Anda di halaman 1dari 220

LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT

Oleh:

Muhammad Azizi Dirgantara 26050119130041 Oseanografi B

Koordinator Praktikum:

Dr. Kunarso, S.T., M.Si.


NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :

Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054


Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118120030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Saya ucapkan syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan saya
nikmat yang berlimpah, dan atas izin-Nya saya dapat menyelesaikan laporan praktikum arus laut
ini. Saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada teman-teman, keluarga dan
semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini saya buat dengan sepenuh hati tentang praktikum arus laut. Saya harap hasil
dari laporan ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat kepada para pembaca khususnya saya
sendiri. Saya juga berharap pembaca dapat mendapatkan pemahaman yang lebih dalam lagi
setelah membaca laporan arus laut ini.
Saya sadar masih banyak kekurangan yang terdapat pada laporan ini. Untuk itu, penulis
meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang ada. Maka dari itu, penulis
mengharapkan saran, kritik dan koreksi yang membangun agar kelak penulis mampu
menyempurnakan penulisan pada kesempatan yang akan datang. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pembaca yang telah menyempatkan waktunya untuk
membaca laporan arus laut ini, semoga ilmu yang telah saya dapat mampu bermanfaat bagi
penulis dan pembaca dan lebih dari itu untuk bangsa dan negara.

Jakarta, 10 Juni 2021

M Azizi Dirgantara Buana Nata


26050119130041
Lembar Pengesahan
Modul 1 : Arus Ekman

No Keterangan Nilai
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar pustaka
Total 77

Semarang, 18 Maret 2021


Asisten Praktikan

Ezikri Yasra M Azizi Dirgantara Buana Nata


NIM. 26050118140114 NIM. 26050119130041

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002
Lembar Pengesahan
Modul 2 : Upwelling

No Keterangan Nilai
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar pustaka
Total 85

Semarang, 24 Maret 2021


Asisten Praktikan

Elsa Mayora J.P. M Azizi Dirgantara Buana Nata


NIM. 26050118120011 NIM. 26050119130041

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002
Lembar Pengesahan
Modul 3 : Arus Permukaan

No Keterangan Nilai
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar pustaka

Total 84

Semarang, 8 April 2021

Asisten Praktikan

Audria Izza Nadira M Azizi Dirgantara Buana Nata


NIM. 26050118120021 NIM. 26050119130041
Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002
Lembar Pengesahan
Modul 4 : Arus Geostropik

No Keterangan Nilai

1 Pendahuluan

2 Tinjauan Pustaka

3 Materi Metode

4 Hasil

5 Pembahasan

6 Penutup

7 Daftar pustaka

Total 82

Semarang, 22 April 2021

Asisten Praktikan

Salsabila Rahidah M. Azizi Dirgantara Buana Nata


NIM. 26050118140070 NIM. 26050119130041

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002
Lembar Pengesahan
Modul 5 : Arus Densitas

No Keterangan Nilai
1 Pendahuluan

2 Tinjauan Pustaka

3 Materi Metode

4 Hasil
5 Pembahasan

6 Penutup

7 Daftar pustaka

Total 88

Semarang, 22 April 2021

Asisten Praktikan

Aryobimo Bharadian Ariputro M Azizi Dirgantara Buana Nata

NIM. 26050118130054 NIM. 26050119130041

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002
Lembar Pengesahan
Modul 6 : Arus Pasang Surut

No Keterangan Nilai
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar pustaka
Total 89

Semarang, 7 Mei 2021

Asisten Praktikan

Yustinus Wijanarko M Azizi Dirgantara Buana Nata


NIM. 26050118140103 NIM. 26050119130041

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002
Lembar Pengesahan
Modul 7 : Longshore Curent

No Keterangan Nilai

1 Pendahuluan

2 Tinjauan Pustaka

3 Materi Metode

4 Hasil

5 Pembahasan

6 Penutup

7 Daftar pustaka

Total 80

Semarang, 2 Juni 2021

Asisten Praktikan

Rofiatul Mutmainah M Azizi Dirgantara Buana Nata


NIM. 26050118130030 NIM. 26050119130041

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002
LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT
MODUL 1
ARUS EKMAN

Oleh:

M Azizi Dirgantara 26050119130041 Oseanografi B

Koordinator Praktikum:

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :

Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054


Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118130030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan
perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari
beberapa gaya yang bekerja dan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Contoh gerakan itu
seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan
itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mengarah ke kiri di belahan bumi selatan.
Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan
bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus
dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral ekman. Menurut letaknya
arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak
dipermukaan laut. Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut.
Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga
angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari kecepatan angin itu
sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman
perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter. Oleh karena
dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti arah angin yang ada. Selain
pergerakan arah arus mendatar, angin dapat menimbulkan arus air vertikal yang dikenal dengan
upwelling dan downwelling di daerah-daerah tertentu. Proses upwelling adalah suatu proses
massa air yang didorong keatas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter. Angin
yang mendorong lapisan air permukaan mengakibatkan kekosongan di bagian atas,
akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan yang berada di atas.
Oleh karena air yang dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka
kandugan oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu air permukaan
lainnya.
Arus ekman adalah arus yang terjadi pada lapisan permukaan air laut yang ditimbulkan oleh
pergerakan angin. Angin yang bertiup permukaan laut kurang lebih sejajar dengan pantai dapat
menimbulkan transport massa atau volume yang dikenal dengan transport Ekman yang arahnya
tegak lurus kekanan dari arah angin di BBU (bagian bumi utara) dan kekiri di BBS (bagian bumi
selatan). Gaya gesekan molekul dari massa air membuat lapisan dalam dibelokkan oleh lapisan
atasnya sampai pada kedalaman tertentu dimana gaya gesekan molekul ini tidak berpengaruh lagi.
Besarnya pengaruh arus terhadap kehidupan yang ada di lautan itu sendiri, maka perlu dilakukan
praktikum tentang arus ekman ini. Dinamika kelautan arus laut mempunyai peranan penting
dalam system ekologi laut, pemanfaatan laut sebagai sarana transportasi dan usaha
penanggulangan pencemaran laut. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah
angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya Coriolis dan arus Ekman, topografi
dasar laut, arus permukaan, upwelling ,downwelling. Sehingga arus Ekman merupakan fenomena
laut yang sangat penting dikaji untuk membantu dalam menyiapkan hasil maksimal pemanfaat
laut.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Menghitung dan menganalisa arus yang dipengaruhi oleh gesekan baik di permukaan
maupun di dasar laut.
2. Menghitung dan menganalisa secara kuantitatif arus upwelling
3. Menganalisa grafik kecepatan arus Ekman terhadap kedalaman di permukaan dan dasar
laut.

1.3. Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa mampu menganalisa arus yang dipengaruhi oleh gesekan
2. Mahasiswa mampu menghitung dan menganalisa arus upwelling
3. Mahasiswa mampu menganalisa grafik arus Ekman
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Arus Ekman


Arus Ekman adalah pergerakan massa air secara vertical dan horizontal sehingga menuju
keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus
juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan
densitas atau pergerakan gelombang panjang. Gesekan yang terjadi di lapisan permukaan dan
lapisan di dekat dasar laut disebut dengan arus Ekman. Arus Ekman terjadi karena dari pengaruh
angin. Dalam teori Ekman, arus permukaan air laut tidak searah dengan arah angin permukaan
laut (Segar, 2012).
Arus ekman adalah arus yang terjadi pada lapisan permukaan air laut yang ditimbulkan oleh
pergerakan angin. Arus ekman diambil dari nama seorang ilmuan yang bernama “Ekman”.
Ekman mendapatkan bahwa arah arus permukaan laut tidak searah dengan angin yang bergerak
dipermukaan laut itu sendiri (Gross, 1990).
Angin yang bertiup permukaan laut kurang lebih sejajar dengan pantai dapat menimbulkan
transport massa/volume yang dikenal dengan transport Ekman yang arahnya tegak lurus kekanan
dari arah angin di BBU (bagian bumi utara) dan ke kiri di BBS (bagian bumi selatan)(Helmi,
2015).
Faktor-faktor penyebab arus ekman menurut Segar (2012) adalah:
a. Gaya Coriollis : Gaya Corriolis memengaruhi aliran massa air, di mana gaya ini akan
membelokkan arah mereka dari arah yang lurus dan mengakibatkan timbulnya perubahan –
perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan semakin dalamnya
kedalaman suatu perairan.
b. Perbedaan Densitas serta upwelling : Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran
massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah tropik.
c. Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau – pulau di sekitarnya : Beberapa system lautan
utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tigasisidan pula oleharus equatorial counter di
sisi yang keempat.

2.2. Spiral Ekman


Ekman spiral merujuk ke struktur arus atau angin di dekat garis batas horizontal yang arah
alirannya berputar dan bergerak menjauh. Istilah Ekman Spiral ini berasal dari seorang
ilmuwan kelautan Swedia yang bernama Vagn Walfrid Ekman. Defleksi dari arus permukaan
pertama kali ditemukan oleh ilmuwan oseanografi Norwegia yang bernama Fridtjof Nansen
ketika berlangsungnya ekspedisi Fram (1893-1896). Efek dari Ekman Spiral ini adalah
akibat efek Coriolis yang menyebabkan benda dipaksa bergerak ke kanan pada belahan bumi
utara dan ke arah kiri pada belahan bumi selatan. Dengan demikian ketika angin berhembus pada
permukaan laut di belahan bumi utara, arus permukaan bergerak ke arah kanan dari arah angina
(Azis, 2006).
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokan arah angin
dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada porosnya. Gaya
Coriolis ini yang membelokan arus dibagian bumi utara ke kanan dan dibagian bumi selatan ke
arah kiri. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arus yang disebabkan gaya
Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus yang relaif
cepat dilapisan permukaan dan arah pembelokannya menjadi lebih besar pada aliran arus yang
kecepatanya makin lambat dan mempunyai kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan
timbul suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-
lapisan perairan akan dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai Spiral Ekman, Arah arus
menyimpang 45°dari arah angin dan sudut penyimpangan. Bertambah dengan bertambahnya
kedalaman (Supangat, 2003).
Diagram yang di sebelah kanan menunjukkan gaya yang terkait dengan Ekman
spiral. Gaya yang bekerja di atas permukaan yang diberi warna merah (sebagai akibat adanya
hembusan angin di permukaan air), gaya Coriolis (di sudut kanan dari gaya yang bekerja di atas
permukaan air) berwarna kuning, dan resultan perpindahan (arus) berwarna merah jambu, yang
kemudian menjadi memberikan pengaruh pada lapisan di bawahnya, dan secara gradual
membentuk spiral secara bertahap searah jarum jam dengan gerakan ke arah bawah (Azis, 2006).

2.3. Mekanisme Terbentuknya Arus Ekman


Pengaruh gaya Coriolis, yaitu perputaran bumi dimana di BBS arah arus laut akan cenderung
di belokkan kea rah kiri dari arah angin, maka angin yang bergerak dari arah barat laut
menyebabkan terjadinya arus dan transport Ekman kearah kiri, yaitu timur laut daya di perairan
selatan Jawa. Kuatnya angin muson mengakibatkan meningkatnya transport Ekman,
percampuran vertical, dan tingginya bahang yang hilang akibat evaporasi sepanjang musim
panas, sehingga mengakibatkan pendinginan suhu permukaan laut (SPL). Arus Ekman juga
disebabkan oleh gesekan angin (wind friction). Secara teoritis transport Ekman mengarah 90° ke
kiri dari arah angin di BBS dan sebaliknya di BBU (Syafik, et. al., 2013).
2.4. Persamaan pada Arus Ekman
Menurut Loupatty (2013), variasi dari arus yang dibangkitkan oleh angin terhadap
kedalaman diterangkan secara teoritik oleh Ekman (1905) melalui persamaan matematis sebagai
berikut :
𝐴𝑧 𝜕 2 𝑢
= −𝑓𝑣
𝜌 𝜕𝑧 2
𝐴𝑧 𝜕 2 𝑣
= 𝑓𝑢
𝜌 𝜕𝑧 2

Dimana: Az = koefisien eddy arah vertikal;


ñ = densitas perairan;
u,v = komponen kecepatan horizontal;
f = gaya Coriolis
z = kedalaman perairan yang ditinjau.

a. Persamaan Ekman di Permukaan

(Stewart, 2000).
b. Persamaan Ekman di Dasar

(Stewart, 2000).
c. Persamaan Transpor Massa Ekman

(Stewart, 2000).
d. Persamaan Transpor Volume Ekman

(Stewart, 2000).
e. Persamaan Kecepatan Vertikal

(Stewart, 2000).
2.5. Penerapan Transpor Ekman dalam Fenomena Upwelling dan Downwelling
Stress angin umumnya memainkan peranan yang penting bagi gaya pembangkit arus. Angin
cenderung mendorong lapisan air yang ada di permukaan laut searah dengan arah gerak angin.
Namun karena adanya pergerakan bumi, arus tidak bergerak seutuhnya searah dengan angin. Arus
yang bergerak karena stress angin akan berbelok ke kanan ataupun kiri sejauh 45 0 . Pada bumi
bagian utara, arus akan berbelok menuju ke kanan sedangkan untuk bumi bagian selatan akan
berbelok menuju ke kiri. Semakin kedalam, kecepatan arus juga akan makin berkurang dan
arahnya akan berlawanan dengan arah arus yang berada di permukaan. Pada kedalaman tertentu,
nantinya kecepatan arus akan sama dengan nol yang disebut sebagai kedalaman ekman.
Perubahan arah dan kecepatan arus terhadap kedalaman ini menimbulkan adanya transpor massa
air yang arahnya tegak lurus ke kanan di belahan bumi utara dan ke kiri untuk belahan bumi
selatan. Transpor massa ekman inilah yang menyebabkan timbulnya upwelling ataupun
downwelling. Ketika massa air dibelokkan menuju kanan maupun kiri, akan terjadi kekosongan
massa di lapisan permukan dan akan diganti oleh massa air yang berada dibawahnya (Azis, 2006).
3. MATERI DAN METODE

3.1. Materi
Hari, tanggal : Sabtu, 13 Maret 2021
Waktu : 13.00-15.00 WIB
Tempat : Rumah

3.2. Metode
A. Kalkulasi Awal
1. Nilai Faktor Coriolis (f)
𝑓 = 2Ω ∙ sin Φ
2. Nilai Stress Angin
Ʈ = 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 ∙ 𝐶𝑑 ∙ 𝑊 2
3. Nilai Kecepatan Arus Permukaan
0.0127∙𝑊
a. 𝑉0 = 𝜙𝜋
√𝑠𝑖𝑛| |
180

b. 𝑉𝑂 = 0.03. 𝑊
4. Nilai Kedalaman Ekman
𝑊 2 ∙ 0.0000079
𝐷𝑒 =
𝑉0 ∙ |𝑓 |
5. Nilai Koefisien Viskositas Eddy
𝐷𝑒 2 ∙ |𝑓 |
𝐴𝑧 =
2𝜋 2

B. Nilai Arus Ekman Pada Kedalaman z


a. Mencari Ue
𝜋 𝜋 𝜋
𝑈𝑒 = 𝑉0 ∙ cos ( + 𝑧) ∙ 𝑒 (𝐷𝑒𝑧)
4 𝐷𝑒
b. Mencari Ve
𝜋 𝜋 𝜋
𝑉𝑒 = 𝑉0 ∙ sin ( + 𝑧) ∙ 𝑒 (𝐷𝑒𝑧)
4 𝐷𝑒
c. Mencari V

𝑉 = √𝑈𝑒 2 + 𝑉𝑒 2
d. Mencari alpha
𝑉𝑒
𝛼 = 𝑎𝑟𝑐 tan
𝑈𝑒
C. Nilai Arus Ekman di Lapisan Dasar
a. Mencari Ue
𝜋𝑧 𝜋𝑧
𝑈𝑒 = 𝑉 𝑔 ∙ [1 − 𝑒 [−𝐷𝑒] ∙ cos ]
𝐷𝑒
b. Mencari Ve
𝜋 𝜋
[− 𝑧]
𝑉𝑒 = 𝑈𝑔 ∙ [𝑒 𝐷𝑒 ∙ 𝑠𝑖𝑛 [ 𝑧]]
𝐷𝑒
c. Mencari alpha
𝑉𝑒
𝛼 = 𝑎𝑟𝑐 tan
𝑈𝑒
d. Mencari V

𝑉 = √𝑈𝑒 2 + 𝑉𝑒 2

D. Kalkulasi Akhir
1. Transpor Massa
Ʈ
Transpor Massa =
f
2. Transpor Volume
Ʈ
Transpor Volume =
ρair ∙ f
3. Kecepatan Vertikal
Transpor Volume
Kecepatan Vertikal =
L
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan Manual


Diketahui:
1. Lintang =45
2. Kecepatan Angin W=20+0,041
(W) = 20,041
3. Kecepatan Arus G Ug=8
4. udara=1.3
5. air=1020
6. Cd=0.0014
7. Rad = 0.0000729
8. Arah Angin = searah dengan sumbu Y
9. Kedalaman Total = 500
A. Kalkulasi awal
1. Faktor coriolis (f)
f=2Ωsin(Ф)
f=1,03x10^-4
2. Stress Angin
τ =udara. Cd. W2
τ= 0,731
3. Kecepatan Arus Permukaan (Vo)
a. VO=0.0127 . Wsin c π180
VO=0.303
b. VO=0.03. W
VO=0.601
4. Kedalaman Ekman (De)
De= W2. 0, 0000079VO. f
De=0.0102
5. Koefisien Ekman (Az)
Az= De2. f2. 2
Az= 0.170
B. Arus Ekman Pada Kedalaman z (sesuai nim) Z =
1. Ue
Ue=VO cos 4+Dez. eDez
Ue= 0.214

2. Ve
Ve=VO sin 4+Dez. eDez
Ve= 0.201
3. V
V= Ue2+Ve2
V= 0.293
4. α=arctan VeUe
α= 46.77
C. Arus Ekman di Lapisan Dasar
1. Ue
Ue=Ug Dez
Ue= 7.90
2. Ve
Ve=Ug e-Dez. sin Dez
Ve= 1.76
3. V
V= Ue2+Ve2
V= 8.09
4. α=arctan VeUe
α= 77.45
5. Transpor Massa, Transpor Volume, Kecepatan Vertikal
a. Transpor massa= f
Transpor massa= 7.09 x 10^3
b. Transpor Volume= air. f
Transpor Volume= 7.23 x 10^6
c. Kecepatan Vertikal= Transpor VolumeL
Kecepatan Vertikal= 4.82 x 10
4.2. Tabel
4.2.1. Tabel Kecepatan Arus Ekman di Lapisan Permukaan Terhadap Kedalaman
a. L=75 , W=10
z Ue Ve V Alfa
0 9.17E-02 9.17E-02 1.30E-01 45
-1 9.13E-02 7.90E-02 1.21E-01 49.12953908
-2 9.00E-02 6.72E-02 1.12E-01 53.25907817
-3 8.80E-02 5.63E-02 1.05E-01 57.38861725
-4 8.55E-02 4.64E-02 9.73E-02 61.51815633
-5 8.24E-02 3.73E-02 9.05E-02 65.64769541
-6 7.90E-02 2.91E-02 8.42E-02 69.7772345
-7 7.53E-02 2.17E-02 7.83E-02 73.90677358
-8 7.13E-02 1.51E-02 7.29E-02 78.03631266
-9 6.72E-02 9.25E-03 6.78E-02 82.16585175
-10 6.30E-02 4.08E-03 6.31E-02 86.29539083
-11 5.87E-02 -4.35E-04 5.87E-02 -89.57507009
-12 5.45E-02 -4.34E-03 5.46E-02 -85.44553101
-13 5.03E-02 -7.68E-03 5.08E-02 -81.31599192
-14 4.61E-02 -1.05E-02 4.73E-02 -77.18645284
-15 4.21E-02 -1.28E-02 4.40E-02 -73.05691376
-16 3.82E-02 -1.47E-02 4.10E-02 -68.92737467
-17 3.45E-02 -1.62E-02 3.81E-02 -64.79783559
-18 3.09E-02 -1.74E-02 3.55E-02 -60.66829651
-19 2.75E-02 -1.82E-02 3.30E-02 -56.53875743
-20 2.43E-02 -1.87E-02 3.07E-02 -52.40921834
-21 2.13E-02 -1.90E-02 2.86E-02 -48.27967926
-22 1.85E-02 -1.91E-02 2.66E-02 -44.15014018
-23 1.59E-02 -1.89E-02 2.47E-02 -40.02060109
-24 1.35E-02 -1.86E-02 2.30E-02 -35.89106201
-25 1.13E-02 -1.82E-02 2.14E-02 -31.76152293
-26 9.24E-03 -1.76E-02 1.99E-02 -27.63198385
-27 7.39E-03 -1.70E-02 1.85E-02 -23.50244476
-28 5.72E-03 -1.63E-02 1.72E-02 -19.37290568
-29 4.22E-03 -1.55E-02 1.60E-02 -15.2433666
-30 2.88E-03 -1.47E-02 1.49E-02 -11.11382751
-31 1.69E-03 -1.38E-02 1.39E-02 -6.984288432
-32 6.44E-04 -1.29E-02 1.29E-02 -2.854749349
-33 -2.68E-04 -1.20E-02 1.20E-02 1.274789734
-34 -1.05E-03 -1.11E-02 1.12E-02 5.404328817
-35 -1.72E-03 -1.03E-02 1.04E-02 9.5338679
-36 -2.29E-03 -9.41E-03 9.69E-03 13.66340698
-37 -2.75E-03 -8.58E-03 9.01E-03 17.79294607
-38 -3.13E-03 -7.78E-03 8.39E-03 21.92248515
-39 -3.43E-03 -7.01E-03 7.80E-03 26.05202423
-40 -3.65E-03 -6.28E-03 7.26E-03 30.18156331
-41 -3.81E-03 -5.58E-03 6.76E-03 34.3111024
-42 -3.91E-03 -4.92E-03 6.29E-03 38.44064148
-43 -3.96E-03 -4.31E-03 5.85E-03 42.57018056
-44 -3.96E-03 -3.73E-03 5.44E-03 46.69971965
-45 -3.93E-03 -3.20E-03 5.06E-03 50.82925873
-46 -3.86E-03 -2.71E-03 4.71E-03 54.95879781
-47 -3.76E-03 -2.25E-03 4.38E-03 59.08833689
-48 -3.64E-03 -1.84E-03 4.08E-03 63.21787598
-49 -3.50E-03 -1.46E-03 3.80E-03 67.34741506
-50.9 -3.20E-03 -8.46E-04 3.31E-03 75.19353932
b. L=75 , W=20
z Ue Ve V Alfa
0 1.83E-01 1.83E-01 2.59E-01 45
-1 1.83E-01 1.70E-01 2.50E-01 47.06899366
-2 1.82E-01 1.58E-01 2.41E-01 49.13798732
-3 1.81E-01 1.46E-01 2.32E-01 51.20698098
-4 1.80E-01 1.34E-01 2.24E-01 53.27597464
-5 1.78E-01 1.23E-01 2.16E-01 55.3449683
-6 1.76E-01 1.12E-01 2.09E-01 57.41396196
-7 1.73E-01 1.02E-01 2.01E-01 59.48295562
-8 1.71E-01 9.24E-02 1.94E-01 61.55194928
-9 1.68E-01 8.31E-02 1.87E-01 63.62094294
-10 1.64E-01 7.43E-02 1.80E-01 65.6899366
-11 1.61E-01 6.59E-02 1.74E-01 67.75893025
-12 1.58E-01 5.79E-02 1.68E-01 69.82792391
-13 1.54E-01 5.03E-02 1.62E-01 71.89691757
-14 1.50E-01 4.31E-02 1.56E-01 73.96591123
-15 1.46E-01 3.64E-02 1.51E-01 76.03490489
-16 1.42E-01 3.00E-02 1.45E-01 78.10389855
-17 1.38E-01 2.39E-02 1.40E-01 80.17289221
-18 1.34E-01 1.83E-02 1.35E-01 82.24188587
-19 1.30E-01 1.29E-02 1.30E-01 84.31087953
-20 1.26E-01 7.94E-03 1.26E-01 86.37987319
-21 1.21E-01 3.28E-03 1.21E-01 88.44886685
-22 1.17E-01 -1.06E-03 1.17E-01 -89.48213949
-23 1.13E-01 -5.09E-03 1.13E-01 -87.41314583
-24 1.09E-01 -8.84E-03 1.09E-01 -85.34415217
-25 1.04E-01 -1.23E-02 1.05E-01 -83.27515851
-26 1.00E-01 -1.55E-02 1.01E-01 -81.20616485
-27 9.59E-02 -1.84E-02 9.77E-02 -79.13717119
-28 9.18E-02 -2.11E-02 9.42E-02 -77.06817753
-29 8.78E-02 -2.35E-02 9.09E-02 -74.99918387
-30 8.38E-02 -2.57E-02 8.77E-02 -72.93019021
-31 7.99E-02 -2.77E-02 8.45E-02 -70.86119655
-32 7.60E-02 -2.95E-02 8.15E-02 -68.79220289
-33 7.23E-02 -3.11E-02 7.87E-02 -66.72320924
-34 6.86E-02 -3.25E-02 7.59E-02 -64.65421558
-35 6.50E-02 -3.37E-02 7.32E-02 -62.58522192
-36 6.14E-02 -3.47E-02 7.06E-02 -60.51622826
-37 5.80E-02 -3.56E-02 6.81E-02 -58.4472346
-38 5.47E-02 -3.64E-02 6.57E-02 -56.37824094
-39 5.14E-02 -3.69E-02 6.33E-02 -54.30924728
-40 4.83E-02 -3.74E-02 6.11E-02 -52.24025362
-41 4.52E-02 -3.77E-02 5.89E-02 -50.17125996
-42 4.23E-02 -3.80E-02 5.68E-02 -48.1022663
-43 3.95E-02 -3.81E-02 5.48E-02 -46.03327264
-44 3.67E-02 -3.81E-02 5.29E-02 -43.96427898
-45 3.41E-02 -3.80E-02 5.10E-02 -41.89528532
-46 3.15E-02 -3.78E-02 4.92E-02 -39.82629166
-47 2.90E-02 -3.75E-02 4.74E-02 -37.757298
-48 2.67E-02 -3.72E-02 4.58E-02 -35.68830434
-49 2.44E-02 -3.68E-02 4.41E-02 -33.61931068
-50.9 2.04E-02 -3.58E-02 4.12E-02 -29.68822273
c. L=45 , W=10
z Ue Ve V Alfa
0 1.07E-01 1.07E-01 1.52E-01 45
-1 1.07E-01 9.44E-02 1.43E-01 48.53323231
-2 1.06E-01 8.24E-02 1.34E-01 52.06646461
-3 1.04E-01 7.12E-02 1.26E-01 55.59969692
-4 1.02E-01 6.08E-02 1.18E-01 59.13292922
-5 9.90E-02 5.12E-02 1.11E-01 62.66616153
-6 9.58E-02 4.23E-02 1.05E-01 66.19939384
-7 9.24E-02 3.41E-02 9.85E-02 69.73262614
-8 8.87E-02 2.67E-02 9.26E-02 73.26585845
-9 8.48E-02 1.99E-02 8.71E-02 76.79909076
-10 8.07E-02 1.37E-02 8.19E-02 80.33232306
-11 7.65E-02 8.22E-03 7.70E-02 83.86555537
-12 7.23E-02 3.28E-03 7.24E-02 87.39878767
-13 6.80E-02 -1.11E-03 6.80E-02 -89.06798002
-14 6.38E-02 -4.98E-03 6.40E-02 -85.53474771
-15 5.95E-02 -8.37E-03 6.01E-02 -82.00151541
-16 5.54E-02 -1.13E-02 5.65E-02 -78.4682831
-17 5.13E-02 -1.38E-02 5.32E-02 -74.9350508
-18 4.74E-02 -1.59E-02 5.00E-02 -71.40181849
-19 4.35E-02 -1.77E-02 4.70E-02 -67.86858618
-20 3.98E-02 -1.91E-02 4.42E-02 -64.33535388
-21 3.63E-02 -2.03E-02 4.15E-02 -60.80212157
-22 3.29E-02 -2.11E-02 3.91E-02 -57.26888927
-23 2.96E-02 -2.17E-02 3.67E-02 -53.73565696
-24 2.65E-02 -2.21E-02 3.45E-02 -50.20242465
-25 2.36E-02 -2.23E-02 3.25E-02 -46.66919235
-26 2.09E-02 -2.23E-02 3.05E-02 -43.13596004
-27 1.83E-02 -2.21E-02 2.87E-02 -39.60272773
-28 1.59E-02 -2.18E-02 2.70E-02 -36.06949543
-29 1.36E-02 -2.14E-02 2.54E-02 -32.53626312
-30 1.16E-02 -2.09E-02 2.38E-02 -29.00303082
-31 9.64E-03 -2.02E-02 2.24E-02 -25.46979851
-32 7.87E-03 -1.96E-02 2.11E-02 -21.9365662
-33 6.26E-03 -1.88E-02 1.98E-02 -18.4033339
-34 4.78E-03 -1.80E-02 1.86E-02 -14.87010159
-35 3.44E-03 -1.72E-02 1.75E-02 -11.33686929
-36 2.24E-03 -1.63E-02 1.65E-02 -7.803636979
-37 1.15E-03 -1.54E-02 1.55E-02 -4.270404673
-38 1.87E-04 -1.46E-02 1.46E-02 -0.737172367
-39 -6.68E-04 -1.37E-02 1.37E-02 2.796059939
-40 -1.42E-03 -1.28E-02 1.29E-02 6.329292245
-41 -2.07E-03 -1.19E-02 1.21E-02 9.862524551
-42 -2.64E-03 -1.11E-02 1.14E-02 13.39575686
-43 -3.11E-03 -1.02E-02 1.07E-02 16.92898916
-44 -3.52E-03 -9.42E-03 1.01E-02 20.46222147
-45 -3.85E-03 -8.64E-03 9.46E-03 23.99545378
-46 -4.11E-03 -7.88E-03 8.89E-03 27.52868608
-47 -4.31E-03 -7.16E-03 8.36E-03 31.06191839
-48 -4.46E-03 -6.47E-03 7.86E-03 34.59515069
-49 -4.56E-03 -5.81E-03 7.39E-03 38.128383
-51 -4.63E-03 -4.66E-03 6.57E-03 44.84152438
d. L=45 , W=20
z Ue Ve V Alfa
0 2.14E-01 2.14E-01 3.03E-01 45
-1 2.14E-01 2.01E-01 2.93E-01 46.77023031
-2 2.13E-01 1.88E-01 2.85E-01 48.54046061
-3 2.12E-01 1.76E-01 2.76E-01 50.31069092
-4 2.11E-01 1.64E-01 2.67E-01 52.08092123
-5 2.09E-01 1.53E-01 2.59E-01 53.85115154
-6 2.08E-01 1.42E-01 2.51E-01 55.62138184
-7 2.05E-01 1.31E-01 2.44E-01 57.39161215
-8 2.03E-01 1.21E-01 2.36E-01 59.16184246
-9 2.00E-01 1.11E-01 2.29E-01 60.93207276
-10 1.97E-01 1.02E-01 2.22E-01 62.70230307
-11 1.94E-01 9.29E-02 2.15E-01 64.47253338
-12 1.91E-01 8.42E-02 2.09E-01 66.24276369
-13 1.88E-01 7.58E-02 2.03E-01 68.01299399
-14 1.84E-01 6.79E-02 1.96E-01 69.7832243
-15 1.81E-01 6.03E-02 1.90E-01 71.55345461
-16 1.77E-01 5.30E-02 1.85E-01 73.32368491
-17 1.73E-01 4.60E-02 1.79E-01 75.09391522
-18 1.69E-01 3.94E-02 1.74E-01 76.86414553
-19 1.65E-01 3.32E-02 1.68E-01 78.63437584
-20 1.61E-01 2.72E-02 1.63E-01 80.40460614
-21 1.57E-01 2.15E-02 1.58E-01 82.17483645
-22 1.53E-01 1.62E-02 1.53E-01 83.94506676
-23 1.48E-01 1.11E-02 1.49E-01 85.71529706
-24 1.44E-01 6.33E-03 1.44E-01 87.48552737
-25 1.40E-01 1.82E-03 1.40E-01 89.25575768
-26 1.36E-01 -2.43E-03 1.36E-01 -88.97401201
-27 1.31E-01 -6.41E-03 1.31E-01 -87.20378171
-28 1.27E-01 -1.01E-02 1.27E-01 -85.4335514
-29 1.23E-01 -1.36E-02 1.24E-01 -83.66332109
-30 1.19E-01 -1.69E-02 1.20E-01 -81.89309079
-31 1.14E-01 -1.99E-02 1.16E-01 -80.12286048
-32 1.10E-01 -2.27E-02 1.13E-01 -78.35263017
-33 1.06E-01 -2.53E-02 1.09E-01 -76.58239986
-34 1.02E-01 -2.77E-02 1.06E-01 -74.81216956
-35 9.82E-02 -2.99E-02 1.03E-01 -73.04193925
-36 9.43E-02 -3.20E-02 9.95E-02 -71.27170894
-37 9.04E-02 -3.38E-02 9.65E-02 -69.50147863
-38 8.66E-02 -3.55E-02 9.36E-02 -67.73124833
-39 8.28E-02 -3.70E-02 9.07E-02 -65.96101802
-40 7.92E-02 -3.83E-02 8.80E-02 -64.19078771
-41 7.56E-02 -3.95E-02 8.53E-02 -62.42055741
-42 7.21E-02 -4.05E-02 8.27E-02 -60.6503271
-43 6.86E-02 -4.14E-02 8.02E-02 -58.88009679
-44 6.53E-02 -4.22E-02 7.77E-02 -57.10986648
-45 6.20E-02 -4.29E-02 7.54E-02 -55.33963618
-46 5.88E-02 -4.34E-02 7.31E-02 -53.56940587
-47 5.57E-02 -4.38E-02 7.08E-02 -51.79917556
-48 5.26E-02 -4.41E-02 6.87E-02 -50.02894526
-49 4.97E-02 -4.43E-02 6.66E-02 -48.25871495
-50.9 4.43E-02 -4.45E-02 6.28E-02 -44.89527737
e. L=15 , W=10
z Ue Ve V Alfa
0 1.77E-01 1.77E-01 2.51E-01 45
-1 1.77E-01 1.64E-01 2.41E-01 47.13760672
-2 1.76E-01 1.52E-01 2.33E-01 49.27521345
-3 1.75E-01 1.40E-01 2.24E-01 51.41282017
-4 1.74E-01 1.28E-01 2.16E-01 53.5504269
-5 1.72E-01 1.17E-01 2.08E-01 55.68803362
-6 1.70E-01 1.07E-01 2.00E-01 57.82564035
-7 1.67E-01 9.66E-02 1.93E-01 59.96324707
-8 1.64E-01 8.70E-02 1.86E-01 62.10085379
-9 1.61E-01 7.79E-02 1.79E-01 64.23846052
-10 1.58E-01 6.92E-02 1.73E-01 66.37606724
-11 1.55E-01 6.09E-02 1.66E-01 68.51367397
-12 1.51E-01 5.31E-02 1.60E-01 70.65128069
-13 1.47E-01 4.57E-02 1.54E-01 72.78888742
-14 1.44E-01 3.87E-02 1.49E-01 74.92649414
-15 1.40E-01 3.21E-02 1.43E-01 77.06410086
-16 1.36E-01 2.59E-02 1.38E-01 79.20170759
-17 1.31E-01 2.00E-02 1.33E-01 81.33931431
-18 1.27E-01 1.45E-02 1.28E-01 83.47692104
-19 1.23E-01 9.43E-03 1.23E-01 85.61452776
-20 1.19E-01 4.66E-03 1.19E-01 87.75213449
-21 1.15E-01 2.20E-04 1.15E-01 89.88974121
-22 1.10E-01 -3.90E-03 1.10E-01 -87.97265207
-23 1.06E-01 -7.72E-03 1.06E-01 -85.83504534
-24 1.02E-01 -1.12E-02 1.02E-01 -83.69743862
-25 9.76E-02 -1.45E-02 9.86E-02 -81.55983189
-26 9.34E-02 -1.74E-02 9.50E-02 -79.42222517
-27 8.93E-02 -2.01E-02 9.15E-02 -77.28461844
-28 8.52E-02 -2.26E-02 8.82E-02 -75.14701172
-29 8.12E-02 -2.48E-02 8.50E-02 -73.009405
-30 7.73E-02 -2.68E-02 8.18E-02 -70.87179827
-31 7.35E-02 -2.86E-02 7.88E-02 -68.73419155
-32 6.97E-02 -3.02E-02 7.60E-02 -66.59658482
-33 6.60E-02 -3.16E-02 7.32E-02 -64.4589781
-34 6.24E-02 -3.27E-02 7.05E-02 -62.32137137
-35 5.89E-02 -3.38E-02 6.79E-02 -60.18376465
-36 5.55E-02 -3.46E-02 6.54E-02 -58.04615793
-37 5.22E-02 -3.53E-02 6.30E-02 -55.9085512
-38 4.90E-02 -3.59E-02 6.07E-02 -53.77094448
-39 4.59E-02 -3.63E-02 5.85E-02 -51.63333775
-40 4.29E-02 -3.66E-02 5.64E-02 -49.49573103
-41 3.99E-02 -3.68E-02 5.43E-02 -47.3581243
-42 3.71E-02 -3.68E-02 5.23E-02 -45.22051758
-43 3.44E-02 -3.68E-02 5.04E-02 -43.08291086
-44 3.18E-02 -3.67E-02 4.85E-02 -40.94530413
-45 2.93E-02 -3.64E-02 4.68E-02 -38.80769741
-46 2.69E-02 -3.61E-02 4.51E-02 -36.67009068
-47 2.46E-02 -3.58E-02 4.34E-02 -34.53248396
-48 2.24E-02 -3.53E-02 4.18E-02 -32.39487724
-49 2.03E-02 -3.48E-02 4.03E-02 -30.25727051
-50.9 1.66E-02 -3.37E-02 3.75E-02 -26.19581773
f. L=15 , W=20
z Ue Ve V Alfa
0 3.54E-01 3.54E-01 5.00E-01 45
-1 3.54E-01 3.41E-01 4.91E-01 46.07098993
-2 3.53E-01 3.28E-01 4.82E-01 47.14197985
-3 3.53E-01 3.15E-01 4.73E-01 48.21296978
-4 3.52E-01 3.03E-01 4.64E-01 49.28395971
-5 3.51E-01 2.91E-01 4.56E-01 50.35494963
-6 3.50E-01 2.79E-01 4.47E-01 51.42593956
-7 3.48E-01 2.67E-01 4.39E-01 52.49692949
-8 3.47E-01 2.56E-01 4.31E-01 53.56791941
-9 3.45E-01 2.45E-01 4.23E-01 54.63890934
-10 3.43E-01 2.34E-01 4.15E-01 55.70989927
-11 3.41E-01 2.23E-01 4.07E-01 56.78088919
-12 3.38E-01 2.13E-01 4.00E-01 57.85187912
-13 3.36E-01 2.03E-01 3.92E-01 58.92286905
-14 3.33E-01 1.93E-01 3.85E-01 59.99385897
-15 3.31E-01 1.83E-01 3.78E-01 61.0648489
-16 3.28E-01 1.73E-01 3.71E-01 62.13583883
-17 3.25E-01 1.64E-01 3.64E-01 63.20682875
-18 3.22E-01 1.55E-01 3.57E-01 64.27781868
-19 3.19E-01 1.46E-01 3.51E-01 65.3488086
-20 3.15E-01 1.38E-01 3.44E-01 66.41979853
-21 3.12E-01 1.29E-01 3.38E-01 67.49078846
-22 3.09E-01 1.21E-01 3.32E-01 68.56177838
-23 3.05E-01 1.13E-01 3.25E-01 69.63276831
-24 3.01E-01 1.06E-01 3.19E-01 70.70375824
-25 2.98E-01 9.81E-02 3.14E-01 71.77474816
-26 2.94E-01 9.08E-02 3.08E-01 72.84573809
-27 2.90E-01 8.37E-02 3.02E-01 73.91672802
-28 2.86E-01 7.68E-02 2.96E-01 74.98771794
-29 2.82E-01 7.01E-02 2.91E-01 76.05870787
-30 2.78E-01 6.36E-02 2.86E-01 77.1296978
-31 2.74E-01 5.73E-02 2.80E-01 78.20068772
-32 2.70E-01 5.12E-02 2.75E-01 79.27167765
-33 2.66E-01 4.53E-02 2.70E-01 80.34266758
-34 2.62E-01 3.96E-02 2.65E-01 81.4136575
-35 2.58E-01 3.40E-02 2.60E-01 82.48464743
-36 2.54E-01 2.86E-02 2.55E-01 83.55563736
-37 2.49E-01 2.35E-02 2.51E-01 84.62662728
-38 2.45E-01 1.84E-02 2.46E-01 85.69761721
-39 2.41E-01 1.36E-02 2.41E-01 86.76860714
-40 2.37E-01 8.93E-03 2.37E-01 87.83959706
-41 2.32E-01 4.42E-03 2.32E-01 88.91058699
-42 2.28E-01 7.34E-05 2.28E-01 89.98157692
-43 2.24E-01 -4.11E-03 2.24E-01 -88.94743316
-44 2.20E-01 -8.14E-03 2.20E-01 -87.87644323
-45 2.15E-01 -1.20E-02 2.16E-01 -86.8054533
-46 2.11E-01 -1.57E-02 2.12E-01 -85.73446338
-47 2.07E-01 -1.93E-02 2.08E-01 -84.66347345
-48 2.03E-01 -2.28E-02 2.04E-01 -83.59248352
-49 1.98E-01 -2.61E-02 2.00E-01 -82.5214936
-50.9 1.91E-01 -3.19E-02 1.93E-01 -80.48661274
4.2.2. Tabel Kecepatan Arus Ekman di Lapisan Permukaan Terhadap Kedalaman
a. L=75 , W=10
z Ue Ve V Alfa
50.9 8.18E+00 -1.03E-01 8.18E+00 -89.28073551
49 8.22E+00 -8.90E-02 8.22E+00 -89.37944548
48 8.24E+00 -7.86E-02 8.24E+00 -89.45311625
47 8.26E+00 -6.58E-02 8.26E+00 -89.5436536
46 8.29E+00 -5.02E-02 8.29E+00 -89.65255529
45 8.31E+00 -3.17E-02 8.31E+00 -89.78134715
44 8.34E+00 -9.95E-03 8.34E+00 -89.93157515
43 8.36E+00 1.53E-02 8.36E+00 89.89520284
42 8.39E+00 4.43E-02 8.39E+00 89.69742545
41 8.41E+00 7.73E-02 8.41E+00 89.4735363
40 8.43E+00 1.15E-01 8.43E+00 89.22199238
39 8.46E+00 1.56E-01 8.46E+00 88.94127219
38 8.48E+00 2.03E-01 8.48E+00 88.62988359
37 8.49E+00 2.54E-01 8.50E+00 88.28637113
36 8.51E+00 3.11E-01 8.52E+00 87.90932284
35 8.52E+00 3.73E-01 8.53E+00 87.49737635
34 8.53E+00 4.40E-01 8.54E+00 87.04922431
33 8.54E+00 5.13E-01 8.55E+00 86.56361895
32 8.53E+00 5.91E-01 8.56E+00 86.03937592
31 8.53E+00 6.75E-01 8.55E+00 85.47537722
30 8.51E+00 7.64E-01 8.55E+00 84.87057335
29 8.49E+00 8.59E-01 8.53E+00 84.22398459
28 8.46E+00 9.59E-01 8.51E+00 83.53470162
27 8.42E+00 1.06E+00 8.49E+00 82.80188523
26 8.37E+00 1.17E+00 8.45E+00 82.02476554
25 8.30E+00 1.28E+00 8.40E+00 81.20264048
24 8.22E+00 1.40E+00 8.34E+00 80.3348738
23 8.13E+00 1.52E+00 8.27E+00 79.42089259
22 8.02E+00 1.64E+00 8.19E+00 78.46018439
21 7.90E+00 1.76E+00 8.09E+00 77.45229404
20 7.76E+00 1.88E+00 7.98E+00 76.39682019
19 7.59E+00 1.99E+00 7.85E+00 75.29341173
18 7.41E+00 2.10E+00 7.70E+00 74.14176403
17 7.20E+00 2.21E+00 7.54E+00 72.94161516
16 6.98E+00 2.31E+00 7.35E+00 71.69274206
15 6.72E+00 2.39E+00 7.14E+00 70.39495682
14 6.45E+00 2.47E+00 6.90E+00 69.04810296
13 6.14E+00 2.53E+00 6.64E+00 67.65205191
12 5.81E+00 2.56E+00 6.35E+00 66.20669955
11 5.46E+00 2.58E+00 6.04E+00 64.711963
10 5.08E+00 2.57E+00 5.69E+00 63.16777755
9 4.67E+00 2.53E+00 5.31E+00 61.57409382
8 4.23E+00 2.45E+00 4.89E+00 59.93087517
7 3.77E+00 2.33E+00 4.44E+00 58.23809525
6 3.29E+00 2.18E+00 3.94E+00 56.49573591
5 2.78E+00 1.97E+00 3.40E+00 54.70378528
4 2.25E+00 1.70E+00 2.82E+00 52.86223612
3 1.71E+00 1.38E+00 2.20E+00 50.97108442
2 1.15E+00 9.95E-01 1.52E+00 49.03032823
1 5.76E-01 5.36E-01 7.87E-01 47.03996682
0 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 #DIV/0!
b. L=75 , W=20
z Ue Ve V Alfa
50.9 8.34E+00 1.23E+00 8.43E+00 81.62106813
49 8.27E+00 1.34E+00 8.38E+00 80.81793513
48 8.23E+00 1.39E+00 8.35E+00 80.37855499
47 8.18E+00 1.45E+00 8.31E+00 79.92757965
46 8.14E+00 1.51E+00 8.28E+00 79.46494246
45 8.09E+00 1.57E+00 8.24E+00 78.9905805
44 8.03E+00 1.63E+00 8.19E+00 78.50443448
43 7.97E+00 1.69E+00 8.15E+00 78.0064486
42 7.90E+00 1.75E+00 8.10E+00 77.49657049
41 7.84E+00 1.81E+00 8.04E+00 76.97475105
40 7.76E+00 1.87E+00 7.98E+00 76.44094438
39 7.68E+00 1.93E+00 7.92E+00 75.89510761
38 7.60E+00 1.99E+00 7.86E+00 75.33720083
37 7.51E+00 2.05E+00 7.78E+00 74.76718694
36 7.42E+00 2.10E+00 7.71E+00 74.18503154
35 7.32E+00 2.15E+00 7.63E+00 73.59070282
34 7.21E+00 2.21E+00 7.54E+00 72.98417141
33 7.10E+00 2.26E+00 7.45E+00 72.3654103
32 6.98E+00 2.31E+00 7.35E+00 71.73439468
31 6.86E+00 2.35E+00 7.25E+00 71.09110186
30 6.73E+00 2.39E+00 7.14E+00 70.43551113
29 6.60E+00 2.43E+00 7.03E+00 69.76760367
28 6.45E+00 2.47E+00 6.91E+00 69.08736239
27 6.31E+00 2.50E+00 6.78E+00 68.3947719
26 6.15E+00 2.52E+00 6.65E+00 67.68981831
25 5.99E+00 2.55E+00 6.51E+00 66.9724892
24 5.82E+00 2.56E+00 6.36E+00 66.24277348
23 5.65E+00 2.57E+00 6.21E+00 65.50066132
22 5.47E+00 2.58E+00 6.04E+00 64.74614402
21 5.28E+00 2.58E+00 5.87E+00 63.97921393
20 5.08E+00 2.57E+00 5.70E+00 63.1998644
19 4.88E+00 2.55E+00 5.51E+00 62.40808964
18 4.68E+00 2.53E+00 5.31E+00 61.60388467
17 4.46E+00 2.49E+00 5.11E+00 60.78724522
16 4.24E+00 2.45E+00 4.90E+00 59.9581677
15 4.01E+00 2.40E+00 4.67E+00 59.11664907
14 3.78E+00 2.34E+00 4.44E+00 58.26268683
13 3.54E+00 2.26E+00 4.20E+00 57.39627892
12 3.29E+00 2.18E+00 3.95E+00 56.51742369
11 3.04E+00 2.08E+00 3.68E+00 55.62611981
10 2.78E+00 1.97E+00 3.41E+00 54.72236627
9 2.52E+00 1.85E+00 3.13E+00 53.80616226
8 2.26E+00 1.71E+00 2.83E+00 52.87750722
7 1.98E+00 1.55E+00 2.52E+00 51.93640073
6 1.71E+00 1.38E+00 2.20E+00 50.98284249
5 1.43E+00 1.20E+00 1.87E+00 50.01683233
4 1.15E+00 9.97E-01 1.52E+00 49.03837012
3 8.63E-01 7.76E-01 1.16E+00 48.04745581
2 5.77E-01 5.37E-01 7.88E-01 47.04408935
1 2.89E-01 2.79E-01 4.01E-01 46.02827075
0 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 #DIV/0!
c. L=45 , W=10
z Ue Ve V Alfa
50.9 8.35E+00 9.59E-04 8.35E+00 89.99341791
49 8.39E+00 4.66E-02 8.39E+00 89.6814279
48 8.41E+00 7.49E-02 8.41E+00 89.48980459
47 8.43E+00 1.06E-01 8.43E+00 89.27801348
46 8.45E+00 1.41E-01 8.45E+00 89.04509926
45 8.47E+00 1.79E-01 8.47E+00 88.79012142
44 8.48E+00 2.20E-01 8.49E+00 88.51215779
43 8.50E+00 2.66E-01 8.50E+00 88.21030773
42 8.51E+00 3.15E-01 8.52E+00 87.88369512
41 8.52E+00 3.67E-01 8.53E+00 87.53147105
40 8.53E+00 4.24E-01 8.54E+00 87.15281632
39 8.53E+00 4.85E-01 8.55E+00 86.74694348
38 8.54E+00 5.50E-01 8.55E+00 86.31309868
37 8.53E+00 6.19E-01 8.56E+00 85.85056311
36 8.53E+00 6.92E-01 8.55E+00 85.35865415
35 8.51E+00 7.69E-01 8.55E+00 84.8367262
34 8.49E+00 8.50E-01 8.54E+00 84.28417117
33 8.47E+00 9.35E-01 8.52E+00 83.70041871
32 8.44E+00 1.02E+00 8.50E+00 83.08493609
31 8.40E+00 1.11E+00 8.47E+00 82.43722788
30 8.35E+00 1.21E+00 8.43E+00 81.75683534
29 8.29E+00 1.31E+00 8.39E+00 81.04333563
28 8.22E+00 1.41E+00 8.34E+00 80.29634075
27 8.14E+00 1.51E+00 8.28E+00 79.51549638
26 8.05E+00 1.61E+00 8.21E+00 78.70048056
25 7.95E+00 1.71E+00 8.13E+00 77.85100219
24 7.83E+00 1.81E+00 8.04E+00 76.9667995
23 7.71E+00 1.91E+00 7.94E+00 76.04763839
22 7.56E+00 2.01E+00 7.83E+00 75.09331077
21 7.40E+00 2.11E+00 7.70E+00 74.10363279
20 7.23E+00 2.20E+00 7.56E+00 73.07844313
19 7.04E+00 2.28E+00 7.40E+00 72.01760124
18 6.83E+00 2.36E+00 7.22E+00 70.92098561
17 6.60E+00 2.43E+00 7.03E+00 69.7884921
16 6.36E+00 2.49E+00 6.82E+00 68.62003225
15 6.09E+00 2.53E+00 6.60E+00 67.41553171
14 5.81E+00 2.56E+00 6.35E+00 66.17492868
13 5.50E+00 2.58E+00 6.08E+00 64.89817247
12 5.18E+00 2.57E+00 5.79E+00 63.58522206
11 4.84E+00 2.55E+00 5.47E+00 62.23604486
10 4.48E+00 2.50E+00 5.13E+00 60.85061542
9 4.10E+00 2.42E+00 4.76E+00 59.42891434
8 3.70E+00 2.31E+00 4.36E+00 57.97092724
7 3.28E+00 2.17E+00 3.94E+00 56.47664376
6 2.85E+00 2.00E+00 3.48E+00 54.9460568
5 2.40E+00 1.78E+00 2.99E+00 53.37916168
4 1.94E+00 1.53E+00 2.47E+00 51.77595558
3 1.46E+00 1.22E+00 1.91E+00 50.13643691
2 9.82E-01 8.70E-01 1.31E+00 48.46060491
1 4.93E-01 4.64E-01 6.76E-01 46.7484593
0 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 #DIV/0!
d. L=45 , W=20
z Ue Ve V Alfa
50.9 8.00E+00 1.66E+00 8.17E+00 78.28182095
49 7.90E+00 1.76E+00 8.09E+00 77.45753062
48 7.84E+00 1.81E+00 8.05E+00 77.01102755
47 7.78E+00 1.86E+00 8.00E+00 76.5557514
46 7.71E+00 1.91E+00 7.95E+00 76.09167507
45 7.64E+00 1.96E+00 7.89E+00 75.61877304
44 7.57E+00 2.01E+00 7.83E+00 75.13702132
43 7.49E+00 2.06E+00 7.77E+00 74.64639741
42 7.41E+00 2.10E+00 7.70E+00 74.14688024
41 7.33E+00 2.15E+00 7.63E+00 73.63845009
40 7.24E+00 2.20E+00 7.56E+00 73.12108856
39 7.14E+00 2.24E+00 7.49E+00 72.59477851
38 7.04E+00 2.28E+00 7.40E+00 72.05950401
37 6.94E+00 2.32E+00 7.32E+00 71.51525028
36 6.84E+00 2.36E+00 7.23E+00 70.96200362
35 6.72E+00 2.39E+00 7.14E+00 70.3997514
34 6.61E+00 2.43E+00 7.04E+00 69.82848196
33 6.49E+00 2.46E+00 6.94E+00 69.24818461
32 6.36E+00 2.49E+00 6.83E+00 68.65884951
31 6.23E+00 2.51E+00 6.72E+00 68.06046769
30 6.10E+00 2.53E+00 6.60E+00 67.45303098
29 5.96E+00 2.55E+00 6.48E+00 66.83653194
28 5.82E+00 2.56E+00 6.36E+00 66.21096384
27 5.67E+00 2.57E+00 6.22E+00 65.5763206
26 5.51E+00 2.58E+00 6.09E+00 64.93259675
25 5.35E+00 2.58E+00 5.94E+00 64.27978741
24 5.19E+00 2.57E+00 5.79E+00 63.61788821
23 5.02E+00 2.56E+00 5.64E+00 62.94689528
22 4.85E+00 2.55E+00 5.48E+00 62.26680521
21 4.67E+00 2.53E+00 5.31E+00 61.57761499
20 4.48E+00 2.50E+00 5.13E+00 60.87932199
19 4.30E+00 2.46E+00 4.95E+00 60.17192396
18 4.10E+00 2.42E+00 4.77E+00 59.45541893
17 3.91E+00 2.37E+00 4.57E+00 58.72980523
16 3.70E+00 2.32E+00 4.37E+00 57.99508144
15 3.50E+00 2.25E+00 4.16E+00 57.25124639
14 3.29E+00 2.18E+00 3.94E+00 56.49829907
13 3.07E+00 2.09E+00 3.72E+00 55.73623869
12 2.85E+00 2.00E+00 3.48E+00 54.9650646
11 2.63E+00 1.90E+00 3.24E+00 54.18477627
10 2.40E+00 1.79E+00 3.00E+00 53.39537331
9 2.17E+00 1.66E+00 2.74E+00 52.59685541
8 1.94E+00 1.53E+00 2.47E+00 51.78922234
7 1.71E+00 1.38E+00 2.20E+00 50.97247393
6 1.47E+00 1.23E+00 1.91E+00 50.14661007
5 1.23E+00 1.05E+00 1.62E+00 49.3116307
4 9.84E-01 8.72E-01 1.31E+00 48.46753576
3 7.39E-01 6.75E-01 1.00E+00 47.61432522
2 4.94E-01 4.64E-01 6.78E-01 46.75199909
1 2.47E-01 2.40E-01 3.44E-01 45.88055735
0 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 #DIV/0!
e. L=15 , W=10
z Ue Ve V Alfa
50.9 8.39E+00 1.13E+00 8.46E+00 82.30010118
49 8.33E+00 1.24E+00 8.42E+00 81.50736568
48 8.29E+00 1.30E+00 8.39E+00 81.07252793
47 8.25E+00 1.36E+00 8.36E+00 80.62543488
46 8.21E+00 1.42E+00 8.33E+00 80.16600636
45 8.16E+00 1.48E+00 8.29E+00 79.69416659
44 8.11E+00 1.55E+00 8.26E+00 79.20984411
43 8.05E+00 1.61E+00 8.21E+00 78.71297163
42 7.99E+00 1.67E+00 8.17E+00 78.20348594
41 7.93E+00 1.73E+00 8.12E+00 77.68132774
40 7.86E+00 1.79E+00 8.06E+00 77.14644154
39 7.78E+00 1.85E+00 8.00E+00 76.59877553
38 7.70E+00 1.92E+00 7.94E+00 76.0382814
37 7.62E+00 1.98E+00 7.87E+00 75.46491425
36 7.53E+00 2.03E+00 7.80E+00 74.87863241
35 7.43E+00 2.09E+00 7.72E+00 74.27939735
34 7.33E+00 2.15E+00 7.64E+00 73.66717346
33 7.22E+00 2.20E+00 7.55E+00 73.041928
32 7.11E+00 2.25E+00 7.46E+00 72.40363088
31 6.99E+00 2.30E+00 7.36E+00 71.75225456
30 6.86E+00 2.35E+00 7.25E+00 71.08777391
29 6.73E+00 2.39E+00 7.14E+00 70.41016608
28 6.59E+00 2.43E+00 7.02E+00 69.71941033
27 6.44E+00 2.47E+00 6.90E+00 69.01548795
26 6.29E+00 2.50E+00 6.77E+00 68.29838209
25 6.12E+00 2.53E+00 6.63E+00 67.56807764
24 5.96E+00 2.55E+00 6.48E+00 66.82456114
23 5.78E+00 2.57E+00 6.33E+00 66.06782064
22 5.60E+00 2.58E+00 6.16E+00 65.29784555
21 5.41E+00 2.58E+00 5.99E+00 64.51462661
20 5.21E+00 2.58E+00 5.82E+00 63.71815569
19 5.01E+00 2.56E+00 5.63E+00 62.90842578
18 4.80E+00 2.54E+00 5.43E+00 62.0854308
17 4.58E+00 2.51E+00 5.23E+00 61.24916559
16 4.36E+00 2.48E+00 5.01E+00 60.39962576
15 4.13E+00 2.43E+00 4.79E+00 59.53680764
14 3.89E+00 2.37E+00 4.55E+00 58.66070816
13 3.64E+00 2.30E+00 4.31E+00 57.77132483
12 3.39E+00 2.21E+00 4.05E+00 56.86865564
11 3.13E+00 2.12E+00 3.78E+00 55.95269898
10 2.87E+00 2.01E+00 3.50E+00 55.0234536
9 2.60E+00 1.88E+00 3.21E+00 54.08091854
8 2.33E+00 1.75E+00 2.91E+00 53.12509311
7 2.05E+00 1.59E+00 2.59E+00 52.15597679
6 1.76E+00 1.42E+00 2.26E+00 51.17356923
5 1.48E+00 1.23E+00 1.92E+00 50.17787021
4 1.19E+00 1.02E+00 1.57E+00 49.16887958
3 8.92E-01 7.99E-01 1.20E+00 48.14659728
2 5.96E-01 5.53E-01 8.13E-01 47.11102325
1 2.98E-01 2.87E-01 4.14E-01 46.06215749
0 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 #DIV/0!
f. L=15 , W=20
z Ue Ve V Alfa
50.9 6.21E+00 2.52E+00 6.70E+00 67.93638917
49 6.05E+00 2.54E+00 6.56E+00 67.23522177
48 5.97E+00 2.55E+00 6.49E+00 66.86137593
47 5.88E+00 2.56E+00 6.41E+00 66.48421066
46 5.79E+00 2.57E+00 6.33E+00 66.10372459
45 5.70E+00 2.57E+00 6.25E+00 65.71991643
44 5.61E+00 2.58E+00 6.17E+00 65.33278494
43 5.51E+00 2.58E+00 6.09E+00 64.94232902
42 5.42E+00 2.58E+00 6.00E+00 64.54854758
41 5.32E+00 2.58E+00 5.91E+00 64.15143965
40 5.22E+00 2.58E+00 5.82E+00 63.7510043
39 5.12E+00 2.57E+00 5.73E+00 63.34724068
38 5.02E+00 2.56E+00 5.64E+00 62.94014799
37 4.91E+00 2.56E+00 5.54E+00 62.52972549
36 4.81E+00 2.54E+00 5.44E+00 62.1159725
35 4.70E+00 2.53E+00 5.34E+00 61.6988884
34 4.59E+00 2.52E+00 5.23E+00 61.2784726
33 4.48E+00 2.50E+00 5.13E+00 60.85472458
32 4.37E+00 2.48E+00 5.02E+00 60.42764385
31 4.25E+00 2.45E+00 4.91E+00 59.99722997
30 4.13E+00 2.43E+00 4.79E+00 59.56348253
29 4.01E+00 2.40E+00 4.68E+00 59.12640117
28 3.89E+00 2.37E+00 4.56E+00 58.68598555
27 3.77E+00 2.34E+00 4.44E+00 58.24223537
26 3.65E+00 2.30E+00 4.31E+00 57.79515037
25 3.52E+00 2.26E+00 4.19E+00 57.34473031
24 3.40E+00 2.22E+00 4.06E+00 56.89097497
23 3.27E+00 2.17E+00 3.92E+00 56.43388415
22 3.14E+00 2.12E+00 3.79E+00 55.9734577
21 3.01E+00 2.07E+00 3.65E+00 55.50969546
20 2.88E+00 2.01E+00 3.51E+00 55.04259731
19 2.74E+00 1.95E+00 3.36E+00 54.57216313
18 2.61E+00 1.89E+00 3.22E+00 54.09839284
17 2.47E+00 1.82E+00 3.07E+00 53.62128633
16 2.33E+00 1.75E+00 2.91E+00 53.14084356
15 2.19E+00 1.67E+00 2.76E+00 52.65706445
14 2.05E+00 1.59E+00 2.60E+00 52.16994896
13 1.91E+00 1.51E+00 2.43E+00 51.67949705
12 1.77E+00 1.42E+00 2.27E+00 51.1857087
11 1.62E+00 1.33E+00 2.10E+00 50.68858386
10 1.48E+00 1.23E+00 1.93E+00 50.18812253
9 1.33E+00 1.13E+00 1.75E+00 49.68432468
8 1.19E+00 1.03E+00 1.57E+00 49.17719032
7 1.04E+00 9.16E-01 1.39E+00 48.66671942
6 8.94E-01 8.00E-01 1.20E+00 48.15291199
5 7.46E-01 6.80E-01 1.01E+00 47.63576801
4 5.97E-01 5.55E-01 8.15E-01 47.1152875
3 4.48E-01 4.24E-01 6.17E-01 46.59147044
2 2.99E-01 2.88E-01 4.15E-01 46.06431684
1 1.50E-01 1.47E-01 2.10E-01 45.53382669
0 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 #DIV/0!
4.3. Grafik
4.3.1. Grafik Kecepatan Arus Ekman di Lapisan Permukaan Terhadap Kedalaman
a. L=75 , W=10

Grafik Arus Ekman pada Kedalaman Z


0
0.00E+00 2.00E-02 4.00E-02 6.00E-02 8.00E-02 1.00E-01 1.20E-01 1.40E-01
-10
Kedalaman (m)

-20

-30

-40

-50

-60
Kecepatan (m/s)
M Azizi Dirgantara
L=75 W=10 26050119130041

b. L=75 , W=20

Grafik Arus Ekman pada Kedalaman Z


0
0.00E+00 5.00E-02 1.00E-01 1.50E-01 2.00E-01 2.50E-01 3.00E-01
-10
Kedalaman (m)

-20

-30

-40

-50
L= 75 W=20
-60
Kecepatan (m/s) M Azizi Dirgantara
26050119130041
c. L=45 , W=10

Grafik Arus Ekman pada Kedalaman Z


0
0.00E+00 5.00E-02 1.00E-01 1.50E-01 2.00E-01
-10
kedalaman (m)

-20

-30
L=45, W=10
-40

-50

-60 M Azizi Dirgantara


kecepatan (m/s) 26050119130041

d. L=45 , W=20

Grafik Arus Ekman pada Kedalaman Z


0
0.00E+00 5.00E-02 1.00E-01 1.50E-01 2.00E-01 2.50E-01 3.00E-01 3.50E-01
-10
Kedalaman (m)

-20

-30

-40

-50

-60
Kecepatan (m/s)
M Azizi Dirgantara
L=45, W=20 26050119130041

e. L=15 , W=10

Grafik Arus Ekman pada Kedalaman z


0
0.00E+00 5.00E-02 1.00E-01 1.50E-01 2.00E-01 2.50E-01 3.00E-01
-10
Kedalaman (m)

-20

-30

-40

-50

-60
Kecepatan (m/s)
M Azizi Dirgantara
26050119130041
L=15 W=10
f. L=15 , W=20

Grafik Arus Ekman pada Kedalaman z


0
0.00E+00 1.00E-01 2.00E-01 3.00E-01 4.00E-01 5.00E-01 6.00E-01
Kedalaman (m) -10

-20

-30

-40

-50

-60
Kecepatan (m/s)
M Azizi Dirgantara
L=15 W=20 26050119130041

4.3.2. Grafik Kecepatan Arus Ekman di Dasar Laut Terhadap Kedalaman


a. L=75 , W=10

Grafik Arus Ekman pada Lapisan Dasar


60
50
KAdealaman (m)

40
30
20
10
0
0.00E+00 2.00E+00 4.00E+00 6.00E+00 8.00E+00 1.00E+01
Kecepatan (m/s)
M Azizi Dirgantara
L=75 W=10 26050119130041

b. L=75 , W=20

Grafik Arus Ekman pada Lapisan Dasar


60
50
Kedalaman (m)

40
30
20
10
0
0.00E+00 2.00E+00 4.00E+00 6.00E+00 8.00E+00 1.00E+01
Kecepatan (m/s)
M Azizi Dirgantara
L= 75 W=20 26050119130041
c. L=45 , W=10

Grafik Arus Ekman pada Lapisan Dasar


60

50
Kedalaman (m)

40

30
L=45 W=10
20

10 M Azizi Dirgantara
26050119130041
0
0.00E+00 2.00E+00 4.00E+00 6.00E+00 8.00E+00 1.00E+01
Kecepatan (m/s)

d. L=45 , W=20

Grafik Arus Ekman pada Lapisan Dasar


60

50
Kedalaman (m)

40

30

20

10

0
0.00E+001.00E+002.00E+003.00E+004.00E+005.00E+006.00E+007.00E+008.00E+009.00E+00
kecepatan (m/s)
M Azizi Dirgantara
26050119130041
L= 45 W=20

e. L=15 , W=10

Grafik Arus Ekman pada Lapisan Dalam


60

50
Kedalaman(m)

40

30

20

10

0
0.00E+001.00E+002.00E+003.00E+004.00E+005.00E+006.00E+007.00E+008.00E+009.00E+00
Kecepatan (m/s) M Azizi Dirgantara
26050119130041
L=15 W=10
f. L=15 , W=20

Grafik Arus Ekman pada Lapisan Dalam


60
50
Kedalaman (m) 40
30
20
10
0
0.00E+001.00E+002.00E+003.00E+004.00E+005.00E+006.00E+007.00E+008.00E+00
Kecepatan (m/s)
M Azizi Dirgantara
L=15 W=20 26050119130041

4.3.3. Grafik Gabungan


a. Grafik Gabungan di Lapisan Permukaan

Grafik Arus Ekman pada Kedalaman z


0
0.00E+001.00E-012.00E-013.00E-014.00E-015.00E-016.00E-01
-10
L= 45, W=10
Kedalaman (m)

-20
L=45, W=20
-30 L=75, W=10
L=75, W=20
-40
L=15, W=10
-50 L=15, W=20
M Azizi
-60
Kecepatan (m/s) Dirgantara

b. Grafik Gabungan di Dasar

60
Grafik Arus Ekman pada Lapisan Dasar

50 L=45,
W=10
Kedalaman (m)

40 L=45,
W=20
30 L=75,
W=10
L=75,
20
W=20

10 M Azizi
Dirgantara
0
2605011913004
0.00E+00 2.00E+00 4.00E+00 6.00E+00 8.00E+00 1.00E+01
Kecepatan (m/s)
4.3.4. Spiral Ekman di Lapisan Permukaan Terhadap Kedalaman
a. L=75 , W=10

b. L=75 , W=20
c. L=45 , W=10

d. L=45 , W=20
e. L=15 , W=10

f. L=15 , W=20
4.3.5. Spiral Ekman di Dasar Laut Terhadap Kedalaman
a. L=75 , W=10

b. L=75 , W=20
c. L=45 , W=10

d. L=45 , W=20
e. L=15 , W=10

f. L=15 , W=20
4.4. Pembahasan
Pergerakan arus laut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor
pembangkitnya arus adalah karena adanya angin. Angin inilah yang nantinya akan menggerakkan
permukaan air yang ada di laut. Awalnya angin akan menyentuh permukaan dan menyebabkan
adanya gesekan antara angin dan air. Arah pergerakan arus ini akan berbeda tidak sesuai dengan
arah angin yang merupakan penggerak air. Arah dari pergerakan ini nantinya adalah berbelok 45 0
ke arah kanan dan juga ke arah kiri, tergantung pada posisi arus itu terjadi dan hal ini disebabkan
oleh adanya gaya rotasi bumi yang menyebabkan adanya gaya coriolis dan menyebabkan
pembelokan arah arus tersebut.
Angin yang menggerakkan air ini akan berkurang penggeraknya jika kedalamannya
bertambah. Semakin ke dalam, kecepatan arus akan semakin berkurang dan berbelok arahnya.
Hal ini tentunya menyebabkan perbedaan kecepatan arus ekman, baik pada dasar dan permukaan
laut. Praktikum kali ini mengolah data arus yang disebabkan oleh angin. Hasil olahan itu berupa
kecepatan arus, transpor massa, transpor volum, dan juga kecepatan vertikalnya.
Berdasarkan hasil olah kecepatan arus ekman yang diubah menjadi bentuk grafik memiliki
hasil yang berbeda pada permukaan dan dasar laut. Pada grafik kecepatan arus ekman di
permukaan, grafik menunjukkan bahwa semakin bertambahnya kedalaman yang ditunjukkan
dengan angka minus, semakin berkurang pula kecepatan arusnya. Begitu juga dengan kecepatan
arus ekman di dasar laut, nilai kecepatan akan berkurang seiring dengan bertambahnya
kedalaman. Keduanya memiliki bentuk grafik yang berbeda. Namun, untuk segi perbedaan
kecepatan pada tiap kedalaman menunjukan kesamaan, yaitu kecepatan arus ekman akan
berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini berkaitan dengan gaya pembangkit
arus itu sendiri. Gaya yang diberikan oleh angin atau stress angin akan berkurang dengan semakin
bertambahnya kedalaman. Titik ketika dimana kecepatan arusnya sama dengan nol, maka
kedalaman itu disebut kedalaman ekman.
Perbedaan stress angin pada lintang yang sama terjadi karena perbedaan kecepatan angin
yang bertiup. Hal ini pastinya berdampak pada stress angin yang terjadi pada tiap daerah yang
memiliki kecepatan angin yang berbeda. Data yang diolah ini memiliki 5 lintang yang berbeda
dengan kecepatan angin yang berbeda pula ditiap lintangnya, yakni kecepatan 10 dan juga
kecepatan 20. Hal ini akan berbeda hasilnya meskipun pada lintang yang sama. Namun, hasilnya
akan sama ketika kecepatan anginnya sama meskipun berada pada lintang yang berbeda karena
yang mempengaruhi arus ekman paling utama ialah kecepatan angin. Perbedaan lintang tidak
begitu memiliki dampak untuk arus itu sendiri.
Lintang yang berbeda untuk hasil pengolahan data tranpor massa, transpor volum, dan juga
kecepatan vertikal tidak begitu berbeda di tiap lintangnya. Perbedaan mencolok terlihat ketika
pada tiap lintangnya dengan kecepatan yang berbeda. Ketika berada pada lintang yang sama
dengan kecepatan angin yang berbeda, hasil transpor massa, transpor volume dan juga kecepatan
vertikalnya akan tampak perbedaan yang mencolok.
Lintang memiliki pengaruh yang lebih besar untuk transpor massa, volume dan juga
kecepatan vertikal karena transpor volume dipengaruhi oleh faktor coriolis dan juga stress angin.
Stress angin lagi – lagi memegang peranan penting bagi hasil perhitungan ini, namun nilai lintang
juga memengaruhi karena faktor coriolis dipengaruhi oleh nilai lintang. Transpor massa ekman
sangat dipengaruhi faktor coriolis yang mana ini sangat berkaitan dengan nilai lintangnya.
Lintang 15 akan memiliki nilai faktor coriolis yang lebih kecil daripada nilai lintang yang lebih
besar. Karena dengan nilai lintang yang hampir mendekati 0, maka gaya coriolis yang
ditimbulkan semakin besar. Dimana gaya coriolis ini terjadi terus menerus. Dan hal ini
menentukan nilai transpor massa ekmannya yang memiliki nilai terbesar diantara nilai lintang
yang lain.
5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan pengolahan data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Arus yang dipengaruhi oleh angin baik di permukaan ataupun di dasar dapat diketahui
bahwa kecepatan angin dan lintang memiliki pengaruh bagi kecepatan arusnya. Semakin
besar kecepatan angin dan makin kecil lintangnya maka kecepatan arus permukaan akan
makin besar. Untuk kecepatan arus dasar nilainya akan makin berkurang dengan makin
bertambahnya kedalaman perairan. Arus Ekman yang didapatkan dari hasil perhitungan
pada lapisan dasar dengan sudut lintang 75º dan kecepatan angin 10.041 m/s pada
kedalaman 5 meter adalah 8.2439 m/s dengan sudut 65.64769º
2. Hasil perhitungan dan analisa arus upwelling dapat diketahui bahwa arus upwelling
terbentuk karena adanya pengaruh angin dan adanya transpor massa ekman, angin
tersebut mengakibatkan pergerakan massa air dari dasar menuju ke permukaan.
Besarnya data hasil perhitungan transpot massa oleh arus Ekman sebesar 0.00130 m/s,
kecepatan transport volume Ekman sebesar 0.00133 m/s dan kecepatan vertikalnya
adalah 8.86 m/s.
3. Hasil grafik pada pengolahan data kecepatan arus ekman di permukaan dan dasar laut
adalah pada grafik permukaan, kecepatan akan menurun semakin bertambahnya
kedalaman (mendekati dasar). Sedangkan untuk kecepatan di dasar laut, kecepatan akan
makin bertambah semakin bertambahnya kedalaman (mendekati permukaan). Hal ini
membuktikan bahwa kecepatan pada dasar akan semakin berkurang dengan semakin
bertambahnya kedalaman.

5.2. Saran
1. Praktikan diharapkan lebih aktif agar praktikum lebih interaktif.
2. Praktikan diharapkan datang tepat waktu agar waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Praktikan diharapkan praktikum di tempat yang sepi agar praktikum lebih jelas.
Daftar Pustaka

Azis M.2006.Gerak Air Dilaut.Jakarta.LIPI


Gross, M. 1990. Oceanography sixth edition. New Jersey : Prentice-Hall.Inc.
Helmi, Muhammad et al. 2015. Arus Geostropik Permukaan Musiman Berdasarkan Data Satelit
Altimetri Tahun 2012-2013 Di Samudra Hindia Bagian Timur. Jurnal Oseanografi.
Volume 4 , Nomor 4
Loupatty, Grace .2013. Karakteristik Energi Gelombang Dan Arus Perairan Di Provinsi Maluku.
Jurnal Barekeng, Vol.7 No. 1
Pond, S dan G.L Pickard. 1983. Introductory Dynamical Oceanography, 2th edition. Pergamon
Press.
Segar Douglas A. 2012. Introduction to Ocean Sciences.Fourth Edition FirstElectronik Edition
ver4.0. California,USA
Stewart, Robert H. 2000. Introduction to Physical Oceanography. Texas University
Supagat, Agus.2003. PengantarOseanografi. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Syafik, A., Kunarso, Hariadi. 2013. Pengaruh Sebaran dan Gesekan Angin Terhadap Sebaran
Suhu Permukaan Laut di Samudera Hindia (Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia 573). Jurnal Oseanografi Vol. 2 (3): 318-328.
LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT
MODUL 2
Upwelling

Oleh:

M Azizi Dirgantara 26050119130041 Oseanografi B

Koordinator Praktikum:

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :

Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054


Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118130030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan
perpindahan horizontal dan vertical massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari
beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current)
adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak keatas)
maupun secara horizontal (gerakan ke samping). Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis,
yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke
kanan di belahan bumi utara dan mengarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya ini yang
mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara
dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan.Salah satu fenomena yang terjadi
di laut adalah arus. Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan
di dunia.Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran
bagi kapal-kapal. Arus laut adalah gerakan masa air laut secara teratur dari suatu tempat ke tempat
lain. Sebagian besar arus laut bergerak dengan arah horizontal dan hanya sebagian kecil yang
arah gerakannya vertical. Gerakkan massa air laut secara vertikal disebut upwelling.
Upwelling merupakan suatu proses naiknyamassa air laut dari lapisan dalam laut ke
permukaan (Murdahayu, 2007). Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin,
salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan. Upwelling adalah sebuah fenomena di
mana air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar dari dasar laut bergerak ke
permukaan akibat pergerakan angin di atasnya (Hu dan Wang, 2016). Pergerakan ini umumnya
membawa nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton di dekat permukaan laut
sehingga memperkaya biomassa di kawasan tersebut.Berdasarkan fakta tersebut, kawasan
upwelling dapat diidentifikasi dengan rendahnya temperatur air laut dan tingginya kandungan
biomassa.Peningkatan biomassa ini berkontribusi terhadap tingginya hasil perikanan tangkap di
kawasan tersebut. Setidaknya 25 persen hasil tangkapan laut dunia berasal dari kawasan yang
hanya seluas lima persen dari lautan dunia ini. Pergerakan vertikal dari upwelling tersebut terjadi
akibat adanya stratifikasi densitas air laut karena dengan penambahan kedalaman mengakibatkan
suhu menurun dan densitas meningkat yang menimbulkan energi untuk menggerakkan massa air
secara vertical.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui proses terjadinya upwelling di perairan
2. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat upwelling dalam bidang oseanografi.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan jenis upwelling di Perairan Laut Seram
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Upwelling
Upwelling yang terjadi di laut lepas sering dijumpai di sepanjang khatulistiwa dimana
angin pasat bertiup sepanjang tahun, menyebabkan daerah divergen berkembang begitu kuat,
sehingga lapisan termoklin bergerak vertikal ke permukaan. Keadaan pada daerah divergen
tersebut menimbulkan “kekosongan” pada lapisan permukaan yang diisi oleh massa air dari
lapisan di bawahnya. Upwelling adalah fenomena proses penaikan massa air dari lapisan dalam
perairan ke lapisan permukaan. Massa air dari lapisan dalam ini memiliki nilai sebaran SPL dan
kandungan oksigen yang lebih rendah, sementara nilai sebaran salinitasnya tinggi.Umumnya
massa air yang terangkat ke lapisan permukaan kaya akan nutrien dan di lokasi terjadinya
upwelling ini nilai sebaran klorofil-a cenderung tinggi menandakan tingkat kesuburan perairan
yang juga tinggi (Barnes and Hughes, 1988).
Upwelling merupakan suatu proses naiknyamassa air laut dari lapisan dalam laut ke
permukaan. Adanya angin yang mendorong lapisan air pada permukaan mengakibatkan
kekosongan massa air di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan
kekosongan yang berada di atas. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin,
salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan. Kejadian upwelling pada suatu perairan
dapat diidentifikasi dengan melihat berbagai indikator seperti suhu yanglebih rendah dari
sekitranya,salinitas, nutrien, dan klorofil-a yang secara umum lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
Secara fisis daerah upwelling ditandai dengan massa air dengan suhu yang lebih dingin, dan
salinitas yang lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya. Secara kimiawi ditandai dengan tingginya
kandungan plankton dan klorofil-a. Diketahui bahwa produktifitas perairan tertinggi di selatan
Jawa dan selat Bali yang disebabkan oleh fenomena upwelling di perairan Samudera Hindia
Selatan Jawa dan Bali yang akan memicu indirect upwelling di selat Bali. Pola ini akan muncul
ketika memasuki muson tenggara (Juni - Oktober) yang ditandai dengan massa air permukaan di
sepanjang selatanJawa dan Bali menjadi lebih dingin dan salinitas yang lebih tinggi (Murdahayu,
2007).

2.2. Faktor Upwelling


2.2.1. Klorofil-A
Terdapat berbagai macam klorofil dalam tumbuhan. Macam-macam jenis klorofil tersebut
diantaranya adalah klorofil-a. Klorofil-a merupakan salah satu senyawa yang memiliki struktur
seperti butir darah merah hemin dengan perbedaan pada intinya. Pada klorofil-a memiliki Mg
sebagai atom pusatnya sedangkan butir hemoglobin memiliki inti Fe. Klorofil-a mempunyai
empat cincin pirol yang dihubungkan oleh salah satu ikatan. Pada cincin pirol IV terdapat gugus
propionate yang berada diantara dua atom hidrogen yang labil dimana disana tergabung molekul
alkohol fitol yang sifatnya sebagai donor elektron pada proses fotosintesis terjadi. Klorofil-a
merupakan satu-satunya dari pigmen yang dapat melakukan distribusikan dari energi cahaya yang
diserapnya kepada proses fotosintesis. Perbedaan dengan pigmen lainnya adalah pada pigmen-
pigmen lainnya hanya mentransfer energi cahaya yang diserapnya ke klorofil-a. Oleh sebab itu
secara umum klorofil-a merupakan pigmen yang terlibat secara langsung dalam proses
transformasi energi cahaya menjadi energi kimia dalam proses fotosintesis (Nybakken, 1992).
2.2.2. SPL
Suhu Pemukaan Laut (SPL) atau Sea Surface Temperature (SST) umumnya
sering digunakan dalam bidang kelautan maupun perikanan yang merupakan bagian dari suhu
perairan secara keseluruhan. SPL dipengaruhi oleh panas matahari, arus permukaan, keadaan
awan, upwelling, divergensi, dan konvergensi terutama pada daerah muara dan sepanjang garis
pantai. Suhu merupakan parameter lingkungan yang paling sering diukur di laut karena berguna
dalam mempelajari proses-proses fisik, kimiawi dan biologis yang terjadi di laut. Pola distribusi
suhu permukaan laut dapat digunakan untuk mengidentifikasi parameter parameter laut seperti
arus laut, upwelling dan front. Proses upwelling inilah yang menyebabkan peningkatan zat hara
pada lapisan permukaan laut dan mendukung proses-proses kehidupan di laut. Suhu permukaan
laut yang memiliki perbedaan secara signifikan dijadikan sebagai indikator keberadaan upwelling
(Inaku, 2011).
2.2.3. Citra Modis
Menurut Faisal (2010), MODIS atau Moderate Resolution Imaging Spectro radio meter
merupakan sensor yang terpasang pada satelit Terra dan Aqua. Sensor Modis diperuntukan
sebagai penyedia data darat, laut, dan udara. Modis termasuk dalam tipe hybrid cross-track
scanner atau kombinasi push broom dengan whisk broom scanner, dengan lebar cakupan 2300
km, dengan sudut 55dengan ketinggian 705 km diatas permukaan bumi. Dibawanya sensor
modis pada dua satelit, memungkinkan melakukan perekaman dua kali yaitu pagi dan sore hari.
Modis memiliki 36 saluran dengan rentang panjang gelombang 0.4 – 14.4 µm. Sensor ini
memiliki 3 resolusi spasial yaitu 250 m untuk saluran 1 dan 2, 500 m untuk saluran 3-7, dan 1
km untuk saluran 8-36. Namun, citra ini memiliki satu kekuranganya itu adanya efek bow-tie
yang menjadikan pixel yang tadinya memiliki resolusi spasial 1 km menjadi 6 km pada area yang
terekam secara push broom dan 2 km pada area yang terrekam secara whisk broom. Namun, efek
ini dapat dihilangkan dengan melakukan koreksi bow-tie. Selain aplikasi penggunaan untuk
mengetahui suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil, sensor modis ini juga dapat digunakan
untuk mengetahui indeks vegetasi, kelembapan tanah, kadar aerosol di atmosfer, dan sebagainya.
Lebih dari 40 produk data modis yang dihasilkan dari pengolahan raw data modis dan
didistribusikan secara gratis melalui website NASA.
2.2.4. Ocean Color dan Seadass
Program SeaDAS ( SeaWiFS Data Analysis System) merupakan sejenis Software yang
digunakan untuk mengolah data citra satelit untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yaitu Sea
Surface Temperature (SST) yaitu suhu permukaan laut (SPL) dan juga data Chlorophyll yaitu
data kandungan klorofil-a perairan. SeaDAS merupakan perangkat lunak untuk image analysis,
processing, display, dan quality control data ocean color (MODIS, SeaWiFS, MERIS, OCTS,
dan CZCS). Software ini tersedia dalam bentuk open source dan bisa berjalan baik pada platform
Unix (SeaDAS 6) maupun Windows (SeaDAS 7). Selain versi GUI, SeaDAS jga menyediakan
versi IDL yang memungkinkan pengguna untuk melakukan eksplorasi data dengan lebih
komprehensif (Faisal, 2010).

2.3. Daerah Upwelling di Wilayah Laut Seram


Analisis sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a memberikan informasi untuk
mengidentifikasi daerah upwelling di perairan Pulau Buru dan Seram dengan suhu yang dingin
dan kandungan klorofil-a yang tinggi. Sebaran suhu permukaan laut, klorofil-a dan angin dari
tahun 2003- 2015 untuk mendapatkan nilai secara klimatologi dari parameter upwelling.
Parameter upwelling mengidentifikasi daerah upwelling yang memiliki kondisi perairan laut yang
subur sehingga kaya akan ikan. Analisis spasial dari data temporal dapat memberikan informasi
mengenai potensi ikan di perairan Pulau Buru dan Seram (Kurnianighsih et al., 2017).

2.4. Identifikasi Daerah Upwelling


2.4.1. Identifikasi Daerah Upwelling dengan Klorofil-A dan SPL
Pola penyebaran dan perkembangan area Upwelling menunjukkan bahwa penurunan suhu
diikuti dengan peningkatan konsentrasi klorofil-a. Menurut Kunarso et al., (2005), hal ini
disebabkan karena fitoplankton pada suhu rendah dapat mempertahankan konsentrasi pigmen-
pigmen fotosintesis, enzim-enzim dan karbon yang besar. Ini dikarenakan lebih efisiennya
fitoplankton menggunakan cahaya pada suhu rendah dan laju fotosintesis akan lebih tinggi bila
sel-sel fitoplankton dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Selain itu, perubahan laju
penggandaan sel hanya pada suhu tinggi. Perubahan laju penggandaan sel hanya pada suhu yang
tinggi karena tingginya suhu memudahkan terjadinya penyerapan nutrien oleh fitoplankton.

2.4.2. Kelebihan & Kekurangan Identifikasi Upwelling dengan Klorofil-A dan SPL
Salah satu metode dalam menentukan upwelling adalah dengan menggunakan Klorofil A
dan SPL. Kedua parameter tersebut dapat diunduh secara gratis dan legal. Kelebihan dari metode
tersebut adalah lebih mudah dipakai dan dipahami dalam menentukan upwelling. Namun,
hasilnya tersebut bergantung pada citra yang diunduh. Ketika kualitas citra bagus maka data yag
dikumpulkan bagus dan hasil identifikasi lebih bagus (Hestiningsih et al., 2017).
III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi
3.1.1. Waktu dan Tempat
Hari, tanggal : Sabtu, 20 Maret 2021
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Melalui platform Ms. Teams di kediaman masing-masing.
3.1.2. Alat dan Bahan
Tabel 1. Tabel Alat dan Bahan

Alat dan Gambar Fungsi


Bahan

Sebagai alat untuk


Laptop melakukan
pemrosessan data

Sebagai parameter
Data
klorofil untuk
Klorofil-a
upwelling

Sebagai parameter
Data SST
suhu untuk upwelling

Perangkat lunak untuk


Software
mengolah data dari
SeaDAS
OceanColor

Perangkat lunak untuk


Software
melakukan
ArcGIS
pengolahan peta
Perangkat lunak untuk
Ms. Excel melakukan pengolahan
data.

3.2. Metode
3.2.1. Download Citra Aquamodis
1. Buka website oceancolor.gsfc.nasa.gov, Ketika muncul pilih Level 3 Browser

2. Pilih data Aquamodis Chlorphyll Concentration -> OCI Algorithm - monthly. Input data bulan
Desember-Februari

3. Download dengan Tipe SMI


3.2.2. SeaDAS
1. Buka Software SeaDas

2. Pilih file > Open > Open a data product, masukkan data SST dan data klorofil-A yang telah
diunduh

3. Pada window file manager klik Rasters lalu doubleclick data chlor-a

4. Lakukan yang sama dengan SST


5. Sinkronkan dengan ikon Synchronize

6. Perbesar peta ke daerah yang sudah ditentukan

7. Crop Peta

8. Lakukan Hal yang sama terhadap SST


3.2.3. Pengolahan Excel
1. Buka Ms. Excel

2. Pada excel option ubah decimal separators menjadi (.) dan thousands separator menjadi (,)

3. Masukkan data klorofil-a dan sst sesuai bulan yang diinginkan

4. Mencari nilai a, b, c dengan menghitung nilai min, max, rerata dan standar deviasi dari tiap
parameter
3.2.4. Olah Citra Penentuan Daerah Upwelling di ArcGIS
1. Buka ArcMap

2. Masukkan Data Modis yang telah diolah seaDAS ke dalam ArcMap melalui menu File - Add
Data

3. Pilih Arc Toolbox Window → Spasial Analyst Tools → Map Algebra → Raster Calculator
4. Double klik pada Layer yang memiliki informasi klorofil–a dan tuliskan pada kotak
calculatornya sesuai ketentuan rumus klasifikasi, kemudian simpan di folder, lalu
OK.Lakukan hal yang sama pada layer sst

3.2.5. Layouting Peta


1. Buat legenda

2. Untuk membuat grid, klik kanan pada peta lalu properties > grid > new grid
3. Untuk menambah arah mata angin klik insert > north arrow

4. Untuk menambahkan scalebar klik insert > scalebar > alternating scale bar 1 > OK

5. Tambahkan juga logo undip, judul peta, dan nama dengan menginsertnya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Perhitungan dan Klasifikasi Kriteria Upwelling di Wilayah Laut Seram
4.1.1.1.Sea Surface Temperature (SST)
Bulan Desember 2019
Nilai Maksimum : 35.145 ºC
Nilai Minimum : 27.645 ºC
Nilai Rata-rata : 29.99132 ºC
Standar Deviasi : 0.670381 ºC

A : 30.23375139 ºC
B : 30.92566862 ºC
C : 31.61758586 ºC

Klasifikasi Upwelling
Sangat Kuat : USK <= 30.23375139 ºC
Kuat : 30.23375139 ºC < UK <= 30.92566862 ºC
Lemah : 30.92566862 ºC < UL <= 31.61758586 ºC
Sangat Lemah : USL > 31.61758586 ºC

Bulan Januari 2020


Nilai Maksimum : 34.575 ºC
Nilai Minimum : 27.685 ºC
Nilai Rata-rata : 30.57971 ºC
Standar Deviasi : 0.691917 ºC

A : 29.65751907 ºC
B : 30.3269977 ºC
C : 30.99647633ºC

Klasifikasi Upwelling
Sangat Kuat : USK <= 30.23375139 ºC
Kuat : 30.23375139 ºC < UK <= 30.92566862 ºC
Lemah : 30.92566862 ºC < UL <= 31.61758586 ºC
Sangat Lemah : USL > 31.61758586 ºC

Bulan Februari 2020


Nilai Maksimum : 35.205 ºC
Nilai Minimum : 26.405 ºC
Nilai Rata-rata : 29.68841 ºC
Standar Deviasi : 0.922106 ºC

A : 29.22736 ºC
B : 30.14947 ºC
C : 31.07157 ºC

Klasifikasi Upwelling
Sangat Kuat : USK <= 30.23375139 ºC
Kuat : 30.23375139 ºC < UK <= 30.92566862 ºC
Lemah : 30.92566862 ºC < UL <= 31.61758586 ºC
Sangat Lemah : USL > 31.61758586 ºC

4.1.1.2.Klorofil-A
Bulan Desemer 2019
Nilai Maksimum : 3.007443 mg/L
Nilai Minimum : 0.094463 mg/L
Nilai Rata-rata : 0.237904 mg/L
Standar Deviasi : 0.237325 mg/L

A : 0.119241609 mg/L
B : 0.356567052 mg/L
C : 0.593892494 mg/L

Klasifikasi Upwelling
Sangat Kuat : USK > 0.593892494 mg/L
Kuat : 0.593892494 mg/L < UK <= 0.356567052 mg/L
Lemah : 0.356567052 mg/L < UL <= 0.119241609 mg/L
Sangat Lemah : USL <= 0.119241609 mg/L
Bulan Januari 2020
Nilai Maksimum : 5.747781 mg/L
Nilai Minimum : 0.094343 mg/L
Nilai Rata-rata : 0.283251 mg/L
Standar Deviasi : 0.418693 mg/L

A : 0.073905 mg/L
B : 0.492598 mg/L
C : 0.91129 mg/L

Klasifikasi Upwelling
Sangat Kuat : USK > 0.593892494 mg/L
Kuat : 0.593892494 mg/L < UK <= 0.356567052 mg/L
Lemah : 0.356567052 mg/L < UL <= 0.119241609 mg/L
Sangat Lemah : USL <= 0.119241609 mg/L

Bulan Februari 2020


Nilai Maksimum : 2.543291 mg/L
Nilai Minimum : 0.090934 mg/L
Nilai Rata-rata : 0.230295 mg/L
Standar Deviasi : 0.219716 mg/L

A : 0.120437 mg/L
B : 0.340153 mg/L
C : 0.559869 mg/L

Klasifikasi Upwelling
Sangat Kuat : USK > 0.593892494 mg/L
Kuat : 0.593892494 mg/L < UK <= 0.356567052 mg/L
Lemah : 0.356567052 mg/L < UL <= 0.119241609 mg/L
Sangat Lemah : USL <= 0.119241609 mg/L
4.1.2. Hasil Layouting Upwelling di Wilayah Laut Seram
4.2. Pembahasan
Dari data pada praktikum kali ini adalah menggunakan software SeaDas dan Arcgis
dengan memanfaatkan data citra Aqua MODIS Klorofil-a dan SST. Hasil pengolahan data Laut
Seram pada bulan Desember menunjukkan terjadinya upwelling pada daerah tersebut. Daerah
Upwelling merupakan daerah yang ditandai dengan suhu perairan yang lebih rendah dari
sekitarmya yang disebabkan karena terjadi pengadukan massa air yang berada di lapisan bawah
yang suhunya relatif lebih rendah. Kriteria upwelling pada praktikum kali ini didasari oleh kondisi
suhu dan klorofil-a. karena itu, data yang digunakan merupakan data SST dan klorofil-a dari citra
satelit MODIS. Gerakan naiknya massa air ini juga diakibatnya karena adanya stratifikasi lapisan
yang memiliki perbedaan densitas pada setiap lapisannya karena dengan bertambahnya
kedalaman perairan maka suhunya akan semakin turun dengan densitas makin meningkat. Hal
ini memicu energi untuk menggerakkan massa air secara vertikal.
Analisa peta persebaran upwelling pada wilayah Laut Seram, yaitu pada bulan Desember
2019 terdapat empat tipe upwelling. Tipe upwelling yang paling dominan adalah tipe lemah dan
diikuti oleh tipe kuat. Kemudian peta persebaran pada bulan Januari didominasi oleh tipe
upwelling yang lemah. Namun, jika dilihat dari peta persebarannya, pada bulan Januari 2020
hampir di semua wilayah perairan terdapat upwelling lemah. Hal ini dapat terjadi karena mungkin
terdapat kesalahan pada waktu pengolahan data. Karena jika dibandingkan dengan bulan yang
lain, pada bulan Desember 2019 dan Februari 2020 peta persebaran upwelling dapat dikatakan
sangat mirip, hanya saja terdapat perluasan daerah pada tipe upwelling lemah. Pada bulan
Februari 2020, upwelling yang terjadi lebih luas jika dibandingkan dengan bulan Desember 2019.
Hal ini dapat terjadi karena mungkin adanya peralihan musim yang terjadi dari musim penghujan
ke musim kemarau.
Ciri lain adalah faktor klorofil a. Daerah upwelling merupakan daerah yang subur, oleh
sebab itu maka jumlah klorofil a besar, karena dengan terjadinya pengadukan dasar perairan,
nutrien yang berada di bagian bawah perairan terangkat dan mengakibatkan fitoplankton yang
berperan sebagai produktifitas primer perairan berkembang biak dengan sangat baik dan mampu
menarik berbagai organisme yang berperan sebagai konsumen (Nybakken, 1992).
Hasil analisa berdasarkan data temperatur dan klorofil-a yang diambil menggunakan citra
Aqua MODIS Chlorophyll Concentrate OCI dan Aqua MODIS Sea Surface Temperature (11
daytime) di bulan Desember menunjukkan bahwa terjadi pengaruh upwelling yang cukup kuat
pada wilayah laut Seram. Penggunaaan data citra klorofil-a dan temperatur digunakan untuk
mengetahui wilayah di sekitar laut Seram yang memiliki arus vertikal (upwelling). Salah satu
indikator terjadinya upwelling pada suatu wilayah yaitu suhu permukaan laut yang rendah
dibandingkan dengan sekitarnya serta melimpahnya sumber nutrien akibat keluaran dari massa
air laut dalam yang membawa berbagai macam material nutrien sehingga memancing
produktivitas primer berkembang sehingga menghasilkan klorofil-a yang mampu menarik
organisme sebagai konsumen. Sehingga digunakan citra temperatur dan citra sebaran kloril a.
untuk mengidentifikasi wilayah upwelling berdasarkan sebaran suhu dan klorofil tersebut.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Upwelling merupakan peristiwa naiknya massa air dari dasar laut ke permukaan laut yang
membawa unsur hara yang tinggi dengan kandungan klorofil-a tinggi. Upwelling
merupakan pergerakan massa air dari dasar laut ke atas permukaan laut sehingga banyak
membawa unsur hara dan memiliki tingkat kesuburan primer yang tinggi.
2. Upwelling dalam bidang oseanografi dapat dimanfaatkan sebagai peta untuk mengetahui
persebaran nutrient yang dapat diolah menjadi daerah tangkapan ikan. Upwelling dapat
menyebabkan nutrient terangkat ke atas dan akan membuat ikan berkumpul didaerah
tersebut.
3. Pada perairan Laut Seram, jenis-jenis upwelling yang terjadi meliputi sangat kuat, kuat,
lemah dan sangat lemah. Pada bulan Desember, jenis upwelling yang sangat dominan
adalah tipe lemah. Pada bulan Januari, jenis upwelling yang mendominasi adalah tipe
lemah. Dan, pada bulan Februari 2020, jenis upwelling yang sangat mendominasi wilayah
Laut Seram adalah tipe lemah.

5.2. Saran
1. Suasana praktikum lebih di enjoy kan.
2. Video tutorial arus di kasih backsound lagu biar seru, tapi jangan kenceng-kenceng,
3. Praktikan datang tepat waktu.
Daftar Pustaka

Barnes, R. S. K. dan R.N. Hughes. 1988. An introduction to Marine Ecology. 2nd Edition.
Blokwell Scientific Publication. 35p.
Faizal, Kasim. 2010. Analisis Distribusi Suhu Permukaan Menggunakan Data Citra Satelit
Aqua-Modis dan Perangkat Lunak Seadas di Perairan Teluk Tomini. GorontaloKunarso,
et all. 2011. Variabilitas Suhu dan Klorofil-a di Daerah Upwelling pada Variasi Kejadian
ENSO dan IOD di Perairan Selatan Jawa sampai Timor. ILMU KELAUTAN September
2011. Vol. 16 (3) 171-180. ISSN 0853-7291.
Hestiningsih, H., Prasetyo, Y., dan Sasmito, B. 2017. Identifikasi Kawasan Upwelling
Berdasarkan Variabilitas Klorofil-a, Suhu Permukaan Laut Dari Data Citra Aqua Modis
Tahun 2003-2015 Dan Arus (Studi Kasus: Perairan Nusa Tenggara Timur). Jurnal
Geodesi Undip, 6(1), 189-198.
Hu, Jianyu dan Xiao Hua Wang. 2016. Progress on upwelling studies in the China Seas. Journal
of Geophysical Research: Oceans 54: 653-673.
Inaku, Dwi Fajriyati. 2011. Analisis Pola Sebaran Dan Perkembangan Area Upwelling Di
Bagian Selatan Perairan Selat Makassar. Thesis sekolah pasca sarjana IPB. Bogor.
Kunarso, et all. 2005. Karakteristik Upwelling di Sepanjang Perairan Selatan NTT hingga Barat
Sumatera. Ilmu Kelautan. Maret 2005. Vol. 10 (1) : 17 – 23. SSN 0853 – 729.
Kurnianingsih, T. N., Sasmito, B., Prasetyo, Y., dan Wirasatriya, A. 2017. Analisis Sebaran Suhu
Permukaan Laut, Klorofil-A, dan Angin Terhadap Fenomena Upwelling di Perairan
Pulau Buru dan Seram.
Murdahayu, Makmur. 2007. PengaruhUpwelling Terhadap Ledakan Alga (Blooming Algae) di
Lingkungan Perairan Laut. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Nybakken dan James W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologi (Terjemahan: Moh.
Eidman dan Kuesoebiono). PT. Gramedia. Jakarta. 459 hlm.
LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT
MODUL 3
ARUS PERMUKAAN

Oleh:

M Azizi Dirgantara 26050119130041 Oseanografi B

Koordinator Praktikum:
Dr. Kunarso, ST, MSi.
NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :
Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054
Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118130030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Arus merupakan pergerakkan massa air yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain angin, suhu, Perbedaan tekanan udara, gaya coriolis dll. Arus yang ada di permukaan ini
adalah arus yang berada diatas kolom air. Arus dipermukaan ini berhubungan dengan angin,
karena berada di permukaan air. Arus ini menunjukkan adanya pergerakkan angin yang ada.
Sehingga bisa dikatakan arus ini bersifat musiman, karena mengikuti angin.
Praktikum ini menunjukkan arus yang ada di perairan aceh barat. Perairan ini berada di
ujung dari provinsi aceh ini. Data yang diambil adalah data 1 bulan dalam 4 bulan yang
berbeda. Data yang diambil diambil dari web hycom, web ini menampilkan citra yang
berhubungan dengan arus permukaan dari suatu citra di perairan tertentu. Dalam bidang
oseanografi, menentukkan arus permukaan ini juga merupakan salah satu hal yang penting.
Oleh sebab itu, praktikum kali ini berjudul Arus Permukaan.

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara mendownload dan mengolah data Hycom
2. Mahasiswa mengetahui pola arus permukaan berdasarkan musim
3. Mahasiswa mengetahui pengolahan data arus permukaan dengan software arcgis
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mendownload dan mengolah data hycom pada suatu perairan
2. Mahasiswa dapat mengetahui pola arus berdasarkan musim
3. Mahasiswa dapat mengolah data arus permukaan dengan software arcgis
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hycom
Menurut Trinugroho et al. (2019), Hycom merupakan salah satu website yang
menampilkan data permukaan arus permukaan. Data yang ada berasal dari seluruh data yang
ada didunia. Dalam hycom ini kita dapat mengetahui model dari pergerakan arus yang ada.
Dengan kata lain, kita dapat mengetahui pola dari arus yang ada di suatu perairan yang ada.
Data arus yang didownload dapat didapatkan dari kedalam 0-5500 meter.
2.2. Arus Permukaan
Menurut Daruwedho et al. (2016), Arus permukaan adalah pergerakan massa air oleh
angin yang berada di kedalaman 0-200 meter. Arus ini sudah berbeda dengan arus yang
berada di kolom air. Karena arus yang berada dikolom air bergerak karena adanya perubahan
densitas air laut. Sedangkan, arus permukaan ini disebabkan oleh angin sehingga arus ini
mengikuti pergerakkan angin. Pergerakkan angin ini berasal dari suhu tinggi ke suhu rendah.
Menurut Bayhaqi et al. (2017), pola permukaan arus ini bersifat musiman. Hal ini
terjadi karena arus permukaan laut mengikuti arah angin yang ada. Sedangkan, angin bertiup
tergantung musim yang ada, bisa musim timur-barat atau musim peralihan dan non-
peralihan. Pola arus ini juga dapat diperoleh dari data suhu, namun untuk pemodelannya
harus dibuat kembali. Pada data arus angin ini permodelannya dapat dilihat dari web hycom.
2.3. Karakteristik Arus di Indonesia
Karakteristik Arus di Indonesia ini secara umum, dipengaruhi oleh angin dalam hal ini
berhubungan dengan arlindo dan dipengaruhi oleh pasang surut yang ada. Akibat adanya
pasang surut ini arus dapat menjadi cepat dan menjadi lambat. Namun pola dari arus ini
menjadi tidak beraturan pada daerah pesisir. Namun, pada perairan Indonesia sendiri
dipengaruhi oleh angin saja. Baik kecepatan, arah dan transport energi yang ada dipengaruhi
oleh kecepatan angin (Tanto et al., 2017).
Menurut Hasanudin (1998), dari arlindo ini maka Hasilnya terjadinya gradien tekanan
уаng mengakibatkan atau mempengaruhi mengalirnya arus dаrі perairan Lautan Pasifik kе
perairan Lautan Hindia. Arus yang lewat atau melintas di Indonesia selama Muson
Tenggara umumnya akan lebih kuat dаrі pada arus dі Muson Barat Laut. Sumber air уаng
dibawa оlеh Arlindo berasal dаrі Lautan Pasifik bagian utara dan selatan. Perairan Selat
Makasar dan Laut Flores lebih banyak dipengaruhi оlеh massa air laut Pasifik Utara
ѕеdаngkаn Laut Seram dan Halmahera lebih banyak dipengaruhi оlеh massa air dаrі Pasifik
Selatan. Bаhwа massa air Pasifik masuk kepulauan Indonesia mеlаluі 2 (dua) jalur utama,
yaitu:
1. Jalur barat
Massa air masuk mеlаluі Laut Sulawesi dan Basin Makasar. Sebagian massa air
аkаn mengalir mеlаluі Selat Lombok dan berakhir dі Lautan Hindia ѕеdаngkаn
sebagian lаgі dibelokan kе arah timur terus kе Laut Flores hіnggа Laut Banda dan
kеmudіаn keluar kе Lautan Hindia mеlаluі Laut Timor.
2. Jalur timur
Massa air masuk mеlаluі Laut Halmahera dan Laut Maluku terus kе Laut Banda.
Dаrі Laut Banda, massa air аkаn mengalir mengikuti 2 (dua) rute. Rute utara Pulau
Timor mеlаluі Selat Ombai, аntаrа Pulau Alor dan Pulau Timor, masuk kе Laut Sawu
dan Selat Rote, ѕеdаngkаn rute selatan Pulau Timor mеlаluі Basin Timor dan Selat
Timor, аntаrа Pulau Rote dan paparan benua Australia

2.4. Monsoon
Menurut Munandar et al. (2016), Angin Monsoon ini adalah angin yang memiliki
periode barat dan timur. Angin ini terjadi karena adanya perubahan iklim dan musim yang
menyebabkan perubahan suhu dan tekanan udara. Sehingga pada hal ini menyebabkan
variabilitas pada spl, klorofil dan fishing ground di Indonesia. Hal ini terjadi akibat angin
yang menyebabkan arus dilaut kemudian membawa nutrient tersebut sehingga fishing
ground berpindah juga
Perubahan suhu dan arah angin ini disebabkan oleh adanya munson ini. Pola musiman
munson ini berhubungan juga dengan upwelling dan downwelling di perairan Indonesia.
Arah munson ini dipisahkan dengan arah vertikal dan horizontal atau v dan u. Munson kuat
atau tidak kecepatannya dapat dilihat pada kolerasi angin zonal dengan klorofil a yang ada
(Mahagnyana et al., 2017).

2.5. Kondisi Oseanografi Selat Makassar


Pada perairan Selat Makassar digambarkan wilayah perairan di Indonesia yang rawan
terjadi kecelakaan kapal di laut, dimana selat Makassar merupakan salah satu wilayah dengan
tingkat resiko yang tinggi di antara tiga perairan lainnya, yaitu: selat Malaka, laut Jawa dan
laut Banda. Gelombang yang terjadi pada perairan ini juga cukup signifikan dan besar. Oleh
karena itu perairan Selat Makassar masuk kedalam salah satu wilayah perairan yang tingkat
resikonya tinggi (Rahman et. al., 2018).
Selat Makassar dan Laut Jawa merupakan wilayah yang sangat strategis dalam bidang
pelayaran, perikanan tangkap, transportasi dan pertambangan. Selat Makassar yang dominan
bergerak ke selatan sangat berpengaruh terhadap pola arus yang terjadi di perairan Gugusan
Pulau Laut Kepulauan. Hasil ini juga ditunjukkan oleh adanya sedimen dasar yang di
dominasi oleh pasir berlumpur yang berasal dari wilayah utara terutama dari Selat Sebuku.
Pengukuran saat penelitian didapatkan kecepatan arus rata-rata 0,10 m/s dengan arah arus
cenderung ke utara atau ke daratan utama Pulau Laut Kabupaten Kotabaru (Salim et. al.,
2017).
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Waktu dan Tempat
Hari, tanggal : Kamis, 8 April 2021
Waktu : 13.00-15.00 WIB
Tempat : Menggunakan platform Ms. Teams di kediaman masing-masing.
3.1.2. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat Praktikum Arus Modul III
No. Nama Alat Gambar Kegunaan

1. Laptop Sebagai media pemrosesan data.

2. Mouse Sebagai perangkat bantuan yang


mempermudah kegiatan pengolahan
data.

3. Kabel Roll Sebagai perangkat bantuan penyalur


aliran listrik untuk banyak komputer.

Tabel 2. Bahan Praktikum Arus Modul III


No. Nama Bahan Gambar Kegunaan

1. Data Hycom Sebagai data yang akan


diolah.
3.2. Metode
3.2.1. Download Hycom
1. Membuka Browser lalu ketik hykom maka akan muncul sebagai berikut

2. Klik pada ‘HYCOM’ maka akan masuk ke halaman hycom.org.

3. Klik pada tab ‘data server’ maka akan menuju halaman data server
4. Scroll down kemudian klik pada ncss.hycom.org – NetCDF Subset Service
(NCSS) Access

5. Akan terbuka halaman baru, kemudian cari folder GOFS


3.0 kemudian klik pada GLBa0.08/expt_90.8 (2014-05 to 2016-01) *with
forecast*/

6. Data yang didownload adalah data tahun 2015 maka pilih 2015 Data, dan klik
pada All Data at 00Z
7. Kemudian akan muncul halaman berikut

8. Cheklist pada bagian with velocity kotak ‘u’ dan ‘v’. Kemudian uncheklist pada
‘Disable horizontal subsetting’ dan ketikkan koordinat sesuai daerah yang
diinginkan. Pada Choose Time Subset pilih Single Time dan ketikan ‘2015-02-
01T00:00:00Z’. Kemudian ketik 2pada Vertical Stide dan Cheklist pada Add La
t/Lonvariables dan pilih format data netcdf.

9. Klik Submit
3.2.2. ODV
1. Buka perangkat lunak Ocean Data View (ODV) yang sudah terinstall di computer

2. Klik open

3. Pilih file hycom yang sudah di download


4. Klik “Next” hingga “Finish” lalu akan muncul tampilan berikut

3.2.3. Pengolahan di ArcMap


1. Buka software ArcGIS

2. Add data dari excel yang telah diolah


3. Klik kanan pada data “ArcGIS$” kemudian klik Display XY Data dan edit
koordinat menjadi WGS 1984

4. Klik kanan pada ArcGIS event lalu properties > symbology > quantities >
graduated symbols > value diubah menjadi V > classify > method diubah menjadi
standard deviation > ubah symbol size from sesuai keinginan > satuan pada table
diubah menjadi m/s > symbol diubah menjadi panah > advanced > rotation ubah
menjadi arah > OK

5. Add basemap oceans

6. Kemudian buat layouting seperti gambar dibawah


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Pola Arus Permukaan Bulan Februari

Gambar 1. Pola Arus Permukaan Bulan Februari


4.1.2. Pola Arus Permukaan Bulan Mei

Gambar 2. Pola Arus Permukaan Bulan Mei

4.1.3. Pola Arus Permukaan Bulan Agustus

Gambar 3. Pola Arus Permukaan Bulan Agustus


4.1.4. Pola Arus Permukaan Bulan November

Gambar 4. Pola Arus Permukaan Bulan November

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pola Arus Permukaan Bulan Februari
Februari merupakan bulan yang terdapat pada musim barat (Desember – April). Pada
musim Barat pusat tekanan udara tinggi berkembang diatas benua Asia dan pusat tekanan
udara rendah terjadi diatas benua Australia sehingga angin berhembus dari barat laut menuju
Timut Laut. Dari data yang telah diolah dapat dilihat bahwa arah arus pada bulan februari
2015 di Selat Makassar condong kearah utara. Hal ini menunjukan bahwa angin yang
sedang bertiup di atas permukaan air berasal dari timur. Terdapat pola arus yang berkumpul
dan memutar. Hal ini disebabkan oleh pergerakan arus permukaan yang searah dengan angin
yang bertiup di atasnya terkena daratan atau pulau. Arah arus permukaan akan dibelokkan
menjauhi garis pantai. Karakteristik arus permukaan yang terbentuk pada Selat Makassar
memiliki dominasi besar kecepatan arus permukaan adalah sebesar 1,5-2,5 m/s.
4.2.2. Pola Arus Permukaan Bulan Mei
Pada bulan Mei 2015 memasuki musim Timur. Pada bulan Mei 2015 ini akan
memasuki musim timur. Dari data yang telah di olah dapat dilihat bahwa arus permukaan
bergerak ke Timur ke barat laut. Artinya pergerakan angin sudah memasuki musim timur.
Terdapat pola arus yang berkumpul dan memutar. Hal ini juga disebabkan oleh pergerakan
arus permukaan yang searah dengan angin yang bertiup di atasnya terkena daratan atau pulau.
Arah arus permukaan akan dibelokkan menjauhi garis pantai. Karakteristik arus permukaan
yang terbentuk pada Selat Makassar cenderung kuat dengan arus yang memiliki kecepatan
tinggi bergerak kearah barah laut. Kecepatan arus di dominasi besar kecepatan arus
permukaan adalah sebesar ±2,5 m/s

4.2.3. Pola Arus Permukaan Bulan Agustus


Pada bulan Agustus 2015 sudah memasuki musim timur, dimana pada musim Timur
pusat tekanan udara rendah yang terjadi diatas Benua Asia dan pusat tekanan udara tinggi
diatas Benua Australia menyebabkan angin behembus dari Tenggara menuju Barat Laut. Di
belahan bumi utara khususnya benua Asia temperaturnya tinggi dan tekanan udara
rendah(minimum). Sebaliknya di benua Australia yang telah ditinggalkan matahari,
temperaturnya rendah dan tekanan udara tinggi (maksimum). Terjadilah pergerakan angin
dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai angin muson timur
Karakteristik pola pada bulan Agustus ini memiliki nilai kecepatan > 2,5 m/s. Pada
hal ini menunjukkan perairan ini memiliki kecepatan yang tergolong pelan, hal ini karena
kondisi suhu dan tekanan udara yang tergolong cukup konstant, sehingga mengakibatkan
angin bergerak dengan lamban.

4.2.4. Pola Arus Permukaan Bulan November


Pada bulan November 2015 memasuki musim peralihan 2. Pada bulan ini akan
mengakhiri musim timur dan memasuki musim barat. Dari data yang telah di olah dapat
dilihat bahwa arus permukaan bergerak ke arah barat. Artinya pergerakan angin sedang mulai
berubah dari musim timur ke musim barat. Terdapat pola arus yang berkumpul dan memutar.
Hal ini juga disebabkan oleh pergerakan arus permukaan yang searah dengan angin yang
bertiup di atasnya terkena daratan atau pulau. Arah arus permukaan akan dibelokkan
menjauhi garis pantai. Karakteristik arus permukaan yang terbentuk pada Selat Makassar
cenderung lemah dengan dominasi besar kecepatan arus permukaan adalah sebesar < 0,5 m/s.

4.2.5. Perbedaan Pola Arus Antar Bulan


Dari keempat bulan yang telah diolah, bulan yang berada di musim barat dan
peralihan satu memiliki kecepatan arus yang lebih kecil dari pada bulan – bulan yang berada
pada musim timur dan peralihan 2. Pada musim timur dan peralihan 2, angin yang berhembus
melewati laut atau daerah yang sempit dapat mempercepat kecepatan dari arus permukaan.
Hal ini menyebabkan kecepatan arus permukaan pada musim timur dan peralihan 2 lebih
besar daripada musim barat dan peralihan 1. Secara umum hal yang membedakan dari
keempat bulan tersebut ada;ah dominasi kecepatan arus. Pada ke empat bulan tersebut
memiliki arus yang memutar karena lokasi yang dikelilingi daratan.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Data yang didownload pada web hycom adalah data kecepatan arus dalam bulan

Februari, Mei, Agustus, dan November tahun 2009.

2. Pola Arus mengikuti musim yang ada untuk bulan Februari bergerak ke arah utara,

untuk bulan Mei bergerak ke arah timur atau ke arah tenggara, untuk bulan Agustus

bergerak ke arah selatan atau ke arah tenggara, untuk bulan November bergerak

kearah Barat atau Barat Laut

3. Pengolahan data dengan arcgis dapat menunjukkan arah gerak dari arus yang ada

oleh angin

5.2. Saran
1. Praktikum selanjutnya seharusnya diberi penjelasan lagi mengenai pengerjaan
videonya
2. Praktikum selanjutnya dapat diberi materi terlebih dahulu
3. Praktikum selanjutnya mahasiswa harus mengumpulkan laporan tepat waktu
DAFTAR PUSTAKA

Al Tanto, T., Wisha, U. J., Kusumah, G., Pranowo, W. S., Husrin, S., Ilham, I., & Putra, A. 2017.
Karakteristik Arus Laut Perairan Teluk Benoa–Bali. GEOMATIKA. 23(1), 37-48.
Bayhaqi, A., Iskandar, M. R., & Surinati, D. 2017. Pola Arus Permukaan dan Kondisi Fisika
Perairan di Sekitar Pulau Selayar pada Musim Peralihan 1 dan Musim Timur. OLDI
(Oseanologi dan Limnologi di Indonesia). 2(1), 83-95
Daruwedho, H., Sasmito, B., & Amarrohman, F. J. 2016. Analisis Pola Arus Laut Permukaan
Perairan Indonesia dengan Menggunakan Satelit Altimetri Jason-2 Tahun 2010-
2014. Jurnal Geodesi Undip, 5(2), 147-158
Hasanudin, M. (1998). Arus Lintas Indonesia (Arlindo).
Munandar, B., Purwanto, P., & Kunarso, K. 2016. Kaitan monsun terhadap variabilitas suhu
permukaan laut dan klorofil-a untuk prediksi potensi fishing ground di Perairan
Karimunjawa. Journal of Oceanography. 5(4): 505-511.
Mursyidin, M., Munadi, K., & Muchlisin, Z. A. 2015. Prediksi Zona Tangkapan Ikan
Menggunakan Citra Klorofil-a Dan Citra Suhu Permukaan Laut Satelit Aqua
MODIS Di Perairan Pulo Aceh. Jurnal Rekayasa Elektrika, 11(5), 176-182.
Rahman, S., A. H. Muhammad, D. Paroka, S. Dewa. 2018. Seakeeping Kapal Perikanan 30 GT
di Perairan Selat Makassar. Seminar Teknologi dan Rekayasa.

Salim, D., Yuliyanto, Y., & Baharuddin, B. 2017. Karakteristik parameter oseanografi fisika-
kimia perairan pulau kerumputan Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Jurnal
Enggano. 2(2), 218-228.

Trinugroho, T., Satriadi, A., & Muslim, M. 2019. Sebaran Thermal Front Musiman di Wilayah

Perairan Selat Madura Menggunakan Single Image Edge Detection. Journal of Marine

Research. 8(4), 416-423.


LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT
MODUL 4
ARUS GEOSTROPIK

Oleh:
M Azizi Dirgantara 26050119130041 Oseanografi B

Koordinator Praktikum:
Dr. Kunarso, ST, MSi.
NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :
Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054
Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118130030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara dengan luas lautan yang mendominasi kepulauan yang ada di
Indonesia, pengetahuan mengenai laut dan isinya sangat penting dalam pemanfaatan dan aplikasi
dalam penentuan parameter fisiknya. Salah satunya adalah arus, arus ini sangat penting untuk
dipelajari terkait dengan perpindahan massa air baik secara vertical maupun horizontal. Pergerakan
arus yang terjadi dapat membawa massa air dalam jumlah dan volume tertentu dan terjadi secara
terus menerus.
Arus merupakan salah satu parameter dalam oseanografi. Arus ini memiliki banyak jenis dan
model yang ada dilaut. Salah satunya adalah arus geostropik. Arus ini sangat berkaitan dengan
fenomena yang terjadi dilaut dan merupakan arus yang sering terjadi di laut. Sehingga arus ini
merupakan arus yang sering di modelkan dalam dunia oseanografi
Arus geostropik sendiri memiliki kaitannya dengan fenomena lain yang ada dilaut. Arus ini
berhubungan dengan siklus yang ada dilaut. Salah satunya adalah fenomena upwelling yang tejadi
di laut. Hal ini terjadi karena arus ini bergerak sehingga menimbulkan upwelling, dimana upwelling
tersebut berisi nutrient untuk kesuburan laut. Oleh sebab itu, praktikum kali ini berjudul Arus
Geostropik.

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa mengerti pengertian arus geostropik
2. Mahasiswa mengetahui mekanisme terbentuknya Arus Geostropik
3. Mahasiswa megetahui Anomali Geopotensial dil aut

1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui ap aitu arus geostropik
2. Mahasiswa dapat mengolah data arus geostropik
3. Mahasiswa dapat mengetahui anomaly geopotensial di laut
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Arus Geostropik
Menurut Prarikeslan (2016), arus geostropik merupakan arus yang terjadi akibat adanya
perbedaan densitas secara horizontal, sehingga mengakibatkan pergerakkan massa air ini dilautan.
Arus ini terjadi secara meluas pada suatu perairan akibat adanya perbedaan densitas ini secara
horizontal. Perbedaan densitas ini memicu adanya perbedaan tekanan yang ada dilaut. Selanjutnya
terdapat gaya Coriolis yang mempengaruhi arah arus, akibatnya muncul arus keseimbangan, yaitu
arus geostropik.
Menurut Tanto et. al. (2017), Arus geostropik digambarkan sebagai slope current yang
disebabkan oleh adanya kemiringan bidang isobar dan bidang datar. Kemiringan tersebut terjadi
akibat adanya penumpukan massa air di tempat tertentu karena adanya hembusan aning yang
berhembus terus menerus. Penumpukan massa air ini menyebabkan adanya perbedaan tekanan
pada permukaan laut, meskipun tekanan tersebut kecil tapi karena sifat air yang selalu mencari
keseimbangan, maka terjadilah pergerakan air secara mendatar. Selain itu, pengaruh angin dan
perbedaan tekanan atmosfer di permukaan laut berperan dalam pembentukan slope.

2.2. Gaya Gradien Tekanan


Menurut Tanto et. al. (2017), Gaya primer yang menyebabkan terjadinya aliran udara
horizontal adalah gaya gradien tekanan. Gaya gradien tekanan terjadi akibat adanya perbedaan
tekanan dari perbedaan suhu. Penyebab dari gaya gradien tekanan yaitu karena adanya
keseimbangan antara gradien tekanan dan gaya Coriolis. Gaya gradien tekanan horizontal sangat
dipengaruhi oleh tekanan, massa air, kedalaman dan juga densitas dari massa air tersebut, yang
mana jika densitas laut homogen, maka gaya gradien tekanan horizontal adalah sama untuk
kedalaman berapapun. Jika tidak ada gaya horizontal yang bekerja, maka akan terjadi percepatan
yang seragam dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Pada air laut tekanan meningkat
sesuai dengan bertambahnya kedalaman, oleh karena itu gradien tekanan dalam air laut memiliki
arah ke atas. Gradien tekanan yang memiliki arah vertikal ke atas tersebut, dapat mengimbangi
percepatan gaya gravitasi yang arahnya ke bawah, maka akan membuat permukaan isobar sejajar
dengan permukaan datar. Kenyataannya permukaan isobar jarang sekali identik dengan permukaan
datar, melainkan selalu berbeda walupun dengan jarak yang sangat kecil.
Menurut Alawiyah et. al. (2018), Gradien tekanan ini menyebabkan terjadinya arus
geostropik karena terdapat gaya Coriolis. Hal ini berhubungan dengan upwelling dan downwelling
yang ada pada suatu perairan. Gaya yang dominan bergerak dalam pergerakkan vertikal adalah gaya
gradien tekanan secara vertikal yang menggerakkan upwelling dan downwelling. Namun, fenomena
ini merupakan fenomena musiman yang terjadi akibat adanya siklus angina. Sedangkan, pada arah
mendatar adalah oleh gaya gradient tekanan dan gaya Coriolis.
2.3. Gaya Coriolis
Menurut Yuliana (2016), Gaya Coriolis adalah gaya khayal yang disebabkan oleh bumi berotasi
pada porosnya. Akibatnya pergerakkan yang ada di bumi akan menjadi tidak lurus atau terjadi
pembelokkan arah. Pembelokkan arah ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian Utara dan Bagian
selatan. Pada BBU dibelokkan kearah kanan dan di BBS dibelokkan kearah kiri. Sehingga
Pergerakkan suatu benda tidak akan lurus, atau pasti berbelok, contohnya adalah pergerakkan arus
Geostropik di dilaut ini.
Menurut Alawiyah et al. (2018), arus geostropik juga terjadi karena dipengaruhi oleh gradien
tekanan horizontal dan gaya Coriolis. Gaya Coriolis mengarah secara vertikal, dan tekanan secara
horizontal. Selanjutnya muncul arah yang dibelokkan sesuai dengan lokasi terjadinya arus ini. Di
BBU dibelokkan kekanan dan di BBS dibelokkan ke kiri. Dengan kata lain arus geostropik adalah arus
yang merupakan kesetimbangan dari gaya Coriolis dan gradien tekanan secara horizontal.

2.4. Spiral Ekman


Menurut Taohid et. al. (2017), spiral ekman merupakan pergeseran arus akibat adanya
pengaruh kedalaman. Karena pengaruh angin yang semakin berkurang yang disebabkan oleh
kedalaman yang semakin dalam hal tersebut menyebabkan kecepatan arus semakin ke bawah
semakin berkurang. Sehingga, Kedalaman perairan akan membat kecepatan arus semakin
berkurang. Hal ini karena energy yang digunakan arus telah berkurang. Selanjutnya akan habis pada
kedalaman tertentu.
Spiral ekman secara teoritis dapat diamati melalui pengamatan di laboratorium, yakni dengan
rekayasa beberapa parameter. Dengan pendekatan matematis parameter tersebut meliputi
kedalaman,arah gerak angin, viskositas fluida yang konstan. Lapisan ekman atau lapisan batas
dalam spiral ekman, merupakan suatu batas khayal yang dapat diasumsikan pengaruh angin
berkurang seiring bertambahnya kedalaman (Chereskin & Price, 2018)

2.5. Upwelling
Upwelling merupakan proses dimana daerah laut yang ada di sekitarnya terjadi kenaikan
jumlah nutrien secara spesifik. Naiknya nutrien ini akan menyebabkan suburnya daerah perairan
tersebut. Naiknya jumlah nutrien disini disebabkan adanya massa air yang naik ke atas permukaan
air laut yang membawa nutrien juga ke permukaan laut. Semakin besar kenaikan nilai nutrien yang
ada di permukaan laut, maka kesuburan daerah tersebut juga akan naik. Kesuburan yang meningkat
akan memancing ikan dan lainnya untuk menuju daerah tersebut untuk mencari makan. Manusia
bisa memanfaatkan hal ini dengan menjadikan daearah tersebut sebagai daerah tangkapan ikan
yang sangat berpotensial dan optimal pada hasil tangkapannya (Yuhendrasmiko et al., 2017).
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam lapisan permukaan.
Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi dan zat-zat hara yang
kaya ke permukaan. Meningkatnya produksi perikanan di suatu perairan dapat disebabkan oleh
upwelling. Karena gerakan air ini membawa suhu yang lebih dingin ke permukaan. Hal ini juga
merupakan faktor dari pasang (Putra, 2017).
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
Hari, tanggal : Sabtu, 17 April 2021
Waktu : 13.00-15.00 WIB
Tempat : Secara daring menggunakan Microsoft Teams

3.2. Metode
1. Menghitung densitas pada tekanan atmosfer (σt)

 o = −0,093 + 0,8149 s − 0,000482 s 2 + 0,0000068 s 3


2. Menentukan nilai AT

(
AT = T 4,78670 − 0,098185 T + 0,0010843 T 2 10 −3 )
3. Menentukan nilai BT

(
B T = T 18,030 − 0,8164 T + 0,0166 T 2 10 −6 )
4. Menentukan nilai ∑T

− (T − 3,98 ) T + 283
2
T =
503 ,570 T + 67 ,26

5. σt diperoleh dari persamaan :

 t =  T + ( o + 0,1324 )1 − AT + BT ( o − 0,1334 )

6. Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada tekanan (Δ s,t)

 10 −3  t 
 s ,t = 0,02736 −  
 1 − 10  t
−3

7. Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada temperatur


(δs,p)
Nilai δs,p pada S=34,7129 dapat dicari dengan menggunakan interpolasi

34 -0,2

34,7129 δs,p

35 0

Contoh:

 34,7129 − 34   −5
 s , p =  .(0 − (−0,2) ) + (−0,2).10 = −5,742 .10
−7

 35 − 34  
8. Menghitung anomali densitas yang tidak bergantung pada salinitas (δ t,p)
Nilai δt,p pada T=16,8422 dapat dicari dengan menggunakan interpolasi

15 2,8

16,8422 δt,p

20 3,5

Contoh:

 16,8422 − 15   −5
 t , p =  .(3,5 − 2,8) + (2,8).10 = 3,058 .10
−5

 20 − 15  

9. Menghitung anomali densitas (δ)


 =  s ,t +  s , p +  t , p

10. Menghitung anomali densitas rata-rata (  )


 z +  z +1
=
2

11. Menghitung gradien geopotensial (  )

(
 d =  .P +  d −1)
12. Menghitung selisih gradien geopotensial dua stasiun pada kedalaman yang sama
(12 − 11 )

13. Menghitung kecepatan arus geostropik relatif diantara dua stasiun ( v1 − v 2 )

a. Menghitung jarak antara stasiun 11 dan stasiun 12

L= ((lon _ sta1 − lon _ sta2).111)2 + ((lat _ sta1 − lat _ sta2).111)2

b. Menghitung sudut antara stasiun 11 dan stasiun 12


sin 11 + sin 12
sin  =
2

c. Kecepatan relatif arus geostropik

v1 − v 2 =
1
( B −  A ) = 1
( 12 −  11 )
fL 2 sin L
IV. HASIL
4.1. Perhitungan Manual
A. Stasiun 14
• Kedalaman 50 meter
1. Mencari nilai σt
 o = −0,093 + 0,8149 s − 0,000482 s 2 + 0,0000068 s 3
= 28,37985152

2. Mencari nilai AT
(
AT = T 4,78670 − 0,098185 T + 0,0010843 T 2 10 −3 )
= 0,077736618

3. Mencari nilai BT
(
B T = T 18,030 − 0,8164 T + 0,0166 T 2 10 −6 )
=0,00021165

4. Mencari Nilai ∑T
− (T − 3,98 ) T + 283
2
T =
503 ,570 T + 67 ,26
=-3,27555662

5. Mencari nilai ∆s,t


 10 −3  t 
 s ,t = 0,02736 −  
 1 − 10  t
−3

=0,0036

6. Mencari nilai δs,p


34 -0,2

34,2132 -0,157360

35 0

34,2132 − 34
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (0 − (−0,2)) + (−0,2) = −0,157360
35 − 34

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8

8,732 1,92248
20 3,5

8,732 − 15
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (3,5 − 2,8) + (2,8) = 1,92248
20 − 15

8. Mencari nilai δ
 =  s ,t +  s , p +  t , p
=0,0036643

9. Mencari nilai δrata2


 z +  z +1
=
2
=0,003079916

10. Mencari nilai δrata x ∆p


(
 d =  .P +  d −1)
=0,153995782

11. Mencari nilai ∆ΦB


(
 d =  .P +  d −1)
=0,20902588

• Kedalaman 300 meter


1. Mencari nilai σt
 o = −0,093 + 0,8149 s − 0,000482 s 2 + 0,0000068 s 3

= 27,57217538

2. Mencari nilai AT
(
AT = T 4,78670 − 0,098185 T + 0,0010843 T 2 10 −3 )
= 0,045944321

3. Mencari nilai BT
(
B T = T 18,030 − 0,8164 T + 0,0166 T 2 10 −6 )
= 0,000128963

4. Mencari Nilai ∑T
− (T − 3,98 ) T + 283
2
T =
503 ,570 T + 67 ,26
= -0,506296462
5. Mencari nilai ∆s,t
 10 −3  t 
 s ,t = 0,02736 −  
 1 − 10  t
−3

= 0,0006

6. Mencari nilai δs,p


34 -0,2

34,2132 -0,157360

35 0

34,2132−34
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (0 − (−0,2)) + (−0,2) =-1,3832E-06
35−34

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8

8,732 1,92248

20 3,5

8,732−15
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (3,5 − 2,8) + (2,8) =2,41734E-05
20−15

8. Mencari nilai δ
 =  s ,t +  s , p +  t , p
= 0,0006640

9. Mencari nilai δrata2


 z +  z +1
=
2
= 0,000533321

10. Mencari nilai δrata x ∆p


( )
 d =  .P +  d −1
= 0,026666025

11. Mencari nilai ∆ΦB


( )
 d =  .P +  d −1
= -0,235520909
• Kedalaman 700 meter
1. Mencari nilai σt
 o = −0,093 + 0,8149 s − 0,000482 s 2 + 0,0000068 s 3

= 27,57217538

2. Mencari nilai AT
(
AT = T 4,78670 − 0,098185 T + 0,0010843 T 2 10 −3)
= 0,045944321

3. Mencari nilai BT
( )
B T = T 18,030 − 0,8164 T + 0,0166 T 2 10 −6
= 0,000128963

4. Mencari Nilai ∑T
− (T − 3,98 ) T + 283
2
T =
503 ,570 T + 67 ,26
= -0,506296462

5. Mencari nilai ∆s,t


 10 −3  t 
 s ,t = 0,02736 −  
 1 − 10  t
−3

= 0,0006

6. Mencari nilai δs,p


34 -0,2

34,2132 -0,157360

35 0

34,2132−34
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (0 − (−0,2)) + (−0,2) =-1,3832E-06
35−34

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8

8,732 1,92248

20 3,5

8,732−15
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (3,5 − 2,8) + (2,8) =2,41734E-05
20−15

8. Mencari nilai δ
 =  s ,t +  s , p +  t , p
= 0,0006640

9. Mencari nilai δrata2


 z +  z +1
=
2
= 0,000533321

10. Mencari nilai δrata x ∆p


(
 d =  .P +  d −1 )
= 0,026666025

11. Mencari nilai ∆ΦB


(
 d =  .P +  d −1 )
= -0,235520909

B. Stasiun 15
• Kedalaman 50 meter
1. Mencari nilai σt
 o = −0,093 + 0,8149 s − 0,000482 s 2 + 0,0000068 s 3

= 23,1678

2. Mencari nilai AT
( )
AT = T 4,78670 − 0,098185 T + 0,0010843 T 2 10 −3
= 0,07771

3. Mencari nilai BT
( )
B T = T 18,030 − 0,8164 T + 0,0166 T 2 10 −6
= 0,000212

4. Mencari Nilai ∑T
− (T − 3,98 ) T + 283
2
T =
503 ,570 T + 67 ,26
=- -3,27174

5. Mencari nilai ∆s,t


 10 −3  t 
 s ,t = 0,02736 −  
 1 − 10  t
−3

= 0,0036
6. Mencari nilai δs,p
34 -0,2

34,163 -0,167400

35 0

34,2132−34
𝛿𝑠,𝑝 = ( )× (0 − (−0,2)) + (−0,2) =4,16E-07
35−34

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8

9,1231 1,977234

20 3,5

8,732−15
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (3,5 − 2,8) + (2,8) =4,37E-05
20−15

8. Mencari nilai δ
 =  s ,t +  s , p +  t , p
= 0,00037

9. Mencari nilai δrata2


 z +  z +1
=
2
= 0,003036

10. Mencari nilai δrata x ∆p


(
 d =  .P +  d −1)
= 0,15179

11. Mencari nilai ∆ΦB


(
 d =  .P +  d −1)
=0,173393

• Kedalaman 300 meter


1. Mencari nilai σt
 o = −0,093 + 0,8149 s − 0,000482 s 2 + 0,0000068 s 3
= 26,06408

2. Mencari nilai AT
(
AT = T 4,78670 − 0,098185 T + 0,0010843 T 2 10 −3 )
= 0,04516

3. Mencari nilai BT
( )
B T = T 18,030 − 0,8164 T + 0,0166 T 2 10 −6
= 0,000127

4. Mencari Nilai ∑T
− (T − 3,98 ) T + 283
2
T =
503 ,570 T + 67 ,26
= -0,47478

5. Mencari nilai ∆s,t


 10 −3  t 
 s ,t = 0,02736 −  
 1 − 10  t
−3

= 0,0006

6. Mencari nilai δs,p


34 -0,2

34,163 -0,167400

35 0

34,2132−34
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (0 − (−0,2)) + (−0,2) =-1,5E-06
35−34

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8

9,1231 1,977234

20 3,5

8,732−15
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (3,5 − 2,8) + (2,8) =2,37E-05
20−15

8. Mencari nilai δ
 =  s ,t +  s , p +  t , p
= 0,0006
9. Mencari nilai δrata2
 z +  z +1
=
2
= 0,000504

10. Mencari nilai δrata x ∆p


(
 d =  .P +  d −1 )
= 0,025214

11. Mencari nilai ∆ΦA


(
 d =  .P +  d −1 )
= -0,24837

• Kedalaman 700 meter

1. Mencari nilai σt
 o = −0,093 + 0,8149 s − 0,000482 s 2 + 0,0000068 s 3

= 27,18672

2. Mencari nilai AT
( )
AT = T 4,78670 − 0,098185 T + 0,0010843 T 2 10 −3
= 0,0209

3. Mencari nilai BT
( )
B T = T 18,030 − 0,8164 T + 0,0166 T 2 10 −6
= 6,98E-05

4. Mencari Nilai ∑T
− (T − 3,98 ) T + 283
2
T =
503 ,570 T + 67 ,26
= -0,00556

5. Mencari nilai ∆s,t


 10 −3  t 
 s ,t = 0,02736 −  
 1 − 10  t
−3

= -0,0006

6. Mencari nilai δs,p


34 -0,2

34,163 -0,167400

35 0

34,2132−34
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (0 − (−0,2)) + (−0,2) =-1,5E-06
35−34

7. Mencari nilai δt,p


15 2,8

9,1231 1,977234

20 3,5

8,732−15
𝛿𝑠,𝑝 = ( ) × (3,5 − 2,8) + (2,8) =1,37E-05
20−15

8. Mencari nilai δ
 =  s ,t +  s , p +  t , p
= -0,0006

9. Mencari nilai δrata2


 z +  z +1
=
2
= -0,00063

10. Mencari nilai δrata x ∆p


(
 d =  .P +  d −1 )
= -0,06345

11. Mencari nilai ∆ΦB


(
 d =  .P +  d −1 )
= -0,21877

C. Gabungan 14-15
1. Menghitung selisih gradien geopotensial
• Kedalaman 50 meter
(∆Φ 15-∆Φ 14)=Ф𝐵 − Ф𝐴=-0,1064

• Kedalaman 300 meter


(∆Φ 15-∆Φ 14)=Ф𝐵 − Ф𝐴=-0,0145

• Kedalaman 700 meter


(∆Φ 15-∆Φ 14)=Ф𝐵 − Ф𝐴=-0,0631

2. Menghitung jarak antara stasiun 14 dan stasiun 15

𝐿 = √((𝑙𝑎𝑡15 − 𝑙𝑎𝑡14) × 111)𝟐 + ((𝑙𝑜𝑛𝑔15 − 𝑙𝑜𝑛𝑔14) × 111)𝟐


= 52,69073833

3. Menghitung sudut antara stasiun 14 dan stasiun 15


𝑠𝑖𝑛Ф𝐴+𝑠𝑖𝑛Ф𝐵
𝑠𝑖𝑛Ф =
2

= 0,125626131

4. Kecepatan relatif arus geostropik


• Kedalaman 50 meter

v1 − v 2 =
1
( B −  A ) = 1
( 12 −  11 )
fL 2 sin L
= -0,1102

• Kedalaman 300 meter

v1 − v 2 =
1
( B −  A ) = 1
( 12 −  11 )
fL 2 sin L
=-0,0150

• Kedalaman 700 meter

v1 − v 2 =
1
( B −  A ) = 1
( 12 −  11 )
fL 2 sin L
=0,0654
4.2. Hasil Excel
4.2.1. Stasiun 14
p=d T S σt ∆s,t δs,p δt,p δ δrata δrata x ∆p ∆ΦB
0 26.325 35.3019 23.17360707 0.0036 6.038E-07 4.38547E-05 0.0036811
0.003678777 0.036787772 0.405267556
10 26.323 35.3072 23.17803969 0.0036 6.144E-07 4.38528E-05 0.0036765
0.003674972 0.1469989 0.368479784
50 26.319 35.309 23.18087314 0.0036 6.18E-07 4.38462E-05 0.0036735
0.003089478 0.154473906 0.221480885
100 22.626 35.3104 24.28917649 0.0025 6.208E-07 3.86763E-05 0.0025055
0.002187965 0.109398234 0.067006978
150 20.068 35.1761 24.88967929 0.0018 3.522E-07 3.50952E-05 0.0018705
0.001656757 0.082837872 -0.042391256
200 17.933 34.9913 25.29271236 0.0014 -1.74E-08 3.21068E-05 0.0014431
0.001196943 0.059847155 -0.125229128
250 14.42 34.5416 25.75460646 0.0009 -9.168E-07 2.71883E-05 0.0009508
0.000813564 0.040678191 -0.185076283
300 12.267 34.3084 26.01180898 0.0007 -1.3832E-06 2.41734E-05 0.0006763
0.000545807 0.027290367 -0.225754474
350 10.574 34.2226 26.2569152 0.0004 -1.5548E-06 2.18036E-05 0.0004153
0.000316294 0.015814714 -0.253044841
400 9.1037 34.1439 26.44256199 0.0002 -1.7122E-06 1.97452E-05 0.0002173
6.70593E-05 0.006705935 -0.268859555
500 6.9291 34.0911 26.72423998 -0.0001 -1.8178E-06 1.67007E-05 -0.0000832
-0.000212418 -0.021241832 -0.275565489
600 5.6055 34.1827 26.96749618 -0.0004 -1.6346E-06 1.48477E-05 -0.0003417
-0.000435829 -0.043582886 -0.254323657
700 4.8726 34.2981 27.14498119 -0.0005 -1.4038E-06 1.38216E-05 -0.0005300
-0.00059445 -0.059445006 -0.210740772
800 4.561 34.4079 27.26680868 -0.0007 -1.1842E-06 1.33854E-05 -0.0006589
-0.000710639 -0.071063886 -0.151295766
900 4.308 34.4964 27.36449196 -0.0008 -1.0072E-06 1.30312E-05 -0.0007624
-0.000802319 -0.08023188 -0.08023188
1000 3.9443 34.543 27.43971359 -0.0009 -9.14E-07 1.2522E-05 -0.0008423

p=d T S σ0 AT BT a b ∑T σt

0 26.3048 35.2819 28.35687227 0.077710599 0.000211517 -0.989726741 3.305781661 -3.271820511 23.17360707

10 26.3034 35.2872 28.36114558 0.077707979 0.000211504 -0.989602612 3.305816163 -3.271444311 23.17803969

50 26.2987 35.289 28.36259689 0.077699179 0.000211459 -0.989185952 3.305931998 -3.270181489 23.18087314

100 22.6059 35.2904 28.36372569 0.070558574 0.000182149 -0.688929346 3.400688136 -2.342833854 24.28917649

150 20.048 35.1561 28.25544569 0.065238026 0.000167095 -0.512700566 3.471022129 -1.77959501 24.88967929

200 17.9134 34.9713 28.10646369 0.060472302 0.000156425 -0.385526611 3.532950428 -1.362046406 25.29271236

250 14.4002 34.5216 27.74399019 0.051807068 0.000139912 -0.215621598 3.641923483 -0.785277361 25.75460646

300 12.2467 34.2884 27.55605869 0.045886951 0.000128854 -0.135707705 3.713482008 -0.50394812 26.01180898

350 10.554 34.2026 27.48692006 0.040856986 0.000118867 -0.085822182 3.772508803 -0.323764936 26.2569152

400 9.0837 34.1239 27.42350548 0.036192063 0.000108857 -0.051726182 3.82590443 -0.197899431 26.44256199

500 6.9091 34.0711 27.380962 0.028742476 9.10745E-05 -0.017037605 3.908758499 -0.066595884 26.72423998

600 5.5855 34.1627 27.45476926 0.023861901 7.81293E-05 -0.005118713 3.961610532 -0.020278347 26.96749618

700 4.8526 34.2781 27.54775866 0.021039807 7.01649E-05 -0.001512065 3.991710187 -0.006035727 27.14498119

800 4.541 34.3879 27.63624095 0.019813295 6.65939E-05 -0.00062498 4.004693528 -0.002502852 27.26680868

900 4.288 34.4764 27.70756249 0.018805537 6.36103E-05 -0.000188383 4.015318388 -0.000756418 27.36449196

1000 3.9243 34.523 27.7451185 0.017337914 5.91857E-05 -6.16099E-06 4.030724472 -2.48333E-05 27.43971359
4.2.2. Stasiun 15
p=d T S σt ∆s,t δs,p δt,p δ δrata δrata x ∆p ∆ΦA
0 26.2453 35.2078 23.16955 0.0036 4.16E-07 4.37E-05 0.0037
0.003682 0.036815 0.357508
10 26.2503 35.2188 23.17627 0.0036 4.38E-07 4.38E-05 0.0037
0.003682 0.147299 0.320692
50 26.2635 35.2331 23.16783 0.0036 4.66E-07 4.38E-05 0.0037
0.003036 0.151796 0.173393
100 22.1448 35.2427 24.40318 0.0023 4.85E-07 3.8E-05 0.0024
0.002013 0.100636 0.021597
150 19.0831 35.0846 25.10675 0.0016 1.69E-07 3.37E-05 0.0016
0.001419 0.070932 -0.07904
200 16.1868 34.7081 25.52381 0.0012 -5.8E-07 2.97E-05 0.0012
0.001027 0.051356 -0.14997
250 13.6451 34.3993 25.8419 0.0008 -1.2E-06 2.61E-05 0.0009
0.000745 0.03726 -0.20133
300 11.9336 34.2326 26.05238 0.0006 -1.5E-06 2.37E-05 0.0006
0.000517 0.025841 -0.23859
350 10.4141 34.1567 26.27042 0.0004 -1.7E-06 2.16E-05 0.0004
0.000315 0.015756 -0.26443
400 9.2873 34.1189 26.43115 0.0002 -1.8E-06 2E-05 0.0002
4.98E-05 0.004976 -0.28018
500 6.55 34.0312 26.76799 -0.0001 -1.9E-06 1.62E-05 -0.0001
-0.00025 -0.02462 -0.28516
600 5.4635 34.1337 26.9868 -0.0004 -1.7E-06 1.46E-05 -0.0004
-0.00046 -0.04612 -0.26054
700 4.756 34.2647 27.17313 -0.0006 -1.5E-06 1.37E-05 -0.0006
-0.00062 -0.06201 -0.21443
800 4.4578 34.3663 27.28683 -0.0007 -1.3E-06 1.32E-05 -0.0007
-0.00072 -0.07249 -0.15241
900 4.2256 34.4407 27.37099 -0.0008 -1.1E-06 1.29E-05 -0.0008
-0.0008 -0.07992 -0.07992
1000 3.9609 34.4762 27.42708 -0.0008 -1E-06 1.25E-05 -0.0008

p=d T S σ0 AT BT a b ∑T σt

0 26.2863 35.2688 28.34631 0.077676 0.000211 -0.98809 3.306238 -3.26685 23.16955

10 26.2913 35.2798 28.35518 0.077685 0.000211 -0.98853 3.306114 -3.26819 23.17627

50 26.3045 35.2741 28.35058 0.07771 0.000212 -0.9897 3.305789 -3.27174 23.16783

100 22.1858 35.2837 28.35832 0.06971 0.000179 -0.6582 3.411963 -2.24576 24.40318

150 19.1241 35.1256 28.23086 0.063216 0.000162 -0.45544 3.49745 -1.59286 25.10675

200 16.2278 34.7491 27.92735 0.056455 0.000149 -0.29789 3.58409 -1.06767 25.52381

250 13.6861 34.4403 27.67847 0.0499 0.000136 -0.18708 3.66523 -0.68569 25.8419

300 11.9746 34.2736 27.54413 0.045102 0.000127 -0.12692 3.7228 -0.4725 26.05238

350 10.4551 34.1977 27.48297 0.040552 0.000118 -0.08326 3.776037 -0.31439 26.27042

400 9.3283 34.1599 27.45251 0.036988 0.000111 -0.0568 3.816879 -0.21681 26.43115

500 6.591 34.0722 27.38185 0.027594 8.81E-05 -0.01354 3.921287 -0.05309 26.76799

600 5.5045 34.1747 27.46444 0.023554 7.73E-05 -0.00462 3.964907 -0.0183 26.9868

700 4.797 34.3057 27.57 0.020822 6.95E-05 -0.00133 3.994019 -0.00529 27.17313

800 4.4988 34.4073 27.65187 0.019646 6.61E-05 -0.00053 4.006461 -0.00214 27.28683

900 4.2666 34.4817 27.71183 0.01872 6.34E-05 -0.00016 4.016221 -0.00066 27.37099

1000 4.0019 34.5172 27.74044 0.017653 6.01E-05 -9.5E-07 4.027424 -3.8E-06 27.42708
4.2.3. Gabungan Stasiun 14 dan 15
sta A= sta 15
sta B = sta 14
L 52.69073833 52690.73833 sinsta14 0.125588307
Ω 0.0000729 sinsta15 0.125663956
Latitude Sta14 7.261172222 Longitude Sta14 41.55609444
LatitudeSta15 7.282208333 Longitude Sta15 42.03031944
sinΦ 0.125626131

d ∆ΦB ∆ΦA ∆ΦB-∆ΦA V1-V2


0 0.405 0.358 0.0478 0.0495
-10 0.368 0.321 0.0478 0.0495
-50 0.067 0.173 -0.1064 -0.1102
-100 -0.042 0.022 -0.0640 -0.0663
-150 -0.125 -0.079 -0.0462 -0.0479
-200 -0.185 -0.150 -0.0351 -0.0364
-250 -0.226 -0.201 -0.0244 -0.0253
-300 -0.253 -0.239 -0.0145 -0.0150
-350 -0.269 -0.264 -0.0044 -0.0046
-400 -0.276 -0.280 0.0046 0.0048
-500 -0.254 -0.285 0.0308 0.0320
-600 -0.211 -0.261 0.0498 0.0516
-700 -0.151 -0.214 0.0631 0.0654
-800 -0.080 -0.152 0.0722 0.0748
-900 0.000 -0.080 0.0799 0.0828
-1000 0.000 0.000 0.0000 0.0000

4.3. Grafik
4.3.1. Profil Anomali Gradien Geopotensial Stasiun 14 dan 15

Profil Anomali Gradien Geopotensial


terhadap kedalaman Stasiun 14 & 15
M Azizi Dirgantara_26050119130041
0
-0.400 -0.200 0.000 0.200 0.400 0.600
-200

-400
Kedalaman

-600 Stasiun 14
Stasiun 15
-800

-1000

-1200
Grafik Geopotensial
4.3.2. Profil Gradien Geopotensial terhadap Kedalaman

Profil Anomali Gradien Geopotensial


terhadap Kedalaman
M Azizi Dirgantara_26050119130041
0
-0.1500 -0.1000 -0.0500 0.0000 0.0500 0.1000
-200

-400
Kedalaman

-600
Gradien Geopotensial
-800

-1000

-1200
Grafik geopotensial

4.3.3. Profil Kecepatan Relatif Arus Geostropik terhadap Kedalaman

Profil Kecepatan relatif


terhadap kedalaman
M Azizi Dirgantara_26050119130041
0
-0.1500 -0.1000 -0.0500 0.0000 0.0500 0.1000
-200

-400
Kedalaman

-600
Kecepatan relatif
-800

-1000

-1200
Grafik geopotensial
V. PEMBAHASAN

5.1. Nilai dan kondisi di stasiun 14


Nilai arus geostropik dan kondisi di stasiun 14 ini dapat dilihat dari nilai geopotensialnya
berdasarkan kedalamannya. Nilainya tersebut pada kedalaman 50 m adalah 0,221 𝑚2 /𝑠2 ;
pada kedalaman 300 m adalah -0,225 𝑚2 /𝑠2 ; dan pada kedalaman 700 m adalah -
0,210 𝑚2 /𝑠2 . Nilai Geopotensial ini menunjukkan perubahan tekanan terhadap kedalaman.
Nilai geopotensial ini akan semakin besar saat kedalaman bertambah, hal ini menunjukkan
bahwa tekanan pada kedalaman perairan lebih besar daripada yang ada di permukaan. Nilai
pada saat 0 menunjukkan geopotensial yang nilainya mendekati 0, artinya pada daerah ini
terjadi arus geostropik yang dipengaruhi juga oleh gaya Coriolis.
Lokasi lintang mempengaruhi kondisi geopotensial perairan yang ada. Hal ini
berhubungan dengan gaya Coriolis. Saat rotasi bumi pada porosnya ini menyebabkan
perbedaan nilai geopotensial. Hal ini menyebabkan adanya anomali pada periaran karena
perputaran bumi yang memiliki pergerakkan selama 24 jam. Sehingga, terjadilah arus
geopotensial akibat adanya anomali pada nilai geopotensialnya tersebut. Nilai geopotensial
di stasiun 14 ini lebih kecil daripada nilai geopotensial distasiun 15. Sehingga, berakibat pada
nilai anomali geopotensial.

5.2. Nilai dan kondisi di stasiun 15


Nilai arus geostropik dan kondisi di stasiun 15 ini dekat dengan stasiun 14. Selanjutnya
dapat dilihat nilai geopotensialnya berdasarkan kedalamannya perairan. Nilainya tersebut
pada kedalaman 50 m adalah 0,173 𝑚2 /𝑠2 ; pada kedalaman 300 m adalah -0,238 𝑚2 /𝑠2 ;
dan pada kedalaman 700 m adalah -0,214 𝑚2 /𝑠2 . Nilai Geopotensial ini menunjukkan
perubahan tekanan terhadap kedalaman. Nilai geopotensial ini akan semakin besar saat
kedalaman bertambah, hal ini menunjukkan bahwa tekanan pada kedalaman perairan lebih
besar daripada yang ada di permukaan. Nilai geopotensial ini juga dipengaruhi oleh suhu,
salinitas dan densitas. Karena suhu dan salinitas sangat berpengaruh terhadap densitas. Dan
ketiga parameter tersebut sangat berhubungan karena suhu, salinitas dan densitas
merupakan persamaan keadaan air laut atau biasa disebut dengan Equation of State of Sea
Water. Pada persamaan tersebut, densitas sangat dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan
tekanan. Jika tekanan semakin besar, densitas juga semakin besar. Hal ini terjadi juga dengan
nilai salinitas, jika nilai salinitas semakin tinggi, maka nilai densitas juga semakin tinggi.
Lokasi lintang pada stasiun 15 ini lebih besar daripada nilai lintang pada stasiun 14. Hal
ini menunjukkan lokasi stasiun yang berada disebelah kanan atas dari stasiun 14. Hal ini
menunjukkan nilai gaya Coriolis pada stasiun 15 ini lebih besar dari pada stasiun 14. Nilai
lintang yang kecil akan membuat gaya coriolis semakin kecil. Hal ini akan berpengaruh pada
geopotensial yang ada, sehingga menyebabkan nilai geopotensial stasiun 15 ini lebih besar
daripada nilai geopotensial distasiun 14

5.3. Arus geostropik yang terjadi antar kedua stasiun


Arus Geostropik yang terjadi pada kedua stasiun terjadi pada kedalaman 0 m. Hal ini
terjadi karena pada permukaan tekanannya mendekati 0 dan gaya Coriolis terjadi juga pada
permukaan ini. Selanjutnya akan terjadi kesetimbangan antara kedua gaya tersebut, maka
terjadilah arus geostropik. Arus ini akan berpengaruh sesuai musim dan daerah pada
belahan bumi tertentu. Karena pada belahan bumi utara dibelokkan kekanan dan belahan
bumi timur dibelokkan ke selatan. Arus geostropik ini akan di belokkan kekanan saat di
belahan bumi utara dan terjadi upwelling akibat adanya angin siklon, sedangkan di daerah
belahan bumi selatan akan mengalami downwelling dan dibelokkan ke arah kiri. Apabila
angina yang mempengaruhi adalah angina siklon, maka di belahan bumi utara akan terjadi
downwelling dan di belahan bumi selatan akan terjadi upwelling.

5.4. Profil Anomali gradien geopotensial stasiun 14 dan 15


Profil anomaly ini menunjukkan nilai perbedaan geopotensial di stasiun 14 dan di
stasiun 15. Selisih keduanya adalah sangat sedikit. Nilainya tersebut adalah pada kedalaman
50 m, yaitu -0.1064 𝑚2 /𝑠2 ; pada kedalaman 300 m, yaitu -0,0145 𝑚2 /𝑠2 ; dan pada
kedalaman 700 m, yaitu 0,0631 𝑚2 /𝑠2 . Nilai anomalinya ini adalah terlihat dari nilai kedua
geopotensial yang berbeda. Perbedaannya adalah sangat sedikit, sehingga anomali yag
terjadi adalah sangat kecil. Anomali yang terjadi ini tidak jauh berbeda karena nilai awal pada
Salinitas dan Temperature di kedua stasiun hampir sama. Stasiun 15 awalnya lebih besarnya,
saat berada di dasat menjadi lebih kecil dari stasiun 14. Hal ini karena adanya perbedaan
tekanan yang ada. Selain itu, seiring bertambahnya kedalaman maka nilai profil anomaly
akan semakin tinggi. Hal ini karena semakin dalam perairan maka akan semakin tinggi
tekanannya.

5.5. Profil Gradien Geopotensial Terhadap kedalaman


Grafik yang ada menunjukkan hubungan gradient geopotensian dan kedalaman yang
berbanding terbalik. Artinya kedalaman yang bertambah akan mengurangi nilai gradient
geopotensialnya. Gradien geopotensial ini adalah selisih antara geopotensial di stasiun 14
dan di stasiun 15. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada permukaan Geopotensial di stasiun
15 lebih besar dari stasiun 14, namun pada kedalaman nilainya berubah terbalik
geopotensial di stasiun 15 lebih kecil dari pada stasiun 14.
Profil gradien geopotensial terhadap kedalaman ini dipengaruhi oleh tekanan juga. Nilai
gradien geopotensial ini dipengaruhi oleh tekanan secara vertikal. Sehingga, Nilai
geopotensial akan semakin besar terhadap kedalaman karena semakin besar kedalaman
suatu perairan, maka nilai tekanannya pun akan semakin besar.

5.6. Profil Kecepatan relatif arus geostropik Terhadap kedalaman


Profil Kecepatan ini dapat terlihat dari grafik yang ada. Grafik tersebut menunjukkan
bentuk yang hamper sama dengan grafik gradien geopotensial terhadap kedalaman.
Kecepatan relative akan semakin berkurang saat kedalaman bertambah. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan geopotensial dengan kecepatan arus yang sama. Bahwa
akan berkurang saat kedalaman bertambah. Sehingga dapat di simpulkan bahwa kecepatan
arus ini dipengaruhi oleh adanya angin di permukaan laut. Semakin bertambahnya
kedalaman, maka transfer energy dari angin akan berkurang sehingga kecepatan relative
arus juga akan berkurang.
Profil kecepatan arus ini dipengaruhi juga oleh tekanan secara vertikal. Nilai kecepatan
arus dipengaruhi oleh perbedaan atau slope tekanan secara horizontal. Hal ini berhubungan
dengan nilai tekanan yang semakin dalam semakin besar maka slope tekanan akan semakin
besar pula. Sehingga, Kecepatan arus akan semakin besar sesuai dengan kedalaman dan
dalam kasus ini nilai geopotensial stasiun 15 lebih besar daripada stasiun 14, sehingga arus
akan bergerak dari stasiun 15 ke stasiun 14. Hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan slope
horizontal dari tekanan yang ada. Sedangkan tekanan secara vertikal menyebabkan nilai
geopotensial semakin tinggi yang mengakibatkan nilai slopenya menjadi tinggi. Hal inilah
yang menyebabkan arus geostropik meningkat seiring dengan kedalaman.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Arus Geostropik adalah Arus yang terjadi akibat adanya Perbedaan gradient tekanan dan
Gaya Coriolis
2. Adanya perbedaan Gradient densitas karena kedalaman menyebabkan adanya perbedaan
gradient gaya tekanan. Selanjutnya terdapat gaya Coriolis yang ada dibumi, sehingga
membelokkan Arus kekanan di BBU dan kekiri di BBS. Karena adanya pembelokkan dan
adanya gaya gradient tekanan maka akan muncul Arus Geostropik ini untuk
menyeimbangkan kedua gaya tersebut.
3. Anomali Geopotensial di laut terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang ada dilaut
dan berhubungan dengan kedalaman yang ada.
6.2. Saran
1. Video utorial yang dibuat sebaiknya diberikan penjelasan agar pengerjaan olah data lebih
mudah
2. Praktikan seharusnya lebih aktif brtanya pada saat praktikum
3. Pada praktikum selanjutnya, penjelasan mengenai materi dapat ditambah
DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, E. A., Sasmito, B., & Bashit, N. 2018. Analisis Pola Arus Geostropik Perairan
Samudera Hindia Untuk Identifikasi Upwelling Menggunakan Data Satelit
Altimetri. Jurnal Geodesi Undip, 7(1), 68-78.

Chereskin, T. K., & Price, J. F. 2018. Upper Ocean Structure: Ekman Transport and Pumping .
Reference Module in Earth Systems and Environmental Sciences.

Prarikeslan, Widya. Oseanografi. KENCANA: Jakarta

Putra, D. R. 2017. Studi Jenis-Jenis Ikan Laut di Tempat Pelelangan Ikan Cilamaya Girang Blanakan
Kabupaten Subang Berdasarkan Hasil Tangkapan Nelayan. Doctoral Dissertation, FKIP
Unpas.

Tanto, T. Al, Wisha, U. J., Kusumah, G., Pranowo, W. S., Husrin, S., Ilham, I., & Putra, A. 2017.
Karakteristik Arus Laut Perairan Teluk Benoa – Bali. Jurnal Ilmiah Geomatika, 23(1), 37.

Taohid, R. A., Satriadi, A., & Saputro, S. 2017. Studi Pola Arus Dan Sebaran Material Padatan
Tersuspensi. Jurnal Oseanografi, 6(1), 116–123.

Yuhendrasmiko, Randy, Kunarso Kunarso, and Anindya Wirasatriya. Identifikasi


variabiltas`upwelling berdasarkan indikator suhu dan klorofil-a di Selat
Lombok. Journal of Oceanography 5.4 (2016): 530-537.

Yuliana, N. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Eksperimen Gaya Coriolis Menggunakan


Video. Jurnal Pena Sains, 3(1), 11-20.
LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT
MODUL 5
ARUS DENSITAS

Oleh:
Muhammad Azizi Dirgantara 26050119130041 Oseanografi B

Koordinator Praktikum:
Dr. Kunarso, ST, MSi.
NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :
Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054
Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118130030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Arus ini merupakan salah satu parameter penting dalam oseanografi. Karena arus ini
berhubungan dengan fenomena yang ada dilaut. Baik dari segi fisika, kimia, biologi, bahkan geologi.
Arus ini menyebabkan terjadinya distribusi parameter oseanografis lainnya, seperti salinitas, suhu,
nutrient dll. Sehingga parameter-parameter tersebut dapat tersebar dan persebarannya dapat
diketahui melalui arus ini
Praktikum kali ini menjelaskan tentang arus densitas. Arus ini disebabkan oleh adanya
perbedaan densitas. Arus densitas ini bergerak secara vertikal karena densitasnya berbeda secara
vertikal. Sehingga persebaran densitas terhadap kedalam perairan dapat diketahui. Selain itu,
persebaran salinitas juga dapat diketahui secara vertikal. Oleh karena itu, praktikum kali ini berjudul
Arus Densitas
1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami profil salinitas dan temperatur terhadap kedalaman di
Estuari
2. Mahasiswa dapat memahami profil distribusi kecepatan arus terhadap kedalaman di
Estuari
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat memperkirakan nilai densitas terhadap perubahan temperatur dan
salinitas
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan kecepatan arus terhadap kedalaman di Estuari
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Arus Laut
Arus laut merupakan pergerakkan massa air di laut yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Faktor tersebut dapat berupa angin, densitas, tekanan, bahkan gaya Coriolis. Namun pembangkit
utama arus ialah angin. Parameter lainnya adalah pelengkap dalam pergerakkan arus ini. Karena
arus ini disebabkan oleh angin maka arus ini juga disebabkan oleh adanya musim barat dan musim
timur (prarikeslan, 2016).
Arus merupakan suatu fenomena yang terjadi di suatu perairan. Arus merupakan proses
pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebakan perpindahan baik secara horizontal
maupun secara vertikal. Gerakan arus tersebut merupakan suatu resultan dari beberapa gaya yang
bekerja dan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa
air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal maupun secara horizontal (Tanto et al,
2017).
2.2. Arus Densitas
Menurut Nugroho (2015), Arus densitas adalah arus yang terjadi akibat adanya gradien
densitas yang dipengaruhi oleh salinitas dan suhu air laut. Gradien densitas ini terdapat secara
vertikal. Karena secara horizontal gradient densitas sangat kecil sehingga tidak berpengaruh. Akibat
gradient densitas secara vertikal, maka pergerakkan arus juga secara vertikal. Hal ini juga
menunjukkan persebaran arus secara vertical
Menurut Pahlevi (2016), Arus densitas adalah arus yang terjadi didaerah estuary, karena arus
disini terjadi perubahan salinitas yang menunjukkan kepada perubahan densitas air, sehingga
menyebabkan pergerakkan massa air dari densitas tinggi ke densitas rendah. Pergerakkan arus ini
tetap secara vertikal. Karena perbedaan densitas yang tinggi didaerah estuary juga secara vertikal.
Pada daerah estuary ini nilainya perbedaan cenderung tinggi karena berada di lapisan mix layer
sampai picnocline. Kedua lapisan tersebut merupakan lapisan memiliki perbedaan densitas yang
cukup tinggi, sehingga kecepatan densitas juga tinggi
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Arus Densitas
Pada umumnya parameter densitas, salinitas, dan suhu merupakan tiga serangkai sifat pokok
air laut (physico-chemical properties of sea water) yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Sehingga dapat dikatakan dungsi air laut merupakan fungsi dari salinitas, densitas, dan temperatur
atau f(S,D,T). Densitas diartikan sebagai tingkat kerapatan air laut. Hubungan ketiganya
berlangsung bila peningkatan salinitas dan penurunan temperatur maka terjadi peningkatan nilai
densitas. Untuk lebih memperjelas masalah densitas diibaratkan menggunakan air tawar. Pada air
tawa bersuhu 4°C dalam cairan akan mengembang bila suhu diturunkan maka densitas akan turun.
Sebaliknya bila suhu dinaikkan maka densitas juga akan turun sehingga air akan berubah menjadi
uap (Hidayati, 2016).
Pada air laut tidak semudah seperti gambaran perubahan densitas yang terjadi pada air tawar,
karena adanya parameter salinitas yang ikut mempengaruhi. Hasil penelitian para ahli menunjukkan
bahwa air laut pada salinitas 10 ppm mempunyai titik beku 0,5°C dan densitas maksimum dicapai
pada 2°C. Selanjutnya pada salinitas 20 ppm suhu titik beku maupun suhu dari densitas maksimum
mengalami penurunan. Sehingga perubahan densitas di laut dapat berubah sesuai dengan
parameter suhu dan salinitas yang ada (Hidayati, 2016).
2.4. Mekanisme Arus Densitas
Menurut Nugroho et al, mekanisme arus densitas ini sebagai berikut:
a. Terjadi percampuran massa air didaerah estuary
b. Karena adanya perbedaan densitas menimbulkan adanya gradien densitas
c. Gradien densitas ini akan memacu pada terbentuknya gradien suhu dan salinitas
d. Kemudian Akan terjadi pergerakkan massa air dari densitas tinggi ke rendah. Karena
terdapat suhu tinggi dan rendah. Maka terjadilah arus densitas ini

Arus densitas merupakan arus yang timbul akibat adanya gradien densitas dalam arah
horizontal. Gradien densitas horizontal terbentuk oleh variasi salinitas, suhu atau kandungan
sedimen. Arus densitas ini umumnya terjadi didaerah pantai dan estuari dimana terdapat fluks
air tawar ke arah laut. Fluks air tawar ini akan mengakibatkan adanya variasi atau gradien
densitas dalam arah horizontal yang bertambah besar ke arah laut (Azis, 2016).

2.5. Jenis-jenis Arus Densitas


Menurut Gross (1990), arus densitas dapat dibedakan menjadi 5 yaitu sebagai berikut :

1. Arus densitas akibat debit sungai terbentuk di daerah estuari (daerah muara sungai
dimana terjadi pengenceran air laut oleh air sungai). Aliran air tawar dari hulu
mengakibatkan terbentuknya gradien horizontal dari densitas yang bertambah besar
ke arah laut. Gradien horizontal dari densitas ini mengakibatkan sirkulasi estuari di
mana air tawar mengalir di lapisan permukaan kearah muara (laut) dan air asin
mengalir dilapisan bawah (dalam) ke arah hulu
2. Air di perairan pantai lebih berat dari pada air di lepas pantai karena suhu air di pantai
lebih rendah daripada di lepas pantai. Muka air di pantai lebih rendah daripada di lepas
pantai atau terbentuk slope muka air yang naik ke arah lepas pantai.Pada kondisi
normal, akibat keseimbangan gaya gradien tekanan karena adanya slope dan coriolis
akan terbentuk arus yang bergerak sejajar pantai. Bila keseimbangan antara gradien
tekanan dan coriolis ini terganggu maka timbul gerakan arus yang hangat dari arah
lepas pantai ke arah pantai akibat slope muka laut yang tinggi di lepas pantai daripada
di pantai. Gerakan massa air yang ringan dan hangat dari lepas pantai menuju pantai
ini adalah arus densitas. Di Jepang, arus hangat yang bergerak dari lepas pantai ke arah
pantai disebut “kyucho”; (kyu=kuat, cho=arus).
3. Terjadi pada musim dingin
Daerah pantai mendapat input air tawar dari sungai (input bouyancy dari sungai).
Di lepas pantai, terdapat juga input bouyancy akibat pecampuran dengan massa air
yang lebih hangat dari laut lepas. Pada musim dingin di mana terjadi pendinginan yang
besar di permukaan, air yang berada di daerah pertengahan (central) yang kurang asin
menjadi sangat berat dan turun ke lapisan dalam.

4. Perbedaan kapasitas panas akibat slope dasar perairan dapat menimbulkan


gradien temperatur dalam arah horizontal yang kemudian memicu timbulnya
arus densitas karena adanya gradien horizontal dari densitas. Pada skala kecil
diperairan pantai yang dangkal dimana efek coriolis dapat diabaikan, proses
pemanasan pada musim panas dan pendinginan pada musim dingin dapat
menimbulkan arus densitas yang arahya berlawanan
5. Magnitudo difusifitas vertikal bergantung pada magnitudo atau kekuatan arus
pasut. Kekuatan arus pasut berperan dalam percampuran vertikal, sehingga
difusifitas vertikal bergantung pada kekuatan arus pasut. Kekuatan arus pasut
bervariasi secara horizontal. Arus pasut akan kuat di daerah yang sempit dan
dangkal. Karena kekuatan arus pasut bervariasi dalam arah horizontal maka
difusivitas vertikal juga bervariasi secara horizontal. Difusivitas vertikal akan
menentukan stratifikasi kolom air. Pada musim panas stratifikasi yang kuat
terjadi pada daerah dimana arus pasutnya lemah (percampuran kecil). Sebaliknya
pada daerah dimana arus pasutnya kuat seperti di selat terjadi percampuran
secara vertikal sehingga stratifikasinya lemah dan bisa menjadi homogen.
Densitas lapisan permukaan di daerah yang terstratifikasi kuat akan lebih rendah
dari pada densitas lapisan permukaan didaerah dengan stratifikasi yang lemah
(terjadi percampuran vertikal).
2.6. Klasifikasi Estuari Berdasarkan Distribusi Secara Vertikal dan Horizontal
Definisi estuari dapat diartikan sebagai muara sungai, yaitu bagian dari sungai yang dipengaruhi
oleh pasang surut air laut. Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal
sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan
manusia maupun oleh proses-proses alamiah. Sirkulasi aliran di estuari oleh sifat-sifat morfologi
estuari, pasang surut, dan debit aliran dari hulu. Sirkulasi aliran tersebut meliputi penjalaran
gelombang pasang surut, percampuran (mixing) antara air tawar dan air asin, gerak sedimen,
poluttan, dan lain sebagainya (Triatmodjo, 1999).
Menurut Azis (2007), klasifikasikan estuari sebagai berikut :
1. ‘Salt wedge estuary’. Merupakan estuari yang mempunyai percampuran lemah.
Terbentuk oleh aliran sungai yang kuat dari sungai-sungai besar yang memasuki laut dan
arus pasutnya lemah.
2. ‘Well-mixed estuary’. Merupakan estuari yang tercampur sempurna. Perairan estuari ini
terjadi pengadukan vertikal yang kuat disebabkan oleh gerak pasang surut hingga
mengakibatkan perairan menjadi homogen secara vertikal. Karena berada di bawah
kendali pasang surut maka salinitas di semua titik dapat berubah dengan drastis,
bergantung pada kedudukan pasang surut. Pada saat surut, salinitas didominasi oleh air
tawar yang datang dari sungai sedangkan pada saat pasang salinitas didominasi air laut.
3. ‘Partially-mixed estuary’. Estuari ini terbentuk bila kondisi debit airsungai kecil dan arus
pasutnya kuat. Di permukaan, air cenderung mengalir ke luar sedangkan air laut mengalir
dibawah lapisan campuran. Akibatnya garis isohaline mempunyai kecenderungan
condong ke arah laut.
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
Waktu dan tempat
hari, tanggal : Sabtu, 23 April 2021
waktu : 13.00-15.00
tempat : Semarang,
3.2. Metode
1. Data mentah yang digunakan ditambahkan dengan 0,0041 atau NIM masing masing

2. Pada sheet “T-S, S-Z” copy dan paste nilai salinitas maksimum dan minimum pada setiap
stasiunnya
3. Buat grafik salinitas max dan min terhadap kedalaman pada tiap stasiun dan beri nama
serta nim

4. Kemudian buat grafik antara suhu max dan min terhadap kedalaman pada tiap stasiun dan
beri nama serta nim

5. Pada sheet “KECEPATAN” masukan data data serta Vt dengan rumus =Vmin-Vmax
6. Buat grafik untuk kecepatan total terhadap kedalaman tiap stasiun

7. Buat grafik untuk Tmax dan Smax di seluruh stasiun


IV. HASIL
4.1. Data Suhu, Salinitas dan Arus pada setiap Stasiun
Salinitas Suhu Arus
No. Sta Kedalaman Smax Smin Tmax Tmin Vmax Vmin
1 -0.0041 10.0041 10.0041 19.6041 19.6041 10.0041 40.0041
1 -2.0041 10.0041 10.0041 19.6041 19.6041 20.0041 35.0041
1 -4.0041 22.0041 10.0041 17.9041 19.5041 28.0041 28.0041
1 -6.0041 33.0041 10.0041 16.0041 19.4041 30.0041 20.0041
2 -0.0041 10.0041 10.0041 18.9041 19.0041 10.0041 40.0041
2 -2.0041 10.0041 10.0041 18.8041 18.9041 18.0041 35.0041
2 -4.0041 10.0041 10.0041 18.7041 18.8041 24.0041 30.0041
2 -6.0041 26.0041 34.0041 16.2041 16.0041 26.0041 26.0041
2 -8.0041 34.0041 34.0041 15.4041 15.9041 34.0041 20.0041
2 -10.0041 35.0041 35.0041 15.0041 15.8041 40.0041 10.0041
3 -0.0041 10.0041 10.0041 18.6041 18.8041 10.0041 42.0041
3 -2.0041 10.0041 10.0041 18.6041 18.8041 15.0041 40.0041
3 -4.0041 16.0041 10.0041 17.6041 17.4041 20.0041 35.0041
3 -6.0041 22.0041 14.0041 16.4041 16.0041 25.0041 25.0041
3 -8.0041 28.0041 18.0041 15.4041 14.5041 35.0041 20.0041
3 -10.0041 35.0041 21.0041 14.2041 14.3041 36.0041 21.0041
3 -12.0041 35.0041 25.0041 14.2041 14.5041 38.0041 26.0041
3 -14.0041 35.0041 28.5041 14.0041 14.5041 38.0041 28.0041
3 -16.0041 35.2041 32.5041 14.0041 14.8041 40.0041 30.0041
4 -0.0041 15.0041 12.0041 18.0041 18.0041 12.0041 42.0041
4 -2.0041 15.0041 12.0041 18.0041 18.0041 13.0041 41.0041
4 -4.0041 21.0041 12.0041 16.0041 18.0041 20.0041 38.0041
4 -6.0041 28.0041 12.0041 14.0041 18.0041 26.0041 34.0041
4 -8.0041 35.0041 22.0041 14.0041 16.0041 32.0041 30.0041
4 -10.0041 35.0041 32.0041 14.0041 14.0041 40.0041 24.0041
5 -0.0041 26.0041 13.0041 15.0041 17.5041 8.0041 35.0041
5 -2.0041 35.0041 13.0041 14.5041 17.5041 10.0041 30.0041
5 -4.0041 35.0041 13.0041 14.5041 17.5041 14.0041 22.0041
5 -6.0041 35.0041 20.0041 14.5041 16.5041 20.0041 10.0041
5 -8.0041 35.0041 27.5041 14.5041 15.2541 20.0041 10.0041
5 -10.0041 35.0041 35.0041 14.5041 14.0041 26.0041 0.0041
5 -12.0041 35.0041 35.0041 14.5041 14.0041 30.0041 10.0041
5 -14.0041 35.0041 35.0041 14.5041 14.0041 36.0041 18.0041
6 -0.0041 32.0041 13.0041 15.5041 15.6041 42.0041 26.0041
6 -2.0041 33.0041 13.0041 15.0041 15.6041 8.0041 48.0041
6 -4.0041 35.0041 22.0041 14.8041 14.9041 14.0041 40.0041
6 -6.0041 35.0041 29.0041 14.8041 14.9041 24.0041 30.0041
7 -0.0041 35.0041 13.0041 15.5041 15.6041 32.0041 22.0041
7 -2.0041 35.0041 24.0041 15.0041 15.6041 7.0041 42.0041
7 -4.0041 35.0041 35.0041 14.8041 14.9041 10.0041 34.0041
7 -6.0041 35.0041 35.0041 14.8041 14.9041 16.0041 24.0041
7 -8.0041 35.0041 35.0041 15.4041 15.0041 24.0041 12.0041
8 -0.0041 13.0041 13.0041 15.7041 19.8041 30.0041 0.0041
8 -2.0041 18.5041 13.0041 15.6041 19.7041 6.0041 50.0041
8 -4.0041 24.0041 20.5041 15.5041 18.5041 10.0041 44.0041
8 -6.0041 29.5041 27.5041 15.5041 18.0041 15.0041 40.0041
8 -8.0041 35.0041 35.0041 15.4041 16.0041 20.0041 30.0041
8 -10.0041 35.0041 35.0041 15.3041 15.9041 30.0041 30.0041
8 -12.0041 35.0041 35.0041 15.3041 15.9041 40.0041 20.0041
9 -0.0041 10.0041 11.0041 18.0041 17.0041 20.0041 42.0041
9 -2.0041 22.0041 11.0041 16.6041 17.0041 15.0041 40.0041
9 -4.0041 34.0041 11.0041 15.2041 17.0041 20.0041 3.0041
9 -6.0041 35.0041 11.0041 14.0041 17.0041 25.0041 26.0041
10 -0.0041 10.0041 10.0041 18.0041 18.0041 10.0041 40.0041
10 -2.0041 10.0041 10.0041 18.0041 18.0041 18.0041 35.0041
10 -4.0041 16.0041 10.0041 16.9041 18.0041 24.0041 30.0041
10 -6.0041 22.0041 10.0041 15.9041 17.0041 26.0041 26.0041
10 -8.0041 28.0041 14.0041 15.0041 16.0041 34.0041 20.0041
10 -10.0041 34.0041 18.0041 14.0041 15.0041 38.0041 22.0041
10 -12.0041 34.0041 18.0041 14.0041 15.0041 40.0041 10.0041
4.2. Profil Variasi Temperatur terhadap Kedalaman
Stasiun 1
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 10.0041 10.0041 19.6041 19.6041
-2.0041 10.0041 10.0041 19.6041 19.6041
-4.0041 22.0041 10.0041 17.9041 19.5041
-6.0041 33.0041 10.0041 16.0041 19.4041

Grafik Suhu terhadap Kedalaman Stasiun 1


0
0 5 10 15 20 25
-1

-2
Kedalaman

-3
tmax
-4
tmin
-5
M Azizi Nata
-6 130041
Ose B
-7
Suhu

Z Smax Smin tmax tmin


-0.0041 10.0041 10.0041 18.9041 19.0041
-2.0041 10.0041 10.0041 18.8041 18.9041
-4.0041 10.0041 10.0041 18.7041 18.8041
-6.0041 26.0041 34.0041 16.2041 16.0041
-8.0041 34.0041 34.0041 15.4041 15.9041
-10.0041 35.0041 35.0041 15.0041 15.8041

Grafik Suhu terhadap Kedalaman Stasiun 2


0
0 5 10 15 20
-2

-4
Kedalaman

-6 tmax
tmin
-8

-10
M Azizi Nata
130041
-12 Ose B
Suhu
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 10.0041 10.0041 18.6041 18.8041
-2.0041 10.0041 10.0041 18.6041 18.8041
-4.0041 16.0041 10.0041 17.6041 17.4041
-6.0041 22.0041 14.0041 16.4041 16.0041
-8.0041 28.0041 18.0041 15.4041 14.5041
-10.0041 35.0041 21.0041 14.2041 14.3041
-12.0041 35.0041 25.0041 14.2041 14.5041
-14.0041 35.0041 28.5041 14.0041 14.5041
-16.0041 35.2041 32.5041 14.0041 14.8041

Grafik Suhu terhadap Kedalaman Stasiun 3


0
-2 0 5 10 15 20
-4
-6
Kedalaman

-8
tmax
-10
tmin
-12
-14
M Azizi Nata
-16
130041
-18
Suhu Ose B

Z Smax Smin tmax tmin


-0.0041 15.0041 12.0041 18.0041 18.0041
-2.0041 15.0041 12.0041 18.0041 18.0041
-4.0041 21.0041 12.0041 16.0041 18.0041
-6.0041 28.0041 12.0041 14.0041 18.0041
-8.0041 35.0041 22.0041 14.0041 16.0041
-10.0041 35.0041 32.0041 14.0041 14.0041

Grafik Suhu terhadap Kedalaman Stasiun 4


0
0 5 10 15 20
-2

-4
Kedalaman

-6 tmax
tmin
-8

-10 M Azizi Nata


-12 130041
Suhu Ose B
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 26.0041 13.0041 15.0041 17.5041
-2.0041 35.0041 13.0041 14.5041 17.5041
-4.0041 35.0041 13.0041 14.5041 17.5041
-6.0041 35.0041 20.0041 14.5041 16.5041
-8.0041 35.0041 27.5041 14.5041 15.2541
-10.0041 35.0041 35.0041 14.5041 14.0041
-12.0041 35.0041 35.0041 14.5041 14.0041
-14.0041 35.0041 35.0041 14.5041 14.0041

Grafik Suhu terhadap Kedalaman Stasiun 5


0
-2 0 5 10 15 20

-4
Kedalaman

-6
-8 tmax
-10 tmin
-12
-14 M Azizi Nata
130041
-16
Suhu Ose B

Stasiun 6
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 32.0041 13.0041 15.5041 15.6041
-2.0041 33.0041 13.0041 15.0041 15.6041
-4.0041 35.0041 22.0041 14.8041 14.9041
-6.0041 35.0041 29.0041 14.8041 14.9041

Grafik Suhu terhadap Kedalaman Stasiun 6


0
14.6 14.8 15 15.2 15.4 15.6 15.8
-1

-2
Kedalaman

-3
tmax
-4
tmin
-5

-6 M Azizi Nata
130041
-7
Suhu Ose B
Stasiun 7
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 35.0041 13.0041 15.5041 15.6041
-2.0041 35.0041 24.0041 15.0041 15.6041
-4.0041 35.0041 35.0041 14.8041 14.9041
-6.0041 35.0041 35.0041 14.8041 14.9041
-8.0041 35.0041 35.0041 15.4041 15.0041

Grafik Suhu terhadap Kedalaman Stasiun 7


0
-1 14.6 14.8 15 15.2 15.4 15.6 15.8
-2
-3
Kedalaman

-4
tmax
-5
tmin
-6
-7
M Azizi Nata
-8
130041
-9
Suhu Ose B

Stasiun 8
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 13.0041 13.0041 15.7041 19.8041
-2.0041 18.5041 13.0041 15.6041 19.7041
-4.0041 24.0041 20.5041 15.5041 18.5041
-6.0041 29.5041 27.5041 15.5041 18.0041
-8.0041 35.0041 35.0041 15.4041 16.0041
-10.0041 35.0041 35.0041 15.3041 15.9041
-12.0041 35.0041 35.0041 15.3041 15.9041

Grafik Suhu terhadap Kedalaman Stasiun 8


0
0 5 10 15 20 25
-2

-4
Kedalaman

-6
tmax
-8
tmin
-10

-12 M Azizi Nata


130041
-14
Suhu Ose B
Stasiun 9
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 10.0041 11.0041 18.0041 17.0041
-2.0041 22.0041 11.0041 16.6041 17.0041
-4.0041 34.0041 11.0041 15.2041 17.0041
-6.0041 35.0041 11.0041 14.0041 17.0041

Grafik Suhu terhadap Kedalaman Stasiun 9


0
0 5 10 15 20
-1

-2
Kedalaman

-3
tmax
-4
tmin
-5

-6 M Azizi Nata
-7 130041
Suhu Ose B

Stasiun 10
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 10.0041 10.0041 18.0041 18.0041
-2.0041 10.0041 10.0041 18.0041 18.0041
-4.0041 16.0041 10.0041 16.9041 18.0041
-6.0041 22.0041 10.0041 15.9041 17.0041
-8.0041 28.0041 14.0041 15.0041 16.0041
-10.0041 34.0041 18.0041 14.0041 15.0041
-12.0041 34.0041 18.0041 14.0041 15.0041

Grafik Suhu terhadap Kedalaman Stasiun 10


0
0 5 10 15 20
-2

-4
Kedalaman

-6
tmax
-8
tmin
-10

-12 M Azizi Nata


-14
130041
Suhu Ose B
4.3. Profil Variasi Salinitas terhadap Kedalaman
Stasiun 1
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 10.0041 10.0041 19.6041 19.6041
-2.0041 10.0041 10.0041 19.6041 19.6041
-4.0041 22.0041 10.0041 17.9041 19.5041
-6.0041 33.0041 10.0041 16.0041 19.4041

Grafik Salinitas terhadap Kedalaman Stasiun 1


0
0 5 10 15 20 25 30 35
-1

-2
Kedalaman

-3
Smax
-4
Smin
-5
M Azizi Nata
-6 130041
Ose B
-7
Salinitas

Stasiun 2
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 10.0041 10.0041 18.9041 19.0041
-2.0041 10.0041 10.0041 18.8041 18.9041
-4.0041 10.0041 10.0041 18.7041 18.8041
-6.0041 26.0041 34.0041 16.2041 16.0041
-8.0041 34.0041 34.0041 15.4041 15.9041
-10.0041 35.0041 35.0041 15.0041 15.8041

Grafik Salinitas terhadap Kedalaman Stasiun 2


0
0 10 20 30 40
-2

-4
Kedalaman

-6 Smax
Smin
-8
M Azizi Nata
-10 130041
Ose B
-12
Salinitas
Stasiun 3
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 10.0041 10.0041 18.6041 18.8041
-2.0041 10.0041 10.0041 18.6041 18.8041
-4.0041 16.0041 10.0041 17.6041 17.4041
-6.0041 22.0041 14.0041 16.4041 16.0041
-8.0041 28.0041 18.0041 15.4041 14.5041
-10.0041 35.0041 21.0041 14.2041 14.3041
-12.0041 35.0041 25.0041 14.2041 14.5041
-14.0041 35.0041 28.5041 14.0041 14.5041
-16.0041 35.2041 32.5041 14.0041 14.8041

Grafik Salinitas terhadap Kedalaman Stasiun 3


0
-2 0 10 20 30 40
-4
-6
Kedalaman

-8
Smax
-10
Smin
-12
-14
M Azizi Nata
-16
130041
-18
Salinitas Ose B

Stasiun 4
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 15.0041 12.0041 18.0041 18.0041
-2.0041 15.0041 12.0041 18.0041 18.0041
-4.0041 21.0041 12.0041 16.0041 18.0041
-6.0041 28.0041 12.0041 14.0041 18.0041
-8.0041 35.0041 22.0041 14.0041 16.0041
-10.0041 35.0041 32.0041 14.0041 14.0041

Grafik Salinitas terhadap Kedalaman Stasiun 4


0
0 10 20 30 40
-2

-4
Kedalaman

-6 Smax
Smin
-8

-10 M Azizi Nata


130041
-12
Salinitas Ose B
Stasiun 5
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 26.0041 13.0041 15.0041 17.5041
-2.0041 35.0041 13.0041 14.5041 17.5041
-4.0041 35.0041 13.0041 14.5041 17.5041
-6.0041 35.0041 20.0041 14.5041 16.5041
-8.0041 35.0041 27.5041 14.5041 15.2541
-10.0041 35.0041 35.0041 14.5041 14.0041
-12.0041 35.0041 35.0041 14.5041 14.0041
-14.0041 35.0041 35.0041 14.5041 14.0041

Grafik Salinitas terhadap Kedalaman Stasiun 5


0
0 10 20 30 40
-2
-4
Kedalaman

-6
-8 Smax
-10 Smin
-12
-14 M Azizi Nata
-16
130041
Salinitas Ose B

Stasiun 6
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 32.0041 13.0041 15.5041 15.6041
-2.0041 33.0041 13.0041 15.0041 15.6041
-4.0041 35.0041 22.0041 14.8041 14.9041
-6.0041 35.0041 29.0041 14.8041 14.9041

Grafik Salinitas terhadap Kedalaman Stasiun 6


0
0 10 20 30 40
-1

-2
Kedalaman

-3
Smax
-4
Smin
-5

-6 M Azizi Nata
130041
-7 Ose B
Salinitas
Stasiun 7
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 35.0041 13.0041 15.5041 15.6041
-2.0041 35.0041 24.0041 15.0041 15.6041
-4.0041 35.0041 35.0041 14.8041 14.9041
-6.0041 35.0041 35.0041 14.8041 14.9041
-8.0041 35.0041 35.0041 15.4041 15.0041

Grafik Salinitas terhadap Kedalaman Stasiun 7


0
-1 0 10 20 30 40
-2
-3
Kedalaman

-4
Smax
-5
Smin
-6
-7
M Azizi Nata
-8
130041
-9
Salinitas Ose B

Stasiun 8
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 13.0041 13.0041 15.7041 19.8041
-2.0041 18.5041 13.0041 15.6041 19.7041
-4.0041 24.0041 20.5041 15.5041 18.5041
-6.0041 29.5041 27.5041 15.5041 18.0041
-8.0041 35.0041 35.0041 15.4041 16.0041
-10.0041 35.0041 35.0041 15.3041 15.9041
-12.0041 35.0041 35.0041 15.3041 15.9041

Grafik Salinitas terhadap Kedalaman Stasiun 8


0
0 10 20 30 40
-2

-4
Kedalaman

-6
Smax
-8
Smin
-10

-12 M Azizi Nata


130041
-14
Salinitas Ose B
Stasiun 9
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 10.0041 11.0041 18.0041 17.0041
-2.0041 22.0041 11.0041 16.6041 17.0041
-4.0041 34.0041 11.0041 15.2041 17.0041
-6.0041 35.0041 11.0041 14.0041 17.0041

Grafik Salinitas terhadap Kedalaman Stasiun 9


0
0 10 20 30 40
-1

-2
Kedalaman

-3
Smax
-4
Smin
-5

-6 M Azizi Nata
-7 130041
Salinitas Ose B

Stasiun 10
Z Smax Smin tmax tmin
-0.0041 10.0041 10.0041 18.0041 18.0041
-2.0041 10.0041 10.0041 18.0041 18.0041
-4.0041 16.0041 10.0041 16.9041 18.0041
-6.0041 22.0041 10.0041 15.9041 17.0041
-8.0041 28.0041 14.0041 15.0041 16.0041
-10.0041 34.0041 18.0041 14.0041 15.0041
-12.0041 34.0041 18.0041 14.0041 15.0041

Grafik Salinitas terhadap Kedalaman Stasiun


10
0
-2 0 10 20 30 40

-4
Kedalaman

-6
Smax
-8
Smin
-10
-12 M Azizi Nata
130041
-14
Salinitas Ose B
4.4. Profil Kecepatan Arus Total terhadap Kedalaman
1 -0.0041 10.0041 40.0041 30
1 -2.0041 20.0041 35.0041 15
1 -4.0041 28.0041 28.0041 0
1 -6.0041 30.0041 20.0041 -10

Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman


Stasiun 1
0
-20 -10 0 10 20 30 40 M Azizi Nata
-1
130041
-2
Kedalaman (m)

Ose B
-3

-4 Stasiun 1

-5

-6

-7
Kecepatan (m/s)

2 -0.0041 10.0041 40.0041 30


2 -2.0041 18.0041 35.0041 17
2 -4.0041 24.0041 30.0041 6
2 -6.0041 26.0041 26.0041 0
2 -8.0041 34.0041 20.0041 -14
2 -10.0041 40.0041 10.0041 -30

Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman


Stasiun 2
0
-40 -20 0 20 40 M Azizi Nata
-2
130041
Kedalaman (m)

-4 Ose B

-6
Stasiun 2
-8

-10

-12
Kecepatan (m/s)
3 -0.0041 10.0041 42.0041 32
3 -2.0041 15.0041 40.0041 25
3 -4.0041 20.0041 35.0041 15
3 -6.0041 25.0041 25.0041 0
3 -8.0041 35.0041 20.0041 -15
3 -10.0041 36.0041 21.0041 -15
3 -12.0041 38.0041 26.0041 -12
3 -14.0041 38.0041 28.0041 -10
3 -16.0041 40.0041 30.0041 -10

Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman


Stasiun 3
0
-20 -10 0 10 20 30 40 M Azizi Nata
-5 130041
Kedalaman (m)

Ose B
-10
Stasiun 3

-15

-20
Kecepatan (m/s)

4 -0.0041 12.0041 42.0041 30


4 -2.0041 13.0041 41.0041 28
4 -4.0041 20.0041 38.0041 18
4 -6.0041 26.0041 34.0041 8
4 -8.0041 32.0041 30.0041 -2
4 -10.0041 40.0041 24.0041 -16

Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman


Stasiun 4
0
-20 -10 0 10 20 30 40
-2 M Azizi Nata
Kedalaman (m)

-4 130041
Ose B
-6
Stasiun 4
-8

-10

-12
Kecepatan (m/s)
5 -0.0041 8.0041 35.0041 27
5 -2.0041 10.0041 30.0041 20
5 -4.0041 14.0041 22.0041 8
5 -6.0041 20.0041 10.0041 -10
5 -8.0041 20.0041 10.0041 -10
5 -10.0041 26.0041 0.0041 -26
5 -12.0041 30.0041 10.0041 -20
5 -14.0041 36.0041 18.0041 -18

Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman


Stasiun 5
0
-30 -20 -10 0 10 20 30
-2
M Azizi Nata
-4
130041
Kedalaman (m)

-6 Ose B
-8
Stasiun 5
-10
-12
-14
-16
Kecepatan (m/s)

6 -0.0041 42.0041 26.0041 -16


6 -2.0041 8.0041 48.0041 40
6 -4.0041 14.0041 40.0041 26
6 -6.0041 24.0041 30.0041 6

Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman


Stasiun 6
0
-20 0 20 40 60
-1 M Azizi Nata
-2 130041
Kedalaman (m)

Ose B
-3

-4 Stasiun 6

-5

-6

-7
Kecepatan (m/s)

7 -0.0041 32.0041 22.0041 -10


7 -2.0041 7.0041 42.0041 35
7 -4.0041 10.0041 34.0041 24
7 -6.0041 16.0041 24.0041 8
7 -8.0041 24.0041 12.0041 -12
Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman
Stasiun 7
0
-20 -10 -1 0 10 20 30 40
M Azizi Nata
-2
130041
Kedalaman (m) -3 Ose B
-4
-5 Stasiun 7
-6
-7
-8
-9
Kecepatan (m/s)

8 -0.0041 30.0041 0.0041 -30


8 -2.0041 6.0041 50.0041 44
8 -4.0041 10.0041 44.0041 34
8 -6.0041 15.0041 40.0041 25
8 -8.0041 20.0041 30.0041 10
8 -10.0041 30.0041 30.0041 0
8 -12.0041 40.0041 20.0041 -20

Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman


Stasiun 8
0
-40 -20 0 20 40 60
-2 M Azizi Nata
-4 130041
Kedalaman (m)

Ose B
-6

-8 Stasiun 8

-10

-12

-14
Kecepatan (m/s)

9 -0.0041 20.0041 42.0041 22


9 -2.0041 15.0041 40.0041 25
9 -4.0041 20.0041 3.0041 -17
9 -6.0041 25.0041 26.0041 1
10 -0.0041 10.0041 40.0041 30
10 -2.0041 18.0041 35.0041 17
10 -4.0041 24.0041 30.0041 6
10 -6.0041 26.0041 26.0041 0
10 -8.0041 34.0041 20.0041 -14
10 -10.0041 38.0041 22.0041 -16
10 -12.0041 40.0041 10.0041 -30

Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman


Stasiun 10
0
-40 -20 0 20 40
-2 M Azizi Nata
-4 130041
Kedalaman (m)

Ose B
-6

-8 Stasiun 10

-10

-12

-14
Kecepatan (m/s)
4.5. Grafik Temperatur terhadap Kedalaman untuk Tmax pada berbagai Stasiun

Grafik Gabungan Suhu terhadap Kedalaman


M Azizi Dirgantara_26050119130041_B
0
Stasiun 1
0 5 10 15 20 25
Stasiun 2
Kedalaman -5
Stasiun 3
-10 Stasiun 4
Stasiun 5
-15 Stasiun 6
Stasiun 7
-20
Salinitas Stasiun 8

4.6. Grafik Temperatur terhadap Kedalaman untuk Smax pada Berbagai Stasiun

Grafik Gabungan Salinitas terhadap


Kedalaman
M Azizi Dirgantara_26050119130041_B
0
Stasiun 1
0 10 20 30 40
-5 Stasiun 2
Kedalaman

Stasiun 3
-10
Stasiun 4
-15 Stasiun 5
Stasiun 6
-20
Salinitas Stasiun 7

4.7. Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman pada Berbagai Stasiun

Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman


Gabungan Stasiun
M Azizi Dirgantara_26050119130041_B
0
-40 -20 0 20 40 60 Stasiun 1
Kedalaman (m)

-5 Stasiun 2
Stasiun 3
-10
Stasiun 4

-15 Stasiun 5
Stasiun 6
-20
Kecepatan (m/s) Stasiun 7
V. PEMBAHASAN
5.1. Profil Variasi Temperatur terhadap Kedalaman
Variasi temperature dan kedalaman ini memiliki bentuk yang semakin dalam maka
temperaturnya semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan prarikeslan (2016), bahwa sebaran
temperature terhadap kedalaman akan semakin berkurang. Stasiun 1,2,3,10 berada didekat sungai,
stasiun 4, 9 berada di daerah estuary, dan stasiun 5,6,7, 8 berada dekat laut. Dalam stasiun yang
berbeda-beda menunjukkan parameter suhu yang berbeda-beda pada masing-masing stasiun.
Variasi temperatur/suhu pada tiap stasiun memiliki nilai yang berbeda akibat memiliki
karakteristik tempat tertetu. Suhu secara alami mengalami penurunan nilai terhadap kedalaman
akibat berkurangnya energi dari radiasi matahari ke lapisan perairan. Sehingga pada lapisan dasar
perairan akan memiliki suhu yang konstan. Berkurangya nilai tersebut juga dipengaruhi oleh berbagai
faktor lain seperti densitas dimana gradien densitas yang tinggi menyebabkan mixing atau arus
densitas yang berada di bawah lapisan perairan naik ke atas sehingga mengaduk massa perairan.
Tekanan selalu berbanding terbalik dengan nilai temperature. Karena di daerah yang semakin
dekat dengan permukaan (nilai kedalaman kecil), maka intensitas penyinaran terhadap perairan
semakin tinggi yang menyebabkan temperatur semakin tinggi. Dan seiring bertambahnya kedalaman,
maka intensitas penyinaran akan berkurang sehinggar nilai temperature berkurang. Profil variasi
Temperature terhadap kedalaman didapat dari tiga data yang terukur yaitu: kedalaman, Tmax atau
suhu maksimum, dan Tmin atau suhu minimum. Tmax menunjukkan nilai suhu maksimum, sedangkan
Tmin menunjukkan nilai suhu minimum yang terukur pada stasiun. Secara umum, nilai Tmax yang
terukur pada semua stasiun menunjukkan nilai yang semakin berkurang dengan bertambahnya
kedalaman, begitu pula dengan nilai Tmin. Rentang nilai suhu atau Temperature pada semua stasiun
tidak terlalu jauh yaitu antara 14,0-19,6 oC.
5.2. Profil Variasi Salinitas terhadap Kedalaman
Pada stasiun 1 dan 2 berada di daerah estuari. Di lokasi ini memiliki nilai salinitas yang
meningkat dengan tajam terhadap kedalaman dengan salinitas di permukaan yang kecil akibat
pengaruh masukkan dari air sungai dan tutupan vegetasi yang menghalangi pengeringan oleh radiasi
matahari. Hal ini dipengaruhi oleh adanya percampuran massa air sungai yang berada di atas lapisan
estuari dan air laut di bawah lapisan estuari. Perbedaan ini yang menyebabkan profil salinitas di
daerah ini sangat tinggi.
Pada stasiun 3, 4, 9 dan 10 berada di daerah sungai memiliki profil salinitas yang meningkat
terhadap kedalaman yang tajam dengan salinitas di permukaan air kecil. Hal ini dipengaruhi oleh air
tawar memiliki materi klorinitas yang kecil sehingga nilai salinitas berasal dari masukkan dari air laut
di dasar perairan. Ini ditunjukkan pada profil yang signifikan pada dasar perairan. Nilai salinitas di
permukaan juga dipengaruhi oleh tutupan vegetasi yang membuat nilai salinitas di permukaan air
sungai kecil.
Berdasarkan profil salinitas terhadap kedalaman pada tiap-tiap stasiun menunjukkan bahwa
rentang nilai salinitas dari semua stasiun yang cukup besar yaitu 10,0 – 35,0 ppt. rentang yang sangat
jauh ini dipengaruhi oleh kondisi disekitar stasiun misalnya pada stasiun 4 dan 9 yang terletak di
tengah estuari menunjukkan nilai salinitas yang cukup tinggi dan rentang yang lebar yakni 10,0 – 35,0
ppt. Daerah estuari sebagai daerah bertemunya air tawar dan air asin menyebabkan nilai salinitas
pada permukaan perairan cenderung rendah karena massa air dengan densitas yang tinggi berarti
salinitasnya tinggi akan cenderung tenggelam atau menempati kolom perairan bagian bawah
sehingga semakin kedalam maka salinitasnya akan semakin tinggi yaitu salinitas untuk air laut yang
mencapai 35,58 ppt. Stasiun 1 ,2 , 3 dan 10 yang terletak di daerah dekat sungai memiliki nilai salinitas
yang lebih sedikit daripada daerah estuari yakni sebesar 10,0 -35,0 ppt karena merupakan daerah
sungai yang cenderung salinitasnya kecil karena tidak dipengaruhi oleh air laut. Sedangkan pada
stasiun 5,6,7, dan 8 menunjukkan nilai salinitas yang tertinggi sebesar 26,0 – 35,0 ppt. Hal ini
disebabkan karena stasiun-stasiun tersebut terletak di daerah laut yang memiliki salinitas yang tinggi
dan cenderung mempertahankan salintasnya.
5.3. Profil Kecepatan Arus Total terhadap Kedalaman
Pada wilayah tengah estuari nilai arus densitas, diwakilkan oleh stasiun 1 dan 2. Di daerah ini
arus densitas terjadi karena terdapat gradien salinitas yang besar oleh akibat pertemuan antara air
tawar yang berasal dari aliran sungai dengan air salinitas tinggi yang berasa dari laut. Mixing
tersebut mengakibatkan terdapat gradien densitas secara horizontal sehingga terjadilah arus
densitas, dimana arus densitas bergerak dari arah laut menuju muara sungai. Akibatnya terjadi
sirkulasi pada estuari dimana air tawar mengalir pada lapisan bagian atas (upper layer) dan air
dengan salinitas tinggi mengalir di lapisan bagian bawah (lower layer).
Arus densitas untuk daerah sekitar sungai, diwakili oleh stasiun 3, 4, 9 dan 10 untuk perairan
ini. Di daerah ini arus densitas disebabkan oleh pengenceran air laut oleh air sungai yang
menyebabkan perbedaan level densitas pada kedua sisi yaitu sisi muara sungai dan sisi laut.
Sehingga, aliran dari hulu sungai membentuk gradien densitas secara horizontal yang nilainya
bertambah seiring dengan posisinya mendekat menuju ke arah laut. Akibat, pengaruh gradien
densitas ini, terjadi sirkulasi pada estuari dimana air tawar mengalir pada lapisan bagian atas (upper
layer) dan air yang mengandung salinitas tinggi mengalir di lapisan bagian bawah (lower layer).
Ditinjau dari grafik salinitas terhadap kedalaman, bahwa di daerah sekitar sungai gradien densitas
semakin bertambahnya kedalaman semakin tajam bentuknya, artinya gradien densitas semakin
kecil hingga kedalaman tertentu.
Arus densitas untuk daerah dekat laut, yang diwakilkan oleh stasiun 5, 6, 7 dan 8. Nilai densitas
perairan lebih besar karena air di perairan pantai lebih berat dari pada air di lepas pantai karena
suhu air di pantai lebih rendah daripada di lepas pantai. Muka air di pantai lebih rendah daripada di
lepas pantai atau terbentuk slope muka air yang naik ke arah lepas pantai. Karena adanya
keseimbangan gradien tekanan, terbentuk arus yang sejajar garis pantai. Ketika gradien tekanan
mengalami gangguan, akan terjadi pergerakan air yang hangat dan ringan dari daerah dekat laut
menuju pantai.
Pada tiap-tiap stasiun menunjukkan nilai kecepatan arus total yang beragam namun dengan
kisaran dari -30 hingga 30. Nilai minus didapatkan karena nilai Vmin lebih besar daripada Vmax,
namun arus akan tetap berlangsung karena kecepatan merupakan satuan vector sehingga nilainya
ditentukan oleh arah bukan hanya nilai. Rentang yang cukup luas ini menjukkan pada berbagai
stasiun memiliki kecepatan arus total yang beragam. Hal ini disebabkan karena letak tiap stasiun
yang berbeda. Misalnya pada stasiun 4 dan 9 memiliki kecepatan arus total yang cukup tinggi, hal
ini karena wilayah estuari yang memiliki densitas massa air yang berbeda antara air tawar dengan
air laut menyebabkan terjadinya arus densitas antara air tawar dan air laut. Pada stasiun 1, 2, 3, dan
10 menunjukkan kecepatan arus yang tidak terlalu besar karena di daerah sungai, massa air yang
mendominasi adalah air tawar sehingga tidak terjadi perbedaan densitas. Sedangkan pada stasiun
5,6,7, dan 8 memiliki kecepatan arus yang paling tinggi karena massa air tawar yang masuk ke laut
dengan densitas berbeda akkan menyebabkan terjadina pergerakan arus. Selain adanya masukan
dari muara sungai, air hujan juga memiliki densitas yang berbeda dengan air laut karena ia akan
cenderung ke air tawar sehingga terjadi pergerakan arus.
5.4. Hubungan Temperatur dan Salinitas terhadap Arus Densitas
Secara alami, densitas merupakan fungsi dari temperatur dan salinitas. Densitas
menggambarkan jumlah (gram) padatan terlarut dalam kolom perairan. Padatan terlarut yang
terekam sebagian besar merupakan pembentuk salinitas dimana nilainya akan berbanding terbalik
dengan temperatur. Temperatur yang tinggi membuat pengeringan perairan semakin tinggi
sehingga nilai salinitas semakin tinggi. Perbedaan temperatur dan salinitas ini yang menyebabkan
timbulnya gradien tekanan atau densitas dalam tinjauan horizontal maupun vertikal. Gradien
densitas horizontal dan vertikal inilah yang mengakibatkan gradien tekanan horizonal yang akhirnya
menimbulkan arus densitas. Semakin tinggi gradien tekanan menyebabkan semakin tinggi nilai arus
densitasnya. Pada stasiun 1 dan 2 terlihat kecepatan arus densitas tinggi akibat adanya perbedaan
densitas yang tinggi , stasiun 3, 4, 9 dan 10 terlihat kecepatan arus densitas yang kecil akibat tidak
ada gradien densitas yang tinggi, dan pada stasiun 5, 6, 7, dan 8 memiliki kecepatan arus densitas
yang tidak besar namun lebih besar daripada stasiun 1 dan 2.
Setelah dilakukannya pengolahan data, maka terlihat adanya korelasi antara temperatur
dengan salinitas itu sendiri. Dimana hubungan antara temperatur dan salinitas terhadap arus
densitas adalah temperatur dan salinitas merupakan komponen dari densitas sehingga secara
langsung adanya perbedaan temperatur dan salinitas maka akan terjadi perbedaan dari kecepatan
arus densitas di perairan. Ketika terjadi pendinginan, atau suhu perairan semakin rendah, maka
densitas akan semakin tinggi, menyebabkan pergerakan arus akan semakin cepat. Dan ketika
salinitas semakin tinggi, suhu yang terbentuk semakin rendah dan densitas juga semakin
tinggi.Terlihat dari grafik yang sudah diolah. Grafik cenderung menunjukkan hubungan antara suhu
dengan kecepatan arus berbanding terbalik
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Profil salinitas dan temperatur terhadap kedalaman di estuari menunjukkan bahwa
semakin dalam suatu perairan maka nilai suhu makin rendah dan salinitas makin tinggi.
2. Arus densitas bergerak dari kerapatan tinggi ke kerapatan rendah, umumnya pada daerah
estuari pencampuran densitas tidak sepenuhnya sempurna. Sehingga mengakibatkan air
tawar mengalir di permukaan dan air salinitas tinggi mengalir di dasar perairan, sehingga
menimbulkan yang disebut gradien densitas baik secara vertikal maupun horizontal oleh
karena adanya muara sungai.
6.2. Saran
1. Video tutorial dapat dibuat lebih menarik agar mudah dipahami
2. Praktikan seharusnya datang tepat waktu agar praktikum berjalan dengan lancar
3. Praktikan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Azis, M. Furqon. 2006. Gerak Air di Laut. Oseana. Vol 31(4).

Gross, M. 1990. Oceanography sixth edition. New Jersey : Prentice-Hall.Inc.

Hidayati, Nurin. 2017. Dinamika Pantai. UB Press: Malang

Nugroho, F. 2015. Pengaruh Rapat Arus Anodizing Terhadap Nilai Kekerasan Pada Plat Aluminium
Paduan AA Seri 2024-T3. Angkasa: Jurnal Ilmiah Bidang Teknologi, 7(2), 39-48.

Pahlewi, A. D. (2016). Pemodelan Dinamika Estuari Wonorejo Surabaya (Doctoral dissertation,


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya).

Prarikeslan, Widya. 2016. Oseanografi. KENCANA: Jakarta

Tanto, T. Al, Wisha, U. J., Kusumah, G., Pranowo, W. S., Husrin, S., Ilham, I., & Putra, A. 2017. Karakteristik
Arus Laut Perairan Teluk Benoa – Bali. Jurnal Ilmiah Geomatika, 23(1), 37.

Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset


LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT
MODUL 6
ARUS PASANG SURUT

Oleh:

Muhammad Azizi Dirgantara 26050119130041 Oseanografi B

Koordinator Praktikum:

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :

Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054


Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118130030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Arus Pasang surut merupakan arus yang terbentuk akibat adanya fenomena pasang surut.
Fenomena ini sendiri adalah pergerakan naik turunnya muka air laut akibat gaya Tarik benda-
benda angkasa terutama bulan dan matahari. Akibat adanya pergerakkan Muka air laut ini
menyebabkan adanya arus pasang surut. Arus ini akan berbeda saat kondisi pasang maupun
saat kondisi surut
Salah satu faktor parameter oseanografis dilaut adalah arus. Salah satu jenis arus adalah
Arus pasut. Arus yang paling berpengaruh dalam kehidupan masyarakat dipesisir. Arus ini
dijadikan sebagai sumber kehidupan masyarakat pesisir karena dalam pergerakkannya arus
ini membawa massa air kelaut dan massa air kedaratan, hal ini dijadikan sebagai transportasi
alami kapal pada jaman dahulu. Oleh sebab itu, praktikum kali ini berjudul arus pasang surut
I.2. Tujuan
1. Menggunakan Software MIKE 21 dalam membuat gambaran kecepatan arus di
Perairan Kendal
2. Mengkaji kecepatan arus pasang surut yang telah diramalkan dengan Software
MIKE 21 di Perairan Kendal
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Arus Pasang Surut
Arus pasang surut adalah arus yang terjadi akibat adanya pergerakkan massa air laut
secara vertikal. Arus ini disebabkan oleh adanya gaya Tarik menarik pasang surut. Arus
pasang surut ini bergerak dengan periode pasang dan surut yang ada. Tipe pasang surut yang
ada mempengaruhi periode dari pasang surut. Dengan kata lain tipe pasang surut
mempengaruhi periode dan arah pergerakkan arus pasang surut yang terjadi pada suatu
perairan (Kurniawan dan Pradana, 2016).
Arus pasang surut ini merupakan arus yang memiliki periode dalam arah dan
kecepatannya. Hal ini terjadi karena arus pasang surut ini mengikuti fenomena pasang surut.
Saat pasang maka kecepatan arus akan tinggi, sebaliknya saat surut kecepatan arus akan
berkurang. Hal ini juga berhubungan dengan amplitudo dan energy pasang surut yang
membuat kecepatan arus berubah. Saat energy pasut bertambah maka kecepatan arus
bertambah, sebaliknya ketika berkurang kecepatannya juga ikut berkurang (Hasanuddin et
al., 2016).
II.2. Gaya Pembangkit Arus Laut
Salah satu gaya pembangkit arus dilaut adalah pasang surut. Pasang surut ini
mempengaruhi kecepatan arus melalui elevasi dari pasang surut. Hal ini mengaibatkan arus
yang bergerak cepat saat amplitude pasang surut tinggi. Pasang surut ini memiliki amplitudo
karena pasang surut merupakan gelombang jangka panjang. Hal ini terlihat dari pasang surut
yang memiliki periode dalam siklusnya yang terlihat dari pola pasang surut dan tipe pasang
surut yang ada (Kurniawan dan Pradana, 2016).
Selain pasang surut terdapat angin yang mempengaruhi arah dari arus di laut. Angin ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, seperti suhu dan tekanan udara. Suhu dan tekanan
udara ini ini sangat berpengaruh satu sama lain. Suhu akan berbanding terbalik dengan
tekanan udara. Tekanan udara tinggi akan menunju ke tekanan udara rendah, sedangkan suhu
rendah akan menuju ke suhu tinggi. Sehingga angin hanya mempengaruhi kecepatan pada
permukaan air (Lestari et al., 2015).
II.3. Gaya Pembangkit Pasang Surut
Gaya pembangkit pasut terdapat beberapa. Yang pertama adalah gaya tarik benda-benda
langit. Dalam hal ini adalah bulan dan matahari. Namun bulan memiliki gaya Tarik yang
lebih besar dengan matahari. Hal ini berhubungan dengan jaraknya yang lebih dekat dengan
bumi. Hal ini dinyatakan dengan rumus newton yang menyatakan gaya Tarik menarik benda
langit berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya (Patoding dan Sau, 2019).
Yang kedua adalah gaya sentrifugal. Gaya ini merupakan gaya yang ada pada bumi
sendiri. Gaya ini dibebakan oleh adanya rotasi bumi. Rotasi bumi ini berhubungan dengan
bumi yang memutari porosnya. Hal ini yang menentukkan terjadinya bulan purnama dan
bulan perbani. Sehingga, mempengaruhi pasang tertinggi dan surut terendah dengan periode
kurang lebih 1 bulan (Yona et al., 2017).
II.4. Software Mike
II.4.1. Modul Mike
Menurut Roman (2012), Mike merupakan salah satu salah satu software dalam
peramalan pasang surut. Sehingga, sering digunakan sebagai metode peramalan pasang
surut. Mike ini memiliki banyak jenis dalam versi dan pengolahannya. Mike ini dapat
meramalkan pasang surut dengan simulasi model pada daerah estuary, laut, pantai, dll.
Software ini memiliki beberapa tipe seperti mike zero, mike 3, mike 11 dan mike 21.
Kegunaannya berbeda-beda. Terdapat beberapa fungsi mike tersebut, seperti pembuatan
mesh, peramalan pasang surut, simulasi arus pasang surut dll.
Menurut Pratama et al., (2015), software mike ini dapat mermalkan pasang surut
dengan Tide prediction of height pada mike 21. Pada peramalan ini dapat dijalankan
simulasinya dengan model area series dan point series. Pada area series, Simulasi dari
peramalan dilambangkan dalam bentuk polygon dengan model 2 dimensi. Pada point series
menunjukkan titik-titik dengan kecepatan yang ada. Dari simulasi yang ada pada praktikum
ini menggunakan model area series untuk menunjukkan simulasi dari arah dan kecepatan
arus.
II.4.2. Persamaan Pembangun
Menurut Wibowo (2016), Persamaan pembangun mike ini ialah Engelund-Hansen,
VanRijn, Engelund-Fredsøe dan persamaan Meyer-Peter-Müller, dengan persamaan sebagai
berikut:

Dengan keterangan:
K adalah Konstanta Von Karman
t adalah Waktu
z adalah Tebal boundary layer
U0 adalah Kecepatan orbit dasar gelombang terdekat
Uf0 adalah Kecepatan geser arus dalam lapisan batas gelombang
𝛾 adalah Sudut antara arus dan gelombang
k adalah Kekasaran dasar permukaan 2.5 d50 untuk lapisan plane bed dan 2.5 d50
+kR untuk ripple covered bed
d50 adalah Ukuran diameter
kR adalah Ripple yang berkaitan dengan kekasaran

II.4.3. Mesh Generator, Tide Prediction of Height, Flow Model FM


Menurut Roman (2012), Mesh generator adalah menghasilkan data sel-sel geometric
dari data ruang geometric kontinue yang didapatkan dari data excel yang kemudian diolah di
arcgis. Mesh ini merupakan penampang dari hasil peramalan yang ada. Hasilnya ini
merupakan hasil dari lokasi dengan batasan tertentu. Dalam pengolahan mike perlu
menggunakan batasan agar data dapat diramalkan pada batasan tersebut. Sehingga pada
batasan tersebut peramalan pasut dapat dilakukan dan pembuatan simulasi arus juga dapat
dilihat
Menurut Roman (2012), Tide prediction of height ini merupakan prediksi atau
permalan pasang surut pada masa depan. Peramalannya ini menggunakan data batimetri
dalam excel dan peramalannya ini dibatasi oleh adanya boundary dari hasil mesh. Sehingga
outputnya adalah elevasi muka air laut dimasa depan. Sedangkan, Flow Model FM adalah
pemodelan atau simulasi dari pergerakkan arus terhadap waktu pada peramalan pasut yang
ada. Sehingga, arah dan besar kecepatan arus dapat diketahui.
II.5. Perairan Kendal
Menurut Handoyo dan Suryoputro (2015), Perairan pantai Kendal secara garis besar
mengalami perubahan maju (akresi) walaupun ada sebagian kecil yang mengalami abrasi.
Selanjutnya dinyatakan bahwa perkembangan daratan baru kearah utara (ujung delta Bodri
menuju ke arah laut lepas) terlihat tidak menunjukkan perkembangan berarti apabila
dibandingkan dengan perkembangan kearah timur. Perairan timur Kendal sampai semarang
telah mengalami abrasi. Faktor-faktor penyebab perubahan garis pantai ada dua macam yaitu
faktor alami dan faktor manusia. Faktor alami antara lain gelombang arus, angin,
sedimentasi, pasang surut, dll. Sedangkan faktor manusia meliputi penggalian, penimbunan,
reklamasi pantai, dll.
Perairan laut Kendal merupakan zona penangkapan ikan sehingga kualitas dari produk
hasil tangkapan dipengaruhi oleh kondisi kesuburan perairan. Kegiatan darat dan kegiatan
laut di sekitar pesisir Kabupaten Kendal ini akan mempengaruhi kualitas perairan yaitu
kesuburan perairan. Kesuburan perairan biasanya dihubungkan dengan konsentrsi nutrien
dalam badan peraian. Tinggi rendahnya kandungan klorofil-a memiliki keterkaitan dengan
pasokan nutrien yang berasal dari darat melalui aliran sungai. Proses fotosintesis dipengaruhi
oleh faktor konsentrasi klorofil-a dan intensitas cahaya matahari. Nilai produktivitas primer
dapat digunakan sebagai indikasi tentang tingkat kesuburan suatu ekosistem perairan (Garini
et. al., 2021)

III. MATERI DAN METODE


III.1. Materi

Hari, tanggal : Sabtu, 1 Mei 2021

Waktu : 13.00-15.00

Tempat : Semarang, Jawa Tengah

III.2. Metode
III.2.1. Pre-Processing Model
III.2.1.1. ArcGIS
1. Membuka ArcGIS

2. Add data batimetri dan garis pantai


3. Pada menu catalog pilih folder penyimpanan > klik kanan > pilih new > shapefile

4. Beri nama boundary, ganti type menjadi polygon dan pilih koordinat system WGS
1984

5. Klik editor > start editing > pilih boundary > polygon > trace > mulai edit

6. Buat seperti gambar dibawah lalu save edit > stop edit
7. Klik arctoolbox > data management tool > features > feature vertices to points

8. Masukan boundary lalu simpan di folder terdekat


9. Lalu klik arctoolbox lagi > features > add xy coordinate

10. Masukkan boundary dan batimetri

11. Simpan di folder yang diinginkan


III.2.1.2. Excel
1. Buka Microsoft excel

2. Buka file batimetri dbf, boundary dbf dan boundary 1 dbf

3. Hapus data yang tidak diperlukan lalu simpan file dalam format txt
III.2.1.3. TXT dan XYZ
1. Buka file batimetri txt

2. Save as file tersebut dengan format xyz


III.2.2. Processing Model
III.2.2.1. MESH
1. Buka Software MIKE 21

2. New file > buka MIKE 0 > mesh generator

3. Klik data > input boundary > masukkan data boundary.xyz


4. Pada semua ujung, ubah titik menjadi warna biru dengan nodes vertices

5. Klik pada garis pantai dan redistribute to vertice dan ganti menjadi 400 serta
properties dan ganti nilai menjadi 022

6. Pada laut, redistribute to vertice dan ubah menjadi 150, properties dan ubah
menjadi 222
7. Klik data dan import scatter data

8. Masukkan data batimetri.xyz

9. Klik mesh lalu triangulate


10. Klik mesh lalu interpolate

11. Klik mesh lalu smooth mesh

12. Klik mesh lalu export mesh dengan nama file hasil mesh lalu simpan
III.2.2.2. Tide Prediction of Height
1. New file lalu buka MIKE 21 lalu MIKE 21 toolbox

2. Klik tidal lalu klik tide prediction of height

3. Klik next pilih prediction on global tide model data


4. Masukkan data pada data c dengan 50 deg dan prepack

5. Masukkan waktu peramalan sesuai ketentuan yang sudah diberikan

6. Pilih mesh lalu masukkan data hasil mesh


7. Masukkan file hasil peramalan dan beri nama output

8. Execute lalu ok

III.2.2.3. Flow Model FM


1. New file > MIKE 21 > flow model FM lalu ok
2. Pilih domain lalu masukkan hasil mesh

3. Pilih time > masukkan time step 360 dan 3600 > masukkan waktu peramalan

4. Pada boundary pilih type menjadi specified level > format menjadi verying in time
and along boundary > masukkan data output
5. Pilih outputs > new output > go to

6. Pilih output format area series > beri nama hasil akhir

7. Pilih output items > checklist current speed dan current direction
8. Run > start simulation

III.2.3. Pas-Processing Model


III.2.3.1. Penyimpanan Hasil Model (Avi.)
1. View pada output sehingga menjadi sebagai berikut

2. Klik icon camera namun pastikan angka disebelah kir adalah 1


3. Tunggu hingga step minimal 100 lalu stop dan video akan tersimpan otomatis

3.2.3.2.Penentuan Pasang Tertinggi dan Surut Terendah


1. Berikan titik lebih dari 2

2. Pada titik terakhir klik 2 kali lalu ok


3. Selanjutnya akan muncul grafik

4. Klik kanan pada grafik lalu save to bitmap untuk menyimpan grafik
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil
-U Velocity
Terendah dengan Time Step 6

Tertinggi dengan Time Step 4


-V Velocity
Terendah dengan Time Step 18

Tertinggi dengan Time Step 42


-Current Speed
Terendah dengan Time Step 37

Tertinggi dengan Time Step 15


-Current Direction
Terendah dengan Time Step 41

Tertinggi dengan Time Step 3


-Surface Elevation
Terendah dengan Time Step 55

Tertinggi dengan Time Step 47


-Hasil Time Series
IV.2. Pembahasan
Hasil yang didapatkan merupakan parameter-parameter dalam arus pasang surut. Hasil
tersebut adalah arah arus, kecepatan arus total, kecepatan arus dalam arah x dan y, dan elevasi
muka air. Hasil yang ada menunjukkan nilai dari arus pasang surut yang memiliki nilai
tertinggi dan terendah. Nilai tertinggi saat sedang pasang dan nilai terendah saat sedang surut.
Pada hasil yang ada menunjukkan juga terdapat pola dalam arus pasang surut ini. Hal ini
terjadi karena arus pasang surut ini dipengaruhi oleh adanya fenomena pasang surut. Arus
pasang surut ini memiliki pola harmonik yang dihasilkan dari pola harmonic pasang surut.
Pola harmonic ini dapat diliht dari elevasi surface yang ada. Dimana terjadi sedikit eror
diawal yang terjadi karena adaya pengaruh dari faktor luar, seperti masuknya air dari sungai
dan perubahan suhu dan iklim. selanjunya nilainya memiliki kekonstanan dengan pola
tertentu, sehingga dapat ditentukkan nilai tertinggi dan terendah yang ada
Kecepatan arus ini ditampilkan dalam arah horizontal dan vertikal. Selanjutnya untuk
mendapatkan arus total maka dengan memvektorkan keduanya dan didapatkan nilai arus
total dan arah dari pergerakkan arus total pasut ini. Elevasi muka air laut ini merupakan hasil
dari peramalan pasang surut yang ada, dimana saat surut elevasinya rendah dan saat pasang
elevasinya tinggi. Selain itu, dari elevasi ini dapat diketahui kondisi batimetri dan kedalaman
perairan. Hal ini berguna untuk menganalisa pengaruh lain dari kedalaman perairan terhadap
kecepatan arus. Untuk arah perpindahan arus ini ditentukkan dari current direction yang
mana arahnya mengikuti dari sudut 25 sampai 50. Hal ini juga menyatakan bahwa arah angin
pada saat itu mengarah pada arah 25-50. Hal ini mendorong adanya elevasi muka air.
Kecepatan di arah U ditandai dengan permukaan yang berwarna merah sampai ungu
tergantung dari kecepatan arus pasang surutnya. Pada arah U, kecepatan tertinggi mencapai
0.15 m/s dengan ditandai oleh warna merah yang menyala. Sedangkan untuk terendahnya
berada pada kisaran kurang dari -0.04 m/s yang ditandai dengan warna ungu. Selanjutnya
pada arah V, nilai tertinggi adalah 0.0175 m/s dan ditandai oleh warna merah dan nilai
terendah berada pada kisaran -0.04 m/s yang ditandai oleh warna ungu. Pada hasil time series,
data tidak dapat ditampilkan secara maksimal. Hal ini dikarenakan pada pengolahan data
time series terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah
human error dan perangkat. Pada human error sendiri karena adanya salah masukan data
sehingga hasil dari time series tidak dapat ditampilkan secara maksimal. Pada perangkat
terjadi karena perangkat yang digunakan tidak cukup mumpuni untuk mengolah data yang
banyak.
Menurut Handoyo dan Suryoputro (2015), Perairan pantai Kendal secara garis besar
mengalami perubahan maju (akresi) walaupun ada sebagian kecil yang mengalami abrasi.
Selanjutnya dinyatakan bahwa perkembangan daratan baru kearah utara (ujung delta Bodri
menuju ke arah laut lepas) terlihat tidak menunjukkan perkembangan berarti apabila
dibandingkan dengan perkembangan kearah timur. Perairan timur Kendal sampai semarang
telah mengalami abrasi. Faktor-faktor penyebab perubahan garis pantai ada dua macam yaitu
faktor alami dan faktor manusia. Faktor alami antara lain gelombang arus, angin,
sedimentasi, pasang surut, dll. Sedangkan faktor manusia meliputi penggalian, penimbunan,
reklamasi pantai, dan lain-lain.
Dari hasil praktikum terlihat adanya gejolakan data diawal dengan perubahan yang
tidak stabil. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari aktivitas di estuari yang
mengakibatkan perubahan salinitas dan suhu secara drastis, selanjutnya dalam arus pasang
surut hal ini mempengaruhi juga. Sehingga data yang ada awalnya sedikit eror karena adanya
gangguan lain. Namun, dari data yang ada dapat berjalan lancar lagi dengan disesuaikannya
nilai elevasi yang ada dan waktu dalam proses pola harmonic pasang surut. Sehingga setelah
nilai error ini terjadi grafik pada surface elevation menjadi stabil, baik dalam kecepatan,
elevasi dan arah arus.
Menurut Tarhadi et. al. (2014), Pada perairan Kendal arus pasut hampir berhimpitan
dengan arus total, hal ini berarti arus pasang surut lebih mendominasi dari pada arus non
pasang surut. Selain itu dapat dilihat bahwa persentase dominasi arus pasang surut lebih
tinggi, yaitu sebesar 86 % dibandingkan persentase dominasi arus residu (non pasang surut)
sebesar 14 %. Arus pasang surut sangat terasa pada wilayah perairan tertutup (teluk), perairan
dangkal, kanal-kanal pasut dan muara sungai (delta dan estuari). Arus pasang surut adalah
gerak horisontal badan air menuju dan menjauhi pantai seiring dengan naik dan turunnya
muka laut yang disebabkan oleh gaya-gaya pembangkit pasut.
Menurut Tarhadi et. al. (2014), Kecepatan rata-rata arus dipermukaan lebih besar
dibandingkan rata-rata arus laut di lapisan tengah maupun dasar. Hal ini disebabkan pada
lapisan permukaan bertambahnya pengaruh energi angin yang membangkitkan arus
dipermukaan, sedangkan sebaliknya semakin bertambahnya kedalaman maka semakin
berkurangnya kecepatan rata - rata arus karena adanya gesekan di tiap lapis kedalaman serta
adanya gesekan di dasar perairan turut mengurangi laju arus seiring bertambahnya
kedalaman. Arus yang mengalir diatas dasar laut akan mengalami pengaruh gesekan dasar,
seperti halnya lapisan permukaan laut dimana lapisan spiral ekman terbentuk oleh pengaruh
gesekan angin.
Penyebab terjadinya pasang surut sudah tentu merupakan adanya pengaruh dari benda-
benda langit, yaitu bulan dan matahari. Gaya pembangkit pasang surut ini terjadi karena
adanya gaya tarik-menarik antara benda-benda langit terhadap bumi, seperti revolusi bulan
terhadap bumi yang orbitnya berbentuk ellips dan memerlukan waktu sekitar 29,5 hari.
Selanjutnya adalah revolusi bumi terhadap matahari yang memerlukan waktu sekitar 365,25
hari. Dan yang terakhir adalah perputaran bumi itu sendiri yang memerlukan waktu sekitar
24 jam. Selain gaya-gaya pembangkit yang disebabkan oleh benda-benda langit, perbedaan
tinggi muka air laut dapat disebabkan juga oleh faktor lain, yaitu dapat disebabkan oleh
perubahan iklim dunia dan efek meteorolgi seperti atmosfer, tekanan, angin, arus, penguapan
dan presipitasi. Pada perubahan iklim dunia seperti pemanasan global yang sekarang sedang
terjadi di dunia mengakibatkan mencairnya es yang berada di kutub. Sehingga permukaan
air laut menjadi semakin tinggi. Dan juga efek dari rumah kaca yang membuat lapisan ozon
menipis juga berperan dalam perubahan iklim dunia. Efek ini menyebabkan perubahan
permukaan air laut yang sangat signifikan.
V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan
1. Kecepatan arus di perairan Kendal 86% dipengaruhi oleh adanya arus pasang
surut yang dapat ditampilkan dalam software MIKE 21.
2. Kecepatan arus pasang surut didapatkan dari kecepatan arah vertikal dan
horizontal yang kemudian dijumlahkan dari 2 arah tersebut menghasilkan arus
total dari arus pasang surut
V.2. Saran
1. Praktikan diharapkan lebih aktif pada saat praktikum berlangsung.
2. Penjelasan mengenai hasil olah data lebih diperjelas lagi supaya tidak ada
miskomunikasi.
3. Praktikan mempersiapkan software dan keperluan praktikum lainnya dari jauh-
jauh hari.
DAFTAR PUSTAKA
Garini, B. N., Suprijanto, J., & Pratikto, I. 2021. Kandungan Klorofil-a dan Kelimpahan di
Perairan Kendal, Jawa Tengah. Journal of Marine Research, 10(1), 102-108
Handoyo, G., & Suryoputro, A. A. 2015. Kondisi Arus dan Gelombang Pada Berbagai
Kondisi Morfologi Pantai di Perairan Pantai kendal Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Kelautan Tropis, 18(1).
Hasanudin, M., Kusmanto, E., & Budisetyawan, W. 2016. Amplifikasi pasang surut dan
dampaknya terhadap perairan pesisir Probolinggo. OLDI (Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia), 1(3), 69-80.
Kurniawan, A., & Pradana, R. A. 2016. Pemodelan Aliran Material Sedimen Akibat Arus
Pasang Surut Untuk Pemeliharaan Kedalaman Perairan Pelabuhan (Studi Kasus:
Pelabuhan Tanjung Perak-Teluk Lamong, Surabaya). Geoid, 12(1), 60-67
Lestari, W. N., Lizalidiawati, L., Suwarsono, S., & Ekawita, R. 2015. Sebaran Arus
Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang
Kelvin Di Perairan Bengkulu. GRADIEN: Jurnal Ilmiah MIPA, 11(2), 1128-
1132.
Patoding, Hestikah Eirene dan Sau, Matius. 2019. Buku Ajar Energi Dan Operasi Tenaga
Listrik Dengan Aplikasi Etap. Deepiblish: Yogyakarta
Pratama, A. D., Indrayanti, E., & Handoyo, G. 2015. Peramalan pasang surut di perairan
pelabuhan kuala stabas, krui, lampung barat. Journal of Oceanography, 4(2), 508-
515.
Roman, C. T. 2012. Tidal marsh restoration: a synthesis of science and management. Island
Press.
Wibowo, M. 2018. Pemodelan Angkutan Sedimen Di Perairan Patimban Untuk Rencana
Pembangunan Pelabuhan Sedimentation Modeling Of Port Development Planning
In Patimban Coastal Waters. Jurnal Kelautan Nasional, 13(1), 27-38.
Yona, D., Sartimbul, A., Sambah, A. B., Hidayati, N., Harlyan, L. I., Sari, S. H. J., Fuad,M.
A. Z., dan Arif, M. 2017. Fundamental Oseanografi. UB Press: Malang
LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT
MODUL 7
LONGSHORE CURRENT

Oleh:
M Azizi Dirgantara 26050119130041 Oseanografi B

Koordinator Praktikum:
Dr. Kunarso, ST, MSi.
NIP. 19690525 199603 1 002

Tim Asisten :
Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054
Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118130030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dalam perairan laut, terdapat banyak fenomena dan dinamika yang terjadi. Fenomena
tersebut biasanya berhubungan dengan bentukan gelombang, perbedaan tekanan pada lapisan
perairan, pasang surut, dan arus laut. Fenomena yang terjadi di perairan tidak serta merta
terjadi tanpa ada penyebab, namun dengan karakteristik perairan yang dinamis fenomena
tersebut terjadi dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor umum yang biasanya terkait
dengan fenomena-fenomena tersebut berupa perbedaan tekanan densitas, salinitas, topografi
laut, kedalaman dasar perairan dan arah angin.
Arus laut merupakan bagian dari hidrodinamika laut selain gelombang dan pasang surut.
Arus yang terjadi di lautan merupakan arus yang terdiri dari berbagai jenis yang pada
umumnya di kelompokkan menjadi arus pasang surut dan arus non pasang surut. Banyak
fenomena menarik yang dapat dikaji di Perairan Indonesia yang berhubungan dengan arus
lautnya. Salah satu fenomena arus yang terjadi di perairan adalah arus Longshore current.
Tiap fenomena arus yang terjadi di perairan memiliki faktor-faktor penyebab terjadinya.
Untuk mengetahui bagaimana fenomena arus sejajar pantai/Longshore current terjadi, maka
dilakukan praktikum mengenai arus Longshore current. Dengan dilakukannya praktikum ini
diharapkan dapat menambah wawasan mengenai hal-hal yang terkait dengan fenomena arus
Longshore current.
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui parameter – parameter yang mempengaruhi
kecepatan longshore current.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh topografi pantai terhadap kecepatan
longshore current.
3. Mahasiswa dapat membedakan perumusan kecepatan longshore current
berdasarkan teori Putman, Komar dan Ehman serta Shore Protection Manual
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Macam-macam Arus di Dekat Pantai


Menurut Sandro et al. (2018), arus didekat pantai ini adalah longshore current dan rip
current. Longshore current adalah pergerakkan arus yang sejajar garis pantai. Longshore
current ini bergerak membawa sediment yang ada disuatu pantai. RIP current ini merupakan
arus yang bergerak tegak lurus dengan garis pantai dan merupakan arus yang berbahaya.
Arus ini dapat menarik manusia dengan gelombang yang energinya tinggi, arus ini biasanya
berada didaerah teluk. Arus RIP current ini memiliki kecepatan yang tinggi sehingga
berbahaya, sedangkan Longshore current tidak tinggi sehingga tidak berbahaya
Menurut Simatung et al. (2016), arus yang berada didekat pantai ini adalah arus pasang
surut dan arus densitas yang terjadi pada daerah estuary. Arus pasang susut ini merupakan
arus yang terjadi akibat adanya fenomena naik turunnya muka air laut akibat gaya Tarik
benda langit. Arus ini juga mempengaruhi dalam pergerakkan sedimen karena pergerakkan
arus ini yang naik turun. Arus densitas adalah arus yang terjadi akibat adanya perubahan atau
slope dari densitas pada suatu perairan. Umumnya terjadi pada daerah estuary, karena terjadi
pertemuan antara air laut dan air tawar yang menyebabkan perubahan densitas air yang
tinggi.
2.2. Arus Dekat Pantai Akibat Sudut Datang Gelombang
Menurut Astuti et al (2016), sudut datang gelombang merupakan parameter penting bagi
terbentuknya arus longshore current. Sudut datang ini mempengaruhi dari pembelokan
gelombang yang nantinya akan pecah dan mempengaruhi kecepatan dan penjalaran dari arus
yang ada. Sudut datang gelombang ini dapat dilihat dari arah angin yang tertiup. Sehingga
sudut dari gelombang ini dipengaruhi oleh musim dan iklim. Gelombang pecah tersebut
mempengaruhi turbulensi arus yang menyebabkan terjadinya transport sediment.
Sudut datang gelombang mempengaruhi dari terbentuknya suatu longshore current. Arus
ini dapat menyebabkan abrasi dari sudut gelombang datang yang ada. Sudut datang
gelombang dipengaruhi oleh angin dari musim yang sedang terjadi. Sehingga Arus sejajar
pantai (longshore current) di pantai ini memiliki arah dominan yang berlawanan arah setiap
tahunnya karena adanya pengaruh musim yang ada. Sudut gelombang yang terjadipun
berubah-ubah sesuai musim dan arah angin, nilai sudut gelombang pecah > 5 arus sejajar
pantai atau longshore current (Anggreani et al., 2016).

2.3. Definisi Arus Sejajar Pantai (Longshore Current)


Menurut Faza dan Kurniadi (2016), Longshore Current atau arus sepanjang pantai ini
adalah arah aliran arus yang sejajar garis pantai. Arus ini dapat membuat garis pantai
berkelak-kelok. Longshore current ini terjadi di antara gelombang pecah dan garis pantai.
Sehingga sudut gelombang datang mempengaruhi kecapatan dan arah pergerakan dari arus
ini. Mekanisme terjadinya arus ini diawali oleh adanya gelombang datang yang mengalami
reflaksi karena efek pendangkalan, dan saat penjalarannya membentuk sudut yang lebih
besar dari 5 derajat maka gelombang akan mendorong massa air hingga bergerak sejajar
dengan garis pantai. Hal ini selanjutnya menyebabkan adanya arus yang disebut longshore
current
Menurut pranoto (2016), rumus kecepatan arus sepanjang pantai adalah sebagai berikut:
V=1,17×〖(g×H_b)〗^(1/2) sin⁡〖α_b 〗 cos⁡〖α_b 〗
Dengan keterangan,
V: kecepatan arus sepanjang pantai
g: percepatan gravitasi
Hb: tinggi gelombang pecah
b: sudut datang gelombang pecah

2.4. Pengaruh Arus Sejajar Pantai Terhadap Angkutan Sedimen Sepanjang Pantai
Arus sepanjang pantai atau longshore current ini memiliki pola gerakan yang zig zag.
Hal ini memungkinkan terjadinya pengangkutan sedimen oleh adanya arus sejajar pantai ini.
Arus ini bergerak di sepanjang pantai yang artinya bergerak juga pada daerah muara yang
terkena sungai. Sediment yang ada dimuara akan digerakkan oleh arus ini mengikuti arah
penjalaran dari gelombang pecah yang ada. Sehingga transport sediment dari muara sungai
ke pantai terjadi oleh adanya arus sepanjang pantai ini (Setyadi dan Gerhanae, 2016).
Menurut pranoto (2016), rumus angkutan sedimen sepanjang pantai adalah sebagai
berikut:
Qs=kP_n^1
P_1=ρg/B 〖H_b〗^2 C_b sin⁡αb cos⁡αb
keterangan :
Qs : angkutan sedimen sepanjang pantai (m3/hari)
P1 : komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai pada saat pecah (Nm/d/m)
Ρ : rapat massa air laut (kg/m3)
Hb : tinggi gelombang pecah (m)
Cb : cepat rambat gelombang pecah (m/d)=√gdb
αb : sudut datang gelombang pecah
K, n : konstanta
Dengan satuan dalam harian Qs = 3,534 P1 (m3/hari)

2.5. Karakterisitik Laut Pesisir Tegal


Perairan Pantai Larangan yang terletak di Kabupaten Tegal merupakan daerah yang
berada di sebelah Utara Pulau Jawa. Perairan Pantai Larangan Kabupaten Tegal merupakan
pantai yang rentan terhadap proses erosi dan sedimentasi yang disebabkan karena adanya
dua arah arus sepanjang pantai yang berlawanan arah di setiap tahun. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui kecepatan dan arah arus serta sebaran sedimen dasar di perairan
Pantai Larangan Kabupaten Tegal (Wardheni et. al., 2014).
Indonesia memiliki 17.504 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 104.000
Umumnya wilayah pantai merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk
kegiatan manusia. Wilayah pantai biasanya dimanfaatkan sebagai kawasan pusat
pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan,
pariwisata, dan sebagainya. Perairan Larangan-Maribaya adalah salah satu perairan yang
terletak di Utara Pulau Jawa, tepatnya di Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal. Perairan
Larangan-Maribaya telah dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah Tegal maupun warga
sekitar sebagai kawasan pertanian/perikanan, pertambakan, dan sebagai tempat pelelangan
ikan, ini dibuktikan dengan banyaknya tambak dan adanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI-
Larangan) di wilayah pantai tersebut (Mashrukin et. al., 2014).
III. MATERI DAN METODE

3.1.Materi
Hari / tanggal: Sabtu, 22 Mei 2021
Waktu: 13.00-17.00 WIB
Tempat: Semarang, Jawa Tengah

3.2.Metode

3.2.1. Pengolahan Data Excel


1. Tambahkan nilai parameter dengan NIM

2. Tambahkan nilai sudut dengan format yang diberikan oleh asisten berdasarkan
tempat yang berbeda
3. Hitung nilai v (cm/s) sesuai dengan rumus

4. Hitung v (m/s) nilai dengan membagi v (cm/s) dengan 100

5. Hitung nilai P1 pada masing-masing stasiun


6. Hitung nilai Qs

7. Pindahkan sudut, v dan QS ke sheet selanjutnya

8. Buat Grafik
3.2.2. Pembuatan Boundary dan Scatter Batimetri pada ArcGIS
1. Membuka arcmap

2. Masukkan data perairan sesuai ketentuan dan masukan Indonesia.shp

3. Membuat polygon shapefile dengan koordinat system sesuai batimetri


perairannya
4. Membuat polygon dengan awalan trace lalu dengan garis seperti biasa dan trace
berdasarkan garis pantai

5. Save edit dan stop edit

6. Membuat Raster to Point


7. Menghapus kontur yang berada diatas 0 meter

8. Membuat vertices to point Batasan dan kontur

9. Add xy coordinates pada vertices to point yang sudah dibuat sebelumnya


10. Open file .dbf untuk mike

3.2.3. Pembuatan Model pada MIKE 21

3.2.3.1.Pembuatan Mesh
1. MIKE 11 dibuka.

2. Klik New File – pilih Product Types : MIKE ZERO – pilih Documents : Mesh
Generator – klik OK. Pilih UTM-50 pada Workspace Projection – klik OK.

3. Maka akan muncul seperti ini. Kemudian klik Data – pilih Import Boundary –
pilih file Titik_Batas_Model_Baru.xyz – klik Open.
4. Checklist X, Y, and Connectivtiy dan checklist Add all vertices to one arc – klik
OK. Akan muncul seperti ini.

5. Zoom in pada sudut-sudutnya – Klik Select Points – klik kanan pada titik ujung
garis pantai - pilih Vertices -> Nodes. Lalu Zoom out.
6. Klik kanan pada garis pantai – pilih Properties – ubah angka tiap kolom menjadi
1-1-1 – klik OK.

7. Klik kanan pada garis batas utara – pilih Properties – ubah angka tiap kolom
menjadi 2-2-2 – klik OK.

8. Klik kanan pada garis batas timur – pilih Properties – ubah angka tiap kolom
menjadi 3-1-2 – klik OK.
9. Import scatter data > Point Batimetri.xyz > OK

10. Klik Mesh – pilih Triangulate – ubah Maximum element area menjadi 800000 -
klik Triangulate. Lalu di Interpolate. Akan muncul seperti ini.

11. Klik Mesh – pilih Smooth Mesh – ubah Number of Iterations menjadi 100– klik
OK. Akan muncul seperti ini.

12. Klik Mesh – pilih Export Mesh – klik pada File – ubah nama menjadi “MESH” –
klik Save – klik OK.
3.2.3.2.Pembuatan Model Gelombang (Spectral Waves)
1. Klik File>Mike 21>Spectral waves

2. Pada Domain, di Mesh File pilih yang sudah dibuat sebelumnya

3. Boundary names kemudian diubah, code 2 menjadi Utara, code 3 menjadi


Barat, code 4 menjadi Timur
4. Kemudian di Time ubah No. of time steps menjadi 100, Time step interval
menjadi 900 dan sesuaikan Simulation start date dengan hari dan jam saat
praktikum dilaksanakan

5. Pada Wind Forcing, ubah type menjadi Wind, speed and direction, speed
menjadi sesuai dengan sudut dan kecepatan yang berada pada stasiunnya

6. Pada Boundary Conditions Timur dan Barat, ubah type menjadi Lateral
Boundary
7. Kemudian di Output klik New output > Go to…

8. Pada Output Specification, ganti output format menjadi Area Series dan Output
file ke folder yang akan disimpan
9. Kemudian di Integral Wave Items, Checklist pada Radiation stresses Lalu Run.

10. Kemudian klik run

3.2.3.3.Pembuatan Model Arus Sejajar pantai (Flow Model FM)


1. Kllik new, pilih flow model fm
2. Pilih domain, pada mesh file pilih data yang telah disimpan sebelumnya

3. Pada time isikan 100 dan 719 untuk jumlah detik persatu jam dan sesuaikan waktu
dengan yang ada pada Spectral Waves

4. Pilih boundary >Selatan, kemudian isikan tipe dengan specified levels dengan
format varying in time and along boundary lalu pada data file and item masukkan
data yang telah disimpan sebelumnya

5. Pilih output lalu pilih new output> go to > isikan area series pada output
format,kemudian pada treatment of floods and dry pilih whole area.
6. Pada output item, current speed dan current direction dicentang

7. Kemudian klik run dan pilih Start Simulation


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

4.1.1. Data Hasil Pengamatan


a. Stasiun 1
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Stasiun 1
Stasiun 1 a = 15
Nilai Nilai+NIM
Hb (m) 0.37 0.411
db (m) 1.1 1.141
ab (drj) 15 15.041
T (s) 4 4.041
r (kg/m3) 1032 1032.041
g (m/s2) 9.82 9.861

b. Stasiun 2
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Stasiun 2
Stasiun 2 a = 30
Nilai Nilai+NIM
Hb (m) 0.43 0.471
db (m) 1.13 1.171
ab (drj) 30 30.041
T (s) 4.1 4.141
r (kg/m3) 1035 1035.041
g (m/s2) 9.85 9.891

c. Stasiun 3
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Stasiun 3
Stasiun 3 a = 45
Nilai Nilai+NIM
Hb (m) 0.39 0.431
db (m) 1.08 1.121
ab (drj) 45 45.041
T (s) 3.9 3.941
r (kg/m3) 1028 1028.041
g (m/s2) 9.9 9.941

d. Stasiun 4
Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Stasiun 4
Stasiun 4 a = 60
Nilai Nilai+NIM
Hb (m) 0.39 0.431
db (m) 1.15 1.191
ab (drj) 60 60.041
T (s) 4.2 4.241
r (kg/m3) 1030 1030.041
g (m/s2) 9.78 9.821

e. Stasiun 5
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Stasiun 5
Stasiun 5 a = 75
Nilai Nilai+NIM
Hb (m) 0.37 0.411
db (m) 1.09 1.131
ab (drj) 75 75.041
T (s) 3.8 3.841
r (kg/m3) 1029 1029.041
g (m/s2) 9.81 9.851

4.1.2. Kecepatan Arus Sejajar Pantai


a. Stasiun 1
Tabel 6. Kecepatan arus sejajar pantai stasiun 1
Stasiun 1
Nilai
V (cm/s) 0.590313
V (m/s) 0.005903

b. Stasiun 2
Tabel 7. Kecepatan arus sejajar pantai stasiun 2
Stasiun 2
Nilai
V (cm/s) 1.094398
V (m/s) 0.010944

c. Stasiun 3
Tabel 8. Kecepatan arus sejajar pantai stasiun 3
Stasiun 3
Nilai
V (cm/s) 1.210902
V (m/s) 0.012109

d. Stasiun 4
Tabel 9. Kecepatan arus sejajar pantai stasiun 4
Stasiun 4
Nilai
V (cm/s) 1.04146228
V (m/s) 0.01041462

e. Stasiun 5
Tabel 10. Kecepatan arus sejajar pantai stasiun 5
Stasiun 5
Nilai
V (cm/s) 0.587095
V (m/s) 0.005871

4.1.3. Angkutan Sedimen Sepanjang Pantai


a. Stasiun 1
Tabel 11. Angkutan sedimen sepanjang pantai stasiun 1
Stasiun 1
Nilai
Pl (kg m/hari/m) 201.245
Qs (m3/hari) 44.07266

b. Stasiun 2
Tabel 12. Angkutan sedimen sepanjang pantai stasiun 2
Stasiun 2
Nilai
Pl (kg m/hari/m) 460.4731
Qs (m3/hari) 100.8436

c. Stasiun 3
Tabel 13. Angkutan sedimen sepanjang pantai stasiun 3
Stasiun 3
Nilai
Pl (kg m/hari/m) 438.8825
Qs (m3/hari) 96.11526

d. Stasiun 4
Tabel 14. Angkutan sedimen sepanjang pantai stasiun 4
Stasiun 4
Nilai
Pl (kg m/hari/m) 384.788764
Qs (m3/hari) 84.2687392

e. Stasiun 5
Tabel 15. Angkutan sedimen sepanjang pantai stasiun 5
Stasiun 5
Nilai
Pl (kg m/hari/m) 198.0247
Qs (m3/hari) 43.36741
4.1.4. Grafik
a. Sudut Datang Gelombang vs Kecepatan Arus Sejajar Pantai
Gambar 1. Grafik sudut datang gelombang vs kecepatan arus sejajar pantai

Sudut Gelombang Datang vs Kecepatan Arus


Longshore
0.014
Kecepatan Arus Longshore

0.012
0.01
0.008
0.006 Sudut Gelombang Datang
vs Kecepatan Arus
0.004 Longshore
0.002
M Azizi Dirgantara
0
0 20 40 60 80 26050119130041
Sudut Gelombang Datang

b. Sudut Datang Gelombang vs Angkutan Sedimen Sejajar Pantai


Gambar 2. Grafik sudut gelombang vs transport sedimen

Sudut Gelombang Datang vs Qs


600

500

400
Qs

300
Sudut Gelombang Datang
200 vs Qs

100
M Azizi Dirgantara
0 26050119130041
0 20 40 60 80
Sudut Gelombang Datang

4.1.5. Korelasi/Hubungan antara Kecepatan dan Angkutan Sedimen


Tabel 16. Korelasi antara kecepatan dan angkutan sedimen
V Qs
V 1
Qs 0.978291 1
4.1.6. Model Arus Sepanjang Pantai
a. Timesstep ke-20
Gambar 3. Model Arus Sepanjang Pantai Timestep ke-20

b. Timesstep ke-40
Gambar 4. Model Arus Sepanjang Pantai Timestep ke-40

c. Timesstep ke-60
Gambar 5. Model Arus Sepanjang Pantai Timestep ke-60
d. Timesstep ke-80
Gambar 6. Model Arus Sepanjang Pantai Timestep ke-80

e. Timesstep ke-100
Gambar 7. Model Arus Sepanjang Pantai Timestep ke-100

4.2.Pembahasan

4.2.1. Karakteristik Gelombang Daerah yang diamati


Hasil nilai kecepatan arus laut pada tinggi gelombang menunjukkan bahwa semakin
tinggi tinggi gelombang maka semakin cepat pula kecepatan arus laut. Sebaliknya, semakin
cepat kecepatan arus laut maka semakin tinggi pula kecepatan arus laut. Jarak dari pantai ke
daerah pemecah gelombang juga akan mempengaruhi kecepatan arus, hal tersebut dikarena
pada daerah pemecah gelombang gelombang akan mengalami penurunan tinggi gelombang
yang signifikan dan cepat. Angin bertiup dari pantai bervariasi dari bulan ke bulan, dan arah
utama adalah utara, barat laut, selatan, dan tenggara, sehingga gelombang juga merambat ke
pantai dari arah ini. Ombak akan memakai atau mengikis pantai sehingga menyebabkan garis
pantai surut ke daratan.
Data gelombang diambil dari 5 stasiun yang berbeda. Namun tinggi gelombang pecah
yang didapat hampir menunjukkan persamaan. Pada stasiun 1, nilai Hb 0.431 dengan db
1.161. Pada stasiun 2, nilai Hb 0.491 dengan db 1.191. Pada stasiun 3, nilai Hb 0.451 dengan
db 1.141. Pada stasiun 4, nilai Hb 0.451 dengan db 1.211. Pada stasiun 5, nilai Hb 0.431
dengan db 1.151. perbedaan nilai-nilai tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh perbedaan
batimetri pada setiap stasiun pengamatan. Ketika sudut datang gelombang adalah 0o, maka
arah dari longshore current akan sejajar dengan pantai dengan adanya rip current yang
arahnya tegak lurus ke laut. Ketika arah sudut datang gelombang besar, maka arah
pergerakan longshore current akan membelakangi sudut datang gelombang dengan
cenderung menyusur pantai ke satu arah tanpa terbentuk rip current.

4.2.2. Karakteristik Arus Sejajar Pantai Daerah yang diamati


Arus laut pesisir merupakan salah satu proses penting dalam dinamika perairan pesisir
dimana arus laut pesisir adalah pergerakan massa air yang bergerak sejajar dengan garis
pantai.. Parameter yang paling penting untuk menentukan kecepatan air di sepanjang pantai
adalah ketinggian gelombang dan sudut datang. Ketika gelombang yang merambat ke
perairan pantai mencapai garis pantai, karakteristiknya dipengaruhi oleh bentuk garis pantai,
kedalaman dasar air, lebar garis pantai, dan kemiringan dasar perairan dekat pantai. Proses
dinamis pantai dipengaruhi oleh pergerakan sedimen di daerah dekat pantai oleh gelombang
dan arus laut (transportasi pesisir), termasuk transportasi dekat pantai dan transportasi darat
dekat pantai. Ketika gelombang pecah, sedimen di dasar pantai terangkat dan kemudian
diangkut sepanjang pantai oleh dua kekuatan pendorong, komponen energi gelombang
(dihasilkan oleh gelombang pecah). Maka dari itu, jika imbangan pantai memiliki nilai nol
dan pantai kondisi stabil, maka apabila imbangan pantai positif pantai akan mengalami
akresi, dan apabila imbangan pantai negatif pantai akan mengalami abrasi
Karakteristik dari arus sejajar pantai sangat dipengaruhi oleh sudut datang gelombang
serta lokasi daerah perairan, yaitu darimana arah datang lautan lepas. Nilai dari kecepatan
arus sejajar pantai dari kelima stasiun berturut-turut adalah pada stasiun 1 kecepatanya
sebesar 0.006058 m/s , stasiun 2 kecepatanya sebesar 0.01119 m/s , stasiun 3 kecepatanya
sebesar 0.012399 m/s , stasiun 4 kecepatanya sebesar 0.01066005 m/s , stasiun 5 kecepatanya
sebesar 0.006011 m/s . Nilai-nilai tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik gelombang
yang datang. Besar kecilnya arus sejajar pantai (longshore current) dipengaruhi oleh tinggi
gelombang pecah (Hb) dan sudut gelombang pecah terhadap garis pantai (αb). Semakin
tinggi gelombang pecah dan semakin kecil sudut antara gelombang pecah dan garis pantai,
maka kecepatan arus sejajar pantai (longshore current) akan semakin besar.

4.2.3. Karakteristik Angkutan Sedimen Daerah yang diamati


Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan
oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Triatmodjo, 1999). Komponen fluks energy
gelombang sepanjang pantai dirumuskan PI, sedangkan rumus angkutan sedimen sepanjang
pantai (Qs) yang digunakan adalah rumus Tanaka yaitu Qs = 0.120 x P1. Transport sedimen
yang terjadi di perairan Pelaihari Seibamban termasuk transport sedimen yang ditimbulkan
oleh arus sepanjang pantai yang dibangkitkan oleh gelombang pecah, transport sedimen ini
terjadi di surfzone. Sedimentasi merupakan peristiwa pengendapan material batuan yang
telah diangkut oleh aliran air atau kecepatan angin. Material sedimen yang terbawa dari
laut akan mengendap di bagian tepian pantai dan menimbulkan pengendapan sedimentasi
pada sekitar pesisir pantai Pelaihari Seibamban. Transpor sedimen yang terjadi digerakkan
oleh arus sejajar pantai (longshore current) yang terbentuk dari gelombang pecah.
Pada waktu gelombang menuju pantai dengan membentuk sudut terhadap garis pantai
maka gelombang tersebut akan naik ke pantai yang membentuk juga sudut. Massa air yang
naik tersebut kembali turun lagi dalam arah tegak lurus pantai. Gerak tersebut membentuk
lintasan seperti mata gergaji, yang disertai dengan teraduknya sedimen sedingga terjadi
angkutan sedimen dalam arah sepanjang pantai. Semakin tinggi gelombang maka energi dan
fluks gelombang semakin besar, maka pengadukan sedimen akan semakin kuat. Selain itu,
angkutam sedimen terjadi oleh arus sepanjang pantai yang dibangkitkan oleh gelombang
pecah. Angkutan sedimen ini terjadi di surf zone.
Data pengamatan didapat dari 5 stasiun dengan masing-masing nilai angkutan
sedimen sebagai berikut stasiun 1 sebesar 44.07266149 m3/hari , stasiun 2 sebesar -
100.8436085 m3/hari , stasiun 3 sebesar 96.11526066 m3/hari , stasiun 4 sebesar -
84.26873921 m3/hari , stasiun 5 sebesar 43.36741485 m3/hari .Nilai angkutan sedimen yang
berbeda-beda tersebut dipengaruhi oleh karakteristik gelombang. semain besar tinggi
gelombang, maka energi dan fluks gelombang yang dihasilkan akan semakin besar, maka
angkutan sedimen juga akan semakin banyak. Nilai angkutan sedimen yang terbesar
didapatkan pada stasiun 2, yaitu 100.8436085 m3/hari sedangkan nilai fluks gelombang yang
terbesar terdapat pada stasiun 2, yaitu 460.4730982 kg m/hari/m

4.2.4. Hubungan Antara Kecepatan dan Angkutan Sedimen


Hubungan antara kecepatan dan angkutan sedimen bisa dikatan berbanding lurus.
Dimana saat kecepatan arus yang dihasilkan besar, angkutan sedimen yang dihasilkan juga
besar. Hasil nilai korelasi yang bernilai mendekati satu dikatakan memiliki korelasi yang
kuat. Koefisien korelasi (r) digunakan untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara
variabel-variabel bebas dan variabel tidak bebas. Nilai koefisien korelasi berada antara 1 dan
-1 (-1≤ r ≤ 1). Variabel-variabel dikatakan memiliki korelasi yang kuat jika nilai koefisien
korelasinya lebih besar dari 0,5 atau lebih kecil dari -0,5. Jika nilai koefisien korelasinya
positif berarti kenaikan (penurunan) nilai variabel bebas pada umumnya diikuti oleh
kenaikan (penurunan) nilai variabel tidak bebas, sedangkan jika nilai koefisien korelasinya
negatif berarti kenaikan (penurunan) nilai variabel bebas pada umumnya diikuti oleh
penurunan (kenaikan) nilai variabel tidak bebas.
Pada praktikum modul ini, ditemukan kecepatan arus dan volume angkutan sedimen
dari data-data hasil pengamatan yang ada pada setiap stasiun. Pada setiap stasiun memiliki
kecepatan arus serta volume angkutan sedimen yang berbeda-beda karena adanya perbedaan
pada komponen-komponen hasil pengamatan seperti tinggi dan kedalaman gelombang
pecah, densitas air, serta sudut datang gelombang. Sehingga pada praktikum ini dibuatlah
korelasi hubungan antara kecepatan dan angkutan sedimen yang menunjukkan angka
0.97829109.

4.2.5. Model Arus Sejajar Pantai


Sudut datangnya gelombang juga mempengaruhi karakteristik arus pantai. Jika
puncak gelombang sejajar dengan garis pantai, maka akan terjadi arus dominan berupa
sirkulasi seluler di pantai, dan arus lepas pantai akan mengalir ke laut. Kejadian ekstrim
lainnya terjadi ketika sudut antara gelombang dan garis pantai >5 0 derajat, yang akan
menimbulkan arus sejajar pantai di sepanjang pantai. Pada saat yang sama, jika sudut datang
gelombang besar, arah arus pantai akan berlawanan dengan arah gelombang yang cenderung
bergerak di sepanjang pantai. Karena aktivitas yang berlangsung di wilayah pesisir, garis
pantai juga akan berubah, dengan erosi dan pertumbuhan yang terus menerus. Perubahan
garis pantai ini dapat diprediksi dengan membangun model matematis keseimbangan
sedimen pantai berdasarkan lokasi peninjauan.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Longshore current dipengaruhi oleh beberapa parameter dan pengaruh transformasi
gelombang. Parameter tersebut diantaranya tinggi gelombang, periode, amplitudo,
kemiringan pantai, jarak dari pantai ke titik gelombang pecah dan koefisien
percampuran horizontal.
2. Bathimetri sangat mempengaruhi proses pergerakan air yang ada di daerah pesisir, hal
ini dilihat bahwa semakin besar kemiringan pantai akan mengakibatkan stress dasar
yang sangat besar sehingga gelombang tertekan dan terjadi shoalling effect yang besar,
sehingga ukuran gelombang sangat besar dengan kecepatan besar akibat kurangnya
lintasan untuk air yang datang mengalami perlambatan dan gaya gesek yang ada
sangat kecil.
3. Berdasarkan konstanta yang digunakan perhitungan kecepatan arus sejajar pantai ada
3, masing-masing rumus memiliki kesamaan dalam perhitungan kecepatan dan
transformasinya. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam konstanta yang dipergunakan.
Penggunaan dari ketiga jenis rumus longshore current tergantung pada wilayah yang
ditinjau dan data apa yang akan diambil dari lapangan.
5.2. Saran
1. Sebelum pembuatan video tutorial sebaiknya dipastikan tidak ada kesalahan karena
dapat membuat praktikan bingung dalam pengerjaan
2. Video dapat dibuat lebih interaktif agar mudah dipahami praktikan
3. Praktikan diharapkan aktif bertanya pada saat praktikum agar tidak bingung di
kemudian hari
DAFTAR PUSTAKA

Andawayanti, U. 2019. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terintegrasi. Universitas


Brawijaya Press.
Anggraeni, S. K., Satriadi, A., & SP, A. A. D. 2016. Karakteristik Kecepatan Dan Arah
Dominan Arus Sejajar Pantai (Longshore Current) Di Pantai Larangan Kabupaten
Tegal Jawa Tengah. Journal of Oceanography, 5(3), 390-397.
Astuti, E. H., Ismanto, A., & Saputro, S. 2016. Studi Pengaruh Gelombang Terhadap
Transport Sedimen di Perairan Timbulsloko Kabupaten Demak Jawa Tengah. Journal
of Oceanography, 5(1), 77-85.
Faza, L. H., & Kurniadi, Y. N. 2016. Desain Bangunan Pelindung Pantai Sebagai
Penanggulangan Abrasi Di Kawasan Pantai Ujung Jabung Provinsi Jambi (Hal. 47-
58). RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil, 2(2), 47.
Hidayah, G., Wulandari, S. Y., & Zainuri, M. 2016. Studi sebaran klorofil-a secara horizontal
di perairan muara Sungai Silugonggo Kecamatan Batangan, Pati. Buletin Oseanografi
Marina, 5(1), 52-59.
Masrukhin, M. A. A., Sugianto, D. N., & Satriadi, A. (2014). Studi batimetri dan morfologi dasar
laut dalam penentuan jalur peletakan pipa bawah laut (Perairan Larangan-Maribaya,
Kabupaten Tegal). Journal of Oceanography, 3(1), 94-104.
Pranoto, H. R., & Atmodjo, W. 2016. Studi Sedimentasi pada Bangunan Groin di Perairan
Timbulsloko, Kabupaten Demak. Journal of Oceanography, 5(1), 86-95.
Sandro, R., Purba, N. P., Faizal, I., & Yuliadi, L. P. 2018. Rip Current At Pangandaran and
Palabuhan Ratu. Global Scientific Journal, 6(6), 202-212.
Setiady, D., & Gerhanae, N. Y. 2016. Proses sedimentasi dan erosi pengaruhnya terhadap
pelabuhan, sepanjang pantai bagian barat dan bagian timur, Selat Bali. Jurnal Geologi
Kelautan, 8(2), 85-94.
Setiady, D., & Usman, E. 2016. Majunya garis pantai yang diakibatkan oleh proses
sedimentasi di sepanjang pantai perairan Kabupaten Rembang. Jurnal Geologi
Kelautan, 6(3).
Simatupang, C. M., Surbakti, H., & Agussalim, A. 2016. Analisis Data Arus di Perairan
Muara Sungai Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal, 8(1), 15-24.
Tanto, T., Husrin, S., Wisha, U. J., Putra, A., Al, & Putri, R. K. 2016. Karakteristik
Oseanografi Fisik (Batimetri, Pasang Surut, Gelombang Signifikan dan Arus Laut)
Perairan Teluk Bungus. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and
Technology, 9(2), 107-121.
Wardheni, A., Satriadi, A., & Atmodjo, W. 2014. Studi Arus dan Sebaran Sedimen Dasar di
Perairan Pantai Larangan Kabupaten Tegal. Journal of Oceanography, 3(2), 277-283.
BIODATA

Nama : Muhammad Azizi Dirgantara Buana Nata


Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 4 September 2000
NIM : 26050119130041
Kelas : Oseanografi B
Alamat Rumah : Jl. Palapa XI/15
Alamat Kos : Nirwanasari Cluster Kav. 8-9
Instagram : @azizinata
Kesan : Yaa begitulah praktikum
Pesan : Jangan lupa nabung sama beribadah.
Cita-cita : Menteri Kelautan dan Perikanan 2049
Aryobimo Bharadian Ariputro Terlebar
Salsabila Rahidah Terpucat
Elsa Mayora J. P. Terbaik
Lisa Khumaeroh Tergatau yg mana
Rofiatul Mutmainah Terdeadline
Mochamad Rafif Rabbani Tervvibu
Ezikri Yasra Tersantuy
Galang Sandi Timur Terkalem
Ferdian Agung Baskoro Terangkanlah
Yustinus Wijanarko Tersenyum
Fransiska Krisna W. N. P. Tertelan Bumi
Mar’ah Nida Kholawati Termarah
Dhany Ajiperwata Terdanta
Audria Izza Nadira Ter-Among Us

Anda mungkin juga menyukai