Anda di halaman 1dari 26

GENDING DALAM MISA MALAM JUMAT PERTAMA DI

GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN


SEBAGAI SALAH SATU WUJUD INKULTURASI BUDAYA

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai


derajat Sarjana S-1 dalam bidang karawitan
Kompetensi Pengkajian Karawitan

Oleh:
Roni Driyastoto
1110462012

JURUSAN KARAWITAN
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2018

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul “Gending dalam Misa Malam Jumat Pertama di Gereja
Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sebagai Salah Satu Wujud Inkulturasi
Budaya” ini telah diterima oleh Dewan Penguji Jurusan Karawitan Fakultas Seni
Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tanggal 15 Januari 2018.

Drs. Teguh, M. Sn.


Ketua

Drs. Subuh, M. Hum.


Anggota/Pembimbing I

Dra. Agustina Ratri Probosini, M. Sn.


Anggota/Pembimbing II

Ign. Sumiyoto, S. Kar., M.Hum.


Penguji Ahli

Mengetahui:
Dekan Fakultas Seni Pertunjukan,

Prof. Dr. Yudiaryani, M.A.


NIP. 195606301987032001

ii

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta 15 Januari 2018

Yang menyatakan,

Roni Driyastoto

iii

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini


kupersembahkan kepada:
Ayah, Ibu, Kakak,
dan kepada seluruh pecinta seni karawitan

iv

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


MOTTO

Belajarlah dari air

Dari celah dan retakan gunung

Menderu deras dari kawah uap

Namun mengalir dengan tenang di sungai

(Sidharta Gautama)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa yang

telah melimpahkan karunia, rahmat, serta penyertaan-Nya, sehingga proses

penulisan Tugas Akhir yang berjudul “Gending dalam Misa Malam Jumat

Pertama di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sebagai Salah Satu Wujud

Inkulturasi Budaya” ini telah diselesaikan. Penulisan Tugas Akhir ini untuk

memenuhi syarat guna mencapai kelulusan program Studi Sarjana Strata I (S-1)

pada Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia

Yogyakarta karena bagi mahasiswa Jurusan Karawitan yang menempuh

kompetensi Pengkajian Karawitan, membuat karya tulis menjadi salah satu syarat

yang harus ditempuh untuk mengakhiri studi.

Terwujudnya karya tulis ini tidak terlepas peran serta dari berbagai pihak

yang telah membantu dalam bentuk apapun dan bagi penulis merupakan suatu

penghargaan dan kehormatan yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu,

perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Teguh, M. Sn., selaku Ketua Jurusan Karawitan dan

Dosen Wali yang telah memberikan motivasi, dorongan, masukan

dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

2. Bapak I Ketut Ardana, M. Sn., selaku Sekertaris Jurusan Karawitan

yang telah memberikan semangat, motivasi dan petunjuk sehingga

penulisan ini dapat terselesaikan.

vi

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


3. Bapak Drs. Subuh, M. Hum., selaku Pembimbing I yang selalu

memberikan banyak pengarahan, semangat, motivasi dan bimbingan

serta bantuan pemikiran dalam penyelesaian karya tulis ini.

4. Ibu Dra. Agustina Ratri Probosini, M. Sn., selaku Pembimbing II

yang selalu memberi semangat, pengarahan dan bimbingan selama

proses penyelesaian karya tulis ini.

5. Bapak Djoko Maduwiyata, S. Kar., M. Hum., selaku dosen wali

penulis dari awal perkuliahan hingga semester sepuluh.

6. Bapak Ign. Sumiyoto, S. Kar., M. Hum., selaku Penguji Ahli yang

dengan sabar memberi pengarahan, bimbingan, masukan dan

dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya

selama proses perkuliahan di Jurusan Karawitan.

8. Kepada bapak dan ibu saya tercinta yang telah memberikan doa,

semangat, dukungan dan segalanya hingga selesainya karya tulis ini.

9. Kepada kelompok karawitan di Ganjuran yang terlibat dalam

mengiringi Misa Malam Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran

pada tanggal 2 November 2017 yang telah memberikan banyak

informasi dan membantu sehingga karya tulis ini terselesaikan.

10. Para narasumber, khususnya Bapak Heribertus Satijo Hadiwijaya

yang telah banyak memberikan banyak informasi hingga selesainya

karya tulis ini.

vii

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


11. Mungkassasi Pajar Saputro yang telah memberikan dukungan,

motivasi dan semangat kepada penulis hingga karya tulis ini selesai.

12. Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar yang telah memberikan

dukungan, bantuan, dan semangat hingga selesainya karya tulis ini.

13. Vincentius Dimas Kristianto yang telah membantu penulis dalam

proses pendokumentasian prosesi Misa Malam Jumat Pertama.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan berupa apapun sehingga karya tulis ini dapat

terselesaikan.

Menyadari sepenuhnya bahwa laporan karya tulis ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Meski amat sederhana, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan mayarakat khususnya bagi komunitas Seni Karawitan.

Yogyakarta, 15 Januari 2018

Penulis

Roni Driyastoto

viii

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL .................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
INTISARI ..................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 4
E. Landasan Pemikiran................................................................ 7
F. Metode Penelitian ................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan............................................................. 12

BAB II. MISA MALAM JUMAT PERTAMA DI GEREJA HKTY


GANJURAN…………………………………………………….. 13

A. Profil Gereja HKTY Ganjuran .............................................. 13


B. Misa Malam Jumat Pertama .................................................. 19
C. Gending Sebagai Iringan Liturgi ........................................... 22

BAB III. GENDING MISA MALAM JUMAT PERTAMA


GEREJA HKTY GANJURAN…..……………………………. 30

A. Prosesi Misa ........................................................................... 30


B. Gending Misa Malam Jumat Pertama .................................... 33
1. Gending Pembuka/Ritus Pambuka ................................... 34
2. Gending Prosesi/Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi ........ 46
3. Gending Penutup/Ritus Penutup ....................................... 66
a. Ladrang Pujiastuti ........................................................ 66
b. Kirab Agung ................................................................ 74
C. Petugas Musik Misa Malam Jumat Pertama
pada 2 November 2017 ......................................................... 79

BAB IV. PENUTUP ....................................................... ........................... 82

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ ...................... 84


DAFTAR ISTILAH .................................................................. ................... 86
LAMPIRAN............................................................................. ..................... 92

ix

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1 Denah Kompleks Gereja HKTY Ganjuran.........…… 13


Gambar 2 Bangunan Gereja HKTY Ganjuran………………… 15
Gambar 3 Patung Yesus di dalam Candi Hati Kudus Yesus….. 16
Gambar 4 Candi Gereja HKTY Ganjuran…………………….. 17
Gambar 5 Altar Gereja HKTY Ganjuran setelah Pemugaran
Terakhir…………………………………………….. 18
Gambar 6 Gamelan Ki Pujoharsono Kusumaningtyas………… 19
Gambar 7 Gamelan Ki Saridal Kusumaningtyas ……………… 19
Gambar 8 Tempat Pelaksanaan Misa Malam Jumat Pertama
Gereja HKTY Ganjuran…………………………….. 22
Gambar 9 Prosesi Kirab Agung………………………………… 22

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1 Rangkaian Pembukaan Misa………………………….. 30


Tabel 2 Bagian Pokok Liturgi Sabda………………………….. 31
Tabel 3 Liturgi Ekaristi............................................................... 32
Tabel 4 Garap Bonang Barung Bagian A Gending Pujiastuti.... 71
Tabel 5 Garap Bonang Barung Bagian B Gending Pujiastuti.... 71
Tabel 6 Garap Bonang Barung Bagian C Gending Pujiastuti.... 72
Tabel 7 Garap Bonang Barung Bagian D Gending Pujiastuti.... 73
Tabel 8 Garap Gender Gending Pujiastuti............................ 73
Tabel 9 Garap Bonang Gending Kirab Agung........................... 78
Tabel 10 Garap Gender Gending Kirab Agung............................ 79
Tabel 11 Pengrawit pada Misa Malam Jumat Pertama tanggal
2 November 2017............................................................ 80
Tabel 12 Petugas Kor dan Solis pada Misa Malam Jumat Pertama
tanggal 2 November 2017............................................... 81

xi

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

A. Daftar Singkatan

Bk : buka
Cf : cantus firmus
Gd : gending
Swk : suwuk
Bal : balungan
S : sopran
A : alto
T : tenor
B : bas
SA : sopran dan alto
TB : tenor dan bas
Not.Vk: notasi vokal

B. Daftar simbol
=. : tabuhan kethuk

n. : tabuhan kenong

p. : tabuhan kempul

G. : tabuhan gong suwukan

g. : tabuhan gong

_ _ : tanda ulang

I : tak

K : ket

P : tung

C : dhah

xii

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Liturgi Misa Malam Jumat Pertama Gereja HKTY Ganjuran


Kamis, 2 November 2017……………………………………….. 92

Notasi Vokal SATB …………………………………………….. 115

xiii

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


INTISARI
Seni karawitan sebagai salah satu unsur budaya Jawa telah berkembang
pesat di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Ganjuran. Hal ini terbukti
dengan digunakannya seni karawitan dalam penyelenggaraan upacara ritual di
gereja, terutama pada misa dan hari-hari besar umat Kristiani yang menggunakan
bahasa Jawa. Salah satu misa yang selalu menggunakan karawitan sebagai musik
liturgi adalah Misa Malam Jumat Pertama yang diadakan setiap bulan pada hari
Kamis sebelum hari Jumat pertama di Gereja HKTY Ganjuran.
Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk mendeskripsikan wujud
inkulturasi pada gending Misa Malam Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran,
struktur penyajian serta garap gending Pujiastuti dan Kirab Agung yang
merupakan gending khas pada Misa Malam Jumat Pertama Gereja HKTY
Ganjuran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analisis
dengan mengumpulkan data, yaitu: studi pustaka, observasi, serta analisis data.
Gending dalam Misa Malam Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran
merupakan suatu wujud inkulturasi antara musik liturgi dengan karawitan Jawa.
Gending-gending yang digunakan terdiri atas bentuk lancaran, ketawang,
ladrang, dan bentuk lain di luar bentuk gending tradisi yang disajikan pada saat
ritus pembuka, liturgi sabda, liturgi ekaristi, dan ritus penutup.
Pelaksanaan misa dengan menggunakan karawitan sebagai musik liturgi
memiliki peranan yang penting dalam peribadatan di gereja. Karawitan sebagai
sebuah budaya lokal, beserta dengan nilai-nilai di dalamnya dan tentu lebih dekat
dengan umat setempat, dapat dengan cepat menjadi salah satu sarana pujian,
ucapan syukur, penyembahan dan pewartaan karya keselamatan Allah bagi
seluruh umat manusia.

Kata kunci: Inkulturasi, Gending, Misa Malam Jumat Pertama

xiv

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Ganjuran merupakan gereja

Katolik tertua di Bantul. Gereja ini juga dikenal dengan nama Gereja Ganjuran

karena letaknya berada di Dusun Ganjuran, Desa Sidomulyo, Bambanglipuro,

Bantul. Gereja ini merupakan salah satu gereja Katolik yang mendukung proses

inkulturasi. Hal tersebut dapat dilihat dari inkulturasi di dalam gereja yang

meliputi inkulturasi liturgi termasuk musik liturgi, arsitektur/desain gedung

gereja, serta inkulturasi dalam hidup rohani para jemaatnya. Salah satu hal yang

menarik dari hasil inkulturasi di Gereja HKTY Ganjuran adalah adanya gending

liturgi. Gending liturgi atau juga dikenal dengan istilah gending gereja adalah

suatu komposisi lagu dalam karawitan Jawa baik berupa vokal dan atau

instrumental berlaras slendro atau pelog yang khusus disajikan untuk keperluan

ibadah bagi umat Kristiani.1 Sesuai dengan fungsinya penyajian gending ini

bersifat sakral, karena disajikan dalam konteks upacara ritual Liturgi Gereja.

Dalam pandangan umat Kristiani pada umumnya, Katolik pada khususnya, liturgi

adalah perayaan pertemuan antara Allah dan manusia dalam bentuk simbol.

Liturgi merupakan ‘perayaan iman Gereja’ akan misteri penyelamatan Allah yang

terlaksana melalui Yesus Kristus dalam persekutuan Roh Kudus.2

1
Padmono Sasrokasmojo, Gendhing Gerejawi (Yogyakarta: Duta Wacana University
Press, 2017), 263.
2
Y. Sumandiyo Hadi, Seni dalam Ritual Agama (Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia,
2000), 184.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


2

Berkaitan dengan hal di atas, gending liturgi secara tidak langsung

terwujud dari proses inkulturasi yang terjadi antara unsur-unsur gerejawi dengan

budaya setempat. Musik liturgi diinkulturasikan dengan musik tradisional sekitar

gereja (Jawa) termasuk karawitan. Karawitan menjadi bagian dari liturgi gereja

yang dihasilkan dari proses inkulturasi dan berlangsung terus sehingga Injil dapat

diungkapkan di dalam situasi sosio-politik dan religious-budaya sedemikian rupa

hingga menjadi suatu daya yang menjiwai dan mengolah budaya tersebut.3

Gending liturgi dalam Misa Malam Jumat Pertama di Gereja HKTY

Ganjuran merupakan gending yang digunakan untuk mengiringi upacara ibadat

mulai dari permulaan upacara hingga selesai. Gending dan struktur penyajian

yang digunakan juga menyesuaikan kebutuhan misa. Sebagai contoh upacara

diawali dengan gending pambuka dengan jumlah ulihan yang disajikan

menyesuaikan kebutuhan hingga semua petugas liturgi siap. Gending pambuka

berakhir setelah semua petugas liturgi siap, kemudian dilanjutkan dengan ajakan

ibadat sabda dan salam pembuka oleh pastor.

Misa Malam Jumat Pertama merupakan misa4 bulanan yang

diselenggarakan setiap malam Jumat Pertama. Gereja Katolik pada umumnya

melaksanakan upacara misa bulanan setiap hari Jumat Pertama, tetapi karena

Gereja HKTY Ganjuran telah berinkulturasi dengan budaya Jawa, maka misa

bulanan tersebut dilakukan pada Kamis malam atau malam Jumat sesuai dengan

3
Giancarlo Collet: Inkulturation, Begriff und Problemstellung. Dalam: Lexikon fur
Theologie und Kirche. Freiburg 1996, Vol 5 kol. 504.
4
Misa adalah keseluruhan Perayaan Ekaristi. Kata misa ini diambil dari bahasa Latin
yang diucapkan imam pada akhir Perayaan Ekaristi yaitu “Ite missa est” yang berarti “Pergilah,
engkau diutus”, sehingga arti kata misa lebih mementingkan bahwa umat diutus. Pengertian lain
dari misa adalah upacara ibadat utama di gereja Katolik, yang di dalamnya roti dan anggur yang
dikurbankan menjadi simbol kehadiran Kristus. (KBBI III, 2002, 748)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


3

penanggalan Jawa. Misa tersebut dikenal dengan Misa Malam Jumat Pertama

Gereja HKTY Ganjuran dan memiliki ciri khas. Hal tersebut dapat dilihat dari

tempat misa dilaksanakan dan juga gending liturginya. Berbeda dengan misa pada

umumnya yang biasa dilaksanakan di dalam gedung gereja, Misa Malam Jumat

Pertama dilaksanakan di pelataran candi.

Gending liturgi yang digunakan dalam Misa Malam Jumat Pertama di

Gereja HKTY Ganjuran memiliki dua gending khusus, yakni Gending Pujiastuti

dan Gending Kirab Agung. Kedua gending tersebut dapat dikatakan khusus

karena tidak dapat diganti dengan gending yang lain. Gending Pujiastuti

merupakan sarana penghormatan terhadap Sakramen Mahakudus, sedangkan

Gending Kirab Agung merupakan gending liturgi yang digunakan dalam akhir

peribadatan untuk mengiringi kirab Sakramen Mahakudus sebagai bentuk

penghormatan dan penyucian candi yang menjadi tempat devosi kepada Tuhan.

Rangkaian Misa Malam Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran

menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji, khususnya terkait musik liturgi yang

digunakan. Musik liturgi tersebut diinkulturasikan sehingga menghasilkan sebuah

gending liturgi. Oleh karena itu, dalam proses penulisan Tugas Akhir ini, diangkat

topik mengenai gending liturgi yang terdapat di Gereja Katolik HKTY Ganjuran

pada Misa Malam Jumat Pertama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan pada latar belakang, dapat disusun rumusan

masalah sebagai berikut:

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


4

1. Bagaimana wujud inkulturasi pada gending Misa Malam Jumat

Pertama di Gereja HKTY Ganjuran?

2. Bagaimana struktur penyajian dan deskripsi garap gending Misa

Malam Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran, khususnya

Gending Pujiastuti Laras Pelog Patet Nem dan Gending Kirab Agung

Laras Pelog Patet Nem?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan wujud inkulturasi pada gending Misa Malam Jumat

Pertama di Gereja HKTY Ganjuran.

2. Mendeskripsikan struktur penyajian dan garap gending Misa Malam

Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran, khususnya Gending

Pujiastuti Laras Pelog Patet Nem dan Gending Kirab Agung Laras

Pelog Patet Nem.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk menempatkan posisi penelitian yang akan dilakukan ini,

dipandang perlu menampilkan penelitian yang relevan dengan objek penelitian

yang sama, yaitu sebagai berikut.

Skripsi yang berjudul “Karawitan untuk Iringan Misa Suci di Gereja

Katolik Ganjuran: Ditinjau dari Aspek Musikologi”, karya Y. Sukisno (1990),

berisi tentang aspek-aspek musikal karawitan, fungsi, dan sistem organisasi dalam

pengelolaan serta pembinaan karawitan di Gereja HKTY Ganjuran. Aspek-aspek

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


5

musikal karawitan yang dikaji dalam skripsi tersebut mencakup bentuk gending,

irama, patet, garap, dan laras.

Berdasarkan penelitian yang relevan sebelumnya, kajian yang terdapat

dalam skripsi tersebut masih kurang spesifik terhadap gending-gending yang

digunakan pada suatu pelaksanaan misa tertentu. Sebagai bahan penunjang

analisis, diperlukan adanya referensi yang relevan, yaitu:

Gamelan Jawa Inkulturasi Musik Gereja: Studi Kasus Gending-Gending

karya C. Hardjasoebrata, Subuh (2006), buku ini menjelaskan inkulturasi musik

Gereja di Jawa dan aspek-aspek akulturasi yang terjadi di dalamnya. Aspek-aspek

inkulturasi tersebut meliputi aspek musikal dan nonmusikal yang dipaparkan

secara rinci. Pemaparan tersebut digunakan sebagai bahan untuk memahami

bentuk gending yang berkembang di gereja-gereja, terutama di Gereja HKTY

Ganjuran.

Musik Gereja Kontekstual Etnik, karya Dr. Perry Rumengan (2009),

berisi tentang kontekstualisasi yang terjadi di lingkungan gerejawi; konsep musik

yang mencakup musik etnik, musik tradisional, musik rakyat, musik gerejawi,

musik rohani, musik liturgi, musik liturgi kontekstual, musik konvensional Barat,

musik modern, musik kontemporer, dan musik popular; etnisitas dalam suatu

komposisi; proses penciptaan karya musik; dan pedoman-pedoman penilaian

dalam musik gerejawi kontekstual etnik. Penjelasan mengenai musik gerejawi,

musik rohani, musik liturgi dan musik liturgi kontekstual dalam buku ini menjadi

acuan agar makna dari gereja, liturgi, musik liturgi dan liturgi kontekstual dapat

dipahami.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


6

Roda Musik Liturgi, karya Karl-Edmund Prier SJ dan Paul Widyawan

(2012), berisi tentang kajian mengenai musik liturgi mulai dari pemaknaannya,

struktur, suasana, lagu-lagu yang digunakan dalam ibadah dan syair-syair yang

digunakan dalam lagu-lagu peribadatan; musik inkulturasi; dirigen; kor dan

organis gereja. Hal penting yang digunakan penulis sebagai acuan adalah

mengenai musik hasil dari inkulturasi. Karl-Edmund menjelaskan bahwa

inkulturasi dalam musik liturgi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk

terjadi terkait dengan ‘beribadah dalam konteks budaya’ karena hal-hal spiritual

pada dasarnya tidak dapat lepas dari lingkungan sekitar.

Inkulturasi Musik Liturgi I, karya Karl-Edmund Prier SJ (2014), berisi

tentang jenis-jenis perjumpaan antarbudaya mulai dari akulturasi, asimilasi,

adaptasi, enkulturasi, fusi, reaksi, inkulturasi; sejarah musik gereja; dan

perkembangan musik liturgi di Indonesia. Hal-hal tersebut menjadi acuan untuk

mengetahui proses inkulturasi yang terjadi pada gereja-gereja Katolik di Indonesia

beserta dengan proses pengembangannya.

Martopangrawit dalam “Pengetahuan Karawitan I” membahas tentang

fungsi, irama, lagu, gending, laras, dan patet dalam penyajian gending. Hal-hal

tersebut dijelaskan sebagai pengetahuan dasar karawitan yang membantu

seseorang untuk memahami karawitan. Oleh karena itu, buku ini digunakan

sebagai pijakan dasar dalam melakukan proses penelitian yang berkaitan dengan

karawitan.

Bothekan Karawitan I, tulisan Rahayu Supanggah (2002), buku ini

menjelaskan pengetahuan dasar dalam karawitan. Pengetahuan dasar tersebut

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


7

mencakup irama, laras, dan gaya yang ada dalam karawitan. Irama, laras, dan

gaya tersebut merupakan dasar untuk mengetahui peranan unsur-unsur musikal

dalam penyajian gending Misa Malam Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran.

Bothekan Karawitan II, tulisan Rahayu Supanggah (2009), buku ini

menjelaskan berbagai unsur garap dalam karawitan seperti materi garap,

penggarap, sarana garap, perabot garap, penentu garap, dan pertimbangan garap.

Unsur-unsur garap tersebut menjadi acuan yang digunakan dalam pemaparan

jenis-jenis garap yang digunakan dalam penyajian gending Misa Malam Jumat

Pertama di Gereja HKTY Ganjuran.

E. Landasan Pemikiran

Berpijak dari paparan pada latar belakang, dapat dikatakan bahwa

gending prosesi misadi Gereja HKTY Ganjuran berakar dari sebuah proses

inkulturasi. Secara tidak langsung gending prosesi Misa tersebut merupakan

produk hasil inkulturasi antara budaya gerejawi dengan budaya Jawa. Oleh karena

itu, gending liturgi menjadi salah satu kekayaan karya cipta seni dalam

perkembangan karawitan.

Gending liturgi dalam gereja merupakan gending yang diciptakan untuk

keperluan liturgi, yakni gending-gending yang dapat difungsikan atau diletakkan

sesuai dengan bagian-bagian dalam peribadatan seperti gending pembuka,

pengampunan dosa, persembahan, dan sebagainya. Gending liturgi merupakan

gending yang syairnya liturgis. Syair tersebut sesuai dengan bagian-bagian dalam

liturgi tertentu, namun secara gaya dan atmosfer, gending tersebut mengacu pada

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


8

konteks tertentu.5 Gending liturgis diciptakan untuk keperluan liturgi yang dapat

difungsikan atau diletakkan sesuai dengan bagian-bagian dalam peribadatan.

Gending yang telah diolah menjadi musik peribadatan di dalam gereja dapat

dikatakan sebagai buah hasil inkulturasi yang berakar dari budaya tradisional yang

masih hidup.

Berpijak dari proses inkulturasi yang terjadi pada musik iringan misa di

Gereja HKTY Ganjuran yang menggunakan gamelan, maka proses tersebut tidak

lepas dari keberadaan para pelaku musik, dalam hal ini adalah pengrawit yang

tergabung dalam beberapa kelompok pengiring misa. Konsep penciptaan sebuah

gending yang akan digunakan dalam sebuah liturgi misa. Penciptaan sebuah

gending liturgi tidak lepas dari garap gending dengan mempertimbangkan struktur

penyajian, irama, ataupun laya yang tentunya dalam penyajiannya berada pada

otoritas masing-masing kelompok pengiring. Hal ini dapat dianalisis sesuai

dengan apa yang dikatakan Rahayu Supanggah dalam bukunya Bothekan

Karawitan I, bahwa:

“Garap melibatkan beberapa unsur atau pihak yang masing-masing saling


terkait dan membantu. Dalam karawitan Jawa, beberapa unsur garap
tersebut dapat disebut sebagai berikut: (1) Materi garap atau ajang garap;
(2) Penggarap; (3) Sarana garap; (4) Perabot atau piranti garap; (5)
Penentu garap; (6) Pertimbangan garap”.6

Keenam unsur tersebut dapat digunakan sebagai dasar dan pertimbangan

dalam proses penciptaan gending-gending iringan termasuk gending dalam

prosesi Misa Malam Jumat Pertama. Adapun yang dimaksud dari masing-masing

unsur tersebut adalah: Materi garap, yakni berupa balungan gending; Penggarap
5
Perry Rumengan, Musik Gerejawi Kontekstual Etnik (Jakarta: Panitia Kongres
Kebudayaan Minahasa, 2009), 79.
6
Rahayu Supanggah, Bothekan Karawitan II: Garap, (Surakarta: ISI Surakarta, 2009), 1.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


9

adalah para pengrawit atau para seniman karawitan, baik penabuh, maupun kor

atau solis. Sarana garap merupakan sarana/prasarana atau alat yang digunakan

untuk membuat suatu gending atau penyajian. Berkaitan dengan sarana garap,

tentunya dalam karawitan sarana yang digunakan bagi para pengrawit adalah

gamelan. Perabot garap adalah perangkat lunak atau sesuatu yang sifatnya

imajiner yang ada dalam benak seniman pengrawit, baik itu terwujud gagasan

atau sebenarnya sudah ada vokabuler garap yang terbentuk oleh tradisi atau

kebiasaan para pengrawit yang sudah ada sejak kurun waktu ratusan tahun atau

dalam kurun waktu yang tidak dapat dikatakan secara pasti. Penentu garap fungsi

dan guna garap karawitan tersebut, dalam rangka apa saja garap karawitan

tersebut disajikan. Pertimbangan garap, kadang-kadang dapat sangat mendadak

dan pemilihanya bebas, lebih bersifat accidental dan fakultatif.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif analisis, yaitu

mendeskripsikan dan menganalisis gending yang digunakan dalam Misa Malam

Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran. Analisis yang dilakukan bertujuan

untuk menjawab permasalahan dan pada akhirnya mendapatkan jawaban sesuai

dengan fakta yang ada.

Agar penelitian dapat memperoleh jawaban yang akurat, maka dalam

pengumpulan data penulis menggunakan langkah bertahap. Adapun langkah-

langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


10

1. Tahap Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam tahap ini antara lain: profil Gereja HKTY

Ganjuran, makna Misa Malam Jumat Pertama, prosesi Misa Malam Jumat

Pertama, dan uraian umum tentang gending yang terdapat dalam Misa Malam

Jumat Pertama di Gereja HKTY Ganjuran.

a. Observasi

Dalam tahap ini dilakukan observasi di Gereja HKTY Ganjuran dan

pengamatan terhadap penyajian gending-gending pada saat prosesi Misa Malam

Jumat Pertama tanggal 2 November 2017.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan secara bertahap, yaitu bertemu dengan narasumber

yang sesuai dengan kompetensi, juga mampu menguasai dan menggetahui hal-hal

yang berhubungan dengan materi penelitian ini untuk mendapatkan data yang

relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Narasumber yang dimaksud adalah

sebagai berikut.

1. Herman Yoseph Singgih Sutoro, 38 tahun, Pastor di Gereja

HKTY Ganjuran. Penulis memperoleh data pengetahuan tentang

prosesi misa.

2. Heribertus Satijo Hadiwijaya, 57 tahun, koordinator karawitan

yang melingkupi satu paroki di Gereja HKTY Ganjuran. Penulis

memperoleh data pengetahuan gending yang digunakan dalam

prosesi misa.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


11

c. Diskografi

Diskografi merupakan proses yang dilakukan dengan mengamati video

atau rekaman penyajian gending dalam Misa Malam Jumat Pertama di Gereja

HKTY Ganjuran.

d. Studi Pustaka

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data terkait gending Misa

Malam Jumat pertama di Gereja HKTY Ganjuran dengan membaca dan

memahami buku-buku yang didapat melalui perpustakaan Jurusan Karawitan FSP

ISI Yogyakarta, perpustakaan ISI Yogyakarta, Pusat Musik Liturgi, maupun

koleksi buku pribadi dan koleksi buku di perpustakaan Gereja HKTY Ganjuran.

2. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data merupakan tahap pengelompokan hasil observasi,

hasil wawancara dan studi pustaka yang telah didapat. Data-data tersebut diolah

sesuai dengan kebutuhan masing-masing sehingga menjadi ulasan per bab.

Metode yang digunakan dalam penganalisisan data yaitu metode kualitatif.

Metode kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis. Metode ini digunakan karena data berupa informasi dan

materi yang didapatkan tidak terstruktur. Data tersebut didapat dengan

mengamati, mendengarkan, bertanya, dan mencatat hal yang berkaitan dengan

permasalahan ini.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta


12

G. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian disusun dalam kerangka yang sesuai dengan ketentuan

dalam penulisan karya ilmiah. Adapun sistematika penulisan laporan

selengkapnya adalah sebagai berikut.

BAB I merupakan bab yang berisi tentang pendahuluan yakni latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan

pemikiran, metode, dan sistematika penulisan yang digunakan untuk penelitian

ini.

BAB II merupakan bab yang berisi tinjauan umum Misa Malam Jumat

Pertama di Gereja HKTY Ganjuran, meliputi profil gereja, Misa Malam Jumat

Pertama, struktur liturgi, dan gending sebagai iringan misa.

BAB III merupakan bab yang berisi tentang prosesi misa, struktur

penyajian dan deskripsi garap gending prosesi Misa Malam Jumat Pertama di

Gereja HKTY Ganjuran.

BAB IV merupakan bab penutup yang akan dilengkapi dengan sumber

acuan, daftar istilah, dan lampiran.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai