Anda di halaman 1dari 13

PARAPHRASE KASUS TERKAIT

HUKUM KESEHATAN

Oleh :
EKA DARMAYANTI PUTRI SIREGAR

NO BP. 1920332009

PROGRAM PASCASARJANA ILMU


KEBIDANAN TAHUN 2019
1. Permasalahan Hukum
• Apakah penarikan diagnosa bayi tunggal dan mati dapat
dipandang wajar atau tidak? Jawaban pertanyaan hukum ini
bergantung pada: (a) wujud langkah-langkah mengobservasi
a. atau memeriksa pasien dan (b) fakta-fakta medis yang
diperoleh sebagai dasar pertimbangan menarik diagnosa bayi
tunggal mati..
• Dengan diagnosa bayi tunggal dan mati, apakah dipandang
b wajar/patut dalam mengambil terapi persalinan Ny. Tm dengan
bantuan cunam muzaeux.

• Apakah ada cukup indikasi medis hasil observasi dan


pemeriksaan yang dipandang telah patut untuk menggunakan
c cara/alat lain in casu USG?
Lanjutan

d. Apakah upaya menolong persalinan Ny. Tm dengan bantuan


alat cunam muzaeux dapat dipandang sebagai upaya yang
luar biasa dalam keadaan daya - paksa (overmacht) demi
untuk menyelamatkan jiwa ibu?
e. Apakah kematian bayi II sebagai akibat (causaal verband)
dari penanganan medis yang dilakukan tim medis/jaga
RSSA?
f. Apakah dua luka sedalam kulit kepala bayi hidup dapat
dipandang sebagai luka yang mendatangkan penyakit
(ziekte) atau luka yang menghalangi dalam menjalankan
pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu menurut
ketentuan Pasal 360 ayat 2 KUHP?
2. Analisis Hukum

a. Permasalahan Hukum Pertama

Prosedur dan fakta medis sesuai prosedur yang benar sehingga tindakan
dalam penarikan diagnosis bayi tunggal dan mati telah dianggap wajar dan
juga benar.

Perspektif kedokteran: diagnosis dapat dipandang wajar dengan syarat


segala prosedur pemeriksaan telah dilakukan dan fakta medis yang dijadikan
patokan adalah benar. Hal ini didukung oleh Oemar Seno Ali “Dokter yang
bersangkutan tidak selalu dimintai pertanggungjawaban untuk diagnosis dan
terapi yang kurang benar apalagi ia telah melakukan segala kemampuan
normal yang dimilikinya dan telah mengikuti “ zorgvuldigheid” yang
dibutuhkan”. Dari sudut pidana tidak termasuk kategori perbuatan melawan
hukum yang disebabkan oleh culpa lata medis karena tidak didahului adanya
akibat kematian atau luka yuridis.
Permasalahan ini belum masuk kategori hukum pidana karena
tidak ada indikasi culpa lata dalam hal menarik diagnosis. Dengan
demikian penarikan diagnosis bayi tunggal dan mati adalah wajar

b. Permasalahan Hukum yang Kedua


Melakukan tindakan medis dan terapi sudah sesuai SPO. Tidak
ada indikasi harus segera dilakukan persalinan sebab belum masa
untuk pengeluran bayi dan pembukaan juga belum lengkap dan
adanya persetujuan dr. Wo, SpOG.

Berdasarkan kedua sudut pandang ini maka penggunaan cunam


sebagai usaha pertolongan persalinan Ny. Tm dianggap wajar .
c. Permasalahan Hukum Ketiga

Alasan :

• Tidak ada indikasi medis penggunaan USG pada


kehamilan Ny. Tm karena penggunaan USG
dengan tali pusat menumbung tidak diperlukan,
dan penggunaan USG tidak menjamin ketepatan
diagnosa.

• Sehingga pemeriksaan kedokteran oleh tim medis


RSSA dan diagnosa bayi tunggal dan mati tidak
menggunakan alat USG dipandang wajar/patut dan
tidak ada culpa lata medis .
d. Permasalahan Hukum Keempat.

Keadaan tidak memungkinkan ibu untuk melahirkan spontan karena


bayi I hidup terhalang paha bayi II mati dan menindih bayi I hidup

Dari analisis retrospektif, dapat diprediksi bila pertolongan


persalinan tidak segera dilakukan dengan bantuan cunam muzeaux
dan menunggu lahir spontan, maka nyawa ibu tidak terselamatkan.

Jadi dari analisis retrospektif, adalah dibenarkan Tim Medis


menolong persalinan Ny. Tm dengan alat bantu cunam muzeaux
tersebut dan dapat dipandang sebagai tindakan daya-paksa
menyelamatkan jiwa ibu, yang dibenarkan dalam hukum pidana
(pasal 48 KUHP).
e. Permasalahan Hukum Kelima.

• Fakta Medis Sebelum Ibu Melahirkan ditemukan tali


pusat telah keluar dan tidak berdenyut, tidak terdengar
detak jantung bayi, dan Ibu yaitu sejak pukul 24.00 tidak
merasakan lagi gerakan bayi dalam kandungannya
• Setelah bayi II dilahirkan, pada jasad bayi terdapat tanda-
tanda kematian

• Dari fakta-fakta medis tersebut diatas telah dapat


dipastikan kematian bayi II telah terjadi (lebih dari 8
jam) sebelum pertolongan medis dilakukan. Oleh karena
itu kematian ini tidak akibat dari (causaal verband)
penanganan Tim medis
f. Permasalahan Hukum Ke-enam.

 Luka pada kulit kepala bayi hidup bukanlah luka


berat

 Luka pada kulit kepala bayi I hidup Ny. Tm bukan


luka yang mendatangkan penyakit (ziekte)

 Bukan luka yang dapat menghalangi menjalankan


pekerjaan/jabatan sementara waktu sebagaimana
yang dimaksud UU pasal 360 ayat (2) KUHP
3. Kesimpulan
• a. Tata laksana observasi/pemeriksaan dan fakta-fakta- medis
terhadap Ny. Tm dengan diagnosa bayi tunggal dan mati dalam
perspektif ilmu kedokteran telah dipandang benar dan wajar

• b. Penarikan kesimpulan bayi tunggal dan mati dipandang patut


dan benar, sehingga dalam penetapan terapi dalam kelahiran
dengan bantuan cunam muzaeux dipandang patut dan benar
pula.

• c. Observasi / pemeriksaan menggunakan data-data medis tanpa


menggunakan USG, dikarenakan tidak ditemukannya indikasi
medis dipandang patut dan dibenarkan.
Lanjutan
d. Prosedur persalinan secara medis pada Ny. Tm mulai
awal pemeriksaan sampai menetapkan terapi dengan
cunam muzaeux beserta telah dipandang patut dan benar.

e. Pelayanan medis persalinan dengan alat cunam muzeaux


dapat dipandang sebagai upaya medis luar biasa dalam
keadaan overmacht, guna menyelamatkan jiwa ibu.

f. Dua buah luka dengan lebar 1cm sedalam kulit kepala


bayi I tidak diaktegorikan sebagai luka yuridis
sebagaimana dimaksud pasal 360 ayat (2) KUHP.
Lanjutan
• f. Tidak terdapat indikasi culpa lata medis pada tim
medis RSSA dalam hal melakukan pelayanan
persalinan bayi kembar Ny. Tm, sehingga tidak
terdapat alasan untuk pertanggungjawaban hukum
pidana.
• g. Kasus ini adalah bukan malpraktik pidana dan
belum layak dijadikan sebagai kasus pidana
berdasarkan kajian hukum pidana.

• h. Terdapat beberapa temuan hukum


T H A N K Y O U

Anda mungkin juga menyukai