Pendahuluan
Kebudayaan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari keberadaan pesantren. Pesantren telah
menjadi garda depan dalam pendidikan Islam di Indonesia. Pesantren telah berhasil
membangun budaya keislaman yang mengakar luas di Indonesia. Budaya keislaman dalam
pesantren menjadi karakter tersendiri dalam membangun budaya bangsa. Peradaban bangsa
Indonesia juga tidak lepas dari karakter pesantren yang telah menjadi Indigenous bagian
kebudayaan bangsa. Untuk itu menelisik budaya pesantren melalui karya sastra menjadi
penting untuk membangun peradaban bangsa.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan asli (indigenous) Indonesia, yang mempunyai
berbagai keunggulan dibandingkan lembaga-lembaga pendidikan lain (Baharun, 2017). Dengan
kiai sebagai figur utamanya dan masjid sebagai pusat kegiatannya, pesantren mampu
menanamkan nilai-nilai kehidupan santri selama 24 jam penuh. Didukung dengan sistem
asrama yang membuat santri dalam pengawasan penuh kiai, membuat sistem pendidikan yang
ada di pondok pesantren lebih baik dibandingkan dengan lembaga pendidikan yang lain. Nilai-
nilai keislaman seperti ketulusan, kemandirian, gotong royong, budi luhur (akhlaqul karimah),
dan solidaritas (ukhuwah) akan lebih tertanam di lembaga pendidikan pesantren (Baharun,
2011). Pondok pesantren telah dianggap sebagai model institusi pendidikan yang mempunyai
keunggulan, baik dalam tradisi keilmuannya dinilai sebagai salah satu tradisi yang agung (great
tradition), maupun pada sisi transmisi dan internalisasi moralitasnya. Di sisi lain pesantren juga
merupakan pendidikan yang dapat memainkan peran pemberdayaan (empowerment) dan
transformasi civil society secara efektif (Rokhlinasari, 2014).
Budaya santri; Ngaji, Ngopi, Ngantri, Ngantukan, dan Ngabdi, merupakan ciri khas kental yang
berlaku di dalam pesantren. Dalam masa orientasi ini santri baru dengan seniornya akan
melakukan komunikasi dan sinergi program pembelajaran dan pendidikan di Pondok Pesantren
SMA IQ Al Husna International dalm timbal balik 3 sisi, pengurus, guru dan santri.
Mastasa, MPLS ataupun penyebutan Ospek biasanya diidentikkan dengan hegemoni
kegagahan senior terhadap junior dengan kekerasan fisik dan verbal. Namun dalam mastasa ini
akan dibuat se-edukatif mungkin, sebaik mungkin sehingga mampu memberika kesan dan
kenangan yang tidak terlupakan.
Budaya menghormati, menghargai pada leluhur akan kental kita sampaikan sebagai bekal
santri dalam melakukan pendidikan di Pondok Pesantren.
Tujuan
1. Mengenal dan memahami lingkungan SMPIQ Al Husna sebagai suatu lingkungan
akademis yang Islami serta memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya.
2. Menambah wawasan para santri baru dalam penggunaan sarana akademik yang tersedia
di SMPIQ AL Husna secara maksimal.
3. Mempersiapkan mental para santri agar mampu belajar di Pesantren ini serta mematuhi
dan melaksanakan norma-norma yang berlaku di SMPIQ Al Husna, khususnya yang terkait
dengan Kode Etik dan Tata Tertib Santri.
4. Menumbuhkan kesadaran para santri baru akan tanggungjawab akademik dan sosialnya
sebagai santri sebagaimana di inginkan oleh Allah dan RasulNya
Fungsi
1. Funsgi Orientasi; fungsi bagi para santri untuk memasuki pesantren dengan kemandirian,
pengabdian dan pengamalan yang berbeda dengan pendidikan selain Pesantren maupun
desain pesantren anak.
2. Fungsi Akademis; Pengambangan kepribadian, kemandirian, kepemimpinan, bakat dan
minat santri.
3. FungsiNormatif; santri mengenal dan mengamalkan aturan-aturan Pesantren SMPIQ Al
Husna.
4. Fungsi Komunikatif; membangun komunikasi dan sinergi antara Pengurus, guru/Ustadz
dan santri.