DOSEN PEMBIMBING :
ANIS NUR LAILI, M.Keb
Disusun Oleh :
Brilian Tri Puspitaningrum (P27824319004)
Destry Haya Sakina (P27824319006)
Fahira Candra Kusuma N. (P27824319008)
Ilvi Nurfatjrin (P27824319014)
Lailatul Marom Fitria (P27824319017)
Rifqoh Nur Arifathin N. (P27824319024)
Salsafa Bethari A. N. (P27824319027)
Sukmasari Nur A. (P27824319033)
Zakia Diana Rahman (P27824319037)
1
PENDAHULUAN
Dalam penerapannya di bidang etik, Dokter yang menangani program bayi
tabung harus berpedoman pada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),
Panduan Etika dan Profesi Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Pedoman
Organisasi dan Tatalaksana Kerja Majelis Kehormatan Etik Kedokteran.
Sedangkan dalam hal yuridis, program bayi tabung di Indonesia harus tunduk
pada perundang-undangan yang berlaku antara lain Undang Undang Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan, Undang Undang nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan serta
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi.
1
BAB I
RANGKUMAN
2
Sejak itulah pasangan TH dan ES merasa dokter AG selalu menghindar
setiap kali dimintai pertanggungjawaban atas kegagalan program bayi tabung
yang semestinya berjenis kelamin lelaki. "Bahkan dokter AG tidak memberi
rekomendasi dokter anak yang harus dituju saat klien saya meminta rujukan,
mengingat kondisi kandungannya terus melemah," katanya.
Dokter AG, kata Eduard, justru berkeputusan melahirkan bayi berjenis
kelamin perempuan tersebut secara paksa dalam kondisi prematur yang akhirnya
dijalani oleh ES. Setelah proses kelahiran, dokter AG sempat mengajukan upaya
damai dengan memberikan uang senilai Rp 100 juta atas kegagalan program bayi
tabung berjenis kelamin lelaki sebagaimana tertera dalam kesepakatan awal.
Namun TH dan ES menolak upaya damai tersebut.
"Klien kami memilih menggugat ke Pengadilan Negeri Surabaya setelah
mengetahui sidang kode etik dokter AG oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) hanya
digelar dalam waktu sehari dengan putusan tidak bersalah, yang dinilai menyalahi
prosedur. Maka dalam gugatan ini IDI turut menjadi tergugat," katanya.
Eduard mengatakan, gugatan dengan nomor perkara
325/Pdt.G/2017/PN.Sby itu tadi pagi telah mulai direspon oleh Pengadilan Negeri
Surabaya dengan menggelar mediasi antara pihak penggugat dan tergugat.
3
benar, mengingat ada beberapa faktor yang memengaruhi kesuksesan
metode ini, seperti kondisi hormonal, penyebab infertilitas dari masing-
masing individu, serta usia.
4
1.5 Legalitas Bayi Tabung
Pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi:
1. Ayat 1
Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya
terakhir untuk membantu suami istri mendapat keturunan.
2. Ayat 2
Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang
sah, dengan ketentuan:
Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri darimana ovum itu
berasal
Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu
3. Ada sarana kesehatan tertentu
Ayat 3
Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan
diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) ditentukan dengan P.P
1.6 Kesimpulan
Perilaku dokter tersebut salah karena ia menjajikan janin bayi laki laki
akan tetapi dokter AG salah memasukkan embrio perempuan ke rahim ibu dan
dokter tersebut tidak bertanggung jawab atas perbuatannya bahkan dokter AG
tidak memberi rekomendasi dokter anak yang harus dituju saat klien meminta
rujukan, mengingat kondisi kandungannya terus melemah. Maka tindakan
dokter tersebut melanggar etika moral.
5
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/otak09
https://keperawatanreligionsantims.wordpress.com/2013/05/20/undang-undang-
dan-kontroversi-mengenai-bayi-tabung/
https://www.kompasiana.com/alessandrinajp0230/5d5aa269097f3649630428a6/is
u-kedokteran-bayi-tabung
journal.uinjkt.ac.id/ Rekayasa Penentuan Jenis Kelamin Dalam Kandungan
Menurut Hukum Islam