TENTANG
BUPATI SAMPANG,
dan
BUPATI SAMPANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
6. Pedagang kaki lima, yang selanjutnya dapat disingkat PKL adalah pedagang
kreatif yang menjalankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu tertentu
dengan mempergunakan sarana atau perlengkapan bangunan milik
pemerintah daerah, yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang dan
mempergunakan fasilitas umum sebagai tempat usahanya;
7. pihak ketiga adalah instansi atau badan usaha dan atau perseorangan yang
berada diluar organisasi pemerintah daerah, antara lain : pemerintah pusat,
pemerintah daerah lainnya, badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, usaha koperasi, swasta nasional dan atau swasta asing yang tunduk
pada hukum indonesia;
8. lahan fasilitas umum adalah lahan yang dipergunakan untuk fasilitas umum
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
9. identitas pedagang kaki lima adalah surat atau tanda pengenal yang
dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk sebagai tanda bukti identitas diri
pedagang kaki lima di lokasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah;
10. alat peraga pedagang kaki lima adalah alat atau perlengkapan yang
dipergunakan oleh pedagang kaki lima untuk menaruh barang yang
diperdagangkan yang mudah dipindahkan dan dibongkar pasang misalnya
gerobak dengan dilengkapi roda;
11. lokasi pedagang kaki lima adalah tempat untuk menjalankan usaha pedagang
kaki lima yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang berada di lahan
fasilitas umum yang dikuasai oleh pemerintah daerah;
12. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah,
13. Kelurahan/Desa adalah wilayah kerja Lurah/desa sebagai Perangkat Daerah
di bawah Kecamatan.
14. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di
lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB II
RUANG LINGKUP, AZAS DAN TUJUAN
Pasal 2.....
-6-
Pasal 2
(1) Ruang Lingkup penataan pedagang kaki lima meliputi lokasi yang telah
ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten Sampang.
(2) Penyelenggaraan Penataan pedagang kaki lima, dilaksanakan berdasar azas :
a. Kemanusiaan;
b. Keadilan;
c. Kesamaan kedudukan;
d. Kemitraan;
e. Ketertiban dan Kepastian Hukum;
f. Kelestarian lingkungan;
g. Kejujuran usaha; dan
h. Persaingan sehat (fairness).
(3) Penataan dan Pemberdayaan pedagang kaki lima bertujuan untuk :
a. Memberikan perlindungan kepada Usaha Mikro, Kecil Menengah dan
Koperasi
b. Memberdayakan Pengusaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi pada
umumnya, agar mampu berkembang, bersaing, tangguh, maju, mandiri,
dan dapat meningkatkan kesejahteraannya; .
c. Mengatur dan menata keberadaan usaha bagi pedagang kaki lima di suatu
wilayah tertentu agar usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yang
telah ada dan memiliki nilai historis dan dapat menjadi asset pariwisata;
d. Menjamin terselenggaranya kemitraan antara pelaku usaha mikro, kecil,
menengah dan koperasi dengan pelaku usaha perorangan berdasarkan
prinsip kesamaan dan keadilan dalam menjalankan usaha di bidang
perdagangan;
e. Mendorong terciptanya partisipasi dan kemitraan publik serta swasta
dalam penyelenggaraan usaha di bidang usaha kreatif;
f. Mewujudkan sinergi yang saling memerlukan dan memperkuat serta saling
menguntungkan antara usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi agar
dapat tumbuh berkembang lebih cepat sebagai upaya terwujudnya tata
niaga dan pola distribusi Nasional yang mantap, lancar, efisien dan
berkelanjutan;
g. Menciptakan kesesuaian dan keserasian lingkungan berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah.
-7-
BAB II
PENATAAN TEMPAT USAHA
Pasal 3
(1) Kegiatan usaha pedagang kaki lima dapat dilakukan di lokasi yang telah
ditentukan
(2) Kepala daerah berwenang untuk menetapkan, memindahkan dan menghapus
lokasi pedagang kaki lima.
(3) Penetapan, pemindahan dan penghapusan lokasi pedagang kaki lima
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan memperhatikan
kepentingan sosial, ekonomi, ketertiban dan kebersihan lingkungan
disekitarnya dan dikonsultasikan dengan DPRD.
(4) Kepala daerah berwenang melarang penggunaan lahan fasilitas umum tertentu
untuk tempat usaha pedagang kaki lima atau sebagai lokasi pedagang kaki
lima.
(5) Setiap orang dilarang melakukan transaksi perdagangan dengan pedagang
kaki lima pada fasilitas-fasilitas umum yang dilarang digunakan untuk tempat
usaha atau lokasi usaha pedagang kaki lima
Pasal 4
BAB III
PENDATAAN IDENTITAS PKL
Bagian Pertama
Pendaftaran dan Persyaratan Mendapatkan Identitas
Pedagang Kaki Lima
Pasal 5
(1) Setiap orang yang melakukan usaha pedagang kaki lima pada fasilitas umum
yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Sampang harus memiliki identitas
diri pedagang kaki lima yang dikeluarkan kepala daerah atau pejabat yang
ditunjuk.
(2) Untuk memperoleh identitas pedagang kaki lima sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang bersangkutan harus mengajukan pendaftaran dan permohonan
secara tertulis kepada kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2), harus dilampiri dengan :
a. Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kabupaten Sampang;
b. surat pernyataan yang berisi:
1) tidak akan memperdagangkan barang ilegal;
2) tidak akan membuat bangunan permanen/semi permanen di lokasi
tempat usaha;
3) mengosongkan/mengembalikan/menyerahkan lokasi pedagang kaki
lima kepada pemerintah daerah apabila lokasi dimaksud sewaktu-
waktu dibutuhkan oleh pemerintah daerah, tanpa syarat apapun;
4) tata cara permohonan dan pemberian identitas pedagang kaki lima
ditetapkan sesuai spo (standart prosedur operasional) yang sudah
ditetapkan;
5) jangka waktu identitas pedagang kaki lima sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah 1 (satu) tahun dan dapat dihentikan dan
diperpanjang;
-9-
Bagian Kedua
Pasal 6
Pasal 7
Bagian Ketiga
PENCABUTAN DAN TIDAK BERLAKUNYA
IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA
Pasal 8
Identitas pedagang kaki lima dapat dicabut dan tidak berlaku apabila :
a. identitas pedagang kaki lima palsu atau dipalsukan baik sebagian maupun
seluruhnya;
b. tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 6;
c. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7;
d. lokasi akan digunakan oleh pemerintah daerah;
e. jangka waktu identitas pedagang kaki lima telah berakhir.
f. pemegang identitas pedagang kaki lima tersebut meninggal dunia;
g. pemegang identitas pedagang kaki lima tersebut tidak melakukan kegiatan
usaha lagi; selama 2 bulan
h. atas permintaan secara tertulis dari pemegang identitas pedagang kaki lima ;
i. pemegang identitas pedagang kaki lima tersebut pindah lokasi.
BAB IV
PEMBERDAYAAN DAN KERJASAMA
Pasal 9
(3) Ketentuan kerja sama penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima
dengan pihak ketiga dapat dilakukan dalam jangka waktu, 1 tahun, dan dapat
diperpanjang
(4) Kerjasama sesuai ayat (2) dan (3) dapat berupa penentuan lokasi baru
pedagang kaki lima atau hal lain yang dianggap perlu.
(5) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pejabat
yang ditunjuk dengan memperhatikan pertimbangan dari instansi terkait dan
aspirasi masyarakat sekitar lokasi usaha pedagang kaki lima.
Pasal 10
(1) Dalam rangka ikut berpartisipasi pada pembangunan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah , maka para pedagang kaki lima dapat memberikan kontribusi
dalam bentuk sumbangan pihak ketiga kepada Pemerintah Daerah dan/atau melalui
program Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility).
(2) Tata cara, mekanisme dan besaran kontribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur dalam perjanjian tertulis antara asosiasi pedagang kaki lima bersama dengan
Pemerintah Daerah.
(3) Pelaksanaan program Tanggung Jawab Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan oleh asosiasi pedagang kaki lima yang dikoordinasikan dan disinergikan
dengan Pemerintah Daerah.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
BAB VI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 14.....
- 13 -
Pasal 14
Jika ada pelanggaran terhadap ketentuan pasal 6 dan pasal 7 huruf a, huruf b,
huruf d, huruf e dan huruf f , maka kepala daerah berwenang memberikan
peringatan-peringatan dan atau membongkar sarana usaha dan atau
mengeluarkan barang dagangan yang dipergunakan untuk usaha pedagang kaki
lima dari fasilitas umum yang dikuasai oleh pemerintah daerah/lokasi pedagang
kaki lima.
BAB VII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 15
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 7 huruf c dalam Peraturan
Daerah ini diancam dengan Pidana Kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan
atau denda paling banyak Rp.5.000.000.- (lima juta rupiah).
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah pelanggaran
BAB VIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 16
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17
Identitas PKL yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini,
dinyatakan tetap berlaku dan dalam waktu 1 (satu) tahun harus menyesuaikan
dengan Peraturan Daerah ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Bupati, selambat -
lambatnya 6 (enam) bulan
Pasal 19.....
- 15 -
Pasal 19
Ditetapkan di : Sampang
pada tanggal : 27 MEI 2013
BUPATI SAMPANG,
A.FANNAN HASIB
Diundangkan di : Sampang
Pada tanggal : 12 Juli 2013
ATAS
TENTANG
I. UMUM
Oleh karena itu untuk mencapai maksud diatas, Pemerintah daerah perlu
menata dan memberdayakan Pedagang kaki lima sebagai warga masyarakat
Kabupaten Sampang yang melakukan usaha perdagangan di sektor informal
sebagai Pedagang kaki lima yang perlu mendapatkan pemberdayaan dari
Pemerintah Daerah.
Pasal 1
cukup jelas
Pasal 2
cukup jelas
Pasal 3
ayat (4)
yang dimaksud Fasilitas umum adalah Jalan dan trotoar
yang dapat mengganggu lalu lintas
-2-
Pasal 4
ayat (2)
untuk lokasi PEDAGANG KAKI LIMA daerah perkotaan , pejabat
yang ditunjuk adalah Kepala Dinas UKM dan Koperasi, sedang
lokasi PEDAGANG KAKI LIMA di luar perkotaan pejabat yang
ditunjuk adalah Kecamatan.
Pasal 5
cukup jelas
Pasal 6
Ketentuan pada pasal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga kebersihan,
keindahan, ketertiban dan kesehatan lingkungan tempat usaha.
Pasal 7
Bangunan Permanen adalah bangunan yang konstruksinya terdiri dari
pasangan batu, beton, baja dan umur bangunan dinyatakan lebih dari
atau sama dengan 15 tahun.
Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang konstruksinya terbuat
dari kayu dan umur bangunan dinyatakan kurang dari 15 tahun tetapi
lebih dari atau sama dengan 5 tahun.
Pasal 8
cukup jelas
Pasal 9
cukup jelas
Pasal 10
cukup jelas
-3-
Pasal 11
cukup jelas
Pasal 12
cukup jelas
Pasal 13
cukup jelas
Pasal 14
cukup jelas
Pasal 15
cukup jelas
Pasal 16
cukup jelas
Pasal 17
cukup jelas
Pasal 18
cukup jelas
Pasal 19
cukup jelas