Full Text
Full Text
SKRIPSI
Oleh
HUSNI
10533 7120 12
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul skripsi : Gaya Bahasa Perbandingan dalam Novel Daun yang Jatuh Tak
Nama : Husni
Nim : 10533712012
KegfiAar
,.*LJ,
%
Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sasffa Indonesia
/
um.
W
Dr. Munirah, M. Pd.
NBM:951576
{.NIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAI{ ILMU PENDIDIKAN
LEMBAR PENGESAIIAN
November 2016 M, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
25"Muhanarfr***,* I 438 H
26 o&b;r--F2ot6 r'{
*
l. Pengawas Umum (
2.
J.
Keilm
:F.
trr (
.,
r*,
4. Pengpji ry4#q6- Dr rMuh, Rapi Tang. M. S.
't
*eoBFe,#iettr
Bahri, S. Pd., M pd.
Disahl6n
MOTO
-Ibu Kartini-
Dan Sahabatku.....
vii
ABSTRAK
Husni. 2016. Gaya Bahasa Perbandingan Dalam Novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Muh. Rapi Tang dan pembimbing II Syahruddin.
Tujuan utama penelitian adalah untuk mendeskripsikan gaya bahasa
perbandingan yang terdapat dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin. Berdasarkan latar belakang masalah, novel merupakan salah satu karya sastra
yang dapat ditulis secara ilmiah yang melukiskan peristiwa yang dialami oleh tokoh
yang ada di dalam sebuah novel, dan itu suatu proses kreatif dari pengarangnya, Tere
Liye termasuk pengarang yang dapat menciptakan karya yang produktif.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka yang bersifat deskriptif
kualitatif, penelitian yang menggambarkan variabel tidak dalam bentuk angka-angka
atau statistik, tetapi penelitian ini hanya akan memaparkan gaya bahasa perbandingan
yang digambarkan dalam setiap penulisannya dalam novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye. Dalam penerapan desain penelitian ini,
tahapan awalnya adalah mengumpulkan data, mengola dan selanjutnya menganalisis
data secara objektif atau apa adanya.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi
dengan jalan mengumpulkan data melalui sumber tertulis. Berdasarkan hasil analisis
data yang dihimpun dapat ditemukan dan ditunjukkan bahwa novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye menggambarkan gaya bahasa
perbandingan yang terdapat dalam novel tersebut penuh dengan keajaiban sehingga
mampu memberikan inspirasi spiritual dan imajinasi.
Dari hasil analisis data, penulis menemukan penggunaan gaya bahasa pada
perumpamaan sebanyak 18 data, hiperbola sebanyak 7 data, personifikasi sebanyak 3
data, dan metafora sebanyak 1 data.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul......................................................................................................ii
Moto ...................................................................................................................vii
Daftar Isi...............................................................................................................1
A. Kajian Pustaka.................................................................................6
B. Kerangka Pikir ...............................................................................30
A. Simpulan .......................................................................................50
B. Saran..............................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KORPUS DATA............................................................................................ 52
SINOPSIS ...................................................................................................... 55
X
L
A
M
P
I
R
A
N
1
BAB I
PENDAHULUAN
cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas
pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel.Novel adalah karya fiksi yang
dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan
terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) hadir. Unsur
intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah
cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel
yang sangat bagus. Kemudian, untuk menghasilkan novel yang bagus juga
pikiran pengarang yang akan dituangkan sebuah karya yaitu salah satunya novel
tersebut. Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah karya
1
2
seni sastra ini dapat disamakan dengan cat warna.Keduanya merupakan unsur
bahan, alat, dan sarana yang mengandung nilai lebih untuk dijadikan sebuah
karya.Sebagai salah satu unsur terpenting tersebut, maka bahasa berperan sebagai
dkk (1996: 9), bahwa sastra merupakan karya seni yang berunsur
keindahan.Keindahan dalam karya seni sastra dibangun oleh seni kata, dan seni
kata atau seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari
ekspresi jiwa. Terkait dengan pernyataan tersebut, maka membaca sebuah karya
sastra atau buku akan menarik apabila informasi yang diungkapkan penulis
disajikan dengan bahasa yang mengandung nilai estetik. Sebuah buku sastra atau
bacaan yang mengandung nilai estetik memang dapat membuat pembaca lebih
Gaya bahasa dan penulisan merupakan salah satu unsur yang menarik
dalam sebuah bacaan. Setiap penulis mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam
dikatakan bahwa, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang
ditulisnya.
mempengaruhi hasil karyanya. Jika penulis memiliki karakter lemah lembut, maka
3
Sedangkan jika penulis memiliki watak keras, maka kalimat-kalimat yang terdapat
dalam hasil karyanya tak jauh berbeda dengan watak yang dimilikinya.
Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin diterbitkan pertama
kali pada November 2011.Sejak kemunculan novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Semua novel Tere- Liye memiliki cerita yang unik dengan mengutamakan
Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin bercerita tentang
seorang gadis pengamen kecil, yang merasakan kepahitan hidup serta kisah
percintaanya dengan sang malaikat. Ia mengemas Novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin dengan bahasa yang sederhana imajinatif, namun tetap
memperhatikan kualitas isi. Membaca Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
masyarakat.Isi Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin menegaskan
menganalisis Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Analisis
4
terhadap Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin membatasi pada
segi gaya bahasa. Setelah membaca novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Membenci Angin dan banyak pengamat sastra yang mengakui kehebatan Tere
B. Rumusan Masalah
masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gaya bahasa
perbandingan dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
pribadi.
BAB II
A. Kajian Pustaka
Hasil Penelitian sebelumnya yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta
Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”.
Dalam kesimpulannya gaya bahasa yang digunakan dalam Novel Laskar Pelangi
pertanyaan retoris.
novel Laskar Pelangi adalah untuk mengungkapkan ekspresi jiwa atau perasaan
novel, untuk memperjelas makna kata, untuk menampilkan variasi dan gaya yang
berbeda dengan karangan novel lain. Nilai pendidikan yang digunakan adalah
nilai religius, nilai moral, dan nilai sosial. Persamaan karya ilmiah Ririh Yuli
Atminingsih dengan penulis yaitu sama-sama mengkaji gaya bahasa dengan judul
6
7
Rentang Kampanye Pemilu 2004” penelitian ini disimpulkan: Gaya bahasa yang
digunakan dalam kain rentang kampanye 2004, baik kampanye legislative, calon
presiden, dan calon wakil presiden sebagai berikut: a) Empat jenis gaya bahasa
perulangan, meliputi anaphora dan aliterasi; (3) Gaya Bahasa sindiran (satire); (4)
penegasan. c) Gaya bahasa yang sering digunakan dalam kain rentang kampanye
Alasan penggunaan gaya bahasa pada kain rentang kampanye 2004, yaitu:
a) Penyesuaiaan konsep yang menjadi dasar penulisan kain rentang oleh masing-
masing tim sukses partai; b) Kain rentang yang dibuat merupakan salah satu
media publikasi yang digunakan untuk sosialisasi program kerja partai yang
media yang mudah diingat dan menarik perhatian massa calon pemilih. Persamaan
karya ilmiah Triyatmi dengan penulis yaitu sama-sama mengkaji gaya bahasa,
tetapi dalam simpulan karya ilmiah Triyatmi tidak ditemukan gaya bahasa
adalah kain rentang kampanye pemilu 2004, sedangkan penulis objek yang diteliti
adalah Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.
8
ditulisnya yaitu antarsastra dan nilai kehidupan terdapat interaksi yang kuat.Jadi
antara nilai sastra dan nilai-nilai didik merupakan dua fenomena sosial yang saling
penting.Dalam cerita rakyat tersebut, nilai didik yang terkandung adalah nilai
moral, religius, sosial, dan budaya. Persamaan karya ilmiah Endang Lindiarti
Analisis Gaya Bahasa Perbandingan dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
2. Hakikat Sastra
Sastra berasal dari bahasa sansakerta shastra yang artinya adalah "tulisan
yang mengandung intruksi" atau "pedoman". Dari makna asalnya dulu, sastra
meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti
catatan ilmu pengetahuan, kitab - kitab suci, surat - surat, undang - undang, dan
sebagainya. Sastra dalam arti khusus yang digunakan dalam konteks kebudayaan,
adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai
hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan
merupakan bentuk dari konfiks ke-an dan susastra. Menurut Teeuw (1988: 23)
9
kata susastra berasal dari bentuk su + sastra. Kata sastra dapat diartikan sebagai
alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau pengajaran. Awalan su-
pada kata susastra berarti “baik, indah” sehingga susastra berarti alat untuk
mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau pengajaran yang baik dan indah.
Kata susastra merupakan ciptaan Jawa atau Melayu karena kata susastra tidak
atau “hal yang berhubungan dengan”. Secara etimologis istilah kesusastraan dapat
diartikan sebagai kumpulan atau hal yang berhubungan dengan alat untuk
mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran, yang baik dan indah.
Bagian “baik dan indah” dalam pengertian kesusastraan menunjuk pada isi yang
disampaikan (hal-hal yang baik; menyarankan pada hal yang baik) maupun
3. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedang yang dimaksud dengan
mental manusia
(1) Prosa
Kata prosa diambil dari bahasa Inggris, prose. Kata ini sebenarnya
memiliki pengertian yang lebih luas, tidak hanya mencakup pada tulisan yang
digolongkan sebagai karya sastra, tapi juga karya non fiksi, seperti artikel, esai,
dan sebagainya. Agar tidak terjadi kekeliruan, pengertian prosa ini dibatasi pada
prosa sebagai genre sastra. Prosa menurut KBBI adalah karangan bebas (tidak
teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse). Prosa yang
sejajar dengan istilah fiksi (arti rekaan) dapat diartikan karya naratif yang
dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi bersifat imajiner. Hal ini
berbeda dengan karya nonfiksi. Dalam nonfiksi tokoh, peristiwa, dan latar bersifat
a) Prosa lama: prosa lama umumnya tidak diketahui nama pengarangnya. Prosa
Prosa lama berisi petuah atau nasehat dalam kehidupan sehari-hari. Yang
11
termasuk ke dalam jenis prosa lama antara lain: Dongeng, cerita rakyat, kisah,
b) Prosa baru: prosa baru adalah prosa yang diciptakan pada masa sekarang.
Umumnya prosa baru diketahui secara pasti nama penulis aslinya. Yang
termasuk ke dalam jenis prosa baru antara lain: novel, roman, biografi, dan
cerpen.
(2) Fiksi
tahun 1920 terbitlah karya sastra berupa prosa seperti novel, cerpen, drama dan
lain sebagainya. Angkatan ini dikenal dengan Angkatan Balai Pustaka, karya
karya novelis Indonesia yang terkenal pada masa ini adalah Siti Nurbaya, Salah
keras atas banyak sensor oleh Penerbit Balai Pustaka. Karya-karya yang terkenal
pada masa ini adalah Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Belenggu dan Di
bawah Lindungan Ka'bah. Lalu muncullah Angkatan '45, angkatan ini lebih
adalah : Chairil Anwar, Idrus, dan Trisno Sumardjo. Angkatan berikutnya adalah
Angkatan 1950-1960. Ciri karya sastra dari angkatan ini di dominasi oleh Cerpen
dan Puisi.
realisme-sosialis Karya yang terkenal pada masa ini adalah Mochtar Loebis,
Ramadhan K.H, dan W.S. Rendra Dan berikutnya datanglah Angkatan 1966-1970
terkenal pada masa ini adalah : Taufik Ismail, Umar Kayam, dan Titis Basino.
zaman ini adalah Nh. Dini dan Pipiet Senja. dan berikutnya adalah Angkatan
Reformasi. Pada masa ini banyaknya karya sastra berupa Novel, Cerpen, dan Puisi
yang bertemakan sosial dan politik. Dan terakhir adalah Angkatan 2000-an.
b. Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti
sebuah barang baru yang kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek
dalam bentuk prosa‟. (Nurgiyantoro, 2005: 9). Dalam bahasa Latin kata novel
berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti
baru.Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis lain, novel ini baru
yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen dan patut ditinjau kembali.
13
Badudu J.S, 1984 :51 menyatakan nama cerita rekaan untuk cerita-cerita
dalam bentuk prosa seperti: roman, novel, dan cerpen. Ketiganya dibedakan bukan
pada panjang pendeknya cerita, yaitu dalam arti jumlah halaman karangan,
melainkan yang paling utama ialah digresi, yaitu sebuah peristiwa-peristiwa yang
secara tidak langsung berhubungan dengan cerita peristiwa yang secara tidak
langsung berhubungan dengan cerita yang dimasukkan ke dalam cerita ini. Makin
bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel
tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam kedudukan yang
berbeda.
cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak
mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang dan lebih
banyak novel Indonesia yang digarap secara mendalam, baik itu penokohan
tentang tempat atau ruang, sehingga tidak mengherankan jika keberadaan manusia
tentunya berkaitan dengan dimensi ruang atau tempat, sedangkan tokoh dalam
14
membutuhkan waktu yang lama, apalagi jika penulis menceritakan tokoh mulai
Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin menikmati cerita
yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan mendapatkan kesan secara
umum dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca sebuah novel yang
terlalu panjang yang dapat diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap
pembaca untuk mengingat kembali cerita yang telah dibaca sebelumnya. Hal ini
akan terputus.
khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang adalah
b. Ciri-ciri Novel
a. Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman.
b. Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat dengan ramuan
fiksi pengarang.
c. Penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang batang tubuh
cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang bersifat otonom
d. Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema bawahan
karakter tokoh lainnya.Selain itu, dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan
beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap. Pendapat tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel adalah cerita yang lebih panjang dari
cerita pendek, diambil dari cerita masyarakat yang diolah secara fiksi, serta
menarik pembaca atau penikmat karya sastra karena cerita yang terdapat di
c. Macam-macam Novel
keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang
novel. Nurgiyantoro (2005: 16) membedakan novel menjadi novel serius dan
novel popular.
16
1) Novel Populer
dirinya.
telah terjadi seperti zaman Balai Pustaka yaitu karya Marco Kartodikromo. Pada
zaman Orde Baru, karya-karya Pramudya Ananta Toer atau kasus cerpen karya
Ki Panji Kusmin, Langit Makin Mendung, menjadi contoh yang terlarang pula.
Sementara itu, karya sastra yang dipisahkan adalah karya sastra daerah yang
ditulis dalam bahasa daerah.Dalam posisi itu, karya sastra yang diremehkan
popular adalah cerita yang bisa dibilang tidak terlalu rumit. Alur cerita yang
mudah ditelusuri, gaya bahasa yang sangat mengena, fenomena yang diangkat
terkesan sangat dekat. Hal ini pulalah yang menjadi daya tarik bagi kalangan
juga mempunyai jalan cerita yang menarik, mudah diikuti, dan mengikuti selera
2) Novel Serius
Novel serius atau yang lebih dikenal dengan sebutan novel sastra
merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas dibicarakan dalam sejarah
harus sanggup memberikan segala sesuatu yang serba mungkin, hal itu yang
yang dikemukakan.
Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel
serius, jika ingin memahaminya dengan baik diperlukan daya konsentrasi yang
tinggi disertai dengan kemauan untuk itu.Novel jenis ini, di samping memberikan
pembaca atau paling tidak mengajak pembaca untuk meresapi dan merenungkan
pembaca yang berminat pada novel sastra ini.Meskipun demikian, hal ini tidak
18
dari waktu ke waktu. Misalnya, roman Romeo Juliet karya William Shakespeare
atau karya Sutan Takdir, Armin Pane, Sanusi Pane yang memunculkan polemik
yang muncul pada dekade 30-an yang hingga saat ini masih dianggap relevan dan
serius adalah novel yang mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara
penyajian yang baru pula. Secara singkat disimpulkan bahwa unsur kebaruan
sangat diutamakan dalam novel serius. Di dalam novel serius, gagasan diolah
dengan cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius membutuhkan
sesuatu yang baru dan memiliki ciri khas daripada novel-novel yang telah
demikian stylistics dapat diterjemahkan dengan ilmu tentang gaya yang erat
yang walaupun tidak secara eksklusif, terutama pemakaian bahasa dalam sastra.
Gaya dalam ini tentu saja mengacu pada pemakaian atau penggunaan
bahasa dalam karya sastra (Damayanti.D. 2013). Sebelum ada stilistika, bahasa
muncul dalam karya sastra, karena sastra memang syarat dengan unsur
estetik.Segala unsur estetik ini menimbulkan manipulasi bahasa, plastik bahasa dan
2003: 71)
bagian dari suatu bahasa tertentu.Hubungan antara bahasa dan sastra sering
umum yang tampak dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya.Dengan
keindahan dan sekaligus membawa makna. Gaya bahasa sastra berbeda dengan
gaya bahasa sehari-hari. Gaya bahasa sastra digunakan untuk memperindah teks
sastra.
Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus
dan mengandung arti leksikal „alat untuk menulis‟ (Aminuddin, 2009: 72).
20
Aminuddin juga menjelaskan bahwa dalam karya sastra istilah gaya mengandung
menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan
makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.
dengan cara pengarang dalam kreasi cipta sastra, dengan demikian akan
menunjukkan adanya perbedaan meskipun dua pengarang itu berangkat dari satu
tatanan yang bersifat lugas, jelas, dan menjauhkan unsur-unsur gaya bahasa yang
keindahan dan bukan hanya nuansa makna tertentu saja. Oleh sebab itulah
masalah gaya dalam sastra akhirnya juga berkaitan erat dengan masalah gaya
digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra, dan
ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks
15 tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi, secara
tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra
21
tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas
dan citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang
saluran, tetapi alat yang menggerakkan sekaligus menyusun kembali dunia sosial
itu sendiri.Gaya bahasa baik bagi penulis maupun pembaca berfungsi untuk
dengan demikian memperkaya cara berpikir, cara pemahaman, dan cara perolehan
mendukung gagasan secara tepat yang memiliki segi estetis sebagai sebuah
yang berasal dari imajinasi dan kreatifitas pengarang dalam pengungkapan bahasa
dan gagasan sangat menentukan keefektifan wacana atau karya yang dihasilkan.
Hal ini bisa dikatakan bahwa bahasa akan menentukan nilai kesastraan yang akan
diciptakan.
dengan menggunakan bahasa dengan memanfaatkan semua media yang ada dalam
bahasa. Gaya berbahasa dan cara pandang seorang pegarang dalam memanfaatkan
dan menggunakan bahasa tidak akan sama satu sama lain dan tidak dapat ditiru
oleh pengarang lain karena hal ini sudah menjadi bagian dari pribadi seorang
pengarang. Kalaupun ada yang meniru pasti akan dapat ditelusuri sejauh mana 16
persamaan atau perbedaan antara karya yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
dapat diketahui mana karya yang hanya sebuah jiplakan atau imitasi.
dan konteks pemakaiannya. Pemakaian gaya dalam sastra selalu dikaitkan dengan
konteks yang melatar belakangi pemilihan dan pemakaian bahasa. Semua gaya
bahasa itu berkaitan langsung dengan latar sosial dan kehidupan di mana bahasa
itu digunakan.
bahasanya telah direkayasa dan dioles sedemikian rupa. Dari polesan itu
pemakaian gaya bahasa harus didasari penuh oleh pengarang. Bukan hanya suatu
dikatakan jika pengarang pandai bersilat bahasa, kaya, dan mahir dalam
menggunakan stilistika maka karyanya akan semakin mempesona dan akan lebih
berbobot. Stilistik adalah penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya
pengarang dalam mengolah kata-kata. Jangkauan gaya bahasa sangat luas, tidak
hanya menyangkut masalah kata tetapi juga rangkaian dari kata-kata tersebut yang
meliputi frasa, klausa, kalimat, dan wacana secara keseluruhan (Keraf, 2006: 112)
keberhasilan, keindahan, dan kemasuk akalan suatu karya yang merupakan hasil
ekspresi diri
mediating between linguistics and literary criticism. Its concern can be simply and
bahasa sastra adalah disiplin mediasi antara linguistik dan kritik sastra.Disisi
laindapat sederhana dan secara luas didefinisikan sebagai tematik dan artistik
termotivasi pilihan verbal”). Dengan kata lain, objek tersebut adalah untuk
mengetahui nilai-nilai tematik dan estetika yang dihasilkan oleh linguistik bentuk,
nilai-nilai yang menyampaikan visi penulis, nada dan sikap, yang bisa
untuk karakterisasi dan membuat fiksi realitas fungsi lebih efektif dalam kesatuan
tematik.
pengertian gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam menyatakan pikiran
dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini
Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapat efek-
efek tertentu. Oleh karena itu, penelitian gaya bahasa terutama dalam karya sastra
yang diteliti adalah wujud (bagaimana bentuk) gaya bahasa itu dan efek apa yang
tersebut dalam karya sastra. Gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan
meskipun tidaklah terlalu luar biasa, namun unik karena selain dekat dengan
watak dan jiwa penyair juga membuat bahasa digunakannya berbeda dalam
pribadi.
yang ingin disampaikan. Dengan gaya bahasa tertentu pula seorang pengarang
denganitu pula ia menyentuh hati pembacanya. Karena gaya bahasa itu berasal
dari dalam batin seorang pengarang maka gaya bahasa yang digunakan oleh
sinis memberi kemungkinan gaya bahasaya sinis dan ironis. Seorang yang gesit
dan lincah juga akan memilki gaya bahasa yang hidup dan lincah.
Perrin (dalam Tarigan, 2013: 141) membedakan gaya bahasa menjadi tiga.
Gaya bahasa tersebut yaitu: (1) perbandingan yang meliputi metafora, kesamaan,
dan analogi; (2) hubungan yang meliputi metonomia dan sinekdoke; (3)
25
pernyataan yang meliputi hiperbola, litotes, dan ironi. Nurgiyantoro (2003: 175)
membedakan gaya bahasa menjadi tiga. Gaya bahasa tersebut antara lain: (1)
pertentangan yang meliputi hiperbola, litotes, dan ironi; (3) pertautan yang
menjadi lima golongan, yaitu: (1) gaya bahasa penegasan, yang meliputi repetisi,
eufemisme, pars pro toto, epitet, eponym, dan hipalase; (3) gaya bahasa
prosteron, dan okupasi; (4) gaya bahasa sidiran meliputi ironi, sinisme, innuendo,
melosis, sarkasme, satire, dan antifarsis; (5) gaya bahasa perulangan meliputi
gaya bahasa dapat dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu: (1) gaya bahasa
perbandingan, (2) gaya bahasa perulangan, (3) gaya bahasa sindiran, (4) gaya
bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan yang lain dengan
mempunyai persamaan sifat (bentuk) dari dua hal yang dianggap sama.
dan hipalase.
a. Hiperbola
besarkan suatu hal. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan dari
b. Metonomia
Keraf (2006: 142) berpendapat bahwa metonomia adalah suatu gaya bahasa
yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain karena
adalah penggunaan bahasa sebagai sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan
tersebut.
penamaan terhadap suatu benda dengan menggunakan nama yang sudah terkenal
atau melekat pada suatu benta tersebut, contoh: ayah membeli kijang.
27
c. Personifikasi
d. Perumpamaan
berlainan dan yang dengan sengaja kita anggap sama. Gaya bahasa perumpamaan
dapat disimpulkan yaitu perbandingan dua hal yang hakikatnya berlainan dan
yang sengaja dianggap sama. Terdapat kata laksana, ibarat, dan sebagainya yang
Dengan kata lain, setiap kalimat yang dipakai dalam gaya bahasa
perumpamaan, tidak dapat disatukan, dan hanya bisa dibandingkan. Hal tersebut
akan terlihat jelas pada contoh berikut ini: setiap hari tanpamu laksana buku tanpa
halaman.
28
e. Pleonasme
sama arti sekaligus, tetapi sebenarnya tidak perlu, baik untuk penegas arti maupun
hanya sebagai gaya, contoh: ia menyalakan lampu kamar, membuat supaya kamar
menjadi terang.
f. Metafora
Keraf (2006: 139) berpendapat bahwa metafora adalah semacam analogi yang
membandingkan dua hal yang secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat.
Sementara itu menurut Badudu (1984: 1) metafora juga dapat diartikan dengan
majas yang memperbandingkan suatu benda dengan benda lain. Kedua benda
yang diperbandingkan itu mempunyai sifat yang sama, dengan demikian dapat
implisit yang tersusun singkat, padat, dan rapi; contoh: generasi muda adalah
g. Alegori
perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.
lambang yang untuk pendidikan serta mempunyai kesatuan yang utuh, contoh:
29
kehidupan yang penuh dengan badai dan gelombang. Apabila suami istri, antara
nahkoda dan juru mudinya itu seia sekata dalam melayarkan bahteranya, niscaya
h. Sinekdoke
i.Eponim
Keraf (2006: 141) menjelaskan bahwa eponim adalah suatu gaya bahasa di
mana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu
sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat. Dari pendapat di atas dapat
Cleopatra.
j. Hipalase
kata yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. Maksud pendapat di
atas adalah hipalase merupakan gaya bahasa yang menerangkan sebuah kata tetapi
30
sebenarnya kata tersebut untuk menjelaskan kata yang lain., contoh: dia berenang
di atas ombak yang gelisah. (bukan ombak yang gelisah, tetapi manusianya).
B. Kerangka Pikir
studi sastra yang mengkaji Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
drama. Novel merupakan karya sastra prosa yang berbentuk cerita fiktif maupun
menggunakan alur.
Dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye
penulis akan menganalisis dari segi gaya bahasa perbandingan yang digunakan
gaya bahasa perbandingan yang digunakan oleh pengarang yaitu dalam novelnya,
serta dapat mengetahui karakteristik dari pengarang untuk menarik para pembaca
dalam memahaminya.
Untuk memahami lebih jelas, berikut gambaran bagan kerangka pikir dalam
penelitian ini:
31
Karya Sastra
Gaya Bahasa
a. Perumpamaan
bHiperbola
c. Personifikasi
d. Metafora
Analisis
Temuan
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat penelitian tidak terikat pada satu tempat karena objek yang dikaji
berupa naskah (teks) sastra, yaitu Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin Karya Tere Liye.Penelitian ini bukan penelitian yang analisisnya bersifat
statis melainkan sebuah analisis yang dinamis yang dapat terus dikembangkan.
1. Data
Data yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi.
kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Metode analisis isi yang
digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen, dalam penelitian ini dokumen
yang dimaksud adalah novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
2. Sumber Data
Dokumen yang digunakan adalah Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin Karya Tere Liye cetakan ke-5 berjumlah 264 halamanan yang diterbitkan
32
33
Teknik pegumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye secara
bahasa perbandingan.
model analisis mengalir, yang meliputi tiga komponen, yaitu 1) reduksi data; 2)
tiga komponen yang saling terjalin dengan baik, yaitu sebelum, selama dan
1. Reduksi data
Pada langkah ini data yang diperolah dicatat dalam uraian yang
penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan
masalah yang akan dianalisis, dalam hal ini tentang gaya bahasa perbandingan
yang terdapat di dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
yang mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.
2. Sajian data
Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara
Pada tahap ini dibuat kesimpulan tentang hasil dari data yang diperoleh sejak awal
menerus mulai dari awal, saat penelitian berlangsung, sampai akhir laporan.
35
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan dalam Bab II bahwa gaya bahasa adalah
perbandingan adalah gaya bahasa yang berusaha membuat ungkapan dengan cara
membandingkan sesuatu atau keadaan dengan hal yang lain. Maka dari itu, berikut
Gaya bahasa yang akan dianalisis dalam novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin yaitu gaya bahasa terbagi atas kelompok, yakni;
Agar sistematis dan konkret, maka dalam penyajian analisis data penulis
perbandingan yang digunakan Tere Liye dalam novelnya yang berjudul Daun yag
35
36
sesuatu sama dengan hal yang lain. Pemanfataan gaya bahasa bentuk perumpamaan
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye dapat dibedakan dari kata
(1) Sekeliling kami seperti membeku oleh tarian lampu mobil, sementara
dia memang
(Hal. 102)
pembanding seperti. Pada data (1) Sekeliling kami seperti membeku oleh tarian
lampu mobil, sementara wajahku dan dia terlihat tersenyum indah di foto
lampu yang menyala diibaratkan wajah dan dia terlihat tersenyum di foto bersama.
mirip mulutnya seperti mitraliur yang artinya senapan mesin yang siap memakan
korbannya.
arti perasaan yang dialami Tania sama halnya si kura-kura lambat dalam
pergerakan.
Pada data (4) Kenapa galau perasaanku mirip seperti kematian ibu.Maksud
dari pernyataan tersebut yakni menyamakan keadaan Tania yang merasa kesepian
Pada data (5) Aku akan terbang seperti sehelai daun. Pernyataan tersebut
mengandung makna aku (Tania) menyamakan dirinya terbang seperti sehelai daun
tanpa beban.
(6) Aku mendesah, teringat kalimat itu, “Kebaikan itu seperti pesawat
telepon genggam terinduksi saat pesawat itu lewat.” Bagai garpu tala
(8) Kakiku seperti di ikat sejuta tali temali saat beranjak berdiri. (Hal.
189)
(9) Ya,Tuhan cepat sekali terbentuk jarak di antara kami. Seperti bumi
teringat kalimat itu, “Kebaikan itu seperti pesawat terbang, Tania. Jendela-
pesawat itu lewat”. Mengibaratkan kebaikan itu seperti pesawat terbang meleset
Pada data (7) Tubuhku langsung kaku. Amat berat leherku menoleh,
Pada data (8) Kakiku seperti di ikat sejuta tali temali saat beranjak
pengarang mengumpamakan kaki (Tania) seperti di ikat sejuta tali temali saat
beranjak berdiri.
Pada data (9) Ya,Tuhan cepat sekali terbentuk jarak di antara kami.
Tania dengan Danar sama dengan bumi yang merekah. Yang menggunakan kata
pembanding.
Pada data (10) Di otak Anne sepertinya semua kejadian ini seperti
Anne semua kejadian yang terjadi sama halnya dengan permainan perang-
(Hal.109)
(Hal.205)
(13) Semua perasaan ini kembali bagai seribu anak panah yang
apa yang dialami oleh tokoh-tokohnya.Selain itu juga untuk membuat cerita
seakan-akan lebih hidup dan sesuai dengan kenyataannya. Penggunaan kata bagai
pada data (11) Waktu benar-benar berlalu melesat bagai desingan peluru
Pada data (13) Semua perasaan ini kembali bagai seribu anak panah yang
(14) Tak ada rumah kardus kami yang dulu seperti monumen,menjadi
(16) Daun berbentuk hati yang kuning mengening. Seperti hatiku yang
(18) Di setiap kalimat aku terpaksa berhenti karena hatiku perih seperti
Pada data (14) Tak ada rumah kardus kami yang dulu seperti
Pada data (16) Daun berbentuk hati yang kuning mengening. Seperti
sudah menguning dibuat kesamaan dengan hati Tania tiba – tiba kering.
Pada data (17) Perasaan hatinya sudah terang benderang seperti purnama
Pada data (18) Di setiap kalimat aku terpaksa berhenti karena hatiku perih
Tania kepada Danar terhenti oleh kalimat-kalimat yang diucapkan Tania sama
2. Hiperbola
penggunaan gaya bahasa hiperbola dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye adalah dapat dilihat pada data-data berikut ini :
42
(Hal.7)
(20) Hujan deras turun membungkus kota ini. Suara jutaan butir air yang
(21) “Tahukah kau, aku bisa menghentikan hujan ini!” Adi berteriak
(22) Tenang, Kakak tenang saja. Dede sudah pasang beker di perut Tania.
. (hal. 90)
pembaca bahwa apa yang dialami oleh tokoh cerita benar-benar bisa ikut
apa yang di alami oleh tokoh tersebut ( Tania ) membuat perasaannya seakan –
Pada data (20) Hujan deras turun membungkus kota ini. Suara jutaan butir
air yang menghunjam bumi terdengar keras hingga ke dalam. Adi yang kebetulan
turun hujan yang begitu lebat. Dan suara jutaan air yang turun dari langit begitu
43
mencari novel.
Pada data (21) “Tahukah kau, aku bisa menghentikan hujan ini!” Adi
berteriak meningkahi suara air menimpa bebatuan dan suara klakson mobil yang
menceritakan bahwa tokoh Adi seorang yang keras kepala dia tidak
mempedulikan suara klakson mobil dan seolah- olah dia dapat menghentikan
hujan.
Pada data (22) Tenang, Kakak tenang saja. Dede sudah pasang beker di
(Dede) Tania benar-benar rakus dalam hal makanan hal ini dapat diketahui dia
mengetahui kapan waktunya makan saat beker yang berdering di dalam meminta
untuk makan.
(25) Kau membunuh perasaan ini seketika tanpa ampun saat pertama kali
bersemi.
(Hal. 249)
Pada data (23) Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku
melukiskan suatu kemarahan terhadap seorang Tania ketika dia membaca e-mail
Pada data (25) Kau membunuh perasaan ini seketika tanpa ampun saat
Tania saat pertama kali merasakan getaran cinta terhadap Danar namun dalam
3. Personifikasi
barang yang tak bernyawa atau ide abstrak. Adapun penggunaan gaya bahasa
personifikasi dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membeci Angin karya
mana.(Hal.197)
Pada data (26) Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Pada
angin merengkuhnya melekatkan pada sifat insani kepada sesuatu yang abstrak.
Pada data (28) Angin malam memainkan anak rambut. Pada pernyataan
4. Metafora
pembanding : seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebagainya. Adapun gaya bahasa
metafora dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dapat
(29) Dan kau bahkan memutuskan untuk menyiram mati hingga ke akar-
atau klausa tersebut ada dua hal yang berbeda yang diperbandingkan secara
langsung sehingga seolah – olah sama persis dengan hal lain yang digunakan
sebagai pembanding. Pada data (29) Dan kau bahkan memutuskan untuk
dibandingkan matinya akar pohon , karena perasaan yang dialami oleh Tania
sangatlah sakit yang menyebabkan matinya perasaan itu hingga ke akar – akarnya.
46
B. Pembahasan
Karya sastra merupakan salah satu wadah yang sangat berperan penting
untuk menggali nilai-nilai kultural. Selain itu juga dapat memperkaya khazanah
ilmu pengetahuan. Karya sastra juga memiliki korelasi sosial dari hasil interaksi
Dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere
Liye merupakan salah satu novel best seller penulis yang terkemuka di Indonesia.
Beliau mampu menuangkan ide gagasan lewat tulisannya. Dan bagi pembaca yang
membaca karyanya akan larut dalam setiap peristiwa yang di alaminya. Salah
satunya novel yang analisis oleh penulis. Rangkaian kata yang di tuangkan begitu
indah dengan memperkaya gaya bahasa yang terdapat dalam novel tersebut.
Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye
merupakan novel yang sarat dengan konflik, ditulis dengan gaya yang menarik.
Novel tersebut terdiri dari 264 halaman, di terbitkan oleh PT Gramedia Pustaka
Utama .Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin mengangkat tema
yang sangat menarik yaitu tentang perasaan yang terpendam dan semua gejolak
permasalahan kehidupan.
Seperti dalam judul novel tesebut seorang wanita dan lelaki yang saling
memendam perasaan satu sama lain, namun tak pernah saling mengungkapkan.
rasa yang terus menerus tumbuh seiring dengan berjalannya kehidupan. Pada
akhirnya perasaan satu sama lain tidak dapat di satukan. Mereka berdua hanya
47
mengharap budi sekalipun. Namun, Tania hanya membalas semua itu dengan
Pemilihan dan pemakaian gaya bahasa atau majas pada data-data yang
pada novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yaitu meliputi majas
metafora.
berbeda dengan pengarang lain. Pemilihan dan pemakaian majas yang begitu
Tere Liye langsung membidik pusat kesadaran terhadap pembaca. Tere Liye
melalui novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin memiliki kekhasan
dan keunikan tersendiri dalam pemilihan dan pemakaian kosakata dan gaya
bahasa atau majas. Hal itu menjadikan style tersendiri bagi Tere Liye sebagai
Tere Liye dalam novelnya berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye
Bahasa
189(2),190, 228,
244, 249
Jumlah 29 100%
perumpamaan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
sebanyak 18 kali atau 62,06 %. Gaya bahasa hiperbola sebanyak 7 kali atau
24,13%, gaya bahasa personifikasi sebanyak 3 kali atau 10,34%, dan gaya bahasa
49
metafora sebanyak 1 kali atau 3,44 %. Jadi jumlah gaya bahasa perbandingan
yang digunakan oleh Tere Liye dalam novelnya yang berjudul Daun yang Jatuh
BAB V
A. Simpulan
Pemakaian gaya bahasa dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
mengesankan, lebih hidup, lebih jelas, dan lebih menarik. Beberapa gaya
hiperbola ada 7 data, personifikasi ada 3 data, dan metafora ada 1 data.
efek estetis pada pembaca. Tere Liye mampu memilih dan memanfaatkan
B. Saran
berkembang.
50
51
KORPUS DATA
A. Majas Perumpamaan
11. 109
Waktu benar-benar berlalu melesat bagai desingan peluru.
12. 205
Perasaan masing-masing sudah jelas bagai bintang di
langit.
13. Semua perasaan ini kembali bagai seribu anak panah yang 252
menghunjam.
14. Tak ada rumah kardus kami yang dulu seperti 231
monumen,menjadi landmark di tanah seluas setengah
hektar itu.
15. Bentuk daunnya sempurna seperti sebungkah hati. 232
perut Tania. .
5. 230
Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku
memutuskan pulang segera ke Jakarta.
6. Hatiku pedih menggelembungkan kemarahan. 244
7. 249
Kau membunuh perasaan ini seketika tanpa ampun saat
pertama kali bersemi.
C. Personifikasi
D. Metafora
SINOPSIS
terlahir dari rahim yang sama yang putus sekolah selama tiga tahun dan
merasakan kepahitan hidup pula. Kepahitan hidup itu bermula ketika ayah mereka
meninggal, Tania pada saat itu berumur delapan tahun dan Dede berumur tiga
tahun. Tania, Dede, dan Ibu sudah tidak bisa lagi mengontrak rumah itu karena
kebingugan harus tinggal di mana, mereka tak mempunyai keluarga. Dan akhirnya
bertahan hidup bersama Tania dan Dede. Tania dan Dede pun harus mengamen
sepanjang jalan, dan menatap iri ketka melihat anak-anak seumuran mereka
Pada suatu malam, pada saat mengamen, disaat lelahnya di bus kota tiba-
tiba kaki Tania tertancap paku. Wajar saja kaki Tania tertancap paku, Tania dan
Dede tidak memakai alas kaki, maka dengan mudahnya kaki mereka akan mudah
tertancap paku. Pada peristiwa dan malam itulah mereka bertemu seorang pria
dengan wajah menyenangkan bernama Danar. Dia menolong Tania yang sedang
56
meringis kesakitan. Membantu mencabut paku yang masih menancap pada kaki
berwarna putih yang dikeluarkan dari saku celananya dan dibalutkan pada luka
kaki Tania. Kemudian Danar memberikan beberapa uang sepuluh ribuan kepada
luka yang masih terasa perih pada kaki Tania. Pada saat mengamen itu, Tania dan
Dede bertemu kembali dengan Danar. Dan Danar memberikan hadiah kepada
Tania dan Dede yaitu sepasang sepatu dan kaos kaki. Dede seketika langsung
menerimanya. Malam itu mereka terlihat lucu, dengan pakaian yang kotor
memakai kaos kaki putih dan sepatu yang bagus. Malam itu mereka berbincang-
bincang, saling berkenalan. Terihat sangat akrab. Dan Danar pun mengantarkan
Dede, dan salah satu kabar bahagia itu adalah Tania dan Dede akan kembali
sekolah, semua itu berkat dukungan Danar, dan Danar pula yang akan membiayai
mereka. Saat itu Tania benar-benar bahagia dan berterima kasih kepada Danar.
57
Meskipun Tania dan Dede sudah kembali sekolah, namun mereka tetap
mengamen seperti biasanya seusai pulang sekolah sampai sebelum magrib tiba..
saja tanpa diobati. Seminggu kemudian Ibu kembali bekerja menjadi tukang cuci.
Dari penghasilan sebagai tukang cuci, hasil Tania dan Dede mengamen, juga
membaik.
itu. Memberikan beberapa makanan dan juga hadiah, tidak terlepas memberikan
bantuan beberapa kebutuhan untuk mereka. Namun, pada suatu hari Danar
mebawa teman istrinya yang bernama Ratna. Semenjak hari itu Ratna merebut
semua posisi Tania, dan Tania pun merasa kesal dan tersisihkan atas kehadiran
Ratna. Tania sangat cemburu. Ratna selalu hadir dan ikut kemana pun Danar
pergi, bahkan ketika mereka pergi ke Dufan sebagai hadiah untuk Dede karena
Beberapa minggu kemudian, tiba-tiba Ibu tak sadarkan diri sakit parah dan
dibawa ke rumah sakit. Tania dan Dede sangat kaget dan merasakan takut.
Beruntung Danar selalu siap siaga menjaga mereka. Dan tidak pernah disangka,
58
bagai petir di siang bolong. Ibu meninggal, usaha kuenya terhenti. Kini dua anak
kecil pengamen itu menjadi yatim-piatu. Dan Danar pun mengurus Tania dan
untuk tempat tinggal Danar, Tania, dan Dede. Kemudian Tania pun lulus sekolah
SMAnya, Tania harus hidup mandiri di sana, meninggalkan Dede, Danar, dan
Setelah berjuang dengan keras akhirnya Tania lulus SMA dengan hasil
ujian terbaik melampaui 0,1 digit nomor satu orang yang selalu membuatnya
pendidikan yang lebih tinggi di NUS dengan beasiswa hingga lulus dan bebas
memilih jurusan apa pun sesuai dengan apa yang Tania inginkan. Sedangkan
Dede kini melanjutkan pendidikannya kuliah di dekat tempat tinggal mereka. Dan
Hari-hari menyakitkan pun sangat dirasakan oleh Tania, dan ketika liburan
NUS Tania memutuskan untuk tidak pulang. Pernikahan Danar dan Ratna tinggal
hanya sementara. Hal ini dikarenakan perubahan Danar berubah drastis. Pada
menceritakan keadaan rumah tangganya kepada Tania membuat Tania kaget tidak
tahu masalah yang sebenarnya dengan bantuan Dede. Dan tidak disangka akhirnya
teka-teki itu mulai bermunculan. Danar benar-benar berubah tidak ada lagi wajah
yang menyenangkan itu, selalu pulang larut malam, dan sikapnya menjadi dingin.
Tania pun tahu dari Dede bahwa Danar pun mempunyai perasaan yang sama
seperti Tania. Seperti liontin yang pernah Tania dapatkan dari Danar ternyata itu
menangis dan membicarakannya dengan suara tersendat. Danar hanya diam dan
60
sudah terlambat, cinta itu sangat membuat mereka menyesakkan. Kini Ratna
pernikahannya itu. Tania pun telah menerima semua keadaannya itu, mencoba
memahaminya. Cinta tak harus memiliki. Tania akan kembali lagi ke Singapura,
dan tidak akan kembali lagi. Meninggalkan Dede, Danar, Ratna, toko buku, semua
“Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari
bahasa India dengan arti : untukmu, untuk-Mu, dan nama aslinya adalah
Darwis. Tere-Liye lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Tere liye mempunyai seorang
istri yang bernama Riski Amelia, dan dikaruniai anak yang bernama Abdullah
Psai. Lahir dan besar di pedalaman Sumatera, berasal dari keluarga petani, anak
keenam dari tujuh bersaudara. Darwis berasal dari Sumatra Selatan, Indonesia.
4. Fakultas Ekonomi UI
terlihat dari sedikitnya informasi yang pembaca dapat melalui bagian “tentang
penulis” yang terdapat pada bagian belakang sebuah novel. Agak sulit ketika
mencari tahu tentang Tere-Liye. Tere Liye telah menghasilkan 14 buah novel.
Yaitu:
2010
Umum, 2006)
Tere-liye tidak seperti penulis lain yang biasanya memasang foto, contact
person, profil lengkap pada setiap bukunya sehingga ketika buku/novel tersebut
meledak biasanya langsung membuat penulis tersebut terkenal dan diundang serta
bahwa hidup ini sederhana melalui tulisannya. Semua novel Tere- Liye memiliki
DAFTAR PUSTAKA
Argesindo.
Damayanti. D. 2013. Buku Pintar Sastra Indonesia: Puisi, Sajak, Syair dan Majas.
Yogyakarta: Araska
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Angkasa
2
pendidikan di SMP Negeri 3 Pitumpanua dan tamat pada tahun 2009. Kemudian
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Pitumpanua dan tamat pada tamat pada
tahun 2012. Ditahun yang sama pula penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Berbekal semangat, kerja keras, doa serta kasih sayang kedua orang tua, atas izin
Allah SWT penulis mengakhiri perkuliahan dengan menyusun karya tulis ilmiah yang
berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye.