0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan13 halaman
Dokumen tersebut membahas kasus terkait hukum kesehatan yang menganalisis kasus persalinan Ny. Tm yang melahirkan bayi kembar. Ringkasannya adalah: (1) Tindakan medis tim RSSA dalam kasus tersebut dianggap tepat dan sesuai prosedur, (2) Penggunaan alat bantu persalinan cunam muzeaux untuk menyelamatkan ibu dianggap tindakan daya paksa yang sah, (3) Kematian salah sat
Dokumen tersebut membahas kasus terkait hukum kesehatan yang menganalisis kasus persalinan Ny. Tm yang melahirkan bayi kembar. Ringkasannya adalah: (1) Tindakan medis tim RSSA dalam kasus tersebut dianggap tepat dan sesuai prosedur, (2) Penggunaan alat bantu persalinan cunam muzeaux untuk menyelamatkan ibu dianggap tindakan daya paksa yang sah, (3) Kematian salah sat
Dokumen tersebut membahas kasus terkait hukum kesehatan yang menganalisis kasus persalinan Ny. Tm yang melahirkan bayi kembar. Ringkasannya adalah: (1) Tindakan medis tim RSSA dalam kasus tersebut dianggap tepat dan sesuai prosedur, (2) Penggunaan alat bantu persalinan cunam muzeaux untuk menyelamatkan ibu dianggap tindakan daya paksa yang sah, (3) Kematian salah sat
KEBIDANAN TAHUN 2019 1. Permasalahan Hukum • Apakah penarikan diagnosa bayi tunggal dan mati dapat dipandang wajar atau tidak? Jawaban pertanyaan hukum ini bergantung pada: (a) wujud langkah-langkah mengobservasi a. atau memeriksa pasien dan (b) fakta-fakta medis yang diperoleh sebagai dasar pertimbangan menarik diagnosa bayi tunggal mati.. • Dengan diagnosa bayi tunggal dan mati, apakah dipandang b wajar/patut dalam mengambil terapi persalinan Ny. Tm dengan bantuan cunam muzaeux.
• Apakah ada cukup indikasi medis hasil observasi dan
pemeriksaan yang dipandang telah patut untuk menggunakan c cara/alat lain in casu USG? Lanjutan
d. Apakah upaya menolong persalinan Ny. Tm dengan bantuan
alat cunam muzaeux dapat dipandang sebagai upaya yang luar biasa dalam keadaan daya - paksa (overmacht) demi untuk menyelamatkan jiwa ibu? e. Apakah kematian bayi II sebagai akibat (causaal verband) dari penanganan medis yang dilakukan tim medis/jaga RSSA? f. Apakah dua luka sedalam kulit kepala bayi hidup dapat dipandang sebagai luka yang mendatangkan penyakit (ziekte) atau luka yang menghalangi dalam menjalankan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu menurut ketentuan Pasal 360 ayat 2 KUHP? 2. Analisis Hukum
a. Permasalahan Hukum Pertama
Prosedur dan fakta medis sesuai prosedur yang benar sehingga tindakan dalam penarikan diagnosis bayi tunggal dan mati telah dianggap wajar dan juga benar.
Perspektif kedokteran: diagnosis dapat dipandang wajar dengan syarat
segala prosedur pemeriksaan telah dilakukan dan fakta medis yang dijadikan patokan adalah benar. Hal ini didukung oleh Oemar Seno Ali “Dokter yang bersangkutan tidak selalu dimintai pertanggungjawaban untuk diagnosis dan terapi yang kurang benar apalagi ia telah melakukan segala kemampuan normal yang dimilikinya dan telah mengikuti “ zorgvuldigheid” yang dibutuhkan”. Dari sudut pidana tidak termasuk kategori perbuatan melawan hukum yang disebabkan oleh culpa lata medis karena tidak didahului adanya akibat kematian atau luka yuridis. Permasalahan ini belum masuk kategori hukum pidana karena tidak ada indikasi culpa lata dalam hal menarik diagnosis. Dengan demikian penarikan diagnosis bayi tunggal dan mati adalah wajar
b. Permasalahan Hukum yang Kedua
Melakukan tindakan medis dan terapi sudah sesuai SPO. Tidak ada indikasi harus segera dilakukan persalinan sebab belum masa untuk pengeluran bayi dan pembukaan juga belum lengkap dan adanya persetujuan dr. Wo, SpOG.
Berdasarkan kedua sudut pandang ini maka penggunaan cunam
sebagai usaha pertolongan persalinan Ny. Tm dianggap wajar . c. Permasalahan Hukum Ketiga
Alasan :
• Tidak ada indikasi medis penggunaan USG pada
kehamilan Ny. Tm karena penggunaan USG dengan tali pusat menumbung tidak diperlukan, dan penggunaan USG tidak menjamin ketepatan diagnosa.
• Sehingga pemeriksaan kedokteran oleh tim medis
RSSA dan diagnosa bayi tunggal dan mati tidak menggunakan alat USG dipandang wajar/patut dan tidak ada culpa lata medis . d. Permasalahan Hukum Keempat.
Keadaan tidak memungkinkan ibu untuk melahirkan spontan karena
bayi I hidup terhalang paha bayi II mati dan menindih bayi I hidup
Dari analisis retrospektif, dapat diprediksi bila pertolongan
persalinan tidak segera dilakukan dengan bantuan cunam muzeaux dan menunggu lahir spontan, maka nyawa ibu tidak terselamatkan.
Jadi dari analisis retrospektif, adalah dibenarkan Tim Medis
menolong persalinan Ny. Tm dengan alat bantu cunam muzeaux tersebut dan dapat dipandang sebagai tindakan daya-paksa menyelamatkan jiwa ibu, yang dibenarkan dalam hukum pidana (pasal 48 KUHP). e. Permasalahan Hukum Kelima.
• Fakta Medis Sebelum Ibu Melahirkan ditemukan tali
pusat telah keluar dan tidak berdenyut, tidak terdengar detak jantung bayi, dan Ibu yaitu sejak pukul 24.00 tidak merasakan lagi gerakan bayi dalam kandungannya • Setelah bayi II dilahirkan, pada jasad bayi terdapat tanda- tanda kematian
• Dari fakta-fakta medis tersebut diatas telah dapat
dipastikan kematian bayi II telah terjadi (lebih dari 8 jam) sebelum pertolongan medis dilakukan. Oleh karena itu kematian ini tidak akibat dari (causaal verband) penanganan Tim medis f. Permasalahan Hukum Ke-enam.
Luka pada kulit kepala bayi hidup bukanlah luka
berat
Luka pada kulit kepala bayi I hidup Ny. Tm bukan
luka yang mendatangkan penyakit (ziekte)
Bukan luka yang dapat menghalangi menjalankan
pekerjaan/jabatan sementara waktu sebagaimana yang dimaksud UU pasal 360 ayat (2) KUHP 3. Kesimpulan • a. Tata laksana observasi/pemeriksaan dan fakta-fakta- medis terhadap Ny. Tm dengan diagnosa bayi tunggal dan mati dalam perspektif ilmu kedokteran telah dipandang benar dan wajar
• b. Penarikan kesimpulan bayi tunggal dan mati dipandang patut
dan benar, sehingga dalam penetapan terapi dalam kelahiran dengan bantuan cunam muzaeux dipandang patut dan benar pula.
• c. Observasi / pemeriksaan menggunakan data-data medis tanpa
menggunakan USG, dikarenakan tidak ditemukannya indikasi medis dipandang patut dan dibenarkan. Lanjutan d. Prosedur persalinan secara medis pada Ny. Tm mulai awal pemeriksaan sampai menetapkan terapi dengan cunam muzaeux beserta telah dipandang patut dan benar.
e. Pelayanan medis persalinan dengan alat cunam muzeaux
dapat dipandang sebagai upaya medis luar biasa dalam keadaan overmacht, guna menyelamatkan jiwa ibu.
f. Dua buah luka dengan lebar 1cm sedalam kulit kepala
bayi I tidak diaktegorikan sebagai luka yuridis sebagaimana dimaksud pasal 360 ayat (2) KUHP. Lanjutan • f. Tidak terdapat indikasi culpa lata medis pada tim medis RSSA dalam hal melakukan pelayanan persalinan bayi kembar Ny. Tm, sehingga tidak terdapat alasan untuk pertanggungjawaban hukum pidana. • g. Kasus ini adalah bukan malpraktik pidana dan belum layak dijadikan sebagai kasus pidana berdasarkan kajian hukum pidana.