Anda di halaman 1dari 314

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

OLEH :
M Azizi Dirgantara Buana Nata 26050119130041 Oseanografi A

Dosen Koordinator Praktikum :


Ir. Gentur Handoyo M.Si.
196009111987031002

Asisten Praktikum :

Amelia Dwi Lestari Asni 26050118130085 Jessica Naomi Putri S 26050118130125

Rafly Zhulkifly K. S. 26050118130082 Khalif Keninggan 26050118140100

Fransiska Krisna 26050118130072 Galang Sandi Timur 26050118140083

Yustina Wulan Millenia 26050118140104 Salsabila 26050118120018

Happy Ayu Setyaningrum 26050118140056 Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001

Aryobimo Bharadian A. 26050118130054 Ulfa Oktaviani Nurafifah 26050118120029

Baeti Karomatul Hidayah 26050118120005 Arbi Wahid 26050118130064

Zakky Abdurrahman 26050118130063 Hajar Shofwatul Islam 26050118120007

Alfandy Rafliansyah S. 26050228140067 Ferdian Agung baskoro 26050118120025

Nurin Fazira Asdwina 26050118120036 Muh. Lintang Galih Ibrahim 26050118120014

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Saya ucapkan syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan saya
nikmat yang berlimpah, dan atas izin-Nya saya dapat menyelesaikan laporan praktikum oseanografi
fisika ini. Saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada teman-teman, keluarga dan
semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini saya buat dengan sepenuh hati tentang praktikum oseanografi fisika. Saya harap
hasil dari laporan ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat kepada para pembaca khususnya saya
sendiri. Saya juga berharap pembaca dapat mendapatkan pemahaman yang lebih dalam lagi setelah
membaca laporan oseanografi fisika ini.
Saya sadar masih banyak kekurangan yang terdapat pada laporan ini. Untuk itu, penulis
meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang ada. Maka dari itu, penulis
mengharapkan saran, kritik dan koreksi yang membangun agar kelak penulis mampu
menyempurnakan penulisan pada kesempatan yang akan datang. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pembaca yang telah menyempatkan waktunya untuk membaca
laporan oseanografi fisika ini, semoga ilmu yang telah saya dapat mampu bermanfaat bagi penulis
dan pembaca dan lebih dari itu untuk bangsa dan negara.

Depok, 13 Desember 2020

M Azizi Dirgantara Buana Nata


26050119130041
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Azizi Dirgantara Buana Nata


NIM : 26050119130041
Kelas : Oseanografi A

Mengetahui,

Asisten Asisten Asisten

Rafly Zhulkifly Karel S Fransiska Krisna Yustina Wulan Millenia


NIM. 26050118130082 NIM. 26050118130072 NIM. 26050118140104

Asisten Asisten Asisten

Happy Ayu Setyaningrum Aryobimo Bharadian A Baeti Karomatul Hidayah


NIM. 26050118140056 NIM. 26050118130054 NIM. 26050118120005

Asisten Asisten Asisten

Zakky Abdurrahman Alfandy Rafliansyah S. Nurin Fazira Asdwina


NIM. 26050118130063 NIM. 26050118140067 NIM. 26050118120036

Asisten Asisten Asisten

Jessica Naomi Putri S Khalif Keninggan Galang Sandi Timur


NIM. 26050118130125 NIM. 26050118140100 NIM. 26050118140083

Asisten Asisten Asisten

Salsabila Mochamad Rafif Rabbani Ulfa Oktaviani Nurafifah


NIM. 26050118120018 NIM. 26050118170001 NIM. 26050118120029
Asisten Asisten

Arbi Wahid Hajar Shofwatul Islam


NIM. 26050118130064 NIM.26050118120007

Asisten Asisten

Ferdian Agung Baskoro Muh. Lintang Galih Ibrahim


NIM. 26050118120025 NIM. 26050118120014

Mengesahkan,

Koordinator Dosen Koordinator Asisten

Ir. Gentur Handoyo, M.Si Amelia Dwi Lestari Asni


NIP. 196009111987031002 NIM. 26050118130085
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
MODUL I : PENGENALAN ALAT

No. KETERANGAN NILAI


1 I. Tujuan Praktikum
2 II. Tinjauan Pustaka
3 III. Materi dan Metode
4 IV. Penutup
5 Daftar Pustaka
6 Lampiran
7 Bonus
TOTAL 96

Depok, 18 September 2020

Asisten Praktikan

M. Azizi Dirgantara Buana N.


Jessica Naomi Putri S.
26050118130125 26050119130041

Mengetahui,

Dosen Pengampu Koordinator Praktikum

Ir. Gentur Handoyo, M.Si Amelia Dwi Lestari Asni


NIP. 196009111987031002 NIM. 26050118130085
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
MODUL I : PENGENALAN ALAT

No. KETERANGAN NILAI


1 I. Tujuan Praktikum
2 II. Tinjauan Pustaka
3 III. Data dan Pengolahan Data
3.1. Pengolahan Data Manual
3.2. Pengolahan Data Excel
4 IV. Analisis Data
5 V. Kesimpulan
6 Daftar Pustaka
7 Lampiran
8 Bonus
TOTAL 90

Depok, 25 September 2020

Asisten Praktikan

Amelia Dwi Lestari Asni M. Azizi Dirgantara Buana N.


26050118130085 26050119130041

Mengetahui,

Dosen Pengampu Koordinator Praktikum

Ir. Gentur Handoyo, M.Si Amelia Dwi Lestari Asni


NIP. 196009111987031002 NIM. 26050118130085
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
MODUL III : SURFER, GRAPHER, ODV

No. KETERANGAN NILAI


1 I. Tujuan Praktikum
2 II. Tinjauan Pustaka
3 III. Materi dan Metode
4 IV. Penutup
5 Daftar Pustaka
6 Lampiran
7 Bonus
TOTAL 88

Depok, 7 Oktober 2020

Asisten Praktikan

Galang Sandi Timur M. Azizi Dirgantara Buana N.


26050118140083 26050119130041

Mengetahui,

Dosen Pengampu Koordinator Praktikum

Ir. Gentur Handoyo, M.Si Amelia Dwi Lestari Asni


NIP. 196009111987031002 NIM. 26050118130085
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
MODUL IV : MASSA AIR

No. KETERANGAN NILAI


1 I. Tujuan Praktikum
2 II. Tinjauan Pustaka
3 III. Pengolahan Data
3.1. Pengolahan Data Manual
3.2. Pengolahan Data Excel
4 IV. Analisis Data
5 V. Kesimpulan
6 Daftar Pustaka
7 Lampiran
8 Bonus
TOTAL 91

Depok, 18 September 2020

Asisten Praktikan

Happy Ayu Setyaningrum M. Azizi Dirgantara Buana N.


26050118140056 26050119130041

Mengetahui,
Dosen Pengampu Koordinator Praktikum

Ir. Gentur Handoyo, M.Si Amelia Dwi Lestari Asni


NIP. 196009111987031002 NIM. 26050118130085
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
MODUL V : GELOMBANG LAUT
No. KETERANGAN NILAI
1 I. Tujuan Praktikum
2 II. Tinjauan Pustaka
3 III. Pengolahan Data
3.1. Pengolahan Data Manual
3.2. Pengolahan Data Excel
4 IV. Analisis Data
5 V. Kesimpulan
6 Daftar Pustaka
7 Lampiran
8 Bonus
TOTAL 87

Depok, 5 Novembermber 2020

Asisten Praktikan
(PJ Pengumpulan)

Ferdian Agung Baskoro M. Azizi Dirgantara Buana N.


26050118120025 26050119130041

Mengetahui,

Dosen Pengampu Koordinator Praktikum

Ir. Gentur Handoyo, M.Si Amelia Dwi Lestari Asni


NIP. 196009111987031002 NIM. 26050118130085
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
MODUL VI : ARUS PERMUKAAN DAN SIRKULASI LAUT

No. KETERANGAN NILAI


1 I. Tujuan Praktikum
2 II. Tinjauan Pustaka
3 III. Pengolahan Data
3.1. Pengolahan Data Manual
3.2. Pengolahan Data Excel
4 IV. Analisis Data
5 V. Kesimpulan
6 Daftar Pustaka
7 Lampiran
8 Bonus
TOTAL 85

Depok, 12 November 2020

Asisten Praktikan
(PJ Pengumpulan)

Baeti Karomatul Hidayah M. Azizi Dirgantara Buana N.


26050118120005 26050119130041

Mengetahui,

Dosen Pengampu Koordinator Praktikum

Ir. Gentur Handoyo, M.Si Amelia Dwi Lestari Asni


NIP. 196009111987031002 NIM. 26050118130085
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
MODUL VII : PERAMALAN PASUT

No. KETERANGAN NILAI


1 I. Tujuan Praktikum
2 II. Tinjauan Pustaka
3 III. Materi dan Metode
4 IV. Hasil dan Pembahasan
5 V. Penutup
6 Daftar Pustaka
7 Lampiran
8 Bonus
TOTAL 92

Depok, 18 November 2020

Asisten Praktikan
(PJ Pengumpulan)

Muh. Lintang Galih Ibrahim M. Azizi Dirgantara Buana N.


26050118120014 26050119130041

Mengetahui,

Dosen Pengampu Koordinator Praktikum

Ir. Gentur Handoyo, M.Si Amelia Dwi Lestari Asni


NIP. 196009111987031002 NIM. 26050118130085
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA
MODUL I
PENGENALAN ALAT

Oleh:
Muhammad Azizi Dirgantara Buana Nata
26050119130041
Oseanografi A
Dosen Koordinator Praktikum:
Ir. Gentur Handoyo M. Si
19600911 198703 1 002
Asisten Praktikum:
Amelia Dwi Lestari Asni 26050118130085 Jessica Naomi Putri S. 26050118130125
Rafly Zhulkifly K. S. 26050118130082 Khalif Keninggan 26050118140100
Fransiska Krisna 26050118130072 Galang Sandi Timur 26050118140083
Yustina Wulan Millenia 26050118140104 Salsabila 26050118120018
Happy Ayu Setyaningrum 26050118140056 Mochamad Rafif Rabbani 26050117140001
Aryobimo Bharadian A. 26050118130054 Ulfa Oktaviani Nurafifah 26050118120029
Baeti Karomatul Hidayah 26050118120005 Arbi Wahid 26050118130064
Zakky Abdurrahman 26050118130063 Hajar Shofwatul Islam 26050118120007
Alfandy Rafliansyah S. 26050118140067 Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Nurin Fazira Asdwina 26050118120036 Muh. Lintang Galih Ibrahim 26050118120014

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANA DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui jenis-jenis alat (instrumen) yang digunakan dalam praktikum Oseanografi Fisika.
2. Mengetahui prinsip kerja, bentuk (gambaran), dan data yang dihasilkan dari tiap-tiap alat
(instrumen) yang digunakan dalam praktikum Oseanografi Fisika.
3. Mempelajari fungsi dan cara kerja alat (instrumen) yang digunakan dalam praktikum
Oseanografi Fisika.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Pengukur Suhu, Salinitas dan Kecerahan
2.1.1 CTD (Conductivity, Temperature, Depth)
Instrumen yang digunakan untuk mengukur konduktifitas, suhu, dan kedalaman disebut dengan
CTD. Alat ini mengukur sifat fisis laut untuk beberapa keperluan. Salah satu keperluannya adalah
untuk mengukur batimetri. CTD dapat menjadi instrumenn pendukung karena alat ini memproduksi
data SVP (Sound Velocity Profile). Kemudian data SVP ini digunakan untuk mengoreksi echosounder
yang digunakan untuk survey batimetri (Setyanto et al., 2019).
CTD memiliki beberapa sensor utama. Sensor-sensor tersebut memiliki fungsinya masing-
masing. Sensor-sensor tersebut adalah sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk
mengetahui daya hantar listrik di air laut (konduktifitas). Pada pengukuran tekanan pada CTD,
digunakan strain gauge pressure monitor atau quartz crystal. Strain gauge merupakan alat resistensi
yang berubah ketika mendapatkan tekanan (Putra et al., 2020).

Gambar 1. Instrumen CTD


( Sumber : oceanexplorer.noaa.gov )
2.1.2 Salinometer
Salinometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kadar garam pada air
sampel. Prinsip kerja dari salinometer adalah dengan seberapa besar daya hantar listrik air tersebut.
Jika semakin besar daya hantar listriknya, maka semakin besar salinitas air tersebut. Alat ini
biasanya digunakan di dalam laboratorium saja. Karena alat ini tidak memerlukan cahaya untuk
berfungsi (Khamdila et al., 2019).

Gambar 2. Salinometer
( Sumber : google.com )
Ada beberapa alat untuk mengukur tingkat keasinan suatu perairan atau air sampel. Salah satu
alat tersebut adalah salinometer. Salinometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
salinitas air. Salinometer ini sudah bersifat digital oleh karena itu alat ini memiliki tingkat akurasi
yang lebih baik dibanding alat yang lain. Pembacaan nilai salinitas dilakukan dengan melihat
penunjukkan bata batas yang ada di salinometer (Hasrianti dan Nurasia, 2016).
2.1.3 Refraktometer
Refraktometer merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur kadar garam atau
salinitas pada suatu perairan. Prinsip kerja dari refraktometer adalah dengan memanfaatkan cahaya
matahari. Prinsip tersebut disebut pembiasan cahaya. Alat ini lebih sering digunakan untuk kegiatan
lapangan karena mudah dibawa dan mudah untuk digunakan. Namun, kekurangan dari alat ini
adalah pembacaannya yang masih manual atau konvensional yang pembacaannya bergantung pada
pengamat (Komariah et al., 2020).
Pada mekanisme kerjanya, refraktometer menggunakan pembiasaan cahaya. Alat
refraktometer ini sendiri merupakan pengembangan dari kaca planparalel. Prinsip kerjanya
berdasarkan hukum Snellius. Cara menggunakan refraktometer ialah kaca penutup dibuka lalu
dilakukan kalibrasi menggunakan aquades atau air tawar lalu dikeringkan dengan lap. Fungsi dari
kalibrasi ini adalah agar refraktometer bersih dan terhindar dari kesalahan pengamatan. Setelah
dikeringkan, tetesi air sampel pada kaca refraktometer kemudian tutup kaca refraktometer. Setelah
itu arahkan ke sumber cahaya (Ibrahim et al., 2020).

Gambar 3. Refraktometer
( Sumber : alatlabor.com )
2.1.4 Secchi Disk
Secchi Disk adalah alat untuk mengukur kekeruhan atau kejernihan suatu perairan.
Keunggulan dari alat ini adalah alat ini mudah sekali digunakan dan murah. Prinsip kerjanya adalah
piringan secchi disk yang berwarna hitam atau putih ini dimasukkan ke dalam air. Kemudian
kedalaman dicatat sampai secchi disk tidak terlihat dan angkat kembali. Kesulitan yang dihadapi
adalah ilusi optic yang dihasilkan oleh air dan pada kedalaman tertentu cahaya matahari tidak
optimal dikarenakan pembiasaan cahaya (Bowers et al., 2020).
Pengukuran kecerahan suatu perairan umumnya menggunakan instrumen kelautan bernama
secchi disk. Secchi disk merupakan alat untuk mengukur kekeruhan air. Secchi disk ini diikat dengan
tali yang sudah ada skala jaraknya. Penggunaan dari alat ini yaitu secchi disk diturunkan perlahan-
lahan hingga batas warna hitam tidak tampak lalu diukur kedalamannya. Setelah itu, secara
perlahan-lahan angkat secchi disk hingga warna hitam pada secchi disk kembali terlihat. Kemudian
ukur lagi kedalamannya, ini disebut batas tampak (Febrilia et al., 2018).

Gambar 4. Secchi Disk


( Sumber : aquaculturealliance.org )
2.1.5 Water Quality Checker
Water Quality Checker yang selanjutnya akan disebut WQC adalah sebuah alat untuk
mengukur beberapa parameter lingkungan yang ada di dalam air ataupun suatu perairan. WQC
sendiri dapat mengukur parameter lingkungan dalam sekali kerja atau sekali proses. WQC dapat
mengukur Dissolved Oxygen (DO), pH, suhu, salinitas dan lain-lain. Pada beberapa WQC dapat
mengukur kekeruhan air. Alat ini sudah termasuk alat yang modern sehingga hasil pengamatan yang
dihasilkan memiliki akurasi yang sangat tinggi (Saraswati et al., 2017).

Gambar 5. Water Quality Checker


( Sumber : alatlabor.com )
Instrumen Water Quality Checker atau WQC adalah alat yang mampu mengukur parameter
lingkungan yang terdiri dari kekeruhan, suhu, DO, salinitas dan lain-lain dalam sekali proses.
Keunggulan dari instrument ini adalah dapat mengukur beberapa parameter lingkungan dengan satu
proses. Keunggulan lainnya adalah karena alat ini merupakan alat modern, sudah dipastikan bahwa
tingkat keakuratan dari alat ini sangat tinggi. Namun, disamping kelebihannya tersebut, ada
beberapa kekurangannya, yaitu alat ini mahal dan alat ini membutuhkan perawatan yang lebih atau
alat ini akan rusak (Stanley et al., 2017).
2.1.6 Termometer
Termometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu perairan maupun air
sampel. Prinsip dasar dari alat ini adalah fenomena pemuaian yang merupakan indeks temperatur.
Terdapat dua jenis tempereatur, yaitu temperatur digital dan termometer non-digital. Pada
termometer konvensional atau termometer non-digital, umumnya menggunakan air raksa sebagai
penentuan pembacaan suhu. Termometer jenis ini hanya dapat melakukan pengukuran pada
permukaan perairan (Darwis et al., 2018).
Pengukuran suhu pada air sampel atau perairan umumnya menggunakan alat yang bernama
termometer. Prinsip dari thermometer digital adalah dengan proses elektrodakimia. Elektrodakimia
adalah cara langsung menggunakan thermometer digital yang diletakkan pada suatu perairan atau
air sampel secara langsung hingga indikator suhu pada termometer berhenti. Keunggulan dari
termometer adalah alatnya yang mudah dibawa dan harganya yang relaif murah. Sedangkan
kekurangannya adalah hanya bisa mengukur suhu di permukaan suatu perairan saja baik
thermometer digital maupun konvensional (Puspitasari et al., 2016).

Gambar 6. Termometer Digital


( Sumber : lensaindonesia.com )
2.1.7 Botol Nansen
Pencipta botol Nansen adalah seorang ahli oseanografi asal Norwegia, yaitu Fridtjof Nansen.
Botol Nansen merupkan salah satu instrumen untuk mengambil sampel air laut. Sampel air laut
tersebut kemudian dapat diukur suhunya dan parameter lainnya. Botol Nansen ini dapat mengambil
sampel air yang cukup dalam. Atas kontribusi besar yang dilakukan oleh Fridtjof Nansen,
pengambilan sampel air laut pun semakin mudah dilakukan khususnya pada bagian laut pada
kedalaman tertentu (Yona et al., 2017).
Botol Nansen merupakan instrumen kelautan yang berfungsi untuk mengambil air sampel
suatu perairan. Botol Nansen ini dapat mengambil air sampel hingga kedalaman yang cukup dalam.
Selanjutnya air sampel tersebut dapat dianalisa untuk mengetahui berbagai macam parameter. Salah
satu nya adalah untuk mengetahui nilai debit suspensi. Terdapat juga botol Nansen yang dapat
mengukur suhu pada suatu perairan secara langsung. Botol Nansen ini telah terpasang suatu
termometer khusus, yaitu termometer terbalik (reverse thermometer). Selain itu, air sampel yang
telah didapatkan dapat dihitung nutriennya (Srijati et al., 2017).

Gambar 7. Botol Nansen


( Sumber : google.com )
2.2 Alat Pengukur Arus Laut
2.2.1 Bola Duga
Bola duga merupakan salah satu alat untuk mengukur kecepatan dan arus laut. Prinsip
kerjanya adalah dengan melepas bola yang dibawahnya sudah dipasang baling-baling. Pada bagian
atas bola juga sudah terdapat tali sepanjang 1 meter. Kelebihan dari alat ini adalah harganya yang
relatif murah. Bola duga juga tergolong alat yang konvensional. Jadi, hasil pengamatan masih
bergantung pada penglihatan pengamat (Yogaswara et al., 2016).
Pengukuran arus permukaan air laut umumnya menggunakan alat yang bernama bola duga.
Pengukuran kecepatan arus permukaan ini masih bersifat konvensional. Karena sifatnya yang masih
konvensional, tentu kelebihan dari alat ini adalah murah dan mudah dibawa. Bahkan tidak menutup
kemungkinan bahwa kita dapat membuat bola duga itu sendiri. Penggunaan bola duga biasanya
dilakukan dengan menggunapan pengihitung waktu (stopwatch). Penggunaan stopwatch ini ialah
untuk mengukur waktu bola duga yang terbawa arus hingga sampai pada jarak tertentu untuk
kemudian dihitung kecepatannya (Srijati et al., 2017)

Gambar 8. Bola Duga


( Sumber : oseanografi.lipi.go.id )
2.2.2 Current Meter
2.2.2.a Mechanical Current Meter
Current meter adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk menghitung kecepatan arus
perairan. Kecepatan air laut akan dihitung dengan satuan meter per detik. Kecepatan arus air
didapatkan dengan cara membandingkan jumlah putaran kincir pada current mete. Hal tersebut
dilakukan dengan lama tertentu. Selanjutnya dikonversikan dengan rumus tertentu. Banyaknya
putaran kincir pada current meter didapatkan dengan cara mendengarkan pulsa yang dihasilkan oleh
current meter dengan menggunakan headphone. Selain menggunakan headphone, dapat juga
menggunakan sebuah counter mekanik. Pada pengukuran waktu menggunakan sebuah stopwatch.
Current meter jenis ini tergolong manual sehingga faktor error atau faktor kesalahan relative lebih
besar (Chang dan Indriaty, 2017).
Current meter merupakan salah satu alat untuk menghitung kecepatan arus yang masih sering
digunakan. Current meter adalah sebuah alat yang presisi yang menghitung kecepatan arus air di
satu titik. Prinsip operasi dari Mechanical Current Meter adalah proposionalitas antara kecepatan
air dan sudut yang dihasilkan baling-baling meter (kecepatan rotasi baling-baling). Dengan
menempatkan pengukur arus mekanis pada suatu air, batang kecepatan titik di vertikal ditentukan
oleh jumlah putaran pada baling-baling selama periode tertentu (Perzyna, 2016)

Gambar 9. Mechanical Current Meter


( Sumber : en.wikipedia.org )
2.2.2.b Non Mechanical Current Meter
Mechanical Current Meter digunakan untuk mengukur kecepatan dan arah arus dengan
menghitung kecepatan dua atau tiga sensor orthogonal. Setelah arah relative diketahui, arah absolut
akan terlihat. Arah absolut terlihat menggunakan kompas magnetic acoustic current meter
mengukur perbedaan waktu dalam jangka pendek serta frekuensi jarak (Chang dan Indriaty, 2017).
Tipe Non Mechanical Current Meter selanjutnya adalah tipe elektromagnetik. Current meter
elektromagnetik ini berfungsi berdasarkan prinsip hukum Faraday tentang induksi elektromagnetik.
Berdasarkan hukum Faraday, konduktor dalam hal ini air melewati medan gaya magnet. Dan
akhirnya akan memproduksi tegangan yang berbanding lurus dengan kecepatan aliran air (Perzyna,
2016).
Gambar 10. Electromagnetic Current Meter
( Sumber : directindustry.com )
2.2.3 ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler)
Acoustic Doppler Current Profiler merupakan sebuah instrument kelautan yang berfungsi
untuk mengukur data kecepatan arus dan arah arus. Pengukuran arus sendiri dapat dilakukan dengan
bergerak ataupun statis. Pada pengukuran bergerak menggunakan ADCP mobile yang dipasangkan
pada kapal untuk mendapatkan jangkauan lokasi yang luas. Selain mengukur arus, dilakukan juga
pengukuran batimetri. Kedua adalah pengukuran secara statis atau diam ditempat. ADCP ini dapat
mengukur data arus bawah air diantaranya adalah kecepatan dan arah absolut arus air (Yuningsih et
al., 2016).

Gambar 11. ADCP


( Sumber : teledynemarine.com )
Prinsip kerja dari ADCP adalah menggunakan gelombang suara (sonar) sebagai alat
pendeteksinya. ADCP memiliki tingkat keakurasian yang tinggi. Informasi yang diukur oleh alat ini
dapat mencapai 128 titik. Kedalaman yang dapat dicapai pun hingga ratusan meter, tergantung dengan
frekuensi yang digunakan. Selain data arus, alat ini dapat memberikan informasi tentang suhu air laut,
lintasan kapal, serta topografi dasar perairan. ADCP dapat tersambung dengan Global Positioning
System (GPS). Pada prinsipnya, ADCP bekerja dengan mentransmisikan gelombang suara dengan
pola tertentu dan menerima pantulannya yang disebabkan oleh partikel-partikel kecil yang ada di laut.
Informasi tersebut dianalisa berdasarkan pergeseran frekuensi menurut teori Doppler. Teori Doppler
menjelaskan mengenai perubahan frekuensi gelombang yang dipantulkan oleh partikel yang ada di
air. Oleh karena itu, sesungguhnya ADCP mereka pergerakan partikel. Namun, karena partikel
tersebut terbawa oleh arus air, maka dapat diasumsikan bahwa pergerakan partikel tersebut adalah
kecepatan air (Arifiyanto et al., 2016).
2.2.4 Botol Drifter
Botol Drifter atau bisa disebut juga drifter lagrange adalah suatu alat untuk mengukur arus
laut. Drifter ini dapat mengapung diatas permukaan air laut dan merekam data arus. Selain data arus,
drifter juga dapat merekan suhu dan salinitas air laut. Drifter modern biasanya terdapat sebuah GPS
agar bisa dilacak oleh satelit. Disebut sebagai drifter lagrangian karena lokasi mereka bergerak
berdasarkan aliran air (Selamat dan Ukkas, 2020).
Drifter dapat digunakan untuk memperoleh data arus permukaan air laut. Kebanyakan drifter
sudah menggunakan GPS agar dapat terlacak oleh satelit. Drifter yang sedang dikembangkan adalah
GERNED ( GPS Drifter Combined ). Alat ini didesain dengan sederhana, harga yang murah, dan
diharapkan dapat berfungsi di perairan Indonesia yang kompleks. Kelebihan dari alat ini adalah
harganya yang murah dan dapat berfungsi di perairan dangkal. GERNED juga dikombinasikan
dengan beberapa sensor. Sensor-sensor tersebut adalah sensor suhu, konduktifitas, pH, dan
kelembapan udara. Instrumen ini juga didesain agar dapat menampilkan data secara real time dan
diharapkan dapat bekerja dengan jangka waktu yang panjang (Purba et al., 2017).

Gambar 12. Lagrangian Drifter


( Sumber : gdp.ucsd.edu )
2.3 Alat Pengukur Gelombang Laut
2.3.1 Palem Gelombang
Palem gelombang adalah alat untuk mengukur ketinggian gelombang air laut. Palem
gelombang ini termasuk alat yang konvensional. Pengamatan dengan menggunakan palem
gelombang ini menggunakan stopwatch untuk pengamatan periode gelombang. Palem gelombang
merupakan alat yang tergolong murah, bahkan kita dapat membuat palem gelombang sendiri
menggunakan kayu. Namun, karena sifatnya yang tergolong konvensional, kekurangan dari palem
gelombang sendiri adalah hasil pengamatan yang tidak akurat. Hal ini disebabkan oleh pengamatan
yang masih dilakukan oleh pengamat (Kurnianti et al., 2017).
Pengukuran data gelombang diukur dengan menggunakan sebuah palem gelombang. Palem
gelombang umumnya dibangun secara tegak lurus dengan permukaan air laut dan diletakkan di
suatu titik yang sudah ditetapkan di garis pantai. Data yang dapat diperoleh adalah data ketinggian
gelombang. Data tersebut diperoleh dengan mengamati puncak dan lembah yang dilewati oleh
gelombang. Kemudian ada periode gelombang, yang diukur dengan menggunakan stopwatch. Dan
yang terakhir adalah frekuensi gelombang. Data frekuensi gelombang diperoleh dengan cara
menghitung banyaknya gelombang yang melewati palem atau hempasan ke pantai dengan interval
waktu selama 1 menit (Bambulu et al., 2017).

Gambar 13. Palem Gelombang


( Sumber : media.neliti.com )
2.3.2 Wave Recorder
Wave recorder merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui profil gelombang yang
ada di lapangan. Prinsip kerja dari wave recorder adalah menggunakan sistem sensor. Sistem sensor
tekanan dapat diatur untuk mengumpulkan dan merekam elevasi gelombang. Elevasi yang terekam
dalam arah x dan y. Kelebihan dari wave recorder adalah data yang dihasilkan memiliki tingkat
keakurasian yang tinggi dan merupakan data actual (Wati et al., 2016).

Gambar 14. Wave Recorder


( Sumber : envcoglobal.com )
Wave recorder dapat mengukur beberapa parameter gelombang di lautan. Salah satu alat
dari wave recorder adalah MIDAS DWR (Direct Wave Recorder). Alat ini dapat mengukur parameter
gelombang air laut. Parameter tersebut adalah tinggi gelombang air laut (H), periode gelombang (T)
dan arah dating gelombang. Alat ini bekerja berdasarkan fluktuasi tekanan yang diterima oleh sensor
sehingga didapat data gelombang laut (Syaifuddin et al., 2016).
2.4 Alat Pengukur Pasang Surut
2.4.1 Palem Pasut
Pengamatan pasang surut pada umunya dilakukan dipinggir pantai atau dermaga.
Pengamatan ini juga biasanya menggunakan palem pasut untuk mengukur ketinggian air laut. Palem
pasut adalah alat sederhana uang terbuat dari kayu dengan ukuran panjang sekitar 3-5 meter. Alat ini
memiliki skala bacaan dalam satuan decimeter. Agar ukuran pengamatan air laut benar, palem pasut
harus dipasang secara tegak lurus dengan permukaan air laut (Safi et al., 2017).
Palem pasut merupakan alat pengukur ketinggian permukaan air laut yang sederhana.
Palem pasut terbuat dari kayu atau semacam plastik yang dipasang secara tegak lurus dengan
permukaan air laut. Prinsip kerjanya sangat sederhana, ketika palem pasut sudah terpasang maka
operator hanya mengamati ketinggian permukaan air laut dengan interval waktu tertentu. Palem pasut
sebaiknya tidak dipasang di dermaga atau tempat berlalu lalang perahu. Karena hal tersebut akan
mempengaruhi hasil pengamatan (Kurniawan et al., 2016).

Gambar 15. Palem Pasut


( Sumber : dokumen.tips )
2.4.2 Tide Gauge
2.4.2.a Pressure Tide Gauge
Tide gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur pasang surut air laut. Alat ini lebih
modern daripada palem pasut. Pengukuran tersebut adalah pengukuran perubahan permukaan air laut.
Pressure Tide Gauge melakukan pengukuran secara mekanik dan langsung terhubung dengan
komputer operator. Pressure Tide Gauge memiliki prinsip kerja berdasarkan hasil rekaman
(Khatimah et al., 2016).

Gambar 16. Pressure Tide Gauge


( Sumber : refmar.shom.fr )
Pengukuran ketinggian permukaan air laut dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
dengan berbagai alat. Salah satunya menggunakan Pressure Tide Gauge. Sistem kerja dari Pressure
Tide Gauge adalah melalui tekanan. Variasi permukaan air laut diperoleh dengan sistem pengukur
tekanan melalui pengukuran dibawah permukaan tekanan. Data lain yang diperlukan untuk
memperoleh informasi permukaan air laut adalah densitas air laut percepatan gravitasi Kekurangan
dari alat ini adalah butuh perawatan yang lebih karena berangsur-angsur sensor yang digunakan akan
rusak (Salama et al., 2020).
2.4.2.b Floating Tide Gauge
Tide gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur pasang surut air laut. Alat ini lebih
modern daripada palem pasut. Pengukuran tersebut adalah pengukuran perubahan permukaan air laut.
Floating Tide Gauge melakukan pengukuran dengan cara mengambang pada permukaan air laut.
Floating Tide Gauge sendiri memiliki pelampung agar dapat mengapung dengan baik. Pengukuran
permukaan air dilakukan dengan menggunakan sebuah sensor yang telah terpasang di badan alat
tersebut (Khatimah et al., 2016).
Floating Tide Gauge sudah digunakan lebih dari 150 tahun. Pada tahun 1983, survey yang
dilaksanakan oleh Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) dari UNESCO menyatakan
bahwa 94% dari alat pengukur pasang surut adalah mechanical floating tide gauge. Namun untuk
saat ini, sudah ada Floating Tide Gauge yang menggunakan sensor tertentu sehingga pengamatan
akan lebih mudah (Salama et al., 2020).

Gambar 17. Floating Tide Gauge


( Sumber : researchgate.net)
2.5 GPS
Global Positioning System atau GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi
menggunakan satelit. Nama formalnya disebut NAVSTAR GPS, kepanjangannya adalah
Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System. GPS merupakan sistem
navigasi berbasis satelit yang terdiri dari jaringan 24 satelit yang mengorbit oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat. Pada awalnya GPS digunakan untuk aplikasi militer. Namun, pada
tahun 1980-an, Pemerintah menbuat sistem yang tersedia untuk masyarakat sipil. GPS bekerja di
semua kondisi cuaca, dimana saja di dunia selama 24jam sehari (Budiwati, 2016).
GPS merupakan teknologi jaringan sistem informasi geografis dengan bantuan
layanan pemetaan web. Sehingga dapat memberikan data yang besar dengan akurasi kecepatan
yang tepat. GPS dapat memberikan keuntungan yang besar dalam hal melakukan pencarian.
Sehingga dengan bantuan GPS, keberadaan lokasi yang sering berpindah-pindah tempat dapat
tetap diketahui (Hadtanto et al., 2016)

Gambar 18. GPS


( Sumber : google.com )
III. MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Hari, tanggal : Rabu, 16 September 2020
Waktu : 19.00 WIB
Tempat : Rumah

3.2. Materi
3.2.1. Alat Pengukur Suhu, Salinitas dan Kecerahan
3.2.1.a. CTD (Conductivity, Temperature, Depth)

CTD atau Conductivity, Temperature and Depth merupakan salah satu instrument kelautan
yang sering dan umum digunakan. CTD yaitu alat yang dapat digunakan untuk mengetahui beberapa
parameter oseanografi pada air laut. Parameter tersebut diantaranya suhu, salinitas, kedalaman,
tekanan dan densitas.

3.2.1.1. Salinometer
Salinometer mwngukur salinitas dengan cara mengukur kepadatan dari air yang akan diteliti
tingkat salinitasnya. Salinometer merupakan alat yang memiliki fungsi untuk mengetahui tingkat
kadar garam dalam suatu perairan. Salinometer berupa tabung gelas yang memiliki tangkai kecil
menggelembung di bawahnya dan berisi air raksa di sebelah bawah.
3.2.1.2. Refraktometer
Prinsip kerja dari refraktometer yaitu memanfaatkan adanya refraksi atau pembiasan
cahaya.Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kadar garam air laut atau
salinitas yaitu refraktometer. Refraktometer merupakan alat pengukur salinitas yang paling umum
digunakan untuk penelitian.
3.2.1.3. Secchi Disk
Pengukuran kecerahan suatu perairan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bernama
secchi disk. Kecerahan merupakan salah satu parameter laut yang penting. Kecerahan dari suatu
perairan dapat diidentifikasi berdasrkan warna air, kekeruhan dan kedalaman perairan.
3.2.1.4. Water Quality Checker
WQC atau Water Quality Control adalah alat untuk menganalisis pola sebaran kualitas air
berdasarkan parameter nilai DO, pH, salinitas dan kekeruhan air berdasarkan data hasil pengukuran.
Pengukuran tersebut dilakukan dengan memasukkan instrument ke dalam air.
3.2.1.5. Termometer
Suhu adalah ukuran derajat dari suatu keadaan panas atau dingin. Suhu akan menunjukkan
derajat panas dari suatu benda, baik benda mati maupun makhluk hidup. Alat yang digunakan untuk
mengukur suhu yaitu thermometer. Termometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
dan menunjukkan besaran temperature atau suhu.
3.2.1.6. Botol Nansen
Botol nansen adalah alat instrumen oseanografi yang digunakan untuk mendapatkan sampel
air dan pembacaan suhu di berbagai kedalaman di laut. Botol ini merupakan sebuah sampel botol air
laut dengan katup pegas di kedua ujungnya yang tertutup pada kedalaman yang sesuai dengan
perangkat massengger yang diturunkan untuk menghubungkan kabel botol ke permukaan. Botol
nansen merupakan alat yang digunakan oleh survyor untuk mengambil sample air laut, danau dan
sungai pada kedalaman tertentu.
3.2.2. Alat Pengukur Arus Laut
3.2.2.a. Bola Duga
Pengukuran arus dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode lagrange.
Metode ini bekerja berdasarkan massa air yang bergerak dalam suatu waktu tertentu dan
menggunakan pelampung atau instrument bernama bola duga.
3.2.2.b. Mechanical Current Meter
Current meter mekanik merupakan alat untuk mengukur kecepatan arus air yang bekerja
berdasarkan banyaknya putaran kincir selama waktu tertentu. Current meter membutuhkan sebuah
alat pembaca putaran agar dapat diketahui berapa jumlah putaran yang telah terjadi pada kincirnya
ketika digunakan untuk mengukur kecepatan arus.
3.2.2.c. ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler)
ADCP atau Accoustic Doppler Current Profiler merupakan alat atau instrument yang dapat
digunakan untuk mengukur kecepatan arus di lingkungan perairan. ADCP menjadi solusi ketika
pengukuran kecepatan arus masih menggunakan transek tag-line atau kabel. ADCP menerapkan
prinsip Doppler dengan memantulkan pulsa suara ultrasonic dari partikel kecil yang tersuspensi di
kolom air.
3.2.2.d. Botol Drifter
Drifter buoy merupakan salah satu instrument yang dapat digunakan untuk mengukur arus
perairan laut. Selain mengukur kecepatan arus, instrument ini juga dapat digunakan untuk mengukur
suhu air laut. Drifter buoy jga dapat memberikan data dengan kualitas yang dapat diterima dari jalur
yang panjang melintasi lautan. Akan tetapi alat ini memiliki kelemahan yaitu tidak menyajikan data
secara real time.
3.2.3. Alat Pengukur Gelombang Laut
3.2.3.a. Palem Gelombang
Palem gelombang adalah salah satu instrument yang dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian gelombang di suatu perairan. Pengamatan gelombang dilakukan denga menggunakan
palem gelombang. Kelebihan dari alat ini adalah alat yang masih tergolng murah dalam pembuatan
dan bahan-bahan untuk membuat juga masih murah. Sedangkan kekurangan pada alat ini adalah
alatnya yangnjika terendam air secara terus menerus akan cepat rusak dan pemasangannya yang agak
rumit.
3.2.3.b. Wave Recorder
Wave recorder merupakan alat yang digunakan untuk mengukur gelombang di lapangan.
Pengukuran ini digunakan untuk mendapatkan data parameter dari gelombang itu sendiri. Data yang
dimaksud di antaranya tinggi gelombang dan periode gelombang. Alat ini memiliki tingkat akurasi
yang cukup tinggi.
3.2.4. Alat Pengukur Pasang Surut
3.2.4.a. Palem Pasut

Palem pasut atau yang biasa disebut dengan tide staff digunakan untuk pengukuran pasang
surut air laut di lapangan. Palem pasut dalam pengukurannya menggunakan rambu pasang surut yang
telah tertera angka-angka yang dapat menunjukkan ketinggian pasang surut terendah dan tertinggi.
Faktor-faktor yang memengaruhi hasil pasang surut yaitu pada daerah terbuka tetap terlindungi
terhadap hempasan gelombang, tidak dipengaruhi kegiatan manusia, alat dipasang dapat mencapai
pasang tertinggi atau terendah serta pemasangan tegak lurus

3.2.4.b. Tide Gauge


Tide gauge merupakan salah satu instrument kelautan yang sering digunakan untuk
mengetahui kondisi pasang surut air laut. Instrument ini memiliki prinsip kerja berdasarkan gerakan
naik turunnya permukaan laut. Akan tetapi gerakan naik turunnya permukaan laut ini dapat diketahui
dari perubahan tekanan yang terjadi di dalam laut.
3.2.5. GPS
GPS atau Global Positionig System merupakan sistem navigasi satelit yang dikembangkan
oleh departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS memungkinkan pengguna untuk mengetahui
posisi geografis baik lintang, bujur maupun ketinggian di atas permukaan laut dalam waktu real time.
Sistem yang serupa dengan GPS diantaranya yaitu GLONASS, Galileo dan IRNSS.
3.3. Metode
3.3.1. Alat Pengukur Suhu, Salinitas dan Kecerahan
3.3.1.a. CTD (Conductivity, Temperature, Depth)
1. CTD diletakan di kerangka probe.
2. CTD dihubungkan dengan kabel-kabel interkoneksi.
3. CTD dipindahkan ke sisi kapal dan siap diturunkan.
4. Control unit di set pada kondisi ON dan CTD diturunkan secara pelan – pelan ke dalam
air.
5. CTD diturunkan dan dilangsungkan pengambilan data.
6. Setelah didapatkan data yang diinginkan, penerimaan data di stop dari Probe beserta
perekaman data pada recorder.
7. CTD ditarik ke permukaan air, dengan catatan tidak ada lagi data yang dikirim oleh
CTD dan dipastikan OFF.
8. Unit data di-OFFkan dan instrument diletakan di atas kapal.
9. End of Profile data ditekan dan akusisi program diberhentikan. Data yang di dapat bisa
langsung disambungkan ke Personal Computer atau direkam oleh Tipe Recorder.
3.3.1.b. Salinometer
1. Sampel diambil dan dituangkan ke dalam gelas piala dengan ukuran 100 ml.
2. Salinometer diambil dan dimasukkan di dalam gelas piala tersebut.
3. Hasil dilihat pada skalanya, kemudian hasilnya dicatat.

3.3.1.c. Refraktometer
1. Air sampel diteteskan pada prisma refraktometer.
2. Skala dapat terlihat melalui lensa garis batas antara bidang biru dan putih.
3. Refraktometer kemudian dibersihkan dengan menggunakan tisu bersih.
4. Setelah dibersihkan, refraktometer disimpan kembali pada suhu ruang.

3.3.1.d. Secchi Disk


1. Secchi disk disiapkan di dekat atau samping dermaga atau kapal yang berada di atas
perairan.
2. Secchi disk diturunkan sampai hampir tidak terlihat di dalam air.
3. Pada kedalaman tersebut dicatat dengan skala yang tertera pada tali.
4. Secchi disk diangkat kembali sampai sedikit terlihat.
5. Pada kedalaman tersebut dicatat kembali dengan skala yang tertera pada tali.
6. Kemudian perhitungan dilakukan dengan merata-rata kedalaman dari hilang dan
munculnya secchi disk.
3.3.1.e. Water Quality Checker
1. Tombol power pada bagian control unit WQC ditekan.
2. Pada menu display, pilih sensor yang akan digunakan pada bagian sensor section.
Ceklist semua sensor, jika semua sensor akan digunakan.
3. Tombol enter ditekan.
4. Probe diturunkan dengan tali ke dalam perairan sepanjang panjang yang diinginkan.
5. Setelah itu tekan tombol measure untuk proses menu measurement supaya data
tersimpan pada meter memory.
6. Probe kembali dinaikan ke permukaan.
7. Data yang telah tersimpan dan tercatat dapat dilihat pada display control unit.
8. Probe dibersihkan dengan air mengalir agar tetap awet dan terhindar dari korosi.
3.3.1.f. Termometer
1. Tombol on/off ditekan agar termometer menyala.
2. Angka pada termometer ditunggu sampai suhu ruangan tercapai.
3. Termometer diletakkan pada sampel uji dan perubahan suhu yang terjadi diamati.
4. Setelah termometer berbunyi, kemudian thermometer diangkat dan suhu yang tertera
pada menu display dicatat. Tombol on/off ditekan hingga display pada termometer
mati.
3.3.1.g. Botol Nansen
1. Botol nansen diturunkan dengan menggunakan tali ke dalam laut
2. Ketika kedalaman yang diinginkan telah dicapai, massengger akan jatuh ke tali
3. Setelah botol dicapai, botol tersebut akan terbalik dan sampel air dijebak di
dalamnya.
3.3.2. Alat Pengukur Arus Laut
3.3.2.a. Bola Duga
1. Botol nansen diturunkan dengan menggunakan tali ke dalam laut.
2. Ketika kedalaman yang diinginkan telah dicapai, massengger akan jatuh ke tali.
3. Setelah botol dicapai, botol tersebut akan terbalik dan sampel air dijebak di
dalamnya.
4. Botol nansen dinaikan.
5. Hasil dicatat sesuai interlval panjang tali.
3.3.2.b. Current meter
3.3.2.b.1. Mechanical Current meter
1. Terminal pengukur 10 A dan 300 MA pada Mechanical Current meter dipilih.
2. Multimeter diatur dalam pengukuran arus.
3. Dalam rangkaian, daya dimatikan.
4. Rangkaian diputus, kemudian penyidik pada setiap bagian ditempatkan.
5. Daya dinyalakan. Rangkaian akan dilewati arus
6. Angka yang tertera di display dibaca dan dicatat
3.3.2.b.2. Non Mechanical Current Meter
1. Current meter disiapkan dan dipasang di bagian bawah kapal .
2. Pergerakan arus air direkam oleh sensor current meter.
3. data direkam dan kemudian ditransmisikan.
3.3.2.c. ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler)
1. ADCP dinyalakan dan diatur sesuai kebutuhan.
2. ADCP kemudian diletakkan di permukaan air.
3. Data yang diterima dilakukan dengan control unit di kapal.
4. Apabila data yang diinginkan telah didapat, pengiriman data dapat dihentikan.
5. ADCP diambil dari air.
6. Data diolah secara digital dengan komputer.
3.3.2.d. Botol Drifter
1. Semua bagian instrument dirangkai mulai dari kelambu dan pelampung utama,
kemudian diikat dengan sempurna
2. bagian atas pelampung utama dibuka, GPS di ”on” kan dan dihubungkan antena nya,
3. GPS ditempatkan dalam kotak kemudian dimasukan kedalam pelampung utama,
tutup pelampung utama dan semua baut dikencangkan agar kedap air
4. Instrumen diturunkan ke laut berturut-turut kelambu diukuti pelampung utama,
biarkan hanyut;
5. Setelah beberapa jam hanyut, pelampung utama diangka kemudian dibuka, pastikan
GPS masih dalam keadaan ”on” dan dilihat track tergambar pada GPS selanjutnya
dimatikan (’Off”).
3.3.3. Alat Pengukur Gelombang Laut
3.3.3.a. Palem Gelombang

1. Palem gelombang dipasang dalam keadaan tegak lurus dan tidak berubah.
2. Pengamatan dilakukan pada interval atau jangka waktu tertentu.
3. Skala yang tertera pada palem gelombang diamati.
4. Data gelombang air laut yang diperoleh dicatat.
3.3.3.b. Wave Recorder
1. Wave recorder dimasukkan ke dalam air sesuai dengan tempat pengambilan data.
2. Wave recorder akan terbuka dan sensor akan diterima selama 20 menit.
3. Sensor akan diterima data pada setiap menit, kemudian data yang diperoleh akan
dirata-rata dan dikirim ke alat penerima sensor.
3.3.4. Alat Pengukur Pasang Surut
3.3.4.a. Palem Pasut

1. Palem pasut dipasang dititik terendah dimana skala nol masih terendam
2. Tinggi pasang surut diamati dari jauh setiap 15 menit sekali
3. Data dicatat dan diolah
3.3.4.b. Tide gauge
3.3.4.b.1. Preasure tide gauge
1. Preasure tide gauge dipasang sedemikian rupa yang ditempatkan pada bawah
permukaan air tersurut.
2. Gerakan naik turunnya permukaan laut dapat diketahui dari perubahan tekanan yang
diterima oleh sensor.
3. Data dari sensor akan diubah dalam bentuk kedalaman dalam bentuk digital.
3.3.4.b.2. Floating tide gauge
1. Floating tide gauge dikaitkan dengan pelampung yang dihubungkan dengan recording
unit.
2. Floating tide gauge dipasang pada tempat yang tidak dipengaruhi gerakan air laut.
3. Pengukuran tinggi muka air dilakukan dengan deteksi pergerakan naik turunnya air.
3.3.5. GPS
1. Tombol power pada layar ditekan.
2. Pada layar, halaman yang dipilih dengan tombol page ditekan.
3. Waypoint ditentukan dan tombol enter ditekan.
4. Penentuan lokasi dilakukan dengan kalibrasi GPS terlebih dahulu.
5. Lokasi disimpan dengan tombol mark, kemudian save waypoint.
6. Setelah itu, data lokasi dan koordinat titik akan tersimpan.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum modul 1 ini adalah:
1. Jenis-Jenis instrumen yang digunakan dalam praktikum oseanografi fisika, yaitu CTD,
salinometer, refraktometer, secchi disk, water quality checker, termometer, botol Nansen,
bola duga, mechanical current meter, non mechanical current meter, ADCP, botol drifter,
palem gelombang, wave recorder, palem pasut, pressure tide gauge, floating tide gauge, dan
GPS
2. Prinsip kerja yang digunakan pada instrument tersebut bervariasi sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Ada alat yang memanfaatkan konduktifitas, memanfaatkan sensor,
menggunakan sonar dan yang paling sederhana dengan pengamatan langsung.
3. Fungsi dari alat CTD, salinometer, refraktometer, secchi disk, water quality checker,
termometer dan botol Nansen adalah untuk mengukur kadar garam pada air, suhu, dan
kekeruhan air. Alat pengukur arus laut diantaranya adalah bola duga, mechanical current
meter, non mechanical current meter, acoustic doppler current profiler, dan botol drifter.
Alat pengukur gelombang laut adalah palem gelombang dan wave recorder. Alat pengukur
pasang surut air laut adalah palem pasut, pressure tide gauge, floating tide gauge. Dan alat
untuk menentukan lokasi atau menentukan titik koordinat adalah GPS.

4.2. Saran
1. Praktikan tidak telat masuk ke dalam pertemuan agar waktu bisa dipakai semaksimal
mungkin.
2. Praktikan lebih aktif lagi dalam praktikum.
3. Praktikan diharapkan memperhatikan asisten dan tidak tertidur pada saat praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Conductivity Temperature Depth. Oceanexplorer.noaa.gov. diakses pada tanggal 18


September 2020 Pukul 21.34
Anonim. 2019. Salinometer. google.com. Diakes pada tanggal 18 September 2020 Pukul 22.21
Anonim. 2020. Refraktometer. alatlabor.com. Diakses pada tanggal 18 September 2020 Pukul 23.02
Anonim. 2004. Secchi Disk. aquaculturealliance.org. Diakses pada tanggal 18 September 2020 Pukul
23.11
Anonim. 2020. Water Wuality Checker. alatlabor.com. Diakses pada tanggal 18 September 2020
Pukul 23.48
Anonim. 2020. Termometer. lensaindonesia.com. Diakses pada tanggal 19 September 2020 Pukul
05.15
Anonim. 2010. Botol Nansen. google.com. Diakses pada tanggal 19 September 2020 Pukul 05.43
Anonim. 1993. Bola Duga. oseanografi.lipi.go.id .Diakses pada tanggal 19 September 2020 Pukul
06.22
Anonim. 2020. Mechanical Current Meter. en.wikipedia.org .Diakses pada tanggal 19 September
2020 Pukul 07.53
Anonim. 2020. Non Mechanical Current Meter. directindustry.com. Diakses pada tanggal 19
September 2020 Pukul 13.22
Anonim. 2020. Acoustic Doppler Current Profiler. teledynemarine.com. Diakses pada tanggal 19
September 2020 Pukul 13.59
Anonim. 2020. Botol Drifter. gdp.ucsd.edu .Diakses pada tanggal 19 September 2020 Pukul 14.11
Anonim. 2015. Palem Gelombang. media.neliti.com. Diakses pada tanggal 19 September 2020 Pukul
15.13
Anonim. 2020. Wave Recorder. envcoglobal.com. Diakses pada tanggan 19 September 2020 Pukul
15.35
Anonim. 2015. Palem Pasut. dokumen.tips. Diakses pada tanggal 19 September 2020 Pukul 15.57
Anonim. 2007. Pressure Tide Gauge. refmar.shom.fr . Diakses pada tanggal 19 September 2020
Pukul 18.40
Anonim. 2015.Floating Tide Gauge. researchgate.net. Diakses pada tanggal 19 September 2020
Pukul 18.54
Anonim. 2020. Global Positioning System. google.com. Diakses pada tanggal 19 September 2020
Pukul 19.21
Arifiyanto, Widodo S Pranowo., Khoirol Imam Fatoni dan A. Rita Trisiana Dwi. 2016. "Pengolahan
dan Penyajian Data Arus Pasang Surut Hasil Pengukuran Acoustic Doppler Current Profiler
(ADCP) SonTek ARGONOUT-XR Menggunakan Perangkat Lunak T_TIDE_V1.3beta."
Jurnal Hidropilar, Vol.2(1): 59-70.
Bambulu, Exer., Hermanto W.K Manengkey dan Royke M Rampengan. 2017. "Rambatan
Gelombang di Pantai Malalayang II." Jurnal Pesisir dan Tropis, Vol. 2(1): 64-74.
Bowers, D.G., E.M Roberts., A.M Hoguare., K.A Fall., G.M Massey dan C.T. Friedrichs. 2020.
"Secchi Disk Measurements in Turbid Water." Journal of Geophysical Research : Oceans,
Vol. 125(5).
Budiwati, Anisah. 2016. "Tongkat Istiwa', Global Positioning System (GPS) dan Google Earth untuk
Menentukan Titik Koordinat Bumi dan Aplikasinya dalam Penentuan Arah Kiblat." Al-
Ahkam, Vol. 26(1): 65-92.
Chang, Handy dan Fany Indriaty. 2017. "Sistem Pengukur Kecepatan Arus Air Menggunakan Current
Meter Tipe "1210 AA"." TESLA, Vol. 19(1): 81-95.
Darwis, Indah Dayanti., Edwin Basyar dan Albertus Ari Adrianto. 2018. "Kesesuaian Termometer
Digital dengan Termometer Air Raksa dalam Mengukur Suhu Aksila pada Dewasa Muda."
Jurnal Kedokteran Diponegoro, Vol. 7(2): 1596-1603.
Febrilia, Anggita Yohana., Siti Rudiyanti dan Frida Purwanti. 2018. "Analisis Kesesuaian Wisata
Pantai Blebak Sebagai Objek Rekreasi Pantai di Kabupaten Jepara Jawa Tengah." Journal
of Maquares, Vol. 7(1): 28-38.
Hadtanto, Edwin Tri., Arif Budiman dan Joko Triono. 2016. "Sistem Informasi Pemesanan Tiket
Travel Berbasis GPS." Pilar Teknologi, Vol. 1(2): 88-96.
Hasrianti dan Nurasia. 2016. "Analisis Warna, Suhu, pH, dan Salinitas Air Sumur Bor di Kota
Palopo." Prosiding, Vol.2(1): 747-753.
Ibrahim, Agus Malik., Agrin Febrian Pradana., Gagas Priyosakti., Miftahul Arifin., Tuti Alawiyah
dan Perliansyah. 2020. "Potensi Tanaman Pandan Laut (Pandanus tectorius) dan Limbah
Industri Gandum Kota Cilegon Sebagai Bahan Baku Sintesis Bioetanol." Jurnal Penelitian
Hasil Hutan, Vol. 38(2): 91-104.
Khamdila, Ali., Santhi Wilastari dan Agus Saleh. 2019. "Menjaga Kestabilan Suhu Ruang
Evaporator Berdampak Pada Hasil Produksi Air Tawar Fresh Water Generator." Jurnal
Saintek Maritim, Vol. 19(2): 111-120.
Khatimah, Husnul., Indra Jaya dan Agus Saleh Atmadipoera. 2016. "Pengembangan Perangkat
Lunak Antar-Muka Instrumen MOTIWALI (TIDE GAUGE) untuk Analisis Data Pasang
Surut." Jurnal Kelautan Nasional, Vol.11(2): 97-104.
Komariah, Novi., Saimul Laili dan Hari Santoso. 2020. "Diversitas Makrofauna Kaitannya dengan
Kualitas Air Sungai Metro Kecamatan Lowokwaru Kota Malang." BIOSAINTROPIS, Vol.
6(1): 28-32.
Kurnianti, Anang., Denny Nugroho Sugianto dan Purwanto. 2017. "Kajian Karakteristik Gelombang
di Pantai Kejawanan, Cirebon." Jurnal Oseanografi, Vol. 6(1): 79-88.
Kurniawan, Dedy., Yuwono dan Nazib Faizal. 2016. "Pengujian Ketelitian Hasil Pengamatan
Pasang Surut dengan Sensor Ultrasonik (Studi Kasus: Desa Ujung Alang, Kampung Laut,
Cilacap)." Jurnal Teknik ITS, Vol. 5(2): 212-216.
Perzyna, Greg. 2016. Field Manual: Current Meter Streamflow Measurements by Wading. Praia:
ECOWAS Centre for Renewable Energy and Energy Efficiency (ECREEE).
Purba, Noir. P., Syawaludin A Harahap., Donny J Prihadi., Ibnu Faizal., Putri G Mulyani., Candra A
Fitriadi., Isnan F Pangestu., Prio D Atmoko., Adam Alfath dan Joshua T Sitio. 2017.
"Pengembangan Instrumen Lagrangian GPS Drifter Combined (GERNED) untuk Observasi
Laut." Jurnal Kelautan Nasional, Vol.12(3): 109-116.
Puspitasari, Ade Tyas T., Amron dan Syawaludin Alisyahbana. 2016. "Struktur Komunitas Karang
Berdasarkan Karakteristik Perairan di Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Anambas."
OmniAkuatika, Vol. 12(1): 55-72.
Putra, Tri W. L., Kunarso dan A. Rita Tisisana Dwi K. 2020. "Distribusi Suhu, Salinitas, dan Densitas
di Lapisan Homogen dan Termoklin Perairan Selat Makasar." Indonesian Journal of
Oceanography, Vol. 2(2).
Safi, Ahmad Fawaiz., Danar Guruh Pratomo dan Mokhamad Nur Cahyadi. 2017. "Pengamatan
Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik." Jurnal Teknik ITS,
Vol. 6(2): 180-185.
Salama, Gerges M., Hesham F.A Hamed., Essam A.M Deabes dan Salsabeel E Othman. 2020. "An
Innovative technique for the development of the traditional mechanical tide gauge to improve
the performance of the measurements system." Measurements: Sensors, Vol. 2: 1-15.
Saraswati, Ni Luh Gede Rai Ayu., Yulius., Agustin Rustam., Hadiwijaya L. Salim., Aida Heriati dan
Eva Mustikasari. 2017. "Kajiam Kualitas Air untuk Wisata Bahari di Pesisir Kecamatan
Moyo Hilir dan Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa." Jurnal Segara, Vol. 13(1): 37-47.
Selamat, Muhammad Banda dan Marzuki Ukkas. 2020. "Monitoring Sebaran Total Padatan
Tersuspensi Tahun 2019 di Muara Sungai Tallo Kota Makassar Menggunakan Citra Sentinel
2." Prosiding Simposium Nasional VII Kelautan dan Perikanan: 227-238.
Setyanto, Dajad., Widodo S Pranowo dan Luddy Andrean Delia. 2019. "PURWARUPA INSTRUMEN
CTD PROFILER." Jurnal Hidropilar, Vol. 5(2): 43-52.
Srijati, Satrio., Baskoro Rochaddi dan Sugeng Widada. 2017. "Analisis Laju Sedimentasi di Perairan
Muara Sungai Waridin Kabupaten Kendal." Jurnal Oseanografi, Vol. 6(1): 246-253.
Stanley, H.O., O.M. Immanuel dan A Nwagboso. 2017. "Water Quality Assesment of the New
Calabar River." Journal of Applied Life Sciences International, Vol. 15(2): 1-5.
Syaifuddin., Aries Dwi Siswanto dan Zainul Hidayah. 2016. "Karakteristik Gelombang di Perairan
Kalianget Kabupaten Sumenep." Prosiding Seminar Nasional Kelautan: 109-114.
Wati, Ina Purnama., Purwanto dan Indra Budi Prasetyawan. 2016. "Kajian Pengaruh Bangunan
Pemecah Gelombang Tipe Sambung Pantai Terhadap Gelombang Laut di Pelabuhan
Tapaktuan, Aceh Selatan." Jurnal Oseanografi, Vol. 5(4): 563-572.
Yogaswara, Gerdha Muhammad., Elis Indrayanti dan Heryoso Setiyono. 2016. "Pola Arus
Permukaan di Perairan Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta pada Musim
Peralihan (Maret-Mei)." Jurnal Oseanografi, Vol. 5(2): 227-233.
Yona, Defri., A Sartimbul., A.B Sambah., N Hidayati., L.I. Harylan., S.H.J. Sari., M.A.Z. Fuad dan
M.A. Rahman. 2017. Fundamental Oseanografi. Malang: UB Press.
Yuningsih, A., A Masduki dan B. Rachmat. 2016. "Penelitian Potensi Energi Arus Laut Sebagai
Sumber Energi Baru Terbarukan di Perairan Toyapakeh Nusa Penida Bali." Jurnal Geologi
Kelautan, Vol. 8(3): 139-145.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA
MODUL II
SUHU, SALINITAS DAN DENSITAS

Oleh:
Muhammad Azizi Dirgantara Buana Nata
26050119130041
Oseanografi A
Dosen Koordinator Praktikum:
Ir. Gentur Handoyo M. Si
19600911 198703 1 002
Asisten Praktikum:
Amelia Dwi Lestari Asni 26050118130085 Jessica Naomi Putri S. 26050118130125
Rafly Zhulkifly K. S. 26050118130082 Khalif Keninggan 26050118140100
Fransiska Krisna 26050118130072 Galang Sandi Timur 26050118140083
Yustina Wulan Millenia 26050118140104 Salsabila 26050118120018
Happy Ayu Setyaningrum 26050118140056 Mochamad Rafif Rabbani 26050117140001
Aryobimo Bharadian A. 26050118130054 Ulfa Oktaviani Nurafifah 26050118120029
Baeti Karomatul Hidayah 26050118120005 Arbi Wahid 26050118130064
Zakky Abdurrahman 26050118130063 Hajar Shofwatul Islam 26050118120007
Alfandy Rafliansyah S. 26050118140067 Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Nurin Fazira Asdwina 26050118120036 Muh. Lintang Galih Ibrahim 26050118120014

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANA DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Praktikum
1. Menentukan harga salinitas berdasarkan konduktivitas air laut.
2. Menghitung densitas berdasarkan kedalaman, suhu dan salinitas.
3. Membuat grafik berupa kurva temperatur, salinitas dan densitas terhadap kedalaman serta
mampu menginterpretasi jenis lapisan yang terjadi.
4. Membuat kontur temperatur, salinitas dan densitas serta mencoba menginterpetasinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Suhu
2.1.1. Pengertian Suhu
Suhu merupakan ukuran derajat panas atau dingin suatu objek. Alat untuk mengukur suhu
adalah termometer. Suhu menunjukkan derajat panas objek. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu
benda, maka akan semakin panas benda tersebut. Dan sebaliknya, semakin rendah suhu benda, maka
akan semakin dingin benda tersebut. Secara makroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki
oleh suatu benda. Suhu disebut juga dengan temperature, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala
yang lain adalah Celcius, Farenheit dan Reamur (Supu et al., 2016).
Temperatur adalah suatu penunjukan nilai panas atau dingin yang dapat diperoleh atau
diketahui. Temperatut atau suhu dapat diperoleh dengan menggunakan suatu alat yang bernama
termometer. Di laut, biasanya menggunakan permukan air laut sebagai tekanan referensi untuk
temperatur potensial. Jadi, nilai temperatur pada level tekanan akan berbeda jika parsel air telah
dibawa, tanpa percampuran dan difusi ke permukaan air laut. Karena tekanan yang ada di permukaan
air laut merupakan tekanan yang paling rendah, maka temperatur potensial akan selalu lebih rendah
daripada temperatur sebenarnya (Fataha et al., 2019).
2.1.2. Distribusi Suhu Vertikal
Hubungan distribusi suhu terhadap kedalaman adalah semakin dalam suatu perairan, maka
akan semakin dingin suhu perairan tersebut. Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya yang masuk
ke perairan. Pada perairan dangkal, intensitas cahaya matahari akan lebih mudah masuk hingga ke
dasar perairan. Hal ini tidak terjadi pada perairan yang dalam. Perbedaan suhu perairan dapat
disebabkan oleh topografi atau kedalaman suatu perairan. Karena kedalaman akan berhubungan
dengan penetrasi cahaya matahari pada lapisan permukaan dan lapisan yang lebih dalam. Sehingga
terjadilah perbedaan antara permukaan dan yang lebih dalam (Sidabutar et al., 2019).
Menurut Putra et al.,(2020), Variabilitas nilai gradien suhu bergantung pada suhu batas atas
dan suhu batas bawah lapisan termoklin dan ketebalan lapisan termoklin. Gradien suhu berbanding
terbalik dengan ketebalan lapisan termoklin. Korelasi antara gradien suhu dan ketebalan lapisan
termoklin adalah semakin tebal lapisan termoklin, maka gradien suhunya akan semakin kecil.
Kedalaman lapisan homogen efektif untuk mendefinisikan kedalaman batas atas lapisan termoklin.
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu
Variablitas ketebalan lapisan homogen sangat penting untuk mengetahui lapisan batas atas
lapisan termoklin. Terdapat beberapa pengaruh terhadap ketebalan lapisan homogen. Beberapa
faktor-faktor tersebut, yaitu tekanan angin, pemanasan matahari dan partikel yang membatasi
penetrasi bahang di kedalaman. Kurangnya tekanan angin yang bertiup akan menyebabkan lapisan
homogen menjadi tipis. Angin yang bertiup di atas permukaan air laut memberikan gaya friksi
terhadap air laut yang menyebabkan pergerakan massa air dan akan menyebabkan pengadukan air
laut (Putra et al., 2020).
Suhu permukaan air laut tidaklah sama setiap saat. Suhu pada perairan sangat beragam.
Keragaman tersebut terjadi karen beberapa faktor yang terjadi di alam. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi persebaran suhu air laut antara lain oleh perbedaan musim yang terjadi, lintang,
kedalaman, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman badan air.
Penutupan awan akan menyebabkan kurangnya cahaya matahari untuk berpenetrasi ke dalam air laut
sehingga perairan yang memiliki langit yang berawan akan memiliki suhu yang lebih rendah daripada
perairan yang memiliki langit yang cerah (Patty et al., 2019).

2.2. Salinitas
2.2.1. Pengertian Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan dan besarannya
dinyatakan dalam permil. Salinitas mempengarhui proses biologi dan secara langsung akan
mempengaruhi kehidupan organisme. Salinitas berpengaruh pada pertumbuhan, jumlah makanan
yang akan dikonsumsi, nilai konversi makanan dan daya kelangsungan hidup dari organisme tersebut.
Karena setiap organisme memiliki salinitas optimal untuk hidup (Amri et al., 2018).
Salinitas merupakan konsentrasi total ion yang terdapat di perairan. Salinitas
menggambarkan padatan total dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua
bromida dan ionida digantikan klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan
dalam satuan g/kg atau permil. Pada air tawar, salinitas air berkisar kurang dari 0,5 permil. Sedangkan
untuk perairan payau berkisar antara 0,5-30 permil. Dan untuk air laut sendiri berkisar antara 30-50
permil (Khairunnas dan Gusman, 2018).
2.2.2. Distribusi Salinitas Vertikal
Salinitas perairan bergantung pada beberapa faktor. Pada posisi vertikal, nilai salinitas dapat
dipengaruhi oleh penguapan air laut yang diakibatkan oleh paparan sinar matahari. Hal ini akan
menyebabkan air mengalami penguapan namun garam yang terkandung tidak mengalami penguapan
dan salinitas pun akan menjadi tinggi. Sedangkan untuk posisi horizontal salinitas dipengaruhi oleh
letak perairan tersebut. Jika perairan tersebut dekat dengan aliran sungai, maka air tawar akan
bercampur dengan air asin. Sehingga salinitas akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
perairan yang lain (Sidabutar et al., 2019).
Salinitas sebuah perairan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perbedaan distribusi
salinitas terdapat pada arah horizontal maupun vertikal. Pada posisi horizontal, salinitas dipengaruhi
oleh posisi perairan tersebut. Pada posisi vertikal, pemanasan oleh matahari berperan besar untuk
menentukan distribusi salinitas. Selain itu, posisi perairan juga menentukan. Pada perairan estuari,
secara vertikal salinitas di permukaan air laut akan lebih rendah daripada di dalam. Hal ini disebabkan
oleh masuknya air tawar yang berasal dari sungai yang masuk ke dalam perairan air laut, sehingga
salinitas di permukaan lebih rendah (Sugito et al., 2018).
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Salinitas
Salinitas air laut tidak selamanya mempunyai nilai yang tetap. Salinitas pada air laut
berubah-ubah tergantung oleh beberapa faktor yang ada. Pada posisi horizontal, lokasi suatu perairan
menjadi faktor utama untuk menentukan salinitas air laut. Masih pada posisi horizontal, pergerakan
rotasi bumi juga mempengaruhi persebaran salinitas pada permukaan air laut. Karena pemanasan oleh
sinar matahari akan menyebabkan air menguap dan kandungan garam pada air laut akan semakin
banyak. Sehingga salinitas air laut akan semakin tinggi (Sidabutar et al., 2019).
Salinitas air laut memiliki nilai yang berbeda-beda di setiap perairan. Hal ini disebabkan
oleh persebaran salinitas yang tidak merata dan dipengaruhi oleh faktor-faktor alam. Faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai salinitas ini sendiri menurut posisinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu
posisi horizontal dan posisi vertikal. Pada posisi vertikal sendiri, salinitas air laut dipengaruhi oleh
penguapan air laut, curah hujan, dan kedalaman. Walaupun kedalaman tidak akan merubah nilai
salinitas secara signifikan (Sugito et al., 2018).

2.3. Densitas
2.3.1. Pengertian Densitas
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut.
Perbedaan densitas yang kecil secara horizontal dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat.
Perbedaan ini terjadi karena perbedaan pemanasan yang terjadi di permukaan air laut. Oleh karena
itu, penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting di bidang oseanografi. Densitas air laut
bergantung pada suhu, salinitas dan tekanan. Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan
air laut atau Equation of State of Sea Water (Setyanto et al., 2019).
Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman air laut. Densitas ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah salinitas, temperatur dan tekanan. Ketiga faktor
tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain. Sehingga persamaan tersebut lebih dikenal dengan
persamaan keadaan air laut atau Equation of State of Sea Water. Densitas air laut juga merupakan
jumlah massa air laut per satuan volume (Caroline et al., 2017).
2.3.2. Distribusi Densitas Vertikal
Distribusi densitas terhadap kedalaman agak berbeda dengan yang terjadi pada distribusi
suhu terhadap kedalaman. Pada densitas, semakin bertambah kedalaman, maka nilai dari densitas
akan semakin bertambah. Distribusi densitas berbanding terbalik dengan distribusi suhu. Namun,
distribusi densitas ini berbanding lurus dengan distribusi salinitas. Densitas air laut bergantung pada
suhu, salinitas dan yang terakhir adalah tekanan di perairan itu sendiri (Putra et al., 2020).
Kedalaman suatu perairan sangatlah berpengaruh pada nilai densitas suatu perairan tersebut.
Pada persebaran secara vertikal, semakin dalam suatu perairan maka densitas akan mengalami
pertambahan nilai. Nilai densitas pada permukaan air akan lebih sedikit dengan nilai densitas pada
perairan dalam. Oleh karena itu, kedalaman sangatlah berpengaruh terhadap nilai densitas dari suatu
perairan (Napitu et al., 2016).
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Densitas
Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman air laut. Densitas ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah salinitas, temperatur dan tekanan. Ketiga faktor
tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain. Sehingga persamaan tersebut lebih dikenal dengan
persamaan keadaan air laut atau Equation of State of Sea Water. Densitas air laut juga merupakan
jumlah massa air laut per satuan volume (Caroline et al., 2017).
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut.
Perbedaan densitas yang kecil secara horizontal dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat.
Perbedaan ini terjadi karena perbedaan pemanasan yang terjadi di permukaan air laut. Oleh karena
itu, penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting di bidang oseanografi. Densitas air laut
bergantung pada suhu, salinitas dan tekanan. Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan
air laut atau Equation of State of Sea Water (Setyanto et al., 2019).

2.4. Hubungan antara Suhu, Salinitas dan Densitas di Perairan Kendari


Perhitungan parameter oseanografi pada perairan Kendari pada tahun 2014 didapatkan
selama satu tahun rata-rata suhu air laut berkisar 26-32 derajat celcius. Salinitasnya sendiri berada
pada 15-35 permil dan pH didapat berkisar 6-7. Pada parameter lain seperti kecerahan, kedalaman,
kecepatan arus dan pasang surut pada bulan Januari-Mei tidak ada data yang dapat
memrepresentasikan keadaan perairan Teluk Kendari. Pada bulan Juni-Oktober, untuk kecerahan
sendiri berkisar antara 0,6-3,9 meter, kedalaman air laut 3-14 meter, kecepatan arus dengan kisaran
2-16(cm/detik) dan pasang surut dengan kisaran 0,2-2,2 meter (Tanto et al., 2018).
Hasil pengukuran suhu pada perairan tersebut berkisar antara 29-310C, Kecepatan arus yang
diperoleh berkisar 0,025-0,041 m/s, dan salinitas 27-280 /00. Hal tersebut menunjukan bahwa suhu,
salinitas, dan kecepatan arus di perairan tersebut masih dapat menunjang pertumbuhan dan
keberlangsungan hidup S. cucullata. Data salinitas diperoleh dengan menggunakan alat Hand
refraktometer. Kertas indikator pH merupakan alat yang digunakan untuk mengambil data pH.
Kedalaman perairan diukur dengan menggunakan patok berskala kemudian patok diturunkan ke
dalam perairan hingga menyentuh dasar perairan. Pengambilan contoh air yang digunakan untuk
analisis data oksigen terlarut diambil secara in situ menggunakan botol gelap (Ruslin et al., 2019).
III. DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1.1. Stasiun 4a
3.1.2. Stasiun 9
3.1.3. Stasiun 20
DATA AWAL DATA OLAHAN
No depth Temperature Salinity Depth(olah) T(olah) S(olah) P s0 D s T1 ST AT BT s T2 D s,t d s,p d t,p d a 35,0,p a s,t,p r s,t,p s s,t,p
1 3 27.6649 33.5502 3.034 27.699 33.584 3.0135 26.98877913 5.558344 21.430435 3.655414447 0.038686 -0.00012 29.6398437 0.006059 -7.27971E-08 1.22407E-06 0.006061 0.97262674 0.97869 1.021777 21.77681
2 14 27.4334 33.5652 14.034 27.468 33.599 14.063 27.00086218 5.484595 21.516267 3.590490697 0.037982 -0.000125 29.6020377 0.005972 -3.3761E-07 5.69277E-06 0.005978 0.97257812 0.97856 1.021914 21.91422
3 25 27.4401 33.5778 25.034 27.474 33.612 25.1125 27.01101202 5.487463 21.523549 3.592362865 0.038003 -0.000125 29.61315676 0.005965 -5.99712E-07 1.01667E-05 0.005974 0.97252951 0.9785 1.021968 21.96833
4 36 27.3963 33.7051 36.034 27.430 33.739 36.162 27.11356124 5.480538 21.633023 3.580131296 0.03787 -0.000126 29.70182508 0.005854 -8.1755E-07 1.46305E-05 0.005867 0.97248089 0.97835 1.022131 22.13086
5 47 27.2387 33.8607 47.034 27.273 33.895 47.2115 27.23891722 5.438566 21.800351 3.536264404 0.037398 -0.000129 29.78828408 0.005684 -9.93896E-07 1.90563E-05 0.005702 0.97243227 0.97813 1.022355 22.35493
6 58 27.1549 33.9366 58.034 27.189 33.971 58.261 27.30006818 5.415863 21.884205 3.513031439 0.037148 -0.000131 29.82908857 0.005598 -1.18229E-06 2.3487E-05 0.005621 0.97238365 0.978 1.02249 22.49043
7 69 26.303 33.9707 69.034 26.337 34.005 69.3105 27.3275426 5.143474 22.184068 3.280505018 0.034682 -0.000146 29.67870891 0.005293 -1.37956E-06 2.75871E-05 0.00532 0.97233503 0.97765 1.022856 22.85613
8 80 25.334 34.1731 80.034 25.368 34.207 80.36 27.49062671 4.842872 22.647755 3.024205172 0.032028 -0.000162 29.63997233 0.004821 -1.27419E-06 3.15179E-05 0.004852 0.97228642 0.97714 1.023397 23.3968
9 91 22.65 34.5191 91.034 22.684 34.553 91.4095 27.76945789 4.087214 23.682244 2.361097663 0.025467 -0.000194 29.40310944 0.003767 -8.16835E-07 3.39561E-05 0.0038 0.9722378 0.97604 1.02455 24.55037
10 102 21.5166 34.5503 102.034 21.551 34.584 102.459 27.79460364 3.767438 24.027166 2.102386635 0.023023 -0.000202 29.23050312 0.003415 -8.4142E-07 3.71317E-05 0.003451 0.97218918 0.97564 1.024968 24.96785
11 113 20.9489 34.5652 113.034 20.983 34.599 113.5085 27.80661251 3.607189 24.199424 1.97769945 0.021867 -0.000205 29.14731532 0.003239 -8.55529E-07 4.06206E-05 0.003279 0.97214056 0.97542 1.0252 25.20015
12 124 20.0566 34.5951 124.034 20.091 34.629 124.558 27.83071113 3.355571 24.47514 1.788443371 0.020139 -0.000208 29.02696767 0.002957 -8.32661E-07 4.36857E-05 0.003 0.97209194 0.97509 1.025544 25.54422
13 135 18.414 34.598 135.034 18.448 34.632 135.6075 27.83304848 2.954941 24.878107 1.462021764 0.017226 -0.000211 28.78245205 0.002545 -8.668E-07 4.16289E-05 0.002586 0.97204333 0.97463 1.026031 26.03113
14 146 17.2431 34.6061 146.034 17.277 34.640 146.657 27.83957695 2.672331 25.167246 1.247196981 0.015349 -0.000209 28.62754027 0.002249 -8.87472E-07 4.4547E-05 0.002293 0.97199471 0.97429 1.026391 26.39084
15 157 17.0448 34.598 157.034 17.079 34.632 157.7065 27.83304848 2.624052 25.208996 1.21232017 0.015047 -0.000209 28.59513182 0.002207 -9.48102E-07 4.81911E-05 0.002254 0.97194609 0.9742 1.026483 26.48331
16 168 16.5257 34.5927 168.034 16.560 34.627 168.756 27.82877678 2.498376 25.3304 1.123115796 0.014276 -0.000207 28.52452482 0.002082 -1.003E-06 5.12007E-05 0.002133 0.97189747 0.97403 1.026662 26.6624
17 179 15.8312 34.5875 179.034 15.865 34.622 179.8055 27.82458569 2.330328 25.494257 1.008562266 0.01329 -0.000205 28.43559888 0.001915 -1.05878E-06 5.3599E-05 0.001967 0.97184886 0.97382 1.026888 26.88809
18 190 15.5005 34.5843 190.034 15.535 34.618 190.855 27.82200657 2.250283 25.571723 0.955966432 0.012838 -0.000203 28.39434946 0.001835 -1.1099E-06 5.64222E-05 0.001891 0.97180024 0.97369 1.02702 27.02012
19 201 15.1888 34.5802 201.034 15.223 34.614 201.9045 27.81870207 2.174796 25.643906 0.907557006 0.012422 -0.000201 28.35561607 0.001761 -1.17179E-06 5.85849E-05 0.001819 0.97175162 0.97357 1.027147 27.1472
20 212 14.5592 34.5787 212.034 14.593 34.613 212.954 27.81749311 2.041458 25.776035 0.813257332 0.011611 -0.000198 28.28572362 0.001626 -1.26192E-06 5.90949E-05 0.001684 0.971703 0.97339 1.027341 27.34092
21 223 14.2093 34.5753 223.034 14.243 34.609 224.0035 27.8147528 1.973005 25.841748 0.76288514 0.011177 -0.000195 28.24662815 0.001559 -1.35932E-06 6.02257E-05 0.001617 0.97165438 0.97327 1.027462 27.46224
22 234 13.7788 34.5724 234.034 13.813 34.607 235.053 27.81241548 1.88884 25.923576 0.702927379 0.010658 -0.000192 28.20130243 0.001475 -1.45637E-06 6.10507E-05 0.001534 0.97160577 0.97314 1.027601 27.60136
23 245 13.5512 34.5718 245.034 13.585 34.606 246.1025 27.8119319 1.84438 25.967552 0.672135545 0.010391 -0.00019 28.17887251 0.00143 -1.54568E-06 6.33407E-05 0.001491 0.97155715 0.97305 1.027698 27.69799
24 256 12.9641 34.5717 256.034 12.998 34.606 257.152 27.8118513 1.729746 26.082105 0.595634069 0.009722 -0.000185 28.12474523 0.001312 -1.63319E-06 6.37072E-05 0.001374 0.97150853 0.97288 1.027873 27.87312
25 267 12.6418 34.5697 267.034 12.676 34.604 268.2015 27.81023937 1.666752 26.143487 0.555447841 0.009367 -0.000183 28.09510369 0.001249 -1.72903E-06 6.58481E-05 0.001313 0.97145991 0.97277 1.027989 27.98884
26 278 12.1139 34.5714 278.034 12.148 34.606 279.251 27.81160951 1.563738 26.247872 0.492433053 0.008804 -0.000178 28.05299567 0.001142 -1.80879E-06 6.71175E-05 0.001207 0.9714113 0.97262 1.028152 28.15213
Pengolahan Data Excel

Tabel 1. Data Stasiun 2

27 289 11.7083 34.5702 289.034 11.742 34.604 290.3005 27.81064235 1.48451 26.326132 0.44641062 0.008387 -0.000174 28.02081285 0.001062 -1.90174E-06 6.92837E-05 0.001129 0.97136268 0.97249 1.028286 28.28622
28 300 11.2834 34.5738 300.034 11.318 34.608 301.35 27.81354384 1.401654 26.41189 0.400455495 0.007963 -0.000169 27.99298429 0.000974 -1.96579E-06 7.13725E-05 0.001043 0.97131406 0.97236 1.028429 28.42854
29 311 11.0349 34.574 311.034 11.069 34.608 312.3995 27.81370504 1.353139 26.460566 0.374659515 0.007722 -0.000166 27.97618195 0.000924 -2.00809E-06 7.27334E-05 0.000995 0.97126544 0.97226 1.028531 28.53141
30 322 10.5555 34.5804 322.034 10.590 34.615 323.449 27.81886326 1.2597 26.559163 0.32717099 0.007268 -0.000161 27.95061173 0.000823 -2.0179E-06 7.28577E-05 0.000894 0.97121682 0.97211 1.02869 28.6898
31 333 10.1662 34.5794 333.034 10.200 34.614 334.4985 27.81805729 1.183655 26.634403 0.290835923 0.006911 -0.000157 27.92697643 0.000745 -2.06584E-06 7.32766E-05 0.000817 0.97116821 0.97198 1.028823 28.8226
32 344 9.7024 34.5827 344.034 9.737 34.617 345.548 27.820717 1.099827 26.72089 0.250186033 0.006499 -0.000151 27.90481046 0.000657 -2.09054E-06 7.28641E-05 0.000727 0.97111959 0.97185 1.028969 28.96853
Stasiun 2

33 355 9.4678 34.5827 355.034 9.502 34.617 356.5975 27.820717 1.059945 26.760772 0.230727947 0.006296 -0.000148 27.89329338 0.000616 -2.13288E-06 7.3615E-05 0.000687 0.97107097 0.97176 1.029063 29.06262
34 366 9.3842 34.583 366.034 9.418 34.617 367.647 27.8209588 1.04574 26.775219 0.223974485 0.006225 -0.000147 27.88959471 0.000601 -2.17352E-06 7.53222E-05 0.000674 0.97102235 0.9717 1.029128 29.12806
35 377 9.1972 34.5847 377.034 9.231 34.619 378.6965 27.82232896 1.013991 26.808338 0.209212919 0.006066 -0.000145 27.88245918 0.000567 -2.20599E-06 7.63091E-05 0.000641 0.97097374 0.97161 1.029215 29.21457
36 388 9.1259 34.5829 388.034 9.160 34.617 389.746 27.8208782 1.001826 26.819052 0.20371049 0.006006 -0.000144 27.87791015 0.000556 -2.25873E-06 7.80528E-05 0.000632 0.97092512 0.97156 1.029276 29.27593
37 399 8.6989 34.591 399.034 8.733 34.625 400.7955 27.82740661 0.934772 26.892634 0.172221651 0.005654 -0.000138 27.86703722 0.00048 -2.25536E-06 7.72859E-05 0.000555 0.9708765 0.97143 1.029408 29.40833
38 410 8.5297 34.5909 410.034 8.564 34.625 411.845 27.82732602 0.90939 26.917936 0.160442539 0.005517 -0.000136 27.86075039 0.000454 -2.33884E-06 7.82123E-05 0.00053 0.97082788 0.97136 1.029487 29.4865
3.2.1.
39 421 8.5094 34.5897 421.034 8.544 34.624 422.8945 27.82635884 0.906316 26.920043 0.159056113 0.005501 -0.000136 27.85907615 0.000452 -2.42946E-06 8.01744E-05 0.00053 0.97077926 0.97131 1.029538 29.53834
3.2.

40 427 8.4908 34.5887 427.034 8.525 34.623 428.9215 27.82555286 0.903502 26.922051 0.15779084 0.005486 -0.000135 27.85762595 0.00045 -2.48138E-06 8.11838E-05 0.000529 0.97075275 0.97128 1.029568 29.56762
Tabel 2. Apendix 2 Stasiun 2
Apendik 2
No a T b c s0 d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) X D Y
1 25 27.699 30 26 26.988779 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.4937 5.558344177 5.5591
2 25 27.4675 30 27 27.000862 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.4845 5.484595353 5.5545
3 25 27.4742 30 27 27.011012 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.4867 5.487463241 5.5567
4 25 27.4304 30 27 27.113561 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.4726 5.480538087 5.5426
5 25 27.2728 30 27 27.238917 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.4218 5.438565805 5.4918
6 25 27.189 30 27 27.300068 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.3949 5.415862773 5.4649
7 25 26.3371 30 27 27.327543 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.1205 5.143474182 5.1905
8 25 25.3681 30 27 27.490627 28 4.69 6.3 4.76 6.37 4.8085 4.84287207 4.8785
9 20 22.6841 25 27 27.769458 28 3.28 4.69 3.34 4.76 4.0369 4.087214277 4.1023
10 20 21.5507 25 27 27.794604 28 3.28 4.69 3.34 4.76 3.7173 3.767438002 3.7804
11 20 20.983 25 27 27.806613 28 3.28 4.69 3.34 4.76 3.5572 3.607188551 3.6192
12 20 20.0907 25 27 27.830711 28 3.28 4.69 3.34 4.76 3.3056 3.355570759 3.3658
13 15 18.4481 20 27 27.833048 28 2.08 3.28 2.13 3.34 2.9075 2.954941293 2.9644
14 15 17.2772 20 27 27.839577 28 2.08 3.28 2.13 3.34 2.6265 2.672330617 2.6811
15 15 17.0789 20 27 27.833048 28 2.08 3.28 2.13 3.34 2.5789 2.624052073 2.6331
16 15 16.5598 20 27 27.828777 28 2.08 3.28 2.13 3.34 2.4544 2.498376291 2.5075
17 15 15.8653 20 27 27.824586 28 2.08 3.28 2.13 3.34 2.2877 2.330328313 2.3394
18 15 15.5346 20 27 27.822007 28 2.08 3.28 2.13 3.34 2.2083 2.250283218 2.2594
19 15 15.2229 20 27 27.818702 28 2.08 3.28 2.13 3.34 2.1335 2.174796081 2.1839
20 10 14.5933 15 27 27.817493 28 1.12 2.08 1.15 2.13 2.0019 2.041458358 2.0503
21 10 14.2434 15 27 27.814753 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.9347 1.973004672 1.9817
22 10 13.8129 15 27 27.812415 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.8521 1.888839901 1.8973
23 10 13.5853 15 27 27.811932 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.8084 1.844379635 1.8527
24 10 12.9982 15 27 27.811851 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.6957 1.729746309 1.7376
25 10 12.6759 15 27 27.810239 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.6338 1.666752459 1.6745
26 10 12.148 15 27 27.81161 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.5324 1.563737634 1.5710
27 10 11.7424 15 27 27.810642 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.4545 1.484509923 1.4915
28 10 11.3175 15 27 27.813544 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.3730 1.401653691 1.4082
29 10 11.069 15 27 27.813705 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.3252 1.353138554 1.3595
30 10 10.5896 15 27 27.818863 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.2332 1.259700305 1.2656
31 10 10.2003 15 27 27.818057 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.1585 1.183654746 1.1893
32 9 9.7365 10 27 27.820717 28 0.95 1.12 0.98 1.15 1.0752 1.09982651 1.1052
33 9 9.5019 10 27 27.820717 28 0.95 1.12 0.98 1.15 1.0353 1.05994451 1.0653
34 9 9.4183 10 27 27.820959 28 0.95 1.12 0.98 1.15 1.0211 1.045739764 1.0511
35 9 9.2313 10 27 27.822329 28 0.95 1.12 0.98 1.15 0.9893 1.013990869 1.0193
36 9 9.16 10 27 27.820878 28 0.95 1.12 0.98 1.15 0.9772 1.001826346 1.0072
37 8 8.733 9 27 27.827407 28 0.8 0.95 0.83 0.98 0.9100 0.934772198 0.9400
38 8 8.5638 9 27 27.827326 28 0.8 0.95 0.83 0.98 0.8846 0.90938978 0.9146
39 8 8.5435 9 27 27.826359 28 0.8 0.95 0.83 0.98 0.8815 0.906315765 0.9115
40 8 8.5249 9 27 27.825553 28 0.8 0.95 0.83 0.98 0.8787 0.903501586 0.9087
Tabel 3. Apendix 4 Stasiun 2
Apendik 4
No a P b c S d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) x y δs.p *10^-5
1 0 3.0135 100 33 33.5843 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0090405 -0.006027 -0.0072797 -7.27971E-08
2 0 14.0630 100 33 33.60 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0422 -0.0281 -0.0338 -3.3761E-07
3 0 25.1125 100 33 33.61 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0753 -0.0502 -0.0600 -5.99712E-07
4 0 36.1620 100 33 33.74 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.1085 -0.0723 -0.0818 -8.1755E-07
5 0 47.2115 100 33 33.89 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.1416 -0.0944 -0.0994 -9.93896E-07
6 0 58.2610 100 33 33.97 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.1748 -0.1165 -0.1182 -1.18229E-06
7 0 69.3105 100 34 34.00 35 0 -0.2 0 0 -0.1386 0.0000 -0.1380 -1.37956E-06
8 0 80.3600 100 34 34.21 35 0 -0.2 0 0 -0.1607 0.0000 -0.1274 -1.27419E-06
9 0 91.4095 100 34 34.55 35 0 -0.2 0 0 -0.1828 0.0000 -0.0817 -8.16835E-07
10 100 102.4590 200 34 34.58 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2025 0.0000 -0.0841 -8.4142E-07
11 100 113.5085 200 34 34.60 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2135 0.0000 -0.0856 -8.55529E-07
12 100 124.5580 200 34 34.63 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2246 0.0000 -0.0833 -8.32661E-07
13 100 135.6075 200 34 34.63 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2356 0.0000 -0.0867 -8.668E-07
14 100 146.6570 200 34 34.64 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2467 0.0000 -0.0887 -8.87472E-07
15 100 157.7065 200 34 34.63 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2577 0.0000 -0.0948 -9.48102E-07
16 100 168.7560 200 34 34.63 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2688 0.0000 -0.1003 -1.003E-06
17 100 179.8055 200 34 34.62 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2798 0.0000 -0.1059 -1.05878E-06
18 100 190.8550 200 34 34.62 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2909 0.0000 -0.1110 -1.1099E-06
19 200 201.9045 300 34 34.61 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.3038 0.0000 -0.1172 -1.17179E-06
20 200 212.9540 300 34 34.61 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.3259 0.0000 -0.1262 -1.26192E-06
21 200 224.0035 300 34 34.61 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.3480 0.0000 -0.1359 -1.35932E-06
22 200 235.0530 300 34 34.61 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.3701 0.0000 -0.1456 -1.45637E-06
23 200 246.1025 300 34 34.61 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.3922 0.0000 -0.1546 -1.54568E-06
24 200 257.1520 300 34 34.61 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.4143 0.0000 -0.1633 -1.63319E-06
25 200 268.2015 300 34 34.60 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.4364 0.0000 -0.1729 -1.72903E-06
26 200 279.2510 300 34 34.61 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.4585 0.0000 -0.1809 -1.80879E-06
27 200 290.3005 300 34 34.60 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.4806 0.0000 -0.1902 -1.90174E-06
28 300 301.3500 400 34 34.61 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5014 0.0000 -0.1966 -1.96579E-06
29 300 312.3995 400 34 34.61 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5124 0.0000 -0.2008 -2.00809E-06
30 300 323.4490 400 34 34.61 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5234 0.0000 -0.2018 -2.0179E-06
31 300 334.4985 400 34 34.61 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5345 0.0000 -0.2066 -2.06584E-06
32 300 345.5480 400 34 34.62 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5455 0.0000 -0.2091 -2.09054E-06
33 300 356.5975 400 34 34.62 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5566 0.0000 -0.2133 -2.13288E-06
34 300 367.6470 400 34 34.62 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5676 0.0000 -0.2174 -2.17352E-06
35 300 378.6965 400 34 34.62 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5787 0.0000 -0.2206 -2.20599E-06
36 300 389.7460 400 34 34.62 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5897 0.0000 -0.2259 -2.25873E-06
37 400 400.7955 500 34 34.63 35 -0.6 -0.8 0 0 -0.6016 0.0000 -0.2255 -2.25536E-06
38 400 411.8450 500 34 34.63 35 -0.6 -0.8 0 0 -0.6237 0.0000 -0.2339 -2.33884E-06
39 400 422.8945 500 34 34.62 35 -0.6 -0.8 0 0 -0.6458 0.0000 -0.2429 -2.42946E-06
40 400 428.9215 500 34 34.62 35 -0.6 -0.8 0 0 -0.6578 0.0000 -0.2481 -2.48138E-06
Tabel 4. Apendix 5 Stasiun 2
Apendik 5
No a P b c T d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) x y δt.p *10^-5
1 0 3.0135 100 25 27.699 30 0 3.9 0 4.2 0.117527 0.126567 0.122407 1.22407E-06
2 0 14.0630 100 25 27.468 30 0 3.9 0 4.2 0.5485 0.5906 0.5693 5.69277E-06
3 0 25.1125 100 25 27.474 30 0 3.9 0 4.2 0.9794 1.0547 1.0167 1.01667E-05
4 0 36.1620 100 25 27.430 30 0 3.9 0 4.2 1.4103 1.5188 1.4631 1.46305E-05
5 0 47.2115 100 25 27.273 30 0 3.9 0 4.2 1.8412 1.9829 1.9056 1.90563E-05
6 0 58.2610 100 25 27.189 30 0 3.9 0 4.2 2.2722 2.4470 2.3487 2.3487E-05
7 0 69.3105 100 25 26.337 30 0 3.9 0 4.2 2.7031 2.9110 2.7587 2.75871E-05
8 0 80.3600 100 25 25.368 30 0 3.9 0 4.2 3.1340 3.3751 3.1518 3.15179E-05
9 0 91.4095 100 20 22.684 25 0 3.5 0 3.9 3.1993 3.5650 3.3956 3.39561E-05
10 100 102.4590 200 20 21.551 25 3.5 7 3.9 7.8 3.5861 3.9959 3.7132 3.71317E-05
11 100 113.5085 200 20 20.983 25 3.5 7 3.9 7.8 3.9728 4.4268 4.0621 4.06206E-05
12 100 124.5580 200 20 20.091 25 3.5 7 3.9 7.8 4.3595 4.8578 4.3686 4.36857E-05
13 100 135.6075 200 15 18.448 20 2.8 5.8 2.8 7 3.8682 4.2955 4.1629 4.16289E-05
14 100 146.6570 200 15 17.277 20 2.8 5.8 2.8 7 4.1997 4.7596 4.4547 4.4547E-05
15 100 157.7065 200 15 17.079 20 2.8 5.8 2.8 7 4.5312 5.2237 4.8191 4.81911E-05
16 100 168.7560 200 15 16.560 20 2.8 5.8 2.8 7 4.8627 5.6878 5.1201 5.12007E-05
17 100 179.8055 200 15 15.865 20 2.8 5.8 2.8 7 5.1942 6.1518 5.3599 5.3599E-05
18 100 190.8550 200 15 15.535 20 2.8 5.8 2.8 7 5.5257 6.6159 5.6422 5.64222E-05
19 200 201.9045 300 15 15.223 20 5.8 8.8 5.8 10.4 5.8571 5.8876 5.8585 5.85849E-05
20 200 212.9540 300 10 14.593 15 2.2 6.5 5.8 8.8 2.7570 6.1886 5.9095 5.90949E-05
21 200 224.0035 300 10 14.243 15 2.2 6.5 5.8 8.8 3.2322 6.5201 6.0226 6.02257E-05
22 200 235.0530 300 10 13.813 15 2.2 6.5 5.8 8.8 3.7073 6.8516 6.1051 6.10507E-05
23 200 246.1025 300 10 13.585 15 2.2 6.5 5.8 8.8 4.1824 7.1831 6.3341 6.33407E-05
24 200 257.1520 300 10 12.998 15 2.2 6.5 5.8 8.8 4.6575 7.5146 6.3707 6.37072E-05
25 200 268.2015 300 10 12.676 15 2.2 6.5 5.8 8.8 5.1327 7.8460 6.5848 6.58481E-05
26 200 279.2510 300 10 12.148 15 2.2 6.5 5.8 8.8 5.6078 8.1775 6.7118 6.71175E-05
27 200 290.3005 300 10 11.742 15 2.2 6.5 5.8 8.8 6.0829 8.5090 6.9284 6.92837E-05
28 300 301.3500 400 10 11.318 15 6.5 8.6 8.8 11.7 6.5284 8.8392 7.1372 7.13725E-05
29 300 312.3995 400 10 11.069 15 6.5 8.6 8.8 11.7 6.7604 9.1596 7.2733 7.27334E-05
30 300 323.4490 400 10 10.590 15 6.5 8.6 8.8 11.7 6.9924 9.4800 7.2858 7.28577E-05
31 300 334.4985 400 10 10.200 15 6.5 8.6 8.8 11.7 7.2245 9.8005 7.3277 7.32766E-05
32 300 345.5480 400 9 9.737 10 5.9 7.9 6.5 8.6 6.8110 7.4565 7.2864 7.28641E-05
33 300 356.5975 400 9 9.502 10 5.9 7.9 6.5 8.6 7.0320 7.6885 7.3615 7.3615E-05
34 300 367.6470 400 9 9.418 10 5.9 7.9 6.5 8.6 7.2529 7.9206 7.5322 7.53222E-05
35 300 378.6965 400 9 9.231 10 5.9 7.9 6.5 8.6 7.4739 8.1526 7.6309 7.63091E-05
36 300 389.7460 400 9 9.160 10 5.9 7.9 6.5 8.6 7.6949 8.3847 7.8053 7.80528E-05
37 400 400.7955 500 8 8.733 9 7.2 9 7.9 9.9 7.2143 7.9159 7.7286 7.72859E-05
38 400 411.8450 500 8 8.564 9 7.2 9 7.9 9.9 7.4132 8.1369 7.8212 7.82123E-05
39 400 422.8945 500 8 8.544 9 7.2 9 7.9 9.9 7.6121 8.3579 8.0174 8.01744E-05
40 400 428.9215 500 8 8.525 9 7.2 9 7.9 9.9 7.7206 8.4784 8.1184 8.11838E-05
DATA AWAL DATA OLAHAN
No depth Temperature Salinity Depth(olah) T(olah) S(olah) P s0 D s T1 ST AT BT s T2 D s,t d s,p d t,p d a 35,0,p a s,t,p r s,t,p s s,t,p
1 3 27.8763 33.5043 3.341 27.910 33.538 3.3560345 26.95180554 5.623977 21.327829 3.733777927 0.080688 0.000228 28.79833906 0.006164 -8.26121E-08 1.36746E-06 0.006165 0.97262523 0.97879 1.021669 21.66946
2 4 27.8792 33.4821 4.341 27.913 33.516 4.3605345 26.9339232 5.623733 21.31019 3.734601707 0.080694 0.000228 28.78238279 0.006182 -1.08307E-07 1.77683E-06 0.006183 0.97262081 0.9788 1.021655 21.65498
3 5 27.8673 33.4859 5.341 27.901 33.520 5.3650345 26.93698413 5.620104 21.31688 3.731221848 0.080672 0.000228 28.78235007 0.006175 -1.33053E-07 2.18576E-06 0.006177 0.97261639 0.97879 1.021666 21.66628
4 6 27.868 33.4903 6.341 27.902 33.524 6.3695345 26.94052837 5.620563 21.319966 3.731420628 0.080673 0.000228 28.78582156 0.006172 -1.57684E-07 2.59503E-06 0.006174 0.97261197 0.97879 1.021674 21.67376
5 7 27.854 33.5036 7.341 27.888 33.538 7.3740345 26.95124168 5.616761 21.334481 3.727445868 0.080647 0.000228 28.79241101 0.006157 -1.81571E-07 3.00366E-06 0.00616 0.97260755 0.97877 1.021693 21.69336
6 8 27.8408 33.5185 8.341 27.875 33.553 8.3785345 26.9632439 5.613301 21.349943 3.723699854 0.080623 0.000228 28.80039733 0.006141 -2.05056E-07 3.41215E-06 0.006144 0.97260313 0.97875 1.021714 21.71396
7 9 27.8539 33.5556 9.341 27.888 33.590 9.3830345 26.99312902 5.619484 21.373645 3.727417483 0.080647 0.000228 28.83141104 0.006117 -2.26159E-07 3.82197E-06 0.006121 0.97259871 0.97872 1.021743 21.7433
8 10 27.8676 33.5766 10.341 27.902 33.611 10.3875345 27.01004537 5.665266 21.344779 3.731307039 0.080672 0.000228 28.85048891 0.006146 -2.48189E-07 4.23199E-06 0.00615 0.97259429 0.97874 1.021717 21.71691
9 11 27.8681 33.5991 11.341 27.902 33.633 11.3920345 27.02817023 5.665967 21.362204 3.731449025 0.080673 0.000228 28.86749608 0.006129 -2.69627E-07 4.64127E-06 0.006133 0.97258988 0.97872 1.02174 21.73959
10 12 27.8471 33.6017 12.341 27.881 33.636 12.3965345 27.03026467 5.658981 21.371284 3.725487528 0.080635 0.000228 28.86436326 0.006119 -2.93079E-07 5.04895E-06 0.006124 0.97258546 0.97871 1.021753 21.75343
11 13 27.7784 33.5988 13.341 27.813 33.633 13.4010345 27.02792856 5.635855 21.392073 3.706012694 0.080508 0.000227 28.84558582 0.006098 -3.17216E-07 5.45255E-06 0.006104 0.97258104 0.97868 1.02178 21.77969
12 14 27.7604 33.5973 14.341 27.795 33.631 14.4055345 27.02672023 5.629777 21.396943 3.700917156 0.080475 0.000227 28.84011834 0.006093 -3.41209E-07 5.8597E-06 0.006099 0.97257662 0.97868 1.021789 21.78907
13 15 27.752 33.598 15.341 27.786 33.632 15.4100345 27.02728412 5.626975 21.400309 3.698540239 0.080459 0.000227 28.83861883 0.00609 -3.64894E-07 6.26752E-06 0.006096 0.9725722 0.97867 1.021797 21.79685
14 16 27.7482 33.5998 16.341 27.782 33.634 16.4145345 27.02873411 5.625745 21.402989 3.697465176 0.080452 0.000227 28.83905414 0.006087 -3.88384E-07 6.67569E-06 0.006094 0.97256778 0.97866 1.021804 21.80391
15 17 27.7367 33.6017 17.341 27.771 33.636 17.4190345 27.03026467 5.621933 21.408331 3.694212492 0.080431 0.000227 28.83770975 0.006082 -4.11821E-07 7.08301E-06 0.006089 0.97256336 0.97865 1.021814 21.81378
16 18 27.7129 33.6022 18.341 27.747 33.636 18.4235345 27.03066745 5.613959 21.416708 3.687484642 0.080387 0.000226 28.83235553 0.006073 -4.35477E-07 7.48884E-06 0.00608 0.97255894 0.97864 1.021827 21.82688
17 19 27.712 33.6027 19.341 27.746 33.637 19.4280345 27.03107022 5.61367 21.4174 3.687230328 0.080386 0.000226 28.83251431 0.006073 -4.59123E-07 7.89704E-06 0.00608 0.97255452 0.97863 1.021832 21.83183
18 20 27.7123 33.6028 20.341 27.746 33.637 20.4325345 27.03115078 5.613773 21.417378 3.687315098 0.080386 0.000226 28.83266156 0.006073 -4.82841E-07 8.30538E-06 0.006081 0.9725501 0.97863 1.021836 21.83602
19 21 27.7143 33.6042 21.341 27.748 33.638 21.4370345 27.03227856 5.61448 21.417799 3.687880256 0.08039 0.000226 28.83419371 0.006072 -5.06278E-07 8.71395E-06 0.00608 0.97254568 0.97863 1.021841 21.84068
20 22 27.7189 33.6077 22.341 27.753 33.642 22.4415345 27.035098 5.616112 21.418986 3.689180256 0.080399 0.000226 28.83792799 0.006071 -5.29216E-07 9.12289E-06 0.00608 0.97254126 0.97862 1.021846 21.84615
21 23 27.7181 33.6094 23.341 27.752 33.644 23.4460345 27.03646745 5.615887 21.420581 3.688954156 0.080397 0.000226 28.83901157 0.006069 -5.52506E-07 9.53112E-06 0.006078 0.97253684 0.97862 1.021852 21.85205
22 24 27.7232 33.6149 24.341 27.757 33.649 24.4505345 27.04089803 5.617737 21.423161 3.690395646 0.080406 0.000226 28.84436766 0.006067 -5.74832E-07 9.94021E-06 0.006076 0.97253242 0.97861 1.021859 21.859
23 25 27.7316 33.6211 25.341 27.766 33.655 25.4550345 27.04589251 5.620711 21.425182 3.692770379 0.080422 0.000227 28.85104398 0.006065 -5.9687E-07 1.03499E-05 0.006075 0.972528 0.9786 1.021865 21.86536
24 26 27.7294 33.6234 26.341 27.764 33.658 26.4595345 27.04774531 5.620031 21.427714 3.692148364 0.080418 0.000227 28.85224077 0.006062 -6.19815E-07 1.07579E-05 0.006072 0.97252358 0.9786 1.021872 21.87226
25 27 27.7281 33.6296 27.341 27.762 33.664 27.4640345 27.05273981 5.619751 21.432988 3.69178083 0.080415 0.000227 28.85658186 0.006057 -6.41642E-07 1.11661E-05 0.006067 0.97251916 0.97859 1.021882 21.88206
Tabel 5. Data Stasiun 4a

26 28 27.7182 33.6287 28.341 27.752 33.663 28.4685345 27.0520148 5.61641 21.435605 3.688982418 0.080397 0.000226 28.85352341 0.006054 -6.65367E-07 1.15729E-05 0.006065 0.97251474 0.97858 1.021889 21.88905
27 29 27.6951 33.6304 29.341 27.729 33.665 29.4730345 27.05338426 5.608708 21.444676 3.682456234 0.080355 0.000226 28.8492435 0.006045 -6.88343E-07 1.19771E-05 0.006056 0.97251032 0.97857 1.021903 21.90289
28 30 27.6818 33.6303 30.341 27.716 33.664 30.4775345 27.05330371 5.604247 21.449057 3.678700921 0.08033 0.000226 28.84597198 0.006041 -7.11833E-07 1.23829E-05 0.006052 0.9725059 0.97856 1.021912 21.91175
29 31 27.6757 33.6283 31.341 27.710 33.662 31.4820345 27.05169257 5.60215 21.449542 3.676979094 0.080319 0.000226 28.84300513 0.00604 -7.35924E-07 1.27899E-05 0.006052 0.97250148 0.97855 1.021916 21.91648
30 32 27.6692 33.627 32.341 27.703 33.661 32.4865345 27.05064534 5.599937 21.450708 3.675144731 0.080307 0.000226 28.84046808 0.006039 -7.59828E-07 1.31967E-05 0.006051 0.97249706 0.97855 1.021922 21.92194
31 33 27.6515 33.6285 33.341 27.686 33.663 33.4910345 27.05185369 5.594042 21.457812 3.670151555 0.080274 0.000226 28.83734533 0.006032 -7.82819E-07 1.36012E-05 0.006044 0.97249264 0.97854 1.021934 21.93369
3.2.2. Stasiun 4a

32 34 27.6012 33.6376 34.341 27.635 33.672 34.4955345 27.05918435 5.57742 21.481764 3.655977379 0.080182 0.000225 28.8321208 0.006007 -8.0316E-07 1.39987E-05 0.00602 0.97248822 0.97851 1.021963 21.96332
33 35 27.5864 33.6444 35.341 27.621 33.679 35.5000345 27.06466224 5.572642 21.49202 3.651811206 0.080154 0.000225 28.83368391 0.005997 -8.24133E-07 1.44032E-05 0.00601 0.9724838 0.97849 1.021978 21.97842
34 36 27.5852 33.6451 36.341 27.619 33.679 36.5045345 27.06522614 5.572259 21.492967 3.651473495 0.080152 0.000225 28.83392237 0.005996 -8.47197E-07 1.48105E-05 0.00601 0.97247938 0.97849 1.021984 21.98364
35 37 27.5861 33.6461 37.341 27.620 33.680 37.5090345 27.06603171 5.572587 21.493445 3.651726777 0.080154 0.000225 28.83488851 0.005995 -8.70135E-07 1.52182E-05 0.00601 0.97247496 0.97848 1.021988 21.98836
Tabel 6. Apendix 2 Stasiun 4a

Apendik 2
No a T b c s0 d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) X D Y
1 25 27.9104 30 26 26.951806 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.5613 5.6240 5.6271
2 25 27.9133 30 26 26.933923 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.5623 5.6237 5.6281
3 25 27.9014 30 26 26.936984 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.5584 5.6201 5.6243
4 25 27.9021 30 26 26.940528 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.5587 5.6206 5.6245
5 25 27.8881 30 26 26.951242 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.5542 5.6168 5.6200
6 25 27.8749 30 26 26.963244 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.5500 5.6133 5.6157
7 25 27.888 30 26 26.993129 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.5542 5.6195 5.6199
8 25 27.9017 30 27 27.010045 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6650 5.6653 5.6943
9 25 27.9022 30 27 27.02817 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6651 5.6660 5.6945
10 25 27.8812 30 27 27.030265 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6581 5.6590 5.6877
11 25 27.8125 30 27 27.027929 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6350 5.6359 5.6656
12 25 27.7945 30 27 27.02672 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6290 5.6298 5.6598
13 25 27.7861 30 27 27.027284 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6261 5.6270 5.6571
14 25 27.7823 30 27 27.028734 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6249 5.6257 5.6559
15 25 27.7708 30 27 27.030265 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6210 5.6219 5.6522
16 25 27.747 30 27 27.030667 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6130 5.6140 5.6445
17 25 27.7461 30 27 27.03107 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6127 5.6137 5.6442
18 25 27.7464 30 27 27.031151 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6128 5.6138 5.6443
19 25 27.7484 30 27 27.032279 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6135 5.6145 5.6450
20 25 27.753 30 27 27.035098 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6150 5.6161 5.6465
21 25 27.7522 30 27 27.036467 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6147 5.6159 5.6462
22 25 27.7573 30 27 27.040898 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6165 5.6177 5.6479
23 25 27.7657 30 27 27.045893 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6193 5.6207 5.6506
24 25 27.7635 30 27 27.047745 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6185 5.6200 5.6498
25 25 27.7622 30 27 27.05274 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6181 5.6198 5.6494
26 25 27.7523 30 27 27.052015 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6148 5.6164 5.6462
27 25 27.7292 30 27 27.053384 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6070 5.6087 5.6388
28 25 27.7159 30 27 27.053304 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6025 5.6042 5.6345
29 25 27.7098 30 27 27.051693 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.6005 5.6022 5.6326
30 25 27.7033 30 27 27.050645 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.5983 5.5999 5.6305
31 25 27.6856 30 27 27.051854 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.5924 5.5940 5.6248
32 25 27.6353 30 27 27.059184 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.5755 5.5774 5.6086
33 25 27.6205 30 27 27.064662 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.5705 5.5726 5.6038
34 25 27.6193 30 27 27.065226 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.5701 5.5723 5.6034
35 25 27.6202 30 27 27.066032 28 4.69 6.37 4.76 6.37 5.5704 5.5726 5.6037
Tabel 7. Apendix 4 Stasiun 4a

Apendik 4
No a P b c S d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) x y δs.p *10^-5
1 0 3.3560 100 33 33.54 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0101 -0.0067 -0.0083 -8.26121E-08
2 0 4.3605 100 33 33.52 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0131 -0.0087 -0.0108 -1.08307E-07
3 0 5.3650 100 33 33.52 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0161 -0.0107 -0.0133 -1.33053E-07
4 0 6.3695 100 33 33.52 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0191 -0.0127 -0.0158 -1.57684E-07
5 0 7.3740 100 33 33.54 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0221 -0.0147 -0.0182 -1.81571E-07
6 0 8.3785 100 33 33.55 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0251 -0.0168 -0.0205 -2.05056E-07
7 0 9.3830 100 33 33.59 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0281 -0.0188 -0.0226 -2.26159E-07
8 0 10.3875 100 33 33.61 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0312 -0.0208 -0.0248 -2.48189E-07
9 0 11.3920 100 33 33.63 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0342 -0.0228 -0.0270 -2.69627E-07
10 0 12.3965 100 33 33.64 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0372 -0.0248 -0.0293 -2.93079E-07
11 0 13.4010 100 33 33.63 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0402 -0.0268 -0.0317 -3.17216E-07
12 0 14.4055 100 33 33.63 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0432 -0.0288 -0.0341 -3.41209E-07
13 0 15.4100 100 33 33.63 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0462 -0.0308 -0.0365 -3.64894E-07
14 0 16.4145 100 33 33.63 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0492 -0.0328 -0.0388 -3.88384E-07
15 0 17.4190 100 33 33.64 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0523 -0.0348 -0.0412 -4.11821E-07
16 0 18.4235 100 33 33.64 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0553 -0.0368 -0.0435 -4.35477E-07
17 0 19.4280 100 33 33.64 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0583 -0.0389 -0.0459 -4.59123E-07
18 0 20.4325 100 33 33.64 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0613 -0.0409 -0.0483 -4.82841E-07
19 0 21.4370 100 33 33.64 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0643 -0.0429 -0.0506 -5.06278E-07
20 0 22.4415 100 33 33.64 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0673 -0.0449 -0.0529 -5.29216E-07
21 0 23.4460 100 33 33.64 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0703 -0.0469 -0.0553 -5.52506E-07
22 0 24.4505 100 33 33.65 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0734 -0.0489 -0.0575 -5.74832E-07
23 0 25.4550 100 33 33.66 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0764 -0.0509 -0.0597 -5.9687E-07
24 0 26.4595 100 33 33.66 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0794 -0.0529 -0.0620 -6.19815E-07
25 0 27.4640 100 33 33.66 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0824 -0.0549 -0.0642 -6.41642E-07
26 0 28.4685 100 33 33.66 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0854 -0.0569 -0.0665 -6.65367E-07
27 0 29.4730 100 33 33.66 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0884 -0.0589 -0.0688 -6.88343E-07
28 0 30.4775 100 33 33.66 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0914 -0.0610 -0.0712 -7.11833E-07
29 0 31.4820 100 33 33.66 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0944 -0.0630 -0.0736 -7.35924E-07
30 0 32.4865 100 33 33.66 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0975 -0.0650 -0.0760 -7.59828E-07
31 0 33.4910 100 33 33.66 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.1005 -0.0670 -0.0783 -7.82819E-07
32 0 34.4955 100 33 33.67 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.1035 -0.0690 -0.0803 -8.0316E-07
33 0 35.5000 100 33 33.68 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.1065 -0.0710 -0.0824 -8.24133E-07
34 0 36.5045 100 33 33.68 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.1095 -0.0730 -0.0847 -8.47197E-07
35 0 37.5090 100 33 33.68 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.1125 -0.0750 -0.0870 -8.70135E-07
Tabel 8. Apendix 5 Stasiun 4a

Apendik 5
No a P b c T d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) x y δt.p *10^-5
1 0 3.3560 100 25 27.910 30 0 3.9 0 4.2 0.1309 0.1410 0.1367 1.36746E-06
2 0 4.3605 100 25 27.913 30 0 3.9 0 4.2 0.1701 0.1831 0.1777 1.77683E-06
3 0 5.3650 100 25 27.901 30 0 3.9 0 4.2 0.2092 0.2253 0.2186 2.18576E-06
4 0 6.3695 100 25 27.902 30 0 3.9 0 4.2 0.2484 0.2675 0.2595 2.59503E-06
5 0 7.3740 100 25 27.888 30 0 3.9 0 4.2 0.2876 0.3097 0.3004 3.00366E-06
6 0 8.3785 100 25 27.875 30 0 3.9 0 4.2 0.3268 0.3519 0.3412 3.41215E-06
7 0 9.3830 100 25 27.888 30 0 3.9 0 4.2 0.3659 0.3941 0.3822 3.82197E-06
8 0 10.3875 100 25 27.902 30 0 3.9 0 4.2 0.4051 0.4363 0.4232 4.23199E-06
9 0 11.3920 100 25 27.902 30 0 3.9 0 4.2 0.4443 0.4785 0.4641 4.64127E-06
10 0 12.3965 100 25 27.881 30 0 3.9 0 4.2 0.4835 0.5207 0.5049 5.04895E-06
11 0 13.4010 100 25 27.813 30 0 3.9 0 4.2 0.5226 0.5628 0.5453 5.45255E-06
12 0 14.4055 100 25 27.795 30 0 3.9 0 4.2 0.5618 0.6050 0.5860 5.8597E-06
13 0 15.4100 100 25 27.786 30 0 3.9 0 4.2 0.6010 0.6472 0.6268 6.26752E-06
14 0 16.4145 100 25 27.782 30 0 3.9 0 4.2 0.6402 0.6894 0.6676 6.67569E-06
15 0 17.4190 100 25 27.771 30 0 3.9 0 4.2 0.6793 0.7316 0.7083 7.08301E-06
16 0 18.4235 100 25 27.747 30 0 3.9 0 4.2 0.7185 0.7738 0.7489 7.48884E-06
17 0 19.4280 100 25 27.746 30 0 3.9 0 4.2 0.7577 0.8160 0.7897 7.89704E-06
18 0 20.4325 100 25 27.746 30 0 3.9 0 4.2 0.7969 0.8582 0.8305 8.30538E-06
19 0 21.4370 100 25 27.748 30 0 3.9 0 4.2 0.8360 0.9004 0.8714 8.71395E-06
20 0 22.4415 100 25 27.753 30 0 3.9 0 4.2 0.8752 0.9425 0.9123 9.12289E-06
21 0 23.4460 100 25 27.752 30 0 3.9 0 4.2 0.9144 0.9847 0.9531 9.53112E-06
22 0 24.4505 100 25 27.757 30 0 3.9 0 4.2 0.9536 1.0269 0.9940 9.94021E-06
23 0 25.4550 100 25 27.766 30 0 3.9 0 4.2 0.9927 1.0691 1.0350 1.03499E-05
24 0 26.4595 100 25 27.764 30 0 3.9 0 4.2 1.0319 1.1113 1.0758 1.07579E-05
25 0 27.4640 100 25 27.762 30 0 3.9 0 4.2 1.0711 1.1535 1.1166 1.11661E-05
26 0 28.4685 100 25 27.752 30 0 3.9 0 4.2 1.1103 1.1957 1.1573 1.15729E-05
27 0 29.4730 100 25 27.729 30 0 3.9 0 4.2 1.1494 1.2379 1.1977 1.19771E-05
28 0 30.4775 100 25 27.716 30 0 3.9 0 4.2 1.1886 1.2801 1.2383 1.23829E-05
29 0 31.4820 100 25 27.710 30 0 3.9 0 4.2 1.2278 1.3222 1.2790 1.27899E-05
30 0 32.4865 100 25 27.703 30 0 3.9 0 4.2 1.2670 1.3644 1.3197 1.31967E-05
31 0 33.4910 100 25 27.686 30 0 3.9 0 4.2 1.3062 1.4066 1.3601 1.36012E-05
32 0 34.4955 100 25 27.635 30 0 3.9 0 4.2 1.3453 1.4488 1.3999 1.39987E-05
33 0 35.5000 100 25 27.621 30 0 3.9 0 4.2 1.3845 1.4910 1.4403 1.44032E-05
34 0 36.5045 100 25 27.619 30 0 3.9 0 4.2 1.4237 1.5332 1.4810 1.48105E-05
35 0 37.5090 100 25 27.620 30 0 3.9 0 4.2 1.4629 1.5754 1.5218 1.52182E-05
DATA AWAL DATA OLAHAN
No depth Temperature Salinity Depth(olah) T(olah) S(olah) P s0 D s T1 ST AT BT s T2 D s,t d s,p d t,p d a 35,0,p a s,t,p r s,t,p s s,t,p
1 2 28.5515 32.1114 2.034 28.586 32.146 2.04325345 25.83017704 0.969246 25.830177 3.927613258 0.081928 0.000236 27.92061184 0.00157 -9.62168E-08 8.40827E-07 0.001571 0.97263101 0.9742 1.026481 26.48101
2 3 28.5602 32.214 3.034 28.594 32.248 3.04775345 25.91277103 0.498093 25.912771 3.930137426 0.081944 0.000236 27.99962742 0.001486 -1.37265E-07 1.25435E-06 0.001487 0.97262659 0.97411 1.026574 26.57449
3 4 28.5113 32.7037 4.034 28.545 32.738 4.05225345 26.30703602 3.99461 26.307036 3.91595861 0.081854 0.000236 28.35422877 0.001081 -1.42818E-07 1.66658E-06 0.001083 0.97262217 0.97371 1.027005 27.00499
4 5 28.3597 32.8077 5.034 28.394 32.842 5.05675345 26.39077933 3.482315 26.390779 3.872136848 0.081576 0.000234 28.39444677 0.000995 -1.67702E-07 2.0751E-06 0.000997 0.97261775 0.97362 1.0271 27.09988
5 6 28.1584 32.8765 6.034 28.193 32.911 6.06125345 26.44618098 3.129964 26.446181 3.814266067 0.081207 0.000231 28.3963119 0.000939 -1.92675E-07 2.47999E-06 0.000941 0.97261333 0.97355 1.027164 27.16411
6 7 28.1456 32.9859 7.034 28.180 33.020 7.06575345 26.53427975 2.630157 26.53428 3.810598525 0.081183 0.000231 28.47519135 0.000848 -2.10559E-07 2.89045E-06 0.000851 0.97260891 0.97346 1.027264 27.26377
7 8 28.1217 33.0443 8.034 28.156 33.078 8.07025345 26.58131058 2.361348 26.581311 3.803754467 0.081139 0.000231 28.51311504 0.0008 -2.35781E-07 3.30021E-06 0.000803 0.97260449 0.97341 1.027319 27.31897
8 9 28.134 33.1428 9.034 28.168 33.177 9.07475345 26.66063783 1.91529 26.660638 3.807276083 0.081162 0.000231 28.58999855 0.000719 -2.56189E-07 3.71165E-06 0.000722 0.97260007 0.97332 1.027409 27.40918
9 10 28.1103 33.2424 10.034 28.144 33.277 10.07925345 26.74085481 1.460596 26.740855 3.800491742 0.081118 0.000231 28.65888475 0.000636 -2.74508E-07 4.12107E-06 0.00064 0.97259565 0.97324 1.0275 27.50038
10 11 28.2645 33.4868 11.034 28.299 33.521 11.08375345 26.93770909 0.354158 26.937709 3.844723065 0.081402 0.000233 28.88007808 0.000434 -2.74777E-07 4.54203E-06 0.000438 0.97259123 0.97303 1.027718 27.71809
11 12 28.3714 33.5936 12.034 28.406 33.628 12.08825345 27.02373969 5.6492 27.02374 3.875511567 0.081598 0.000234 28.98656858 0.000346 -2.8677E-07 4.96142E-06 0.00035 0.97258681 0.97294 1.027816 27.81569
12 13 28.3219 33.5979 13.034 28.356 33.632 13.09275345 27.02720356 5.61365 27.027204 3.861242266 0.081507 0.000233 28.97756278 0.000342 -3.10036E-07 5.36981E-06 0.000347 0.97258239 0.97293 1.027824 27.82371
13 14 28.2157 33.5928 14.034 28.250 33.627 14.09725345 27.02309524 5.603951 27.023095 3.830702048 0.081312 0.000232 28.9475801 0.000346 -3.34542E-07 5.77281E-06 0.000352 0.97257797 0.97293 1.027824 27.82352
14 15 28.06 33.5858 15.034 28.094 33.620 15.10175345 27.0174564 5.587038 27.017456 3.786109607 0.081026 0.00023 28.90418577 0.000352 -3.59437E-07 6.17004E-06 0.000358 0.97257355 0.97293 1.027822 27.82168
15 16 28.0309 33.5998 16.034 28.065 33.634 16.10625345 27.02873411 5.513808 27.028734 3.7777995 0.080973 0.00023 28.90758895 0.00034 -3.8109E-07 6.57763E-06 0.000347 0.97256913 0.97292 1.027838 27.83818
16 17 28.033 33.6135 17.034 28.067 33.648 17.11075345 27.03977024 5.451806 27.03977 3.778398943 0.080976 0.00023 28.91838078 0.000329 -4.02513E-07 6.98808E-06 0.000336 0.97256471 0.9729 1.027854 27.85442
17 18 28.0283 33.6321 18.034 28.062 33.666 18.11525345 27.05475373 5.365306 27.054754 3.777057386 0.080968 0.00023 28.93119128 0.000314 -4.22774E-07 7.39781E-06 0.000321 0.97256029 0.97288 1.027875 27.87494
18 19 28.053 33.671 19.034 28.087 33.705 19.11975345 27.08609061 5.194703 27.086091 3.784109918 0.081013 0.00023 28.96640538 0.000282 -4.38779E-07 7.81085E-06 0.000289 0.97255587 0.97284 1.027913 27.91321
19 20 28.0548 33.6902 20.034 28.089 33.724 20.12425345 27.10155789 5.107307 27.101558 3.784624082 0.081017 0.00023 28.98125176 0.000266 -4.57968E-07 8.22143E-06 0.000273 0.97255145 0.97282 1.027934 27.93426
Tabel 9. Data Stasiun 9

20 21 28.0227 33.691 21.034 28.057 33.725 21.12875345 27.10220236 5.094364 27.102202 3.775459193 0.080958 0.00023 28.97402395 0.000265 -4.80658E-07 8.62773E-06 0.000273 0.97254703 0.97282 1.027939 27.93922
21 22 28.0196 33.6981 22.034 28.054 33.732 22.13325345 27.10792207 5.061018 27.107922 3.774574601 0.080952 0.00023 28.97859646 0.000259 -5.01938E-07 9.0375E-06 0.000268 0.97254261 0.97281 1.02795 27.94969
22 23 27.9863 33.6922 23.034 28.020 33.726 23.13775345 27.10316907 5.078367 27.103169 3.765077812 0.080891 0.000229 28.96606049 0.000264 -5.26083E-07 9.44304E-06 0.000273 0.97253819 0.97281 1.027949 27.9488
23 24 27.9095 33.6777 24.034 27.944 33.712 24.14225345 27.09148803 5.122044 27.091488 3.743213327 0.080749 0.000229 28.93652049 0.000276 -5.52423E-07 9.84187E-06 0.000285 0.97253377 0.97282 1.02794 27.94039
24 25 27.8382 33.6704
3.2.3. Stasiun 9

25.034 27.872 33.705 25.14675345 27.08560726 5.134206 27.085607 3.722962188 0.080618 0.000228 28.91377296 0.000282 -5.77244E-07 1.02406E-05 0.000292 0.97252935 0.97282 1.027938 27.93828
25 26 27.7934 33.673 26.034 27.828 33.707 26.15125345 27.08770178 5.109285 27.087702 3.710261209 0.080536 0.000227 28.90490073 0.00028 -5.99622E-07 1.06426E-05 0.00029 0.97252493 0.97281 1.027945 27.94483
26 27 27.7737 33.6747 27.034 27.808 33.709 27.15575345 27.08907127 5.095837 27.089071 3.70468191 0.080499 0.000227 28.9014238 0.000278 -6.22193E-07 1.10482E-05 0.000289 0.97252051 0.97281 1.027951 27.95058
27 28 27.7634 33.6756 28.034 27.798 33.710 28.16025345 27.0897963 5.088762 27.089796 3.701766209 0.08048 0.000227 28.89961592 0.000278 -6.44954E-07 1.14552E-05 0.000289 0.97251609 0.9728 1.027956 27.95563
28 29 27.7313 33.6793 29.034 27.765 33.713 29.16475345 27.09277697 5.062721 27.092777 3.692685556 0.080421 0.000227 28.89466073 0.000275 -6.66881E-07 1.18582E-05 0.000286 0.97251168 0.9728 1.027963 27.96314
29 30 27.7891 33.6676 30.034 27.823 33.702 30.16925345 27.08335163 5.132379 27.083352 3.709043093 0.080528 0.000227 28.89980955 0.000284 -6.9338E-07 1.22771E-05 0.000296 0.97250726 0.9728 1.027957 27.95716
Tabel 10. Apendix 2 Stasiun 9

Apendik 2
No a T b c s0 d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) X D Y
1 25 28.5856 30 25 25.830177 26 4.56 6.16 4.63 6.23 5.7074 0.9692 5.7774
2 25 28.5943 30 25 25.912771 26 4.56 6.16 4.63 6.23 5.7102 0.4981 5.7802
3 25 28.5454 30 26 26.307036 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.7645 3.9946 5.8316
4 25 28.3938 30 26 26.390779 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.7160 3.4823 5.7828
5 25 28.1925 30 26 26.446181 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.6516 3.1300 5.7180
6 25 28.1797 30 26 26.53428 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.6475 2.6302 5.7139
7 25 28.1558 30 26 26.581311 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.6399 2.3613 5.7062
8 25 28.1681 30 26 26.660638 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.6438 1.9153 5.7101
9 25 28.1444 30 26 26.740855 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.6362 1.4606 5.7025
10 25 28.2986 30 26 26.937709 27 4.63 6.23 4.69 6.30 5.6856 0.3542 5.7521
11 25 28.4055 30 27 27.02374 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.7866 5.6492 5.8566
12 25 28.356 30 27 27.027204 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.7706 5.6137 5.8406
13 25 28.2498 30 27 27.023095 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.7364 5.6040 5.8064
14 25 28.0941 30 27 27.017456 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6863 5.5870 5.7563
15 25 28.065 30 27 27.028734 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6769 5.5138 5.7469
16 25 28.0671 30 27 27.03977 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6776 5.4518 5.7476
17 25 28.0624 30 27 27.054754 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6761 5.3653 5.7461
18 25 28.0871 30 27 27.086091 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6840 5.1947 5.7540
19 25 28.0889 30 27 27.101558 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6846 5.1073 5.7546
20 25 28.0568 30 27 27.102202 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6743 5.0944 5.7443
21 25 28.0537 30 27 27.107922 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6733 5.0610 5.7433
22 25 28.0204 30 27 27.103169 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6626 5.0784 5.7326
23 25 27.9436 30 27 27.091488 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6378 5.1220 5.7078
24 25 27.8723 30 27 27.085607 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6149 5.1342 5.6849
25 25 27.8275 30 27 27.087702 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.6005 5.1093 5.6705
26 25 27.8078 30 27 27.089071 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.5941 5.0958 5.6641
27 25 27.7975 30 27 27.089796 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.5908 5.0888 5.6608
28 25 27.7654 30 27 27.092777 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.5805 5.0627 5.6505
29 25 27.8232 30 27 27.083352 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.5991 5.1324 5.6691
Tabel 11. Apendix 4 Stasiun 9

Apendik 4
No a P b c S d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) x y δs.p *10^-5
1 0 2.0433 100 32 32.15 33 0 -0.5 0 -0.3 -0.0102 -0.0061 -0.0096 -9.62168E-08
2 0 3.0478 100 32 32.25 33 0 -0.5 0 -0.3 -0.0152 -0.0091 -0.0137 -1.37265E-07
3 0 4.0523 100 32 32.74 33 0 -0.5 0 -0.3 -0.0203 -0.0122 -0.0143 -1.42818E-07
4 0 5.0568 100 32 32.84 33 0 -0.5 0 -0.3 -0.0253 -0.0152 -0.0168 -1.67702E-07
5 0 6.0613 100 32 32.91 33 0 -0.5 0 -0.3 -0.0303 -0.0182 -0.0193 -1.92675E-07
6 0 7.0658 100 33 33.02 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0212 -0.0141 -0.0211 -2.10559E-07
7 0 8.0703 100 33 33.08 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0242 -0.0161 -0.0236 -2.35781E-07
8 0 9.0748 100 33 33.18 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0272 -0.0181 -0.0256 -2.56189E-07
9 0 10.0793 100 33 33.28 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0302 -0.0202 -0.0275 -2.74508E-07
10 0 11.0838 100 33 33.52 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0333 -0.0222 -0.0275 -2.74777E-07
11 0 12.0883 100 33 33.63 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0363 -0.0242 -0.0287 -2.8677E-07
12 0 13.0928 100 33 33.63 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0393 -0.0262 -0.0310 -3.10036E-07
13 0 14.0973 100 33 33.63 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0423 -0.0282 -0.0335 -3.34542E-07
14 0 15.1018 100 33 33.62 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0453 -0.0302 -0.0359 -3.59437E-07
15 0 16.1063 100 33 33.63 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0483 -0.0322 -0.0381 -3.8109E-07
16 0 17.1108 100 33 33.65 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0513 -0.0342 -0.0403 -4.02513E-07
17 0 18.1153 100 33 33.67 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0543 -0.0362 -0.0423 -4.22774E-07
18 0 19.1198 100 33 33.71 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0574 -0.0382 -0.0439 -4.38779E-07
19 0 20.1243 100 33 33.72 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0604 -0.0402 -0.0458 -4.57968E-07
20 0 21.1288 100 33 33.73 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0634 -0.0423 -0.0481 -4.80658E-07
21 0 22.1333 100 33 33.73 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0664 -0.0443 -0.0502 -5.01938E-07
22 0 23.1378 100 33 33.73 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0694 -0.0463 -0.0526 -5.26083E-07
23 0 24.1423 100 33 33.71 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0724 -0.0483 -0.0552 -5.52423E-07
24 0 25.1468 100 33 33.70 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0754 -0.0503 -0.0577 -5.77244E-07
25 0 26.1513 100 33 33.71 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0785 -0.0523 -0.0600 -5.99622E-07
26 0 27.1558 100 33 33.71 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0815 -0.0543 -0.0622 -6.22193E-07
27 0 28.1603 100 33 33.71 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0845 -0.0563 -0.0645 -6.44954E-07
28 0 29.1648 100 33 33.71 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0875 -0.0583 -0.0667 -6.66881E-07
29 0 30.1693 100 33 33.70 34 0 -0.3 0 -0.2 -0.0905 -0.0603 -0.0693 -6.9338E-07
Tabel 12. Apendix 5 Stasiun 9

Apendik 5
No a P b c T d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) x y δt.p *10^-5
1 0 2.0433 100 25 28.586 30 0 3.9 0 4.2 0.0797 0.0858 0.0841 8.40827E-07
2 0 3.0478 100 25 28.594 30 0 3.9 0 4.2 0.1189 0.1280 0.1254 1.25435E-06
3 0 4.0523 100 25 28.545 30 0 3.9 0 4.2 0.1580 0.1702 0.1667 1.66658E-06
4 0 5.0568 100 25 28.394 30 0 3.9 0 4.2 0.1972 0.2124 0.2075 2.0751E-06
5 0 6.0613 100 25 28.193 30 0 3.9 0 4.2 0.2364 0.2546 0.2480 2.47999E-06
6 0 7.0658 100 25 28.180 30 0 3.9 0 4.2 0.2756 0.2968 0.2890 2.89045E-06
7 0 8.0703 100 25 28.156 30 0 3.9 0 4.2 0.3147 0.3390 0.3300 3.30021E-06
8 0 9.0748 100 25 28.168 30 0 3.9 0 4.2 0.3539 0.3811 0.3712 3.71165E-06
9 0 10.0793 100 25 28.144 30 0 3.9 0 4.2 0.3931 0.4233 0.4121 4.12107E-06
10 0 11.0838 100 25 28.299 30 0 3.9 0 4.2 0.4323 0.4655 0.4542 4.54203E-06
11 0 12.0883 100 25 28.406 30 0 3.9 0 4.2 0.4714 0.5077 0.4961 4.96142E-06
12 0 13.0928 100 25 28.356 30 0 3.9 0 4.2 0.5106 0.5499 0.5370 5.36981E-06
13 0 14.0973 100 25 28.250 30 0 3.9 0 4.2 0.5498 0.5921 0.5773 5.77281E-06
14 0 15.1018 100 25 28.094 30 0 3.9 0 4.2 0.5890 0.6343 0.6170 6.17004E-06
15 0 16.1063 100 25 28.065 30 0 3.9 0 4.2 0.6281 0.6765 0.6578 6.57763E-06
16 0 17.1108 100 25 28.067 30 0 3.9 0 4.2 0.6673 0.7187 0.6988 6.98808E-06
17 0 18.1153 100 25 28.062 30 0 3.9 0 4.2 0.7065 0.7608 0.7398 7.39781E-06
18 0 19.1198 100 25 28.087 30 0 3.9 0 4.2 0.7457 0.8030 0.7811 7.81085E-06
19 0 20.1243 100 25 28.089 30 0 3.9 0 4.2 0.7848 0.8452 0.8221 8.22143E-06
20 0 21.1288 100 25 28.057 30 0 3.9 0 4.2 0.8240 0.8874 0.8628 8.62773E-06
21 0 22.1333 100 25 28.054 30 0 3.9 0 4.2 0.8632 0.9296 0.9037 9.0375E-06
22 0 23.1378 100 25 28.020 30 0 3.9 0 4.2 0.9024 0.9718 0.9443 9.44304E-06
23 0 24.1423 100 25 27.944 30 0 3.9 0 4.2 0.9415 1.0140 0.9842 9.84187E-06
24 0 25.1468 100 25 27.872 30 0 3.9 0 4.2 0.9807 1.0562 1.0241 1.02406E-05
25 0 26.1513 100 25 27.828 30 0 3.9 0 4.2 1.0199 1.0984 1.0643 1.06426E-05
26 0 27.1558 100 25 27.808 30 0 3.9 0 4.2 1.0591 1.1405 1.1048 1.10482E-05
27 0 28.1603 100 25 27.798 30 0 3.9 0 4.2 1.0982 1.1827 1.1455 1.14552E-05
28 0 29.1648 100 25 27.765 30 0 3.9 0 4.2 1.1374 1.2249 1.1858 1.18582E-05
29 0 30.1693 100 25 27.823 30 0 3.9 0 4.2 1.1766 1.2671 1.2277 1.22771E-05
DATA AWAL DATA OLAHAN
No depth Temperature Salinity Depth(olah) T(olah) S(olah) P s0 D s T1 ST AT BT s T2 D s,t d s,p d t,p d a 35,0,p a s,t,p r s,t,p s s,t,p
1 3 27.696 34.0055 3.034 27.730 34.040 3.0135 27.35558151 3.588826 23.766755 3.68271041 0.080356 0.000226 29.1310922 0.003681 0 1.16991E-06 0.003682 0.97262674 0.97631 1.0243 24.26627
2 21 27.5192 33.996 21.034 27.553 34.030 21.0945 27.34792715 3.594332 23.753596 3.632919482 0.08003 0.000224 29.08167959 0.003694 0 8.13712E-06 0.003702 0.97254718 0.97625 1.0243 24.32834
3 38 27.4888 33.9963 38.034 27.523 34.030 38.171 27.34816887 3.586619 23.76155 3.624386671 0.079974 0.000224 29.07466791 0.003686 0 1.47081E-05 0.003701 0.97247205 0.97617 1.0244 24.4088
4 55 27.4669 34 55.034 27.501 34.034 55.2475 27.35115003 3.565639 23.785511 3.618244873 0.079934 0.000224 29.07223969 0.003662 0 2.12711E-05 0.003683 0.97239691 0.97608 1.0245 24.50644
5 73 25.7969 34.5045 73.034 25.831 34.539 73.3285 27.75769111 1.201266 26.556425 3.162843772 0.076821 0.000207 29.06996349 0.000825 0 2.65181E-05 0.000852 0.97231735 0.97317 1.0276 27.57036
6 91 25.567 34.514 91.034 25.601 34.548 91.4095 27.76534757 1.145938 26.61941 3.102175915 0.076387 0.000205 29.0269708 0.000761 0 3.27626E-05 0.000794 0.9722378 0.97303 1.0277 27.71606
7 109 22.3501 34.568 109.034 22.384 34.602 109.4905 27.80886922 0.755415 27.053455 2.30635157 0.070112 0.000181 28.42834849 0.000315 -8.33563E-07 4.04101E-05 0.000355 0.97215824 0.97251 1.0283 28.26401
8 127 21.4031 34.5856 127.034 21.437 34.620 127.5715 27.82305433 0.652096 27.170958 2.091497436 0.068174 0.000175 28.27647273 0.000194 -8.65454E-07 4.61168E-05 0.00024 0.97207869 0.97232 1.0285 28.46984
9 145 19.4644 34.6167 145.034 19.499 34.651 145.6525 27.84812042 0.479885 27.368236 1.680361098 0.064042 0.000164 27.9962945 -8.47E-06 -8.57819E-07 5.00473E-05 4.07E-05 0.97199913 0.97204 1.0288 28.76441
10 163 17.5209 34.6092 163.034 17.555 34.643 163.7335 27.8420755 0.425322 27.416753 1.308283084 0.059638 0.000155 27.73434599 -5.84E-05 -9.40737E-07 5.23254E-05 -6.97E-06 0.97191957 0.97191 1.0289 28.8991
11 181 16.2344 34.5924 181.034 16.269 34.627 181.8145 27.82853499 0.408848 27.419687 1.084912935 0.056555 0.000149 27.579685 -6.14E-05 -1.05258E-06 5.53581E-05 -7.06E-06 0.97184002 0.97183 1.029 28.98343
12 199 15.5808 34.5833 199.034 15.615 34.617 199.8955 27.82120059 0.398289 27.422911 0.978637003 0.054932 0.000146 27.50943843 -6.47E-05 -1.1474E-06 5.94438E-05 -6.39E-06 0.97176046 0.97175 1.0291 29.06695
13 217 14.9539 34.5793 217.034 14.988 34.613 217.9765 27.81797669 0.378189 27.439788 0.881357046 0.053338 0.000143 27.45137259 -8.2E-05 -1.29879E-06 6.33535E-05 -2E-05 0.9716809 0.97166 1.0292 29.16561
14 235 12.8522 34.5625 235.034 12.886 34.597 236.0575 27.8044364 0.327407 27.47703 0.589397191 0.047699 0.000132 27.29594735 -0.00012 -1.50111E-06 6.12567E-05 -6.06E-05 0.97160135 0.97154 1.0293 29.29289
15 253 12.1545 34.5636 253.034 12.189 34.598 254.1385 27.80532296 0.299844 27.505479 0.504449214 0.04572 0.000129 27.26422654 -0.00015 -1.6425E-06 6.33721E-05 -8.79E-05 0.97152179 0.97143 1.0294 29.40609
16 271 11.5178 34.5455 271.034 11.552 34.580 272.2195 27.79073504 0.29673 27.494005 0.432290333 0.043865 0.000125 27.2270664 -0.000138 -1.86842E-06 6.53372E-05 -7.43E-05 0.97144223 0.97137 1.0295 29.47605
17 289 10.858 34.5371 289.034 10.892 34.571 290.3005 27.783965 0.278962 27.505003 0.363006687 0.04189 0.000121 27.20334214 -0.000149 -2.06082E-06 6.68313E-05 -8.43E-05 0.97136268 0.97128 1.0296 29.57098
18 307 10.482 34.5333 307.034 10.516 34.567 308.3815 27.78090238 0.2671 27.513802 0.326062143 0.04074 0.000119 27.19371604 -0.000158 -2.19926E-06 6.92034E-05 -9.11E-05 0.97128312 0.97119 1.0297 29.66255
19 325 10.3077 34.5304 325.034 10.342 34.565 326.4625 27.77856511 0.262539 27.516026 0.309567856 0.040201 0.000118 27.18914612 -0.00016 -2.29274E-06 7.22741E-05 -9.05E-05 0.97120357 0.97111 1.0297 29.74617
20 343 9.7486 34.5437 343.034 9.783 34.578 344.5435 27.78928431 0.228218 27.561067 0.259387719 0.038446 0.000114 27.19547777 -0.000207 -2.29906E-06 7.29535E-05 -0.000136 0.97112401 0.97099 1.0299 29.87895
21 361 9.4572 34.5906 361.034 9.491 34.625 362.6245 27.82708422 0.178712 27.648372 0.234898613 0.037514 0.000112 27.23205556 -0.000297 -2.11153E-06 7.47804E-05 -0.000224 0.97104445 0.97082 1.0301 30.05648
22 378 9.0987 34.5855 378.034 9.133 34.620 379.701 27.82297374 0.172171 27.650802 0.206352706 0.036353 0.000109 27.23001855 -0.000299 -2.20518E-06 7.58428E-05 -0.000225 0.97096932 0.97074 1.0301 30.13783
23 396 9.0464 34.5857 396.034 9.081 34.620 397.782 27.82313493 0.170442 27.652693 0.202335124 0.036182 0.000109 27.23064046 -0.000301 -2.27277E-06 7.91181E-05 -0.000224 0.97088976 0.97067 1.0302 30.22093
24 414 8.9211 34.5886 414.034 8.955 34.623 415.863 27.82547227 0.164629 27.660844 0.192862691 0.035771 0.000108 27.23421304 -0.000309 -2.3835E-06 8.18448E-05 -0.00023 0.9708102 0.97058 1.0303 30.31149
25 432 8.4106 34.5733 432.034 8.445 34.607 433.944 27.81314086 0.161952 27.651189 0.156513949 0.034073 0.000104 27.23032974 -0.000299 -2.62213E-06 8.15247E-05 -0.000221 0.97073065 0.97051 1.0304 30.386
26 450 8.2617 34.579 450.034 8.296 34.613 452.025 27.8177349 0.153899 27.663836 0.146595788 0.033571 0.000103 27.23800008 -0.000312 -2.72397E-06 8.37429E-05 -0.000231 0.97065109 0.97042 1.0305 30.48204
Tabel 13. Data Stasiun 20

27 468 7.9423 34.5939 468.034 7.976 34.628 470.106 27.82974396 0.135642 27.694102 0.126372174 0.032484 0.0001 27.25786656 -0.000344 -2.75359E-06 8.43972E-05 -0.000262 0.97057153 0.97031 1.0306 30.59894
28 486 7.7242 34.5933 486.034 7.758 34.627 488.187 27.82926037 0.130814 27.698446 0.113392123 0.031733 9.85E-05 27.26401744 -0.000348 -2.89277E-06 8.55138E-05 -0.000265 0.97049198 0.97023 1.0307 30.68715
29 504 7.5277 34.5969 504.034 7.562 34.631 506.268 27.8321619 0.123974 27.708188 0.102278111 0.031051 9.68E-05 27.27352975 -0.000358 -2.97513E-06 8.67188E-05 -0.000274 0.97041242 0.97014 1.0308 30.78113
30 522 7.4673 34.5969 522.034 7.501 34.631 524.349 27.8321619 0.122555 27.709607 0.098972972 0.03084 9.63E-05 27.27572286 -0.00036 -3.04185E-06 8.92754E-05 -0.000273 0.97033286 0.97006 1.0309 30.86457
31 540 7.4294 34.5982 540.034 7.464 34.632 542.43 27.83320967 0.120905 27.712305 0.096925798 0.030707 9.6E-05 27.27815335 -0.000362 -3.09762E-06 9.20448E-05 -0.000273 0.97025331 0.96998 1.0309 30.94919
32 558 7.4054 34.5987 558.034 7.440 34.633 560.511 27.83361267 0.120053 27.713559 0.095640112 0.030623 9.58E-05 27.27945189 -0.000364 -3.1598E-06 9.49478E-05 -0.000272 0.97017375 0.9699 1.031 31.0321
3.2.4. Stasiun 20

33 576 7.3324 34.5978 576.034 7.367 34.632 578.592 27.83288728 0.118869 27.714018 0.091780444 0.030367 9.52E-05 27.28156292 -0.000364 -3.2341E-06 9.73137E-05 -0.00027 0.9700942 0.96982 1.0311 31.11475
34 594 7.1302 34.6017 594.034 7.164 34.636 596.673 27.83603061 0.111991 27.724039 0.081491326 0.029653 9.34E-05 27.29293291 -0.000374 -3.26568E-06 9.82362E-05 -0.000279 0.97001464 0.96974 1.0312 31.20936
35 612 7.0465 34.6016 612.034 7.081 34.636 614.754 27.83595002 0.110124 27.725826 0.077405504 0.029355 9.26E-05 27.29650715 -0.000376 -3.3862E-06 0.000100123 -0.00028 0.96993508 0.96966 1.0313 31.29404
36 630 6.9046 34.6047 630.034 6.939 34.639 632.835 27.83844857 0.105337 27.733112 0.070711484 0.028849 9.13E-05 27.30542784 -0.000384 -3.488E-06 0.000101149 -0.000286 0.96985553 0.96957 1.0314 31.38565
37 648 6.6573 34.6088 648.034 6.691 34.643 650.916 27.84175311 0.098094 27.743659 0.059748606 0.027958 8.91E-05 27.32082602 -0.000395 -3.57754E-06 0.00010062 -0.000298 0.96977597 0.96948 1.0315 31.48249
38 666 6.5465 34.6085 666.034 6.581 34.643 668.997 27.84151131 0.095961 27.74555 0.055128169 0.027557 8.8E-05 27.32640453 -0.000397 -3.70979E-06 0.000101738 -0.000299 0.96969641 0.9694 1.0316 31.56816
39 684 6.4699 34.6081 684.034 6.504 34.642 687.078 27.84118892 0.094575 27.746614 0.052039759 0.027278 8.73E-05 27.33024055 -0.000398 -3.84333E-06 0.000103246 -0.000298 0.96961686 0.96932 1.0317 31.65253
40 702 6.3008 34.6096 702.034 6.335 34.644 705.159 27.8423979 0.090391 27.752007 0.045529361 0.026659 8.57E-05 27.34096816 -0.000403 -3.93768E-06 0.000103445 -0.000304 0.9695373 0.96923 1.0317 31.74301
Tabel 14. Apendix 2 Stasiun 20
Apendik 2
No a T b c s0 d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) X D Y
1 25 27.7301 30 27 27.355582 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.5691 3.5888 5.6391
2 25 27.5533 30 27 27.347927 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.5122 3.5943 5.5822
3 25 27.5229 30 27 27.348169 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.5024 3.5866 5.5724
4 25 27.501 30 27 27.35115 28 4.69 6.3 4.76 6.37 5.4953 3.5656 5.5653
5 25 25.831 30 27 27.757691 28 4.69 6.3 4.76 6.37 4.9576 1.2013 5.0276
6 25 25.6011 30 27 27.765348 28 4.69 6.3 4.76 6.37 4.8836 1.1459 4.9536
7 20 22.3842 25 27 27.808869 28 3.28 4.69 3.34 4.76 3.9523 0.7554 4.0171
8 20 21.4372 25 27 27.823054 28 3.28 4.69 3.34 4.76 3.6853 0.6521 3.7482
9 15 19.4985 20 27 27.84812 28 2.08 3.28 2.13 3.34 3.1596 0.4799 3.2186
10 15 17.555 20 27 27.842076 28 2.08 3.28 2.13 3.34 2.6932 0.4253 2.7483
11 15 16.2685 20 27 27.828535 28 2.08 3.28 2.13 3.34 2.3844 0.4088 2.4370
12 15 15.6149 20 27 27.821201 28 2.08 3.28 2.13 3.34 2.2276 0.3983 2.2788
13 10 14.988 15 27 27.817977 28 1.12 2.08 1.15 2.13 2.0777 0.3782 2.1276
14 10 12.8863 15 27 27.804436 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.6742 0.3274 1.7157
15 10 12.1886 15 27 27.805323 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.5402 0.2998 1.5790
16 10 11.5519 15 27 27.790735 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.4180 0.2967 1.4542
17 10 10.8921 15 27 27.783965 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.2913 0.2790 1.3249
18 10 10.5161 15 27 27.780902 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.2191 0.2671 1.2512
19 10 10.3418 15 27 27.778565 28 1.12 2.08 1.15 2.13 1.1856 0.2625 1.2170
20 9 9.7827 10 27 27.789284 28 0.95 1.12 0.98 1.15 1.0831 0.2282 1.1131
21 9 9.4913 10 27 27.827084 28 0.95 1.12 0.98 1.15 1.0335 0.1787 1.0635
22 9 9.1328 10 27 27.822974 28 0.95 1.12 0.98 1.15 0.9726 0.1722 1.0026
23 9 9.0805 10 27 27.823135 28 0.95 1.12 0.98 1.15 0.9637 0.1704 0.9937
24 8 8.9552 9 27 27.825472 28 0.8 0.95 0.83 0.98 0.9433 0.1646 0.9733
25 8 8.4447 9 27 27.813141 28 0.8 0.95 0.83 0.98 0.8667 0.1620 0.8967
26 8 8.2958 9 27 27.817735 28 0.8 0.95 0.83 0.98 0.8444 0.1539 0.8744
27 7 7.9764 8 27 27.829744 28 0.66 0.8 0.68 0.83 0.7967 0.1356 0.8265
28 7 7.7583 8 27 27.82926 28 0.66 0.8 0.68 0.83 0.7662 0.1308 0.7937
29 7 7.5618 8 27 27.832162 28 0.66 0.8 0.68 0.83 0.7387 0.1240 0.7643
30 7 7.5014 8 27 27.832162 28 0.66 0.8 0.68 0.83 0.7302 0.1226 0.7552
31 7 7.4635 8 27 27.83321 28 0.66 0.8 0.68 0.83 0.7249 0.1209 0.7495
32 7 7.4395 8 27 27.833613 28 0.66 0.8 0.68 0.83 0.7215 0.1201 0.7459
33 7 7.3665 8 27 27.832887 28 0.66 0.8 0.68 0.83 0.7113 0.1189 0.7350
34 7 7.1643 8 27 27.836031 28 0.66 0.8 0.68 0.83 0.6830 0.1120 0.7046
35 7 7.0806 8 27 27.83595 28 0.66 0.8 0.68 0.83 0.6713 0.1101 0.6921
36 6 6.9387 7 27 27.838449 28 0.53 0.66 0.55 0.68 0.6520 0.1053 0.6720
37 6 6.6914 7 27 27.841753 28 0.53 0.66 0.55 0.68 0.6199 0.0981 0.6399
38 6 6.5806 7 27 27.841511 28 0.53 0.66 0.55 0.68 0.6055 0.0960 0.6255
39 6 6.504 7 27 27.841189 28 0.53 0.66 0.55 0.68 0.5955 0.0946 0.6155
40 6 6.3349 7 27 27.842398 28 0.53 0.66 0.55 0.68 0.5735 0.0904 0.5935
Tabel 15. Apendix 4 Stasiun 20
Apendik 4
No a P b c S d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) x y δs.p *10^-5
1 0 3.0135 100 34 34.04 35 0 0 0 0 0.0000 0.0000 0.0000 0
2 0 21.0945 100 34 34.03 35 0 0 0 0 0.0000 0.0000 0.0000 0
3 0 38.1710 100 34 34.03 35 0 0 0 0 0.0000 0.0000 0.0000 0
4 0 55.2475 100 34 34.03 35 0 0 0 0 0.0000 0.0000 0.0000 0
5 0 73.3285 100 34 34.54 35 0 0 0 0 0.0000 0.0000 0.0000 0
6 0 91.4095 100 34 34.55 35 0 0 0 0 0.0000 0.0000 0.0000 0
7 100 109.4905 200 34 34.60 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2095 0.0000 -0.0834 -8.33563E-07
8 100 127.5715 200 34 34.62 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2276 0.0000 -0.0865 -8.65454E-07
9 100 145.6525 200 34 34.65 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2457 0.0000 -0.0858 -8.57819E-07
10 100 163.7335 200 34 34.64 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2637 0.0000 -0.0941 -9.40737E-07
11 100 181.8145 200 34 34.63 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2818 0.0000 -0.1053 -1.05258E-06
12 100 199.8955 200 34 34.62 35 -0.2 -0.3 0 0 -0.2999 0.0000 -0.1147 -1.1474E-06
13 200 217.9765 300 34 34.61 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.3360 0.0000 -0.1299 -1.29879E-06
14 200 236.0575 300 34 34.60 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.3721 0.0000 -0.1501 -1.50111E-06
15 200 254.1385 300 34 34.60 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.4083 0.0000 -0.1642 -1.6425E-06
16 200 272.2195 300 34 34.58 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.4444 0.0000 -0.1868 -1.86842E-06
17 200 290.3005 300 34 34.57 35 -0.3 -0.5 0 0 -0.4806 0.0000 -0.2061 -2.06082E-06
18 300 308.3815 400 34 34.57 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5084 0.0000 -0.2199 -2.19926E-06
19 300 326.4625 400 34 34.56 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5265 0.0000 -0.2293 -2.29274E-06
20 300 344.5435 400 34 34.58 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5445 0.0000 -0.2299 -2.29906E-06
21 300 362.6245 400 34 34.62 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5626 0.0000 -0.2112 -2.11153E-06
22 300 379.7010 400 34 34.62 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5797 0.0000 -0.2205 -2.20518E-06
23 300 397.7820 400 34 34.62 35 -0.5 -0.6 0 0 -0.5978 0.0000 -0.2273 -2.27277E-06
24 400 415.8630 500 34 34.62 35 -0.6 -0.8 0 0 -0.6317 0.0000 -0.2384 -2.3835E-06
25 400 433.9440 500 34 34.61 35 -0.6 -0.8 0 0 -0.6679 0.0000 -0.2622 -2.62213E-06
26 400 452.0250 500 34 34.61 35 -0.6 -0.8 0 0 -0.7041 0.0000 -0.2724 -2.72397E-06
27 400 470.1060 500 34 34.63 35 -0.6 -0.8 0 0 -0.7402 0.0000 -0.2754 -2.75359E-06
28 400 488.1870 500 34 34.63 35 -0.6 -0.8 0 0 -0.7764 0.0000 -0.2893 -2.89277E-06
29 500 506.2680 600 34 34.63 35 -0.8 -0.9 0 0 -0.8063 0.0000 -0.2975 -2.97513E-06
30 500 524.3490 600 34 34.63 35 -0.8 -0.9 0 0 -0.8243 0.0000 -0.3042 -3.04185E-06
31 500 542.4300 600 34 34.63 35 -0.8 -0.9 0 0 -0.8424 0.0000 -0.3098 -3.09762E-06
32 500 560.5110 600 34 34.63 35 -0.8 -0.9 0 0 -0.8605 0.0000 -0.3160 -3.1598E-06
33 500 578.5920 600 34 34.63 35 -0.8 -0.9 0 0 -0.8786 0.0000 -0.3234 -3.2341E-06
34 500 596.6730 600 34 34.64 35 -0.8 -0.9 0 0 -0.8967 0.0000 -0.3266 -3.26568E-06
35 600 614.7540 700 34 34.64 35 -0.9 -1.1 0 0 -0.9295 0.0000 -0.3386 -3.3862E-06
36 600 632.8350 700 34 34.64 35 -0.9 -1.1 0 0 -0.9657 0.0000 -0.3488 -3.488E-06
37 600 650.9160 700 34 34.64 35 -0.9 -1.1 0 0 -1.0018 0.0000 -0.3578 -3.57754E-06
38 600 668.9970 700 34 34.64 35 -0.9 -1.1 0 0 -1.0380 0.0000 -0.3710 -3.70979E-06
39 600 687.0780 700 34 34.64 35 -0.9 -1.1 0 0 -1.0742 0.0000 -0.3843 -3.84333E-06
40 700 705.1590 800 34 34.64 35 -1.1 -1.2 0 0 -1.1052 0.0000 -0.3938 -3.93768E-06
Tabel 16. Apendix 5 Stasiun 20
Apendik 5
No a P b c T d e(a,c) f(b,c) g(d,a) h(d,b) x y δt.p *10^-5
1 0 3.0135 100 25 27.730 30 0 3.5 0 4.2 0.1055 0.1266 0.1170 1.16991E-06
2 0 21.0945 100 25 27.553 30 0 3.5 0 4.2 0.7383 0.8860 0.8137 8.13712E-06
3 0 38.1710 100 25 27.523 30 0 3.5 0 4.2 1.3360 1.6032 1.4708 1.47081E-05
4 0 55.2475 100 25 27.501 30 0 3.5 0 4.2 1.9337 2.3204 2.1271 2.12711E-05
5 0 73.3285 100 25 25.831 30 0 3.5 0 4.2 2.5665 3.0798 2.6518 2.65181E-05
6 0 91.4095 100 25 25.601 30 0 3.5 0 4.2 3.1993 3.8392 3.2763 3.27626E-05
7 100 109.4905 200 20 22.384 25 3.5 7 3.9 7.8 3.8322 4.2701 4.0410 4.04101E-05
8 100 127.5715 200 20 21.437 25 3.5 7 3.9 7.8 4.4650 4.9753 4.6117 4.61168E-05
9 100 145.6525 200 15 19.499 20 2.8 5.8 3.5 7 4.1696 5.0978 5.0047 5.00473E-05
10 100 163.7335 200 15 17.555 20 2.8 5.8 3.5 7 4.7120 5.7307 5.2325 5.23254E-05
11 100 181.8145 200 15 16.269 20 2.8 5.8 3.5 7 5.2544 6.3635 5.5358 5.53581E-05
12 100 199.8955 200 15 15.615 20 2.8 5.8 3.5 7 5.7969 6.9963 5.9444 5.94438E-05
13 200 217.9765 300 10 14.988 15 4.3 6.5 5.8 8.8 4.6955 6.3393 6.3353 6.33535E-05
14 200 236.0575 300 10 12.886 15 4.3 6.5 5.8 8.8 5.0933 6.8817 6.1257 6.12567E-05
15 200 254.1385 300 10 12.189 15 4.3 6.5 5.8 8.8 5.4910 7.4242 6.3372 6.33721E-05
16 200 272.2195 300 10 11.552 15 4.3 6.5 5.8 8.8 5.8888 7.9666 6.5337 6.53372E-05
17 200 290.3005 300 10 10.892 15 4.3 6.5 5.8 8.8 6.2866 8.5090 6.6831 6.68313E-05
18 300 308.3815 400 10 10.516 15 6.5 8.6 8.8 11.7 6.6760 9.0431 6.9203 6.92034E-05
19 300 326.4625 400 10 10.342 15 6.5 8.6 8.8 11.7 7.0557 9.5674 7.2274 7.22741E-05
20 300 344.5435 400 9 9.783 10 5.9 7.9 6.5 8.6 6.7909 7.4354 7.2954 7.29535E-05
21 300 362.6245 400 9 9.491 10 5.9 7.9 6.5 8.6 7.1525 7.8151 7.4780 7.47804E-05
22 300 379.7010 400 9 9.133 10 5.9 7.9 6.5 8.6 7.4940 8.1737 7.5843 7.58428E-05
23 300 397.7820 400 9 9.081 10 5.9 7.9 6.5 8.6 7.8556 8.5534 7.9118 7.91181E-05
24 400 415.8630 500 8 8.955 9 7.2 9 7.9 9.9 7.4855 8.2173 8.1845 8.18448E-05
25 400 433.9440 500 8 8.445 9 7.2 9 7.9 9.9 7.8110 8.5789 8.1525 8.15247E-05
26 400 452.0250 500 8 8.296 9 7.2 9 7.9 9.9 8.1365 8.9405 8.3743 8.37429E-05
27 400 470.1060 500 7 7.976 8 6.4 8 7.2 9 7.5217 8.4619 8.4397 8.43972E-05
28 400 488.1870 500 7 7.758 8 6.4 8 7.2 9 7.8110 8.7874 8.5514 8.55138E-05
29 500 506.2680 600 7 7.562 8 8 9.7 9 10.8 8.1066 9.1128 8.6719 8.67188E-05
30 500 524.3490 600 7 7.501 8 8 9.7 9 10.8 8.4139 9.4383 8.9275 8.92754E-05
31 500 542.4300 600 7 7.464 8 8 9.7 9 10.8 8.7213 9.7637 9.2045 9.20448E-05
32 500 560.5110 600 7 7.440 8 8 9.7 9 10.8 9.0287 10.0892 9.4948 9.49478E-05
33 500 578.5920 600 7 7.367 8 8 9.7 9 10.8 9.3361 10.4147 9.7314 9.73137E-05
34 500 596.6730 600 7 7.164 8 8 9.7 9 10.8 9.6434 10.7401 9.8236 9.82362E-05
35 600 614.7540 700 7 7.081 8 9.7 11.2 10.8 12.5 9.9213 11.0508 10.0123 0.000100123
36 600 632.8350 700 6 6.939 7 8.5 9.8 9.7 11.2 8.9269 10.1925 10.1149 0.000101149
37 600 650.9160 700 6 6.691 7 8.5 9.8 9.7 11.2 9.1619 10.4637 10.0620 0.00010062
38 600 668.9970 700 6 6.581 7 8.5 9.8 9.7 11.2 9.3970 10.7350 10.1738 0.000101738
39 600 687.0780 700 6 6.504 7 8.5 9.8 9.7 11.2 9.6320 11.0062 10.3246 0.000103246
40 700 705.1590 800 6 6.335 7 9.8 11.2 11.2 12.8 9.8722 11.2825 10.3445 0.000103445
IV. ANALISIS DATA

4.1. Analisis Tiap Stasiun


4.1.1. Stasiun 2
Stasiun 2 pada perairan Kendari memiliki kedalaman yang cukup dalam, yaitu hingga
mencapai 427,034 meter. Data yang didapat pada stasiun 2 berupa data suhu, salinitas dan densitas
perairan. Nilai suhu pada stasiun 2 di kedalaman 3,034 meter sebesar 27,699 ºC, untuk kedalaman
427,034 meter sendiri sebesar 8,4908 ºC. Pada parameter suhu, semakin dalam suatu perairan maka
akan semakin dingin juga suhu perairan tersebut. Hal ini disebabkan oleh penetrasi cahaya matahari
yang tidak mampu mencapai kedalaman tersebut. Pada permukaan perairan, suhu dapat hangat karena
terkena sinar matahari.
Pada parameter salinitas, data yang diperoleh dari stasiun 2 adalah salinitas sebesar
33.502‰ pada kedalaman 3.034 meter dan sebesar 34.588‰ pada kedalaman 427.034 meter. Pada
parameter salinitas ini sendiri di permukaan memiliki nilai salinitas lebih rendah daripada di perairan
dalam. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti curah hujan yang tinggi pada perairan
atau masuknya air tawar melalui aliran sungai. Berdasarkan letak stasiun, hal ini mungkin disebabkan
oleh curah hujan yang tinggi.
Dan yang terakhir adalah parameter densitas. Data yang diperoleh pada stasiun 2 pada
kedalaman 3.034 meter adalah 21.776 kg/m³ sedangkan untuk kedalaman 427.034 meter sebesar
29.567 kg/m³. Perbedaan ini terjadi karena semakin dalam perairan, maka akan semakin tinggi
densitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi densitas ini sendiri adalah suhu perairan, salinitas dan
tekanan perairan.
4.1.2. Stasiun 4a
Stasiun 4a pada perairan Kendari merupakan sebuah perairan yang dangkal. Karena pada
stasiun ini terletak di dekat daratan. Pada stasiun ini, kedalaman maksimal yang dapat diperoleh
datanya adalah 37 meter. Pada parameter suhu, di kedalaman 3.034 meter didapat sebesar 27.91 ºC
dan di kedalaman 37.034 meter sebesar 27.62 ºC. Tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara
kedalaman 3 meter dan 37 meter. Hal ini disebabkab cahaya matahari masih mampu untuk melakukan
penetrasi terhadap kedalaman tersebut, sehingga suhu perairan relatif sama. Namun, tetap saja bahwa
semakin dalam, maka suhu akan semakin dingin.
Pada parameter selanjutnya, yaitu salinitas, diperoleh data sebesar 33.538‰ pada
kedalaman 3.034 meter dan sebesar 33.68‰ pada kedalaman 37.034 meter. Pada parameter salinitas
ini, semakin dalam perairan maka akan semakin tinggi nilai salinitasnya. Pada nilai yang diperoleh
pun tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap perubahan salinitas. Walaupun terletak di dekat
daratan, nampaknya tidak ada aliran sungai yang memasuki perairan karena perubahn salinitas tidak
terlalu signifikan.
Parameter selanjutnya adalah densitas. Pada parameter ini diperoleh data densitas pada
kedalaman 3.034 meter sebesar 21.668 kg/m³ dan sebesar 21.9871 kg/m³. Pada parameter ini sama
seperti nilai salinitas, yaitu semakin dalam maka nilainya akan semakin tinggi. Dari data tersebut
terlihat bahwa pada kedalaman 37.034 meter diperoleh nilai yang lebih besar daripada nilai yang di
permukaan. Dan tidak terjadi perubahan yang signifikan karena perairan termasuk perairan yang
dangkal, sehingga perubahan yang terjadi hanya sedikit.
4.1.3. Stasiun 9
Pada stasiun 9 di perairan Kendari diperoleh data suhu, salinitas dan densitas terhadap
kedalaman. Pada parameter suhu, data yang diperoleh sebesar 28.586 ºC pada kedalaman 2.034 meter
dan sebesar 27.823 ºC pada kedalaman 30.034 meter. Stasiun 9 sendiri terletak di dekat daratan, maka
dari itu kedalaman yang dapat diukur hanya mencapai 30 meter saja. Pada kedalaman 2 meter
diperoleh suhu yang lebih besar daripada di kedalaman 30 meter. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
intensitas cahaya matahari yang mempengaruhi kehangatan sebuah perairan. Semakin dalam perairan
maka akan semakin dingin suhunya.
Pada parameter selanjutnya, yaitu salinitas didapat data sebesar 32.146‰ untuk kedalaman
2.034 meter dan sebesar 33.702‰ untuk kedalaman 30.034 meter. Berbeda dengan suhu, pada
parameter salinitas ini sendiri jika semakin dalam perairan maka akan semakin tinggi nilai
salinitasnya. Karena stasiun 9 terletak di dekat daratan, maka perbedaan salinitas dapat disebabkan
oleh air sungai yang masuk ke laut. Namun, jika dilihat dari data yang diperoleh, sepertinya nilai
salinitas dipengaruhi oleh aliran sungai yang masuk ke dalam laut. Hal ini bisa saja terjadi karena
nilai salinitas yang diperoleh cukup berbeda jauh dibandingkan dengan stasiun 4a yang memiliki
kedalaman yang kurang lebih sama.
Pada parameter yang terakhir, yaitu densitas, diperoleh data sebesar 20.328 kg/m³ pada
kedalaman 2.034 meter dan sebesar 21.941 kg/m³ pada kedalaman 30.034 meter. Pada parameter ini,
semakin dalam maka akan semakin tinggi nilai densitasnya. Berdasarkan data yang diperoleh, terjadi
perbedaan nilai yang cukup signifikan antara kedalaman 2 meter dan 30 meter. Hal ini disebabkan
oleh salinitas perairan tersebut. Stasiun 9 terletak di dekat daratan yang diduga memiliki aliran sungai
sehingga perbedaan nilai salinitas antara kedalaman tersebut berbeda dibandingkan dengan stasiun
4a yang memiliki kedalaman yang relatif sama. Perbedaan salinitas yang cukup signifikan, sangat
mempengaruhi nilai densitas perairan tersebut.
4.1.4. Stasiun 20
Stasiun 20 merupakan stasiun yang memiliki kedalaman yang cukup dalam, yaitu hingga
mencapai kedalaman 718 meter. Pada stasiun 20 diperoleh data suhu sebesar 27.73 ºC pada
kedalaman 3.034 meter dan sebesar 6.335 ºC pada kedalaman 702.034 meter. Perbedaan yang sangat
signifikan ini terjadi karena perbedaan intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan. Pada
kedalaman 3 meter, intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan cukup besar, sehingga suhu yang
diperoleh sebesar 27.73 ºC. Pada kedalaman 702 meter, tidak ada cahaya matahari yang masuk karena
pada kedalaman ini sudah termasuk perairan dalam yang tidak ada cahaya matahari yang mampu
masuk ke dalam perairan ini. Itulah mengapa terjadi perbedaan yang sangat signifikan antara
kedalaman 3 meter dan 702 meter.
Pada parameter salinitas, diperoleh data sebesar 34.040‰ untuk kedalaman 3.034 meter
dan sebesar 34.644‰ pada kedalaman 702.034 meter. Disini terlihat perbedaan yang terjadi tidak
terlalu signifikan jika dibandingkan dengan stasiun 9. Padahal, semakin dalam suatu perairan maka
akan semakin tinggi nilai salinitasnya. Hal ini dapat disebabkan oleh pemanasan yang tinggi oleh
matahari sehingga air yang ada di permukaan menguap dan garam-garam yang terlarut dalam air tetap
berada dalam air laut, sehingga salinitas di permukaan tergolong tinggi.
Pada parameter densitas, diperoleh data sebesar 22.128 kg/m³ untuk kedalaman 3.034
meter dan sebesar 31.195 kg/m³ untuk kedalaman 702.034 meter. Pada parameter ini, terlihat
perbedaan yang sangat signifikan antara kedalaman 3 meter dan 702 meter. Hal ini dapat terjadi
karena nilai densitas dipengaruhi oleh suhu, salinitas, dan tekanan perairan. Walaupun nilai salinitas
pada stasiun 20 ini bisa dikatakan tidak terlalu berbeda. Namun, perbedaan suhu dan tekanan
mempengaruhi nilai densitas itu. Semakin dalam perairan maka semakin tinggi juga nilai densitasnya.

4.2. Analisis Grafik


4.2.1. Grafik Suhu
Grafik suhu memiliki nilai x sebagai nilai suhu dan nilai y sebagai nilai kedalaman.
Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh setiap stasiun, grafik suhu dimulai dari kanan dan berangsur-
angsur ke kiri seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan. Namun, untuk stasiun 4a dan stasiun
9 hanya sampai ke bagian mixed layer atau lapisan campuran. Hal ini disebabkan oleh perairan
tersebut yang dangkal yang hanya mencapai kedalaman maksimum 30 meter. Perbedaan suhu yang
terjadi disebabkan oleh tidak meratanya pemanasan yang terjadi di perairan. Ataupun mungkin
banyaknya awan yang ada di langit sehingga pemanasan yang terjadi tidak terlalu optimal.

4.2.2. Grafik Salinitas


Grafik salinitas menunjukkan persebaran salinitas terhadap kedalaman suatu perairan. Pada
nilai x terdapat nilai salinitas dan pada y terdapat nilai kedalaman. Berbeda dengan grafik suhu, pada
grafik salinitas dimulai dari kiri ke kanan seiring dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini
disebabkan karena semakin dalam perairan maka akan semakin tinggi nilai salinitasnya. Pada stasiun
2 dan 20 terdapat perbedaan pada lapisan haloclin. Perbedaan yang terjadi, yaitu pada stasiun 20
lapisan haloclin terjadi pada kedalaman 30 meter sampai dengan kedalaman 100 meter. Sedangkan
untuk stasiun 20 sendiri dimulai pada kedalaman 50 meter sampai kedalaman 475 meter. Dan untuk
stasiun 4a dan 9 tidak memiliki lapisan tersebut karena termasuk dengan perairan dangkal. Perbedaan
yang terjadi pada stasiun 2 dan 20 dapat disebabkan oleh perbedaan curah hujan yang terjadi di sekitar
perairan. Oleh karena itu, terciptalah perbedaan kedalaman untuk lapisan tersebut.
4.2.3. Grafik Densitas
Pada grafik densitas sendiri memiliki bentuk yang sama dengan grafik salinitas, yaitu
dimulai dari kiri dan berangsur-angsur ke kanan seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada
stasiun 2 dan 20 terlihat grafik tidak memiliki banyak perbedaan yang signifikan. Pada stasiun 4a dan
9 sendiri hanya memiliki satu lapisan, yaitu mixed layer atau lapisan campuran karena pada kedua
stasiun ini tergolong perairan dangkal. Karena letak dari kedua stasiun ini terletak di dekat daratan.
Perbedaan nilai densitas pada tiap-tiap stasiun disebabkan oleh perbedaan salinitas yang dapat
disebabkan oleh perbedaan curah hujan, perbedaan penguapan oleh matahari, perbedaan letak
geografis perairan. Dan juga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan di suatu perairan.

4.3. Analisis Kontur


4.3.1. Analisis Kontur Suhu
Pada peta kontur yang telat dibuat, terlihat bahwa persebaran suhu pada kedalaman 10
meter tersebar dengan baik. Namun sekitar stasiun 8,14,17,13,dan 11 persebaran suhu sangat merata
sehingga peta kontur yang dihasilkan agak renggang. Peta kontur ini dibuat dengan ketentuan
kedalaman 10 meter dengan interval 0.01.Pada kedalaman ini, termasuk dengan lapisan campuran
atau mixed layer. Pada awalnya, interval sebesar 0.1, namun karena hasil pada stasiun-stasiun yang
sudah disebutkan tadi besarnya hampir sama, praktikan memutuskan untuk mengubah interval atas
persetujuan asisten. Pada stasiun yang sudah disebutkan diatas, range suhu yang didapat hanya
berkisar antara 27.912-28.156 ºC dengan selisih suhu yang hanya 0.2 ºC. Hal tersebut membuat peta
sulit dibuat dan membuat peta kontur menjadi renggang. Jika peta kontur renggang maka persebaran
suhunya seragam. Dan jika peta kontur rapat, maka persebaran suhunya beragam. Rapat atau
renggangnya peta kontur suhu dapat dipengaruhi oleh perbedaan kondisi geografis pada perairan,
sehingga pemanasan yang diterima oleh air laut berbeda-beda.
4.3.2. Analisis Kontur Salinitas
Pada peta kontur persebaran salinitas, hasil yang didapatkan lebih baik daripada persebaran
temperatur. Ketentuan pada peta ini yaitu kedalaman 10 meter dengan interval 0.1. Pada kedalaman
ini termasuk dengan lapisan campuran atau mixed layer. Persebaran salinitas pada peta kontur terlihat
pada Sebagian wilayah rapat dan Sebagian lagi renggang. Hal ini terjadi karena persebaran yang
terjadi tidak merata. Terutama pada stasiun 20 dan 21. Pada wilayah sekitar stasiun 20 dan 21, peta
kontur terlihat renggang, karena nilai salinitas di stasiun tersebut terbilang cukup dekat. Sehingga
menyebabkan peta kontur menjadi renggang.Faktor lain yang menyebabkan nilai salinitas seragam
adalah, jika stasiun dekat dengan daratan, maka nilai salinitasnya akan dipengaruhi oleh aliran air
tawar yang masuk melalui sungai atau yang bisa disebut dengan run off. Hal tersebut dapat
menyebabkan peta kontur menjadi renggang karena nilai yang didapat di stasiun yang dekat dengan
daratan akan seragam. Jika peta kontur renggang maka persebaran salinitasnya seragam. Dan jika
peta kontur rapat, maka persebaran salinitasnya beragam. Rapat atau renggangnya peta kontur
salinitas dapat dipengaruhi oleh perbedaan kondisi geografis pada perairan, seperti pemanasan yang
tidak merata sehingga menyebabkan penguapan yang berbeda di tiap-tiap perairan atau dapat
disebabkan oleh bercampurnya air tawar dengan air laut atau bisa disebut dengan kawasan estuari.
4.3.3. Analisis Kontur Densitas
Pada peta kontur persebaran densitas ini, hasil yang didapatkan lebih merata dibandingkan
dengan peta kontur persebaran suhu maupun persebaran salinitas. Terlihat pada kontur bahwa
persebaran densitas merata, tidak terlalu rapat ataupun terlalu renggang. Persebaran tertinggi densitas
adalah 22 kg/m³. Sedangkan untuk yang terendahnya adalah 20.7 kg/m³. Persebaran densitas sangat
merata, walaupun persebaran suhu dan salinitas kurang merata. Hal ini mungkin disebabkan oleh
tekanan yang terjadi di kedalaman 10 meter. Walaupun di perairan dangkal, namun untuk kedalaman
10 meter masih bisa dijangkau oleh perairan yang dangkal tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Nilai salinitas yang diperoleh pada stasiun 2 adalah berkisar 33.584-34.623‰, pada
stasiun 4a berkisar 33.538-33.68‰, pada stasiun 9 berkisar 32.146-33.702‰, dan pada
stasiun 20 berkisar 34.04-34.644‰. Perbedaan nilai salinitas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti curah hujan yang tinggi, pemanasan yang tinggi, dan masuknya
aliran sungai ke laut serta lokasi stasiun.
2. Nilai densitas yang diperoleh pada stasiun 2 berkisar 21.776-29.567 kg/m³, pada stasiun
4a berkisar 21.668-21.987 kg/m³, pada stasiun 9 berkisar 20.328-21.941 kg/m³ dan pada
stasiun 20 berkisar 22.128-31.195 kg/m³. Nilai densitas berbanding lurus dengan nilai
salinitas. Dan nilai densitas dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan tekanan pada perairan.
3. Grafik yang telah diperoleh berbeda tergantung dengan nilai yang menjadi parameternya.
Pada grafik suhu, nilai dimulai dari kanan dan berangsur-angsur ke kiri seiring dengan
bertambahnya kedalaman. Pada grafik salinitas dan densitas, grafik dimulai dari kiri dan
berangsur-angsur ke kanan seiring dengan bertambahnya kedalaman.
4. Peta kontur pada persebaran suhu dan salinitas memiliki Sebagian wilayah yang merata
dan Sebagian lagi tidak. Persebaran suhu dan salinitas juga berbeda di wilayah yang rapat
dan wilayah yang renggang. Pada peta kontur densitas, persebaran nilainya relative
merata di seluruh wilayah.
5.2. Saran
1. Praktikan datang tepat waktu agar waktu tidak terbuang.
2. Praktikan diharapkan lebih memperhatikan asisten pada saat praktikum berlangsung.
3. Praktikan diharapkan menyiapkan diri lebih maksimal sebelum memulai praktikum.
4. Praktikan diharapkan lebih aktif lagi saat praktikum agar tidak keliru saat mengerjakan
tugas dan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Khairul, Muchlizar dan Asep Ma'Mun. 2018. "Variasi Bulanan Salinitas, pH dan Oksigen
Terlarut di Perairan Estuari Bengkalis." Majalah Ilmiah Globe, 20(2): 57-66.
Caroline, Jenny., Kurnia Hadi. Putra dan Maria E.D.C. Tavares. 2017. "Pengolahan Air Laut Dengan
Menggunakan Karbon Aktif dari Akar Mangrove." Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Terapan, 5.
Fataha, Siti Nelly, Iis H.A. Wahab dan Achmad P. Sardju. 2019. "Perancangan Alat Pengukur Suhu
Air Laut." Jurnal PROtek, 6(1): 12-14.
Khairunnas dan Mulya Gusman. 2018. "Analisis Pengaruh Parameter Konduktivitas, Resistivitas dan
TDS Terhadap Salinitas Air Tanah Dangkal pada Kondisi Air Laut Pasang dan Air Laut Surut
di Daerah Pesisir Pantai Kota Padang." Jurnal Bina Tambang, 3(4): 1751-1760.
Napitu, Ramsen, Heron Surbakti dan Gusti Diansyah. 2016. "Identifikasi Karakteristik Massa Air
Perairan Selat Bangka Bagian Selatan." Maspari Journal, 8(2): 91-100.
Patty, Simon I., Marenda Pandu. Rizki, Husein Rifai dan Nebuchadnezzar Akbar. 2019. "Kajian
Kualitas Air dan Indeks Pencemaran Perairan Laut di Teluk Manado Ditinjau dari Parameter
Fisika-Kimia Air Laut." Jurnal Ilmu Kelauran Kepulauan, 2(2): 1-13.
Putra, T.W.L, Kunarso dan A. Rita Tisisana Dwi. 2020. "Distribusi Suhu, Salinitas dan Densitas di
Lapisan Homogen dan Termoklin Perairan Selat Makassar." Indonesian Journal of
Oceanography, 2(2): 84-94.
Ruslin, Muhammad, Muhammad Ramli dan Wa Nurgayah. 2019. "Kepadatan dan Pola Distribusi
Saccostrea cucullata di Perairan Teluk Kendari." Sapa Laut, 4(3): 135-142.
Setyanto, Dajad, Widodo S Pranowo dan Luddy Andreas Delia. 2019. "Purwarupa Instrumen CTD
Profiler." Jurnal Hidropilar, 5(2): 43-52.
Sidabutar, Evy A, Aida Sartimbul dan Muliawati Handayani. 2019. "Distribusi Suhu, Salinitas dan
Oksigen Terlarut Terhadap Kedalaman di Perairan Teluk Progi Kabupaten Trenggalek."
Journal of Fisheries and Marine Research, 3(1): 46-52.
Sugito, Muliadi dan Apriansyah. 2018. "Distribusi Salinitas si Estuari Kapuas Kecil." PRISMA
FISIKA, 6(2): 68-74.
Supu, Idawati, Baso Usman, Selviani Basri dan Sunarmi. 2016. "Pengaruh Suhu Terhadap
Perpindahan Panas pada material yang Berbeda." Jurnal Dinamika, 7(1): 62-73.
Tanto, Nugroho., Muslim Tadjuddah dan Ahmad Mustafa. 2018. "Sistem Informasi Sumberdaya
Perairan di Teluk Kendari." Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan, 3(3): 209-221.
LAMPIRAN

1. Grafik
2.1. Stasiun 2
Suhu vs. Kedalaman

Gambar 1. Grafik Suhu vs. Kedalaman Stasiun 2


Salinitas vs. Kedalaman

Gambar 2. Grafik Salinitas vs. Kedalaman Stasiun 2


Densitasi vs. Kedalaman

Gambar 3. Grafik Densitas vs. Kedalaman Stasiun 2


2.2. Stasiun 4a
Suhu vs. Kedalaman

Gambar 4. Grafik Suhu vs. Kedalaman Stasiun 4a


Salinitas vs. Kedalaman

Gambar 5. Grafik Salinitas vs. Kedalaman Stasiun 4a


Densitas vs. Kedalaman

Gambar 6. Grafik Densitas vs. Kedalaman Stasiun 4a


2.3. Stasiun 9
Suhu vs. Kedalaman

Gambar 7. Grafik Suhu vs. Kedalaman Stasiun 9


Salinitas vs. Kedalaman

Gambar 8. Grafik Salinitas vs. Kedalaman Stasiun 9


Densitasi vs. Kedalaman

Gambar 9. Grafik Densitas vs. Kedalaman Stasiun 9


2.4. Stasiun 20
Suhu vs. Kedalaman

Gambar 10. Grafik Suhu vs. Kedalaman Stasiun 20


Salinitas vs. Kedalaman

Gambar 11. Grafik Salinitas vs. Kedalaman Stasiun 20


Densitasi vs. Kedalaman

Gambar 12. Grafik Densitas vs. Kedalaman Stasiun 20


2. Data Stasiun Lengkap
Tabel 17. Data Stasiun Lengkap
Stasiun Nama NIM
1 Gamma Haqqul Fikriawan 26050119130036
2 M Azizi Dirgantara Buana Nata 26050119130041
3 Yoas Heryanto 26050119120020
4 Khofifah Itsna Maghfiroh 26050119130045
4a M Azizi Dirgantara Buana Nata 26050119130041
5 Ahmad Faiq Indra Susilo 26050119130057
6 Tia Oktavia 26050119120032
7 Gamma Haqqul Fikriawan 26050119130036
8 Yoas Heryanto 26050119120020
9 M Azizi Dirgantara Buana Nata 26050119130041
10 Tia Oktavia 26050119120032
11 Niken Wien Kautsar 26050119130073
13 Tia Oktavia 26050119120032
14 Niken Wien Kautsar 26050119130073
15 Gamma Haqqul Fikriawan 26050119130036
16 Ahmad Faiq Indra Susilo 26050119130057
17 Sativa Haliza Tiatama 26050119120008
18 Niken Wien Kautsar 26050119130073
19 Yoas Heryanto 26050119120020
20 M Azizi Dirgantara Buana Nata 26050119130041
21 Tia Oktavia 26050119120032
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA
MODUL III
ODV, SURFER, GRAPHER

Oleh:
Muhammad Azizi Dirgantara Buana Nata
26050119130041
Oseanografi A
Dosen Koordinator Praktikum:
Ir. Gentur Handoyo M. Si
19600911 198703 1 002
Asisten Praktikum:
Amelia Dwi Lestari Asni 26050118130085 Jessica Naomi Putri S. 26050118130125
Rafly Zhulkifly K. S. 26050118130082 Khalif Keninggan 26050118140100
Fransiska Krisna 26050118130072 Galang Sandi Timur 26050118140083
Yustina Wulan Millenia 26050118140104 Salsabila 26050118120018
Happy Ayu Setyaningrum 26050118140056 Mochamad Rafif Rabbani 26050117140001
Aryobimo Bharadian A. 26050118130054 Ulfa Oktaviani Nurafifah 26050118120029
Baeti Karomatul Hidayah 26050118120005 Arbi Wahid 26050118130064
Zakky Abdurrahman 26050118130063 Hajar Shofwatul Islam 26050118120007
Alfandy Rafliansyah S. 26050118140067 Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Nurin Fazira Asdwina 26050118120036 Muh. Lintang Galih Ibrahim 26050118120014

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANA DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu:
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja dan menggunakan perangkat lunak surfer serta
ODV
2. Mahasiswa dapat mengolah dan menampilkan data oseanografi seperti batimetri, sebaran
menegak serta melintang suhu dan salinitas dengan menggunakan surfer, grapher dan ODV
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Surfer
Menurut Pradipta et al., (2018) Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk
pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi dengan mendasarkan pada grid. Aplikasi ini
melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang
beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan horisontal yang dalam surfer berbentuk segi
empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan permukaan tiga dimensi. Grid
berhubungan dengan metode yang digunakan guna mendapatkan data x, y, dan z yang akan
memperlihatkan beda tinggi permukaan bumi. Data x dan y diperoleh dari penentuan posisi mendatar
dua dimensi. Sedangkan data z diperoleh dari hasil interpolasi atau proses perhitungan matematika
yang akan menentukan ketinggiannya.
Data tersebut diolah menggunakan Arc GIS dan Surfer dengan metode Kriging. Metode
kriging yaitu interpolasi geostatistik atau sebagai penghalus, yang mampu menghubungkan titik-titik
ekstrim tanpa mengisolasinya. Setelah itu data tersebut dipanggil atau diproses, hasilnya yang tampak
akan terlihat tampilan arah arus sesuai kedalaman. Data batimetri ditampilkan dalam bentuk kontur
kedalaman dan kontur 3 dimensi untuk melihat bentuk topografi dasar laut. Pemetaan Kontur dan
Pemodelan Spasial 3 Dimensi ini berbasiskan pada software Surfer (Keckler, 1994).
2.2. Grapher
Menurut Susilo et al. (2017) Grapher adalah program komputer yang dibundel dengan macOS
sejak versi 10.4 yang mampu membuat grafik 2D dan 3D dari persamaan sederhana dan kompleks.
Ini mencakup berbagai sampel mulai dari persamaan diferensial hingga penarik Toroids dan Lorenz
yang dirender 3D. Ia juga mampu menangani fungsi dan komposisi mereka. Seseorang dapat
mengedit tampilan grafik dengan mengubah warna garis, menambahkan pola ke permukaan yang
dirender, menambahkan komentar, dan mengubah font dan gaya yang digunakan untuk
menampilkannya. Grapher mampu membuat animasi grafik dengan mengubah konstanta atau
memutarnya dalam.
GrapheR, antarmuka pengguna grafis yang memungkinkan pengguna menggambar grafik
yang dapat disesuaikan dan berkualitas tinggi tanpa mengetahui perintah R. Tersedia enam jenis
grafik: histogram, plot box-and-whisker, plot batang, diagram lingkaran, kurva, dan plot sebar. Oleh
karena itu, banyak pengguna R, terutama pemula (tetapi tidak hanya), kembali ke perangkat lunak
mirip Excel dan antarmuka mereka yang dapat diklik untuk menggambar grafik yang ingin mereka
terbitkan dengan cepat. Dalam kompromi antara kecepatan dan kesederhanaan vs. kualitas grafik,
mereka harus mengorbankan kualitas grafik dalam prosesnya. Hal ini disesalkan karena R dapat
melakukan banyak hal yang tidak dapat dilakukan excel, dengan menggabungkan fungsi grafis tingkat
tinggi dan rendah. Oleh karena itu, tujuan dari paket Grapher adalah untuk menggabungkan
kesederhanaan GUI dengan kapabilitas yang kuat dan kualitas grafis dari R. Agar dapat segera diakses
oleh pemula, Grapher tidak memerlukan pengetahuan apapun tentang bahasa R. Memang, pemuatan
dataset, pilihan variabel yang akan diwakili, dan konfigurasi semua opsi grafis dibuat dengan menu,
kotak centang, dan alat lain yang dapat diklik (Setiawan, 2007)
2.3. ODV
Ocean data View adalah suatu program komputer perangkat lunak yang dibuat oleh R.
Schlitzer berfungsi untuk menampilkan hasil eksplorasi dari oseanografi dan tampilan geo-referensi,
juga urutan data (grid data) secara interaktif. Kumpulan data ODV dan konfigurasi file ditampilan
secara independen, maksudnya data pada ODV dapat dibentuk dan diubah antar sistem yang saling
mendukung. ODV dapat menampilkan secara interaktif stasiun data untuk cakupan wilayah yang
luas. Kita dapat menghasilkan peta stasiun yang berkualitas tinggi dengan menggunakan ODV.
Fasilitas general property plot pada satu atau lebih stasiun, tampilan menyebar dari stasiun yang
dipilih, properti track dari stasiun, properti distribusi general iso-surfaces. ODV juga mendukung
tampilan data skalar dan vektor dalam bentuk: titik berwarna, nilai data numeric, dan arah. ODV di
desain agar fleksibel dan mudah untuk digunakan. ia selalu menampilkan peta dengan sarana stasiun
pada layar yang dilengkapi dengan fasilitas bagi pengguna yaitu pilihan stasiun, section dan iso-
surface. ODV juga memiliki fasilitas kualitas kontrol data yang baik, juga sangat berguna untuk
pembelajaran dan pelatihan (Napitu et al., 2016).
Menurut Schiltzer (2002), Ocean Data View (ODV) adalah paket freeware untuk eksplorasi
interaktif dan tampilan grafis dari profil multi-parameter/data urutan. Awalnya dikembangkan hanya
untuk observasi oseanografi, konsep dasarnya lebih umum, dan data atau keluaran model dari wilayah
geosains lain, seperti misalnya geologi, geofisika, geografi, dan penelitian atmosfer dapat
dipertahankan dan dieksplorasi dengan ODV juga. Format data ODV dirancang untuk penyimpanan
yang padat dan akses data langsung, dan memungkinkan pembuatan kumpulan data yang sangat
besar, bahkan pada perangkat keras portabel dan terjangkau. ODV mendukung tampilan data asli
dengan titik-titik berwarna atau nilai data aktual di lokasi pengukuran. Selain itu, dua algoritma
gridding resolusi variabel yang cepat dan andal memungkinkan bayangan warna dan kontur bidang
grid di sepanjang bagian dan pada permukaan 3D umum. Sejumlah besar kuantitas turunan dapat
dipilih dan dihitung secara online. Variabel ini ditampilkan dan dianalisis dengan cara yang sama
seperti variabel dasar yang disimpan dalam file disk. ODV berjalan di PC di bawah Windows dan di
workstation UNIX di bawah SUN Solaris. Atlas elektronik eWOCE yang terdiri dari data oseanografi
dari World Ocean Circulation Experiment (WOCE) juga tersedia secara gratis melalui Internet. Galeri
petak distribusi properti yang disiapkan di sepanjang bagian WOCE memberikan gambaran singkat
tentang hidrografi, nutrisi, oksigen dan bidang pelacak transien di lautan dan, selain penggunaan
ilmiah untuk penelitian oseanografi, dapat berfungsi sebagai pengantar ilmu Samudra.
III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Rabu, 7 Oktober 2020
Waktu : 19.30
Tempat : Rumah

3.2. Materi
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum Modul 3 ini adalah sebagai berikut:
1. Laptop
2. Mouse
3. Flashdisk
4. Charger
5. Roll kabel

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum Modul 3 ini adalah sebagai berikut:
1. Software Surfer
2. Data suhu, salinitas dan densitas

3.2.3. Pengolahan Data Menggunakan Surfer


Pengolahan yang akan dilakukan pada praktikum Modul 3 ini adalah:
1. Digitasi
2. Gridding
3. Countorr Map
4. Shaded Relief
5. Image Map
6. Peta Batimetri

3.2.4. Pengolahan Data Menggunakan Surfer


1. Membuat grafik suhu berdasarkan kedalaman
2. Membuat grafik salinitas berdasarkan kedalaman
3. Membuat grafik densitas berdasarkan kedalaman
3.2.5. Pengolahan Data Menggunakan ODV
1. Membuat Maps
2. Membuat Scatter
3. Membuat Station
4. Membuat Section
5. Membuat Surface dengan 10 kedalaman berbeda
3.3. Metode
3.3.1. Surfer
3.3.1.1. Digitasi
1. Buka Aplikasi Surfer 11

2. Pilih map > new > base map

3. Pilih peta “Kendari crop” dan klik OK


4. Pada tab object manager, klik base_petakendaricrop dan ubah nilai x min max serta y
min max.

5. Klik pada peta, pilih Map > Digitize

6. Mulai digitasi sampai selesai


7. Setelah selesai, simpan data digitasi

3.3.1.2. Gridding
1. Pilih Grid > Data

2. Masukkan file hasil digitasi


3. Ubah X min mas dan Y min max dan # of Nodes pada X 100 dan Y 67

4. Gridding Report akan muncul dan tambahkan nama dan nim

5. Setelah selesai, simpan data grid


3.3.1.3. Countour Map
1. Pilih Map > New > Countour Map

2. Masukkan data yang sudah di grid

3. Pada windows object manager, klik tab level


4. Pada data range minimum ubah menjadi 0

5. Pada filled countour, masukkan warna yang sudah ditentukan

6. Tambahkan nama dan nim diatas peta


7. Setelah selesai, export peta dengan format .png

3.3.1.4. Shaded Relief


1. Pilih Map > New > Shaded Relief

2. Masukkan data yang sudah digrid


3. Pada windows object manager, pilih warna yang sudah ditentukan

4. Mauskkan peta kontur dengan pilih Map > Add > Countour Map

5. Pada windows object manager pada peta kontur, ubah data range minimum menjadi 0

6. Tambahkan nama dan nim diatas peta


7. Setelah selesai, export peta dengan format .png

3.3.1.5. Image Map


1. Pilih Map > New > Image Map

2. Masukkan data yang sudah digrid


3. Pada windows object manager, pilih warna yang sudah ditentukan

4. Tambahkan nama dan nim diatas peta


5. Setelah selesai, export peta dengan format .png

3.3.1.6. Peta Batimetri


1. Pilih Map > New > 3D Surfaces

2. Masukkan data yang sudah digrid


3. Pada windows object manager, pilih warna yang sudah ditentukan

4. Pilih Map > New > 3D Wireframe

5. Masukkan data yang sudah digrid


6. Pada 3D Wireframe object manager, unchecklist X dan Y, dan checklist Z

7. Pada object manager klik Map, lalu ubah menjadi perspective

8. Posisikan 3D Surfaces dan 3D Wireframe dengan menggunakan trackball


9. Tambahkan nama dan nim diatas peta

10. Setelah selesai, export peta dengan format .png


3.3.2. Grapher
1. Buka aplikasi Grapher

2. Klik file lalu buka data excel stasiun yang akan diolah

3. Blok parameter yang ingin diolah lalu klik Line Scatter


4. Klik kanan pada sumbu x dan pilih Position Axis

5. Ubah posisi label menjadi diatas

6. Namakan setiap sumbu dengan parameter masing-masing


7. Pada sumbu Y ubah menjadi nilai maksimum dibawah

8. Atur offset pada sumbu x menjadi 0.5 dan pada sumbu y menjadi -0.2

9. Beri judul pada grafik dan ubah boxline menjadi invisible


10. Export file dengan format PNG dan ulangi langkah-langkah untuk beda grafik

3.3.3. ODV
1. Buka aplikasi ODV

2. Klik File > New dan simpan dengan nama yang sudah ditentukan
3. Pada jendela yang muncul pilih User specifies variables manually

4. Edit parameter salinitas dan tambahkan parameter densitas

5. Setelah muncul peta, perbesar ke arah perairan Kendari


6. Import data stasiun 1-21

7. Pada jendela yang muncul pastikan data latitude dan longitude sudah sesuai

8. Pada jendela Import option hubungkan parameter yang akan diolah


9. Simpan peta dengan format PNG setelah data semua stasiun telah dimasukkan

10. Klik kanan pada luar peta, dan pilih Layout templates > Station Windows.

11. Ubah posisi dan tambahkan grafik, lalu ubah variable X nya dengan suhu, salinitas dan
densitas
12. Simpan gambar dengan format PNG

13. Klik kanan pada luar peta, dan pilih Layout templates > Scatter Windows

14. Ubah posisi dan tambahkan grafik, lalu ubah variable X dengan suhu, salinitas dan
densitas
15. Simpan gambar dengan format PNG

16. Klik kanan pata luar peta, pilih layout templates > Section Windows

17. Ubah posisi dan tambahkan grafik lalu ubah variable Z dengan suhu, salinitas dan
densitas. Pada variable X ganti dengan Section Distances
18. Klik kanan pada salah satu grafik, lalu pilih Display Style, lalu masukkan nilai 250 pada
scale lengths

19. Tambahkan garis kontur pada tiap-tiap grafik

20. Simpan gambar dengan format PNG


21. Klik kanan pada luar peta, pilih layout templates > Surfaces Windows

22. Ubah posisi dan tambahkan peta

23. Masukkan nilai 400 pada scale lengths pada variable X dan Y
24. Berikan garis kontur

25. Pilih View > Isosurface variable pilih variasi kedalaman dan parameter

26. Sinkronkan parameter tersebut


27. Simpan gambar dengan format PNG dan ulangi hingga kedalaman 350 meter
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Surfer
4.1.1.1. Countour Map
a. Temperatur
Gambar 1. Kedalaman 0 Meter Gambar 5. Kedalaman 100 Meter

Gambar 2. Kedalaman 10 Meter Gambar 6. Kedalaman 150 Meter

Gambar 7. Kedalaman 200 Meter


Gambar 3. Kedalaman 30 Meter

Gambar 8. Kedalaman 250 Meter


Gambar 4. Kedalaman 50 Meter

Gambar 9. Kedalaman 300 Meter Gambar 10. Kedalaman 350 Meter


b. Salinitas

Gambar 11. Kedalaman 0 Meter Gambar 15. Kedalaman 100 Meter

Gambar 16. Kedalaman 150 Meter


Gambar 12. Kedalaman 10 Meter

Gambar 13. Kedalaman 30 Meter

Gambar 17. Kedalaman 200 Meter

Gambar 14. Kedalaman 50 Meter


Gambar 18. Kedalaman 250 Meter
Gambar 19. Kedalaman 300 Meter Gambar 20. Kedalaman 350 Meter

c. Densitas

Gambar 21. Kedalaman 0 Meter


Gambar 24. Kedalaman 50 Meter

Gambar 22. Kedalaman 10 Meter


Gambar 25. Kedalaman 100 Meter

Gambar 23. Kedalaman 30 Meter


Gambar 26. Kedalaman 150 Meter
Gambar 27. Kedalaman 200 Meter Gambar 29. Kedalaman 300 Meter

Gambar 28. Kedalaman 250 Meter Gambar 30. Kedalaman 350 Meter
4.1.1.2. Shaded Relief
a. Temperatur

Gambar 34. Kedalaman 50 Meter

Gambar 31. Kedalaman 0 Meter

Gambar 35. Kedalaman 100 Meter


Gambar 32. Kedalaman 10 Meter

Gambar 36. Kedalaman 150 Meter


Gambar 33. Kedalaman 30 Meter
Gambar 37. Kedalaman 200 Meter Gambar 39. Kedalaman 300 Meter

Gambar 38. Kedalaman 250 Meter Gambar 40. Kedalaman 350 Meter

b. Salinitas

Gambar 41. Kedalaman 0 Meter Gambar 42. Kedalaman 10 Meter


Gambar 43. Kedalaman 30 Meter Gambar 46. Kedalaman 150 Meter

Gambar 47. Kedalaman 200 Meter


Gambar 44. Kedalaman 50 Meter

Gambar 48. Kedalaman 250 Meter


Gambar 45. Kedalaman 100 Meter
Gambar 49. Kedalaman 300 Meter Gambar 50. Kedalaman 350 Meter

c. Densitas

Gambar 51. Kedalaman 0 Meter Gambar 53. Kedalaman 30 Meter

Gambar 52. Kedalaman 10 Meter Gambar 54. Kedalaman 50 Meter


Gambar 55. Kedalaman 100 Meter Gambar 58. Kedalaman 250 Meter

Gambar 59. Kedalaman 300 Meter


Gambar 56. Kedalaman 150 Meter

Gambar 60. Kedalaman 350 Meter


Gambar 57. Kedalaman 200 Meter
4.1.1.3. Image Map
a. Temperatur

Gambar 61. Kedalaman 0 Meter Gambar 64. Kedalaman 50 Meter

Gambar 62. Kedalaman 10 Meter


Gambar 65. Kedalaman 100 Meter

Gambar 63. Kedalaman 30 Meter Gambar 66. Kedalaman 150 Meter


Gambar 67. Kedalaman 200 Meter Gambar 69. Kedalaman 300 Meter

Gambar 68. Kedalaman 250 Meter Gambar 70. Kedalaman 350 Meter

b. Salinitas

Gambar 71. Kedalaman 0 Meter Gambar 72. Kedalaman 10 Meter


Gambar 73. Kedalaman 30 Meter Gambar 76. Kedalaman 150 Meter

Gambar 77. Kedalaman 200 Meter


Gambar 74. Kedalaman 50 Meter

Gambar 78. Kedalaman 250 Meter


Gambar 75. Kedalaman 100 Meter
Gambar 79. Kedalaman 300 Meter Gambar 80. Kedalaman 350 Meter

c. Densitas

Gambar 83. Kedalaman 30 Meter

Gambar 81. Kedalaman 0 Meter

Gambar 84. Kedalaman 50 Meter

Gambar 82. Kedalaman 10 Meter


Gambar 85. Kedalaman 100 Meter
Gambar 89. Kedalaman 300 Meter

Gambar 86. Kedalaman 150 Meter


Gambar 90. Kedalaman 350 Mete

Gambar 87. Kedalaman 200 Meter

Gambar 88. Kedalaman 250 Meter


4.1.1.4. Peta Batimetri

Gambar 91. Peta Batimetri


4.1.2. Grapher
4.1.2.1. Temperature vs. Depth
a. Stasiun 2

b. Stasiun 4a
c. Stasiun 9

d. Stasiun 20
4.1.2.2. Salinity vs. Depth
a. Stasiun 2

b. Stasiun 4a
c. Stasiun 9

d. Stasiun 20
4.1.2.3. Density vs. Depth
a. Stasiun 2

b. Stasiun 4a
c. Stasiun 9

d. Stasiun 20
4.1.3. Ocean Data Vies
4.1.3.1. Map

4.1.3.2. Station

4.1.3.3. Scatter
4.1.3.4. Section

4.1.3.5. Surface
a. 0 m
b. 10 m

c. 30 m

d. 50 m
e. 100 m

f. 150 m

g. 200 m
h. 250 m

i. 300 m

j. 350 m
4.2. Pembahasan
4.2.1. Surfer
4.2.1.1. Digitasi
Digitasi adalah proses perubahan dari data analog menjadi data digital. Proses digitasi akan
menghasilkan suatu file dengan format Shapefile (.Shp) yaitu format data vektor yang digunakan
untuk menyimpan lokasi , bentuk, dan atribut dari fitur geografis. Format data Shp disimpan dalam
satu set file terkait dan berisi dalam satu kelas fitur. Format data ini berisikan tentang data referensi
geografis yang didefinisikan sebagai objek tunggal seperti jalan, sungai, landamark, dan lain-lain.
Digitasi peta Kendari dilakukan untuk membuat peta digital dari perairan Kendari. Pada
proses digitasi ini memerlukan tiga kali perulangan, karena data yang dihasilkan bocor. Kebocoran
hasil digitasi itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tidak konsistennya jarak antar titik,
terlalu rapat jarak antar titik dan terlalu renggang jarak antar titik. Jumlah titik yang optimum untuk
proses digitasi adalah sekitar 100-200 titik.
4.2.1.2. Gridding
Setelah melakukan digitasi, data tersebut akan dioalah oleh Ms. Excel serta Surfer dan akan
diperoleh data grid. Pada tools grid di surfer kemudian digabung dengan data longitude serta latitude
kemudian digabung juga dengan data sesuai dengan parameter yang digunakan (suhu, salinitas dan
densitas) serta data batimetri. Setelah gridding dilakukan, maka akan muncul sebuah grid report.
Pada grid report ini terdapat beberapa parameter, yaitu Data Source, Data Counts, Exclusion
Filtering, Duplicate Filtering, Gridding Rules, Output Grid. Pada Data Source, Kolom X akan diisi
oleh A, kolom Y akan diisi oleh B dan kolom Z akan diisi oleh C. Pada Data Counts sendiri terdapat
145 data asli, 133 data aktif, dan 12 duplicat data.
4.2.1.3. Countour Map
Peta kontur yang dihasilkan yaitu peta dengan kedalaman 0 meter sampai dengan
kedalaman 350 meter dengan tiga parameter yang berbeda, yaitu suhu, salinitas dan densitas. Nilai
yang dihasilkan juga berdasarkan dari kedalaman dan parameter yang diolah oleh aplikasi. Peta
kontur yang diolah berwarna Chroma Depth. Pada peta kontur ini, masih terdapat daratan, sehingga
kita harus menghilangkannya terlebih dahulu. Cara menghilangkan daratan yaitu dengan membuka
window object manager pada peta kontur dan cari minimumnya. Nilai pada kolom minimum ini
diubah menjadi 0, setelah itu daratan akan hilang. Untuk memunculkan skala nya, pada window object
manager terdapat pilihan untuk mengaktifkannya, yaitu dengan cara mencentang kotaknya.
Nilai-nilai dari peta kontur ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Parameter berbeda,
maka faktor penyebab nilainya pun berbeda. Pada parameter suhu, faktor pembedanya adalah
intensitas cahaya dan kedalaman perairan. Pada parameter salinitas dipengaruhi oleh kedalaman dan
letak perairan, jika perairan di dekat daratan maka nilai salinitas akan seragam atau lebih rendah dari
perairan yang jauh dari daratan. Hal ini disebabkan oleh run off yang berasal dari aliran sungai yang
ada di daratan. Dan untuk parameter densitas sendiri dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan kedalaman
suatu perairan.
4.2.1.4. Shadded Relief
Shaded Relif adalah metode yang mempresentasikan gambaran relief sebuah lapisan pada
data dengan format 2 dimensi. Pada shaded relief ini diberi warna Chroma Depth. Analisis data pada
peta shaded relief adalah pada warna yang berbeda akibat dari sudut datangnya matahari atau
pantulan cahaya matahari. Warna biru terang menunjukkan daerah tersebut banyak menerima
pantulan sinar matahari, sedangkan yang gelap menunjukkan kurangnya pantulan sinar matahari.
Selanjutnya adalah kerapatan, semakin rapat maka akan semakin tidak merata persebarannya. Pada
temperature semakin dalam maka akan semakin rapat. Hal ini karena kurangnya intensitas cahaya
yang masuk ke dalam air. Pada salinitas dan densitas, persebarannya akan dipengaruhi oleh suhu.
Semakin dalam maka nilai salinitas dan densitas akan semakin tinggi.
4.2.1.5. Image Map
Hasil dari pengolahan peta image map disajikan dengan bentuk 2 dimensi. Pada peta image
map warna yang dipakai adalah Chroma Depth. Perubahan warna yang terjadi disebabkan oleh
perbedaan nilai di setiap parameter. Dengan warna biru sebagai nilai minimum dan warna ungu
sebagai nilai maksimum. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, nilai pada suhu jika semakin dalam
maka nilai maksimum dan minimum nya berkurang. Sedangkan pada parameter salinitas dan densitas
juga mengalami hal yang sama denga suhu. Seiring bertambahnya kedalaman maka nilai maksimum
dan minimumnya berkurang. Maka dari itu, nilai suhu, salinitas dan densitas dipengaruhi oleh
topografi suatu perairan.
4.2.1.6. Peta Batimetri
Peta batimetri menampilkan data dengan tampilan 3 Dimensi. Peta batimetri dihasilkan
dari proses penggabungan 3D Wireframe dan 3D Surfaces. Peta diberi warna Chroma Depth dan
memiliki kedalaman maksimum 700 meter. Peta batimetri ini menunjukkan topografi dasar laut
sebenarnya dari suatu perairan atau berdasarkan dengan praktikum ini topografi dasar laut perairan
Kendari. Warna biru menunjukkan kedalaman maksimum yaitu dengan kedalaman hingga 750 meter.
Dan warna merah adalah warna perairan dangkal. Peta batimetri dapat dimanfaatkan untuk beberapa
keperluan seperti menentukan jalur pelayaran yang aman dan perencanaan bangungan pinggir pantai.

4.2.2. Grapher
4.2.2.1. Temperature vs Depth
Pada stasiun pertama, yaitu stasiun 2 grafik yang dihasilkan menunjukkan bahwa seiring
dengan bertambahnya kedalaman, maka akan semakin rendah nilai dari suhu airnya. Perbedaan suhu
yang dialami bergantung oleh beberapa faktor. Faktor-faktornya adalah kedalaman, intensitas cahaya
matahari dan topografi atau letak gografis perairan.. Pada stasiun selanjutnya adalah stasiun 4a.
Stasiun 4a terletak di dekat daratan. Sehinggan kedalaman yang diperoleh masih terbilang dangkal.
Sehingga di seluruh kedalaman stasiun 4a masih merupakan lapisan campuran, yang suhunya masih
belum stabil. Nilai suhu pada stasiun 4a berkisar antara 27,9 – 27,6 ºC dengan kedalaman yang hanya
sampai 37 meter. Selanjutnya adalah stasiun 9. Pada stasiun 9 topografi dasar perairannya tidak jauh
berbeda dengan stasiun 4a. Hal ini diakarenakan stasiun 9 merupakan stasiun yang dekat dengan
daratan. Sehingga perairan tersebut merupakan perairan dangkal. Sama halnya demgan stasiun 4a,
lapisan yang ada pada stasiun 9 juga hanya terdiri dari lapisan campuran. Nilai yang diperoleh pada
stasiun 9 berkisar antara 28,6-27,6 ºC. Dan yang terakhir adalah stasiun 20. Kedalaman maksimal
dari stasiun ini yaitu 718 meter. Pada stasiun ini grafik yang dihasilkan menunjukkan bahwa pada
stasiun ini memiliki tiga lapisan, yaitu lapisan campuran, lapisan termoklin dan lapisan dalam.
Lapisan termoklin adalah lapisan dimana suhu berubah secara signifikan terhadap kedalaman. Nilai
yang diperoleh pada stasiun ini adalah pada lapisan campuran berkisar 26 ºC, pada lapisan termoklin
berkisar antara 25 – 12 ºC dan pada lapisan dalam berkisar antara 3 – 10 ºC.
4.2.2.2. Salinity vs Depth
Grafik salinitas atau kadar garam pada perairan terhadap kedalaman secara umum memiliki
bentuk yang terbalik dengan grafik suhu. Pada grafik suhu dimulai dari kanan dan berangsur-angsur
ke kiri seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada grafik salinitas dilmulai dari kiri dan
berangsur-angsur ke kanan seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada stasiun yang pertama,
yaitu stasiun 2 menunjukkan hasil grafik yang sesuai dengan teori yang sebelumnya sudah
disebutkan. Yaitu, semakin dalam maka nilai salinitas juga akan meningkat. Nilai yang diperoleh
pada stasiun 2 adalah pada lapisan campuran 33,5‰ pada lapisan haloklin berkisar antara 33,6 –
34,5‰ dan pada lapisan dalam berangsur-angsur naik secara perlahan mulai dengan nilai 34,6‰.
Pada stasiun selanjutnya, yaitu stasiun 4a grafik yang dihasilkan masih belum beraturan. Hal ini
disebabkan oleh pada stasiun 4a merupakan perairan yang dangkal. Oleh karena itu, lapisan yang
tercipta hanya satu, yaitu lapisan campuran. Nilai yang diperloeh berkisar 33,54 – 33,66‰. Pada
stasiun yang ketiga adalah stasiun 9. Sama halnya dengan stasiun 4a, stasiun 9 juga menunjukkan
kondisi perairan yang dangkal. Namun, pada stasiun ini terlihat grafiknya menunjukkan adanya tiga
lapisan. Yaitu lapisan campuran, lapisan haloklin dan lapisan dalam. Hal ini mungkin terjadi karena
distribusi suhu yang tidak merata ataupun juga pengaruh dari penguapan. Pada stasiun ini nilai
salinitasnya berkisar antara 32-33.6‰. Dan yang terakhir adalah stasiun 20. Stasiun 20 menunjukkan
perairan yang dalam. Kedalaman maksimum adalah 718 meter. Grafik yang dihasilkan pada stasiun
ini menunjukkan bahwa pada kedalaman 150-400 meter terjadi perbedaan nilai yang tidak teratur.
Berbeda halnya dengan haloklin yang merupakan perbedaan secara signifikan seiring dengan
bertambahnya kedalaman, pada kedalaman ini menunjukkan nilai seperti pada lapisan campuran.
Nilai salinitas dipengaruhi oleh adanya aliran air laut, penguapan, curah hujan, intensitas cahaya dan
pasang surut air laut.
4.2.2.3. Density vs Depth
Pada grafik densitas terhadap kedalaman memiliki bentuk yang sama dengan grafik
salinitas, yaitu dimulai dari kiri dan berangsur-angsur akan ke kanan seiring dengan bertambahnya
kedalaman. Nilai densitas perairan akan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada
stasiun 2 terdapat tiga jenis lapisan, yaitu lapisan campuran, lapisan piknoklin dan lapisan dalam.
Karena pada stasiun 2 menunjukkan sebuah perairan yang dalam. Nilai yang diperoleh pada stasiun
ini pada lapisan campuran berkisar antara 21-22 kg/m³, pada lapisan piknoklin berkisar antara 23-26
kg/m³ dan pada lapisan dalam berangsur-angsur naik mulai dari 26 kg/m³. Pada stasiun selanjutanya,
yaitu stasiun 4a merupakan stasiun yang dekat dengan daratan. Maka dari itu, pada stasiun ini
termasuk dengan perairan yang dangkal. Pada stasiun ini hanya terdapat satu buah lapisan, yaitu
hanya lapisan campuran saja karena merupakan perairan yang dangkal. Nilai densitas yang diperoleh
pada stasiun ini adalah berkisar antara 21,65 - 21,95 kg/m³. Pada stasiun ketiga, yaitu stasiun 9 juga
merupakan stasiun yang dekat dengan daratan. Namun pada stasiun ini memiliki tiga lapisan seperti
halnya dengan stasiun 2. Hal ini disebabkan oleh suhu yang tidak merata. Nilai yang diperoleh pada
stasiun ini adalah berkisar antara 26,5 – 27,8 kg/m³. Dan yang terakhir adalah stasiun 20. Pada stasiun
ini merupakan stasiun yang memiliki kedalaman paling dalam, yakni 718 meter. Lapisan ini memiliki
tiga lapisan seperti stasiun 2. Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa nilai densitas akan
bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Nilai densitas sendiri dipengaruhi oleh suhu,
salinitas, kedalaman dan tekanan suatu perairan. Nilai yang diperoleh pada stasiun ini adalah pada
lapisan campuran berkisar 24 kg/m³, pada lapisan piknoklin sebesar 24 – 28 kg/m³ dan pada lapisan
dalam yang nilainya berangsur-angsur naik secara perlahan mulai dari 29 kg/m³.

4.2.3. ODV
4.2.3.1. Map
Praktikum ini memiliki data stasiun sebanyak 21 stasiun. Stasiun-stasiun tersebut terletak
di perairan Kendari, Sulawesi Tenggara. Penggunaan ODV akan memberikan output suatu peta
dengan 21 stasiun yang ada di peta tersebut. Stasiun-stasiun tersebut ditandai dengan titik-titik
berwarna biru agak gelap. Letak stasiun-stasiunnya sendiri pun berdasarkan letak asli stasiun tersebut.
Karena terdapat data longitude dan latitude sehingga posisi stasiun akan sesuai dengan apa yang
terjadi di lapangan. Pada pengolahan data Map ini menggambarkan letak atau posisi stasiun yang ada
di lapangan dengan yang diolah di dalam aplikasi.
4.2.3.2. Station
Pada pembuatan station kita memasukkan parameter suhu, salinitas dan densitas. Hasil dari
pengolahan data ini adalah sebuah grafik ari stasiun-stasiun yang sudah disebutkan tadi sesuai dengan
parameter-parameter tersebut. Untuk membedakan garis pada grafik, stasiun-stasiun mempunyai
warna yang berbeda-beda. Karena pada station ini, hanya membuat satu grafik untuk satu parameter.
Grafik salinitas dan densitas memiliki pola yang sama. Sedangkan untuk suhu sendiri memiliki pola
yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai-nilai tersebut adalah intensitas cahaya
matahari, curah hujan, aliran sungai, dan kedalaman sebuah perairan. Faktor-faktor tersebut terjadi
pada wilayah yang dekat dengan daratan. Pada laut lepas, faktor yang mempengaruhi adalah angin,
arus dan gelombang.
4.2.3.3. Scatter
Pada pembuatan scatter tidak jauh berbeda dengan station. Kita memasukkan data 21
stasiun dan ada tiga parameter yang diukur, yaitu suhu, salinitas dan densitas. Hasil output-nya pun
sama, yaitu tiga buah grafik. Namun yang menjadi perbedaan adalah pada scatter ini tidak ada
pembeda untuk tiap-tiap stasiun. Semua garis pada grafik berwarna hitam. Hal yang dapat diamati
adalah pola distribusi tiap-tiap parameter terhadap kedalaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai-nilai tersebut adalah intensitas cahaya matahari, curah hujan, aliran sungai, dan kedalaman
sebuah perairan. Faktor-faktor tersebut terjadi pada wilayah yang dekat dengan daratan. Pada laut
lepas, faktor yang mempengaruhi adalah angin, arus dan gelombang.
4.2.3.4. Section
Pada tampilan dari section ini terlihat distribusi ketiga parameter terhadap kedalaman
dengan warna yang berbeda-beda di setiap nilainya. Satu warna menunjukkan suatu nilai. Parameter
yang diukur juga masih sama, yaitu suhu, salinitas dan densitas. Nilai yang ditunjukkan oleh warna-
warna tersebut dapat dilihat melalui color scale. Nilai suhu pada permukaan berwarna merah dan
semakin kedalam warnanya berubah menjadi warna ungu. Pada parameter salinitas sendiri pun hanya
terdapat sedikit warna. Hal ini karena persebaran salinitasnya yang merata. Pada permukaan berwarna
oranye dan semakin dalam warnay berubah menjadi warn merah. Dan yang terakhir adalah parameter
densitas. Pada persebaran densitas sendiri hanya terdapat beberapa warna yang artinya banyak nilai
yang seragam. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai-nilai tersebut adalah intensitas cahaya
matahari, curah hujan, aliran sungai, dan kedalaman sebuah perairan. Faktor-faktor tersebut terjadi
pada wilayah yang dekat dengan daratan. Pada laut lepas, faktor yang mempengaruhi adalah angin,
arus dan gelombang.
4.2.3.5. Surface
a. 0m
Pada peta hasil output pada surface kedalaman 0 meter hanya memiliki satu warna, yaitu
warna hijau. Warna hijau ini mewakili tiga parameter fisis perairan, yaitu suhu, salinitas dan densitas.
Hal ini mungkindisebabkan oleh perairan yang masih di permukaan sehingga persebarannya pun
masih merata. Pada parameter suhu sendiri dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, namun jika
dilihat dari hasilnya dapat dikatakan bahwa intensitas cahaya yang didapatkan oleh perairan sangat
merata. Pada kedalaman 0 meter ini nilai yang diperoleh adalah 27,5 ºC pada suhu, 33,5-34‰ pada
salinitas dan 22,5 kg/m³ pada densitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kedalaman ini adalah
intensitas cahaya matahari, curah hujan, aliran sungai, angin, arus dan gelombang.
b. 10 m
Pada kedalaman 10 meter output yang dihasilkan memiliki warna yang berbeda-beda,
walaupun tidak bervariatif. Pada parameter suhu sendiri cukup merata, namun ada suatu wilayah yang
di dekat daratan memiliki nilai yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi geografis perairan
yang berada di dekat daratan. Karena pada daerah ini bisa saja karena terjadi gelombang pecah atau
terdapat aliran sungai sehingga suhunya berubah karena tercampur oleh air tawar. Pada parameter
salinitas pun juga demikian. Pada wilayah yang sama, terdapat perbedaan warna yang memperkuat
bahwa pada wilayah tersebut merupakan kawasan estuari atau tempat bercampurnya air tawar dan air
asin. Pada parameter densitas relative lebih merata. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada
kedalaman ini adalah intensitas cahaya matahari, curah hujan, aliran sungai, angin, arus dan
gelombang. Nilai yang diperoleh adalah 27,7 – 28,1 ºC pada suhu, 33,5 - 34‰, dan pada densitas
sebesar 15-20 kg/m³.
c. 30 m
Pada kedalaman 30 meter hasil yang diperoleh pada parameter suhu warnanya merata
namun pada wilayah estuari warnanya berbeda. Hal ini disebabkan oleh masuknya aliran air tawar
melaui sungai. Pada parameter salinitas juga memiliki output yang sama dengan parameter suhu.
Sedangkan untuk parameter densitas sendiri hanya satu warna yang menandakan bahwa nilai densitas
pada kedalaman tersebut sama atau merata. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kedalaman ini
adalah intensitas cahaya matahari dan arus. Nilai yang diperoleh adalah 27,5 – 27,6 ºC pada suhu,
33,7 – 33,9‰, dan pada densitas sebesar 15-20 kg/m³.
d. 50 m
Pada kedalaman 50 meter hasil yang diperoleh menampilkan bahwa tidak semua perairan
mendapatkan warna. Karena pada perairan yang di dekat daratan merupakan perairan dangkal. Pada
parameter suhu terdapat dua warna yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan nilai. Pada parameter
salinitas dan densitas hanya memiliki satu warna yang artinya persebarannya merata. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pada kedalaman ini adalah intensitas cahaya matahari dan arus. Nilai yang
diperoleh adalah 26,5 – 27 ºC pada suhu, pada salinitas sebesar 34,1‰, dan pada densitas sebesar 20-
25 kg/m³.
e. 100 m
Pada kedalaman 100 meter hasil yang diperoleh menampilkan pada parameter suhu
terdapat dua warna yang menunjukan perbedaan nilai. Pada parameter salinitas dan densitas masih
memiliki satu warna yang menandakan nilai yang merata. Faktor yang mempengaruhi nilai pada
kedalaman ini adalah arus dalam air. Nilai yang diperoleh adalah 23 – 24 ºC pada suhu, salinitas
sebesar 34,7‰, dan pada densitas sebesar 20-28 kg/m³.
f. 150 m
Pada kedalaman 150 meter output yang diperoleh menampilkan pada parameter suhu
terdapat hanya satu warna yang menandakan bahwa persebarannya merata. Namun perbedaan kali ini
terjadi pada parameter salinitas terdapat berbagai warna. Hal ini mungkin disebabkan bahwa pada
kedalaman ini merupakan lapisan haloklin. Pada parameter densitas masih stabil dengan satu warna.
Faktor yang mempengaruhi nilai pada kedalaman ini adalah arus dalam air. Nilai yang diperoleh
adalah 18,5 – 19 ºC pada suhu, salinitas sebesar 34,7 – 34,8‰, dan pada densitas sebesar 20-28
kg/m³.
g. 200 m
Pada kedalaman 200 meter hasil yang diperoleh adalah pada parameter suhu warnanya
terdiri dari dua. Pada parameter salinitas masih diperoleh hasil yang bervariasi. Pada parameter yang
terakhir yaitu densitas masih memiliki nilai yang sama. Faktor yang mempengaruhi nilai pada
kedalaman ini adalah arus dalam air. Nilai yang diperoleh adalah 15,5 ºC pada suhu, salinitas sebesar
34,65 – 34,8‰, dan pada densitas sebesar 25-30 kg/m³.
h. 250 m
Pada kedalaman 250 meter hasil yang didapatkan adalah pada parameter suhu masih terdiri
dari dua warna. Pada parameter salinitas masih diperoleh hasil yang bervariasi. Dan yang terakhir
pada parameter densitas masih memiliki nilai yang sama. Faktor yang mempengaruhi nilai pada
kedalaman ini adalah arus dalam air. Nilai yang diperoleh adalah 13 ºC pada suhu, salinitas sebesar
34,65 – 34,8‰, dan pada densitas sebesar 25-30 kg/m³.
i. 300 m
Pada kedalaman 300 meter hasil yang diperoleh adalah pada parameter suhu masih terdiri
dari dua warna. Pada parameter salinitas diperoleh hasil tiga warna yang berbeda. Dan parameter
yang terakhir parameter densitas hasilnya masih stabil. Faktor yang mempengaruhi nilai pada
kedalaman ini adalah arus dalam air. Nilai yang diperoleh adalah 11,2 ºC pada suhu, salinitas sebesar
34,65 – 34,8‰, dan pada densitas sebesar 25-30 kg/m³.
j. 350 m
Pada kedalaman 350 meter hasil yang diperoleh adalah pada parameter suhu menunjukkan
nilai yang lebih variatif. Yaitu terdapat tiga warna yang berbeda. Pada parameter salinitas diperoleh
hasil yang diperoleh masih sama. Dan yang terakhir pada parameter densitas hasil yang diperoleh
masih sama. Faktor yang mempengaruhi nilai pada kedalaman ini adalah arus dalam air. Nilai yang
diperoleh adalah 9,8 – 10,2 ºC pada suhu, salinitas sebesar 34,65 – 34,8‰, dan pada densitas sebesar
30-35 kg/m³.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. ODV memiliki prinsip kerja visualisasi peta berdasarkan data parameter fisik air laut,
suhu, salinitas dan densitas. Sedangkan untuk prinsip kerja dari Surfer adalah analisa
spasial peta 2D maupun 3D berdasarkan data suhu, salinitas dan densitas
2. Mengolah dan menampilkan data dengan Grapher, ODV dan Surfer seperti pada kontur,
perubahan salinitas dan densitas baik secara vertikal dan horizontal dari kondisi suatu
perairan.
5.2. Saran
1. Praktikan memperhatikan praktikum dengan seksama
2. Praktikan diharapkan datang tepat waktu
3. Praktikan lebih aktif saat praktikum dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA

Keckler, D. 1994. Surfer for Windows User Guide. Colorado: Golden Software inc.
Napitu, R., H. Surbakti dan G. Diansyah.2016.Identifikasi Karakteristik Massa Air Perairan Selat
Bangka Bagian Selatan. MASPARI JOURNAL, 8(2):91-100
Pradipta, R., B.D. Yuwono dan B. Sudarsono.2018.Analisis Ketelitian HumminBird Hellix 5
CHIRPSI GPS G2 Dengan Menggunakan USV.Jurnal Geodesi Undip, 7(3)
Schlitzer, R. 2002. Interactive Analysis and Visualization of Geoscience Data with Ocean Data View.
Computers & Geosciences, 28(10):1211-1218.
Setiawan, D.2007. Panduan Praktis Menggunakan Mac. Jakarta: Mediakita
Susilo, J., A. Hamzah dan J. Triyono.2017.Analisis dan Monitoring Traffic Kinerja Jaringan Wireless
Local Area network (WLAN) di Kantor Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) Yogyakarta
Menggunakan Aplikasi MRTG Berbasis SNMP.Jurnal Jarkom, 5(2)
LAMPIRAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA
MODUL IV
MASSA AIR

Oleh:
Muhammad Azizi Dirgantara Buana Nata
26050119130041
Oseanografi A
Dosen Koordinator Praktikum:
Ir. Gentur Handoyo M. Si
19600911 198703 1 002
Asisten Praktikum:
Amelia Dwi Lestari Asni 26050118130085 Jessica Naomi Putri S. 26050118130125
Rafly Zhulkifly K. S. 26050118130082 Khalif Keninggan 26050118140100
Fransiska Krisna 26050118130072 Galang Sandi Timur 26050118140083
Yustina Wulan Millenia 26050118140104 Salsabila 26050118120018
Happy Ayu Setyaningrum 26050118140056 Mochamad Rafif Rabbani 26050117140001
Aryobimo Bharadian A. 26050118130054 Ulfa Oktaviani Nurafifah 26050118120029
Baeti Karomatul Hidayah 26050118120005 Arbi Wahid 26050118130064
Zakky Abdurrahman 26050118130063 Hajar Shofwatul Islam 26050118120007
Alfandy Rafliansyah S. 26050118140067 Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Nurin Fazira Asdwina 26050118120036 Muh. Lintang Galih Ibrahim 26050118120014

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANA DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. Tujuan

1. Memahami pengertian dasar tentang massa air dan menggunakan diagram T-S untuk
mengidentifikasi massa air.
2. Mengetahui kestabilan dan melacak Gerakan massa air pada suatu perairan.
3. Menentukan posisi massa air dengan massa air lainnya.
II. Tinjauan Pustaka

2.1. Massa Air


Massa air merupakan suatu volume air laut yang relative besar yang terbentuk di daerah
tertentu dan memilikisifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tertentu serta terdistribusi dalam waktu yang
lama dan konstan. Volume parameter oseanografi terdiri dari suhu, salinitas dan densitas. Informasi
variasi variabel tersebut diperlukan untuk mengidentifikasi massa air. Massa air paling besar berada
di laut dalam. Massa air di lautan bergerak secara vertikal dan horizontal berdasarkan oleh temperatur
dan salinitas. Penentuan pelapisan massa air berdasarkan stratifikasi temperatur. Hal ini dapat
menggunakan laju penurunan temperatur lapisan termoklin atas dan bawah. Lapisan lainnya dalam
melalui Analisa perairan atau desakan lapisan massa air dalam arah yang sama dengan salinitas yang
sama berbeda di beberapa kedalaman laut Faktor pembentuknya dari interaksi antara air di permukaan
laut dan atmosfer (Tanto et al., 2020).
Massa air dapat diidentifikasi guna mengetahui massa air tersebut dilihat melalui
parameternya. Parameter yang dimaksud adalah suhu, salinitas dan densitas. Pergerakan massa air
dibangkitkan oleh stress angin yang bekerja di permukaan air laut. Selain itu, ada juga sirkulasi
termoklin yang dibangkitkan oleh adanya perbedaan massa jenis. Sirkulasi pasang surut akibat dari
aktifitas pasang surut itu sendiri. temperatur dan salinitas merupakan karakteristik utama untuk
mengidentifikasi massa air di suatu perairan.data suhu potensial didapatkan dari data insitu serta
salinitas digunakan untuk identifikasi massa air menggunakan diagram T-S (Temperatur Salinitas).
Analisis ini sangat bermanfaat dan mampu memberikan penjelasan terbaik untuk mengenal tipe-tipe
air. Cara untuk mengenali tipe-tipe air ini sendiri yakni massa air dengan nilai suhu dan salinitas
tertentu serta massa air. Setelah pengambila data dilakukan maka dapat dilihat pada diagram T-S nya.
Diagram T-S ini akan digunakan dalam mengidentifikasi karkteristik massa air yang terjadi dan juga
pencampuran yang terjadi. Diagram ini menggunakan duan sumbu koordinat yang menggambarkan
suhu potensial serta salinitas. (Atmadipoera dan Mubaraq, 2016).
Pencampuran massa air merupakan bertemunya beberapa massa air yang memiliki sifat
berlawanan baik sifat fisik maupun sifat kimianya. Dalam proses pencampuran massa air terdapat
dua proses. Proses pencampuran massa air berupa pemindahan sifat medium massa air yang satu ke
massa air yang lain. Pergerakan massa air laut disebut juga dengan sirkulasi laut. Sirkulasi laut di
permukaan dibangkitkan oleh stress angin yang bekerja di permukaan laut. Sirkulasi air laut bukan
hanya disebabkan oleh angin namun juga disebabkan oleh pasang surut. Sirkulasi di permukaan
membawa massa air laut yang hangat dan daerah tropis menuju daerah kutub. Suhu mengalami variasi
yang sangat besar di bagian utara disebabkan adanya pergerakan massa air yang menuju atau berasal
dari Samudra Pasifik ke Indonesia (Firdaus et al., 2016).
Pergerakkan massa air atau dikenal sebagai arus merupakan fenomena yang sangat kompleks.
Hal ini berkaitan dengan besarnya variasi dan beberapa faktor. Salah satunya ialah pengontrol
terjadinya arus di perairan. Kajian terhadap pola Gerakan arus yang dihubugkan dengan proses
pasang surut penting dilakukan khususnya pada teluk, perairan semi tertutup dan sempit. Pasang surut
merupakan gaya penggerak utama sirkulasi massa airnya. Arus pada keadaan lemah baik pada
keadaan sedang bergerak pasang maupun surut umumnya terukur pada Kawasan yang dekat dengan
garis pantai. Pada ruang yang dekat dengan garis pantai, pergerakan arus umumnya mengikuti pola
yang relatif acak. Salinitas dan densitas juga mempengaruhi karakteristik massa air. Seiring
bertambahnya salinitas dan densitas maka nilai massa air juga bertambah besar. Arus (pergerakan
massa air) merupakan fenomena penting dalam oseanografi karena berkaitan dengan sirkulasi atau
aliran massa air. Gerakan-gerakan air laut disebabkan oleh beberapa faktor dan Gerakan air laut ini
sangat penting bagi beberapa proses alam laut. Baik itu biologis maupun non-biologis, frnomena-
fenomena tersebut salah satunya adalah ARLINDO (Napitu et al., 2016).
Secara vertikal massa air memiliki lapisan-lapisan yang terbentuk dengan komposisi properti
fisik tertentu seperti temperature, salinitas, densitas dan tekanan. Adanya fenomena pelapisan massa
air ini akan mempengaruhi kestabilan massa air. Dalam kondisi tidak adanya gangguan, massa air
yang memiliki densitas rendah akan selalu berada di atas massa air yang berdensitas tinggi. Adanya
gangguan akan berpotensi mendistorsi profil tersebut yang mengakibatkan ketidakstabilan struktur
secara vertikal, dimana massa air dengan densitas tinggi berada di massa air berdensitas rendah.
Parsel massa air dengan ketidakstabilan ini selanjtnya akan berisolasi atau bergerak secara vertikal
untuk mencari posisi stabil. Fluida dikatakan tidak stabil apabila terjadi kecenderungan pergerakan
atau perubahan posisi massa air secara vertikal dari kedudukan awalnya tanpa kembali lagi ke posisi
awalnya. Jika fluida tidak memberikan hambatan secara berarti terhadap gerakan secara vertikal maka
fluida dikatakan tetap netral. Fluida akan dikatakan stabil jika fluida tersebut memberikan perlawanan
gerak secara vertikal (Pond dan Pickard, 1983).
Pola pergerakan massa air akan mempengaruhi fluktuasi parameter oseanografi permukaan
seperti suhu permukaan laut, klorofil-a dan salinitas. Suhu permukaan laut merupakan salah satu
parameter oseanografi yang memiliki peranan penting dalam menganalisis fenomena air laut seperti
upwelling, downwelling dan front. Pola persebaran suhu dan salinitas terhadap kedalaman berbeda-
beda. Semakin dalam suatu perairan maka suhu akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin dalam
suatu perairan maka salinitas yang didapat akan semakin tinggi. Pengukuran arus ini sendiri bertujuan
untukmendapatkan kondisi arus di lapisan permukaan kolom perairan dan dasar perairan. Arus sejajar
pantai relatif bergerak ke arah timur laut dan utara dengan kecepatan stabil. Arus vertikal akan
semakin stabil apabila dekat dengan dasar laut. Semakin dekat dengan dasar arus relatif lebih lemah
dan lebih pasif daripada di permukaan. Namun demikian, di lapisan atas, Gerakan menjadi lebih acak
karena penurunan densitas dan interksi angin pasang surut (Wisha dan Kusumah, 2019).
2.2. Diagram T-S
Pengetahuan tentang parameter oseanografi yang dihubungkan dengan diagram temperatur
dan salinitas sangat diperlukan untuk mempelajari karakteristik dan dinamika massa air. Diagram
Temperatur-Suhu suatu perairan dapat memberikan gambaran dari mana massa air di suatu perairan
berasal. Diagram Temperatur-Salinitas adalah diagram yang menunjukkan karakteristik arus dan
massa air yang melewati suatu perairan. Variabilitas diagram Temperatur Salinitas tergantung pada
faktor-faktor yang memengaruhi perairan seperti arus, topografi perairan, suhu, salinitas, tekanan
lokal yang bekerja pada perairan dan kondisi geografis. Diagram Temperatur Salinitas dapat
digunakan untuk mengetahui persebaran massa air di laut. Diagram Temperatur Salinitas merupakan
grafik yang menunjukkan hubungan antara suhu dan salinitas. Hubungan suhu dan salinitas dapat
diketahui pula densitasnya. Diagram Temperatur Salinitas juga berfungsi untuk mengetahui massa
air beserta klasifikasinya. Diagram Temperatur Salinitas dapat digunakan untuk mengetahui
pelapisan massa air, diagram ini juga digunakan untuk mengetahui proses pencampuran massa air.
Diagram Temperatur Salinitas terbentuk karena hubungan kontur suhu dan salinitas. Cara kerja dari
diagram ini adalah memplotkan titik-titik suhu dan salinitas. Titik tersebut dihubungkan menjadi satu
titik yang menunjukkan nilai densitas (Harvianto et al., 2018).
Diagram Temperatur Salinitas juga dapat digunakan untuk mengkalsifikasikan jenis perairan
tersebut. Berdasarkan analisis dengan diagram T-S teridentifikasi 4 massa air. Terdapat dua massa
air di bawah lapisan tercampur (pada bagian atas lapisan termoklin) yaitu pada kedalaman sekitar 80
m terlihat hadirnya massa air North Indian Subtropical Water (NISW) yang berasal dari Samudera
Hindia yang pada penelitian ini dicirikan salinitas maksimum sebesar 34,8 psu yang terletak diantara
kolom σ θ=24-25 kg/m3. Massa air NISW memiliki suhu potensial antara 16-27°C dengan salinitas
berkisar antara 34,6-36,0 psu. Pada kedalaman yang sama, terdeteksi juga sisa massa air North Pacific
Subtropical Water (NPIW) dengan ciri salinitas maksimum 34,67 psu pada σ θ=24-25 kg/m3 dan
suhu pada 20°C. Pada kedalaman sekitar 200-250 teridentifikasi massa air Australasian
Mediterranean Water (AAMW) dengan dengan suhu berkisar antara 8-10°C dan salinitas 34,6-34,7
psu. Pada kedalaman lebih dari 300 m teridentifikasi massa air Intermediet Asal Pasifik Utara atau
North Pacific Intermediate Water (NPIW) dengan ciri salinitas minimum yaitu 34,4 psu dengan suhu
potensial 8°C pada kedalaman 300 m. perhitungan semacam ini dapat digunakan dengan diagram
Temperatur Salintas dengan melihat titik koordinat pada sumbu x (suhu potensial) dan juga dengan
melihat ke sumbu y (salinitas) (Firdaus et al., 2016).

2.3. Karakteristik Massa Air


Karakteristik massa air merupakan suatu sifat yang menentukan kondisi nilai suatu perairan.
Karakteristik yang dikaji dalam hal ini adalah karakteristik fisik perairan meliputi suhu, salinitas dan
densitas. Pemilihan beberapa parameter fisik yang dilakukan ini merupakan parameter penting yang
digunakan dalam mempelajari kondisi dan sifat-sifat perairan. Sifat-sifat ini meliputi sebaran dan
pelapisan massa air serta pencampuran oleh massa air (Napitu et al., 2016).
2.3.1. Karakteristik Massa Air Hindia
Arus Pasifik ke Hindia yang dikenal dengan Arlindo Samudra Hindia. Massa air laut
bergabung dengan South Equatorial Current menuju ke barat sampai di sebelah timur Afrika.
Kemudian terpecah menjadi dua, yaitu arus somali dan arus moxambik. Bersama dengan South
Equatorial Current menyebrangi ekuator. Karakteristik massa air di Samudra Hindia tidak jauh
berbeda dengan karakteristik massa air Samudra Pasifik (Firdaus et al., 2016).
Menurut Suhana (2018), Terdapat 3 jenis massa air pada Samudra Hindia. Pertama Bengal
Bay Water (BBW) dengan rentang temperatur 25-29°C dan rentang salinitas 28-35 PSU kedalaman
60 meter. Kedua South Indian Central Water (SICW) dengan rentang temperature sebesar 8-25°C
dan rentang salinitas sebesar 34,6-35,8 PSU pada kedalaman 100 meter. Ketiga yaitu ada Indian
Equatinel Water (IEW) dengan rentang temperature 8-23°C dan salinitas sebesar 34,6-25 PSU di
kedalaman 100 meter.
2.3.2. Karakteristik Massa Air Pasifik
Arlindo membawa massa air dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia yang cenderung
lebih dingin dengan melalui perairan India. Massa air dari Samudra Pasifik menuju perairan Indonesia
memiliki dua jalur. Jalur Selat Malaka yang dimulai dari Selat Danau bergerak ke Laut Sulawesi terus
bergerak ke Selat Makassar. Karakteristik massa air yang khas di perairan Indonesia sangat
berpengaruh terhadap pengoperasian kapal. Temperatur dari South Pacific Control Water adalah
23ºC-23,5ºC, serta salinitas yang berkisar antara 34,4‰ -34,8‰ (Agustinus et al., 2016).
Data massa air pada lapisan termoklin, yaitu massa air Australian Mediteranian Water serta
massa air dari North Pacific Intermeditera dengan karakteristik salinitas maksimum. Nilai kestabilan
bervariasi antara 1 sampai 5 siklus per ppm. Kestabilan massa air di Teluk atas Selat Lombok paling
stabil. Lapisan termoklin melintang secara tidak stabil, dimana ia berada di dekat dasar perairan dan
tercampur (Firdaus et al., 2016)
III. PENGOLAHAN DATA
3.1.1.1.Transek Kedua
3.1.2. Pergerakan Massa Air
3.1.2.1.Transek Pertama
3.1.2.2.Transek Kedua
3.2. Pengolahan Data Excel
3.2.1. Transek Pertama
3.2.1.1.Stasiun 4a

DATA ASLI DATA OLAH GRAFIK T-S


NO st E KET
DEPTH TEMP SALINITY DEPTH TEMP SALINITY a b sx s x+1
1 3.341 27.9104 33.5384 -3.4751 28.0445 33.6725 0.6 1.6 21 22 21.375 0.00600088 STABIL
2 4.341 27.9133 33.5162 -4.4751 28.0474 33.6503 0.5 1.6 21 22 21.3125 -6.09756E-05 TIDAK STABIL
3 5.341 27.9014 33.52 -5.4751 28.0355 33.6541 0.6 1.6 21 22 21.375 6.09756E-05 STABIL
4 6.341 27.9021 33.5244 -6.4751 28.0362 33.6585 0.7 1.7 21 22 21.41176 3.5868E-05 STABIL
5 7.341 27.8881 33.5377 -7.4751 28.0222 33.6718 0.7 1.7 21 22 21.41176 0 NETRAL
6 8.341 27.8749 33.5526 -8.4751 28.009 33.6867 0.7 1.6 21 22 21.4375 2.51076E-05 STABIL
7 9.341 27.888 33.5897 -9.4751 28.0221 33.7238 0.7 1.6 21 22 21.4375 0 NETRAL
8 10.341 27.9017 33.6107 -10.4751 28.0358 33.7448 0.7 1.7 21 22 21.41176 -2.51076E-05 TIDAK STABIL
9 11.341 27.9022 33.6332 -11.4751 28.0363 33.7673 0.7 1.7 21 22 21.41176 0 NETRAL
10 12.341 27.8812 33.6358 -12.4751 28.0153 33.7699 0.6 1.7 21 22 21.35294 -5.73888E-05 TIDAK STABIL
11 13.341 27.8125 33.6329 -13.4751 27.9466 33.767 0.8 1.6 21 22 21.5 0.000143472 STABIL
12 14.341 27.7945 33.6314 -14.4751 27.9286 33.7655 0.8 1.6 21 22 21.5 0 NETRAL
13 15.341 27.7861 33.6321 -15.4751 27.9202 33.7662 0.8 1.6 21 22 21.5 0 NETRAL
14 16.341 27.7823 33.6339 -16.4751 27.9164 33.768 0.8 1.6 21 22 21.5 0 NETRAL
15 17.341 27.7708 33.6358 -17.4751 27.9049 33.7699 0.8 1.6 21 22 21.5 0 NETRAL
16 18.341 27.747 33.6363 -18.4751 27.8811 33.7704 0.9 1.6 21 22 21.5625 6.09756E-05 STABIL
17 19.341 27.7461 33.6368 -19.4751 27.8802 33.7709 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
18 20.341 27.7464 33.6369 -20.4751 27.8805 33.771 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
19 21.341 27.7484 33.6383 -21.4751 27.8825 33.7724 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
20 22.341 27.753 33.6418 -22.4751 27.8871 33.7759 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
21 23.341 27.7522 33.6435 -23.4751 27.8863 33.7776 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
22 24.341 27.7573 33.649 -24.4751 27.8914 33.7831 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
23 25.341 27.7657 33.6552 -25.4751 27.8998 33.7893 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
24 26.341 27.7635 33.6575 -26.4751 27.8976 33.7916 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
25 27.341 27.7622 33.6637 -27.4751 27.8963 33.7978 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
26 28.341 27.7523 33.6628 -28.4751 27.8864 33.7969 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
27 29.341 27.7292 33.6645 -29.4751 27.8633 33.7986 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
28 30.341 27.7159 33.6644 -30.4751 27.85 33.7985 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
29 31.341 27.7098 33.6624 -31.4751 27.8439 33.7965 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
30 32.341 27.7033 33.6611 -32.4751 27.8374 33.7952 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
31 33.341 27.6856 33.6626 -33.4751 27.8197 33.7967 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
32 34.341 27.6353 33.6717 -34.4751 27.7694 33.8058 1.1 1.6 21 22 21.6875 0.000121951 STABIL
33 35.341 27.6205 33.6785 -35.4751 27.7546 33.8126 1.1 1.6 21 22 21.6875 0 NETRAL
34 36.341 27.6193 33.6792 -36.4751 27.7534 33.8133 1.1 1.6 21 22 21.6875 0 NETRAL
35 37.341 27.6202 33.6802 -37.4751 27.7543 33.8143 1.1 1.6 21 22 21.6875 0 NETRAL

Permisalan nilai densitas yang akan digunakan sebagai


standar menghitung pergerakan massa air = 24.5 kg/m3

s t1 s t2 z1 z2 Kedalaman pada
saat σ=24.5

Stasiun 4a tidak memiliki densitas 24.5 kg/m3


3.2.1.2.Stasiun 6

DATA ASLI DATA OLAH GRAFIK T-S


NO st E KET
DEPTH TEMP SALINITY DEPTH TEMP SALINITY a b sx s x+1
1 3.0232 27.4961 33.735 -3.1573 27.6302 33.8691 0.9 1.6 21 22 21.5625 0.00666284 STABIL
2 14.0232 27.4766 33.735 -14.1573 27.6107 33.8691 0.9 1.6 21 22 21.5625 0 NETRAL
3 24.0232 27.4133 33.776 -24.1573 27.5474 33.9101 1.3 1.6 21 22 21.8125 2.43902E-05 STABIL
4 34.0232 27.0646 33.8307 -34.1573 27.1987 33.9648 1.4 1.6 21 22 21.875 6.09756E-06 STABIL
5 44.0232 26.8184 33.8887 -44.1573 26.9525 34.0228 0.1 1.7 22 23 22.05882 1.7934E-05 STABIL
6 54.0232 26.263 34.0139 -54.1573 26.3971 34.148 0.4 1.7 22 23 22.23529 1.72166E-05 STABIL
7 64.0232 25.0713 34.2529 -64.1573 25.2054 34.387 1 1.7 22 23 22.58824 3.44333E-05 STABIL
8 74.0232 24.6734 34.3319 -74.1573 24.8075 34.466 1.5 1.7 22 23 22.88235 2.86944E-05 STABIL
9 84.0232 23.3874 34.4589 -84.1573 23.5215 34.593 0.6 1.8 23 24 23.33333 4.39981E-05 STABIL
10 94.0232 22.9341 34.483 -94.1573 23.0682 34.6171 0.9 1.8 23 24 23.5 1.62602E-05 STABIL
11 104.0232 22.5668 34.491 -104.157 22.7009 34.6251 1.1 1.8 23 24 23.61111 1.08401E-05 STABIL
12 114.0232 21.7687 34.519 -114.157 21.9028 34.6531 1.6 1.8 23 24 23.88889 2.71003E-05 STABIL
13 124.0232 20.4188 34.5709 -124.157 20.5529 34.705 0.6 1.9 24 25 24.31579 4.16488E-05 STABIL
14 134.0232 18.5997 34.6172 -134.157 18.7338 34.7513 1.4 1.9 24 25 24.73684 4.10783E-05 STABIL
15 144.0232 18.0249 34.6115 -144.157 18.159 34.7456 1.7 1.9 24 25 24.89474 1.54044E-05 STABIL
16 154.0232 17.8625 34.6119 -154.157 17.9966 34.746 1.9 1.9 24 25 25 1.02696E-05 STABIL
17 164.0232 17.7706 34.6108 -164.157 17.9047 34.7449 1.9 1.9 24 25 25 0 NETRAL
18 174.0232 17.2178 34.6122 -174.157 17.3519 34.7463 0.3 2 25 26 25.15 1.46341E-05 STABIL
19 184.0232 16.2881 34.6155 -184.157 16.4222 34.7496 0.6 2 25 26 25.3 1.46341E-05 STABIL
20 194.0232 14.8106 34.6225 -194.157 14.9447 34.7566 1.3 2.1 25 26 25.61905 3.11266E-05 STABIL
21 204.0232 14.8037 34.6056 -204.157 14.9378 34.7397 1.3 2.1 25 26 25.61905 0 NETRAL
22 214.0232 14.5911 34.6033 -214.157 14.7252 34.7374 1.5 2.1 25 26 25.71429 9.29152E-06 STABIL
23 224.0232 13.9906 34.5998 -224.157 14.1247 34.7339 1.6 2.1 25 26 25.7619 4.64576E-06 STABIL
24 234.0232 13.8071 34.5976 -234.157 13.9412 34.7317 1.8 2.1 25 26 25.85714 9.29152E-06 STABIL
25 244.0232 13.6749 34.5959 -244.157 13.809 34.73 1.9 2.1 25 26 25.90476 4.64576E-06 STABIL
26 254.0232 13.3878 34.5951 -254.157 13.5219 34.7292 2 2.1 25 26 25.95238 4.64576E-06 STABIL
27 264.0232 12.2068 34.599 -264.157 12.3409 34.7331 0.3 2.3 26 27 26.13043 1.73711E-05 STABIL
28 274.0232 11.858 34.5984 -274.157 11.9921 34.7325 0.5 2.4 26 27 26.20833 7.59986E-06 STABIL
29 284.0232 11.7216 34.5966 -284.157 11.8557 34.7307 0.6 2.4 26 27 26.25 4.06504E-06 STABIL
30 294.0232 11.6327 34.5947 -294.157 11.7668 34.7288 0.7 2.4 26 27 26.29167 4.06504E-06 STABIL
31 304.0232 11.1688 34.5939 -304.157 11.3029 34.728 0.7 2.3 26 27 26.30435 1.23719E-06 STABIL
32 314.0232 10.6253 34.606 -314.157 10.7594 34.7401 1 2.4 26 27 26.41667 1.09579E-05 STABIL
33 324.0232 10.5158 34.602 -324.157 10.6499 34.7361 1.1 2.4 26 27 26.45833 4.06504E-06 STABIL
34 334.0232 10.4106 34.6047 -334.157 10.5447 34.7388 1.2 2.4 26 27 26.5 4.06504E-06 STABIL
35 344.0232 10.389 34.6033 -344.157 10.5231 34.7374 1.2 2.4 26 27 26.5 0 NETRAL
36 354.0232 10.2018 34.6056 -354.157 10.3359 34.7397 1.3 2.4 26 27 26.54167 4.06504E-06 STABIL
37 364.0232 9.9731 34.6054 -364.157 10.1072 34.7395 1.4 2.4 26 27 26.58333 4.06504E-06 STABIL
38 374.0232 9.8691 34.6073 -374.157 10.0032 34.7414 1.5 2.4 26 27 26.625 4.06504E-06 STABIL
39 384.0232 9.8515 34.6068 -384.157 9.9856 34.7409 1.6 2.4 26 27 26.66667 4.06504E-06 STABIL
40 394.0232 9.7675 34.608 -394.157 9.9016 34.7421 1.7 2.4 26 27 26.70833 4.06504E-06 STABIL

Permisalan nilai densitas yang akan digunakan sebagai


standar menghitung pergerakan massa air = 24.5 kg/m3

s t1 s t2 z1 z2
Kedalaman pada
saat σ=24.5
24.31579 24.73684 -124.157 -134.157 -128.5323
3.2.1.3.Stasiun 16

DATA ASLI DATA OLAH GRAFIK T-S


NO st E KET
DEPTH TEMP SALINITY DEPTH TEMP SALINITY a b sx s x+1
1 3.0357 28.0468 33.5270 -3.1698 28.1809 33.6611 0.4 1.7 21 22 21.23529 0.006535857 STABIL
2 19.0357 27.7400 33.6283 -19.1698 27.8741 33.7624 0.9 1.7 21 22 21.52941 1.7934E-05 STABIL
3 35.0357 27.4916 33.8257 -35.1698 27.6257 33.9598 1.2 1.7 21 22 21.70588 1.07604E-05 STABIL
4 51.0357 27.4776 34.0265 -51.1698 27.6117 34.1606 1.5 1.7 21 22 21.88235 1.07604E-05 STABIL
5 67.0357 26.7262 33.9093 -67.1698 26.8603 34.0434 0.2 1.8 22 23 22.11111 1.39487E-05 STABIL
6 83.0357 24.3246 34.5190 -83.1698 24.4587 34.6531 0.4 1.8 23 24 23.22222 6.77507E-05 STABIL
7 99.0357 23.1752 34.5854 -99.1698 23.3093 34.7195 1 1.8 23 24 23.55556 2.03252E-05 STABIL
8 115.0357 21.9475 34.6267 -115.17 22.0816 34.7608 1.7 1.7 23 24 24 2.71003E-05 STABIL
9 131.0357 20.5512 34.6589 -131.17 20.6853 34.7930 0.8 1.9 24 25 24.42105 2.56739E-05 STABIL
10 131.0357 20.5512 34.6589 -131.17 20.6853 34.7930 0.8 1.9 24 25 24.42105 2.56739E-05 STABIL
11 147.0357 19.5822 34.6205 -147.17 19.7163 34.7546 1.2 1.9 24 25 24.63158 1.2837E-05 STABIL
12 163.0357 17.9890 34.6330 -163.17 18.1231 34.7671 1.8 1.9 24 25 24.94737 1.92555E-05 STABIL
13 179.0357 17.6338 34.6350 -179.17 17.7679 34.7691 0.3 2 25 26 25.15 1.23556E-05 STABIL
14 195.0357 16.1306 34.6330 -195.17 16.2647 34.7671 0.8 2.1 25 26 25.38095 1.40825E-05 STABIL
15 211.0357 15.7207 34.6230 -211.17 15.8548 34.7571 1.1 2.1 25 26 25.52381 8.7108E-06 STABIL
16 227.0357 14.8710 34.6154 -227.17 15.0051 34.7495 1.5 2.1 25 26 25.71429 1.16144E-05 STABIL
17 243.0357 14.4704 34.6148 -243.17 14.6045 34.7489 1.6 2.1 25 26 25.7619 2.9036E-06 STABIL
18 259.0357 12.8847 34.6119 -259.17 13.0188 34.7460 0.2 2.2 26 27 26.09091 2.00612E-05 STABIL
19 275.0357 11.9665 34.6115 -275.17 12.1006 34.7456 0.5 2.3 26 27 26.21739 7.71233E-06 STABIL
20 291.0357 11.2430 34.6118 -291.17 11.3771 34.7459 0.9 2.3 26 27 26.3913 1.06045E-05 STABIL
21 307.0357 10.8719 34.6159 -307.17 11.0060 34.7500 1.1 2.3 26 27 26.47826 5.30223E-06 STABIL
22 323.0357 10.3806 34.6208 -323.17 10.5147 34.7549 1.4 2.3 26 27 26.6087 7.95334E-06 STABIL
23 339.0357 9.9827 34.6244 -339.17 10.1168 34.7585 1.6 2.4 26 27 26.66667 3.53482E-06 STABIL
24 355.0357 9.4667 34.6235 -355.17 9.6008 34.7576 1.9 2.5 26 27 26.76 5.69106E-06 STABIL
25 371.0357 9.2142 34.6235 -371.17 9.3483 34.7576 2 2.4 26 27 26.83333 4.47154E-06 STABIL
26 387.0357 8.9743 34.6291 -387.17 9.1084 34.7632 2.1 2.4 26 27 26.875 2.54065E-06 STABIL
27 403.0357 8.8181 34.6333 -403.17 8.9522 34.7674 2.2 2.4 26 27 26.91667 2.54065E-06 STABIL
28 419.0357 8.5580 34.6365 -419.17 8.6921 34.7706 2.3 2.4 26 27 26.95833 2.54065E-06 STABIL
29 435.0357 8.3746 34.6403 -435.17 8.5087 34.7744 2.35 2.4 26 27 26.97917 1.27033E-06 STABIL
30 451.0357 8.2441 34.6407 -451.17 8.3782 34.7748 2.4 2.4 26 27 27 1.27033E-06 STABIL
31 467.0357 8.1906 34.6399 -467.17 8.3247 34.7740 2.4 2.4 26 27 27 0 NETRAL
32 483.0357 8.0286 34.6403 -483.17 8.1627 34.7744 0.1 2.6 27 28 27.03846 2.34522E-06 STABIL
33 435.0357 8.3746 34.6403 -435.17 8.5087 34.7744 0.15 2.6 27 28 27.05769 -3.90869E-07 TIDAK STABIL
34 451.0357 8.2441 34.6407 -451.17 8.3782 34.7748 2.35 2.4 26 27 26.97917 -4.78815E-06 TIDAK STABIL
35 467.0357 8.1906 34.6399 -467.17 8.3247 34.7740 2.35 2.4 26 27 26.97917 0 NETRAL
36 483.0357 8.0286 34.6403 -483.17 8.1627 34.7744 0.1 2.6 27 28 27.03846 3.61554E-06 STABIL
37 499.0357 7.9423 34.6407 -499.17 8.0764 34.7748 0.15 2.6 27 28 27.05769 1.17261E-06 STABIL
38 515.0357 7.8812 34.6388 -515.17 8.0153 34.7729 0.15 2.6 27 28 27.05769 0 NETRAL
39 531.0357 7.8497 34.6419 -531.17 7.9838 34.7760 0.2 2.6 27 28 27.07692 1.17261E-06 STABIL
40 547.0357 7.8002 34.6418 -547.17 7.9343 34.7759 0.2 2.6 27 28 27.07692 0 NETRAL

Permisalan nilai densitas yang akan digunakan sebagai


standar menghitung pergerakan massa air = 24.5 kg/m3

s t1 s t2 z1 z2 Kedalaman pada
saat σ=24.5
24.42105 24.63158 -131.17 -147.17 -137.1698
3.2.1.4.Satsiun 17

DATA ASLI DATA OLAH GRAFIK T-S


NO st E KET
DEPTH TEMP SALINITY DEPTH TEMP SALINITY a b sx s x+1
1 19.0208 27.8806 33.5964 -19.1549 28.0147 33.7305 0.8 1.6 21 22 21.5 1.237477095 STABIL
2 37.0208 27.5266 33.9844 -37.1549 27.6607 34.1185 1.4 1.6 21 22 21.875 0.649098437 STABIL
3 55.0208 25.4871 34.2562 -55.1549 25.6212 34.3903 0.9 1.6 22 23 22.5625 0.451005373 STABIL
4 73.0208 23.7439 34.5375 -73.1549 23.878 34.6716 0.8 1.8 23 24 23.44444 0.353325615 STABIL
5 91.0208 22.3247 34.6044 -91.1549 22.4588 34.7385 1.4 1.8 23 24 23.77778 0.287587392 STABIL
6 109.0208 21.9284 34.6325 -109.155 22.0625 34.7666 1.8 1.8 23 24 24 0.242407808 STABIL
7 127.0208 20.0908 34.6484 -127.155 20.2249 34.7825 0.9 1.9 24 25 24.47368 0.212199741 STABIL
8 145.0208 18.2369 34.614 -145.155 18.371 34.7481 0 2 25 26 25 0.189883359 STABIL
9 163.0208 17.4742 34.6198 -163.155 17.6083 34.7539 0.45 2 25 26 25.225 0.170454963 STABIL
10 181.0208 16.0839 34.6127 -181.155 16.218 34.7468 1 2 25 26 25.5 0.155191772 STABIL
11 199.0208 15.5307 34.6042 -199.155 15.6648 34.7383 1.3 2 25 26 25.65 0.141995628 STABIL
12 217.0208 14.1906 34.5995 -217.155 14.3247 34.7336 1.65 2.1 25 26 25.78571 0.130914614 STABIL
13 235.0208 13.2068 34.5955 -235.155 13.3409 34.7296 0.1 2.3 26 27 26.04348 0.122102218 STABIL
14 253.0208 12.4606 34.5956 -253.155 12.5947 34.7297 0.5 2.3 26 27 26.21739 0.114177817 STABIL
15 271.0208 12.0085 34.5915 -271.155 12.1426 34.7256 0.7 2.3 26 27 26.30435 0.106951943 STABIL
16 289.0208 11.7045 34.5921 -289.155 11.8386 34.7262 0.85 2.3 26 27 26.36957 0.100542808 STABIL
17 307.0208 10.9765 34.5985 -307.155 11.1106 34.7326 1.1 2.4 26 27 26.45833 0.094969387 STABIL
18 325.0208 10.6571 34.6021 -325.155 10.7912 34.7362 1.3 2.4 26 27 26.54167 0.089994607 STABIL
19 343.0208 10.5651 34.6024 -343.155 10.6992 34.7365 1.4 2.4 26 27 26.58333 0.085407858 STABIL
20 361.0208 10.2081 34.6063 -361.155 10.3422 34.7404 1.5 2.4 26 27 26.625 0.081278317 STABIL
21 379.0208 9.6784 34.615 -379.155 9.8125 34.7491 1.8 2.4 26 27 26.75 0.077783183 STABIL
22 397.0208 9.3174 34.6094 -397.155 9.4515 34.7435 2 2.4 26 27 26.83333 0.074489198 STABIL
23 415.0208 9.1599 34.6139 -415.155 9.294 34.748 2.1 2.4 26 27 26.875 0.071370198 STABIL
24 433.0208 8.8894 34.6184 -433.155 9.0235 34.7525 2.3 2.5 26 27 26.92 0.068518906 STABIL
25 451.0208 8.6061 34.6234 -451.155 8.7402 34.7575 2.4 2.5 26 27 26.96 0.065882915 STABIL
26 469.0208 8.3009 34.6253 -469.155 8.435 34.7594 2.45 2.5 26 27 26.98 0.063402194 STABIL
27 487.0208 8.08 34.6252 -487.155 8.2141 34.7593 0 2.6 27 28 27 0.061104794 STABIL
28 505.0208 7.9074 34.628 -505.155 8.0415 34.7621 0.15 2.6 27 28 27.05769 0.059053383 STABIL
29 523.0208 7.8354 34.627 -523.155 7.9695 34.7611 0.3 2.7 27 28 27.11111 0.05713413 STABIL
30 541.0208 7.7508 34.6258 -541.155 7.8849 34.7599 0.35 2.7 27 28 27.12963 0.055271451 STABIL
31 559.0208 7.6175 34.6267 -559.155 7.7516 34.7608 0.4 2.7 27 28 27.14815 0.053528697 STABIL
32 577.0208 7.4299 34.6287 -577.155 7.564 34.7628 0.42 2.7 27 28 27.15556 0.051873423 STABIL
33 595.0208 7.2518 34.6298 -595.155 7.3859 34.7639 0.45 2.7 27 28 27.16667 0.050325134 STABIL
34 613.0208 7.0755 34.6271 -613.155 7.2096 34.7612 0.48 2.7 27 28 27.17778 0.048867749 STABIL
35 631.0208 6.8425 34.6316 -631.155 6.9766 34.7657 0.5 2.8 27 28 27.17857 0.047475469 STABIL
36 649.0208 6.8308 34.6304 -649.155 6.9649 34.7645 0.51 2.8 27 28 27.18214 0.046165118 STABIL
37 667.0208 6.807 34.6304 -667.155 6.9411 34.7645 0.52 2.8 27 28 27.18571 0.044925474 STABIL
38 678.0208 6.7399 34.6309 -678.155 6.874 34.765 0.53 2.8 27 28 27.18929 0.044202567 STABIL
39 679.0208 6.737 34.6305 -679.155 6.8711 34.7646 0.535 2.8 27 28 27.19107 0.044140381 STABIL
40 680.0208 6.7177 34.6316 -680.155 6.8518 34.7657 0.54 238 27 28 27.00227 0.043769444 STABIL

Permisalan nilai densitas yang akan digunakan sebagai


standar menghitung pergerakan massa air = 24.5 kg/m3

s t1 s t2 z1 z2
Kedalaman pada
saat σ=24.5
24.47368 25 -127.155 -145.155 -128.0549
3.2.2. Transek Kedua
3.2.2.1.Stasiun 13

DATA ASLI DATA OLAH GRAFIK T-S


NO st E KET
DEPTH TEMP SALINITY DEPTH TEMP SALINITY a b sx s x+1
1 3.0232 27.9469 32.6093 -3.1573 28.081 32.7434 0.95 1.6 20 21 20.59375 0.006363495 STABIL
2 11.0232 27.9667 33.3207 -11.1573 28.1008 33.4548 0.1 1.6 21 22 21.0625 5.71646E-05 STABIL
3 19.0232 27.5191 33.6472 -19.1573 27.6532 33.7813 0.8 1.6 21 22 21.5 5.33537E-05 STABIL
4 27.0232 27.469 33.6913 -27.1573 27.6031 33.8254 1 1.6 21 22 21.625 1.52439E-05 STABIL
5 35.0232 26.7475 33.9002 -35.1573 26.8816 34.0343 0.1 1.7 22 23 22.05882 5.29053E-05 STABIL
6 43.0232 26.0771 34.0182 -43.1573 26.2112 34.1523 0.35 1.7 22 23 22.20588 1.7934E-05 STABIL
7 51.0232 25.6509 34.1276 -51.1573 25.785 34.2617 0.95 1.7 22 23 22.55882 4.30416E-05 STABIL
8 59.0232 25.4627 34.2392 -59.1573 25.5968 34.3733 1.15 1.7 22 23 22.67647 1.43472E-05 STABIL
9 67.0232 24.606 34.4633 -67.1573 24.7401 34.5974 0 1.8 23 24 23 3.94548E-05 STABIL
10 75.0232 23.8612 34.3403 -75.1573 23.9953 34.4744 0.35 1.8 23 24 23.19444 2.37127E-05 STABIL
11 83.0232 23.2451 34.4798 -83.1573 23.3792 34.6139 0.8 1.8 23 24 23.44444 3.04878E-05 STABIL
12 91.0232 22.5209 34.5492 -91.1573 22.655 34.6833 1.25 1.8 23 24 23.69444 3.04878E-05 STABIL
13 99.0232 22.0079 34.5612 -99.1573 22.142 34.6953 1.5 1.8 23 24 23.83333 1.69377E-05 STABIL
14 107.0232 21.4907 34.5748 -107.157 21.6248 34.7089 0.1 1.9 24 25 24.05263 2.67437E-05 STABIL
15 115.0232 20.9755 34.5812 -115.157 21.1096 34.7153 0.4 1.9 24 25 24.21053 1.92555E-05 STABIL
16 123.0232 20.7431 34.5759 -123.157 20.8772 34.71 0.6 1.9 24 25 24.31579 1.2837E-05 STABIL
17 131.0232 20.4858 34.578 -131.157 20.6199 34.7121 0.7 1.9 24 25 24.36842 6.41849E-06 STABIL
18 139.0232 19.5563 34.6171 -139.157 19.6904 34.7512 1.3 1.9 24 25 24.68421 3.85109E-05 STABIL
19 147.0232 18.8205 34.6224 -147.157 18.9546 34.7565 1.65 1.9 24 25 24.86842 2.24647E-05 STABIL
20 155.0232 18.332 34.6223 -155.157 18.4661 34.7564 1.9 1.9 24 25 25 1.60462E-05 STABIL
21 163.0232 18.1699 34.6139 -163.157 18.304 34.748 0.1 2 25 26 25.05 6.09756E-06 STABIL
22 171.0232 17.1431 34.6074 -171.157 17.2772 34.7415 0.4 2 25 26 25.2 1.82927E-05 STABIL
23 179.0232 16.9645 34.6043 -179.157 17.0986 34.7384 0.6 2.1 25 26 25.28571 1.0453E-05 STABIL
24 187.0232 16.5881 34.6064 -187.157 16.7222 34.7405 0.8 2.1 25 26 25.38095 1.16144E-05 STABIL
25 195.0232 16.3443 34.6038 -195.157 16.4784 34.7379 0.85 2.1 25 26 25.40476 2.9036E-06 STABIL
26 203.0232 15.8423 34.6084 -203.157 15.9764 34.7425 1 2.1 25 26 25.47619 8.7108E-06 STABIL
27 211.0232 14.9539 34.6044 -211.157 15.088 34.7385 1.6 2.1 25 26 25.7619 3.48432E-05 STABIL
28 219.0232 14.386 34.6057 -219.157 14.5201 34.7398 1.8 2.1 25 26 25.85714 1.16144E-05 STABIL
29 227.0232 14.1913 34.5971 -227.157 14.3254 34.7312 1.9 2.1 25 26 25.90476 5.8072E-06 STABIL
30 235.0232 13.347 34.6023 -235.157 13.4811 34.7364 0.1 2.2 25 26 25.04545 -0.000104794 TIDAK STABIL
31 243.0232 13.0311 34.5991 -243.157 13.1652 34.7332 0.3 2.2 25 26 25.13636 1.10865E-05 STABIL
32 251.0232 12.5315 34.6004 -251.157 12.6656 34.7345 0.6 2.3 25 26 25.26087 1.51836E-05 STABIL
33 259.0232 12.383 34.5991 -259.157 12.5171 34.7332 0.65 2.3 25 26 25.28261 2.65111E-06 STABIL
34 267.0232 12.2698 34.599 -267.157 12.4039 34.7331 0.7 2.3 25 26 25.30435 2.65111E-06 STABIL
35 275.0232 12.0521 34.5991 -275.157 12.1862 34.7332 0.75 2.3 25 26 25.32609 2.65111E-06 STABIL
36 283.0232 11.7144 34.6008 -283.157 11.8485 34.7349 0.9 2.3 25 26 25.3913 7.95334E-06 STABIL
37 291.0232 11.4185 34.6025 -291.157 11.5526 34.7366 1 2.3 25 26 25.43478 5.30223E-06 STABIL
38 299.0232 11.1228 34.6051 -299.157 11.2569 34.7392 1.1 2.3 25 26 25.47826 5.30223E-06 STABIL
39 307.0232 10.9365 34.6053 -307.157 11.0706 34.7394 1.15 2.3 25 26 25.5 2.65111E-06 STABIL
40 315.0232 10.7429 34.6041 -315.157 10.877 34.7382 1.3 2.4 25 26 25.54167 5.0813E-06 STABIL

Permisalan nilai densitas yang akan digunakan sebagai


standar menghitung pergerakan massa air = 24.5 kg/m3

s t1 s t2 z1
Kedalaman pada z2
saat σ=24.5
24.36842 24.68421 -131.157 -139.157 -134.4906333
3.2.2.2.Stasiun 15

DATA ASLI DATA OLAH GRAFIK T-S


NO st E KET
DEPTH TEMP SALINITY DEPTH TEMP SALINITY a b sx s x+1
1 3.336 27.9739 34.02 -3.4701 28.108 34.1541 0.9 1.6 21 22 21.5625 0.006062242 STABIL
2 15.336 27.9013 34.0506 -15.4701 28.0354 34.1847 1.1 1.6 21 22 21.6875 1.01626E-05 STABIL
3 27.336 27.7949 34.0955 -27.4701 27.929 34.2296 1.4 1.6 21 22 21.875 1.52439E-05 STABIL
4 39.336 27.5945 34.1373 -39.4701 27.7286 34.2714 1.45 1.6 21 22 21.90625 2.54065E-06 STABIL
5 51.336 27.1161 34.2217 -51.4701 27.2502 34.3558 0.15 1.7 22 23 22.08824 1.47956E-05 STABIL
6 63.336 26.1104 34.392 -63.4701 26.2445 34.5261 0.9 1.7 22 23 22.52941 3.5868E-05 STABIL
7 75.336 25.4861 34.4936 -75.4701 25.6202 34.6277 1.3 1.7 22 23 22.76471 1.91296E-05 STABIL
8 87.336 24.6407 34.7968 -87.4701 24.7748 34.9309 0.7 1.7 23 24 23.41176 5.26064E-05 STABIL
9 99.336 23.3707 34.8697 -99.4701 23.5048 35.0038 1.2 1.7 23 24 23.70588 2.3912E-05 STABIL
10 111.336 22.5099 34.8864 -111.47 22.644 35.0205 0.15 1.8 24 25 24.08333 3.06871E-05 STABIL
11 123.336 21.5615 34.9618 -123.47 21.6956 35.0959 0.5 1.8 24 25 24.27778 1.58085E-05 STABIL
12 135.336 20.605 34.9144 -135.47 20.7391 35.0485 1 1.8 24 25 24.55556 2.25836E-05 STABIL
13 147.336 20.2394 34.9336 -147.47 20.3735 35.0677 1.25 1.9 24 25 24.65789 8.32026E-06 STABIL
14 159.336 19.2382 34.9255 -159.47 19.3723 35.0596 1.8 1.9 24 25 24.94737 2.35344E-05 STABIL
15 171.336 18.8801 34.9205 -171.47 19.0142 35.0546 0.15 2 25 26 25.075 1.03766E-05 STABIL
16 183.336 17.6417 34.9318 -183.47 17.7758 35.0659 0.8 2 25 26 25.4 2.64228E-05 STABIL
17 195.336 16.8114 34.9255 -195.47 16.9455 35.0596 1.1 2 25 26 25.55 1.21951E-05 STABIL
18 207.336 15.4721 34.9166 -207.47 15.6062 35.0507 1.65 2 25 26 25.825 2.23577E-05 STABIL
19 219.336 14.66 34.9167 -219.47 14.7941 35.0508 0.15 2.2 26 27 26.06818 1.97709E-05 STABIL
20 231.336 14.3712 34.9127 -231.47 14.5053 35.0468 0.2 2.2 26 27 26.09091 1.84775E-06 STABIL
21 243.336 13.628 34.9126 -243.47 13.7621 35.0467 0.45 2.2 26 27 26.20455 9.23873E-06 STABIL
22 255.336 13.5346 34.9078 -255.47 13.6687 35.0419 0.5 2.2 26 27 26.22727 1.84775E-06 STABIL
23 267.336 12.8291 34.9102 -267.47 12.9632 35.0443 0.85 2.2 26 27 26.38636 1.29342E-05 STABIL
24 279.336 12.676 34.9087 -279.47 12.8101 35.0428 0.9 2.2 26 27 26.40909 1.84775E-06 STABIL
25 291.336 12.1483 34.9149 -291.47 12.2824 35.049 1.1 2.2 26 27 26.5 7.39098E-06 STABIL
26 303.336 11.7292 34.9156 -303.47 11.8633 35.0497 1.35 2.2 26 27 26.61364 9.23873E-06 STABIL
27 315.336 11.41 34.9135 -315.47 11.5441 35.0476 1.4 2.2 26 27 26.63636 1.84775E-06 STABIL
28 327.336 11.3979 34.9104 -327.47 11.532 35.0445 1.45 2.2 26 27 26.65909 1.84775E-06 STABIL
29 339.336 10.8499 34.9127 -339.47 10.984 35.0468 1.65 2.3 26 27 26.71739 4.73987E-06 STABIL
30 351.336 10.7284 34.918 -351.47 10.8625 35.0521 1.7 2.3 26 27 26.73913 1.76741E-06 STABIL
31 363.336 10.3648 34.9222 -363.47 10.4989 35.0563 1.85 2.3 26 27 26.80435 5.30223E-06 STABIL
32 375.336 10.193 34.9258 -375.47 10.3271 35.0599 1.9 2.3 26 27 26.82609 1.76741E-06 STABIL
33 387.336 9.8141 34.9305 -387.47 9.9482 35.0646 2.3 2.3 26 27 27 1.41393E-05 STABIL
34 399.336 9.4258 34.9333 -399.47 9.5599 35.0674 0.05 2.5 27 28 27.02 1.62602E-06 STABIL
35 411.336 9.2956 34.9325 -411.47 9.4297 35.0666 0.1 2.5 27 28 27.04 1.62602E-06 STABIL
36 423.336 9.1553 34.9335 -423.47 9.2894 35.0676 0.25 2.5 27 28 27.1 4.87805E-06 STABIL
37 435.336 9.0073 34.9352 -435.47 9.1414 35.0693 0.3 2.5 27 28 27.12 1.62602E-06 STABIL
38 447.336 8.8423 34.9365 -447.47 8.9764 35.0706 0.4 2.5 27 28 27.16 3.25203E-06 STABIL
39 459.336 8.5756 34.9399 -459.47 8.7097 35.074 0.45 2.5 27 28 27.18 1.62602E-06 STABIL
40 471.336 8.2839 34.9406 -471.47 8.418 35.0747 0.55 2.5 27 28 27.22 3.25203E-06 STABIL

Permisalan nilai densitas yang akan digunakan sebagai


standar menghitung pergerakan massa air = 24.5 kg/m3

s t1 s t2 z1 z2 Kedalaman pada
saat σ=24.5
24.27778 24.55556 -123.47 -135.47 -133.0701
3.2.2.3.Stasiun 18

DATA ASLI DATA OLAH GRAFIK T-S


NO st E KET
DEPTH TEMP SALINITY DEPTH TEMP SALINITY a b sx s x+1
1 3.0373 27.5152 33.8664 -3.1714 27.6493 34.0005 1.15 1.6 21 22 21.71875 0.006681284 STABIL
2 21.0373 27.5237 33.8829 -21.1714 27.6578 34.017 1.16 1.6 21 22 21.725 3.38753E-07 STABIL
3 39.0373 27.5517 33.9353 -39.1714 27.6858 34.0694 1.17 1.6 21 22 21.73125 3.38753E-07 STABIL
4 57.0373 27.3072 33.9873 -57.1714 27.4413 34.1214 1.5 1.6 21 22 21.9375 1.11789E-05 STABIL
5 75.0373 25.2152 34.3522 -75.1714 25.3493 34.4863 1.35 1.7 22 23 22.79412 4.64291E-05 STABIL
6 93.0373 23.2036 34.5847 -93.1714 23.3377 34.7188 1 1.7 23 24 23.58824 4.30416E-05 STABIL
7 111.0373 21.2192 34.6131 -111.171 21.3533 34.7472 0.2 1.9 24 25 24.10526 2.80232E-05 STABIL
8 129.0373 20.2528 34.6271 -129.171 20.3869 34.7612 0.85 1.9 24 25 24.44737 1.85423E-05 STABIL
9 147.0373 19.5107 34.6327 -147.171 19.6448 34.7668 1.2 1.9 24 25 24.63158 9.98431E-06 STABIL
10 165.0373 17.9323 34.6508 -165.171 18.0664 34.7849 0.2 2 25 26 25.1 2.53887E-05 STABIL
11 183.0373 16.8881 34.6289 -183.171 17.0222 34.763 0.7 2 25 26 25.35 1.35501E-05 STABIL
12 201.0373 15.8479 34.6257 -201.171 15.982 34.7598 1.1 2 25 26 25.55 1.08401E-05 STABIL
13 219.0373 15.2947 34.6203 -219.171 15.4288 34.7544 1.35 2.1 25 26 25.64286 5.03291E-06 STABIL
14 237.0373 13.8386 34.6146 -237.171 13.9727 34.7487 1.95 2.1 25 26 25.92857 1.54859E-05 STABIL
15 255.0373 12.7717 34.6095 -255.171 12.9058 34.7436 0.25 2.2 26 27 26.11364 1.00306E-05 STABIL
16 273.0373 12.2899 34.6075 -273.171 12.424 34.7416 0.5 2.3 26 27 26.21739 5.62357E-06 STABIL
17 291.0373 11.7066 34.6087 -291.171 11.8407 34.7428 0.85 2.3 26 27 26.36957 8.24791E-06 STABIL
18 309.0373 10.7952 34.6189 -309.171 10.9293 34.753 1.05 2.3 26 27 26.45652 4.71309E-06 STABIL
19 327.0373 10.3445 34.6175 -327.171 10.4786 34.7516 1.35 2.3 26 27 26.58696 7.06964E-06 STABIL
20 345.0373 9.7513 34.6203 -345.171 9.8854 34.7544 1.75 2.3 26 27 26.76087 9.42618E-06 STABIL
21 363.0373 9.4012 34.6284 -363.171 9.5353 34.7625 1.9 2.3 26 27 26.82609 3.53482E-06 STABIL
22 381.0373 9.2731 34.6334 -381.171 9.4072 34.7675 1.95 2.3 26 27 26.84783 1.17827E-06 STABIL
23 399.0373 9.1347 34.6331 -399.171 9.2688 34.7672 2 2.4 26 27 26.83333 -7.85515E-07 TIDAK STABIL
24 417.0373 8.7142 34.6403 -417.171 8.8483 34.7744 2.1 2.4 26 27 26.875 2.25836E-06 STABIL
25 435.0373 8.4664 34.6406 -435.171 8.6005 34.7747 2.2 2.4 26 27 26.91667 2.25836E-06 STABIL
26 453.0373 8.4042 34.6401 -453.171 8.5383 34.7742 2.25 2.4 26 27 26.9375 1.12918E-06 STABIL
27 471.0373 8.352 34.6379 -471.171 8.4861 34.772 2.3 2.4 26 27 26.95833 1.12918E-06 STABIL
28 489.0373 8.0586 34.6393 -489.171 8.1927 34.7734 2.4 2.4 26 27 27 2.25836E-06 STABIL
29 507.0373 7.9844 34.6368 -507.171 8.1185 34.7709 0.05 2.5 27 28 27.02 1.08401E-06 STABIL
30 525.0373 7.6133 34.6406 -525.171 7.7474 34.7747 0.1 2.5 27 28 27.04 1.08401E-06 STABIL
31 543.0373 7.5224 34.64 -543.171 7.6565 34.7741 0.15 2.5 27 28 27.06 1.08401E-06 STABIL
32 561.0373 7.3497 34.6428 -561.171 7.4838 34.7769 0.25 2.6 27 28 27.09615 1.95956E-06 STABIL
33 579.0373 7.2559 34.644 -579.171 7.39 34.7781 0.3 2.6 27 28 27.11538 1.04232E-06 STABIL
34 597.0373 7.1319 34.646 -597.171 7.266 34.7801 0.35 2.6 27 28 27.13462 1.04232E-06 STABIL
35 615.0373 7.0804 34.6456 -615.171 7.2145 34.7797 0.37 2.6 27 28 27.14231 4.16927E-07 STABIL
36 633.0373 6.9691 34.6468 -633.171 7.1032 34.7809 0.39 2.6 27 28 27.15 4.16927E-07 STABIL
37 651.0373 6.7675 34.6479 -651.171 6.9016 34.782 0.4 2.6 27 28 27.15385 2.08464E-07 STABIL
38 669.0373 6.6589 34.6482 -669.171 6.793 34.7823 0.5 2.6 27 28 27.19231 2.08464E-06 STABIL
39 687.0373 6.523 34.6496 -687.171 6.6571 34.7837 0.6 2.6 27 28 27.23077 2.08464E-06 STABIL
40 702.0373 6.4291 34.6485 -702.171 6.5632 34.7826 0.65 2.6 27 28 27.25 1.25078E-06 STABIL

Permisalan nilai densitas yang akan digunakan sebagai


standar menghitung pergerakan massa air = 24.5 kg/m3

s t1 s t2 z1
Kedalaman pada z2
saat σ=24.5
24.44737 24.63158 -129.171 -147.171 -134.3142571
3.2.2.4.Stasiun 19

DATA ASLI DATA OLAH GRAFIK T-S


NO st E KET
DEPTH TEMP SALINITY DEPTH TEMP SALINITY a b sx s x+1
1 2.022 27.5228 34.0288 -2.1561 27.6569 34.1629 1.35 1.6 21 22 21.84375 0.009884039 STABIL
2 16.022 27.4987 34.0291 -16.1561 27.6328 34.1632 1.36 1.6 21 22 21.85 4.3554E-07 STABIL
3 30.022 27.4917 34.0289 -30.1561 27.6258 34.163 1.37 1.6 21 22 21.85625 4.3554E-07 STABIL
4 44.022 27.4837 34.0298 -44.1561 27.6178 34.1639 1.38 1.6 21 22 21.8625 4.3554E-07 STABIL
5 58.022 27.3109 34.0709 -58.1561 27.445 34.205 1.6 1.6 21 22 22 9.58188E-06 STABIL
6 72.022 25.4579 34.3998 -72.1561 25.592 34.5339 1.4 1.7 22 23 22.82353 5.73888E-05 STABIL
7 86.022 24.2869 34.4741 -86.1561 24.421 34.6082 0.4 1.8 23 24 23.22222 2.77835E-05 STABIL
8 100.022 23.0382 34.5487 -100.156 23.1723 34.6828 0.9 1.8 23 24 23.5 1.93573E-05 STABIL
9 114.022 21.6943 34.6095 -114.156 21.8284 34.7436 0.05 1.9 24 25 24.02632 3.66771E-05 STABIL
10 128.022 20.472 34.6435 -128.156 20.6061 34.7776 0.65 1.9 24 25 24.34211 2.20062E-05 STABIL
11 142.022 19.4719 34.6425 -142.156 19.606 34.7766 1.25 1.9 24 25 24.65789 2.20062E-05 STABIL
12 156.022 18.4039 34.6354 -156.156 18.538 34.7695 1.7 1.9 24 25 24.89474 1.65047E-05 STABIL
13 170.022 17.1897 34.6142 -170.156 17.3238 34.7483 0.3 2 25 26 25.15 1.77884E-05 STABIL
14 184.022 16.0246 34.6101 -184.156 16.1587 34.7442 0.8 2 25 26 25.4 1.74216E-05 STABIL
15 198.022 15.4667 34.6065 -198.156 15.6008 34.7406 1.2 2 25 26 25.6 1.39373E-05 STABIL
16 212.022 15.0386 34.5999 -212.156 15.1727 34.734 1.4 2 25 26 25.7 6.96864E-06 STABIL
17 226.022 13.6778 34.5829 -226.156 13.8119 34.717 2.1 2.1 25 26 26 2.09059E-05 STABIL
18 240.022 13.0177 34.5776 -240.156 13.1518 34.7117 0.05 2.2 26 27 26.02273 1.58378E-06 STABIL
19 254.022 12.3777 34.5635 -254.156 12.5118 34.6976 0.4 2.2 26 27 26.18182 1.10865E-05 STABIL
20 268.022 11.4801 34.5556 -268.156 11.6142 34.6897 0.7 2.2 26 27 26.31818 9.50269E-06 STABIL
21 282.022 11.0346 34.5563 -282.156 11.1687 34.6904 0.95 2.2 26 27 26.43182 7.91891E-06 STABIL
22 296.022 10.7821 34.5786 -296.156 10.9162 34.7127 1.05 2.2 26 27 26.47727 3.16756E-06 STABIL
23 310.022 10.299 34.606 -310.156 10.4331 34.7401 1.35 2.3 26 27 26.58696 7.64347E-06 STABIL
24 324.022 10.138 34.6017 -324.156 10.2721 34.7358 1.5 2.3 26 27 26.65217 4.54477E-06 STABIL
25 338.022 9.9787 34.5869 -338.156 10.1128 34.721 1.55 2.3 26 27 26.67391 1.51492E-06 STABIL
26 352.022 9.7756 34.5854 -352.156 9.9097 34.7195 1.7 2.3 26 27 26.73913 4.54477E-06 STABIL
27 366.022 9.7749 34.5952 -366.156 9.909 34.7293 1.71 2.3 26 27 26.74348 3.02984E-07 STABIL
28 380.022 9.5364 34.5931 -380.156 9.6705 34.7272 1.8 2.3 26 27 26.78261 2.72686E-06 STABIL
29 394.022 9.4083 34.6092 -394.156 9.5424 34.7433 1.85 2.3 26 27 26.80435 1.51492E-06 STABIL
30 408.022 9.2923 34.6125 -408.156 9.4264 34.7466 1.87 2.3 26 27 26.81304 6.05969E-07 STABIL
31 422.022 9.1401 34.6159 -422.156 9.2742 34.75 1.9 2.3 26 27 26.82609 9.08953E-07 STABIL
32 436.022 8.9768 34.6163 -436.156 9.1109 34.7504 2 2.4 26 27 26.83333 5.04974E-07 STABIL
33 450.022 8.7261 34.6102 -450.156 8.8602 34.7443 2.1 2.4 26 27 26.875 2.9036E-06 STABIL
34 464.022 8.6586 34.6096 -464.156 8.7927 34.7437 2.12 2.4 26 27 26.88333 5.8072E-07 STABIL
35 478.022 8.5875 34.6144 -478.156 8.7216 34.7485 2.13 2.4 26 27 26.8875 2.9036E-07 STABIL
36 492.022 8.437 34.6215 -492.156 8.5711 34.7556 2.2 2.4 26 27 26.91667 2.03252E-06 STABIL
37 506.022 8.3661 34.6186 -506.156 8.5002 34.7527 2.21 2.4 26 27 26.92083 2.9036E-07 STABIL
38 520.022 8.2613 34.6182 -520.156 8.3954 34.7523 2.35 2.4 26 27 26.97917 4.06504E-06 STABIL
39 534.022 8.0517 34.6174 -534.156 8.1858 34.7515 2.4 2.4 26 27 27 1.4518E-06 STABIL
40 548.022 7.931 34.6182 -548.156 8.0651 34.7523 0.1 2.5 27 28 27.04 2.78746E-06 STABIL

Permisalan nilai densitas yang akan digunakan sebagai


standar menghitung pergerakan massa air = 24.5 kg/m3

s t1 s t2 z1
Kedalaman pada z2
saat σ=24.5
24.34211 24.65789 -128.156 -142.156 -135.1561
IV. Analisis Data

4.1. Identifikasi Massa Air


4.1.1. Transek Pertama
Identifikasi massa air dilihat dari beberapa parameter. Parameter tersebut adalah salinitas,
densitas, suhu dan kedalaman. Pada transek E terdapat 4 stasiun, yaitu stasiun 4a, stasiun 6, stasiun
16 dan stasiun 17. Semakin dalam kedalaman sebuah stasiun, maka nilai densitasnya juga akan
semakin tinggi. Sebaliknya, pada nilai suhu semakin dalam maka akan semakin rendah. Pada stasiun
4a, suhu tertinggi adalah 28 ºC, pada kedalaman 3,4751 meter, salinitas 33,6725 ‰ dan densitas
21,375 kg/m³. Suhu terendahnya adalah 27,6202 ºC, pada kedalaman 37,341 meter dengan nilai
salinitas 33,8143 ‰ dan nilai densitasnya adalah 21,6875 kg/m³. Pada stasiun 6, suhu tertinggi adalah
27,6302 ºC, pada kedalaman 3,1573 meter dengan nilai salinitas 33,8691 ‰ dan nilai densitas
21,5625 kg/m³. Suhu terendah adalah 9,9016 ºC, pada kedalaman 394,157 meter dengan nilai salinitas
34,7421 ‰ dan nilai densitas 26,7083 kg/m³. Pada stasiun 16, suhu tertinggi adalah 28,1809 ºC, pada
kedalaman 3,1698 meter dengan nilai salinitas 33,6611 ‰ dan nilai densitas 21,2352 kg/m³. Suhu
terendahnya adalah 7,9343 ºC, pada kedalaman 547,17 meter, dengan nilai salinitas 34,7759 ‰ dan
densitas sebesar 27,0769 kg/m³. Pada stasiun 17, suhu tertinggi adalah 28,0147 ºC pada kedalaman
19,1549 meter dengan nilai salinitas 33,7305 ‰ dan nilai densitas 21,5 kg/m³. Dan suhu terendahnya
adalah 6,8518 ºC pada kedalaman 680,155 meter dengan nilai salinitas 34,7657 ‰ dan nilai densitas
27,0022 kg/m³.
Faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan nilai yang berkaitan dengan massa air adalah
kedalaman, salinitas, suhu dan densitas. Kondisi perairan Kendari yang semi tertutup menjadikan
massa air pada perairan Kendari mengalami tekanan yang besar.

4.1.2. Transek Kedua


Identifikasi massa air dilihat dari beberapa parameter. Parameter tersebut adalah salinitas,
densitas, suhu dan kedalaman. Pada transek J terdapat 4 stasiun, yaitu stasiun 13, stasiun 15, stasiun
18 dan stasiun 19. Semakin dalam kedalaman sebuah stasiun, maka nilai densitasnya juga akan
semakin tinggi. Sebaliknya, pada nilai suhu semakin dalam maka akan semakin rendah. Pada stasiun
13, suhu tertinggi adalah 28,081 ºC, pada kedalaman 3,1573 meter, salinitas 32,7434 ‰ dan densitas
20,5975 kg/m³. Suhu terendahnya adalah 10,877 ºC, pada kedalaman 315,157 meter dengan nilai
salinitas 34,7382 ‰ dan nilai densitasnya adalah 25,5416 kg/m³. Pada stasiun 15, suhu tertinggi
adalah 28,108 ºC, pada kedalaman 3,4701 meter dengan nilai salinitas 34,1541 ‰ dan nilai densitas
21,5625 kg/m³. Suhu terendah adalah 8,418 ºC, pada kedalaman 471,47 meter dengan nilai salinitas
35,0747 ‰ dan nilai densitas 27,22 kg/m³. Pada stasiun 18, suhu tertinggi adalah 27.6493 ºC, pada
kedalaman 3,1714 meter dengan nilai salinitas 34,0005 ‰ dan nilai densitas 21,7187 kg/m³. Suhu
terendahnya adalah 6,5632 ºC, pada kedalaman 702,171 meter, dengan nilai salinitas 34,7826 ‰ dan
densitas sebesar 27,25 kg/m³. Pada stasiun 19, suhu tertinggi adalah 27,6569 ºC pada kedalaman
2.1561 meter dengan nilai salinitas 34,1629 ‰ dan nilai densitas 21,8437 kg/m³. Dan suhu
terendahnya adalah 8,0651 ºC pada kedalaman 548,156 meter dengan nilai salinitas 34,7523 ‰ dan
nilai densitas 27,04 kg/m³.
Faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai-nilai diatas adalah kedalaman, salinitas, suhu dan
juga densitas. Kondisi perairan Kendari yang semi tertutup menjadikan massa air pada perairan
Kendari mengalami tekanan yang besar.
4.2. Klasifikasi Massa Air
4.2.1. Transek Pertama
Massa air terdiri dari banyak klasifikasi yang berbeda. Klasifikasi massa air dilakukan dengan
menggunakan diagram TS sebagai acuan atau pembantu dalam menentukan massa air. Kemudian dari
diagram TS tersebut, dicocokan dengan tabel yang terdapat informasi suhu dan salinitas. Pada
praktikum kali ini hanya memakai Indian Ocean dan Pacific Ocean sebagai acuan. Penggunaan acuan
tersebut karena perairan Teluk Kendari atau Indonesia diapit dengan Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia. Karena perairan Teluk Kendari atau Indonesia terletak diantara dua perairan besar yang
berbeda, terciptalah Arus Lintas Indonesia atau biasa dikenal dengan ARLINDO. ARLINO ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan yang terjadi pada Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia. Maka
dari itu, tercipta juga perbedaan jenis massa air yang memiliki karakteristik yang beragam. Masing-
masing massa air memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada transek E, klasifikasi massa air
terdiri dari beberapa massa air. Beberapa massa airnya adalah Bengal Bay Water (BBW), Indian
Equatorial Water (IEW), Indonesian Upper Water (IUW), South Indian Central Water (SICW),
Western North Pacific Central Water (WNPCW) dan Eastern North Pacific Central Water (ENPCW).
Setiap massa air memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu sama lainnya. Pada massa air BBW,
memiliki karakteristik suhu antara 25-29ºC dengan salinitas 28-35‰. Pada IEW, karakteristiknya
adalah suhu 8-23ºC dan salinitas 34,6-35‰. Pada IUW, karakteristiknya adalah 8-25ºC san
salinitasnya 34,6-35,8‰. Pada WNPCW, karakteristiknya adalah suhu sebesar 10-22ºC dengan
salinitas 34,2-35,2‰. Pada ENPCW, karakteristik massa airnya adalah 12-20ºC dengan salinitas
34,2-35‰.

4.2.2. Transek Kedua


Massa air terdiri dari banyak klasifikasi yang berbeda. Klasifikasi massa air dilakukan dengan
menggunakan diagram TS sebagai acuan atau pembantu dalam menentukan massa air. Kemudian dari
diagram TS tersebut, dicocokan dengan tabel yang terdapat informasi suhu dan salinitas. Pada
praktikum kali ini hanya memakai Indian Ocean dan Pacific Ocean sebagai acuan. Penggunaan acuan
tersebut karena perairan Teluk Kendari atau Indonesia diapit dengan Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia. Karena perairan Teluk Kendari atau Indonesia terletak diantara dua perairan besar yang
berbeda, terciptalah Arus Lintas Indonesia atau biasa dikenal dengan ARLINDO. ARLINO ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan yang terjadi pada Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia. Maka
dari itu, tercipta juga perbedaan jenis massa air yang memiliki karakteristik yang beragam. Klasifikasi
massa air pada transek J ini tidak jauh berbeda dengan transek E. Telah kita ketahui bahwa massa air
berbeda-beda dengan karakterisitknya masing-masing. Pada transek J ini terdapat beberapa massa air,
diantaranya adalah Bengal Bay Water (BBW), Indian Equatorial Water (IEW), Indonesian Upper
Water (IUW), South Indian Central Water (SICW), Western North Pacific Central Water (WNPCW)
dan Eastern North Pacific Central Water (ENPCW). Setiap massa air memiliki karakteristik yang
berbeda-beda satu sama lainnya. Pada massa air BBW, memiliki karakteristik suhu antara 25-29ºC
dengan salinitas 28-35‰. Pada IEW, karakteristiknya adalah suhu 8-23ºC dan salinitas 34,6-35‰.
Pada IUW, karakteristiknya adalah 8-25ºC san salinitasnya 34,6-35,8‰. Pada WNPCW,
karakteristiknya adalah suhu sebesar 10-22ºC dengan salinitas 34,2-35,2‰. Pada ENPCW,
karakteristik massa airnya adalah 12-20ºC dengan salinitas 34,2-35‰.

4.3. Kestabilan Massa Air


4.3.1. Transek Pertama
Kestabilan massa air memiliki sifat yang berbeda. Pada kestabilan massa air memiliki tiga
sifat. Sifat tersebut adalah stabil, netral dan tidak stabil. Setiap sifat tersebut memiliki syarat dan
pengartian masing-masing. Pada sifat netral, massa air tidak mengalami perpindahan. Sehingga nilai
E dapat dinotasikan −10−8 < 𝐸 < 108 . Pada pengolahan data Excel, massa air dikatakan netral
apabila nilai E = 0. Pada sifat stabil, nilai 𝐸 > 108 . Pada pengolahan Excel, massa air dikatakan stabil
apabila nilai E > 0. Pada kasus massa air tidak stabil, nilai E dinotasikan 𝐸 < −10−8 . Pada
pengolahan data Excel, massa air dikatakan tidak stabil apabila nilai E < 0.
Pada transek E, terdiri dari 4 stasiun yang kestabilan massa airnya berbeda antar tiap stasiun.
Pada stasiun 4a, massa air mengalami tiga kondisi tersebut, stabil, netral dan tidak stabil. Walaupun
kestabilan massa air pada stasiun ini relatif lebih banyak netral. Pada stasiun 6, memiliki kestabilan
yan netral dan stabil dengan mayoritas pada tiap lapisan adalah stabil. Pada stasiun 16, kestabilan
massa airnya terdiri dari stabil, netral dan tidak stabil. Dengan mayoritas stabil, namun pada
kedalaman 435 meter, massa air tidak stabil. Pada stasiun 17, massa air memiliki kestabilan yang
stabil di semua lapisan.
Kestabilan massa air dapat berbeda-beda. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktori-
faktor tersebut adalah berbedanya suhu, kedalaman dan densitas perairan. Oleh sebab itu, kestabilan
massa air dapat berbeda-beda di tiap-tiap lapisan suatu perairan.
4.3.2. Transek Kedua
Kestabilan massa air memiliki sifat yang berbeda. Pada kestabilan massa air memiliki tiga
sifat. Sifat tersebut adalah stabil, netral dan tidak stabil. Setiap sifat tersebut memiliki syarat dan
pengartian masing-masing. Pada sifat netral, massa air tidak mengalami perpindahan. Sehingga nilai
E dapat dinotasikan −10−8 < 𝐸 < 108 . Pada pengolahan data Excel, massa air dikatakan netral
apabila nilai E = 0. Pada sifat stabil, nilai 𝐸 > 108 . Pada pengolahan Excel, massa air dikatakan stabil
apabila nilai E > 0. Pada kasus massa air tidak stabil, nilai E dinotasikan 𝐸 < −10−8 . Pada
pengolahan data Excel, massa air dikatakan tidak stabil apabila nilai E < 0.
Pada transek J memiliki 4 buah stasiun, yaitu stasiun 13, stasiun 15, stasiun 18 dan stasiun 19.
Pada stasiun 13 memiliki kestabilan massa air yang relatif stabil. Namun pada kedalaman 235 meter,
massa air tidak stabil. Selanjutnya pada stasiun 15, memiliki kestabilan massa air yang stabil pada
tiap kedalaman dan lapisan. Pada stasiun 18, memiliki kestabilan massa air yang relative stabil.
Walaupun terdapat satu lapisan yang menunjukkan bahwa massa air tidak stabil, yaitu pada
kedalaman 399 meter. Dan yang terakhir adalah stasiun 19. Stasiun 19 memiliki kestabilan massa air
yang stabil pada tiap lapisan dan kedalaman.
Kestabilan massa air dapat berbeda-beda. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktori-
faktor tersebut adalah berbedanya suhu, kedalaman dan densitas perairan. Oleh sebab itu, kestabilan
massa air dapat berbeda-beda di tiap-tiap lapisan suatu perairan.

4.4. Pergerakan Massa Air


4.4.1. Transek Pertama
Pergerakan massa air merupakan sirkulasi laut yang dibangkitkan oleh stress angin di
permukaan air laut. Tujuan mengetahui pergerakan massa air untuk mempelajari gerak air yang
terjadi pada suatu kedalaman. Dan pergerakan massa air ini sendiri memakai acuan nilai 24,5 kg/ m³,
karena dianggap ketika air sudah mencapai nilai ini air sudah mulai bergerak. Pada transek E,
pergerakan massa airnya bergerak dari stasiun 16 dengan kedalaman 137,1698 meter menuju ke
stasiun 6 di kedalaman 128,5323 meter. Dan massa air bergerak lagi ke stasiun 17 dengan kedalaman
128,0549 meter. Stasiun 4a tidak ada termasuk karena stasiun 4a merupakan perairan yang dangkal.
Karena kita mencari densitas sebesar 24,5 kg/m³ sebagai parameter bergeraknya massa air. Pada
stasiun 4a, tidak memiliki densitas sebesar itu karena kedalaman yang kurang.
4.4.2. Transek Kedua
Pergerakan massa air merupakan sirkulasi laut yang dibangkitkan oleh stress angin di
permukaan air laut. Tujuan mengetahui pergerakan massa air untuk mempelajari gerak air yang
terjadi pada suatu kedalaman. Dan pergerakan massa air ini sendiri memakai acuan nilai 24,5 kg/ m³,
karena dianggap ketika air sudah mencapai nilai ini air sudah mulai bergerak. Pergerakan massa air
pada transek J dimulai dari stasiun 19 dengan kedalaman 135,1531 meter menuju ke stasiun 13
dengan kedalaman 134,4906 meter. Selanjutnya, massa air bergerak menuju stasiun 18 dengan
kedalaman 134,3142 meter. Dan di akhiri dengan stasiun 15 dengan kedalaman 133,0701 meter.
Massa air bergerak dari yang terdalam menuju yang terdangkal. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pergerakan massa air adalah arus, angin, kedalaman, percampuran massa air, salinitas dan juga
densitas.
V. Penutup

5.1. Kesimpulan
1. Massa air adalah suatu volume besar perairan yang mengandung air laut dengan densitas
yang berbeda dengan perairan di sekitarnya. Pergerakan massa air dapat diketahui dari data
pengolahan diagram T-S. Parameter yang digunakan dalam penentuan massa air dengan
menggunakan diagram T-S adalah suhu dan salinitas. Hasilnya berupa hasil densitas, dimana
massa air akan bergerak dari densitas rendah menuju densitas tinggi.
2. Densitas merupakan salah satu faktor untuk mengetahui kestabilan massa air. Selain itu, juga
dipengaruhi oleh kedalaman. Pergerakan massa air dari densitas rendah ke densitas tinggi.
Kestabilan massa air dibedakan menjadi 3 berdasarkan nilai E. Nilai E tersebut akan
meninjau pergerakan massa air akan bersifat stabil, netral ataupun tidak stabil. Pergerakan
massa air menggunakan acuan 24,5 karena pada nilai tersebut awal mula air melakukan
pergerakan.
3. Posisi massa air akan berdampingan dari semakin lama akan bercampur. Massa air yang
lebih ringan akan berada diatas massa air yang lebih besar. Pada perairan Kendari, karena
posisi perairan diapit oleh Smuadra Pasifik dan Samudra Hindia yang memiliki perbedaan
densitas, pergerakannya dimulai dari Samudra Pasifik menuju ke Samudra Hindia dan
pergerakan ini dikenal dengan sebutan Arus Lintas Indonesia atau ARLINDO.

5.2. Saran
1. Praktikan diharapkan lebih aktif lagi pada saat praktikum.
2. Praktikum sebaiknya selesai lebih cepat.
3. Praktikan diharapkan hadir tepat waktu.
Daftar Pustaka

Agustinus, R. Tisiana, Wahyu dan Nur. 2016. Studi Karakteristik Massa Air untuk Menentukan
Shadow Zone di Selat Makassar. Jurnal Oseanografi, 5(4) 434.
Atmadipoera, A.S. dan G.L. Mubaraq. 2016. Struktur dan Variabilitas Arlindo di Laut Sulawesi.
Jurnal Kelautan Nasional, 11(3) 159-174.
Firdaus, R., H, Setiyono dan G. Harsono. 2016. Karakteristik Massa Air Lapisan Tercampur dan
Lapisan Termoklin di Selat Lombok pada Bulan November 2015. Jurnal Oseanografi, 5(4)
425-434.
Harvianto, L., M. Parengkuan, A.F. Koropitan dan T. Agustiadi. 2018. Analisis Diagram T-S
Berdasarkan Parameter Oseanografi di Perairan Selat Lombok. Journal of Technology, 1(1)
51-60.
Napitu, R., H. Surbakti dan G. Diansyah. 2016. Identifikasi Karakteristik Massa Air Perairan Selat
Bangka Bagian Selatan. 8(2) 91-100.
Pond, S., dan G.L. Pickard. 1983. Introductory Dynamical Oceanography 2nd Edition. Toronto:
Pergamon Press.
Suhana, M.P. 2018. Karakteristik Sebaran Menegak dan melintang Suhu dan Salinitas Perairan
Selatan Jawa. Dinamika Maritim, 6(2) 9-16.
Tanto, T.A., T. Hartanto, M. Purba, dan W.S. Pranowo. 2020. Karakteristik Massa Air di perairan
Barat Daya Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Kelautan Nasional, 15(1)
23-36.
Wisha, U.J., dan G. Kusumah. 2019. Faktor Hidro-Oseanografi terhadap Distribusi Air Tawar
Bersuhu Rendah Dekat Pantai Sekitar Lokasi Keluaran Air Tanah Lepas Pantai (KALP) di
Perairan Lombok Utara, Indonesia. Oseanologi dan Limnologi, 4(3) 145-154.
Lampiran

M Azizi Dirgantara
26050119130041
Oseanografi Fisika A

Gambar 1. Diagram T-S 21 Stasiun


M Azizi Dirgantara
26050119130041
Oseanografi Fisika A

Bengal Bay Water : 25-29ºC dan


28-35‰
Indian Equatorial Water: 8-23ºC dan
34,6-35‰.
Western North Pacific Central
Water: 10-22ºC dan 34,2-35,2‰.
Indonesia Upper Water: 8-25ºC dan
34,6-35,8‰
Eastern North Pacific Central
Water: 12-20ºC dan 34,2-35‰.

Gambar 2. Klasifikasi Massa Air


Gambar 3. Kestabilan Massa Air Transek E
Gambar 4. Kestabilan Massa Air Transek J
Gambar 5. Pergerakan Massa Air Transek E
Gambar 6. Pergerakan Massa Air Transek J
BBW = 25-29ºC , 28-35‰.

Gambar 7. Klasifikasi Massa Air Stasiun 4a


Gambar 8. Klasifikasi Massa Air Stasiun 6
Gambar 9. Klasifikasi Massa Air Stasiun 16
Gambar 10. Klasifikasi Massa Air Stasiun 17
Gambar 11. Klasifikasi Massa Air Stasiun 13
Gambar 12. Klasifikasi Massa Air Stasiun 15
Gambar 13. Klasifikasi Massa Air Stasiun 18
Gambar 14. Klasifikasi Massa Air Stasiun 19
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA
MODUL V
GELOMBANG LAUT

Oleh:
Muhammad Azizi Dirgantara Buana Nata
26050119130041
Oseanografi A
Dosen Koordinator Praktikum:
Ir. Gentur Handoyo M. Si
19600911 198703 1 002
Asisten Praktikum:
Amelia Dwi Lestari Asni 26050118130085 Jessica Naomi Putri S. 26050118130125
Rafly Zhulkifly K. S. 26050118130082 Khalif Keninggan 26050118140100
Fransiska Krisna 26050118130072 Galang Sandi Timur 26050118140083
Yustina Wulan Millenia 26050118140104 Salsabila 26050118120018
Happy Ayu Setyaningrum 26050118140056 Mochamad Rafif Rabbani 26050117140001
Aryobimo Bharadian A. 26050118130054 Ulfa Oktaviani Nurafifah 26050118120029
Baeti Karomatul Hidayah 26050118120005 Arbi Wahid 26050118130064
Zakky Abdurrahman 26050118130063 Hajar Shofwatul Islam 26050118120007
Alfandy Rafliansyah S. 26050118140067 Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Nurin Fazira Asdwina 26050118120036 Muh. Lintang Galih Ibrahim 26050118120014

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANA DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. PENDAHULUAN

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:


1. Memahami parameter gelombang dan menghitung beberapa parameter gelombang serta
menganalisis hubungan masing-masing parameter.
2. Membuat konstruksi muka gelombang dengan menggunakan prinsip Huygens untuk
mempelajari refraksi gelombang.
3. Menghitung sudut kemiringan gelombang serta menganalisisnya.
4. Memahami perbedaan refraksi gelombang di daerah tanjung dan teluk.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Gelombang Laut


Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Tergantung dari gaya yang
membangkitkannya. Gelombang-gelombang tersebut adalah gelombang angin yang dibankitkan oleh
tiupan angin di permukaan laut. Gelombang pasang surut yang dibangkitkan oleh gaya tarik-menarik
benda-benda langit, khususnya matahari dan bulan terhadap bumi. Gelombang tsunami yang terjadi
akibat aktivitas gunung berapi atau aktivitas lempeng tektonik. Dan yang terakhir adalah gelombang
yang dibangkitkan oleh pergerakan kapal (Triatmodjo, 1999).
Gelombang terjadi karena hembusan angin di permukaan air. Daerah dimana gelombang di
bentuk disebut dengan daerah pembangkitan gelombang. Gelombang yang terjadi di daerah
pembangkitan disebut dengan sea. Sedangkan gelombang yang terbentuk di luar daerah
pembangkitan disebut dengan swell. Ketika gelombang menjalar, partikel air bergerak dalam satu
lingkaran vertikal kecil dan tetap pada posisinyua selagi bentuk dan energi gelombang berjalan maju.
Pada saat gelombangmendekati pantai, gelombang mulai bergesekan dengan dasar laut dan
menyebabkan pecahnya gelombang di tepi pantai (Pratikto et al., 1997).
Gelombang adalah pergerakan naik turunnya air dengan arah tegak lurus dengan permukaan
laut yang membentuk kurva atau grafik sinusoidal. Gelombang air laut timbul disebabkan oleh adanya
angin. Angin merupakan penyebab utama terbentuknya gelombang di laut berupa ombak dan
gelombang. Ombak memiliki bentuk yang tidak teratur, panjang gelombangnya pendek, puncaknya
runcing dan muncul buih sesuai dengan kondisi angin. Sebaliknya, gelombang memiliki bentuk yang
teratur, bergerak secara perlahan menuju pantai meskipun pada hari-hari yang tanpa angin sekalipun
(Prarikeslan, 2016).

2.2. Klasifikasi Gelombang Laut


Berdasarkan kedalaman relative, yaitu perbandingan antara kedalaman air dan panjang
gelombang. Gelombang laut tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu gelombang di
laut dangkal atau Long wave, gelombang di laut transisi atau intermediate depth waves dan
gelombang di laut dalam atau Short wave. Bila 𝑑⁄𝐿 ≤ 1⁄20, maka gelombang akan diklasifikasikan

sebagai Long wave. Bila nilai 𝑑⁄𝐿 berada diantara nilai 1⁄20 dan 1⁄2 atau 1⁄20 < 𝑑⁄𝐿 < 1⁄2, maka

gelombang diklasifikasikan sebagai intermediate depth waves. Dan jika nilai 𝑑⁄𝐿 ≥ 1⁄2, maka
gelombang akan diklasifikasikan sebagai short waves (Triatmodjo, 1999).
Menurut Kurnianto et. al. (2017), gelombang laut dapat diklasifikasikan berdasarkan tinggi
gelombang. Klasifikasi gelombang berdasarkan ketinggiannya dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Gelombang amplitudo kecil teori gelombang kecil diturunkan berdasarkan. Persamaan laplace
yang merupakan persamaan untuk aliran tidak berotasi dengan kondisi batas pada muka laut dan
dasar laut.
2. Gelombang amplitudo tak berhingga teori gelombang ini diturunkan dengan mengabaikan suku
(u²+v²) dan persamaan Bernoulli.

2.3. Kecepatan Rambat dan Kecepatan Group Gelombang Laut


Menurut Hidayati (2017), kecepatan rambat gelombang dapat dihubungkan dengan periode
gelombang dan pasang gelombang. Cepat rambat gelombang dilambangkan dengan (c). Cepat rambat
gelombang suatu partikel adalah kecepatan tempuh perjalanan waktu gelombang. Dalam teori
gelombang stokes mengembangkan teori orde dua untuk gelombang kecil namun berhingga dimana
gelombang pada suatu perairan. Kecepatan suatu gelombang disebut juga dengan keccepatan rambat
gelombang. Persamaannya merupakan perbnadingan antara Panjang banding pendek gelombang (c=
L/T). Dimana akan tercapai nilai c yang merupakan kecepatan rambat gelombang.
Menurut Triatmodjo (1999), pada gelombang yang berbebntuk monokromatik terbagi menjadi
dua. Pembagiannya tersebut yaitu sudut deret gelombang dengan satu macam tinggi. Pasang dan cepat
rambat gelombang yang menjalar pada tinggi gelombang dan arah yang sama. Superposisi kedua
gelombang yang menjalar dengan kecepatan grup gelombang (cg). Kecepatan grup pada setiap
kedalaman relatif berbeda-beda besarnya. Hal ini terdapat pada kedalaman yang dangkal serta
menengah.

2.4. Energi dan Tenaga Gelombang Laut


Energi gelombang laut merupakan salah satu energi yang menjanjikan untuk diterapkan di
negara kepulauan seperti Indonesia. Namun, potensi ini masih belum termanfaatkan dengan baik
karena minimnya studi tentang implementasi konverter energi gelombang (WEC). Dalam rangka
implementasi, mengadopsi teknologi WEC dari luar negeri dan memodifikasinya menjadi pilihan
yang lebih realistis. Salah satu teknologi pembangkit gelombang yang cukup bagus diterapkan adalah
APR WEC yang memiliki konstruksi sederhana. Selain itu device ini juga telah diuji di Selat Taiwan.
Namun, WEC ini memiliki kelemahan yaitu tidak mampu menghasilkan daya listrik pada sea state
dengan frekuensi gelombang kurang dari 3 sekon. Jika pada sea state tersebut APR WEC mampu
mengonversi potensi yang ada, maka akan memperbesar jumlah energi yang dihasilkan (Ariefianto,
2020).
Menurut Triatmodjo (1999), energi total gelombang adalah jumlah dari enenrgi kinetic dan
energi potensial gelombang. Energi yang dibawa gelombang terkadang sangat besar sehingga mampu
mengguncang kapal. Hal ini karena gelombang membawa energi dan sumbernya. Gelombang yang
ditimbulkan oleh gempa bawah laut, dapat menimbulkan tsunami yang berdampak pada kerusakan.
Selain itu juga bisa disebabkan oleh gunung api bawah laut.

2.5. Transformasi Gelombang Laut


2.5.1. Refraksi Gelombang Laut
Refraksi adalah pembiasan suatu objek. Refraksi gelombang adalah pembiasan gelombang.
Gelombang dibiaskan saat mereka bergerak dari air dalam menuju dangkal. Hal ini dapat mengubah
panjang dan kecepatan gelombang itu sendiri. Ketika gelombang dari pusat badai yang jauh
mendekati pantai, gelombang cenderung mendekati pantai dengan sudut dasarnya. Sedangkan ujung
yang lain berada pada perairan yang lebih dalam (Sverdrup et al., 2005).
Menurut Triatmodjo (1999), refraksi gelombang merupakan peristiwa perubahan arah
gelombang yang bergerak kea rah pantai dan kedalaman. Refraksi terjadu karena adanya kecepatan
yang berhubungan dengan kedalaman perairan. Saat berada di perairan dangkal, gelombang akan
melambat. Hal ini karena gaya gesek yang terjadi dengan dasar perairan semakin besar.
2.5.2. Difraksi Gelombang Laut
Menurut Rabung et. al. (2016), difraksi gelombang adalah peristiwa dimana gelombang yang
datang terhalang oleh rintangan semisal pemecah gelombang atau pulau, sehingga gelombang
tersebut membelok mengelilingi ujung rintangan lalu masuk ke daerah terlindung di belakang
rintangan. Tinggi gelombang hasil difraksi di titik A yang ingi ditinjau, diberikan oleh persamaan:
𝐻𝐴 = 𝐾′ 𝐻𝑃
dimana
𝐾′ = 𝑓(𝜃, 𝛽,𝑟𝐿)
Menurut Triatmodjo (1999), difraksi gelombang merupakan proses pembelokan arah
gelombang karena adanya gelombang dating yang terhalang oleh suatu benda. Hal ini dapat berupa
pemecah gelombang atau kapal laut. Pada difraksi gelombang atau terjadi transfer energi secara
lateral. Pada tahap ini akan terjadi pengurangan tinggi gelombang pada zona tersebut. Tinggi
gelombang oleh proses difraksi dinyatakan dalam persamaan HP= kdHi.
2.5.3. Refleksi Gelombang Laut
Refleksi adalah pembantulan suatu objek. Gelombang yang dipantulkan melewati gelombang
yang datang untuk menghasilkan pola interferensi dan laut yang curam dan berombang yang sering
kali terjadi refleksi. Jika gelombang langsung memantul kembali pada dirinya sendiri, gelombang
yang dihasilkan tampak diam, naik dan turun pada tempatnya. Perilaku gelombang yang dipantulkan
bergantung pada objek vertikal yang memantulkan gelombang tersebut. Seperti jurang pantai yang
terjal, pemecah gelombang (Sverdrup et al., 2005).
Refleksi gelombang adalah peristiwa memantulnya gelombang yang menabrak dinding atau
pantai. Gelombang datang yang tidak tegak lurus terhadap garis pantai akan dipantulkan kembali
dengan sudut datang dan sudut kembali yang sama terhadap garis normal (tegak lurus) pantai, seperti
bola bilyard terpantul di pinggir meja. Gelombang refleksi ini dapat menggerus pantai dan
mengangkut material offshore atau longshore, terjadilah erosi pantai. Tinggi gelombang refleksi Hr
bergantung kepada material yang ditabraknya, berongga atau padat, miring atau vertikal. Hubungan
tinggi gelombang refleksi Hr dengan tinggi gelobang datang (incident wave) Hi dapat dinyatakan
dengan rumus: 𝐻𝑟 = 𝑋𝐻𝑖 (Rabung et. al., 2016)
2.5.4. Gelombang Pecah
Gelombang Pecah adalah bentuk deformasi gelombang yang paling ekstrim. Pada saat suatu
gelombang pecah dia melepas seluruh energinya sekaligus kepada apa saja yang ada di sekitarnya.
Kalau yang ada di sekitarnya adalah dinding (misalnya pemecah gelombang dinding beton) maka
pelepasan energi itu akan diterima oleh dinding tersebut berupa pukulan yang keras; kalau yang ada
adalah pemecah gelombang gundukan batu dengan kemiringan relatif landai atau pantai berpasir,
maka energi itu dapat terserap kedalam pori-pori batuan atau pasir dengan tenang (wave energy
dissipation). Kalau yang ada di sekitarnya hanya air maka energi itu akan lepas ke udara dan air
sekitarnya. Setelah suatu gelombang pecah maka dia dipandang telah lenyap, walaupun sebenarnya
sisa-sisa energinya dapat berupa gerakan air translasi (disebut arus) di tepi pantai atau diserap oleh
gelombang-gelombang lebih kecil di sekitarnya. Walaupun suatu gelombang telah lenyap karena
pecah, namun gelombang-gelombang lain yang lebih kecil tetap berjalan terus sampai terjadi kondisi
yang mengharuskannya juga pecah (Rabung et. al., 2016).
Menurut Triatmodjo (1999), refleksi merupakan peristiwa pemantulan suatu gelombang yang
membentuk suatu pulau atau dermaga. Hal ini menimbulkan interferensi antara gelombang yang
memantul. Refleksi di Pelabuhan akan menyebabkan ketidaktenangan di dalam perairan. Hal ini
karena saat terjadi, refleksi maka akan terjadi fluktuasi muka air. Pelabuhan harus dapat menyerap
energi gelombang sesuai dengan koefisien penahan gelombang.
III. PENGOLAHAN DATA

3.1. Pengolahan Data Manual


3.1.1. Data ke-1
3.2. Pengolahan Data Excel
3.2.1. Tabel 1
Tabel I (Parameter Gelombang 1)
no Ho' d (m) d Ketentuan (m) To Lo D/Lo d/L Tipe gelombang L (m) C (m/s) Cg (m/s) H (m) E(j) P (J m/s)
1 1.045 4 4.058 14 305.76 0.013271847 0.046607 DANGKAL 87.0692 6.306219153 6.306219 1.404216 2475.87 15613.38
2 1.045 6 6.058 14 305.76 0.019812925 0.057346 MENENGAH 105.6401 7.545086508 7.884429 1.283907 2069.794 16319.14
3 1.045 7 7.058 14 305.76 0.023083464 0.062117 MENENGAH 113.6246 8.115481875 8.413252 1.241546 1935.465 16283.55
4 1.045 18 18.058 14 305.76 0.059059393 0.1033 MENENGAH 174.811 12.47853907 12.14443 1.040611 1359.679 16512.53
5 1.045 42 42.058 14 305.76 0.137552329 0.172897 MENENGAH 243.2545 17.3755868 14.87895 0.956269 1148.206 17084.09
6 1.045 63 63.058 14 305.76 0.206233647 0.230387 MENENGAH 273.7048 19.55246461 14.59414 0.960926 1159.418 16920.71
7 1.045 70 70.058 14 305.76 0.22912742 0.249902 MENENGAH 280.342 20.02833426 14.17949 0.967501 1175.338 16665.69
8 1.045 100 100.058 14 305.76 0.32724359 0.336919 MENENGAH 296.9792 21.21712464 11.48131 1.000559 1257.03 14432.36
9 1.045 160 160.058 14 305.76 0.523475929 0.524824 DALAM 304.9749 21.81550463 10.90775 1.037108 1350.541 14731.36
10 1.045 205 205.058 14 305.76 0.670650183 0.67095 DALAM 305.6233 21.83868262 10.91934 1.043237 1366.551 14921.84

Interpolasi
d/Lo d/L H/Ho'
a b d/lo c d d/l e f H/Ho'
0.013 0.014 0.013271847 0.04612 0.04791 0.046607 1.35 1.327 1.343747514
0.019 0.02 0.019812925 0.05611 0.05763 0.057346 1.24 1.226 1.228619048
0.023 0.024 0.023083464 0.062 0.0634 0.062117 1.189 1.178 1.188081894
0.059 0.6 0.059059393 0.1033 0.1043 0.1033 0.9958 0.9932 0.995799715
0.137 0.138 0.137552329 0.1724 0.1733 0.172897 0.9152 0.915 0.915089534
0.206 0.207 0.206233647 0.2302 0.231 0.230387 0.9195 0.9197 0.919546729
0.229 0.23 0.22912742 0.2498 0.2506 0.249902 0.9258 0.9261 0.925838226
0.327 0.328 0.32724359 0.3367 0.3376 0.336919 0.9574 0.9577 0.957473077
0.524 0.525 0.523475929 0.5254 0.5265 0.524824 0.9925 0.9926 0.992447593
0.67 0.68 0.670650183 0.6703 0.6803 0.67095 0.9983 0.9985 0.998313004

3.2.2. Tabel 2
Tabel II (Parameter Gelombang 2)
d (m) d ketentuan (m) L (m) L ketentuan (m) Ld Ld ketentuan d/L Tipe gelombang C (m/s) Cd (m/s) Cg (m/s) Ho' (m) H (m) L/Ld d/Ld L/H C/Cd H/Ld
130 130.058 227.98 228.038 227.98 228.038 0.570225 DALAM 18.86413 18.86413 9.432066 1.65 1.64213 1 0.57048 138.86689 1 0.007201141
118.6 118.658 225.21 225.268 228.98 229.038 0.52662 DALAM 18.74921 18.86413 9.374605 1.65 1.63783 0.983539849 0.5182 137.5408425 0.99390789 0.007150893
101.4 101.458 220.83 220.888 229.98 230.038 0.459177 MENENGAH 18.50805 18.86413 18.50805 1.65 1.62617 0.960223963 0.44116 135.8335839 0.98112385 0.00706912
83.42 83.478 194.65 194.708 230.98 231.038 0.428564 MENENGAH 17.3512 18.86413 17.3512 1.65 1.6182 0.84275314 0.36141 120.3240521 0.91979839 0.007004029
69.16 69.218 163.07 163.128 231.98 232.038 0.424112 MENENGAH 15.87768 18.86413 15.87768 1.65 1.61667 0.703022781 0.29838 100.9034552 0.84168626 0.006967282
40.88 40.938 100 100.058 232.98 233.038 0.4088 MENENGAH 12.42228 18.86413 12.42228 1.65 1.61172 0.429363451 0.17571 62.08150299 0.65851299 0.006916125
25 25.058 60.12 60.178 233.98 234.038 0.415835 MENENGAH 9.638523 18.86413 9.638523 1.65 1.61417 0.257129184 0.10709 37.28099747 0.51094439 0.006897058
13.63 13.688 52.3 52.358 234.98 235.038 0.260612 MENENGAH 8.70292 18.86413 8.70292 1.65 1.53393 0.222763979 0.05825 34.13324313 0.46134752 0.006526306
3.04 3.098 51.96 52.018 235.98 236.038 0.058507 MENENGAH 5.343394 18.86413 5.343394 1.65 2.00983 0.220379769 0.01313 25.88183151 0.28325679 0.008514844
1.23 1.288 39.28 39.338 236.98 237.038 0.031314 DANGKAL 3.552802 18.86413 3.552802 1.65 2.65572 0.165956513 0.00544 14.81255724 0.18833635 0.011203772
Interpolasi
d/L H/Ho'
a b d/L c d H/Ho'
0.56990 0.57090 0.57023 0.99520 0.99530 0.99523
0.52640 0.52740 0.52662 0.99260 0.99270 0.99262
0.45890 0.45990 0.45918 0.98550 0.98570 0.98556
0.42800 0.42890 0.42856 0.98060 0.98080 0.98073
0.42410 0.42510 0.42411 0.97980 0.98000 0.97980
0.40880 0.40980 0.40880 0.97680 0.97700 0.97680
0.41640 0.41740 0.41583 0.97840 0.97860 0.97829
0.26100 0.26180 0.26061 0.92980 0.93010 0.92965
0.05912 0.06057 0.05851 1.21300 1.20100 1.21808
0.03264 0.03289 0.03131 1.58300 1.57800 1.60953

3.2.3. Tabel 3
Tabel III Gelombang Refraksi
d (m) d ketentuan (m) C (m/s) T L (m) L Peta (cm) L Peta (cm)
44 44.058 20.77904 8.8 182.85553 6.30536 4.57139
36 36.058 18.79810 8.8 165.42324 5.70425 4.13558
29 29.058 16.87508 8.8 148.50072 5.12071 3.71252
27 27.058 16.28399 8.8 143.29913 4.94135 3.58248
24 24.058 15.35475 8.8 135.12182 4.65937 3.37805
18 18.058 13.30295 8.8 117.06593 4.03676 2.92665
14 14.058 11.73748 8.8 103.28981 3.56172 2.58225
3 3.058 5.47434 8.8 48.17419 1.66118 1.20435

3.2.4. Tabel 4
Tabel IV Gelombang Tanpa Refraksi
d (m) d ketentuan(m) C (m/s) T L (m) L Peta (cm) L Peta (cm)
44 44.058 20.77904 8.8 182.85553 6.30536 4.57139
36 36.058 18.79810 8.8 165.42324 5.70425 4.13558
29 29.058 16.87508 8.8 148.50072 5.12071 3.71252
27 27.058 16.28399 8.8 143.29913 4.94135 3.58248
24 24.058 15.35475 8.8 135.12182 4.65937 3.37805
18 18.058 13.30295 8.8 117.06593 4.03676 2.92665
14 14.058 11.73748 8.8 103.28981 3.56172 2.58225
3 3.058 5.47434 8.8 48.17419 1.66118 1.20435
3.2.5. Tabel 5
Tabel V (Kemiringan Sinar Gelombang)
no d (m) d ketentuan(m) L (m) L ketentuan(m) d/L αd Tipe Gelombang C (m/s) Cd (m/s) αs S (m) Slope
1 160 160.058 248.31 248.368 0.644439 42.6 DALAM 971.2743 971.2743 45.11817 3000 0.05335
2 142.9 142.958 227.98 228.038 0.626904 42.6 DALAM 891.7713 971.2743 54.86789 2900 0.04930
3 131 131.058 225.21 225.268 0.581787 42.6 DALAM 880.9388 971.2743 53.34687 2700 0.04854
4 118.6 118.658 220.93 220.988 0.536943 42.6 DALAM 864.2014 971.2743 41.81256 2500 0.04746
5 104.4 104.458 194.65 194.708 0.536485 42.6 DALAM 761.4301 971.2743 38.52061 2200 0.04748
6 93.42 93.478 163.07 163.128 0.573035 42.6 DALAM 637.9326 971.2743 38.3159 2000 0.04674
7 83.12 83.178 136.14 136.198 0.610714 42.6 DALAM 532.6194 971.2743 44.47539 1800 0.04621
8 69.16 69.218 124.08 124.138 0.557589 42.6 DALAM 485.4573 971.2743 1.041521 1500 0.04615
9 51.87 51.928 109.4 109.458 0.47441 42.6 MENENGAH 13.03572 971.2743 48.97698 1200 0.04327
10 40.88 40.938 100 100.058 0.409143 42.6 MENENGAH 12.42259 971.2743 38.87585 900 0.04549
11 27 27.058 71.4 71.458 0.378656 42.6 MENENGAH 10.46944 971.2743 44.9817 700 0.03865
12 22.19 22.248 60.12 60.178 0.369703 42.6 MENENGAH 9.597811 971.2743 44.37224 400 0.05562
13 13.63 13.688 52.8 52.858 0.258958 42.6 MENENGAH 8.737416 971.2743 29.9536 200 0.06844
14 4.04 4.098 51.96 52.018 0.07878 42.6 MENENGAH 6.097182 971.2743 24.23195 100 0.04098
15 1.24 1.298 89.28 89.338 0.014529 42.6 DANGKAL 3.566567 971.2743 0 0 0.00000
IV. ANALISIS DATA

4.1. Parameter Gelombang 1


Pada praktikum kali ini dilakukan pengolahan data parameter gelombang. Parameter yang
menjadi bahan dasar pengolahan yaitu tinggi, panjang gelombang awal, kedalaman serta periode
awal. Setelah dilakukan pengolaham data diperoleh nilai D (Lo), d/dL, Panjang gelombang akhir (L),
cepat rambat gelombang (C), cepat rambat kelompok gelombang (Cg), tinggi gelombang akhir,
emerge gelombang, tekanan, serta tipe gelombang. Dari data sepuluh kedalaman, diketahui nilai
seluruh parameter gelombang mengalami perubahan seiring bertambahnya kedalaman, nilai panjang
gelombang semakin besar seiring bertambahnya kedalaman, hal serupa juga terjadi pada cepat rambat
gelombang dan tekanan gelombang. Namun nilai parameter tinggi gelombang serta energi menjadi
kecil dengan bertambahnya kedalaman. Hal tersebut dapat terjadi mengingat gelombang akan
menjadi semakin pendek, namun bertambah tinggi akibat friksi di perairan dangkal. Pada perairan
dangkal, energi gelombang paling besar tercipta. Hal tersebut dipengaruhi oleh gerak yang banyak
terjadi menjadi sumber energi jika dibandingkan perairan dalam.
Berdasarkan hasil pengolahan data excel pada saat praktikum dapat diketahui tipe gelombang.
Pada data yang pertama dipengaruhi oleh adanya kedalaman sedalam 4,058 meter. Faktor kedalaman
dapat berpengaruh terhadap nilai d/Lo, dimana nilai d/Lo akan mengalami kenaikian seiring
bertambahnya kedalaman. Nilai d/Lo dari perhitungan sebesar 0.013271847. Kedalaman juga
berpengaruh terhadap panjang gelombang. Untuk menentukan tipe dari gelombang ditentukan oleh
nilai d/L. Dari hasil perhitungan excel didapatkan data d/L sebesar 0.4661. Nilai tersebut kurang dari
0,05 yang berarti tipe gelombang untuk data tersebut adalah gelombang dangkal. Panjang gelombang
yaitu 87.0692 meter, cepat rambat gelombang sebesar 6,30621915 m/s, nilai cepat rambat gelombang
grup yaitu sebesar 6,30622 m/s, tinggi dari gelombang yang dihasilkan sebesar 1,40422 meter, besar
energi yang dihasilkan sebesar 2475,87 J, dan besar tekanan yang dihasilkan berdasarkan perhitungan
yaitu sebesar 15613.4 J m/s.
Pada data yang digunakan kedua yaitu data ke-3 hasil pengolahan data excel pada saat
praktikum dapat diketahui tipe gelombang. Pada data yang kedua dipengaruhi oleh adanya kedalaman
sedalam 7,058 meter. Faktor kedalaman dapat berpengaruh terhadap nilai d/Lo, dimana nilai d/Lo
akan mengalami kenaikian seiring bertambahnya kedalaman. Nilai d/Lo dari perhitungan sebesar
0.023083464. Kedalaman juga berpengaruh terhadap panjang gelombang. Untuk menentukan tipe
dari gelombang ditentukan oleh nilai d/L. Dari hasil perhitungan excel didapatkan data d/L sebesar
0.06212. Nilai tersebut berada di antara 0,05 dan 0,5 yang berarti tipe gelombang untuk data tersebut
adalah gelombang menengah/transisi. Panjang gelombang yaitu 113.625 meter, cepat rambat
gelombang sebesar 8,11548 m/s, nilai cepat rambat gelombang grup yaitu sebesar 8,41325 m/s, tinggi
dari gelombang yang dihasilkan sebesar 1,24155 meter, besar energi yang dihasilkan sebesar 1935.46
J, dan besar tekanan yang dihasilkan berdasarkan perhitungan yaitu sebesar 16283.6 J m/s.
Kedalaman suatu perairan dapat berpengaruh terhadap tipe dari gelombang. Dengan adanya
pertambahan panjang gelombang pada perairan awal kedalaman atau (Lo) besarnya sama, yaitu
305,76 meter. Hal tersebut dikarenakan tidak ada perubahan periode yang terjadi pada gelombang.
Kedalaman suatu perairan berpengaruh terhadap panjang dari gelombang (L), yang akan semakin
besar seiring dengan bertambahnya kedalaman. Dikarenakan sudah berkurangnya pengaruh dari
gesekan antara gelombang dengan dasar perairan. Besarnya nilai Cg akan bertambah nilainya, namun
pada perairan dalam nilai Cg akan mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan cepat rambatnya
yang rendah. Terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya gelombang, yaitu
terdapat suatu tekanan pada perairan yang disebabkan oleh gaya gravitasi, gaya tarik menarik benda-
benda angkasa, gaya corolis, angin dan rotasi bumi.

4.2. Parameter Gelombang 2


Pada pengolahan data parameter gelombang yang kedua sebagai bahan dasar telah diperoleh
kedalaman (d), panjang gelombang (L), Ld, serta tinggi awal. Data-data tersebut diolah sehingga
diperoleh nilai parameter seperti tipe gelombang, cepat rambat grup (Cg), cepat rambat maksimum
(Cd), tinggi gelombang (H), perbandingan nilai L dan Ld, L dengan H, C dengan Cd serta H dengan
Ld. Seluruh nilai hasil olah menunjukkan nilai yang semakin besar seiring bertambahnya kedalaman.
Kecuali tinggi gelombang yang semakin besar untuk perairan dengan cepat rambat di perairan dalam
terhitung lebih besar dibandingkan dengan cepat rambat gelombang perairan dangkal mengingat
pengaruh dasar perairan yang menimbulkan gesekan dengan massa air. Sementara untuk panjang
gelombang (L) besaarnya akan semakin kecil dengan berkurangnya kedalaman. Hal ini karena laju
perairan dangkal lebih lamban disbanding perairan dalam sehingga panjang gelombang perairan
dangkal akan tertekan dan kemudian memendek akibat dari tumbukan gelombang dari perairan
dalam. Hal tersebut jugalah yang menjadikan tinggi gelombang semakin tinggi di perairan dangkal
akibat pengurangan panjang secara horizontal mengakibatkan penambahan panjang secara vertikal
ke atas dan ke bawah yang secara langsung mempengaruhi tinggi gelombang.
Terdapat beberapa grafik yang menunjukkan sebuah perbandingan tertentu. Grafik berjumlah
tiga buah, yaitu grafik L vs. Ld, d vs. Ld dan C/Cd. Pada grafik L/Ld menunjukkan perbandingan
antara panjang gelombang dengan panjang gelombang yang ditentukan dengan diameter. Pada d vs.
Ld merupakan perbandingan antara kedalaman dengan panjang gelombang yang ditentukan dengan
diameter. Dan yang terakhir adalah C/Cd merupakan perbandingan antara cepat rambat gelombang
dengan cepat rambat gelombang yang ditentukan oleh diameter. Besar nilai C vs. Cd dipengaruhi
oleh cepat rambat gelombang itu sendiri. Nilai cepat rambat gelombang ditentukan oleh kedalaman
perairan, panjang gelombang dan tipe gelombang.
4.3. Refraksi Gelombang di Daerah Tanjung
Setelah dilakukan konstruksi gelombang atau pembelokan arah gelombang di daerah tanjung,
datang dari arah barat daya menuju garis pantai. Pergerakan gelombang disimulasikan dalam wavelet
yang dilengkapi dengan kontur kedalaman perairan. Gelombang yang datang pada awalnya datang
dengan posisi muka atau punggung gelombang miring terhadap garis pantai. Jadi, dapat diketahui
bila punggung gelombang menjadi indikator terjadinya refraksi atau tidak. Peristiwa refraksi ini
dipengaruhi oleh perubahan kedalaman perairan. Pada daerah tanjung, refraksi gelombang membawa
gelombang menuju daratan pertama yang ditemukannya. Sehingga gelombang datang mengumpul
pada satu titik di tanjung.
Panjang gelombang berubah sesuai dengan berubahnya kedalaman sebuah perairan. Pada
wavelet terlihat bahwa gelombang datang dari laut menuju pantai. Semakin dekat dengan pantai,
maka perairan akan semakin dangkal. Oleh karena itu, pada pembuatan wavelet awalnya dibuat
dengan diameter yang besar dan semakin mendekati daratan atau pantai diameternya akan semakin
kecil. Refraksi gelombang terjadi karena adanya perbedaan kedalaman yang menyebabkan
berbeloknya gelombang.

4.4. Refraksi Gelombang di Daerah Teluk


Setelah dilakukan konstruksi gelombang atau pembelokan arah gelombang di daerah tanjung,
datang dari arah barat daya menuju garis pantai. Pergerakan gelombang disimulasikan dalam wavelet
yang dilengkapi dengan kontur kedalaman perairan. Gelombang yang datang pada awalnya datang
dengan posisi muka atau punggung gelombang miring terhadap garis pantai. Jadi, dapat diketahui
bila punggung gelombang menjadi indicator terjadinya refraksi atau tidak. Peristiwa refraksi ini
dipengaruhi oleh perubahan kedalaman perairan. Pada daerah teluk, refraksi gelombang membawa
gelombang menuju teluk yang berupa cekungan. Sehingga gelombang menyebar di seluruh sisi pantai
yang menyebar.
Panjang gelombang berubah sesuai dengan berubahnya kedalaman sebuah perairan. Pada
wavelet terlihat bahwa gelombang datang dari laut menuju pantai. Semakin dekat dengan pantai,
maka perairan akan semakin dangkal. Oleh karena itu, pada pembuatan wavelet awalnya dibuat
dengan diameter yang besar dan semakin mendekati daratan atau pantai diameternya akan semakin
kecil. Refraksi gelombang terjadi karena adanya perbedaan kedalaman yang menyebabkan
berbeloknya gelombang

4.5. Gelombang Tanpa Refraksi


Refraksi merupakan pembelokan arah gelombang yang disebabkan oleh perubahan
kedalaman. Sementara gelombang datang tanpa refraksi berarti gelombang datang tersebut berada di
perairan dengan morfologi tepi pantai yang landai akan memiliki selisih kedalaman yang kecil.
Sehingga bila ada gelombang datang yang memiliki selisih kedalaman yang kecil menyebabkan tepi
pantai yang landai atau memiliki kemiringan terhadap garis pantai. Maka tinggi akan sampai pada
pantai arah datang gelombangnya akan tetap miring terhadap garis pantai. Hal tersebut dapat dilihat
dari posisi punggung gelombang yang menjadi indikator terjadi atau tidak ada refraksi gelombang.
Pada gelombang tanpa refraksi tidak akan terjadi penurunan dan kenaikan panjang
gelombang. Pada gelombang ini, garis pantainya merupakan garis lurus. Sehingga tidak terdapat
penghalang yang membuat gelombang naik dan turun panjang gelombangnya. Pada gelombang tanpa
refraksi tidak ada pengaruh kedalaman, hal ini menyebabkan punggung gelombang tidak berbelok
dan lurus. Wavelet yang dihasilkan pun memliki diameter yang sama dan panjang yang sama. Tidak
terjadinya pembelokan karena kedalaman pada perairan tersebut relatif sama. Pada kejadian tanpa
refraksi ini karena tidak adanya perubahan kedalaman, makanya gelombang yang dihasilkan sama di
daerah tanjung dan di daerah teluk. Walaupun daerah tanjung dengan daerah teluk memiliki
morfologi yang berbeda.

4.6. Kemiringan Sinar Gelombang


Setelah dilakukan pengolahan data excel untuk kemiringan sinar gelombang didapatkan
kemiringan sinar gelombang yang berbeda-beda. Sinar gelombang adalah garis yang ditarik dengan
arah tegak lurus terhadap muka gelombang. Kemiringan sinar gelombang dapat dicari dengan
mengolah data kedalaman, panjang gelombang, perbandingan d dan L, ἀd, cepat rambat gelombang,
serta panjang sinar. Untuk kemiringan sinar gelombang yang diperoleh pada praktikum ini berkisar
0,04098-0.05335.
Kemiringan gelombang datang pada perairan dalam berkisar antara 44.6-56.6. Pada perairan
menengah berkisar antara nilai 24.2-48.9 dan tidak ada pada perairan dangkal. Kemiringan terbesar
berada pada kedalaman 142 meter.Dan, tidak adanya kemiringan sinar datang pada perairan dangkal
menunujukkan bahwa sinar gelombang miring dari arah timur laut. Adanya kemiringan pada sinar
gelombang datang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah dipengaruhi oleh tipe
gelombang yang dominan. Pada data yang diolah, tipe yang dominan adalah perairan dalam.
4.7. Analisa Grafik
4.7.1. Grafik L/Ld vs. d/Ld

Gambar 1. Grafik L/Ld vs. d/Ld


Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, didapat grafik perbandingan antara L/Ld vs
d/Ld. Dari grafik, dapat diperoleh bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus antara L/Ld
dengan d/Ld. Apabila L/ld naik maka nilai d/Ld juga ikut naik.

4.7.2. Grafik C/Cd vs. L/H

Gambar 2. Grafik L/H vs. C/Cd


Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, didapatkan bahwa suatu grafik perbandingan
antara C/Cd vs l/H. dari grafik tersebut diperoleh bahwa nilai C/Cd berkisar antara 0,18833635-1,
sehingga grafik berkelok seperti gambar.
4.7.3. Grafik H/Ld vs. d/Ld

Gambar 3. Grafik d/Ld vs. H/Ld


Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, didapat grafik H/Ld vs d/Ld. Menurut grafik
yang diperoleh, menunjukkan bahwa grafik tidak beraturan. Hal ini karena nilainya naik turun. Nilai
pada data menurun sampai data ke 3 naik lagi sampai data terakhir. Namun kenaikan data tidak begitu
signifikan.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Parameter gelombang antara lain yaitu panjang gelombang, amplitude, kecepatan rambat
gelombang, elevasi muka air laut, dan tinggi gelombang. Nilai-nilai parameter tersebut
adalah Panjang gelombang sebesar 87.0692 meter, Cepat rambat sebesar 6.3062 m/s, dan
tinggi gelombang sebesar 1.40422 meter.
2. Muka gelombang air laut dapat dilihat menggunakan metode Huygens dengan melakukan
refraksi di setiap titik muka air gelombang sebagai batas gelombang.
3. Sudut kemiringan pantai dapat diketahu dengan rumus d/s, kemudian hasilnya adalah sudut
akan semakin kecil saat mendekati garis pantai. Sudut kemiringan gelombang akan
menunjukkan tipe gelombang pecah yang terjadi pada pantai. Pada refraksi tanjung tipe
gelombang yang dihasilkan adalah divergensi atau penyebaran. Sedangkan refraksi pada
daerah teluk gelombang yang dihasilkan adalah konvergensi atau penguncupan.
4. Pada daerah tanjung, gelombang yang menjalar lebih banyak daripada di daerah teluk, selain
itu pada daerah tanjung juga gelombangnya lebih besar dari pada daerah teluk. Refraksi di
daerah tanjung memiliki energi yang terpusat dan akan bertambah seiring dengan mendekati
pantai. Sedangkan refraksi pada daerah teluk energinya berkurang dan mengalami refraksi
yang menyebar.

5.2. Saran
1. Praktikan harus lebih aktif lagi pada saat praktikum.
2. Praktikan tidak telat pada saat praktikum, agar waktu dapat digunakan dengan efektif dan
efisien.
3. Video tutor diberikan kepada praktikan lebih cepat lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ariefianto, R. M. 2020. Eksperimen Konverter Energi Gelombang Laut Tipe Pelampung Berbasis
Direct Mechanical Drive System (DMDS). Doctoral Dissertation. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Hidayati, N. 2017. Dinamika Pantai. Malang:UB Press.
Kurnianto, A., D. N. Sugianto, Purwanto. 2017. Kajian Karakteristik Gelombang di Pantai
Kejawanan, Cirebon. Journal of Oceanography. 6(1): 79-88.
Prarikeslan, W. 2016. Oseanografi. Jakarta: Kencana.
Pratikto, W.A., H.D. Armono, and Suntoyo. 1997. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut.
Yogyakarta: BPFE.
Rabung, F., A. B. Muhidin, M.P. Hatta, S. Malik. 2016. Deformasi Gelombang di Pantai Makassar.
Teknologi Terapan. 9(2).
Sverdrup, K.A., A.C. Duxbury, and A.B. Duxbury. 2005. An Introduction to The Worlds Oceans 8th
Edition. New York: McGraw-Hill.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.
LAMPIRAN

1. Grafik
2. Wavelet
3. Grafik Gelombang Sinar Datang
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA
MODUL VI
ARUS PERMUKAAN DAN SIRKULASI LAUT

Oleh:
Muhammad Azizi Dirgantara Buana Nata
26050119130041
Oseanografi A
Dosen Koordinator Praktikum:
Ir. Gentur Handoyo M. Si
19600911 198703 1 002
Asisten Praktikum:
Amelia Dwi Lestari Asni 26050118130085 Jessica Naomi Putri S. 26050118130125
Rafly Zhulkifly K. S. 26050118130082 Khalif Keninggan 26050118140100
Fransiska Krisna 26050118130072 Galang Sandi Timur 26050118140083
Yustina Wulan Millenia 26050118140104 Salsabila 26050118120018
Happy Ayu Setyaningrum 26050118140056 Mochamad Rafif Rabbani 26050117140001
Aryobimo Bharadian A. 26050118130054 Ulfa Oktaviani Nurafifah 26050118120029
Baeti Karomatul Hidayah 26050118120005 Arbi Wahid 26050118130064
Zakky Abdurrahman 26050118130063 Hajar Shofwatul Islam 26050118120007
Alfandy Rafliansyah S. 26050118140067 Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Nurin Fazira Asdwina 26050118120036 Muh. Lintang Galih Ibrahim 26050118120014

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANA DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum modul ini adalah sebagai berikut:


1. Memahami, mengerti serta membedakan antara arus pasut dan arus residu.
2. Menggambarkan penentuan sistem koordinat yang akan digunakan dalam perhitungan.
3. Memahami dan mengerti metode pengukuran, pengolahan data, serta analisisnya untuk
penelitian tentang arus permukaan.
4. Memahami pola sirkulasi arus pemukaan air laut global di dunia maupun di Indonesia, beserta
mekanisme terbentuknya, sifat dan karakteristiknya,
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Arus


Arus laut atau sea current adalah perpindahan massa air dari satu tempat menuju tempat lain.
Arus laut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah gradien tekanan, hembusan
angin, perbedaan massa jenis air atau pasang surut. Pada perairan Indonesia, secara umum
karakteristik arusnya dipengaruhi oleh angin dan pasang surut. Di perairan dangkal arus dapat
dibangkitkan oleh gelombang laut (Tanto et al., 2017).
Arus laut dapat didefinisikan sebagai pergerakan mengalir suatu massa air yang disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor-faktornya adalah angin, beda densitas atau pergerakan gelombang yang
panjang. Arus laut dipengaruhi oleh beberapa komponen. Antara lain, arah angin, beda tekanan air,
beda densitas air, arus permukaan, upwelling dan downwelling. Arus laut juga dapat disebabkan oleh
gelombang (Irawan et al., 2018).
Arus laut merupakan perpindahan massa air laut mendatar. Arus laut merupakan gerakan
horizontal massa air laut. Arus dipicu oleh gaya-gaya penggerak yang bekerja pada laut. Contoh dari
gaya-gaya yang bekerja dan membangkitkan arus adalah pasang surut, stress angin, gradien tekanan,
dan gelombang laut. Informasi tentang arus laut diperlukan untuk mendukung keselamatan
bernavigasi. Arus laut secara umum dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe utama lain, yaitu: arus
yang berhubungan dengan distribusi densitas, arus pasang surut, arus yang ditimbulkan oleh
gelombang laut dan angin (Armansyah et al., 2019).
Arus laut didefinisikan sebagai perpindahan atau gerakan horizontal maupun vertikal dari suatu
massa air, sehingga massa air itu mencapai kestabilan. Arus laut terjadi karena beberpaa faktor
penyebab, yaitu gradien tekanan, tiupan angin, perbedaan tekanan atau densitas, pasang surut, dan
lain sebagainya. Arus laut pun dipengaruhi oleh gravitasi bumi, topografi kedalaman perairan,
morfologi pantai, dan gerakan rotasi bumi,. Arus laut dapat digunakan sebagai jalur transportasi. Pada
Sebagian besar perairan, faktor utama yang dapat menimbulkan arus relative lebih kuat adalah faktor
angin dan pasang surut (Simatupang et al., 2016).

2.2. Faktor Penggerak Arus


Arus laut dapat dibangkitkan oleh beberapa faktor. Seperti contohnya adalah hembusan angin,
perbedaan gradien tekanandan perbedaan massa jenis air. Namun ada juga arus laut yang
dibangkitkan oleh aktivitas dari kegiatan pasang surut. Pada perairan di Indonesia, secara umum
karakteristik arusnya dipengaruhi oleh angin dan kegiatan pasang surut. Pada perairan dangkal, arus
dapat sbangkitkan oleh gelombang laut (Tanto et al., 2017).
Arus dapat dibedakan menjadi arus pasang surut dan arus residu. Arus pasang surut yang
selanjutnya disebut dengan arus pasut adalah arus yang dipengaruhi oleh kegiatan pasang surut. Pada
daerah dimana arus pasang surut cukup kuat yang menyebabkan terjadinya tarikan dan gesekan pada
dasar laut akan menghasilkan potongan arus secara vertikal. Dan resultan turbulensi, sehingga
menyebabkan bercampurnya arus lapisan bawah secara vertikal. Sedangkan arus residu atau arus non
pasut merupakan arus yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar pasang surut air laut. Arus residu
ini tidak akan terpengaruh oleh aktifitas pasang surut yang terjadi pada suatu perairan (Respati et al.,
2020).

2.3. Arus Pasut


Arus pasang surut adalah arus yang bergerak berlawanan arah atau bi-directional pada dasar
perairan saat kondisi pasang dan surut. Pada daerah dimana arus pasang surut cukup kuat yang
menyebabkan terjadinya tarikan dan gesekan pada dasar laut akan menghasilkan potongan arus secara
vertikal. Dan resultan turbulensi, sehingga menyebabkan bercampurnya arus lapisan bawah secara
vertikal. Arus pasang surut akan menyebabkan terbawanya material yang akan mengendap di sutau
perairan yang disebut dengan sedimentasi (Shabari et al., 2019).
Arus yang dibangkitkan oleh pasang surut dinamakan dengan arus pasut. Arus pasut adalah gerak
naik turunnya permukaan air laut karena pasang surut pada wilayah perairan dan interaksinya dengan
batas-batas perairan (pantai, kedngkalan, dan dasar perairan) tempat pasur tersebut menimbulkan
gerak badan air kea rah horizontal. Fenomena ini sangat terasa pada wilayah perairan semi tertutup
(teluk), pearaian dangkal, muara sungai (delta dan estuari). Kecepatan arus pasut minimum atau
efektif nol terjadi saat air tertinggi atau terendah (slack waters), pada saat tersebut terjadi perubahan
arah arus pasut. Kecepatan arus pasut maksimum terjadi pada saat kedudukan muka air rendah atau
air tinggi (MSL) (Simatupang et al. 2016).

2.4. Arus Residu


Arus dapat dibedakan menjadi arus pasang surut dan arus residu. Arus pasang surut yang
selanjutnya disebut dengan arus pasut adalah arus yang dipengaruhi oleh kegiatan pasang surut.
Sedangkan arus residu atau arus non pasut merupakan arus yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di
luar pasang surut air laut. Arus residu ini tidak akan terpengaruh oleh aktifitas pasang surut yang
terjadi pada suatu perairan (Respati et al., 2020).
Arus yang terjadi di perairan laut dapat dipisahkan menjadi arus pasut dan arus residual, dimana
peran arus pasut di daerah estuari cenderung lebih dominan dibandingkan dengan arus residu. Dalam
arah meridional, arus zonal juga didominasi oleh arus residu. Arah angin dari baratlaut berperan
dalam menggerakkan arus ke arah timur dan timur laut. Pola yang sama dari arus pengukuran dengan
arus residu biasanya terjadi pada kedalaman 1.5m (Trenggono dan Agustiadi, 2018).
2.5. Metode Pengukuran Arus
Pengukuran arus dapat menggunakan metode Euler. Pengukuran arus juga membutuhkan
instrument currentmeter. Pengambilan data arus paling tidak dilakukan sebanyak tiga kali pada tiap-
tiap kedalaman. Hal ini dilakukan agar pola arus terwakili. Metode Euler digunakan untuk
mengetahui kecepatan aliran pada satu titik tertentu. Contoh alat yang menggunakan prinsip metode
Euler adalah currentmeter dan ADCP (Irawan et al., 2018).
Pengukuran arus selain dapat menggunakan metode Euler, terdapat juga metode yang lain.
Teknik untuk menghitung atau untuk mengukur arus adalah dengan menggunakan metode Lagrange.
Penggunaan metode Lagrange dilakukan dengan pengamatan Gerakan massa air yang dilepaskan di
lautan. Metode Lagrange menggunakan prinsip perbandingan, yaitu membandingkan kecepatan
terhadap waktu pada dua titik yang berbeda. Contoh alat yang menggunakan prinsip ini adalah drifter
bouy (Sinurat et al., 2016).

2.6. Alat Pengukur Arus


Drifter dapat digunakan untuk memperoleh data arus permukaan air laut. Kebanyakan drifter
sudah menggunakan GPS agar dapat terlacak oleh satelit. Drifter yang sedang dikembangkan adalah
GERNED ( GPS Drifter Combined ). Alat ini didesain dengan sederhana, harga yang murah, dan
diharapkan dapat berfungsi di perairan Indonesia yang kompleks. Kelebihan dari alat ini adalah
harganya yang murah dan dapat berfungsi di perairan dangkal. GERNED juga dikombinasikan
dengan beberapa sensor. Sensor-sensor tersebut adalah sensor suhu, konduktifitas, pH, dan
kelembapan udara. Instrumen ini juga didesain agar dapat menampilkan data secara real time dan
diharapkan dapat bekerja dengan jangka waktu yang panjang (Purba et al., 2017).
Prinsip kerja dari ADCP adalah menggunakan gelombang suara (sonar) sebagai alat
pendeteksinya. ADCP memiliki tingkat keakurasian yang tinggi. Informasi yang diukur oleh alat ini
dapat mencapai 128 titik. Kedalaman yang dapat dicapai pun hingga ratusan meter, tergantung dengan
frekuensi yang digunakan. Selain data arus, alat ini dapat memberikan informasi tentang suhu air laut,
lintasan kapal, serta topografi dasar perairan. ADCP dapat tersambung dengan Global Positioning
System (GPS). Pada prinsipnya, ADCP bekerja dengan mentransmisikan gelombang suara dengan
pola tertentu dan menerima pantulannya yang disebabkan oleh partikel-partikel kecil yang ada di laut.
Informasi tersebut dianalisa berdasarkan pergeseran frekuensi menurut teori Doppler. Teori Doppler
menjelaskan mengenai perubahan frekuensi gelombang yang dipantulkan oleh partikel yang ada di
air. Oleh karena itu, sesungguhnya ADCP mereka pergerakan partikel. Namun, karena partikel
tersebut terbawa oleh arus air, maka dapat diasumsikan bahwa pergerakan partikel tersebut adalah
kecepatan air (Arifiyanto et al., 2016).
III. PENGOLAHAN DATA

3.1. Pengolahan Data Manual


theodolit A theodolit B selang waktu
jam A B P AzimuthAP AzimutBP AP BP XP1 YP1 XP2 YP2 XP YP DEL X DEL Y u (m/s) v (m/s) Speed β arah
derajat derajat angka menit derajat olahan derajat derajat angka menit derajat olahan Menit Jadi Detik
05:00 208 208.014 50 208.84733 336 336.014 25 336.43067 81.603 35.897 62.500 53.397 350.897 446.191 752.824 1101.871 9509.633 626.252 9979.067 864.062 9744.350 -15.639 -25.864 -0.01738 -0.02874 0.03358 1786.26251 KW 3 15 900
05:15 210 210.014 24 210.41400 334 334.014 53 334.89733 80.036 34.364 65.600 54.964 349.364 418.370 730.022 1086.232 9483.768 610.613 9953.203 848.422 9718.485 0.025 -4.708 0.00001 -0.00174 0.00174 -17.70080 KW 2 45 2700
06:00 210 210.014 56 210.94733 334 334.014 49 334.83067 79.503 34.297 66.200 55.497 349.297 415.706 725.390 1086.257 9479.060 610.638 9948.494 848.448 9713.777 -3.184 4.265 -0.00354 0.00474 0.00591 -2106.19202 KW 4 15 900
06:15 210 210.014 12 210.21400 334 334.014 38 334.64733 80.236 34.114 65.650 54.764 349.114 415.532 730.176 1083.073 9483.325 607.454 9952.759 845.264 9718.042 2.931 -1.790 0.00109 -0.00066 0.00127 -3359.00770 KW 2 45 2700
07:00 210 210.014 38 210.64733 334 334.014 50 334.84733 79.803 34.314 65.883 55.197 349.314 416.906 727.869 1086.005 9481.536 610.386 9950.970 848.195 9716.253 -27.300 -19.926 -0.03033 -0.02214 0.03755 3088.36335 KW 3 15 900
07:15 210 210.014 45 210.76400 332 332.014 23 332.39733 79.686 31.864 68.450 55.314 346.864 383.117 714.004 1058.704 9461.609 583.085 9931.044 820.895 9696.327 -820.895 -9696.327 #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE! - #VALUE!
theodolit A theodolit B selang waktu
No jam A B P AzimuthAP AzimutBP AP BP XP1 YP1 XP2 YP2 XP YP DEL X DEL Y u (m/s) v (m/s) Speed β arah
derajat derajat angka menit derajat olahan derajat derajat angka menit derajat olahan Menit Jadi Detik
11:45 267 267.014 48 267.81400 348 348.014 12 348.21400 22.636 47.681 109.683 112.364 362.681 530.070 275.913 1233.875 9041.900 1021.312 9512.635 1127.593 9277.267 0.356 2.504 0.00040 0.00278 0.00281 464.41753 KW 1 15 900
2 12:00 267 267.014 37 267.63067 347 347.014 49 347.83067 22.819 47.297 109.883 112.181 362.297 527.491 278.378 1232.130 9044.443 1023.770 9515.100 1127.950 9279.772 0.397 1.644 0.00015 0.00061 0.00063 778.34636 KW 1 45 2700
3 12:45 267 267.014 29 267.49733 347 347.014 38 347.64733 22.953 47.114 109.933 112.047 362.114 526.097 280.005 1231.300 9046.104 1025.394 9516.728 1128.347 9281.416 0.198 1.349 0.00022 0.00150 0.00151 478.97647 KW 1 15 900
4 13:00 267 267.014 23 267.39733 347 347.014 26 347.44733 23.053 46.914 110.033 111.947 361.914 524.721 281.337 1230.368 9047.469 1026.723 9518.060 1128.545 9282.764 1.988 4.174 0.00074 0.00155 0.00171 1459.84994 KW 1 45 2700
5 13:45 266 266.014 58 266.98067 347 347.014 22 347.38067 23.469 46.847 109.683 111.531 361.847 522.995 285.507 1230.175 9051.647 1030.891 9522.229 1130.533 9286.938 0.587 1.384 0.00065 0.00154 0.00167 1317.30934 KW 1 15 900
6 14:00 266 266.014 50 266.84733 347 347.014 19 347.33067 23.603 46.797 109.600 111.397 361.797 522.295 286.887 1229.969 9053.035 1032.271 9523.610 1131.120 9288.323 0.614 1.605 0.00023 0.00059 0.00064 1200.21233 KW 1 45 2700
7 14:45 266 266.014 41 266.69733 347 347.014 14 347.24733 23.753 46.714 109.533 111.247 361.714 521.366 288.486 1229.600 9054.646 1033.868 9525.209 1131.734 9289.927 0.748 1.954 0.00083 0.00217 0.00232 1201.32398 KW 1 15 900
8 15:00 266 266.014 30 266.51400 347 347.014 8 347.14733 23.936 46.614 109.450 111.064 361.614 520.240 290.433 1229.151 9056.606 1035.813 9527.155 1132.482 9291.881 0.442 2.038 0.00016 0.00075 0.00077 702.12628 KW 1 45 2700
9 15:45 266 266.014 20 266.34733 346 346.014 54 346.91400 24.103 46.381 109.517 110.897 361.381 518.447 292.455 1228.018 9058.659 1037.831 9529.178 1132.924 9293.918 4.114 -0.949 0.00457 -0.00105 0.00469 -4414.74813 KW 2 15 900
10 16:00 266 266.014 6 266.11400 348 348.014 40 348.68067 24.336 48.147 107.517 110.664 363.147 527.231 291.684 1236.986 9057.533 1037.091 9528.406 1137.038 9292.969 -1137.038 -9292.969 #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE! - #VALUE!
Pengolahan Data Excel
3.2.1. Metode Lagrange
3.2.
Xa 743.674
ya 9243.586
Jarak AB 675
Azimuth AB 135
Kedalaman arus 1
Xb 745.352
Yb 9235.723
Sudut pengamatan A-B 290 27 00
A-B 290.45
Sudut pengamatan B-A 300 32 00
B-A 300.5333333
3.2.2. Metode Euler
arus Angin
No Jam Kedalaman
m/s m/s olah cm/s knot arah Knot awal olah cm/s Arah
0.2 h 0.4 0.414 41.4 0.804821
1 06:00 0.6 h 0.2 0.214 21.4 0.416019 280 2.9 2.914 149.8962 246
0.8 h 0.15 0.164 16.4 0.318818
0.2 h 0.38 0.394 39.4 0.765941
2 07:00 0.6 h 0.24 0.254 25.4 0.493779 290 4.1 4.114 211.6242 278
0.8 h 0.14 0.154 15.4 0.299378
0.2 h 0.35 0.364 36.4 0.707621
3 08:00 0.6 h 0.28 0.294 29.4 0.57154 290 4 4.014 206.4802 290
0.8 h 0.2 0.214 21.4 0.416019
0.2 h 0.15 0.164 16.4 0.318818
4 09:00 0.6 h 0.1 0.114 11.4 0.221617 270 2.1 2.114 108.7442 300
0.8 h 0.1 0.114 11.4 0.221617
0.2 h 0.25 0.264 26.4 0.513219
5 10:00 0.6 h 0.2 0.214 21.4 0.416019 290 2.4 2.414 124.1762 240
0.8 h 0.13 0.144 14.4 0.279938
0.2 h 0.28 0.294 29.4 0.57154
6 11:00 0.6 h 0.25 0.264 26.4 0.513219 150 2.8 2.814 144.7522 120
0.8 h 0.15 0.164 16.4 0.318818
0.2 h 0.36 0.374 37.4 0.727061
7 12:00 0.6 h 0.15 0.164 16.4 0.318818 135 3.6 3.614 185.9042 148
0.8 h 0.12 0.134 13.4 0.260498
0.2 h 0.4 0.414 41.4 0.804821
8 13:00 0.6 h 0.25 0.264 26.4 0.513219 120 3.5 3.514 180.7602 130
0.8 h 0.18 0.194 19.4 0.377138
0.2 h 0.3 0.314 31.4 0.61042
9 14:00 0.6 h 0.25 0.264 26.4 0.513219 140 2.6 2.614 134.4642 150
0.8 h 0.1 0.114 11.4 0.221617
0.2 h 0.42 0.434 43.4 0.843701
10 15:00 0.6 h 0.31 0.324 32.4 0.62986 180 5.2 5.214 268.2082 148
0.8 h 0.25 0.264 26.4 0.513219
No Time (GMT) ΔT Current Speed (V) Direction (arah) V OLAH Direction olah D Vx Vy Dx Dy A B R ǿ Σ Dx Σ Dy Σ Vx Σ Vy Perpindahan Residu V Arus Residu Kuadran
1 0 1 11.113 334.688 11.127 334.702 40057.200 -4.75486 10.05989 -17117.49525 36215.61304 4.03752 1.67133 4.36978 67.51298 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
2 1 1 12.305 336.094 12.319 336.108 44348.400 -4.98937 11.26339 -17961.71972 40548.20843 4.23665 1.87127 4.63151 66.16960 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
3 2 1 12.891 354.375 12.905 354.389 46458.000 -1.26177 12.84317 -4542.38300 46235.40333 1.07142 2.13373 2.38762 26.66274 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
4 3 1 10.547 345.938 10.561 345.952 38019.600 -2.56352 10.24515 -9228.67558 36882.53694 2.17678 1.70210 2.76325 51.97684 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
5 4 1 8.789 352.969 8.803 352.983 31690.800 -1.07541 8.73707 -3871.46958 31453.43428 0.91317 1.45155 1.71490 32.17387 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
6 5 1 6.445 351.562 6.459 351.576 23252.400 -0.94623 6.38931 -3406.41617 23001.53114 0.80348 1.06150 1.33130 37.12285 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
7 6 1 4.687 347.344 4.701 347.358 16923.600 -1.02885 4.58703 -3703.87485 16513.31427 0.87364 0.76208 1.15931 48.90165 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
8 7 1 1.758 323.438 1.772 323.452 6379.200 -1.05522 1.42355 -3798.78818 5124.78302 0.89602 0.23651 0.92671 75.21403 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
9 8 1 2.93 18.281 2.944 18.295 10598.400 0.92415 2.79519 3326.93952 10062.68135 -0.78473 0.46439 0.91184 -59.38387 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 2
10 9 1 5.273 29.531 5.287 29.545 19033.200 2.60706 4.59952 9385.40385 16558.28786 -2.21375 0.76415 2.34192 -70.95606 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 2
11 10 1 8.203 43.596 8.217 43.61 29581.200 5.66764 5.94953 20403.51216 21418.31191 -4.81260 0.98844 4.91306 -78.39366 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 2
12 11 1 8.789 47.812 8.803 47.826 31690.800 6.52399 5.91020 23486.34778 21276.70728 -5.53975 0.98191 5.62610 -79.94888 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 2
13 12 1 11.133 43.596 11.147 43.61 40129.200 7.68860 8.07100 27678.95218 29055.60702 -6.52867 1.34090 6.66495 -78.39366 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 2
14 13 1 8.789 37.969 8.803 37.983 31690.800 5.41761 6.93847 19503.39428 24978.47906 -4.60029 1.15274 4.74252 -75.93249 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 2
15 14 1 6.445 23.906 6.459 23.92 23252.400 2.61887 5.90425 9427.93431 21255.30899 -2.22378 0.98092 2.43051 -66.19752 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 2
16 15 1 7.617 18.291 7.631 18.305 27471.600 2.39671 7.24486 8628.15123 26081.48410 -2.03513 1.20364 2.36443 -59.39857 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 2
17 16 1 8.203 14.062 8.217 14.076 29581.200 1.99845 7.97028 7194.40612 28692.99416 -1.69695 1.32416 2.15245 -52.03447 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 2
18 17 1 6.445 354.375 6.459 354.389 23252.400 -0.63152 6.42805 -2273.47941 23140.98955 0.53625 1.06794 1.19501 26.66274 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
19 18 1 5.859 326.25 5.873 326.264 21142.800 -3.26167 4.88402 -11742.01447 17582.46536 2.76960 0.81142 2.88602 73.67084 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
20 19 1 7.672 298.125 7.686 298.139 27669.600 -6.77756 3.62481 -24399.22079 13049.32139 5.75507 0.60222 5.78650 84.02625 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
21 20 1 9.375 279.844 9.389 279.858 33800.400 -9.25037 1.60746 -33301.34021 5786.86276 7.85483 0.26706 7.85937 88.05273 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
22 21 1 8.203 281.25 8.217 281.264 29581.200 -8.05872 1.60503 -29011.39455 5778.09483 6.84295 0.26666 6.84815 87.76844 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
23 22 1 10.547 279.844 10.561 279.858 38019.600 -10.40507 1.80812 -37458.24411 6509.21905 8.83532 0.30040 8.84043 88.05273 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
3.2.3. Arus Pasut dan Residu

24 23 - 8.789 293.906 8.803 293.92 #VALUE! -8.04693 3.56927 0.00000 0.00000 6.83294 0.59299 6.85863 85.04007 -72781.47445 -72781.47445 -28.26401 144.45861 1029.28548 0.01191 KUADRAN 1
JUMLAH -28.26401 144.45861 -72781.47445 507201.63911
RATA-RATA -1.17767 6.01911
IV. ANALISIS DATA

4.1. Metode Lagrange


Berdasarkan hasil praktikum, metode lagrange menghasilkan nilai Xp dan Yp. Nilai tersebut
merupakan nilai ada posisi pelampung pada sumbu X dan juga sumbu Y. Metode lagrange sendiri
memiliki prinsip kerja mengikuti jejak dari arus tersebut. Pada metode ini, nilai Xp dan Yp menurun
seiring dengan bertambahnya waktu. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan waktu yang berbeda-
beda. Hasil kecepatan arus didapat setelah membagi jarak yang ditempuh untuk mencapai posisi akhir
terhadap waktu. Terdapat dua table untuk metode Lagrange ini, yaitu Tabel A dan juga Tabel B. Pada
Tabel A, nilai Xp dan Yp yang diperoleh sebesar 864.062 dan 9744.350 untuk data ke-1. Pada data
ke-3 sendiri memiliki hasil Xp sebesar 848.448 dan Yp sebesar 9713.777. Pada Tabel B, pengamatan
dilakukan pada data ke-1 dan data ke-5. Pada data ke-1 diperoleh hasil Xp sebesar 1127.593 dan Yp
sebesar 9277.267. Untuk data ke-5 sendiri diperoleh hasil 1130.533 untuk Xp dan 9286.938 untuk
Yp.
Pada nilai kecepatannya sendiri, terdapat dua kecepatan yaitu, u yang ditinjau pada sumbu X dan
v yang ditinjau pada sumbu Y. Pada Tabel A Data ke-1, diperoleh nilai kecepatan u = -0.01738 m/s
dan v=-0.02874 m/s. Pada data ke-3 diperoleh hasil u=-0.00354 m/s dan v =0.00474m/s. Sedangkan
pada Tabel B, yang ditinjau adalah data ke-1 dan juga data ke-5. Pada data ke-1 diperoleh nilai
u=0.00040m/s dan v=0.00278m/s. Dan pada data ke-5, yaitu u=0.00065m/s dan v=0.00154m/s. Nilai
negative pada kecepatan tersebut menandakan pergerakan arus pada diagram kartesian.

4.2. Metode Euler


Pada metode Euler ini, kecepatan arus tidak diukur pada permukaan saja. Namun dapat juga
diukur hingga kedalaman tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pada metode Euler ini menggunakan alat
currentmater untuk pengambilan datanya. Kecepatan arus yang diukur berada pada kedalaman
0,2h;0.6h; dan 0,8h. Pada kedalaman 0,2h pengaruh angin sangat kuat karena termasuk pada wilayah
permukaan air laut. Pada metode Euler ini, diamati data ke-5 diperoleh hasil kecepatan arus pada
kedalaman 0,2h sebesar 0.513 knot, kedalaman 0.6h sebesar 0.416 knot dan kedalaman 0,8h sebesar
0.279 knot. Pada data ke-9, diperoleh hasil pada kedalaman 0,2h sebesar 0.61 knot, kedalaman 0,6h
sebesar 0.513 knot dan kedalaman 0,8h sebesar 0.221 knot. Semakin dalam sebuah perairan, maka
semakin lambat arus yang terjadi jika dipengaruhi oleh angin. Arus mengalami kecepatan maksimum
pada pukul 15.00 dan pada kedalaman 0,2h, yaitu sebesar 0.843 knot.
Arah arus juga bervariasi pada pengamatan ini. Arah arus mengikuti arah angin yang terjadi pada
permukaan air laut. Perbedaan arah angin ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti
perbedaan tekanan yang terjadi di atmosfer. Karena angin bergerak dari tekanan yang tinggi menuju
ke tekanan yang rendah. Dan juga oleh pengaruh gaya Coriolis akibat perputaran Bumi. Akibat dari
gaya Coriolis ini, arah angin dibelokkan dari arah sebenarnya.

4.3. Perbandingan Metode Lagrange dan Euler


Berdasarkan data yang telah diperoleh digunakan dua metode dalam pengambilan data yaitu
metode lagrange dan metode euler. Metode lagrange dilakukan dengan pengamatan pergerakan arus
dan satu titik ke titik lain yang diambil dalam metode waktu tertentu. Data yang diambil dalam metode
ini dilakukan dengan menghitung jarak tempuh oleh setiap partikel fluida dengan selang waktu
tertentu dan dapat kecepatan fluida bergerak. Sedangkan data yang diambil pada metode euler diambil
dengan pengamatan pergerakan arus pada suatu posisi tertentu di kolom arus air, sehingga data yang
didapat adalah data arus. Dalam suatu titik tertentu dalam fungsi waktu dan data ini diambil dengan
ADCP, yaitu salah satu alat yang memanfaatkan frekuensi dan arus pada suatu massa air sehingga
dapat ditentukan kecepatan pergerakan massa air tersebut. Metode euler ini lebih efisien karena alat
yang digunakan (current meter) telah menggunakan sensor yang mempermudah dalam penelitian.
Selain itu juga metode euler dapat meninjau arus pada tiap kedalaman berbeda-beda.

4.4. Arus Pasut dan Residu


Pada praktikum kali ini untuk mengolah data pasut dan arus residu dilakukan dengan hasil
pengukuran pada waktu tertentu (GMT) dan selang waktu tertentu (∆T=1). Arus pasut dan residu
akan dihasilkan lebih dominan mengarah barat daya. Arus pasut terdekat terjadi pada waktu ke 3.
Pemindahan residu pada data ke-3 dan ke-2 sebesar 5123,96961 dengan kecepatan arus 0,05931 m/s.
Arus pasut merupakan arus yang digerakkan oleh faktor pasang surut. Sedangkan arus residu adalah
arus yang digerakkan oleh faktor non pasut seperti angin dan gelombang. Kecepatan arus dan
perpindahan residu dari pukul 0-23 (GMT) semua sama. Data ke 3 dan ke 2 berada pada kuadran ke
2 karena nilai A<0 dan B>0. Kecepatan arus pasut pada data ke-3 sebesar 3,22625 m/s dan pada data
ke-2 sebesar 3,07975 m/s.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Arus pasut adalah arus yang digerakan atau dipengaruhi oleh aktifitas pasang surut
permukaan air laut. Sedangkan arus residu adalah arus yang digerakan oleh non pasut, dapat
berupa angin, gelombang dan lain-lain.
2. Sistem koordinat digambarkan seusai dengan metode yang digunakan dalam pengukuran.
Pada metode Lagrange menggunakan nilai Xp dan Yp. Sedangkan untuk metode Euler
diambil dari data arah angin dan arah arus pada tiap-tiap data kedalaman.
3. Metode pengukuran arus permukaan ada dua, yaitu metode Lagrange dan metode Euler. Pada
metode Lagrange menghitung kecepatan arus menggunakan dua titik yang berbeda dan
kecepatannya dihitung berdasarkan jarak yang dibagi oleh waktu. Pada metode Euler
kecepatan arus diukur menggunakan satu titik saja pada kedalaman tertentu.
4. Pola sirkulasi arus permukaan air laut disebabkan oleh tiupan angin yang mengalami
perbedaan tekanan. Angin bertiup dari tekanan yang tinggi ke rendah. Selain itu, arus juga
dapat dipengaruhi oleh perbedaan densitas, perbedaan tekanan dan juga arus permukaan
dipengaruhi oleh gaya Coriolis. Gaya Coiriolis terjadi akibat perputaran Bumi yang
menyebabkan arah angin dibelokkan dari arah yang sebenarnya.

5.2. Saran
1. Praktikan ditingkatkan lagi keaktifan pada saat praktikum.
2. Praktikan datang tepat waktu agar waktu dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
3. Praktikum selanjutnya menggunakan instrument currentmeter dan drifter buoy.
4. Semoga praktikum selanjutnya ke lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Arifiyanto, Widodo S Pranowo., Khoirol Imam Fatoni dan A. Rita Trisiana Dwi. 2016. Pengolahan
dan Penyajian Data Arus Pasang Surut Hasil Pengukuran Acoustic Doppler Current Profiler
(ADCP) SonTek ARGONOUT-XR Menggunakan Perangkat Lunak T_TIDE_V1.3beta. Jurnal
Hidropilar, Vol.2(1): 59-70.
Armansyah, D., N. Sukoco, Kmaija, D. Adrianto, L. Dewantono, dan W. Pranowo. 2019. Purwarupa
Dukungan Data Arus Laut Operasional Bersumber dari Copernicus Marine Environment
Monitoring Service (Cmems) dalam Format Aml Iwc Arus Laut untuk TNI-AL. Jurnal Chart
Datum., 5(1):1-16.
Irawan, S., R. Fahmi dan A. Roziqin. 2018. Kondisi Hidro-Oseanografi (Pasang Surut, Arus Laut,
dan Gelombang) Perairan Nongsa Batam. Jurnal Kelautan, 11(1): 56-68.
Purba, Noir. P., Syawaludin A Harahap., Donny J Prihadi., Ibnu Faizal., Putri G Mulyani., Candra A
Fitriadi., Isnan F Pangestu., Prio D Atmoko., Adam Alfath dan Joshua T Sitio. 2017.
"Pengembangan Instrumen Lagrangian GPS Drifter Combined (GERNED) untuk Observasi
Laut." Jurnal Kelautan Nasional, Vol.12(3): 109-116.
Respati, A.F., G. Diansyah dan A. Agussalim. 2020. Analisis Data Arus Pasang Surut dan Arus Non
Pasang Surut di Sebagian Selat Bangka. MASPARI JOURNAL, 12(1): 25-32.
Shabari, A.R., A. Satriadi dan W. Atmodjo. 2019. Padatan Tersuspensi yang Dipengaruh oleh Proses
Pasang Surut di Perairan Kaliboyo, Kabupaten Pekalongan. Jornal of Marine Reasearch, 8(4)
: 393-401.
Simatupang, C., H. Surbakti, dan A. Agussalim. 2016. Analisis Data Arus di Perairan Muara Sungai
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal., 3(1):15-24.

Sinurat, M.E.B., A. Ismanto dan Hariyadi. 2016. Analisis Pola Sebaran Tumpahan Minyak Mentah
(Crude Oil) dengan Pendekatan Model Hidrodinamika dan Spill Analysis di Perairan
Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Jurnal Oseanografi, 5(2) :218-226.
Tanto, T.A., U.J. Wisha, G. Kusumah, W.S. Pranowo, S. Husrin, Ilham dan A. Putra. 2017.
Karakteristik Arus Laut Perairan Teluk Benoa-Bali. Jurnal Ilmiah Geomatika, 23(1): 37-48.
Trenggono, M. and T. Agustiadi. 2018. Observasi Parameter Meteo-Oseanografi Dalam Musim
Peralihan I Di Selat Lirang. J. Akuatika Indonesia, 3(1):60–73.
LAMPIRAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA
MODUL VII
PERAMALAN PASUT

Oleh:
Muhammad Azizi Dirgantara Buana Nata
26050119130041
Oseanografi A
Dosen Koordinator Praktikum:
Ir. Gentur Handoyo M. Si
19600911 198703 1 002
Asisten Praktikum:
Amelia Dwi Lestari Asni 26050118130085 Jessica Naomi Putri S. 26050118130125
Rafly Zhulkifly K. S. 26050118130082 Khalif Keninggan 26050118140100
Fransiska Krisna 26050118130072 Galang Sandi Timur 26050118140083
Yustina Wulan Millenia 26050118140104 Salsabila 26050118120018
Happy Ayu Setyaningrum 26050118140056 Mochamad Rafif Rabbani 26050117140001
Aryobimo Bharadian A. 26050118130054 Ulfa Oktaviani Nurafifah 26050118120029
Baeti Karomatul Hidayah 26050118120005 Arbi Wahid 26050118130064
Zakky Abdurrahman 26050118130063 Hajar Shofwatul Islam 26050118120007
Alfandy Rafliansyah S. 26050118140067 Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Nurin Fazira Asdwina 26050118120036 Muh. Lintang Galih Ibrahim 26050118120014

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANA DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pasang surut adalah sebuah fenomena alam yang ada di laut yang disebabkan oleh gaya
pembangkit yang disebabkan oleh interaksi benda-benda langit khususnya bulan dan matahari.
Pengetahuan mengenai pasang surut sendiri sangat penting untuk dipelajari oleh mahasiswa
Oseanografi. Kondisi perairan di Indonesia sangatlah kompleks dan banyak warga pesisir yang
menekuni atau menjadi nelayan sebagai mata pencaharian. Pengetahuan mengenai kondisi pasang
surut di Indonesia sangat penting bagi pengukuran, analisis dan pengkajian data muka air laut untuk
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan laut atau pantai seperti pelayaran antar pulau, pencemaran
laut, pengelolaan sumberdaya hayati perairan atau pertahanan nasional. Selain itu pengetahuan pasut
juga akan mempengaruhi cara hidup, cara kerja dan bahkan budaya masyarakat yang hidup di wilayah
tersebut
Pasang surut mempunyai peran yang sangat besar dalam bidang kelautan maupun non-kelautan.
Bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan, data tentang pasang surut sangat dibutuhkan di
dalam berbagai aspek. Contoh pemanfaatannya adalah untuk keamanan navigasi, dan alur pelayaran.
Untuk aspek keberlanjutan hidup di pantai pasang surut juga digunakan untuk mengetahui erosi
pantai, juga apapun yang berkaitan dengan pencemaran laut. Berbagai komoditi perikanan,
masyarakat pesisir, dan pemerintah juga memerlukan pengetahuan tentang pasang surut untuk
kegiatannya masing-masing.

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami, mengerti pengertian pasang surut dan faktor pembangkitnya.
2. Mahasiswa mampu mengunduh data pasang surut.
3. Mahasiswa mampu memahami mengenai data observasi dan data prediksi.

1.3. Manfaat
1. Mahasiwa mengetahui tentang pasang surut.
2. Mahasiswa dapat mengunduh dan menganalisa data pasang surut.
3. Mahasiswa mengetahui perbedaan data observasi dengan data prediksi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasang Surut


Pasang surut merupakan fluktuasi atau perubahan secara periodic sesuai dengan posisi dan letak
benda angkasa (utamanya bulan dan matahari) terhadap bumi. Posisi tersebut mempengaruhi bumi
sehingga terjadi gaya pembangkit pasang surut. Gaya pembangkit pasang surut dapat terjadi pada
bumi padat dan bumi cair. Pada bumi padat dikenal dengan istilah pasang surut bumi. Sedangkan
pada bumi cair dikenal dengan pasang surut air laut. Pasang surut bumi terjadi pada bumi kaku.
Sedangkan pasang surut air laut terjadi pada permukaan air laut. Amplitudi pasang surut sangat
bergantung pada deklina dan posisi lokasi di bumi (Soares et al., 2019).
Menurut Hamunal et al., (2018) Pasang surut air laut adalah fenomena naik dan turunnya
permukaan air laut secara periodic yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit.
Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik bumi, bulan dan matahari.
Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan tersebut menyebabkan sistem bulan-bulan menjadi satu
sistem kesatuan yang beredar bersama-sama sekeliling sumbu perputaran bersama. Pembentukan
pasang surut air laut sangat dipengaruhi oleh Gerakan utama benda-benda langit khususnya matahari
dan bulan.

2.2. Gaya Pembangkit Pasang Surut


Menurut Hamunal et al., (2018) Pasang surut air laut adalah fenomena naik dan turunnya
permukaan air laut secara periodic yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit.
Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik bumi, bulan dan matahari.
Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan tersebut menyebabkan sistem bulan-bulan menjadi satu
sistem kesatuan yang beredar bersama-sama sekeliling sumbu perputaran bersama. Pembentukan
pasang surut air laut sangat dipengaruhi oleh Gerakan utama benda-benda langit khususnya matahari
dan bulan.
Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi, bulan
dan matahari. Penjelasan terjadinya pasang surut dilakukan hanya dengan memandang suatu sistem
bumi-bulan. Sedangkan untuk sistem bumi-matahari penjelasannya adalah identik. Rotasi bumi
menyebabkan elevasi muka air laut meningkat atau menyurut. Gaya tarik menarik antara bumi dan
bulan tersebut menyebabkan sistem bumi-bulan menjadi satu sistem kesatuan yang beredar bersama-
sama sekeliling sumbu perputaran bersama (Triatmodjo, 1999).

2.3. Tipe Pasang Surut


Menurut Triatmodjo (1999), Bentuk pasangurut di berbagai daerah tidak sama. Di suatu daerah
dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum, pasang surut di
berbagai daerah dapat dibedakan dalamempat tipe, yaitu pasang surut harian tunggal, pasang surut
harian ganda dan dua jenis campuran. Pasang surut harian tunggal terjadi sebanyak satu kali pasang
dan satu kali surut. Pasang surut harian ganda terjadi sebanyak dua kali pasang dan dua kali surut
dalam sehari. Pasang surut campuran condong ke harian ganda terjadi dua kali pasang dan dua kali
surut. Tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Dan yang terakhir adalah pasang surut campuran
condong ke harian tunggal. Yaitu pasang surut yang terjadi sebanyak satu kali pasang dan satu kali
surut, namun kadang-kadang terjadi sebanyak dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan
periode yang berbeda.
Menurut Yulius et al. (2017), besaran bilangan Formzahl (F) dapat digunakan untuk
menentukan tipe pasang surut. Tipe pasang surut tersebut diklasifikasikan menjadi 4 jenis. Pertama,
dengan nilai F ≤ 0,25 merupakan pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides). Kedua, dengan nilai
0,25 < F ≤ 1,5 adalah pasang surut tipe campuran condong harian ganda (mixed mainly semidiurnal
tides). Ketiga, dengan nilai 1,50 < F ≤ 3,0 adalah pasang surut tipe campuran condong harian tunggal
(mixed mainly diurnal tides). Terakhir, dengan nilai F > 3,0 merupakan pasang surut tipe tunggal
(diurnal tides).

2.4. Elevasi Muka Air


Apabila seseorang berdiri cukup lama di pantai, maka orang tersebut akan merasakan bahwa
kedalaman selalu berubah-ubah sepanjang waktu. Pada mulanya muka air rendah, beberapa waktu
kemudian menjadi tinggi, dan akhirnya mencapai maksimum. Setelah itu muka air turun Kembali
sampai elevasi terendah dan kemudian naik kembali. Perubahan elevasi muka air sebagai fungsi
waktu tersebut disebabkan oleh adanya pasang surut (Mulyabakti, 2016).
Secara umum setiap pemodelan pasang surut menghasilkan pola elevasi muka air yang sama,
yaitu menunjukkan tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda, namun range pasut
yang dihasilkan masing–masing model pasang surut cukup berbeda. Perbedaan ini disebabkan
oleh adanya perbedaan nilai konstanta pasut dan konstituen pasut yang dimiliki masing–masing
model sebagai penyelesaian dalam melakukan prediksi. Nilai residu terjadi karena elevasi muka
air berubah akibat faktor lokal seperti morfologi daerah perairan (lekuk garis pantai, kedalaman
dan aktivitas perairan yang terjadi) atau kondisi meteorologi seperti angin (Syahputra dan
Nugraha, 2016).

2.5. Komponen Harmonik Pasang Surut


Menurut Supriyadi et. al. (2019), komponen harmonik pasang surut terdiri dari:
M2 : Amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan;
S2 : Amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari;
N2 : Amplitudo komponen pasang surut semidiurnal yang disebabkan oleh lintasan elips bulan;
K2 : Amplitudo komponen pasang surut semidiurnal yang disebabkan gabungan dari gaya tarik
bulan dan matahari (Lunisolar);
K1 : Amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
dan matahari;
O1 : Amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan;
P1 : Amplitudo komponen pasang surut diurnal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari;
M4 : Amplitudo komponen pasang surut yang disebabkan oleh gaya tarik bulan pada perairan
dangkal;
MS4 : Amplitudo komponen pasang surut seperempat harian pada perairan dangkal;
S4 : Amplitudo komponen pasang surut yang disebabkan oleh gaya tarik bulan pada perairan
dangkal
Menurut Pratikto et. al. (1997), gaya-gaya pembangkit pasut terdiri dari beberapa komponen
gaya akibat sistem konfigurasi bumi-bulan-matahari. Masing-masing komponen gaya-gaya tersebut
akan menimbulkan gelombang periodik yang dapat ditentukan besarnya secara teoritis. Superposisi
dari beberapa gelombang periodik akan membentuk gelombang pasut yang harmonik. Tiap-tiap
harmonik akan memiliki amplitude dan sudut fase yang berbeda dan tidak saling bergantung satu
sama lain. Pasang surut dapat diramalkan dengan rumus:

Dimana:
A(t)= amplitudo
So= tinggi muka air rata-rata (MSL)
An= amplitudo komponen harmonis pasang surut
Gn= phase komponen pasang surut
N= konstanta yang diperoleh dari hasil perhitungan astronomis
T= waktu

2.6. Penyebab Pasang Surut


Menurut Yuliandani et al. (2020), gaya pembangkit pasang surut merupakan resultan gaya
tarik bulan, matahari dan gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal mempertahankan kesetimbangan
dinamik pada seluruh sistem yang ada. Pada gerakan benda angkasa tersebut akan mengakibatkan
terjadinya beberapa macam gaya pada setiap titik di bumi yang disebut pasang surut. Masing-masing
gaya akan memberi pengaruh pada pasang surut. Komponen pasang surut dan gaya tersebut berasal
dari pengaruh matahari, bulan atau kombinasi keduanya.
Menurut Novitasari et al. (2018), pasang surut merupakan salah satu fenomena alam yang
terjadi di laut. Pasang surut merupakan satu fenomena naik turunnya permukaan air laut yang disert
ai dengan gerakan horizontal dari massa air laut secara periodik. Terjadinya pasang surut air laut
disebabkan oleh adanya gaya tarik dari benda langit, dan yang paling utama yaitu matahari dan bulan.
Gaya tarik gravitasi bervariasi terhadap massa benda dan berbanding terbalik dengan jarak antara
benda tersebut. Hal ini membuat bulan memiliki pengaruh yang besar terhadap pasang surut di bumi
karena jarak bumi dan matahari jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jarak bumi dan bulan.

2.7. Peramalan Pasang Surut


Metode yang biasanya digunakan dalam peramalan pasang surut adalah metode World Tides
dan MIKE 21. Peramalan pasang surut dapat menggunakan metode World Tides. World Tides adalah
program komputer yang berbasis Matlab untuk menganalisa dan memprediksi tinggi muka air dengan
siklus pasang. Program World Tides pada dasarnya menggunakan metode Least Square yang akan
menghasilkan lebih dari 35 konstanta pasut. Terdapat 9 komponen utama pasut dari hasil analisis
Admiralty, sehingga pengguna dapat langsung mengetahui peramalan pasutnya sesuai dengan
kebutuhan. Output yang dihasilkan dari program MIKE 21 peramalan pasang surut ini adalah berupa
nilai elevasi berdasarkan nilai MSL selama interval waktu yang telah ditentukan serta nilai HHWL
dan LLWL (Effendi et al., 2017).
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menentukan konstanta harmonik pasang
surut. Metode tersebut adalah metode admiralty dan metode last square. Metode tersebut digunakan
untuk menentukan komponen pasang surut pada periode waktu tertentu. Kedua metode ini juga dapat
digunakan untuk melakukan prediksi pasut untuk waktu mendatang. Tetapi perlu diuji beberapa kali
hasil simulasi tersebut agar tidak mengalami kesalahan fatal (Zuhaira, 2020).

2.8. Observasi Pasang Surut


Pengamatan pasut biasanya dilakukan saat elakukan pemeruman. Pemeruman adalah aktivitas
yang digunakan untuk memperoleh gambaran dari bentuk topografi perairan dan untuk mengukur
kedalaman. Terkadang, daerah pemeruman dan titik pengamatan pasang surut laut tidak terletak
secara berdekatan. Karakteristik pasang surut laut berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Sehingga ada kemungkinan data pasut tersebut tidak valid jika digunakan untuk koreksi pemeruman.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penggunaan Global Positioning System (GPS) untuk
pengamatan pasut dapat menjadi solusinya. GPS dapat digunakan untuk penentuan posisi dengan
ketelitian mencapai millimeter (Safi' et. al., 2017).
Menurut Fadly dan Dewi (2019), terdapat beberapa alat yang berfungsi untuk mengukur pasang
surut. Beberapa alat tersebut adalah :
a. Tide staff, alat pengukur sederhana yang berupa papan mistar. Panjang tide staff harus
memiliki panjang lebih dari panjang dari tidal range.
b. Floating tide gauge, alat pengukur pasut berupa pelampung yang dihubungkan dengan alat
pencatat. Pelampung tersebut akan merekam gerakan naik dan turunnya permukaan air laut.
c. Pressure tide gauge, alat yang memiliki konsep yang sama dengan floating gauge tetapi
mengetahui gerakan naik turun permukaan air laut dari perubahan tekanan.
d. Acoustic tide gauge, alat pengukur pasut yang menggunakan gelombang suara yang
dipancarkan.
III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi
Hari, tanggal : Rabu, 18 November 2020
Waktu : 19.30 WIB
Tempat : Rumah

3.2. Metode
3.2.1. Download Data
a. Data Observasi
1. Buka website ina-sealevelmonitoring.big.go.id

2. Pilih Peta Sebaran Stasiun dan pilih stasiun sesuai ketentuan


3. Pilih tanggal sesuai ketentuan

4. Unduh grafik dengan format .jpg

5. Copy isi tabel yang memuat data pasut


6. Buka notepad, lalu paste

7. Save dengan format .txt dan diberi nama “Pelabuhan Ratu_Observasi_4Sept2016”

b. Data Prediksi
1. Buka web tides.big.go.id
2. Pilih Prediksi Pasut > Prediksi Pasut Online

3. Masukkan tanggal dan lokasi yang sama dengan data observasi

4. Klik prediksi lalu unduh data prediksi pasut


3.2.2. Sortir Data
1. Buka file .txt dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel

2. Checklist pada menu Tab, Space dan Other

3. Sortir data dengan menghapus data ke 1-59 pada tiap jam


4. Simpan data dengan nama “Pelabuhan Ratu_Observasi_4 Sept 2016”
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Data Excel

IPASOET PASUT Selisih PASUT


Jam (UTC) Observasi Prediksi Observasi & Prediksi
(meter) (meter) Real Time terkoreksi
00:00 4.43 -0.598 5.028 4.429
01:00 4.66 -0.451 5.111 4.576
02:00 4.74 -0.223 4.963 4.804
03:00 4.96 0.019 4.941 5.046
04:00 5.14 0.212 4.928 5.239
05:00 5.3 0.306 4.994 5.333
06:00 5.33 0.28 5.05 5.307
07:00 5.13 0.148 4.982 5.175
08:00 5 -0.051 5.051 4.976
09:00 4.78 -0.257 5.037 4.770
10:00 4.6 -0.41 5.01 4.617
11:00 4.55 -0.463 5.013 4.564
12:00 4.64 -0.396 5.036 4.631
13:00 4.81 -0.217 5.027 4.810
14:00 5.14 0.037 5.103 5.064
15:00 5.36 0.307 5.053 5.334
16:00 5.57 0.533 5.037 5.560
17:00 5.71 0.664 5.046 5.691
18:00 5.68 0.67 5.01 5.697
19:00 5.56 0.551 5.009 5.578
20:00 5.43 0.334 5.096 5.361
21:00 5.09 0.07 5.02 5.097
22:00 4.87 -0.186 5.056 4.841
23:00 4.66 -0.38 5.04 4.647
Rata-Rata 5.027

Tabel 1. Data Observasi dan Prediksi Pasut di Pangandaran


4.1.2. Hasil Data txt

Gambar 1. Data Observasi Pasut di Pangandaran

Gambar 2. Data Prediksi Pasut di Pangandaran


4.1.3. Grafik Korelasi Data Pasang Surut di Perairan Jawa Barat tanggal 23 September 2016

Gambar 3. Grafik Data Observasi di Perairan Pangandaran, Jawa Barat

Pengamatan Stasiun PASUT BIG Pangandaran, Jawa


Barat
23-09-2016
7
6
5
Tinggi PASUT

4
3
2
1
0
-1

Jam (UTC)

IPASOET Observasi (meter) PASUT Prediksi terkoreksi (meter) PASUT Prediksi (meter)

Gambar 4. Grafik Korelasi Pasang Surut di Pangandaran, Jawa Barat


4.2. Pembahasan
4.2.1. Korelasi Data Observasi dan Data Prediksi
Data observasi adalah data yang diambil dengan teknik observasi. Pengumpulan data yang
dilakukan lewat pengamatan langsung. Data dapat diambil dengan pengamatan yang memakai
pancaindra. Selain itu, dalam mengumpulkan data observasi, dapat juga dilakukan dengan
menggunakan catatan atau rekaman. Data observasi yang ada di Pangandaran, Jawa Barat pada
tanggal 23 September 2016 adalah hasil rekaman pasang surut yang terjadi di kawasan tersebut. Data
ini diambil dengan menggunakan alat untuk merekam ketinggian muka air laut pada wilayah perairan
Pangandaran. Alat ini memiliki 2 sensor yang bekerja untuk mengukur ketinggian muka air laut pada
saat terjadinya fenomena pasang surut. Data observasi ini, diambil melalui website http://ina-
sealevelmonitoring.big.go.id/. Pada laman tersebut cukup lengkap mengenai data pasut di berbagai
stasiun yang tersebar di seluruh Indonesia. Data memiliki interval setiap menit selama satu hari penuh
atau 24 jam. Maka dari itu, dibutuhkan penyortiran pada data, karena kita hanya memakai data pada
interval satu jam saja.
Data prediksi adalah data yang memperkirakan hasil pada suatu kejadian atau fenomena. Data
prediksi pada fenomena pasang surut ini diambil dengan menggunakan rumus-rumus peramalan
pasang surut yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada. Data prediksi ini diambil melalui website
http://tides.big.go.id/. Pada website tersebut, kita dapat mengambil data prediksi dengan rentang yang
cukup lama dan dengan wilayah sesuai kebutuhan. Data prediksi yang diambil hanya memiliki satu
data pada interval setiap 1 jam. Karena sifatnya yang meramalkan, oleh karena itu hanya terdapat satu
data pada setiap interval. Berbeda dengan data observasi yang memiliki dua data pada setiap interval
karena pada data observasi memiliki sensor untuk merekam keadaan muka air laut dan direkam secara
langsung.
Data prediksi dengan data observasi ini berhubungan satu sama lain. Data prediksi
meramalkan kondisi muka air laut dengan rumus-rumus tertentu sehingga kita dapat meramalkan atau
memperkirakan kondisi perairan. Sedangkan data observasi adalah pengamatan yang dilakukan
langsung pada saat di lapangan. Data prediksi tidak akan sesuai dengan data observasi karena dalam
meramalkan fenomena alam tidak akan pernah tepat, namun nilainya dapat mendekati. Jika kita
bandingkan antara nilai data observasi dengan nilai data prediksi pada jam ke-0 data prediksi
menunjukkan nilai sebesar -0,598 sedangkan pada data observasi pada sensor1 menunjukkan nilai
sebesar -9,12 dan pada sensor2 menunjukkan nilai sebesar 4,43. Perbedaan ini tentu sering terjadi
karena pada pernyataan sebelumnya, bahwa data prediksi tidak akan tepat seperti data observasi.
Kedua nilai pada kedua data ini sangat berbeda. Tidak ada nilai dari data prediksi yang mendekati
nilai pada data observasi. Selanjutnya pada data observasi terjadi perbedaan nilai antara kedua sensor.
Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu sensor yang tidak bekerja secara optimal. Oleh karena itu,
sebaiknya sensor dikalibrasi ulang agar mendapatkan nilai yang lebih akurat.
4.2.2. Grafik Korelasi Data Pasang Surut
Pada grafik data pasang surut menggunakan data observasi sebagai data pembuat grafik. Data
observasi ini memiliki dua buah sensor yang bekerja di perairan Pangandaran, Jawa Barat. Sensor1
ditunjukkan dengan warna biru sedangkan untuk sensor2 ditunjukkan dengan warna hijau. Pada
grafik terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sensor1 dengan sensor2. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurangnya perawatan pada kedua sensor. Agar sensor bekerja secara maksimal,
diperlukan kalibrasi ulang dan dilakukan perawatan.
Pada sensor1 memiliki interval setiap menit dalam kurun waktu satu hari atau 24 jam. Namun,
data yang kita pakai hanya setiap satu jam saja. Pada sensor1 ini terlihat bahwa nilainya negatif. Hal
ini dapat terjadi karena sensor yang dipakai rusak atau perlu dilakukan kalibrasi ulang agar hasil yang
diperoleh lebih akurat. Rata-rata ketinggian muka air laut yang diperoleh oleh sensor1 adalah sebesar
-9,192. Dan terlihat pada grafik bahwa nilai yang diperoleh pada sensor1 tidak memiliki puncak atau
lembah yang menandakan tidak adanya aktifitas pasang surut yang terjadi pada perairan Pangandaran,
Jawa Barat.
Pada sensor2 memiliki interval yang sama dengan sensor1, yaitu setiap menit dalam kurun
waktu satu hari atau 24 jam. Data yang dipakai pada praktikum ini juga disortir sehingga hanya
memiliki interval setiap satu jam saja. Pada sensor2 ini terlihat bahwa nilai yang diperoleh positif.
Nilai yang diperoleh pada sensor2 ini memiliki nilai yang cukup bagus dengan nilai terendah sebesar
4,43 dan nilai terbesar sebesar 5,71. Dengan rata-ratanya adalah sebesar 5,0284. Pada sensor2 ini
terlihat puncak dan lembahnya. Terdapat dua puncak dan dua lembah yang terjadi pada perairan
Pangandaran, Jawa Barat. Pasang surut yang terjadi di wilayah Pangandaran, Jawa Barat ini dapat
digolongkan dengan pasang surut campuran. Jenis pasang surutnya adalah pasang surut campuran
condong ke harian tunggal.
Grafik korelasi antara data observasi dengan data prediksi memiliki hasil yang kurang lebih
sama, namun tidak sama persis. Terdapat perbedaan pada beberapa waktu seperti pada pukul 01.00-
05.00 waktu setempat. Data prediksi yang menjadi acuan diperoleh dari pengurangan data observasi
terhadap data prediksi mentah, lalu selisihnya tersebut dirata-ratakan, dan yang terakhir adalah data
prediksi mentah ditambahkan dengan rata-rata dari selisih dari data observasi dan data prediksi
mentah. Garis yang berwarna biru menunjukkan data IPASOET Observasi dan garis yang berwarna
oranye menunjukkan PASUT Prediksi Terkoreksi, sedangkan garis yang berwarna abu-abu
menunjukkan PASUT Prediksi mentah. Semua nilai pada garis tersebut memiliki satuan meter. Rata-
rata dari data IPASOET dan PASUT Prediksi Terkoreksi memiliki niai yang tidak jauh berbeda. Pada
IPASOET rata-ratanya adalah 5.0475 meter. Sedangkan pada PASUT Prediksi Terkoreksi nilainya
adalah 5.048 meter. Hal tersebut menunjukkan bahwa peramalan nilai pasut cukup akurat.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Pasang surut merupakan fenomena alam mengenai fluktuasi muka air laut akibat gaya-gaya
yang terjadi pada bumi. Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena pasang surut adalah
akibat dari gaya tarik menarik benda langit. Terutama gaya tarik menarik antara bumi-
bulan-matahari.
2. Mengunduh data observasi pasang surut melalui laman http://ina-
sealevelmonitoring.big.go.id/ dan data prediksi pasang surut melalui laman
http://tides.big.go.id/.
3. Data observasi merupakan data yang diambil di lapangan atau tempat tertentu yang sudah
dilengkapi dengan alat pengukur pasang surut. Nilai rata-rata ketinggian pasut yang
diperoleh pada data observasi sebesar 5.0475 meter. Sedangkan data prediksi adalah data
yang memprediksi atau meramalkan ketinggian air pada saat pasang surut. Nilai rata-rata
ketinggian pasut yang diperoleh pada data prediksi terkoreksi adalah sebesar 5.048 meter.

5.2. Saran
1. Sebaiknya diadakan praktikum lapangan.
2. Praktikan lebih aktif saat praktikum.
3. Disediakan video tutor.
DAFTAT PUSTAKA

Effendi, R., Handoyo, G., & Setiyono, H. 2017. Peramalan Pasang Surut Di Sekitar Perairan Tempat
Pelelangan Ikan (Tpi) Banyutowo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Journal of Oceanography,
6(1), 221-227.
Fadly, R., & C. Dewi. 2019. Pengembangan Sensor Ultrasoic Guna Pengukuran Pasang Surut Laut
Secara Otomatis dan Real Time. Jurnal Rekayasa, 23(1), 1-16.
Fitriana, D., N. Oktaviani, & I. U. Khasanah,. 2019. Analisa Harmonik Pasang Surut Dengan Metode
Admiralty Pada Stasiun Berjarak Kurang Dari 50 Km. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika, 6(1), 38-48.
Hamunal, Baigo, R. H. R. Tanjung, John D. Kalor, L Dimara, E Indrayanti, M Warpur, Y. Y. P.
Paulangan, and K Paiki. 2018. Studi Karakteristik Pasang Surut Perairan Laut Mimika,
Provinsi Papua. Jurnal Acropora Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua Vol. 1(1) 19-28.
Mulyabakti, C., M. I. Jasin & J. D. Mamoto. 2016. Analisis Karakteristik Gelombang Dan Pasang
Surut Pada Daerah Pantai Paal Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara.
Jurnal Sipil Statik, 4(9).
Novitasari, D. R., F. Febrianti & F. Setiawan. 2018. Analisis Kecepatan Angin pada Pasang Surut
Air Laut dengan Menggunakan Algoritma Forward-Backward dalam Hidden Markov
Modeldi Wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Jurnal Sains Matematika dan
Statistika: Jurnal Hasil Penelitian Matematika, Statistika, dan Aplikasinya, 4(1), 26-35.
Pratikto, W.A. dkk. 1997. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Safi, Ahmad Fawaiz., Danar Guruh Pratomo dan Mokhamad Nur Cahyadi. 2017. Pengamatan
Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik. Jurnal Teknik ITS, Vol.
6(2): 180-185.
Soares, C.F.J.P, Abdul Wahid, and Jehunias L. Tanesib. 2019. Analisis Pasang Surut Menggunakan
Metode Least Square di Wilayah Perairan Ende, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Fisika Vol.
4(1) 1-7.
Supriyadi, E., S. Siswanto & W.S. Pranowo. 2019. Analisis Pasang Surut Di Perairan Pameungpeuk,
Belitung, Dan Sarmi Berdasarkan Metode Admiralty. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika,
19(1), 29-38
Syahputra, H., & R. B. A. Nugraha. 2016. Analisis Perbandingan Akurasi Model Prediksi Pasang
Surut: Studi Kasus di Selat Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Maspari Journal:
Marine Science Research, 8(2), 119-126.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset
Yuliandany, E., L. M. Sabri & M. Awwaluddin. 2019. Analisis Peramalan Data Kosong Bulanan
Pasang Surut Menggunakan Metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (Anfis)(Studi
Kasus: Stasiun Pasut Surabaya). Jurnal Geodesi Undip, 9(1), 57-66.
Zuhaira, H., Handoyo, G., Purwanto, P., Suryoputro, A. A. D., & Yulina, S. 2020. Kajian
Perbandingan Analisis Pasang Surut dengan Menggunakan Metode Least Square dan
Fourier di Perairan Barat Sumatera. Indonesian Journal of Oceanography, 2(3), 27-34.
BIODATA PENULIS

Nama : Muhammad Azizi Dirgantara Buana Nata


TTL : Jakarta, 4 September 2000
NIM : 26050119130041
Kelas : Oseanografi A
Alamat : JL. PALAPA XI/15 RT.006/005 Kel. Pasar Minggu Kec. Pasar Minggu
Alamat Kos : Jl. Nirwanasari Raya, Nirwanasari Cluster Kavling 8-9
Cita-Cita : Menteri Kelautan dan Perikana RI
Motto : Setiap langkah besar dimulai dari Langkah yang kecil.
AWARD ASISTEN

Terbaik : Ameng
Terfavorit : Rafly
Terkontras : Bimo dan Ulfa
Tersenang : Happy
Terserah : Wulan
Terfast respon : Hida
Ter-revisi : Galang
Ter-ACC : Lintang
Terasik : Rafif
Tergajelas : Ina
Terada dimana2 : Ferdian
Terlebar : Colip
Terpendek Namanya : Salsabila
Tercantik : Jessica
Tereval : Arbi
Terdiam : Zakky
Terperfeksionis : Nurin
Tereceh : Hajar
Terpinter : Alfandy
Terngeselin : Semuanya pas jadi asisten

Anda mungkin juga menyukai