Anda di halaman 1dari 7

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA BOGOR

NOMOR

TENTANG

KODE ETIK PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BOGOR

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan aparat pemerintah yang bersih dan
berwibawa, diperlukan standar etik dan perilaku pegawai untuk
meningkatkan transparansi dan integritas pegawai Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor;
b bahwa diperlukan aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat
. yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata,
berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan,
serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

c. bahwa sebagai upaya peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil di


lingkungan Pemerintah Kota Bogor, khsususnya Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor, diperlukan kode etik
bagi pegawai Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Bogor;

dd. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,


huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Rumah Sakit Umum
. Daerah Kota Bogor tentang Kode etik Pegawai Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor.

.
Mengingat : 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3641)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3590);
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
2
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3612); sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4661);
3 Undang-undang 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran
. Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana diubah dengan Undang-
undang Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4755);
4 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
. Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
5. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3094) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undangNomor 20 Tahun
2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980
Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3176);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Republik Indonesia Nomor 4450);
1. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa


Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 4263);
9. 13. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor Nomor
800/06/PERDIR/RSUD/VIII/2017 Tentang Manajemen Kepegawaian pada
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BOGOR TENTANG KODE ETIK


PEGAWAI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN
PENANAMAN MODAL KOTA BGOR

BAB I KETENTUAN
UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud dengan :


1. Pegawai adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43
Tahun 1999.
2. Kode Etik Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bogor, yang
selanjutnya disebut Kode Etik, adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
pegawai Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bogor dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi serta dalam pergaulan hidup sehari-hari.
3. Organisasi adalah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman
Modal Kota Bogor.
4. Komisi Kode Etik adalah lembaga non struktural di lingkungan Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bogor yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan
serta penyelesaian pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Pegawai.
5. Unit Investigasi Khusus adalah satuan tugas di lingkungan Pemerintah Kota Bogor yang
bertugas melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai laporan pelanggaran Kode Etik.
6. Pelanggaran adalah segala bentuk ucapan, tulisan atau perbuatan pegawai yang bertentangan
dengan butir-butir sebagaimana yang tercantum dalam Kode Etik.
7. Pejabat yang berwenang adalah Pejabat yang menetapkan sanksi atau Atasan Pegawai yang
melakukan pelanggaran kode etik, baik langsung maupun tidak langsung, atau Pegawai
lainnya yang ditunjuk secara lisan atau tertulis oleh pimpinan tertinggi pada unit organisasi
tempat Pegawai yang melakukan pelanggaran kode etik bertugas.

BAB II PEMBENTUKAN
KODE ETIK

Pasal 2

Pembentukan Kode Etik di lingkungan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman
Modal Kota Bogor dimaksudkan untuk meningkatkan etos kerja dalam rangka mendukung
produktifitas kerja dan profesionalitas pegawai.

Pasal 3

Pembentukan Kode Etik di lingkungan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman
Modal Kota Bogor bertujuan untuk :
a. meningkatkan disiplin Pegawai di lingkungan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
dan Penanaman Modal Kota Bogor;
b. menjamin terpeliharanya tata tertib yang berlaku di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
dan Penanaman Modal Kota Bogor;
c. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif di lingkungan
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bogor dan atau dengan
instansi terkait;
d. menciptakan dan memelihara kondisi kerja antar Pegawai di lingkungan Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bogor serta menciptakan perilaku yang
profesional bagi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bogor; dan
e. meningkatkan citra dan kinerja Pegawai Negeri Sipil, khususnya Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bogor.

BAB III
NORMA DASAR PRIBADI DAN STANDAR PERILAKU ORGANISASI

Pasal 4

Setiap Pegawai wajib menganut, membina, mengembangkan, dan menjunjung tinggi norma dasar
pribadi sebagai berikut :

1. Jujur, yaitu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakan.


2. Terbuka, yaitu transparan dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan internal maupun eksternal.
3. Berani, yaitu bersikap tegas dan rasional dalam bertindak dan berperilaku serta dalam
membuat keputusan demi kepentingan negara, pemerintah, dan organisasi.
4. Tangguh, yaitu tegar dan kuat dalam menghadapi berbagai godaan, hambatan, tantangan,
ancaman, dan intimidasi dalam bentuk apapun dan dari pihak manapun.
5. Berintegritas, yaitu memiliki sikap dan tingkah laku yang bermartabat dan bertanggung
jawab.
6. Profesional, yaitu melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan atau keahlian serta
mencegah terjadinya benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas.
7. Kompeten, yaitu selalu meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan keahlian.
8. Tangkas, yaitu melakukan pekerjaan dengan cepat, tepat dan akurat.
9. Jeli, yaitu melakukan pekerjaan dengan teliti dan mampu memandang potensi permasalahan
kerja serta menemukan pemecahannya yang sesuai.
10. Independen, yaitu tidak terpengaruh dan bersikap netral dalam melaksanakan tugas.
11. Sederhana, yaitu bersikap wajar dan atau tidak berlebihan dalam tugas dan kehidupan sehari-
hari.

Pasal 5

Setiap Pegawai wajib mengikuti, menjalankan, dan menjaga prinsip-prinsip standar perilaku
organisasi sebagai berikut :

1. Kepastian hukum, yaitu mendasarkan pada peraturan perundang-undangan dalam


menjalankan tugas, wewenang, dan kebijakan organisasi.
2. Keterbukaan, yaitu membuka diri dan memberi akses kepada masyarakat dalam
melaksanakan hak-haknya untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang manajemen, kinerja, dan pelaksanaan tugas, serta fungsi organisasi,
tanpa melanggar ketentuan yang berlaku dan asas kerahasiaan jabatan.
3. Kepentingan umum, yaitu mendahulukan kepentingan bersama dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, dan selektif.
4. Akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan organisasi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan atau masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Proporsionalitas, yaitu mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
organisasi dengan tetap memperhatikan adanya kepentingan yang sah lainnya secara
seimbang.
6. Efektifitas, yaitu dalam melaksanakan tugas harus memperhatikan dan mempergunakan cara
yang tepat untuk memperoleh hasil yang optimal.
7. Efisiensi, yaitu dalam melaksanakan tugas harus memperhatikan dan mempergunakan waktu
dan sumber daya lainnya seoptimal mungkin dalam menyelesaikan tugas.

Pasal 6

(1) Norma dasar pribadi dan standar perilaku organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
dan pasal 5 dilaksanakan dalam bentuk ucapan, tulisan, sikap, perilaku, dan atau tindakan.
(2) Pegawai yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan pasal
5 dijatuhi sanksi atau hukuman sebagaimana dimaksud dalam pasal 10.

BAB IV
KEWAJIBAN

Pasal 7

Setiap Pegawai wajib :

1. menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat yang dianut oleh diri sendiri dan
orang lain;
2. menaati dan mematuhi tata tertib disiplin kerja berupa ketentuan jam kerja serta
memanfaatkan jam kerja untuk kepentingan kedinasan dan atau organisasi;
3. menaati dan mematuhi segala aturan, baik langsung maupun tidak langsung, mengenai tugas
kedinasan maupun yang berlaku secara umum;
4. menaati perintah kedinasan;
5. menciptakan dan memelihara suasana dan hubungan kerja yang baik, harmonis, dan sinergis
antar pegawai, baik dalam satu unit kerja maupun diluar unit kerja;
6. memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya
masing-masing;
7. mempergunakan dan memelihara barang inventaris milik negara secara baik dan bertanggung
jawab;
8. memberikan contoh dan menjadi panutan yang baik bagi pegawai lainnya dan masyarakat;
9. bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan dan santun.
BAB V
LARANGAN

Pasal 8

Setiap pegawai dilarang :

1. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas memberikan pelayanan kepada pegawai dan
masyarakat;
2. menjadi anggota dan/atau pengurus dan/atau simpatisan partai politik;
3. menyalahgunakan wewenang yang dimiliki untuk kepentingan di luar kedinasan;
4. menerima pemberian, hadiah, dan atau imbalan dalam bentuk apapun dari pihak manapun
secara langsung maupun tidak langsung yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa
pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan
Pegawai yang bersangkutan;
5. membocorkan informasi yang bersifat rahasia serta menyalahgunakan data dan atau informasi
kedinasan;
6. melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan terjadinya ganggungan, kerusakan, dan atau
perubahan data pada sistem informasi milik organisasi;
7. melakukan perbuatan yang tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan
dapat merusak citra serta martabat organisasi.

Pasal 9

Setiap Pegawai di lingkungan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal
Kota Bogor wajib mematuhi dan berpedoman pada Kode Etik Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bogor.

BAB VI
SANKSI

Pasal 10

(1) Segala bentuk ucapan, tulisan, sikap, perilaku, dan atau tindakan pegawai yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dan pasal 8 adalah pelanggaran Kode Etik
dan atau pelanggaran hukum disiplin pegawai.
(2) Pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin pegawai dan/atau pelanggaran hukum lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijatuhi sanksi atau hukuman sesuai dengan tingkat
pelanggarannya.
(3) Sanksi atau hukuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yaitu :
a. sanksi moral berupa perintah/kewajiban untuk mengajukan permohonan maaf secara lisan
dan atau tertulis atau pernyataan penyesalan; dan atau
b. hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
c. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor Nomor
(4) Pengenaan sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, disampaikan secara
tertutup atau terbuka.
(5) Keputusan penyampaian sanksi moral secara tertutup atau terbuka didasarkan pada
pertimbangan besar atau kecilnya akibat dari perbuatan dan atau sensitifitas perbuatan yang
dilakukan.

Pasal 11

(1) Sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (3) huruf a ditetapkan dengan
keputusan Pejabat yang berwenang menetapkan sanksi atas terjadinya pelanggaran Kode
etik.
(2) Penyampaian sanksi moral secara tertutup sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (4),
disampaikan oleh Pejabat yang berwenang dalam ruang tertutup yang hanya diketahui oleh
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dan Pejabat lain yang terkait dengan syarat pangkat
Pejabat tersebut tidak boleh lebih rendah dari Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
(3) Penyampaian sanksi moral secara terbuka sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (4),
disampaikan oleh Pejabat yang berwenang atau Pejabat lain yang ditunjuk melalui:
a. forum pertemuan resmi;
b. upacara bendera;
c. papan pengumuman;
d. media massa; atau
e. forum lain yang dipandang sesuai untuk itu.
(4) Dalam hal tempat kedudukan Pejabat yang berwenang dan tempat Pegawai Negeri
Sipil dan Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil dikenakan sanksi moral berjauhan, Pejabat
yang berwenang dapat menunjuk Pejabat lain dalam lingkungannya atau meminta bantuan
Pejabat atau Pegawai lainnya untuk menyampaikan sanksi moral tersebut dengan syarat
pangkat Pejabat atau Pegawai tersebut tidak boleh lebih rendah dari Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan.
(5) Dalam hal sanksi moral disampaikan secara tertutup, berlaku sejak tanggal disampaikan
oleh Pejabat yang berwenang kepada Pegawai yang bersangkutan.
(6) Dalam hal sanksi moral disampaikan secara terbuka melalui forum pertemuan resmi
Pegawai, upacara bendera atau forum lain disampaikan sebanyak 1 (satu) kali dan berlaku
sejak tanggal disampaikan oleh Pejabat yang berwenang kepada Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan.
(7) Dalam hal sanksi moral disampaikan secara terbuka melalui papan pengumuman atau
media massa, penyampaian secara terbuka dilakukan paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal
ditetapkannya keputusan pengenaan sanksi moral.
(8) Dalam hal Pegawai yang dikenakan sanksi moral tidak hadir tanpa alasan yang sah
pada waktu penyampaian keputusan sanksi moral, maka dianggap telah menerima
keputusan sanksi moral tersebut.
(9) Sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (3) huruf a, dilaksanakan
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak keputusan sanksi moral disampaikan.
(10) Dalam hal Pegawai yang dikenakan sanksi moral tidak bersedia mengajukan
permohonan maaf secara lisan dan atau tertulis atau membuat pernyataan penyesalan, dapat
dijatuhi hukuman disiplin ringan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

BAB VII
KOMITE ETIK DAN HUKUM

Pasal
12

(1) Dalam rangka penegakan Kode Etik dibentuk Komite Etik dan Hukum pada Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor
(2) Ketentuan mengenai pembentukan, susunan, dan tata kerja Komite Etik dan Hukum
Pegawai Badan Layanan Umum Daerah Rumah sakit Umum Daerah Kota Bogor diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor

BAB
VIII
PENUTUP

Pasal 13

(1) Setiap pejabat struktural, sesuai dengan jenjang jabatannya, berkewajiban untuk melakukan
pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik oleh pegawai yang berada dibawahnya.
(2) Pimpinan pegawai, baik langsung maupun tidak langsung, yang mengetahui adanya
pelanggaran Kode Etik namun tidak mengambil tindakan pengenaan sanksi atas pelanggaran
tersebut atau membantu pegawai melakukan pelanggaran Kode Etik, dikenai sanksi atau
hukuman sesuai dengan tingkat pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (3).
(3) Dalam rangka efektifitas dan efisiensi penegakan Kode Etik, Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor dapat bekerja sama dengan Unit
Investigasi Khusus atau instansi/lembaga lain.
Pasal 14

Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Bogor
pada tanggal

DIREKTUR,

DEWI BASMALA

Anda mungkin juga menyukai