Anda di halaman 1dari 18

BUPATI SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG


NOMOR : 5 TAHUN 2013

TENTANG

PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMPANG,

Menimbang : a. bahwa peningkatan jumlah Pedagang kaki lima di Daerah telah


berdampak pada terganggunya kelancaran lalu lintas, estetika
dan kebersihan kota serta fungsi prasarana lingkungan Kota;
b.bahwa kegiatan Pedagang kaki lima yang merupakan usaha
perdagangan sektor informal perlu ditata dan diberdayakan
guna menunjang pertumbuhan perekonomian masyarakat dan
sekaligus sebagai salah satu pilihan dalam penyediaan barang
dagangan dibutuhkan oleh masyarakat dengan harga yang
relatif terjangkau;
c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, maka
dalam rangka penataan dan pemberdayaan Pedagang kaki lima
dan sekaligus untuk mewujudkan Kota yang tertib, bersih,
sehat, rapi dan indah maka perlu meninjau dan mengatur
kembali ketentuan-ketentuan sebelumnya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b dan
huruf c tersebut diatas perlu menetapkan Peraturan Daerah
tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
-2-

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah-Daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur;
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730 );
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur;
4. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Monopoli
Dan Persaingan Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3817);
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
42, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
9. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang Pemberdayaan
Usaha Kecil Mikro, dan Menengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4866);
-3-

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 49
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3689);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3718);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan
dan Pengembangan Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3743);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
15. Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
16. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Perdagangan, Menteri
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Menteri Dalam
Negeri Nomor 500-738.A/2010, Nomor 1320.1/M-DAG/MOU/IX/
2010 DAN NOMOR 12.1/NKB/M.KUKM/IX/2010 Tentang Sinergi
Program Pengembangan Ekonomi Dan Penataan Lingkungan
Perkotaan Melalui Penguatan Sektor Usaha Mikro;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 5 tahun 2009
tentang pemberdayaan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Sampang Tahun 2009
Nomor 5);
-4-

19. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 4 Tahun 2012


tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kabupaten
Daerah Sampang Tahun 2012 Seri 4);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN SAMPANG

dan

BUPATI SAMPANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENATAAN DAN


PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Sampang;
2. Pemerintah Daerah, adalah Pemerintah Kabupaten Sampang
3. Kepala Daerah, adalah Bupati Sampang;
4. Pejabat yang ditunjuk, adalah Kepala Dinas Koperasi , Usaha Kecil, Mikro dan
Menengah Kabupaten Sampang berwenang dalam pembinaan Pedagang kaki
lima sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
5. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja adalah Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Sampang;
-5-

6. Pedagang kaki lima, yang selanjutnya dapat disingkat PKL adalah pedagang
kreatif yang menjalankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu tertentu
dengan mempergunakan sarana atau perlengkapan bangunan milik
pemerintah daerah, yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang dan
mempergunakan fasilitas umum sebagai tempat usahanya;
7. pihak ketiga adalah instansi atau badan usaha dan atau perseorangan yang
berada diluar organisasi pemerintah daerah, antara lain : pemerintah pusat,
pemerintah daerah lainnya, badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, usaha koperasi, swasta nasional dan atau swasta asing yang tunduk
pada hukum indonesia;
8. lahan fasilitas umum adalah lahan yang dipergunakan untuk fasilitas umum
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
9. identitas pedagang kaki lima adalah surat atau tanda pengenal yang
dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk sebagai tanda bukti identitas diri
pedagang kaki lima di lokasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah;
10. alat peraga pedagang kaki lima adalah alat atau perlengkapan yang
dipergunakan oleh pedagang kaki lima untuk menaruh barang yang
diperdagangkan yang mudah dipindahkan dan dibongkar pasang misalnya
gerobak dengan dilengkapi roda;
11. lokasi pedagang kaki lima adalah tempat untuk menjalankan usaha pedagang
kaki lima yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang berada di lahan
fasilitas umum yang dikuasai oleh pemerintah daerah;
12. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah,
13. Kelurahan/Desa adalah wilayah kerja Lurah/desa sebagai Perangkat Daerah
di bawah Kecamatan.
14. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di
lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB II
RUANG LINGKUP, AZAS DAN TUJUAN

Pasal 2.....
-6-

Pasal 2

(1) Ruang Lingkup penataan pedagang kaki lima meliputi lokasi yang telah
ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten Sampang.
(2) Penyelenggaraan Penataan pedagang kaki lima, dilaksanakan berdasar azas :
a. Kemanusiaan;
b. Keadilan;
c. Kesamaan kedudukan;
d. Kemitraan;
e. Ketertiban dan Kepastian Hukum;
f. Kelestarian lingkungan;
g. Kejujuran usaha; dan
h. Persaingan sehat (fairness).
(3) Penataan dan Pemberdayaan pedagang kaki lima bertujuan untuk :
a. Memberikan perlindungan kepada Usaha Mikro, Kecil Menengah dan
Koperasi
b. Memberdayakan Pengusaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi pada
umumnya, agar mampu berkembang, bersaing, tangguh, maju, mandiri,
dan dapat meningkatkan kesejahteraannya; .
c. Mengatur dan menata keberadaan usaha bagi pedagang kaki lima di suatu
wilayah tertentu agar usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yang
telah ada dan memiliki nilai historis dan dapat menjadi asset pariwisata;
d. Menjamin terselenggaranya kemitraan antara pelaku usaha mikro, kecil,
menengah dan koperasi dengan pelaku usaha perorangan berdasarkan
prinsip kesamaan dan keadilan dalam menjalankan usaha di bidang
perdagangan;
e. Mendorong terciptanya partisipasi dan kemitraan publik serta swasta
dalam penyelenggaraan usaha di bidang usaha kreatif;
f. Mewujudkan sinergi yang saling memerlukan dan memperkuat serta saling
menguntungkan antara usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi agar
dapat tumbuh berkembang lebih cepat sebagai upaya terwujudnya tata
niaga dan pola distribusi Nasional yang mantap, lancar, efisien dan
berkelanjutan;
g. Menciptakan kesesuaian dan keserasian lingkungan berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah.
-7-

BAB II
PENATAAN TEMPAT USAHA

Pasal 3

(1) Kegiatan usaha pedagang kaki lima dapat dilakukan di lokasi yang telah
ditentukan
(2) Kepala daerah berwenang untuk menetapkan, memindahkan dan menghapus
lokasi pedagang kaki lima.
(3) Penetapan, pemindahan dan penghapusan lokasi pedagang kaki lima
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan memperhatikan
kepentingan sosial, ekonomi, ketertiban dan kebersihan lingkungan
disekitarnya dan dikonsultasikan dengan DPRD.
(4) Kepala daerah berwenang melarang penggunaan lahan fasilitas umum tertentu
untuk tempat usaha pedagang kaki lima atau sebagai lokasi pedagang kaki
lima.
(5) Setiap orang dilarang melakukan transaksi perdagangan dengan pedagang
kaki lima pada fasilitas-fasilitas umum yang dilarang digunakan untuk tempat
usaha atau lokasi usaha pedagang kaki lima

Pasal 4

(1) Bupati melakukan penataan PKL dengan cara


a. menetapkan dan mengatur waktu kegiatan usaha pedagang kaki lima;
b. menetapkan dan mengatur jumlah pedagang kaki lima pada setiap lokasi
pedagang kaki lima;
c. menetapkan jenis barang yang diperdagangkan;
d. mengatur alat peraga pedagang kaki lima.
e. menetapkan Tim Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima.
(2) Pengaturan dan penetapan waktu kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1)
ditentukan dengan Peraturan Kepala Daerah.
(3) Bupati melakukan penataan PKL dengan cara :
a. pendataan PKL
b. pendaftaran PKL
-8-

c. penetapan lokasi PKL


d. pemindahan dan penghapusan lokasi PKL
e. peremajaan lokasi PKL.

BAB III
PENDATAAN IDENTITAS PKL

Bagian Pertama
Pendaftaran dan Persyaratan Mendapatkan Identitas
Pedagang Kaki Lima

Pasal 5

(1) Setiap orang yang melakukan usaha pedagang kaki lima pada fasilitas umum
yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Sampang harus memiliki identitas
diri pedagang kaki lima yang dikeluarkan kepala daerah atau pejabat yang
ditunjuk.
(2) Untuk memperoleh identitas pedagang kaki lima sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang bersangkutan harus mengajukan pendaftaran dan permohonan
secara tertulis kepada kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2), harus dilampiri dengan :
a. Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kabupaten Sampang;
b. surat pernyataan yang berisi:
1) tidak akan memperdagangkan barang ilegal;
2) tidak akan membuat bangunan permanen/semi permanen di lokasi
tempat usaha;
3) mengosongkan/mengembalikan/menyerahkan lokasi pedagang kaki
lima kepada pemerintah daerah apabila lokasi dimaksud sewaktu-
waktu dibutuhkan oleh pemerintah daerah, tanpa syarat apapun;
4) tata cara permohonan dan pemberian identitas pedagang kaki lima
ditetapkan sesuai spo (standart prosedur operasional) yang sudah
ditetapkan;
5) jangka waktu identitas pedagang kaki lima sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah 1 (satu) tahun dan dapat dihentikan dan
diperpanjang;
-9-

Bagian Kedua

Kewajiban Dan Larangan Pemegang Indentitas


Pedagang Kaki Lima

Pasal 6

Untuk menjalankan kegiatan usahanya, pemegang identitas pedagang kaki lima


diwajibkan :
a. memelihara kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan dan kesehatan
lingkungan tempat usaha;
b. menempatkan sarana usaha dan menata barang dagangan dengan tertib dan
teratur;
c. menempati sendiri tempat usaha sesuai identitas pedagang kaki lima yang
dimilikinya;
d. mengosongkan tempat usaha apabila pemerintah daerah mempunyai
kebijakan lain atas lokasi tempat usaha tanpa meminta ganti kerugian;
e. mematuhi ketentuan penggunaan lokasi pedagang kaki lima dan ketentuan
usaha pedagang kaki lima yang ditetapkan oleh kepala daerah;

Pasal 7

Untuk menjalankan kegiatan usahanya, pemegang identitas pedagang kaki lima


dilarang :
a. mendirikan bangunan permanen/semi permanen di lokasi pedagang kaki lima;
b. mempergunakan tempat usaha sebagai tempat tinggal;
c. menjual barang dagangan yang dilarang untuk diperjualbelikan;
d. melakukan kegiatan usaha di lokasi pedagang kaki lima selain yang telah
dinyatakan dalam identitas pedagang kaki lima
e. mengalihkan identitas pedagang kaki lima kepada pihak lain dalam bentuk
apapun.
f. melakukan transaksi perdagangan dengan pedagang kaki lima pada fasilitas-
fasilitas umum yang dilarang digunakan untuk tempat usaha atau lokasi
usaha pedagang kaki lima.
- 10 -

Bagian Ketiga
PENCABUTAN DAN TIDAK BERLAKUNYA
IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA

Pasal 8

Identitas pedagang kaki lima dapat dicabut dan tidak berlaku apabila :
a. identitas pedagang kaki lima palsu atau dipalsukan baik sebagian maupun
seluruhnya;
b. tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 6;
c. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7;
d. lokasi akan digunakan oleh pemerintah daerah;
e. jangka waktu identitas pedagang kaki lima telah berakhir.
f. pemegang identitas pedagang kaki lima tersebut meninggal dunia;
g. pemegang identitas pedagang kaki lima tersebut tidak melakukan kegiatan
usaha lagi; selama 2 bulan
h. atas permintaan secara tertulis dari pemegang identitas pedagang kaki lima ;
i. pemegang identitas pedagang kaki lima tersebut pindah lokasi.

BAB IV
PEMBERDAYAAN DAN KERJASAMA

Pasal 9

(1) Bupati melakukan pemberdayaan pedagang kaki lima melalui :


a. peningkatan kemampuan berusaha
b. fasilitasi akses permodalan
c. fasilitasi sarana dagang
d. penguatan kelembagaan
e. fasilitasi peningkatan produksi
f. pengolahan, pengembangan, jaringan dan promosi
g. pembinaan dan bimbingan teknis
(2) Kepala daerah dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka
penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima.
(3) ketentuan.....
- 11 -

(3) Ketentuan kerja sama penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima
dengan pihak ketiga dapat dilakukan dalam jangka waktu, 1 tahun, dan dapat
diperpanjang
(4) Kerjasama sesuai ayat (2) dan (3) dapat berupa penentuan lokasi baru
pedagang kaki lima atau hal lain yang dianggap perlu.
(5) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pejabat
yang ditunjuk dengan memperhatikan pertimbangan dari instansi terkait dan
aspirasi masyarakat sekitar lokasi usaha pedagang kaki lima.

Pasal 10

(1) Dalam rangka ikut berpartisipasi pada pembangunan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah , maka para pedagang kaki lima dapat memberikan kontribusi
dalam bentuk sumbangan pihak ketiga kepada Pemerintah Daerah dan/atau melalui
program Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility).
(2) Tata cara, mekanisme dan besaran kontribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur dalam perjanjian tertulis antara asosiasi pedagang kaki lima bersama dengan
Pemerintah Daerah.
(3) Pelaksanaan program Tanggung Jawab Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan oleh asosiasi pedagang kaki lima yang dikoordinasikan dan disinergikan
dengan Pemerintah Daerah.

BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 11

(1) Bupati berwenang melakukan pengawasan atas pelaksanaan dan ketentuan


dalam kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL di wilayah Kabupaten
Sampang
(2) Pembinaan PKL oleh Bupati dapat dilakukan dengan cara:
a. koordinasi dengan Gubernur
b. pendataan PKL
c. sosialisasi kebijakan tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL
d. perencanaan dan penetapan lokasi binaan PKL
- 12 -

e. koordinasi dan konsultasi pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL


f. bimbingan teknis, pelatihan, supervisi kepada PKL
g. mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat dalam
penataan dan pemberdayaan PKL
h. monitoring dan evaluasi
(2) Kantor Kesatuan Polisi Pamong Praja atau instansi lain yang mempunyai tugas
untuk menegakkan Peraturan Daerah berwenang melaksanakan penertiban
atas pelanggaran Peraturan Daerah ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Ketentuan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan (2)
ditetapkan lebih lanjut oleh Peraturan Kepala Daerah

Pasal 12

(1) Kegiatan pengawasan terhadap pedagang kaki lima diselenggarakan dalam


bentuk pelaporan, pemantauan, dan evaluasi terhadap penerbitan identitas
serta pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan lokasi oleh instansi yang
ditunjuk.
(2) Pengendalian pedagang kaki lima meliputi penertiban jika pedagang kaki lima
yang tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
(3) Kegiatan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap pedagang
kaki lima, diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi berupa
pencabutan tanda identitas pedagang kaki lima jika ternyata tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini.

Pasal 13

(1) Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan serta pengoperasian lokasi


pedagang kaki lima dilakukan oleh Lembaga Teknis atau Dinas yang ditunjuk
(2) Pengendalian usaha pedagang kaki lima dan penggunaan lokasi usaha
dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk

BAB VI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 14.....
- 13 -

Pasal 14

Jika ada pelanggaran terhadap ketentuan pasal 6 dan pasal 7 huruf a, huruf b,
huruf d, huruf e dan huruf f , maka kepala daerah berwenang memberikan
peringatan-peringatan dan atau membongkar sarana usaha dan atau
mengeluarkan barang dagangan yang dipergunakan untuk usaha pedagang kaki
lima dari fasilitas umum yang dikuasai oleh pemerintah daerah/lokasi pedagang
kaki lima.

BAB VII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 15

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 7 huruf c dalam Peraturan
Daerah ini diancam dengan Pidana Kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan
atau denda paling banyak Rp.5.000.000.- (lima juta rupiah).
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah pelanggaran

BAB VIII
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 16

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah berwenang


untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak
pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
- 14 -

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau


saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksa perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum
memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka, atau
keluarganya;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum,
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17

Identitas PKL yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini,
dinyatakan tetap berlaku dan dalam waktu 1 (satu) tahun harus menyesuaikan
dengan Peraturan Daerah ini.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Bupati, selambat -
lambatnya 6 (enam) bulan

Pasal 19.....
- 15 -

Pasal 19

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sampang.

Ditetapkan di : Sampang
pada tanggal : 27 MEI 2013

BUPATI SAMPANG,

A.FANNAN HASIB

Diundangkan di : Sampang
Pada tanggal : 12 Juli 2013

Pj. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMPANG

PUTHUT BUDI SANTOSO, SH.,MSi


Pembina Tingkat I
NIP. 19610114 198603 1 008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG TAHUN 2013 NOMOR : 5


PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG


NOMOR 5 TAHUN 2013

TENTANG

PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

I. UMUM

Dalam usaha meningkatkan citra Kabupaten Sampang sebagai kota bersih,


indah, tertib dan nyaman agar dapat memenuhi kepentingan Pemerintah
Daerah dan pedagang, serta melindungi masyarakat diperlukan Peraturan
Daerah tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang kaki lima.

Oleh karena itu untuk mencapai maksud diatas, Pemerintah daerah perlu
menata dan memberdayakan Pedagang kaki lima sebagai warga masyarakat
Kabupaten Sampang yang melakukan usaha perdagangan di sektor informal
sebagai Pedagang kaki lima yang perlu mendapatkan pemberdayaan dari
Pemerintah Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
cukup jelas

Pasal 2
cukup jelas

Pasal 3
ayat (4)
yang dimaksud Fasilitas umum adalah Jalan dan trotoar
yang dapat mengganggu lalu lintas
-2-

Pasal 4
ayat (2)
untuk lokasi PEDAGANG KAKI LIMA daerah perkotaan , pejabat
yang ditunjuk adalah Kepala Dinas UKM dan Koperasi, sedang
lokasi PEDAGANG KAKI LIMA di luar perkotaan pejabat yang
ditunjuk adalah Kecamatan.

Pasal 5
cukup jelas

Pasal 6
Ketentuan pada pasal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga kebersihan,
keindahan, ketertiban dan kesehatan lingkungan tempat usaha.

Pasal 7
Bangunan Permanen adalah bangunan yang konstruksinya terdiri dari
pasangan batu, beton, baja dan umur bangunan dinyatakan lebih dari
atau sama dengan 15 tahun.
Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang konstruksinya terbuat
dari kayu dan umur bangunan dinyatakan kurang dari 15 tahun tetapi
lebih dari atau sama dengan 5 tahun.

Pasal 8
cukup jelas

Pasal 9
cukup jelas

Pasal 10
cukup jelas
-3-

Pasal 11
cukup jelas

Pasal 12
cukup jelas

Pasal 13
cukup jelas

Pasal 14
cukup jelas

Pasal 15
cukup jelas

Pasal 16
cukup jelas

Pasal 17
cukup jelas

Pasal 18
cukup jelas

Pasal 19
cukup jelas

Anda mungkin juga menyukai