Anda di halaman 1dari 17

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 4 TAHUN 1972
TENTANG
PEROBAHAN DAN TAMBAHAN KETENTUAN MENGENAI BEBERAPA
JENIS TANDA KEHORMATAN REPUBLIK INDONESIA YANG
BERBENTUK BINTANG DAN TENTANG URUTAN DERAJAT/TINGKAT
JENIS TANDA KEHORMATAN REPUBLIK INDONESIA YANG
BERBENTUK BINTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dipandang perlu untuk mengadakan perubahan dan


tambahan mengenai beberapa jenis Tanda Kehormatan Republik
Indonesia yang berbentuk Bintang dan tentang urutan
derajat/tingkat jenis Tanda Kehormatan Republik Indonesia yang
berbentuk Bintang secara menyeluruh, guna disesuaikan dengan
syarat-syarat protokoler.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 15 dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar


1945;
2. Undang-undang Nomor 30 Tahun 1954 (Lembaran Negara
Tahun 1954 Nomor 85);
3. Undang-undang Nomor 65 Tahun 1958 (Lembaran Negara
Tahun 1958 Nomor 116) jo. Undang-undang Nomor 20
Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 64);
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1959 (Lembaran Negara
Tahun 1959 Nomor 67);
5. Undang-undang Nomor 4 Drt. Tahun 1959 (Lembaran Negara
Tahun 1959 Nomor 44);

6. Undang …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-

6. Undang-undang Nomor 5 Drt. Tahun 1959 (Lembaran Negara


Tahun 1959 Nomor 45);
7. Undang-undang Nomor 6 Drt. Tahun 1959 (Lembaran Negara
Tahun 1959 Nomor 46);
8. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1959 (Lembaran Negara
Tahun 1959 Nomor 65) jo. Undang-undang Nomor 8 Tahun
1964 (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 69);
9. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1961 (Lembaran Negara
Tahun 1961 Nomor 246);
10. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1963 (Lembaran Negara
Tahun 1963 Nomor 78);
11. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1968 (Lembaran Negara
Tahun 1968 Nomor 64);
12. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1968 (Lembaran Negara
Tahun 1968 Nomor 76);
13. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1968 (Lembaran Negara
Tahun 1968 Nomor 78);
14. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1971 (Lembaran Negara
Tahun 1971 Nomor 93).

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN DAN


TAMBAHAN KETENTUAN MENGENAI BEBERAPA JENIS
TANDA KEHORMATAN REPUBLIK INDONESIA YANG
BERBENTUK BINTANG DAN TENTANG-URUTAN
DERAJAT/TINGKAT JENIS TANDA KEHORMATAN
REPUBLIK INDONESIA YANG BERBENTUK BINTANG.
Pasal 1 …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-

Pasal 1
Ayat (1), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) Pasal 2 Undang-undang
Nomor 5 Drt. Tahun 1959 dirobah dan ditambah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
(1). Bintang Republik Indonesia dibagi dalam lima kelas yaitu:
a. Bintang Republik Indonesia Adipurna (I)
b. Bintang Republik Indonesia Adipradana (II)
c. Bintang Republik Indonesia Utama (III)
d. Bintang Republik Indonesia Pratama (IV)
e. Bintang Republik Indonesia Nararya (V)
(3). Bintang berukuran sebagai berikut:
Bintang Republik Indonesia
Adipurna : Jari-jari sinar emas yang terpanjang 20 mm.
Bintang Republik Indonesia
Adipradana: Sama dengan Bintang republik Indonesia
Adipurna
Bintang Republik Indonesia
Utama: Sama dengan Bintang Republik Indonesia Adipurna
Bintang Republik Indonesia
Pratama: Sama dengan Bintang Republik Indonesia Adipurna.
Bintang Republik Indonesia
Nararya: Sama dengan Bintang Republik Indonesia Adipurna.
(4). Bintang disertai Patra yang bentuk dan kombinasi warnanya
sama dengan Bintangnya dengan ukuran yang lebih besar,
ialah:
a. Pada Patra Bintang Republik Indonesia Adipurna:
- Jari-jari Sinar Emas yang terpanjang 45 mm.
- Jari-jari sampai ujung pentol mutiara 35 mm.

b. pada …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-

b. Pada Patra Bintang Republik Indonesia Adipradana,


Bintang Republik Indonesia Utama, Bintang Republik
Indonesia Pratama dan Bintang Republik Indonesia
Nararya:
- Jari-jari Sinar Emas yang terpanjang 38,57 mm.
- Jari-jari sampai ujung pentol mutiara 30 mm.
(5). Bintang-bintang tersebut dalam ayat (1) dilengkapi dengan
pita selempang yang berukuran lebar 90 mm, berwarna dasar
kuning dengan lajur-lajur besar dan kecil berwarna merah
untuk membedakan kelas, ialah:
a. Pada Bintang Republik Indonesia Adipurna:
- 1 lajur besar dikedua tepinya berukuran masing-
masing 8 mm.
- 1 lajur kecil sesudah lajur besar dikedua tepinya
masing-masing berukuran 3 mm.
- 2 lajur kecil ditengah-tengahnya berukuran 3 mm.
b. Pada Bintang Republik Indonesia Adipradana:
- 1 lajur besar dikedua tepinya berukuran masing-
masing 8 mm.
- 1 lajur kecil sesudah lajur besar dikedua tepinya
masing-masing berukuran 3 mm.
- 1 lajur kecil ditengah-tengahnya berukuran 3 mm.
c. Pada Bintang Republik Indonesia Utama:
- 1 lajur besar dikedua tepinya berukuran masing-
masing 14 mm.
- 1 lajur kecil ditengah-tengahnya berukuran 3 mm.
d. Pada Bintang Republik Indonesia Pratama:
- 1 lajur besar dikedua tepinya berukuran masing-
masing 17 mm.
- 1 lajur kecil ditengah-tengahnya berukuran 3 mm.
e. Pada …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-

e. Pada Bintang Republik Indonesia Nararya:


- 1 lajur besar dikedua tepinya berukuran masing-
masing 20 mm.
- 1 lajur kecil ditengah-tengahnya berukuran 3 mm.
Pada pita harian berukuran panjang 35 mm, dan lebar 10
mm berwarna kuning dengan lajur-lajur seperti pada pita
selempang dengan ukuran lajur besar 4 mm untuk Bintang
Republik Indonesia Adipurna dan Bintang Republik
Indonesia Adipradana, 7 mm untuk Bintang Republik
Indonesia Utama, 81/2 mm untuk Bintang Republik
Indonesia Pratama, 10 mm untuk Bintang Republik
Indonesia Nararya, sedang lajur-lajur kecil berukuran 11/2
mm.

Pasal II
Ayat (1), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) Pasal 2 Undang-undang
Nomor 6 Drt. Tahun 1959 dirobah dan ditambah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
(1). Bintang Mahaputera dibagi dalam lima kelas, yaitu :
a. Bintang Mahaputera Adipurna (I)
b. Bintang Mahaputera Adipradana (II)
c. Bintang Mahaputera Utama (III)
d. Bintang Mahaputera Pratama (IV)
e. Bintang Mahaputera Nararya (V)
(3). Bintang berukuran sebagai berikut:
Bintang Mahaputera Adipurna: Jari-jari sinar emas yang
terpanjang 20 mm.
Bintang Mahaputera Adipradana: Sama dengan Bintang
Mahaputera Adipurna.

Bintang …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-

Bintang Mahaputera Utama: Sama dengan Bintang


Mahaputera Adipurna.
Bintang Mahaputera Pratama: Sama dengan Bintang
Mahaputera Adipurna.
Bintang Mahaputera Nararya: Sama dengan Bintang
Mahaputera Adipurna.
(4). Bintang disertai Patra yang bentuk dan kombinasi warnanya
sama dengan Bintangnya dengan ukuran yang lebih besar
ialah:
a. Pada Patra Bintang Mahaputera Adipurna:
- Jari-jari sampai ujung pentol mutiara 35 mm.
b. Pada Patra Bintang Mahaputera Adipradana, Bintang
Mahaputera Utama, Bintang Mahaputera Pratama dan
Bintang Mahaputera Nararya:
- Jari-jari sampai ujung pentol mutiara 30 mm.
(5). Bintang-bintang Mahaputera tersebut pada ayat (1) a dan b
dilengkapi dengan pita selempang yang berukuran lebar 90
mm, berwarna dasar merah tua dengan lajur besar pada kedua
belah tepinya yang berwarna kuning dan berukuran 8 mm, dan
Bintang-bintang Mahaputera tersebut pada ayat (1) c, d dan e
dilengkapi dengan pita kalung yang berukuran 35 mm
berwarna dasar dan warna lajur sama dengan pita dari
Bintang-bintang Mahaputera tersebut pada ayat (1) a dan b
dengan lajur besar pada kedua tepinya masing-masing
berukuran 4 mm.
Perbedaan kelas Bintang Mahaputera Adipurna, Bintang
Mahaputera Adipradana, Bintang Mahaputera Utama, Bintang
Mahaputera Pratama ditandai dengan tambahan lajur-lajur
kecil berwarna kuning, yang jumlah dan ukurannya sebagai
berikut:
a. Pada …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7-

a. Pada Bintang Mahaputera Adipurna:


- 4 lajur kecil berukuran 3 mm dikedua tepi masing-
masing 1 lajur dan ditengah-tengah 2 lajur.
b. Pada Bintang Mahaputera Adipradana:
- 3 lajur kecil berukuran 3 mm dikedua tepi masing-
masing 1 lajur dan ditengah-tengah 1 lajur.
c. Pada Bintang Mahaputera Utama:
- 2 lajur kecil berukuran 1,5 mm dikedua tepi masing-
masing 1 lajur.
d. Pada Bintang Mahaputera Pratama:
- 1 lajur kecil berukuran 1,5 mm terletak ditengah-
tengah. Pada pita harian berukuran panjang 35 mm
dan lebar 10 mm, berwarna merah tua dengan lajur
seperti pada pita selempang dan kalung dengan ukuran
lajur besar selebar 3 mm dan lajur kecil 1,5 mm.

Pasal III
1. Pasal 5 Undang-undang Nomor 65 Tahun 1958 ditambah satu
ayat menjadi ayat (2) baru yang berbunyi sebagai berikut:
(2). Bintang disertai Patra yang bentuk dan kombinasi
warnanya sama dengan bintangnya, berukuran garis
tengah 50 mm.
2. Ayat (2) Pasal 5 Undang-undang Nomor 65 Tahun 1958
dirubah dan ditambah selanjutnya menjadi ayat (3) yang
berbunyi sebagai berikut:
(3). Pita Bintang berupa pita kalung yang berukuran lebar 35
mm dan berwarna dasar kuning dengan 5 lajur merah
lebar 1 mm yang membagi dalam bagian-bagian yang
sama.

3. Pasal 8…

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-

3. Pasal 8 Undang-undang Nomor 65 Tahun 1958 ditambah satu,


ayat menjadi ayat (2) baru yang berbunyi sebagai berikut:
(2). Bintang disertai Patra yang bentuk dan kombinasi
warnanya sama dengan bintangnya, berukuran garis
tengah 50 mm.
4. Ayat (2) Pasal 8 Undang-undang Nomor 65 Tahun 1958
dirubah dan ditambah selanjutnya menjadi ayat (3) yang
berbunyi sebagai berikut:
(3). Pita Bintang berupa Pita Kalung yang berukuran lebar 35
mm dan berwarna dasar hijau muda dengan satu lajur
dikedua tepi masing-masing berukuran 2 mm.

Pasal IV
1. Pasal 2 Undang-undang Nomor 21 Tahun 1959 ditambah satu
ayat menjadi ayat (2) baru yang berbunyi sebagai berikut:
(2). Bintang disertai Patra yang bentuk dan Kombinasi
warnanya sama dengan bintangnya, berukuran garis
tengah 60 mm.
2. Ayat (2) Pasal 2 Undang-undang Nomor 21 Tahun 1959
dirubah dan ditambah selanjutnya menjadi ayat (3) yang
berbunyi sebagai berikut:
(3). Pita Bintang berupa Pita Kalung yang berukuran lebar 35
mm dan berwarna dasar merah dengan 3 lajur berwarna
putih lebar 3,5 mm yang membagi dalam bagian-bagian
yang sama.
3. Pasal 9 Undang-undang Nomor 21 Tahun 1959 ditambah satu
ayat menjadi ayat (2) baru yang berbunyi sebagai berikut:

(2). Bagi …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-

(2). Bagi pemilik Bintang Gerilya yang dalam dinas sehari-


hari mengenakan Pakaian Sipil, sebagai pengganti Bintang
Gerilya dipakai suatu Tanda yang berbentuk oval dengan
berukuran garis tengah terpanjang 18 mm dan yang
terpendek 9 mm, berwarna merah dan putih dengan
ditengah-tengah berukiran Bhineka Tunggal Ika berwarna
kuning emas.
4. Ketentuan yang tercantum dalam Pasal 9 Undang-undang
Nomor 21 Tahun 1959 selanjutnya menjadi ayat (1).

Pasal V
Bagi mereka yang berdasarkan ketentuan Undang-undang yang
terdahulu telah mendapat Bintang Sakti, Bintang Darma dan
Bintang Gerilya, berlaku ketentuan tersebut dalam Undang-undang
ini.

Pasal VI
Ayat (1) dan ayat (5) Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1963
dirobah dan ditambah sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1). Bintang Jasa dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
a. Bintang Jasa Utama
b. Bintang Jasa Pratama.
c. Bintang Jasa Nararya.
(5). a. Bintang disertai patra yang bentuk dan kombinasi
warnanya sama dengan bintangnya masing-masing dengan
ukuran jari-jari sama terpanjang 30 mm.
b. Pita bintang merupakan pita kalung berukuran lebar 35
mm, yang mempunyai warna dasar kuning dan warna lajur
biru selebar 1,5 mm; untuk Bintang Jasa Utama enam
lajur, Bintang Jasa Pratama lima lajur dan Bintang Jasa
Nararya empat lajur.
Pasal VII …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -

Pasal VII
Pasal 2 dan Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1971 dirobah
dan ditambah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2
Bintang Yuda Darma adalah Bintang Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia dibagi dalam tiga kelas yaitu:
a. Bintang Yuda Darma Utama.
b. Bintang Yuda Darma Pratama.
c. Bintang Yuda Darma Nararya.

Pasal 6
Bintang Yuda Darma Utama dan Bintang Yuda Darma Pratama
disertai Patra yang bentuk dan kombinasi warnanya sama dengan
bintangnya yang berukuran 60 mm.

Pasal VIII
Pasal 2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1966 dirobah dan
ditambah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
Bintang Kartika Eka Pakci adalah Bintang T.N.I. Angkatan Darat
dibagi dalam tiga kelas yaitu:
a. Bintang Kartika Eka Pakci Utama.
b. Bintang Kartika Eka Pakci Pratama.
c. Bintang Kartika Eka Pakci Nararya.

Pasal IX
Ayat (1) Pasal 2 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1968 dirobah
dan ditambah sehingga berbunyi sebagai berikut:

(1). Bintang …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -

(1). Bintang Jalasena adalah Bintang T.N.I. Angkatan Laut, dibagi


dalam tiga kelas, yaitu :
a. Bintang Jalasena Utama.
b. Bintang Jalasena Pratama.
c. Bintang Jalasena Nararya.

Pasal X
Pasal 2 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1968 dirobah dan
ditambah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
Bintang Swa Buwana Paksa adalah Bintang T.N.I . Angkatan
Udara, dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
a. Bintang Swa Buwana Paksa Utama.
b. Bintang Swa Buwana Paksa Pratama.
c. Bintang Swa Buwana Paksa Nararya.

Pasal XI
1. Ayat (1) Pasal 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1961
dirobah dan ditambah sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1). Bintang Bayangkara adalah Bintang Kepolisian Negara
Republik Indonesia dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
a. Bintang Bayangkara Utama
b. Bintang Bayangkara Pratama.
c. Bintang Bayangkara Nararya. Bintang Bayangkara
Utama disertai Patra yang bentuk dan kombinasi
warnanya sama dengan bintangnya, berukuran garis
tengah 75 mm.
2. Ayat (1) dan (2) Pasal 6 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1961 dirobah dan ditambah seluruhnya sehingga berbunyi
sebagai berikut:
(1). a. Pita …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -

(1). a. Pita untuk Bintang Bayangkara Utama berupa Pita


Kalung sedang untuk Bintang Bayangkara Pratama
dan Bintang Bayangkara Nararya berupa pita gantung,
yang mempunyai warna dasar hitam dan 6 lajur yang
berwarna kuning untuk Bintang Bayangkara Utama 5
lajur yang berwarna kuning untuk Bintang
Bayangkara Pratama dan 4 lajur yang berwarna
kuning untuk Bintang Bayangkara Nararya.
b. Pita Kalung tersebut berukuran lebar 35 mm,
sedangkan Pita gantung berukuran lebar 35 mm, dan
panjang 40 mm.
3. Ayat (3) Pasal 6 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1961
selanjutnya menjadi ayat (2).

Pasal XII
Urutan derajat/tingkat Tanda Kehormatan Republik Indonesia yang
berbentuk Bintang adalah sebagai berikut:
1. Bintang Republik Indonesia Adipurna (I)
2. Bintang Republik Indonesia Adipradana (II)
3. Bintang Republik Indonesia Utama (III)
4. Bintang Republik Indonesia Pratama (IV)
5. Bintang Republik Indonesia Nararya (V)
6. Bintang Mahaputera Adipurna (I)
7. Bintang Mahaputera Adipradana (II)
8. Bintang Mahaputera Utama (III)
9. Bintang Mahaputera Pratama (IV)
10. Bintang Mahaputera Nararya (V)
11. Bintang Sakti/Bintang Darma/Bintang Gerilya/Bintang Jasa
Utama.
12. Bintang Jasa Pratama
13. Bintang …

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -

13. Bintang Jasa Nararya.


14. Bintang Yuda Darma Utama.
15. Bintang Kartika Eka Pakci Utama/Bintang Jalasena
Utama/Bintang Swa Buwana Paksa Utama/Bintang
Bayangkara Utama.
16. Bintang Yuda Darma Pratama.
17. Bintang Kartika Eka Pakci Pratama/Bintang Jalasena
Pratama/Bintang Swa Buwana Paksa Pratama/Bintang
Bayangkara Pratama,
18. Bintang Yuda Darma Nararya
19. Bintang Kartika Eka Pakci Nararya/Bintang Jalasena
Nararya/Bintang Swa Buwana Paksa Nararya/Bintang
Bayangkara Nararya.
20. Bintang Garuda/Sewindu.

Pasal XIII
Pasal 6 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang Nomor 4 Drt. Tahun
1959, dengan berlakunya Undang-undang ini dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal XIV
Jenis-jenis Tanda Kehormatan Republik Indonesia yang berbentuk
Bintang dan urutan derajat/tingkat Tanda Kehormatan Republik
Indonesia yang berbentuk Bintang yang bertentangan dengan
Undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal XV
Pemakaian Tanda Kehormatan Republik Indonesia yang berbentuk
Bintang didasarkan atas urutan derajat/tingkat sebagaimana tersebut
dalam Pasal XII ini.

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -

KETENTUAN PENUTUP

Pasal XVI
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Pasal V, Undang-
undang ini tidak berlaku bagi mereka yang berdasarkan ketentuan
Undang-undang yang terdahulu telah mendapat Tanda Kehormatan
Republik Indonesia yang berbentuk Bintang.

Pasal XVII
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal, 9 Nopember 1972
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOEHARTO
JENDERAL TNI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal, 9 Nopember 1972
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

SUDHARMONO S.H.
MAYOR JENDERAL T.N.I.

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 1972
TENTANG
PEROBAHAN DAN TAMBAHAN KETENTUAN MENGENAI BEBERAPA
JENIS TANDA KEHORMATAN REPUBLIK INDONESIA YANG
BERBENTUK BINTANG DAN TENTANG URUTAN DERAJAT/
TINGKAT JENIS TANDA KEHORMATAN REPUBLIK INDONESIA
YANG BERBENTUK BINTANG

UMUM.
Dalam Undang-undang Nomor 4 Drt. Tahun 1959 tentang ketentuan-ketentuan
umum mengenai Tanda Kehormatan dikenal adanya sistim Bintang berkelas dan tidak
berkelas (tunggal). Bintang berkelas lima dengan pita selempang dipakai untuk
bintang-bintang berkelas satu, pita kalung untuk bintang-bintang berkelas dua, pita
gantung untuk bintang-bintang berkelas tiga dan bintang-bintang kelas selanjutnya
serta untuk satyalencana-satyalencana.
Disamping bintang berkelas lima, dikenal pula adanya bintang berkelas tiga
dengan pita kalung dipakai untuk bintang kelas satu, pita gantung untuk bintang kelas
dua dan bintang kelas tiganya, serta untuk bintang tidak berkelas (tunggal); Bintang-
bintang berkelas lima, berkelas tiga dan tidak berkelas (tunggal); tidak jelas
mencerminkan tinggi rendahnya derajat/tingkat bintang yang satu terhadap yang lain.
Kebiasaan-kebiasaan protokoler di dalam maupun di luar-negeri, telah
menimbulkan pandangan-pandangan, bahwa istilah/sebutan yang dipergunakan dan
bentuk-bentuk pita dari Tanda-tanda Kehormatan Republik Indonesia yang berbentuk
Bintang belum mencerminkan tinggi rendahnya derajat/tingkat daripada Bintang yang
satu terhadap yang lain.
Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, dirasakan perlu untuk
menyesuaikan istilah/sebutan dan bentuk-bentuk pita dengan derajat/tingkat Tanda
Kehormatan Republik Indonesia yang berbentuk Bintang, yaitu untuk bintang-bintang

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -

yang derajatnya tinggi adalah berpita selempang, dan seterusnya dipergunakan pita
kalung, pita gantung. Dalam Undang-undang masing-masing, Tanda Kehormatan
Republik Indonesia yang berbentuk Bintang telah diatur pula kedudukan
derajat/tingkatnya terhadap tanda-tanda kehormatan bintang-bintang yang satu tingkat
diatas dan satu tingkat dibawahnya. Akan tetapi oleh karena pengaturan derajat/tingkat
Tanda Kehormatan Bintang-bintang tidak menyeluruh (tidak terhadap seluruh bintang-
bintang yang ada) timbul tafsiran yang berbeda-beda mengenai derajat/tingkat Tanda
Kehormatan yang satu terhadap yang lain.
Dikeluarkannya Undang-undang ini, dimaksudkan pula untuk memberikan
keselarasan dan kepastian tentang, urutan derajat/tingkat tanda-tanda Kehormatan
Republik Indonesia yang berbentuk Bintang yang satu terhadap yang lainnya yang
telah ada.
Dalam Undang-undang ini dipergunakan istilah/sebutan dari tiap Tanda
Kehormatan Republik Indonesia yang berbentuk Bintang berkelas yang mempunyai
arti dan makna yang mencerminkan kedudukannya.

PASAL DEMI PASAL.

Pasal I
Mengingat kedudukan dari Bintang Republik Indonesia sebagai Tanda
Kehormatan yang tertinggi dari semua Bintang, maka untuk ini ditentukan
perobahan dalam bentuk pitanya menjadi pita selempang bagi semua kelas.

Pasal II
Sudah selayaknya apabila Bintang-bintang Mahaputra Adipurna dan Mahaputra
Adipradana dilengkapi dengan pita selempang mengingat bahwa Bintang
Mahaputera kedudukannya tepat dibawah Bintang Republik Indonesia dan
merupakan Tanda Kehormatan tertinggi untuk jasa-jasa kepada Negara dalam
bidang-bidang tertentu di luar bidang militer.

www.bphn.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -

Pasal III
Cukup jelas.

Pasal IV
Tanda Bintang Gerilya berbentuk oval, untuk Pakaian Sipil Lengkap (PSL)
dipakai pada leher baju jas sebelah kiri dan untuk "Pakaian Sipil Harian (PSH)
pada dada sebelah kiri diatas saku baju. (khusus bagi kaum wanita di dada
sebelah kiri).

Pasal V sampai dengan Pasal XV


Cukup jelas.

Pasal XVI
Tanda-tanda Kehormatan Republik Indonesia yang berbentuk Bintang yang
pernah diberikan, masih tetap berlaku menurut Undang-undang tentang Tanda
Kehormatan Republik Indonesia yang belum diadakan perobahan dengan
Undang-undang ini. Untuk itu bagi yang sudah mendapat Tanda Kehormatan
Republik Indonesia yang berbentuk Bintang, tidak mengalami perobahan apa-
apa.

Pasal XVII
Cukup jelas.

--------------------------------

CATATAN

Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA


TAHUN 1972 YANG TELAH DICETAK ULANG

www.bphn.go.id

Anda mungkin juga menyukai