Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN STUDI LAPANGAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI

Penyusun VIII C:

1. Alfhis Chandratika Wardhani/02


2. Arnold Valentino Silalahi/05
3. Brian Panderson Parhusip/08
4. Clara Gendhis Renjana Putri Santawan/10
5. Lita Octasari Siregar/21
6. Maria Dinda Putri Kinasih/22
7. Pradipta Bayudya Nugroho/24
8. Rafi Bintang Pradhana/26
9. Rio Efrata Tarigan/29
10. Rudni Roseanne Sibuea/30
11. Tzipora Victoria Livny King/33

SMP Strada Budi Luhur


Jl. Ir. H. Djuanda No. 164 Bekasi Timur
Tahun Pelajaran 2022/ 2023
Kata Pengantar

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang


Maha Esa karena berkat kebaikan dan bimbingan-Nya dalam
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Studi Lapangan
Gedung Juang 45 Bekasi”. Laporan ini disusun oleh kami selaku
kelompok tiga untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan IPS.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kepala Sekolah SMP Strada Budi Luhur yang telah memberi


kesempatan kepada kami untuk belajar di luar kelas.
2. Wali kelas yang telah mendampingi pada waktu studi
lapangan.
3. Guru bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam
pembuatan karya tulis ini.
4. Kakak-kakak yang membimbing kami selama studi lapangan.
5. Teman-teman yang membantu dalam proses pengumpulan
informasi-informasi untuk laporan.

Kami pun mengetahui laporan ini jauh dari kata sempurna.


Semoga para pembaca berkenan untuk memaafkan jika dalam
laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu
kami mohon untuk pembaca berkenan memberikan saran dan kritik
yang membangun bagi kami. Sehingga, di penyusunan laporan
selanjutnya, kami bisa menyajikan sesuatu yang lebih baik.
Terimakasih.

Bekasi, 31 Maret 2023


Daftar Isi

Kata Pengantar 2
BAB I 4
Pendahuluan 4
I. Latar Belakang 4
II. Tujuan 5
III. Metodologi 5
IV. Rumusan Masalah 6
V. Arti Judul 6
VI. Alat dan Bahan 7
BAB II 8
Isi Laporan 8
BAB III 12
Penutup 12
VII. Kesimpulan 12
VIII. Saran 12
Lampiran 13
BAB I

Pendahuluan

I. Latar Belakang

SMP Strada Budi Luhur sebagai bagian dari


perkumpulan Strada yang menggunakan Pola Pembelajaran
Refleksi. Pola pembelajaran ini menuntut siswa untuk
mengalami belajar secara langsung kemudian
direnungkan/refleksi sehingga diharapkan siswa dapat
memahami apa yang dipelajarinya.
Bertolak dari hal tersebut maka SMP Strada Budi Luhur
membuat program pembelajaran diluar kelas dengan kegiatan
Studi Lapangan. Diharapkan siswa dapat belajar dengan
langsung mengamati sumber belajar yang ada di luar kelas.
Sehingga siswa dapat belajar pengetahuan, nilai nilai
kehidupan dengan belajar bersama teman-temannya. Selain
itu juga dapat menambah wawasan siswa mengenai suatu
obyek yang dikunjungi dan sebagai kegiatan wisata.
Kegiatan belajar di luar kelas tahun pelajaran 2022/2023
dilaksanakan dengan tujuan ke Gedung Juang 45 Bekasi yang
beralamat di Jl. Sultan Hasanudin No.39, Mekarsari, Kec.
Tambun Sel., Kabupaten Bekasi, Jawa Barat 17510.
II. Tujuan

SMP Strada Budi Luhur mengadakan studi lapangan di


Gedung Juang 45 dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mempelajari secara langsung tentang sejarah Bekasi
dari sebelum masa penjajahan sampai masa
kemerdekaan.
2. Mempelajari nilai-nilai kehidupan, yaitu unggul dalam
prestasi, kedisiplinan, pelayanan, kejujuran, kepedulian,
dan tanggung jawab.
3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan siswa.
4. Menimbulkan semangat siswa dalam belajar.
5. Mengenal tokoh-tokoh yang berjuang dan letak
geografis Bekasi.

III. Metodologi

Dalam studi lapangan pada waktu itu, metode yang kami


lakukan adalah:
1. Merekam
Metode ini dipakai untuk merekam suara narasumber.
2. Menulis
Metode ini dipakai pada waktu mencatat dari sumber
belajar atau narasumber.
3. Pengambilan gambar
Metode ini dipakai untuk mengambil gambar sebagai
lampiran.
4. Observasi
Penulis mengunjungi langsung sumber belajar untuk
mengamati.
5. Diskusi
Metode ini dipakai saat menyusun laporan.

IV. Rumusan Masalah

Berupa pertanyaan yang akan dijawab pada Bab II,


Pembahasan/Isi Laporan.
Pertanyaan:
1. Jelaskan secara singkat sejarah berdirinya Gedung
Juang sampai menjadi museum Bekasi saat ini!
2. Sebutkan pemimpin wilayah Kabupaten Bekasi dari
pertama sampai saat ini. Tulis nama dan tahun masa
jabatannya.
3. Jelaskan sejarah terbentuknya atau berdirinya wilayah
atau munculnya nama Bekasi!
4. Sebutkan isi secara keseluruhan dari museum Bekasi
dan contoh peninggalan-peninggalan sejarah yang
terdapat dalam museum tersebut!

V. Arti Judul

Karya Tulis Ini berjudul “Laporan Studi Lapangan Gedung


Juang 45 Bekasi”. Menurut KBBI, “laporan” memiliki arti
segala sesuatu yang dilaporkan. Sedangkan arti “studi
lapangan” adalah bentuk pembelajaran outdoor yang
dimana terjadi kegiatan observasi untuk mengungkap
fakta-fakta dengan cara turun langsung ke lapangan. Dan
gedung tersebut diberikan nama Gedung Juang karena
perjuangan rakyat Bekasi dalam merebut wilayah. Dengan
demikian, arti dari judul laporan tersebut adalah “Kegiatan
pembelajaran outdoor yang melibatkan kegiatan observasi
dengan terjun langsung ke lokasi, yaitu Gedung Juang 45
dan kemudian harus dilaporkan”.

VI. Alat dan Bahan

Dalam kegiatan studi lapangan ini, ada beberapa alat dan


bahan yang kami gunakan. Alat yang kami gunakan adalah
papan jalan, alat tulis, serta handphone/kamera. Dan bahan
yang digunakan adalah LKS, kertas, informasi tertulis
(internet), informasi pemandu, dan sumber belajar
langsung di lokasi studi.
BAB II

Isi Laporan

Pada tahun 1906, Maatschappij Khouw Tjeng Kie yang


dikelola oleh Khouw Oei Hoen, membangun sebuah rumah besar
yang dikenal dengan sebutan Landhuis Tamboen atau masyarakat
menyebutnya Gedung Tinggi. Khouw Oei Hoen merupakan anak
pertama Khouw Tjeng Tjoan dan salah seorang cucu Khoow Tjian
Sek, pemilik Tanah Partikelir Tambun sejak 1841. Bangunan-
bangunan yang memiliki angka tahun 1910 tersebut diperkirakan
difungsikan sebagai bangunan service (penunjang) untuk segala
aktivitas di Landhuis Tamboen. Pada tahun 1910 dan 1926,
Landhuis Tamboen direnovasi ringan oleh pemiliknya. Gedung ini
memiliki gaya arsitektur campuran gaya bangunan Eropa dan
Tianghoa, yang disebut sebagai compradoric. Pada tahun 1942-
1945, Gedung Tinggi diambil alih oleh Pemerintah Militer Jepang
dan dijadikan sebagai dapur umum bagi tentara Jepang. Pada masa
Perang kemerdekaan, pemerintah Indonesia mengambil alih
Gedung Tinggi untuk dijadikan sebagai Markas Tentara Keamanan
Rakyat. Gedung ini juga pernah menjadi kantor sementara Bupati
Jatinegara, KNID, dan PKPRI. Pada awal 1949, Gedung Tinggi
diambil NICA dan pada tahun 1950 diambil alih kembali oleh
Pemerintah Indonesia dan dijadikan sebagai Kantor Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bekasi. Dari tahun 1951 sampai 1962,
pernah dijadikan Markas Batalyon Kian Santang (Kodam
III/Siliwangi), tempat persidangan DPRD, DPRD-P, DPRD TK II
Bekasi dan DPRD-GR. Pada 1962, gedung ini dibeli Pemerintah
Jawa Barat dan digunakan sebagai kantor Dinas Pertanian, Kantor
Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (BP-7) Kabupaten Bekasi, dan Kantor
Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kabupaten Bekasi.
Kemungkinan besar nama bangunan berubah menjadi Gedung
Juang 45 Bekasi ketika dijadikan sebagai Kantor LVRI Kabupaten
Bekasi. Saat ini Gedung Juang 45 Bekasi sudah berubah menjadi
Museum Digital Gedung Juang 45 Bekasi. Museum digital ini
diresmikan pada tanggal 20 Maret 2021 oleh Bupati Bekasi Eka
Supria Atmaja.

Pada tahun 1951, K. H. Noer Ali menjadi pemimpin pertama


wilayah Kabupaten Bekasi. Yang kemudian di tahun yang sama,
1951, Suhandan Umar menjadi pemimpin kedua dari wilayah
Kabupaten Bekasi. Sampurno Kolopaking menjadi pemimpin
Kabupaten Bekasi menjabat pada tahun 1951-1958. Kemudian
pada tahun 1958-1960 R. Son Prawira Adiningrat menjadi buapti
Bekasi yang ke-4. Pada tahun 1960, M. Nausan menjabat dan
kemudian pada tahun 1960-1967, Maun Alias Ismaun menjadi
pemimpin wilayah Kabupaten Bekasi yang ke-6. M. Soekat
Soebandi menjabat sebagai bupati pada tahun 1967-1973. Pada
tahun 1973-1983, H. Abdul Fatah menjadi bupati Bekasi yang ke-8.
H. Suko Martono menjadi bupati Bekasi yang ke-9 pada tahun 1983-
1993. Kemudian, pada tahun 1993-1998, H. Moch. Djamhari menjadi
bupati Bekasi. Pada tahun 1998-2004, H. Wikanda Darmawijaya
menjadi bupati Bekasi yang ke-11. Dr. H. Herry Kusaery pada tahun
2006 menjabat menjadi Bupati Bekasi yang ke-12. Pada tahun 2006-
2007, Drs. H. Tenny Wishramwan menjadi menjadi bupati.
Kemudian pemimpin wilayah Bekasi yang ke-15 adalah Dr. H.
Saadudin, MM. Kemudian ada bupati wanita pertama, yaitu Dr. Hj.
Neneng Hassanah Yasin yang menjabat pada tahun 2012-2017. Dan
pemimpin yang terakhir, yaitu Eka Supria Atmaja, SH yang
menjabat dari tahun 2017-sekarang.

Kota Bekasi disebut sebagai kota Patriot ini merupakan pusat


dari kerajaan Tarumanegara sebagai kota Dayeuh Sundasembawa
atau Jayagiri dan menjadi Ibu Kota kerajaan Tarumanegara. Salah
satu peninggalan kerajaan Tarumanegara yaitu sungai Bekasi atau
sungai Chandrabaga yang pada saat itu untuk mengairi sawah-
sawah serta sumber mata air bagi rakyat kerajaan itu. Chandrabaga
merupakan tulisan yang ada dalam Prasasti Tugu. Prasasti Tugu
merupakan salah satu prasasti yang paling terkenal yang berasal
dari Kerajaan Tarumanegara. Karena perkembangan jaman, kata
“Chandrabaga” berubah menjadi “Bagasasi”. Namun karena orang
dulu cadel, akhirnya berubah menjadi “Bekasi”. Dulu Bekasi
merupakan ibukota Kerajaan Tarumanegara, yang diberi nama
Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri. Pada jaman Hindia Belanda,
Bekasi masih merupakan Kewedanan, termasuk Regentschap
(Kabupaten) Meester Cornelis. Pada waktu itu, kehidupan
masyarakat masih dikuasai oleh para tuan tanah keturunan Cina.
Pada tanggal 17 Februari 1950, terdapat setidaknya sekitar 40.000
orang yang melakukan unjuk rasa di alun-alun Bekasi. Rakyat
Bekasi mengajukan usul kepada pemerintah untuk segera
mengubah Kabupaten Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi.
Kemudian pada UU No.14/1950, terbentuklah Kabupaten Bekasi.
Peresmian Kota Administratif Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam
Negeri pada tanggal 20 April 1982.

Di dalam museum ini, ada banyak ruangan yang menampilkan


foto-foto sejarah Bekasi dari sebelum masa penjajahan sampai
masa kemerdekaan. Terdapat pula ruang digital sejarah gedung. Di
ruangan yang pertama, kita dapat melihat para pemimpin
Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun. Di ruangan selanjutnya
terdapat pula ruangan yang menjelaskan Manusia Buni. Di bagian
depan Gedung Juang (pintu masuk), terdapat beberapa replika dari
prasasti-prasasti jaman dulu. Juga ada ruang pojok membaca yang
berada di samping gedung. Ada pula replika kapal yang digunakan
Belanda untuk berlayar ke Indonesia. Kemudian Lukisan Batavia
tahun 1620-an, gambar peta daerah Bekasi pada Abad XVII, ilustrasi
Entong Tolo, gambar kuliner-kuliner Bekasi, peninggalan Manusia
Buni (gerabah, bandul, batu, beliung, tulang binatang), dan lainnya.
BAB III

Penutup

VII. Kesimpulan

Dari hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan


bahwa Gedung Juang sangat cocok untuk dijadikan
tempat belajar dan mengenal sejarah Kota Bekasi.
Gedung Juang memiliki tempat-tempat yang sangat
cocok untuk dijadikan tempat berfoto (aesthetic).

VIII. Saran

1. Siswa sangat perlu belajar keluar kelas agar tidak


merasa jenuh.
2. Pembelajaran outdoor ini sangat penting karena
siswa dapat mengalami, melihat, dan belajar secara
langsung mengenai materi Sejarah Bekasi.
3. Kami berharap semoga kegiatan studi lapangan
dilakukan secara rutin tiap tahunnya dengan lokasi
yang berbeda-beda sehingga dapat menambah
pengalaman dan pengetahuan kami.
Lampiran

Situs Buni: Beliung

Kerangka Manusia Buni 1


Replika Kapal 1

Perebutan Kekuasaan Mataram 1

Lagu Melati di Tapal Batas 1

Quotes Ir. Soekarno 1

Anda mungkin juga menyukai