Anda di halaman 1dari 79

Kajian Implementasi PPK (Panduan

Praktik Klinis) di Puskesmas


Bogor, 28 Februari 2023

Kerjasama ThinkWell Institute & Balitbangkes Kemkes


Inti penyajian
1. Kajian Kapabilitas Puskesmas dalam Menerapkan
Panduan Praktik Klinik untuk FKTP (Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama)
2. Kajian Kapabilitas Kab/Kota dalam Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal

|2
Inti penyajian
1. Kajian Kapabilitas Puskesmas dalam Menerapkan
Panduan Praktik Klinik untuk FKTP (Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama)
2. Kajian Kapabilitas Kab/Kota dalam Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal

|3
Tujuan

Melakukan pemetaan Analisis pola penyakit Merekomendasikan


kesiapan FKTP terbanyak yang dilayani di perbaikan regulasi
berdasarkan kondisi FKTP dan terkait pelayanan
fasilitas kesehatan saat membandingkannya kesehatan primer di
ini dan melihat pola dengan daftar 144 FKTP terkait paket
penyakitnya; penyakit yang pelayanan kesehatan
dilaksanakan di FKTP di dalam JKN.
tingkat nasional

4
Ruang lingkup kajian
A. Telaah regulasi dan identifikasi
kesesuaian diagnosis antar regulasi

B. Analisis Data Kemampuan


Puskesmas berdasarkan Rifaskes 2019

C. Analisis Data Sample 1% Klaim


Layanan Kesehatan BPJS-Kesehatan
Alur Analisis Kapabilitas Puskesmas
Jumlah
Rifaskes Seluruh Kemampuan penyakit
2019 Puskesmas Puskesmas
Strata
Puskesmas
Analisis berdasarkan
Kemampuan diagnosis Analisis
Kemampuan laboratorium Gabungan
Ketersediaan obat & vaksin

Data FKTP Penyakit diluar 144 dibuat peringkat


• Berdasarkan prevalensi Alternatif
Data 1% • Berdasarkan prioritas program Perbaikan
BPJSK 2018 • Berdasarkan penyebab katastropik Regulasi

Bila dari 144 penyakit banyak di FKRTL


Data FKRTL
berarti rujukan belum optimal
Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) 2019
A. Telaah regulasi dan identifikasi
kesesuaian diagnosis antar regulasi
Regulasi terkait Pelayanan Kesehatan Primer
2012 2015
Peraturan Konsil Kedokteran Keputusan Menteri Kesehatan No
Indonesia No.11/ 2012 HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan
tentang Standar Kompetensi Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Layanan
Dokter Indonesia (SKDI) Kesehatan Tingkat Pertama

01 02 03

Terbit KMK no. HK.01.07/MENKES/1186/2022 Tentang Panduan


Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasyankes Tingkat Pertama
2014
Peraturan Menteri Kesehatan No.5/2014
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Fasilitas Layanan Kesehatan Primer
Regulasi terkait kapabilitas yankes primer FKTP
• Permenkes no 5 Tahun 2014 yang kemudian dirubah menjadi KMK 514 Tahun
2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer
• Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
bertujuan untuk memberikan acuan bagi Dokter dalam memberikan pelayanan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer baik milik pemerintah maupun swasta
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan sekaligus menurunkan angka
rujukan
• Penyakit yang dijumpai di layanan primer berdasarkan kriteria:
• a. penyakit yang prevalensinya cukup tinggi;
• b. penyakit dengan risiko tinggi; dan
• c. penyakit yang membutuhkan pembiayaan tinggi
Tingkat kemampuan dokter
• Tingkat kemampuan dokter dalam pengelolaan penyakit di dalam SKDI dikelompokan menjadi 4
tingkatan, yakni :
1. Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan
2. Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
3. Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk
• Tingkat Kemampuan 3A. Bukan gawat darurat
• Tingkat Kemampuan 3B. Gawat darurat
4. Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan
tuntas
• Tingkat Kemampuan 4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
• Tingkat Kemampuan 4B. Kompetensi yand dicapai pada saat lulus dokter + pelatihan
• Pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012, dari 736 daftar penyakit terdapat 144
penyakit yang harus dikuasai penuh oleh para lulusan karena diharapkan dokter layanan primer
dapat mendiagnosis dan melakukan penanganan secara tuntas. Namun dalam KMK 514/2015
hanya meliputi 124 penyakit yang memiliki tingkat kemampuan 4A
SKDI memuat 726 Daftar Penyakit yang terbagi dalam 13 Sistem Organ
Tubuh Manusia

Asal mula muncul istilah “144


diagnosa penyakit yang harus tuntas
dan tidak boleh dirujuk”.
https://www.mashani77.net/
2017/03/26/benarkah-
terdapat-144-diagnosa-yang-
tidak-boleh-dirujuk-ke-
rumah-sakit/
Pengelompokkan Diagnosis di dalam Regulasi

Peraturan Konsil KMK 514/2015:


Kedokteran Indonesia 183 penyakit
No.11/ 2012:
144 yang menjadi 18
standar
21
20
kompetensi dokter,
yaitu tingkat
kemampuan 4A

104
40
2

Permenkes 5/2014: 146 Penyakit


|13
Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor 514 Tahun
2015 tentang Panduan Praktik Klinis (PPK) Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pertama.
Jumlah TIDAK SEMUANYA berada pada tingkat
Kelompok Penyakit Level 4A
Penyakit
Darah, pembentukan darah & sistem imun 4 3
kemampuan 4A:
Digestive 22 15 • Hanya 124 Diagnosa Penyakit yang
Ginjal dan Saluran kemih 4 4 masuk dalam kategori tingkat
Kardiovaskuler 6 1 kemampuan 4A.
Kesehatan Wanita 15 7 • 36 Diagnosa Penyakit dengan tingkat
Kulit 33 30
Mata 20 13
kemampuan 3B,
Metabolik, Endokrin, & Nutrisi 8 6 • 21 Diagnosa Penyakit atau Masalah
Muskuloskeletal 8 2 Kesehatan dengan tingkat
Neurologi 14 6 kemampuan 3A
Penyakit Kelamin 5 4 • 2 Diagnosa Penyakit atau Masalah
Psikiatri 5 2
Kesehatan dengan tingkat
Respirasi 19 15
Telinga 5 3 kemampuan 2.
Kelompok Umum 15 13
TOTAL 183 124
B. Analisis Data Kemampuan Puskesmas
berdasarkan Rifaskes 2019
o Kondisi ideal
o Kondisi alternatif berdasarkan penilaian praktisi
Analisis Kondisi Ideal
• Analisis kemampuan Puskesmas berdasarkan uraian panduan klinis
termasuk pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan dan obat-obatan
yang harus diberikan, sesuai KMK 514/2015
• Kondisi ideal menurut regulasi ini diterjemahkan dalam bentuk sintax
sesuai dengan ketersediaan data Rifaskes, khususnya data-data terkait
penyakit 144 diagnosis, ketersediaan pemeriksaan penunjang
(laboratorium, alkes, dan BMHP), serta ketersedian obat di Puskesmas.
• Analisis memasukkan penyakit di semua level kemampuan (183
penyakit), pemeriksaan penunjang, dan obat-obatan yang ada di
KMK 514/2015
|16
Kemampuan Puskesmas – Kondisi Ideal
Kemampuan Puskesmas berdasarkan KMK 514 Tahun 2015:
Dari 183 penyakit, yang bisa dinilai melalui KMK 514 Tahun 2015 adalah 124 penyakit level 4A dan 59 penyakit
level dibawah 4A
Dari seluruh penyakit tersebut, kemampuan menangani Puskesmas adalah:
• Mean (32,5 penyakit atau ) - Median (31) - Modus (25)
• Minimum (0) - Maksimum (100)

12% 18%
Kategorisasi Puskesmas <20 penyakit
20-50 penyakit
berdasarkan kapabilitas >50 penyakit
menangani tuntas penyakit

70%
n: 9.831 Puskesmas
20 Penyakit terbanyak & tersedikit yang bisa tuntas ditangani Puskesmas
20 Penyakit Terbanyak 20 Penyakit Tersedikit
Dermatitis_alergik Lipidemia
Parotitis Perdarahan_Pencernaan_atas
Reaksi_gigitan_serangga Filariasis
Kolesistitis TB-HIV
Miliaria Sinusitis
Epileptikus Rhinitis_alergi
Epilepsi Asma
Dermatitis_iritan Otitis_akut
Morbili Skrofuloderma_anak
Demensia Glaukoma_akut
Insomnia Mata_kering
Migren Pedarahan_pencernaan_bawah
Dermatitis_perioral Konjungtivitis
Alergi makanan Hiperuricemia
Herpes_simplex Vaginitis
Furunkel pada hidung Fraktur Terbuka
Vertigo Lepra
Inverted_nipple Syok
Herpes_zooster Gastroenteritis
Somatoform Asma anak
0 2000 4000 6000 8000 10000 0 1 2 3 4 5 6
Jumlah Puskesmas Jumlah Puskesmas
10%
20%
30%
40%
50%
70%
80%
90%

60%
100%

0%
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Nusa Tenggara Barat

Jawa Tengah

Kepulauan Riau

Kalimantan Selatan

Kep.Bangka Belitung

Kalimantan Timur

Sumatera Barat

Riau

Sulawesi Selatan

Bali

Kalimantan Barat

Banten
< 20 Penyakit

Lampung

Jambi

Kalimantan Utara

Jawa Barat
20 - 50 Penyakit

Sumatera Selatan

Aceh

Kalimantan Tengah

DKI Jakarta
> 50 Penyakit

Sulawesi Barat

Sulawesi Tengah

Gorontalo

Bengkulu

Maluku Utara

Sumatera Utara

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Tenggara
Kemampuan puskesmas dalam pelayanan penyakit menurut Provinsi

Maluku

Sulawesi Utara

Papua Barat

Papua

INDONESIA
Kapabilitas Puskesmas menurut Akreditasi & BLUD
(Kondisi Ideal)
Status akreditasi Puskesmas Rerata Jumlah Puskesmas
Terakreditasi, memiliki dokumen 35.69 7079
Tereakreditasi, tidak ada dokumen 31.19 490
Tidak terakreditasi 22.61 2262
INDONESIA 32.46 9831

Pengelolaan keuangan Puskesmas Rerata Jumlah Puskesmas


BLUD, ada dokumen 38.97 2793
BLUD, tidak ada dokumen 27.77 446
Non BLUD 30.02 6592
Total 32.46 9831
Analisis Kondisi Alternatif
• Menurut praktisi, uraian panduan klinis (pemeriksaan penunjang Beberapa penyakit yang
dan obat-obatan) yang ada di dalam KMK 514/2015 bersifat tidak disertakan dalam
analisis kondisi alternatif :
terlalu ketat dan/atau melebihi kemampuan di FKTP.
Memiliki level kemampuan ganda:
• Contoh: untuk diagnosis TB, KMK 514/2015 mengharuskan adanya 1. Sinusitis (4 A dan 3A)
pemeriksaan BTA, darah rutin, dan radiologi foto thorax, menurut praktisi 2. Vulnus (4A dan 3B)
dengan pemeriksaan BTA saja sudah cukup mendiagnosis adanya TB. 3. Urtikaria (4A dan 3A)
• Kondisi alternatif dibuat berdasarkan konsultasi dengan 4.
5.
Hipoglikemia(4A dan 3 A)
Abortus (4A dan 3 A)
para praktisi, sehingga pemeriksaan penunjang dan obat-
obatan dalam panduan klinis lebih merepresentasikan Informasi Obat Tidak Tersedia:
1. Skabies (4A)
kemampuan Puskesmas tanpa mengurangi kualitas 2. Pedikulosis kapitis (4A)
pengobatannya. 3.
4.
Pedikulosis pubis (4A)
Pitiriasis rosea (4A)
• Kondisi alternatif ini yaitu hanya memasukkan penyakit dengan level
kemampuan 4A yang terdapat di KMK 514/2015 dan datanya tersedia di
Rifaskes 2018. Dari hasil penelusuran, hanya ada 118 penyakit.
|21
Analisis Kondisi Alternatif
Rata-rata kemampuan Puskesmas dalam menangani penyakit menurut provinsi
Secara nasional, Puskesmas mampu menangani 48 penyakit (40,7%) berdasarkan KMK 514/2015
70
63
60 57 55
55 54
52 52 51
50 50 49 49 49 49
50 48 48 48 47 47 48
45 45 45 44
44 44 44 43 42
42 41 41 40
40
40 38

30

20

10

0
Kategori Puskesmas (Alternatif)
Secara nasional % jumlah puskesmas di tiap kategori hampir sama (32% mampu melayani <44 penyakit, 34% mampu
melayani 44-52 penyakit, dan 33% mampu melayani >52 penyakit. Namun di tiap provinsi terjadi variasi seperti di Yogya
Puskesmas mampu melayani >52 penyakit (96%), sedangkan di Maluku & Papua paling banyak Puskesmas hanya
mampu melayani <44 penyakit.
NASIONAL PROVINSI
<44 penyakit <44 penyakit 44-52 penyakit >52 penyakit

Nusa Tenggara Timur


Nusa Tenggara Barat
Kep.Bangka Belitung

Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
44-52 penyakit

Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
Sumatera Selatan

Kalimantan Utara
Kalimantan Barat

Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sumatera Utara
Sumatera Barat

Kepulauan Riau

Sulawesi Utara

Sulawesi Barat
DI Yogyakarta

Maluku Utara
Jawa Tengah

Papua Barat
>52 penyakit

Jawa Timur
DKI Jakarta
Jawa Barat

Gorontalo
Bengkulu
Lampung

Maluku
Banten

Papua
Jambi
Aceh

Riau

Bali
100%
90%
33% 32% 80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
35%
10%
0%
20 Penyakit Terbanyak & Tersedikit yang bisa ditangani Puskesmas
Kondisi Alternatif
20 Penyakit Terbanyak 20 Penyakit Tersedikit
Mastitis Vaginitis
Hipertensi Malnutrisi Energi Protein (MEP)
Tension Headache Mata Kering
Rhinitis Akut Otitis Media Akut
Parotitis Disentri Basiler dan Disentri Amuba
Miliaria HIV
Laringitis Akut Asma Bronkial pada dewasa
Tonsilitis Akut Vulvitis
Influenzae Skistosomiasis
Alergi Makanan Konjungtivitis
Exanthematous Drug Eruption Episkleritis
Moluskum Kontagiosum Napkin Ezcema
Cracked Nipple Lepra
Varicella Rhinitis Alergi
Cutaneous Hiperuricemia-Gout Arthritis
Gigitan Serangga Gonore
Hidradenitis supuratif Bronkitis Akut
Eritrasma Skrofuloderma pada Anak
Fixed Drug Eruption Asma Bronkial pada anak
Keputihan Tuberkulosis (TB) Paru pada Anak
7500 8000 8500 9000 9500 10000 0 20 40 60 80 100 120 140
Jumlah Puskesmas Jumlah Puskesmas
Kapabilitas Puskesmas menurut Akreditasi & BLUD
(Kondisi Alternatif)
Status akreditasi Puskesmas Rerata Minimum Maximum Jumlah Puskesmas

Terakreditasi, memiliki dokumen 50.20 7 92 7079


Tereakreditasi, tidak ada dokumen 47.22 12 80 490
Tidak terakreditasi 41.33 1 74 2262
INDONESIA 48.01 1 92 9831

Pengelolaan keuangan Puskesmas Rerata Minimum Maximum Jumlah Puskesmas


BLUD, ada dokumen 52.67 7 88 2793
BLUD, tidak ada dokumen 46.01 1 78 446
Non BLUD 46.17 1 92 6592
INDONESIA 48.01 1 92 9831
Inti penyajian
1. Kajian Kapabilitas Puskesmas dalam Menerapkan
Panduan Praktik Klinik untuk FKTP (Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama)
2. Kajian Kapabilitas Kab/Kota dalam Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal

|26
Meninjau fungsi gate-keeper dalam JKN melalui Utilisasi
Pelayanan Kesehatan berdasarkan pedoman praktik klinis
Dokter di FKTP

Kerjasama ThinkWell Institute & Balitbangkes Kemenkes RI


Metode
• Analisis deskripsi dengan membandingkan
dua data set (BPJSK & daftar diagnosis level Langkah-langkah:
4A)
• Identifikasi data utilisasi berdasarkan 01 Identifikasi dftar diagnosis dalam KMK
514/2015
diagnosis level 4A di KMK 514/2015
Cleaning awal data BPJSK
02
Tantangan:
• Kodifikasi ICD X pada KMK tidak baku (3 digit vs 4 03 Matching data
digit lihat tabel di bawah)
• Sampel data 1% BPJSTK membutuhkan perawatan
lebih untuk memastikan validitas data
Analisis data awal
04
Tuberkulosis paru A15 Reaksi anafilaktik T78.2
Infeksi pada umbilikus P38 Demam tifoid A01.0
Lepra
Gastroenteritis (kolera & giardiasis)
A30
A09
Disentri basiler & disentri amuba
Taeniasis
A06.0
B68.9
05 Cleaning lanjutan data BPJSK, setelah
konsultasi
Hepatitis A B15 Pedikulosis pubis B85.3
Parotitis
Vertigo
Tetanus
B26
R42
A35
Episkleritis
Cracked nipple
H15.1
O92.12,
Re-analisis data BPJSK 06
O92.13
Veruka Vulgaris B07 Inverted nipple O92.02, |28
Dermatitis Atopik L20 O92.03
Analisis Level 4A pada 100 ICDX primer
dengan jumlah kunjungan terbanyak di FKTP
Analisis pada 100 ICDX primer dengan jumlah
kunjungan terbanyak di FKTP
Sebaran ICDX level 4A • Jumlah kunjungan 100 ICDX
terbanyak di RJTP setara dengan
RJTP RITP* hampir 70% jumlah kunjungan
Jumlah kunjungan 100 ICDs 86 millions 855.195 seluruh penyakit
• Di RITP hanya 27 dari 100
Jumlah ICD level 4A 27 7
ICDX primer terbanyak yang
% kunjungan ICD level 4A 37% 38% merupakan ICDX level 4A.
% biaya ICD level 4A na 62% • Sedangkan di RITP terdapat 7
Catatan: * pada RITP hanya terhadap 27 ICDs
ICDX level 4 dari 27 ICDX

• 100 ICDX terbanyak menggambarkan diagnosis yang prevalensinya tinggi, maka untuk meningkatkan kualitas
layanan di FKTP, sebaiknya diagnosis dimuat dalam Pedoman Praktek Klinis Dokter di FKTP.

• Jika memungkinkan dari aspek klinis dan ketersediaan obat, alat dan perbekalan kesehatan, penyakit tersebut
dapat digolongkan menjadi level 4A.
Daftar 27 ICDX level 4A, 3 ICDX level 3A, dan 70 ICDX lain dalam 100
ICDX terbanyak di Rawat Jalan FKTP
peringkat Level peringkat Level
ICD X Deskripsi ICD X ICD X Deskripsi ICD X
kunj Kemampuan kunj Kemampuan
2 J00 Acute nasopharyngitis [common cold] 4A 33L239 Allergic contact dermatitis, unspecified cause 3A
3 I10 Essential (primary) hypertension 4A 41L23 Allergic contact dermatitis 3A
8 K297 Gastritis, unspecified 4A 98H269 Cataract, unspecified 3A
9 A09 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious origin 4A
10 J029 Acute pharyngitis, unspecified 4A
16 E119 Non-insulin-dependent diabetes mellitus without complications 4A ICDX yg belum terdapat di regulasi PPK dokter di FKTP
24 E11 Non-insulin-dependent diabetes mellitus 4A
peringkat
Influenza with other respiratory manifestations, virus not ICD X Deskripsi ICD X
kunj
29 J111 identified 4A
30 J11 Influenza, virus not identified 4A 1 J069 Acute upper respiratory infection, unspecified
37 A010 Typhoid fever 4A 4 K30 Dyspepsia
40 H109 Conjunctivitis, unspecified 4A 5 M791 Myalgia
44 J039 Acute tonsillitis, unspecified 4A 6 R51 Headache
45 L209 Atopic dermatitis, unspecified 4A 7 R509 Fever, unspecified
46 J459 Asthma, unspecified 4A 11 Z392 Routine postpartum follow-up
49 J45 Asthma 4A 12 R05 Cough
50 L029 Cutaneous abscess, furuncle and carbuncle, unspecified 4A 13 K040 Pulpitis
55 H521 Myopia 4A 14 Z309 Contraceptive management, unspecified
Non-insulin-dependent diabetes mellitus with unspecified 15 K041 Necrosis of pulp
56 E118 complications 4A 17 Z369 Antenatal screening, unspecified
63 B86 Scabies 4A 18 Z349 Supervision of normal pregnancy, unspecified
64 J118 Influenza with other manifestations, virus not identified 4A 19 Z340 Supervision of normal first pregnancy
72 L20 Atopic dermatitis 4A 20 J06 Acute upper respiratory infections of multiple and unspecified sites
74 G442 Tension-type headache 4A 21 M545 Low back pain
76 N390 Urinary tract infection, site not specified 4A 22 L309 Dermatitis, unspecified
Tuberculosis of lung, confirmed by sputum microscopy with or 23 J02 Acute pharyngitis
87 A150 without culture 4A 25 K021 Caries of dentine
91 J209 Acute bronchitis, unspecified 4A 26 Z304 Surveillance of contraceptive drugs
92 J03 Acute tonsillitis 4A 27 Z348 Supervision of other normal pregnancy
93 K121 Other forms of stomatitis 4A
Lanjutan
ICDX yg belum terdapat di regulasi PPK dokter di FKTP
peringkat ICD X Deskripsi ICD X peringkat ICD X Deskripsi ICD X
kunj kunj
28 M069 Rheumatoid arthritis, unspecified 68 I64 Stroke, not specified as haemorrhage or infarction
31 Z308 Other contraceptive management 69 Z719 Counselling, unspecified
32 R50 Fever of other and unknown origin 70 O000 Abdominal pregnancy
34 Z000 General medical examination 71 R11 Nausea and vomiting
35 H527 Disorder of refraction, unspecified 73 I110 Hypertensive heart disease with (congestive) heart failure
36 K29 Gastritis and duodenitis 75 H814 Verti of central origin
38 K006 Disturbances in tooth eruption 77 K050 Acute gingivitis
39 I500 Congestive heart failure 78 I119 Hypertensive heart disease without (congestive) heart failure
42 Z34 Supervision of normal pregnancy 79 M792 Neuralgia and neuritis, unspecified
43 Z368 Other antenatal screening 80 T784 Allergy, unspecified
47 Z300 General counselling and advice on contraception 81 L308 Other specified dermatitis
48 H10 Conjunctivitis 82 M790 Rheumatism, unspecified
51 K029 Dental caries, unspecified 83 K052 Acute periodontitis
84 E780 Pure hypercholesterolaemia
52 K291 Other acute gastritis
85 R500 Fever with chills
53 K047 Periapical abscess without sinus
General examination and investigation of persons without complaint
54 L30 Other dermatitis 86 Z00 and reported diagnosis
57 Z390 Care and examination immediately after delivery 88 K011 Impacted teeth
58 J068 Other acute upper respiratory infections of multiple sites 89 I11 Hypertensive heart disease
59 J060 Acute larynpharyngitis 90 K053 Chronic periodontitis
60 Z36 Antenatal screening 94 K296 Other gastritis
61 M139 Arthritis, unspecified 95 J40 Bronchitis, not specified as acute or chronic
62 Z30 Contraceptive management 96 M199 Arthrosis, unspecified
65 M13 Other arthritis 97 I15 Secondary hypertension
66 I159 Secondary hypertension, unspecified 99 R53 Malaise and fatigue
67 K02 Dental caries 100 R104 Other and unspecified abdominal pain
Daftar 7 ICDX level 4A dan 20 ICDX lain di Rawat Inap FKTP
ICDX Level 4A ICDX yg belum terdapat di regulasi PPK dokter di FKTP
peringkat
ICD X Deskripsi ICD X
kunj
Level
Peringkat ICD X Deskripsi ICD X 1 O800 Spontaneous vertex delivery
Kemampuan
3 O808 Other single spontaneous delivery
4 O80 Single spontaneous delivery
Single spontaneous delivery,
5 O801 Spontaneous breech delivery
2 O809 unspecified 4A
10 R509 Fever, unspecified
6 I10 Essential (primary) hypertension 4A Gastric ulcer, unspecified as acute or chronic, without
11 K259 haemorrhage or perforation
Non-insulin-dependent diabetes 12 O730 Retained placenta without haemorrhage
7 E110 mellitus with coma 4A 14 D696 Thrombocytopenia, unspecified
15 J46 Status asthmaticus
Diarrhoea and gastroenteritis of 16 K528 Other specified noninfective gastroenteritis and colitis
8 A09 presumed infectious origin 4A 17 O73 Retained placenta and membranes, without haemorrhage
18 K30 Dyspepsia
9 J209 Acute bronchitis, unspecified 4A
19 A01 Typhoid and paratyphoid fevers
13 A010 Typhoid fever 4A 20 N189 Chronic renal failure, unspecified
23 A90 Dengue fever [classical dengue] 4A 21 O660 Obstructed labour due to shoulder dystocia
22 Z304 Surveillance of contraceptive drugs
24 R50 Fever of other and unknown origin
Genital tract and pelvic infection following abortion and ectopic
25 O080 and molar pregnancy
26 H814 Vertigo of central origin
27 J069 Acute upper respiratory infection, unspecified
Estimasi angka rujukan rawat jalan non-spesialistik
Proporsi Rujukan non-spesialistik per ICDX level 4A
H521
E118
E11
Pada 100 ICDX terbanyak RJTP, E119
J209 Hampir seluruh kunjungan
sebanyak 5,4 juta kunjungan J45
Myopia dirujuk ke RS, karena
A150
(6,3%) dirujuk ke RS. L209 kebijakan BPJSK untuk refraksi
L029
J459
harus dengan Sp.Mata
J039
J03
A010
H109
Terdapat 31 juta kunjungan dari L20
N390
27 ICDX level 4A yang seharusnya B86
G442
tuntas di FKTP dan sebanyak 1,4 K297
I10
juta (4%) dirujuk ke RS K121
A09
J029
J111
J118
J11
J00

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0%
Analisis Level 4A pada 100 ICDX primer dengan
jumlah kunjungan terbanyak di Rumah Sakit
Analisis pada 100 ICDX primer dengan jumlah
kunjungan terbanyak di Rumah Sakit
• Di RJTL, jumlah kunjungan 100 ICDX terbanyak setara dengan 86% total kunjungan seluruh ICDX, dan 86% total biaya
klaim seluruh ICDX.

• Di RITL, jumlah kunjungan 100 ICDX terbanyak setara dengan 59% total kunjungan seluruh ICDX dan 51% total biaya
klaim seluruh ICDX.

Sebaran diagnosis level 4A • Penilaian fungsi gate-keeper di


FKTP dilakukan melalui analisis
RJTL RITL mendalam diagnosis level 4A yang
Jumlah ICD level 4A 15 20 dilayani di RS, baik rawat jalan
Jumlah kunjungan 100 ICDs 57 juta 5.6 juta (RJTL) maupun rawat inap (RITL).
% kunjungan ICD level 4A 2,5 juta 1,8 juta
• Untuk mendapatkan hasil yang
Jumlah klaim biaya 100 ICDs 18,25 trilyun Rp 22,9 trilyun Rp akurat, Kasus level 4A emergensi
% biaya ICD level 4A 527 miliar Rp 5,4 trilyun Rp dan Kasus level 4A rujukan dari
FKRTL akan dikeluarkan dalam
analisis ini
Analisis ICDX level 4A di RS
Rawat Jalan di RS Rawat Inap di RS

Seluruh Jumlah kasus level 4A Seluruh Jumlah kasus level 4A


kasus ICDX tercatat kasus ICDX tercatat
level 4A 2.468.788 kasus level 4A 1.785.243 kasus

Kasus level 2,6% kasus termasuk Kasus level 1,8% kasus emergensi
4A non dalam kasus emergensi 4A non 1.753.555 kasus
emergensi 2.405.451 kasus emergensi

Kasus level 5,5% kasus rujukan Kasus level 39,2% kasus


4A rujukan dari RS (non-FKTP) 4A rujukan rujukan dari RS
dari FKTP 2.268.775 kasus dari FKTP 1.053.658 kasus

Analisis kriteria TACC sebagai dasar


rujukan dokter FKTP ke RS
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari
kriteria “TACC” (Time-Age-Complication-Comorbidity) berikut:

• jika perjalanan penyakit dapat Tidak terdapat indicator


digolongkan kepada kondisi kronis atau
Time melewati Golden Time Standard.
spesifik sehingga tidak
dapat dinilai dari variabel
data BPJSK.

• jika usia pasien masuk dalam kategori


yang dikhawatirkan meningkatkan risiko Untuk umur dapat
Age komplikasi serta risiko kondisi penyakit dianalisis sebarannya saja
lebih berat.

• jika komplikasi yang ditemui dapat


memperberat kondisi pasien.
Complication Dapat dinilai dari
keberadaan diagnosis
sekunder yang tercatat di
• jika terdapat keluhan atau gejala penyakit data BPJSK
lain yang memperberat kondisi pasien.
Comorbidity
Sebaran ICDX level 4A dengan dan tanpa diagnosis sekunder (DS)
Rawat Jalan di RS
Kunjungan dgn Kunjungan tanpa % Kunjungan % Kunjungan
Diagnosis ICD X Total Kunjungan
Diagnosis Sekunder Diagnosis Sekunder dgn DS tanpa DS
15 ICD X 2.268.775 599.781 1.668.993 26% 74%
J459 Asma 333.862 46.740 287.123 14% 86%
H521 Myopia 341.653 62.835 278.818 18% 82%
H524 Presbyopia 253.564 103.799 170.134 41% 59%
I10 Hipertensi 204.061 33.927 149.764 17% 83%
A099 Peradangan saluran cerna 196.431 86.753 122.698 44% 56%
H522 Astigmatism 162.686 39.988 109.678 25% 75%
E119 DM non-insulin tanpa komplikasi 167.307 74.181 93.126 44% 56%
H612 Impacted Serumen 100.165 58.691 76.068 59% 41%
J029 Faringitis akut 92.035 15.967 64.177 17% 83%
N390 Infeksi saluran kemih 81.806 18.526 63.280 23% 77%
T141 Perawatan luka terbuka 77.284 13.106 60.198 17% 83%
K297 Gastritis 68.108 10.223 57.885 15% 85%
A010 Demam Thypoid 65.327 5.129 49.367 8% 92%
R42 Vertigo 63.939 18.736 45.204 29% 71%
H520 Hypermetropia 60.548 11.182 41.475 18% 82%
Sebaran ICDX level 4A dengan dan tanpa diagnosis sekunder (DS)
Rawat Inap di RS
Kunjungan dgn Kunjungan tanpa % Kunjungan % Kunjungan
Diagnosis ICD X Total Kunjungan
Diagnosis Sekunder Diagnosis Sekunder dgn DS tanpa DS
20 ICD X 1.053.658 515.020 538.637 49% 51%
A010 Demam thypoid 208.437 84.365 124.072 40% 60%
A099 Peradangan pada saluran cerna 159.474 66.747 92.727 42% 58%
A91 DBD 67.579 26.029 41.550 39% 61%
J180 Bronkopneumonia 65.450 35.315 30.135 54% 46%
O809 Persalinan normal 59.457 59.215 242 100% 0%
J189 Pneumonia 55.184 36.253 18.931 66% 34%
I10 Hypertensi 51.794 31.012 20.782 60% 40%
N390 Infeksi Saluran Kemih 50.733 26.484 24.249 52% 48%
A090 GERD 49.432 17.474 31.959 35% 65%
E119 DM Non-insulin tanpa komplikasi 49.187 35.358 13.829 72% 28%
A90 Kejang demam 43.200 16.277 26.923 38% 62%
DM Non-insulin dengan komplikasi pada
E115 pembuluh darah 41.820 21.070 20.750 50% 50%
J459 Asma 37.825 11.786 26.039 31% 69%
K219 Infeksi pada saluran cerna 23.601 12.301 11.300 52% 48%
J029 Faringitis akut 18.533 7.038 11.495 38% 62%
R560 Suspek DBD 17.172 7.165 10.007 42% 58%
A150 TBC 16.200 9.458 6.742 58% 42%
J209 Bronkitis akut 13.634 5.060 8.573 37% 63%
R42 Vertigo 12.758 4.582 8.176 36% 64%
J350 Tonsillitis kronis 12.187 2.031 10.156 17% 83%
Proporsi kunjungan & Biaya Klaim ICDX Level 4A tanpa Diagnosis
Sekunder
Rawat Jalan di RS Maksimal rasio Rawat Inap di RS
rujukan non-

4,0% spesialistik dalam


KBK JKN sebesar 2% 16,2% Belum menjadi
indicator KBK JKN
Proporsi kunjungan level 4A
Proporsi kasus level 4A tanpa
tanpa diagnosis sekunder
diagnosis sekunder terhadap
terhadap seluruh rujukan FKTP
seluruh kasus rujukan FKTP

Rp357miliar Rp1,4 trilyun


Biaya klaim level 4A tanpa
Biaya klaim level 4A tanpa diagnosis sekunder, atau 11%
diagnosis sekunder, atau 2,8% terhadap biaya klaim kasus
terhadap biaya klaim kasus rujukan FKTP
rujukan FKTP
Proporsi level 4A terhadap 100 ICDX yang dirujuk FKTP menurut
provinsi
Rawat Jalan di RS Rawat Inap di RS
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MALUKU UTARA
BANTEN Wilayah Indonesia SUMATERA BARAT Beberapa provinsi di
DKI JAKARTA
JAWA TIMUR
bagian timur memiliki PAPUA
NUSA TENGGARA BARAT
wilayah Indonesia
JAWA TENGAH proporsi rujukan GORONTALO timur memiliki
KALIMANTAN TENGAH
JAWA BARAT
penyakit tingkat NUSA TENGGARA TIMUR
RIAU
proporsi yang rendah.
SULAWESI BARAT kemampuan 4A lebih SULAWESI BARAT Hal ini dapat
SUMATERA UTARA
ACEH tinggi. Kondisi ini KALIMANTAN UTARA
MALUKU
disebabkan karena
SULAWESI SELATAN disebabkan kurangnya DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA secara geografis akses
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA ketersediaan obat dan DKI JAKARTA
masyarakat lebih sulit
KALIMANTAN SELATAN
KEPULAUAN RIAU
lab penunjang di SULAWESI TENGGARA jika harus dirujuk ke
JAWA TIMUR
SUMATERA BARAT daerah tersebut, sesuai JAWA TENGAH
RS.
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
dengan hasil Rifaskes, KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN UTARA 2019 BALI
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
KALIMANTAN TIMUR
BANTEN
LAMPUNG
KEPULAUAN RIAU
SULAWESI TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
SUMATERA SELATAN SULAWESI UTARA

GORONTALO JAWA BARAT


RIAU JAMBI
NUSA TENGGARA TIMUR ACEH
BENGKULU SUMATERA SELATAN
JAMBI SUMATERA UTARA
PAPUA BARAT SULAWESI SELATAN
MALUKU BENGKULU
PAPUA KALIMANTAN BARAT
SULAWESI UTARA LAMPUNG
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Rangkuman
• Bila sesuai regulasi: Puskesmas rata-rata mempunyai kemampuan untuk menuntaskan
penanganan 33 jenis penyakit dari 124 jenis penyakit.
• Pada kondisi alternatif dengan persyaratan yang lebih longgar: Puskesmas rata-rata
mempunyai kemampuan untuk menuntaskan penanganan 48 jenis penyakit dari 118 jenis
penyakit (kemampuan tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta dan terrendah di Provinsi
Sulawesi Utara)
• Puskesmas terakreditasi mempunyai kemampuan yang lebih baik disbanding yang belum
terakreditasi.
• Puskesmas berstatus BLUD mempunyai kemampuan yang lebih baik dibanding yang
belum berstatus BLUD
• Rujukan kasus non-spesialistik sebesar 4%, lebih tinggi dari yang dianjurkan yaitu 2%.
(Terrendah Provinsi DI Yogyakarta dan tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara)
Tim Analisis
ThinkWell Institute (TWI) Indonesia: Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK):

1. Dr. dr. Trihono, M.Sc 1. Dr. dr. Harimat Hendrawan, M.Kes


2. Halimah, SKM, M.Sc 2. Dr. dr. Teti Tejayanti, MKM
3. Nirwan Maulana, SE, M.Sc 3. Dr. Wahyu Pudji Nugraheni, SKM, M.Kes
4. Nadhila Adani, SE, M.Sc 4. Suparmi, SKM, MKM
5. dr. Edward Sutanto, MPH 5. Nirmala Ahmad Ma'ruf, SKM., Msi
6. Melyana Lumbantoruan, SKM, ME
7. Nurul Puspasari, SKM, MKM
8. Djunaedi, SKM
9. Elfys Ferdynan, S.Si

|44
STRATIFIKASI KESIAPAN
PUSKESMAS PONED DAN RS PONEK
KABUPATEN/KOTA

KOLABORASI THINKWELL INSTITUTE INDONESIA DAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JULI 2022
OUTLINE
01 PENDAHULUAN

DATA & METODOLOGI 02

03 TEMUAN KUNCI

DISKUSI KEBIJAKAN 04
|46
JUMLAH KEMATIAN IBU KABUPATEN/KOTA, (RERATA) 2016-2020
*Diolah dari data rutin Dir. GKIA

Notes:
Data rutin lebih
rendah dibandingkan
laporan Sensus/Supas
dan estimasi WHO/UN
(potentially underreported)
ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) per 100.000 KELAHIRAN HIDUP, 2016-2020
*Diolah dari data rutin Dir. GKIA

Source: calculated fro Kesga Kemenkes


JUMLAH KEMATIAN NEONATAL KABUPATEN/KOTA, (RERATA) 2016-2020
*Diolah dari data rutin Dir. GKIA

Notes:
Data rutin lebih
rendah dibandingkan
laporan Sensus/Supas
dan estimasi WHO/UN
(potentially underreported)
ANGKA KEMATIAN NEONATAL (AKN) per 1.000 KELAHIRAN HIDUP, 2016-2020
*Diolah dari data rutin Dir. GKIA
INDIKATOR KESIAPAN PONED & PONEK
INDIKATOR KESIAPAN PUSKESMAS PONED
Sarana, Prasarana & Alkes Tenaga Kesehatan
Sumber data: Sumber data:
Database ASPAK Q1 2022 Database PPSDM Q1 2022

Ketersediaan Sarana: Ketersediaan Nakes Utama


• Ruangan Persalinan Limitasi:

• Ruangan Rawat Pasca Persalinan Merujuk pada Pedoman PONED: • Data ASPAK & PPSDM
tidak bisa digabung (ID
• Minimal 2 dokter Puskesmas berbeda)
Ketersediaan Prasarana: • Minimal 5 perawat • Analisis data ASPAK tidak
• Sumber listrik (5 komponen) • Minimal 5 bidan dapat menghasilkan
penilaian kesiapan per
• Ambulans • Minimal 1 ATLM komponen, karena data
• Pengolahan limbah (7 komponen) yang tersedia skoring
• Jaringan internet agregat
• Tidak ada indikator
• Sumber air (7 komponen) penilaian
kelengkapan/kemampuan
Ketersediaan Alkes: Penilaian kesiapan: layanan puskesmas,
Terdapat 70 jenis alat kesehatan Puskesmas siap PONED harus sehingga penilaian kurang
komperhensif
memenuhi 4 indikator
Penilaian kesiapan: ketersediaan nakes tersebut
ASPAK membuat sistem skoring, dengan
batasan minimal 75% untuk puskesmas
dinyatakan siap PONED

Syarat Kesiapan Kabupaten/Kota:


Memiliki (minimal) 4 Puskesmas PONED
INDIKATOR KESIAPAN RUMAH SAKIT PONEK
Layanan Kesehatan Tenaga Kesehatan
Sumber data: Sumber data:
Database SIRS Q1 2022 Database PPSDM Q4 2021

Ketersediaan layanan
Berdasarkan Pedoman PONEK: Ketersediaan Nakes Utama Unit Analisis:
• KIA & KB • Rumah sakit umum
Merujuk pada Pedoman PONEK: • Rumah sakit ibu &
• UGD 24 jam setiap hari • Minimal 5 dokter
• Kesehatan anak anak
• Minimal 5 perawat
• Obstetri dan ginekologi • Rumah sakit publik
• Minimal 5 bidan
• Anestesi & swasta
• Minimal 2 spesialis kandungan
• Radiologi • Minimal 2 spesialis anak
• Patologi Klinik • Minimal 2 Spesialis anestesi
• Bank Darah atau UTD Kab/Kota • Minimal 1 ATLM
• Gabungan NICU, PICU, Perinatologi

Penilaian kesiapan:
Penilaian kesiapan: RS siap PONEK harus memenuhi 7
RS siap PONEK harus memenuhi 9 indikator
ketersediaan layanan kesehatan tersebut
indikator ketersediaan nakes
tersebut

Syarat Kesiapan Kabupaten/Kota:


Memiliki (minimal) 1 RS PONEK
Validasi hasil analisis
dengan kondisi riil kab/kota
Hasil:
• Studi Kualitatif di 8 kab/kota terkait masalah
kematian ibu & neonatal, program KIA dan
termasuk validasi hasil analisis
• Kondisi faktual Puskesmas & RS berbeda
cukup signifikan, sehingga perlu update data
untuk analisis kesiapan PONED & PONEK

1 2 3
Analisis menggunakan data rifaskes Update analisis menggunakan data ASPAK &
2019 untuk PONED; data PPSDM & PPSDM untuk PONED; data PPSDM & SIRS
SIRS untuk PONEK yang sudah terintegrasi untuk PONEK
Hasil: Catatan kualitas data:
• 300 puskesmas siap PONED • Data SIRS dan PPSDM RS sudah terintegrasi (ID RS
• 590 RS siap PONEK match), sehingga meningkatkan kualitas analisis
• Hanya 13 kab/kota yang siap 4 PONED & (dapat menjadi contoh baik bagi integrasi data
1 RS PONEK lainnya)
Catatan kualitas data: • Data ASPAK yang diperoleh bersifat aggregate,
• Rifaskes mampu menyediakan indikator sehingga tidak dapat Melakukan analisis masing-
yang sangat komperhensif, tetapi tidak masing komponen kesiapan PONED per Puskesmas
update/real-time • Data ASPAK dan Data PPSDM tidak terintegrasi (ID
• Data SIRS dan Data PPSDM RS tidak Puskesmas tidak sama), sehingga analisis Puskesmas
terintegrasi (ID RS tidak match), sehingga PONED bersifat aggregate level kab/kota
analysis dilakukan secara berjenjang • Data ASPAK dan Data PPSDM tidak konsisten,
misalnya berbeda dalam hal jumlah puskesmas yang
KESIAPAN PUSKESMAS PONED
SUB-KOMPONEN KESIAPAN ASPAK
Puskesmas Siap Poned Berdasarkan ASPAK
100% (Memenuhi skor 75%)
100%
• 27% puskesmas siap PONED terdiri dari
90% 17% ranap dan 10% non-ranap
80%
• Puskesmas siap PONED tetapi masih
80%
75% 74% 73% non-ranap perlu didorong menjadi
70% ranap agar dapat memenuhi standard
64%

59%
61%
60% pelayanan PONED
60% 58%
54%

50% 48%
46%
44%
41% 41% 41%
40% 36%
33% 34%
31% 32%
30% 26%
29% 28% 28% 27%
24% 24% 24% 24% 25%
23%
20% 20%
20% 17% 17% 18% 17% 18% 19% 18% 19% 17% 16%
19%
18% 17% 19%
16% 15%
14% 13% 13% 13% 14% 13%
11% 11% 11% 12%
9% 9% 10%
10% 8% 7%7% 7%7% 7%

0%
Lampung
Riau

Jambi

Jawa Timur

Bali

Nusa Tenggara Timur

Maluku

Papua Barat

Indonesia
Bangka Belitung

DI Yogyakarta

Kalimantan Tengah

Sulawesi Tengah
Sumatera Utara

Sumatera Selatan

Kalimantan Timur
Sumatera Barat

Bengkulu

Papua
Kepulauan Riau

Jawa Barat

Nusa Tenggara Barat


Aceh

Jawa Tengah

Sulawesi Barat
Banten

Kalimantan Barat

Sulawesi Selatan
DKI Jakarta

Kalimantan Selatan

Gorontalo

Maluku Utara
Sulawesi Utara
Kalimantan Utara

Sulawesi Tenggara
% total Puskesmas % Puskesmas Ranap
SUB-KOMPONEN KESIAPAN SDM (1/3)
• Puskesmas siap dengan minimal 2 dokter
mayoritas berada di Pulau Jawa,
sedangkan di wilayah timur mayoritas
hanya memiliki 1 dokter
• Masih ada 652 puskemas (6%) yang tidak
punya dokter (tersebar di 32 provinsi dan
197 Kab/kota)
• Puskesmas yang tidak punya dokter paling
banyak di Provinsi Papua (46.6% dari total
puskesmas-nya)

• Syarat kesiapan minimal 5 perawat relatif


dapat dipenuhi secara nasional
• DKI Jakarta memiliki karakteristik yang
berbeda dengan keberadaan Puskesmas
Kecamatan/Kelurahan, sehingga yang
diutamakan keberadaa dokter (hampir
100% puskesmas memiliki minimal 2
dokter)
SUB-KOMPONEN KESIAPAN SDM (2/3)

• Syarat kesiapan minimal 5 bidan relatif


dapat dipenuhi secara nasional
• DKI Jakarta memiliki karakteristik yang
berbeda dengan keberadaan Puskesmas
Kecamatan/Kelurahan, sehingga yang
diutamakan keberadaa dokter (hampir
100% puskesmas memiliki minimal 2
dokter)

• Secara nasional, 74% Puskesmas memiliki


minimal 1 ATLM
• Masih ada 2.644 puskemas (26%) yang tidak
punya ATLM (tersebar di 34 provinsi dan 402
Kab/kota)
• Selain DKI Jakarta, yang paling rendah
kesiapannya berada di Sulawesi Utara (39%)
• DKI Jakarta memiliki karakteristik yang berbeda
dengan keberadaan Puskesmas
Kecamatan/Kelurahan, sehingga yang
diutamakan keberadaa dokter (hampir 100%
puskesmas memiliki minimal 2 dokter)
SUB-KOMPONEN KESIAPAN SDM (3/3)
SDM Gabungan
• Kesiapan tertinggi paling banyak di Pulau Jawa,
100%
100% diikuti Nusa Tenggara dan Sumatera
• DKI Jakarta memiliki karakteristik yang berbeda
90% dengan keberadaan Puskesmas
83% 83% Kecamatan/Kelurahan, sehingga standar pedoman
80% 76%78% 77% 78% PONED tidak bisa secara langsung diterapkan
72% 72% 71%
70% 69%
70% 68% 67%
63% 63%
62%
60% 60%
58% 57%
60% 56% 56% 56%
53% 53%
49% 50% 50% 49%49% 47% 50%
50% 48% 47%
44% 43% 43% 43% 43%
42% 41%
39% 38%
40% 35%34%
32% 32% 33%
29% 28% 29% 29%
30% 28% 26%
24% 23% 23%
21% 21%
19% 18% 18%
17%
20% 15% 16%
10%
10%

0%
DI Yogyakarta
Riau

Jambi

Bengkulu

Kalimantan Timur

Sulawesi Tengah

Sulawesi Barat

Papua
Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

Bali

Nusa Tenggara Barat


Sumatera Utara

Jawa Barat

Jawa Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Utara

Papua Barat
Bangka Belitung

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Banten

Maluku
Aceh

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Gorontalo

Indonesia
Sumatera Barat

Lampung

Jawa Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur

Maluku Utara
% total Puskesmas % Puskesmas Ranap
SEBARAN KABUPATEN/KOTA YANG SIAP PUSKESMAS PONED
SEBARAN KABUPATEN/KOTA YANG SIAP PUSKESMAS PONED

• Hanya 224 daerah (44%) yang memenuhi 39

syarat minimal siap 4 Puskesmas PONED,


189 44
di mana mayoritas berasal dari
14
Kabupaten/Kota Lokus KIA (33%) 106
• Daerah yang memiliki 3 Puskesmas 20
PONED (“hampir siap”), dapat dijadikan
35 11
prioritas intervensi penguatan PONED,
misalnya melalui penambahan alokasi 44
DAK fisik serta penetapan status lokus KIA: 67
15
10
• Terdapat 24 daerah berstatus lokus 9
KIA yang “hampir siap PONED”
146
• Tedapat 20 daerah berstatus non-
31
lokus KIA yang “hampir siap PONED” 48
• Penguatan monitoring & evaluasi
implementasi program KIA di 54
Kabupaten/Kota lokus KIA, karena masih 100
19
27
banyak yang memiliki kesiapan PONED di
bawah 3 (125 daerah)
Total (514 daerah) Non-Lokus Lokus KIA 2020-2021 Lokus KIA 2022
(194 daerah) (200 daerah) (120 daerah)
Siap 0 Siap 1-2 Siap 3 Siap 4 Siap >4
KESIAPAN RS PONEK
0%
10%
20%
30%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0%
10%
20%
40%
50%
60%
70%
80%
90%

40%
30%
100%
Aceh Aceh

Sumatera Utara Sumatera Utara


Sumatera Barat Sumatera Barat
Riau Riau

NICU
Jambi Jambi
Sumatera Selatan Sumatera Selatan
Bengkulu Bengkulu
Lampung Lampung

PICU
Bangka Belitung Bangka Belitung
Kepulauan Riau Kepulauan Riau
DKI Jakarta DKI Jakarta
Jawa Barat Jawa Barat
Jawa Tengah Jawa Tengah
DI Yogyakarta DI Yogyakarta
Bank darah

Jawa Timur Jawa Timur


Banten
Perinatologi
Banten
Bali Bali
sa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat
sa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat Kalimantan Barat
alimantan Tengah Kalimantan Tengah
alimantan Selatan Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Kalimantan Utara Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Bank darah/UTD

Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku
Maluku Utara
Maluku Utara
SUB-KOMPONEN KESIAPAN LAYANAN (SIRS) (1/3)

Gabungan NICU/PICU/Perinatologi

Papua Barat
Papua Barat
Papua
Papua
Indonesia
Indonesia
• Kesiapan

• Mengingat
Perinatologi
ditingkatkan

prioritas untuk
NICU,
secara nasional)

dan
bergantung pada

maka kesiapannya
dengan
PICU
UTD
tidak
sudah baik dan merata
• Mengingat perdarahan

ruangan terpisah (ideal)


masih rendah, sementara
kematian ibu, tampaknya
menjadi penyebab utama

kesiapan bank darah perlu

penyebab utama kematian


• Akan tetapi, jika dilihat dari

BBLR/prematurasi menjadi
kondisi
indikator UTD, kesiapannya

meningkat secara signifikan

neonatal, maka perlu upaya


• Kesiapan bank darah di level
RS masih cukup rendah (31%

bila ketersediaanya digabung


& hanya
0%
10%
20%
30%
40%
60%
70%
80%
90%
100%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%

50%
Aceh Aceh
Sumatera Utara Sumatera Utara
Sumatera Barat Sumatera Barat
Riau Riau
Jambi Jambi
Sumatera Selatan Sumatera Selatan
Bengkulu Bengkulu
Lampung Lampung
Bangka Belitung Bangka Belitung
Kepulauan Riau Kepulauan Riau
DKI Jakarta DKI Jakarta
Jawa Barat Jawa Barat

Obstetri & Ginekologi


Jawa Tengah Jawa Tengah
DI Yogyakarta DI Yogyakarta
Pelayanan KIA & KB

Jawa Timur Jawa Timur


Banten Banten
Bali Bali
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat
Anestesi

Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur


Kalimantan Barat Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
UGD 24 Jam

Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan


Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Kalimantan Utara Kalimantan Utara
Radiologi

Sulawesi Utara Sulawesi Utara


Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara
Gorontalo Gorontalo
Sulawesi Barat Sulawesi Barat
Kesehatan anak

Maluku Maluku
Maluku Utara Maluku Utara
Papua Barat Papua Barat
Patologi Klinik
SUB-KOMPONEN KESIAPAN LAYANAN (SIRS) (2/3)

Papua Papua
Indonesia Indonesia



KB daripada KIA
jam sudah relatif siap

memiliki dokter Sp. Anak

daripada wilayah timur


Pulau Jawa dan Sumatera
rendah berada di Provinsi Aceh
(63%), yang penyebabnya lebih

Kesiapan indikator obstetric


Kesiapan Pelayanan anak paling

Klinik relative lebih tinggi di


di Provinsi tersebut tercatat tidak
rendah berada di Provinsi Maluku
Kesiapan Pelayanan KIA & KB paling

ginikelogi, anestesi dan patologi


kepada faktor ketersediaan layanan
Secara nasional, indikator pelayanan
KIA & KB, kesehatan anak dan UGD 24

(66%), salah satunya dikarena 41% RS


10%
20%
30%
40%
50%
70%
80%

60%
90%
100%

0%
Aceh

Sumatera Utara

30% 31%
Sumatera Barat

42%
Riau

38%
Jambi

53%
Sumatera Selatan

33%
Bengkulu

39%
Lampung

27%
Bangka Belitung

31%
Kepulauan Riau
43%

DKI Jakarta
47%

Jawa Barat
51%

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur
43% 42% 44%

Banten
58%

Bali

Nusa Tenggara Barat


46% 45%
Gabungan

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat
30% 29%

Kalimantan Tengah
41%

Kalimantan Selatan
SUB-KOMPONEN KESIAPAN LAYANAN (SIRS) (3/3)


Kalimantan Timur
30% 30%

Kalimantan Utara
25%

Sulawesi Utara
15%
dominan

Sulawesi Tengah
26%

Sulawesi Selatan
39%

Sulawesi Tenggara
41%

Gorontalo
44%

Sulawesi Barat
31%

Maluku
ketersediaan RS swasta yang banyak
mana salah satu penyebabnya adalah

Maluku Utara
17% 16%

Papua Barat
10%
Hal ini berbeda dengan karaktersitik wilayah

Papua
Kesiapan tertinggi paling banyak di Pulau Jawa, di

29%
timur, di mana peranan RS public menjadi sangat

Indonesia
40%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%

0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Aceh
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Riau
Riau
Jambi
Jambi
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Bengkulu Bengkulu

Lampung Lampung

Bangka Belitung Bangka Belitung

Sp. Anak ≥ 2
Kepulauan Riau
ATLM ≥ 1

Kepulauan Riau
DKI Jakarta DKI Jakarta

Jawa Barat Jawa Barat

Jawa Tengah Jawa Tengah

DI Yogyakarta DI Yogyakarta

Jawa Timur Jawa Timur


Bidan ≥ 5

Banten Banten
Bali Bali
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat Kalimantan Barat
Sp. Anastesiologi ≥ 2

Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah


Kalimantan Selatan
Dokter ≥ 5

Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara
SUB-KOMPONEN KESIAPAN SDM (1/2)

Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Perawat ≥ 5

Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Maluku
Sp. Obstetrigine ≥ 2

Maluku
Maluku Utara
Maluku Utara
Papua Barat
Papua Barat
Papua
Papua
Indonesia
Indonesia
wilayah timur
minimal 5 personil
cukup baik, di mana

Jawa, sehingga perlu

• Perlu penguatan upaya


pemerataan di wilayah

masih terpusat di Pulau


lainnya, terutama timur

Jawa, terutama DKI Jakarta


dokter dan minimal 1 ATLM

ke daerah lainnya, terutama


pemerataan dokter spesialis
mayoritas dapat memenuhi

mayoritas tepenuhi di Pulau

• Ketersediaan dokter spesialis


• Kesiapan indikator minimal 5
Perawat secara umum sudah
• Kesiapan indikator Bidan dan
SUB-KOMPONEN KESIAPAN SDM (2/2)
Gabungan • Kesiapan SDM tertinggi paling banyak di Pulau
Jawa, terutama DKI Jakarta, di mana salah satu
100% penyebabnya, adalah ketersediaan RS swasta yang
banyak
90% • Perlu penguatan upaya pemerataan dokter
spesialis ke daerah lainnya, terutama wilayah
80% 78%
timur

70%
60%
60% 57%
51%
50%
45%
42%
40% 37% 38% 37%
34% 34%
32% 31%
30%
30% 28% 26% 26% 26%
24% 23% 24% 25%
22%
20% 19% 19%
19%
20% 17% 17% 15% 14%
13%
11% 11% 10%
10%

0%
Bangka Belitung
Aceh

Riau

Bengkulu

Papua
Jawa Tengah

Jawa Timur
DKI Jakarta
Jambi

Jawa Barat

DI Yogyakarta

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Timur
Banten

Kalimantan Selatan

Sulawesi Utara
Kalimantan Barat

Maluku
Sumatera Selatan

Lampung

Kepulauan Riau

Indonesia
Sumatera Barat

Maluku Utara

Papua Barat
Kalimantan Utara

Sulawesi Tengah

Gorontalo

Sulawesi Barat
Sumatera Utara

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Barat

Sulawesi Tenggara
SEBARAN KABUPATEN/KOTA YANG SIAP RS PONEK
SEBARAN KABUPATEN/KOTA YANG SIAP RS PONEK
14
63 16
33
10

38 9
27
19

• Hanya 205 daerah (40%) yang memenuhi 104


26
syarat minimal siap 1 RS PONEK, di mana
51
mayoritas berasal dari Kabupaten/Kota
Lokus KIA
• Penguatan monitoring & evaluasi
implementasi program KIA di
Kabupaten/Kota lokus KIA, karena masih 143
banyak yang tidak siap PONEK (166 309 69
daerah) 97

Total (514 daerah) Non-Lokus Lokus KIA 2020-2021 Lokus KIA 2022
(194 daerah) (200 daerah) (120 daerah)
Siap 0 Siap 1 Siap 2 Siap >2
STRATIFIKASI KESIAPAN PONED & PONEK
STRATA KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DALAM KETERSEDIAAN PONED & PONEK
STRATIFIKASI KESIAPAN KABUPATEN/KOTA
Untuk daerah yang sudah siap
PONED & PONEK serta
Menarik untuk ditelusuri karena 22 masalah kematian ibu &
mampu siap PONED & PONEK tanpa neonatal yang terkendali,
adanya “comparative advantage” 144 bantuan pusat, seperti DAK
35
dengan menjadi lokus KIA fisik pelayanan dasar &
30 rujukan untuk program KIA,
87
dapat dievaluasi apakah dapat
diprioritaskan ke daerah
dengan strata kesiapan lebih
61 31 rendah
16

80 16
20 • Prioritas intervensi karena
• Penguatan monitoring dan hanya kurang satu aspek untuk
evaluasi implementasi 29 menjadi siap PONED dan
program KIA (pengautan PONEK
PONED & PONEK) di daerah • Untuk daerah yang berstatus
229
Lokus KIA 2020-2021, karena non-lokus KIA, dapat
sudah mendapatkan perhatian 111 dinominasikan masuk ke
khusus pusat, tetapi masih dalam Lokus KIA sehingga
cukup banyak dengan strata 49 internvensi dan berbagai
tidak siap PONED & PONEK 68 bantuan dari pusat, seperti
• Daerah non-lokus KIA dengan DAK, akan lebih optimal
strata tidak siap PONED &
PONEK dan memiliki masalah
kematian ibu & neonatal
cukup signfikan, maka perlu Total (514 daerah) Non-Lokus Lokus KIA 2020-2021 Lokus KIA 2022
mendapat perhaitan khusus (194 daerah) (200 daerah) (120 daerah)

Tidak siap PONED & PONEK Hanya siap PONED Hanya siap PONEK Siap PONED & PONEK
STRATA KESIAPAN PROVINSI BENGKULU DALAM KETERSEDIAAN PONED & PONEK
STRATA KESIAPAN PROVINSI BANTEN DALAM KETERSEDIAAN PONED & PONEK
KORELASI AKI & AKN DENGAN
STRATIFIKASI KESIAPAN PONED & PONEK
GAMBARAN AKI & AKN BERDASARKAN STRATA KESIAPAN
Jumlah Median AKI Median AKN
Strata Kesiapan
Kab/kota (rerata 2016-2020) (rerata 2016-2020)
Tidak siap PONED & PONEK (S1) 229 122.8 7.3
Hanya Siap PONED (S2) 80 99.7 7.02
Hanya siap PONEK (S3) 61 91.3 6.5
Siap PONED & PONEK (S4) 144 79.3 6.1
Nasional 514 101.7 6.7

• Secara umum, kab/kota yang Siap PONED & PONEK memiliki median/rerata AKI dan AKN yang paling
rendah dibanding strata kesiapan lainnya
• Sebaliknya, Kab/kota yang Tidak Siap PONED & PONEK memiliki median/rerata AKI dan AKN yang lebih
tinggi daripada level nasional, dan menjadi yang paling tinggi dibandingkan strata kesiapan lainnya
AVERAGE NMR 2016-2020
S2 – HANYA SIAP PONED 40 S4 - SIAP PONED & PONEK
MMR MEDIAN LEVEL

32 • Permasalahan kematian neonatal lebih


besar daripada kematian ibu
• Permasalahan utama di Kab. Grobogan
Grobogan adalah sisi modalitas kesehatan
Banjarnegara masyarakat, misalnya banyak kasus
24 pernikahan di bawah umur
Mesuji
Lombok Timur
Purworejo
Halmahera barat Hulu selatan
Blora
Berau 16 Kota Tegal Bondowoso
Lombok Utara Karimun Jember
Sinjai
Tanah Situbondo Kutai kartanegara
Musi rawas utara laut
Keroom Kota Sukabumi Sukabumi
NMR MEDIAN LEVEL 8 Magelang Serang

AVERAGE MMR 2016-2020


Tojo una-una Kota Tasikmalaya
Pesisir barat Kota Bandar Lampung
Kubu raya
Waropen Kota Serang
0
Mimika
-600 -500 -400 Peg. bintang -300 -200 -100 0 100 200 300 400 500 600
Kota kotambagu Supiori
Pulau taliabu
Manokwari Kotawaringin Barat Kota Jayapura
Seram timur -8 Kota Madiun Kota Cirebon Nias
Sorong Selatan
Nias barat NMR MEDIAN LEVEL
Teluk wondama Kota Padang panjang
Kep. Sula Kaimana Aceh singkil
Kota Pariaman Polewali mandar
Raja ampat Maluku Kep. Dogiyai Samosir Aceh tengah Kota Palu
barat daya Tapin Maluku tenggara
Kep. Anambas Morowali -16
Lamandu Sumba tengah Hulu sungai utara
Banggai Laut Kota Salatiga • AKI & AKN Kota Jayapura lebih rendah dari
Boven Digoel Pulau Morotai Kota Magelang
Pasangkayu level rata-rata nasional
• Hal ini perlu dicermati mengingat terdapat
-24 Kota Tidore kepulauan potensi underreported laporan kematian
Gorontalo utara Teluk bintuni • Pelaksanaan AMP yang lemah
• Ada preferensi kuat dari masyarakat untuk
tidak selalu akses ke faskes
Mahakam ulu Manggarai Barat
• AKI & AKN Kab. Manggarai Barat lebih tinggi dari level rata-rata nasional
-32
• Selain tidak siap sisi PONED & PONEK, permasalahan utama lainnya
adalah akses wilayah sulit dan RTK belum merata
• Inovasi untuk mengatasi hambatan ini adalah optimalisasi RTK melalui
S1 - TIDAK SIAP PONED & PONEK program 7H2: hari Sebelum HPL dikontak kader Kesehatan untuk MMR MEDIAN LEVELN S3 - HANYA SIAP PONEK
diarahkan ke Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) -40
TIM KAJIAN

Thinkwell Institute Kementerian Kesehatan


1. Halimah, SKM, M.Sc Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan: Dirjen Pelayanan Kesehatan:
2. Nirwan Maulana, SE, M.Sc 1. Dr. dr. Harimat Hendrawan, M.Kes 1. dr. Farida Aryani, M.Kes., MM
3. Nadhila Adani, SE, M.Sc 2. Dr. dr. Teti Tejayanti, MKM 2. Ns. Wulan Sri Damayanti, S.Kep
4. dr. Edward Sutanto, MPH 3. Dr. Wahyu Pudji Nugraheni, SKM, M.Kes 3. Nurul Puspasari, SKM, MKM
5. Anita Damayanti Putri, SKM, MPH 4. Suparmi, SKM, MKM 4. dra. Rahmi Purwakaningsih, M.Kes
6. Ruli Endepe, SE, M.Sc 5. Djunaedi, SKM 5. Panggih Kusumaningrum, SKM, MKM
7. Dr. dr. Trihono, M.Sc 6. Melyana Lumbantoruan, SKM, ME 6. Kathrin, SST
7. Elfys Ferdynan, S.Si Badan PPSDM:
Dirjen Kesehatan Masyarakat: 1. Timor Utama, S.Kom,MMSI
1. dr. Ario Baskoro, MSc (IHM) 2. Aditya Bayu Sasmita, A.Md
2. dr. Muhammad Yusuf, MKM
3. dr. Rizki Ekananda, MKM
Pusjak Pembiayaan dan Desentralisasi Kesehatan:
1. dr. Ackhmad Afflazir, MKM
2. Amalia zulfah DHW, SKM, MKM
3. Khiswanda Ameliani, SKM
Salamat
Thank You

Obrigado
Merci
Asante

ধন্যবাদ
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai