Sayid Qutub
a-empat
Diterbitkan oleh:
Penerbit A-Empat
Puri Kartika Banjarsari C1/1 Serang 42123
www.a-empat.com
E-mail: penerbita4@gmail.com
ISBN: 978-602-14164-9-5
Printed by:
IRAMA OFFSET
Jl. Kertamukti No. 190 B Pisangan, Ciputat Timur, 15419
E-mail: iramaoffset@gmail.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat serta
pertolongan-Nya yang telah dilimpahkan khususnya dalam penyusunan
penelitian ini. Akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian
dengan proses yang panjang dan luar biasa. Penelitian ini merupakan
disertasi yang telah diujikan guna meraih gelar doktor konsentrasi
studi syari’ah pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari dengan segala hormat bahwa penelitian ini
dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan perhargaan yang
sebesar-besarnya dan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini di antaranya:
1. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA dan Prof. Dr. Huzaimah T
Yanggo, MA, selaku pembimbing dan penguji yang telah
membimbing penulis dalam penyelesaian penelitian ini mulai
dari awal hingga tuntas. Mudah-mudahan bimbingan dan ilmu
yang diberikan menjadi amal jariyah di sisi Allah SWT.
3. Prof. Dr. Suwito, MA, Dr. Yusuf Rahman, MA yang telah
memberikan bimbingan dan pendidikan akademis selama ini dan
pimpinan serta karyawan staf tata usaha yang telah tulus
membantu penulis dalam urusan administrasi, keuangan dan
perpustakaan.
Selain itu, tak lupa juga peneliti mengucapkan rasa syukur dan
terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada keluarga, handai
taulan yang turut berjasa dalam menyelesaikan penelitian ini, di
antaranya:
1. Kedua orangtua penulis Ibunda Hj. Maimunah Muhammad yang
telah bersusah payah melahirkan Ananda dan yang tak bosan
untuk selalu mendoakan siang malam untuk kesuksesan anaknya,
dan Ayahanda Alm H. Muhammad Toha Hasan yang telah
memberikan contoh teladan terbaik bagi keluarga dan bimbingan
serta hartanya yang memberikan keberkahan sampai Ananda
selesai sekolah pendidikan doktor.
v
2. Istri dan anak-anakku tercinta, Dwi Nurmelly Handayani
S.Kom, M.TI dan Tsabit Qais El Fawaz, Uwais Qarni El Fawaz
yang selalu memberi doa, motivasi dahsyat, keceriaan,
kebahagiaan lahir batin, dukungan, bantuan, dan semangat.
3. Keluarga besar Alm H. Muhammad Toha Hasan, Keluarga
besar Alm. H. Muhammad, para abang, kakak, keponakan, amu,
amah dan semuanya semoga tali silaturahim takkan pernah
putus sampai maut menjemput.
4. Keluarga besar H. Hadi Soeseno dan Ibu Hj. Saodah Anggraeni
atas doa restu, motivasi, dan bantuannya.
5. Komisaris dan Direktur PT. Berkah Mulia Pangan (BMP) yang
senantiasa memberikan semangat dan doa.
6. Ketua yayasan, kepala sekolah, para dewan guru, staf TKIT-
SDIT Alquran El Fawaz dan semua komunitas El Fawaz
tercinta yang selalu memberi doa, dukungan, dan semangat.
7. Para dosen Fakultas Ekonomi dan Marketing Communication,
BINUS UNIVERSITY.
8. Para dosen Fakultas Komunikasi dan Penyiaran Islam, STIDDI
Al-Hikmah.
9. Seluruh rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian penelitian
ini semoga Allah memberikan pahala atas semua yang
diberikan.
Sayid Qutub
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................. 1
B. Permasalahan.................................................................. 23
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 26
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 26
E. Kerangka Pemikiran ....................................................... 27
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 183
B. Saran ............................................................................... 186
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Teror merupakan bentuk-bentuk kegiatan dalam rangka pelaksanaan
terorisme melalui penggunanaan/cara ancaman, pemerasan, agitasi, fitnah, pengebo-
man, penghancuran/perusakan, penculikan, intimidasi, perkosaan dan pembunuhan.
Adjie, Terorisme (Jakarta: Surya Multi Grafika, 2005), 11.
2
Terorisme suatu mazhab/aliran kepercayaan melalui pemaksaan kehendak
guna menyuarakan pesan, asas dengan cara melakukan tindakan illegal yang
menjurus ke arah kekerasan, kebrutalan bahkan pembunuhan. Adjie, Terorisme, 11.
Lihat juga Randall Law, Terrorism: A History (Cambridge: Polity Press, 2009), 12.
Lihat juga Knet Lyne Oot, seperti dikutip M. Riza Shibudi, mendifinisikan terorisme
sebagai sebuah aksi militer atau psikologis yang dirancang untuk menciptakan
ketakutan, atau membuat kehancuran ekonomi atau material. M. Riza Sihbudi, Bara
Timur Tengah (Bandung: Mizan, 1991), 94. Lihat juga Clive Walker, Terrorism and
Law (New York: Oxford University Press, 2011), 1-6. Lihat juga Hendropriyono, “
Terorisme dalam Kajian Filsafat Analitika: Relevansinya dengan Ketahanan
Nasional”http://filsafat.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&viewarticle&id=
93:terorisme-dalam-kajianfilsafatanalitikarelevansinya-dengan-ketahanan
nasional&catid=68:pemikiran (diakses 1 Oktober 2013).
1
2 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
3
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, “ Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang
PemberantasanTindakPidanaTerorisme”http://www.setneg.go.id//index.php?option=
com perundangan&id=1548&task=detail&catid=2&Itemid=42&tahun=0 (diakses 1
November 2013).
4
T. Nasrullah, “ Tinjauan Yuridis Aspek Hukum Materil Maupun Formil
Terhadap UU No.15/2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme”
http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/viewFile/1241/1146 (diakses 2 November
2013).
5
Suatu aksi kejahatan terorisme yang menggunakan sarana teknologi dan
informasi, tujuannya melumpuhkan infrastruktur secara nasional, seperti energi,
transportasi, untuk menekan atau mengintimidasi kegiatan-kegiatan pemerintah atau
masyarakat sipil. James A. Lewis, Assesing the Risk of Cyber Terrorism, Cyber War
and Other Cyber Threats, Center for Strategic and International Studies
(Washington D.C: Center for Strategic & International Studies, 2002), 1. Cyber
terrorism kadang juga disebut dengan cyber sabotage and exortion. Kejahatan ini
dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu
data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung ke internet.
Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu virus komputer atau
Pendahuluan | 3
program komputer tertentu, sehingga data program komputer tidak dapat digunakan,
tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana dikehendaki oleh
pelaku. Ali Juliano Gema, sebagaimana dikutip oleh Abdul Wahid dan Mohammad
Labib, dalam buku Cyber Crime, Modus Operandi dan Penanggulangannya
(Jogjakarta: Leks Bang Komputer PRESSindo, 2007), 83. Lihat juga Andrew M.
Colaric, Cyber Terrorism: Political and Economic Implications (USA: Idea Grup
Inc., 2006), 47. Lihat juga Lech Janczewski dan Andrew M. Colarik. Cyber Warfare
and Cyber Terrorism (USA: Idea Group Inc, 2008) 1-5. Lihat juga Council of Europe,
Cyber Terrosim: The Use of the Internet for Terrorist Purpose (Strasbourg: Council
of Europe, 2007) 11-16.
6
Menurut Howard Rheingold bahwa cyber space adalah sebuah ruang imajiner
atau ruang maya yang bersifat artificial, di mana setiap orang melakukan apa saja
yang biasa dilakukan dalam kehidupan sosial sehari-hari dengan cara-cara yang baru.
Abdul Wahid, Kejahatan Mayantara (Bandung: PT.Refika Aditama, 2005), 32. Lihat
juga Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi (Bandung: Citra Aditya Bakti 2002), 92.
7
Menurut Kepolisian Inggris, cyber crime adalah segala macam penggunaan
jaringan komputer untuk tujuan kriminal atau kriminal berteknologi tinggi dengan
menyalahgunakan kemudahan teknologi digital. Abdul Wahid, Kejahatan Mayantara,
40. Lihat juga Peter Stephenson, Investigating Computer-Related Crime: A Hanbook
for Corporate Investigators (New York Washington D.C: CRC Press, 2000), 56.
Lihat juga Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian
Cyber di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), 234. Lihat juga Seamus O.
Ciardhuain, “ An Extended Model of Cybercrime Investigations.” International
Journal of Digital Evidence Summer Vol. 3, No. 1, (May 2004), 1-4. Lihat juga Dian
Ekawati Ismail, “ Cyber Crime Di Indonesia.” Inovasi Vol. 6, No. 3, (September
2009), 242-244.
4 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
8
Summer Olmstead and Ambareen Siraj, “ Cyberterrorism: The Threat of
Virtual Warfare.” Crosstalk The Journal of Defense Software Engineering Vol. 2,
No. 3, (May 2009), 16-18. Lihat juga Mathias Holmen Johnsen, “ A Case Study of
Anders B. Breivik’s Intergroup Conceptualisation.” Journal of Terrorism Research
Vol. 2, No. 3, (May 2014), 1-8.
9
Fino Yurio Kristo, “ Hukuman Mati Ancam Teroris Cyber”
http://inet.detik.com/read/2008/11/07/104617/1032862/399/hukuman-mati-ancam-
teroris cyber (diakses 1 November 2013).
Pendahuluan | 5
10
Ardhi Suryadhi, “Sebarkan Ideologi Osama, Teroris Cyber Dibui”
http://hot.detik.com/read/2007/07/06/113759/801904/398/sebarkan-ideologi-osama-
teroris-cyber-dibui (diakses 1 November 2013).
11
Dewidya, “Teroris Asia Tenggara Fasih Ber-Internet” http://inet.detik.com/
read/2006/05/23/100509/600625/328/ (diakses 1 November 2013).
12
Petrus Reinhard Golose, “ Polisi Indonesia Menangkap 2 Orang Diduga
Menggunakan Internet Mendukung Teroris” http://www.4law.co.il/indo1.htm
(diakses 2 November 2013). Lihat juga Gilbert Ramsay, “ Jihadi Culture on the
World Wide Web (New York: Bloomsbury, 2013),” Journal of Terrorism Research
(May 2014), 59-60.
13
AbdulAziz,“AkuMelawanTeroris”http://www.scribd.com/doc/7947911/Ima
m Samudra (diakses 10 Maret 2012).
14
Hacker adalah orang yang mempelajari, menganalisa, memodifikasi atau
bahkan mengeksploitasi sistem yang terdapat di sebuah perangkat seperti perangkat
lunak komputer maupun perangkat keras komputer. Ricardo Hermawan, The Drop
Out Billionaire Menjual Ide Ala Mark Zuckerberg (Yogyakarta: Best Publisher,
2009), 17. Lihat juga Douglas Thomas, Hacker Culture (USA: University of
Minnesota Press, 2003), 5.
6 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
15
Ali Imron, Autobiography of Ali Imron, A Terrorist of 2002 Bali Bombing
(Jakarta: Republika, 2007), 34-35. Lihat juga Tim Medpress, Petualangan Teror Dr.
Azahari (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 62. Lihat juga Denny J.A,
Melewati Perubahan: Sebuah Catatan Atas Transisi Demokrasi Indonesia
(Yogyakarta: Lkis, 2006), 34.
16
Teroris merupakan pelaku bentuk-bentuk terorisme, baik oleh individu,
golongan ataupun kelompok dengan cara tindak kekerasan sampai dengan
pembunuhan, disertai berbagai penggunaan senjata, mulai dari sistem konvensional
hingga modern. Adjie, Terorisme, 11.
17
JawadeHafidz,“CyberTerrorism”http://jawade.blog.unissula.ac.id/2011/10/0
6/cyber (diakses 11 Maret 2012). Lihat juga Setya Krisna Sumargo,The Untold
Stories: Noordin Top & Co (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), 237.
18
Priyambodo, “ Indonesia Pertama Kali Bongkar Kasus Cyber Terrorism”
http://www.antaranews.com/print/1158078110/indonesia (diakses 10 Maret 2012).
19
Setya Krisna Sumargo, The Untold Stories: Noordin Top & Co, 190.
Pendahuluan | 7
Lihat juga Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, dan
Oase Perdamaian (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010), 85. Lihat juga
Sanjay Gupta. “ The Changing Dimensions Of International Terrorism And The Role
Of The United States: A Comprehensive And Multilateral Approach To Combat
Global Terrorism.” The Indian Journal of Political Science Vol. 65, No.4, (Oct-Dec
2004), 556-587. http://www.jstor.org/stable/41856077 (diakses 10 Juni 2014).
24
Zuhairi Misrawi, “Islam dan Terorisme” http://islamlib.com/id/artikel/islam-
dan-terorisme (diakses 1 Maret 2012).
25
Suaib Didu, Radikalisme dalam Islam Antara Argumentasi Jihad dan
Terorisme (Jakarta: Divisi Penerbitan Relawan Bangsa, 2006), 90.
26
Suaib Didu, Radikalisme dalam Islam Antara Argumentasi Jihad dan
Terorisme, 91.
Pendahuluan | 9
27
Maximilien Robespierre, Revolutions (London, England) Revolutions Series
(Michigan: Verso, 2007), 115. Lihat juga Suaib Didu, Radikalisme dalam Islam
Antara Argumentasi Jihad dan Terorisme, 92-97. Lihat juga Barak Mendelsohn. “
Bolstering the State: A Different Perspective on the War on the Jihadi Movement.”
Wiley on behalf of The International Studies Association Vol.11, No.4 (Dec 2009),
663-686 http://www.jstor.org/stable/International Studies Review (diakses 12 Mei
2014).
10 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
28
Rudy, “Cyber Crimes (Sudah Siapkah Kita Menghadapinya?)”
http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1555-cyber-crimes.html (diakses
1 November 2013).
29
MuseumPolri,“BomBaliIdanII”http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakk
um_bom (diakses 4 Maret 2012). Lihat juga Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim
Moderat: Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian, 93.
30
MuseumPolri,“BomHotelMarriot”http://www.museum.polri.go.id/lantai2_g
akkum_bom (diakses 7 Maret 2012).
31
Kompas,“BomdiMasjidBukanPertamaKali”http://nasional.kompas.com/read
/2011/04/15/19144273/Bom.di.Masjid.Bukan.Pertama.Kali (diakses 3 Maret 2012).
32
MuseumPolri,“BomNatalTahun2000”http://www.museum.polri.go.id/lantai
2_gakkum_bom (diakses 4 Maret 2012).
33
MuseumPolri,“BomdiGedungBursaEfekJakarta”http://www.museum.polri.g
o.id/lantai2_gakkum_bom (diakses 5 Maret 2012). Lihat juga Kiki Syahnarki, Aku
Hanya Tentara (Jakarta:Buku Kompas, 2008), 197.
34
Kompas,”CyberCrimeIndonesiaTertinggidiDunia”http://nasional.kompas.co
m/read/2009/03/25/18505497/Cyber.Crime..Indonesia.Tertinggi.di.Dunia (diakses 1
Februari 2012).
Pendahuluan | 11
35
Vincent Burn, Terrorism: A Documentary and Reference Guide (USA:
Greenwood Publishing Group, 2005), 92-93. Lihat juga Voice of Islam, “ Jihad Akan
SelaluAdaHinggaKiamat”http://www.voaislam.com/news/indonesiana/2011/09/29/1
6235/forum-komunikasi-eksafghan-jihad (diakses 3 Maret 2012). Lihat juga Michael
Scheuer, Osama Bin Laden (New York: Oxford University Press, 2011), 113-114.
Lihat juga Denny. JA, Membangun Demokrasi Sehari-hari (Yogyakarta: Lkis, 2006),
137.
36
Vincent Burn, Terrorism: A Documentary and Reference Guide, 92-93.
Lihat juga Voice Of Islam, “ Forum Komunikasi Eks Afghan Jihad Akan Selalu Ada
HinggaKiamat”http://www.voaislam.com/news/indonesiana/2011/09/29/16235/foru
m-komunikasi-eksafghan-jihad (diakses 3 Maret 2012).
37
M. Bambang Pranowo, Orang Jawa Jadi Teroris (Jakarta: Pustaka Alvaget,
2011), 36. Lihat juga Hari M. Osofsky. “ Scales of Law: Rethinking Climate Change,
Terrorism, and the Global Financial Crisis.”American Society of International Law
Vol. 103, No. 2, (March 2009), 235-237 http://www.jstor.org/stable/10.5305/
procannmeetasil.103.1.0235 (diakses 4 Juni 2014).
38
Berita Terbaru, “FPI Sebut Osama bin Laden Mati Sahid”
http://www.berita-terbaru.com/berita-nasional/fpi-sebut-osama-bin-laden-mati-
sahid.html (diakses 10 Maret 2012).
12 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
39
Metrotvnews,“TalibanSerukanDukunganuntukBinLaden”http://metrotvnew
s.com/read/newsvideo/2011/05/03/127457/Taliban-Serukan Dukungan-Untuk-bin-
Laden (diakses 13 Maret 2012).
40
Sholahudin, “ Sejarah Paham dan Gerakan Jihad di Indonesia”
http://cdn.salihara.org/media/documents/2011/05/14/s/e/sejarah_faham_dan_gerakan
jihad (diakses 4 Maret 2012).
41
Imam Samudra, Aku Melawan Teroris (Solo: KDT, 2004), 89-92.
Pendahuluan | 13
42
Imam Samudra, Aku Melawan Teroris, 89. Lihat juga David T. Hill. “ East
Timor and the Internet: Global Political Leverage in/on Indonesia.” Southeast Asia
Program Publications at Cornell University Vol. 2, No. 73, (Apr 2002) Article DOI:
10.2307/3351468, 25-51 http://www.jstor.org/stable/3351468 (diakses 13 Juni
2014).
14 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
operasi-operasi jihad lain yang lebih baik dan hebat ditinjau dari segala
segi. Semua itu akan menambah daftar panjang perlawanan umat Islam
terhadap bangsa-bangsa penjajah. Sampai Yahudi menghentikan
kebiadaban dan kebrutalan mereka. menurutnya ketertindasan
membutuhkan pembelaan, keterjajahan membutuhkan pembebasan,
keternodaan memanggil penyucian, keterhinaan menuntut kemuliaan.
Semua itu dalam pandangan Imam Samudra hanya akan selesai dengan
jihad.43
Dalam masalah jihad, Imam Samudra berpegang pada fatwa
para ulama mujahid atau ulama ahl al-thughu>r yaitu ulama yang
mereka terjun langsung dan terlibat dalam jihad seperti Ayma>n al-
Zhawa>hiri, Sulayma>n Abu Ghaith, Usa>mah bin La>din, ’Abd Alla>h
Azza>m, Maulani Mullah Umar, juga fatwa Hammud Uqala’ al-
Syu’aibi rahimahulla>h. Menurut fatwa ’Abd Alla>h Azza>m, satu-
satunya jihad di jalan Allah (jiha>d fi> sabi>lilla>h) adalah perang (qita>l fi>
sabi>lilla>h). Azza>m juga menyebutkan bahwa hukum jihad yang asalnya
fard}u kifa>yah (kewajiban kolektif) kini berubah menjadi fard}u‘ayn
(kewajiban individu) bagi setiap Muslim ketika jengkal-jengkal tanah
kaum Muslimin diduduki orang kafir.44 Selanjutnya dukungan
semacam Imam Samudra ini juga datang dari ’Abd Alla>h Sungkar,45
Hambali,46 Ali Gufro>n alias Muchlas, Amrozi,47 Azhari48, Noordin M.
Top,49 Ibrahim Jawad dan dari kalangan Syi’ah Husain al-Habsi.50
Begitu pula pandangan dari Anwar al-Awlaki yang mendukung
Muslimin agar menjadi “mujahidin Internet” dengan cara
43
Imam Samudra, Aku Melawan Teroris, 93-95.
44
Herry Nurdi, Perjalanan Meminang Bidadari (Jakarta: PT Lingkar Pena
Kreativa, 2011), 126.
45
Henk Schulte Nordholt dan lain-lain, Perspektif Baru Penulisan Sejarah
Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 220-221. Lihat juga ‘Abd Alla>h
Machmud Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam
(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), 224.
46
‘Abd Alla>h Machmud Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen,
Yahudi, Islam, 242.
47
‘Abd Alla>h Machmud Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen,
Yahudi, Islam, 207.
48
Medpress, Petualangan Teror Dr. Azahari, 7-8.
49
Prayitno Ramelan dan Pepih Nugraha, Intelijen Bertawaf (Jakarta:
Grasindo, 2009), 169.
50
Sholahudin,” Sejarah Faham dan Gerakan Jihad di Indonesia”
http://cdn.salihara.org/media/documents/2011/05/14/s/e/sejarah_faham dan_gerakan_
jihad (diakses 2 Maret 2012).
Pendahuluan | 15
51
Anwar al-Awlaki, 44 Ways of Support Jihad (Washington D.C: Minbar
Tawheed wa al-Jihad, 2010), 33. Lihat juga Eramuslim, “ Syaikh Al-Awlaki: 44 Cara
Mendukung Jihad (Bagian 2)” http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/syaikh-al-
awlaki-44-cara-mendukung-jihad-bagian-2.htm (diakses 7 Maret 2012).
52
Iama Ta>riq Muhammad al-Suwayda>n, Falasti>n, al-Ta>ri>kh al-Mus}awar
(Kuwait: Al-Ibda>’ al-Fikri>, 2004), 84-86.
53
Skalanews,“ImamKuwait:JihadCyberEfektif”http://skalanews.com/baca/ne
ws/3/0/103837/internasional/imamkuwait(diakses 12 Maret 2012).
54
Suaib Didu, Radikalisme dalam Islam Antara Argumentasi Jihad dan
Terorisme, 58-85.
55
Asep Syamsul M. Romli, Demonologi Islam: Upaya Barat Membasmi
Kekuatan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 38-43.
16 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
56
Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, dan
Oase Perdamaian, 38-43.
57
SyariahOnline,“FatwaMUITentangTerorisme”http://www.syariahonline.co
m/v2/fatwa. Lihat juga Republika, “MUI:TerorismeItuHukumnyaHaram”
http://www.republika.co.id/berita/duniaislam/fatwa/11/05/11/ll18kg-mui-terorisme
(diakses 8 Maret 2012). Lihat juga Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat:
Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian, 93.
58
DW, “Ulama Inggris Keluarkan Fatwa Menentang Terorisme dan Bom
Bunuh Diri” http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa (diakses 5 Maret
2012).
59
Eramuslim, “Dewan Ulama Saudi Mengeluarkan Fatwa Baru
Mendefinisikan Istilah Terorisme” http://www.eramuslim.com/berita/dunia/dewan-
ulama-saudi-keluarkan-fatwa (diakses 9 Maret 2012).
Pendahuluan | 17
63
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad
Sesat Imam Samudera dan Kelompok Islam Radikal (Jakarta: Grafindo Khazanah
Ilmu, 2007), 260-270.
64
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad
Sesat Imam Samudera dan Kelompok Islam Radikal, 237-243.
65
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad
Sesat Imam Samudera dan Kelompok Islam Radikal, 215-216. Lihat juga QS. al-
Ma>idah 5: 32).
66
Suaib Didu, Radikalisme dalam Islam Antara Argumentasi Jihad dan
Terorisme, 153-155.
Pendahuluan | 19
67
Setya Krisna Sumargo, The Untold Stories: Noordin Top & Co, xv.
68
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad Sesat
Imam Samudera dan Kelompok Islam Radikal, 128. Lihat juga Quraish Shiha>b,
Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Qur’an (Bandung: PT Mizan Pustaka,
2007), 271-275.
69
Nurbani,“JihadVSTerorisme”http://nurbanie.blogspot.com/2010/03/terorism
e (diakses 10 Maret 2012).
70
Qomar,”MenyikapiAksiAksiTerorisKhawarij”http://asysyariah.com/menyik
api-aksi-aksi-teroris-khawarij.html (diakses 10 Maret 2012).
20 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
71
Vivanews, ”Orang Kaya Berduit Juga Bisa Jadi Teroris” http://nasional.
vivanews.com/news/read/237559--orang-kaya-berduit-juga-bisa-jadi-teroris- (diakses
10 Maret 2012).
72
Deni K Yusuf, “Teroris Layak Dihukum Mati” http://www.knowledge-
leader.net/2010/06/teroris-layak-dihukum-mati/ (diakses 20 Februari 2014).
73
Para ulama fikih mendefinisikan al-hira>bah dengan tindakan yang dilakukan
seseorang atau sekumpulan orang untuk merampas harta milik orang lain secara
terang-terangan dengan cara kekerasan, baik dengan cara pembunuhan atau menakut-
nakutkan pemilik harta dan dilakukan pada suatu tempat yang mangsanya tidak
boleh meminta pertolongan daripada orang lain. Ulama Hanafiyah mensyaratkan
bahwa tindakan itu dilakukan di dalam negara Islam dan di luar perkampungan
penduduk. Akan tetapi, ulama Malikiyah menyatakan bahwa tindak jina>yah al-
h<}ira>bah tidak harus dilakukan di luar perkampungan penduduk, bahkan di dalam
perkampungan penduduk pun boleh terjadi. Jumhur ulama lebih sesuai dengan
keadaan sekarang. Ini karena perampokan banyak dilakukan di kota-kota. Zakaria> al-
Ans}a>ri>, Asma al-Matha>lib Syarh} Raud}ah al-T}a>lib (Kairo: al-Mathba’ah Maimu>nah,
1313 H), 154-155. Lihat juga Mohd Sai>d Isha>q, H}udu>d dalam Fikih Islam (Kuala
Lumpur: UTM, 2000), 14. Lihat juga Kumpulan ulama India, Al-Irha>b wa al-Sala>m
(Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2007), 4.
Pendahuluan | 21
74
Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, dan
Oase Perdamaian, 104.
75
Selanjutnya lihat Al-Qur’a>n surat al-Hashr 59:5.
76
Rohimin, Jihad: Makna dan Hikmah (Jakarta: Erlangga, 2006), 142.
77
Negara memiliki konstitusi (UUD) dan berdasarkan konsitusi (UUD), di
mana konstitusi (UUD) negara itu memuat sistem ketatanegaraan negara tersebut
dan suatu negara memiliki dan berdasarkan konstitusi yang berisi sistem
ketatanegaraan negara itu, negara itu digolongkan sebagai negara hukum. Marwan
Effendi, Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005), 11.
22 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
78
Kontras, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang
Undang”http://www.kontras.org/uu_ri_ham/UU%20Nomor%2015%20Tahun%2020
03%20tentang%20Anti%20Terorisme (diakses 7 Maret 2012).
79
Lipi, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Informasi
dan Transaksi Elektronik” http://www.lipi.go.id/intra/informasi/1250035982.pdf
(diakses 7 Maret 2012).
80
Dikdik M.Arief Mansur, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi
(Bandung: PT.Refika Aditama, 2005).
Pendahuluan | 23
81
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor
Pengkajian Islam 2011-2015 (SPS UIN: Jakarta, 2011), 69.
24 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
82
Dalam perumusan masalah, masalah haruslah sesuatu yang memang betul-
betul belum ditemukan jawabannya oleh siapapun. Permasalahan juga harus satu
karena jawaban yang diinginkan juga harus satu. Apabila dikehendaki ada poin-poin
masalah dapat dibuat dengan pertimbangan poin-poin yang dimaksud dengan tidak
mengindikasikan munculnya permasalahan yang baru. Lebih lanjut baca: Syahrin
Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam (Jakarta: Prenada, 2011), 44-45.
Pendahuluan | 25
C. Tujuan Penelitian
Penulis meneliti hal ini untuk mencapai tujuan. Tujuan tersebut
adalah:
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tinjauan hukum Islam terhadap
tindak pidana cyber terrorism.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan pemaknaan tentang cyber
terrorism.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan kualifikasi cyber terrorism.
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan sanksi tindak pidana cyber
terrorism.
D. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan pada studi ini mendapatkan manfaat
penelitian di antaranya:
Bagi peneliti:
1. Memperoleh pengetahuan dalam merencanakan dan melaksanakan
suatu penelitian khususnya di bidang hukum Islam.
2. Meningkatkan kemampuan berfikir analitis, sistematis dalam
mengidentifikasi, mengkaji dan menyelesaikan masalah.
3. Mengimplementasikan ilmu hukum Islam.
Bagi perguruan Tinggi:
1. Melaksanakan fungsi perguruan tinggi sebagai lembaga
penyelenggara pendidikan.
2. Meningkatkan kerjasama yang harmonis serta komunikasi antara
mahasiswa dan staf pengajar.
3. Menjadikan masukan bagi peneliti selanjutnya.
E. Kerangka Pemikiran
Cyber terrorism salah satu jenis cyber crime dari beberapa
jenis-jenis cyber crime yang ada, yang muncul akibat dari dampak
negatif perkembangan sarana teknologi informasi dan komunikasi
masyarakat global, sehingga terjadi perubahan-perubahan pola perilaku
masyarakat dalam bidang ini sebagai penyalahgunaan komputer.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi yang membawa dampak
tumbuh suburnya cyber crime, kejahatan melalui Internet di jagat
maya itu membuat beberapa negara-negara bersepakat melakukan
usaha bersama-sama dalam menanggulangi tindak pidana cyber crime
tersebut. Usaha-usaha itu terlihat dari pembahasan dalam sidang
komisi di Konferensi Ke-23 Aseanapol di Manila, Filipina, mengenai
cyber crime, yang diyakini menjadi masalah serius yang harus segera
ditangani. Kepolisian di 10 Negara Asia Tenggara menyatakan peduli
terhadap dampak yang ditimbulkan kejahatan ini dan berupaya untuk
28 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
menekannya.83 Tak ada satu negara pun yang terbebaskan dari cyber
crime. Perkembangan teknologi telah mengaburkan batas-batas fisik
dan budaya sebuah negara. Mengacu pada Kongres Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pencegahan Kejahatan di Wina, Austria,
April 2000, cyber crime meliputi melakukan akses tanpa izin merusak
data atau program komputer, melakukan sabotase untuk
menghilangkan sistem atau jaringan komputer, mengambil data dari
dan ke dalam jaringan komputer tanpa izin, serta mematai-matai
komputer.84
Indonesia telah mensahkan salah satu Rancangan Undang-
Undang yang berkaitan dengan tindak pidana terorisme dan kejahatan
dunia maya. Upaya ini diwujudkan pemerintah dengan mengeluarkan
peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2002, yang kemudian disetujui oleh DPR menjadi Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme. Diperlukannya undang-undang ini karena pemerintah
menyadari tindak pidana terorisme merupakan suatu tindak pidana
yang luar biasa (extraordinary crime), sehingga memerlukan
penanganan yang luar biasa juga (extraordinary measures). Selain itu
juga Indonesia mensahkan tentang undang-undang kejahatan dunia
maya (cyber crime) yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut UU
ITE). Undang-undang ini bertujuan untuk mengharmonisasikan antara
instrumen peraturan hukum nasional dengan instrumen-instrumen
hukum internasional yang mengatur teknologi informasi di antaranya,
yaitu: The United Nations Commissions on International Trade Law
(UNCITRAL),World Trade Organization (WTO), Uni Eropa (EU),
APEC, ASEAN, dan OECD. Masing-masing organisasi mengeluarkan
peraturan atau model law yang mengisi satu sama lain. Dan juga
instrumen hukum internasional ini telah diikuti oleh beberapa negara,
seperti: Australia (The cyber crime act 2001), Malaysia (Computer
Crime Act 1997), Amerika Serikat (Federal Legislation: update April
2002 United State Code), Kongres PBB Ke VIII di Havana, Kongres
Ke X di Wina, Kongres XI 2005 di Bangkok, berbicara tentang The
Prevention of Crime and the Treatment of Offender. Dalam Kongres
83
Al Wisnubroto, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan
Penyalahgunaan Komputer (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1999), 20.
84
Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian
Cyber Crime di Indonesia (Jakarta: Grafindo Persada, 2002), v.
Pendahuluan | 29
85
T. Nasrullah, “ Tinjauan Yuridis Aspek Hukum Materil Maupun Formil
Terhadap UU No.15/2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme”
http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/viewFile/1241/1146 (diakses 2 November
2013). Lihat juga Kontras, “ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang
Undang”http://www.kontras.org/uu_ri_ham/UU%20Nomor%2015%20Tahun%2020
03%20tentang%20Anti%20Terorisme (diakses 7 Maret 2012). Lihat juga Ahmad M.
Ramli, “ Naskah Akademik Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Transaksi
Elektronik”http://www.tu.bphn.go.id/substantif/Data/ISI%20KEGIATAN%20TAH
UN%20200 /15na%20ITE.pdf (diakses 19 Maret 2014).
86
Dikdik M. Arief Mansur & Eli Satris Gultom, Cyber Law, Aspek Hukum
Teknologi Infromasi (Bandung: Refika Aditama, 2005), 65.
30 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
87
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Jakarta: PT.
Refika Aditama, 2005), 130.
Pendahuluan | 31
88
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana (Bandung: Sinar Baru, 1983), 109.
89
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), 539.
32 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
90
M. Saleh Mathar, “Jihad dan Terorisme Kajian Fikih Kontemporer,” Jurnal
Hunafa Vol. 6. No.1, (April 2009), 117-128. Lihat juga Topo Santoso, Membumikan
Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat dalam Wacana dan Agenda (Jakarta: Gema
Insani Press, 2003), 30.
91
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih
Jina>yah (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 9-10. Lihat juga Iya>d Ali al-Durah, “ Al-
Irha>b al-Iliktru>ni,” Majalat al-ma’lu>ma>tiyah (May 2012).
92
Iya>d Ali al-Durah, “ Al-Irha>b al-Iliktru>ni,” Majalat al-ma’lu>ma>tiyah (May
2012). Lihat juga Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan
Syariat dalam Wacana dan Agenda, 29-30. Lihat juga Muhammad Hasbi ash-
Shiddieqy. Hukum-Hukum Fiqh Islam, 478-479.
Pendahuluan | 33
93
Yu>suf al-Qarad}a>wi, Fiqh al-Jiha>d, 728. Lihat juga Muhammad Hasbi ash-
Shiddieqy. Hukum-Hukum Fiqh Islam, 478-479.
34 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
BAB II
CYBER DAN TERORISME
1
Cyber crime adalah segala macam penggunaan jaringan komputer untuk
tujuan kriminal atau kriminal berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan
kemudahan teknologi digital. Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan
Mayantara (Jakarta: PT.Refika Aditama, 2005), 40. Lihat juga Peter Stephenson,
Investigating Computer-Related Crime: A Hanbook for Corporate Investigators
(New York Washington D.C: CRC Press, 2000), 56. Lihat juga Agus Raharjo, Cyber
Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002), 92. Lihat juga Richard Boateng and Others,“ Sakawa-
Cybercrime and Criminality in Ghana.”Journal of Information Technology Impact
Vol. 11, No.2, May 2011, 85-88. Lihat juga James A. Lewis, Cyber Security: Turning
National Solutions Into International Cooperation (Washington D.C: CSIS, 2003),
90-92.
35
36 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
dapat dirangkai menjadi WAN lagi yang lebih besar dan banyak serta
bukan saja berhubungan antar gedung tetapi juga menjadi antar kota,
antar propinsi bahkan antar negara yang terangkai menjadi satu, maka
disebutlah Internet.2 Internet disebut juga dengan istilah net, online
dan web atau world wide web (www)3 sebagai ruang yang bebas dan
menyediakan akses untuk layanan telekomunikasi dan sumber daya
informasi untuk jutaan pemakainya yang tersebar di seluruh dunia.4
The US Supreme Court mendefinisikan Internet sebagai
international network of interconnected computers yaitu jaringan
internasional dari komputer yang saling berhubungan. Dari definisi ini
terlihat dimensi internasionalnya yaitu bahwa jaringan antar komputer
tersebut melewati batas-batas teritorial suatu negara.5 Sementara itu
Agus Raharjo mendefinisikan Internet sebagai jaringan komputer antar
negara atau antar benua yang berbasis Transmission Control
Protocol/Internet Protocol (TCP/IP).6
Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang
modern, manusia mendapatkan kenyamanan dan kemudahan-
kemudahan untuk menyebarkan informasi dan menjalin komunikasi
dengan orang lain di belahan dunia manapun. Pengaruh Internet telah
mengubah jarak dan waktu menjadi tidak terbatas. Media Internet
orang bisa melakukan berbagai aktivitas yang sulit dilakukan dalam
dunia nyata (real) karena kendala jarak dan waktu. Internet mengubah
2
Al Wisnubroto, Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan
Penyalahgunaan Komputer (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1999), 35. Lihat
juga Supriyanto,Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bogor: Yudistira, 2007), 2.
3
WWW(World Wide Web) merupakan sarana internet yang berfungsi sebagai
sarana untuk transfer file, data dan software di internet. WWW ini didesain untuk
memudahkan pengguna dalam melakukan transfer file dan juga ia memperkaya
tampilan isi (content) Internet. Dengan WWW seseorang dapat secara mudah masuk
dan terhubung ke Internet. Asril Sitompul, Hukum Internet, Pengenalan Mengenai
Masalah Hukum di Cyberspace (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), viii. Lihat juga
Jack Goldsmith and Others, Who Controls the Internet (New York: Oxford
University Press, Inc, 2006), 1-10.
4
MyPesonalLibraryOnline,“CyberCrime”http://dhani.singcat.com/internet.
(diakses 27 Desember 2013). Lihat juga Wang Shun-Yung Kevin And Wilson Huang.
“ The Evolutional View Of The Types Of Identity Thefts And Online Frauds In The
Era Of The Internet.” Internet Journal of Criminology Vol. 2, No. 3, May, 2011,
2045-6743. (diakses 1 Mei 2014).
5
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara, 31.
6
Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, 59.
Cyber dan Terorisme | 37
9
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara, 32.
10
Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, 4-5. Lihat juga Yonah Alexander; Alan O’Day. “ The Prevention of
Terrorism in British Law by Clive Walker; Ireland's Terrorist Dilemma.” Cambridge
University Press on behalf of the British Institute of International and Comparative
Law Vol. 36,No.4, (Oct 1987), 947-949 http://www.jstor.org/stable/760374 (diakses
13 Juni 2014).
11
Cyber space menurut John Perry Barlow adalah ruang yang muncul ketika
anda sedang menelpon, yaitu setiap ruang informasi tetapi ia adalah ruang interaksi
interaktif yang diciptakan oleh media yang begitu padat sehingga di sana ada
kesadaran tentang kahadiran orang lain, seperti dikutip oleh Agus Raharjo,
Cybercrime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, 92. Lihat
juga Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara, 32. Lihat Michael
N. Schmitt, “ International Law in Cyberspace: The Koh Speech and Tallinn Manual
Juxtaposed.” Harvard International Law Journal Online Vol. 54, No.3, (May 2012),
14-21.
12
The Growth and Development of Cyberspace Law in the United States:
Highlights of the Past Decade, The UCLA Online institute for Cyber Space Law and
Policy, seperti ditulis oleh Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya
Pencegahan Kejahatan Berteknologi, 93. Lihat juga Peter J. van Krieken. “
Terrorism and the International Legal Order: With Special Reference to the UN, the
EU and Cross-Border Aspects.” Cambridge University Press on behalf of the British
Institute of International and Comparative Law Vol. 56, No. 3, (Jul 2007), 732-733
http://www.jstor.org/stable/4498105 (diakses 21 Mei 2014).
Cyber dan Terorisme | 39
13
Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, 93. Lihat juga Lihat juga Jack Goldsmith and Others, Who Controls
the Internet (New York: Oxford University Press, Inc, 2006), 1-10. Lihat juga Clive
Walker. “ The Treatment of Foreign Terror Suspects.” Wiley on behalf of
the Modern Law Review Vol. 70, No. 3, (May 2007), 427-457
http://www.jstor.org/stable/4543144 (diakses 14 Juni 2014).
40 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
14
Ade Maman Suherman sebagaimana dikutip Abdul Wahid dan Mohammad
Labib, Kejahatan Mayantara, 32. Lihat juga Michael N. Schmitt, “ International Law
in Cyberspace: The Koh Speech and Tallinn Manual Juxtaposed.” Harvard
International Law Journal Online Vol. 54, No.3, (May 2012), 14-21.
15
Volodymyr Golubev, Cyber Crime and Legal Problems of Internet Usage,
sebagaimana dikutip oleh Barda Nawawi Arief dalam Sari kuliah Perbandingan
Hukum Pidana (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 252.
16
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), 239.
17
Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, 227. Lihat juga Richard, Boateng and Others. “ Sakawa - Cyber Crime
and Criminality in Ghana.” Journal of Information Technology Impact Vol. 11, No.
2, (May 2011), 85-100. (diakses 12 April 2014).
Cyber dan Terorisme | 41
18
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum
Teknologi Informasi (Bandung: Refika Aditama, 2005), 87. Lihat juga Peretti, K.
Data Breaches: What The Underground World Of “Carding” Reveals. London:
Santa Clara Computer and High Technology Journal Vol. 2, No. 3, (May 2008), 375-
377. (diakses 1 April 2014). Lihat juga Charlinda Santifort and Others. “ Terrorist
Attack and Target Diversity: Changepoints and their drivers.” Journal of Peace
Research Vol. 50, No. 1 (Januari 2013), 75-90 http://www.jstor.org/stable/23441158
(6 Juni 2014). Lihat juga Alan B. Krueger and Jitka Maleckova. “ Education, Poverty
and Terrorism: Is There a Causal Connection?.” American Economic Association
Vol. 17, No. 4, (May 2003), 119-144 http://www.jstor.org/stable/3216934 (diakses 8
Juni 2014).
42 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
jenis kejahatan yang ada dan mungkin akan ada. Dalam background
paper lokakarya “Measures to Combat Computer-Related Crime”
Kongres XI PBB di Bangkok tanggal 18-25 April 2005 menyatakan
bahwa “teknologi baru yang mendunia di bidang komunikasi dan
informasi memberikan “bayangan gelap” (a dark shadow) karena
memungkinkan terjadinya bentuk-bentuk eksploitasi baru, kesempatan
baru untuk aktivitas kejahatan, dan bahkan bentuk-bentuk baru dari
kejahatan”.20 Semakin berkembangnya cyber crime terlihat pula dari
munculnya berbagai istilah seperti cyber terrorism, cyber stalking,
cyber sex, cyber harrasment, hacking, cracking, carding, cyber
pornography, cyber defamation, cyber-criminals, economic cyber
crime, eft (electronic funds transfer) crime, cybank crime, Internet
banking crime, online business crime, cyber/electronic money
laundering, hitech wcc (white collar crime), Internet fraud (antara lain
bank fraud, credit card fraud, online fraud) dan sebagainya.21
Salah satu masalah cyber crime yang juga sangat meresahkan
dan mendapat perhatian berbagai kalangan adalah masalah cyber
terrorism. Dengan memperhatikan jenis-jenis kejahatan sebagaimana
dikemukakan di atas, dapat digambarkan bahwa cyber crime memiliki
ciri-ciri khusus yaitu: non violence (tanpa kekerasan), sedikit
melibatkan kontak fisik, menggunakan peralatan (equipment) dan
teknologi, memanfaatkan jaringan telematika (telekomunikasi, media
dan informatika) global.22 Kejahatan-kejahatan sebagaimana disebut-
kan di atas tidak saja bersifat “baru dan modern” tetapi sekaligus
menimbulkan dampak yang sangat luas karena tidak saja dirasakan
secara nasional tetapi juga internasional. Sehingga sangat wajar jika
cyber crime dimasukan ke dalam jenis kejahatan yang sifatnya
internasional berdasarkan United Nation Convention, Against
20
Dokumen United Nations A/CONF.203/14, Eleventh United Nations
Congress on Crime Prevention and Criminal Justice, Bangkok, 18-25 April 2005,
Background paper, Workshop 6: Measures to Combat Computer related Crime: “ The
worldwide multiplication of new information and communication technologies also
cast a dark shadow it has made possible newforms of exploitation, new opportunities
for criminal activity and indeed newforms of crime.”
21
William L. Tafoya, “Cyber Terror,” FBI Law Enforcement Bulletin (May
2011), 23.
22
Tb. Ronny Rahman Nitibaskara, Ketika Kejahatan Berdaulat (Jakarta:
Peradaban, 2001), 45. Lihat juga Summer Olmstead and Ambareen Siraj, “
Cyberterrorism: The Threat of Virtual Warfare.” Crosstalk The Journal of Defense
Software Engineering Vol. 2, No. 3, (May 2009), 16-18. (diakses 23 Mei 2014).
44 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
B. Terorisme24
Terorisme dewasa ini telah menjadi kejahatan yang meresahkan
bukan hanya pada masyarakat suatu negara, namun juga menjadi
keresahan masyarakat internasional. Sifat kejahatan terorisme yang
memiliki jaringan internasional dan tingkat mobilitas sangat tinggi
serta mengancam keamanan domestik, regional dan internasional
menuntut perhatian masyarakat internasional. Berbagai konvensi-
konvensi yang berhubungan dengan terorisme telah beberapa kali
diadakan dalam rangka menanggulangi terorisme resolusi berbagai
organisasi-organisasi internasional dan beberapa perjanjian internasio-
nal yang dibentuk oleh negara-negara di tingkat regional.25
Sebenarnya, terorisme telah berlangsung lama dalam perkembangan
23
United Nations Office on Drugs and Crime, ” United Nations Convention
Against Transnational Organized Crime and The Protocols Thereto”
http://www.unodc.org/documents/treaties/UNTOC/Publications/TOC%20Conventio
n/TOCebook-e.pdf (diakses 12 Februari 2014).
24
Knet Lyne Oot, seperti dikutip M. Riza Shibudi, mendifinisikan terorisme
sebagai: sebuah aksi militer atau psikologis yang dirancang untuk menciptakan
ketakutan, atau membuat kehancuran ekonomi atau material. M. Riza Sihbudi, Bara
Timur Tengah (Bandung: Mizan, 1991), 94. Lihat juga Joel Busher, “ Introduction:
Terrorism and Counter-terrorism in Sub-Saharan Africa”. Journal of Terrorism
Research Vol. 5, No. 1(May 2014), 1-3. Lihat juga ‘Abd Alla>h bin al-Syakh al-
Mahfuz}, al-Irha>b al-Taskhisu wa al-Hulu>l (Riya>d}: al-U’bayka>n, 2007), 23-24. Lihat
juga Mathias Holmen Johnsen, “ A Case Study of Anders B. Breivik’s Intergroup
Conceptualisation.” Journal of Terrorism Research Vol. 2, No. 3, (May 2014), 1-8.
25
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum
Teknologi Informasi, 51. Lihat juga Victor Tadros. “ Justice and Terrorism.” New
Criminal Law Review: An International and Interdisciplinary Journal Vol. 10, No. 4
(May 2007) Article DOI: 10.1525/nclr.2007.10.4.658, 658-689. http://www.jstor.
org/stable/10.1525/nclr.2007.10.4.658 (diakses 10 Juni 2014).
Cyber dan Terorisme | 45
26
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum
Teknologi Informasi, 48. Lihat juga Brahim Herbane. “ Risk Management on the
Internet.” Palgrave Macmillan Journals Vol. 5, No. 2, (May 2003), 61-62
http://www.jstor.org/stable/3867819> (diakses 21 Mei 2014). Lihat juga Juhaya S.
Praja, Islam Globalisasi dan Kontra Terorisme (Islam Pasca Tragedi 911) (Bandung:
Kaki Langit 2003), 31.
27
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara, 22. Lihat juga
Tri, Poetranto. Terorisme Bagaimana Mengatasinya? Puslitbang Strahan Balitbang
Dephan, STT No. 2289 Vol. 9 No. 17 (Mei 2006). (diakses 7 April 2014). Lihat juga
C. Satapathy. “ Impact of Cyber Vandalism on the Internet.” Economic and Political
Weekly Vol. 35, No. 13, (Mar 2000), 25-31 http://www.jstor.org/stable/4409073
(diakses 6 Juni 2014).
28
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum
Teknologi Informasi, 63. Lihat juga Malvina Halberstam. “ Maritime Terrorism and
International Law. by Natalino Ronzitti.” American Society of International Law
Vol. 86, No. 4, (Oct 1992) Article DOI: 10.2307/2203807, 854-856
http://www.jstor.org/stable/2203807(diakses 3 Juni 2014).
46 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
30
Noorhaidi Hasan and Others, “ Counter-Terrorism Strategies in Indonesia,
Algeria and Saudi Arabia” https://www.wodc.nl/images/1806-volledige-
tekst_tcm44-435986.pdf (diakses 1 Februari 2014). Lihat juga Mona Harb and
Reinoud Leenders. “ Know Thy Enemy: Hizbullah, 'Terrorism' and the Politics of
Perception.” Taylor & Francis, Ltd Vol. 26, No. 1, (May 2005), 173-197
http://www.jstor.org/stable/3993770 (25 Mei 2014).
31
Abu Ridho, Terorisme (Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003), 9-13. Lihat juga
Sener Dalyan, “ Combating the Financing of Terrorism: Rethinking Strategis for
Success.” Defence Againts Terrorism Review Vol. 1, No. 1, (May 2008), 137-153.
Lihat juga Dzia>b Mu>sa al-Bada>yanah, al-Tanmiyah al-Bashariyah wa al-Irha>b fi> al-
Wat}an al-Arabi> (Riya>d}: Ja>mi’ah Na>yif al-Arabiyah li al-Ulu>m al-Amniyah, 1431 H),
3-7. Lihat juga Jack P. Gibbs. “ Conceptualization of Terrorism.” American
48 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
35
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum
Teknologi Informasi, 54. Lihat juga Gilbert Ramsay, “ Jihadi Culture on the World
Wide Web (New York: Bloomsbury, 2013),” Journal of Terrorism Research (May
2014), 59-60.
36
Zhang,http://www.slais.ubc.ca/course/libr500/0405wt1/www/X_Zhang/5wa
ys.htm (diakses 3 Desember 2013). Lihat juga Andrew H. Kydd and Barbara F.
Walter. “ The Strategies of Terrorism.” The MIT Press Vol. 31, No. 1, (Summer
2006), 49-80 http://www.jstor.org/stable/4137539 (diakses 4 Juni 2014).
50 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
37
Gabriel Weimann, “How Modern Terrorism
http://www.usip.org/pubs/specialreports/sr116.pdf (diakses 24 Desember 2013).
Lihat juga Janet J. Prichard and Laurie E. MacDonald, “ Cyber Terrorism: A Study
of the Extent of Coverage in Computer Security Textbooks.” Journal of Information
Technology Education Vol. 3, No. 3, (May 2004), 280-285. Lihat juga Gilbert
Ramsay, “ Jihadi Culture on the World Wide Web (New York: Bloomsbury, 2013),”
Journal of Terrorism Research (May 2014), 59-60.
Cyber dan Terorisme | 51
42
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum
Teknologi Informasi, 67. Lihat juga Michael Gregg, Certified Ethical Hacker Exam
Prep (United States of America: Que Publishing, 2006), 7. Lihat juga Sarah Gordon,
“ Cyberterrorism?,” Symantec Security Response ( May 2012) 1-16. Lihat juga
Gilbert Guillaume. “ Terrorism and International Law.” Cambridge University
Press on behalf of the British Institute of International and Comparative Law Vol.
53, No. 3, (Jul 2004), 537-548 http://www.jstor.org/stable/3663289 (diakses 8 Juni
2014).
54 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
43
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum
Teknologi Informasi, 67.
Cyber dan Terorisme | 55
44
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum
Teknologi Informasi, 68-69.
45
Gabriel Weimann, “Cyberterrorism: How Real Is the Threat?.”
http://www.usip.org/pubs/specialreports/sr119.html. (diakses 1 Desember 2013).
Lihat juga Janet J. Prichard and Laurie E. MacDonald, “Cyber Terrorism: A Study of
the Extent of Coverage in Computer Security Textbooks.” Journal of Information
Technology Education No.3, Vol. 3, (May 2004), 280-285.
56 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
46
Rudy, “Cyber Crimes (Sudah Siapkah Kita Menghadapinya?)”
http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1555-cyber-crimes.html (diakses
1 November 2013). Lihat juga Shamsuddin Abdul Jalil, “ Countering Cyber
Terrorism Effectively: Are We Ready To Rumble?,” Global Information Assurance
Certification Paper (May 2003), 1-17.
47
Hacker adalah orang yang mempelajari, menganalisis, memodifikasi atau
bahkan mengeksploitasi sistem yang terdapat di sebuah perangkat seperti perangkat
lunak komputer maupun perangkat keras komputer. Ricardo Hermawan, The Drop
Out Billionaire Menjual Ide Ala Mark Zuckerberg (Yogyakarta: Best Publisher,
2009), 17. Lihat juga Douglas Thomas, Hacker Culture (USA: University of
Minnesota Press, 2003), 5.
Cyber dan Terorisme | 57
48
Kevik D. Mitnick and William L. Simon, The Art of Intrusion: The Real
Stories Behind the Exploits of Hackers, Intruders & Deceivers (Indiana: Wiley
Publishing, Inc., 2005), 91. Lihat juga Len Hynds. “ Hacker Cracker.” Royal Society
for the Encouragement of Arts, Manufactures and Commerce Vol. 149, No. 5500,
(May 2002), 42-43 http://www.jstor.org/stable/41380327 (diakses 14 Juni 2014).
58 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
49
Rudy, “Cyber Crimes (Sudah Siapkah Kita Menghadapinya?)”
http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1555-cyber-crimes.html (diakses
1 November 2013). Lihat juga Steve Saint Claire, “ Overview and Analysis on Cyber
Terrorism,” School of Doctoral Studies (European Union) Journal (May 2011), 85-
96. Lihat juga Antonio Cassese. “ Terrorism, Politics and Law: The Achille Lauro
Affair.” American Society of International Law Vol. 85, No. 2, (Apr 1991) Article
DOI: 10.2307/2203088, 410-414 http://www.jstor.org/stable/2203088 (diakses 2 Juni
2014).
50
Sabadan Daan dan Kunarto. Kejahatan Berdimensi Baru (Jakarta: Cipta
Manunggal), 1999. Lihat juga Michael Lawless. “ Terrorism: An International
Crime.” International Journal Vol. 63, No. 1, (Winter, 2007), 139-159
http://www.jstor.org/stable/40204494 (diakses 12 Mei 2014). Lihat juga K. M.
Fierke. “ The 'War on Terrorism': A Critical Perspective.” Royal Irish Academy Vol.
16, (May 2005), 51-64 http://www.jstor.org/stable/30001934 (diakses 17 Mei 2014).
Lihat juga Renato Cruz De Castro. “ Addressing International Terrorism in
Southeast Asia: A Matter of Strategic or Functional Approach?.” Institute of
Southeast Asian Studies (ISEAS) Vol. 26, No. 2, (August 2004), 193-217
http://www.jstor.org/stable/25798685 (diakses 13 Juni 2014).
Cyber dan Terorisme | 59
51
Satsuki Suwa. Response of The National Police Agency in Japan in Dealing
with Cyber Terrorism (Tokyo: unpublished, High-tech Crime Division NPA), 2002.
60 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
52
Mudawi Mukhtar Elmusharaf, “Cyber Terrorism: The new kind of
Terrorism”http://www.crimeresearch.org/articles/Cyber_Terrorism_new_kin_Terrori
sm (diakses 28 desember 2013). Lihat juga Mark Sherman, “ Cyber Crime and Cyber
Terrorism,” Federal Judicial Center (May 2002), 1-13. Lihat juga Tibbetts, Patrick S.
“ Terrorist Use of the Internet and Related Information Technologies,” unpublished
paper, School of Advanced Military Studies, Fort Leavenworth, Kansas, (June 2002),
20. (diakses 23 April 2014).
53
Rudy, “Cyber Crimes (Sudah Siapkah Kita Menghadapinya?)”
http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1555-cyber-crimes.html (diakses
1 November 2013). Lihat juga Arthur Chaskalson. “ The Widening Gyre: Counter-
Terrorism, Human Rights and the Rule of Law.” Cambridge University Press on
behalf of Editorial Committee of the Cambridge Law Journal Vol. 67, No. 1, (Mar
2008), 69-91 http://www.jstor.org/stable/25166377 (diakses 7 Juni 2014).
54
Carolyn Gard, The Attacks on the World Trade Center:February 26, 1993,
and September 11, 2001 (New York: The Rosen Publishing Group, Inc., 2003), 5.
Lihat juga Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat:Toleransi, Terorisme, dan
Oase Perdamaian (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010), 85.
Cyber dan Terorisme | 61
55
Rudy, “ Cyber Crimes (Sudah Siapkah Kita Menghadapinya?)”
http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1555-cyber-crimes.html (diakses
1 November 2013). Lihat juga Susan W. Brenner. “ At Light Speed” : Attribution
and Response to Cybercrime/Terrorism/Warfare.” Northwestern University Vol. 97,
No. 2, (Winter, 2007), 379-475 http://www.jstor.org/stable/40042831 (diakses 11
Juni 2014).
62 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
56
Imam Ardhianto, “Cyber-terrorism creates problems in the real world”
http://m.thejakartapost.com/news/2006/09/14/cyberterrorism-creates-problems-real-
world.html (diakses 21 Januari 2014). Lihat juga Gaurav, Jain. “ Cyber Terrorism: A
Clear and Present Danger to Civilized Society?.” Information Systems Education
Journal Vol. 3, No. 44, (August 2005), 12 (diakses 5 Mei 2014).
57
Antaranews, “Indonesia Pertama Kali Bongkar Kasus Cyber Terrorism”
http://www.antaranews.com/print/1158078110/indonesiapertama-kali-bongkarkasus-
cyber (diakses 10 maret 2012).
58
Imam Ardhianto, “Cyber-terrorism creates problems in the real world”
http://m.thejakartapost.com/news/2006/09/14/cyberterrorism-creates problems-real-
world.html (diakses 22 Januari 2014). Lihat juga Jonathan, Matusitz.
“Cyberterrorism: Postmodern State of Chaos.” Information Security Journal: A
Global Perspective Vol. 17, No. 4, (Oct 2008) DOI: 10.1080/19393550802397033,
10. (diakses 15 Mei 2014).
Cyber dan Terorisme | 63
59
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara, 130. Lihat juga
Ricardo Hermawan, The Drop Out Billionaire Menjual Ide Ala Mark Zuckerberg, 17.
Lihat juga Douglas Thomas, Hacker Culture, 5. Lihat juga Clay Wilson, “Computer
Attack and Cyberterrorism: Vulnerabilities and Policy Issues for Congress”, CRS
Report for Congress (May 2005), 5-10. Lihat juga Jonathan I. Charney. “The Use of
Force against Terrorism and International Law.” The American Journal of
International Law Vol. 95, No. 4, (Oct 2001) Article DOI: 10.2307/2674628, 835-
839 http://www.jstor.org/stable/2674628 (diakses 25 Mei 2014). Lihat juga Evan F.
Kohlmann. “ The Real Online Terrorist Threat”. Council on Foreign Relations Vol.
85, No. 5, (Sep-Oct 2006) Article DOI: 10.2307/20032074, 115-124
http://www.jstor.org/stable/20032074 (diakses 15 Juni 2014). Lihat juga Foltz C.
Bryan, “ Cyberterrorism, Computer Crime, and Reality, ”Information Management
& Computer Security Vol. 12 No. 2, (May 2004), 154-166. DOI: 10.1108/
09685220410530799. (diakses 15 Mei 2014).
64 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
2004 silam. Aksi teror ini merupakan rentetan serangan terorisme yang
ditujukan terhadap Australia. Jumlah korban jiwa tidak begitu jelas,
versi petugas Indonesia 9 orang, sementara versi Australia 11 orang
tewas. 60
Selanjutnya bom Bali 2005 untuk yang kedua kalinya, aksi
teror di Pulau Dewata, bom terjadi pada 1 Oktober 2005. Ledakan bom
berada di RAJA’s Bar dan Restoran, Kuta Square, daerah Pantai Kuta
dan di Nyoman Cafe’Jombaran. Meski lebih kecil dari bom Bali
pertama, peristiwa ini menewaskan 22 orang dan 102 orang mengalami
luka-luka. Kemudian bom Cirebon 2011, yaitu sebuah ledakan bom
bunuh diri terjadi di Masjid Mapolresta Cirebon saat salat Jum’at pada
15 April 2011 silam. Berbeda dari aksi lainnya, bom bunuh diri ini
ditujukan untuk menyerang Polisi. Tercatat ada 25 orang mengalami
luka-luka dan menewaskan satu pelaku. Meski berhasil meminimalisir
korban jiwa, aksi terorisme di Indonesia hingga kini masih belum bisa
dicegah. Pasukan khusus anti-teror hingga kini belum bisa melacak
pergerakan para gembong teroris yang terus berpindah-pindah.
Bahkan, saat ini aksi teror sudah mulai mengincar oknum polisi. Dari
pernyataan BNPT (Ansyaad Mbai), sejak Tahun 2000 sudah 900 orang
ditangkap terkait aksi teror. 600 orang di vonis bersalah dan dipenjara
dan ada yang di eksekusi mati. Sementara data dari kepolisian sejak
tahun 2000 hingga 30 April 2013 dipaparkan 845 orang sudah
ditangkap. 83 orang meninggal dunia,11 orang meninggal dengan aksi
bom bunuh diri dan 5 orang dieksekusi mati. 6 orang divonis seumur
hidup, masih dalam proses persidangan 47 orang, proses penyidikan 10
orang dan yang sudah di vonis 618 orang. Dan beberapa kasus lainnya
yang masih terduga teroris. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan
terorisme masih terjadi sampai saat ini.61
60
RG, “Inilah 5 Kasus Terorisme yang Heboh di Indonesia”
http://ciricara.com/2012/09/10/inilah-5-kasus-terorisme (diakses 1 Februari 2014).
Lihat juga Jeffrey Kaplan. “ History and Terrorism.” The Journal of American
History Vol. 98, No. 1 (June 2011), 101-105 http://www. jstor.org/stable/41509052
(diakses 7 Juni 2014).
61
RG, “Inilah 5 Kasus Terorisme yang Heboh di Indonesia”
http://ciricara.com/2012/09/10/inilah-5-kasus-terorisme (diakses 1 Februari 2014).
Lihat juga Gregory Starrett. “ History of Religions.” The University of Chicago
Press Vol. 46, No. 3, (February 2007), 268-271 Article DOI: 10.1086/513258
http://www.jstor.org/stable/10.1086/513258 (diakses 1 Juni 2014).
Cyber dan Terorisme | 65
62
Prayitno Ramelan, “Osama dan Pengaruhnya Terhadap Terorisme di
Indonesia“ http://ramalanintelijen.net/?p=2276 (diakses 28 Januari 2014). lihat juga
William A. Crenshaw. “Civil Aviation: Target for Terrorism.” Sage Publications,
Inc. in association with the American Academy of Political and Social Science Vol.
498, (Jul 1988), 60-69 http://www.jstor.org/stable/1045381 (diakses 6 Mei 2014).
Lihat juga Victor V. Ramraj and Others. “Global Anti-Terrorism Law and
Policy.” Cambridge University Press on behalf of the British Institute of
International and Comparative Law Vol. 56, No. 4, (Oct 2007), 962-964
http://www.jstor.org/stable/4498128 (diakses 6 Juni 2014). Lihat juga Tapan Kumar
Bose. “Global War on `Terrorism' and Democratic Rights.” India International Centre
Vol. 31, No. 4, (Spring 2005), 27-39 http://www.jstor.org/stable/23005978 (diakses 2
Juni 2014).
Cyber dan Terorisme | 67
63
Prayitno Ramelan, “Osama dan Pengaruhnya Terhadap Terorisme di
Indonesia“ http://ramalanintelijen.net/?p=2276 (diakses 28 Januari 2014). Lihat juga
Nirmalangshu Mukherji. “ Teachers and War on Terrorism.” Economic and Political
Weekly Vol. 38, No. 43, (Oct 2003), 4521-4523 http://www.jstor.org/stable/4414183
(diakses 13 Juni 2014).
68 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
gap dengan mereka yang anti Amerika dan fahamnya. Inilah sebuah
akar permasalahan yang harus diselesaikan.
Sepeninggal Usa>mah, faham yang sudah bertiup ke seluruh
dunia nampaknya tidak akan padam begitu saja. Kini menjadi tugas
berat bagi pemerintah serta seluruh lapisan masyarakat Indonesia
untuk menuntaskan kasus terorisme sebelum dia membesar menjadi
kelompok bersenjata terorganisir seperti di Philipina Selatan dan
Thailand Selatan.64 Imam Samudra juga membenarkan peristiwa bom
Bali I, menurutnya hal ini merupakan ji>had fi sabililla>h (berjuang di
jalan Allah). Menurutnya pemahaman tentang jihad telah mencapai
kesepakatan antara ulama salaf al-s}a>lih terutama pendiri Mazhab Fikih
(Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali). Lebih jauh ia menguraikan
referensi jihadnya, yaitu kita>b al-Jiha>d Sabi>luna> oleh ‘Abd al-Ba>qi
Ramdhun, kita>b al-Jiha>d oleh Ibn al-Muba>rak, Fi al-Tarbiyah al-
Jiha>diyah wa al-Bina> oleh ‘Abdulla>h Azza>m. Bom Bali I menurutnya
merupakan jiha>d fi sabililla>h karena target utama pengeboman Bali I
adalah warga negara AS dan sekutunya yang bersalah atas
penyerangan terhadap umat Muslim Afghanistan pada Tahun 2001,
dengan turut disaksikan oleh seluruh dunia, Imam Samudra
menjelaskan bahwa mereka pantas untuk diserang. Ia menyamakan
kekuatan kolonial yang bersalah karena menyerang yang tidak berdaya
dan bayi yang tidak berdosa dengan mereka yang disebut Alquran
sebagai penyembah berhala (yang tidak beriman) seperti di dalam surat
al-Tawbah ayat 36.
Artinya:”…dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana
merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
Dalam pendapatnya, perang harus dilaksanakan untuk
pembalasan atas apa yang telah mereka lakukan. Dalam hal ini, ayat di
64
Prayitno Ramelan, “Osama dan Pengaruhnya Terhadap Terorisme di
Indonesia“ http://ramalanintelijen.net/?p=2276 (diakses 28 Januari 2014). Lihat juga
Ruth Wedgwood. “ Al Qaeda, Terrorism, and Military Commissions.” The American
Journal of International Law Vol. 96, No. 2, (Apr 2002), Article DOI:
10.2307/2693927, 328-337 http://www.jstor.org/stable/2693927 (diakses 5 Juni
2014).
Cyber dan Terorisme | 69
65
Suhash Chakravarty. “The Taliban Phenomenon.” India International Centre
Vol. 29, No. 1, (Summer 2002), 65-74 http://www.jstor.org/stable/23005797 (diakses
1 Juni 2014). Lihat juga Virginia Held. “ Terrorism and War.” The Journal of Ethics
Vol. 8, No. 1, (May 2004), 59-75 http://www.jstor.org/stable/25115781 (diakses 11
Juni 2014).
66
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad
Sesat Imam Samudra dan Kelompok Islam Radikal (Jakarta: Grafindo Khazanah
Ilmu, 2007), 14. Lihat juga Yuli Ismartono, Teror di Surga, TEMPO, No.06/III, 15-
21 Oktober 2002.
70 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
Samudera, Aku Melawan Teroris, 175-190. Lihat juga Martin, Rudner. “Hunters and
Gatherers: The Intelligence Coalition Against Islamic Terrorism.” International
Journal of Intelligence and Counter Intelligence Vol. 17, No. 2, (Aug 2010), DOI:
10.1080/08850600490274890, 17. (diakses 2 Mei 2014). Lihat juga Anwar al-
Awlaki.“44WaysofSupportingJihad,”http://www.kavkazcenter.com/eng/content/200
9/02/16/10561.shtml (diakses 5 Agustus 2014).
70
Agib Tanjung, “Polri Ingin Musnahkan Buku Tadzkirah Inspirasi Teroris”
http://www.merdeka.com/peristiwa/polri-ingin-musnahkan-buku-tadzkirah-inspirasi-
teroris.html (diakses 20 Januari 2014).
72 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
71
TP/JO,“ MUIDukungKapolriTarikTadzkiroh”http://www.surabayapagi.com/
ndex.php?read=MUI-Dukung-Polri-Tarik Tadzkiroh;3b1ca0a43b79bdfd9f9305b812
982962548a3857b6e2cab59942ee0356d879ca (diakses 1 Februari 2014).
72
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad
Sesat Imam Samudra dan Kelompok Islam Radikal, 33-34.
Cyber dan Terorisme | 73
74
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad
Sesat Imam Samudra dan Kelompok Islam Radikal, 242-243.
75
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad
Sesat Imam Samudra dan Kelompok Islam Radikal, 249-250. Lihat juga Gary R,
Bunt. “ Islam in the Digital Age: E-Jihad, Online Fatwas and Cyber Islamic
Environments.” London and Sterling, Virginia: Pluto Press, The American Journal of
Islamic Social Sciences Vol. 21, No. 4, (May 2003), 237. (diakses 10 Juni 2014).
Lihat juga G. Haragopal and B. Jagannatham. “ Terrorism and Human Rights: Indian
Experience with Repressive Laws.” Economic and Political Weekly Vol. 44, No. 28,
(Jul 2009), 76-85 http://www.jstor.org/stable/40279262 (diakses 12 Juni 2014). Lihat
juga Lloyd Eby and Mohammed Fadhel Jamali.“ Peace Versus Terrorism [With
Rejoinder].” Professors World Peace Academy Vol. 5, No. 3, (Jul-Sep 1988), 7-14
http://www.jstor.org/stable/20751262 (diakses 8 Juni 2014).
Cyber dan Terorisme | 75
76
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad
Sesat Imam Samudra dan Kelompok Islam Radikal, 250-259.
77
M. Guntur Ramli, “Jihad Melawan Terorisme” http://islamlib.com/
?site=1&aid=112&cat=content&cid=9&title=jihad-melawan-terorisme (diakses 10
Januari 2014). Lihat juga Barak Mendelsohn. “ Bolstering the State: A Different
Perspective on the War on the Jihadi Movement.” Wiley on behalf of The
International Studies Association Vol. 11, No. 4, (Dec 2009), 663-686
http://www.jstor.org/stable/International Studies Review (diakses 12 Mei 2014).
76 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
78
M. Guntur Ramli, “Jihad Melawan Terorisme” http://islamlib.com/
?site=1&aid=112&cat=content&cid=9&title=jihad-melawan-terorisme (diakses 10
Januari 2014). Lihat juga Christopher Greenwood. “ International Law and the 'War
against Terrorism.” Wiley on behalf of the Royal Institute of International Affairs
Vol. 78, No. 2, (Apr 2002), 301-317 http://www.jstor.org/stable/3095683 (diakses 27
Mei 2014).
Cyber dan Terorisme | 77
79
M.Guntur Ramli, “Jihad Melawan Terorisme” http://islamlib.com/
?site=1&aid=112&cat=content&cid=9&title=jihad-melawan-terorisme (diakses 10
Januari 2014). Lihat juga Walter Laqueur. “ The New Terrorism, Fanaticism and the
Arms of Mass Destruction.” The American Journal of International Law Vol. 94, No.
2, (Apr 2000) Article DOI: 10.2307/2555312, 434-438 http://www.jstor.org/
stable/2555312 (diakses 4 Juni 2014).
78 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
80
M. Guntur Ramli, “Jihad Melawan Terorisme”. http://islamlib.com/
?site=1&aid=112&cat=content&cid=9&title=jihad-melawan-terorisme (diakses 10
Januari 2014). Lihat juga Adnan A. Musallam. “ From Secularism to Jihad: Sayyid
Qutb and the Foundations of Radical Islamism.” Middle East Journal Vol. 60, No. 4,
(Autumn 2006), 777-788 http://www.jstor.org/stable/4330322 (diakses 10 Juni
2014).
Cyber dan Terorisme | 79
81
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad
Sesat Imam Samudra dan Kelompok Islam Radikal, 265-270. Lihat juga Michael J.
Glennon. “ Terrorism and the Limits of Law.” Woodrow Wilson International Center
for Scholars Vol. 26, No. 2, (Spring 2002), 12-19 http://www.jstor.org/stable/
40260599 (diakses 5 Juni 2014).
82
Muhammad T}ahir al-Qadri, “Fatwa Against Terrorism and Suicide
Bombings” http://minhajimages.kortechx.netdnacdn.com/downloads/Fatwa_Global
Media-Coverage_English_volume-01.pdf (diakses 21 Februari 2014). Lihat juga Ari
Wahyudi, “Teroris Bukan Mujahid dan Bukan Pula Mujtahid!” http://muslim.or.id/
manhaj/teroris-bukan-mujahid-dan-mujtahid.html (diakses 20 Februari 2014). Lihat
juga Muhammad T}ahir al-Qadri, Fatwa on Terrorism and Suicide Bombings
(London: Minhaj Al-Qur’a>n International, 2010), 239-249.
80 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
83
Ari Wahyudi, “Teroris Bukan Mujahid dan Bukan Pula Mujtahid!”
http://muslim.or.id/manhaj/teroris-bukan-mujahid-dan-mujtahid.html (diakses 20
Februari 2014).
Cyber dan Terorisme | 81
82 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
BAB III
CYBER TERRORISM DALAM HUKUM POSITIF
1
T. Nasrullah, “Tinjauan Yuridis Aspek Hukum Materil Maupun Formil
Terhadap UU No.15/2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.” Jurnal
Kriminologi Indoesia Vol. 4 No. I (September 2005), 65-76.
2
Suaib Didu, Radikalisme dalam Islam Antara Argumentasi Jihad dan
Terorisme (Jakarta: Divisi Penerbitan Relawan Bangsa, 2006), 90.
3
Asep Syamsul M. Romli, Demonologi Islam: Upaya Barat Membasmi
Kekuatan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 38-43.
83
84 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
4
Gabriel Weimann, “Cyberterrorism: How Real Is the Threat?” http://www.
usip.org/pubs/specialreports/sr119.html. (diakses 1 Desember 2013). Lihat juga
David Isenberg, “Electronic Pearl Harbor? More Hype Than Threat”
http://www.cato.org/publications/commentary/electronic-pearl-harbor-more-hype-
threat (diakses 10 Februari 2014). Lihat juga Jeffrey Record, “ Bounding The Global
War On Terrorism.” Journal Strategic Studies Institute, (December 2003), 2.
5
T. Nasrullah, “ Tinjauan Yuridis Aspek Hukum Materil Maupun Formil
Terhadap UU No.15/2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.” Jurnal
Kriminologi Indoesia Vol. 4 No.1, (September 2005), 65-76.
6
Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), 10.
7
S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya
(Jakarta: Alumni Ahaem Petehaem, 1989), 205.
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 85
8
Moeljanto, Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 54.
9
Moeljanto, Asas-Asas Hukum Pidana , 54.
10
J. M Van Bemmelen, Hukum Pidana I: Hukum Pidana Material Bagian
Umum (Tanpa Tempat: Bina Cipta, 1984), 102-103.
86 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
11
Sudarto, Hukum Pidana II (Semarang: Badan Penyediaan Bahan-Bahan
Kuliah FH UNDIP, 1988), 85.
12
J. M Van Bemmelen, Hukum Pidana I: Hukum Pidana Material Bagian
Umum, 102-103.
13
J. M Van Bemmelen, Hukum Pidana I: Hukum Pidana Material Bagian
Umum, 102-103.
14
Ermansjah Djaja, KUHP Khusus, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2003 (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), 744.
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 87
15
Ermansjah Djaja, KUHP Khusus, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2003, 745.
88 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
16
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1976 Tentang
Perubahan dan Penambahan Beberapa Pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Bertalian dengan Perluasan Berlakuknya Ketentuan Perundang-Undangan
Pidana, Kejahatan Penerbangan, dan Kejahatan Terhadap Sarana/Prasarana
Penerbangan. http://www.dpr.go.id/uu/uu1976/UU_1976_4.pdf (diakses 21 Maret
2014).
17
Hasyim Muzadi, Kejahatan Terorisme (Bandung: Refika Aditama, 2004), 5.
Lihat juga Prayitno Ramelan, “ Osama dan Pengaruhnya Terhadap Terorisme di
Indonesia“ http://ramalanintelijen.net/?p=2276 (diakses 28 Januari 2014). Lihat juga
Muhammad Haniff Hassan, Teroris Membajak Islam, Meluruskan Jihad Sesat Imam
Samudra dan Kelompok Islam Radikal (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007), 14.
Lihat juga Yuli Ismartono, Teror di Surga, TEMPO, No.06/III, 15-21 Oktober 2002.
Rudy,“CyberCrimes(SudahSiapkahKitaMenghadapinya?)”http://www.lemhannas.go.
id/portal/in/daftar-artikel/1555-cyber-crimes.html (diakses 1 November 2013).
Carolyn Gard, The Attacks on the World Trade Center: February 26, 1993, and
September 11, 2001 (New York: The Rosen Publishing Group, Inc., 2003), 5. Lihat
juga Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, dan Oase
Perdamaian (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010), 85.
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 89
18
Bambang Sukarjono dan Sarjiyati, “Kajian Yuridis Penanganan Tindak
Pidana Terorisme Berdasarkan Perpu No. 1 Tahun 2002 jo UU No. 15 Tahun 2003
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.” Jurnal Sosial Vol. 14, No. 1
(Maret 2013), 26-34. Lihat juga T. Nasrullah, “ Tinjauan Yuridis Aspek Hukum
Materil Maupun Formil Terhadap UU No.15/2003 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme.” Jurnal Kriminologi Indoesia Vol. 4, No. 1, (September 2005),
65-76.
19
Bambang Sukarjono dan Sarjiyati, “Kajian Yuridis Penanganan Tindak
Pidana Terorisme Berdasarkan Perpu No. 1 Tahun 2002 jo UU No. 15 Tahun 2003
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.” Jurnal Sosial Vol. 14, No.1,
(Maret 2013), 26-34.
90 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
20
Erwin Asmadi, Pembuktian Tindak Pidana Teroris (Analisa Putusan
Pengadilan pada Kasus Perampokan Bank Cimb Niaga) (Medan: Sofmedia, 2012),
40.
21
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (dikses 01 Maret 2014).
22
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (dikses 20 Maret 2014).
23
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (daikses 20 Maret 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 91
24
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (daikses 20 Maret 2014).
25
Erwin Asmadi, Pembuktian Tindak Pidana Teroris (Analisa Putusan
Pengadilan pada Kasus Perampokan Cimb Niaga Medan), 40.
26
Ewi Soetriadi, Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme Dengan
Hukum Pidana (Semarang: Program Magister Ilmu Hukum Diponegoro, 2008), 93.
Lihat juga Brian M. Jenkins. “ Statements about Terrorism.” Sage Publications,
Inc. in association with the American Academy of Political and Social Science Vol.
463, (Sep 1982), 11-23 http://www.jstor.org/stable/1043608 (diakses 3 Juni 2014).
92 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
yaitu harus ada kehendak, keinginan atau kemauan dari orang yang
melakukan tindak pidana serta orang tersebut berbuat sesuatu dengan
sengaja, mengetahui dan sadar sebelumnya terhadap akibat
perbuatannya. Kesalahan dalam arti sempit dapat diartikan kesalahan
yang disebabkan karena si pembuat kurang memperhatikan akibat
yang tidak dikehendaki oleh undang-undang. Kelima, pertanggung-
jawaban yang menentukan bahwa orang yang tidak sehat ingatannya
tidak dapat diminta pertanggungjawabannya. Dasar dari pertanggung-
jawaban seseorang terletak dalam keadaan jiwanya. Unsur material
dari tindak pidana bersifat bertentangan dengan hukum yaitu harus
benar-benar dirasakan oleh masyarakat sehingga perbuatan yang tidak
patut dilakukan. Jadi meskipun perbuatan itu memenuhi rumusan
undang-undang, tetapi apabila tidak bersifat melawan hukum, maka
perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak pidana.
Unsur-unsur tindak pidana dalam ilmu hukum pidana
dibedakan dalam dua macam, yaitu unsur objektif dan unsur subjektif.
Unsur objektif adalah unsur yang terdapat di luar diri pelaku tindak
pidana. Unsur ini meliputi: pertama, perbuatan atau kelakuan manusia,
di mana perbuatan atau kelakuan manusia itu ada yang aktif (berbuat
sesuatu), misal membunuh (Pasal 338 KUHP), menganiaya (Pasal 351
KUHP). Kedua, akibat yang menjadi syarat mutlak dari delik. Hal ini
terdapat dalam delik material atau delik yang dirumuskan secara
material, misalnya pembunuhan (Pasal 338 KUHP), penganiyaan
(Pasal 351 KUHP), dan lain-lain. Ketiga, ada unsur melawan hukum.
Setiap perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh
peraturan perundang-undangan hukum pidana itu harus bersifat
melawan hukum, meskipun unsur ini tidak dinyatakan dengan tegas
dalam perumusan. Keempat, kesengajaan (dolus), di mana hal ini
terdapat di dalam pelanggaran kesusilaan (Pasal 281 KUHP),
perampasan kemerdekaan (Pasal 333 KUHP), pembunuhan (Pasal
338). Kelima, kealpaan (culpa), di mana hal ini terdapat di dalam
perampasan kemerdekaan (Pasal 334 KUHP) dan menyebabkan
kematian (Pasal 359 KUHP) dan lain-lain. Keenam, niat (voornemen),
di mana hal ini terdapat di dalam percobaan atau poging (Pasal 53
KUHP).27 Ketujuh, maksud (oogmerk), di mana hal ini terdapat dalam
27
Jan Remmelink, Hukum Pidana: Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari
Kitab Undang-undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana Indonesie (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum,
2003), 173.
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 93
28
Sholahuddin, KUHP dan KUHAP (Jakarta:Visimedia, 2007), 22. Lihat juga
Buku Ke-2 Kejahatan KUHP. http://ebookbrowsee.net/buku-ke-2-kejahatan-kuhp-
pdf-d201428603 (diakses 20 Maret 2014).
29
RG, “Inilah 5 Kasus Terorisme yang Heboh di Indonesia”
http://ciricara.com/2012/09/10/inilah-5-kasus-terorisme (diakses 1 Februari 2014).
94 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
30
Romli Atmasasmita, Masalah Pengaturan Terorisme dan Perspektif
Indonesia (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan
HAM RI, 2002), 2. Lihat juga Jenny Teichman. “ How to Define Terrorism.”
Cambridge University Press on behalf of Royal Institute of Philosophy Vol. 64, No.
250, (Oct 1989), 505-517 http://www.jstor.org/stable/3751606 (diakses 23 Mei
2014). Lihat juga Jenny Hocking. “Terrorism and Counter-Terrorism:
Institutionalising Political Order.” Australian Institute of Policy and Science Vol.
58, No. 3, (Spring 1986), Article DOI: 10.2307/20635385, 297-307 http://www.
jstor.org/stable/20635385 (diakses 12 Juni 2014).
31
Suaib Didu, Radikalisme dalam Islam Antara Argumentasi Jihad dan
Terorisme, 90. Lihat juga Mathias Holmen Johnsen, “ A Case Study of Anders B.
Breivik’s Intergroup Conceptualisation”. Journal of Terrorism Research Vol. 2, No.
3, (May 2014), 1-8.
32
T. Nasrullah, “ Tinjauan Yuridis Aspek Hukum Materil Maupun Formil
Terhadap UU No.15/2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.” Jurnal
Kriminologi Indoesia Vol. 4, No. 1 (September 2005), 65-76. Lihat juga Albert J.
Bergesen and Omar Lizardo. “International Terrorism and the World-System.”
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 95
36
Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (diakses 20 Maret 2014).
37
Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (diakses 20 Maret 2014).
38
Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (diakses 20 Maret 2014).
39
Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (diakses 20 Maret 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 97
40
Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (diakses 20 Maret 2014).
41
Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (diakses 20 Maret 2014). Lihat juga
Dikdik M. Arief Mansur & Eli Satris Gultom, Cyber Law, Aspek Hukum Teknologi
Infromasi (Bandung: Refika Aditama, 2005),65. Lihat juga Zahri Yunos, “ Cyber
TerrorismConceptualFramework”http://www.oiccert.net/v1/slide/session%201/03%2
02012%20Zahri%20OICCERT%20Oman%20V1%20%28ZAHRI%29.pdf (diakses
20 Februari 2014).
98 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
42
Tien S, Saefullah, Jurisdiksi sebagai Upaya Penegakan Hukum dalam
Kegiatan Cyberspace (Bandung: Elips, 2002), 96. Lihat juga Claudia Card. “
Recognizing Terrorism.” The Journal of Ethics Vol. 11, No. 1, (March 2007), 1-29
http://www.jstor.org/stable/20728493 (diakses 5 Juni 2014).
43
Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian
Cyber Crime di Indonesia , 107-108. Lihat juga Jeongtae, Kim. and Others. “ An
Inquiry into International Countermeasures Against Cyberterrorism”. Proc. of the
7th International Conference on Advanced Communication Technology. Gangwon-
Do, Korea, (May 2005), 432-35. (diakses 9 Mei 2014).
44
Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian
Cyber Crime di Indonesia , 108. Lihat juga Nir Kshetri. “ Diffusion and Effects of
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 99
Cyber-Crime in Developing Economies.” Taylor & Francis, Ltd Vol. 31, No. 7, (May
2010), 1057-1079 http://www.jstor.org/stable/27896600 (diakses 12 Juni 2014).
45
Barda Nawawi Arief, Sari Kuliah Perbandingan Hukum (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002), 280-281. Lihat juga Todd Sandler. “Terrorism and Policy:
Introduction.” The Journal of Conflict Resolution Vol. 54, No. 2, (April 2010), 203-
213 http://www.jstor.org/stable/27820982 (diakses 8 Juni 2014).
46
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana (Bandung: PT.Citra
Aditya Bakti, 2003), 252.
100 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
47
Tien S, Saefullah, Jurisdiksi sebagai Upaya Penegakan Hukum dalam
Kegiatan Cyberspace, 96. Lihat juga Daphne Barak-Erez. “ Terrorism Law between
the Executive and Legislative Models.” The American Journal of Comparative Law
Vol. 57, No. 4, (Fall 2009), 877-896 http://www.jstor.org/stable/25652675 (diakses 9
Juni 2014).
48
Ermansjah Djaja, KUHP Khusus, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2003, 745.
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 101
49
Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (diakses 20 Maret 2014). Lihat juga
50
Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/perpu_1_02.htm (diakses 20 Maret 2014).
102 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
51
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan
Pengembangan Hukum Pidana (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2005), 153.
52
Lihat juga Tb. Ronny Rahman Nitibaskara, Ketika Kejahatan Berdaulat,
(Jakarta: Peradaban, 2001), 45. Lihat juga United Nations Office on Drugs and
Crime,” United Nations Convention Against Transnational Organized Crime and
TheProtocolsThereto.”http://www.unodc.org/documents/treaties/UNTOC/Publicatio
ns/TOC%20Convention/TOCebook-e.pdf (diakses 12 Februari 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 103
276.53 Berkaitan dengan hal itu, apakah KUHP dapat digunakan dalam
menanggulangi tindak pidana cyber terrorism yang merupakan bagian
dari cyber crime, berikut identifikasi peneliti: (a) kejahatan terhadap
ketertiban umum Bab V Pasal 168 ayat 1, 2 dan 3; kejahatan terhadap
nyawa Bab XIX Pasal 340; pencurian Bab XXII Pasal 362; pemerasan
dan pengancaman Bab XXIII Pasal 368. Berkaitan dengan
permasalahan tersebut jika KUHP ingin digunakan untuk
menanggulangi tindak pidana cyber terrorism haruslah diperhatikan
terlebih dahulu batasan-batasan/ruang lingkup dan unsur-unsur/bentuk
cyber terrorism, sehingga dapat dikatakan sebagai tindak pidana cyber
terrorism. unsur-unsur tersebut antara lain: pertama, serangannya
melalui dunia maya bermotiviasi politik yang dapat mengarah pada
luka-luka dan kematian.
Kedua, menyebabkan ketakutan atau merugikan secara fisik
atas teknik serangan dari dunia maya tersebut. Ketiga serangannya
serius untuk melawan atau ditujukan ke infrastruktur informasi kritis
seperti keuangan, energi, transportasi, dan operasi pemerintah.
Keempat, serangan yang mengganggu sarana yang tidak penting,
bukan dikategorikan sebagai aksi cyber terrorism. Kelima, serangan
itu tidaklah semata-mata di pusatkan pada keuntungan moneter. Jadi
dari penjelasan di atas megenai unsur-unsur/bentuk-bentuk tindak
pidana cyber terrorism, maka peneliti berkesimpulan bahwa Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, tidak dapat digunakan dalam
menanggulangi tindak pidana cyber terrorism.54
Pada perkembangannya, saat ini telah ada perundang-undangan
di Luar KUHP yang berkaitan dengan kejahatan teknologi canggih di
bidang informasi, elektronik dan telekomunikasi yaitu sebagai berikut:
53
Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian
Cyber Crime di Indonesia (Jakarta: Grafindo Persada, 2002), 90. Lihat juga Barda
Nawawi Arief, Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung: Citra Aditya, 2005), 27-128. Lihat juga Anne Rathbone and Charles K.
Rowley. “Terrorism.” Springer Vol. 111, No. 1/2, (Mar 2002), 9-18
http://www.jstor.org/stable/30026269 (diakses 2 Juni 2014). Lihat juga Cam
Caldwell and Mayra Canuto-Carranco. “Organizational Terrorism and Moral
Choices-Exercising Voice When the Leader is the Problem.” Journal of Business
Ethics Vol. 97, No. 1, (November 2010), 159-171 http://www.jstor.org/stable/
40929379 (diakses 7 Juni 2014).
54
Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan
Kejahatan Berteknologi (Bandung: PT. Citra Aditya, 2002), 174-175.
104 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
55
Ahmad M. Ramli, “Naskah Akademik Rancangan Peraturan
PemerintahTentangTransaksiElektronik”http://www.tu.bphn.go.id/substantif/Data/I
SI%20KEGIATAN%20TAHUN%20200 /15na%20ITE.pdf (diakses 19 Maret
2014). Lihat juga Arpana and Others. “ Preventing Cyber Crime: A Study Regarding
Awareness Of Cyber Crime In Tricity.” International Journal of Enterprise
Computing and Business Systems Vol. 2, No. 1, (January 2012), 2230-8849. (diakses
7 Juni 2014). Lihat juga Seung-Whan Choi.” Fighting Terrorism through the Rule of
Law?”. The Journal of Conflict Resolution Vol. 54, No. 6, (December 2010), 940-
966 http://www.jstor.org/stable/25780761 (diakses 12 Juni 2014).
56
Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian
Cyber Crime di Indonesia, v.
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 105
57
Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2008 Tentang Internet
dan Transaksi Elektronik,Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronik
(Yogyakarta: Gradien Meditama, 2008), 72-77.
58
Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2008 Tentang Internet
dan Transaksi Elektronik,Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronik
(Yogyakarta:Gradien Meditama, 2008), 72.
106 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
59
Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2008 Tentang Internet
dan Transaksi Elektronik,Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronik
(Yogyakarta:Gradien Meditama), 76-77.
60
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008
(Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2009), 31-32. Lihat juga Muladi,
Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia (Jakarta:
The Habibie Center, 2002), 214.
61
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008
(Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2009), 32-33. Lihat juga Jeffrey T. G. Kelsey.
“ Hacking into International Humanitarian Law: The Principles of Distinction and
Neutrality in the Age of Cyber Warfare.” The Michigan Law Review Association
Vol. 106, No. 7, (May, 2008), 1427 http://www.jstor.org/stable/40041623 (diakses 12
Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 107
milik orang lain atau milik publik. (Terkait dengan aksi kejahatan
cyber terrorism yang berbentuk cyber sabotage dan extortion).62
Pasal 33 dengan unsur tindak pidana yaitu: melakukan tindakan
apa pun secara ilegal yang berakibat terganggunya sistem elektronik
menjadi tak bisa bekerja. (Terkait dengan aksi kejahatan cyber
terrorism yang berbentuk unauthorized acces to computer system dan
service).63 Pasal 34 dengan unsur tindak pidana yaitu: memproduksi,
menjual mengadakan untuk digunakan, mengimpor, menyediakan
perangkat lunak komputer untuk tujuan kesusilaan atau eksploitasi
seksual terhadap anak, penyadapan, merusak dan menghilangkan suatu
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau dokumen
elektronikk milik orang lain atau milik publik. (Terkait dengan aksi
kejahatan cyber terrorism yang berbentuk hacking, cyber sabotage dan
extortion).64 Pasal 35 dengan unsur tindak pidana yaitu: melakukan
perubahan, penciptaan, perusakan, penghilangan, dan memanipulasi
data informasi elektronik/dokumen elektronik dengan tujuan informasi
dan/atau dokumen elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang
otentik. (Terkait dengan aksi kejahatan hacking).65
Mengenai unsur sifat ‘melawan hukum’, dalam Undang-
Undang ITE tersebut disebutkan secara tegas, unsur ‘sifat melawan
hukum’ tersebut dapat dilihat pada perumusan”…..setiap orang
dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum sebagaimana
dalam Pasal…” seperti dirumuskan dalam Pasal 30 sampai dengan
Pasal 35 tersebut di atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
disebutkannya secara tegas unsur ‘sifat melawan hukum’ terlihat ada
kesamaan ide dasar antara UU ITE dengan KUHP yang masih
menyebutkan unsur sifat melawan hukumnya suatu perbuatan.66
Berbeda dengan Konsep KUHP baru yang sekarang tengah disusun
yang menentukan bahwa meskipun unsur ‘sifat melawan hukum’ tidak
62
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008,
33.
63
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008,
33.
64
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008,
34. Lihat juga Ali Julianto Gema, Cyber Crime, Modus Operandi dan
Penanggulangannya (Jogjakarta: LeksBang Komputer PRESSindo, 2007), 83.
65
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008,
35.
66
Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2008 Tentang Internet
dan Transaksi Elektronik,Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronik, 59-61.
108 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
67
Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2008 Tentang Internet
dan Transaksi Elektronik,Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronik , 72-77.
68
Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2008 Tentang Internet
dan Transaksi Elektronik,Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronik , 77.
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 109
71
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 20 Maret 2014).
72
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 19 Maret 2014).
73
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 19 Maret 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 111
74
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 20 Maret 2014).
112 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
75
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 22 Maret 2014). Lihat juga Muladi, Demokratisasi, Hak Asasi
Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia, 214. Lihat juga Ali Julianto Gema,
Cyber Crime, Modus Operandi dan Penanggulangannya, 83. Lihat juga Undang-
Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2008 Tentang Internet dan Transaksi
Elektronik,Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronik , 60.
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 113
76
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 22 Maret 2014).
77
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 22 Maret 2014). Lihat juga Jacqueline Ann Carberry. “ Terrorism: A
Global Phenomenon Mandating a Unified International Response.” Indiana Journal
of Global Legal Studies Vol. 6, No. 2, (Spring 1999), 685-719 http://www.jstor.org/
stable/20644713 (diakses 17 Juni 2014). Lihat juga Yaeli Bloch-Elkon. “ Trends:
Preventing Terrorism after the 9/11 Attacks.” Oxford University Press on behalf of
the American Association for Public Opinion Research Vol. 71, No. 1, (Spring
2007), 142-163 http://www.jstor.org/stable/4500364 (diakses 8 Juni 2014).
78
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 22 Maret 2014).
114 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
79
Summer Olmstead and Ambareen Siraj, “Cyberterrorism: The Threat of
Virtual Warfare.” Crosstalk The Journal of Defense Software Engineering Vol. 2,
No. 3, (May 2009), 16-18. Lihat juga Wayne Allen. “Terrorism and the Epochal
Transformation of Politics.” University of Illinois Press on behalf of North American
Philosophical Publications Vol. 6, No. 2, (Apr 1992),133-154 http://www.jstor.org/
stable/40435802 (diakses 3 Juni 2014). Lihat juga Karen Lund Petersen. “Terrorism:
When Risk Meets Security.” Sage Publications, Inc Vol. 33, No. 2, (Apr-June 2008),
173-190 http://www.jstor.org/stable/40608533 (diakses 27 Mei 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 115
80
Jhudariksawan, Pengantar Hukum Telekomunikasi, 14.
81
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 23 Maret 2014).
82
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 24 Maret 2014).
116 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
83
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 24 Maret 2014).
84
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi.http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_36_1999_Telekomunikas
i.pdf (diakses 24 Maret 2014).
85
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Bandung:
PT.Citra Aditya, 2002), 43. Lihat juga Paul R. Pillar. “Terrorism Goes Global:
Extremist Groups Extend Their Reach Worldwide.” Brookings Institution Vol. 19,
No. 4, (Fall 2001) Article DOI: 10.2307/20081003, 34-37 http://www.jstor.org/
stable/20081003 (diakses 8 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 117
86
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana , 42.
87
Dikdik M. Arief Mansur & Eli Satris Gultom, Cyber Law, Aspek Hukum
Teknologi Infromasi, 65. Lihat juga Zahri Yunos, “Cyber Terrorism
ConceptualFramework”http://www.oiccert.net/v1/slide/session%201/03%202012%2
0Zahri%20OICCERT%20Oman%20V1%20%28ZAHRI%29.pdf (diakses 20
Februari 2014). Lihat juga Prayudi, dkk. “ Antisipasi Cybercrime Menggunakan
Teknik Komputer Forensik” Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007
(SNATI 2007). Yogyakarta, 16 Juni 2007. ISSN: 1907-5022. (12 Mei 2014). Lihat
juga Roberta Senechal de la Roche.“ Toward a Scientific Theory of Terrorism.”
American Sociological Association Vol. 22, No. 1, (Mar 2004), 1-4
http://www.jstor.org/stable/3648954 (diakses 12 Juni 2014).
118 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
88
Barda Nawawi Arief, Sari Kuliah Perbandingan Hukum, 254-255. Lihat
juga Budi Raharjo, Implikasi Teknologi dan Internet Terhadap Pendidikan, Bisnis
dan Pemerintahan (Bandung: PT Insan Komunikasi/Infonesia, 2002 ), 51. Lihat juga
Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, 252-260. Lihat juga Michael Lawless. “ Terrorism: An International
Crime.” International Journal Vol. 63, No. 1, (Winter 2007), 139-159
http://www.jstor.org/stable/40204494 (diakses 12 Mei 2014). Lihat juga Neta C.
Crawford. “ Just War Theory and the U.S. Counterterror War.” American Political
Science Association Vol. 1, No. 1, (Mar 2003), 5-25 http://www.jstor.org/stable/
3687810 (diakses 21 Mei 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 119
89
Barda Nawawi Arief, Sari Kuliah Perbandingan Hukum, 254-255. Lihat
juga Abraham D. Sofaer. “Terrorism and the Law.” Council on Foreign Relations
Vol. 64, No. 5, (Summer 1986) Article DOI: 10.2307/20042773, 901-922
http://www.jstor.org/stable/20042773 (diakses 5 Juni 2014). Lihat juga Jonathan M.
Winer. “ Countering Terrorist Finance: A Work, Mostly in Progress.” Sage
120 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
Publications, Inc. in association with the American Academy of Political and Social
Science Vol. 618, (Jul 2008), 112-132 http://www.jstor.org/stable/40375779 (diakses
14 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 121
90
Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, 252-260. Lihat juga Baggili and Others. “Self-Reported Cyber Crime:
An Analysis on the Effects of Anonymity and Pre-Employment Integrity.”
International Journal of Cyber Criminology Vol. 3, No. 2, (July-December 2009),
550–565.
91
Mohammad Kemal Dermawan, Strategi Pencegahan Kejahatan (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 1994), 10.
92
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum
Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007), 240. Lihat juga Senad Slatina. “Net Effect: Web Sites That Shape the
World.” Washingtonpost.Newsweek Interactive, LLC Vol. 2, No. 148, (May-Jun
2005), 92-93 http://www.jstor.org/stable/30048020 (diakses 16 Juni 2014).
122 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
seharusnya tidak chatting tentang satu apapun kepada orang lain yang
tidak dikenal di Internet, meng-copy atau men-download program
yang berhak cipta, games atau musik tanpa izin atau tanpa membayar
adalah perbuatan ilegal.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh International
Information Industry Congres Tahun 2000 yang diselenggarakan oleh
ITAC (International Technology Association of Canada), maka hal-hal
dapat diupayakan guna menanggulangi tindak pidana cyber terrorism,
yaitu: pengenalan komputer dan Internet kepada masyarakat, dan
peran serta masyarakat dalam bidang komputer dan Internet.
\Pengenalan yang dimaksud di sini adalah upaya sosialisasi komputer
dan Internet di tengah-tengah masyarakat. Upaya ini dapat ditempuh
dengan jalan sebagai berikut: pertama, pengenalan komputer dan
Internet lewat pendidikan. Penandatanganan nota kesepakatan antara
PT Indosat dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tentang
pengembangan Cyber Education (CE), di Malang Jawa Timur,
merupakan salah satu contoh dan upaya pengenalan komputer dan
Internet kepada masyarakat sejak usia dini.93
Prinsip dasar cyber education cukup sederhana, yakni
memanfaatkan teknologi multimedia Internet untuk menyalurkan
suatu materi dari satu tempat ke tempat lain. Untuk itu, tempat-
tempat yang bersangkutan harus terhubung dalam jaringan komunikasi
berbasis protocol Internet. PT Indosat, melalui anak perusahaannya
Indosat Mutli Media, menyediakan infrasturktur sekaligus menyiapkan
koneksi Internet yang menghubungkan antar lokasi dalam satu
jaringan. Depdiknas secara bertahap mengembangkan jaringan Internet
ke sekolah-sekolah di Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Pada tahap
awal, jaringan sekolah dibentuk ditujuh kota sebagai proyek
percontohan, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Yogjakarta,
Solo dan Makasar. Di setiap kota disiapkan suatu jaringan yang
disebut Wide Area Network (WAN) kota untuk menghubungkan
93
Sutarman, Cyber Crime, Modes Operandi dan Penanggulangannya
(Jogjakarta: PRESSindo, 2007), 101-102. Lihat juga Leukfeldt and Others. “ High
Volume Cyber Crime and the Organization of the Police: The results of two
empirical studies in the Netherlands.” International Journal of Cyber Criminology
Vol. 7, No. 1 (January-June 2013), 1–17 (diakses 15 Mei 2014). Lihat juga Michele
Simms, “ On Linking Business Ethics, Bioethics and Bioterrorism.” Journal of
Business Ethics Vol. 51, No. 2, (May 2004), 211-220 http://www.jstor.org/stable/
25379186 (diakses 9 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Positif | 123
94
Mohammad Kemal Dermawan, Strategi Pencegahan Kejahatan, 10. Lihat
juga Jeff Victoroff. “The Mind of the Terrorist: A Review and Critique of
Psychological Approaches.” Sage Publications, Inc Vol. 49, No. 1, (Feb 2005), 3-42
http://www.jstor.org/stable/30045097 (diakses 15 Juni 2014).
124 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
95
Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian
Cyber Crime Di Indonesia, 90. Lihat juga Barda Nawawi Arief, Sari Kuliah
Perbanding Hukum Pidana, 253-254. Lihat juga Raed S, A. Faqir. “Cyber Crimes in
Jordan: A Legal Assessment on the Effectiveness of Information System Crimes Law
No (30) of 2010.” International Journal of Cyber Criminology Vol. 7, No. 1,
(January-June 2013), 81-90. (diakses 1 Juni 2014).
BAB IV
CYBER TERRORISM DALAM HUKUM ISLAM
1
James A. Lewis, Assesing the Risk of Cyber Terrorism, Cyber War and Other
Cyber Threats, Center for Strategic and International Studies (Washington D.C:
Center for Strategic & International Studies, 2002), 1. Lihat juga Dikdik M. Arief
Mansur & Eli Satris Gultom, Cyber Law, Aspek Hukum Teknologi Infromasi, 65.
Lihat juga Mitko Bogdanoski and Drage Petreski, “ Cyber Terrorism-Global Security
Threat.” International Scientific Defence, Security and Peace Journal Vol. 2, No. 3,
(May 2013), 59-70. Lihat juga James A. Lewis. “ The Internet And Terrorism.”
American Society Of International Law Vol. 99, No. 3, (March-April 2005), 112-
115 http://www.jstor.org/stable/25659982 (diakses 8 Juni 2014).
125
126 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
2
Clive Walker. “ Keeping Control of Terrorists without Losing Control of
Constitutionalism.” Stanford Law Review Vol. 59, No. 5, (Mar 2007), 1395-1463
http://www.jstor.org/stable/40040361 (diakses 24 Mei 2014). Lihat juga Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), 1048.
3
Jhon L. Esposito, The Oxford Ensiclopedia of the Modern Islamic World
(New York: Oxford University Press, 1995), 205. Lihat juga Adjie, Terorisme, 11.
Lihat juga Randall Law, Terrorism: A History (Cambridge: Polity Press, 2009), 12.
Lihat juga Clive Walker. “ Keeping Control of Terrorists without Losing Control of
Constitutionalism.” Stanford Law Review Vol. 59, No. 5, (Mar 2007), 1395-1463
http://www.jstor.org/stable/40040361 (diakses 24 Mei 2014).
4
Yu>suf al-Qarad}a>wi>, Fiqh al-Jiha>d (Kairo: Maktabah Wahbah, 2009), 721.
Lihat juga Muhammad Abu> Zahrah, Al-Jari>mah wa al-‘Uqubah fi> al-Fiqh al-Isla>mi>
(Kairo: Maktabat al-Angelo al-Mis}ri>yah, tth), 22.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 127
Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu
nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Dalam ayat ini digunakan kata turhibu>na. Menurut Muhammad
Isma>i>l Ibra>him dalam Mu’jam al-Alfaz} wa al-I’lam Alquraniyah,
memberikan penjelasan tentang kata al-Irha>b, dengan akhafahu wa
afz}a’ahu (menakut-nakuti dan mengejutkannya). Jika kata al-Irha>b
dalam bahasa Arab modern digunakan sebagai pengganti kata “teror”,
maka dapat disimpulkan, bahwa Allah memerintahkan agar kaum
Muslimin menjadi “teroris”, yakni menimbulkan rasa takut dan gentar
pada musuh-musuh Allah dan kaum Muslimin. Kesulitan
pendefenisian ini semakin bertambah, karena istilah terorisme hampir
sepenuhnya digunakan secara pejoratif untuk mengacu kepada
tindakan-tindakan kekerasan yang di jalankan kelompok atau
organisasi oposisi yang dipandang berada di luar mainstream tatanan
dan norma politik mapan. Memang amat mudah menuding kegiatan
kelompok-kelompok kecil yang aneh dan menyimpang sebagai teror
dengan mengabaikan terorisme resmi yang dipraktikkan sejumlah
rezim dan pemerintah tertentu.8
Menurut Yu>suf al-Qarad}a>wi>, irha>b (teror) sebagaimana yang
disebutkan di dalam Alquran (QS.al-Anfa>l 8: 60) tidak diragukan lagi
tentang legalitasnya, tanpa ada seorang pun yang membantah. Namun,
kata ini bukanlah yang dimaksud dengan istilah yang dikenal luas pada
masa sekarang. Sebab, teror yang disyariatkan ini maksudnya adalah
mempersiapkan kekuatan sesuai kemampuan dan memobilisasi
pasukan. Termasuk di dalamnya kekuatan prajurit-prajurit terlatih
serta kekuatan material, dengan mempersiapkan berbagai jenis
persenjataan modern dan kendaraan perang serta keahlian dalam
8
Muhammad Isma>i>l Ibra>hi>m, Mu’jam al-Alfaz} wa al-I’lam Al-Qur’a>niyah
(Kairo: Da>r al-Fikr al-Arabi, 1969), 212. Lihat juga Yu>suf al-Qarad}a>wi>, Fiqh al-
Jiha>d, 721-724. Lihat juga Kristopher K. Robison and Others. “ Ideologies of
Violence: The Social Origins of Islamist and Leftist Transnational Terrorism.”
Oxford University Press Vol. 84, No. 4, (Jun 2006), 2009-2026 http://www.jstor.org/
stable/3844487 (diakses 14 Juni 2014). Lihat juga Sadik J. Al-Azm. “ Islam,
Terrorism and the West Today.” Brill New Series Vol. 44, No. 1, (May 2004), 114-
128 http://www.jstor.org/stable/1571337 (diakses 5 Juni 2014).
130 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
9
Yu>suf al-Qarad}a>wi>, Fiqh al-Jiha>d, 722-723. Lihat juga Muhammad Hasbi al-
Shiddieqy. Hukum-Hukum Fiqh Islam (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), 478-
479. Lihat juga Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2007),
25. Lihat juga Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh (Jakarta: Kencana, 2005),
269. Lihat juga Bettina Graf. “ Yūsuf al-Qaraḍāwī in Cyberspace.” Brill New Series
Vol. 47, No. 3-4, (May 2007), 403-421 http://www.jstor.org/stable/20140785
(diakses 3 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 131
10
Yu>suf al-Qarad}a>wi>, Fiqh al-Jiha>d, 736. Lihat juga Iya>d Ali al-Durah, “ Al-
Irha>b al-Iliktru>ni,” Majalat al-ma’lu>ma>tiyah (2012). Lihat juga Bettina Graf. “ Yūsuf
al-Qaraḍāwī in Cyberspace.” Brill New Series Vol. 47, No. 3-4, (May 2007), 403-
421 http://www.jstor.org/stable/20140785 (diakses 3 Juni 2014). Lihat juga Carlos
Pestana Barros and Isabel Proenca. “ Mixed Logit Estimation of Radical Islamic
Terrorism in Europe and North America: A Comparative Study.” Sage Publications,
Inc Vol. 49, No. 2, (Apr 2005), 298-314 http://www.jstor.org/stable/30045113
(diakses 23 Mei 2014).
132 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
darinya dengan besi serta api, tidak diragukan merupakan perkara yang
disyariatkan yang diakui oleh berbagai syariat samawi, filsafat moral,
perjanjian internasional dan undang-undang Positif. Ini telah dikenal
oleh berbagai bangsa dan umat sepanjang sejarah, bahkan itu fitrah
yang Allah ciptakan manusia padanya. Hingga jasad yang hidup akan
menyerang setiap mikroba atau benda asing yang memasukinya.
Perhatian ilahiah telah menyediakan perlindungan dari serangan benda
asing tersebut, demi untuk menjaga kehidupan manusia dan kesehatan
fisiknya. Terorisme yang tidak disyariatkan menurut al-Qarad}awi>
adalah sesuatu yang tujuan dan caranya tidak syariatkan, berarti
merupakan terorisme yang diharamkan dan munkar, yaitu seperti yang
dilakukan oleh raja-raja kartel obat bius yang melakukan berbagai
operasi dan penyerangan dengan membunuh orang-orang yang tidak
berdosa serta orang-orang yang berhak mendapatkan rasa aman untuk
melindungi perdagangan mereka dan kekayaan mereka, yang
dengannya mereka menghancurkan kesehatan umat manusia, akal
pikiran mereka, keamanan mereka, dan kehidupan mereka.
Contoh jenis ini ialah kejahatan yang dilakukan oleh geng-geng
mafia di negara-negara Eropa dan lainnya, yang melakukan penculikan
para hakim, pengacara, dan para pemimpin untuk memaksakan agar
dipenuhinya berbagai tuntutan mereka, seperti pelepasan beberapa
orang rekan mereka yang ditahan karena terlibat kriminalitas dan
sebagainya, ini merupakan hal-hal yang tidak diragukan lagi
ketidaksahannya. Jadi, mereka itu tujuan maupun caranya tidak
disyariatkan. Termasuk terorisme jenis ini ialah terorisme yang
dilakukan oleh Zionis Israel yang melatarbelakangi lahirnya
organisasi-organisasi terorisme mereka yang dikenal dengan geng
Haganah, Irgun, dan lain-lain. Yaitu organisasi yang memutuskan
untuk merampas tanah dari pemiliknya yang sah, mengeluarkan
mereka dari tanah airnya dan mengusirkan mereka ke berbagai penjuru.
Ini jelas tujuannya tidak disyariatkan melalui barometer apa pun;
moral, agama, dan undang-undang.11
11
Yu>suf al-Qarad}a>wi>, Fiqh al-Jiha>d, 737. Lihat juga M. Saleh Mathar, “ Jihad
dan Terorisme Kajian Fikih Kontemporer,” Jurnal Hunafa Vol. 6. No.1, (April 2009)
117-128. Lihat juga Muzaffar Assadi. “ Fatwa, Terrorism and Jehad.” Economic and
Political Weekly Vol. 43, No. 31, (Aug 2008), 16-18 http://www.jstor.org/stable/
40277794 (diakses 9 Juni 2014). Lihat juga Max Abrahms. “ What Terrorists Really
Want: Terrorist Motives and Counterterrorism Strategy.” The MIT Press Vol. 32,
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 133
yang tidak bersalah dan tidak ada persoalan antara mereka dengan
pelaku. Mereka sama sekali tidak mengenal dan tidak tahu siapa
mereka, tetapi hanya takdir dan nasib buruklah yang mengantarkan
mereka terjebak ke dalam perangkap mereka dan menjadikan mereka
berada di bawah belas kasihan mereka. Mereka gunakan para sandera
tersebut untuk mengancam orang lain sebagai musuh mereka; bisa
dengan memenuhi berbagai tuntutan mereka atau mereka akan
meledakkan pesawat berikut para penumpangnya, atau mereka
membunuh para penumpang satu persatu supaya musuh mereka tahu
bahwa mereka serius pada apa yang mereka katakan, dan mereka tidak
akan menahan diri dari melaksanakan apa yang mereka ancamkan.
Padahal pokok syariat yang diyakini berbunyi: “(yaitu) bahwasanya
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. al-
Najm :38).13
Sejak sekitar dua puluh tahun yang lalu Yu>suf al-Qarad}a>wi>
telah menerbitkan sebuah fatwa tentang pengharaman pembajakan
pesawat, setelah peristiwa pembajakan pesawat milik maskapai
penerbangan Kuwait. Pembajakan ini dilakukan oleh beberapa orang
Palestina, dalam peristiwa itu mereka menyandera para penumpangnya
selama enam belas hari dan membunuh salah seorang dari mereka serta
melemparkan dari pintu pesawat. Kasus serupa adalah penyanderaan
orang-orang yang tak berdosa dan ancaman akan membunuh mereka
apabila tuntutan mereka tidak dipenuhi. Contoh kasus ini seperti
dilakukan oleh kelompok gerilyawan Abu> Sayyaf di Filipina. Sama
halnya pula dengan tindakan menyerang dan membunuh para turis,
seperti peristiwa penembakan para turis di Mesir, pengeboman tempat-
tempat wisuda di Bali, Indonesia, dan peristiwa lain di al-Jazair.14
13
Yu>suf al-Qarad}a>wi>, Fiqh al-Jiha>d, 738. Lihat juga M. Saleh Mathar, “Jihad
dan Terorisme Kajian Fikih Kontemporer,” Jurnal Hunafa Vol. 6. No.1, April 2009:
117-128. Lihat juga Gary R, Bunt. “Islam in the Digital Age: E-Jihad, Online Fatwas
and Cyber Islamic Environments.” London and Sterling, Virginia: Pluto Press,. The
American Journal of Islamic Social Sciences Vol. 21, No. 4, (May 2003), 237
(diakses 5 Juni 2014).
14
Bettina Graf. “Yūsuf al-Qarad}āwī in Cyberspace.” Brill New Series Vol. 47,
No. 3-4, 2007, [403] of 403-421 http://www.jstor.org/stable/20140785 (diakses 3
Juni 2014). Lihat juga David T. Hill. “East Timor and the Internet: Global Political
Leverage in/on Indonesia.” Southeast Asia Program Publications at Cornell
University Vol. 2, No. 73, (Apr 2002), Article DOI: 10.2307/3351468, 25-51
http://www.jstor.org/stable/3351468 (diakses 13 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 135
15
Yu>suf al-Qarad}a>wi>, Fiqh al-Jiha>d, 739. Lihat juga Muhammad Ibn Ali al-
Syaukani, Nail al-Aut}ar, Juz VII, (Saudi Arabia: Ida>rah al-Buhu>s al-‘Ilmiyah, tth),
249. Lihat juga Adnan A. Musallam. “ From Secularism to Jihad: Sayyid Qutb and
the Foundations of Radical Islamism.” Middle East Journal Vol. 60, No. 4, (Autumn
2006), 777-788 http://www.jstor.org/stable/4330322 (diakses 10 Juni 2014).
16
Al-Raghib al-Asfahani>, Mu’jam Mufradat al-Faz} Al-Qur’a>n (Beirut: Da>r al-
Kutub, 2008), 99. Lihat juga M. Saleh Mathar, “ Jihad dan Terorisme Kajian Fikih
Kontemporer,” Jurnal Hunafa Vol. 6, No.1,(April 2009), 117-128.
136 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
musuh yang jelas, walaupun alternatif ini lebih dominan dalam ayat-
ayat tentang jihad dan qita>l selanjutnya. Dalam periode Mekkah, Nabi
berjihad melalui tindakan persuasif dengan memperingatkan
masyarakat Mekkah tentang kekeliruan penyembahan berhala dan
sebaliknya menyeru mereka menyembah Allah. Sebaliknya dalam
ayat-ayat Madaniah jihad sering diekspresikan dalam pengertian
“mengerahkan segenap upaya untuk berperang dimedan tempur.”
Seperti dalam QS. al-Tawbah 9: 41 sebagai berikut,
17
Muhyiddi>n al-Nawa>wi>, S}ahi>h Muslim bi Sharah} al-Nawa>wi> (Beirut: Da>r al-
Ma’rifah, 1996), 23. Lihat juga Maghaireh, Alaeldin. “ Shariah Law and Cyber-
Sectarian Conflict: How can Islamic Criminal Law respond to cyber crime?.”
International Journal of Cyber Criminology Vol. 2, No. 2, (July-December 2008),
337–345. (diakses 7 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 137
18
Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, juz VI (t.tp: al-Maktabah
al-Salafiyah, t.th.), 3. Lihat juga Muzaffar Assadi. “ Fatwa, Terrorism and Jehad.”
Economic and Political Weekly Vol. 43, No. 31, (Aug 2008), 16-18 http://www.
jstor.org/stable/40277794 (diakses 9 Juni 2014).
19
Muhyiddi>n al-Nawa>wi>, S}ahi>h Muslim bi Sharah al-Nawa>wi>, 11-12.
138 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
20
Malik bin Anas, Muwat}a Malik (Beirut: Da>r al-Fikr, 1989), 276-292. Lihat juga
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-T}abari>, Ja>mi’ al-Baya>n fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n, juz
XVII (Beirut: Da>r al-Fikr, 1978), 82-84. Lihat juga Ibn Taimiyah, al-Siya>sah al-
Shari’ah (Kairo: Maktabah Ans}ar al-Sunnah, 1961), 112.
21
Ibn Taimiyah, al-Siya>sah al-Shari’ah, 112. Lihat juga Maghaireh, Alaeldin. “
Shariah Law and Cyber-Sectarian Conflict: How can Islamic Criminal Law respond
to cyber crime?.” International Journal of Cyber Criminology Vol. 2, No. 2, (July-
December 2008), 337–345. (diakses 9 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 139
22
Ali Rahmena, Para Perintis Zaman Baru Islam (Bandung: Mizan, 1998),
126-151. Lihat juga Adnan A. Musallam. “From Secularism to Jihad: Sayyid Qutb
and the Foundations of Radical Islamism.” Middle East Journal Vol. 60, No. 4,
(Autumn 2006), 777-788 http://www.jstor.org/stable/4330322 (diakses 10 Juni
2014). Lihat juga Anthony Richards. “The Problem With 'Radicalization': The Remit
Of 'Prevent' And The Need To Refocus On Terrorism In The UK.” Wiley on behalf
of the Royal Institute of International Affairs Vol. 87, No. 1, (January 2011), 143-
152 http://www.jstor.org/stable/20869615 (diakses 2 Juni 2014).
23
Ali Rahmena, Para Perintis Zaman Baru Islam, 154-170. Lihat juga Anthony
Richards. “The Problem With 'Radicalization': The Remit Of 'Prevent' And The
Need To Refocus On Terrorism In The UK.” Wiley on behalf of the Royal Institute
140 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
.
Artinya: Sesungguhnya nyawa, harta, dan kehormatan kalian sangat
dimuliakan, sebagaimana mulianya hari ini (Arafah), bulan ini
(Dhulhijah) dan negeri ini (Mekkah).26
25
QS. al-Anbiya> (21: 107). Lihat juga QS. al-Baqarah (2: 30-32).
26
Abu> ‘Abd Alla>h Muhammad bin Isma>i>l al-Bukha>ri>, Shahi>h al-Bukha>ri>, Juz I,
(Beirut: Da>r al-Fikr, 1982), 43. Lihat juga Gary R, Bunt. “ Islam in the Digital Age:
142 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
E-Jihad, Online Fatwas and Cyber Islamic Environments”. London and Sterling,
Virginia: Pluto Press, The American Journal of Islamic Social Sciences Vol. 21, No.
4, (May 2003), 237 (diakses 13 Juni 2014).
27
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: Pemikiran dari
Fundamentalisme, Modernisme hingga Posmodernisme (Jakarta: Paramadina, 1996),
188. Lihat juga Adnan A. Musallam. “ From Secularism to Jihad: Sayyid Qutb and
the Foundations of Radical Islamism.” Middle East Journal Vol. 60, No. 4,
(Autumn, 2006), 777-788 http://www.jstor.org/stable/4330322 (diakses 10 Juni
2014). Lihat juga Anthony Richards. “ The Problem With 'Radicalization': The
Remit Of 'Prevent' And The Need To Refocus On Terrorism In The UK.” Wiley on
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 143
behalf of the Royal Institute of International Affairs Vol. 87, No. 1, (January
2011), 143-152 http://www.jstor.org/stable/20869615 (diakses 2 Juni 2014).
28
Claude Berrebi and Esteban F. Klor. “On Terrorism and Electoral Outcomes:
Theory and Evidence from the Israeli-Palestinian Conflict.” The Journal of Conflict
Resolution Vol. 50, No. 6, (Dec 2006), 899-925 http://www.jstor.org/stable/
27638530 (diakses 5 Juni 2014). Lihat juga Lawrence A. Kuznar. “Rationality Wars
and the War on Terror: Explaining Terrorism and Social Unrest.” Wiley on behalf of
the American Anthropological Association New Series Vol. 109, No. 2, In Focus:
144 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
31
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), 539. Lihat juga ‘Abd al-Qadir ‘Audah, Al-Tashri’ al-Jina’i> al-
Isla>mi>, 569. Lihat juga ‘Abd al-Wahab Khallaf, ‘Ilmu Us}u> al-Fiqh, (Kuwait: Da>r al-
Kuwaitiyah, 1968), 11. Lihat juga Sadik J. Al-Azm. “Islam, Terrorism and the West
Today.” Brill New Series Vol. 44, No. 1, (May 2004), 114-128 http://www.jstor.org/
stable/1571337 (diakses 5 Juni 2014).
32
M. Saleh Mathar, “Jihad dan Terorisme Kajian Fikih Kontemporer,” Jurnal
Hunafa Vol. 6. No.1, April 2009:117-128. Lihat juga Topo Santoso, Membumikan
Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat dalam Wacana dan Agenda (Jakarta: Gema
Insani Press, 2003), 30.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 147
Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka
bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan
kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat
kediamannya) yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk
mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.
Al-Ima>m al-Qurt}u>bi> di dalam kitab tafsirnya menjelaskan
bahwa dalam ayat tersebut di atas terdapat bahasan penting: pertama,
para ulama berbeda pendapat terkait sebab turunnya ayat ini, namun
pendapat yang dipegang mayoritas ulama dan merupakan pendapat
yang dis}ahi>hkan oleh Ibn Kathi>r dalam tafsirnya ialah bahwa ayat ini
diturunkan kepada penduduk ‘Akl/‘Urainah (‘Uraniyyi>n).
33
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih
Jina>yah (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 9-10. Lihat juga Iya>d Ali al-Durah, “Al-Irha>b
al-Iliktru>ni”, Majalat al-Ma’lu>ma>tiyah (May 2012).
34
Iya>d Ali al-Durah, “Al-Irha>b al-Iliktru>ni”, Majalat al-Ma’lu>ma>tiyah (May
2012). Lihat juga Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan
Syariat dalam Wacana dan Agenda, 29-30. Lihat juga Muhammad Hasbi ash-
Shiddieqy. Hukum-Hukum Fiqh Islam, 478-479. Lihat juga Muhammad Abu> Zahrah,
Al-Jari>mah wa al-‘Uqubah fi> al-Fiqh al-Isla>mi>, 22.
148 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
35
Maghaireh, Alaeldin. “Shariah Law and Cyber-Sectarian Conflict: How can
Islamic Criminal Law respond to cyber crime?.” International Journal of Cyber
Criminology Vol. 2, No. 2, (July-December 2008), 337–345. (diakses 10 Juni 2014).
Lihat juga M. Shamsul Haque. “Government Responses to Terrorism: Critical Views
of Their Impacts on People and Public Administration.” Wiley on behalf of
the American Society for Public Administration Vol. 62, (Sep 2002), 170-180
http://www.jstor.org/stable/3110188 (diakses 5 Juni 2014).
36
al-Qurt}u>bi>, al-Ja>mi’ Li Ahka>m Al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-Kutub al-Mis}riyah,
1964), 148. Lihat juga Ibn Kathi>r, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-‘Az}i>m (Beirut: Da>r al-Kutub
al-Ilmiyah, 1419H), 95. Lihat juga al-Bukha>ri>, S}ahi>h Bukha>ri> (Beirut: Da>r al-Tu>q al-
Naja>h, 1422H), 56. Lihat juga Muslim, S}ahi>h Muslim (Beirut: Da>r Ihya Turath al-
‘Arabi>, 1422H), 1298.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 149
37
Wahbah al-Zuhaili>, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh Juz VI (Damaskus: Da>r
al-Fikr, 1989), 296. Lihat juga ‘Abd al-Rahma>n al-Jaziri, Al-Fiqh, A’la al-Madha>hib
al-Arba’ah, Juz V (Beirut: Da>r al-Fikr, tth), 288-292.
38
Abu> Muawiyah Askari, “ Tafsir Hukuman Bagi Para Penyamun”
http://asysyariah.com/tafsir-hukuman-bagi-para-penyamun/ (diakses 17 Mei 2014).
Lihat juga ‘Abd al-Rahma>n al-Jaziri, Al-Fiqh, A’la al-Madha>hib al-Arba’ah, Juz V,
288-292. Lihat juga Bettina Graf. “ Yūsuf al-Qaraḍāwī in Cyberspace.” Brill New
Series Vol. 47, No. 3-4, (May 2007), 403-421 http://www.jstor.org/stable/20140785
(diakses 3 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 151
39
Faishal bin Qazzar al-Ja>sim, Meluruskan Pemahaman Tentang Damai dan
Jihad (Jakarta: Jam’iyah Ihya> al-Turath al-Isla>mi> Kuwait Komite Asia Tenggara,
2011), 123-124. Lihat juga Martin, Rudner. “ Hunters and Gatherers: The
Intelligence Coalition Against Islamic Terrorism.” International Journal of
Intelligence and Counter Intelligence Vol. 17, No. 2, (Aug 2010). DOI: 10.1080/
08850600490274890, 17. (diakses 2 Juni 2014).
40
Muhammad bin Husain bin Said Alu Sufran al-Qaht}aniy, Fatwa-fatwa
Ulama Terkemuka Tentang Tindak Kekerasan (Jakarta: Jam’iyah Ihya> al-Turath al-
Isla>mi> Kuwait Komite Asia Tenggara, 2011 ), 12-13. Lihat juga Arowosaiye, Yusuf
Ibrahim dan Ibrahim, Ahmad. “ Economic And Financial Crimes And Ict
Infrastructure: The Islamic Criminal Law Perspective ” 3rd International Conference
on Postgraduate Education (ICPE-3 ’08, Penang-Malaysia, 2008). (diakses 7 Juni
2014) lihat juga Robert Oakley. “ International Terrorism.” Council on Foreign
Relations Vol. 65, No. 3, (May 1986) Article DOI: 10.2307/20043083, 611-629
http://www.jstor.org/stable/20043083 (diakses 8 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 153
Terorisme, 125. Lihat juga Abraham D. Sofaer. “ Terrorism and the Law.” Council
on Foreign Relations Vol. 64, No. 5, (Summer 1986) Article DOI: 10.2307/
20042773, 901-922 http://www.jstor.org/stable/20042773 (diakses 5 Juni 2014).
Lihat juga Joseph Robbins and Others. “ Voters versus terrorists: Analyzing the
effect of terrorist events on voter turnout.” Journal of Peace Research Vol. 50, No. 4,
(July 2013), 495-508) http://www.jstor.org/stable/23441214 (diakses 9 Juni 2014).
43
Usa>mah bin La>din, Karya Asli Fatwa dan Wawancara Usamah bin Ladin
(Jakarta: Ababil Press, 2001), 63. Lihat juga Ruth Wedgwood. “Al Qaeda,
Terrorism, and Military Commissions.” The American Journal of International Law
Vol. 96, No. 2, (Apr 2002) Article DOI: 10.2307/2693927, 328-337 http://www.jstor.
org/stable/2693927 (diakses 5 Juni 2014). Lihat juga Gilbert Guillaume. “ Terrorism
and International Law.” Cambridge University Press on behalf of the British
Institute of International and Comparative Law Vol. 53, No. 3, (Jul 2004), 537-548
http://www.jstor.org/stable/3663289 (diakses 8 Juni 2014).
44
Wahbah al-Zuhaili>, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh (Damaskus: Da>r al-Fikr,
2004), 5855.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 155
. .
Artinya: Ketika di dalam perang, tidak diperkenankan membunuh
kanak-kanak, perempuan, orang tua, agamawan, dan selainnya dari
orang-orang yang tidak ikut di dalam peperangan. Dan tidak
(diperkenankan) memotong pohon, menjarah harta, dan tidak
(diperkenankan) merobohkan pembangunan tamadun, dan tidak boleh
disamakan dengan orang yang diperangi. Bagi yang cedera berhak
untuk mendapatkan obat, dan bagi tawanan harus diberi makan dan
dilindungi.
Lebih-lebih lagi, persepsi jihad ini bertentangan dengan dasar
paling awal di dalam Islam. Dalam Islam, jihad merupakan hak absolut
pemimpin bagi negara itu. Oleh karena itu, tidak dibenarkan bagi
mana-mana bagian dari rakyatnya untuk melakukan jihad tanpa ada
45
Wahbah al-Zuhaili>, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, 5855-5856.
46
Muhammad Afifi al-Akiti, Defending The Transgressed by Censuring The
Reckless Against The Killing of Civilians (Germany: Warda Publication, 2005), 20.
Lihat juga Wahbah al-Zuhaili>, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, 6454-6455.
156 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
47
Suheil Laher, Indiscriminate Killing, dalam The State We Are In-Identity,
Terror and The Law of Jihad (Bristol: Amal Press, 2006), 53. Lihat juga Barak
Mendelsohn. “Bolstering the State: A Different Perspective on the War on the Jihadi
Movement.” Wiley on behalf of The International Studies Association Vol. 11, No.
4, (Dec 2009) 663-686 http://www.jstor.org/stable/International Studies Review
(diakses 12 Mei 2014).
48
Wahbah al-Zuhaili>, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, 5852. Lihat juga
Muhammad Afifi al-Akiti, Defending The Transgressed by Censuring The Reckless
Against The Killing of Civilians, 21.
49
Ah}mad bin Muh}ammad Ibn Hajar, al-Zawa>jir (Beirut: Da>r al-Ma’rifah, t.t.),
95. Lihat juga ‘Abd al-Azi>z Ami>r, al-Ta’zi>r fi> al-Shari’at al-Islami>yah (Beirut: Da>r
al-Fikr, 1969), 52.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 157
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian
dengan melanggar hak dan aniaya, Maka Kami kelak akan
memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah.
Muhammad Afifi al-Akiti telah menulis perincian metode-
metode penyerangan bunuh diri yang diharamkan. Secara ringkasnya,
semua metode yang dipakai oleh para martir di zaman sekarang adalah
termasuk praktik bunuh diri yang diharamkan. Ini mengecualikan
sebuah misi yang dapat berakibat mati karena dibunuh musuh, yang
mana secara dasarnya bukan dengan sengaja membunuh diri sendiri.
Sepeti contoh, seorang mujahid yang masuk di barisan perang musuh
dengan membunuh general musuh, lalu dia dibunuh oleh pasukan yang
lain. Secara mendasar, walaupun ini seperti praktik membunuh diri,
akan tetapi ini tidak termasuk dalam kategori membunuh diri yang
diharamkan karena secara realnya ia tetap saja dibunuh oleh orang lain
dan dalam aksinya masih memungkinkan ia tidak sampai dibunuh
musuh dan hanya ditangkap.50
Kejahatan terorisme dengan berbagai modusnya telah
menimbulkan rasa tidak nyaman dan membawa dampak kerugian harta
dan jiwa. Oleh karenanya, terorisme masuk dalam kategori tindak
pindana hira>bah yang dimasukkan dalam kategori hukum hudu>d.
legislasi hukum ini bertujuan untuk menjadi manifestasi perlindungan
hak hidup, hak milik sumber daya kehidupan, dan hak keturunan.
Dengan demikian, teori maslahat memiliki koneksi substantif dengan
nilai-nilai hak asasi manusia. Dalam perspektif hukum pidana Islam,
bentuk-bentuk pidana dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme dapat dipandang telah mengandung maslahat. Secara
50
Muhammad Afifi al-Akiti, Defending The Transgressed by Censuring The
Reckless Against The Killing of Civilians, 24.
158 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
51
Abdul Wahid, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM, dan Hukum
(Bandung: Refika Aditama, 2004), 21. Lihat juga A. G. Noorani. “ Terrorism and
Law of Evidence.” Economic and Political Weekly Vol. 22, No. 22, (May 1987),
828-829 http://www.jstor.org/stable/4377030 (diakses 10 Juni 2014). Lihat juga
‘Abd al-Wahab Khallaf, ‘Ilmu Us}u> al-Fiqh, 11.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 159
57
Asmawi, Teori Maslahat dan Relevansinya Dengan Perundang-Undangan
Pidana Khusus di Indonesia, 232-233.
58
Conor Gearty. “11 September 2001, Counter-Terrorism, and the Human
Rights Act.” Journal of Law and society Vol. 32, No. 1, March 2005 ISSN: 0263-
323X, pp. 18-33, 18 of 18-33 http://www.jstor.org/stable/3557214 (diakses 7 Juni
2014). Lihat juga A. G. Noorani, “Media and Terrorism.” Economic and Political
Weekly Vol. 27, No. 26, (Jun 1992), 1301-1302 http://www.jstor.org/stable/4398535
(diakses 17 Mei 2014).
162 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
kasih. Jika konstitusi negara telah mengakui bahwa hak untuk hidup
tidak dapat dikurangi atas alasan apapun, maka penghapusan hukuman
mati adalah sebuah kewajiban konstitusional. Selama ini, banyak
tuduhan terhadap konsep hukuman mati, utamanya yang diatur dalam
hukum Islam, yang seringkali digambarkan sebagai sesuatu yang
kejam, tidak manusiawi dan sadis. Kesan mengerikan di balik
hukuman mati tersebut adalah kesan populer yang menyelimuti
penerapan hukum pidana Islam di masyarakat modern ini. Adanya
kritik tersebut juga dikarenakan tidak disadarinya alasan keagamaan
(spiritual) dari adanya hukuman mati, yaitu hukuman bukanlah
dijatuhkan secara kejam oleh seseorang orang lain, tetapi semata-mata
demi melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
doktrin hukum agam (Islam) yang terlingkup dalam maqa>s}id al-
shari>’ah.59
Pakar tafsir Alquran M. Quraish Shihab mengatakan, para
tokoh Islam melakukan pertemuan untuk mempersempit ruang gerak
teroris di Indonesia. Pertemuannya melibatkan berbagai tokoh dan
pimpinan pesantren. Ini untuk menghindari pemanfaatan pesantren
oleh kelompok teroris. Quraish mengatakan, akar Islam di Indonesia
sendiri bersifat damai. Ini bisa dilihat dari berkembangnya organisasi
kemasyarakatan seperti Muhammadiyah, Nahdlaltul Ulama, dan
mayoritas pesantren di Indonesia. sifat pergerakannya juga transparan.
Kelompok teroris bersifat tertutup dan memiliki pemahaman yang
kaku. Tindakan teror ini juga terbawa oleh beberapa alumni perang di
Afghanistan yang dulu dibantu Amerika Serikat. Karena berbagai
tekanan ideologi dan ekonomi. Para alumni perang ini lalu memperluas
medan pertempuran. “mereka seperti Rambo yang pulang dari
Vietnam.” Masih menurut M. Quraish Shihab, izin memerangi kaum
kafir bukan karena kekufuran atau keengganan mereka memeluk Islam,
tapi karena penganiayaan yang mereka lakukan terhadap “hak asasi
manusia untuk memeluk agama yang dipercayainya.”60
59
‘Abd al-Rahma>n al-Jaziri, Al-Fiqh, A’la al-Madha>hib al-Arba’ah, Juz V,
288-292. Lihat juga ‘Abd al-Wahab Khallaf, ‘Ilmu Us}u>l al-Fiqh, 11. Lihat juga Sayid
Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz II (Beirut: Da>r al-Fikr, 1980), 427. Lihat juga
Muhammad al-Khudari Beyk, Us}u>l al-Fiqh, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1981), 94.
60
Quraish Shiha>b, Wawasan Al-Qur’a>n (Bandung: Mizan, 1996), 517. Lihat
juga Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, 269.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 163
61
Dedi Junaedi, Konspirasi Di Balik Bom Bali Skenario Membungkam
Gerakan Islam (Jakarta: Bina Wawasan Press, 2003), 116. Lihat juga Clive Walker. “
The Bombs in Omagh and Their Aftermath: The Criminal Justice (Terrorism and
Conspiracy) Act 1998.” Wiley on behalf of the Modern Law Review Vol. 62, No. 6,
(Nov 1999), 879-902 http://www.jstor.org/stable/1097161 (diakses 21 Mei 2014).
Lihat juga Gregory D. Miller. “ Teaching about Terrorism: Lessons Learned at
SWOTT.” American Political Science Association Vol. 42, No. 4, (October 2009),
773-779 http://www.jstor.org/stable/40646686 (diakses 8 Juni 2014).
164 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
64
Carolyn Gard, The Attacks on the World Trade Center: February 26, 1993,
and September 11, 2001 (New York: The Rosen Publishing Group, Inc., 2003), 5.
Lihat juga Zuhairi Misrawi, “Islam dan Terorisme” http://islamlib.com/id/artikel/
islam-dan-terorisme (diakses tanggal 1 maret 2012). Lihat juga Conor Gearty. “11
September 2001, Counter-Terrorism, and the Human Rights Act.” Journal of Law
and society Vol. 32, No. 1, (March 2005), 18-33 http://www.jstor.org/stable/3557214
(diakses 7 Juni 2014). Lihat juga Mark Long. “Ribat, al-Qa’ida, and the Challenge
for US Foreign Policy.” Middle East Journal Vol. 63, No. 1, (Winter, 2009), 31-47
http://www.jstor.org/stable/25482602 (diakses 1 Juni 2014).
166 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
65
MUI, “ Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 3 Tahun 2004 Tentang
Terorisme” http://id.scribd.com/doc/18799174/Fatwa-MUI-tentang-Terorisme (diak-
ses 12 Mei 2014).
66
Ahmad Warsan Munawwir, al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 539.
67
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (Bandung: al-Ma’arif, t.th), 186. Lihat juga
Marsum, Jinayat (Hukum Pidana Islam) (Yogyakarta: Fakultas Hukum UI, 1991), 51.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 167
68
Sulaiman Abdullah, Dinamika Qiyas dalam Pembaharuan Hukum Islam
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), 96. Lihat juga Muhammad Abed al-Jabiry, Al-
‘Aql al-Akhlaqi-‘Arabi>: Dirasat al-Tahliliyah Naqdiyah li Nuzum al-Qiya>m fi> al-
Saqafah al-‘Arabiyah (Maroko: Da>r al-Nasyr al-Magribiyah, 2001), 47.
69
Muhammad Ibn Isma>il al-Makhalani, Subu al-Sala>m (Kairo: Da>r al-Sala>m,
t.th), 257.
70
‘Abd al-Qadir ‘Awdah, Al-Tashri’ al-Jina’i> al-Islami> (Beirut: Libanon,
2000), 138. Lihat juga ‘Abd al-Qadir ‘Awdah, Al-Tashri’ al-Jina’i> al-Isla>mi>, 569.
168 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
71
Ibn Rusyd, Bida>yah al-Mujtahid (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), 603.
72
Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman
Ibn Abi Bakr al-Suyu>t}i, Tafsi>r Jalalayn, Juz 1 (Surabaya: Da>r al-‘Abidi>n, t.th), 100.
73
Quraish Shiha>b, Tafsi>r al-Misbah Vol.3 (Jakarta: Lentera Hati, 2000), 78.
74
Muhammad Ali al-S}abu>ni>, Mukhtasar Tafsi>r Ibn Kathi>r (Beirut: Da>r Al-
Qur’a>n al-Kari>m, 1402 H), 509.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 169
75
MUI, “ Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 3 Tahun 2004 Tentang
Terorisme” http://id.scribd.com/doc/18799174/Fatwa-MUI-tentang-Terorisme (diak-
ses 12 Mei 2014). Lihat juga David T. Hill. “ East Timor and the Internet: Global
Political Leverage in/on Indonesia.” Southeast Asia Program Publications at Cornell
University Vol. 2, No. 73, (Apr 2002) Article DOI: 10.2307/3351468, 25-51
http://www.jstor.org/stable/3351468 (diakses 13 Juni 2014).
76
Abi Abdillah Muhammad Ibn Isma>i>l al-Bukha>ri>, S}ahi>h al-Bukha>ri>, Juz 1
(Beirut: Da>r al-Fikr, 1989), 73.
77
Ibn Abidi>n, Hasyiah Rad al-Mukhtar (Beirut: Da>r al-Fikr, 1992), 119.
170 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
78
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, 40.
79
Muhammad Said Ramad}a>n al-Bu>t}i>, al-Jiha>d fi> al-Isla>m (Beirut: Da>r al-Fikr,
1993), 246. Lihat juga Gary R, Bunt. “ Islam in the Digital Age: E-Jihad, Online
Fatwas and Cyber Islamic Environments.” London and Sterling, Virginia: Pluto
Press, The American Journal of Islamic Social Sciences Vol. 21, No. 4, (May 2003),
237. (diakses 10 Juni 2014). Lihat juga Muzaffar Assadi. “ Fatwa, Terrorism and
Jehad.” Economic and Political Weekly Vol. 43, No. 31, (Aug 2008), 16-18
http://www.jstor.org/stable/40277794 (diakses 9 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 171
‘Jihad dengan pedang’, karena ayat ini turun di Mekkah, jauh sebelum
turun perintah perang.80
Shat}a’al-Dimyati dalam kitabnya I’anah al-T}alibi>n mendefi-
nisikan jihad sebagai aksi menolak marabahaya dan kekacauan serta
berjihad untuk kemakmuran dan kesejahteraan sandang dan pangan.81
Namun, ada sebagian orang yang menurut peneliti kurang tepat dalam
memaknai kata jihad. Salah satu contoh dari terorisme yang ‘berbaju’
agama adalah apa yang dilakukan oleh Imam Samudra, dan lainnya
dalam aksi bom di Bali. Imam Samudra dalam bukunya “Aku Melawan
Teroris” dengan bangga dan tanpa dosa mengakui perbuatan biadabnya
di Bali, dan menganggap perbuatan tersebut adalah jihad fi> sabi>lilla>h.
Imam Samudra secara jelas dan rinci mengakui bahwa yang mereka
lakukan adalah melawan musuh-musuh Islam yang ada di Bali, padahal
korban dari perbuatan mereka, justru banyak yang menimpa kaum
Muslim. Mereka menjadikan penderitaan Muslim Palestina sebagai
dasar dari tindakan mereka dalam perbuatan mereka di Bali adalah
upaya balas dendam atas perbuatan orang non Muslim di Palestina.
Pola berfikir ala Imam Samudra ini adalah suatu kebodohan, dan
emosional sesaat. Imam Samudra dan lainnya dalam beberapa kasus
pemboman, dengan dalih berpijak pada dalil Alquran. Ayat-ayat
Alquran yang mereka gunakan untuk membenarkan tindakannya
adalah QS. al-Tawbah 9: 29 sebagai berikut:
80
Muh}ammad Ibn Ah}mad al-Qurtu>bi>, al-Ja>mi’ Li Ahka>m Al-Qur’a>n, Juz 1
(Beirut: Da>r al-Fikr, 1952), 58.
81
Muh}ammad Shatha’ al-Dimyati, I’anah al-T>}alibi>n, Juz IV (Beirut: Da>r al-
Ihya> al-Kutub al-Arabiyah), 180.
172 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
82
Abu> al-Fida Isma>i>l Ibn Kathi>r, Tafsi>r Ibn Kathi>r (Kuala Lumpur: Victorie
Agencie, 1998), 96. Lihat juga Imam Samudra, Aku Melawan Teroris (Solo: KDT,
2004), 89-95. Lihat juga Sadik J. Al-Azm. “Islam, Terrorism and the West Today.”
Brill New Series Vol. 44, No. 1, (May 2004), 114-128 http://www.jstor.org/
stable/1571337 (diakses 5 Juni 2014).
83
Quraish Shiha>b, Tafsi>r al-Misbah Vol.5 , 503.
84
Quraish Shiha>b, Tafsi>r al-Misbah Vol.5 , 542.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 173
85
Muhammad Asfar, Islam Lunak-Islam Radikal (Surabaya: JP Press, 2003),
225. Lihat juga Anthony Richards. “ The Problem With 'Radicalization': The Remit
Of 'Prevent' And The Need To Refocus On Terrorism In The UK.” Wiley on behalf
of the Royal Institute of International Affairs Vol. 87, No. 1, (January 2011), 143-
152 http://www.jstor.org/stable/20869615 (diakses 2 Juni 2014).
174 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
88
Abu> Da>ud Sulaima>n Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abi Da>wu>d, Juz 4
(Beirut: Da>r al-Fikr, 1994), 330.
89
Abu> al-Husayn Muslim Ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, S}ahi>h
Muslim, Juz 16 (Beirut: Da>r al-Fikr, 1995), 132.
176 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
90
Abul A’la al-Maududi, Human Right in Islam, 21. Lihat juga Topo Santoso,
Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat dalam Wacana dan Agenda,
29. Lihat juga Amir Syarifuddin. Garis-Garis Besar Fiqh, 269. Lihat juga Adnan A.
Musallam. “ From Secularism to Jihad: Sayyid Qutb and the Foundations of Radical
Islamism.” Middle East Journal Vol. 60, No. 4, (Autumn, 2006), 777-788
http://www.jstor.org/stable/4330322 (diakses 10 Juni 2014).
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 177
91
T. Nasrullah, “Tinjauan Yuridis Aspek Hukum Materil Maupun Formil
Terhadap UU No.15/2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.” Jurnal
Kriminologi Indoesia Vol. 4, No. 1, (September 2005), 65-76. Lihat juga David T.
Hill. “ East Timor and the Internet: Global Political Leverage in/on Indonesia”.
Southeast Asia Program Publications at Cornell University Vol. 2, No. 73, (Apr
2002) Article DOI: 10.2307/3351468, 25-51 http://www.jstor.org/stable/3351468
(diakses 13 Juni 2014). Lihat juga Beverly Gage. “Terrorism and the American
Experience:A State of the Field.” The Journal of American History Vol. 98, No. 1
(June 2011), 73-94 http://www.jstor.org/stable/41509050 (diakses 25 Mei 2014).
92
Yu>suf al-Qarad}a>wi, Fiqh al-Jiha>d, 728. Lihat juga Bettina Graf. “Yūsuf al-
Qarad}āwī in Cyberspace.” Brill New Series Vol. 47, No. 3-4, (May 2007), 403-421
http://www.jstor.org/stable/20140785 (diakses 3 Juni 2014).
178 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
93
Marsum, Jinayat (Hukum Pidana Islam), 51. Lihat juga Topo Santoso,
Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat dalam Wacana dan Agenda,
29. Lihat juga Muhammad Abu> Zahrah, Al-Jari>mah wa al-‘Uqubah fi> al-Fiqh al-
Isla>mi>, 22.
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 179
94
‘Abd al-Qadir, al-Tashri’ al-Jina’i> al-Isla>mi>, 648. Lihat juga ‘Abd al-Qadir
‘Audah, Al-Tashri’ al-Jina’i> al-Isla>mi>, 569. Lihat juga ‘Abd al-Rahma>n al-Jaziri, al-
Fiqh, A’la al-Madha>hib al-Arba’ah, Juz V, 288-292.
95
‘Abd al-Qadir, al-Tashri’ al-Jina’i> al-Islami>, 652. Lihat juga ‘Abd al-Azi>z
Ami>r, Al-Ta’zi>r fi> al-Shari’at al-Islami>yah, 52. Lihat juga Gary R, Bunt. “ Islam in
the Digital Age: E-Jihad, Online Fatwas and Cyber Islamic Environments”. London
and Sterling, Virginia: Pluto Press, The American Journal of Islamic Social Sciences
Vol. 21, No. 4, (May 2003), 237. (diakses 10 Juni 2014).
180 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
disalib. Kedua, dibunuh tanpa disalib dan dipotong tangan dan kaki.
Ketiga, disalib kemudian dibunuh.96
Dengan mengqiyaskan atau menganalogikan terorisme dengan
hira>bah, maka hukuman bagi pelaku terorisme dapat pula diklasifi-
kasikan menjadi empat. Pertama, hukuman ta’zi>r dengan cara
dipenjarakan atau diasingkan sampai ia bertaubat, apabila terorisme
dilakukan hanya untuk menakut-nakuti, atau meneror, tanpa adanya
korban nyawa dan harta benda. Kedua, hukuman potong tangan dan
kaki secara silang, apabila tindakan terorisme ini hanya
mengakibatkan jatuhnya korban harta benda atau kerugian materil
lainnya. Ketiga, hukuman mati dengan cara ditembak atau lainnya,
apabila tindakan terorisme ini mengakibatkan jatuhnya korban nyawa
tanpa disertai dengan korban harta benda. Keempat, disalib dan
dihukum mati atau ditembak mati, apabila tindakan terorisme ini
mengakibatkan jatuhnya korban nyawa, harta, dan benda, serta bisa
juga terganggunya stabilitas negara dan citra bangsa.
Cyber terrorism hanya bersifat menakut-nakuti orang,
membuat ketegangan, dan mengganggu keamanan, berikut adalah
penjelasan mengenai sanksi dari kejahatan tersebut. Jika muha>rib
(perampok/pengganggu keamanan) hanya menakuti orang di jalan dan
tidak mengambil harta, hukumannya adalah diasingkan. Pendapat
Imam Abu> Hani>fah dan Ah}mad bin Hanbal ini didasarkan atas firman
Allah SWT. Imam Syafi’i dan Ulama Syi’ah Zaidiyah menyatakan
bahwa hukumannya adalah ta’zi>r atau diasingkan. Mereka menyama-
kan ta’zir dengan mengasingkan karena macam dan waktunya tidak
terbatas. Mereka memperlama masa pembuangan sampai taubat si
muha>rib terlihat. Imam Malik berpendapat bahwa penguasa berhak
memilih antara menghukum mati muha>rib menyalibkan, memotong
tangan, atau mengasingkan.97
96
Ahmad Wardi Muchlis, Hukuman Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika,
2006). 100-105. Lihat juga ‘Abd al-Qadir ‘Awdah, Al-Tashri’ al-Jina’i> al-Isla>mi>,
569. Lihat juga Maghaireh, Alaeldin. “ Shariah Law and Cyber-Sectarian Conflict:
How can Islamic Criminal Law respond to cyber crime?.” International Journal of
Cyber Criminology Vol. 2, No. 2, (July-December 2008), 337–345. (diakses 9 Juni
2014).
97
Yu>suf al-Qarad}a>wi, Fiqh al-Jiha>d, 728. Lihat juga Muhammad Hasbi ash-
Shiddieqy. Hukum-Hukum Fiqh Islam, 478-479. Lihat juga ‘Abd al-Wahab Khallaf,
‘Ilmu Us}u> al-Fiqh, 11. Lihat juga Gary R, Bunt. “ Islam in the Digital Age: E-Jihad,
Online Fatwas and Cyber Islamic Environments.” London and Sterling, Virginia:
Cyber Terrorism dalam Hukum Islam | 181
Pluto Press, The American Journal of Islamic Social Sciences Vol. 21, No. 4, (May
2003), 237. (diakes 10 Juni 2014).
98
Djazuli, Fiqh Jina>yah: Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam
(Jakarta: Rajawali Press, 1996), 87. Lihat juga Abu Muawiyah Askari, “ Tafsir
Hukuman Bagi Para Penyamun” http://asysyariah.com/tafsir-hukuman-bagi-para-
penyamun/ (diakses 17 Mei 2014). Lihat juga Muhammad Abu> Zahrah, al-Jari>mah
wa al-‘Uqubah fi> al-Fiqh al-Isla>mi>, 22.
99
‘Abd al-Rahma>n al-Jaziri, Al-Fiqh, A’la al-Madha>hib al-Arba’ah, Juz V,
288-292. Lihat juga Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, 25. Lihat juga Topo
Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat dalam Wacana dan
Agenda, 29. Lihat juga Ibn Taimiyah, al-Siya>sah al-Shari’ah, 112. Lihat juga Ibn al-
182 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
Qayim al-Jauziyah, I’lam al-Muwaqi’i>n, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1955), 99. Lihat juga
Muhammad Ibn Ali al-Syaukani, Nail al-Aut}ar, Juz VII, 249.
100
Djazuli, Fiqh Jina>yah: Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, 89-
90. Lihat juga Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, 25. Lihat juga ‘Abd al-Azi>z
Ami>r, al-Ta’zi>r fi> al-Shari’at al-Islami>yah), 52. Lihat juga ‘Abd al-Wahab Khallaf,
‘Ilmu Us}u> al-Fiqh, 11. Lihat juga Muhammad Ibn Isma>>i>l al-Kahlani, Subu al-Sala>m,
Juz III (Kairo: Maktabat Must}afa al-Baby al-Halaby, 1960, 265. Lihat juga Abu> al-
Hasan Ali Ibn Muhammad al-Mawardi, al-ahka>m al-Sult}}a>niyah (Kairo: Maktabah
Must}afa al-Baby al-Halabi>, 1973), 219.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini membuktikan bahwa meluasnya
jaringan terorisme internasional tidak terlepas dari perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan miskonsepsi hukum
Islam. Teroris memanfaatkan teknologi Internet untuk melakukan
berbagai aksinya menghancurkan mental musuhnya. Bentuk dari cyber
terrorism tersebut adalah pengendalian dan pengelolaan jaringan
terorisme melalui Internet ke seluruh dunia dengan landasan Islam
yang non-syar’i. Motivasi dari aksi cyber terrorism adalah untuk
kepentingan individu atau kelompok tertentu dengan tujuan
melumpuhkan infrastruktur secara internasional, menekan, dan
mengintimidasi kegiatan pemerintah serta masyarakat sipil dalam
rangka menunjukkan eksistensinya di panggung dunia, bukan atas
dasar nilai-nilai Islam yang luhur untuk tegaknya masyarakat madani.
Oleh sebab itu, cyber terrorism haram dilakukan karena mengganggu
eksistensi negara.
Islam mewajibkan kepada para pemeluknya untuk berjihad
semata-mata karena Allah SWT dan Rasulnya, baik berjihad dengan
harta mereka, jiwa, ucapan, dan lain-lain yang memiliki nilai ibadah di
sisi Allah dan membela hak-hak pihak yang terzalimi, dan dilakukan
berdasarkan aturan yang telah ditentukan oleh syar’i. Jihad dengan
peperangan hanya dapat dilakukan sebagai tindakan preventif untuk
membela diri dari keganasan musuh dan membela dakwah di jalan
Allah SWT. Berbagai aksi terorisme yang terjadi di Indonesia, dari
segi empiris memiliki benang merah dengan jihad, meskipun secara
normatif tidak memiliki keterkaitan dan dilakukan dengan cara yang
tidak benar.
Aksi terorisme itu dilakukan menurut pandangan subjektif si
pelaku, sifatnya merusak dan menciptakan rasa takut di dalam
masyarakat. Sementara jihad dilakukan dengan aturan-aturan dan
batasan yang telah ditentukan oleh syar’i, dan bertujuan semata-mata
menegakkan agama Allah SWT dan membela hak-hak yang terzalimi.
Majelis Ulama dan organisasi Islam, baik yang berasal dari Indonesia
maupun yang berasal dari luar Indonesia, mengutuk keras tindakan
terorisme dalam berbagai bentuknya. Mereka itu sangat keberatan
apabila aksi terorisme dikait-kaitkan dengan suatu agama, termasuk
183
184 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
B. Saran
Dalam kajian ini ada beberapa hal yang peneliti sarankan agar
kajian-kajian tentang kitab suci Alquran dan upaya penafsirannya terus
mengalami perkembangan dan menjadi rujukan bagi segala bentuk
persoalan umat Muslim demi kebahagiaan dunia dan akhirat.
1. Hendaklah dalam memahami ajaran Islam tidak setengah-setengah
memahaminya, sehingga tidak menghilangkan makna yang
sesungguhnya yang ingin dicapai oleh Islam. Apabila kemudian
terdapat kesulitan dalam memahami sesuatu dalam urusan agama,
hendaklah bertanya kepada orang-orang yang berkompeten (alim
ulama) dalam masalah itu.
2. Terjadinya aksi terorisme di Indonesia, salah satu sebabnya dilatar
belakangi oleh pemahaman yang keliru oleh sebagian orang
terhadap ajaran jihad. Di sinilah peran penting semua pihak
terutama para alim ulama untuk berjihad meluruskan kembali
makna jihad yang sebenarnya, dan membentengi masyarakat
khususnya umat Islam dari pemahaman jihad yang keliru dan
paham-paham yang menyimpanng dari ajaran Islam.
3. Hendaknya pemerintah Indonesia harus tanggap terhadap setiap
pelanggaran norma-norma hukum di negeri ini, lalu segera
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang memihak dan dirasa adil
untuk masyarakat. Karena tidak tertutup kemungkinan akan terus
aksi teror yang lebih berbahaya lagi apabila setiap pelanggaran
yang terjadi tidak mendapat respons dari pemerintah untuk
menghukumnya, dan masih ada pihak-pihak yang merasa di zalimi
dengan kebijakan yang tidak memihak tersebut.
4. Pemerintah seharusnya membuat suatu badan intelijen khusus di
bidang cyber, sehingga pelacakan dan pendeteksian gejala cyber
Penutup | 187
Buku :
A. Baderin, Mashood. International Human Right and Islamic Law.
New York: Oxford University Press, 2003.
Abas, Nasir. Melawan Pemikiran Aksi Bom Imam Samudra &
Noordin. M.Top. Jakarta: Grafindo, 2007.
Abdullah, Sulaiman. Dinamika Qiyas dalam Pembaharuan Hukum
Islam. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
‘Abidi>n, Ibn. Hasyiah Rad al-Mukhtar. Beirut: Da>r al-Fikr, 1992.
Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit,
2005.
Achmad, Amrullah. Dimensi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum
Nasional: Mengenang 65 Th, Bustanul Arifin. Jakarta: Gema
Insani Press, 1996.
Adjie. Terorisme. Jakarta: Surya Multi Grafika, 2005.
Adi Soempeno, Femi. Indonesia Memilih. Yogyakarta: Gangpress
Grup, 2009.
Afadlal. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press, 2005.
Afifi al-Akiti, Muhammad. Defending The Transgressed by Censuring
The Reckless Against The Killing of Civilians. Germany:
Warda Publication, 2005.
Ahmad al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad Ibn dan Jalaluddin
Abdurrahman Ibn Abi Bakr al-Suyu>t}i, Tafsi>r Jalalayn, Juz 1
Surabaya: Da>r al-Abidi>n, t.th.
Ali, M. Daut. Hukum Islam. Jakarta: Radjawali Press, 2004.
Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika,2007.
A’la al-Maududi, Abul. Human Right in Islam. New Delhi: Markazi
Maktaba Islami, 1998.
Amal, Taufik Adnan dan Panggabean, Samsu Rizal. Politk Syariat
Islam: Dari Indonesia Hingga Nigeria, Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2004.
189
190 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
Jurnal :
Abdul Jalil, Shamsuddin. “ Countering Cyber Terrorism Effectively:
Are We Ready To Rumble?,” Global Information Assurance
Certification Paper (May 2003) 1-17.
Abrahms Max. “What Terrorists Really Want: Terrorist Motives and
Counterterrorism Strategy.” The MIT Press Vol. 32, No. 4,
(Spring 2008), 78-105 http://www.jstor.org/stable/30129792
(diakses 13 Juni 2014).
A. Faqir, Raed S. “ Cyber Crimes in Jordan: A Legal Assessment on
the Effectiveness of Information System Crimes Law No (30)
of 2010.” International Journal of Cyber Criminology Vol. 7,
No. 1, (January-June 2013), 81-90. (diakses 1 Juni 2014).
204 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
Held Virginia. “ Terrorism and War.” The Journal of Ethics Vol. 8, No.
1, (May 2004), 59-75 http://www.jstor.org/stable/25115781
(diakses 11 Juni 2014).
Herbane Brahim. “ Risk Management on the Internet.” Palgrave
Macmillan Journals Vol. 5, No. 2, (May 2003), 61-62
http://www.jstor.org/stable/3867819> (diakses 21 Mei 2014).
Hill David T. “ East Timor and the Internet: Global Political Leverage
in/on Indonesia.” Southeast Asia Program Publications at
Cornell University, Vol. 2, No. 73, (Apr 2002) Article DOI:
10.2307/3351468, 25-51 http://www.jstor.org/stable/3351468
(diakses 13 Juni 2014).
Hocking Jenny. “ Terrorism and Counter-Terrorism: Institutionalising
Political Order.” Australian Institute of Policy and Science
Vol. 58, No. 3, (Spring 1986) Article DOI: 10.2307/20635385,
297-307 http://www.jstor.org/stable/20635385 (diakses 12 Juni
2014).
Hynds Len. “ Hacker Cracker.” Royal Society for the Encouragement
of Arts, Manufactures and Commerce Vol. 149, No. 5500,
(May 2002), 42-43 http://www.jstor.org/stable/41380327
(diakses 14 Juni 2014).
Ismartono,Yuli. Teror di Surga, TEMPO, No.06/III, 15-21 Oktober
2002.
J. Magee. The Law Regulation Unsolicited Commercial Email: An
International Perspective, Santa Clara, Santa Clara Computer
And High Technology Law Journal 333, 336-8, 2003.
J. Prichard, Janet and Laurie E. MacDonald. “ Cyber Terrorism: A
Study of the Extent of Coverage in Computer Security
Textbooks.” Journal of Information Technology Education Vol.
3, No. 3, (May 2004), 280-285.
Jain, Gaurav. “ Cyber Terrorism: A Clear and Present Danger to
Civilized Society?.” Information Systems Education Journal
Vol. 3, No. 44, (August 2005), 12. (diakses 5 Mei 2014).
Jenkins Brian M. “ Statements about Terrorism.” Sage Publications,
Inc. in association with the American Academy of Political and
Social Science Vol. 463, (Sep 1982), 11-23
http://www.jstor.org/stable/1043608 (diakses 3 Juni 2014).
Daftar Pustaka | 211
10.2307/20032074,115-124
http://www.jstor.org/stable/20032074 (diakses 15 Juni 2014).
Krueger Alan B. and Jitka Maleckova. “ Education, Poverty and
Terrorism: Is There a Causal Connection?.” American
Economic Association Vol. 17, No. 4, (Autumn 2003), 119-144
http://www.jstor.org/stable/3216934 (diakses 8 Juni 2014).
Kshetri Nir. “ Diffusion and Effects of Cyber-Crime in Developing
Economies.” Taylor & Francis, Ltd Vol. 31, No. 7, (May 2010),
1057-1079 http://www.jstor.org/stable/27896600 (diakses 12
Juni 2014).
Kuznar Lawrence A. “ Rationality Wars and the War on Terror:
Explaining Terrorism and Social Unrest.” Wiley on behalf of
the American Anthropological Association New Series Vol.
109, No. 2, In Focus: Children, Childhoods, and Childhood
Studies (Jun 2007) , 318-329
http://www.jstor.org/stable/4496645 (diakses 13 Juni 2014).
Laqueur Walter. “ Postmodern Terrorism.” Council on Foreign
Relations Vol. 75, No. 5, (Sep-Oct 1996) Article DOI:
10.2307/20047741,24-36 http://www.jstor.org/stable/20047741
(diakses 11 Juni 2014).
________. “ The New Terrorism, Fanaticism and the Arms of Mass
Destruction.” The American Journal of International Law Vol.
94, No. 2, (Apr 2000) Article DOI: 10.2307/2555312, 434-438
http://www.jstor.org/stable/2555312 (diakses 4 Juni 2014).
Lawless Michael. “ Terrorism: An International Crime.” International
Journal Vol. 63, No. 1, (Winter 2007), 139-159
http://www.jstor.org/stable/40204494 (diakses 12 Mei 2014).
Leukfeldt and Others. “ High Volume Cyber Crime and the
Organization of the Police: The results of two empirical studies
in the Netherlands.” International Journal of Cyber
Criminology Vol. 7, No. 1, (January-June 2013), 1–17. (diakses
15 Mei 2014).
Lewis James A. “ The Internet And Terrorism.” American Society Of
International Law Vol. 99, No. 3, (March-April 2005), 112-115
http://www.jstor.org/stable/25659982 (diakses 8 Juni 2014).
Long Mark. “ Ribat, al-Qa’ida, and the Challenge for US Foreign
Policy.” Middle East Journal Vol. 63, No. 1, (Winter 2009),
Daftar Pustaka | 213
Metrotvnews.“TalibanSerukanDukunganuntukBinLaden,”http://metro
tvnews.com/read/newsvideo/2011/05/03/127457/Taliban-
Serukan-Dukungan-Untuk-bin-Laden (diakses tanggal 13 maret
2012).
Muhammad Sunusi, Dzulqarnain. “ Fatwa-Fatwa Seputar Peristiwa 11
September2001,”http://jihadbukankenistaan.com/terorisme
(diakses tanggal 8 maret 2012).
Mukhtar Elmusharaf, Mudawi. “ Cyber Terrorism: The new kind
ofTerrorism,”http://www.crimeresearch.org/articles/Cyber_Ter
rorism_new_kin_Terrorism (diakses 28 desember 2013).
Museum, Polri. “ Bom Bali I dan II,”
http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_bom (diakses
tanggal 4 maret 2012).
________.“ Bom Hotel Marriot,”
http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_bom (diakses
tanggal 7 maret 2012).
________.“ Bom Natal Tahun 2000,”
http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_bom (diakses
tanggal 4 maret 2012).
________.“BomdiGedungBursaEfekJakarta,”
http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_bom (diakses
tanggal 5 maret 2012).
My Pesonal Library Online, “ Cyber Crime,”
http://dhani.singcat.com/internet. (diakses tanggal 27 desember
2013).
Nurbani. “ Jihad VS Terorisme,”
http://nurbanie.blogspot.com/2010/03/terorisme (diakses
tanggal 10 maret 2012).
Nasrullah, T. “ Tinjauan Yuridis Aspek Hukum Materil Maupun
Formil Terhadap UU No. 15/2003 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme,”
http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/viewFile/1241/1146
(diakses 2 November 2013).
Priyambodo. “ Indonesia Pertama Kali Bongkar Kasus Cyber
Terrorism,”http://www.antaranews.com/print/1158078110/indo
nesia (diakses tanggal 10 maret 2012).
Daftar Pustaka | 223
Teror
Teror merupakan bentuk-bentuk kegiatan dalam rangka pelaksanaan
terorisme melalui penggunanaan/cara ancaman, pemerasan, agitasi,
fitnah, pengeboman, penghancuran/perusakan, penculikan, intimidasi,
perkosaan dan pembunuhan. Teror juga suatu usaha untuk
menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau
golongan.
Referensi:
Terorisme, Adjie, Surya Multi Grafika, 2005.
Radikalisme dalam Islam Antara Argumentasi Jihad dan Terorisme,
Suaib Didu, Divisi Penerbitan Relawan Bangsa, 2006.
Political Terrorism:A Research Guide to Concepts, Theories, Data
Bases and Literature, Schmid, Transaction, 1983.
Inside Terrorism, Hoffman Bruce, Columbia University Press and
Laqueur, 1999.
Terorisme Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan
Keamanan Nasional, Sukawarsini Djelantik, Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2010.
Terorisme
Terorisme suatu mazhab/aliran kepercayaan melalui pemaksaan
kehendak guna menyuarakan pesan, asas dengan cara melakukan
tindakan ilegal yang menjurus ke arah kekerasan, kebrutalan bahkan
pembunuhan. mendifinisikan terorisme sebagai:sebuah aksi militer
atau psikologis yang dirancang untuk menciptakan ketakutan, atau
membuat kehancuran ekonomi atau material.
Referensi:
Terorisme, Adjie, Surya Multi Grafika, 2005.
Terrorism:A History, Randall Law, Polity Press, 2009.
227
228 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
Referensi:
Terorisme, Adjie, Surya Multi Grafika, 2005.
Pandangan Muslim Moderat:Toleransi, Terorisme, dan Oase
Perdamaian, Zuhairi Misrawi, PT. Kompas Media Nusantara, 2010.
Radikalisme dalam Islam Antara Argumentasi Jihad dan Terorisme,
Suaib Didu, Divisi Penerbitan Relawan Bangsa, 2006.
Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, Abdullah Machmud
Hendropriyono, PT Kompas Media Nusantara, 2009.
Cyber Crime
Cyber Crime adalah segala macam penggunaan jaringan komputer
untuk tujuan kriminal atau kriminal berteknologi tinggi dengan
menyalahgunakan kemudahan teknologi digital.
Referensi:
Kejahatan Mayantara, Abdul Wahid, PT.Refika Aditama, 2005.
Investigating Computer-Related Crime:A Hanbook for Corporate
Investigators, Peter Stephenson, CRC Press, 2000.
Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian Cyber di Indonesia,
Barda Nawawi Arief, Rajawali Press, 2005.
Cyber Crime, Modus Operandi dan Penanggulangannya, Abdul Wahid
dan Mohammad Labib, LeksBang Komputer PRESSindo, 2007.
Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, Agus Raharjo, Citra Aditya Bakti 2002.
Glosarium | 229
Cyber Terrorism
Suatu aksi kejahatan terorisme yang menggunakan sarana teknologi
dan informasi, tujuannya melumpuhkan infrastruktur secara nasional,
seperti energi, transportasi, untuk menekan atau mengintimidasi
kegiatan-kegiatan pemerintah atau masyarakat sipil. Cyber terrorism
kadang juga disebut dengan cyber sabotage and exortion. Kejahatan ini
dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran
terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer
yang terhubung ke internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan
menyusupkan suatu virus komputer atau program komputer tertentu
sehingga data, program komputer tidak dapat digunakan, tidak
berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana
dikehendaki oleh pelaku. Cyber terrorism merupakan penyerangan
dengan menggunakan komputer atau mengancam, mengintimidasi atau
memaksa pemerintahan atau masyarakat, dengan tujuan untuk
mencapai target politik, agama atau ideologi. Sarana itu cukup untuk
menimbulkan rasa takut yang berasal dari tindakan psikis teroris.
Kerusakan infrastruktur seperti tenaga listrik atau pelayanan keadaan
darurat yang dapat disebabkan oleh tindakkan terorisme mayantara.
Referensi:
Assesing the Risk of Cyber Terrorism, Cyber War and Other Cyber
Threats, Center for Strategic and International Studies, James A.
Lewis, Center for Strategic & International Studies, 2002.
Cyber Crime, Modus Operandi dan Penanggulangannya, Abdul Wahid
dan Mohammad Labib, LeksBang Komputer PRESSindo, 2007.
Cyber Terrorism:Political and Economic Implications, Andrew M.
Colaric, Idea Grup Inc, 2006.
Cyber Warfare and Cyber Terrorism, Lech Janczewski dan Andrew M.
Colarik, Idea Group Inc, 2008.
Cyberterrosim:The Use of the Internet for Terrorist Purpose, Council
of Europe, Council of Europe, 2007.
Cyber Law, Aspek Hukum Teknologi Infromasi, Dikdik M. Arief
Mansur & Elisatris Gultom, PT.Refika Aditama, 2005.
230 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
Cyber Space
Cyber Space adalah sebuah ruang imajiner atau ruang maya yang
bersifat artificial, di mana setiap orang melakukan apa saja yang biasa
dilakukan dalam kehidupan sosial sehari-hari dengan cara-cara yang
baru. Cyber space merupakan tempat berada ketika mengarungi dunia
informasi global interaktif yang bernama Internet.
Referensi:
Kejahatan Mayantara, Abdul Wahid, PT.Refika Aditama, 2005.
Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, Agus Raharjo, Citra Aditya Bakti 2002.
Hukum Internet, Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di Cyber
space, Asril Sitompul, Citra Aditya Bhakti, 2004.
Hacker
Hacker adalah orang yang mempelajari, menganalisa, memodifikasi
atau bahkan mengeksploitasi sistem yang terdapat di sebuah
perangkat seperti perangkat lunak komputer maupun perangkat keras
komputer.
Referensi:
The Drop Out Billionaire Menjual Ide Ala Mark Zuckerberg, Ricardo
Hermawan, Best Publisher, 2009.
Hacker Culture, Douglas Thomas, University of Minnesota Press,
2003.
The Art of Intrusion: The Real Stories Behind the Exploits of Hackers,
Intruders & Deceivers, Kevik D. Mitnick and William L.Simon, Wiley
Publishing, Inc., 2005.
Cracker
Seorang atau sekumpulan orang yang memang secara sengaja berniat
untuk merusak dan menghancurkan integritas di seluruh jaringan
sistem komputer dan tindakannya dinamakan cracking. Pada umumnya
para cracker setelah berhasil masuk ke dalam jaringan komputer akan
langsung melakukan kegiatan pengrusakan dan penghancuran data-
Glosarium | 231
Referensi:
Cyber Law, Aspek Hukum Teknologi Infromasi, Dikdik M. Arief
Mansur & Elisatris Gultom, PT.Refika Aditama, 2005.
Sari Kuliah Perbandingan Hukum, Barda Nawawi Arief, Raja Grafindo
Persada, 2002.
Implikasi Teknologi dan Internet Terhadap Pendidikan, Bisnis dan
Pemerintahan, Budi Raharjo, PT Insan Komunikasi/Infonesia, 2002.
Referensi:
Hukum Internet, Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di Cyber
Space, Asril Sitompul, Citra Aditya Bhakti, 2004.
Who Controls the Internet, Jack Goldsmith and Others, Oxford
University Press, Inc, 2006.
al-Hira>bah
Para ulama fikih mendefinisikan al-hira>bah dengan tindakan yang
dilakukan seseorang atau sekumpulan orang untuk merampas harta
milik orang lain secara terang-terangan dengan cara kekerasan, baik
dengan cara pembunuhan atau menakut-nakutkan pemilik harta dan
dilakukan pada suatu tempat yang mangsanya tidak boleh meminta
pertolongan daripada orang lain. Ulama Hanafiyah mensyaratkan
bahwa tindakan itu dilakukan di dalam negara Islam dan di luar
perkampungan penduduk. Akan tetapi, ulama Malikiyah menyatakan
232 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
Referensi:
Asma al-Matha>lib Syarh} Raud}ah al-Tha>lib, Zakaria> al-Ans}a>ri>, al-
Mathba’ah Maimu>nah, 1313 H.
Hudu>d dalam Fikih Islam, Mohd Sai>d Isha>q, UTM, 2000.
Kumpulan Ulama India, Al-Irha>b wa al-Sala>m, Da>r al-Kutub al-
Ilmiyah, 2007.
al-Irha>b
Kata al-irha>b ( )اﻻرھﺎبyang berasal dari pecahan huruf ra-ha dan ba
yang mengandung dua arti dasar; pertama menunjuk pada ketakutan,
kengerian (yadullu ‘ala> khiffati>n) yang kedua mengandung arti tipis
dan ringan (yadullu ‘ala> diqqati>n wa khiffati>n). Dalam bahasa Arab
dikatakan ( )رھﺒﺖ اﻟﺸﻰء رھﺒﺎ ورھﺒﺎsaya menakut-nakuti dengan suatu
ketakutan. Dari pengertian dasar inilah selanjutnya dipakai untuk
menunjuk kata al-irha>biyyu>n ()اﻻرھﺎﺑﯿﻮن, teroris yang dinisbatkan
kepada orang-orang/kelompok yang menempuh jalan kebengisan,
kekejaman dan menimbulkan ketakutan kepada lawan-lawannya untuk
mencapai target-target yang diinginkan (biasanya target politik). Jadi,
secara singkat bisa dikatakan bahwa terorisme merupakan sebuah
bentuk kekerasan langsung atau tidak langsung, yang dikenakan pada
sasaran yang tidak sewajarnya mendapat perlakuan kekerasan itu, dan
dengan aksi tersebut dimaksudkan agar terjadi rasa takut yang luas di
tengah-tengah masyarakat. Bila seseorang meledakkan sebuah bom di
masjid, gereja, pasar, hotel, pertokoan atau dikerumunan orang maka
teroris yang meledakkan bom itu mengharapkan segera terjadi suasana
ketakutan di tengah-tengah masyarakat. Semakin takut perasaan
masyarakat maka semakin berhasil gerakan terorisme.
Referensi:
Maqayis al-Lughah, Ahmad bin Faris bin Zakariya, Da>r al-Fikr,1994.
Arabic-English Lexicon, E.W Lane, The Islamic Texts Society, 1984.
Al-Mu’jam al-Wasit}, Ibrahim Anis, Da>r al-Fikr, tth.
Glosarium | 233
235
236 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
199, 201, 202, 220, 229, 230, Jepang, 5, 40, 156, 165
231 Jerman, 7, 60
Irak, 9, 10, 12, 65, 69, 72 jihad, 5, 10, 11, 12, 14, 15, 17,
Islam, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 24, 61, 67, 68, 69,
16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 70, 71, 72, 73, 75, 76, 77, 78,
24, 26, 27, 32, 33, 45, 66, 67, 79, 135, 136, 137, 138, 139,
69, 70, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 140, 144, 152, 153, 154, 155,
79, 80, 83, 88, 94, 124, 125, 156, 164, 168, 169, 170, 171,
126, 127, 128, 129, 130, 131, 183, 184, 186, 220, 223, 224,
133, 134, 135, 137, 138, 139, 225
140, 141, 142, 143, 144, 145, Jihad, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 18,
146, 147, 148, 151, 152, 153, 19, 21, 32, 62, 69, 70, 72, 73,
154, 155, 156, 157, 158, 159, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 83, 88,
160, 161, 162, 163, 164, 165, 94, 132, 134, 135, 137, 139,
166, 167, 168, 169, 170, 171, 146, 152, 153, 156, 160, 170,
172, 173, 174, 176, 177, 178, 171, 184, 192, 193, 195, 197,
179, 180, 181, 182, 183, 184, 198, 200, 213, 220, 222, 223,
185, 186, 187, 189, 190, 192, 224, 225, 227, 228
193, 194, 195, 196, 197, 199, Jina>yah, 32, 147, 153, 181, 182,
200, 201, 203, 204, 205, 221, 192, 203
225, 227, 228, 231, 232, 245 John Perry Barlow, 38, 39
Israel, 9, 12, 15, 49, 69, 72, Joseph Stalin, 8
131, 132, 133, 143, 193 Juhaya S. Praja, 8, 18, 45
ITE, 23, 28, 104, 105, 107, 108,
185 K
Iya>d Ali al-Durah, 32, 127, 131, Ketut Rindjin, 7
147 Knet Lyne Oot, 1, 44
Koentjaraningrat, 193
J
komputer, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 27,
Jalaluddin Rahmat, 128 29, 30, 31, 35, 36, 38, 40, 41,
James A. Lewis, 2, 35, 51, 125, 48, 50, 51, 52, 56, 57, 58, 60,
229 62, 98, 106, 117, 118, 121,
Jari>mah, 126, 128, 147, 178, 122, 123, 185, 228, 229, 230
181
240 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
O Qaddafi,, 15
Qiyas, 167, 189
online, 4, 30, 36, 38 Qomar, 19, 223
Online, 16, 36, 38, 40, 214, Quraish Shiha>b, 19, 162, 168,
222, 224 172
242 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
146, 151, 152, 153, 154, 157, 218, 219, 220, 222, 224, 225,
158, 159, 161, 164, 165, 166, 227, 228, 229
168, 171, 172, 174, 175, 177, Terrorism and Law, 1
180, 183, 184, 186, 221, 222, terrorist, 6, 7, 9, 56, 57, 60, 61,
223, 227, 228, 229, 232 117, 154, 215
Terorisme, 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10, Timur Tengah, 1, 8, 44, 201,
14, 15, 16, 18, 21, 22, 23, 25, 228
28, 29, 32, 44, 47, 60, 64, 66, tindak pidana, 2, 23, 24, 26, 27,
67, 68, 71, 75, 76, 77, 78, 83, 28, 29, 31, 40, 84, 85, 86, 87,
84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 88, 89, 91, 92, 93, 97, 99,
93, 94, 95, 97, 125, 126, 132, 100, 102, 103, 105, 106, 108,
134, 135, 144, 146, 153, 154, 109, 111, 112, 116, 121, 122,
157, 158, 159, 160, 161, 164, 124, 146, 158, 159, 160, 167,
165, 166, 169, 174, 177, 185, 176, 182, 184
189, 190, 192, 196, 197, 199, Tindak Pidana, 2, 3, 22, 23, 25,
201, 203, 213, 214, 217, 220, 28, 29, 83, 84, 86, 87, 89, 90,
221, 222, 223, 224, 227, 228 91, 93, 94, 95, 97, 98, 99,
Terrorism, 1, 2, 4, 5, 6, 8, 11, 103, 104, 105, 124, 151, 157,
18, 24, 37, 38, 41, 42, 44, 45, 158, 161, 177, 190, 197, 201,
46, 47, 48, 49, 50, 51, 53, 55, 214, 217, 221, 222, 223, 228
58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 66, Topo Santoso, 32, 146, 147,
67, 68, 69, 71, 73, 74, 76, 77, 159, 176, 178, 181
79, 84, 91, 94, 98, 99, 100, Transnational, 44, 102, 109,
103, 104, 109, 113, 114, 116, 129, 145, 202, 208, 215, 224
117, 118, 119, 125, 126, 127,
128, 129, 131, 132, 137, 139, U
140, 142, 143, 144, 145, 146, undang-undang, 2, 11, 22, 28,
148, 151, 152, 154, 158, 159, 32, 84, 88, 91, 92, 94, 104,
160, 161, 163, 164, 165, 170, 109, 131, 132, 147, 166, 173,
172, 173, 174, 177, 191, 195, 185
198, 199, 202, 203, 204, 205, Undang-Undang, 2, 22, 23, 28,
206, 207, 208, 209, 210, 211, 29, 83, 84, 86, 87, 88, 89, 90,
212, 213, 214, 215, 216, 217, 93, 95, 97, 100, 102, 103,
104, 105, 106, 107, 108, 109,
244 | Cyber Terrorism dalam Tinjauan Hukum Islam
110, 111, 112, 113, 115, 116, Weimann, 50, 219, 225
160, 177, 192, 197, 202, 221, Wina, 28, 104
223, 224, 225 WTC, 7, 10, 65, 69, 88, 164
Usamah bin Ladin, 17, 154, WWW, 36, 231
191, 224
UUPTPT, 83, 84, 86, 90, 91, X
93, 102 Xenophone, 45
XI, 43, 102, 104, 105
V
Van Hattun, 85 Y
Venezuela, 116 Yahudi, 9, 12, 14, 18, 128, 163,
Vincent Burn, 11 196, 228
Virtual, 4, 43, 114, 193, 214 Yu>suf al-Qarad}a>wi, 18, 33, 73,
Virus, 7, 53, 60 126, 127, 129, 130, 131, 132,
Vladimir Lenin, 8 133, 134, 135, 177, 180, 185,
Volodymyr Golubev, 40 233
W Z
Wahbah al-Zuhayli, 156, 163 Zakaria> al-Ans}a>ri, 20, 232
WAN, 35, 122 Zamakhsyari, 78
warfare, 9, 10, 24, 49 Zhang, 49, 225
Web, 5, 36, 49, 50, 121, 215, Zuhairi Misrawi, 8, 10, 16, 21,
217, 231 60, 88, 165, 228
Website, 61, 219
TENTANG PENULIS
245