Anda di halaman 1dari 8
Kz KUMPULAN MAKALAH SEMINAR MIKROBIOLOGI II Yogyakarta, 5—7 April, 1978 Penyusun Triadi Basuki Endang Sukara Soetarjo Brotonegoro diterbitkan oleh Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia 1981 BEBERAPA PENELITIAN MIKROBIOLOGIS HASIL LAUT DI INDONESIA Soeminarti S. Thayib Lembaga Oseanologi Nasional — LIPI, Jakarta F, Suhadi Badan Tenaga Atom Nasional, Pasar Jumat, Jakarta ABSTRAK Penelitian-penelitian mikrobiologi hasil laut di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa pakar dari berbagai’instansi Data yang diperoleh mengungkap mikroflora dari ikan, kepadatan bakteri pada ikan pasar dan ikan langsung ditangkap dari laut, Tulisan mengenai pencemaran hasil laut oleh faekal mengemukakan bahwa hasil laut dari perairan kita tidak luput dari kontaminasi bakteri patogen. Bakteri patogen yang dikenal sebagai penghuni laut yaitu Vibrio parahaemolyticus telah dapat iisolasi dari berbagai hasil laut. Demikian pula adanya Clostridium botulinum. Tipe-tipe yang dapat diisolasi adalah dari ABCDF. Selain dari penelitian mikrobiologi hasil laut sebagai makanan, para pakar meneliti pula penyakit ikan hias, mengingat bahwa eksport ikan hias sekarang ini makin meningkat. Untuk menunjang penelitian mikrobiologi hasil laut, beberapa pakar mengemukakan data mikrobiologi perairan yang erat hubungannya dengan hasil laut tersebut. Misalnya fluktuasi dari coliform pada tempat-tempat tertentu dan pembuatan peta sebaran Clostridium. PENDAHULUAN Pada tahun akhir-akhir ini kegiatan penangkapan hasil laut di Indonesia semakin di tingkatkan, lebih-lebih setelah adanya alat-alat penangkapan yang mutakhir. Unar (1973) menerangkan bahwa “joint ventures” antara Indonesia dan negara asing mulai tahun 1968 telah diperbolehkan menangkap stok udang di perairan Kalimantan ~ Irian Jaya dengan alat-alat penangka an yang serba besar dan mutakhir. Hadisubroto (1975) mengungkapkan hal yang hampir sama. Diterangkannya bahwa hasi tangkapan ikan-ikan pelagis setiap tahunnya berubah dan cenderung uptuk meningkat karena bertambahnya jumlah kapal motor dan cara penangkapan ikan yang semakin produktif Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka sudah sepantasnyalah jika penelitian-penelitian yang ads sangkut pautnya dengan hasil laut serta lingkungan hidupaya lebih ditingkatkan. Dalam hal ini penelitian mengenai mikrobiologi hast laut tidak boleh diabaikan karena hal ini memegang peranan penting dalam penilaian terhadap mutu hasil laut tersebut. Data dari penelitian mikrobiologi dapat menunjang berbagai usaha untuk memperbaiki mutu serta mencerminkan keadaan sanitasi Jingkungan hidup flora dan fauna laut yang diharapkan menghasilkan hasil laut yang baik. Penelitian mengenai mikrobiologi dari hasil laut serta lingkungan hidupnya belum banyak ditulis orang di Indonesia Oleh karena itu tulisan ini disusun untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan mutu. sanitasi serta ekologi hasil laut, KEPADATAN BAKTERI PADA IKAN SEGAR DAN TIDAK SEGAR Pada umumnya daging ikan yang baru ditangkap dari laut dapat dikatakan steril. retapi bagian Isinnya seperti insane integumen” atau isi perutnya penuh mengandung bakteri. Menurui Scholes & Shewan (1904), pada ikan segar. jumlal bak per.cm? kulit atau per gram insang antara 10° — 10°, sedang cairan saluran pencernaannya dapat mengandung baktert 10® per ml. Data dari penelitian ikan segar (baru ditangkap) sukar didapat. Penelitian Nasran & Hilwiah (1974) meneatat bai: wa kepadatan bakteri awal dari udang Solenocera subnuda segar dari perairan Cilacap adalah 2.8 x 10*. Suhadi (19° tidak diterbitkan) mencatat bahwa kepadatan bakteri ikan kembung /Rusireiliger) per gram adalah 4.4 x 10°, kemudian tenggiri (Scomberomorus) 3,4 x 105 , dan ikan tongkol (Euthvnnus) 3.0 x 10°. Siagian & Isnaeni (1970) mendapatken kurang lebih 105 per gram daging ikan tenggiti Perlu kiranya dicatat di sini, bahwa ikan yang digunakan untuk penelitian adalah ikan pasar. berikut kulitnya: but dagingnya saja. Ikan tongkol dan tenggiri yang diteliti Siagian (1973) mempunyai kontaminasi awal 3.32 x 108 bakteri dav 1,35 x 10° bakteri per gram. Jumlah bakteri ini lebih tinggi dari yang ditemukan dari ikan pasar Australia, yaitu 2.0 x 10 (Siagian, 1969). Kesegaran ikan sanget mempengaruhi besar angka kepadatan bakteri pada.ikan itu. Perobahan dari aneka kepadatan bakteri pada ikan yang mengalami penyimpanan di berbagai suhu dapat dilihat pada tabel | (Suhadi 1977, data tidak diterbitkan) dan tabel 2 (Siagian, 1969). liyas dkk. (1976) menggunakan ikan kembung sebagai bahan mental dalam: pembuatan pindang dengan kepadatan bakteri 3,7 x 10°. Mocljanto & Tambunan (1976) mendapatkan bahwa udang lobster (Panulirus) segar setelah dibekukan mempunyai angka kepadatan bakteri sebesar 6.7 10° . Se Dari date tersebut di atas dapatlah Kiranya disimpulkan bahwa ikan dan udang yang ada dipasaran dan yang kira-kirg Gapat diterima oleh konsumen untuk dimakan atau sebagai bahan baku, merapunyal angka kepadatan bakteri antara 10? — 10°. Padahal jika angka kepadatan bakteri (TPC) per gram daging sebesar 10° maka mutu hasil laut ini dapat dikatakan tidak ‘memenuhi syarat (Slavin et al,1967). ' MIKROFLORA IKAN SEGAR DAN TIDAK SEGAR Pada umumnya mikroflora ikan segar yang baru ditangkap dari laut terdiri dari baktori Gram-negatif Pseudomonas, ; Achromobacter, Flavobacterium dan Cytophaga. Ikan-ikan yang hidup di perairan subtropik biasanya mengandung 60% — 70% = bakteri Gram-negatif yang komposisi marganya seperti tersebut di atas. Disamping itu bakteri Gram-positif yang biasa ditemu. i kan adalah Micrococcus dan Bacillus (Scholes & Shewan, 1964). Menurut penelitian Colwell (1962), pada umumnya bakteri & aerobik dari ikanikan laut segar sebagian besar terdiri dari Pseudomonas dan Achromobacter (80%) dan selebihnya adalah * Micrococcus dan Flavobacterium. Scholes & Shewan (1964) menyatakan bahwa diperairan yang lebih panas, seperti di Austra. lia dan India, prosentasi bakteri gram-positif cenderung lebih besar dari pada di perairan yang lebih dingin, mengingat sifat * mesofilik bakteri Gram-positif. 2 Penelitian Siagian (1973) mencatat bahwa mikroflora ikan tenggiri dan ikan tongkol sebagian besar terdiri dari bakteri Gram-positif dari marga Micrococcus, Microbacterium, Corynebacterium dan bakteri Gram-negatif dari marga lavobacterium dan Pseudomonas. Kadang-kadang Escherichia coli, Aeromonas dan Vibrio juga dapat ditemukan. Bahwa pada umumnya mikroflora ikan segar dari perairan lebih panas mengandung bakteri Gram-positif lebih banyak dari bakteri Gram-positif pada ikan dari perairan subtropik seperti telah dikemukakan oleh Siagian (1969) pada penelitiannya mengenai mikrobiologi ikan ikan Australia. Komposisi mikroflora ikan laut sangat tergantung pada tempat dan cara hidup binatang itu Banyaknya mikroflora ikan mengalami perubahan setelah penyimpanan beberapa hari (Shewan,1962). Menurut beberapa peneliti yang dikutip oleh Scholes & Shewan (1964) serta penelitian Siagian (1969), mikroflora ikan yang mengalami proses penyimpanan mengalami perobahan baik kuantitas maupun kualitasnya. Komposisi dari jenis-jenis bakterinya tergantung dari banyak faktor antara lain waktu penyimpanan, suhu dan jenis contoh hasil laut (Tabel 3). Scholes & Shewan (1964) mengata- kan bahwa bakteri mesofilik pada temperatur 37°C terdapat lebih banyak pada ikan pasar dari pada ikan yang langsung di- tangkap. Hal ini tentunya diakibatkan oleh adanya kontak langsung dengan dek, alatalat penangkapan dan orang yang me ngerjakan penangkapan. SANITASI HASIL LAUT Meningkatnya kegiatan pembangunan masa Kini, mengakibatkan menurunnya nilai-nilai lingkungan hidup, termasuk per. iran. Air buangan industri dan sampah rumah terus bertambah dari hari ke hari dan kescluruhannya ini terpaksa ditampung oleh perairan yang melingkungi ribuan pulau. Oleh karena itu dengan sendirinya nilai perairan kita akan terus menurun jike usaha perbaikan atau pelestarian lingkungan tidak sesuai dengan laju bertambahnya pencemaran. Hal-hal tersebut di atas meng: akibatkan penderitaan penduduk yang bermukim dan karenanya hasil perikanan juga menjadi sering terganggu. Adanya hasil laut yang terkontaminasi telah dikemukakan oleh beberapa pakar luar negeri antara lain oleh Venkataraman & Sreenivasan (1955). Dikemukakan bahwa hasil laut dapat menjadi sumber penyakit melalui makanan. Penyebabaya, bukan hanya terdiri dari Salmonella, Shigella dan Staphylocoocei saja tetapi juga bakteri-bakteri seperti Clostridium, Proteus sp. Escherichia coli, Vibrio parahaemolyticus, Streptococcus faecalis atau lainnya. Sejumlah hasil laut dari teluk Jakarta yang ter kena kontaminasi bakteri Salmonella, Shigella, Staphylococcus dan . coli dapat dilihat pada tabel 4. Dari penelitian-penelitian Thayib & Suhadi (1975) dan Thayib dkk. (1977) didapatkan bahwa ikan yang hidup didekat muara-muara atau ditambak tambak ternyata lebih kotor dari ikan pelagis, seperti tongkol. Hal ini dapat difahami karena perairan dekat muara-muara ke adaannya lebih buruk dari pada perairan ditengah-tengah. Keadaan sanitasi perairan Teluk Jakarta telah diteliti oleh Thayib & Suhadi (1974, 1975, 1977). Bakteri lain seperti Streprococcus faecalis, Proteus dan Aeromonas telah dapat diisolasi dari kan pasar (Rosdia, 1975 komunikisi pribadi). Thayib & Suhadi 1974 mencatat bahwa tiram yang diperoleh dari Teluk Jakarta itu relatif lebih bersih dari pada kerang. Keadaan yang demikian ini disebabkan karena cara makan (feeding habit) kedua bi- natang itu berbeds. Tram adalah binatang pemakan plankton sedangkan kerang, selain makan plankton, ia lebih menyulai etritus. ‘Adanya bakteri Clostridium bunulinum diperairan Indonesia pernah dilaporkan oleh Thayib & Suhadi (1975) berdasarkan contoh yang diambil dari pantai Utara Pulau Jawa. Seperti terlihat pada tabel 5, dari 916 contoh yang diperiksa ternysté 3,06% mengandung Clostridium botulinun dari tipe A, B, C, D, F dan dari ke 5 tipe ini ternyata tipe C yang terbanyak. Hil iti belum menunjukkan sesuatu kesimpulan yang berarti karena contoh-contohnya baru diambil dari scbagian kecil peraiet Indonesia. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tipe E (yang dikenal dapat membentuk toksin terganas) tidak atau be Jum ditemukan. Tipe E yang sudah dilaporkan oleh banyak peneliti, terdapat diperairan yang lebih dingin, seperti perairan d& kat Amerika Serikat. Canada, Jepang (Halstead, 1962). Tulisan-tulisan mengenai adanya bakteri Vibrio halofilik patogen pada hasil laut Indonesia telah dikemukakan oleh be 16 berapa peneliti. Bakteri ini dikenal sebagai penyebab utama keracunan makanan di Jepang, Thayib & Suhadi (1974) telah mengisolasi Vibrio parahaemolyticus dari sejumlah hasil laut. Kemudian adanya kasus Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri ini di Indonesia telah dikemukakan oleh Bonang ef al (1974). Hasil positif Vibrio parahaemolyticus pada contoh hasil laut tertera pada tabel 5. Berdasarkan sifat-sifat biokimianya, galur V. parahaemolyticus yang diisolasi terletak antara galur Jepang dan Amerika. Sifat khas dari galur Jepang ialah kurang mampu memfermentasi sukrosa. Di samping itu kebanyak- an galur Jepang bersifat indol negatif. Galur Indonesia, mempunyai reaksi sukrosa positif dan indol negatif. Banyak penempelan bakteri-bakteri pada hewan-hewan laut berhubungan erat sekali dengan keadaan lingkungan hidup hewan-hewan tersebut. Jadi, data mikrobiologis sesuatu perairan dapat dipakai untuk menolong menduga jenis-jenis mikroflora dari hewan-hewan laut. Tulisan-tulisan Thayib’& Suhadi (1974, 1975) menggambarkan bahwa perairan Teluk Jakarta relatif sudah agak tercemar, oleh karena itu tidaklah mengherankan jika hasil lautnya banyak yang terkontaminasi oleh bakteri pa- togen. Cara untuk mengurangi kontaminasi hasil laut tersebut adalah dengan membiarkan mereka hidup untuk beberapa waktu ditempat yang lebih bersih. Kebiasaan orang di daerah ini memakan kerang-kerang dalam keadaan setengah matang dan seluruh binatangnya dimakan termasuk bagian perut yang mungkin banyak mengandung bakteri patogen. Oleh karena itu sebaiknya hasil laut bangsa kerang, keong dan tiram harus dibiarkan hidup dulu beberapa hari diperairan yang bersih sebelum sampai ke- tangan konsumen (Kellys & Arcisz, 1954 yang dikutip oleh Colwell & Liston,1961). Hal-hal tersebut di atas sangat perlu diper- hatikan karena data sanitasi areal perikanan kita masih sangat langka. MPN coliform ditempat-tempat dimana nelayan masih sering memungut hasil lautnya ada yang dapat mencapai 10° (Thayib & Suhadi, 1975). Pengamatan Fatuchri er al (1975) me nunjukkan bahwa MPN Coliform di Teluk Banten, dimana terdapat peternakan tiram, sekitar 4.6 — 18 x 10° dan £. coli 0 — 18 x 10”. Daging tiramnya mengandung 7,8 ~ 16.000 coliform dan 0 ~ 350 F. coli (Tabel6). Menurut Thayib & Suhadi (1974, 1975, 1977), MPN coliform rata-rata diperairan Teluk Jakarta berubah-ubah dan cenderung menurun pada bulan Sep. tember — Oktober. PENYAKIT IKAN LAUT Tulisan mengenai bakteri penyakit manusia yang diisolasi dari laut lebih banyak ditemukan dari pada bakteri penyakit ikan. Pengetahuan tentang penyakit ikan tidak kalah pentingny at menjangkitnya sesuatu penyakit pada hewan: hewan laut dapat pula membawa kerugian besar bagi bidang pevikanan. Bakteri Vibrio angguilarwn pernah menghebohkan de nua Eropa Utara karena menimbulkan penyakit puida belut laut (cels) dan ikan-ikan sehingga perikanan di beberapa ne: mengalami kerugian besar. Bakteri ini pernah diisolasi olch Rosida (1976, komunikasi pribadi) dari ikan hias yang sakit yang berasal dari aquarium Oseanorium Jakarta. Tulisan-tulisan mengenai penyakit ikan laut di Indonesia boleh dikatakan hampir tidak ada, Penelitian kearah ini telah dirintis oleh Irwandi & Thayib (1977) namun terbatas pada penyakit ikan hias saja Sejumlah marga bakteri telah dapat diisolasi dari berbagai jenis ikan hias yang tersangka menderita sakit. Marga bakteri yang dominan ditemukan adalah Pseudons nas dan Acromonas. Vibrio angewilariem yang dikenal dapat dengan cepat merusak Penghuni aquarium telah dapat di isolasi dust ikan platak (Rosida 1975. komunikasi probadi}. Menurut Oppenheimer (1962) Pseudomonas dan Vibrio dapat menimbulkan “lesions” yang kemudian menjadi septicemia sebelum ikan-ikan aquarium itu mati. Pseudomonas yang di isolasi oleh Irwandi & Thayib (1977) sebagian berasal dari penyakit pembusukan ekor (tail rot) Vibrio parahacmolyticus yang dikenal sebagai bakteri patogen manusia tclah ditemukan pada ikan hias. Sebagian pakar ber pendapat bahwa bakteri ini tidak patogen bagi ikan tetapi Bullock (1971) menemukan hal yang sama dengan lrwandi & Thayib (1977). KEPUSTAKAAN Bonang, G., Lintong & V.S. Santoso, 1974. The isolation and susceptibility to various antimicrobial agents of Vibrio parahac molvticus from acute gasteroenteritisases and from sea food in Jakarta. International symposium on Vibrio parahaca molvticus. Saikon Pub. Co. Tokyo : 27 — 33 Bullock, G.L., 1971. The Identification of Fish Pathogenic bacteria. /n: Diseases of Fishes (Eds. S.F. Snieszko & Axelrod) 40 pp. Colwell, R.R. & J. Liston, 1961. A bacteriological study of the natural flora of Pacific oysters (Crassostrea gigas) when trans, planted to various areas in Washington. Proc. National Shellfish Ass. 50 : 181 — 187 Colwell, R.R., 1962. The bacterial flora of Puget Sound Fish. J. Appl. Bact, 25 (2) : 147 — 158. Fatuchri, M., W. Ismail & Wasilun, (1975). A Study of Crassostrea cuculata born inBanten Bay, in relation with its possibility for culture. LPPL. 2/75. PL 057/75 : 76 — 101 Hadisubroto, [, 1975. Perikanan pelagis dan perkembangan kapal motor purseseine yang mendaratkan hasilnya di Tegal LPPL. 2/75-PL.058/75. Halstead, B.W., 1962. Biotoxications, Allergies and Other Disorders In Fish as Food, (Ed. G. Borgstrom). p : 521-540 Academic Press, New York, London. llyas, S., Yunizal & S. Nasran, 1976. Pengaruh pengemasan dan suhu penyimpanan terhadap mutu dan daya awet produk Perikanan nasional. Jurnal Penelitian Teknologi Hasil Perikanan | 4356 jrwandi, A. & Thayib, S.S., 1977. Mikroorganisme yang menimbulkan penyakit ikan akuarium di Gelanggang Samudera Jaya Ancol. Oseanorium 1977 joclyanto, R. & P.R. Tambunan, 1976. Peranan pengesan terhadap mutu udang barong beku (Spiny Lobster Panulirus sp.) Jurnal Penelitian Teknologi Hasil Perikanan 1: 10 — 21. fasran, S. & J. Hilwiah, 1974. Mengamati berbagai metode pengolahan udang rebus kering. R R 25/LTP/1974. ppenheimer, C.H., 1962, On Marine Fish Discases.fn : Fish as Food,(Ed. G. Borgstrom)p: 541-566. Academic Press, New York, London holes, R.B. & J.M. Shewan, 1964. The present status of some Aspects of Marine Microbiology. Adv. in Mar. Biol. 2: 133 — 164. jewan, J.M., 1962. The bacteriology of fresh and spoiling fish and some related chemical changes. In: Recent Advances in Food Science, (Eds, Hawthorn & Leitgh). London. jiagian, E.G., 1969. Microbiological and organoleptic evaluation of Australian Fish, irradiated and stored at °C, AACE — $02, agian, €.G., 1973. Pengaruh radiasi pasteurisasi terhadap mikroflora ikan laut, pada penyimpanan chilling. Kertas kerja di bacakan pada Kongres | Perhimpunan Tekno-Mikrobiologi, Bandung 24 September. iagian, E.G. & N. Isnaoni, 1970. Radiopasteurisasi ikan tenggiri (Seombero morus spp)P2Ps D/B-15/Sym/1970. lavin, J.W.. LJ. Ronsivalli & T.J., Cannors, 1967. Food Irradiation. Proc. [AEA, Vienna. p. 509 ~ 533 hayib, SS. & F. Suhadi, 1974. Suatu usaha isolasi Vibrio parahaemolyticus dari lumpur dan beberapa macam hasil laut yang berasal dari perairan Teluk Jakarta. Oscanologi di Indonesia 2 : 41 — 55 hayib. S.S. & F. Suhadi, 1975. Tinjauan hasil penelitian mikrobiologi hasil laut dan perairan di beberapa tempat di Indonesia, Kertas kerja dibawakan pada Rapat kerja Merumuskan Kriteria Kualitas Air dan Udara di Indonesia, Jakarta S—7 April. Thayib, S.S., W. Martoyudo, & F. Suhadi, 1977. Beberapa macam bakteri penyebab penyakit perut manusia pada kerang Anadara dun Crassostrea. Oseanologi di Indonesia 7 : 49 — $5 Thayib, S.S. & F. Suhadi, 197. Preliminary study bn the distribution of the aerobic heterotrophic bacteria and the microbial indicators in Jakarta Bay. Marine research in Indonesia 20 : 87 — 97 Unar, M., 1973. A review of the Indonesian shrimp fishery and its present developments. [OFC/Dev/72/27. 50 pp. Venkataraman, R. & A. Sreenivasan, 1955. Mussel pollution at Korapuzka estuary. (Malabar) with an account of certain coliform types. Indian J. Fish. 2(2): 314 324 Tabel 1. Angka kepadatan bakteri per gram daging ikan | Suhu penyimpanan dan lama penyimpanan (havi) | Kontrol 20° 10° xc | a JR Sa | 0 1 2 3 > 4 6 i 8 | i | Rustretiger sp. | 44s 10130 10"|5.2 s 10°89 xig'#]1 5 x 10]3.5 x 107 38 xi0'*H1 2 x 10"]2.9 x10"*12.0 x10 (Kembu | |Scomberomorus sp| 3.4.x 10°|48-x 107|1.4 x 108/44 x 10° 189 x 10°]6,2 x 107 ]1,1 x19!9}S.9 x 107/5.9 x 10°13,7 x10" (Tenggiri) Euthynnus sp. 3.6 x 10°|7.3 x 10° ]2.7 x 10568 x 10" 414 x 108] 7.4 x 108]1,3 x19! |S,6 x 10°]1,4 x 10° ]3,3 x10" (Tongkot) Blaise ule, =e a 2 / ye12. _Angka kepadatan bakteri per cm* ikan kepala ceper (Australia) — Kontrol Setelah sisimpan 6 hari pada 5 °C ql Waktu hari a 4,09 x 10° 1,38 x 108 5 1,07 x 10° 590 x 10° : 14 2,6x 10° 6,10 x 10° ‘Cawan-cawan yang sudah ditanami dengan contoh diinkubasii an pada 37°C ,20° dan 1° C. bel 3. Marya bakteri pada ikan ke 1a ceper sebelum dan sesudah mengalami penyimpanan Ikan setelal dikeluarkan Ikan lengkap isi perutnya | Sebetum Sesudah penyimpanan | Sebelum Sesudah penyimpanan | penyimpanan | 5° ¢ har penyimpanan 5° C 6 hari =. (| a | “ : £ fferrcioiim | = z | 23 23 Roryns forms | rae 504 ” | " Jactobacellus | 3% | 3% 3 a | ia | ies 13 7 | | eudomonas —_ | 5% | 3% 7 8 ibn: o | 0 | 2 5 1 | | ehromobacter | 0 0 j 0 l | es ‘abel 4. Hasil positif bakteri patogen pada hasil laut Teluk Jakarta Jumiah yang Salmonella Shigella E.coli Staphylococcus diperiksa © Gi Anadara * 300 523 % 63% 83% 3% _. etKerang) trea * 250 460% 12% 16,0 % 374% iram) lugil ** 2 0 15% Belanak) iEuthynnus ** es 0 o oO oO igkol) . IChanos.chanos ** | 40 1% 25% 25% 0 B Thayid dkk. (1977) #* Thayib & Suhadi (1975). TabelS. Hasil positil Clostrdium borulinum dan Vibrio parahaemolyticus berasal dar contoh-contoh (sample Ldisekitar Pantai Utara Pulau Jawa Jumlah yang ; Type Jenis conto angie Clostridium BC pk. & | Pibrio parahaemolyticus Lumpur | 22 41,89.) I a 103,34) Ikan 572 18150) a 5 4 3 10(1,75 9) | Kerang-kerangan Pz lee nbc 1 4 19,39) iiss ia owe) ' | | 16 RIS S) 3 M625 %) as Tota 916 28(5,00 7) oe ae 4 28(2,73 7) Tabel 6. Kandungan bakteri dari air dan daging Tiram dari Teluk Banten (Pebruari 1975). Karangantu Jenis i Coliform MPN/100 ml Coliform Ecoli Air dari Pulau Lima. . 170 LY: Seperti distas dekat kapal rusak 46 . Dekat sungai Cengklok 18.000 3 1800 Dokat sungai Karangantu 1.800 150 Dagiig Tiram Palaw Lima 1s 0 | Daging Tiram dekat 16.000 | 350 kapal rusak | Daging Tira 540.0 +

Anda mungkin juga menyukai