Anda di halaman 1dari 69

MAKALAH

KONTRASEPSI DAN KELUARGA BERENCANA


“CONTRACEPTION TECHNOLOGY UPDATE (CTU)”

DOSEN PEMBIMBING
dr. DESMIWARTI, SpOG (K)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
1. MIRA EKA PUTRI (1920332001)
2. YESSI PERTIWI (1920332002)
3. ILVIRA ULPA ISMAIL (1920332003)
4. FITRI KHOIRIYAH (1920332004)
5. ADELA RESA PUTRI (1920332005)
6. ANNISA NAMIRAH NASUTION (1920332006)

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN


PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
ii

KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka

penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Contraception Technology Update

(CTU)“ ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah Kontrasepsi dan Keluarga Berencana.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan

dan masukan dari semua pihak yang telah memberi penulis bantuan wawasan untuk

dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari isi makalah ini masih jauh kata sempurna, baik dari segi

kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya,

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, November 2020

Kelompok 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


iii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................3
1.3. Tujuan ...................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kontrasepsi ............................................................................................5
2.1.1 Definisi .........................................................................................5
2.1.2 Kontrasepsi yang Ideal .................................................................5
2.2. Contraception Technology Update (CTU) ...........................................6
2.2.1 Definisi ........................................................................................6
2.3. Metode Kontrasepsi Terkini ....................................................................... 7
2.3.1 Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat ................................... 7
2.3.2 Metode Kontrasepsi Sederhana Menggunakan Alat ................... 19
2.3.3 Metode Kontrasepsi Modern ......................................................... 21
2.3.4 Metode Operasi ................................................................................ 28
2.3.5 Vaksin Kontrasepsi .......................................................................... 44

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan .........................................................................................51
3.2. Saran ....................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

sebagaimana diamanatkan pada Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, memiliki tugas untuk

melaksanakan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan

Keluarga (KKBPK). Akhir tahun 2019 BKKBN mengemas dan memperkenalkan

istilah Program KKBPK menjadi Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan

dan Keluarga Berencana atau yang disingkat menjadi Bangga Kencana.

Saat ini Penggunaan kontrasepsi modern (modern Contraceptive Prevalence

Ratem/mCPR) menurun dari 57,9 persen (SDKI 2012) menjadi 57,2 persen (SDKI

2017). Penurunan tertinggi bahkan terjadi pada segmen usia 15 tahun hingga 29

tahun yang merosot hingga 4%. Diperkirakan 2 (dua) penyebab utama menurunnya

jumlah pengguna kontrasepsi modern, khususnya di kalangan kelompok usia

produktif/pasangan usia muda adalah masih rendahnya pengetahuan pasangan

muda terhadap kesehatan reproduksi dan kurangnya akses terhadap informasi yang

akurat dan tepercaya mengenai alat kontrasepsi (khususnya alat kontrasepsi

modern).

Teknologi kontrasepsi berkembang sangat pesat dalam waktu tiga

dasawarsa terakhir ini. Standarisasi pelayanan kontrasepsi secara nasional dan oleh

Badan Internasional (misal: WHO) telah diterbitkan secara berkala.

Sayangnya,perkembangan tersebut tidak selalu diikuti dengan cermat oleh para

petugas kesehatan dan keluarga berencana di Indonesia.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


2

Berbagai kontroversi timbul dalam perkembangan teknologi kontrasepsi

selama ini, khususnya mengenai dampak negatif penggunaan kontrasepsi bagi

wanita dalam jangka panjang. Banyak berbagai pertanyaan yang diajukan tentang

berbagai risiko negatif penggunaan kontrasepsi, tetapi sangat sedikit penyampaian

informasi tentang dampak positif kontrasepsi kepada kesehatan reproduksi

wanita. Padahal, kontrasepsi tidak hanya memiliki dampak negatif, tetapi memiliki

dampak positif seperti mencagah jenis kanker tertentu dan anemia yang seringkali

dijumpai pada wanita di Indonesia.

Oleh karena itu, secara berkala perlu dilakukan sosialisasi “contraceptive

technology update” bagi para ilmuwan, petugas pelayanan kesehatan dan KB agar

mereka mampu mengikuti perkembangan alat, obat dan cara kontrasepsi terkini.

Dengan meningkatnya pengetahuan mereka, pelayanan KB di Indonesia diharapkan

dapat meningkat kualitasnya, sehingga sasaran KB yang ditetapkan dalam

Pembangunan Nasional dapat dicapai.

Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology

Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan teknologi

kontrasepsi. Penggunaan istilah teknologi terkini, tidaklah indentik dengan

penggunaan peralatan canggih dan piranti yang mahal. Istilah ini diartikan sebagai

teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi pelayanan dengan sumber daya

terbatas, dilaksanakan oleh petugas yang kompeten, dan memberi manfaat

maksimal bagi masyarakat atau keluarga yang membutuhkan pelayanan kontrasepsi

berkualitas. Pemahaman tentang teknologi terkini, juga diharapkan dapat

mengurangi/menghilangkan masalah barier medik diantara petugas klinik yang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


3

sebelumnya menjadi penghambat akses bagi keluarga yang membutuhkan

pelayanan KB.

Bagaimanapun juga, pemberi pelayanan KB tentunya memerlukan

penyegaran pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan kemajuan

teknologi kontrasepsi maupun perkembangan ilmu terbaru untuk meningkatkan

akses dan mutu pelayanan KB bagi masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa

sebagian besar pemberi pelayanan KB adalah para bidan. Program KB di Indonesia

tidak akan berhasil tanpa hadirnya bidan. Bidan merupakan ujung tombak penyedia

layanan KB. Hal senada tercantum dalam Kepmenkes No.

1464/Menkes/PER/X/2010 yang menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan

praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan

kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan KB, dan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan. Para anggota IBI diharapkan dapat meningkatkan dan

mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi terstandar. Standarisasi

pelayanan KB telah ada dalam kebijakan Depkes RI yang meliputi keahlian,

kompetensi, peralatan, sarana, prasarana, dan manajemen klinik. Oleh karenanya,

melalui pelatihan ini diharapkan kualitas pelayanan KB akan semakin meningkat

sesuai dengan standar sehingga dapat memuaskan klien/akseptor KB, yang pada

gilirannya dapat meningkatkan jumlah akseptor KB.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 apa yang dimaksud dengan Contraception Technology Update (CTU)?

1.2.2 Bagaimanankah implikasi Contraception Technology Update (CTU)

terhadap pelayanan kebidanan?

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


4

1.3 Tujuan

1.3.1 Diketahui definisi Contraception Technology Update (CTU)

1.3.2 Diketahui implikasi Contraception Technology Update (CTU) terhadap

pelayanan kebidanan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi

2.1.1 Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” dan “Konsepsi”. Kontra berarti

mencegah/menghalangi dan Konsepsi yang berarti pembuahan/pertemuan sel

sperma dengan sel telur.

Kontrasepsi merupakan suatu obat atau alat yang digunakan untuk

mencegah terjadinya kehamilan. Pengendalian kehamilan menggunakan alat

kontrasepsi ini bekerja dengan cara yang berbeda beda diantaranya:

a. Mencegah sperma mencapai sel telur. Contonya kondom, diagfragma, IUD

b. Mencegah ovarium agar tidak melepaskan sel telur yang matang (folikel de

graff). Contohnya; pil KB, suntik, implant

c. Mencegah kehamilan permanen yaitu dengan cara sterilisasi. (NHS, )

2.1.2 Kontrasepsi yang Ideal

Menurut NHS 2019, sebelum memilih metode kontrasepsi yang akan

digunakan ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:

a. Tingkat keefektifan yang tinggi

b. Tidak menimbulkan efek samping yang mengganggu Kesehatan

c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

d. Tidak menimbulkan gangguan saat koitus

e. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus

f. Pemasangannya mudah

g. Harganya murah

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


6

Jenis kontrasepsi berdasarkan tingkat keefektivan dan pengembalian masa

subur yang cepat, yaitu sebagai berikut:

a. Kontrasepsi dengan tingkat keefektifan lebih dari 99%, diantaranya:

1. Kontrasepsi implant (bisa digunakan dalam jangka waktu kurang dari 3

tahun)

2. Intrauterine Device (IUD) (bisa digunakan dalam jangka waktu 5-10 tahun)

3. Sterilisasi wanita atau pria (permanen).

b. Kontrasepsi dengan keefektifan 95%, jika digunakan sesuai aturan, diantaranya:

1. Kontrasepsi injeksi/suntik (diulang kembali setiap 8 minggu atau 12 minggu

sesuai jenis suntik yang dipilih)

2. Mini pil dan pil kombinasi (diulang/dikonsumsi setiap hari)

3. Kondom wanita dan komdom pria (digunakan setiap koitus)

c. Kontrasepsi yang cepat dalam mengembalikan kesuburan (segera setelah

penghentian penggunaan kontrasepsi):

1. Kondom wanita/kondom pria

2. IUD

3. Implant

4. Mini pil (kb suntik yang hanya mengandung progesterone). (NHS, 2019)

2.2 Contraception Technology Update (CTU)

2.2.1 Definisi

Contraception Technology Update merupakan suatu upaya untuk

pemuktahiran informasi dan teknologi informasi kontrasepsi. Istilah CTU diartikan

sebagai teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi pelayanan dengan sumber

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


7

daya yang terbatas, dilaksanakan oleh petugas yang compete, dan memberi manfaat

yang maksimal bagi masyarakat atau keluarga yang membutuhkan pelayanan

kontrasepsi berkualitas. (BKKBN, 2019).

2.3 Metode Kontrasepsi Terkini

2.3.1 Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat

Metode kontrasepsi sederhana adalah suatu cara penggunaan kontrasepsi

yang dikerjakan sendiri oleh peserta KB tanpa pemeriksaan medis terlebih

dahulu.Metode ini terdiri dari dua macam yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa

alat atau obat dan metode kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat.

a. Metode Kalender

Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi

sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan

senggama atau pada masa subur atau ovulasi.

1) Manfaat

a) Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai

kontrasepsi maupun konsepsi

b) Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.

c) Dapat di gunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan

melakukan hubungan seksual saat masa subur atau ovulasi untuk

meningkatkan kesempatan bisa hamil.

2) Keuntungan

a) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.

b) Dapat digunakan oleh wanita yang sehat.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


8

c) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapan

nya.

d) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.

e) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari

resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.

f) Tidak memerlukan biaya.

g) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

3) Keterbatasan

a) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.

b) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.

c) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap

saat.

d) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.

e) Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.

f) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).

4) Efektifitas

Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar.

Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus

mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama.

Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus

menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan

bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr.

Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


9

lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan

penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.

5) Cara KB Kalender

Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa

wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali

sebulan, dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-

14 dari haid yang akan datang. Sel telur dapat hidup selama 6-24 jam,

sedangkan sel mani selama 48-72 jam, jadi suatu konsepsi mungkin akan

terjadi kalau koitus dilakukan 2 hari sebelum ovulasi. Hendaknya sebelum

memakai cara para pemakai harus diberikan penerangan medik yang jelas

tentang cara ini. Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita

sehat ada tiga tahapan:

a) Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).

b) Fertility phase (masa subur).

c) Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).

Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal

yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi

dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung

periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.Menghitung

masa subur dengan siklus haid dan melakukan pantang berkala atau lebih

dikenal dengan sistem kalender merupakan salah satu cara atau metode

kontrasepsi alami (Kb alami) dan sederhana yang dapat dikerjakan sendiri

oleh pasangan suami istri dengan cara tidak melakukan sanggama pada

masa subur.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


10

Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus

mengetahui massubur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama.

Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini

cara mengetahui dan menghitung masa subur:

a) Bila siklus haid teratur (28 hari)

 Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1.

 Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid

Kontrasepsi dengan menggunakan sistem kalender dapat menghindari risiko

kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. Bagi keluarga yang

kesulitan untuk mendapatkan alat kontrasepsi sangat cocok untuk

menggunakan metode kontrasepsi ini selain tidak memerlukan biaya juga

tidak perlu mencari tempat pelayanan kontrasepsi. Menggunakan sistem

kalender perlu kerjasama yang baik antara suami istri karena metode ini

perlu kemauan dan disiplin pasangan dalam menjalankannya. Masa

berpantang yang cukup lama akan mengakibatkan pasangan tidak bisa

menanti sehingga melakukan hubungan pada waktu masih berpantang. Tapi

bukan masalah bila saja pasangan membiasakan menggunakan kondom

pada saat subur.

Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:

a) Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel

sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3

hari).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


11

b) Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,

diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan

masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.

c) Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi

sendiri.

d) Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan

perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.

e) Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya

perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak

subur menjadi tidak tepat.

6) Efek Samping

a) Kemungkinan gagal cukup besar, terutama jika terjadi perubahan siklus

dan ovulasi.

b) Tidak bisa berhubungan badan sewaktu-waktu karena sudah ditentukan

hari yang aman dan tidak untuk hubungan badan. pada beberapa

pasangan hal ini akan mengganggu spontanitas dalam hubungan.

c) Butuh komitmen bersama dengan pasangan, demi suksesnya metode

kalender.

b. Metode Suhu Basal

Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat

atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi

hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.

Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa

subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


12

basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau

melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5

menit.

Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu

akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan

kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa

subur/ovulasi.

Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan

turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal

sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.

Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,

kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan

suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang

memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh

dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi

kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum

akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap

tinggi.

1) Manfaat

Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun

kontrasepsi.

a) Manfaat Konsepsi

Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang

menginginkan kehamilan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


13

b) Manfaat Kontrasepsi

Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan

menghindari atau mencegah kehamilan.

2) Efektifitas

Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan

konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan

berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saatovulasi.

Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30

kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya

adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh

akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi

lainseperti kondom, spermisida ataupun metodekalender atau pantang

berkala (calender method or periodic abstinence).

3) Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh

a) Gangguan tidur.

b) Merokok dan atau minum alkohol.

c) Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.

d) Stres.

4) Keuntungan

a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri

tentang masa subur/ovulasi.

b) Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur

mendeteksi masa subur/ovulasi.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


14

c) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan

kesempatan untuk hamil.

d) Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami

masa subur/ovulasi sepertiperubahan lendir serviks.

e) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu

sendiri.

5) Keterbatasan

a) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.

b) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.

c) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur,

merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba

d) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.

e) Tidak mendeteksi awal masa subur.

f) Membutuhkan masa pantang yang lama.

c. Metode Mukosa/Lendir Serviks

Adalah metode yang aman dan ilmiah untuk mengetahui kapan masa subur

wanita. Cara ini dapat dipakai untuk menjadi hamil maupun untuk menghindari

atau menunda kehamilan. Metode ini diterapkan berdasarkan pengamatan diri

sendiri terhadap gejala-gejala yang secara alamiah dialami oleh setiap wanita

yang normal.

1) Kegunaan

a) Suami istri dapat merencanakan atau menunda kehamilan

b) Menentukan waktu yang dikendaki untuk hamil

c) Menentukan jenis kelamin anak yang diinginkan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


15

2) Efektifitas

Tingkat keeftifitasannya mencapai 95%, bila dilakukan dengan cermat

tingkat keefektifitasannya mencapai 97%. MOB tidak memerlukan obat,

apalagi alat. Cukup mengenali lendir kesuburan, dan itu bisa dilakukan

semua perempuan. Efektif dilakukan untuk perempuan segala masa

reproduksi, remaja, sedang menyusui maupun menjelang menopause.

3) Keuntungan

a) Tidak memiliki resiko kesehatan

b) Disetujui agama

c) Metode ini cukup berhasil bila suami istri memiliki motivasi

d) Membuat wanita lebih waspada dan mengenal siklus haidnya.

4) Kelemahan

Memerlukan ketelitian dan harus mengikuti langkah-langkah untuk

memperkirakan terjadinya ovulasi. Pasangan suami istri harus mempunyai

motivasi yang kuat. Karena siklus menstruasi dan masa subur sangat

bervariasi, metode ini memerlukan penyesuaian.

5) Manfaat

a) Kontrasepsi

 Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan

 Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.

 Tidak ada efek samping sistemik

 Murah tau tanpa biaya.

b) Non kontrasepsi

 Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


16

 Menambang pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan

istri.

 Memungkinkan mengeratkan hubungan melalui peningkatan

komunikasi suami istri.

d. Koitus Interuptus

Metode koitus interuptus juga dikenal dengan metode senggama terputus.

Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan cara sebelum terjadi ejakulasi

pada pria, seorang pria harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak

setetespun sperma masuk kedalam rahim wanita. Dengan cara ini kemungkinan

terjadinya pembuahan (kehamilan) bisa dikurangi.

1) Cara Kerja

Alat kelamin pria dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak

masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.

2) Manfaat

a) Efektif bila digunakan dengan benar.

b) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.

c) Dapat digunakan setiap waktu

d) Tidak membutuhkan biaya.

e) Tidak membutuhkan obat atau alat sehingga relatif sehat untuk

perempuan

f) Tidak mengganggu produksi ASI

g) Tidak ada efek samping

h) Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


17

i) Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian

yang sangat dalam.

3) Keterbatasan

Beberapa penelitian menyatakan resiko kegagalan teknik ini cukup tinggi.

Ini disebabkan karena kontrol teknik ini sepenuhnya diserahkan pada pihak

pasangan. Ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan seorang pria untuk

merasakan tanda ejakulasi dan kecepatannya untuk menarik penis dan

mendapatkan orgasme di luar vagina.

Selain itu, keterbatasan metode ini adalah:

a) Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan

senggama terputus setiap melaksanakannya.

b) Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak

ejakulasi masih melekap pada penis.

c) Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.

e. Metode Kontrasepsi MAL (Metode Amenorea Laktasi)

Menyusui bayi mengganggu denyut gonadotropin, yang pada gilirannya

mencegah denyut normal hormon luteinizing yang diperlukan untuk stimulasi

folikel di ovarium. Ini berarti bahwa wanita menyusui dapat tetap mengalami

amenore dan ovulasi untuk beberapa waktu setelah melahirkan. Perawatan yang

lebih sering, durasi yang lebih lama, dan malam hari semuanya berkontribusi

pada penekanan menstruasi. LAM yang sukses membutuhkan konseling harus

mencakup bahwa setiap suplementasi atau gangguan pola menyusui dapat

meningkatkan risiko kesuburan kembali. Selain itu, penting untuk ditekankan

bahwa menyusu pada bayi diperlukan untuk menghambat kesuburan dan bahwa

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


18

pemerasan ASI, dengan tangan atau pompa, bukanlah pengganti untuk

menyusui dan telah terbukti meningkatkan risiko kehamilan( Rivlin, 2017).

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan

makanan atau minuman apapun. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :

 Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif jika pemberian ≥

8x sehari.

 Belum haid

 Usia bayi < 6 bulan.

 Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.

1) Keuntungan Kontrasepsi MAL

a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan)

b) Segera efektif

c) Tidak mengganggu senggama

d) Tidak perlu pengawasan medis

e) Tidak perlu obat atau alat

f) Tanpa biaya

2) Indikasi

Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur < 6 bulan dan belum

mendapat haid setelah melahirkan.

3) Kontraindikasi

a) Sudah mendapat haid setelah melahirkan

b) Tidak menyusui secara eksklusif

c) Bayinya sudah berumur > 6 bulan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


19

d) Bekerja dan terpisah dari bayi > 6 jam

2.3.2 Metode Kontrasepsi Sederhana Menggunakan Alat

a. Mekanis atau Barier

1. Kondom Spray-on

Menurut sang penemu, Jan Vinzenz Krause, direktur Institute for Condom

Consultancy Jika pergi ke toko obat untuk membeli kondom, yang

kebanyakan dijual adalah yang pas untuk pria dengan panjang penis rata-rata

14,5 cm. Tetapi banyak orang yang memiliki penis lebih kecil atau lebih

besar dari ukuran itu. Maka Krause menciptakan kondom yang disebut

kondom 'spray-on' dengan sistem pompa yang menyemprotkan lateks cair ke

alat kelamin dalam hitungan detik ukuran kondom dapat menyesuaikan

dengan ukuran penis.

a) Cara menggunakan

Untuk menggunakan kondom semprot ini, pria memasukkan penisnya ke

dalam tabung dan menekan tombol untuk menyemprotkan lateks cair dari

cartridge yang bisa dilepas. Karet lateks akan mengering dalam hitungan

detik. Setelah selesai digunakan, kondom ini bisa dilepas seperti kondom

biasa. Waktu yang dibutuhkan agar lateks dapat mengering adalah sekitar

20 - 25 detik. Tapi Krause sedang mengupayakan agar waktunya bisa

dipercepat lagi menjadi 10 detik.

2. Busa Spray

Kontrasepsi ini digunakan pada wanita. Penggunaannya busa spray tersebut

disemprotkan ke vagina, setelah itu busa spray akan membentuk semacam

selaput dan mencegah konsepsi serta melindungi terhadap infeksi.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


20

Semprotan spray menggunakan polyvinyl alcohol resin sebagai bahan

dasarnya, yang sudah terkandung dengan silver “ nanotech ” partikel,

sehingga memberikan spermicide dan antiseptik pelumas yang dapat

membantu mencegah penyakit menular seksual (PMS).

3. Kondom

a) Mekanisme Kerja

Menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina, sehingga pembuahan

dapat dicegah

b) Jenis Kondom

1) Kondom Pria

2) Kondom Wanita

c) Daya guna keuntungan

Secara teoritis kegagalan kondom hanya terjadi jika kondom tersebut

sobek karena kurang hati-hati, pelumas kurang, atau karena tekana pada

waktu ejakulasi. Pada pasangan subur yang melakukan koitus 120 kali

pertahun dan selalu menggunkan kondom pada setiap melakukan

hubungan seksual, maka ditemukan 10-21 kehamilan per 100 waktu per

tahun. Dalam praktiknya angka ini lebih tinggi yaitu sekitar 15-36

kehamilan per 100 wanita per tahun. Faktor-faktor yang berpengaruh

antara lain pemakain yang tidak teratur, motivasi, umur, status sosial

ekonomi, pendidikan dan sebagainya

d) Keuntungan

 Melindungi dari penyakit menular seksual (PMS)

 Tidak ada efek samping sistemik

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


21

e) Kelemahan

 Dapat mengganggu koitus

 Berisik

 Memerlukan motivasi

b. Kimiawi

1. Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya nonoksinol) yang digunakan untuk

menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol

(busa, tablet vaginal, supositoria, atau dissolvable film dan krim. Cara

kerjanya menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat

pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

a) Efektifitas

Spermisida dipercayai hanya memiliki efektivitas sedang. Hal ini

menjelaskan mengapa spermisida dianjurkan dipakai bersamaan bentuk

kontrasepsi lain.

2.3.3 Metode Kontrasepsi Modern

Penggunaan kontrasepsi modern dan kebutuhan keluarga berencana yang

tidak terpenuhi adalah kunci untuk memahami perubahan besar dalam kesuburan

dan meningkatkan kesehatan reproduksi di seluruh dunia. Meskipun penggunaan

kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika

Latin, di Afrika Sub-Sahara tetap rendah.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


22

a. Kontrasepsi Hormonal

1. Pil KB

Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil/tablet

di dalam strip yang berisi gabungan hormone estrogen dan hormon

progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon progesteron saja.

a) Keuntungan menggunakan pil KB adalah :mudah menggunakan mudah

dihentikan setiap saat,d apat digunakan jangka panjang selama

perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan,

kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan

b) Kerugian menggunakan pil KB adalah : Memerlukan disiplin dari

pemakai, dapat mengurangi ASI pada pil yang mengandung estrogen

Kembalinya kesuburan agak lambat.

2. Suntik KB

Suntik KB ini mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita, dan

mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga spermatozoa (sel mani) tidak

dapat masuk ke dalam rahim.

a) Keuntungan

1) Risiko terhadap kesehatan kecil

2) Aman

b) Kerugian

1) Terjadi perubahan pada pola haid

2) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian

pemakaian

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


23

Jenis Kontrasepsi suntik ada 3 macam, yaitu:

a) DMPA ( Depo Medroksi Progesteron Asetat)

Kontrasepsi suntik DMPA mengandung progesteron sebanyak 150mg

dalam bentuk partikel kecil. Suntikan depoprovera diberikan setiap 12

minggu (3 bulan) secara intramuskular. DMPA adalah turunan 17α

hidroksi progesteron, dibuat dalam bentuk suspensi udara. DMPA

diberikan setiap 3 bulan, kadar DMPA dalam darah mencapai puncak

setelah 10 hari. Setelah itu kadar dalam darah lambat-lahan menurun dan

masih dapat terdeteksi setelah 200 hari. Dengan demikian, DMPA dapat

memberikan perlindungan dengan aman selama tiga bulan bahkan

beberapa minggu sesudahnya. DMPA bekerja melawan ovulasi. Kadar

progestin di dalam sirkulasi cukup tinggi sehingga menyebabkan

lonjakan hormon luteinizing (LH) yang berperan pada masa ovulasi

sehingga LH di dalam sirkulasi akibat akibatnya akan menghambat

terjadinya pembuahan.

b) Siklofen

Mengandung progesteron sebanyak 50mg dan estrogen. Cyclofem

diberikan atau disuntikkan setiap bulan dan diharapkan terjadi

menstruasi setiap bulan karena komponen estrogennya. Cyclofem

suntikan kombinasi yang berisi hormon merupakan progesteron dan

hormon estrogen. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 7-11 hari.

Setelah suntikan tunggal cyclofem.dll menunjukkan efek yaitu

penghambatan pematangan folikel, penebalan lendir servik sehingga

sperma tidak bisa menebus servik dan tidak akan bisa bertemu ovum

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


24

akibatnya pembuahan tidak akan terjadi dan efektifitas kerja dari

cyclofem.dll akan menurun dan sampai tidak terdeteksi sampai 30 hari

c) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat)

Mengandung 200mg noretindron, diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntikkan secara intramuskula. NET-EN derivatif 19-nore

merupakan-tisteron yang dibuat dalam larutan minyak. Kadar puncak

dalam darah tercapai setelah lima hari, untuk kemudian menurun dan

tidak lagi dapat dideteksi setelah 70 hari. Maka dari itu

mempersembahkan NET-EN adalah setiap 2 bulan. Dengan interval

every 2 bulan atau 8 minggu maka angka kegagalan lebih kecil tetapi

angka keluar nya lebih besar karena efek pendarahan, terlalu seringnya

suntikan dan mahalnya biaya

3. Implant

Implant yaitu kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. Dengan

disusupkannya implan dibawah kulit, setiap hari dilepaskan secara tetap

suatu hormon ke dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang

terbuat dari bahan silastik tersebut, sehingga dapat menghambat terjadinya

ovulasi.

a) Keuntungan

1) Tidak menekan produksi ASI

2) Tidak terdapat faktor lupa

3) Masa pakai jangka panjang (3-5 th)

4) Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormone

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


25

b) Kerugian

1) Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang

terlatih

2) Petugas kesehatan perlu dilatih khusus dan praktek untuk

pemasangan dan pengangkatan implant

3) Implant sering mengubah pola haid

4) Penyedia harus memasukkan dan melepas (kontrol pasien kurang).

5) Berpotensi mengalami gangguan menstruasi. (Rivlin, 2017).

b. AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Empat IUD hormonal saat ini tersedia di Amerika Serikat - Mirena, Kyleena,

Skyla (Bayer AG, Berlin, Jerman), dan Liletta (Alergan, Dublin, Irlandia).

Semuanya mengandung progestin levonorgestrel (LNG), yang bekerja secara

lokal untuk mengentalkan lendir serviks dan mencegah masuknya sperma ke

dalam rahim. Progestin juga menipiskan endometrium, membuatnya tidak aktif.

Hal ini dapat mengurangi perdarahan menstruasi dari waktu ke waktu, tetapi

juga dapat menyebabkan perdarahan atau bercak yang tidak teratur. Manfaat

nonkontrasepsi utama dari IUD yang mengandung progestin adalah pengobatan

uterus yang berlebihan pendarahan. (Riflin, 2017)

1) Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja AKDR menimbulkan reaksi radang di endometrium,

disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini

ditingkatakan oleh tembaga, yang mempengaruhi enzim-enzim di

endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan estrogen serta

menghambat transportsi sperma. Pada pemakai AKDR yang mengandung

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


26

tembaga, jumlah spermatozoa yang mencapai saliran genetalia atas

berkurang. Perubahan cairan uterus dan tuba mengganggu viabilitas gamet,

baik sperma atau ovum yang diambil dari pemakai AKDR yang mengandung

tembaga memeperlihatkan degerasi mencolok.

c. AKDR Update

Jenis AKDR terbaru yaitu skyla, memiliki ukuran yang lebih kecil dari AKDR

mirena. Mengandung levonorgestrel. Jenis Skyla ini dapat digunakan dalam

jangka waktu 3 tahun, sedangkan Mirena dapat digunakan dalam jangka waktu

5 tahun. Skyla dapat digunakan oleh wanita yang belum memiliki anak dan

mirena digunakan pada wanita yg sudah memiliki anak.

Jenis AKDR yang lain adalah AKDR progestin dengan dua jenis yaitu

prigestase yang mengandung progesterone dan mirena yang mengandung

levonorgestrel. Cara kerjanya menutup jalan pertemuan sperma dan sel telur,

mengurangi jumlah sperma yang bisa masuk tuba falopi (tempat sel telur),

menjadikan selaput lendir rahim tipis dan tidak siap ditempati sel telur, serta

meng-inaktifkan sperma.

Kontrasepsi ini sangat efektif dan bisa dipasang selama satu tahun. Keuntungan

lainnya adalah tidak berpengaruh terhadap ASI, kesuburan cepat kembali, dapat

digunakan bersama dengan obat tuberculosis, epilepsi, dan hormon estrogen

untuk wanita perimenopause. Keterbatasannya perlu dilakukan pemeriksaan

dalam, harga dan pemasangan relatif mahal, memerlukan tenaga kesehatan

khusus, menyebabkan amenore pada penggunaan jangka panjang, menurunkan

kadar HDL kolesterol, memicu pertumbuhan mioma dan kanker payudara, serta

meningkatkan resiko rangang panggul. Kontraindikasi pengguna AKDR

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


27

progestin adalah hamil (bisa menyebabkan keguguran), perdarahan per vagina

yang belum jelas penyebabnya, keputihan, menderita salah satu penyakit

reproduksi, dan menderita kanker.

AKDR progestin bisa dipasang selama siklus haid, 48 jam setelah melahirkan,

enam bulan pertama untuk ibu yang menyusui secara eksklusif, serta pasca

keguguran jika tidak mengalami infeksi. Kerugian Progestin adalah versi

sintetis dari progesteron, yaitu hormon seks wanita, yang memainkan peran

penting dalam kehamilan. Progestin adalah salah satu hormon yang digunakan

dalam terapi penggantian hormon yang banyak digunakan untuk mengobati

gejala-gejala menopause. Akan tetapi, suntikan progestin juga telah dikaitkan

dengan kegagalan perawatan kesuburan. Peneliti menemukan risiko baru dalam

penelitian terhadap ketiga kelompok wanita tersebut. Semua alat kontrol

kelahiran yang digunakan dalam penelitian ini terbukti efektif dan tidak satupun

dari peserta mengalami perubahan berat badan dan peningkatan kadar kolesterol

atau tekanan darah.

d. IUD Pascaplasenta

Segera pemasangan AKDR (dalam 10 menit dari plasenta lahir) adalah aman

bila dibandingkan dengan periode waktu postpartum kemudian dan selang

pemasanagan. Segera setelah postpartum pemasangan AKDR menunjukkan

tingkat pengeluaran lebih rendah bila dibandingkan dengan tertunda

pemasanagan selama postpartum dengan tingkat lebih tinggi dari jarak

pemasanagn. Pemasanagan Segera setelah kelahiran sesar menunjukkan tingkat

pelepasa yang rendah daripada langsung pemasangan setelah kelahiran normal.

Dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada peningkatan risiko komplikasi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


28

antara wanita yang memiliki IUD dimasukkan selama periode postpartum,

namun beberapa kenaikan tarif pengusiran terjadi dengan pemasangan tertunda

postpartum bila dibandingkan pemasanagan segera dan dengan pemasanagan

langsung bila dibandingkan dengan pemasanagan dengan jarak. Penempatan

Postplacental selama persalinan sesar berkaitan dengan tingkat pengusiran

rendah daripada postplacental setelah kelahiran pervagina, tanpa peningkatan

angka komplikasi pasca operasi.

2.3.4 Metode Operasi (Sterilisasi)

a. Metode Operasi Wanita (MOW)

Metode Operasi Wanita (Tubektomi) ialah metode kontrasepsi mantap dengan

tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopi wanita dengan mengoklusi

Tuba Fallopi ( mengikat, dan memotong atau memasang cincin). Dahulu

tubektomi dilakukan dengan jalan laparotomi atau pembedahan vaginal.

Sekarang dengan alat-alat dan teknik baru. Tindakan ini diselenggarakan secara

lebih ringan dan tidak perlu perawatan rumah sakit.Tubekomi atau Sterilisasi

adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka

yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan).

Disebut permanen karena metode kontrasepsi ini hampir tidak dapat dibatalkan

(reversal) bila kemudian Anda ingin punya anak. Pembatalan masih mungkin

dilakukan, tetapi membutuhkan operasi besar dan tidak selalu berhasil (Priyanti,

2017).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


29

Macam-macam Metode dan Teknik Metode Operasi Wanita (MOW) antara

lain:

1. Minilaparotomi

Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya

diperlukan sayatan (sekitar < 10 cm). Pada daerah perut bawah

(suprapubik) maupun subumbilikal 13 (pada lingkar pusat bawah).

Gambar 1 Minilaparatomi Pada MOW

Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan

dapat dilakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini

juga lebih aman dan efektif. Baik untuk masa interval maupun pasca

persalinan, pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba

didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu,

dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kassa yang

kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien dapat

dipulangkan setelah 2 -4 hari.

Di Amerika Serikat, ligasi tuba postpartum dilakukan setelah 8-9% dari

semua persalinan Postpartum, MOW biasanya dilakukan dengan

minilaparotomi, seringkali pada level umbilikus, atau pada saat sectio

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


30

caesarea menggunakan teknik modifikasi Pomeroy atau Parkland partial

salpingectomy (PS). Prosedur yang aman dan sederhana ini mengikat dan

mengangkat segmen mid-isthmic dari tuba falopi secara bilateral. Untuk

wanita yang melahirkan melalui vagina, prosedur ini dapat dilakukan

segera, atau kapan saja sebelum keluar dari rumah sakit. Penggunaan klip

titanium (Filshie), lebih jarang digunakan pascapartum. Penggunaan klip

titanium belum terbukti memiliki khasiat yang setara dengan PS dalam

periode segera setelah melahirkan (Patil, 2016).

Pengangkatan tuba falopi pada saat histerektomi atau sterilisasi interval

telah menjadi praktik rutin untuk mencegah kanker ovarium. Ligasi tuba

bilateral dan salpingektomi oportunistik bilateral dengan persalinan sesar

adalah terbukti hemat biaya untuk MOW serta pengurangan risiko kanker

ovarium (Venkatesh, 2018). peran salpingektomi harus dimainkan sebagai

tindakan pengurangan risiko kanker ovarium bagi wanita yang tertarik

dengan PC. Ada bukti yang mendukung hipotesis bahwa kanker ovarium

epitel mungkin berasal dari tuba falopi (Patil, 2016).

2. Laparoskopi

Teknik atau metode laparoskopi ini dalam pelaksanaannya harus dilakukan

sayatan selebar kurang lebih 1,5 sampai 2 cm di bagian perut dengan

mengguanakan selang kecil dengan kamera dan lampu kecil untuk

mengakses organ dan melakukan tindakan pada organ yang akan dioperasi

dengan bantuan monitor.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


31

Gambar 2 Laparaskopi pada MOW

Ligasi dan Oklusi Tuba dengan Laparoskopi pada MOW dilakukan bedah

di luar periode postpartum, atau pada wanita yang belum pernah hamil.

Meskipun MOW interval melalui minilaparotomy tetap umum di banyak

daerah sumber daya rendah, prosedur interval biasanya dilakukan secara

laparoskopi di ruang operasi rawat hari. Metodenya meliputi

elektrokoagulasi, oklusi mekanis dengan karet gelang slicone, klip pegas

atau klip titantium, dan salpingektomi parsial atau total (Patil, 2016).

Operasi bedah meskipun tidak menimbulkan rasa sakit tetap saja banyak

yang tidak menyukainya dan takut jika harus menjalaninya. Perkembangan

teknik dan metode sterilisasi ini terus berkembang dari waktu ke waktu,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


32

sehingga kini telah hadir Metode dan Teknik Sterilisasi Wanita Tanpa

Sayatan yaitu Histeroskopi (Hysteroscopy). Dalam pelaksanaan sterilisasi

histeroskopi ini sama sekali tidak dilakukan sayatan sama sekali pada perut,

pasien juga dapat memilih tanpa pembiusan maupun dengan pembiusan

lokal. Tidak seperti teknik lain, setelah pasien menjalani operasi sterilisasi

histeroskopi ini pasien sudah bisa pulang dan juga beraktivitas seperti

semula tanpa melaui perawatan inap.

Metode dan teknik sterilisasi histeroskopi ini diharapkan pasien yang

menjalaninya dapat merasa lebih nyaman, karena peralatan-peralatan yang

digunakannya menggunakan peralatan terbaru dengan bentuk yang sangat

kecil. Cara kerja alat ini sangat simpel, jika dilakukan oleh dokter yang ahli

maka akan cepat selesai. Proses sterilisasi histeroskopi adalah dengan

memasukkan alat sebesar 0,3 cm yang dilengkapi kamera mikro kedalam

rahim melalui organ vital wanita, dengan bantuan kamera inilah maka

dengan tepat dokter dapat menentukan saluran telur.

Angka kejadian komplikasi akibat histeroskopi berkisar antara satu sampai

dua per 100 tindakan histeroskopi operatif. Komplikasi tersering

histeroskopi antara lain perforasi dinding rahim, namun biasanya dapat

sembuh dengan sendirinya. Komplikasi lain meliputi perdarahan, atau

masuknya cairan yang digunakan dalam histeroskopi ke dalam aliran darah.

Kadangkala timbul rasa kram dan keluar cairan dari vagina setelah tindakan

histeroskopi. Hubungan seksual sebaiknya dihindari selama beberapa hari

sampai tidak ada lagi perdarahan yang timbul. Aktivitas normal biasanya

dapat dilakukan lagi dalam satu atau dua hari. Bila dilakukan pemasangan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


33

kateter dalam rongga rahim, biasanya kateter tersebut dapat diangkat dalam

beberapa hari. Kadangkala diberikan pula obat-obat hormonal untuk

beberapa minggu setelah tindakan.

3. Metode Operasi Wanita (MOW) tanpa Sayatan

Teknik terbaru sterilisasi wanita, yakni operasi tanpa sayatan pada perut

mulai dikembangkan. Teknik tersebut menggunakan pendekatan

histereskopi sterilisasi wanita. Sebelumnya, ada dua teknik operasi

sterilisasi wanita pada umumnya, yaitu melalui sayatan ± 10 cm pada perut

(minilaparatomi) atau menggunakan teknik minim sayatan ± 1,5 – 2 cm

pada perut (laparoskopi).

Gambar 3 MOW tanpa Sayatan

Teknik terbaru telah dikembangkan sejak lama dan terus dimodifikasi

sehingga lebih aman dan nyaman. Sekarang, dengan teknologi terkini dan

penemuan peralatan-peralatan terbaru yang sangat kecil serta menggunkan

bahan dasar terpercaya, teknik tersebut mulai diterima dunia kedokteran

dan masyarakat awam. Teknik ini menggunkan alat berupa histereskopi

yang dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mulut rahim.

Histreskopi adalah alat kedokteran yang terdiri atas kamera mikro resolusi

tinggi (high definition) dengan diameter 0,3 cm yang disertai dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


34

working channel. Dengan histerekopi, dokter dapat melihat keadaan di

dalam rahim melalui monitor dan melihat secara tepat muara kedua saluran

telur. Setelah dokter menentukan saluran telur, alat steril yang sangat kecil

dimasukkan melalui working channel secara tepat ke dalam saluran telur

dengan bimbingan histereskopi secara tepat. Berbeda dari banyak alat

kontrasepsi lainnya, alat mikrosteril ini tidak mengandung hormon

sehingga tidak akan mempengaruhi siklus haid alami setiap bulan.

Tindakan tanpa sayatan itu bisa dilakukan baik dengan pembiusan lokal

maupun tanpa pembius di ruang praktik, khusus dan tidak memerlukan

waktu pemulihan lama. Sebab setelah operasi, pasien dapat langsung

pulang dan kembali ke aktivitas semula tanpa harus rawat inap.

Histereskopi sterilisasi wanita ini dapat dilakukan secara tepat, cepat dan

mudah bila ditangani tenaga kesehatan terlatih di sarana kesehatan lengkap.

Oklusi tuba histeroskopi Metode PC interval alternatif lainnya adalah

oklusi tuba histeroskopi. Ini telah menjadi pilihan yang semakin populer

sejak pengenalan Essure® di A.S. pada November 20. Perangkat Essure®

terdiri dari kumparan luar paduan nikel-titamium dan kumparan dalam baja

tahan karat yang dibungkus dengan serat polietilen tereftalat. Pengantar

sekali pakai digunakan untuk memposisikan sisipan koil luka ke bagian

proksimal dari setiap tuba falopi di bawah panduan histeroskopi atau

flouroskopi. Manfaat yang signifikan dari teknik ini adalah dapat dilakukan

di lingkungan klinik dengan hanya anestesi paracervical lokal. Selain

mengurangi biaya, teknik ini mengurangi risiko yang terkait dengan

anestesi umum dan operasi intra-peritoneal.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


35

b. Metode Operasi Pria (MOP)

1. RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under

Guidance)/Penghambatan Sperma Reversibel di Bawah Bimbingan

Metode ini pertamakali ditemukan di India oleh seorang profesor biomedis

dari Indian Institute of Technology bernama Sujoy K. Guha. RISUG terdiri

dari campuran bubuk stirena maleat anhidrida (SMA) dengan dimetil

sulfoksida (DMSO). Gel yang dihasilkan disuntikkan ke vas deferens untuk

melapisi dinding vas deferens dan memblokir lorongnya (lumen).

Gambar 4 RISUG pada MOP

RISUG merupakan salah satu metode kontrasepsi yang bekerja di dalam

saluran vas deferens atau saluran yang berfungsi untuk mengalirkan

sperma. Salah satu keuntungan dari metode ini adalah karena bersifat

sementara, sehingga kesuburan dapat kembali apabila diinginkan. Suntikan

ini sangat efektif dan per dosis bisa bertahan hingga 10 tahun. Efek

sampingnya juga sedikit dan dosisnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

RISUG disuntikkan melalui metode yang mengekspos vas deferens seperti

pada metode vasektomi tanpa pisau bedah. Setelah penerapan anestesi

lokal, dokter membuat lubang di kulit skrotum yang sangat kecil sehingga

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


36

tidak memerlukan jahitan tetapi membuat vas deferens mudah terlihat.

Proseurnya dengan menyuntikan bahan sejenis polymer yang berbentuk gel

ke dalam saluran vas deferens, sehingga gel tersebut akan melapisi bagian

dalam dinding vas deferens. Keseluruhan prosedur biasanya membutuhkan

waktu kurang dari 15 menit.

Gel polymer tersebut nantinya akan membunuh setiap sperma yang

melewati saluran vas deferens sehingga mencegah terjadinya kehamilan.

Kemudian apabila pria menginginkan kesuburannya kembali baik dalam

hitungan bulan ataupun tahun, maka bahan polymer akan dibersihkan dari

saluran vas deferens melalui suntikan lain.

RISUG menciptakan penghalang fisik dan kimiawi yang mencegah sperma

mencapai oosit. Polimer disuntikkan ke dalam vas deferens melalui teknik

non scalpel, sehingga menghindari pembedahan pada prosedur sterilisasi

awal. Ada beberapa keunggulan utama RISUG seperti yang disebutkan di

bawah ini, yang menjadikannya sebagai alat kontrasepsi pria yang potensial

(Khilwani, 2020).

a) Azoospermia dini pada subjek sejak 4 minggu setelah injeksi. Beberapa

sperma yang diamati dalam ejakulasi setelah RISUG ditemukan tidak

aktif secara fungsional (Khilwani, 2020).

b) Reversibilitas: Dalam metode kontrasepsi apa pun, perhatian utama

adalah pemulihan kesuburan bila diperlukan. RISUG® memberikan

keunggulan dibandingkan metode kontrasepsi pria lainnya seperti

vasektomi. Penghapusan ko-polimer SMA (RISUG®) dapat diinduksi

dengan menyuntikkan dimetil sulfoksida (DMSO) atau natrium

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


37

bikarbonat (NaHCO3) yang bertindak sebagai pelarut parsial. Setelah

uji praklinis pada berbagai model hewan berdasarkan penyumbatan vas

deferens tanpa toksisitas, penelitian telah dialihkan ke aspek

reversibilitasnya tanpa mempengaruhi integritas seluler (Khilwani,

2020).

2. Vasektomi

Vasektomi adalah cara kontrasepsi permanen yang aman dan efektif yang

digunakan oleh 42-60 juta pria di seluruh dunia (Khilwani,

2020).Vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian (0.5 cm – 1 cm)

saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian

sisi testis dan saluran benih bagian sisi lainnya yang masih tersisa dan pada

masing-masing kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan

pengikatan sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat (Priyanti, 2017).

Gambar 5 Vasektomi

Vasektomi adalah prosedur sterilisasi bedah elektif untuk pria yang

dimaksudkan untuk menghalangi atau mengangkat sebagian dari kedua vas

deferens, sehingga mencegah sperma berpindah dari testis ke saluran

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


38

ejakulasi (Ramasamy, 2011). Pada prinsipnya vasektomi adalah memotong

saluran sperma laki-laki. Tujuannya untuk mencegah terjadinya pertemuan

cairan sperma dan sel telur, yaitu untuk mencegah kehamilan.Vasektomi

adalah salah stu metode kontrasepsi mantap yang paling aman dan efektif

yang tersedia untuk kaum pria. Di Amerika, vasktomi digunakan oleh

sedikitnya 7 % dari semua pasangan suami isteri. Bila dibandingkan dengan

jenis operasi urologi terbanyak dan menduduki ranking tertinggi karena

kurang lebih 500.000 ribu pria melakukan Vasektomi setiap tahunnya.

Prevalensi penggunaan metode penutupan vasa deferens (Vasektomi)

bervariasi antar negara, dari yang terpopuler di Amerika Serikat sampai

dengan yang terendah seperti Indonesia (0,5%). Semula, metode penutupan

vasa deferens ini bertujuan permanen. Namun demikian, sifat permanen ini

justru tidak atraktif bagi beberapa pria, disamping pertimbangan oleh

agama tertentu yang tidak memperbolehkan penggunaan teknologi

kontrasepsi bersifat permanen. Oleh karena itu, vasektomi perlu

dikembangkan lebih lanjut dalam hal efektifitasnya (menurunkan angka

kegagalannya) dan sifat reversibilitasnya agar lebih baik.

Namun fakta menunjukan bahwa beberapa pria tidak tertarik untuk

Vasektomi karena takut akan rasa sakit dan kemungkinan timbulnya

komplikasi setelah divasektomi. Dalam praktek sehari-hari, salah satu hal

yang sering menjadi masalah adalah ketakutan kaum pria terhadap jarum

suntik yang digunkan untuk bius local. Ketika prosedur Vasektomi dimulai,

pasien akan dibius local (anestesi local) yaitu dilakukan penyuntikan obat

(lidocain) kedalam skrotum / zakar sehingga pada saat divasektomi pasien

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


39

tidak akan merasa sakit. Akan tetapi proses penyuntikan obat ke dalam

skrotum inilah yang sering dikhawatirkan sebagian kaum pria. Walaupun

bagi beberapa hal tersebut bukan merupakan masalah.

Penelitian- penelitian di bidang ini terus dilakukan. Hal tersebut terus

dilakukan, sebab teknik anastesi local tanpa jarum pada saat pasien akan

melakukan vsektomi terbukti merupakan pendekatan sederhana dan aman

yang dapat meningkatkan kepuasan pasien. Upaya ini dilakukan dengan

harapan bahwa membatasi penggunaan jarum akan menurunkan rasa

ketakutan pria akan Vasektomi.

3. Metode Vasektomi tanpa Pisau

Pada tahun 1957, Li Shunqiang seorang dokter dari Cina telah berhasil

menemukan metode Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) yang mampu

meminimalkan trauma, rasa nyeri dan kemungkinan terjasinya komplikasi.

Sejak saat itu metode ini diadopsi ke Amerika dan sekitar 15 juta pria

diamerika telah divasektomi dengan mengguanakan metode Vasektomi

Tanpa Pisau. Untuk melihat efektivitas metode VTP telah dilakukan

penelitian yang hasilnya menunjukan bahwa metode VTP 10 kali

menurunkan kemungkinan terjadinya komplikasi dibandingkan dengan

Vasektomi cara Konvensional. Pengenalan terhadap VTP telah sukses

mengurangi ketakutan para pria terhadap skapel / pisau bedah. Kesuksesan

China dalam mencapai tujuannya ini dibuktikan dengan meningkatkan

rasio sterilisasi pria dibandingkan sterilisasi pria dibandingkan sterilisasi

wanita diprovinsi Sichuan China, yaitu 3 : 1.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


40

Gambar 6 Vasektomi Tanpa Pisau

Teknik Vasektomi Tanpa Pisau menjadi demikian menarik bagi pria bila

dibandingkan teknik Vasektomi konvensional, sebab dengan VTP para ahli

bedah hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit. Sedangkan untuk

menyelesaikan teknik Vasektomi konvensional para ahli bedah umumnya

membutuhkan waktu yang lama yaitu 20 - 30 menit. Setelah di Vasektomi

baik dengan teknik VTP maupun konvensional pasien dapat segera kembali

bekerja. Namun pada Vasektomi yang konvensional, beberapa pasien

masih merasakan rasa tidak nyaman setelah divasektomi. Lebih dari itu

penelitian menemukan bahwa 1% dari metode Vasektomi yang

konvensional dapat menimbulkan komplikasi, antara lain pendarahan,

hematoma dan infeksi. Menurunkan rasa sakit dengan cara baru.

Saat di Amerika telah ditemukan teknik Vasektomi terbaru yang

merupakan penyempurnaan dari VTP yaitu vasektomi tanpa Pisau dan

tanpa jarum. Teknik Vasektomi tanpa pisau dan jarum ini, selain tidak

menggunakan pisau bedah juga tidak menggunakan jarum suntik.

Perbedaan antara VTP dengan Vasektomi Tanpa Pisau dan jarum terutama

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


41

pada teknik anestesinya (pembiusan). Vasektomi tanpa pisau dan jarum

menggunakan teknik anastesi yang unik, yaitu dengan menggunakan alat

khusus (jet injector) sehingga mengurangi rasa sakit pada saat anastesi /

pembiusan dilakukan pada kulit skrotum dan vas deferens.

Pada saat proses pembiusan dilakukan dengan alat jet injector yang

bertekanan tinggi, cairan anastesi di semprotkan melalui kulit dan langsung

menyebar di vas deferens. Menurut penelitian Marc Goldstein seorang

dokter spesialis Urologi dari Amerika, beberapa pasien menggambarkan

bahwa pada saat anastesi dengan jet injector dilakukan, mereka hanya

meraakan sensasi seperti ditekan penghapus karet dikulit skrotum /

zakarnya. Marc mengatakan bahwa teknik anastesi local yang seperti ini

dimana rasa sakit berkurang lebih jauh, sangat penting untuk Vasektomi.

Karena tidak dapat dipungkiri banyak pria yang takut pada tusukan jarum

seperti yang dilakukan pada vasektomi konvensional.

Anastesi tanpa jarum dengan jet injection pada pasien vasektomi

merupakan teknik baru local anastesi yang onsetnya (mula kerjanya) lebih

cepat. Hal ini menurunkan risiko luka akibat jarum dan membatasi

penggunaan syringe (suntikan). Cara ini aman, ekonomis dan secara nyata

mengurangi rasa nyeri akibat tindakan anastesi. Keuntungan utama dari

teknik ini adalah bahwa cara ini menangani ketakutan pria akan rasa sakit

akibat tusukan jarum suntik, sehingga dapat meninggalakan popularitas

Vasektomi.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


42

4. Teknik yang lebih baru dilakukan dengan cara pembakaran

(cauterisasi)

Teknik yang lebih baru dilakukan dengan cara pembakaran (cauterisasi)

pada pipa sel benih. Tidak perlu membelek terlebih dulu (no-scalpel

vasectomy), melainkan dengan jarum khusus langsung menembus kulit

kantong buah zakar pada lokasi pipa sel benih berada, dan setelah pipanya

tampak, dilakukan cauterisasi. Hasilnya sama-sama membuat buntu/

tersumbat vas deferens.

Teknik Bedah: Teknik pembedahan terdiri dari 1) mengekspos vas dengan

pendekatan tanpa pisau bedah; 2) membakar epitel lumen vas

menggunakan alat kauter bertenaga baterai portabel; 3) melakukan FI

dengan mencengkeram fasia spermatika internal dan menerapkan ikatan

bebas dengan bahan jahitan pada fasia untuk menutupi puntung prostat vas

dan memisahkan kedua ujung vas yang dipotong; dan 4) pemotongan 0,5 -

1 cm tunggul testis (Labrecque, 2011).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


43

Gambar 7 Vas Clip Vasectomy

Sekarang dikenal pula teknik dengan menggunakan klip (Vasclip). Dengan

klip khusus sebesar butir beras, pipa sel benih dijepit. Ini sudah dipakai di

AS sejak tahun 2002, dan disahkan oleh FDA, tetapi hanya berlaku di

kalangan AS saja. Setelah dilakukan vasektomi jangan merasa diri

langsung steril dan nubruk sana sini, setelah dilakukan tindakan vasektomi

tersebut dianjurkan kepada para pria memakai pengaman terlebih dahulu

seperti kondom untuk membuang sel benih yang masih tersisa. Mungkin

perlu sampai 20-30 kali ejakulasi sebelum air mani betul sudah bersih tidak

berisi sel benih lagi. Pelaksanaan tindakan /pembedahan itu sendiri

dilakukan melalui serangkaian proses yang terdiri dari konseling pra

tindakan, penyaringan medik, pelaksanan tindakan, konseling pasca

tindakan dan kontrol pasca tindakan. Ada beberapa komplikasi yang dapat

timbul pasca vasektomi yaitu : haematom, rekanalisasi dan sperma

granuloma.

Penelitian terhadap pemotongan jaringan dengan listrik/kauterisasi

(cauterizing) pada bagian ujung vas deferens sedang dilakukan, terutama

kaitannya dengan efektivitas metode kauterisasi ini pada jangka panjang.

Perlu dicatat bahwa dampak pemotongan vas deferens pada

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


44

spermatogenesis tidak terjadi secara langsung. Untuk mengosongkan

spermatozoa dari sistim ejakulasi memerlukan waktu beberapa minggu,

atau ejakulasi berkali. Secara praktis klien diberi pemahaman bahwa

dibutuhkan paling sedikit 20 kali ejakulasi sebelum benar-benar status

azoosperma (cairan mani yang tidak mengandung sperma). Sebagai

alternatif klien perlu diperiksa paling sedikit dua (2) kali dan hasilnya telah

dinyatakan bebas dari sperma (azoosperma).

2.3.5 Vaksin Kontrasepsi

Prinsip utama vaksin kntrasepsi adalah bagaimana mengembangkan metode

kontrasepsi yang dapat mencetuskan respon imun humoral dan atau seluler terhadap

suatu antigen pada sistem reproduksi. Vaksin kontrasepsi ini dibuat sedemikian

rupa untuk dapat menghambat;

a. Produksi gamet (spermatozoa dan oosit),

b. Fungsi gamet (menghambat fertilisasi), dan

c. Hasil akhir gamet (kehamilan).

Ketiga kelompok itu merupakan target pengembangan vaksin kontrasepsi

saat ini. Penggunaan vaksin ini dapat menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan

dunia baik pada negara maju maupun negara berkembang dalam hal mengontrol

populasi. Vaksin kontrasepsi akan memberikan alternatif yang ideal.

Vaksin kontrasepsi akan mudah dikelola, lebih murah, mudah didapat, dan

yang lebih penting, akan spesifik. Dengan menargetkan faktor-faktor yang penting

untuk pembentukan kehamilan, vaksin kontrasepsi akan menghalangi kerja suatu

faktor dan mencegah permulaan kehamilan. Kemungkinan yang paling menjajikan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


45

adalah mengatur hormon yang mengendalikan produksi gametes atau

mempengaruhi kelangsungan hidup dari telur yang telah dibuahi (fertilized egg).

Namun demikian, vaksinasi dapat pula ditujukan untuk menghalang-halangi

terjadinya pembuahan (fertilisasi), yaitu dengan jalan merangsang timbulnya

antibodi, yang titik tangkapnya terletak pada protein didinding permukaan gametes

sehingga sperma tidak dapat menembus dinding telur. Spermatozoa merupakan

target pertama dalam pengembangan kontrasepsi secara imunologi pada tahun 1899

oleh peraih nobel Landsteiner dari Austria dan Metnikoff dari Russia yang

mengobervasi terbentuknya antibodi terhadap injeksi sperma, yang pada awal tahun

1900 peran antibodi ini pada infertilitas dilaporkan.

a. Pengendalian Hormon Reproduksi

Baik pada perempuan atau laki-laki, proses gametogenesis dikendalikan oleh

hormone “follicel stimulating hormone” (FSH) dan “luteinizing hormone” (LH)

(Darmawi, 2017). Produksi kedua hormon ini oleh glandula pituitaria (pituitary

gland) diatur atau diregulasi oleh hormon pelepas gonadotropin yang berasal dari

hipotalamus, yaitu “the hypothalamic gonadotropin releasing hormon” (GnRH)atau

disebut hormon pelepas-LH atau LH-RH. FSH dan LH juga mengatur proses

pembentukan steroid pada gonade (gonadal steroidegenesis) melalui interaksi

dengan reseptor FSH dan LH, yaitu FSH-R dan LH-R (Darmawi, 2017).

b. Pria Sasaran Vaksinasi

Pendekatan pertama vaksinasi terhadap pria adalah berbasis pada peran

GnRH. Uji klinis tahap I menunjukkan bahwa vaksin dapat dianggap aman, efektif

dan reversibel. Penurunan hormon gonadotropin tidak diikuti adanya efek samping

yang menyolok kecuali adanya penurunan libido. Penurunan ini akibat vaksin-pria

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


46

menurunkan kadar testosteron, sehingga untuk tetap mempertahankan libido

tersebut perlu suplementasi testosteron (Darmawi, 2017).

Berbagai macam bentuk vaksin GnRH dengan urutan homologi tinggi telah

diekstraksi dari otak beberapa jenis kera. Antibodi yang dirangsang oleh vaksin

GnRH memerlukan spesifikasi khusus sesuai molekul GnRH masing-masing,

sehingga dicari persamaannya dari berbagai jenis kera tersebut. Vaksin anti

fertilitas yang sekarang telah dikembangkan memiliki sasaran GnRH sub-spesies

yang spesifik, sehingga reaksi silangnya rendah, termasuk reaksi silangnya dengan

molekul yang serupa GnRH atau GnRH isoforms (Darmawi, 2017).

Vaksin HCG, yang menargetkan hasil gamet, adalah CV pertama yang telah

menjalani uji klinis Tahap I dan Tahap II pada manusia. Saat ini, fokusnya adalah

pada peningkatan imunogenisitas dan kemanjurannya, dan menyelidiki

kegunaannya dalam kanker penghasil HCG. Pendekatan vaksinasi kedua adalah

berbasis pada immunisasi terhadap hormon gonadotropin FSH. Pendekatan ini

dilakukan karena FSH bersama-sama androgen lainnya mengatur proses

pembentukan sperma (spermatogenesis) yang terjadi dalam sel Sertoli sementara

LH bekerja di sel Leydig yang mengatur produksi testosteron. Vaksin yang memacu

antobodi terhadap FSH hendaknya tidak mengalami reaksi silang dengan LH,

karena turunnya kada LH akan diikuti penurunan produksi testosteron. Penurunan

kadar testosteron akan diikuti dengan penurunan libido pria.

Dengan penemuan ini imunisasi kontrasepsi terhadap pria terbuka lebar

peluangnya sehingga permintaan untuk pengembangan kontrasepsi pria masih ada

harapan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


47

c. Perempuan Sasaran Vaksinasi

Pada perempuan, FSH mengatur produksi sel telur (ova) dan LH

merangsang terjadinya ovulasi pada fase folikulogenesis. Sekresi FSH dan LH

dikendalikan oleh hormone gonadoliberin dari hipotalamus GnRH/LH-RH. Semua

hormon-hormon ini adalah sasaran dari vaksin kontrasepsi. Vaksin berbasis GnRH

telah dicobakan pada beberapa model binatang dan hasilnya reversible. Seperti

dibahas pada vaksin pria, immunisasi terhadap FSH mungkin akan merangsang

reaksi silang terhadap antibodi LH (Darmawi, 2017). Disamping itu, besar

kemungkinannya bahwa immunisasi terhadap FSH tidak dapat merangsang

antibodi dengan kadar yang mencukupi, sehingga tidak dapat menghambat

konsepsi secara total. Untuk jenis-jenis peptida tertentu dari binatang yang

diberikan vaksin tersebut menunjukkan terjadinya gangguan siklus estros akibat

terjadinya supresi kadar estradiol. Hormon korionik-gonadotropin (hCG)

diproduksi oleh sel tropoblas pada telur yang telah dibuahi dan kerjanya

merangsang korpus luteum sehingga melepaskan hormon progesteron. Hormon

progesteron ini berfungsi untuk memelihara atau mempertahankan proses

kehamilan (Vickram AS, Kuldeep Dhama, et.al, 2019). Di India, dikembangkan

vaksin terdiri dari β -subunit hCG yang dapat mengikat α -subunit-ovine LH dan

diikatkan dengan vaksin tetanus toxoid (TT) atau diptheria toxoid (DT) dan telah

terbukti dapat mencegah kehamilan. Uji klinik vaksin fase I dan fase II vaksin

tersebut sedang berlangsung dan hasilnya cukup menggembirakan. Kesuburan

kembali setelah pemberian vaksin ini ternyata dapat dijamin, sehingga bukan vaksin

yang menyebabkan infertilitas permanen (Darmawi, 2017).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


48

d. Mekanisme Kerja Vaksin Kontrasepsi

1) Menghambat (blocking) Fertilisasi

Pendekatan lain dalam vaksinasi kontrasepsi adalah menghambat

(memblokir) terjadinya fertilisasi melalui merangsang timbulnya antibodi

yang menghalang-halangi menempelnya sperma pada diding telur

(Darmawi, 2017). Target yang dipakai untuk menimbulkan respons

immunitas tersebut adalah protein permukaan sperma yang berperan dalam

fertilisasi atau ikatannya pada telur (ligand on the ova).

a) Protein Permukaan Sperma

Secara teoritis, antigen sperma adalah target yang sangat menarik karena

sifat spesifik jaringan tersebut dan peranannya dalam fertilitas. Antibodi

dengan kadar yang tinggi dan diarahkan pada saluran reproduksi akan

menimbulkan infertilitas yang bersifat reversibel. Beberapa antigen

sperma sudah pernah diteliti, antara lain: C4-laktat dehidrogenase, PH-

20, protein sperma (SP)-10, antigen fertilisasi (FA)-1, FA-2, “cleavage

signal” (CS)-1, NZ-1 dan NZ-2, DE, dan 4LP-12. Lebih dari itu,

molekul yang terlibat dalam proses pengikatan sperma pada zona

pellucida (ZP) mungkin dapat menjadi kandidat vaksin yang

menjanjikan, atau menjadi immuno-kontrasepsi yang baik (Wang et al,

2018). Perlu pula disampaikan bahwa antigen sperma dapat dijadikan

kandidat vaksin bagi perempuan karena terpacunya antibodi melawan

sperma didalam liang vagina akan menetralkan kapasitas fertilisasi dari

sel gamet pria (Vickram AS, Kuldeep Dhama, et.al, 2019).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


49

b) Protein Permukaan Zona Pellucida dari Ova

Pada binatang, vaksin yang diformulasikan (dibuat) dari antigen ZP

dapat menekan fertilitas secara efektif. Pada beberapa kasus, dapat

terjadi efek samping karena autoimuno-reaksi pada ovarium. Dalam hal

ini dapat terlihat secara histologis terjadinya gangguan (disruption) dari

proses folikulogenesis dan menurunnya jumlah bakalan folikel

(primordial follicel pool). Baik peptida vaksin dari ZP tunggal atau

kelipatan tiga (triple) ZP3 telah diteliti pada telur kera secara invivo dan

hasilnya tidak didapatkan kelainan di ovarium secara signifikan (Wang

et al, 2018). Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk

menyempurnakan pemilihan jenis-jenis peptide ZP yang paling efektif.

e. Tantangan Pengembangan Vaksin Kontrasepsi

Pada bagian awal telah disampaikan bahwa persoalan pandangan etika dan

agama terhadap pengembangan vaksin yang cara kerjanya menghambat fertilisasi

dan mengganggu telur yang telah dibuahi sangat berbeda. Pada prinsipnya

perbedaan pendapat dalam penggunaan vaksin terletak pada penilaian tentang

kapan kehidupan itu dimulai, sehingga persoalan pre-fertilisasi atau post-fertilisasi

menjadi bahan debat tersendiri pada kalangan agama atau etnik tertentu. Secara

teoritis, pengaturan fertilitas melalui immunokontrasepsi akan mengalami

tantangan yang berat apabila dikemudian hari secara selektif terjadi resistensi

terhadap jenis tertentu.

Imunokontrasepsi menawarkan keuntungan besar dibandingkan teknik lain.

Tidak memerlukan intervensi bedah dan tidak memerlukan pemberian harian. Ini

tanpa efek samping yang terkait dengan kontrasepsi hormonal juga. Didorong oleh

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


50

berbagai keuntungan yang terkait dengan penggunaan imunokontrasepsi, banyak

peneliti telah mematenkan produk yang layak yang menargetkan sperma, sel telur,

atau embrio, yang mencegah pembuahan (Vickram AS, Kuldeep Dhama, et.al,

2019)..

Pada saat ini standar penerimaan teknologi kontrasepsi bagi negara maju

dapat dikatakan mengacu standard yang sangat ideal (perfect standard), sehingga

kegagalan kecilpun tidak dapat diterima (almost perfect efficacy). Sementara itu,

teknologi dari negara maju tersebut dipakai dinegara sedang berkembang dengan

hasil yang berbeda menyolok dengan negara maju. Secara kuantitatif terjadi

perbedaan menyolok antara “efficacy” dan “used-effectiveness” penggunaan

teknologi kontrasepsi di Negara sedang berkembang dibanding negara maju. Hal

ini karena faktor “kepatuhan”(compliance) yang rendah dan terkait dengan

pendidikan serta kesadaran menggunakan teknologi kontrasepsi berbeda secara

bermakna. Sementara itu, kontrasepsi dengan vaksinasi kurang dipengaruhi aspek

“kepatuhan” tersebut, misalnya pengguna pill dibanding dengan vaksinasi akan

lebih tinggi ketergantungannya pada kepatuhan dibanding dengan vaksinasi. Oleh

karena itu, pertanyaannya ialah, apakah dalam penerimaan vaksin sebagai alat

kontrasepsi akan dipakai standar efikasi yang telah berlaku, atau standard “used

effectiveness” yang lebih penting untuk negara sedang berkembang? Masalah lain

terkait dengan investasi dan perkembangan industri kontrasepsi yang belum ada

terlihat adanya pergeseran dari lingkup hormonal ke vaksin.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


51

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology

Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan teknologi

kontrasepsi. Penggunaan istilah teknologi terkini, tidaklah indentik dengan

penggunaan peralatan canggih dan piranti yang mahal. Istilah ini diartikan sebagai

teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi pelayanan dengan sumber daya

terbatas, dilaksanakan oleh petugas yang kompeten, dan memberi manfaat

maksimal bagi masyarakat atau keluarga yang membutuhkan pelayanan kontrasepsi

berkualitas. Pemahaman tentang teknologi terkini, juga diharapkan dapat

mengurangi/menghilangkan masalah barier medik diantara petugas klinik yang

sebelumnya menjadi penghambat akses bagi keluarga yang membutuhkan

pelayanan KB.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu

dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi

merupakan salah satu variebel yang mempengaruhi fertilisasi. (Prawirohardjo,

2006). Kontrasepsi menurut Mochtar, 2004 adalah cara mencegah terjadinya

konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-obatan. Keluarga berencana adalah

suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan

memakai kontrasepsi. Sedangkan kontrasepsi menurut BKKBN, adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sel sperma.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


52

Adanya teknologi kontrasepsi terkini akan terus mengantisipasi beberapa

hambatan dalam penggunaan alat kontrasepsi, sehingga dapat mengurangi efek

samping, menambah kenyamanan dalam menggunakan kontrasepsi. Untuk itu

setiap tenaga kesehatan harus mengetahui teknologi-teknologi kontrasepsi terkini,

dan dalam hal ini Pemerintah telah mengadakan pelatihan-pelatihan CTU di daerah-

daerah agar pelatihan ini berdistribusi merata disegala daerah.

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan

pembaca terutama mahasiswa kebidanan tentang contraception technology update

(CTU

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


53

DAFTAR PUSTAKA

Darmawi. (2017). Human Chorionic Gonadotropin (hCG) Vaccine as a Women


Immunological Contraception Candidate. Jurnal Kesehatan Melayu, 29-34.

Handayani, S. (2017). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Khilwani, B. (2020). RISUG® as a male contraceptive: journey from bench to


bedside. India https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7017607/:
Basic And Clinical Andrology.

Labrecque, M. (2011). Vasectomy occlusion technique combining thermal cautery


and fascial interposition. Canada: Universitaire de Québec CLINICAL
UROLOGY, SURGICAL TECHNIQUE.

Mulyani siti, M. r. (2015). Keluarga Berencana dan Alat kontrasepsi. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Naz, R. K. (2011). Antisperm Contraceptive Vaccines: Where We Are and Where


We Are Going? American Journal of Reproductive Immunology , 5-12.

NHS. 2019. Contraception Guide. https://www.nhs.uk.com (akses 17 November


2020)

Patil, E. (2016). Update on Permanent Contraception Options for Women:Current


Opinion in Obstetrics and Gynecology. USA: NCBI ,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4678034/.

Priyanti, S. (2017). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana.


Surakarta: CV. Kekata Group.

Purwoastuti, T. E., dan E. S. Walyani. 2015. Panduan Materi Kesehatan


Reproduksi dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Ramasamy, R. (2011). Vasectomy and vasectomy reversal: An update. India


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3114592/: Jurnal Indian
Of Urology .

Rivlin, K. (2017). Patient-Centered Contraceptive Counseling And Prescribing.


Department of Obstetrics and Gynecology, The Ohio State University,
Columbus, Ohio , 4-10.

Sulistiyawati. A. 2011. Pelayanaan keluarga berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


54

Vanya, M. (2017). Choice of contraception at 6–8 weeks postpartum in south-


eastern Hungary. The European Journal of Contraception & Reproductive
Health Care , 4-5.

Venkatesh, K. K. (2018). Cost-effectiveness of opportunistic salpingectomy vs tubal


ligation at the time of cesarean delivery .
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30170036/: Elsevier Inc.

Vickram AS, K. D. (2019). Role of Antisperm Antibodies in Infertility,Pregnancy,


and Potential forContraceptive and Antifertility Vaccine Designs: Research
Progress and Pioneering Vision . journal vaccines, 14-15.

Vigoureux, S. (2018). Current Knowledge On Contraception Knowledge in


France.F. Elsevie

Wang, e. a. (2018). The preclinical evaluation of immunocontraceptive vaccines


based on canine zona pellucida 3 (cZP3) in a mouse model. Reproductive
Biology and Endocrinology, 4-10.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


17/11/2020

Outline
“CONTRACEPTION
TECHNOLOGY UPDATE
(CTU)”
Presented By:

Dosen Pembimbing 1.MIRA EKA PUTRI (1920332001)


dr. Desmiwarti, SpOG (K) 2.YESSI PERTIWI (1920332002)
3.ILVIRA ULPA ISMAIL (1920332003)
4.FITRI KHOIRIYAH (1920332004)
5.ADELA RESA PUTRI (1920332005)
6.ANNISA NAMIRAH NASUTION (1920332006)

A. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah
KONTRA MENCEGAH/MELAWAN
menghindari/mencegah
KONTRASEPSI
pertemuan antara sel telur terjadinya kehamilan sebagai
SEPSI
yang matang dan sperma yang akibat pertemuan antara sel
mengakibatkan kehamila telur yang matang dengan

1. KONTRASEPSI sperma

upaya mencegah kehamilan


yang bersifat sementara
maupun menetap. Kotrasepsi
dapat dilakukan tanpa
menggunakan alat secara
mekanis, menggunakan alat
atau dengan operasi
BKKBN, 2015

1
17/11/2020

B. Kontrasepsi Ideal
Tingkat keefektifan yang tinggi

Tidak menimbulkan efek samping yang mengganggu Kesehatan

Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan


2. Contraception Technology
Tidak menimbulkan gangguan saat koitus
Update (CTU)
Tidak memerlukan motivasi terus-menerus

Pemasangannya mudah

Harganya murah

Contraception Technology
Update
merupakan suatu upaya untuk

3. Metode Kontrasepsi
pemuktahiran informasi dan teknologi
informasi kontrasepsi. Istilah CTU
diartikan sebagai teknologi tepat guna
dan sesuai untuk institusi pelayanan
dengan sumber daya yang terbatas,
dilaksanakan oleh petugas
compete, dan memberi manfaat yang
yang Sederhana
maksimal bagi masyarakat atau
keluarga yang membutuhkan pelayanan
kontrasepsi berkualitas. (BKKBN, 2019).

2
17/11/2020

METODE KONTASEPSI 1. METODE KALENDER

1. Metode sederhana
(TANPA ALAT) Metode kalender adalah
Nampaknya cara ini mudah
dilaksanakan , tetapi dalam
praktiknya sukar untuk menetukan
cara/metode kontrasepsi sederhana
saat ovulasi dengan tepat, karena
•Metode kalender/Pantang yang dilakukan oleh pasangan
hanya sedikit wanita yang
suami istri dengan tidak melakukan
berkala senggama atau pada masa subur
mempunyai daur haid teratur, dan
juga dapat terjadi variasi terutama
atau ovulasi.
•Suhu basal pascapersalinan dan pada tahun-
tahun menjelang menopause.
•Lendir serviks
•MAL

2. METODE SUHU BASAL 3.METODE LENDIR SERVIKS

 metode yang aman dan ilmiah untuk


mengetahui kapan masa subur wanita. Cara
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat ini dapat dipakai untuk menjadi hamil
Tujuan pencatatan suhu basal untuk Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun
mengetahui kapan terjadinya masa terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 maupun untuk menghindari atau menunda
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur
dengan alat yang berupa termometer
derajat kemudian tidak akan kembali pada
suhu 35 derajat Celcius.
kehamilan. Metode ini diterapkan
basal. Termometer basal ini dapat Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi berdasarkan pengamatan diri sendiri
digunakan secara oral, per vagina, atau
melalui dubur dan ditempatkan pada
sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun
kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya
terhadap gejala-gejala yang secara alamiah
lokasi serta waktu yang sama selama 5
menit.
kembali pada suhu tubuh normal sebelum dialami oleh setiap wanita yang normal
menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi
progesteron menurun.

3
17/11/2020

4. METODE MAL METODE SEDERHANA (DENGAN ALAT)


 Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah
kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI
tanpa tambahan makanan atau minuman
apapun.
. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila : •Kondom “spray-on”
 MEKANIS
 Menyusui secara peneh (full breast feeding), •Kondom spray
lebih efektif jika pemberian ≥ 8x sehari.
 Belum haid
•Dipadukan penggunaannya
 Usia bayi < 6 bulan.
KIMIAWI dengan kondom atau alat kb
 Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode mekanis lainnya
kontrasepsi lainnya.

A. KONDOM SPRAY B. KONDOM SPRAY


 Kondom 'spray-on' dengan sistem pompa
yang menyemprotkan lateks cair ke alat  Alat kontrasepsi terbaru dengan spray condom. Alat kontrasepsi
kelamin dalam hitungan detik. ini tidak digunakan bagi laki-laki tetapi digunakan oleh pihak
 Untuk menggunakan kondom semprot ini, pria wanita.
memasukkan penisnya ke dalam tabung dan
menekan tombol untuk menyemprotkan lateks  Penggunaannya busa spray tersebut disemprotkan ke vagina,
cair dari cartridge yang bisa dilepas. Karet setelah itu busa spray akan membentuk semacam selaput dan
lateks akan mengering dalam hitungan detik. mencegah konsepsi serta melindungi terhadap infeksi.
Setelah selesai digunakan, kondom ini bisa
dilepas seperti kondom biasa. Waktu yang
dibutuhkan agar lateks dapat mengering
adalah sekitar 20 - 25 detik.

4
17/11/2020

BERDASARKAN KIMIAWI (SPERMISIDA) 2. METODE MODERN

 Spermisida adalah bahan kimia (biasanya nonoksinol) yang • Suntik KB pria


digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. • Desogestrel (Koyo yang
Hormonal
Dikemas dalam bentuk aerosol (busa, tablet mengandung testosteron)
vaginal,supositoria, atau dissolvable film dan krim. Cara • Androgen
kerjanya menyebabkan sel membrane sperma terpecah,
memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan • PIL Ekstrak tanaman gandarusa
kemampuan pembuahan sel telur. • Suntikan styrene maleic
Non anhydride (SMA)
Hormonal
• Nifedipine

2. Desogestrel
HORMONAL 3 Androgen
Mengkombinasikan pemberian Metode kontrasepsi pria dalam
desogestrel (digunakan pada pil bentuk injeksi testosteron ester
1. Suntik KB kontrasepsi untuk wanita) dan koyo (testosteron enanthate) pertama kali
Keterlibatan laki-laki dalam penggunaan alat yang mengandung testosterone untuk diuji klinik di Eropa dan Amerika
kontrasepsi di Indonesia memang masih rendah. digunakan sebagai kontrasepsi pada Serikat tahun 1970. Dosis
Selain kondom, vasektomi (memotong saluran benih pria. Cara kerjanya adalah : testosteron yang dicobakan sangat
untuk menghambat transportasi sperma) merupakan desogestrel akan menghentikan tinggi (200 mg intramuskuler
produksi testosterone di testis injeksi) sehingga merupakan dosis
pilihan dari jenis kontrasepsi yang saat ini tersedia
sehingga produksi sperma juga supra-fisiologis.
untuk pria. Untuk mencari alternatif kontrasepsi terhenti, sedangkan koyo testosterone
terbaru, kini para ahli tengah meneliti kontrasepsi akan menyediakan kebutuhan
pria yang lebih efektif, yakni suntikan testosterone yang diperlukan oleh
testoteronHormonal bagian tubuh yang lain (tanpa adanya
testosterone.

5
17/11/2020

ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIIT ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM


 AKBK yaitu kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. Dengan  intrauterine device (IUD) dalam versi
lebih modern pertama kali dibuat pada
disusupkannya implan dibawah kulit, setiap hari dilepaskan secara tahun 1909 oleh dr R. Richter.
tetap suatu hormon ke dalam darah melalui proses difusi dari  Mekanisme kerja AKDR menimbulkan
kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik tersebut, sehingga reaksi radang di endometrium, disertai
peningkatan produksi prostaglandin dan
dapat menghambat terjadinya ovulasi. infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatakan
 Dimasukkan secara dangkal di bawah kulit di lengan atas, batang oleh tembaga, yang mempengaruhi
enzim-enzim di endometrium,
tunggal ini melepaskan progestin dengan kecepatan yang relatif metabolisme glikogen, dan penyerapan
konstan yang menghambat ovulasi. Kebanyakan wanita mengalami estrogen serta menghambat transportsi
sperma. Pada pemakai AKDR yang
perubahan pola perdarahan menstruasi mereka, dengan potensi mengandung tembaga, jumlah
amenore, menstruasi yang jarang, berkepanjangan. spermatozoa yang mencapai saliran
genetalia atas berkurang.

METODE OPERASI A. METODE OPERASI WANITA (MOW)


Here is where your lesson plan begins

6
17/11/2020

Metode Operasi Wanita (Tubektomi) →metode kontrasepsi mantap dengan


1. Minilaparatomi
tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopi wanita dengan mengoklusi
Tuba Fallopi ( mengikat, dan memotong atau memasang cincin). Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, dilakukan dengan sayatan (sekitar < 10
cm)→Pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal 13 (pada lingkar pusat bawah).

Operasi ini juga lebih aman dan efektif. Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan,
pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil
Tubekomi atau Sterilisasi = metode kontrasepsi permanen yang hanya
diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak
(karena alasan kesehatan) Teknik: Setelah tuba didapat,→kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian→Setelah itu,
dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kassa yang kering dan steril serta bila tidak
ditemukan komplikasi→klien dapat dipulangkan setelah 2 -4 hari.

Di Amerika Serikat, ligasi tuba postpartum dilakukan setelah 8-9% dari semua persalinan Postpartum,
MOW dengan minilaparotomi, pada level umbilikus, atau pada saat sectio caesarea →menggunakan
Metode dan Teknik Metode Operasi Wanita (MOW) teknik modifikasi Pomeroy atau Parkland partial salpingectomy (PS)→Prosedur yang aman dan
sederhana ini mengikat dan mengangkat segmen mid-isthmic dari tuba falopi secara bilateral

3. Metode Operasi Wanita


1. Minilaparotomi 2. Laparoskopi
(MOW) tanpa sayatan Untuk wanita yang melahirkan melalui vagina, prosedur ini dapat dilakukan segera, atau kapan saja
sebelum keluar dari rumah sakit.

2. Laparoskopi 3. Metode Operasi Wanita (MOW) tanpa sayatan

Teknik atau metode laparoskopi →dilakukan sayatan selebar kurang Metode dan Teknik Sterilisasi Wanita Tanpa Sayatan yaitu Histeroskopi (Hysteroscopy)
lebih 1,5 sampai 2 cm di bagian perut dengan mengguanakan
selang kecil dengan kamera dan lampu kecil untuk mengakses
organ dan melakukan tindakan pada organ yang akan dioperasi
dengan bantuan monitor.
Proses sterilisasi histeroskopi adalah dengan memasukkan alat sebesar 0,3 cm yang
dilengkapi kamera mikro kedalam rahim melalui organ vital wanita, dengan bantuan kamera
inilah maka dengan tepat dokter dapat menentukan saluran telur.

Ligasi dan Oklusi Tuba dengan Laparoskopi pada MOW


dilakukan bedah di luar periode postpartum
Alat ini tidak mengandung hormon sehingga tidak akan mempengaruhi siklus haid alami setiap
bulan.

Tindakan tanpa sayatan bisa dilakukan baik dengan pembiusan lokal maupun tanpa pembius di
Metodenya meliputi elektrokoagulasi, oklusi mekanis dengan karet ruang praktik, khusus dan tidak memerlukan waktu pemulihan lama.
gelang slicone, klip pegas atau klip titantium, dan salpingektomi
parsial atau total

Di AS, metode ini dilakukan dengan Perangkat Essure® terdiri dari kumparan luar paduan
nikel-titamium dan kumparan dalam baja tahan karat yang dibungkus dengan serat polietilen
tereftalat.

7
17/11/2020

1. RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance)


pertamakali ditemukan di India oleh seorang profesor biomedis dari Indian Institute of Technology
bernama Sujoy K. Guha.

RISUG terdiri dari campuran bubuk stirena maleat anhidrida (SMA) dengan dimetil sulfoksida (DMSO).

B. METODE OPERASI PRIA (MOP) Gel yang dihasilkan disuntikkan ke vas deferens untuk melapisi dinding vas deferens dan memblokir
lorongnya (lumen).

RISUG menciptakan penghalang fisik dan kimiawi yang mencegah sperma mencapai oosit.

Keungglan- Azoospermia dini pada subjek sejak 4 minggu setelah injeksi.


Reversibilitas(pemulihan kesuburan)= dg cara Penghapusan ko-polimer SMA (RISUG®) dapat
diinduksi dengan menyuntikkan dimetil sulfoksida (DMSO) atau natrium bikarbonat (NaHCO3).

2. Vasektomi 3) Metode Vasektomi Tanpa Pisau


Pada tahun 1957, Li Shunqiang seorang dokter dari Cina telah berhasil menemukan metode Vasektomi
prosedur sterilisasi bedah elektif untuk pria →pemotongan sebagian (0.5 cm – 1 cm) Tanpa Pisau (VTP) yang mampu meminimalkan trauma, rasa nyeri dan kemungkinan terjadinya
untuk menghalangi atau mengangkat sebagian dari kedua vas deferens, sehingga komplikasi- diadopsi oleh A. S dan ditemukan teknik Vasektomi - penyempurnaan dari VTP yaitu
mencegah sperma berpindah dari testis ke saluran ejakulasi vasektomi tanpa Pisau dan tanpa jarum

Teknik Vasektomi Tanpa Pisau menjadi demikian menarik bagi pria bila dibandingkan teknik Vasektomi
Vasektomi adalah salah satu metode kontrasepsi mantap yang paling aman dan efektif konvensional→sebab dengan VTP para ahli bedah hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit
yang tersedia untuk kaum pria
Vasektomi tanpa pisau dan jarum menggunakan teknik anastesi yang unik, yaitu dengan menggunakan
alat khusus (jet injector) sehingga mengurangi rasa sakit pada saat anastesi pada kulit skrotum dan vas
deferens.

Di Amerika, vasktomi digunakan oleh sedikitnya 7 % dari semua pasangan suami alat jet injector yang bertekanan tinggi berisi cairan anastesi di semprotkan melalui kulit dan langsung
isteri→ prevalensi Vasektomi bervariasi antar negara→ saat ini peserta baru vasektomi menyebar di vas deferens→mereka hanya merasakan sensasi seperti ditekan penghapus karet dikulit
diIndonesia (0.25%) (Pusdatin ,2014). skrotum / zakarnya

Anastesi tanpa jarum dengan jet injection →teknik baru local anastesi yang onsetnya (mula kerjanya)
lebih cepat. Hal ini menurunkan risiko luka akibat jarum
fakta menunjukan bahwa beberapa pria tidak tertarik untuk Vasektomi karena takut
akan rasa sakit dan kemungkinan timbulnya komplikasi setelah divasektomi→shhg perlu
pengembangan penelitian lebih lanjut
Cara ini aman, ekonomis dan mengurangi ketakutan pria akan rasa sakit akibat tusukan jarum suntik

8
17/11/2020

4. Teknik Yang Lebih Baru Dilakukan Dengan Cara


Pembakaran (Cauterisasi) Vas Clip Vasectomy
Teknik yang lebih baru dilakukan dengan cara pembakaran (cauterisasi) pada pipa sel
benih ( Vas deferens) tanpa scapel vasektomi.

• Vas clip digunakan


Menggunakan jarum khusus langsung menembus kulit kantong buah zakar pada
lokasi vas deferens berada→setelah saluran tampak =dilakukan cauterisasi.
untuk menjepit di
Hasilnya sama-sama membuat buntu/ tersembat vas deferens.
kedua bagian sisi vas
dampak pemotongan vas deferens pada spermatogenesis tidak terjadi secara
deferens yang akan
langsung.
mengahalangi aliran
sperma dari arah luar
clip/ dari arah testis.
Untuk mengosongkan spermatozoa dari sistim ejakulasi memerlukan waktu
beberapa minggu, atau paling sedikit 20 kali ejakulasi sebelum benar-benar
status azoosperma (cairan mani yang tidak mengandung sperma).

Sebagai alternatif klien perlu diperiksa paling sedikit dua 2x hasil mnytkan bebas dari
sperma (azoosperma).

Vaksin kontrasepsi
Prinsip utama vaksin kntrasepsi adalah

Vaksin
bagaimana mengembangkan metode
kontrasepsi yang dapat mencetuskan
respon imun humoral dan atau seluler Vaksin kontrasepsi ini dibuat sedemikian rupa untuk
dapat menghambat:
terhadap suatu antigen pada sistem

kontrasepsi
reproduksi.
Produksi gamet (spermatozoa
dan oosit),

Fungsi gamet (menghambat


fertilisasi)
Ketiga kelompok itu merupakan target pengembangan vaksin
kontrasepsi saat ini. Penggunaan vaksin ini dapat menjadi pilihan
untuk memenuhi kebutuhan dunia baik pada negara maju maupun
negara berkembang dalam hal mengontrol populasi. Hasil akhir gamet (kehamilan).

9
17/11/2020

Pengendalian Hormon Reproduksi

Vaksin kontrasepsi akan mudah dikelola, lebih murah, mudah


didapat, dan yang lebih penting, akan spesifik. Dengan Baik pada perempuan atau laki-laki, proses gametogenesis
menargetkan faktor-faktor yang penting untuk pembentukan dikendalikan oleh hormone “follicel stimulating hormone” (FSH)
dan “luteinizing hormone” (LH) (Darmawi, 2017). Produksi kedua
kehamilan, vaksin kontrasepsi akan menghalangi kerja suatu hormon ini oleh glandula pituitaria (pituitary gland) diatur atau
faktor dan mencegah permulaan kehamilan. diregulasi oleh hormon pelepas gonadotropin yang berasal dari
hipotalamus, yaitu “the hypothalamic gonadotropin releasing
hormon” (GnRH)atau disebut hormon pelepas-LH atau LH-RH
MELALUI
Pria Sasaran Vaksinasi

Pendekatan pertama vaksinasi terhadap pria adalah berbasis pada peran GnRH.
Pengendalian Hormon Reproduksi Uji klinis tahap I menunjukkan bahwa vaksin dapat dianggap aman, efektif dan
reversibel. Penurunan hormon gonadotropin tidak diikuti adanya efek samping
Pria Sasaran Vaksinasi yang menyolok kecuali adanya penurunan libido. Penurunan ini akibat vaksin-
pria menurunkan kadar testosteron, sehingga untuk tetap mempertahankan
libido tersebut perlu suplementasi testosteron (Darmawi, 2017).
Perempuan Sasaran Vaksinasi

NEXT

Pendekatan vaksinasi kedua adalah berbasis pada immunisasi terhadap hormon


gonadotropin FSH. Pendekatan ini dilakukan karena FSH bersama-sama androgen
lainnya mengatur proses pembentukan sperma (spermatogenesis) yang terjadi
dalam sel Sertoli sementara LH bekerja di sel Leydig yang mengatur produksi
Perempuan Sasaran Vaksinasi
testosteron. Vaksin yang memacu antobodi terhadap FSH hendaknya tidak
mengalami reaksi silang dengan LH, karena turunnya kada LH akan diikuti
penurunan produksi testosteron. Penurunan kadar testosteron akan diikuti dengan Pada perempuan, FSH mengatur produksi sel
penurunan libido pria. telur (ova) dan LH merangsang terjadinya ovulasi
Vaksin berbasis GnRH telah dicobakan
pada fase folikulogenesis.
pada beberapa model binatang dan
hasilnya reversible. Seperti dibahas
Sekresi FSH dan LH dikendalikan oleh hormone
pada vaksin pria, immunisasi terhadap
gonadoliberin dari hipotalamus GnRH/LH-RH.
FSH mungkin akan merangsang reaksi
Semua hormon-hormon ini adalah sasaran dari silang terhadap antibodi LH (Darmawi,
vaksin kontrasepsi.
2017).

10
17/11/2020

Mekanisme Kerja Vaksinasi Kontrasepsi

NEXT
Menghambat (blocking) Fertilisasi
Protein Permukaan Zona Pellucida
Protein Permukaan Sperma
dari Ova
Di India, dikembangkan vaksin terdiri dari β -subunit hCG yang dapat
mengikat α -subunit-ovine LH dan diikatkan dengan vaksin tetanus toxoid (TT)
atau diptheria toxoid (DT) dan telah terbukti dapat mencegah kehamilan.
Menghambat (blocking) Fertilisasi

Uji klinik vaksin fase I dan fase II vaksin tersebut sedang berlangsung dan
Pendekatan lain dalam vaksinasi kontrasepsi adalah
hasilnya cukup menggembirakan menghambat (memblokir) terjadinya fertilisasi melalui
merangsang timbulnya antibodi yang menghalang-halangi
menempelnya sperma pada diding telur (Darmawi, 2017).

Kesuburan kembali setelah pemberian vaksin ini ternyata dapat dijamin,


sehingga bukan vaksin yang menyebabkan infertilitas permanen

Tantangan Pengembangan Vaksin Kontrasepsi


• Secara teoritis, antigen sperma adalah target yang sangat menarik
karena sifat spesifik jaringan tersebut dan peranannya dalam fertilitas.
Antibodi dengan kadar yang tinggi dan diarahkan pada saluran
Protein Permukaan reproduksi akan menimbulkan infertilitas yang bersifat reversibel
Sperma

•Pada binatang, vaksin yang diformulasikan (dibuat) dari antigen ZP


dapat menekan fertilitas secara efektif. Pada bagian awal telah Pada prinsipnya perbedaan pendapat
Protein Permukaan •Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menyempurnakan disampaikan bahwa persoalan dalam penggunaan vaksin terletak pada
Zona Pellucida dari pemilihan jenis-jenis peptide ZP yang paling efektif. pandangan etika dan agama penilaian tentang kapan kehidupan itu
Ova
terhadap pengembangan vaksin dimulai, sehingga persoalan pre-
yang cara kerjanya menghambat fertilisasi atau post-fertilisasi menjadi
fertilisasi dan mengganggu telur bahan debat tersendiri pada kalangan
yang telah dibuahi sangat berbeda agama atau etnik tertentu.

11
17/11/2020

Daftar Pustaka
Darmawi. (2017). Human Chorionic Gonadotropin (hCG) Vaccine as a Women
Immunological Contraception Candidate. Jurnal Kesehatan Melayu, 29-34.

Handayani, S. (2017). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Khilwani, B. (2020). RISUG® as a male contraceptive: journey from bench to


bedside. India https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7017607/:
Basic And Clinical Andrology.

Labrecque, M. (2011). Vasectomy occlusion technique combining thermal cautery


and fascial interposition. Canada: Universitaire de Québec CLINICAL
UROLOGY, SURGICAL TECHNIQUE.

Mulyani siti, M. r. (2015). Keluarga Berencana dan Alat kontrasepsi. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Naz, R. K. (2011). Antisperm Contraceptive Vaccines: Where We Are and Where


We Are Going? American Journal of Reproductive Immunology , 5-12.

NHS. 2019. Contraception Guide. https://www.nhs.uk.com (akses 17 November


2020)

Patil, E. (2016). Update on Permanent Contraception Options for Women:Current


Opinion in Obstetrics and Gynecology. USA: NCBI ,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4678034/.

Priyanti, S. (2017). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana.


Surakarta: CV. Kekata Group.

Purwoastuti, T. E., dan E. S. Walyani. 2015. Panduan Materi Kesehatan


Reproduksi dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Ramasamy, R. (2011). Vasectomy and vasectomy reversal: An update. India


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3114592/: Jurnal Indian
Of Urology .

TERIMA KASIH
Rivlin, K. (2017). Patient-Centered Contraceptive Counseling And Prescribing.
Department of Obstetrics and Gynecology, The Ohio State University,
Columbus, Ohio , 4-10.

Sulistiyawati. A. 2011. Pelayanaan keluarga berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Vanya, M. (2017). Choice of contraception at 6–8 weeks postpartum in south-


eastern Hungary. The European Journal of Contraception & Reproductive
Health Care , 4-5.

12

Anda mungkin juga menyukai