Anda di halaman 1dari 76

MODUL ELEKTRONIKA ANALOG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga, Modul Mata Kuliah Elektronika Analog ini dapat
diselesaikan dengan baik. Selanjutnya, penulis sampaikan shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, pada keluarganya, sahabatnya, dan kita
sebagai umatnya.

Modul Elektronika Analog ini terdiri dari 4 Modul. Terwujudnya modul ini tidak lepas
dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang setulus-tulusnya, terutama kepada Ibu Melly Ariska, S.Pd., M.Sc. selaku
dosen pembimbing mata kuliah elektronika analog.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan modul ini. Kritik dan
saran penulis hargai demi penyempurnaan penulisan serupa dimasa yang akan datang. Besar
harapan penulis, semoga modul ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Palembang , 2 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...…... 2
DAFTAR ISI…………………………………………………….…………………………… 3
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL………………………………………………..….. 5
MODUL I
RESISTOR RANGKAIAN SERI……………………………………..……………………. 6
Tujuan Praktikum….……………………………………………………..……………....
Error! Bookmark not defined.
Alat dan Bahan…………………………………………………..………………...……..
Error! Bookmark not defined.
Landasan Teori…………………………………………..…………………………….....
Error! Bookmark not defined.
1. Rangkaian Seri………………………………..……………………………………...
Error! Bookmark not defined.
1.1 Pengertian Rangkaian Seri………………………………..…………………….
Error! Bookmark not defined.
1.2 Sifat-Sifat Rangkaian Seri………………………..…………………………..…
Error! Bookmark not defined.
2. Resistor……………...………………………………………………………..………
Error! Bookmark not defined.
2.1 Pengertian Resistor……………...………………………………………………..
Error! Bookmark not defined.
2.2 Fungsi Resistor…………………………..……………………………………….
Error! Bookmark not defined.
2.3 Jenis-Jenis Resistor……………………………………..………………………..
Error! Bookmark not defined.
2.4 Nilai Toleransi Resistor…………………………………………………..………10
Langkah Kerja……………………………………………………………………………
Error! Bookmark not defined.
Hasil Praktikum…………………………………………………………………………..10
Pembahasan………………………………………………………………………………
Error! Bookmark not defined.
Contoh Soal………………………………………………………………………………10

MODUL II
RANGKAIAN KAPASITOR……………………………………………………………....
Error! Bookmark not defined.

Tujuan Praktikum….………………………………………………………………...…...
Error! Bookmark not defined.
Alat dan Bahan…………………………………………………………………………...12
Landasan Teori…………………………………………………………………………...
Error! Bookmark not defined.
1. Rangkaian Kapasitor…………………………………………………………………
Error! Bookmark not defined.
1.1. Pengertian Kapasitor………………….………………………………………...
Error! Bookmark not defined.
1.2. Fungsi Kapasitor………………………………………………………………..
Error! Bookmark not defined.
1.3. Prinsip Kerja Kapasitor………………………………….………...……………
Error! Bookmark not defined.
1.4. Jenis-Jenis Kapasitor………………………………………..………………….
Error! Bookmark not defined.
1.5. Rumus Kapasitor……………..…………………………………………………12
Langkah Kerja……………………………………………………………………………
Error! Bookmark not defined.
Hasil Praktikum…………………………………………………………………………..
Error! Bookmark not defined.
Pembahasan………………………………………………………………………………
Error! Bookmark not defined.
Contoh Soal………………………………………………………………………………
Error! Bookmark not defined.

MODUL III
KARAKTERISTIK DIODA…………………………………………….…………………
Error! Bookmark not defined.

Tujuan Praktikum………..……..………………………………………………………..
Error! Bookmark not defined.
Alat dan Bahan……………………………………………….…………………………..
Error! Bookmark not defined.
Landasan Teori…………………………………………………….……………………..
Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Dioda…………………………………………………………………….
Error! Bookmark not defined.
2. Simbol dan Struktur Dioda Serta Bentuk Karakteristik Dioda……………………...
Error! Bookmark not defined.
3. Macam-Macam Dioda……………………………………………………………….
Error! Bookmark not defined.
4. Fungsi Dioda………………………………………………………………………...
Error! Bookmark not defined.
Langkah Kerja……………………………………………………………………………
Error! Bookmark not defined.
Hasil Praktikum…………………………………………………………………………..14
Analisis Data dan Pembahasan…………………………………………………………..
Error! Bookmark not defined.
Contoh Soal………………………………………………………………………………
Error! Bookmark not defined.

MODUL IV
TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR……………………………………………………...
Error! Bookmark not defined.

Tujuan Praktikum….……………………………………………………………………..
Error! Bookmark not defined.
Alat dan Bahan…………………………………………………………………………...
Error! Bookmark not defined.
Landasan Teori…………………………………………………………………………...
Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Transistor………………………………………………………………...
Error! Bookmark not defined.
2. Transistor Sebagai Saklar……………………………………………………………
Error! Bookmark not defined.
2.1 Prinsip Kerja Transistor………………………………………………………….
Error! Bookmark not defined.
2.2 Cara Kerja Transistor…………………………………………….……………...
Error! Bookmark not defined.
Langkah Kerja……………………………………………………………………………
Error! Bookmark not defined.
Hasil Praktikum…………………………………………………………………………..
Error! Bookmark not defined.
Analisis Data dan Pembahasan…………………………………………………………..
Error! Bookmark not defined.
Contoh Soal………………………………………………………………………………14

GLOSARIUM…………………………………………………………………...…………. 18

DAFTAR PUSTAKA………………..…………………………………………………...…19
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran mengenai elektronika analog pada


rangkaian seri, rangkaian kapasitor, rangkaian dioda, dan rangkaian transistor serta untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modul ini
maka peserta didik perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Pelajari daftar isi, tujuan pembelajaran, dan landasan teori dari setiap materi
yang ada di dalam modul dengan cermat dan teliti untuk membantu peserta didik mengetahui
setiap materi-materi yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran.
2. Mulailah dengan membaca dan memahami uraian materi yang ada di modul, buatlah catatan-
catatan kecil jika diperlukan.
3. Pelajari setiap contoh-contoh soal beserta pembahasannya, apabila mengalami kesulitan
mintalah bantuan kepada guru/dosen yang ada dikelas.
4. Kerjakan latihan-latihan soal pada setiap akhir kegiatan belajar untuk mengukur tingkat
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari.
5. Ujilah tingkat pemahaman peserta didik dengan mengerjakan soal-soal tes yang telah
tersedia di dalam modul pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Apabila tingkat pemahaman
terhadap materi sudah sesuai dengan kriteria, kemudian teruskanlah ke kegiatan belajar
berikutnya.
Agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan
bisa mencapai hasil yang maksimal, maka pendidik/guru/dosen perlu memperhatikan hal-hal
berikut :
1. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran pendidik perlu menjelaskan tujuan pembelajaran
kepada peserta didik agar nantinya peserta didik dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus
dikuasai.
2. Arahkan peserta didik untuk selalu mengikuti rincian kegiatan yang terdapat di modul.
3. Berikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik pada setiap kegiatan pembelajaran baik
dalam bentuk contoh maupun latihan soal.
4. Lakukan review apabila telah selesai melakukan kegiatan pembelajaran untuk mengetahui
ketuntasan belajar dan tingkat pemahaman setiap peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari.
5. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran berikan tes akhir untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dibahas.
MODUL I
TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui resistor dan jenisnya


2. Mengetahui fungsi resistor dalam rangkaian seri
3. Memahami hubungan arus dan resistor dalam rangkaian seri

ALAT DAN BAHAN

Tabel 1. Alat dan Bahan

No. Nama Alat Fungsi Jumlah

1. Resistor Sebagai penghambat arus 6

2. Catu Daya Sebagai sumber tegangan 1

3. Multimeter/Basicmeter Untuk mengukur nilai arus pada rangkaian 1

4. Kabel Penghubung Untuk menghubungkan catu daya dan resistor 5

LANDASAN TEORI

1. Rangkaian Seri
1.1 Pengertian Rangkaian Seri
Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik yang dihubungkan ke catu daya
lewat satu rangkaian. Rangkaian listrik seri adalah suatu rangkaian listrik, di mana input suatu
komponen berasal dari output komponen lainnya. Hal inilah yang menyebabkan rangkaian
listrik seri dapat menghemat biaya (digunakan sedikit kabel penghubung).

Gambar 1. Resistor Rangkaian Seri

Selain memiliki kelebihan, rangkaian listrik seri juga memiliki suatu kelemahan, yaitu
jika salah satu komponen dicabut atau rusak, maka komponen yang lain tidak akan berfungsi
sebagaimana mestinya. Misal tiga buah bola lampu dirangkai seri, maka input dari lampu satu
akan datang dari output lampu yang lain. Jika salah satu lampu dicabut atau rusak, maka lampu
yang lain akan ikut padam. Rangkaian seri dapat berisi banyak beban listrik dalam satu
rangkaian. Dalam rangkaian seri, arus yang lewat sama besar pada masing-masing elemen yang
tersusun seri. Resistor yang dirangkai secara seri dengan resistor lain, maka nilai hambatan
totalnya akan bertambah. Hambatan total resistor yang dirangkai seri dapat dengan mudah
dihitung dengan persamaan berikut:

Rtotal = R1 + R2 + R3+ … + Rn
(Persamaan 1. Rumus hambatan total resistor rangkaian seri)

1.2 Sifat-Sifat Rangkaian Seri


1. Arus yang mengalir pada masing beban adalah sama.
2. Tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika besar tahanan sama.
3. Jumlah penurunan tegangan dalam rangkaian seri dari masing-masing tahanan seri
adalah sama dengan tegangan total sumber tegangan.
4. Banyak beban listrik yang dihubungkan dalam rangkaian seri, tahanan total rangkaian
menyebabkan naiknya penurunan arus yang mengalir dalam rangkaian.
5. Arus yang mengalir tergantung pada jumlah besar tahanan beban dalam rangkaian.
6. Jika salah satu beban atau bagian dari rangkaian tidak terhubung atau putus, aliran arus
terhenti.

2. Resistor
2.1 Pengertian Resistor
Resistor adalah salah satu komponen elektronika yang memiliki nilai hambatan tertentu
berfungsi untuk menghambat atau membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu
rangkaian elektronika. Sebagaimana fungsi resistor yang sesuai namanya bersifat resistif dan
termasuk salah satu komponen elektronika dalam kategori komponen pasif. Dari hukum ohm
dijelaskan bahwa resistansi akan berbanding terbalik dengan jumlah arus yang melaluinya,
maka untuk menyatakan besarnya resistansi dari sebuah resistor dinyatakan dalam satuan ohm
yang dilambangkan dengan simbol Ω (omega). Secara matematis, Rumus Hukum Ohm adalah
:
V=IxR
(Persamaan 2. Rumus Hukum Ohm)

Dimana I adalah arus listrik yang mengalir di dalam sebuah penghantar dalam satuan ampere.
Sementara V adalah tegangan listrik yang ada di kedua ujung penghantar dalam satuan volt.
2.2 Fungsi Resistor
Resistor memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Berfungsi untuk membatasi arus listrik yang mengalir.
2. Berfungsi untuk aplikasi DC yang membutuhkan keakuratan yang sangat tinggi.
Contoh aplikasi penggunaan resistor ini yaitu DC Measuring equipment, reference
gulators untuk voltage regulator & decoding Network.
3. Berfungsi untuk standar didalam verifikasi keakuratan dari sebuah alat ukur resistive.
4. Berfungsi untuk mengatur tegangan output pada sebuah power supply.
5. Berfungsi untuk aplikasi power karena membutuhkan frekuensi respon yang baik,
daya yang tinggi dan nilai yang lebih besar daripada power wirewound resistor.
6. Berfungsi untuk resistor pembagi tegangan.

2.3 Jenis-Jenis Resistor


Pada umumnya Resistor bisa diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Fixed Resistor/resistor tetap
Fixed Resistor ialah salah satu jenis Resistor yang mempunyai nilai resistansinya tetap.
Nilai Resistansi atau suatu Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna
ataupun kode Angka. Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :

Gambar 2. Bentuk dan Simbol Fixed Resistor

Yang tergolong dalam suatu Kategori Fixed Resistor yang berdasarkan Komposisi
bahan pembuatnya diantaranya yaitu :
- Resistor Kawat (Wirewound Resistor)
- Resistor Arang (Carbon Resistor)
- Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)
b. Variable Resistor
Variable Resistor yaitu salah satu jenis Resistor yang nilai resistansinya bisa berubah
dan diatur sesuai dengan keinginan.

Gambar 3. Bentuk dan Simbol Variable Resistor

Pada umumnya suatu Variable Resistor terbagi menjadi 3 yaitu Potensiometer, Rheostat
dan Trimpot. Bentuk dan Simbol Variable Resistor:
- Potensiometer
- Rheostat
- Preset Resistor (Trimpot)

c. Thermistor (Thermal Resistor)


Thermistor yaitu salah satu Jenis Resistor yang nilai resistansinya bisa dipengaruhi oleh
suhu (Temperature). Thermistor yaitu sebuah Singkatan dari Thermal Resistor. Terdapat dua
jenis Thermistor yakni Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor
PTC (Positive Temperature Coefficient). Bentuk dan Simbol Thermistor :

Gambar 4. Bentuk dan Simbol Thermistor

d. LDR (Light Dependent Resistor)


LDR atau Light Dependent Resistor yaitu salah satu jenis Resistor yang nilai
Resistansinya dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya. Bentuk dan Simbol LDR:
Gambar 5. Bentuk dan Simbol LDR

2.4 Nilai Toleransi Resistor


Toleransi resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang tercantum pada
badan resistor yang masih diperbolehkan dan dinyatakan resistor dalam kondisi baik. Toleransi
resistor merupakan salah satu perubahan karakteristik resistor yang terjadi akibat operasional
resistor tersebut. Nilai toleransi resistor ini ada beberapa macam yaitu resistor dengan toleransi
kerusakan 1% (resistor 1%), resistor dengan toleransi kesalahan 2% (resistor 2%), resistor
dengan toleransi kesalahan 5% (resistor 5%) dan resistor dengan toleransi 10%
(resistor 10%).

LANGKAH KERJA

1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan


2. Susunlah rangkaian seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 6. Reistor Rangkaian Seri

3. Gunakan Resistor dengan nilai 10 Ohm


4. Berikan tegangan sebesar 10 Volt
5. Ukur besar arus yang mengalir pada rangkaian tersebut dengan menggunakan
multimeter/basicmeter
6. Gunakan Resistor dengan nilai 27 Ohm
7. Berikan tegangan sebesar 10 volt
8. Ukur besar arus yang mengalir pada rangkaian tersebut dengan menggunakan
multimeter/basicmeter
9. Bandingkan nilai arus yang didapatkan ketika menggunakan resistor 10 ohm dan
resistor 27 ohm
10. Jelaskan hubungan antara hasil yang didapatkan dengan fungsi resistor

HASIL PRAKTIKUM

Tabel 2. Data Hasil Praktikum

Arus (I)

Rangkaian resistor 10 ohm 0,3 Ampere

Rangkaian resistor 27 ohm 0,1 Ampere

Arus yang mengalir pada rangkaian seri resistor 10 ohm lebih besar daripada arus
yang mengalir pada rangkaian resistor 27 ohm.

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami menggunakan 3 buah resistor yang disusun menjadi rangkaian
seri, dimana resistor ini berfungsi sebagai penghambat/hambatan arus, kemudian kami juga
menggunakan catu daya sebagai sumber tegangan, selanjutnya kami menggunakan multimeter
sebagai alat untuk mengukur arus, tegangan dan hambatan, serta menggunakan kabel
penghubung untuk menghubungkan catu daya dan resistor.
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang memiliki nilai resistansi. Resistansi
pada resistor adalah Ohm yang disimbolkan dengan lambang omega (Ω). Resistor yang kami
gunakan pada percobaan ini adalah resistor tetap yaitu resistor yang memiliki nilai hambatan
tetap dan tidak bisa di ubah, nilai hambatan pada resistor yang kami gunakan ini dapat diketahui
pada angka/tulisan yang tertera langsung pada resistor.
Setelah resistor disusun menjadi rangkaian seri, kami mengamati nilai arus yang
mengalir pada rangkaian resistor 10 ohm dengan menggunakan nilai tegangan sebesar 10 volt.
Kemudian, kami membandingkan nilai arus yang mengalir pada rangkaian resistor 27 ohm
dengan menggunakan nilai tegangan yang sama seperti sebelumnya. Setelah melakukan
percobaan ini kami mendapatkan hasil bahwasannya arus pada rangkaian resistor 10 ohm lebih
besar dibandingkan rangkaian resistor 27 ohm.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwasannya fungsi resistor dalam percobaan ini
ialah sebagai penghambat arus. Sebab, V (tegangan) sebagai konstanta yang bernilai tetap,
maka nilai arus yang mengalir akan dipengaruhi oleh nilai resistor yang digunakan. Semakin
besar nilai (R) resistor, arus (I) yang mengalir melalui hambatan tersebut semakin kecil.
Begitupun sebaliknya. Semakin kecil nilai resistor maka akan menghasilkan arus yang nilainya
semakin besar. Oleh karena itulah dalam kasus ini resistor berfungsi sebagai penghambat arus.

CONTOH SOAL

1. Apa perbedaan resistor rangkaian seri dan paralel ?

Jawab : Perbedaan resistor rangkaian seri dan paralel adalah, dalam rangkaian seri
arus bersama mengalir melalui semua komponen rangkaian. Sedangkan dalam
rangkaian paralel jumlah arus yang berbeda mengalir melalui setiap cabang rangkaian
paralel. Di rangkaian seri,tegangan berbeda ada di setiap komponen di rangkaian.
Sedangkan di rangkaian paralel,tegangan yang sama ada di beberapa komponen di
rangkaian.

2. Apa fungsi resistor pada rangkaian seri ?

Jawab : Fungsi dari resistor pada rangkaian seri ini adalah untuk menghambat arus
yang mengalir pada rangkaian.

3. Apa yang akan terjadi pada rangkaian arus listrik jika nilai hambatan resistor suatu
rangkaian seri diperbesar ?

Jawab : Arus listrik akan semakin mengecil. Karena semakin besar tegangan maka
semakin besar juga arus listrik, dan sebaliknya semakin besar hambatan maka
semakin kecil arus listrik. Tegangan berbanding lurus dengan arus listrik, sedangkan
hambatan berbanding terbalik dengan arus listrik.
MODUL II

RANGKAIAN KAPASITOR
TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui konsep nilai kapasitas, tegangan, dan muatan pada rangkaian kapasitor yang
disusun secara seri dan paralel

ALAT DAN BAHAN


1. Laptop/ komputer
2. Simulasi Phet

LANDASAN TEORI
1. Rangkaian Kapasitor
Rangkaian Seri Kapasitor (Kondensator)
Rangkaian Seri Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah dan lebih
Kapasitor yang disusun sejajar atau berbentuk Seri. Seperti halnya dengan Rangkaian Paralel,
Rangkaian Seri Kapasitor ini juga dapat digunakan untuk mendapat nilai Kapasitansi Kapasitor
pengganti yang diinginkan. Hanya saja, perhitungan Rangkaian Seri untuk Kapasitor ini lebih
rumit dan sulit dibandingkan dengan Rangkaian Paralel Kapasitor. Rumus dari Rangkaian
Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :

1/Ctotal = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3 + 1/C4 + …. + 1/Cn

Dimana :

Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor

C1 = Kapasitor ke-1

C2 = Kapasitor ke-2

C3 = Kapasitor ke-3

C4 = Kapasitor ke-4

Cn = Kapasitor ke-n
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Seri Kapasitor

Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator)


Rangkaian Paralel Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih Kapasitor
yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Dengan menggunakan Rangkaian Paralel
Kapasitor ini, kita dapat menemukan nilai Kapasitansi pengganti yang diinginkan. Rumus dari
Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :

Ctotal = C1 + C2 + C3 + C4 + …. + Cn

Dimana :

Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor

C1 = Kapasitor ke-1

C2 = Kapasitor ke-2

C3 = Kapasitor ke-3

C4 = Kapasitor ke-4

Cn = Kapasitor ke-n
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel Kapasitor

(Dickson Kho. 2022)

1.1 Pengertian Kapasitor


Kapasitor merupakan salah satu komponen elektronik yang secara fisik memiliki dua
keping konduktor dan dipisahkan oleh bahan isolator yang disebut dielektrik.(Ilham Choirul
Anwar.2021)
Kapasitor adalah komponen elektronika yang berfungsi menyimpan muatan listrik
dalam jangka waktu tertentu. Satuan dari kapasitor adalah Farad.(Firdausa, Anindita
Sarah.2022)
Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791-
1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad adalah satuan yang sangat besar, oleh karena itu
pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan Elektronika adalah satuan Farad
yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad. Konversi Satuan Farad
adalah sebagai berikut :
● 1 Farad = 1.000.000µF (mikro Farad)
● 1µF = 1.000nF (nano Farad)
● 1µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
● 1nF = 1.000pF (piko Farad). (Syahrizal Dwi Febrianto. 2021)

Kapasitor adalah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan


elektron-elektron selama waktu yang tertentu atau komponen elektronika yang digunakan
untuk menyimpan muatan listrik yang terdiri dari dua konduktor dan dipisahkan oleh bahan
penyekat (bahan dielektrik) tiap konduktor disebut keping. (Guru Pendidikan.2022)
1.2 Fungsi Kapasitor

Kapasitor memiliki banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika


memerlukannya.Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian
Elektronika :

1. Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik


2. Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
3. Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
4. Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
5. Sebagai Kopling
6. Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
7. Sebagai Penggeser Fasa
8. Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan
Spul Antena dan Osilator). (Dwi Febrianto.2021)

1.3 Prinsip Kerja Kapasitor

Dalam sebuah rangkaian prinsip kerja kapasitor adalah dengan mengalirkan elektron
menuju kapasitor. Sifat kapasitor yang dapat menyimpan muatan digunakan sebagai tempat
untuk mengalirkan elektron tersebut. Pada saat kapasitor telah terisi penuh dengan elektron,
maka tegangan akan mengalami perubahan. Kemudian elektron akan keluar dari sebuah
kapasitor dan mengalir menuju rangkaian yang membutuhkannya. Dengan begitu, kapasitor
akan membangkitkan reaktif suatu rangkaian. (Hidayatullah,Sunan Sarif.2020)

Kapasitor bekerja dengan cara menciptakan perbedaan potensial di antara dua


konduktor yang sering dinamakan ‘lempengan’ yang dipisahkan oleh materi insulasi yang
dinamakan dielektrik, sehingga muatan-muatan yang sama tetapi berlawanan membentuk
lempengan-lempengan yang berlawanan, membentuk bidang listrik di sepanjang kapasitor.
Gambar 2. Prinsip kerja kapasitor

Semakin luas area lempengan, dan semakin kecil celah antara lempengan-lempengan,
maka semakin tinggi kapasitansinya. Sebuah kapasitor bisa dialiri dengan cara
menghubungkan lempengan-lempengan dengan konduktor lainnya, tetapi dikarenakan voltase
tinggi yang bisa lempengan-lempengan itu ciptakan, lempengan-lempengan itu sering
dihubungkan dengan materi resistif tinggi untuk alasan keamanan.

Seperti halnya resistor, kapasitor juga tergolong ke dalam komponen listrik pasif.
Adapun cara kerja kapasitor dalam sebuah rangkaian elektronika adalah dengan cara
mengalirkan arus listrik menuju kapasitor. Apabila kapasitor sudah penuh terisi arus listrik,
maka kapasitor akan mengeluarkan muatannya dan kembali mengisi lagi. Begitu seterusnya.
(Sekitar Fisika. 2018)

1.4 Jenis Jenis Kapasitor

Berikut jenis-jenis kapasitor yang dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan bahan
isolator yang digunakan dan nilainya. Kedua jenis kapasitor tersebut yaitu kapasitor nilai tetap
dan kapasitor variabel. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing jenis kapasitor
tersebut, yaitu:

1. Kapasitor Nilai Tetap

Jenis yang pertama yaitu kapasitor nilai tetap merupakan kapasitor yang memiliki nilai
konstan atau tidak berubah-ubah. Kapasitor ini mempunyai beberapa jenis, diantaranya yaitu:

Kapasitor keramik
Kapasitor keramik merupakan kapasitor yang isolatornya terbuat dari keramik serta
memiliki bentuk tipis atau persegi empat. Kapasitor jenis ini dapat dipasang secara bolak balik
karena tidak mempunyai arah atau polaritas. Umumnya nilai kapasitor keramik yaitu antara
1pf sampai dengan 0,01pf.

Kapasitor polyester

Kapasitor polyester yaitu kapasitor yang mempunyai bentuk persegi empat dan terbuat
dari bahan polyester. Kapasitor ini dapat dipasang terbalik dalam rangkaian elektronika.

Kapasitor kertas

Kapasitor kertas yaitu kapasitor yang isolatornya terbuat dari kertas serta mempunyai
nilai kapasitor berkisar antara 300pf sampai dengan 4µF. Kapasitor kertas dapat juga dipasang
dengan posisi bolak balik.

Kapasitor mika

Kapasitor mika merupakan kapasitor dengan bahan mika. Nilai pada kapasitor ini
umumnya yaitu berkisar antara 50 pF sampai 0,02µF. Kapasitor mika dapat dipasang dengan
posisi bolak balik.

Kapasitor elektrolit

Kapasitor elektrolit merupakan kapasitor yang isolatornya terbuat dari bahan elektrolit
dengan bentuk tabung atau silinder. Kapasitor jenis ini pada umumnya sering digunakan dalam
rangkaian elektronika yang membutuhkan kapasitas yang tinggi. Kapasitor elektrolit
mempunyai polaritas dengan arah positif dan juga negatif serta memakai bahan aluminium
sebagai pembungkus dan sebagai terminal negatifnya.
Biasanya nilai kapasitor elektrolit berkisar antara 0,47µF hingga ribuan microfarad
(µF). Namun, harus diperhatikan bahwa kapasitor jenis ini apabila pemasangan polaritasnya
terbalik dan melampaui batas tegangannya dapat mengakibatkan ledakan.
Kapasitor tantalum

Kapasitor tantalum ini mempunyai polaritas arah yang positif dan negatif serta bahan
isolatornya terbuat dari elektrolit. Bahan yang digunakan yaitu bahan logam tantalum sebagai
terminal positifnya. Kapasitor jenis ini dapat beroperasi pada suhu yang tinggi dibandingkan
dengan kapasitor elektrolit serta mempunyai kapasitas yang lebih besar dengan dikemas
dengan ukuran yang kecil. Maka dari itu kapasitor ini merupakan jenis kapasitor yang tergolong
mahal.

2. Kapasitor Variabel

Kapasitor variabel merupakan kapasitor yang nilai kapasitasnya dapat berubah–ubah


dan juga dapat diatur. Kapasitas jenis ini dapat dibagi menjadi dua jenis, antara lain:

Trimmer

Trimmer merupakan jenis kapasitor variabel yang mempunyai bentuk lebih kecil maka
dari itu dibutuhkan alat seperti obeng untuk memutar poros pengaturannya. Trimmer dalam
rangkaian elektronika memiliki fungsi untuk memilih gelombang frekuensi dengan kapasitas
maksimal hanya 100pF. Kapasitor jenis ini terdiri dari 2 pelat logam dengan dipisahkan
menggunakan selembar mika serta terdapat sebuah crew yang mengatur jarak kedua pelat
logam tersebut. Hal ini menyebabkan nilai kapasitasnya berubah.

VARCO (Variable Condensator)

Varco terbuat dari logam dengan ukuran lebih besar dan biasanya dipakai untuk
memilih gelombang frekuensi pada rangkaian radio. Nilai kapasitas pada kapasitor jenis ini
yaitu berkisar antara 100pF sampai 500pF.

Kapasitor elektrolit merupakan kapasitor yang isolatornya terbuat dari bahan elektrolit
dengan bentuk tabung atau silinder. Kapasitor jenis ini pada umumnya sering digunakan dalam
rangkaian elektronika yang membutuhkan kapasitas yang tinggi. Kapasitor elektrolit
mempunyai polaritas dengan arah positif dan juga negatif serta memakai bahan aluminium
sebagai pembungkus dan sebagai terminal negatifnya.

Biasanya nilai kapasitor elektrolit berkisar antara 0,47µF hingga ribuan microfarad
(µF). Namun, harus diperhatikan bahwa kapasitor jenis ini apabila pemasangan polaritasnya
terbalik dan melampaui batas tegangannya dapat mengakibatkan ledakan. (Saran ilmu.2019)

1.5 Rangkaian Kapasitor

Rangkaian Seri Kapasitor (Kondensator)


Rangkaian Seri Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah dan lebih
Kapasitor yang disusun sejajar atau berbentuk Seri. Seperti halnya dengan Rangkaian Paralel,
Rangkaian Seri Kapasitor ini juga dapat digunakan untuk mendapat nilai Kapasitansi Kapasitor
pengganti yang diinginkan. Hanya saja, perhitungan Rangkaian Seri untuk Kapasitor ini lebih
rumit dan sulit dibandingkan dengan Rangkaian Paralel Kapasitor. Rumus dari Rangkaian
Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :

1/Ctotal = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3 + 1/C4 + …. + 1/Cn

Dimana :

Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor

C1 = Kapasitor ke-1

C2 = Kapasitor ke-2

C3 = Kapasitor ke-3

C4 = Kapasitor ke-4

Cn = Kapasitor ke-n

Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Seri Kapasitor

Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator)


Rangkaian Paralel Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih Kapasitor
yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Dengan menggunakan Rangkaian Paralel
Kapasitor ini, kita dapat menemukan nilai Kapasitansi pengganti yang diinginkan. Rumus dari
Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :

Ctotal = C1 + C2 + C3 + C4 + …. + Cn
Dimana :

Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor

C1 = Kapasitor ke-1

C2 = Kapasitor ke-2

C3 = Kapasitor ke-3

C4 = Kapasitor ke-4

Cn = Kapasitor ke-n

Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel Kapasitor

(Dickson Kho. 2022)

1.5. Rumus Kapasitor

Rumus untuk sebuah kapasitor dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Rumus Kapasitas Kapasitor

Kapasitas kapasitor adalah kemampuan sebuah rangkaian kondensator untuk


menyimpan muatan listrik. Nilai kapasitas merupakan perbandingan antara nilai muatan yang
tersimpan dengan beda potensial dan konduktor. Rumus untuk mengetahui kapasitas kapasitor
adalah sebagai berikut:
2. Rumus Kapasitor Keping Sejajar

Kapasitor keping sejajar adalah kapasitor yang memiliki dua keping konduktor dengan
luas yang sama. Kemudian keduanya dipasang dengan posisi sejajar. Rumus untuk kapasitor
keping sejajar adalah sebagai berikut:

3. Rumus Kapasitor Bentuk Bola

Apabila kapasitor yang digunakan berbentuk bola. Maka untuk menghitung nilai dari
kapasitasnya berbeda lagi. Untuk mencari kapasitas dari kapasitor bentuk bola yakni dengan
menggunakan rumus kapasitor bentuk bola berikut:

(Badi.2022)
LANGKAH KERJA PRAKTIKUM

A. Kegiatan 1 (Rangkaian Seri)

Gambar 1. Rangkaian Seri Kapasitor

Keterangan gambar :
● Capasitance, untuk pembacaan kapasitas kapasitor.
● Voltmeter, untuk pembacaan tegangan.
● Total Capasitance, untuk pembacaan kapasitas total rangkaian.
● Stored Charge, untuk pembacaan muatan yang mengalir pada rangkaian

1. Siapkan alat dari praktikum yaitu perangkat Smartphone/Laptop terlebih dahulu, lalu
nyalakan dan hubungkan ke internet dan pastikan jaringan internet stabil.
2. Setelah itu salin dan buka link URL simulasi percobaan tentang kapasitor pada tema papan
skate yang ditampilkan di google chrome atau mesin pencari lainnya.
https://phet.colorado.edu/sims/cheerpj/capacitor-lab/latest/capacitor-
lab.html?simulation=capacitor-lab
3. Setelah tampil 3 pilihan yang ada, klik ‘Multiple Capacitors’ agar dapat membuat rangkaian
kapasitor.
4. Pada menu ‘Circuits’ di sebelah kanan, pilih ‘2 in Series’
5. Atur besar kapasitansi dari kedua kapasitor dimana C1 = 2 × 10-13 F dan C2 = 1 × 10-13 F
dengan cara mengatur tombol pengatur capacitance
6. Atur tegangan sumber sebesar 0,436 Volt dengan cara menggeser tombol pada baterai
dimana voltmeter dipasang pada titik A – D (Vtot).
7. Ukur tegangan yang mengalir pada kapasitor C1 dengan memasang voltmeter pada titik A –
B (V1)
8. Ukur tegangan yang mengalir pada kapasitor C2 dengan memasang voltmeter pada titik C –
D (V2)
9. Ukur muatan total (qtot) dan kapasitas total (Ctot) yang tercatat pada alat ukur Stored Charge
dan Total Capasitance.
10. Catat data langkah (6) sampai (9) pada tabel 1. Dengan memperhatikan virtual phET pada
gambar 1.
11. Ulangi langkah 6 – 10 dengan variasi tegangan sumber 0,799 Volt, 1,125 Volt, dan 1,5
Volt

B. Kegiatan 2 (Rangkaian Paralel)

Gambar 1. Rangkaian Paralel Kapasitor

Keterangan gambar :
● Capacitance, untuk pembacaan kapasitas kapasitor.
● Voltmeter, untuk pembacaan tegangan.
● Total Capacitance, untuk pembacaan kapasitas total rangkaian.
● Stored Charge, untuk pembacaan muatan yang mengalir pada rangkaian
1. Siapkan alat dari praktikum yaitu perangkat Smartphone/Laptop terlebih dahulu, lalu
nyalakan dan hubungkan ke internet dan pastikan jaringan internet stabil.
2. Setelah itu salin dan buka link URL simulasi percobaan tentang kapasitor pada tema papan
skate yang ditampilkan di google chrome atau mesin pencari lainnya.
https://phet.colorado.edu/sims/cheerpj/capacitor-lab/latest/capacitor-
lab.html?simulation=capacitor-lab
3. Setelah tampil 3 pilihan yang ada, klik ‘Multiple Capacitors’ agar dapat membuat rangkaian
kapasitor.
4. Pada menu ‘Circuits’ di sebelah kanan, pilih ‘2 in Parallel’
5. Atur besar kapasitansi dari kedua kapasitor dimana c1 = 2 × 10-13 F dan c2 = 1 × 10-13 F
dengan cara mengatur tombol pengatur capacitance
6. Atur tegangan sumber sebesar 0,436 Volt dengan cara menggeser tombol pada baterai
dimana voltmeter dipasang pada titik A – D (Vtot).
7. Ukur tegangan yang mengalir pada kapasitor C1 dengan memasang voltmeter pada titik A –
B (V1)
8. Ukur tegangan yang mengalir pada kapasitor C2 dengan memasang voltmeter pada titik C –
D (V1)
9. Ukur muatan total (qtot) dan kapasitas total (Ctot) yang tercatat pada alat ukur Stored Charge
dan Total Capasitance.
10. Catat data langkah (6) sampai (9) pada tabel 1. Dengan memperhatikan virtual phET pada
gambar 2.
11. Ulangi langkah 6 – 10 dengan variasi tegangan sumber 0,799 Volt, 1,125 Volt, dan 1,5
Volt

HASIL PRAKTIKUM
A. Kegiatan 1 (Rangkaian Seri)

Tabel 1. Hasil Praktikum Rangkaian Seri Kapasitor


Teganga V1 V2 1 1
Vtot = q1=c1v qtot=q1= = + ctot =
𝑐 𝑡𝑜𝑡 𝐶1
n (Volt (Volt q2=c2v2 qtot 𝑞 𝑡𝑜𝑡
V1+V2 q 1
1
𝑣 𝑡𝑜𝑡
Sumber ) ) 𝐶2
0,29 0,435 V 0,29 x 0,29 x 0,29 x 0,29 0,07 x 10-12 0,07 x
0,436 10-13 10-13 C 10-13 C x F 10-12 F
0,145
Volt C 10-
13
C
0,532 0,798 V 0,53 x 0,53 x 0,53 x 0,53 0,07 x 10-12 0,07 x
0,799 10-13 10-13 C 10-13 C x F 10-12 F
0,266
Volt C 10-
13
C
0,75 1,125 V 0,75 x 0,75 x 0,75 x 0,75 0,07 x 10-12 0,07 x
1,125 10-13 10-13 C 10-13 C x F 10-12 F
0,375
Volt C 10-
13
C
1 1,5 V 1x 1 x 10- 1 x 10- 1x 0,07 x 10-12 0,07 x
1,5 Volt 0,5 10-13 13
C 13
C 10- F 10-12 F
13
C C

: hasil dari phet


: hasil dari perhitungan manual

B. Kegiatan 2 (Rangkaian Paralel)


Tabel 2. Hasil Praktikum Rangkaian Paralel Kapasitor
V1
Teganga V2 Vtot = q1=c1V q2=c2V qtot= ctot = c1 + ctot =
(Volt qtot 𝑞 𝑡𝑜𝑡
n Sumber (Volt) V1=V2 1 2 q1+q2 c2 𝑣 𝑡𝑜𝑡
)
0,436 0,436 0,436 0,436 V 0,872 0,436 x 1,31 x 1,31 0,30 x 10- 0,30 x
Volt x 10-13 10-13 C 10-13 C x 12
F 10-12 F
C 10-
13
C
0,799 0,799 0,799 0,799 V 1,598 0,799 x 2,40 x 2,40 0,30 x 10- 0,30 x
Volt x 10-13 10-13 C 10-13 C x 12
F 10-12 F
C 10-
13
C
1,125 1,125 1,125 1,125 V 2,25 x 1,125 x 3,38 x 3,38 0,30 x 10- 0,30 x
Volt 10-13 C 10-13 C 10-13 C x 12
F 10-12 F
10-
13
C
1,5 Volt 1,5 1,5 1,5 V 3 x 10- 1,5 x 4,50 x 4,50 0,30 x 10- 0,30 x
13
C 10-13 C 10-13 C x 12
F 10-12 F
10-
13
C

Perhitungan
1) Untuk mengisi tabel Rangkaian Seri
a) Pada kolom Vtot
Untuk sumber tegangan 0,436 V , maka Vtot = V1 + V2 = (0,145 + 0,29) V = 0,435 V
Untuk sumber tegangan 0,799 V , maka Vtot = V1 + V2 = (0,266 + 0,532) V = 0,798
V
Untuk sumber tegangan 1,125 V , maka Vtot = V1 + V2 = (0,375 + 0,75) V = 1,125 V
Untuk sumber tegangan 1,5 V , maka Vtot = V1 + V2 = 0,5 + 1 = 1,5 V

b) Pada kolom 𝑞1 = 𝐶1 𝑉1
Untuk sumber tegangan 0,436 V, maka 𝑞1 = 𝐶1 𝑉1 = 2 x 10-13 C x 0,145 V = 0,29 x 10-
13
C
Untuk sumber tegangan 0,799 V, maka 𝑞1 = 𝐶1 𝑉1 = 2 x 10-13 C x 0,266 V = 0,53 x 10-
13
C
Untuk sumber tegangan 1,125 V, maka 𝑞1 = 𝐶1 𝑉1 = 2 x 10-13 C x 0,375 V = 0,75 x 10-
13
C
Untuk sumber tegangan 1,5 V, maka 𝑞1 = 𝐶1 𝑉1 = 2 x 10-13 C x 0,5 V = 3 x 10-13 C

c) Pada kolom 𝑞2 = 𝐶2 𝑉2
Untuk sumber tegangan 0,436 V, maka 𝑞2 = 𝐶2 𝑉2 = 1 x 10-13 C x 0,29 V = 0,29 x 10-
13
C
Untuk sumber tegangan 0,799 V, maka 𝑞2 = 𝐶2 𝑉2 = 1 x 10-13 C x 0,532 V = 0,53 x 10-
13
C
Untuk sumber tegangan 1,125 V, maka 𝑞2 = 𝐶2 𝑉2 = 1 x 10-13 C x 0,75 V = 0,75 x 10-
13
C
Untuk sumber tegangan 1,5 V, maka 𝑞2 = 𝐶2 𝑉2 = 1 x 10-13 C x 1 V = 1 x 10-13 C

d) Pada kolom qtot = q1 = q2


Pada rangkaian seri qtot = q1 = q2
Untuk sumber tegangan 0,436 V , qtot = q1 = q2 = 0,29 x 10-13 C
Untuk sumber tegangan 0,799 V , qtot = q1 = q2 =0,53 x 10-13 C
Untuk sumber tegangan 1,125 V, qtot = q1 = q2 = 0,75 x 10-13 C
Untuk sumber tegangan 1,5 V, qtot = q1 = q2 = 1 x 10-13 C

1 1 1
e) Pada kolom 𝑐 = 𝐶1 + 𝐶2
𝑡𝑜𝑡

1 1 1
Untuk sumber tegangan 0,436 V, maka = 𝐶1 + 𝐶2
𝑐𝑡𝑜𝑡
1 1 1
= +
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10−13 1 𝑥 10−13
1 1 2
= −13 +
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10 2 𝑥 10−13
1 3
=
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10−13

2 𝑥 10−13
Ctot = 3

Ctot = 0,07 x 10-12 F


1 1 1
Untuk sumber tegangan 0,799 V, maka = 𝐶1 + 𝐶2
𝑐𝑡𝑜𝑡
1 1 1
= −13 +
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10 1 𝑥 10−13
1 1 2
= +
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10−13 2 𝑥 10−13
1 3
=
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10−13

2 𝑥 10−13
Ctot = 3

Ctot = 0,07 x 10-12 F


1 1 1
Untuk sumber tegangan 1,125 V, maka = 𝐶1 + 𝐶2
𝑐𝑡𝑜𝑡
1 1 1
= +
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10−13 1 𝑥 10−13
1 1 2
= +
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10−13 2 𝑥 10−13
1 3
=
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10−13

2 𝑥 10−13
Ctot = 3

Ctot = 0,07 x 10-12 F

1 1 1
Untuk sumber tegangan 1,5 V, maka = 𝐶1 + 𝐶2
𝑐𝑡𝑜𝑡
1 1 1
= +
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10−13 1 𝑥 10−13
1 1 2
= −13 +
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10 2 𝑥 10−13
1 3
=
𝑐𝑡𝑜𝑡 2 𝑥 10−13

2 𝑥 10−13
Ctot = 3

Ctot = 0,07 x 10-12 F


𝑞 𝑡𝑜𝑡
f) Pada kolom ctot = 𝑣 𝑡𝑜𝑡
𝑞 𝑡𝑜𝑡 0,29 𝑥 10−13 𝐶
Untuk sumber tegangan 0,436 V, maka ctot = 𝑣 𝑡𝑜𝑡 = = 0,07 x 10-12 F
0,436 𝑉

𝑞 𝑡𝑜𝑡 0,53 𝑥 10−13 𝐶


Untuk sumber tegangan 0,799 V, maka ctot = 𝑣 𝑡𝑜𝑡 = = 0,07 x 10-12 F
0,798 𝑉

𝑞 𝑡𝑜𝑡 0,75 𝑥 10−13 𝐶


Untuk sumber tegangan 1,125 V, maka ctot = 𝑣 𝑡𝑜𝑡 = = 0,07 x 10-12 F
1,125 𝑉

𝑞 𝑡𝑜𝑡 1 𝑥 10−13 𝐶
Untuk sumber tegangan 1,5 V, maka ctot = 𝑣 𝑡𝑜𝑡 = = 0,07 x 10-12 F
1,5 𝑉

2) Untuk mengisi tabel Rangkaian Paralel


a) Pada kolom Vtot
Vtot = V1 =V2
Untuk sumber tegangan 0,436 V, maka Vtot = V1 =V2 = 0,436 V
Untuk sumber tegangan 0,799 V, maka Vtot = V1 =V2 = 0,799 V
Untuk sumber tegangan 1,125 V, maka Vtot = V1 =V2 = 1,125 V
Untuk sumber tegangan 1,5 V, maka Vtot = V1 =V2 = 1,5 V
b) Pada kolom 𝑞1 = 𝐶1 𝑉1
Untuk sumber tegangan 0,436 V, maka 𝑞1 = 𝐶1 𝑉1= 2 x 10-13 C x 0,436 V = 0,872 x
10-13 C
Untuk sumber tegangan 0,799 V, maka 𝑞1 = 𝐶1 𝑉1= 2 x 10-13 C x 0,799 V = 1,598 x
10-13 C
Untuk sumber tegangan 1,125 V, maka 𝑞1 = 𝐶1 𝑉1 = 2 x 10-13 C x 1,125 V = 2,25 x
10-13 C
Untuk sumber tegangan 1,5 V, maka 𝑞1 = 𝐶1 𝑉1 = 2 x 10-13 C x 1,5 V = 3 x 10-13 C

c) Pada kolom 𝑞2 = 𝐶2 𝑉2
Untuk sumber tegangan 0,436 V, maka 𝑞2 = 𝐶2 𝑉2 = 1 x 10-13 C x 0,436 V = 0,436 x
10-13 C
Untuk sumber tegangan 0,799 V, maka 𝑞2 = 𝐶2 𝑉2 = 1 x 10-13 C x 0,799 V = 0,799
x 10-13 C
Untuk sumber tegangan 1,125 V, maka 𝑞2 = 𝐶2 𝑉2 = 1 x 10-13 C x 1,125 V = 1,125 x
10-13 C
Untuk sumber tegangan 1,5 V, maka 𝑞2 = 𝐶2 𝑉2 = 1 x 10-13 C x 1,5 V = 1,5 x
10-13 C

d) Pada kolom qtot= q1+q2


Untuk sumber tegangan 0,436 V, maka qtot= q1+q2 = 0,872 x 10-13 C + 0,436 x 10-13 C
= 1,31 x 10-13 C
Untuk sumber tegangan 0,799 V, maka qtot= q1+q2 = 1,598 x 10-13 C + 0,799 x 10-13 C
= 2,40 x 10-13 C
Untuk sumber tegangan 1,125 V, maka qtot= q1+q2 = 2,25 x 10-13 C + 1,125 x 10-13 C
= 3,38 x 10-13 C
Untuk sumber tegangan 1,5 V, maka qtot= q1+q2 = 3 x 10-13 C + 1,5 x 10-13 C = 4,50
x 10-13 C

e) Pada kolom Ctot = C1+ C2


Untuk sumber tegangan 0,436 V , maka Ctot = C1+ C2 = 2 x 10-13 C + 1 x 10-13 C =
0,30 x 10-12 F
Untuk sumber tegangan 0,799 V , maka Ctot = C1+ C2 = 2 x 10-13 C + 1 x 10-13 C =
0,30 x 10-12 F
Untuk sumber tegangan 1,125 V , maka Ctot = C1+ C2 = 2 x 10-13 C + 1 x 10-13 C =
0,30 x 10-12 F
Untuk sumber tegangan 1,5 V , maka Ctot = C1+ C2 = 2 x 10-13 C + 1 x 10-13 C = 0,30
x 10-12 F

𝑞 𝑡𝑜𝑡
f) Pada kolom ctot = 𝑣 𝑡𝑜𝑡
𝑞 𝑡𝑜𝑡 1,31 𝑥 10−13 𝐶
Untuk sumber tegangan 0,436 V , maka ctot = 𝑣 𝑡𝑜𝑡 = = 0,30 x 10-12 F
0,436 𝑉

𝑞 𝑡𝑜𝑡 2,40 𝑥 10−13 𝐶


Untuk sumber tegangan 0,799 V , maka ctot = 𝑣 𝑡𝑜𝑡 = = 0,30 x 10-12 F
0,799 𝑉

𝑞 𝑡𝑜𝑡 3,38 𝑥 10−13 𝐶


Untuk sumber tegangan 1,125 V , maka ctot = 𝑣 𝑡𝑜𝑡 = = 0,30 x 10-12 F
1,125 𝑉

𝑞 𝑡𝑜𝑡 4,50 𝑥 10−13 𝐶


Untuk sumber tegangan 1,5 V , maka ctot = 𝑣 𝑡𝑜𝑡 = = 0,30 x 10-12 F
1,5 𝑉

PEMBAHASAN

1. Rangkaian Seri
Dari percobaan yang sudah dilakukan dengan menyusun rangkaian kapasitor
menggunakan rangkaian seri, untuk pengukuran dengan sumber tegangan 0,436 volt
diperoleh nilai tegangan yang terbaca pada voltmeter yaitu 0,145 volt pada kapasitor
C1 (2 × 10-13 F) sedangkan pada kapasitor C2 (1 × 10-13 F), nilai tegangan yang
dihasilkan yaitu 0,29 volt. Kemudian pengukuran nilai tegangan dengan sumber
tegangan 0,799 volt, nilai tegangan yang dihasilkan pada kapasitor C1 (2 × 10-13 F) dan
C2 (1 × 10-13 F) yaitu 0,266 volt dan 0,532 volt. Untuk tegangan dengan sumber 1,125
volt nilai tegangannya adalah 40,375 volt dan 0,75 volt, untuk tegangan dengan sumber
1,5 volt tegangannya yaitu 0,5 volt dan 1 volt. Sedangkan untuk nilai tegangan total
pada sumber tegangan 0,436 volt dihasilkan 0,435, untuk sumber tegangan 0,799 volt
dihasilkan 0,798, untuk sumber tegangan 1,125 volt dihasilkan 1,125, dan 1,5 volt
dihasilkan 1,5.
Untuk mengetahui nilai muatan yang terdapat dalam rangkaian adalah dengan
mengalikan tegangan dan kapasitor. Hingga didapat dua nilai berbeda dari tiap
tegangan sumber. Pada tegangan sumber 0,436 volt, 0,799 volt, 1,125 volt, dan 1,5 volt
diperoleh nilai muatan ±0,29 x 10-13 C ,± 0,53 x 10-13 C ,± 0,75 x 10-13 C , ±1 x 10-13 C
secara berturut-turut untuk kapasitor C1 (2 × 10-13 F) dan C2 (1 × 10-13 F), serta muatan
total ( Qtot ) yang didapat hasilnya juga sama dengan muatan pada kapasitor C1 (2 × 10-
13
F) dan C2 (1 × 10-13 F). Nilai kapasitas total diperoleh dari muatan total dan tegangan
total. Dimana muatan total dibagi oleh tegangan total yang kemudian mendapatkan
hasil dengan nilai ±0,07 x 10-12 F. nilai ini adalah sama dengan nilai dari akumulasi
dua kapasitor yang digunakan, sehingga dapat dirumuskan :
1/Ctot = 1/C1 + 1/C2

2. Rangkaian Paralel
Dari percobaan yang sudah dilakukan dengan menyusun rangkaian kapasitor
menggunakan rangkaian paralel, untuk pengukuran dengan sumber tegangan 0,436
volt diperoleh nilai tegangan yang terbaca pada voltmeter yaitu 0,436 volt pada
kapasitor C1 (2 × 10-13 F) dan sedangkan pada kapasitor C2 (1 × 10-13 F) nilai tegangan
yang dihasilkan sama yaitu 0,436 volt. Kemudian pengukuran nilai tegangan dengan
sumber tegangan 0,799 volt, nilai tegangan yang dihasilkan pada kapasitor C1 (2 × 10-
13
F) dan C2 (1 × 10-13 F) yaitu 0,799 volt dan sumber 1,125 volt nilai tegangannya
adalah 1,125 volt, untuk tegangan dengan sumber 1,5 volt tegangannya yaitu 1,5 volt.
Dan untuk nilai tegangan total pada sumber tegangan 0,436 volt dihasilkan 0,436, untuk
sumber tegangan 0,799 volt dihasilkan 0,799 , untuk sumber tegangan 1,125 volt
dihasilkan 1,125, dan untuk sumber tegangan 1,5 volt dihasilkan 1,5.
Untuk mengetahui nilai muatan yang terdapat dalam rangkaian adalah dengan
mengalikan tegangan dan kapasitor. Hingga didapat dua nilai berbeda dari tiap
tegangan sumber. Pada tegangan sumber 0,436 volt, 0,799 volt, 1,125 volt, dan 1,5 volt
diperoleh nilai muatan 0,872 x 10-13 C, 1,598 x 10-13 C, 2,25 x 10-13 C, 3 x 10-13 C secara
berturut-turut untuk kapasitor C1 (2 × 10-13 F) dan muatan yang terdapat pada kapasitor
C2 (1 × 10-13 F) untuk sumber tegangan 0,436 volt, 0,799 volt, 1,125 volt, dan 1,5 volt
diperoleh nilai muatan 0,436 x 10-13 C ; 0,799 x 10-13 C ; 1,125 x 10-13 C ; 1,5 x 10-13 C
secara berturut-turut .
Muatan total ( Qtot ) yang didapat hasilnya adalah dengan menjumlah muatan
yang ada pada kapasitor C1 (2 × 10-13 F) dan C2 (1 × 10-13 F) sehingga diperoleh nilai
sebagai berikut : untuk sumber tegangan 0,436 volt Qtot nya = 1,31 x 10-13 C, untuk
sumber tegangang 0,799 volt = 2,40 x 10-13 C, untuk sumber tegangan 1,125 volt =
3,38 x 10-13 C, dan untuk sumber tegangan 1,5 volt = 4 x 10,50-13 C.
Nilai kapasitas total diperoleh dari muatan total dan tegangan total. Dimana
muatan total dibagi oleh tegangan total yang kemudian mendapatkan hasil dengan nilai
±0,30 x 10-12 F. nilai ini adalah sama dengan nilai dari akumulasi dua kapasitor yang
digunakan, sehingga dapat dirumuskan :
Ctot = C1 + C2

CONTOH SOAL

1.

Dua buah kapasitor dirangkai seperti pada gambar diatas, kapasitor pertama memiliki
kapasitansi 2 mikrofarad kapasitor kedua memiliki kapasitansi 4 mikrofarad dirangkaikan seri
dan dihubungkan pada sumber tegangan 3 volt tentukanlah :

a. Besar kapasitas pengganti;


b. Besar muatan pada kapasitor 1 dan kapasitor 2;
c. Beda potensial pada kapasitor 1 dan beda potensial pada kapasitor 2;
d. Besar energi pada masing-masing kapasitor;
e. Besar energi total pada rangkaian !

jawaban:
a. Besar kapasitas pengganti atau kapasitas total pada rangkaian untuk susunan seri adalah:
1 1 1
= +
𝐶𝑡𝑜𝑡 𝐶1 𝐶2
1 1 1
= +
𝐶𝑡𝑜𝑡 2 4
1 2+1
=
𝐶𝑡𝑜𝑡 4
1 3
=
𝐶𝑡𝑜𝑡 4
Dan didapat nilai kapasitas pengganti atau nilai kapasitas kapasitor total pada rangkaian adalah
1 3 2 3 5
𝐶𝑡𝑜𝑡 = +4 = + = μF
2 4 4 4

b. Masukan nilai kapasitasnya pada rumus diatas


Susunan kapasitor diatas adalah susunan seri besar muatan pada kapasitor satu dan pada
kapasitor dua adalah sama untuk susunan kapasitor seri yaitu
5
𝑄𝑡𝑜𝑡 = . 2 = 2,5 𝜇𝐹
4
c. Besar beda Postensial pada masing-masing kapasitor
𝑄1 4
𝑉1 = = = 2 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝐶1 2
𝑄2 4
𝑉2 = = = 1 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝐶2 4
d. Besar energi pada masing-masing kapasitor
1 1
𝐸1 = 𝐶1 𝑉12 = 2. (2)2 = 2 . 2 = 4 𝜇𝐽
2 2
1 1
𝐸2 = 𝐶2 𝑉22 = 4. (1)2 = 2 . 1 = 2 𝜇𝐽
2 2
e. Besar energi total pada rangkaian adalah
1 1 5
𝐸𝑡𝑜𝑡 = 2
𝐶𝑡𝑜𝑡 𝑉𝑡𝑜𝑡 = . . (4)2 = 10 𝜇𝐽
2 2 4
Besar energi total pada rangkaian bisa dihitung juga dari jumlah energi pada masing
masing kapasitor, energi pada kapasitor 1 dijumlah dengan energi pada kapasitor 2
jumlah energi totalnya akan sama dengan yang dihitung dari jumlah kapasitas total
rangkaian dan beda potensial sumber rangkaian.

2.

Dua buah kapasitor dirangkai seperti pada gambar diatas, kapasitor pertama memiliki
kapasitansi 4 mikrofarad kapasitor kedua memiliki kapasitansi 3 mikrofarad dirangkaikan
paralel dan dihubungkan pada sumber tegangan 2 Volt tentukanlah :

a. Besar kapasitas pengganti;


b. Besar muatan pada kapasitor 1 dan kapasitor 2;
c. Besar muatan total;
d. Besar energi pada masing-masing kapasitor;
e. Besar beda potensial pada masing masing kapasitor !

jawaban:
a. Besar kapasitas pengganti
𝐶𝑡𝑜𝑡 = 𝐶1 + 𝐶2 = 3 + 4 = 7 μF
b. Besar muatan pada kapasitor 1 dan kapasitor 2
𝑄1 = 𝐶1 . 𝑉1 = 3 . 4 = 12 μC
𝑄2 = 𝐶2 . 𝑉2 = 4 . 4 = 16 μC
c. Besar muatan total
Besar muatan total untuk rangkaian paralel adalah jumlah muatan dari seluruh
rangkaian paralel kapasitor, karena hanya ada dua kapasitor maka
𝑄𝑡𝑜𝑡 = 𝑄1 + 𝑄2 = 12 𝜇𝐶 + 16 𝜇𝐶 = 28 𝜇𝐶
d. Besar energi pada masing-masing kapasitor
1 1
𝐸1 = 𝐶1 𝑉12 = 3 . 16 = 24 𝜇𝐽
2 2
1 1
𝐸2 = 𝐶2 𝑉22 = 4 . 16 = 32 𝜇𝐽
2 2
e. Besar energi total pada rangkaian
1 2
1
𝐸𝑡𝑜𝑡 = 𝐶𝑡𝑜𝑡 𝑉𝑡𝑜𝑡 = 7 . 4 = 14 𝜇𝐽
2 2
Rangkaian kapasitor soal di atas adalah paralel maka besar beda potensial pada masing-
masing kapasitor sama dengan beda potensial total yaitu 2 volt

3. Andi berencana membuat sebuat rangkaian elektronika dengan salah satu nilai kapasitansi
kapasitor yang dibutuhkan adalah sebesar 2500 pF. Karena nilai tersebut tidak ditemukan di
Pasaran, maka teknisi tersebut menggunakan dua buah kapasitor dengan masing-masing nilai
sebesar 1000pF dan 1500pF yang dirangkai secara paralel untuk mendapatkan nilai kapasitansi
yang
Jawaban:
Ctot = C1 + C2
Ctot = 1000 pF + 1500 pF
Ctot = 2500 pF

Atau bisa juga dengan menggunakan tiga buah kapasitor dengan masing masing nilai 1000 pF,
750 pF, dan 750 pF.

Ctot = C1 + C2 + C3
Ctot = 1000 pF + 750 pF + 750 pF
Ctot = 2500 pF

4. Terdapat tiga buah kapasitor yang dirangkai secara seri paralel (Campuran) dengan kapasitor
seri masing-masing nilai C1 = 100 pF dan C2 = 50pF, dan nilai kapasitor paralelnya C3 = 100
pF. Maka berapa Farad nilai kapasitansi total penggantinya ?
Jawaban:
Nilai Kapasitansi Seri :
1 1 1
= +
𝐶𝑡𝑜𝑡 𝐶1 𝐶2
1 1 1
= +
𝐶𝑡𝑜𝑡 100𝐹 50𝑝𝐹
1 1+2
=
𝐶𝑡𝑜𝑡 100𝐹
3 . 𝐶𝑠 = 100𝐹
100𝐹
𝐶𝑠 = 3

𝐶𝑠 = 33.3 𝑝𝐹
Nilai Kapasitansi Total
𝐶𝑇 = 𝐶𝑆 + 𝐶3
𝐶𝑇 = 33.3 𝑝𝐹 + 100𝐹
𝐶𝑇 = 133.3 𝑝𝐹

5. Kapasitor berfungsi untuk menyimpan muatan. Lalu, bagaimana cara menentukan


banyaknya muatan yang tersimpan?
Jawaban:
Banyaknya muatan yang tersimpan berbanding lurus dengan beda potensial yang digunakan.
Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
𝑄𝑡𝑜𝑡 = 𝐶𝑡𝑜𝑡 . 𝑉𝑡𝑜𝑡
Keterangan:
Q = muatan listrik (C);
V = beda potensial (Volt); dan
C = kapasitas kapasitor (Farad/F).

Jenis bahan dielektrik yang digunakan juga berpengaruh pada besarnya kapasitas kapasitor.
Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
𝐴
𝐶0 = 𝜀0 .
𝑑
Keterangan:
C0 = kapasitas kapasitor di dalam udara (F);
ε0 = permitivitas ruang hampa (8,85 × 10-12 C2/Nm2);
A = luas keping sejajar (m2); dan
d = jarak antara dua keping (m).
Untuk bahan dielektrik selain udara, gunakan persamaan berikut.
𝐶 = 𝐾 . 𝐶0
Keterangan:
C = kapasitas kapasitor saat disisipi bahan dielektrik selain udara (F);
C0 = kapasitas kapasitor di dalam udara (F); dan
K = konstanta dielektrik yang nilainya ≥ 1.
Dari beberapa persamaan di atas, terlihat bahwa kapasitas kapasitor tidak hanya dipengaruhi
oleh besarnya beda potensial, melainkan juga bahan dielektriknya.
Bab 3 dioda
TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui karakteristik dioda pada keadaan bias maju (forward) dan bias
mundur (reverse).
2. Menggambar grafik I-V dari dioda pada keadaan bias maju (forward) dan bias
mundur (reverse).

ALAT DAN BAHAN

No. Nama Alat Fungsi Jumlah No. Nama Fungsi Jumlah


Bahan
1. Battery Sebagai 1 1. Dioda Sebagai 1
(single-cell) sumber 1N4001 mengalirkan
(Virtual Lab) tegangan (Virtual arus satu
Lab) arah saja
2. Voltmeter DC untuk 1 2. Resistor Sebagai 1
(Virtual Lab) mengetahui 1k𝛀 penghambat
beda potensial (Virtual atau
tegangan DC Lab) pembatas
antara 2 titik arus
pada suatu
beban listrik
atau
rangkaian
elektronika
3. Amperemeter untuk 1
DC (Virtual mengetahui
Lab) besar kecilnya
arus yang
terdapat pada
rangkaian
listrik DC

Tabel. 1 Alat dan Bahan


LANDASAN TEORI

1. Pengertian Dioda

Dioda adalah komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor.


Dioda memiliki fungsi hanya mengalirkan arus satu arah saja.

2. Simbol dan Struktur Dioda Serta Bentuk Karakteristik Dioda


Struktur Dioda adalah sambungan semikonduktor tipe P dan tipe N. Di bawah
ini gambar simbol dan struktur diode serta bentuk karakteristik diode.Semi konduktor
tipe P berfungsi sebagai Anoda dan semi konduktor tipe N berfungsi sebagai
Katoda.(Safitri, 2016)

Gambar 1. Simbol Dan Struktur Diode Serta Bentuk Karakteristik Diode

Hubungan antara besarnya arus yang mengalir melalui dioda dengan tegangan
𝑉 A-K dapat dilihat pada kurva karakteristik diode. Pada Gambar 1 menunjukkan dua
macam kurva, yakni dioda kurva, yakni dioda germanium (Ge) dan dioda silikon (Si).
Pada saat dioda diberi bias maju, yakni bila 𝑉 A-K positif, bila VA-K positif, maka arus ID
akan naik dengan cepat setelah 𝑉 A-K mencapai tegangan cut-of, tegangan ini kira-kira
sebesar 0.2 Volt untuk dioda germanium dan 0.6 Volt untuk dioda silikon. Dengan
pemberian tegangan baterai sebesar ini, maka potensial penghalang (barrier potential)
pada persambungan akan teratasi sehingga arus dioda mulai mengalir dengan cepat.
Bagian kiri bawah dari grafik merupakan kurva karakteristik dioda saat
mendapatkan bias mundur. Disini juga terdapat dua kurva, yaitu untuk dioda
germanium dan silikon. Besarnya arus bias mundur (reverse) untuk dioda germanium
adalah dalam orde mikro ampere dalam contoh ini adalah 1 mA. Sedangkan untuk dioda
silikon adalah dalam orde nanoAmper, dalam hal ini adalah 10 nA (Pranata, 2017)
3. Macam-Macam Dioda
Selain itu macam-macam dioda antara lain:

Gambar 2. Macam-Macam Dida

4. Fungsi Dioda
Menurut Jumadi (2011) dioda memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1) Untuk penyearah arus
2) Untuk penyetabil tegangan
3) Untuk indikator
4) Sebagai saklar
Karakteristik Dioda dapat diketahui dengan cara memasang dioda seri dengan
sebuah catu daya dc dan sebuah resistor. Dengan menggunakan rangkaian tersebut
maka akan dapat diketahui tegangan dioda dengan variasi sumber tegangan yang
diberikan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa dioda adalah komponen aktif dari dua
elektroda (katoda dan anoda) yang sifatnya semikonduktor, jadi dengan sifatnya
tersebut dioda tidak hanya memperbolehkan arus listrik mengalir ke satu arah, tetapi
juga menghambat arus dari arah sebaliknya. Dioda dapat dibuat dari Germanium (Ge)
dan Silikon atau Silsilum (Si). Komponen aktif ini mempunyai fungsi sebagai;
pengaman, penyearah, voltage regulator, modulator, pengendali frekuensi, indikator,
dan switch. (Safitri, 2016)
Diodaakan menghantarkan arus jika tegangan diode (𝑉 AK/anoda-katoda) lebih
dari tegangan Theshold (𝑉 th). Secara teoritis Vth untuk diode silicon 0,6-0,7 V dan pada
0,6-0,7 V dan pada diode Germanium 0,2-0,3 V. (Elin, 2017)
Dioda memiliki 2 kondisi yakni bias maju (forward) dan bias mundur
(reverse).Jika pada dioda kaki anoda diberi tegangan positif dan kaki katoda diberi
tegangan negatif, maka akan terjadi bias maju (forward) dan arus dapat mengalir. Jika
pada diode kaki anoda diberi tegangan anoda diberi tegangan negatif dan kaki katoda
diberi tegangan positif maka akan terjadi terjadi bias mundur (Reserve) dan arus tidak
dapat mengalir di karena area Depletion layer pada dioda melebar. (Igut, 2017)
Kedua kondisi ini memiliki karakteristik, yakni:
a) Bias maju (forward)

Gambar 3. Bias Maju (forward)

Bila dioda diberi tegangan maju, maka dengan tegangan kecil saja (umumnya
kira-kira 0,6 volt) akan mengalir arus maju atau arus akan mengalir dari anoda ke
katoda. Dioda akan bersifat seperti saklar tertutup dan dapat mengalirkan arus listrik.

b) Bias mundur (reverse)

Gambar 4. Bias Mundur (Reverse)

Arus mundur dalam sebuah dioda dihasilkan dari arus pembawa yang tergolong
kecil. Pada banyak aplikasi penggunaannya, arus balik atau mundur dalam dioda
silikon lebih kecil dan tak dapat dilihat. Jadi, arus yang dihasilkan pada dioda
silikon posisi arus mundur hampir mendekati nol.
Pendekatan dioda atau diode approximation adalah metode matematis dalam
memperkirakan perilaku nonlinierdioda nyata untuk memungkinkan perhitungan
dan analisis rangkaian. Ada tiga pendekatan berbeda yang digunakan untuk
menganalisis rangkaian dioda.
• Pendekatan Dioda Pertama
Dalam metode pendekatan pertama, dioda dianggap sebagai dioda bias
maju dan sebagai sakelar tertutup dengan penurunan tegangan nol. Ini tidak
cenderung digunakan dalam keadaan kehidupan nyata tetapi hanya digunakan
untuk perkiraan umum di mana ketepatan tidak diperlukan.

Perumusan :
𝑉
ID = 𝑅

• Pendekatan Dioda Kedua


Dalam pendekatan kedua, dioda dianggap sebagai dioda bias maju
secara seri dengan baterai untuk menghidupkan perangkat. Untuk mengaktifkan
dioda silikon, dibutuhkan 0.7V. Tegangan 0,7V atau lebih besar diumpankan
untuk menghidupkan dioda bias maju. Dioda mati jika tegangan kurang dari
0.7V.

Perumusan :
𝑉−𝑉𝐷
ID = 𝑅

• Pendekatan Dioda Ketiga


Pendekatan ketiga dioda meliputi tegangan dioda dan tegangan pada
resistansi massal, RB. Resistansi massal rendah, seperti kurang dari 1 ohm dan
selalu kurang dari 10 ohm. Resistansi massal, RB sesuai dengan resistansi bahan
p dan n. Resistansi ini berubah berdasarkan jumlah tegangan penerusan dan arus
yang mengalir melalui dioda pada waktu tertentu.

Perumusan :
𝑉−𝑉𝐷
ID = 𝑅+𝑟

LANGKAH KERJA PRAKTIKUM

1. Siapkan laptop ataupun handphone sebagai perangkat yang digunakan untuk


mengakses virtual lab dan pastikan aplikasi proteus 8 demonstration terpasang pada
perangkat anda
2. Pastikan perangkat Anda tersambung dengan jaringan internet.
3. Bukalah aplikasi proteus 8 demonstration. Lalu di bar atas kiri proteus klik

Schematic Capture ( ). Setelah di klik akan muncul seperti ini:


Gambar 5. Tampilan Board

4. Selanjutnya kita cari komponen dan alat yang dibutuhkan. Klik Component Mode (
) di samping kiri, selanjutnya klik yang lambang P (Pick Devices) setelah itu
masukkan keywords “Diode” kita pilih yang Diode 1N4001. Lalu klik “Ok”. Seperti
Gambar dibawah ini:

Gambar 6. Tampilan Pick Devices (Diode)

5. Ulangi langkah ke-3 untuk mencari baterai pilih yang “Battery-(Single Cell)”.

Gambar 7. Tampilan Pick Devices (Battery-(single cell))


6. Ulangi lagi langkah ke-3 untuk mencari resistor

Gambar 8. Tampilan Pick Devices (Resistor)

7. Selanjutnya kita klik Virtual Instruments Mode ( ) . pada bagian ini tempat kita
untuk menggunakan Amperemeter DC dan voltmeter DC.

Gambar 9. Tampilan Instruments Mode (Amperemeter DC)

Gambar 10. Tampilan Instruments Mode (Voltmeter DC)


8. Setelah semua siap lalu kita rangkai bias maju (forward) pada board. Seperti
gambar dibawah ini:
Gambar 11. Rangkaian Bias Maju (Forward)

9. Pada nilai resistor kita ubah menjadi 1kΩ

Gambar 12. Tampian Edit Part Value

untuk Amperemeter DC kita ubah menjadi satuan mA,

Gambar 13. Tampian Edit Component


dan untuk Baterai sebagai tegangan sumber kita ubah menjadi 2V, 4V, 6V, 8V,
dan 10V.
Gambar 14. Tampian Edit Part Value
10. Untuk Mengukur tegangan dan arus yang mengalir pada dioda, dengan cara
mengubah terlebih dahulu tegangan sumber lalu kita klik start di bagian pojok kiri.
Setelah itu kita klik pause lalu catatlah nilai tegangan pada dioda dan arus yang
mengalir pada dioda pada tabel 2.

Gambar 15. Rangkaian Bias Maju (pada 2v)


11. Ulangi langkah 9 untuk bias mundur (reverse), tetapi pada bias mundur ini dioda di
putar sehingga katoda dihubungkan ke kutub positif dan anoda ke kutub negatif.

Gambar 16. Rangkaian Bias Mundur (Reverse)


HASIL PRAKTIKUM

Tabel 2. Hasil Praktikum Bias Maju (Forward)


Bias Maju (Forward)
𝑉 s (V) 𝑅 f (kΩ) 𝐼 f (mA) 𝑉 f (V)
2 1 1,40 0,60
4 1 3,36 0,64
6 1 5,34 0,66
8 1 7,33 0,67
10 1 9,32 0,68

Tabel 3. Hasil Praktikum Bias Mundur (Reverse)


Bias Mundur(Reverse)
𝑉 s (V) 𝑅 r(kΩ) 𝐼 r (mA) 𝑉 f (V)
2 1 0 2
4 1 0 4
6 1 0 6
8 1 0 8
10 1 0 10

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa Dioda adalah komponen


elektronika yang mempunyai dua elektroda (terminal), dan dapat berfungsi sebagai
penyearah arus listrik. Pada praktikum ini tujuan kami adalah mengetahui karakteristik
dioda pada keadaan bias maju (forward) dan bias mundur (reverse) serta
menggambarkan grafik I-V pada forward dan reverse.
Dioda memiliki 2 kondisi bias yakni bias maju (forward) dan bias mundur
(reverse).Pada kondisi forward, bagian anoda dihubungkan pada kutub positif dan
katode pada kutub negatif. Sedangkan pada kondisi reverse kebalikannya bagian anoda
dihubungkan pada kutub negatif dan bagian katoda pada kutub positif.Pada praktikum
bias maju dan bias mundur, kami melakukan 5 kali pengambilan data pada masing-
masing kondisi biasdioda. Tegangan sumber sebagai variabel bebas dan Resistor
1kΩ sebagai variabel konstan. Pada praktikum yang dilakukan tegangan sumber (Vs)
yang digunakan untuk bias maju (forward) dan bias mundur (reverse) adalah sebesar
2V, 4V, 6V, 8V, dan 10V.

Berdasarkan percobaanbias maju (forward)yang telah dilakukan bahwa tegangan


yang masuk pada dioda sebesar 0,60 V, 0,64V, 0,66V, dan 0,68V. Sedangkan arus yang
mengalir pada bias maju (forward) yakni sebesar 1,40mA, 3,36 mA, 5,34 mA, 7,33
mA, dan 9,32 mA. Jika secara sistematis dapat ditulis seperti di bawah ini:
𝑉𝑆 −𝑉𝐹
𝑅= ......................................................................................................(1)
IF

• Mencari arus yang mengalir pada dioda dalam kondisi forward (IF)
𝑉𝑆 −𝑉𝐹
IF = ......................................................................................................(2)
𝑅

Dengan menggunakan rumus pada persamaan 2, kita dapat mencari arus yang
mengalir pada dioda,
2𝑉−0,6𝑉 1,4𝑉
1) IF = = 103𝛺 = 1,4 × 10−3 𝐴 = 1,4𝑚𝐴
1000𝛺
4𝑉−0,64𝑉 3,36𝑉
2) IF = = = 3,36 × 10−3 𝐴 = 3,36𝑚𝐴
1000𝛺 103 𝛺
6𝑉−0,66𝑉 5,34𝑉
3) IF = = = 5,34 × 10−3 𝐴 = 5,34𝑚𝐴
1000𝛺 103 𝛺
8𝑉−0,67𝑉 7,33𝑉
4) IF = = = 7,33 × 10−3 𝐴 = 7,33𝑚𝐴
1000𝛺 103 𝛺
10𝑉−0,68𝑉 9,32𝑉
5) IF = = = 9,32 × 10−3 𝐴 = 9,32𝑚𝐴
1000𝛺 103 𝛺

• Mencari tegangan yang mengalir pada dioda dalam kondisi forward (VF)
𝑉𝑆 − 𝑉𝐹 = IF ∙ 𝑅 .............................................................................................(3)
−𝑉𝐹 = IF ∙ 𝑅 − 𝑉𝑆 .........................................................................................(4)
Dengan menggunakan rumus pada persamaan 4, kita dapat mencari tegangan yang
mengalir pada dioda,
1) −𝑉𝐹 =(1,9 × 10−3 𝐴 × 103 𝛺 ) − 2𝑉
−𝑉𝐹 = 1,4 − 2
−𝑉𝐹 =− 0,6
𝑉𝐹 = 0,6V
2) −𝑉𝐹 =(3,36 × 10−3 𝐴 × 103 𝛺 ) − 4𝑉
−𝑉𝐹 = 3,36 − 4
−𝑉𝐹 =− 0,64
𝑉𝐹 = 0,64𝑉
3) −𝑉𝐹 =(5,39 × 10−3 𝐴 × 103 𝛺 ) − 6𝑉
−𝑉𝐹 = 5,34 − 6
−𝑉𝐹 =−0,66
𝑉𝐹 = 0,66V
4) −𝑉𝐹 =(7,33 × 10−3 𝐴 × 103 𝛺 ) − 8𝑉
−𝑉𝐹 = 7,33 − 8
−𝑉𝐹 =− 0,67
𝑉𝐹 = 0,67𝑉
5) −𝑉𝐹 =(9,32 × 10−3 𝐴 × 103 𝛺 ) − 10𝑉
−𝑉𝐹 = 9,32 − 10
−𝑉𝐹 =− 0,68
𝑉𝐹 = 0,68𝑉
Berdasarkan perhitungan secara teori diperoleh nilai kuat arus yang mengalir dan
tegangan yang masuk pada dioda dalam kondisi bias maju (forward) adalah sama
dengan hasil yang kita dapatkan saat praktikum di virtual lab.
Pada rangkaian bias maju ini, dari data yang telah diperoleh terdapat arus yang
mengalir dan adanya tegangan. Dimana semakin besar sumber tegangan maka semakin
besar arus yang mengalir dan tegangan yang terukur dalam rangkaian. Dalam
percobaan ini elektroda anoda (tipe P) dihubungkan dengan kutub positif dari sumber
tegangan dan elektroda katoda (tipe N) terhubung dengan kutub negatif, maka medan
listrik pada tegangan akan menyebabkan kekurangan ion negatif pada anoda dan ion
positif pada katoda. Akibatnya lebar daerah pergeseran menjadi lebih sempit, sehingga
elektron mampu menembus sambungan sehingga dengan kemampuan dari elektron dan
hole menembus sambungan, maka arus listrik dari sumber tegangan akan mengalir di
dalam dioda dengan arah ini juga terdapat tegangan yang ada pada dioda. Maka hal ini
terjadi secara terus menerus selama rangkaian di gambar tersebut tertutup. Kondisi
inilah yang menyebabkan adanya arus listrik yang mengalir dalam rangkaian.
Maka berdasarkan praktikum bias maju (forward) bahwa teori benar, yakni “Jika
pada dioda kaki anoda diberi tegangan positif dan kaki katoda diberi tegangan negatif,
maka akan terjadi bias maju (forward) dan arus dapat mengali arus dapat mengalir.”
Jika kita gambarkan grafik hubungan I-V dari dioda pada keadaan bias maju
(forward) adalah sebagai berikut:
10
Garafik I-V pada bias maju (forward) 9.32
9
8 7.33
7
6 5.34
IF (mA)

5
4 3.36
3
2 1.4
1 0
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
VF (Volt)

Gambar 17. Grafik Bias Maju (Forward)


Berdasarkan grafik di atas bahwaarus yang mula nya 0 namun pada kondisi
tegangan tertentu ternyata arus naik sangat signifikan.
Selanjutnya Berdasarkan percobaan bias mundur (reverse) yang telah dilakukan
bahwa tegangan yang masuk pada dioda sebesar 2V, 4V, 6V, 8V, dan 10V. Sedangkan
arus yang mengalir pada bias mundur yakni sebesar 0mA, hal ini karena posisi dioda
terbalik (reverse) dan juga pada bias mundur (reverse) tidak ada arus yang mengalir.
Jika secara sistematis dapat ditulis seperti di bawah ini:

𝑉𝑆 −𝑉𝑅
𝑅= .....................................................................................................(1)
IR

• Mencari arus yang mengalir pada dioda dalam kondisi reverse (IR)
𝑉𝑆 −𝑉𝑅
IR = ......................................................................................................(2)
𝑅

Dengan menggunakan rumus pada persamaan 2, kita dapat mencari arus yang
mengalir pada dioda,
2𝑉−2𝑉 0𝑉
1) IR = = 103 𝛺 = 0
1000𝛺
4𝑉−4𝑉 0𝑉
2) IR = = 103 𝛺 = 0
1000𝛺
6𝑉−6𝑉 0𝑉
3) IR = = 103 𝛺 = 0
1000𝛺
8𝑉−8𝑉 0𝑉
4) IR = = 103 𝛺 = 0
1000𝛺
10𝑉−10𝑉 0𝑉
5) IR = = 103 𝛺 = 0
1000𝛺

• Mencari tegangan yang mengalir pada dioda dalam kondisi reverse (VR)
𝑉𝑆 − 𝑉𝑅 = IR ∙ 𝑅 ............................................................................................(3)
−𝑉𝑅 = (IR ∙ 𝑅) − 𝑉𝑆 ......................................................................................(4)
Dengan menggunakan rumus pada persamaan 4, kita dapat mencari tegangan yang
mengalir pada dioda,
1) −𝑉𝑅 =(0 × 103 𝛺 ) − 2𝑉
−𝑉𝑅 = −2
𝑉𝑅 = 2V
2) −𝑉𝑅 =(0 × 103 𝛺 ) − 4𝑉
−𝑉𝑅 = −4
𝑉𝑅 = 4𝑉
3) −𝑉𝑅 =(0 × 103 𝛺 ) − 6𝑉
−𝑉𝑅 =−6
𝑉𝑅 = 6V
4) −𝑉𝑅 =(0 × 103 𝛺 ) − 8𝑉
−𝑉𝑅 = −8
𝑉𝑅 = 8𝑉
5) −𝑉𝑅 =(0 × 103 𝛺 ) − 10𝑉
−𝑉𝑅 = −10
𝑉𝑅 = 10𝑉
Berdasarkan perhitungan secara teori diperoleh nilai kuat arus yang mengalir dan
tegangan yang masuk pada dioda dalam kondisi bias mundur (reverse) adalah sama
dengan hasil yang kita dapatkan saat praktikum di virtual lab.
Dioda dengan bias tegangan mundur Ketika dioda dibias mundur, maka tidak ada
aliran arus listrik yang melewati dioda. Hal ini dikarenakan elekton bebas yang ada
pada tipe N tertarik oleh kutub positif batere dan demikian juga hole pada tipe P
berkombinasi dengan elektron dari baterai, sehingga lapisan pengosongan menjadi
semakin lebar. Dengan semakin lebarnya lapisan pengosongan ini, maka dioda tidak
akan mengalirkan arus listrik. Ketika tegangan bias mundur terus diperbesar, maka pada
suatu harga tegangan tertentu dioda akan rusak, karena pada kondisi ini dioda mencapai
tegangan breakdown.
Maka berdasarkan praktikum bias mundur (reverse) bahwa teori benar, yakni “Jika
pada diode kaki anoda diberi tegangan negatif dan kaki katoda diberi tegangan positif
maka akan terjadi bias mundur (Reserve) dan arus tidak dapat mengalir.”
Jika kita gambarkan grafik hubungan I-V dari dioda pada keadaan bias mundur
(reverse) adalah sebagai berikut:
Grafik Bias Mundur (reverse)
1
0.9
0.8
0.7
0.6
IR (mA)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1 0 0 0 0 0 0
0
0 2 4 6 8 10 12
VR (Volt)

Gambar 18. Grafik Bias Mundur (reverse)


Berdasarkan grafik di atas bahwa VD = VS, sedangkan ID = 0. Arus akan bernilai
Apabila tegangan VA-K yang berpolaritas negatif tersebut dinaikkan terus, maka suatu
saat akan mencapai tegangan patah (break-down) dimana arus kan naik dengan tiba-
tiba. Pada saat mencapai tegangan break-down ini, pembawa minoritas dipercepat
hingga mencapai kecepatan yang cukup tinggi untuk mengeluarkan elektron valensi
dari atom. Kemudian elektron ini juga dipercepat untuk membebaskan yang lainnya
sehingga arusnya semakin besar. Pada dioda biasa pencapaian tegangan break-down ini
selalu dihindari karena dioda bisa rusak.

CONTOH SOAL

1. Tentukan resistansi DCdioda dengan kurva karakteristik seperti gambar 19 pada:


(a) ID = 2mA , (b) ID = 20mA, (c) VD = -10V

Gambar 19. Contoh Soal 1

Penyelesaian:
a. Pada ID = 2mA, VD = 0,5V (dari kurva), maka
𝑉𝐷 0,5𝑉
RD = = 2𝑚𝐴 = 250 Ω
𝐼𝐷

b. Pada ID = 20 mA, VD = 0,8V (dari kurva), maka


𝑉𝐷 0,8𝑉
RD = = 20𝑚𝐴 = 40 Ω
𝐼𝐷

c. Pada VD = 10V ,ID = IS = -1𝜇𝐴 (dari kurva), maka


𝑉𝐷 −10𝑉
RD = = −1𝜇𝐴 = 10 𝑀Ω
𝐼𝐷

2. Berikut gambar dari rangkaian diode, Pakailah pendekatan kedua untuk


memperoleh arus diode pada gambar berikut!

=
Gambar 20. Contoh soal 2
Penyelesaian:
Pada rangkaian terlihat bahwa dioda dalam keadaan bias maju (forward bias),
maka tegangan jatuh dioda sebesar 0,7 Volt. Kita cari tegangan pada tahanan:
VR = 10V – 0,7V = 9,3V
Jadi, kuat arus dioda:
𝑉𝑅 9,3 𝑉
𝐼 = = 5000Ω = 1,86mA
𝑅

3. Tentukan arus yang melalui dioda, bila:


a) Dioda dianggap ideal
b) Digunakan pendekatan pertama dimanadioda yang digunakan adalah dioda
silikon
c) Digunakan pendekatan kedua dengan jenis dioda yang digunakan adalah
silikon dan nilai hambatan dalamnya 100 ohm.

Gambar 21. Contoh soal 3


Penyelesaian :
Dari gambar terlihat ada sebuah sumber tegangan 10 Volt kemudian ada dioda yang
mengarah ke kanan (atau ke arah resistor 1,9k). Dari perintah soal kita di suruh untuk
mencari arus dengan ketentuan bahwa dioda di anggap dioda ideal (atau kita
mengabaikan resistor). Karena resistor di abaikan maka langsung saja kita masukan
rumusnya:

• Untuk perintah yang kedua kita masih sama di suruh untuk mencari arusnya, tetapi
dengan ketentuan dengan menggunakan pendekatan pertama. Langsung saja kita
masukan rumusnya :

• Untuk yang ketiga masih sama, hanya saja dengan pendekatan yang kedua.
Langsung saja kita masukan rumusnya :
BAB 4 TRANSISTOR
TUJUAN PRAKTIKUM

1. Dapat mempelajari dan memahami fungsi transistor sebagai saklar (Switching)


2. Dapat menggunakan transistor sebagai saklar dalam rangkaian aplikasi

ALAT DAN BAHAN

1. Laptop
2. Simulasi aplikasi proteus 8 demonstration
Alat dan Bahan pada simulasi aplikasi
1. Switch
2. Resistor
3. Transistor
4. Led Yellow
5. DC
6. DC Voltmeter
7. DC Ammeter
8. Ground

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Transistor
Transistor adalah komponen semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, pemotong
(switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan
inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber
listriknya. Umumnya, transistor memiliki 3 terminal (kaki), yaitu Basis, Emitor, dan Kolektor.
Transistor memiliki tiga mode operasi utama yaitu mode aktif, cut-off dan saturasi. Tiga
mode operasi Transistor dijelaskan sebagai berikut.
1. Mode Aktif
Dalam mode ini transistor umumnya digunakan sebagai penguat arus. Dalam mode
aktif, dua persimpangan berbeda bias yang berarti persimpangan basis emitor maju bias
sedangkan persimpangan kolektor-basis bias terbalik. Dalam mode ini, arus mengalir
antara emitor dan kolektor dan jumlah aliran arus sebanding dengan arus basis.
2. Mode Cut-off
Dalam mode ini, baik persimpangan basis kolektor dan persimpangan basis emitor
dibiaskan terbalik. Ini pada gilirannya tidak memungkinkan arus mengalir dari kolektor
ke emitor ketika tegangan basis-emitor rendah. Dalam mode ini, perangkat sepenuhnya
dimatikan (OFF) karena arus yang mengalir melalui perangkat adalah nol.
3. Mode Saturasi
Dalam mode operasi ini, baik basis emitor dan persimpangan basis kolektor maju bias.
Arus mengalir bebas dari kolektor ke emitor ketika tegangan basis-emitor tinggi. Dalam
mode ini, perangkat sepenuhnya AKTIF atau ON.

2. Transistor Sebagai Saklar


Saklar dalam dunia elektronik sendiri ada berbagai macam dan jenisnya. Jika
menggunakan transistor sebagai saklar ada kelebihannya yaitu transistor cenderung aman
digunakan karena tidak akan menimbulkan percikan api ketika digunakan. Bentuknya sangat
simpel dan harganya murah. Selain kelebihan pasti ada kekurangannya yaitu arus yang dapat
ditahan oleh transistor cukup kecil, sehingga tidak dapat digunakan pada arus yang sangat
besar. Selain itu akan menyebabkan kerusakan transistor akibat berlebihannya disparsi daya
(Nurma, 2001).
Transistor dapat digunakan sebagai saklar elektronika dengan membuat transistor
tersebut berada dalam kondisi cut-off (saklar terbuka, arus tidak mengalir) atau saturasi (saklar
tertutup, sehingga arus mengalir). Pada daerah saturasi, kolektor dan emitor seakan terhubung
singkat. Arus yang mengalir pada kolektor dan emitor sangat besar, sehingga transistor seperti
saklar tertutup (Surjono, 2011)
Pada dasarnya prinsip kerja transistor sebagai saklar adalah memanfaatkan kondisi
jenuh dan cut-off suatu transistor, dimana kedua kondisi ini bisa diperoleh dengan pengaturan
besarnya arus yang melalui basis transistor. Kondisi jenuh atau saturasi akan diperoleh jika
basis transistor diberi arus cukup besar sehingga transistor transistor mengalami jenuh dan
berfungsi seperti saklar yang tertutup sedangkan kondisi cut-off diperoleh jika arus basis dialiri
oleh arus yang sangat kecil atau mendekati nol ampere, sehingga transistor berfungsi seperti
saklar terbuka. Sebenarnya seri dan jenis transistor memiliki spesifikasi yang berbeda- beda
mengenai arus yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi jenuh ataupun cutt-off. Tapi biasanya
tidak terlalu jauh berbeda kecuali terbuat dari bahan semikonduktor yang berbeda.
Cara kerja transistor sebagai saklar bisa disebut sebagai saklar solid state, merupakan
salah satu aplikasi utama untuk penggunaan transistor dan transistor sebagai saklar digunakan
untuk mengendalikan perangkat elektronika dengan daya tinggi, seperti motor, solenoid atau
lampu, tetapi juga dapat digunakan dalam elektronika digital dan sirkuit gerbang logika digital
(Malvino, 1993).
Ketika transistor sebagai saklar maka akan diperoleh persamaan berikut :

LANGKAH KERJA

1. Siapkan laptop ataupun handphone sebagai perangkat yang digunakan untuk


mengakses virtual lab dan pastikan aplikasi proteus 8 demonstration terpasang pada
perangkat anda
2. Pastikan perangkat Anda tersambung dengan jaringan internet.
3. Buka aplikasi Proteus 8 Demonstration
4. Di bar bagian atas, Klik Shematic Capture

5. Selanjutnya kita cari komponen dan alat yang dibutuhkan, sebelum itu klik
component mode disamping kiri.
6. Lalu cari alat yang akan digunakan dengan klik lambang P (Pick Device) setelah
itu masukkan nama alat yang dicari pada keyword dan klik ok setelah menemukan
alat yang dicari
7. Setelah itu pertama-tama cari alat resistor dengan petunjuk yang ada pada langkah
ke-6

8. Selanjutnya cari Transistor, dengan langkah sebelumnya lalu klik keyword


“2N2369” dan klik ok.

9. Ulangi langkah sebelumnya untuk mencari saklar, dengan keyword “Switch” dan
klik ok
10. Ulangi langkah sebelumnya untuk mencari baterai, dengan keyword “Battery”
kemudian pilih yang battery multi-cell kemudian klik ok.

11. Ulangi langkah sebelumnya untuk mencari LED YELLOW kemudian kita klik ok

12. Selanjutnya cari generator DC di bar bagian kiri, kita klik bagian Generator Mode.
Pilih generator DC, lalu letakkan generator DC di board dibagian ujung sebelah
samping kiri.
13. Setelah itu rangkai alat-alat yang telah dipilih seperti pada gambar dibawah ini

14. Selanjutnya di bar bagian kiri, klik instruments dan pilih DC Voltmeter berserta
DC Ammeter, kemudian letakan seperti pada gambar dibawah ini.

15. Kemudian tambahkan ground dengan klik terminals mode di bar sebelah kiri dan
klik ground, lalu letakkan ground dan rangkai alat seperti pada gambar dibawah
ini
16. Selanjutnya sebelum memulai simulasi ganti nilai resistor 1 ke 100Ω, resistor 2 ke
1kΩ, batrei dengan nilai 6v, DC Ammeter menjadi miliamps
17. Setelah dilakukan pergantian maka simulasi dapat dilakukan dengan klik tombol
play
18. Pada percobaan pertama buat nilai DC menjadi 0v perhatikan lampu menyalah
dan catat nilai yang terdapat pada DC Voltmeter Berserta DC Ammeter
19. Selanjutnya lakukan langkah ke-18 untuk percobaan selanjutnya secara berulang
dengan nilai DC diganti menjadi 2v, 4v, dan 6v.
20. Kemudian lanjutkan pada percobaan kedua dengan menganti baterai menjadi 9v
dan nilai DC seperti langkah 18 dan 19 lalu, catat hasil percobaan pada hasil
praktikum.

HASIL PRAKTIKUM

• Praktikum Pertama Baterai/Vcc 6V


No Vin RB(V) Rc(V) IB(mA) IC(mA) R1 R2 L1 LED
1 0 0,00 0,00 0,00 0,00 100Ω 1kΩ 0,00 Mati
2 2 0,70 3,67 6,97 3,67 100Ω 1kΩ 2,20 Redup
3 4 1,79 3,67 17,9 3,67 100Ω 1kΩ 2,20 Redup
4 6 2,50 3,67 29,0 3,67 100Ω 1kΩ 2,20 Redup

• Praktikum Kedua Baterai/Vcc 9V


No Vin RB1(V) RB2(V) IB(mA) IC(mA) R1 R2 L1 LED
1 0 0,00 0,00 0,00 0,00 100Ω 1kΩ 0,00 Mati
2 2 0,67 6,57 6,95 6,57 100Ω 1kΩ 2,22 Terang
3 4 1,79 6,57 17,9 6,57 100Ω 1kΩ 2,22 Terang
4 6 2,90 6,57 29,0 6,57 100Ω 1kΩ 2,22 Terang

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dibahas transistor sebagai saklar. Dimana transistor sendiri
merupakan suatu komponen aktif dibuat dari bahan semikonduktor sedangkan saklar
merupakan alat penyambung atau pemutus aliran listrik. Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu
untuk mempelajari dan memahami fungsi transistor sebagai saklar (Switching) dan dapat
menggunakan transistor sebagai saklar dalam rangkaian aplikasi.
Pada percobaan pertama ini dilakukan beberapa kali percobaan dengan tegangan baterai
atau Vcc sebesar 6 volt, R1 sebesar 100Ω dan R2 1kΩ, kemudian pada rangkaian dialiri
arus/tegangan (Vin) berbeda tiap percobaan, adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu
laptop, aplikasi proteus 8 demonstration, kemudian pada alat dan bahan yang digunakan
didalam aplikasi simulasi yaitu, switch, resistor, transistor, led yellow, DC, DC Voltmeter, DC
Ammeter dan juga Ground. Selanjutnya mode yang digunakan cut-off dan saturasi. Kemudian
dilakukan percobaan dengan saklar terbuka pada tiap percobaan dihasilkan lampu tidak
menyala dikarnakan tidak ada arus yang mengaliri. Pada percobaan pertama Vin yang
digunakan sebesar 0volt kemudian saklar atau switch tertutup/ON menghasilkan tegangan pada
RB sebesar 0,00v, Rc 0,00v, IB 0,00 mA, IC 0,00 mA, dan L1 0,00v dengan keadaan lampu mati
atau tidak menyala hal ini dikarnakan basis arusnya sangat kecil. Selanjutnya pada percobaan
kedua Vin yang digunakan sebesar 2volt kemudian saklar atau switch tertutup/ON
menghasilkan tegangan pada RB sebesar 0,70v, Rc 3,67v, IB 6,97 mA, IC 3,67 mA, dan L1 2,20v
dengan keadaan lampu hidup namun redup hal ini dikarnakan basis arus yang mengalir tidak
terlalu besar atau masih tergolong kecil. Kemudian pada percobaan ketiga Vin yang digunakan
sebesar 4volt kemudian saklar atau switch tertutup/ON menghasilkan tegangan pada RB sebesar
1,79v, Rc 3,67v, IB 17,9 mA, IC 3,67 mA, dan L1 2,20v dengan keadaan lampu hidup namun
redup hal ini dikarnakan sama seperti percobaan sebelumnya, basis arus yang mengalir tidak
terlalu besar atau masih tergolong kecil. Terakhir pada percobaan keempat Vin yang digunakan
sebesar 6volt kemudian saklar atau switch tertutup/ON menghasilkan tegangan pada RB sebesar
2,50v, Rc 3,67v, IB 29,0 mA, IC 3,97 mA, dan L1 2,20v dengan keadaan lampu hidup namun
redup hal ini dikarnakan basis arus yang mengalir tidak terlalu besar atau masih tergolong kecil.
Pada percobaan kedua sama seperti percobaan pertama dilakukan beberapa kali
percobaan namun dengan tegangan baterai atau Vcc sebesar 9 volt, R1 sebesar 100Ω dan R2
1kΩ, kemudian pada rangkaian dialiri arus/tegangan (Vin) berbeda tiap percobaan, adapun alat
dan bahan yang digunakan tetap sama yaitu laptop, aplikasi proteus 8 demonstration, kemudian
pada alat dan bahan yang digunakan didalam aplikasi simulasi yaitu, switch, resistor, transistor,
led yellow, DC, DC Voltmeter, DC Ammeter dan juga Ground. Selanjutnya sama seperti
sebelumnya mode yang digunakan cut-off dan saturasi. Kemudian dilakukan percobaan dengan
saklar terbuka pada tiap percobaan dihasilkan lampu tidak menyala dikarnakan tidak ada arus
yang mengaliri. Pada percobaan pertama Vin yang digunakan sebesar 0volt kemudian saklar
atau switch tertutup/ON menghasilkan tegangan pada RB sebesar 0,00v, Rc 0,00v, IB 0,00 mA,
IC 0,00 mA, dan L1 0,00v dengan keadaan lampu mati atau tidak menyala hal ini dikarnakan
basis arusnya sangat kecil. Selanjutnya pada percobaan kedua Vin yang digunakan sebesar
2volt kemudian saklar atau switch tertutup/ON menghasilkan tegangan pada RB sebesar 0,67v,
Rc 6,57v, IB 6,95 mA, IC 6,57 mA, dan L1 2,22 dengan keadaan lampu hidup dengan terang hal
ini dikarnakan basis arus yang mengalir lebih banyak atau tergolong besar. Kemudian pada
percobaan ketiga Vin yang digunakan sebesar 4volt kemudian saklar atau switch tertutup/ON
menghasilkan tegangan pada RB sebesar 1,79 v, Rc 6,57v, IB 17,9 mA, IC 6,57 mA, dan L1 2,22
dengan keadaan lampu hidup dengan terang hal ini sama seperti sebelumnya basis arus yang
mengalir lebih banyak atau tergolong besar. Terakhir pada percobaan keempat Vin yang
digunakan sebesar 6volt kemudian saklar atau switch tertutup/ON menghasilkan tegangan pada
RB sebesar 2,90v, Rc 6,57v, IB 29,0 mA, IC 6,57 mA, dan L1 2,22 dengan keadaan lampu hidup
dengan terang hal ini dikarnakan basis arus yang mengalir lebih banyak atau tergolong besar.
Dari dua percobaan yang telah dilakukan terdapat perbedaan nyala lampu antara percobaan
pertama dan kedua. Pada percobaan pertama lampu yang hidup/menyala lebih redup kemudian
pada percobaan kedua lampu menyala lebih terang dari pada percobaan sebelumnya hal ini
dikarnakan semakin besar tegangan pada baterai/Vcc maka semakin terang nyala lampunya.

CONTOH SOAL

1. Sebuah transistor NPN mempunyai penguatan (hFE) 100 kali dan IC= 20mA. Jika
tegangan Vcc = 5 Volt, maka RB (Resistor pada Basis) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan arus Basis agar transistor menjadi ON ?
Penyelesaian :
• 20 mA = 0,02 A
hFE = 100
hFE = IC / IB
100 = 20 / IB
IB = 0,02 / 100
IB = 0,0002 A (0,2 mA)
• VBE = 0,6-0,7 Volt (Tegangan Basis-Emitor). Tegangan ini nilainya tetap.
• Vin = 5 Volt
• RB = (Vin - VBE) / IB
= (5 - 0,6) / 0,0002
= 4,4 / 0,0002
= 22000 Ohm
= 22 Kohm
Pada gambar di atas, lampu L1 akan menyala jika Basis diberi tegangan 5 Volt dan
akan padam ketika Basis (Vin)= 0 Volt. Pada saat L1 On, transistor bekejra seperti
saklar tertutup dan ketika L1 Off, transistor bekerja seperti saklar terbuka. Transistor
sebagai saklar ini menjadi cikal-bakal pembuatan IC Digital logika (logic gate)
2. Hitunglah arus LED pada Gambar Rangkaian transistor sebagai sumber arus dibawah
ini.

Penyelesaian :
Karena tegangan emitor di bootstrap terhadap tegangan input sebesar 0,7 Volt, maka
besarnya tegangan tahanan emitor sebesar 1,3 Volt. Sehingga arus emitornya adalah

Karena lc besarnya mendekati lE. maka lc=IE= 13 mA


Perhatikan bahwa disini tegangan jatuh LED tidak diperhitungkan, karena transistor
bekerja sebagai suatu sumber arus.
GLOSARIUM

Alternating Current listrik yang besarnya dan arah arusnya selalu berubah-
ubah dan bolak-balik.
Capasitance ukuran banyak muatan listrik yang disimpan (atau
dipisahkan) untuk sebuah potensial listrik yang telah
ditentukan.
Dioda komponen elektronika yang terbuat dari bahan
semikonduktor.
Direct current arus listrik searah
Fixed Resistor salah satu jenis Resistor yang mempunyai nilai
resistansinya tetap.
Kapasitor komponen elektronika yang berfungsi menyimpan
muatan listrik dalam jangka waktu tertentu.
Kapasitas kapasitor kemampuan sebuah rangkaian kondensator untuk
menyimpan muatan listrik.
Kapasitor keping sejajar kapasitor yang memiliki dua keping konduktor dengan
luas yang sama.
Light Dependent Resistor salah satu jenis Resistor yang nilai Resistansinya
dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya.
Osilator suatu rangkaian elektronika yang menghasilkan
sejumlah getaran atau sinyal listrik secara periodik
dengan amplitudo yang konstan
Power Supply komponen yang memasok daya ke satu atau bahkan
lebih beban listrik. Jadi, power supply ini dirancang
untuk mengubah beberapa bentuk energi yang berbeda,
seperti matahari, energi mekanik, kimia, hingga listrik.
Rangkaian listrik seri suatu rangkaian listrik, di mana input suatu komponen
berasal dari output komponen lainnya.
Resistor salah satu komponen elektronika yang memiliki nilai
hambatan tertentu berfungsi untuk menghambat atau
membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu
rangkaian elektronika
Thermistor salah satu Jenis Resistor yang nilai resistansinya bisa
dipengaruhi oleh suhu.
Transistor komponen semikonduktor yang dipakai sebagai
penguat, pemotong (switching). stabilisasi tegangan,
modulasi sinyal atau fungsi lainnya.
Variable Resistor salah satu jenis Resistor yang nilai resistansinya bisa
berubah dan diatur sesuai dengan keinginan.
DAFTAR PUSTAKA

Academia. “Laporan Pratikum Transistor Sebagai Saklar Elektronik”


https://academia.co.id/laporan-pratikum-transistor-saklar-elektronik/.
Diakses pada 30 september 2022 pukul 14.34 WIB
Arifin A. 2021. “Inilah 5 Jenis Transistor Yang Umum Digunakan”
https://www.carailmu.com/2021/06/jenis-jenis-transistor.html#.
diakses pada 30 September 2022 pukul 13.25 WIB
Badi.2022. Kapasitor.https://thecityfoundry.com/kapasitor/ (Diakses pada
tanggal 17September 2022)
Basri, I. Y., & Irfan, D. (2018). Komponen Elektronika. Darusalam, U. Modul Bahan
Ajar Mata Kuliah Listrik dan Magnet.
Dickson Kho. 2022. Rangkaian Seri dan Paralel Kapasitor serta Cara Menghitung
Nilainya.https://teknikelektronika.com/rangkaian-seri-dan-paralel-kapasitor serta-
cara- menghitung-nilainya/ (Diakses pada tanggal 17 September 2022)
Dwi Febrianto.2021. Komponen elektronika. https://www.sdf-
aviation.com/Kapasitor(Diakses pada tanggal 17 September 2022)
Elin, T. L. (2017). Modul Praktikum Elektronika Dasar II. Malang.
Firdausa, Anindita Sarah.2022. Kapasitor: Pengertian, Prinsip Kerja,
Jenis. https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/02/150000469/kapasitor-
pengertian- prinsip-kerja-jenis-dan-fungsi. (Diakses pada tanggal 17 September 2022)
GuruPendidikan.2022.Pengertiankapasitor. https://www.gurupendidikan.co.id/pengerti
n-kapasitor/ (Diakses pada tanggal 17 September 2022)
Hidayat, W. (2012). APLIKASI MENGHITUNG NILAI RESISTOR BERBASIS
DEKSTOP (Doctoral dissertation, STMIK AKAKOM Yogyakarta).
Hidayatullah,Sunan Sarif.2020. PRINSIP KERJA KAPASITOR DAN
FUNGSI KAPASITOR. https://www.belajaronline.net/2020/09/prinsip-kerja-
kapasitor-dan- fungsi-kapasitor.html (Diakses pada tanggal 17 September 2022)
Hidayatullah, S.S. (2020). Perbedaan Bias Maju Dan Bias Mundur. Diambil kembali
dari https://www.belajaronline.net/2020/01/perbedaan-bias-maju-dan-bias-
mundur.html
Igut, H. J. (2017). Laporan Praktikum Elektronika Dasar II. Malang.
Ilham Choirul Anwar.2021.Rumus Rangkaian Kapasitor Seri dan
Paralel Serta Penjelasannya. https://tirto.id/rumus-rangkaian-kapasitor-seri-
dan-paralel-serta- penjelasannya-gjiB. (Diakses pada tanggal 12 September 2022)
Jumadi. (2011). Materi V Dioda : Operasi, Jenis Dan Fungsi . Diambil kembali dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Jumadi,%20M.Pd.,%20Dr./Operasi
,%20jenis%20&%20fungsi%20dioda.pdf
Kho D. 2021. “Transistor Sebagai Sakelar (Switch) – Cara Kerja dan
Perhitungannya”.https://teknikelektronika.com/transistor-sebagai-
sakelar-switch-cara-kerja-perhitungannya/. Diakses pada 30
September 2022 pukul 13.20 WIB
Kuncoro MA. 2017. “Laporan Praktikum Tansistor Sebagai Switching”
https://www.scribd.com/document/367812936/Laporan-Praktikum-
Tansistor-Sebagai-Switching. Diakses pada 13.39 WIB
Pakaya MI. 2018. “Laporan Elektronika Transistor Sebagai Saklar
Elektronik”.https://isranpakaya.blogspot.com/2021/10/Laporan-
Elektronika-Transistor-Sebagai-Saklar-Elektronik.html. diakses pada 30
September 2022 pukul 13.00 WIB
Pertiwi, S., Sudjito, D. N., & Rondonuwu, F. S. (2019). Perancangan Pembelajaran
Fisika tentang Rangkaian Seri dan Paralel untuk Resistor Menggunakan
Understanding by Design (UbD). Jurnal Sains dan Edukasi Sains, 2(1), 1-7
Pranata, K. B. (2017). Bahan Ajar Elektronika Dasar II. Malang.
Prasti, D., & Djusmin, V. B. (2015). Aplikasi Menghitung Nilai Hambatan Resistor
(Studi Kasus Pada Mata Kuliah Elektronika). d'ComPutarE: Jurnal Ilmiah
Information Technology, 2(2), 15-25
Risa. (2018). Contoh-contoh soal DiodaTransistor
Rosman, A., Risdayana, R., Yuliani, E., & Vovi, V. (2020). KARAKTERISTIK
ARUS DAN TEGANGAN PADA RANGKAIAN SERI DAN RANGKAIAN
PARALEL DENGAN MENGGUNAKAN RESISTOR. d'ComPutarE: Jurnal Ilmiah
Information Technology, 9(2),40-43
Safitri, E. Y. (2016). Laporan Praktikum Iiikarakteristik Dioda Dan Transformator.
Diambil kembali dari
academia.edu:https://www.academia.edu/32478165/LAPORAN_PRAKTIKUM_III_e
lektronika_docx
Saranilmu.2019. Kapasitor (Nilai tetap dan Variable) :Pengertian Serta Jenis
jenisnya Terlengkap. https://bprsku.co.id/kapasitor-pengertian-dan-jenis-jenisnya-
terlengkap/ (Diakses pada tanggal 17 September 2022)
Sekitar Fisika. 2018.Pengertian Kapasitor, Prinsip Kerja, Fungsi dan Jenis
Kapasitor.http://sekitarkita0.blogspot.com/2018/09/pengertian-kapasitor-jenis-dan-
fungsi-kapasitor.html (Diakses pada tanggal 17 September 2022)
Sekolah Kuliah Kerja, Tuesday, April 26, 2016. Contoh Soal Seputar Dioda (Lengkap).
Supermipa. 2021. “Laporan Praktikum Transistor Sebagai Saklar”.
https://www.supermipa.com/2019/04/laporan-praktikum-transistor-
sebagai.html. diakses pada 30 September 2022 pukul 13.12 WIB
Syahrizal Dwi Febrianto. 2021. komponen Elektronika kapasitor.
aviation.com/Kapasitor#:~:text=Fungsi%20Kapasitor,-
Pada%20Peralatan%20Elektronika&text=Sebagai%20Penyimpan%20arus%20atau%
20 tegangan,menghambat%20arus%20DC%20(Direct%20Current) (Diakses pada
tanggal17 September 2022)
Widieharto, A, dkk. 2009. Rangkaian Listrik Resistor. Universitas Negeri Jakarta
Yuliana, E., & Puspita, S. C. Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel (E1).

Anda mungkin juga menyukai