tp
s:
//p
ek
al
on
ga
nko
ta
.b
ps
.go
.id
ht
tp
s:
//p
ek
al
on
ga
nk
ot
a.
bp
s.
g o.
id
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
KOTA PEKALONGAN 2020
ISBN : 978-602-6415-74-5
id
Jumlah Halaman/ Total Pages : xii + 58 halaman
go.
s.
Naskah/ Manuscript :
bp
Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan/ BPS – Statistics of Pekalongan
a.
Municipality
ot
nk
Municipality
al
ek
Penyusun:
Diah Tri Pujiastuti
Gambar Kulit:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
id
g o.
s.
Tata Letak:bp
Diah Tri Pujiastuti
a.
ot
nk
ga
Penyunting:
on
Rahyudin
al
ek
Misbah
//p
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//p
ek
al
on
ga
nk
ot
a.
bp
s.
g o.
id
( KATA PENGANTAR )
id
o.
yang sangat luas yang tidak semua aspeknya dapat diukur. Isi dari publikasi ini hanya
g
s.
mencakup pada aspek-aspek yang dapat diukur dan tersedia datanya. Untuk memudahkan
bp
interpretasi, perubahan taraf kesejahteraan yang luas itu disajikan dengan tabel-tabel sesuai
a.
ot
dengan data yang tersedia yang menjadi acuan dalam upaya penyusunan publikasi ini.
nk
ga
Kepada semua pihak, terutama masyarakat Kota Pekalongan yang telah meluangkan
on
waktunya menjadi responden, dan berbagai pihak yang telah berpartisipasi sampai dengan
al
ek
terbitnya publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
//p
s:
Tentu tak ada gading yang tak retak, maka saran dan kritik untuk penyempurnaan publikasi
tp
Rahyudin
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................ ix
INFOGRAFIS………………………………………………………………… .. xi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 3
1.1. Ruang Lingkup......................................................................... 3
1.2. Maksud dan Tujuan.................................................................. 4
1.3. Sistematika Penyajian .............................................................. 4
1.4. Sumber Data............................................................................. 5
id
o.
BAB II. KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ............. 9
g
s.
2.1. Pertumbuhan dan Sebaran Penduduk.......................................
bp 9
2.2. kepadatan penduduk per kecamatan ........................................ 10
a.
2.3.Penduduk menurut kelompik umur dan dependecy ratio ......... 10
ot
2.4. Perkawinan............................................................................... 12
nk
Halaman
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Kota Pekalongan
Tahun 2018-2020.................................................................................. 9
id
g o.
s.
Tabel 2.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan
bp
Kota Pekalongan tahun 2018-2020 ......................................................... 13
a.
ot
nk
Tabel 2.5. Child Woman Rate (CWR) di Kota Pekalongan Tahun 2018-2020……. 14
ga
on
al
ek
Tabel 3.1. Rasio Antara Murid Terhadap Sekolah dan Guru di Kota Pekalongan
//p
Tabel 3.3. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang 20
Pendidikan Kota Pekalongan Tahun 2018-2020 ....................................
Tabel 3.5. Rata-Rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah Penduduk Kota
Pekalongan 2018 – 2020………………………………………………. 23
Tabel 4.3. Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun Berstatus Kawin Menurut
Pemakaian Alat KB Tahun 2018-2020………………………………… 30
Tabel 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama 36
Tahun 2018-2020………………………………………………………
id
o.
Tabel 5.3. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut 39
g
Lapangan Usaha Utama Tahun 2018-2020…………………………….
s.
bp
a.
Tahun 2018-2020......................................................................................
nk
ga
on
2018-2020………………………………………………………………
ht
id
panjang yang tidak serta merta dapat dirasakan hasilnya oleh segenap lapisan
o.
g
s.
masyarakat. Data yang diperlukan dengan sendirinya haruslah mempunyai beberapa
bp
persyaratan, diantaranya yaitu yang sangat berkaitan dengan tujuan pembangunan itu
a.
ot
sendiri, yang mampu mencerminkan hal-hal yang benar dalam usaha mewujudkan
nk
tujuan pembangunan. Inti tujuan pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup dan
ga
on
kesejahteraan seluruh rakyat, untuk itulah maka diperlukan informasi dan data yang
al
memadai mengenai hal tersebut, sehingga arah pembangunan dapat diwujudkan dan
ek
//p
tepat sasaran.
s:
tp
id
Kegiatan statistik yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 16 Tahun
o.
g
1997 tentang Statistik untuk dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik adalah statistik
s.
bp
dasar yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas, untuk
a.
ot
pemerintah maupun masyarakat yang bercirikan nasional, lintas sektor dan makro.
nk
Untuk itulah data kesejahteraan rakyat perlu disajikan untuk dapat diketahui dan
ga
on
seluruh lapisan masyarakat atau belum, terutama yang menyangkut berbagai aspek
ek
//p
id
data. Namun demikian, kedua sumber data tersebut sama-sama penting, karena dapat
o.
saling menunjang dalam menggambarkan pola hubungan pada kesejahteraan
g
s.
penduduk. bp
a.
ot
nk
ga
on
al
ek
//p
s:
tp
ht
id
pertambahan sebesar 2.620 jiwa atau sebesar 0,86 persen, kemudian dari tahun 2019
o.
g
ke 2020 bertambah sebanyak 53 jiwa atau sebesar 0,85 persen. Pertumbuhan populasi
s.
tersebut disajikan pada Tabel 2.1. dibawah ini.
bp
a.
ot
Kepadatan Penduduk
id
Pekalongan Utara 14,88 5.479 5.053 5.268
o.
g
s.
Kota Pekalongan 45,25 6.701 bp 6.787 6.788
a.
Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka 2019-2021
ot
nk
Pada Tabel 2.2. dapat dilihat bahwa distribusi penduduk pada tingkat
ga
on
jumlah penduduk terpadat diantara empat kecamatan yang ada di Kota Pekalongan.
ek
//p
tahun ke tahun, tahun 2018 sebesar 9.404 Jiwa/Km2, pada tahun 2019 sebesar 9.508
tp
ht
Tahun
Variabel
id
2018 2019 2020
o.
g
(1) (2) (3) (3)
s.
Kelompok Umur bp
a.
0 – 14 74.893 74.780 72.984
ot
Dependency Ratio
al
ek
Jumlah penduduk usia muda atau yang berusia kurang dari 15 tahun, mengalami
penurunan pada tahun 2019, dari 74.893 menjadi 74.780 orang, dan pada tahun 2020
juga menurun menjadi 72.984 orang. Sedangkan pada penduduk usia 15 hingga 64
tahun, mengalami penambahan dari tahun 2018 sampai 2020, yaitu pada tahun 2018
sebanyak 213.702 orang, dan pada tahun 2020 menjadi 217.445 orang. Begitupun
panduduk usia lanjut yaitu berusia 65 tahun atau lebih, juga mengalami penambahan,
yaitu pada tahun 2018 sebanyak 15.882 orang, tahun 2019 sebanyak 16.607 orang dan
tahun 2020 mencapai 16.721 orang. Angka-angka ini dapat juga sebagai berhasilnya
menahan laju pertambahan penduduk dari segi kelahiran, karena makin berkurangnya
penduduk usia kurang dari 15 tahun.
id
adalah bahwa di tahun 2018, pada setiap 100 orang penduduk, maka ada kira-kira 42
o.
g
orang yang menjadi tanggungan penduduk usia produktif, yang terdiri dari 35 anak-
s.
bp
anak dan 7 orang lansia. Hingga tahun 2020 secara total berkurang menjadi 41,25
a.
persen yang menjadi tanggungan penduduk usia produktif, yang terdiri dari 33,56
ot
nk
persen penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun, dan 7,69 persen penduduk lansia.
ga
Atau dengan kata lain adalah bahwa di tahun 2020, pada setiap 100 orang penduduk,
on
al
maka ada kira-kira 41 orang yang menjadi tanggungan penduduk usia produktif, yang
ek
2.4. Perkawinan
ht
Penduduk usia 10 tahun atau lebih, yang berstatus Belum Kawin pada tahun
2018 sebanyak 37,67 dan pada tahun 2019 sebesar 37,16 yang kemudian pada tahun
id
2020 mencapai 35,50 persen. Pada penduduk yang berstatus Kawin, pada tahun 2018
o.
g
sebanyak 52,46 persen, kemudian pada tahun 2019 sebanyak 53,05 persen dan tahun
s.
bp
2020 bertambah menjadi 56,32 persen. Pada penduduk yang berstatus Cerai Hidup,
a.
ot
cenderung berfluktuatif setiap tahunnya, pada tahun 2018 sebanyak 1,94 persen, pada
nk
tahun 2019 naik menjadi 2,05 persen, dan pada tahun 2020 kembali turun menjadi
ga
on
1,84 persen. Penduduk yang berstatus cerai mati pada tahun 2018 sebesar 7,93 persen,
al
pada tahun 2019 sebanyak 7,74 persen, dan pada tahun 2020 sebanyak 6,34 persen.
ek
//p
s:
tp
Di Kota Pekalongan, rasio jumlah anak berusia kurang dari 5 tahun atau balita
terhadap jumlah penduduk perempuan berusia subur atau reproduksi 15 sampai
dengan 49 tahun, atau disebut sebagai Child Woman Ratio (CWR) makin berkurang.
Semakin tinggi angka CWR ini maka menunjukkan kejadian kelahiran yang semakin
tinggi. Rasio balita terhadap ibu usia subur atau reproduksi ini pada tahun 2018
mencapai 293, kemudian pada tahun 2019 yaitu 290, dan semakin berkurang pada
tahun 2020 menjadi 288. Angka ini menunjukkan bahwa tahun 2018 pada sejumlah
1.000 orang perempuan berusia subur atau reproduktif, maka terdapat 293 orang anak
berusia kurang dari atau dibawah 5 tahun atau balita. Pada Child woman rate tahun
berikutnya, yaitu tahun 2019 berkurang menjadi 290 balita, dan kemudian tahun 2020
menjadi sebanyak 288 balita.
Kecamatan CWR
id
o.
Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka 2019-2021
g
s.
bp
a.
ot
nk
ga
on
al
ek
//p
s:
tp
ht
Secara umum pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk menambah ilmu
pengetahuan, yang dalam hal ini dapat dicapai melalui bangku sekolah formal.
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan bangsa Indonesia yang termaktub
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa inilah peran aktif seluruh elemen bangsa pada bidang pendidikan sangat diperlukan.
id
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan sarana dan prasarana yang ada
o.
g
pada masing-masing jenjang pendidikan, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
s.
tinggi rendahnya tingkat partisipasi sekolah.
bp
a.
ot
Tabel 3.1. Rasio Antara Murid Terhadap Sekolah dan Guru di Kota Pekalongan
nk
Pada Tabel 3.1. diatas menurut jenjang pendidikan setara SD, pada tahun 2018 di satu
sekolah rata-rata dapat menampung 219 orang murid atau anak didik, yang kemudian pada
tahun 2019 menjadi sebanyak 215 murid, dan tahun 2020 sebanyak 217 murid. Pada jenjang
pendidikan setara SLTP pada tahun 2018, satu sekolah rata-rata dapat menampung 419
murid, dan pada tahun 2019 sebanyak 404 murid, kemudian pada tahun 2020 menampung
sebanyak 398 murid. Pada jenjang pendidikan setara SLTA, pada tahun 2018 di satu sekolah
rata-rata dapat menampung 513 murid, lalu pada tahun 2019 sebanyak 515 murid, dan pada
tahun 2020 menampung sebesar 495 murid. Secara keseluruhan, pada setiap tahunnya
penerimaan murid atau anak didik pada semua jenjang pendidikan di Kota Pekalongan di tiap
sekolah berubah-ubah jumlahnya.
17
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2020
Untuk melihat gambaran beban mengajar sesuai Tabel 3.1. tersebut di atas, pada
jenjang sekolah tingkat Sekolah Dasar pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2020, seorang
guru rata-rata mengajar 17 murid.
Pada jenjang sekolah tingkat SLTP, pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2020
seorang guru rata-rata mengajar 16-17 murid.
Pada jenjang sekolah tingkat SLTA, pada tahun 2018, seorang guru rata-rata
mengajar 15 murid, lalu pada tahun 2019 seorang guru rata-rata mengajar 14 murid, dan pada
tahun 2020 seorang guru rata-rata mengajar 15 murid.
Angka partisipasi sekolah untuk kelompok umur 7 hingga 12 tahun, secara umum
menggambarkan bahwa tidak ada yang tidak bersekolah ataupun tidak ada penduduk yang
id
o.
belum pernah sekolah. Namun tidak dapat dipungkiri, ketika pada kelompok umur yang
g
s.
semakin meningkat, maka makin berkurang angka partisipasi sekolah tersebut. Data pada
bp
a.
Tabel 3.2. di bawah ini menggambarkan bahwa pendidikan penduduk mengalami perubahan
ot
nk
yaitu semakin berkurang ketika berusia semakin tua. Pada beberapa kasus di lapangan,
ga
jumlah putus sekolah disebabkan adanya motivasi ekonomi dalam keluarga sebagai
on
penyebabnya, yaitu anak-anak membantu orang tua mencari nafkah dengan cara bekerja pada
al
ek
waktu anak-anak lainnya yang secara ekonomi mampu bersekolah. Pemerintah telah
//p
s:
menetapkan program wajib belajar, namun kenyataannya pada beberapa keluarga tidak
tp
mampu untuk membiayai seperti untuk pakaian dan tas, juga transportasi pulang-pergi ke
ht
18
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2020
Angka Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun pada tahun 2018 sebesar 100 persen, lalu
tahun 2019 menjadi sebesar 99,89 persen, dan tahun 2020 sebesar 99,48 persen. Pada tahun
2019, angka partisipasi sekolah usia 7-12 tahun di Kota Pekalongan turun menjadi 99,89
persen dan pada tahun 2020 turun lagi menjadi 99,48 persen. Hal ini berarti untuk tingkat
sekolah dasar pada tahun 2019, masih ada penduduk usia 7-12 tahun (usia sekolah dasar)
sebanyak 0,11 persen yang belum bersekolah/tidak bersekolah lagi, sedangkan pada tahun
2020, masih ada penduduk usia 7-12 tahun (usia sekolah dasar) sebanyak 0,52 persen yang
belum bersekolah/tidak bersekolah lagi.
Pada penduduk usia 13-15 tahun, angka partisipasi sekolah dari tahun 2018 hingga
tahun 2020 menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2018 sebesar 95,23 persen, tahun 2019
sebesar 95,87 persen, dan tahun 2020 mencapai 96,11 persen. Angka terakhir tahun 2020
id
tersebut menunjukkan bahwa masih ada sekitar 3,89 persen penduduk usia 13-15 tahun yang
o.
g
belum mengenyam pendidikan, dalam hal ini adalah pendidikan pada jenjang SLTP atau
s.
bp
setara. Secara kenyataan, penduduk pada usia ini ada yang telah mendapat pekerjaan untuk
a.
ot
Pada penduduk usia 16-18 tahun, angka partisipasi sekolah dari tahun 2018 hingga
ga
on
tahun 2020 menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 2018 hanya sebesar 61,32 persen,
al
lalu pada tahun 2019 naik menjadi 64,98 persen, dan pada tahun 2020 sebesar 65,24 persen.
ek
//p
Hal ini memperlihatkan bahwa pada golongan usia ini, tingkat partisipasi sekolah penduduk
s:
makin kecil atau sedikit, yang terakhir yaitu tahun 2020 terlihat masih ada sekitar 34,76
tp
ht
persen penduduk pada tingkatan usia ini yang belum mengenyam pendidikan hingga jenjamg
SLTA/setara.
Pada penduduk usia 19-24 tahun di tahun 2018, angka partisipasi sekolah juga
sebesar 14,81 persen, sedangkan pada tahun 2019 dan tahun 2020 tidak diperoleh data
tersebut. Pada usia ini umumnya adalah sekolah pada jenjang pendidikan sekolah tinggi atau
universitas, yang kenyataannya memang membutuhkan biaya yang cukup besar dan
keinginan yang tinggi, sehingga banyak yang belum mampu untuk menempuh
pendidikannya.
19
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2020
Tabel 3.3 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan
Kota Pekalongan Tahun 2018-2020
Jenjang
Uraian 2018 2019 2020
pendidikan
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Sumber : BPS Kota Pekalongan
o.
g
s.
Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang pendidikan SD di Kota Pekalongan
bp
a.
mencapai lebih dari 100 persen. Pada tahun 2018 sebesar 110,86 persen, lalu pada tahun
ot
2019 menjadi 112,45 persen, dan tahun 2020 mencapai 110,98 persen. Angka yang melebihi
nk
ga
seratus persen ini menunjukkan bahwa pada tahun 2018 ada sebanyak 10,86 persen, lalu
on
tahun 2019 ada 12,45 persen, dan tahun 2020 ada 10,98 persen penduduk yang belum berusia
al
ek
7 tahun tapi sudah bersekolah di jenjang pendidikan SD dan atau ada pula anak yang berusia
//p
Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang pendidikan SLTP di Kota Pekalongan
ht
pada tahun 2018 sebesar 74,54 persen, lalu tahun 2019 mencapai 75,91 persen, dan tahun
2020 sebesar 79,36 persen. Melihat kondisi tahun 2020 tersebut, maka perlu dilakukan
berbagai upaya agar anak-anak yang sebanyak 20,64 persen pada usia tersebut dapat terus
bersekolah dan menamatkannya.
Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang pendidikan SLTA di Kota Pekalongan,
menunjukkan peningkatan dari tahun 2018 hingga 2020. Pada tahun 2018, APK pada jenjang
pendidikan SLTA sebesar 74,41 persen. Namun, pada tahun 2019 APK pada jenjang
pendidikan SLTA naik menjadi 74,92 persen dan tahun 2020 naik menjadi 78,66 persen.
Melihat kondisi APK tahun 2018 sampai dengan 2020, maka perlu dilakukan upaya agar
anak-anak yang sebanyak 25,59 persen pada tahun 2018, sebanyak 25,08 persen pada tahun
2019 dan sebanyak 21,34 persen agar dapat terus bersekolah dan menamatkannya.
Untuk APK pada jenjang pendidikan tinggi di Kota Pekalongan, pada tahun 2018
mencapai 17,13 persen. Sedangkan tahun 2019 dan 2020 data tidak tersedia. Angka pada
20
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2020
tahun 2018 tersebut menunjukkan bahwa penduduk Kota Pekalongan pada usia jenjang
tersebut semakin banyak yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Disamping itu
tersedianya fasilitas lembaga pendidikan pada jenjang perguruan tinggi yang semakin
memadai di Kota Pekalongan sehingga mendorong untuk melanjutkan ke jenjang lebih
tinggi.
Pada ukuran pendidikan penduduk yaitu Angka Partisipasi Murni (APM) terjemahan
dari Net Enrollment Ratio (NER), menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu kelompok
usia tertentu yang bersekolah pada jenjang yang sesuai dengan kelompok usianya. APM di
Kota Pekalongan untuk jenjang pendidikan tingkat SD, pada tahun 2018 sebesar 100,00
persen, lalu tahun 2019 turun menjadi 99,52 persen, dan tahun 2020 turun lagi menjadi 99,48
persen. Ini menandakan bahwa hampir seluruh anak usia 7 hingga 12 tahun adalah
id
bersekolah di jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya.
o.
g
Untuk APM di Kota Pekalongan pada jenjang pendidikan tingkat SLTP, pada tahun
s.
bp
2018 sebesar 72,00 persen, lalu pada tahun 2019 sebesar 71,85 persen, dan pada tahun 2020
a.
sebesar 74,55 persen. Secara umum hingga keadaan tahun 2020, jumlah peserta didik usia
ot
nk
13–15 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SLTP berfluktuatif. Pada tahun 2020,
ga
jumlah yang tidak bersekolah mencapai 25,45 persen atau seperempat lebih dari total jumlah
on
al
anak usia tersebut. Perlu didalami kenyataan ini, walaupun yang tampak dipermukaan adalah
ek
Kemudian APM di Kota Pekalongan pada jenjang pendidikan tingkat SLTA, pada
tp
ht
tahun 2018 sebesar 54,88 persen, lalu pada tahun 2019 sebesar 54,81 persen, dan pada tahun
2020 mencapai 65,24 persen. Hal ini berarti bahwa penduduk usia 16–18 tahun yang
bersekolah mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2020 sebesar 10,43
persen. Nilai APM pada jenjang pendidikan tingkat SLTA di tahun 2020, menunjukkan
bahwa masih sekitar 34,76 persen anak pada usia tersebut yang tidak bersekolah.
APM pada jenjang pendidikan tingkat Pendidikan Tinggi, yaitu penduduk berusia
lebih dari 18 tahun yang menempuh pendidikan tinggi, di Kota Pekalongan pada tahun 2018
mencapai 14,81 persen, sedangkan pada tahun 2019 dan tahun 2020 data tidak tersedia.
Secara spesifik, kualitas sumber daya manusia yang ada di Kota Pekalongan, dapat
dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkannya. Pada Tabel 3.4 dibawah ini dapat
21
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2020
diketahui seberapa banyak penduduk Kota Pekalongan, yang berusia 15 tahun atau lebih,
berdasarkan pendidikan tinggi yang ditamatkan menurut tingkatan pendidikan.
Penduduk Kota Pekalongan yang berusia 10 tahun atau lebih yang tidak mempunyai
ijazah semakin meningkat jumlahnya, sehingga hal ini dapat menjadi perhatian yang bagi
berbagai pihak yang peduli pada pendidikan, khususnya pendidikan formal. Demikian pula
pada penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih yang belum tamat SD juga semakin
meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.
Tabel 3.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang
Ditamatkan di Kota Pekalongan Tahun 2018-2020
id
Penduduk Usia 10 keatas
o.
Pendidikan Tertinggi yang
g
Ditamatkan
s.
2018 (%) 2019 (%) 2020 (%)
bp
(1) (2) (3) (4)
a.
ot
Tidak/Belum Tamat SD
18,41 15,78 18,67
on
sederajat
al
ek
Pada penduduk yang berijazah SMP atau sederajat, pada tahun 2019 mengalami
peningkatan, namun kembali meningkat pada tahun 2020. Pada tahun 2018 sebesar 20,61
persen, lalu tahun 2019 naik menjadi sebesar 25,82 persen, tetapi pada tahun 2020
mengalami penurunan menjadi 22,08 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih sedikitnya
anak pada usia ini yang menamatkan sekolahnya. Hal ini bisa disebabkan seperti yang telah
diutarakan diatas yaitu masalah ekonomi keluarga, anak-anak turut mencari nafkah bagi
keluarganya sehingga pada usia ini banyak kasus putus sekolah.
22
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2020
Kemudian pada penduduk Kota Pekalongan yang berusia 10 tahun atau lebih yang
berijazah SMA atau sederajat, pada tahun 2018 sebanyak 25,32 persen, lalu pada tahun 2019
turun menjadi 22,66 persen, dan pada tahun 2020 naik menjadi sebesar 27,35 persen.
Bertambahnya persentase jumlah penduduk yang menamatkan pendidikannya sampai dengan
SMA menunjukkan bahwa semakin bertambahnya penduduk Kota Pekalongan yang
meneruskan pendidikannya sampai jenjang SMA.
Untuk penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih yang memiliki ijazah Diploma
I/II/III, jumlahnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018 sebanyak
1,79 persen, lalu pada tahun 2019 meningkat menjadi 1,81 persen, dan terus meningkat pada
tahun 2020 menjadi sebesar 2,06 persen.
Demikian pula penduduk pemilik ijazah Diploma IV/S1/S2 di Kota Pekalongan,
id
jumlahnya mengalami peningkatan pada tahun 2019, namun sedikit menurun pada tahun
o.
g
2020. Pada tahun 2018 sebanyak 4,37 persen, lalu pada tahun 2019 naik menjadi 5,55 persen,
s.
bp
dan sedikit menurun menjadi sebesar 5,31 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
a.
Diploma IV/S1/S2. Hal ini sejalan dengan tersedianya lembaga pendidikan tinggi yang ada di
ga
Kota Pekalongan.
on
al
ek
23
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2020
Harapan lama sekolah penduduk di Kota Pekalongan juga mengalami peningkatan
walaupun masih dapat ditingkatkan lagi akselerasinya karena ketersediaan lembaga
pendidikan tinggi cukup memadai. Harapan lama sekolah ini diukur pada penduduk berusia 7
tahun atau lebih. Pada tahun 2018 sebesar 12,79 tahun, berarti setingkat dengan tahun
pertama pendidikan tinggi. Kemudian tahun 2019 selama 12,83 tahun, yang berarti sama
yaitu setingkat dengan tahun pertama pendidikan tinggi, dan pada tahun 2020 selama 12,84
tahun, yang berarti sama mengenyam pendidikan pada tahun pertama di perguruan tinggi,
tepatnya kuliah semester II.
id
o.
g
s.
bp
a.
ot
nk
ga
on
al
ek
//p
s:
tp
ht
24
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2020
ht
tp
s:
//p
ek
al
on
ga
nk
ot
a.
bp
s.
g o.
id
ht
tp
s:
//p
ek
al
on
ga
nk
ot
a.
bp
s.
g o.
id
BAB IV
KESEHATAN
id
Kesehatan
o.
g
2018 2019 2020
s.
(1) (2)
bp (3) (4)
a.
Dokter 356 336 415
ot
nk
Puskesmas 7 14 14
al
Puskesmas Pembantu 22 17 19
ek
//p
Rumah Sakit 7 8 9
ht
Poliklinik 7 4 7
Sumber :Kota Pekalongan Dalam Angka 2019-2021
Secara umum, saat ini terlihat peningkatan jumlah sarana dan prasarana
kesehatan, yang hal ini diharapkan dapat ikut membantu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, diantaranya adalah dengan tersedianya tenaga kesehatan
terdidik lainnya selain dokter, dan tempat-tempat pelayanan kesehatan yang dekat dan
terjangkau jaraknya oleh masyarakat.
id
o.
bawah. Disamping itu, yang terpenting adalah sikap masyarakat Kota Pekalongan
g
s.
yang makin baik kesadarannya untuk menjaga kesehatan, sehingga Kota Pekalongan
bp
a.
adalah kota yang sehat.
ot
nk
ga
peranan yang lebih penting dibandingkan dengan angka kematian karena apabila
ht
angka kesakitan tinggi maka akan memicu kematian sehingga otomatis menyebabkan
angka kematian juga tinggi.
Pada Tabel 4.2. dibawah menggambarkan angka kesakitan di Kota
Pekalongan menurut jenis kelamin. Angka kesakitan jenis kelamin perempuan lebih
tinggi dibandingkan angka kesakitan jenis kelamin laki-laki. Hal ini salah satunya
dikarenakan perempuan melahirkan anak sedangkan laki-laki tidak sehingga
presebtase angka kesakitan perempuan lebih tinggi dibandingka laki-laki.
Angka kesakitan untuk jenis kelamin laki-laki mengalami peningkatan, pada
tahun 2019 menjadi 15,94 persen dan pada tahun 2020 menurun menjadi 11,73
persen. Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan kasus penyakit yang diderita oleh
penduduk laki-laki di Kota Pekalongan pada tahun 2020.
id
o.
harus menjadi perhatian pemerintah dan juga masyarakat sehingga tetap diperlukan
g
s.
adanya upaya Pemerintah untuk memberikan wawasan kepada masyarakat Kota
bp
a.
Pekalongan tentang pentingnya imunisasi lengkap bagi balita untuk menunjang
ot
kesehatannya kelak.
nk
ga
on
Angka Kesakitan
s:
tp
4.3 Aseptor KB
Untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka Pemerintah Kota
Pekalongan mengupayakan melalui program keluarga berencana (KB). Jumlah
peserta KB yang aktif saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini. Penduduk
perempuan yang sedang menggunakan/memakai alat/cara KB mengalami penurunan
persentasenya, pada tahun 2018 sebesar 45,14 persen, lalu pada tahun 2019 menjadi
41,34 persen, dan pada tahun 2020 menjadi 40,31 persen. Untuk yang pernah
Tabel. 4.3. Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun Berstatus Kawin Menurut
Pemakaian Alat KB Tahun 2018-2020
id
o.
Ya, Sedang Menggunakan alat/cara KB 45,14 41,34 40,31
g
s.
Tidak Pernah Menggunakan alat/cara KB bp
38,21 41,33 47,88
a.
Sumber : Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah Hasil Susenas 2018-2020
ot
nk
ga
Sejalan dengan hal tersebut diatas, pada Tabel 4.4 dibawah ini, tercatat
on
mengenai persentase akseptor KB dan alat kontrasepsi yang digunakan oleh para
al
ek
peserta program KB di Kota Pekalongan tahun 2018 sampai dengan tahun 2020.
//p
s:
Pada alat/cara KB yang paling banyak digunakan dari tahun 2018 sampai
tp
tahun 2020 adalah suntik KB yaitu tahun 2018 sebanyak 49,60 persen, lalu tahun
ht
2019 sebesar 47,39 persen dan pada tahun 2020 sebesar 44,22 persen. Kemudian
pemakaian Pil KB adalah alat kontrasepsi pilihan kedua, berturut-turut tahun 2018
yaitu 16,68 persen dan tahun 2019 sebanyak 14,95 persen. Selanjutnya pengguna
alat/cara AKDR/IUD/Spiral menjadi urutan ketiga. Persentase akseptor KB pada
alat/cara KB tersebut yaitu berturut-turut sebanyak 11,75 persen pada tahun 2018 dan
pada tahun 2019 sebanyak 12,84 persen, dan pada tahun 2020 sebanyak 12,52 persen.
Alat kontrasepsi yang dipakai berupa MOW/Tubektomi merupakan urutan yang
keempat pada tahun 2020 yang terbanyak pemakainya, kemudian disusul alat/cara
lainnya dan pengguna alat/cara KB Susuk KB.
id
Lainnya 6,43 6,05 8,22
o.
g
Sumber : Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah Hasil Susenas 2018-2020
s.
bp
a.
ot
nk
ga
on
al
ek
//p
s:
tp
ht
Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.
Penduduk Usia Kerja dapat digolongkan pada Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan
Kerja. Angkatan Kerja merupakan penduduk yang bekerja, atau yang sedang mencari
pekerjaan, dan yang sedang menganggur. Selanjutnya, Bukan Angkatan Kerja adalah
penduduk yang sedang sekolah, atau yang mengurus rumahtangga, atau penduduk
yang tidak melakukan kegiatan secara ekonomi yaitu sedang mengikuti kursus atau
id
o.
pelatihan.
g
s.
bp
Angkatan kerja mengarah pada kelompok penduduk yang berada pada pasar
a.
kerja, yaitu penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih yang siap terlibat dalam
ot
nk
kegiatan ekonomi produktif. Mereka yang dapat diserap oleh pasar kerja
ga
dikategorikan sebagai bekerja, sedangkan yang tidak/belum diserap oleh pasar kerja,
on
al
yaitu mereka yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, dikategorikan
ek
diartikan sebagai penduduk usia kerja yang berpontensi dapat diserap oleh pasar kerja.
tp
ht
Disisi lain, mereka yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi digolongkan
sebagai bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang kegiatan utamanya adalah mengurus
rumahtangga, atau yang sedang kursus/pelatihan, juga penduduk yang sedang sekolah,
ataupun penduduk yang telah berusia 15 tahun atau lebih yang tidak mampu
melakukan kegiatan karena usia tua atau alasan fisik (cacat).
id
o.
Lainnya 3,51 4,64 4,49
g
s.
Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka 2019-2021, diolah
bp
a.
ot
Pada Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa Angkatan Kerja Kota Pekalongan Tahun
nk
2018 sebesar 70,21 persen, tahun 2019 sebesar 72,32 persen dan tahun 2020 sebesar
ga
on
66,45 persen dari seluruh penduduk usia kerja. Hal ini berarti ada penurunan jumlah
al
Angkatan Kerja. Penduduk yang bekerja pada tahun 2018 adalah sebanyak 65,90
ek
//p
persen dari jumlah Angkatan Kerja, kemudian mengalami kenaikan pada tahun
s:
tp
berikutnya menjadi 68,15 persen dan tahun 2020 mengalami penurunan menjadi
ht
61,78 persen. Begitupun dengan pencari kerja, mengalami penurunan dari tahun 2018
ke tahun 2019 tetapi mengalami kenaikan pada tahun 2020, dimana pada tahun 2018
sebesar 4,31 persen, pada tahun 2019 turun menjadi 4,17 persen dan pada tahun 2020
naik menjadi 4,67 persen.
Pada Bukan Angkatan Kerja, pada tahun 2018 sebesar 29,79 persen, pada
tahun 2018 menurun menjadi 27,68 persen, sedangkan pada tahun 2020 naik menjadi
33,55 persen. Bukan angkatan kerja ini terdiri dari penduduk 15 tahun ke atas yang
sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Pada penduduk yang sedang
bersekolah, yang pada tahun 2018 sebanyak 9,12 persen, kemudian mengalami
penurunan pada tahun 2019 menjadi 8,44 persen dan pada tahun 2020 mengalami
penurunan juga menjasi 7,71 persen. Sedangkan pada Bukan angkatan kerja, yaitu
pada penduduk yang mengurus rumahtangga mengalami penurunan pada tahun 2019,
Pada Tabel 5.2 berikut dibawah ini adalah menggambarkan tingkat partisipasi
id
o.
dan tingkat pengangguran terbuka Angkatan kerja di Kota Pekalongan pada 3 (tiga)
g
s.
tahun terakhir ini, yaitu tahun 2018 sampai dengan tahun 2020.
bp
a.
Total
ht
id
o.
bekerja atau sedang mencari pekerjaan. TPT dihitung berdasarkan perbandingan
g
s.
antara jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja, yang dinyatakan dalam
bp
a.
persentase. TPT di Kota Pekalongan pada tahun 2018 yaitu sebesar 6,13 persen, dan
ot
nk
pada tahun 2019 sebesar 5,77 persen sedangkan pada tahun 2020 naik menjadi 7,02
ga
persen. Hal ini berarti bahwa dari 100 orang Angkatan Kerja, terdapat sekitar 6 orang
on
yang menganggur pada tahun 2018 dan 5-6 orang pada tahun 2019, sedangkan pada
al
ek
tahun 2020 terdapat 7 orang yang menganggur. Bila dilihat menurut jenis kelamin,
//p
s:
TPT laki-laki pada tahun 2019 adalah 6,03 persen lebih baik dibandingkan tahun
tp
2018 yang hanya sebesar 6,13 persen. Namun, pada tahun 2020 mengalami
ht
peningkatan cukup nyata menjadi 8,05 persen. Peningkatan persentase TPT ini
disebabkan adanya pandemi COVID-19 sehingga mayoritas sektor ekonomi
terdampak sehingga banyak pengawai yang dirumahkan.
Sedangkan TPT perempuan pada tahun 2018 sebesar 6,10 persen, lebih tinggi
dibandingkan tahun 2019 yang hanya sebesar 5,01 persen, namun pada tahun 2020
kembali meningkat menjadi 5,77 persen. Angka tersebut berarti bahwa dari 100 orang
Angkatan Kerja perempuan pada tahun 2018 terdapat sebanyak 6 orang yang
menganggur, kemudian pada pada tahun 2019 menurun menjadi 5 orang yang
menganggur dan pada tahun 2020 menjadi 5-6 orang perempuan yang menganggur.
id
o.
Tabel 5.3. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Yang
g
Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2018 – 2020
s.
bp
a.
Lapangan Pekerjaan Utama 2018 2019 2020
ot
Pada tahun 2020, Lapangan Usaha atau Sektor pada Industri Pengolahan,
Jasa-jasa dan Lainnya terdapat penurunan jumlah penduduk yang bekerja pada
lapangan usaha/sektor tersebut. Hal ini disebabkan pada lapangan usaha/sektor
id
o.
g
s.
bp
a.
ot
nk
ga
on
al
ek
//p
s:
tp
ht
Sebagai salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia, rumah tidak
hanya berfungsi sebagai tempat berlindung saja tetapi juga sebagai tempat tinggal.
Karena itu aspek kesehatan dan kenyamanan dan bahkan estetika bagi sekelompok
masyarakat tertentu sangat menentukan dalam pemilihan rumah tinggal dan ini berkait
dengan tingkat kesejahteraan penghuninya.
Sebagai salah satu kebutuhan dasar, fungsi rumah bukan hanya sebagai tempat
berteduh atau berlindung saja, akan tetapi merupakan cerminan kehidupan penduduk.
Oleh sebab itu, penduduk memerlukan rumah sehat yang dapat memberikan rasa
id
aman dan nyaman.
o.
g
6.1. Penguasaan Tempat Tinggal
s.
bp
Salah satu indikator kesejahteraan penduduk pada bidang perumahan adalah
a.
ot
penguasaan tempat tinggal. Semakin banyak penduduk yang memiliki rumah sendiri,
nk
ga
berarti semakin banyak penduduk yang mapan dan sejahtera dalam kehidupan sehari-
on
harinya.
al
ek
Pada Tabel 6.1 dibawah ini dapat diketahui bahwa di Kota Pekalongan
//p
s:
kenaikan jumlah dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020. Pada tahun 2018
ht
sebanyak 68,82 persen, naik menjadi 72,07 persen pada tahun 2019 dan naik kembali
menjadi 74,59 persen pada tahun 2020. Pemakaian tempat tinggal bebas sewa
mengalami penurunan dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 semula 26,02
persen menjadi 22,65 persen, dan pada tahun 2020 turun lagi menjadi 18,47 persen.
Untuk pemakaian bangunan status kontrak mengalami kenaikan dari tahun 2018
sampai dengan tahun 2020. Pada tahun 2018 sebesar 3,92 persen naik menjadi 5,27
persen pada tahun 2019 dan naik lagi menjadi 6,54 pada tahun 2020. Sedangkan
untuk pemakaian bangunan status dinas mengalami kenaikan pada tahun 2020,
semula 0,0 persen pada tahun 2019 naik menjadi 0,40 persen pada tahun 2020.
id
Sumber : Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah Hasil Susenas 2018-2020
o.
g
s.
bp
6.2. Luas Lantai
a.
ot
nk
minimal delapan kali jumlah anggota rumahtangga yang menempatinya. Hal ini
al
ek
merupakan salah satu syarat terpenuhinya kriteria sebuah rumahtangga untuk dapat
//p
id
o.
g
Rumahtangga yang menempati bangunan tempat tinggal dengan luas lantai 20
s.
bp
- 49 m2 pada tahun 2018 sebesar 17,11 persen dan pada tahun 2019 sebesar 15,28
a.
persen sedangkan pada tahun 2020 sebesar 19,32 persen. Rumahtangga yang
ot
nk
peningkatan pada tahun 2019 hingga tahun 2020 yaitu pada tahun 2018 sebesar 45,13
on
al
persen naik menjadi 45,70 persen, kemudian naik lagi menjadi 51,53 persen pada
ek
tahun 2020. Namun pada rumahtangga yang menempati bangunan tempat tinggal
//p
s:
dengan luas lantai 100-149 m2 mengalami penurunan pada tahun 2019 dibandingkan
tp
ht
tahun 2018 dan mengalami penurunan lagi pada tahun 2020. Begitu pula untuk
rumahtangga yang menempati bangunan tempat tinggal dengan luas lebih dari 150 m2
mengalami kenaikan pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2018, namun mengalami
penurunan pada tahun 2020.
id
o.
g
lainnya 0,00 0,00 0,00
s.
bp
Sumber : Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah Hasil Susenas 2018-2020
a.
ot
nk
ga
Rumahtangga pengguna air ledeng sudah mendominasi, yaitu pada tahun 2018
on
mencapai 32,98 persen, kemudian pada tahun 2019 menjadi 32,34 persen, sedangkan
al
ek
pada tahun 2020 naik menjadi sebesar 38,07 persen. Selanjutnya adalah rumahtangga
//p
yang menggunakan sumur terlindung pada tahun 2018 sebanyak 29,58 persen,
s:
tp
kemudian pada tahun 2019 sebanyak 30,44 persen, dan pada tahun 2020 menjadi
ht
26,66 persen. Rumahtangga yang menggunakan sumur pompa/bor pada tahun 2018
sebanyak sebesar 23,55 persen, kemudian pada tahun 2019 sebesar 21,98 persen dan
pada tahun 2020 sebesar 21,18 persen. Rumahtangga pengguna air kemasan pada
tahun 2018 sebesar 3,55 persen, lalu pada tahun 2019 meningkat menjadi sebesar 3,73
persen, namun pada tahun 2020 sedikit menurun menjadi sebesar 3,40 persen. Disisi
lain masih ada rumahtangga yang menggunakan sumur tak terlindung, walau hanya
sebanyak 1,61 persen pada tahun 2018 kemudian pada tahun 2019 naik menjadi 2,51
persen namun pada tahun 2020 turun secara nyata menjadi sebesar 0,00 persen. Hal
ini berarti bahwa, pada tahun 2020, penduduk Kota Pekalongan sudah tidak ada yang
menggunakan sumur tak terlindung.
Kemudian, apabila ditinjau dari sudut kesehatan, mata air yang digunakan
sebagai sumber air minum seharusnya mempunyai jarak minimal 10 m dari tempat
id
o.
Tidak Tahu 7,60 4,35 1,85
g
s.
Sumber : Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah Hasil Susenas 2018-2020
bp
a.
ot
sumber air minum, yaitu sumur bor/pompa dan sumur terlindung serta sumur tak
on
terlindung, yang tidak memenuhi syarat, yaitu yang jaraknya dari sumber air minum
al
ek
setiap tahunnya. Pada tahun 2018 seebsar 49,96 persen, kemudian pada tahun 2019
s:
tp
turun menjadi 48,85 persen dan pada tahun 2020 juga turun menjadi 45,60 persen. Hal
ht
id
o.
g
s.
bp
a.
ot
nk
ga
on
al
ek
//p
s:
tp
ht
id
ukuran kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Namun demikian sampai sejauh ini
o.
g
data mengenai pendapatan amat sulit didapat, terutama dalam hal keakuratan data.
s.
bp
Oleh sebab itu, untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat digunakan
a.
Tabel 7.1. Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Komoditas
on
Kelompok Pengeluaran
s:
Kelompok Komoditas
40 Persen 40 Persen 20 Persen
tp
Rata-rata
Terbawah Tengah Teratas
ht
Jumlah Makanan 385 632 588 821 915 516 572 653
id
18. Barang tahan lama 9 081 38 451 119 555 42 863
o.
Pajak, pungutan, dan
19. 17 205 33 357 86 660 37 516
g
asuransi
s.
Keperluan pesta dan bp
20. 1 176 6 413 73 531 17 688
upacara/kenduri
a.
Jumlah Bukan
ot
Jumlah Pengeluaran
612 523 1 089 230 2 331 223 1 146 019
Kota Pekalongan
on
al
sebulan untuk kelompok pengeluaran per kapita sebulan pada 40 persen terbawah
untuk makanan sebesar Rp 385.632 dan bukan makanan sebesar Rp 226.890.
Kemudian, untuk rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk kelompok
pengeluaran per kapita sebulan pada 40 persen tengah untuk makanan sebesar Rp
588.821 dan bukan makanan sebesar Rp 500.409. Untuk rata-rata pengeluaran per
kapita sebulan untuk kelompok pengeluaran per kapita sebulan pada 20 persen teratas
untuk makanan sebesar Rp 915.516 dan bukan makanan sebesar Rp 1.415.708. Pada
Tabel 7.1 diatas terlihat adanya perbedaan pola konsumsi antara kelompok
pengeluaran per kapita sebulan pada 40 persen terbawah, 40 persen tengah dan 20
persen teratas, bahwa untuk kelompok pengeluaran per kapita sebulan pada 40 persen
terbawah dan pada 40 persen tengah pengeluaran untuk makanan masih lebih tinggi
dibandingkan bukan makanan. Sedangkan untuk kelompok pengeluaran per kapita
Tahun
Tempat Ibadah
2018 2019 2020
id
(1) (2) (3) (4)
o.
Masjid 139 161 159
g
s.
Mushola 722 665
bp 657
Gereja 8 12 18
a.
Pure 1 1 1
ot
nk
Vihara 6 4 5
ga
Klenteng 2 N.A 2
on
Tempat ibadah di Kota Pekalongan bisa dilihat dari tabel diatas, dari Tabel 7.2
//p
di atas bisa diartikan bahwa penduduk kota pekalongan mayoritas muslim karena
s:
tp
jumlah tempat ibadah seperti masjid, mushola paling banyak terdapat, sedangkan
ht
tempat ibadah lainnya relatif stabil jumlahnya, beberapa tempat ibadah seperti vihara
dan gereja mengalami kenaikan pada tahun 2020.
id
o.
banyak dirasakan manfaatnya terutama pada indikator pendidikan, yaitu peningkatan
g
s.
angka partisipasi sekolah. Untuk itu program pembangunan yang telah dicanangkan
bp
a.
sesuai visi dan misi pembangunan Kota Pekalongan sangat perlu terus dilaksanakan
ot
nk
agar tingkat kesejahteraan masyarakat dapat terus meningkat. Sehingga yang perlu
ga
sumber daya pokok untuk membangun Kota Pekalongan, yang masih harus terus
al
ek
diupayakan peningkatannya.
//p
COVID-19 juga harus menjadi perhatian agar sektor-sektor yang sempat lumpuh bisa
ht