Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ETIKOLEGAL

KASUS BAYI TABUNG

DOSEN PEMBIMBING :
ANIS NUR LAILI, M.Keb

Disusun Oleh :
Brilian Tri Puspitaningrum (P27824319004)
Destry Haya Sakina (P27824319006)
Fahira Candra Kusuma N. (P27824319008)
Ilvi Nurfatjrin (P27824319014)
Lailatul Marom Fitria (P27824319017)
Rifqoh Nur Arifathin N. (P27824319024)
Salsafa Bethari A. N. (P27824319027)
Sukmasari Nur A. (P27824319033)
Zakia Diana Rahman (P27824319037)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


PRODI DIII KEBIDANAN BANGKALAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
PENDAHULUAN
Dalam penerapannya di bidang etik, Dokter yang menangani program bayi
tabung harus berpedoman pada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),
Panduan Etika dan Profesi Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Pedoman
Organisasi dan Tatalaksana Kerja Majelis Kehormatan Etik Kedokteran.
Sedangkan dalam hal yuridis, program bayi tabung di Indonesia harus tunduk
pada perundang-undangan yang berlaku antara lain Undang Undang Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan, Undang Undang nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan serta
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi.

1
BAB I
RANGKUMAN

1.1 Kasus Bayi Tabung


Pasangan istri berinisial TH dan ES, warga Mulyorejo, Surabaya
menggugat dokter berinisial AG, yang juga pemilik sebuah klinik kesehatan
terkenal di Surabaya, atas program bayi tabung berjenis kelamin lelaki yang
dinilai gagal. "Klien kami menyetujui mengikuti program bayi tabung berjenis
kelamin lelaki. Tapi nyatanya yang lahir perempuan," kata Kuasa Hukum TH dan
ES, Eduard Rudy, dalam jumpa pers di Surabaya, Selasa (18/7).
Dia menjelaskan, program bayi tabung itu diikuti pasangan suami istri TH
dan ES di klinik kesehatan milik dokter AG yang berlokasi di Jalan Irian Barat
Surabaya pada tahun 2015. "Waktu itu dokter AG menyanggupi program bayi
tabung jenis kelamin lelaki seperti yang diinginkan pasangan suami istri TH dan
ES, dengan biaya senilai Rp 13 juta yangpembayarannya tercatat di atas kuitansi,"
katanya.
Eduard mengisahakan, kepastian kedua belah pihak yang kemudian
menyepakati menjalani program bayi tabung berjenis kelamin lelaki itu setelah
diperoleh hasil laboratorium berupa empat pilihan embrio bayi pada sebuah
konsultasi yang berlangsung di bulan Mei 2015. "Waktu itu terdapat empat pilihan
embiro, yaitu satu embrio lelaki, satu perempuan, satu tidak bagus, dan satu lagi
rusak," ujarnya.
Karena pasangan TH dan ES telah memiliki anak perempuan, maka
keduanya sepakat memilih embrio lelaki melalui program bayi tabung tersebut.
Dokter AG pun menanamkan embrio bayi yang dipastikan berjenis kelamin lelaki
di rahim ES.
Saat usia kandungan berjalan enam bulan, ES mengalami pendarahan.
Eduard menyebut pada masa pendarahaan itu kliennya mengalami tiga kali
kondisi kritis. "Pada masa pendarahan itulah diketahui janin yang dikandung ES
melalui program bayi tabung tersebut berjenis kelamin perempuan, bukan lelaki
seperti yang semula disanggupi AG," ucapnya.

2
Sejak itulah pasangan TH dan ES merasa dokter AG selalu menghindar
setiap kali dimintai pertanggungjawaban atas kegagalan program bayi tabung
yang semestinya berjenis kelamin lelaki. "Bahkan dokter AG tidak memberi
rekomendasi dokter anak yang harus dituju saat klien saya meminta rujukan,
mengingat kondisi kandungannya terus melemah," katanya.
Dokter AG, kata Eduard, justru berkeputusan melahirkan bayi berjenis
kelamin perempuan tersebut secara paksa dalam kondisi prematur yang akhirnya
dijalani oleh ES. Setelah proses kelahiran, dokter AG sempat mengajukan upaya
damai dengan memberikan uang senilai Rp 100 juta atas kegagalan program bayi
tabung berjenis kelamin lelaki sebagaimana tertera dalam kesepakatan awal.
Namun TH dan ES menolak upaya damai tersebut.
"Klien kami memilih menggugat ke Pengadilan Negeri Surabaya setelah
mengetahui sidang kode etik dokter AG oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) hanya
digelar dalam waktu sehari dengan putusan tidak bersalah, yang dinilai menyalahi
prosedur. Maka dalam gugatan ini IDI turut menjadi tergugat," katanya.
Eduard mengatakan, gugatan dengan nomor perkara
325/Pdt.G/2017/PN.Sby itu tadi pagi telah mulai direspon oleh Pengadilan Negeri
Surabaya dengan menggelar mediasi antara pihak penggugat dan tergugat.

1.2 Isu Moral Bayi Tabung


1. Bayi tabung atau IVF tidak jarang menuai pro dan kontra di kalangan
masyarakat. Meskipun terlihat membawa harapan baru bagi pasangan
infertilitas, ternyata ada pendapat lain yang harus dipertimbangkan. IVF
dipandang oleh beberapa orang sebagai metode yang menyimpang dari
nilai-nilai agama, etika, dan juga moral.
2. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah tingkat kesuksesan dari
metode bayi tabung ini. Metode ini memang menggunakan peralatan yang
sangat maju dan canggih. Namun, hal ini tidak menjamin keberhasilannya.
Embrio bisa cacat, dan tidak ditutup kemungkinannya embrio tersebut
gagal ditanamkan di dalam rahim.
3. Mitos yang sering didengar di kalangan masyarakat adalah kepercayaan
akan tingkat keberhasilan 100% dari metode bayi tabung ini. Ini tidak

3
benar, mengingat ada beberapa faktor yang memengaruhi kesuksesan
metode ini, seperti kondisi hormonal, penyebab infertilitas dari masing-
masing individu, serta usia.

1.3 Analisis Tentang Hukum Bayi Tabung


UU No.23 / 1992 tentang kesehatan , pasal 82 ayat 2
“ Barang siapa dengan sengaja melakukan upaya kehamilan diluar cara alami
yang tidak sesuai dengan ketentuan akan dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun dan atau dipidana denda paling banyak 100jt .”

1.4 Pandangan Agama Terhadap Bayi Tabung


Dokter dengan kemajuan ilmu dan kecanggihan sarana teknologi
kedokteran yang dimanfaatkannya berupa rekayasa genetika tersebut,
demikian pula dampak persepsi sosial dari apa yang diinginkan oleh suami-
isteri untuk memperoleh anak (keturunan), menurut hemat penulis tidak dapat
dibenarkan menurut hukum Islam karena Dia-lah Allah Swt. yang
menciptakan manusia dengan kehendak dan kekuasaan-Nya semata dalam
bentuk apa saja yang Dia kehendaki (Q.s. al-Infithâr [82]: 8), menetapkan
dalam rahim dan menghendaki sampai waktu yang sudah ditentukan (Q.s. al-
Hajj [22]: 5) dalam bentuknya sebagai makhluk yang paling terbaik (Q.s. al-
Tîn [95]: 4), menentukan dari jenis laki-laki atau perempuan (Q.s al-Syûrâ
[42]: 49) tanpa membedakan fungsinya sebagai hamba agar beribadah kepada-
Nya (Q.s. al-Dzâriyât [51]: 59) dan hanya dengan kualitas ketakwaan saja
mereka akan menjadi manusia yang mulia dan terhormat di sisi Allah Swt.
(Q.s. al-Hujurât [49]: 13).
Upaya rekayasa janin untuk membatasi, bahkan menentukan (memastikan)
jenis kelamin anak dalam kandungan, disamping tidak dapat dibenarkan
menurut hukum Islam karena sangat berpeluang mendiskriminasikan
eksistensi anak (perempuan), juga termasuk upaya mengintervensi wilayah ke-
Maha Kuasa-an Allah Swt. dalam penciptaan manusia

4
1.5 Legalitas Bayi Tabung
Pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi:
1. Ayat 1 
Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya
terakhir untuk membantu suami istri mendapat keturunan.
2. Ayat 2 
 Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang
sah, dengan ketentuan: 
 Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri darimana ovum itu
berasal
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu
3. Ada sarana kesehatan tertentu
Ayat 3
  Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan
diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) ditentukan dengan P.P
1.6 Kesimpulan
Perilaku dokter tersebut salah karena ia menjajikan janin bayi laki laki
akan tetapi dokter AG salah memasukkan embrio perempuan ke rahim ibu dan
dokter tersebut tidak bertanggung jawab atas perbuatannya bahkan dokter AG
tidak memberi rekomendasi dokter anak yang harus dituju saat klien meminta
rujukan, mengingat kondisi kandungannya terus melemah. Maka tindakan
dokter tersebut melanggar etika moral.

5
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/otak09
https://keperawatanreligionsantims.wordpress.com/2013/05/20/undang-undang-
dan-kontroversi-mengenai-bayi-tabung/
https://www.kompasiana.com/alessandrinajp0230/5d5aa269097f3649630428a6/is
u-kedokteran-bayi-tabung
journal.uinjkt.ac.id/ Rekayasa Penentuan Jenis Kelamin Dalam Kandungan
Menurut Hukum Islam

Anda mungkin juga menyukai