif tanpa APD
memadai akan menjalani pemeriksaan di
unit khusus penanganan COVID-19 di Insta-
lasi Gawat Darurat.
d. Langkah dan tindakan selanjutnya sesuai
dengan alur yang telah dijelaskan pada Bab V.

40
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

3.10 Pemantauan dan Evaluasi


Program pengendalian dan pencegahan infeksi
COVID-19 yang dijalankan akan dipantau oleh
satuan tugas, dan data-data pemantauan
akan dianalisis dan dievaluasi oleh instalasi pe­
nelitian PMN RS mata cicendo untuk meng­
hasilkan masukan dan saran terkait perubahan-
perubahan sistem yang dibutuhkan dalam
pengendalian dan pencegahan Covid-19.

Referensi
1. World Health Organization. COVID-19 Strategy Update. Diunduh dari:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/COVID-strate-
gy-update-14april2020.pdf?sfvrsn=29da3ba0_6
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Direktorat Jen-
deral Pencegahan dan pengendalian Penyakit. Maret 2020. Diun-
duh dari: https//www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/
COVID-19
3. American Academy of Ophthalmology. List of urgent and emergent
ophthalmic procedures. AAO. Diunduh dari https://www.aao.org/
headline/list-of-urgent-emergent-ophthalmic-procedures. Diakses
27 April 2020
4. ECDC. Rapid Risk Assessment: Coronavirus disease 2019 (COVID-19)
in the EU update. European Centre for Disease Prevention and Con-
trol. Diunduh dari: https://www.ecdc.europa.eu/en/publications-data/
rapid-risk-assessment-coronavirus-disease-2019-COVID-19-pandem-
ic-ninth-update.

41
4

PANDUAN PEMBERIAN
PELAYANAN
DI AKSES MASUK GEDUNG RUMAH
SAKIT, LOKET PENDAFTARAN DAN
RUANG TUNGGU
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

4.1 Akses Masuk Gedung


4.1.1. Tujuan
Melakukan deteksi awal terhadap pengunjung
rumah sakit/ klinik yang kemungkinan men­
derita gejala COVID-19.

4.1.2. Sumber Daya Manusia


a. Terdapat jumlah Sarana dan Prasarana yang
cukup dan terlatih disesuaikan dengan
banyaknya pe­ngunjung serta kompleksitas
kegiatan.
b. Pintu masuk harus memiliki minimal dua
petugas terlatih.

4.1.3. Sarana dan Prasarana


a. Tenda tempat tunggu untuk pengunjung
sebelum menuju pintu masuk, dimana di­
sediakan kursi yang masing-masing ber­
jarak 1 meter diantaranya. Tenda tempat
tung­gu terletak di halaman gedung B po-
liklinik re­guler (Gambar 4.1.a).
b. Akses gedung rumah sakit dibatasi men­
jadi 2 pintu masuk saja, pintu masuk untuk
karyawan yang terletak di lobi gedung A
poliklinik Eksekutif (Gambar 4.1.b), dan pin-
tu masuk untuk pasien yang terletak di lobi
gedung B poliklinik reguler (Gambar 4.1.b).
c. Alat pengukur suhu thermo gun minimal 2
buah di masing-masing pintu masuk (Gam-
bar 4.1.c).
d. Terdapat fasilitas cuci tangan dan sabun
cuci tangan (Gambar 4.1.d).
e. Terdapat tempat wawancara pasien oleh
petugas terlatih, minimal 2 meja dengan 1

43
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

petugas terlatih pada masing-masing meja.


Jumlah dapat disesuaikan dengan jumlah
pengunjung (Gambar 4.1.e dan 4.1.f)
f. Terdapat fasilitas sanitasi tangan (hand
sani­tizer) di setiap meja wawancara (Gam-
bar 4.1.c).
g. Alat pelindung diri tingkat pertama berupa
masker kain untuk petugas pemeriksa suhu
tubuh di pintu masuk. Alat pelindung ting-
kat kedua untuk petugas pewawancara pa-
sien di area pintu masuk.
h. Masker kain yang dipinjamkan kepada pe­
ngunjung yang tidak menggunakan masker.
i. Wadah berlapis plastik kuning untuk me­
nam­ pung pengembalian masker yang di­
pinjam pasien.
4.1. 4. Protokol Implementasi
1. Pintu masuk karyawan
•• Petugas bersiap di depan pintu masuk
lengkap dengan alat pelindung diri.
•• Karyawan yang datang harus mengguna­
kan alat pelindung diri tingkat pertama
berupa masker kain dan masuk melalui
pintu masuk khusus karyawan.
•• Di pintu masuk petugas akan me­ me­
riksa suhu tubuh setiap karyawan meng­
gunakan thermo gun.
•• Jika suhu tubuh normal atau kurang dari
38ºC, karyawan dapat memasuki gedung
sambil melakukan cuci tangan di tempat
yang disediakan.
•• Jika suhu tubuh 38ºC atau lebih, karyawan
diantar ke instalasi gawat darurat sebagai
pusat penanganan terduga COVID-19
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

44
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 4.1. Sarana dan Prasarana Pintu masuk


gedung PMN RS Mata

c d

b e f

(a) Cicendo.Tenda tunggu dan pintu masuk pasien, (b) pintu masuk karyawan,
(c) thermo gun dan alat sanitasi tangan, (d) tempat cuci tangan, (e dan f) meja
wawancara. Sumber: dokumentasi PMN RS Mata CIcendo

2. Pintu masuk pengunjung/ pasien


•• Petugas bersiap di tempatnya dan meng­
gunakan alat pelindung diri dengan ting­
kat yang sudah ditentukan diatas.

45
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Pengunjung/pasien yang datang diminta


menunggu di tenda tunggu yang ber­
lokasi di depan poliklinik gedung B dan
duduk di kursi yang disediakan tanpa
menggeser posisi kursi.
•• Pengunjung/ pasien dipanggil sesuai de­
ngan nomor urut.
•• Jika pengunjung/ pasien tidak meng­
guna­ kan masker, petugas akan me­
min­jam­kan masker kain yang telah
disediakan, dan dikembalikan pada tem­
pat yang sudah disediakan.
•• Pasien yang tidak dapat beraktivitas secara
mandiri hanya boleh ditemani oleh 1 orang
pengantar.
•• Pengunjung/ pasien diperiksa suhu tubuh­
nya oleh petugas, lalu mencuci tangan
ditempat yang sudah disediakan.
•• Jika suhu tubuh normal atau dibawah
38ºC, pengunjung/ pasien dipersilahkan
menuju meja wawancara untuk mengisi
formulir skrining COVID-19. Setelah
formulir terisi dan dianggap tidak ter­
duga COVID-19, pengunjung dipersilakan
me­­
nuju loket pendaftaran/ registrasi.
For­mulir skrining COVID-19 dibawa oleh
pengunjung untuk diserahkan ke­ pada
petugas registrasi/ admisi/ petugas lain­
nya yang terkait dengan kunjungannya.
•• Jika suhu tubuh 38ºC atau lebih, pe­
ngunjung/ pasien akan diantar ke IGD
sebagai pusat penanganan terduga
COVID-19 untuk diperiksa lebih lanjut.

46
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 4.2. Pemeriksaan suhu tubuh


di pintu masuk

Sumber: dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

4.2 Loket Pendaftaran


4.2.1. Tujuan
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID-19.
b. Memberikan pelayanan administrasi pada
pasien yang akan berobat.

4.2.2. Sumber Daya Manusia


a. Petugas pendaftaran yang dibatasi jum-
lahnya per hari.
b. Jumlah petugas pendaftaran disesuaikan
dengan banyaknya loket yang dibuka. Da-
lam kondisi pandemi jumlah loket yang buka
berkurang setengah dari kondisi biasa.

47
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 4.3. Loket Pendaftaran.

Sumber: dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

4.2.3. Sarana/prasarana
a. Loket pendaftaran terletak di gedung B
poliklinik reguler lantai 1.
b. Sekat akrilik di setiap meja pendaftaran.
c. Alat sanitasi tangan (hand sanitizer).

4.2.4. Protokol Implementasi


a. Petugas pendaftaran bersiap di tempatnya
dengan menggunakan alat pelindung diri
tingkat kedua.
b. Petugas akan memanggil pasien sesuai
dengan nomor antrian.
c. Tidak diperbolehkan adanya kerumunan di
depan loket pendaftaran.
d. Pasien yang belum dipanggil oleh petugas
pendaftaran duduk di kursi ruang tunggu
yang telah disediakan dan diberi jarak antar
kursi.

48
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

e. Setelah pendaftaran selesai, petugas me-


minta pasien untuk segera menuju po-
liklinik yang dituju agar ruang pendaftaran
tidak terlalu padat.

4.3 Ruang tunggu


4. 3.1. Tujuan
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID-19.
b. Memberikan fasilitas yang cukup nyaman
bagi pasien dalam proses berobat.

4.3.2. Sumber Daya Manusia


a. Petugas keamanan yang mengawasi ke­
patuhan pengunjung/ pasien di ruang tung-
gu dalam menjalankan aturan pencegahan
dan pengendalian infeksi COVID-19.
b. Petugas kebersihan yang menjaga keber­
sihan dan tata letak barang-barang yang
ada di ruang tunggu.
c. Petugas Kesehatan Lingkungan yang ber-
tugas melakukan disinfeksi barang-barang
yang ada di ruang tunggu.
d. Petugas informasi dari pusat informasi ru-
mah sakit yang akan mengingatkan tentang
cara pemutusan rantai penularan COVID-19
melalui pengeras suara yang terhubung ke
semua ruang tunggu.

4.3.3. Sarana dan Prasarana


a. Ruang tunggu semua unit pelayanan poli­
klinik di rumah sakit.

49
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

b. Kursi untuk pengunjung/ pasien di ruang


tunggu berjarak 1 meter.
c. Fasilitas untuk mencuci tangan dengan
sabun.
d. Alat sanitasi tangan (hand sanitizer).
e. Poster-poster mengenai pentingnya men-
cuci tangan, menggunakan masker, mene­
rapkan etika batuk dan bersin, menjaga ja-
rak minimal 1 meter dari orang lain.
f. Pengeras suara yang terhubung dengan
pusat informasi.
g. Alat pelindung diri tingkat pertama be­rupa
masker kain untuk petugas keamanan,
petugas kebersihan, dan petugas kesehatan
lingkungan.

4.3.4. Protokol Implementasi


a. Pengunjung/ pasien yang masuk ke ruang
tunggu harus menggunakan alat pelindung
diri tingkat pertama berupa masker kain.
b. Ketika memasuki ruang tunggu, petugas
keamanan dapat mengingatkan pengun-
jung/ pasien untuk mencuci tangan atau
meng­ gunakan alat sanitasi tangan (hand
sanitizer) di fasilitas yang telah disediakan
dan tidak melepas masker.
c. Pengunjung/ pasien duduk di kursi yang
telah disediakan tanpa merubah jarak yang
sudah diatur.
d. Jika terlihat adanya gejala terduga COVID-19
pada pengunjung/ pasien seperti batuk
dan sesak nafas, petugas keamanan akan
mengantar pengunjung/ pasien ke IGD

50
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut


terkait COVID-19.
e. Petugas informasi akan mengingatkan
pengunjung/ pasien untuk tetap menerap­
kan perilaku pemutusan rantai penularan
COVID-19 melalui pengeras suara 3 kali
selama jam kerja.
f. Petugas kesehatan lingkungan akan me­
lakukan disinfeksi ruang dan barang 2 kali
sehari, yaitu pagi hari sebelum dimulainya
aktivitas rumah sakit, dan sore hari setelah
jam kerja.

Referensi
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Revisi ke-4. Jakar-
ta: Direktorat Jenderal Pencegahan Pengendalian Penyakit ; Maret
2020.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Protokol di Area dan
Transportasi Publik. Kemkes; 2020. [diunduh 2 Meil 2020]. Tersedia
dari https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/
COVID-19 %20dokumen%20resmi/5%20Protokol-Area-dan-Transpor-
tasi-Publik-COVID-19.pdf

51
5

PANDUAN
PEMBERIAN PELAYANAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
(IGD) SELAMA PANDEMI COVID-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

5.1. Tujuan
a. Melaksanakan pencegahan dan pengenda-
lian COVID-19.
b. Pemeriksaan dilakukan bagi pasien-pasien
dengan kegawatdaruratan mata yang jika
tidak segera ditangani akan menimbulkan
kebutaan permanen bahkan kematian.
c. Pemeriksaan bagi pasien poliklinik pada hari
libur/ di luar jam kerja yang harus segera di-
tangani.
d. Melaksanakan skrining dan deteksi dini
pasien-pasien dengan gejala COVID-19.

5.2 Sumber Daya Manusia


a. Dokter Triase.
b. Dokter Jaga IGD.
c. DPJP IGD.
d. Perawat IGD.
e. Petugas Kebersihan.
f. Petugas Keamanan.
g. Petugas Kesehatan lingkungan.

5.3. Sarana dan Prasarana


a. Instalasi Gawat Darurat berlokasi di gedung
B lantai 1.
b. Alat pelindung diri Tingkat ketiga.
c. Ruang dan alat pemeriksaan pasien dengan
gejala COVID-19 berpisah dengan non gejala
COVID-19.
d. Ruang isolasi untuk transit pasien infeksi
sesuai dengan kategori COVID kuning yaitu
ruang isolasi dengan pertukaran udara lebih

53
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

besar dari 12 Air Change per Hour (ACH) dan


tekanan negatif. Kondisi ini dapat dicapai
dengan memasang filter HEPA.
e. Sarana dan Prasarana lain sesuai dengan
standar IGD.

5.4 Protokol Implementasi


5.4.1. Pelayanan IGD dalam Kasus Kegawat­
daruratan mata
a. Kriteria pasien IGD selama pandemi COVID-19
adalah pasien dengan kondisi kegawat-
daruratan mata yang akan menimbulkan
kebutaan permanen bahkan menimbulkan
kematian bila tidak ditangani segera. Detail
jenis penyakit yang masuk kriteria ini dapat
dilihat pada sub bab 5.5.
b. Perawat yang bertugas dibagi dalam 3
jadwal pergantian per hari.
c. Petugas kebersihan bersiaga membersih­
kan ruang IGD secara rutin maupun insi­
dentil.
d. Petugas keamanan berjaga di pintu masuk
IGD.
e. Petugas kesehatan lingkungan melakukan
disinfeksi ruang IGD secara rutin 2 kali se-
hari.

54
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 5.1. Petugas IGD menggunakan APD


tingkat ketiga

Sumber: dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

5.4.2. Pelayanan IGD pada pasien terduga


COVID-19
a. Petugas Kesehatan yang bertugas dibagi
dalam 3 jadwal pergantian per hari.
b. Petugas kebersihan bersiaga membersih-
kan IGD baik secara rutin maupun insidentil.
c. Petugas keamanan berjaga di pintu masuk
IGD.
d. Petugas kesehatan lingkungan melakukan
disinfeksi IGD secara rutin 2 kali sehari.
e. Jika didapatkan gejala maupun faktor
risiko COVID-19 pada pasien/ karyawan saat
dilakukan skrining awal oleh petugas di pintu

55
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

masuk menggunakan formulir deteksi dini


COVID-19 pasien diarahkan menuju IGD untuk
pemeriksaan dan tatalaksana selanjutnya.
f. Dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
lengkap kepada pasien. Pasien terduga
COVID-19 akan dikelompokan berdasarkan
kriteria derajat keparahan, yaitu COVID Biru,
COVID Hijau, COVID Kuning, dan COVID
merah. (Penjelasan masing-masing kriteria
terdapat pada Bab 2).
g. Setelah pemeriksaan dan tindakan kasus ke-
gawatdaruratan mata selesai, maka:
•• Pasien kategori COVID biru dan hijau di
edukasi untuk melakukan isolasi mandiri.
•• Pasien kategori COVID kuning dan me­
rah dirujuk ke rumah sakit khusus pe­
nanganan COVID-19 sesuai indikasi de­
ngan menyertakan formulir skrining.
•• Pasien kategori COVID biru dan hijau
yang memiliki indikasi rawat, dilakukan
perawatan di ruang inap COVID.

5.5 Kriteria Kasus Kegawat-


daruratan Mata di PMN RS
mata Cicendo selama pan-
demi COVID-19
1. Hifema dengan tekanan intraokular tinggi
atau mengancam penglihatan.
2. Glaukoma serangan akut.
3. Pasien glaukoma dengan tekanan intraoku-

56
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

lar tinggi yang tidak terkontrol dengan me-


dikamentosa dan berisiko terjadi penurunan
tajam penglihatan secara cepat.
4. Pasien glaukoma last eye yang berisiko ter-
jadi penurunan tajam penglihatan.
5. Pasien yang memerlukan revisi atau eks­
plantasi implan glaukoma karena ter­dapat
ekspos implan/ tube yang me­ ngancam
penglihatan, endoftalmitis, malposisi ta­
bung yang membahayakan mata atau
me­­nye­babkan inflamasi berlebihan, edema
kornea, iritis, dan edema makula kistoid.
6. Perbaikan bleb pada kasus kebocoran bleb,
over filtrasi, under filtrasi, jaringan parut
bleb, hipotoni mengancam penglihatan,
dan bilik mata depan dangkal.
7. Kasus glaukoma tidak terkontrol atau glau-
koma absolut dengan blind painful eye.
8. Trauma mata baik trauma kimia dengan
penetrasi atau perforasi kornea.
9. Trauma mata yang melibatkan retina.
10. Perforasi kornea akibat ulkus.
11. Selulitis orbita.
12. Endoftalmitis.
13. Panoftalmitis.
14. Konjungtivitis gonokokal dengan ke­ ter­
libatan kornea.
15. Retinopathy of Prematurity (Aggressive Pos-
terior Retinopathy of Prematurity, Thresh-
old, Prethreshold tipe 1).
16. Retinoblastoma (kasus baru/ kasus yang
mem­butuhkan terapi adjuvant).

57
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

17. Trauma Mata Anak.


18. Ablasio retina regmatogen.
19. Oklusi arteri retina sentral (CRAO).
20. Pasien dengan keluhan buram mendadak
(optik neuritis, Non Arteritik Iskemik Optik
Neuropati, Arteritik Iskemik Optik Neuropa-
ti, Methanol Toxic Optic Neuropathy, Trau-
matic Optic Neuropathy).
21. Gangguan gerak bola mata dan penglihatan
ganda (Cranial Nerve III Palsy dengan dan
tanpa keterlibatan pupil, Cranial Nerve IV, VI
Palsy).
22. Penyakit yang meliputi area sinus caverno-
sus dan apeks orbita (CCF, sindroma orbital
apex).
23. Sindroma Horner.
24. Gangguan Lapang Pandang (contoh Ade-
noma pituitari, apopleksi pituitari).
25. Myasthenia Gravis.
26. Perdarahan post operasi.
27. Benda asing di kornea/ kelopak mata.
28. Benda asing intraokular.
29. Laserasi kelopak mata termasuk yang meli-
batkan kanalikuli.
30. Dugaan keganasan kelopak mata.
31. Kerusakan kornea yang memerlukan tarsorafi.
32. Entropion pada kornea yang mengalami ke­
rusak­an progresif yang mengancam peng­­
lihatan.
33. Perdarahan orbital yang mengancam peng­
lihatan.
34. Dacryocele pada neonatus dengan gang­
guan jalan nafas.

58
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

35. Abses orbital atau periorbital.


36. Eviserasi/ enukleasi/ eksenterasi untuk in-
feksi yang berat, tidak dapat diobati, kega-
nasan.
37. Tumor orbita yang mengancam jiwa atau
penglihatan.
38. Fraktur orbital dan fraktur wajah lainnya jika
terdapat refleks oculocardiac.

Referensi
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Revisi ke-4. Jakarta:
Direktorat Jendral Pencegahan Pengendalian Penyakit; Maret 2020
2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Kriteria Klinis COVID Berdasar-
kan Severity Tingkat.[Presentasi]. Bandung: Dinkes Provinsi Jabar;
2020.
3. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Rekomendasi
Standar Penggunaan APD untuk Penanganan COVID-19 di Indone-
sia; Maret 2020
4. Moorfields Eye Hospital NHS Foundation Trust. Moorfields oph-
thalmic risk stratification & implementation guideline. UK; 2020.
[diunduh 27 April 2020]. Tersedia dari: https://www.rcophth.ac.uk/
wp-content/uploads/2020/03/Moorfields-Ophthalmic-Risk-Stratifi-
cation-Implementation-Guideline-V2.0.pdf
5. American Academy of Ophthalmology. List of urgent and emer-
gent ophthalmic procedures [document on the internet]. AAO; 2020
[diakses 27 April 2020]. Tersedia dari: https://www.aao.org/headline/
list-of-urgent-emergent-ophthalmic-procedures
6. Turgut B, Karanfil FC, Turgut FA. Neuro-ophthalmological emergen-
cy disorders: A general view. Int J Clin Exp Ophthalmol. 2017;1: 060-5
7. Lemos J, Eggenberger E. Neuro-Ophthalmological Emergencies. The
Neurohospitalist 2015. Vol 5(4) 223-33
8. Guidelines for the Oculoplastic and Ophthalmic Trauma Surgeon
during the COVID-19 era – An APOTS & APSOPRS Document
9. Raghuraj Hegde1 MS, FAICO, Gangadhara Sundar2, DO, FRCSEd,
FAMS, AB (USA)

59
6

PANDUAN
PEMBERIAN PELAYANAN
DI INSTALASI RAWAT JALAN
SELAMA PANDEMI COVID-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Tahapan triase dilakukan pada seluruh pasien dan


pengunjung Rumah Sakit. Selain universal precautions
yang selalu dijalankan sebelum terjadi pandemik
COVID-19, pem­ buatan protokol dan penatalaksanaan
protokol terkait COVID-19 dijalankan di setiap poliklinik
rawat jalan.

6.1. Tujuan
a. Memberikan pelayanan rawat jalan di seluruh
poliklinik bagian Oftalmologi, Penyakit Dalam,
Ilmu Kesehatan Anak dan Anestesi yang
efektif dan aman bagi pasien, petugas ke­
sehatan dan karyawan Rumah Sakit.
b. Mencegah dan memutus rantai penularan
COVID-19.
c. Dapat mengatur alur layanan dengan me­
lakukan penjadwalan ulang pasien yang
tidak darurat sesuai dengan standar masing
masing bagian atau subspesialisi.
d. Dapat mengatur waktu pelayanan menjadi
lebih efisien untuk menghindari risiko pe­
nularan COVID-19.
e. Membuat dan menjalankan sistem pelayanan
kesehatan jarak jauh (telemedicine).

6.2. Sumber Daya Manusia


a. Dokter Spesialis Mata; Dokter Spesialis Pen-
yakit Dalam; Dokter Spesialis Penyakit Da-
lam; Dokter Spesialis Anak; Dokter Spesialis
Anestesi; Dokter Spesialis Patologi Klinik;
Dokter Spesialis Patologi Anatomi.
b. Perawat.

61
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

c. Refraksionis.
d. Tenaga Teknologi Informasi Rumah Sakit.
e. Petugas administrasi.
f. Petugas keamanan.
g. Petugas kebersihan.

6.3 Sarana Prasarana


a. Poliklinik Pediatrik Oftalmologi & Stra­
bismus; Poliklinik Glaukoma, Poliklinik Re­
fraksi Low Vision dan Lensa Kontak; Poli­
klinik Vitreo Retina; Poliklinik Katarak Bedah
Refraktif; Poliklinik Infeksi Imunologi; Poli­
klinik Rekonstruksi Okuloplasti Onkologi;
Pe­layanan Unit/ Instalasi Oftalmologi
Komunitas; unit Paviliun/LASIK.
b. Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak; Poliklinik
Penyakit dalam; Poliklinik Anestesi. Untuk
Patologi Klinik dan Patologi Anatomi (di­
bahas pada bab VIII).
c. Alat perlindungan diri, sesuai dengan ting­
katan yang disesuaikan dengan kegiatan
spesifik di masing masing poliklinik.
d. Sekat akrilik pada meja administrasi dan meja
periksa pasien dan slit lamp.
e. Petunjuk pembatasan jarak pada kursi tunggu
pasien.
f. Standing Banner berisi informasi tentang
COVID-19.
g. Tele-consultation software, video conference
system, audio conference system.

62
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

6.4 Protokol Implementasi


6.4.1. Implementasi Umum Poliklinik Rawat
Jalan
a. Pelayanan diutamakan untuk kasus gawat
(urgent) dan darurat (emergency) mata,
yang apabila ditunda penatalaksanaanya
dapat berpotensi terjadi hilangnya fungsi
penglihatan secara permanen. 1,2
b. Kasus elektif dapat dipertimbangkan untuk
ditunda, sesuai dengan himbauan PERDAMI
dan American Academy of Ophthalmology,
namun demikian dapat juga tetap dilak­
sanakan dengan pertimbangan khusus.
c. Dokter spesialis mata, dokter residen, pe­
rawat, refraksionis yang memberikan pe­
layan­an menggunakan APD level kedua.
d. Jadwal pelayanan dokter dan paramedis
diatur untuk meminimalisir kontak dengan
pasien dan area pelayanan yang berisiko.
e. Pasien yang dilayani adalah pasien yang
telah melalui wawancara dan pengisian
formulir skrining terkait COVID-19 di bagian
pendaftaran, juga pasien konsul dari bagian
lain yang juga menjalani prosedur yang sama.
f. Walaupun pasien telah melalui tahapan
saat melakukan pendaftaran, namun bila
saat dilayani di poliklinik pasien terdeteksi
memiliki gejala terkait COVID-19 maupun
riwayat kontak dengan pasien COVID-19,
maka pasien segera diarahkan untuk
memeriksakan diri di unit pelayanan khusus

63
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Mata


Cicendo. Petugas yang kontak dengan
pasien memeriksakan diri ke bagian Penyakit
Dalam, dan menjalani saran, pengobatan
ataupun arahan apakah diperlukan isolasi
dan tindakan lain.
g. Pasien dan pendamping wajib meng­guna­
kan masker selama pemeriksaan.
h. Selama pemeriksaan pasien dihimbau untuk
tidak didampingi, kecuali pasien anak, dan
lansia atau bila diperlukan pendampingan
untuk proses pemeriksaan (maksimal 1 pen­
damping).
i. Petugas melakukan hand hygiene sebelum
dan sesudah memeriksa pasien.
j. Pengendalian risiko penularan COVID-19
seperti menjaga jarak kontak saat anam­
nesa dan pemeriksaan di slit lamp, me­
masang barier/ pembatas pada slit lamp
serta pemeriksaan dilakukan dengan waktu
seefisien mungkin.
k. Petugas kebersihan melakukan pem­bersih­
an dan desinfeksi secara rutin minimal satu
kali dalam satu hari.
l. Memberi kebijakan kepada pekerja untuk
beristirahat di rumah (self-isolated) jika
pekerja mengalami gejala COVID-19 atau
riwayat kontak dengan PDP.

6.4.2. Implementasi Khusus Poliklinik


Rawat Jalan Saat Pandemi COVID-19
a. Poliklinik Katarak Bedah Refraktif (KBR)
•• Mengingat kebutaan akibat katarak
ada­lah kebutaan yang dapat dicegah

64
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

(avoidable blindness), maka tindakan


elektif dapat dilaksanakan dengan
mem­­­pertimbangan aspek sosial yang
berhubungan dengan disabilitas pasien
dalam melakukan aktifitas harian.
•• Pertimbangan ini disesuaikan dengan
penilaian klinis masing-masing dokter
penanggung jawab, dengan tetap mem­
perhatikan aspek keselamatan dan
kesehatan pasien, dokter serta seluruh
komponen penunjang di PMN RS Mata
Cicendo.
•• Jenis layanan diklasifikasikan menjadi 3
bagian yaitu kasus baru, kasus kontrol
dan tindakan.1,2
Tabel 6.1. Tabel Daftar Kasus dan Tindakan Unit
Katarak dan Bedah Refraktif (KBR) berdasarkan
jenis layanan

JENIS LOKASI
JENIS KASUS
LAYANAN LAYANAN

Kasus Baru •• Rujukan eksternal/internal Poliklinik


•• Gangguan penglihatan berat pada
kedua mata
•• Trauma mata

Kasus •• Pasca operasi dengan penyulit / Poliklinik


Kontrol komplikasi
•• Nyeri mata hebat pasca operasi
•• Penurunan tajam penglihatan tiba-
tiba pasca operasi

Tindakan •• Subluksasi lensa/IOL Kamar


•• Uveitic Cataract/Lens-induced bedah
glaucoma
•• Katarak traumatika dengan ruptur
kapsul anterior luas
•• Katarak dengan anisometropia
•• Katarak bilateral (dengan visus
terbaik <3/60)
•• Katarak pada pasien “One Eye”

65
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

b. Poliklinik Infeksi dan Imunologi


•• Pasien yang diutamakan dilayani di masa
pandemi COVID-19 adalah pasien dengan
diagnosis: 1,3,4
»» Trauma (kimia/mekanik).
»» Benda asing segmen anterior.
»» Endoftalmitis.
»» Panoftalmitis.
»» Selulitis preseptal.
»» Konjungtivitis.
»» Keratitis dengan ancaman perforasi/
ancaman penglihatan.
»» Uveitis akut/ dengan ancaman peng­
lihatan.
»» Syndrome Stevens Johnson.
»» Severe Dry Eye.
•• Pasien bagian infeksi dan imunologi diluar
daftar pada poin g, diharapkan untuk
dapat berobat di fasilitas kesehatan terdekat,
untuk mengurangi risiko kontak saat keluar
rumah dan bepergian jauh.
•• Melakukan penjadwalan kontrol lebih
lama bagi pasien yang tidak darurat atau­
pun kontrol di fasilitas kesehatan mata
terdekat dari tempat tinggal pasien.
•• Saat melakukan pemeriksaan, sebisa
mung­­ kin mengurangi tindakan yang
akan kontak langsung dengan tear film
pasien seperti melakukan tes Schirmer
serta pemeriksaan apus kornea dan kon­
jungtiva. Jika harus dilakukan, maka
dokter menggunakan sarung tangan
bedah. 5

66
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

c. Poliklinik Rekonstruksi Okuloplasti


Onkologi
•• Semua prosedur diagnostik dan tera­
peutik intranasal yang tidak mengancam
jiwa dan tidak mengancam penglihatan
seperti irigasi lakrimal, tes anel, peng­
angkatan stent lakrimal dan pembedahan
lakrimal harus ditunda.5
•• Jika prosedur lakrimal mendesak tidak
mungkin ditangguhkan seperti peng­
angkatan keganasan sistem drainase
lakrimal, trauma laserasi kanalikuli, dan
pengangkatan stent yang menyebabkan
keratopati, maka tindakan dilakukan de­
ngan penggunaan APD yang sesuai.
Tabel 6.2 Tabel Pedoman tingkatan operasi darurat
pada trauma oftalmik dan okuloplasti

Level A Level B Level C

1. Perbaikan laserasi 1. Koreksi ptosis 1. Malposisi kelopak


kelopak mata ter- ambliogenik berat mata ringan sam-
masuk yang meli- dengan suspensi pai sedang.
batkan kanalikuli. alis unilateral atau 2. Ptosis bawaan atau
2. Biopsi sayatan / bilateral. didapat sejak lama.
eksisi pada dugaan 2. Injeksi toksin 3. Blefaroplasti Atas &
keganasan kelopak botulinum untuk Bawah.
mata. blepharospasm 4. Prosedur dan pem-
3. Tarsorafi untuk yang parah bedahan estetika.
mencegah ter­ 3. Drainase mu- 5. Dacryocystorhi-
jadi­nya kerusakan copyocele yang nostomy tanpa
kornea. terinfeksi. Dacryocystitis Akut
4. Entropion atau re- 4. Optic nerve sheath / Kronis
traksi kelopak mata fenestration untuk 6. Pemeriksaan salu-
atas pada kornea kehilangan pengli- ran nasolacrimal.
yang mengalami hatan progresif. 7. Dekompresi orbital
kerusakan progresif 5. Orbitotomi untuk untuk rehabilitasi
yang mengancam keganasan atau kosmetik.
penglihatan. tumor yang meng­ 8. Rekonstruksi Soket.
ancam penglihat­ 9. Enukleasi untuk
an/ lesi lainnya. phthisis bulbi.

67
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Level A Level B Level B

5. Biopsi arteri tempo- 6. Penyakit Mata


ral untuk dugaan Tiroid: Dekom-
giant cell arteritis. presi orbital jika
6. Dekompresi terjadi neuropati
dacryocele pada optik atau kongesti
neonatus dengan orbital yang tidak
gangguan jalan terkontrol.
nafas. 7. Fraktur orbital de­
7. Drainase abses ngan gejala residu-
lakrimal. al entrapment.
8. Canthotomy dan 8. Plaque brachy­
cantholysis untuk therapy.
perdarahan orbital
yang mengancam
penglihatan.
9. Drainase abses
orbital atau peri­
orbital.
10. Eksenterasi untuk
infeksi yang men-
gancam jiwa.
11. Biopsi orbita (insisi
atau eksisi) untuk
kondisi yang men-
gancam jiwa atau
penglihatan.
12. Perbaikan fraktur
orbital dan fraktur
wajah lainnya bila
terdapat refleks
oculocardiac.
13. Eviserasi/ Enukleasi
untuk infeksi yang
berat, tidak dapat
diobati, keganasan.
14. Open globe injury
(tembus, perforasi,
dan ruptur bola
mata).

•• Pedoman tingkatan operasi darurat pada


trauma oftalmik dan okuloplasti. 5
»» Level A: Operasi darurat diperlukan
dalam 4-72 jam tergantung pada jenis
cedera/kondisi.

68
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Onkologi: Operasi darurat diperlukan


dalam 24-72 jam untuk menyelamatkan
nyawa tergantung pada tingkat ke­
parahan.
»» Level B: Dapat ditunda lebih dari 3-4
minggu dengan atau tanpa peng­
obatan konservatif.
Onkologi: Operasi elektif dengan
harap­­an sembuh tinggi diprioritaskan
dalam waktu empat minggu untuk
me­ nyelamatkan hidup/ mencegah
per­kembangan penyakit berlanjut
apa­bila tidak operasi.
»» Level C: Dapat ditunda lebih dari 3
bulan tanpa perubahan hasil.
Onkologi: operasi elektif dapat ditunda
selama 10-12 minggu bila tidak akan
menimbulkan perburukan atau hasil
yang kurang baik.

d. Poliklinik Pediatrik Oftalmologi dan Stra­


bismus
•• Pasien yang diutamakan operasi pada
pandemi COVID-19. 6
»» Katarak bilateral pada bayi di bawah 8
bulan.
»» Glaukoma kongenital.
»» Glaukoma dengan TIO > 30mmHg dan
nyeri .
»» Agressive Posterior Retinopathy of Pre­
ma­turity (Threshold, prethreshold tipe 1).
»» Retinoblastoma (kasus baru/ kasus yang
membutuhkan terapi adjuvant).

69
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

»» Trauma mata anak disesuaikan dengan


alur RS.

e. Poliklinik Neuro Oftalmologi


•• Pasien yang diutamakan dalam pelayan­
an saat pandemi COVID-19 adalah pasien
dengan diagnosis: 1,6,7,8
»» Pasien dengan keluhan buram men­
dadak.
»» Optik neuritis.
»» Nonarteritic Anterior Ischemic Optic
Neuropathy (NAION).
»» Arteritic Anterior Ischemic Optic
Neu­ro­pathy (AAION).
»» Methanol Toxic Optic Neuropathy.
»» Traumatic Optic Neuropathy.
»» Gangguan gerak bola mata dan peng­
lihatan ganda.
»» Parese Cranial Nerve III dengan dan
tanpa keterlibatan pupil.
»» Parese Cranial Nerve IV.
»» Parese Cranial Nerve VI.
»» Multiple Cranial Nerve palsy.
»» Penyakit yang meliputi  area sinus caver­
nosus dan apeks orbita.
»» Carotid Cavernous Fistula (CCF).
»» Sindrom Orbital apeks.
»» Sindrom Horner.
»» Myasthenia Gravis.
»» Gangguan Lapang Pandang.
»» Pituitary Adenoma.
»» Pituitary Apoplexy.

70
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

f. Poliklinik Vitreo Retina


Pasien yang diutamakan dalam pelayanan
saat pandemi COVID-19 adalah pasien de­
ngan diagnosis:1,6
•• Endoftalmitis.
•• Ablasio Retina Regmatogen (ARR)
macula on.
•• Laserasi / ruptured globe.
•• Ablasio Retina last eye.
•• Intraocular foreign body.
•• Retinopati Diabetik.
•• Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO).
•• Central Retinal Vein Occlusion (CRVO).
•• Branch Retinal Artery Occlusion (BRAO).
•• Central Retinal Artery Occlusion (CRAO).

g. Poliklinik Refraksi, Low Vision, dan Lensa


Kontak
•• Pasien yang diutamakan dalam pelayanan
pada pandemi COVID-19 adalah pasien
dengan diagnosis: 1
»» Trauma sehingga sulit melihat.
»» Buta mendadak (dari sudut rehabilitasi).
»» Kacamata pecah.
»» Komplikasi penggunaan lensa kontak.
»» Low vision berat yg datang dari luar
kota dan perlu rehabilitasi.
»» Lensa kontak hilang/ pecah dan kaca­
mata sudah lama tidak dikontrol
sehingga sulit bekerja.
•• Pasien yang akan dilayani dengan sistem
telemedicine. 9

71
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

»» Konsultasi activity of daily living (bagai­


mana melakukan pekerjaan rumah
dengan aman) pada pasien low vision.
»» Orientasi mobilisasi dengan tingkat
putih pada pasien near blind dan blind.
»» Pelatihan cara menggunakan alat bantu
optik, magnifier (bentuk berdiri, kubah,
atau persegi), tele­scope.
»» Cara menstimulasi anak low vision.
»» Cara menggunakan alat bantu low vision
non optik, misalnya aplikasi talk back.
»» Bimbingan karir dan pekerjaan yang
sesuai untuk pasien low vision.

h. Poliklinik Glaukoma
•• Pasien yang diutamakan dalam pelayanan
pada pandemi COVID-19. 1,6
»» Pasien rujukan internal/ eksternal de­
ngan Tekanan Intra Okular (TIO) >38
mmHg.
»» Pasien rujukan internal dengan penyerta
uveitis.
»» Glaukoma neovaskular.
»» Glaukoma sudut tertutup akut.
»» Pasien Kontrol:
»» Pasien dengan risiko tinggi “kebutaan
yang dapat dicegah” dalam 2 bulan.
»» Pasien pasca operasi trabekulektomi
dan pemasangan implan glaukoma.
»» Pasien yang ditentukan oleh kon­
sultan glaukoma untuk kontrol dalam
jangka waktu kurang dari 4 minggu
(pasien diduga high risk).

72
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Pasien yang diutamakan operasi pada


pandemi COVID-19. 1,6
»» Pasien dengan TIO tinggi yang tidak
terkontrol dengan medikamentosa
dan berisiko terjadi penurunan tajam
peng­lihatan secara cepat.
»» Pasien last eye yang berisiko terjadi
penurunan tajam penglihatan.
»» Pasien yang memerlukan revisi atau
eksplantasi implan Glaucoma Drainage
Device (GDD) karena ter­dapat ekspos
implan/ tube yang meng­ancam peng­
lihatan, endoftalmitis, mal­posisi tube yang
membahayakan mata atau menye­bab­
kan inflamasi berlebihan, edema kornea,
iritis, dan edema makula cystoid.
»» Repair bleb pada kasus kebocoran bleb,
overfiltrasi, underfiltrasi, jaringan parut
bleb, hipotoni mengancam peng­lihat­
an, dan bilik mata depan dangkal.
»» Kasus glaukoma tidak terkontrol atau
glaukoma absolut dengan blind painful
eye.
»» Hifema yang mengancam penglihatan.

i. Instalasi Oftalmologi Komunitas


Tidak ada pelayanan selama masa pande-
mik COVID-19.

j. Instalasi Paviliun/ LASIK


•• Dilakukan skrining ulang pasien dengan
formulir di poliklinik paviliun.
•• Pemeriksaan dan tatalaksana oleh petugas
paramedis dan medis di unit paviliun.

73
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Pasien yang diutamakan dalam pelayanan


pada pandemi COVID-19 sesuai dengan
kasus yang direkomendasikan tiap KSM/
poliklinik

k. Poliklinik Penyakit Dalam Saat Pandemi


COVID-19
•• Dokter dan perawat yang memberikan pe­
layanan menggunakan APD level kedua.
•• Jadwal Pelayanan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam dan perawat diatur guna me­
minimalisir kontak dengan pasien.
•• Pasien yang akan menjalani pemeriksaan
penyakit dalam adalah pasien yang di­
nyatakan aman/ tidak terdapat gejala
COVID-19 setelah melakukan deteksi awal
COVID-19 saat melakukan pendaftaran.2
•• Selama pemeriksaan pasien hanya boleh
didampingi oleh satu pendamping.
•• Pasien dan pendampingan wajib meng­
gunakan masker selama pemeriksaan.
•• Jarak antara pasien dengan meja periksa
adalah 1-2 meter.
•• Petugas kebersihan membersihkan ruang­
an Poliklinik rutin setiap hari meng­guna­
kan cairan desinfektan.
•• Petugas keamanan berjaga di ruang
tunggu dan memastikan pasien atau
pengunjung duduk dengan jarak 1 meter
dan tetap menggunakan masker.

l. Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak Saat Pan-


demi COVID-19
•• Dokter dan perawat yang memberikan
pelayanan menggunakan APD level 2.

74
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Jadwal pelayanan dokter Spesialis Anak


dan perawat diatur guna meminimalisir
kontak dengan pasien.
•• Pasien yang akan menjalani pemeriksaan
adalah pasien anak (usia < 18 tahun) yang
dinyatakan aman/tidak terdapat gejala
COVID-19 setelah melakukan deteksi awal
COVID-19 saat melakukan pendaftaran.
•• Selama pemeriksaan pasien hanya boleh
didampingi oleh satu pendamping.
•• Pasien ( usia > 2 tahun) diharapkan sebisa
mungkin dapat menggunakan masker
selama pemeriksaan. 10
•• Jarak antara pasien dengan meja periksa
adalah 1-2 meter.
•• Jika melakukan pemeriksaan fisik harus
memakai sarung tangan bila perlu
sensasi yang harus tidak memakai
sarung tangan, cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan.
•• Jika ada tindakan yang perlu membuka
mulut pasien, dokter wajib mengenakan
masker N95.2
•• Alat-alat yang dipakai dalam pemeriksaan
fisik (misalnya stetoskop) wajib dibersih­
kan dengan alkohol 70% atau cairan
disinfektan lainnya setiap selesai diguna­
kan dari satu pasien ke pasien lain. 10
•• Petugas kebersihan membersihkan ruang­
an poliklinik rutin setiap hari meng­guna­
kan cairan disinfektan.
•• Petugas keamanan berjaga di ruang
tunggu dan memastikan pasien atau
pengunjung duduk dengan jarak 1-2
meter dan tetap menggunakan masker.

75
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

m. Poliklinik Anestesi
•• Kasus urgensi dan emergensi, untuk
status pasien ODP jika kasus elektif
sebaiknya di tunda sampai pasien tidak
infeksius. 11,12,13
•• Pada pasien dewasa yang kooperatif
pilihan pertama tindakan anestesi jika
memungkinkan dengan Monitored Anes­
thesia Care (MAC)/ sedasi/ blok untuk
mengurangi kontak aerosol. 11,12,13
•• Dilakukan screening awal untuk me­
nyingkirkan diagnosa Covid-19 pada semua
pasien yang akan dilakukan anestesi
mengingat terdapat pasien dengan
status OTG.
•• Petugas melakukan persiapan dan ke­
leng­kapan cheklist alat dan bahan habis
pakai, obat-obatan yang diperlukan
selama tindakan operasi.
•• Penggunaan APD sesuai dengan APD
level kedua. 11,12,13

6.4.3 Dokter/ Karyawan dengan Riwayat


Kontak Positif Tanpa APD Memadai
a. Kontak dengan pasien terduga COVID-19
tanpa APD memadai diminimalkan dengan
cara membuat alur khusus untuk pasien
ter­duga COVID-19 melalui unit khusus pe­
nanganan COVID-19 di IGD.15
b. Kontak tidak terduga dapat terjadi bila pasien
lolos dari skrining awal tetapi kemudian
pasien diketahui terdiagnosis COVID-19.
c. Karyawan, petugas medis dan paramedis
dengan riwayat kontak positif tanpa APD

76
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

memadai akan menjalani pemeriksaan di unit


khusus penanganan COVID-19 di Instalasi
Gawat Darurat.
d. Langkah dan tindakan selanjutnya sesuai
dengan algoritme di Instalasi Gawat Darurat
(dijelaskan Selengkapnya di Bab 5).

Gambar 6.1. Pemeriksaan oleh petugas medis


di Poliklinik

Sumber: Dokumentasi PMN RS Mata Cicendo.

6.4.4 Pelayanan Kesehatan Jarak Jauh


(telemedicine)
a. Definisi pelayanan kesehatan jarak jauh
(telemedicine) adalah penggunaan tekno­
logi informasi dan komunikasi yang di­
gabungkan dengan keahlian medis untuk
memberikan pelayanan kesehatan mulai
dari konsultasi diagnosa dan saran medis
dilakukan dari jarak jauh.14
b. Inovasi ini dapat diaplikasikan baik antara
institusi yaitu Rumah Sakit pengampu

77
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

kepada Rumah Sakit satelit, maupun antara


petugas medis (Dokter) kepada pasien
c. Pelayanan telemedicine antara Rumah
Sakit pengampu kepada Rumah Sakit
satelit dapat menjadi media untuk alih
pengetahuan (transfer of knowledge) 14
d. Pelayanan telemedicine dapat menjadi
salah satu pilihan pada pandemi COVID-19
untuk mengurangi kontak antara individu,
mendukung program pembatasan jarak
sosial dan fisik.15
e. Sebelum menjalankan pelayanan jarak jauh,
rumah sakit mempersiapkan sarana dan
prasarana antara lain, peralatan dan sistem
telekomunikasi, tele-consultation software,
video conference system, audio conference
system, melatih dokter dalam menjalankan
telemedicine.
f. Rumah Sakit mempersiapkan legalitas sistem
pelayanan jarak jauh, hak dan kewajiban RS
pengampu, Rumah Sakit satelit, dokter dan
pasien.18
g. Rumah Sakit mempersiapkan alur pelayanan
mulai dari penjadwalan pelayanan, meka­
nisme pengobatan, peresepan obat, pe­
laporan, mekanisme pembayaran biaya dan
jasa.16
h. Contoh penerapan telemedicine di PMN RS
Mata Cicendo adalah Cicendo Telekonsultasi
(Cendol).

78
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 6.2. Telekonsultasi PMN RS Mata Cicendo

Sumber: Dokumentasi PMN RS Mata Cicendo.

79
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Referensi:
1. American Academy of Ophthalmology. List of urgent and emergent
ophthalmic procedures AAO. Diunduh dari https://www.aao.org/
headline/ list-of-urgent-emergent-ophthalmic-procedures. Diakses
27 April 2020
2. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19) Direktorat Jenderal Pencegahan dan pengendalian Pen-
yakit. Maret 2020. Diunduh dari: https//www.kemkes.go.id/resources/
download/info-terkini/COVID19
3. RANZCO COVID-19 Triage Guidelines 202. Diunduh dari: https://ranz-
co.edu/policies_and_guideli/11661.April 2020
4. Sengupta S, Honavar S, Sachdev M, Sharma N et al. All India Ophthal-
mological Society- Indian journal of Ophthalmology consensus state-
ment on preferred practices during the COVID-19 pandemic. Indian
Journal of Ophthalmology. Vol 68 (5). Hlm 711-24.
5. Guidelines for the Oculoplastic and Ophthalmic Trauma Surgeon
during the COVID-19 era- An APOTS & APSOPRS Document RA-
GHURAJ HEDGE 1 MS, FAICO, Gangadhara Sundar2, DO, FRCSEd,
FAMS,AB (USA)
6. Moorfields Eye Hospital NHS Foundation Trust. Moorfields oph-
thalmic risk stratification & Implementationguideline. UK; 2020. Di-
unduh hari https://www.rcophth.ac.uk/wp-content/uploads/2020/
Moorfields-Ophthalmic-Risk -Stratification-Implementation-Guide-
line-V2.0.pdf
7. Turgut B, Karanfil FC, Turgut FA. Neuro-ophthalmological emergen-
cy disorders: A general view. Int J Clin Exp Ophthalmol. 2017;1:060-5
8. Lemos J, Eggen Berger E. Neuro-Ophthalmological Emergencies.
The Neurohospitalist 2015. Vol 5 (4). Hlm 223-33.
9. Telerehabilitation for people with low vision. Cochrane systematic Re-
view-Intervention. 2015.
10. American Academy of Pediatrics. Critical Updates on COVID-19.
Clinical Guidance. Diunduh dari: https://services.aap.org/en/pages/
2019-novel-coronavirus -COVID-19-infections /#ClinicalGuidance.
April 22020
11. Arief, syafri K dkk.2020.Manajemen Perioperatif Pasien COVID-19 ed-
isi 1.Makasar;PP Perdatin.
12. Arief,  syafri  K dkk.2020.Pedoman Pelayanan Pasien Kritis
COVID-19 versi 1.Makasar;PP Perdatin
13. American  Society  of  Anaesthesiologist. Diunduh dari: https://www.
asahq.org/ about-asa/governace-and-committees/asa-committees/
committee-on-occupational-health/coronavirus.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 20 tahun

80
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

2019 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine antar Fasil-


itas Pelayanan Kesehatan. Diunduh dari: https://www.persi.or.id/im-
ages/regulasi/permenkes/pmk202019.pdf.
15. Hollande JE, Carr BG, Perspective. Virtually Perfect? Telemdicine for
Covid-19. The New England Journal of Medicine.2020;382:1679-81
16. Telehealth Coding and Billing During COVID-19. American College of
Physicians. COVID-19 Practice Management.

81
7

PANDUAN PEMBERIAN
PELAYANAN DI INSTALASI
RAWAT INAP SELAMA
PANDEMI COVID-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

7.1 Ruang Rawat inap Non


COVID-19
7.1.1. Tujuan
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID-19.
b. Perawatan ditujukan bagi pasien-pasien yang
direkomendasikan untuk dirawat inap oleh
DPJP yang bertugas di IGD, Poliklinik Re­guler
dan Poliklinik Eksekutif, serta berdasarkan ha-
sil skrining kewaspadaan COVID-19 tidak ter-
masuk pada ODP, OTG, maupun PDP ringan.

7.1.2. Sumber Daya Manusia


a. Perawat rawat inap.
b. Pemberi Pelayanan Asuhan (PPA) lainnya.
c. Petugas kebersihan.
d. Petugas keamanan.
e. Petugas kesehatan lingkungan.

7.1.3. Sarana dan Prasarana


a. Ruang inap non COVID-19 adalah ruang
Ang­ grek, Cempaka, dan Dahlia yang ber­
lokasi di gedung F.
b. Alat pelindung diri Tingkat ke-2 untuk semua
petugas saat berada di ruang rawat inap.
c. Sarana dan Prasarana lain sesuai dengan
standar ruang rawat inap.

7.1.4. Protokol Implementasi


a. Pasien yang akan rawat inap menjalani pe-
meriksaan penunjang laboratorium dan
elektrodiagnostik.
b. Hasil pemeriksaan disertakan saat konsultasi
dengan dokter spesialis penyakit dalam

83
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

(pasien dewasa)/ spesialis anak (pasien


anak) untuk menentukan kondisi sistemik
pasien serta keberadaan komorbid.
c. Jika hasil pemeriksaan menyatakan pasien
bukan terduga COVID-19, pasien dirawat di
ruang inap non COVID-19.
d. Durasi rawat inap seminimal mungkin, di-
tentukan oleh DPJP disesuaikan dengan
clinical pathway.
e. Perawat yang bertugas dibagi dalam 3 jad-
wal pergantian per hari.
f. PPA lainnya melakukan kunjungan pasien
sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Petugas kebersihan bersiaga membersih-
kan ruang rawat inap baik secara rutin mau-
pun insidentil.
h. Petugas keamanan berjaga di pintu masuk
ruang rawat inap.
i. Petugas kesehatan lingkungan melakukan
disinfeksi ruang rawat inap secara rutin 2
kali sehari.

7.2 Ruang rawat inap COVID-19


7.2.1. Tujuan
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID-19.
b. Perawatan ditujukan bagi pasien-pasien
yang direkomendasikan untuk dirawat
inap oleh DPJP yang bertugas di IGD, Poli­
klinik Reguler dan Poliklinik Eksekutif, ser-
ta berdasarkan hasil skrining kewaspadaan
COVID-19 termasuk pada ODP, OTG, mau-
pun PDP ringan.

84
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

7.2.2. Sumber Daya Manusia


a. Perawat rawat inap.
b. PPA lainnya.
c. Petugas kebersihan.
d. Petugas keamanan.
e. Petugas kesehatan lingkungan.

7.2.3. Sarana dan Prasarana


a. Ruang rawat inap COVID-19 adalah ruang
Bougenville, yang berlokasi di gedung F.
b. Ruang COVID-19 di PMN RS Mata Cicendo
dibagi menjadi 3, yaitu ruang COVID-19 Biru,
ruang COVID-19 Hijau dan High Care Room
(HCR) yang termasuk pada COVID-19 kuning.
c. PMN RS Mata CIcendo memiliki 1 Ruang
COVID-19 biru dengan 4 tempat tidur, 1 ru-
ang COVID-19 hijau dengan 1 tempat tidur,
dan 1 HCR dengan 1 tempat tidur.
d. Ruang COVID-19 biru merupakan ruang bia-
sa tanpa perlakuan khusus.
e. Ruang COVID-19 hijau adalah ruang isola-
si dengan pertukaran udara 12 Air Change
per Hour (ACH). Kondisi ini dapat dicapai de­
ngan ruangan yang memiliki ventilasi atau
jendela yang cukup besar sehingga udara
dapat masuk dan terasa menyentuh wajah.
f. Ruang High Care Room (HCR) COVID-19
kuning adalah ruang isolasi dengan per-
tukaran udara lebih besar dari 12 ACH dan
tekanan negatif. Kondisi ini dapat dicapai
dengan memasang filter HEPA.
g. APD untuk semua petugas selama di ruang
COVID-19:

85
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• APD tingkat 3 pada ruang COVID-19 biru


dan hijau, berlaku untuk semua petugas.
•• APD tingkat 4 pada ruang COVID-19
kuning, berlaku untuk semua petugas.

7.2.4. Protokol Implementasi


a. Pasien yang akan rawat inap menjalani pe-
meriksaan laboratorium dan elektrodiag-
nostik.
b. Hasil pemeriksaan laboratorium disertakan
saat konsultasi dengan dokter spesialis pen-
yakit dalam (pasien dewasa)/ spesialis anak
(pasien anak) untuk menentukan kondisi
sistemik pasien serta keberadaan komorbid.
c. Jika hasil pemeriksaan menyatakan pasien
terduga COVID-19, pasien dirawat di ruang
inap COVID-19 sesuai dengan derajat ting-
kat keparahan (Penjelasan lihat di Bab 2).
d. Jika pasien di ruang COVID-19 hijau me­
ngalami perburukan, pasien dipindahkan ke
ruang HCR sebagai tempat perawatan se-
mentara sambil menunggu proses rujukan.
e. Setelah tindakan dan perawatan kasus ke-
gawatdaruratan mata selesai, pasien yang
dirawat di ruang rawat inap COVID-19 akan
segera dirujuk ke rumah sakit khusus pe­
nanganan COVID-19.
f. Perawat yang bertugas dibagi dalam 3 jad-
wal pergantian per hari.
g. PPA lainnya melakukan kunjungan pasien
sesuai ketentuan yang berlaku.
h. Petugas kebersihan bersiaga membersih-
kan ruang rawat inap baik secara rutin mau-
pun insidentil.

86
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

i. Petugas keamanan berjaga di pintu masuk


ruang rawat inap.
j. Petugas kesehatan lingkungan melakukan
disinfeksi ruang rawat inap secara rutin 2
kali sehari.

Referensi
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Revisi ke-4. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pencegahan Pengendalian Penyakit; Maret 2020.
2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Kriteria Klinis COVID Berdasar-
kan Severity Tingkat.[Presentasi]. Bandung: Dinkes Provinsi Jabar;
2020.
3. World Health Organization Regional Office for Europe. Hospital
Readiness Checklists for COVID -19. Denmark: WHO;2020.[diunduh
2 Mei 2020]. Tersedia dari http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_
file/0010/430210/Hospital-Readiness-Checklist.pdf

87
8

PANDUAN PEMBERIAN
PELAYANAN DI INSTALASI
LABORATORIUM SERTA INSTALASI
ELEKTRODIAGNOSTIK, RADIOLOGI,
DAN LASER TERAPI SELAMA
PANDEMI COVID-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

8.1 Instalasi Laboratorium


Patologi Klinik dan
Patologi Anatomi
8.1.1. Tujuan
a. Melakukan pemeriksaan skrining COVID-19
pada pasien yang memiliki riwayat kontak
atau gejala ringan.
b. Melakukan pemeriksaan skrining COVID-19
pada pasien yang akan melakukan operasi
di RS. Mata Cicendo.
c. Melakukan pemeriksaan histopatologi/ si-
tologi pada sampel pasien yang dilakukan
tindakan.

8.1.2. Sumber Daya Manusia


a. Dokter Spesialis Patologi Klinik.
b. Dokter Spesialis Patologi Anatomi.
c. Analis Laboratorium.
d. Petugas Administrasi.
e. Petugas Kebersihan.
f. Petugas Keamanan.

8.1.3. Sarana dan Prasarana


a. Ruang Laboratorium klinik dan Patologi
Anatomi berlokasi di Lantai 2 Gedung
C. Skrining yang dilakukan mem­ per­
timbangkan pelaksanaan sampling bagi
pasien selama pandemi, diperlukan ruangan
khusus (ruang isolasi) yang memadai se­
hingga pasien yang terjaring skrining
berada pada satu ruangan khusus tersebut
(ruang isolasi). Sampling spesimen mikro­
biologi (sekret konjungtiva) dari pasien yang

89
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

terjaring skrining dilakukan di ruangan khusus


(ruang isolasi), sedangkan pelaksanaan
kegiatan kultur resistensi dilakukan dalam
Biosafety Cabinet (BSC) Tingkat II.
b. APD tingkat ketiga atau keempat (digu-
nakan untuk sampling spesimen respiratori
dari pasien suspek/ terkonfirmasi dengan
risiko aerosol).
c. APD tingkat kedua untuk dokter spesialis.
d. Wastafel dan alat sanitasi tangan (hand
sani­tizer) yang tersedia di setiap ruangan
laboratorium.
e. Alat dan prasarana lainnya sesuai dengan
standar laboratorium patologi klinik mau-
pun patologi anatomi.

Gambar 8.1. Petugas Laboratorium.

Sumber: dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

90
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

8.1.4. Protokol Implementasi


a. Laboratorium Patologi Klinik (PK)
•• Pemeriksaan laboratorium komprehensif
selama pandemi COVID-19.
»» Skrining:
»» Hematologi;
1. Hitung limfosit absolut/ Absolute
Lym­phocyte Count (ALC) kurang
dari 1500/ uL;
2. Neutrofil limfosit rasio (NLR) lebih
dari dari 3,13;
»» C-Reactive Protein (CRP) lebih dari
10 mg/L;
»» Pemeriksaan molekuler (Tes cepat mo­
lekuler/TCM, Real Time Poly­me­rase
Chain Reaction/ RT PCR), atau;
»» Rapid Test antigen/ antibodi (jika pe­
meriksaan molekuler tidak tersedia).
»» Diagnosis
»» Hematologi:
1. Hitung limfosit absolut (ALC)
kurang dari 1500/ uL;
2. Neutrofil limfosit rasio (NLR) lebih
dari 3,13;
»» CRP lebih dari 10 mg/L;
»» Pemeriksaan molekuler (Tes cepat mo­
lekuler/ TCM, Real Time Polymerase
Chain Reaction/ RT PCR), atau;
»» Kombinasi Rapid Test antibodi dan
PCR (konvensional/ TCM/ RT PCR).

91
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

»» Pemantauan
»» Pemantauan serial setiap 1-3 hari, di­
sesuaikan kondisi klinis.
»» Pemeriksaan laboratorium.
1. Hematologi:
»» Hemoglobin;
»» Jumlah leukosit;
»» Neutrofil;
»» ALC;
»» NLR;
»» Jumlah Trombosit.
2. CRP.
3. Ferritin (acute phase reactant).
4. Analisa gas darah.
5. Elektrolit.
6. Pemeriksaan tambahan:
»» Hemostasis: PT, APTT, D-Dimer;
»» Fungsi ginjal: ureum kreatinin;
»» Fungsi hati: AST, ALT, LDH;
»» Pemeriksaan lainnya sesuai ko­
morbid.
7. PCR.

»» Surveillance atau Contact Tracing


Pemeriksaan Laboratorium: Kombinasi
Rapid Test Antibodi dan PCR.

•• Pemeriksaan SARS-CoV-2
»» Rapid Test Antibodi SARS-COV-2
»» Pemeriksaan ini direkomendasikan
untuk:
1. Orang tanpa gejala (OTG) terutama
memiliki riwayat setelah kontak
mi­ni­mal 10 hari dengan orang ter­
konfirmasi COVID-19;

92
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

2. Orang dalam pemantauan (ODP);


3. Pasien dalam pengawasan (PDP).

»» Prosedur:
1. Spesimen yang digunakan adalah
serum atau plasma EDTA, heparin
atau sitrat yang ditampung secara
Closed System;
2. Melakukan disinfeksi di area meja
sampling serta disinfeksi tangan
se­telah mengerjakan 1 pasien;
3. Proses sentrifugasi dipisahkan
de­ngan spesimen pasien lain de­
ngan selalu melakukan dis­infeksi
pada area sen­trifuse;
4. Hasil pemeriksaan Antibodi SARS-
CoV-2 tidak dapat dipergunakan
untuk keperluan diagnostik atau
untuk pemantauan dan moni­
toring terapi.

•• Pelaporan Hasil Rapid Test Antibody


SARS-COV-2
»» Hasil deteksi antibodi Non Reaktif:
»» Apabila Anti SARS-Cov-2-IgM dan
IgG Non Reaktif;
»» Hasil Non Reaktif tidak menyingkir­
kan kemungkinan terinfeksi SARS-
CoV-2 sehingga masih berisiko me­
nularkan ke orang lain;
»» Hasil non reaktif dapat terjadi pada
kondisi seseorang belum/ tidak ter­
deteksi, Window period (terinfeksi
namun antibodi belum terbentuk),
imunokompromais.

93
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

»» Saran
1. Pemeriksaan ulang rapid test
antibodi setelah 10 hari.
2. Lakukan karantina atau isolasi
sebagai berikut:
»»
OTG: Isolasi mandiri dengan
menerapkan PHBS dan dan
menjaga jarak 1-2 meter dengan
orang lain;
»» ODP: Isolasi mandiri di rumah;
»» PDP Gejala ringan: isolasi man­
diri di rumah;
»» PDP Gejala sedang: isolasi di
rumah sakit darurat;
»» PDP Gejala berat: lakukan isolasi
di rumah sakit rujukan;
»» Hasil deteksi antibodi reaktif apabila:
»» Anti SARS-CoV-2 IgM reaktif, anti
SARS-CoV-2 IgG non reaktif atau;
»» Anti SARS-CoV-2 IgM non reaktif,
anti SARS-COV-2-IgG reaktif atau;
»» Anti SARS-CoV-2 IgM dan IgG reaktif;
»» Hasil rapid test antibodi reaktif (kua­
litatif) tidak dapat digunakan untuk
pe­ nentuan terapi dan monitoring
karena dapat bertahan berbulan-
bulan.
»» Saran
1. Lakukan pemeriksaan konfirmasi
dengan pemeriksaan PCR se­
banyak 2 kali selama 2 hari ber­
turut-turut (Pemeriksaan PCR
dirujuk).

94
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

2. Lakukan karantina atau isolasi


sebagai berikut:
»» OTG: Karantina mandiri dengan
menerapkan PHBS dan men­
jaga jarak 1-2 meter dengan
orang lain;
»» ODP: Isolasi mandiri di rumah;
»» PDP gejala ringan: isolasi man­
diri di rumah;
»» PDP gejala sedang: isolasi di ru­
mah sakit darurat;
»» PDP gejala berat: isolasi di ru­
mah sakit rujukan.

•• Tes Cepat Molekuler(TCM)


»» Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk:
»» Pasien dalam pengawasan (PDP);
»» Orang dalam pemantauan (ODP);
»» Orang tanpa gejala (OTG);
»» Prosedur:
»» metode pemeriksaan COVID-19 ini
meng­ gunakan apus nasofaring/
oro­
fa­
ring dengan amplifikasi asam
nukleat berbasis cartridge;
»» Virus SARS-CoV-2 diidentifikasi pada
Ribonucleic Acid (RNA) yang meng­
gunakan cartridge khusus;
»» Pemeriksaan TCM saat ini masih
sangat jarang dilakukan karena
catridge belum terdistribusikan.
»» Pelaporan Hasil TCM:
»» Hasil tes ini terbilang cukup cepat,
karena bisa diketahui hasilnya dalam
waktu kurang lebih dua jam.

95
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Tes Polymerase Chain Reaction (PCR)


»» Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk:
»» Pasien dalam pengawasan (PDP);
»» Orang dalam pemantauan (ODP);
»» Orang tanpa gejala (OTG).
»» Prosedur:
»» Prosedur pemeriksaan diawali de­­
ngan pengambilan sampel naso­
faring/ orofarings sputum, aspiral
saluran nafas bagian bawah, bron­
choalveolar lavage (BAL) yang di­
duga terinfeksi virus Corona;
»» Pengambilan sampel ini dilakukan
dengan metode swab, yang pro­se­
durnya memakan waktu sekitar 15
detik dan tidak menimbulkan rasa
sakit. Selanjutnya, sampel dahak
akan diteliti di laboratorium;
»» Karena virus Corona penyebab
COVID-19 merupakan virus RNA,
deteksi virus ini dengan tes PCR
akan diawali dengan proses konversi
(perubahan) RNA yang ditemukan di
sampel menjadi DNA;
»» Proses mengubah RNA virus menjadi
DNA dilakukan dengan enzim reverse-
transcriptase, sehingga teknik pe­me­­
riksaan virus RNA dengan meng­
ubah­ nya dulu menjadi DNA dan
men­­deteksinya dengan PCR disebut
reverse-transcriptase polymerase
chain reaction (RT-PCR);

96
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

»» Setelah RNA diubah menjadi DNA,


barulah alat PCR akan melakukan
amplifikasi atau perbanyakan materi
genetik ini sehingga bisa terdeteksi.
Jika mesin PCR mendeteksi RNA
virus Corona di sampel nasofaring/
orofaring yang diperiksa, maka
hasilnya dikatakan positif;
»» Pemeriksaan PCR dilakukan di
pusat rujukan COVID-19, yaitu
Laboratorium Kesehatan Provinsi
Jawa Barat.

»» Pelaporan Hasil PCR:


»» Hasil tes ini bisa diketahui dalam
waktu 3 hari. Kondisi pandemi me­
nyebabkan permintaan peme­ riksa­
an sangat banyak sedangkan pusat
rujukan tempat pemeriksaan sangat
terbatas, serta adanya kasus invalid
yang membutuhkan pemeriksaan
ulang menyebabkan hasil tes pun
menjadi lebih lama hingga 14 hari.
»» Alur Pemeriksaan Rapid Test Anti­
bodi SARS-CoV-2 Berdasarkan Reko­
mendasi Perhimpunan Dokter Spe­
sialis Patologi Klinik dan Kedokteran
Laboratorium Indonesia dapat di­
lihat di Gambar 8.2.

97
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 8.2 Alur skrining untuk OTG/ODP/PDP.

Sumber: dari PDS PatKlin

b. Laboratorium Patologi Anatomi (PA)


Protokol Implementasi Laboratorium Patologi
Anatomi di PMN RS Mata Cicendo mengacu
pada Standar Petunjuk Teknis Pelayanan
Patologi Anatomi dalam Pandemi COVID-19
yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) Pusat
dalam nomor 285/PP IAPI/III/2020 pada
tanggal 20 Maret 2020.

98
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Pengiriman atau Pengambilan Spesimen


Prosedur pengiriman atau pengambilan
spesimen adalah sebagai berikut:
»» Pengiriman sampel jaringan atau cair­
an, harus memberikan keterangan sus­
pek atau positif COVID-19 pada formulir
PA;
»» Sampel dari pasien suspek atau positif
COVID harus terfiksasi dengan baik
menggunakan formalin buffer 10% dan
tertutup rapat serta dibungkus plastik
dengan ketat sebanyak 3 lapis;
»» Pada lapisan pembungkus terluar, di­
berikan penanda label berwarna merah;
»» Analis yang menerima atau mengambil
spesimen suspek atau positif COVID
wajib menggunakan APD tingkat 4;
»» Sampel dimasukkan dalam kontainer
yang terpisah dari sampel lainnya;
»» Sampel difiksasi dan tetap disimpan
dalam kontainer tersebut selama mini­
mal 48 jam atau hingga dilakukan
penanganan selanjutnya.
•• Penanganan Spesimen
Prosedur penanganan spesimen adalah
sebagai berikut:
»» Dalam proses penanganan dan pe­
motongan sampel, petugas meng­
gunakan APD tingkat keempat;
»» Lakukan dekontaminasi kontainer yg
di gunakan menggunakan alkohol 70%
atau disinfektan;
»» Lakukan pembukaan kemasan spe­
simen dengan terlebih dahulu me­

99
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

lakukan dekontaminasi dengan alkohol


70% atau disinfektan pada setiap
lapisannya;
»» Lakukan pemotongan jaringan se­
perti biasa dan setelah nya lakukan
pembersihan seluruh permukaan yang
terpapar dengan alkohol 70% atau
disinfektan;
»» Spesimen suspek atau positif COVID-19
tidak boleh digabung dengan spe­
simen lainnya;
»» Sisa spesimen jika ada dimasukkan
kembali ke dalam wadah nya dan di
bungkus dengan plastik 3 lapis dan diikat
secara ketat, kemudian dimasukkan ke
dalam plastik warna kuning;
»» Sisa spesimen yang telah terbungkus
plastik kuning dilakukan dekontaminasi
dengan alkohol 70% atau disinfektan,
setelah itu dapat dimasukkan ke dalam
ember arsip jaringan basah hingga
selesai proses pemeriksaan;
»» Lakukan dekontaminasi ember arsip
dengan alkohol 70% atau disinfektan;
»» Lepaskan APD dengan cara yang sesuai
dengan standar keamanan;
»» Lakukan cuci tangan dengan air meng­
alir dan sabun.

100
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Tindakan Biopsi Jarum Halus/ Fine Needle


Aspiration Biopsy (FNAB) dan Frozen
Section
Prosedur tindakan biopsi jarum halus
adalah sebagai berikut:
»» Pada masa pandemi COVID-19, tindakan
ini hanya dilakukan pada kasus-kasus
yang dipandang emergency atau
perlu untuk melakukan penanganan
selanjutnya. Apabila dipandang tidak
perlu segera, maka disarankan untuk
ditunda;
»» Prosedur tindakan selama pandemi,
seluruhnya dilakukan seperti biasa
hanya wajib menggunakan APD
tingkat 4 pada saat tindakan tersebut;
»» Khusus untuk FNAB pasien suspek
atau positif COVID-19, apusan sampel
dilakukan fiksasi dalam alkohol 98%
selama 24 jam dan chaplin jar disimpan
di dalam kontainer khusus;
»» Setelah selesai tindakan, lakukan
dekontaminasi pada seluruh alat dan
permukaan yang terpapar dengan
alkohol 70% atau disinfektan;
»» Lepaskan APD dengan cara yang
sesuai dengan standar keamanan;
»» Lakukan cuci tangan dengan air
mengalir dan sabun.

101
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

8.2. Instalasi Elektrodiagnostik,


Radiologi Dan Terapi Laser
8.2.1. Tujuan
a. Memutus rantai penyebaran COVID-19.
b. Memberikan pelayanan pemeriksaan diag-
nostik pada pasien dengan menerapkan ke-
waspadaan penyebaran COVID-19.

8.2.2. Sumber Daya Manusia


a. Dokter Spesialis Mata.
b. Dokter Residen.
c. Perawat Diagnostik.
d. Petugas Radiologi.
e. Petugas Kebersihan.
f. Petugas Keamanan.
g. Petugas Kesehatan Lingkungan.

Gambar 8.3. Petugas Diagnostik dan


Petugas Radiologi.

Sumber: Dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

102
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

8.2.3. Sarana/Prasarana
a. Bagian Diagnostik berada di gedung A lan-
tai 2.
b. Penghalang akrilik di bagian administrasi dan
pada alat laser.
c. Penggunaan masker dan sarung tangan
bagi petugas administrasi.
d. Penggunaan APD tingkat kedua bagi petu-
gas yang memeriksa pasien, penggunaan
APD tingkat keempat bila terdapat risiko
aerosol.
e. Alat sanitasi tangan (hand sanitizer) di ru-
ang tunggu pasien dan ruang pemeriksaan.
f. Permukaan alat OCT dan foto fundus di­
bungkus plastik sehingga dapat didisinfeksi.
g. Kursi tunggu pengunjung dikosongkan ber­
selang untuk menjaga jarak antar orang.
h. Sarana/Prasarana lainnya sesuai dengan
standar bagian diagnostik yang sudah di-
tentukan.

8.2.4. Protokol Implementasi


a. Perawat yang bertugas berjumlah tiga
orang per hari.
b. Daftar pemeriksaan diagnostik yang dilaku-
kan dapat dilihat pada sub bab 8.2.5.
c. Semua petugas yang memeriksa pasien
menggunakan APD tingkat kedua sela-
ma melakukan pelayanan, dan menerap-
kan perilaku kewaspadaan penyebaran
COVID-19, yaitu menjaga jarak 1-2 meter
dengan orang lain, mencuci tangan, dan
meminimalkan kontak fisik antar petugas
maupun dengan pengunjung/ pasien.

103
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

d. Jumlah pengunjung yang masuk ke ruang


diagnostik diatur sesuai dengan kapasitas
ruangan.
e. Pasien yang diperiksa harus menggunakan
masker.
f. Sebelum dan sesudah pemeriksaan, dilaku-
kan proses disinfeksi alat pemeriksaan.

8.2.5. Daftar Pemeriksaan dan Tindakan


Diagnostik di PMN RS Mata Cicendo
selama pandemi COVID-19
a. IOL Master.
b. Optical Coherence Tomography (OCT).
c. Foto Fundus.
d. Humphrey Field Analyser (HFA).
e. Ultrasonography.
f. Biometri.
g. Keratometri.
h. Specular Microscope.
i. Electrocardiography.
j. Rontgen.
k. Tindakan Laser.

104
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Referensi
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Revisi ke-4. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pencegahan Pengendalian Penyakit; Maret 2020.
2. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Rekomendasi
Standar Penggunaan APD untuk Penanganan COVID-19 di Indone-
sia; Maret 2020.
3. Fan et al, 2020. Hematologic parameters in patients with COVID-19
infection. Am J Hematol.
4. Guan et al, 2020. Clinical Characteristics of Coronavirus Disease 2019
in China. N Engl J Med.
5. PDS Patklin. Revisi Panduan Tatalaksana Pemeriksaan Rapid Test An-
tibodi SARS-CoV-2 Metode Imunokromatografi. Perhimpunan Dok-
ter Spesialis Patologi Klinik Dan Kedokteran Laboratorium Indonesia
(PDS PatKlin) Pusat; 21 April 2020.
6. IAPI. Standar Petunjuk Teknis Pelayanan Patologi Anatomi dalam
Pandemi COVID-19. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Anatomi
(IAPI) Pusat; 20 Maret 2020.

105
9

PANDUAN PEMBERIAN
PELAYANAN
DI INSTALASI KAMAR BEDAH
SELAMA PANDEMI COVID-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Pelayanan kesehatan mata merupakan salah


satu bidang yang sangat berisiko dalam masa pandemi
COVID-19 ini, bukan hanya karena proses pemeriksaan
pasien menyebabkan kontak yang dekat dengan cairan
tubuh pasien (air mata dan aerosol saat pemeriksaan ),
namun juga karena tingginya jumlah pasien rawat jalan
terutama pasien usia tua dengan penyakit komorbid
dan kasus gawat darurat pada pelayanan sehari hari. Hal
ini tentu saja berdampak langsung terhadap risiko para
pekerja medis dan penunjang di fasilitas kesehatan.1

Dalam merespon pandemi SARS-CoV-2, hampir


seluruh organisasi oftalmologi nasional dan internasional
telah mengeluarkan rekomendasi terhadap pelayanan
bagian mata. Berikut acuan pemberian pelayanan
di bagian bedah kasus mata termasuk di dalamnya
bagian anastesi.

9.1 Tujuan
a. Melakukan pencegahan  dan  pengenda-
lian COVID-19.
b. Perawatan ditujukan bagi pasien-pasien
dengan  kegawatdaruratan  mata yang
jika tidak segera ditangani akan menim-
bulkan kebutaan permanen bahkan ke­
matian, dan berdasarkan hasil skrining ke-
waspadaan COVID-19 tidak termasuk pasien
ODP,OTG, maupun PDP ringan.
 
9.2 Sumber Daya Manusia
a. Dokter Spesialis Mata.
b. Dokter Spesialis Anestesi.

107
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

c. Penata Anestesi.
d. Perawat Kamar Bedah.
e. Pemberi Pelayanan Asuhan (PPA).
f. Petugas Kebersihan.

9.3 Sarana/prasarana
a. Kamar Bedah berlokasi di gedung A lantai 4.
b. Alat pelindung diri Tingkat ketiga dan Ting-
kat keempat  untuk petugas kamar bedah
dan anestesi.
c. Kamar operasi yang digunakan untuk pasien
COVID-19  adalah  ruang isolasi infeksi  air-
borne dengan pertukaran udara lebih besar
dari 12 ACH (Air Change per Hour) , tekanan
negatif dan pemasangan hepa filter.2,3,4
d. Ruang  Anteroom  adalah  “airlock” antara ru-
ang isolasi infeksi  airborne  dengan kori­
dor  sehingga  penyebaran partikel  infek-
sius  dapat dicegah  dan memiliki  tekanan
lebih positif dibanding ruang isolasi infeksi.2
e. Penggunaan brankar kapsul  untuk  trans-
portasi pasien.4
f. Penyaring sirkuit (filter) harus diletakkan
antara ujung proksimal  endotracheal  tube
(ETT) atau Laryngeal Mask Airway (LMA) dan
ujung distal sirkuit. Penyaring juga dapat di-
tempatkan pada setiap bagian sirkuit yang
terhubung dengan mesin anestesi.
g. Pengecekan harus dilakukan pada setiap
filter sesuai perusahaan yang memproduksi
untuk melihat efektifitasnya dalam me­nya­
ring patogen.2,4

108
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

h. Menggunakan kotak aerosol pada saat intu-


basi atau pemasangan LMA.
i. Sarana/prasarana lain sesuai dengan stan-
dar kamar bedah.

Gambar 9.1. Petugas Medis di Bagian Bedah

Sumber: Dokumentasi PMN RS Mata Cicendo.

109
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

9.4 Protokol Implementasi


9.4.1. Langkah Penanggulangan pada
Prosedur Operasi Mata
a. Tunda prosedur yang tidak termasuk krite-
ria kegawatdaruratan. 5,6
b. Pada kondisi yang tidak memungkinkan un-
tuk menunda operasi, maka operasi dilaku-
kan dengan APD tingkat 3 dan 4.
c. Tindakan dilakukan pada ruangan dengan
tekanan negatif. 5,6
d. Tersedia ruangan khusus untuk menggu-
nakan APD.5
e. Sebelum melakukan operasi, semua pa-
sien asimtomatik harus menjalani pemer-
iksaan COVID-19. Jika terdapat gangguan
pada jalan nafas, maka pasien harus ditun-
da ope­rasi minimal 2 minggu, jika tindakan
ini tidak berisiko terhadap kehilangan peng­
lihatan ataupun keselamatan jiwa. 5
f. Lakukan pemeriksaan foto rontgen thorax
kepada seluruh pasien yang akan dilakukan
operasi. 5
g. Hindari operasi diluar jam kerja dengan
jumlah tim yang tidak memadai. 5
h. Sebisa mungkin menghindari anestesi
umum, kecuali kondisi dimana anestesi
umum tidak dapat digantikan. 5
i. Jumlah tim seminimal dan seefektif mung­
kin di dalam kamar operasi.
j. Tindakan aerosol misalnya pada saat intuba-
si, ekstubasi, sungkup wajah, harus dilaku-
kan oleh bagian anestesi dengan kondisi

110
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

petugas medis telah menggunakan APD


lengkap. 5
k. Tidak melakukan tindakan bersamaan pada
dua pasien secara bersamaan. Harus ada
jeda waktu minimal 20 menit antar tindakan
operasi. 5
l. Protokol disinfeksi kamar operasi harus
dilakukan langsung setelah satu operasi
selesai. 5

9.4.2. Persiapan Pra Anestesi


a. Kriteria pasien rawat inap yang akan
dilaku­kan tindak­ an anestesi  selam pan­
demi COVID-19  adalah pasien dengan kon­
disi kegawat­daruratan mata yang akan me­
nim­ bulkan kebutaan permanen bahkan
menimbulkan kematian bila tidak ditangani
segera.
b. Pasien yang akan rawat inap menjalani pe-
meriksaan laboratorium, berupa pemer-
iksaan darah terkait jenis anestesi operasi
yang akan dilakukan, CRP, foto rontgen tho-
rax, dan tes cepat COVID-19.
c. Hasil pemeriksaan laboratorium disertakan
saat konsultasi dengan dokter spesialis pe­
nyakit dalam (pasien dewasa)/ spesialis anak
(pasien anak) untuk menentukan kondisi  sis­
temik pasien serta keberadaan komorbid.
d. Pemeriksaan pre operatif untuk menentukan
teknik anestesi dan menentukan status fisik
pasien  serta  risiko tindakan anestesi  dan
mengoptimalkan kondisi pasien jika diper-
lukan.2

111
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

e. Pada pasien dewasa yang kooperatif  jika


memungkinkan tindakan anestesi dilakukan
dengan MAC/ Blok peribulbar  kecuali ter­
dapat kontraindikasi.2
f. Siapkan  formulir kelengkapan alat aneste-
si, suction, ventilator dan obat obatan.3
g. Hanya peralatan dan obat yang dibutuh-
kan  yang dibawa ke dalam ruang operasi
untuk mencegah kontaminasi dan pem-
buangan yang sia-sia (barang yang tidak di-
gunakan akan dibuang saat operasi selesai).2
h. Perawat kamar bedah  berkomunikasi de­
ngan petugas pencegahan infeksi rumah
sakit pada saat melakukan transportasi pa-
sien ke kamar operasi 2,3,4

9.4.3. Persiapan Intraoperatif
a. Pasien diperiksa, dilakukan tindakan aneste-
si, dan dipulihkan di dalam ruangan operasi
untuk membatasi kontaminasi.4
b. Melakukan  intubasi  dengan  video laring­
oskopi.3,4
c. Intubasi  dilakukan  dengan  teknik  tertentu
untuk mengurangi penyebaran aerosol.3
d. Jika harus dilakukan ventilasi tekanan positif
berikan volume tidal minimal.3,4
e. Oksigenasi  dipantau secara ketat pada pa-
sien yang dilakukan  sedasi, jika pasien me-
merlukan terapi oksigen  menggunakan
sungkup wajah dengan filter.3
f. Pada pasien  sedasi/ MAC menggunakan
masker bedah selama tindakan.3
g. Jika menggunakan kanula binasal, gunakan
gas O2 aliran rendah, hindari penggunaan
O2 aliran tinggi.3,4

112
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

h. Operasi hanya dilakukan dengan petugas


yang bertugas saat itu dan tidak ada pasien
lain untuk meminimal kontak.4
i. Menggunakan  plastik penutup pada wa-
jah  dan dada  pasien  dan seluruh tubuh di-
tutupi dengan selimut.2
j. Untuk alat yang telah digunakan langsung
di masukkan ke dalam plastik yang terdapat
perekat.

9.4.4. Persiapan Postoperatif
a. Keadaan pasien di tunggu stabil dan sampai
sadar penuh di dalam kamar operasi.2
b. Pasien tidak dipindahkan ke  RR  (Recov-
ery Room) pasien di transfer ke ruang rawat
inap isolasi.4
c. Transfer pasien menggunakan brankar kap-
sul.3
d. Dilakukan sterilisasi  peralatan dan  kamar
operasi  yang terkontaminasi setelah tinda-
kan selesai. 2
e. Untuk pasien yang membutuhkan ruang
perawatan intensif post operatif pasien akan
dirujuk ke  Rumah Sakit yang mempunyai
fasilitas ruang intensif sesuai standar pe-
layanan COVID-19.
 

113
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Referensi
1. Romano MR, Montericcio A, Montalbano C, Raimondi R, et al. Fac-
ing COVID-19 in ophthalmology Department. Current Eye Research.
March 2020. Diunduh dari https://www.tandfonline.com/loi/icey20
2. Arief,  syafri  K  dkk. 2020. Manajemen Perioperatif Pasien COVID-19 
edisi 1. Makassar; PP Perdatin.
3. Arief,  syafri  K dkk.2020.Pedoman Pelayanan Pasien Kritis
COVID-19 versi 1.Makassar;PP Perdatin
4. American  Society  of  Anaesthesiologist. Diunduh dari: https://www.
asahq.org/about-asa/governace-and-committees/asa-committees/
committee-on-occupational-health/coronavirus.
5. Sengupta S, Honavar S, Sachdev M, Sharma N et al. All India Ophthal-
mological Society- Indian journal of Ophthalmology consensus state-
ment on preferred practices during the COVID-19 pandemic. Indian
Journal of Ophthalmology. Vol 68 (5). Hlm 711-24.American
6. Academy of Ophthalmology. Alert: Important coronavirus updates for
ophthalmologists. Diunduh dari: https://www.aao.org/headline/alert-
important-coronavirus-context San Francisco: American Academy of
Ophthalmology, Maret 2020.

114
10

PANDUAN PEMBERIAN
PELAYANAN DI INSTALASI
FARMASI DAN INSTALASI
OPTIK SELAMA PANDEMI
COVID-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

10.1 INSTALASI FARMASI


10.1.1. Tujuan
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID-19.
b. Memberikan pelayanan kefarmasian kepada
pasien dengan menerapkan kewaspadaan
penyebaran COVID-19.

10.1.2. Sumber Daya Manusia


a. Petugas farmasi yang bertugas disesuaikan
dengan jumlah pasien.
b. Pada jam kerja, setiap Depo minimal dilayani
oleh 2 orang petugas kecuali di Depo regu-
lar dengan jumlah pasien terbesar dilayani
oleh 5 orang petugas dengan 1 orang Kepala
Instalasi.
c. Di luar jam kerja pada hari kerja, hanya depo
reguler yang beroperasi dan dilayani oleh 1
petugas.
d. Pada hari libur, hanya depo reguler yang
beroperasi dan dilayani oleh 2 petugas pada
pagi hari, dan 1 orang petugas pada sore dan
malam hari.
e. Petugas pengirim obat (runner) berjumlah 2
orang, masing-masing di ruang rawat inap
dan IGD.

10.1.3. Sarana dan Prasarana


a. Instalasi farmasi memiliki 5 depo farmasi,
yaitu:
•• Depo farmasi poliklinik eksekutif, terletak
di poliklinik eksekutif gedung A, ditujukan

116
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

untuk pelayanan farmasi bagi pasien


poliklinik eksekutif.
•• Depo farmasi poliklinik, terletak di
poliklinik reguler lantai 3 gedung B,
ditujukan untuk pelayanan farmasi bagi
pasien umum poliklinik reguler
•• Depo farmasi reguler, terletak di lantai
1 gedung B, ditujukan untuk pelayanan
farmasi bagi pasien BPJS.
•• Depo farmasi rawat inap, terletak di lantai
2 gedung F, ditujukan untuk pelayanan
farmasi bagi pasien rawat inap.
•• Depo farmasi kamar bedah, terletak di
kamar bedah lantai 4 gedung A.

Gambar 10.1 Instalasi Farmasi.

Sumber: dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

b. Sekat akrilik di setiap meja pelayanan pasien.


c. Sarana dan Prasarana lainnya sesuai dengan
standar pelayanan farmasi yang berlaku.

117
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

d. APD Tingkat kedua untuk semua petugas.


e. Kursi tunggu pengunjung/pasien dengan
jumlah yang dibatasi selama pandemi
COVID-19
f. Alat sanitasi tangan (hand sanitizer) di se­
tiap meja.

10.1.4. Protokol Implementasi


a. Semua petugas menggunakan APD Ting-
kat kedua selama melakukan pelayanan,
dan menerapkan perilaku kewaspadaan
pe­nye­baran COVID-19, yaitu menjaga jarak,
mencuci tangan, dan meminimalkan kon-
tak fisik antar petugas maupun dengan pe-
ngunjung/ pasien.
b. Pengunjung/ pasien mengikuti alur yang
sudah ditentukan di masing-masing depo
farmasi.
c. Untuk mengurangi kerumunan dan lama­
nya pengunjung/ pasien di ruang tunggu
maka:
•• Kapasitas ruang tunggu masing-masing
depo dikurangi setengah dari kapasitas
sebenarnya;
•• Jarak antar kursi tunggu adalah 1-2 meter;
•• Karena jumlah pasien BPJS lebih banyak
dari pasien lainnya, masuknya resep di
poli reguler sebagai pusat pelayanan
farmasi untuk pasien BPJS. selama masa
pandemi COVID-19 pelayanan poli re­guler
bisa selesai lebih cepat dan tidak terjadi
penumpukan pasien.
•• Waktu tunggu maksimal adalah 15 menit.
•• Pelayanan pengiriman obat ke rumah
akan dilakukan jika:

118
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

»» Terdapat kerumunan di ruang tung­


gu melebihi dari kapasitas yang diten­
tukan;
»» Proses penyiapan obat lebih dari 15
menit;
»» Resep berulang/copy resep.

10.2 Instalasi Optik


10.2.1. Tujuan
a. Memutus rantai penyebaran COVID-19.
b. Memberikan pelayanan optik kepada pasien
dengan menerapkan kewaspadaan penye­
baran COVID-19.

10.2.2. Sumber Daya Manusia


a. Refraksionis Optisien (RO) dengan keahlian
tambahan melakukan facet. Selama pan-
demi COVID-19, refraksionis yang melaku-
kan pelayanan minimal 1 orang per hari.
b. Petugas Administrasi. Selama pandemi
COVID-19, petugas administrasi yang melaku­
kan pelayanan minimal 1 orang per hari.

10.2.3. Sarana dan Prasarana


a. Terdapat 2 ruang Optik, yaitu ruang optik
reguler yang terletak di lantai 1 gedung B
poliklinik reguler, dan ruang optik poliklinik
eksekutif yang terletak di lantai 1 gedung
A poliklinik eksekutif. Selama pandemi
COVID-19, hanya ruang optik reguler saja
yang memberikan layanan.
b. Sekat akrilik di setiap meja.
c. Alat sanitasi tangan (hand sanitizer) di
setiap meja.

119
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

d. APD Tingkat 2 bagi semua petugas.


e. Kursi tunggu pengunjung yang jumlahnya
dibatasi selama pandemi COVID-19.
f. Sarana dan Prasarana lainnya sesuai dengan
standar instalasi optk yang sudah ditentu-
kan.

10.2.4. Protokol Implementasi


a. Semua petugas menggunakan APD Ting-
kat kedua selama melakukan pelayanan,
dan menerapkan perilaku kewaspadaan
penyebaran COVID-19, yaitu menjaga jarak,
mencuci tangan, dan meminimalkan kon-
tak fisik antar petugas maupun dengan pe-
ngunjung/ pasien.
b. Jumlah pengunjung yang masuk ke ruang
optik diatur sesuai dengan kapasitas ruangan.
c. Untuk menghindari kerumunan dan la­m­a­­­nya
pengunjung/ pasien berada di ruang optik
maka:
•• Kapasitas ruang tunggu dikurangi se­
tengah dari kapasitas seharusnya;
•• Jarak antar kursi tunggu adalah 1-2 meter;
•• Petugas secara aktif memberikan saran
terhadap kebutuhan kacamata pe­ngun­
jung/ pasien, sehingga pengunjung/ pa­sien
terbantu menentukan pilihan kacamata
dengan lebih cepat;
•• Untuk mengurangi risiko pasien ter­
infeksi, petugas menyarankan semua pe­
ngunjung/ pasien agar menggunakan me­
tode pengiriman ke rumah meng­gunakan
kurir saat pengambilan kacamata.

120
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Referensi
1. Pedoman Pencegahan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19). Revisi ke-4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan Pengendalian Penyakit;
2020. [Diunduh 2 Mei 2020]. Tersedia dari
2. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Ja-
karta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2019. Tersedia dari
http://farmalkes.kemkes.go.id/?wpdmact=process&did=Njk4Lmh-
vdGxpbms=

121
11

PANDUAN
BAGIAN/ UNIT LAIN
YANG MINIMAL KONTAK
DENGAN PASIEN
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

11.1 Tujuan
a. Memberikan panduan bagi unit kerja di
PMN RS Mata Cicendo yang tidak melaku-
kan kontak langsung dengan pasien/ pe-
layanan risiko rendah.
b. Melaksanakan pencegahan dan memutus
rantai penyebaran COVID-19.

11.2 Sumber Daya Manusia


a. Direksi.
b. Ketua Komite / Satuan Pengawas Internal.
c. Kepala bagian/Kepala Bidang.
d. Kepala sub bagian/Kepala seksi.
e. Petugas di bawah Direktorat Keuangan &
BMN (kecuali kasir dan TU pelayanan).
f. Petugas di bawah Direktorat Perencanaan &
Umum (kecuali Petugas Informasi).
g. Petugas di bawah Direktorat Sumber Daya
Manusia & Pendidikan.

11.3 Sarana/prasarana
a. Unit kerja berlokasi di gedung A,B,C dan D.
b. Alat pelindung diri Tingkat pertama untuk
semua karyawan.
c. Alat sanitasi tangan (hand sanitizer) dise-
diakan di lingkungan tempat bekerja.
d. Ruang kerja dikondisikan dengan memper-
hatikan jarak minimal 1-2 meter antar orang.
e. Sarana/prasarana lain sesuai dengan stan-
dar ruang kerja.

123
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

11.4 Protokol Implementasi


a. Untuk membatasi kepadatan ruangan, se-
bagian petugas bekerja dari kantor (Work
From Office/WFO) dan sebagian dari rumah
(Work From Home/WFH) dengan komposisi
disesuaikan jumlah Sumber Daya Manusia
yang dimiliki tiap unit kerja.
b. Sebelum memasuki area kerja, pada pintu
masuk khusus karyawan dilakukan peng­
ukuran suhu tubuh dengan thermo gun,
prosedur cuci tangan dan wajib menggu-
nakan masker.
c. Semua petugas WFO menggunakan ab-
sensi wajah (face recognition) dan bukan
menggunakan jari (finger print) pada saat
datang dan pulang sesuai jam kerja yang
ditetapkan.
d. Semua petugas yang WFH melaksanakan
pekerjaan sesuai uraian tugas yang di­ be­
rikan atasan masing-masing dan wajib me­
ngirimkan share location serta foto diri ber­
ada di rumah sebagai absensi datang dan
pulang sesuai jam kerja yang ditetapkan.
e. Kegiatan diskusi atau rapat dilakukan de­
ngan memperhatikan jarak antar individu,
menggunakan masker atau dilakukan de­
ngan metode daring.
f. Dilakukan proses disinfeksi pada seluruh ru-
ang kerja setiap hari

124
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Referensi:
1. Pedoman Pencegahan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19). Revisi ke-4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan Pengendalian Penyakit;
Maret 2020
2. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Rekomendasi
Standar Penggunaan APD untuk Penanganan COVID-19 di Indone-
sia; Maret 2020

125
12

PANDUAN PENGELOLAAN
LIMBAH RUMAH SAKIT
SELAMA PANDEMI
COVID-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

12.1 Tujuan
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID-19 melalui pengolahan limbah yang
terduga tercemar COVID-19, baik limbah
cair, limbah padat domestik dan khusus,
maupun limbah padat Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) medis.
b. menjaga lingkungan di sekitar rumah sakit
dari pencemaran yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan.

12.2 Sumber Daya Manusia


a. Sanitarian dengan kualifikasi berjenjang se-
banyak 4 orang.
b. Pelaksana teknis sebanyak 2 orang.
c. Petugas kebersihan di instalasi IGD, Instala-
si rawat jalan, instalasi rawat inap, maupun
instalasi kamar bedah yang berhubungan
dengan limbah yang berasal dari pasien.

12.3 Sarana dan Prasarana


12.3.1. Pengelolaan Limbah Cair
a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dengan fasilitas penunjang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
b. IPAL PMN RS Mata Cicendo terletak di be-
lakang gedung G dengan luas lahan 240 m2
dan diamankan dengan pagar pengaman di
sekelilingnya.
c. APD yang digunakan petugas adalah APD
tingkat ketiga.

127
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

12.3.2. Pengelolaan Limbah Padat domestik


dan khusus
a. Wadah limbah padat domestik yang dibagi
menjadi limbah padat organik, non organik,
dan limbah padat khusus.
b. Wadah limbah organik dan non organik di-
lapisi dengan plastik warna hitam, sedang-
kan wadah limbah padat khusus dilapisi
plastik warna kuning.
c. Wadah pengangkut.
d. Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) ter-
letak di area dekat gerbang masuk Rumah
Sakit dan dibatasi pagar yang mengelilingi­
nya, dan didalamnya dikelompokkan men-
jadi TPS limbah padat domestik, limbah pa-
dat khusus (B3 non medis), dan limbah B3
medis.
e. APD yang digunakan petugas pengumpul
limbah padat domestik adalah APD tingkat
kedua dengan tambahan apron dan sepatu
bot.
f. APD yang digunakan petugas pengumpul
limbah padat khusus (B3 non medis) adalah
APD Tingkat ketiga.

12.3.3. Pengelolaan Limbah Padat Bahan


Berbahaya dan Beracun (B3) Medis
a. Wadah limbah padat B3 medis yang ditan­
dai dengan tanda khusus bertuliskan “Sa­
ngat Infeksius”.
b. TPS terletak di area dekat gerbang ma-
suk Rumah Sakit dan dibatasi pagar yang
mengelilinginya, dan didalamnya dikelom-

128
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

pokkan menjadi TPS limbah padat domes-


tik, limbah padat khusus dan limbah B3 me-
dis
c. APD yang digunakan petugas adalah APD
tingkat ketiga.

Gambar 12.1. Pengangkut Limbah padat khusus

Sumber: dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

129
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

12.4 Protokol Implementasi


12.4.1. Pengelolaan Limbah cair
a. Limbah cair yang terinfeksi COVID-19 adalah
semua air buangan termasuk tinja, berasal
dari kegiatan penanganan pasien COVID-19
yang kemungkinan mengandung mikro-
organisme khususnya virus Corona, bahan
kimia beracun, darah dan cairan tubuh lain,
serta cairan yang digunakan dalam kegiat­
an isolasi pasien meliputi cairan dari mulut
dan/ atau hidung atau·air kumur pasien dan
air cucian alat kerja, alat makan dan minum
pasien dan/ atau cucian linen, yang berbaha-
ya bagi kesehatan, bersumber dari kegiatan
pasien isolasi COVID-19, ruang perawatan,
ruang pemeriksaan, ruang laboratorium, ru-
ang pencucian alat dan linen.
b. Cairan dari mulut dan/atau hidung atau air
kumur pasien dimasukkan ke wadah pe­
ngumpulan yang disediakan atau langsung
dibuang di wastafel atau lubang air limbah
di toilet.
c. Air cucian alat kerja, alat makan dan minum
pasien dan/atau cucian linen dimasukkan
langsung ke dalam lubang air Limbah yang
tersedia.
d. Pastikan semua pipa penyaluran air Limbah
harus tertutup dengan diameter memadai.
e. Pastikan aliran pada semua titik aliran lan-
car, baik di dalam Gedung maupun di luar
Gedung Pemeriksaan instalasi penyaluran

130
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

dilakukan setiap hari. Pastikan semua unit


operasi dan unit proses IPAL bekerja opti-
mal.
f. Unit proses IPAL sekurang-kurang terdiri
atas proses sedimentasi awal, proses bio­
logis (aerob dan/atau anaerob), sedimentasi
akhir, penanganan lumpur, dan disinfeksi
dengan klorinasi (dosis disesuaikan agar
mencapai sisa klor 0,1-0,2 mg/I).
g. Setelah proses klorinasi, pastikan air kontak
dengan udara untuk menghilangkan kan­
dungan klor di dalam air sebelum dibuang
ke badan air penerima.
h. Lumpur hasil proses IPAL,bila meng­gunakan
pengering lumpur atau mesin press, dapat
dibakar di insinerator atau dikirim ke peru-
sahaan jasa pengolah limbah B3.
i. Jika tidak dimungkinkan untuk dilakukan
keduanya, maka dapat dilakukan pengu-
buran sesuai dengan kaidah penguburan
Limbah B3 sebagaimana diatur dalam Per­
aturan Menteri Lingkungan Hidup dan Ke-
hutanan nomor P.56 tahun 2015.
j. Pengukuran unit proses disinfeksi air limbah
dengan kandungan sisa kier pada ki­saran
0,1-0,2 mg/I yang diukur setelah waktu
kontak 30 menit sekurang-kurangnya sekali
dalam sehari.
k. Pengukuran unit proses disinfeksi air limbah
dengan kandungan sisa kier pada ki­saran
0,1-0,2 mg/I yang diukur setelah waktu
kontak 30 menit sekurang-kurangnya sekali
dalam sehari.

131
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

12.4.2. Pengelolaan LImbah Padat Domestik


a. Limbah Padat Domestik adalah limbah yang
berasal dari kegiatan kerumahtanggaan
atau sampah sejenis, seperti sisa makanan,
kardus, kertas, dan sebagainya baik organik
maupun anorganik.
b. Limbah padat khusus meliputi masker seka-
li pakai, sarung tangan bekas, tisu/ kain yang
mengandung cairan/ droplet hidung dan
mulut), diperlakukan seperti Limbah B3 in-
feksius
c. Simpan wadah limbah padat domestik dan
khusus di lokasi yang mudah dijangkau
orang.
d. Pengumpulan limbah domestik dari wadah
dilakukan bila sudah 3/4 penuh atau se­
kurang-kurangnya sekali dalam 24 jam.
e. Pengumpulan limbah khusus ini dilakukan
bila sudah 3/4 atau sekurang-kurangnya
sekali dalam 6 jam.
f. Pengumpulan dilakukan dengan lang-
kah-langkah:
•• Buka tutup tempat sampah;
•• Ikat kantong pelapis dengan membuat
satu simpul;
•• Masukkan kantong tersebut ke wadah
pengangkut.
g. Setelah melakukan pengumpulan, petugas
wajib membersihkan seluruh badan atau
sekurang-kurangnya mencuci tangan den-
gan sabun dan air mengalir.
h. Peralatan pelindung diri bot, dan apron
yang digunakan agar didisinfeksi sesegera

132
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

mungkin pada larutan disinfektan, sedang-


kan masker dan sarung tangan dibuang ke
wadah limbah padat khusus.
i. Limbah padat organik dan anorganik agar
disimpan di TPS Limbah Padat Domestik
paling lama 1 x 24 jam untuk kemudian
berkoordinasi dengan instansi yang mem-
bidangi pengelolaan limbah domestik di ka-
bupaten/ kota.
j. TPS Limbah padat domestik agar dilakukan
disinfeksi.
k. Limbah padat khusus agar disimpan di TPS
Sampah/ Limbah B3 dengan perlakuan se­
perti limbah B3 infeksius.

12.4.3.
Pengelolaan LImbah Padat Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) Medis
a. Limbah B3 Medis Padat adalah barang
atau bahan sisa hasil kegiatan yang tidak
digunakan kembali yang berpotensi ter­
kontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius
atau kontak dengan pasien dan/ atau
petugas di unit yang menangani pasien
COVID-19, meliputi: masker bekas, sarung
tangan bekas, perban bekas, tisu bekas,
plastik bekas minuman dan makanan,
kertas bekas makanan dan minuman, alat
suntik bekas, set infus bekas, Alat Pelindung
Diri bekas, sisa makanan pasien dan lain-
lain, berasal dari kegiatan pelayanan di
IGD, ruang rawat inap COVID,, dan ruang
pelayanan lainnya.
b. Limbah B3 medis dimasukkan ke dalam wa-
dah/bin yang dilapisi kantong plastik warna
kuning yang bersimbol “biohazard”.

133
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

c. Hanya limbah B3 medis berbentuk padat


yang dapat dimasukkan ke dalam kantong
plastik limbah B3 medis. Jika di dalamnya
terdapat cairan, maka cairan harus dibuang
ke tempat penampungan air limbah yang
disediakan atau lubang di wastafel atau WC
yang mengalirkan ke dalam IPAL (instalasi
pengolahan Air Limbah).
d. Setelah ¾ penuh atau paling lama 12 jam,
sampah/limbah B3 dikemas dan diikat ra-
pat. Limbah Padat B3 Medis yang telah
diikat setiap 24 jam harus diangkut, dicatat
dan disimpan pada TPS Limbah B3.
e. Petugas wajib menggunakan APD tingkat
ketiga.
f. Pengumpulan limbah B3 medis padat ke
TPS Limbah B3 dilakukan dengan meng­
gunakan alat transportasi khusus limbah
infeksius.
g. Berikan simbol Infeksius dan label, serta ke­
terangan “Limbah Sangat 8 Infeksius. Infek-
sius Khusus”.
h. Limbah B3 Medis yang telah diikat setiap 12
jam di dalam wadah/bin harus diangkut dan
disimpan pada TPS Limbah B3.
i. Pada TPS Limbah B3 kemasan sampah/
limbah B3 COVID-19 dilakukan disinfeksi de­
ngan menyemprotkan disinfektan (sesuai
dengan dosis yang telah ditetapkan) pada
plastik sampah yang telah terikat.
j. Setelah selesai digunakan, wadah/ bin di
disinfeksi dengan disinfektan seperti klorin
0,5%, lysol, karbol, dan lain-lain.

134
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

k. Limbah B3 Medis padat yang telah diikat,


dilakukan disinfeksi menggunakan dis­
infektan berbasis klorin konsentrasi 0,5% bila
akan diangkut ke pengolah.
l. Pengangkutan dilakukan dengan menggu-
nakan alat transportasi khusus limbah dan
petugas menggunakan APD.
m. Petugas pengangkut yang telah selesai
bekerja melepas APD dan segera mandi
dengan menggunakan sabun antiseptik
dan air mengalir.
n. Dalam hal tidak dapat langsung dilakukan
pengolahan, maka Limbah dapat disimpan
dengan menggunakan freezer/ cold-storage
yang dapat diatur suhunya di bawah 0oC di
dalam TPS.
o. Melakukan disinfeksi dengan disinfektan
klorin 0,5% pada TPS Limbah B3 secara
menyeluruh, sekurang-kurangnya sekali da-
lam sehari.
p. Pengolahan limbah B3 medis dilakukan dengan
menggunakan jasa perusahaan peng­ olahan
yang berizin, dengan melakukan perjanjian
kerjasama pengolahan. Pe­ngolahan harus di­
lakukan sekurang-kurang­nya 2 x 24 jam.
q. Timbulan/ volume limbah harus tercatat da-
lam log book setiap hari.
r. Memiliki Manifest limbah yang telah diolah,
s. Melaporkan pada Kementerian Lingkung­
an Hidup dan Kehutanan terkait jumlah
limbah medis yang dikelola melalui Dinas
Lingkung­ an Hidup Provinsi/ Kabupaten/
Kota.

135
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Referensi
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Revisi ke-4. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pencegahan Pengendalian Penyakit; Maret 2020
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengelolaan
Limbah Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Darurat Dan Puskes-
mas Yang Menangani Pasien COVID-19. Jakarta: Direktorat Keseha-
tan LIngkungan; 2020. [Diunduh 2 Mei 2020]. Tersedia dari.https://
www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/COVID-19/Pe-
doman%20Pengelolaan%20Limbah%20Fasyankes%20COVID%20
19-1.pdf

136
13

PANDUAN PELAYANAN
INSTALASI GIZI SELAMA
PANDEMI COVID-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

13.1 Tujuan
13.1.1. Tujuan Umum 
Terwujudnya pelayanan gizi dan dietetik yang
optimal bagi Pasien dalam Perawatan (PDP)
dan tenaga kesehatan  serta petugas lain
yang menanganinya di PMN RS Mata Cicendo
Bandung. 

13.1.2. Tujuan Khusus 


a. Tersedianya panduan pelayanan Asuhan
Gizi bagi pasien PDP sesuai kebutuhan klien
serta aspek keselamatan pasien.
b. Tersedianya panduan Penyelenggaraan
Asuhan  Makanan dan Diet yang bermutu,
sesuai kebutuhan  dan memenuhi aspek
keamanan makanan dan  aspek kesela-
matan pasien.
c. Tersedianya panduan dalam rangka me-
lindungi  keselamatan dan kesehatan tena-
ga pengelola dan pelaksana dalam menye-
lenggarakan pelayanan gizi dan dietetik.
d. Tersedianya panduan dalam pelayanan edu-
kasi gizi dan konseling gizi sebagai langkah
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

13.2 Sumber Daya Manusia


a. Ahli Gizi 5 orang;
b. Tenaga pengolah makanan 9 orang;
c. Pramusaji sebanyak 6 orang.

138
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

13.3 Sarana/Prasarana
a. Bagian Produksi Makanan: Gedung H Lantai 1.
b. Pantry Rawat Inap: Gedung F Lantai 1 dan 2.
c. Ruang Administrasi Gizi: Gedung G Lantai 2.

13.4 Protokol Implementasi


a. Pelayanan gizi dan dietetik adalah proses
pelayanan gizi yang dilakukan oleh tenaga
gizi, terdiri dari pelayanan asuhan gizi dan
penyelenggaraan makanan sebagai upaya
memperbaiki keadaan gizi pasien yang se-
cara khusus berdampak pada pencegahan,
perlambatan atau pengelolaan penyakit dan
atau kondisi kesehatan. Alur pelayanan gizi
dapat dilihat pada Gambar 13.1, sedangkan
alur audit mutu penyelenggaraan makanan
dapat dilihat pada Gambar 13.2.
b. Proses penapisan pasien atas kebutuhan
asuhan gizi. Pasien yang tidak berisiko gizi,
tidak dilakukan proses asuhan gizi diorder-
kan diet normal. Dilakukan pemantauan
atau penapisan ulang 7 hari kemudian. Jika
kondisi baik/ tercapai dan diizinkan pulang
maka pelayanan akan dihentikan.
c. Proses Asuhan Gizi Terstandar yang diberi­
kan pada pasien PDP yang berisiko mal­
nutrisi. Pada tahap ini dietisien (sesuai
kompetensi dan kewenangannya) akan
me­ lakukan pengkajian gizi, menetapkan
diagnosis gizi, memberikan intervensi gizi
sesuai protokol terapi diet dan monitoring

139
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

evaluasi gizi guna memutuskan kelanjutan


asuhan. Jika kondisi baik/ tercapai tujuan
dan diijinkan pulang maka pelayanan
asuhan gizi akan dihentikan
d. Proses kegiatan Penyelenggaraan Makanan
merupakan rangkaian kegiatan penyediaan
makanan pasien sesuai dengan order diet
atau preskripsi diet hasil kolaborasi dietisien
dengan DPJP. Proses ini terdiri dari aspek
manajemen seperti penyusunan standar
Panduan Pemberian Makanan (PPM), pe-
rencanaan menu, pengadaan makanan
sampai dengan penerimaan makanan. As-
pek Operasional teknis meliputi persiapan,
pengolahan dan distribusi makanan.
e. Mengingat penyebaran COVID-19 yang
tidak terduga dan risiko tinggi paparan-
nya ke­pada tenaga gizi maupun penyaji
makanan maka perlu dilakukan modifikasi
sistem yang mengutamakan jaga jarak, jaga
sanitasi dan higiene, serta sanitasi personal
sebagai pencegahan dan pengendalian in-
feksi COVID-19.

13.4.1. Pelayanan Asuhan Gizi


a. Pelayanan Asuhan Gizi
•• Semua pasien baru yang berisiko sebagai
PDP dilakukan skrining gizi. Perangkat
skrining gizi masuk di dalam formulir
pengkajian perawat.
•• Skrining pasien dewasa menggunakan
formulir MST (Malnutrition Screening
Tool) menilai risiko malnutrisi dilakukan
dengan 2 pertanyaan yaitu:

140
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

»» Apakah ada penurunan berat badan


sejak 6 bulan yang lalu? Jika ya berapa
kg penurunannya.
»» Apakah ada penurunan asupan makan
karena tidak nafsu makan, kesulitan
mengunyah atau menelan.
»» petugas mengidentifikasi kondisi khusus
yaitu pasien dengan penyakit yang
meng­ akibatkan berisiko malnutrisi
contoh: penyakit infeksi, pneumonia,
PPOK/ COPD, hati, ginjal, DM/ endokrin,
kanker, stroke, dll). Jika Score MST ≥
2 atau pasien kondisi khusus maka
dilakukan pengkajian gizi lanjut.
•• Melakukan Asesmen/ Pengkajian gizi,
me­liputi kegiatan pengumpulan data
antropometri, biokimia, fisik, riwayat ma­
kan, riwayat personal. Data riwayat makan
bisa menggunakan data sekunder.
•• Membuat Diagnosis Gizi
Berdasarkan data pengkajian dicari pola
dan hubungan antar data yang terkumpul
dan memilah masalah gizi dan penyebab
masalah. Penulisan diagnosis gizi dengan
konsep PES (Problem, Etiologi dan Sign/
symptom).
•• Membuat Intervensi Gizi
Intervensi terdiri dari perencanaan dan
implementasi. Pada perencanaan dilaku­
kan penetapan tujuan dan menghitung
kebutuhan zat gizi, jenis diet, modifikasi
diet, jadwal pemberian dan akses/ jalur
makanan. Implementasi yaitu melak­sana­
kan rencana asuhan.

141
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 13.1. ALUR PELAYANAN GIZI PASIEN PDP

Sumber: Pelayanan Panduan Gizi dan Dietetik di Rumah Sakit Darurat. Direktorat
Gizi Masyarakat.2020

142
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Gambar 13.2. Alur Audit Mutu Kegiatan


Penyelenggaraan Makanan Untuk Makanan
Pasien Selama Pandemi COVID-19.

Sumber: Pelayanan Panduan Gizi dan Dietetik di Rumah Sakit Darurat. Direktorat
Gizi Masyarakat.2020

143
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Melakukan Monitoring Evaluasi


Kegiatan ini dilakukan untuk untuk
mengetahui respon pasien terhadap
intervensi yang dilakukan dan keber­
hasilannya.

•• Pencatatan
Melakukan pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk
pengawasan dan pengendalian mutu
pelayanan dan bentuk komunikasi ter­
hadap profesional pemberi asuhan lain
nya. Format pencatatan menggunakan
ADIME.

b. Prosedur Pemberian Diet dan Terapi Gizi


Pada Berbagai Kondisi
Prosedur pemberian diet dan terapi gizi dis-
esuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
pasien. Pemberian diet dan terapi gizi pada
pasien PDP berdasarkan gejala dan kondis-
inya dapat dilihat pada Tabel 13.1.

144
Tabel 13.1. Prosedur Pemberian Diet dan Terapi Gizi4

Kondisi Energi Protein Lemak KH Ket

Pneumonia Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Pada pasien


Anak menyesuaikan usia menyesuaikan lemak 20 – karbohidrat anak dengan
dan faktor pertumbuh­ usia dan faktor 25 % atau 60 % dari total kondisi status
an dengan koreksi pertumbuhan sesuaikan energi atau 40 – 50 gizi buruk
faktor stress dengan proporsi % dalam kondisi mengacu pada
20 – 30% pemberian sesak untuk men- tatalaksana gizi
karbohidrat gurangi dampak buruk
metabolisme
KH (CO2 ).
Pneumonia 25 - 30 Kcal/ - 1,2 – 2 25 - 30 % Kebutuhan KH -
Dewasa kgBB ideal dengan gram/kg BB dari total energi 60% dari total
tambahan faktor stress ideal atau atau sesuaikan energi atau 40 –
20-30% dengan proporsi 50% dalam
- 25 – 35% pemberian kondisi sesak
kebutuhan karbohidrat untuk mengurangi
kalori dampak
metabolisme KH
- 50% (CO2 )
merupakan Pilih jenis
sumber protein karbohidrat
bernilai biologis kompleks
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata

tinggi
Kehamilan Kebutuhan + + 17 gram Sda Sda
dan 20-30% (ditambah) (ditambah)
menyusui

145
Kondisi Energi Protein Lemak KH Ket

Diabetes 25 - 30 Kcal/ Sda Sda Sda Mengacu


Melitus kg BB dengan koreksi pada syarat diet
infeksi pasien DM
20-30%
Hipertensi 25 - 30 Kcal/ Sda Sda Sda Mengacu pada
kg BB dengan koreksi syarat diet
infeksi Natrium
20-30% 2400mg/hari
rendah garam
sesuai
tingkat
keparahan
Penyakit 35 Kcal/kg BB - Pre-dialisis; Sda Sda Prinsip dan
ginjal kronik 0.6 - 0.75 Syarat diet
gram/kg BBi mengacu
- Dialisis: 1.2 g/kg kepada syarat
BBi diet pasien
- CAPD: 1.2 Ginjal Kronik
- 1.3 g/kg BBI
- 50% merupa-
kan sumber
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata

protein bernilai
biologis tinggi

146
Kondisi Energi Protein Lemak KH Ket

Kondisi Pemberian energi di 1,2 – 2 25 - 30 % Sisa dari Dalam


kritis awal tidak lebih dari gram/kg BB dari total protein dan lemak pemberian
70% target kebutuhan ideal atau 25 energi atau makanan
/ tidak dianjurkan – 35% kebutuhan sesuai dengan perhatikan
pemberian zat gizi kalori % pemberian tanda – tanda
secara agresif karbohidrat overfeeding dan
Pem­berian di awal risiko refeeding
hanya 10 – 15 kkal/ kg/ syndrome
hari dan ditingkat­kan
pada hari 3 sampai
7 jika kondisi pasien
telah stabil.
Usia 30-35 kcal/ 1,2-2 gram/kg 20-25% Menyesuaik Jika ada pe­ny­
Lanjut KgBB BB jika tidak ada dari total an sisa dari total a­kit penyerta
gangguan ginjal kebutuhan kebutuhan, bila (Diabetes
terdapat sesak KH mellitus gang-
<50% guan ginjal,
gangguan hati,
Malnutrisi dsb)
kebutuhan zat
gizi disesuaikan
kembali
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata

Apabila dengan penyakit penyulit lainnya, kebutuhan energi dan zat gizi disesuaikan dengan syarat diet sesuai
dengan penyakit penyulit tersebut

147
Sumber: Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Penuntun Diet
dan Terapi Gizi Edisi 4. EGC. 2019.
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

c. Prosedur Order Diet


•• Dokter melakukan Order diet awal (pre­
skripsi diet) dituliskan pada rekam medis
pasien. Penulisan order diet terdiri dari:
»» Bentuk makanan, contoh: cair, saring,
lunak, nasi biasa.
»» Jenis diet yang diminta contoh Tinggi
Energi Tinggi Protein (TETP), Rendah
Garam (RG), Diabetes Melitus (DM), dll.
»» Akses makanan via oral/ enteral/
parenteral
•• Dietisien melakukan pengkajian dan
meng­hitung kebutuhan zat gizi dan da­
pat mengusulkan preskripsi diet lanjut­
an berkolaborasi dengan DPJP apabila
ada yang harus disesuaikan. Preskripsi
diet lanjutan dituliskan oleh dokter dan
dietisien dalam rekam medis.
•• Nutrisionis/ Dietisien mencatat order diet
dalam DPMP (Daftar Permintaan Makan
Pasien), melakukan rekapitulasi order
diet, dan memesan ke bagian produksi
makanan.

d. Prosedur Edukasi Gizi


•• Dietisien menyiapkan materi yang akan
disampaikan kepada pasien sesuai de­ngan
kondisi pasien melalui hasil pengkajian
gizi.
•• Edukasi dilakukan dengan kondisi yang
paling memungkinkan, menggunakan
APD lengkap atau jika tidak tersedia APD
maka dapat menggunakan tele-edukasi

148
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

melalui whatsapp, telepon, intercom


ruang­an atau alat komunikasi lainnya.
•• Dietisien melaporkan kepada petugas
jaga pasien yang telah dilakukan edukasi.
•• Dietisien melakukan pencatatan pada
rekam medis pasien atau disesuaikan
dengan standar setempat.

13.4.2. Kegiatan Penyelenggaraan Makanan


Penyelenggaraan makanan rumah sakit me­
rupakan rangkaian kegiatan mulai dari pe­
rencanaan menu sampai dengan distribusi dan
penyajian makanan kepada pasien dalam rangka
pencapaian status gizi dan kesehatan yang
optimal melalui pemberian makanan yang tepat
sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.

Bentuk sistem penyelenggaraan makanan


yang dilakukan di PMN RS Mata Cicendo
Bandung adalah dengan sistem swakelola
dimana seluruh sumber daya yang diperlukan
(tenaga, dana, metoda, sarana, dan prasarana)
disediakan oleh rumah sakit sendiri.

Pada prinsipnya penyelenggaraan makanan


dilaksanakan dalam upaya agar pasien men­
dapat­kan pemberian makanan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien. Oleh karena itu
peranan Dietisien dalam penyediaan makanan
kepada pasien harus dapat memastikan bahwa
pasien mendapatkan pelayanan makanan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.

Proses penyediaan makanan pada pasien


diawali dari preskripsi/order diet yang dibuat

149
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

DPJP atau Dietisien sesuai dengan hasil


pengkajian gizi yang dituangkan dalam Daftar
Permintaan Makanan Pasien untuk selanjutnya
disampaikan ke Bagian Produksi Makanan
untuk diproses dan disiapkan. Selama proses
produksi makanan diperhatikan prinsip higiene
dan sanitasi makanan untuk meminimalkan
risiko kontaminasi pada makanan dengan
menerapkan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI).

a. Prosedur Permintaan Makanan Pasien


COVID-19
•• Petugas pramusaji melakukan pendataan
terhadap nama pasien, tanggal lahir dan
jenis diet pasien, mencatat pada DPMP.
•• Dietisien memeriksa ketepatan diet yang
ada pada DPMP (disesuaikan dengan
pengkajian Dietisien).
•• Pramusaji melakukan input diet ke Sistem
Informasi Rumah Sakit untuk mencetak
etiket diet.
•• Pramusaji menyerahkan DPMP ke Bagian
produksi makanan.
•• Petugas produksi makanan membuat
rekapitulasi permintaan makanan pasien
dan mencatat pada papan permintaan
makan.
•• Petugas produksi makanan menyediakan
makanan sesuai jumlah permintaan.

b. Prosedur Distribusi dan penyajian Makanan


Pasien COVID-19
•• Petugas distribusi makanan menyiapkan
makanan yang sudah dikemas dalam alat
saji sekali pakai sesuai jadwal distribusi.

150
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Petugas Penyaji makanan mengambil


ma­kanan ke dapur darurat sesuai dengan
daftar permintaan makanan pasien.
•• Pramusaji melengkapi makanan tersebut
dengan etiket diet (nama, tanggal lahir
dan jenis diet).
•• Pramusaji membawa makanan ke ruang
rawat inap dengan menggunakan troli
makanan tertutup.
•• Pramusaji menyerahkan makanan kepada
perawat yang bertugas di ruang rawat
inap, catat waktu dan jumlah porsi ma­
kanan yang akan disajikan sesuai daftar
permintaan makanan pasien.
•• Perawat menyajikan makanan sesuai
dengan etiket dietnya.
•• Petugas kebersihan (Cleaning service)
melakukan pengambilan alat makan yang
sudah disajikan dan membuangnya ke
tempat pembuangan sampah COVID-19.

c. Prosedur Penanganan Alat Makan Sekali


Pakai pada pasien COVID-19
•• Petugas Cleaning service (yang sudah
terlatih dalam penanganan bahan dan
alat infeksius) akan mengambil alat
makan sekali pakai mengenakan APD
dan cuci tangan sesuai standar WHO.
•• Petugas Cleaning service masuk ke dalam
ruang rawat pasien dan mengambil alat
makan yang sudah selesai digunakan.
•• Pengambilan alat makan dilakukan 3
x setiap hari setiap kali selesai makan,
makanan utama dan makanan ringan.

151
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Petugas Cleaning service langsung me­


masukkan alat makan ke dalam kantong
plastik khusus untuk barang/ alat infek­
sius warna kuning.
•• Setelah mengambil semua alat makan,
plastik lalu diikat dan langsung dibawa ke
tempat pembuangan sementara dalam
troli tertutup khusus barang infeksius
(warna kuning).

Referensi
1. Panduan Pelayanan Gizi dan Dietetik di Rumah Sakit Darurat dalam
Penanganan Pandemi COVID-19. Direktorat Gizi Masyarakat. 2020
2. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus. Di-
rektorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2013 tentang Pe-
doman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Keseha-
tan Lingkungan Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pe-
doman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
6. Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisien Indonesia.
Penuntun Diet dan Terapi Gizi Edisi 4. EGC. 2019.

152
14

PANDUAN PELAYANAN
PENDUKUNG TERAPI
PSIKOLOGI PADA PASIEN
TERDUGA COVID-19
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

14.1 Tujuan
a. Memberikan pelayanan konsultasi kepada
pasien dengan menerapkan kewaspadaan
penyebaran COVID-19.
b. Memberikan dukungan dan menjaga kese-
hatan mental Tenaga Medis COVID-19.

14.2 Sumber Daya Manusia


Satu orang Psikolog Klinis.

14.3 Sarana dan Prasarana


a. Ruang konsultasi psikologi terletak di lantai 2.
b. Sarana dan Prasarana lainnya sesuai dengan
standar yang berlaku.
c. APD tingkat kedua untuk semua petugas.
d. Kursi tunggu pengunjung/ pasien dengan
jumlah dan jarak yang dibatasi selama pan-
demi COVID-19.
e. Alat sanitasi tangan (hand sanitizer) di meja
konsultasi.

14.4 Protokol Implementasi


a. Petugas menggunakan APD tingkat kedua
selama melakukan pelayanan, dan mene­
rapkan perilaku kewaspadaan penyebaran
COVID-19, yaitu menjaga jarak, mencuci
tangan, dan meminimalkan kontak fisik
antar petugas maupun dengan pengunjung/
pasien. Pengunjung/ pasien mengikuti alur
yang sudah ditentukan. Untuk mengurangi

154
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

kerumunan dan lamanya pengunjung/


pasien di ruang tunggu maka:
•• Kapasitas ruang tunggu dikurangi se­
tengah dari kapasitas sebenarnya.
•• Jarak antar kursi tunggu adalah 1-2 meter.

b. Upaya yang dilakukan untuk mengenali


tingkat stres yang diderita:
•• Lakukan identifikasi gejala stres, dengan
ciri-ciri nyeri gigi, berat badan naik, sakit
kepala, perubahan suasana hati, sakit
punggung dan leher, kurang tidur malam
adalah sinyal mengalami stres;
•• Mencari pemicu penyebab stres, contoh­
nya, jika bekerja dari rumah atau me­
nonton berita membuat cemas, jengkel
atau mengalami sakit kepala atau leher,
segera berdiri dan berhenti sejenak.
Kemudian mendengarkan musik atau
pergi ke tempat yang tenang untuk ber­
santai dapat membantu mengatur ulang
kondisi mental dan kembali bekerja.
Mengatur jadwal dengan penjadwalan
ulang kegiatan sehari-hari dengan ber­
istirahat yang cukup dari pekerjaan,
menonton atau membaca berita dan
bersosial media.

c. Upaya yang dilakukan dalam terapi stres


yang diderita pasien:
•• Melakukan kegiatan yang kreatif, yakni
dengan menghabiskan waktu untuk
mencari kegiatan yang baru atau melaku­
kan hobi. Hal itu membantu seseorang
menjadi rileks;

155
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Menerapkan pernapasan untuk relaksasi;


•• Berolahraga dapat meningkatkan ke­ se­
hat­an fisik dan mental.
d. Upaya yang dilakukan dalam terapi stres
yang diderita tenaga medis dan paramedis:
•• Pastikan Kebutuhan dasar terpenuhi;
•• Lakukan strategi coping stres yang Sehat;
antara lain:
»» Para tenaga medis mungkin dapat
melakukan relaksasi dengan masuk
ke sebuah ruangan yang nyaman, ter­
pisah dari suasana ruang perawatan
yang cenderung tegang;
»» Disana tenaga medis dapat duduk dan
melepas seragam medis dan meng­
ambil nafas panjang 3-4 kali. Setiap
tarikan dan hembusan nafas diselingi
dengan mengucapkan kali­ mat rileks
dan nyaman sambil mem­ bayangkan
menuruni 10 anak tangga;
»» Setelah itu tenaga medis bisa mem­
bayangkan apa yang akan dilakukan
setelah kembali ke rumah dan
menyakinkan diri sudah melakukan
segalanya dan tidak ada virus yang
menempel;

•• Pertahankan hubungan sosial dengan


keluarga, kerabat dan teman;
•• Bangun interaksi sosial yang sehat dengan
individu lain yang ada di Fasyankes;
•• Pelajari dan waspada dengan munculnya
indikasi dampak stress yang negati;

156
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

•• Manfaatkan layanan kesehatan jiwa dan


kerjasama lintas sektoral yang tersedia.

Gambar 14.1 Proses pelayanan Konseling.

Sumber: dokumentasi PMN RS Mata Cicendo

Referensi
1. https://Attendee.GOTOWEBINAR.COM/REGISTER/381521045871183116
2. ipkindonesia.or.id
3. https://m.merdeka.com

157
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

LAMPIRAN

158
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

DAFTAR OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI


PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT
MATA CICENDO TERKAIT COVID-19 

1. ALAT KESEHATAN
1. Ventilator Standby (1 buah)
2. Ventilator portable (1 buah)
3. Brancard isolasi (3 buah)
4. X-Ray mobile (1 buah)
5. Alat nebulizer di IGD, Rawat Inap dan Poliklinik
Paviliun
6. Masker N95
7. Masker bedah
8. Masker kain
9. Face Shield
10. Kacamata pelindung
11. Cover all
12. Apron plastik
13. Gown dupont
14. Surgical Gown (Baju Operasi Steril)
15. Jas laboratorium
16. Hazmat Parasut
17. Hazmat Spunbond
18. Hazmat Diamon ukuran L dan XL
19. Sarung tangan steril No. 6.5 , 7.0, 7.5 dan 8.0
20. Sarung tangan on steril ukuran S, M dan L
21. Topi Bedah
22. Nurse Cap
23. Hand sanitizer Triton
24. Stericide
25. Cover Shoes
26. LMA dengan suction port

159
Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Mata
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

27. Closed suction


28. Video laringoscopy
29. Tabung Vakum Serum/ Tabung Plasma EDTA/
Tabung Heparin/ Tabung Sitrat
30. Spuit
31. Kapas Alkohol
32. Sentrifuse
33. Rapid Test Kit COVID-19
34. Serum atau Plasma
35. Needle Box

2. OBAT-OBATAN
1. Ceftriaxone vial 1 gram
2. Norephineprine ampule
3. Azytromisin tablet 500 mg
4. Vitamin C tablet 500 mg
5. Ambroxol tablet 30 mg
6. Ambroxol syrup
7. Salbutamol tablet 2 mg
8. Paracetamol tablet 500 mg
9. Paracetamol syrup
10. Suplemen echinacea tablet
11. Combiven nebulize (respul kombinasi ipratro-
pium dan salbutamol)
12. Rocuronium injeksi

160

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai