LANDASAN TEORI
A. Social Support
hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan mental atau kesehatan fisik
pada individu. Baron dan Byrne (2000) mendefinisikan social support sebagai
kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan keluarga
support sebagai informasi yang diterima dari orang lain bahwa individu tersebut
dicintai, diperthatikan, memiliki harga diri dan bernilai serta merupakan bagian
dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama yang berarti saling dibutuhkan
yang didapat dari orang tua, suami, atau orang yang dicintai, keluarga, teman,
seseorang dari interaksinya dengan orang lain. Social support timbul oleh adanya
persepsi bahwa terdapat orang-orang yang akan membantu apabila terjadi suatu
keadaan atau peristiwa yang dipandang akan menimbulkan masalah dan bantuan
umum.
Bedasarkan pengertian dapat dilihat bahwa sumber social support berasal dari
orang lain yang berinteraksi dengan individu sehingga individu dapat merasakan
kenyamanan fisik dan psikologis. Orang lain yang maksud mencangkup pasangan
hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, pihak medis, dan
bentuk, yaitu :
untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu.
perasaan dan sehingga seseorang yang menerima dukungan ini akan merasa
Dukungan jenis ini meliputi bantuan yang diberikan secara langsung atau
Taylor (2009), Tangible support ini termasuk berupa dukungan material, seperti
c) Informational Support
atau feedback mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu. Dukungan ini dapat
informasi akan membantu individu memahami situasi yang stressful lebih baik
dan dapat menetapkan sumber dan strategi coping yang harus dilakukan untuk
dukungan informsi terdiri dari 2 bentuk, yaitu dukungan informasi yang berarti
untuk mendapatkan pemecahan masah dan yang kedua adalah berupa dukungan
d) Companionship Support
orang yang tertarik untuk saling berbagi dan kegiatan sosial. Hal ini dapat
dengan orang lain, dengan menolong seseorang yang terganggu dari kekhawatiran
akan masalah yang ia miliki, atau memfasilitasi perasaan yang positif (Cohen dan
beberapa ahli di atas, maka yang akan digunakan adalah bentuk social support
kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu. Hal ini dapat dilihat dari
adalah kejadian dan efek dari stres. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa
Selain itu, adanya social support yang diterima oleh individu yang sedang
mengalami atau menghadapi stres maka hal ini akan dapat mempertahankan daya
tahan tubuh dan meningkatkan kesehatan individu (Baron & Byrne, 2000).
Kondisi ini dijelaskan oleh Sarafino (2006) bahwa berinteraksi dengan orang lain
dan ini akan mengurangi potensi munculnya stres baru atau stres yang
berkepanjangan.
1. Buffering Hypotesis
efek-efek negatif dari stres tinggi. Buffering effect bekerja dengan dua
cara, yaitu: pertama saat seseorang bertemu dengan stresor yang kuat, dan
yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargai. Individu dengan
dukungan sosial tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan
Teori ini sangat penting untuk dipahami oleh orang yang akan
beberapa contoh efek negatif yang timbul dari social support, antara lain:
Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup,
individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional
individu.
yang diinginkannya.
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa, hal ini terjadi karena satu
hal, meskipun social support tersedia untuk seseorang namun ia tidak merasa
bahwa itu adalah sebuah dukungan (Dunkle-Scheter, dkk, dalam Sarafino 2006).
Social support bukan sekedar tersedia bagi individu yang membutuhkan, tetapi
integrasi dari teori-teori kesehatan mental, teori psikologis klinis dan llife-span
individu yang mampu menerima dirinya sendiri baik kondisi emosional yang
kondisi emosional negatif, menjalin hubungan yang positif dengan orang lain,
mampu menentukan nasibnya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain, mampu
(1968) tentang konsep aktulaisasi diri, pandangan Roger (1961) tentang fully
secara positif (Ryff, 1989; Ryff & Keyes, 1995; Keyes, Ryff, Shmotkin, 2002).
setiap tindakan, motivasi, dan perasaannya merupakan ciri utama dari kesehatan
seseorang harus bisa menerima dirinya, termasuk masa lalu dirinya. Penerimaan
diri bersifat jangka panjang, melibatkan kesadaran, dan berupa penerimaan akan
menilai dirinya secara positif (Ryff, 1989). Penerimaan diri dibangun dengan
menilai jujur diri sendiri. Individu mampu mengakui dan menyadari kegagalan
dan keterbatasan dirinya dan mampu menerima diri apa adanya. Individu yang
memiliki skor tinggi pada dimensi penerimaan diri akan memiliki sikap positif
penerimaan diri akan menunjukkan bahwa individu merasa tidak puas akan
keadaan yang berbeda dengan keadaan dirinya pada kenyataan (Ryff dan Keyes,
1995).
penuh kasih sayang dengan orang lain (Ryff 1989). Individu yang memiliki skor
tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain merupakan sosok yang
lain, peduli atas kesejahteraan orang lain, berempati yang kuat, peka dalam
positif dengan orang lain merupakan sosok yang kurang akrab, cenderung tidak
memiliki kepercayaan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, sulit untuk
bersikap hangat, terbuka, dan peduli terhadap orang lain. Individu merasa
terisolasi dan frustasi Selain itu, individu juga cenderung tidak memiliki
berdasarkan standar pribadinya (Ryff, 1989). Individu dengan skor tinggi pada
dimensi otonomi akan mampu untuk menentukan arah hidupnya sendiri, bersikap
mandiri, mampu menolak tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku
cenderung berfokus pada harapan dan evaluasi dari orang lain. Individu juga
bergantung kepada penilaian orang lain ketika membuat suatu keputusan sehingga
membuat individu mudah dipengaruhi oleh tekanan sosial ketika bertindak dan
secara positif akan memiliki tujuan dan arahan dimana semuanya itu akan
memunculkan perasaan akan makna hidup (Ryff, 1989). Individu dengan skor
tinggi pada dimensi tujuan hidup menunjukkan bahwa individu memiliki tujuan
yang jelas dan hidup lebih terarah, memegang pada keyakinan bahwa individu
tersebut mampu mencapai tujuan hidupnya dan memiliki target yang hendak
Sebaliknya, skor yang rendah pada dimensi tujuan hidup memiliki makna
hidup yang tidak baik, kurang target, kurang memiliki arahan hidup, tidak
memiliki tujuan di masa lalu, dan tidak memiliki keyakinan bahwa hidup ini
dikembangkan menjadi suatu hal yang baru (Ryff, 1989). Individu dengan skor
perasaan akan berkembang, melihat dirinya sendiri sebagai individu yang selalu
diri, melihat perubahan yang positif dalam diri dan perilakunya sepanjang waktu,
serta berubah dalam cara merefleksikan diri menjadi lebih mengenali diri dan
efektif.
perkembangan sepanjang waktu, merasa bosan, kurang tertarik atas hidupnya, dan
merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap atau tingkah laku yang baru
individu yaitu :
A. Faktor Demografis
berikut :
1. Usia
bertambahnya usia dan beberapa dimensi lainnya akan tetap stabil. Ryff & Singer
(1996) membedakan usia partisipan menjadi tiga kelompok yaitu dewasa muda,
dewasa madya dan dewasa akhir. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa
seiring bertambahnya usia, terutama pada dewasa muda hingga dewasa tengah.
madya hingga dewasa akhir. Dimensi lainnya seperti hubungan positif dengan
orang lain dan penerimaan diri ditemukan tidak ada perbedaan signifikan selama
2. Jenis Kelamin
wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada dimensi hubungan positif dengan
orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Sedangkan pada dimensi yang
lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan antara wanita dan pria. Wanita lebih
Ryff & Singer (1996) menyatakan bahwa status sosial ekonomi mencakup
pertumbuhan pribadi. Ryff (dalam Ryan & Deci, 2001) juga menambahkan
membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki status ekonomi yang
dibuktikan oleh hasil penelitian longitudinal Wisconsin (dalam Ryff & Singer
yang memiliki pendidikan yang tinggi, terutama pada dimensi tujuan hidup dan
pertumbuhan pribadi. Selain itu, individu yang memiliki penghasilan dan jabatan
yang tinggi menunjukkan psychological well-being yang lebih baik. Individu yang
4. Budaya
Ryff & Singer (1996) menyatakan bahwa sistem nilai yang dianut oleh
individualisme lebih berorientasi kepada self seperti dimensi penerimaan diri atau
berorientasi pada hubungan dengan orang lain seperti dimensi hubungan positif
sebuah penelitian dengan partisipan orang Amerika dan Korea Selatan. Penelitian
dalam diri mereka dibandingkan dengan orang korea. Partisipan korea selatan
menilai diri tinggi pada hubungan positif dengan orang lain dan rendah pada
diri tinggi pada pertumbuhan pribadi terutama pada wanita, dan berbeda dari
dugaan semula bahwa ternyata wanita Amerika menilai diri rendah otonomi.
B. Dukungan Sosial
diartikan sebagai informasi dari orang lain bahwa individu dicintai dan
komunikasi dan kebersamaan, baik itu dari orangtua, pasangan atau kekasih,
kerabat lainnya, teman, maupun kontak komunitas seperti keagamaan dan klub
(Taylor, 1999).
yang dilakukan oleh Ryff & Essex (1992) mengenai pengaruh interpretasi dan
1. Pengertian Penyintas
bukan dari kalangan ahli sastra ataupun ahli linguistik. Kata ini muncul dari para
pegiat alias aktivis LSM dalam konteks bencana. Para pegiat ini memerlukan kata
yang lebih pendek untuk menerjemahkan kata “survivor”. Mereka paling tidak
harus menggunakan tiga patah kata, yakni: “korban yang selamat” (Juneman,
penyintas berasal dari kata “sintas” yang mempunyai makna “terus bertahan
Istilah penyintas sama artinya dengan istilah survivor, berarti orang yang
Penyintas diartikan sebagai terus bertahan hidup artinya orang yang selamat dari
suatu peristiwa yang mungkin dapat membuat nyawa melayang atau sangat
Tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
traumatik yang dialami secara kolektif, terjadi secara akut, dan tidak terbatas
waktu; bencana mungkin dapat disebabkan faktor alam, teknologi, atau yang
tradisional’ seperti gejala‐gejala alami termasuk gempa bumi, angin topan, letusan
gunung api, tsunami, kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, dan kekeringan.
Sementara itu timbul pula ’ancaman baru’ seperti kekerasan sosial, serangan
terror, kerusuhan sosial dan sebagainya. Dalam kategori ini juga didapati ancaman
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, gempa, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi
dan wabah penyakit. Sedangkan bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror
(BNPB, 2007).
mempunyai ketinggian 2.640 meter diatas permukaan laut yang berada pada
koordinat 30 10 menit LU dan 980 23 menit BT. Letaknya cukup dekat dengan
kota Berastagi dan Kabanjahe dan terdapat banyak desa di lerengnya. Satu-
Pada tahun 1600 Gunung Sinabung meletus pertama dan pada tanggal 28
Agustus 2010. Gunung Sinabung meletus lagi pada tanggal 29 Agustus 2010,
sekitar pukul 00.08 WIB. Asap dan debu membumbung sampai ketinggian 1.500
meter dari bibir kawah. Tindakan evakuasi segera dilakukan. 12.000 warga yang
dan Mitigasi Bencana Geologi yaitu aktivitas tanggal 28 Agustus 2010 pada
pukul 08.00-16.00 WIB, secara visual terpantau asap putih tipis, ketinggian
sekitar 20 meter dengan tekanan lemah hingga sedang. Pada pukul 16.00 - 19.00
WIB, Gunung Sinabung tertutup kabut dan pada pukul Pukul 19.00 - 24.00 WIB,
tidak terpantau adanya asap dari kawah aktif. Dengan demikian Gunung Sinabung
Aktivitas yang terjadi pada tanggal 29 Agustus 2010 adalah pukul 00.08
WIB, terdengar suara gemuruh. Dengan aktivitas tersebut maka Gunung Sinabung
diubah tipenya dari tipe B menjadi tipe A dan statusnya dinyatakan AWAS
terhitung pukul 00.10 WIB tanggal 29 Agustus 2010, pada Pukul 00.10 WIB
masyarakat yang bermukim dan beraktivitas pada radius 6 km dari kawah aktif
dari bibir kawah. Pada saat ini sejumlah warga yang masih bertahan karena
menjaga rumahnya di zona bahaya pun akhirnya ikut mengungsi. karena hutan di
sekeliling desa mereka sudah rata dihujani debu vulkannik. Kumpulan debu
vulkanik keluar lagi dari kawah Gunung Sinabung, pukul 06.27 WIB, pada hari
Senin, 30 Agustus 2010, Gunung yang semula tenang tiba-tiba saja kembali
Dampak umum bencana baik nature dan manmade dari bencana meliputi
kesehatan, yang menimbulkan : (1) Korban massal; bencana yang terjadi dapat
kecacatan dalam jumlah besar. (2) Pengungsian; pengungsian ini dapat terjadi
sebagai akibat dari rusaknya rumah-rumah mereka atau adanya bahaya yang dapat
terjadi jika tetap berada dilokasi kejadian. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat resiko
dari suatu wilayah atau daerah dimana terjadinya bencana (Depkes RI, 2008)
akan menimbulkan reaksi yang lebih hebat, (2) Kemampuan individu secara
umum untuk menghadapi situasi emosional, (3) Peristiwa lain yang menimbulkan
Young, Ford & Watson (2005), hal yang dialami orang dewasa yang
bertahan dalam bencana, akan mengalami reaksi stress yaitu: (1) Reaksi emosi (
merasa tidak punya harapan dan mati rasa), (2) Kognitif (binggung,disorientasi,
hilangnya ingatan, gangguan memori dan menyalahkan diri sendiri), (3) Reaksi
fisik (tegang, capai, kesulian tidur, rasa sakit pada tubuh, mudah terganggu, detak
jantung lebih cepat, mual) (4) Reaksi interpersonal (ketidak percayaan, merasa
stress, cemas, takut, khawatir dan ganguan-ganguan yang berkaitan dengan gejala-
Bencana alam yang terjadi akan memunculkan dampak positif dan dampak
negatif bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Salah satu contoh dari dampak
positifnya adalah tanah di sekitar daerah tersebut subur setelah berapa tahun
meletus gunung tersebut. Dengan tanah yang menjadi subur maka sekitar daerah
penampungan air, sehingga daerah sekitarnya tidak kekurangan air. Kondisi udara
yang sejuk juga menjadi dampak positif dari keberadaan Gunung Sinabung.
Sementara dampak negatifnya adalah berjatuhan korban yang terkena lava panas,
dan dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit karena terhirup butiran abu
vulkanik.
biasanya terlihat cukup parah, sebagai akibat dari kejadian yang mendadak
dan tidak terduga serta luasnya cakupan akan dampak dari bencana.
lainnya.
disebabkan oleh alam, berupa gempa bumi, tsunami, kekeringan, angin topan,
tanah longsor, dan gunung meletus. Indonesia yang memiliki sejarah bencana dan
jumlah kurang lebih 240 buah, dengan 130 buah di antaranya masih aktif. Salah
satu gunung berapi yang aktif berada di Kabupaten Karo yaitu Gunung Sinabung
positif maupun dampak negatif bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Salah
satu contoh dari dampak positif yaitu akan menyuburkan tanah yang terkena
erupsi Gunung Sinabung pada jangka waktu panjang sehingga tanah yang menjadi
subur di sekitar daerah Gunung Sinabung akan tumbuh pohon-pohon yang dapat
kekurangan air. Kondisi udara yang sejuk juga menjadi dampak positif dari
Sementara dampak negatif adalah adanya korban yang terkena lava panas
dan irigasi, kerusakan lahan pertanian dan perkebunan, penurunan terjadi pada
orang yang selamat dari suatu peristiwa yang kemungkinan dapat mengancam
Gunung Sinabung adalah penyintas yang tinggal di desa yang dinyatakan zona
merah atau tidak aman untuk ditempati, penyintas yang tinggal di pengungsian
terdiri dari dua penyintas, pertama penyintas adalah orang-orang yang akan di
relokasi ke desa yang baru yaitu siosar. Hal ini karena tempat tinggal mereka
sudah tidak dapat ditempati kembali dan mengancam nyawanya, dan kedua
penyintas adalah orang-orang yang tidak di relokasi artinya mereka dapat pulang
ke rumah mereka kembali. Hal ini karena desa tempat mereka tinggal masih layak
untuk ditempati.
material, dan sosial banyak dikaitkan dengan rendahnya fungsi dan penyesuaian
semua orang mendapatkan dukungan sosial yang dibutuhkan. Banyak faktor yang
tergantung pada keadaan tertekan yang dihadapi.. Bentuk social support seperti
memenuhi kebutuhan yang tiap individu. Social support diperoleh dari teman-
teman dan keluarga atau instansi lainnya. Social support tersebut bertujuan untuk
akan memberikan manfaat bagi mereka. Social Support yang diperoleh sesuai
yang dialami oleh penyintas. Social support yang diperoleh akan membantu
penyintas dalam menghadapi setiap tantangan dalam hidupnya. Hal ini akan
bencana alam Gunung Sinabung dan mampu menghadapi dampak negatif yang
dirasakan pada kehidupan meraka saat ini. Seseorang yang mampu beradaptasi
dan menghadapi situasi ini adalah mereka yang mengalami pertumbuhan dan
hidup. Setelah mengalami bencana alam, banyak tantangan hidup yang harus
bencana alam Gunung Sinabung seperti penerimaan diri, memiliki hubungan yang
hidup, dan pertumbuhan pribadi. Social support dan Psychological well-being ini
Gunung Sinabung.
G. Sinabung
PSYCPHOLOGICAL WELL-
SOCIAL SUPPORT BEING
a.Emotional or esteem supporrt 1.Penerimaan Diri
b.Tangible or instrumental 2. Hubungan Positif dengan Orang
Support Lain
c.Informational Support 3. Otonomi
d.Companionship Support 4. Penguasaan Lingkungan
5. Tujuan Hidup
6. Pertumbuhan Pribadi