Anda di halaman 1dari 35

YAYASAN SADO AAN SUGIANTO MAS

KOMUNITAS teATeR SADO KUNINGAN


Jln. Otista No. 888 RT 04 RW 06 Lingkungan Lamepayung - Sawahwaru
Kel. Kuningan, Kec. Kuningan, Kab. Kuningan, Prov. Jawa Barat
E-mail: teatersado1997@gmail.com, WhatsApp: 0821-3003-6161
Nomor Induk Kesenian: 2023116518 (TDOK No: 430/48/Kebudayaan)

Nomor : 027/SADO/I/2023 30 Januari 2023


Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Perihal : Panduan Workshop Teater bagi Siswa, Pameran Karya Guru dan
Festival Teater Pelajar

Kepada
Yth. Kepala SMP, MTs, SMA, SMK, dan MA se-Kabupaten Kuningan
di Kuningan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Dengan hormat kami sampaikan salam silaturahim, semoga Allah Yang Maha Kuasa
senantiasa memberikan kesuksesan dan keberkahan kepada kita dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari.

Dipermaklumkan bahwa untuk menindaklanjuti kegiatan Workshop Teater Guru Bahasa


Indonesia dan Seni Budaya yang telah dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 25 Januari 2023,
dan untuk melengkapi informasi yang telah kami sampaikan sebelumnya, dengan ini kami
sampaikan Panduan Workshop Teater bagi Siswa, Pameran Karya Guru dan Festival
Teater Pelajar sebagai pedoman atau acuan bagi sekolah.

Demikian panduan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja sama dari Bapak/Ibu, kami
ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Mengetahui
Ketua Yayasan Sado Aan Sugianto Mas, Ketua Komunitas teATeR Sado,

Bias Lintang Dialog, S.H., M.Kn. Edi Supardi, M.Pd.


BAGAIMANA CARANYA MENGIKUTI ?
WORKSHOP TEATER
PAMERAN KARYA GURU
FESTIVAL TEATER PELAJAR
TEATER SADO

Link Pendaftaran :

https://bit.ly/pendaftaran_workshop_siswa

LINK PENDAFTARAN

https://bit.ly/pendaftaran_pamerankaryaguru
NARAHUBUNG WORKSHOP TEATER
0821 3003 6161

PAMERAN KARYA GURU


0822 1836 1214

FESTIVAL TEATER PELAJAR


0812 1414 8003


PANDUAN AWAL
PELAKSANAAN FESTIVAL TEATER PELAJAR NASIONAL KE I
TEATER SADO KUNINGAN.

1. Identitas Kegiatan
a. Nama Kegiatan
“Festival Teater Pelajar Nasional I” Teater SADO
b. Tema Kegiatan
“Latihan Teater bersama Teater Latihan; kerja bersama ciptakan karya”
c. Tujuan Kegiatan
Memberi ruang ekspresi bagi siswa melalui media teater di sekolah dan memberi
kesempatan bagi sekolah untuk berkompetisi dalam bidang seni teater. Festival teater juga
merupakan implementasi kegiatan workshop di sekolah.

2. Peserta Kegiatan
Pelajar SMP sederajat dan SMA sederajat se Indonesia

3. Waktu Kegiatan
a. Sosialisasi : 6 Maret 2023
b. Pendaftaran : 20 Maret – 1 Juni 2023
c. Teknikal Meeting : 4 September 2023
d. Pelaksanaan : 11 September – 8 Oktober 2023
e. Pengumuman Festival : 15 Oktober 2023

4. Tempat Kegiatan
Gedung Kesenian Raksawacana Kabupaten Kuningan

5. Naskah Festival
Tingkat SMA sederajat :
a. Patung Raja Patung karya Aan Sugiantomas
b. Dalam Ruang Terbatas karya Aan Sugiantomas
c. Majalah Dinding karya Bakdi Soemanto
d. Calon Aktor karya Mansur Samin
e. Lena Tak Pulang karya Muram Batubara

Tingkat SMP sederajat :


a. Pelajaran Tata Bahasa dan Mengarang karya Taufik Ismail saduran Aan Sugiantomas
b. Raja Gedang Atah karya Aan Sugiantomas
c. Mencari Taman karya Noorca Marendra Massardi
d. Kerajaan Burung karya Saini K.M.
e. Neng Nong karya M. Udaya Samsudin
f. Dalang dan Wayang karya Cucu S. Sondarie

6. Juri dan Penilaian


a. Juri-juri Festival Teater Pelajar Nasional, terdiri dari juri-juri profesional di bidang
teater.
b. Aspek Penilaian
1. Penyutradaraan
2. Keaktoran
3. Artsistik (Tata Panggung, Tata Musik, Tata Lampu, Tata Make up, Tata Busana,
Tata Gerak)
4. Musik
7. Penghargaan
a. Juara 1 (SMP/MTs dan SMA/SMK/MA) : Uang Pembinaan, Trofi dan Sertifikat
b. Juara 2 (SMP/MTs dan SMA/SMK/MA) : Uang Pembinaan, Trofi dan Sertifikat
c. Juara 3 (SMP/MTs dan SMA/SMK/MA) : Uang Pembinaan, Trofi dan Sertifikat
d. Sutradara Terbaik (SMP/MTs dan SMA/SMK/MA) : Uang Pembinaan, dan Sertifikat
e. Aktor Terbaik (SMP/MTs dan SMA/SMK/MA) : Uang Pembinaan, dan Sertifikat
f. Aktris Terbaik (SMP/MTs dan SMA/SMK/MA) : Uang Pembinaan, dan Sertifikat
g. Artistik Terbaik (SMP/MTs dan SMA/SMK/MA) : Uang Pembinaan, dan Sertifikat
h. Musik Terbaik (SMP/MTs dan SMA/SMK/MA) : Uang Pembinaan, dan Sertifikat

8. Tata Cara Pendaftaran


a. Peserta membayar uang pendaftaran sebanyak Rp. 250.000
b. Setiap sekolah boleh mengirimkan lebih dari 1 kelompok
c. Peserta mengisi link pendaftaran yang disediakan panitia dan melampirkan bukti
pendaftaran
d. Peserta akan menerima naskah dari panitia apabila telah mengisi link pendaftaran

9. Teknis Festival
a. Peserta merupakan pelajar SMP/MTs dan SMA/SMK/MA yang dibuktikan dengan kartu
pelajar/surat keterangan sekolah
b. Peserta menyerahkan susunan tim artistik dan tim produksi kepada panitia. Susunan Tim
artistik terdiri dari : Sutradara, asisten sutradara, penata artistik, penata musik, aktor, dan
aktris. Susunan tim produksi terdiri dari : pimpinan produksi, sekretaris, dan bendahara
c. Panitia menyediakan lampu, sound sistem, dan alat musik (terbatas). Apabila ada hal-hal
yang kurang, peserta bisa melegkapinya.
d. Setiap peserta diberi waktu 30 menit untuk menyetting panggung, musik, dan lampu.
e. Setelah selesai, peserta langsung membereskan properti dan alat musiknya.
f. Peserta bertanggug jawab untuk memelihara kebersihan
g. Peserta boleh membawa penonton dari sekolahnya sesuai kapasitas gedung, dan tiketing
berlaku.

10. Contact Person (Narahubung)


WhatsApp : 0821-3003-6161
0812-1414-8003
FB : TeaterSado Kuningan (Sado)
IG : @teatersado

Hal-hal yang belum diatur di panduan ini akan diinformasikan kemudian.


AKTOR DAN LATIHANNYA
Oleh D. Ipung Kusmawi

HAKIKAT DRAMA, TEATER, DAN SANDIWARA


Drama berasal dari Yunani Kuno dari asal kata drama yaitu ‘draomai’ yang berarti
‘berbuat’ atau ‘berlaku’. Istilah ‘draomai’ ini muncul pada saat masyarakat Yunani Kuno
masih mengkultuskan para Dewa dan melakukan upacara ritual sebagai bukti penghargaan
terhadap-Nya.
Dalam setiap upacara ritual yang dilakukannya, masyarakat Yunani berkumpul di suatu
tempat yang disebut ‘theatron’ yang artinya ‘tempat pertunjukan‘. Sesuai dengan perjalanan
waktu, kata ‘theatron’ berubah menjadi ‘theater’ (Inggris) atau theater (Belanda) yang
mempunyai arti gedung pertunjukan atau panggung.
Istilah ‘Sandiwara’ diperkenalkan oleh PKG Mangkunegara VII (1885-1944).
Sandiwara sendiri berasal dari kata “sandi” yang berarti rahasia dan “warah” yang artinya
pesan atau pelajaran. Jadi sandiwara merupakan pesan yang disampaikan secara rahasia
melalui laku akting para pemain dalam pertunjukkan drama.

KETERAMPILAN TEKNIS AKTOR


Aktor atau pemeran adalah orang yang melakukan kegiatan akting di atas pentas sesuai
dengan tuntunan dan tuntutan dalam naskah drama. Mereka merupakan tulang punggung
pementasan yang akan menghidupan isi naskah drama (bahasa tulis) menjadi sebuah
pertunjukkan yang menarik (bahasa lisan dan tubuh). Oleh karena itu, tujuan utama seorang
pemain adalah menghidupkan tokoh yang akan diperankannya dengan meniru dan
mewujudkannya.
Jadi jelas, yang menjadi aktor dalam pementasan drama adalah manusia dengan tiga
modal dasar yang dimilikinya yaitu tubuh, suara, dan sukma.
Selain tiga modal dasar tersebut, seorang aktor juga perlu bertanya pada diri sendiri
mengenai seberapa besar bakat dan minat yang dimilikinya terhadap dunia drama.

OLAH TUBUH
Tubuh merupakan keseluruhan jasad manusia yang kelihatan dari mulai ujung rambut
sampai ujung kaki. Latihan yang dilakukan untuk mengolah tubuh meliputi latihan ekspresi
secara fisik. Sebagai pemain drama, aktor harus senantiasa berusaha agar fisik dapat bergerak
secara fleksibel, disiplin dan ekspresif.
Secara mendasar, kita bisa melatih tubuh kita dengan melakukan gerakan-gerakan
ringan seperti menari, senam, balet, atau berlatih silat. Latihan-latihan yang bisa digunakan
untuk olah tubuh di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Latihan pernapasan
Latihan pernapasan dalam olah tubuh berfungsi untuk dapat menggerakan tubuh kita
sehingga badan kita menjadi relaks, mengendor, dan mampu melepaskan ketegangan.

b. Latihan menggerakkan otot


Agar tubuh menjadi lentur, maka semua otot harus dilatih melalui gerakan. Semua
otot digerakkan dari mulai leher, pundak, lengan, tangan berikut jari-jarinya, pinggang, perut,
sampai ke kaki. Selain itu, untuk membantu ekspresi mimik kita juga bisa melatih otot di
sekitar wajah seperti dahi, atau mulut.
c. Latihan menggerakan tubuh
Tubuh digerakkan agar terasa bagian-bagiannya. Dengan menggerakkan bagian tubuh
secara teratur, maka akan mudahlah seseorang menggerakan satu bagian tubuh. Bagi seorang
aktor, hal ini sangat membantu dalam menggambarkan bentuk fisik tokoh yang akan
diperankanya. Latihan-latihan yang bisa digunakan adalah dengan mengatur posisi tubuh
yaitu dengan miring, tegak, membungkuk, melentang, dan segala gerakan tubuh.

d. Latihan relaksasi (pengenduran ketegangan)


Relaksasi berhubungan dengan emosi dan konsentrasi. Latihan relaksasi diterapkan pada
seluruh bagian tubuh agar menajdi kendur, tidak tegang. Latihan yang bisa dilakukan adalah
melepaskan semua ketegangan, mengendurkan otot, serta memperlambat semua gerakan.

OLAH SUARA
Suara merupakan bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia. Suara yang diperlukan
adalah suara yang mampu didengar oleh penontonnya secara jelas, nyaring, mudah ditangkap,
komunikatif, dan sesuai dengan artikulasinya.
Latihan suara meliputi latihan pernafasan, latihan mengolah dialog, latihan
menyampaikan dialog, melatih artikulasi, serta imajinasi vokal.

a. Latihan Pernafasan
Bagi seorang aktor, melatih pernafasan sangat penting untuk mengucapkan kalimat-
kalimat panjang atau ketika sedang menyanyi di atas pentas. Teori tentang pernafasan secara
umum dikeolompokkan menjadi tiga bagian, yaitu pernafasan dada, pernafasan perut, dan
pernafasan dada dan perut.

b. Latihan mengolah dialog


Dialog dalam naskah drama merupakan benda mati yang baru bisa bernyawa kalau
sudah diungkapkan oleh aktor di atas panggung. Latihan yang bisa dilakukan adalah dengan
memberikan tekanan dinamik, tekanan nada, tekanan tempo, dan tekanan irama pada dialog
yang diucapkannya.
1. Tekanan dinamik
Tekanan dinamik adalah proses mengeraskan kata atau kalimat yang lebih penting
dari kata atau kalimat lainnya. Tujuannya adalah untu menggiring penonton kepada dialog
yang dimaksud.
2. Tekanan nada
Tekanan nada adalah proses memberi tekanan yang tinggi atau sebaliknya tekanan
yang rendah kepada kata atau kalimat sewaktu mengucapkan dialog. Tekanan nada tinggi
biasanya dilakukan pada saat adegan histeris. Sedangkan tekanan nada yang rendah dilakukan
pada saat memainkan adegan kepedihan hati, kekecewaan, terhina, dan sejenisnya.
3. Tekanan tempo
Tekanan tempo adalah proses mempercepat atau memperlambat kata atau kalimat
sewaktu mengucapkan dialog. Kata atau kalimat yang diucapkan dengan tempo yang lambat
akan lebih memiliki kekuatan daripada kata atau kalimat yang lain. Sebaliknya kata atau
kalimat yang diucapkan dengan tempo yang cepat akan kehilangan kekuatannya, tenggelam
oleh kata atau kalimat lainnya.
4. Tekanan irama
Tekanan irama adalah proses melagukan kata atau kalimat mengucapkan dialog.
Ucapkanlah kalimat “Saya pergi ke Bandung” dengan melantunkannya, maka akan timbul
kesan menerawang. Lalu ucapkan dengan gumam, maka akan timbul kesan menimbang-
nimbang, merenung, atau ragu-ragu. Kemudian ucapkan dengan terputus-putus, tersendat-
sendat, terisak-isak, tergagap-gagap, mendesah-desah, maka akan timbul kesan hati yang
luka, remuk redam, rindu dendam, gundah gulana, dan sejenisnya.

c. Latihan Menyampaikan Dialog


Menyampaikan dialog erat hubungannya dengan akting dan emosi dalam hubungannya
dengan pengaturan nafas, pengaturan irama, penekanan kalimat, dan sebagainya.
Menyampaikan kalimat juga berhubungan erat dengan penafsiran kalimat yang akan
diucapkan, suasana yang ingin dicapai, keras dan pelannya kalimat yang diucapkan.
Beberapa latihan yang dapat dilakukan untuk bisa menyampaikan ucapan secara
luwes diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Bicara biasa
2. Berbisik
3. Berteriak
4. Resonansi

d. Latihan Artikulasi dan Diksi


Artikulasi merupakan proses kejelasan dalam menyampaikan dialog di atas pentas.
Artikulasi erat hubungannya dengan gerak bibir dan lidah. Jika pada waktu berbicara bibir
dan lidah ikut bergerak, maka akan menghasilkan artikulasi yang baik. Latihan artikulasi
dapat dilakukan dengan membaca atau berbicara dengan lambat-lambat atau diulang berkali-
kali sampai apa yang diucapkan jelas dan terang. Proses latihannya bisa dilakukan dengan
menyanyi lagu-lagu seriosa, atau berdeklamasi.
Selain melatih potensi suara tersebut, aktor juga harus memperhatikan hal-hal berikut.
a. Memahami warna suara dari tokoh yang diperankan.
b. Mengatur nada suara dari tokoh yang diperankan.
c. Memperhatikan aksen-aksen khas daerah atau dialek keseharian.

OLAH SUKMA
Olah sukma merupakan pokok atau pendorong utama lahirnya gerak atau suara dalam
suatu proses pemeranan. Kalau olah tubuh dan olah suara merupakan latihan-latihan teknik
keterampilan yang berbentuk fisik dan bersifat jasmaniah, maka olah sukma merupakan
latihan kejiwaan. Olah sukma sering juga disebut olah rasa atau olah jiwa.
Latihan olah sukma meliputi penguasaan panca indra dan penguasaan perasaan dalam
laku dalam.

a. Penguasaan panca indra


Panca indra adalah semua peralatan tubuh yang diapakai dalam pengamatan,
penciuman, pendengaran, dan perabaan.
Latihan-latihan sederhana untuk mengolah kepekaan panca indera biasa disebut
‘preparation’ atau disingkat ‘prep’. Istilah ini diperkenalkan oleh W.S. Rendra sebagai bekal
pemanasan bagi para aktor sebelum latihan maupun pementasan drama.
Tahapan-tahapan dalam ‘prep’ adalah sebagai berikut.
1) Mengatur nafas
2) Mengaktifkan penciuman
3) Mengaktifkan pendengaran
4) Mengaktifkan pencicipan
5) Mengaktifkan perabaan
6) Mengaktifkan permukaan kulit
7) Mengaktifkan fantasi
Caranya adalah dengan mendengarkan sebuah suara, lalau membayangkan asal suara
tersebut, bentuknya seperti apa, rupanya bagaimana, warnanya apa, dan seterusnya.
Kemudian rangkailah sebuah cerita berdasarkan imajinasi tersebut.

b. Penguasaan perasaan dalam laku dalam


Untuk mencapai penguasaan perasaan dalam laku dalam, diperlukan adanya
konsentrasi, imajinasi, observasi, dan pikiran.
1) Konsentrasi
Konsentrasi merupakan upaya untuk memusatkan pikiran dan daya kesanggupan untuk
mengarahkan/memfokuskan semua kegiatan rohani dan pikiran ke arah satu sasaran yang
jelas secara terus menerus. Bagi seorang aktor, konsentrasi berguna dalam menyelami watak
dan kepribadian tokoh yang sedang diperankannya.
2) Imajinasi
Imajinasi merupakan daya khayal, gambaran sesuatu atau daya membayangkan
sesuatu dalam pikiran kita. Bagi seorang aktor, imajinasi penting untuk memahami sosok
tokoh yang akan diperankannya. Sudah menjadi kewajiban, bahwa sebelum seorang aktor
berakting di atas pentas, dia harus mempelajari dulu tokoh tersebut. Dia harus mengajukan
banyak pertanyaan tentang usia tokoh, tentang laku fisik dan laku batin si tokoh. Dan
pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya dijawab melalui proses imajinasi. Apalagi
apabila kita memerankan tokoh yang fiktif, maka kita bisa bebas menciptakan gerak laku dan
pikiran tokoh tersebut.
3) Observasi
Observasi merupakan upaya mengamati sesuatu yang ada dalam kehidupan di
lingkungan sekitar. Latihan observasi dapat dilakukan dengan mengamati kehidupan beserta
orang-orang di sekitar lingkungan sendiri. Pengamatan bisa dilakukan terhadap pola
hidupnya, gaya biacaranya, cara berpikirnya, dan sebagainya.
Ketika sutradara memberikan naskah berikut tokoh yang akan diperankan kepada
pemain, maka sudah menjadi tugas pemain selanjutnya untuk memahami tokoh yang harus
diperankannya itu, berikut semua yang tertulis dalam naskah tersebut. Untuk memahaminya,
maka perlu dilakukan observasi secara rinci.
Pada bagian ini, seorang aktor bisa memahami tokoh yang akan diperankan secara
detail dengan cara mengumpulkan keterangan-keterangan mengenai tokoh yang akan
diperankan, diuraikan, lalu disimpulkan. Cara pemahaman ini merupakan cara yang paling
mendasar yang diungkapkan Rendra dengan dua belas langkah pemahaman yang disebut
sebagai jembatan keledai, yaitu sebagai berikut.
1. Mencatat dan menghafal jati diri tokoh yang akan diperankan, seperti umurnya,
pendidikannya, status sosialnya, keadaan ekonominya, dan sebagainya.
2. Mengumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh sang tokoh di dalam
naskah.
3. Mengumpulkan sifat-sifat watak sang tokoh, lalu dihubungkan dengan tindakan-tindakan
pokok yang harusdikerjakannya, kemudian ditinjau mana yang yang mungkin harus
ditonjolkan sebagai alasan untuk tindakan-tindakan tersebut.
4. Carilah di dalam naskah itu di bagian mana saja sifat-sifat itu mendapat kesempatan
untuk ditonjolkan.
5. Carilah dialog-dialog, meskipun hanya mempunyai makna tersirat, tapi dapat diusahakan
untuk menyembulkan maksud-maksud tersebut diatas.
6. Ciptakanlah gerak air muka (mimik), sikap, dan gerakan anggota tubuh lainnya, yang bisa
menyatakan watak sang tokoh.
7. Ciptakanlah TIMING yang akurat, supaya mimik dan gerakan anggota tubuh lainnya itu
sesuai dengan diaolg yang diucapkan.
8. Rancanglah CARA MEMBERI ISI kepada dialog, untuk memberikan tekanan dan
penonjolan pada watak sang tokoh.
9. Rancanglah garis permainan sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perinciaan watak
disajikan dalam urutan tangga puncak, lalu tindakan yang terkuat dihubungkan dengan
gambaran watak yang terkuat pula.
10. Usahakan rancangan tersebut diatas tidak berbenturan dengan rancangan sutradara.
11. Hasil dari tindakan tersebut di atas bisa dianggap sebagai BLOCKING dan BUSINESS,
lalu dihafal sampai melekat dan menjadi kebiasaan.
Cara bekerja tersebut di atas, harus dihayati dan dihidupkan dengan imajinasi dengan
cara mengerahkan pemusatan perhatian kepada pikiran dan perasaan tokoh yang sedang
dimainkan.
4) Pikiran
Pikiran merupakan alat batin yang kita miliki untuk berpikir dan mengingat. Bagi
seorang aktor, pikiran merupakan alat batin untuk menyampaikan keinginan, gagasan atau
pendapat. Pikiran juga merupakan kemampuan menangkap, menafsirkan, dan menganalisis.
Seorang aktor harus mampu menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu
secara sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh itu
sebagai jiwanya sendiri, sehingga penonton merasa yakin bahwa yang ada dipentas bukan diri
sang aktor, tetapi diri tokoh yang diperankan. Meskipun pada dasarnya akting itu berpura-
pura, namun sebaiknya dilakukan dengan penuh penghayatan. Jika aktor berpura-pura
menangis, maka penonton harus merasa yakin bahwa aktor betul-betul menangis.
Untuk memperoleh akting yang meyakinkan tersebut, seorang aktor harus melatih
kemampuan pikiran secara benar. Latihan pikiran ini dapat berupa melatih diri
mengemukakan pendapat, mendengarkan pikiran orang lain, dan mencoba memberikan kritik
tentang apa yang disaksikan, atau memberikan komentar tentang apa yang dihadapi. Selain
itu, aktor juga harus membiasakan diri melatih kepekaan jiwanya melalui latihan senam yoga,
semedhi, atau melatih konsentrasi.

MEMENTASKAN DRAMA
Berproses kreatif dalam pementasan drama merupakan tahap apresiasi lanjutan
setelah mengenal drama. Tahapan apresiasi ini disebut juga sebagai apresiasi aktif, yang
dalam praktiknya turut terjun langsung merasakan proses. Pementasan drama merupakan
muara akhir dari sekian panjang proses latihan.
Berikut akan diuraikan bagaimana merencanakan sebuah produksi pementasan,
perumusan bentuk pementasan, pemilihan naskah yang akan dipentaskan, pemilihan aktor,
tahapan latihan, hingga tahap pementasan.

1. Tahap Perencanaan Pementasan


Pementasan merupakan sebuah babak penentuan setelah sekian lama berproses dalam
latihan. Pementasan baru akan terwujud apabila didukung oleh banyak unsur yang dipadukan
secara bersama-sama. Di dalam pementasan akan ada sutradara yang menafsir dan
mengarahkan pementasan, ada naskah yang dijadikan panduan pementasan, ada aktor yang
akan menghidupkan jalan cerita, juga ada para teknisi dan pekerja lainnya yang akan
membantu kesuksesan pementasan. Karenanya, maka sebuah pementasan harus melewati
perencanaan yang matang.
Tahap perencanaan pementasan diawali dengan rapat produksi untuk menentukan
orang-orang yang akan mengurus manajemen pementasan seperti produser, pimpinan
produksi, sekretaris, bendahara, serta perangkat seksi lainnya. Selain itu ditentukan pula
orang-orang yang bekerja dalam bidang artistik yang akan mengurus pementasan secara
langsung. Mereka itu dimulai dari sutradara, asisten sutradara, hingga para penata artistik
lainnya seperti penata musik, penata rias, penata busana, penata gerak, penata panggung,
penata dekorasi, penata properti, penata lampu, hingga penata peralatan.
Pada tahapan perencanaan ini, dibahas pula mengenai segala hal yang berhubungan
dengan tema pementasan yang tujuan untuk memberi batasan dan memberi arah pada
kegiatan yang akan dilakukan. Selain tema, ditentukan juga sarana dan prasarana yang akan
mendukung pementasan, serta segala kemungkinan yang akan dihadapi dalam pementasan.
Ini penting dilakukan agar konsep pementasan menjadi jelas, baik bagi para pendukung
pementasan maupun para penontonnya. Setelah melalui segala tahap perencanaan
pementasan, proses latihan drama selanjutnya berada di bawah pimpinan sutradara.

2. Tahap Pemilihan Naskah


Pemilihan naskah ini biasanya melibatkan pihak produser atau pimpinan produksi
serta sutradara. Produser kapasitasnya untuk memberikan penilaian terhadap kesulitan naskah
yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Sedangkan sutradara akan memilih naskah
yang disesuaikan dengan kemampuan para pekerja artistiknya baik kemampuan akting para
aktornya, maupun kemampuan para pekerja artistik lainnya dalam menafsirkan naskah
tersebut.
Pertimbangan-pertimbangan yang biasa dilakukan dalam memilih naskah biasanya
meliputi pertimbangan terhadap tingkat kesulitan dan hambatan bila naskah tersebut
dipentaskan yang ada kaitannya dengan kemampuan akting para aktor yang akan berperan,
sarana pementasan yang tersedia, serta kondisi masyarakat yang akan menonton pementasan
kelak.
Bila pertimbangan-pertimbangan tersebut sudah menemukan jawabannya, maka
sutradara bisa menentukan naskah mana yang sekiranya cocok untuk dipentaskan. Apakah
naskah yang dipilih itu hasil karya sutradara sendiri atau naskah karya orang lain. Sutradara
bebas untuk menentukannya. Yang perlu diperhatikan adalah jika naskah drama yang dipilih
merupakan naskah orang lain, maka sebaiknya sutaradara meminta izin terlebih dahulu
kepada si penulis naskah tersebut. Bila sudah menemukan naskah yang dimaksud, sutradara
kemudian melakukan analisis terhadap naskah yang meliputi:
a. Analisis naskah, yaitu melakukan pengkajian terhadap isi/misi yang terkandung dalam
naskah yang diisyaratkan oleh pengarangnya. Hal lain yang dilakukan dalam analisis ini
adalah mempelajari latar belakang pengarang dan kecenderungan-kecenderungan dalam
karyanya.
b. Analisis struktural, yaitu menguraikan naskah berdasarkan tahapan suasana dan
peristiwa.
c. Analisis sosok peran, yaitu menguraikan penokohan peran-peran yang ada dalam naskah,
serta fungsinya dalam alur cerita.
d. Analisis teknik, yaitu menguraikan isi naskah (alur cerita) menjadi rincian pengadegan
peristiwa

3. Tahap Pemilihan Aktor (Casting)


Naskah yang sudah dipilih oleh sutradara tidak mungkin bisa terwujud di atas pentas
bila tidak ada aktor yang menghidupkannya dengan memerankan tokoh yang ada dalam
naskah tersebut. Seorang sutradara perlu memilih secara tepat setiap aktor yang akan
memerankan tokoh dalam naskah drama yang akan dipentaskan. Pemilihan aktor/aktris ini
disebut casting. Casting yang tepat hingga menghasilkan para aktor yang handal, akan
memungkinkan tercapainya pementasan yang bermutu. Ada 5 macam teknik casting yaitu
sebagai berikut.
a. Casting by ability
Casting by ability merupakan pemilihan peran berdasarkan kecakapan atau
kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan. Kecerdasan seorang aktor
sangat diperlukan ketika membawakan peran yang sulit serta dialog yang panjang. Teknik
casting seperti ini bisa diterapkan oleh seorang sutradara ketika akan mementaskan naskah-
naskah sulit atau ketika menghadapi pementasan dalam jangka waktu yang mendesak.
b. Casting to type
Casting to type merupakan pemilihan pemeran berdasarkan atas kecocokan fisik si
aktor dengan tokoh dalam naskah. Penentuan casting ini biasanya dilakukan untuk
memudahkan memperjelas ciri fisik tokoh dalam pementasan drama. Tokoh yang sekiranya
ada dalam kehidupan nyata seperti tokoh Pangeran Diponegoro, presiden Soekarno, Chairil
Anwar atau tokoh lainnya akan diperankan oleh orang yang mirip dengan tokoh aslinya.
Demikian juga dengan tokoh yang memiliki ciri fisik secara khusus, seperti tokoh orang tua
akan diperankan oleh aktor yang tua pula, tokoh petani diperankan oleh orang yang biasa
bergelut dengan kegiatan pertanian, dan sebagainya.
c. Anti type casting
Anti type casting merupakan pemilihan pemeran yang bertentangan dengan watak dan
ciri fisik tokoh yang dibawakan. Misalnya seorang aktor yang dalam kesehariannya pendiam
disodori peran sebagai orang yang periang, humoris, atau pemarah. Teknik casting seperti ini
juga sering disebut educational casting karena bermaksud mendidik atau menguji watak
seorang aktor dengan watak berlawanan dari tokoh yang dibawakan. Kelompok drama yang
memiliki tujuan pementasan sebagai ajang latihan biasanya cenderung menggunakan casting
tipe ini.
d. Casting to emotional temperament
Casting to emotional temperament merupakan pemilihan pemeran berdasarkan
observasi kehidupaan pribadi calon pemeran. Pemilihan ini didasarkan pada kecocokan emosi
dan tempramen yang dimiliki aktor dengan tokoh yang diperankan. Hampir sama dengan
casting by ability, penentuan casting jenis ini bertujuan untuk mengefektifkan proses latihan
karena menghadapi jadwal waktu pementasan yang mendesak. Dengan menggunakan casting
seperti ini, maka sutradara tidak akan terlalu mengalami kesulitan dalam mengarahkan para
aktornya selama proses latihan.
e. Theurapeutic casting
Theurapeutic casting merupakan pemilihan pemeran dengan maksud sebagai media
penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologis dalam diri seseorang. Misalnya orang
yang selalu ragu-ragu harus diberi peran sebagai tokoh yang tegas. Atau seorang yang suka
berbuat jahat memerankan tokoh yang berwatak baik.

4. Tahap Latihan
Proses bermain drama sebenarnya dapat dirasakan pada tahap latihan. Segala teori
dramaturgi dicurahkan oleh seluruh pendukung pementasan di bawah komando sutradara.
Waktu yang dibutuhkan juga lumayan lama dibanding dengan tahap pementasan yang
mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit sampai 3 jam saja. Karenanya,
dibutuhkan kesabaran dan kedisiplinan yang kuat bagi para aktor dan seluruh pendukung
pementasan lainnya. Namun perlu menjadi catatan, keberhasilan sebuah pementasan amat
bergantung kepada proses latihan yang dilakukan.
Tahap latihan dapat dibagi menjadi tiga tahapan besar yaitu tahap pemanasan, tahap
inti dan tahap penenangan. Pada tahap pemanasan, aktor melakukan latihan-latihan dasar
seperti olah tubuh, olah suara, dan olah sukma. Sedangkan bagi para penata artistik lainnya
akan mulai mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam pementasan. Pada
tahapan inti, aktor sudah memasuki tahapan membaca naskah (reading), latihan blocking,
latihan memadukan reading dan blocking, hingga latihan dengan perangkat kerja lainnya
seperti musik, gerak, lampu, dan sebagainya. Tahap penenangan merupakan periode akhir
latihan menjelang pementasan yang digunakan oleh seluruh tim untuk relaksasi.

5. Tahapan Pementasan.
Puncak dari proses panjang selama latihan adalah pementasan. Ibarat rute air
mengalir, pementasan adalah muara tempat menampung segala kelokan situasi dan kondisi
latihan. Meskipun hanya berlangsung dalam waktu yang relatif lebih sebentar dibanding
dengan proses latihan, tahap pementasan menjadi arena uji kemampuan semua aktor dan
pekerja lainnya. Di hadapan penonton, mereka harus menunjukkan hasil kerja kerasnya
selama latihan. Latihan yang baik, tentu akan menghasilkan pementasan yang baik. Demikian
juga sebaliknya.
Tahap ini adalah tahap yang dinanti-nantikan setiap pemain. Pemain tentu saja ingin
mewujudkan hasil dari latihan-latihan yang dilakukan sebelumnya. Namun ada hal lain yang
perlu diperhatikan dalam pementasan ini, yaitu faktor penonton. Mereka adalah orang-orang
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan mungkin biaya untuk mengapresiasi hasil kerja
keras kita berekspresi selama latihan. Penontonnya yang tertib akan sangat membantu
kesuksesan proses pementasan. Karena itu untuk menghindari berbagai kesalahan di atas
pentas, seluruh pemain dan kru yang terlibat harus terbiasa berpikir cepat dan tepat mengolah
segala daya kreatifitas. Improvisasi serta komunikasi antar sesama pemain serta kru perlu
dilakukan. Jika semua persiapan sudah beres, maka selamat berapresiasi dan berekspresi
drama!

Disampaikan pada Workshop Teater oleh Teater SADO Kuningan,


Tanggal 25 Januari 2023
NASKAH LATIHAN 1

A dan B nampak sedang terlibat dalam perbincangan serius.


A : Kau harus memutuskan hubunganmu dengan dia!
B : Kenapa?
A : Nama keluarga kita bisa jatuh!
B : Begitu parahkah?
A : Dengar ya, orang tua kita, teman-teman orang tua kita, semuanya orang-orang terhormat,
dari kalangan atas. Mereka pasti akan mencibir kalau kau pacaran dengan dia!
B : Kenapa mereka mencampuri urusan pribadiku?
A : Itu hak mereka. Dan kalaupun mereka tidak peduli, aku yang akan peduli.
B : Kamu pikir aku anak kecil?
A : Papa dan mama sudah menyerahkan masalah ini kepadaku. Aku akan memperingatkanmu
dengan keras!
B : Aku juga akan mempertahankan kehendaku dengan keras!
A : Jangan keras kepala begitu! Apa yang kau harapkan dari dia. Dia itu miskin. Dia Cuma
ingin mengincar harta kekayaan keluarga kita!
B : Jangan suka menghina orang. Kamu pikir kamu ini siapa? Kamu cuma pengangguran
yang kerjanya luntang-lantung tak karuan. Sekolah saja tidak lulus.
A : Tapi kita tetap orang kaya. Tidak seperti dia, miskin!
B : Memang dia bukan orang kaya, tapi dia tahu diri. Tidak tamak seperti kamu!
A : Tapi tetap Kita berdua yang akan mewarisi harta kekayaan kedua orang tua kita.
B : Ambil semua harta papa untuk kamu! Aku tidak butuh itu semua. Aku tidak mau menjadi
manusia serakah seperti kamu!
A : Aku tampar kamu!
B : Tampar, ayo tampar kalau berani!
A : Apapun yang terjadi, kau harus memutuskan hubunganmu dengan dia, titik!
NASKAH LATIHAN 2

DUA ORANG TUA BERJUMPA DI PELATARAN RUMAH SAKIT. KEDUANYA


PASIEN RUMAH SAKIT TERSEBUT.
ORANG TUA I : Assalamualaikum..
ORANG TUA II : Walaikumsalam.. oh, apa kabar?
ORANG TUA I : Kabar bagus, hari bagus. Tadi sehabis shalat subuh saya melakukan gerak
badan. Bersenam. Satu..dua..! Satu..dua..!..wah, badan menjadi segar!
ORANG TUA II : Oya? coba, satu..dua..! satu..dua..! aduuh..!
ORANG TUA I : Kenapa?
ORANG TUA II : Punggung saya, uwkhhh..
ORANG TUA I : Wah, gawat!
ORANG TUA II : Tenang, tenang! Coba saya menggeliat sedikit.
Bismillahirokhmanirrahiim.. Nah, nah, nnahhh! Aduh, lega! ..enak
rasanya.
ORANG TUA I : Alhamdulillah!
ORANG TUA II : Kalau ada salah urat sedikit selalu menjadi lebih baik kembali sesudah
saya menggeliat.
ORANG TUA I : Luar biasa!
ORANG TUA II : Sudah pembawaan saya dari dulu. Nah, nanti saya sudah boleh pulang.
ORANG TUA I : O,ya? Saya juga! Wah, benar-benar ini hari bagus! Jangan lupa, kalau ada
waktu berkunjunglah ke rumah saya. Masih ada catatan alamat rumah
saya?
ORANG TUA II : Ya, masih ada. Saya pasti ke sana. Saya betul-betul tertarik untuk melihat
koleksi tanaman hias itu.
ORANG TUA I : Silakan! Silakan! Nah, marilah kita sekarang bersama-sama menengok
tanaman apa saja yang ada di pekarangan itu.
ORANG TUA II : Baiklah. Kita kan cukup banyak waktu.

KEDUANYA PERGI
Pengetahuan Tata Rias Panggung
Oleh : Ramdhani Mangku Alam (Dhani Brain)

Pementasan teater yang layak untuk dipentaskan adalah pencapaian yang utuh dari
semua elemen pementasan dari hasil proses pencarian dalam penggarapannya. Elemen
pendukung dari sebuah pementasan teater adalah penyutradaraan, yang bertugas
mengkoordinir elemen lainnya dari mulai menentukan teks drama untuk di pentaskan, casting
untuk para pemeran, dan mengatur plot bloking pemanggungan. Selanjutnya adalah elemen
pemeranan atau keaktoran yang bertugas memerankan tokoh dalam naskah drama. Artistik
merupakan salah satu elemen berikutnya yang vital dalam penggarapan sebuah teks drama.
Beberapa hal yang merupakan cakupan dalam artistik adalah: tata pentas (decor), tata cahaya
(lighting), musik, tata rias (make up), tata busana (costume). Sebuah pertunjukan teater yang
pertama akan ditangkap secara langsung oleh penonton adalah visual.
Artistik termasuk salah satu unsur penting di bidang visual dalam sebuah pementasan
drama, seorang penata artistik harus melakukan observasi dari mulai untuk kebutuhan tata
panggung, tata cahaya, tata bunyi, tata busana dan tata rias. Pada era pertunjukan sebelum
modern atau disebut juga masa klasik tepatnya di Romawi dan Yunani tata rias dianggap tidak
begitu penting karena jarak mata pandang penonton yang relatif jauh dari panggung
pertunjukan. Pada era tersebut topeng menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi masalah
tersebut. Ukuran topeng yang digunakan lebih besar dibandingkan ukuran kepala para aktor.
Pada zaman Renaissance tata rias hanya digunakan untuk peran tertentu saja, seperti
peran malaikat (angel), setan (devil) dan peran-peran non realistik lainnya.
Negara Indonesia khususnya pada era pertunjukan klasik atau disebut juga dengan bahasa
tradisional, tata rias masih menggunakan bahan alami untuk membantu segi estetika
pertunjukan, sebagai contoh para aktor menggunakan beras yang dihaluskan (tepung) sebagai
bahan dasar bedak tabur, jelaga atau arang digunakan sebagai bahan tata rias untuk peran yang
membutuhkan warna hitam pekat.
Perkembangan tata rias bisa dilihat dari berbagai macam jenis, warna, kualitas bahan yang
diproduksi sesuai kebutuhan masyarakat, sebagai contoh pada tahun 2000 disebut juga tahun
Millenium, serta membawa pengaruh besar terhadap trend warna yang dikonsumsi
masyarakat pada saat itu, umumnya para konsumen dan produsen menyukai warna silver dan
warna lainnya yang mengkilap (glossy).

1
Tata rias atau sering disebut make up adalah “ salah satu cabang kesenian yang
menggunakan alat dan bahan kosmetik “ (Harimawan). Dalam sebuah pertunjukan belumlah
lengkap tanpa make up untuk mencapai kenikmatan penonton, dibidang seni pertunjukan
terutama pertunjukan yang menyematkan karakter didalam pertunjukannya make up karakter
sangatlah penting selain untuk membantu memperkuat karakter pemain make up berfungsi
sebagai identifikasi peran diatas panggung.
Sering kali make uper dalam aplikasi make up pada model untuk diats panggung
terjebak dengan visual make up yang kurang terlihat dari kursi penonton, untuk hal ini make
uper biasa memperkuat garis atau warna yang di gunakan pada model bukan hanya sekedar
dipertebal untuk riasannya, lighting salah satu unsur finishing pada make up panggung yang
harus diperhitumgkan, banyak sekali terjadi dalam pertunjukan yang tidak menggunkan
footlight, padahal fungsi utama dari footlight ini adalah agar dimensi make up pada aktor
terlihat jelas dari kursi penonoton
Kendala lain dari make uper adalah ketergantungan dengan merk kosmetik tertentu, hal
ini bisa di atasi dengan pemilihan warna yang kuat tanpa harus bergantung dengan jenis merek
kosmetik tertentu.

Tata rias panggung di bagi menjadi tiga yaitu ;

a. Tata rias realis (Realistic Make Up) dalam make up realistic ini semua bentuk visual
make up yang mendekatkan pada jenis-jenis make up real apa adanya visual manusia pada
umumnya, diantaranya adalah:

- make up corective, tata rias ini berhubungan dengan jenis-jenis make up sebagai
koreksi pada kekurangan wajah yang ingin disempurnakan oleh make up, make up ini
biasa disebut dengan make up cakep, sebagai contoh make up di gunakan untuk menutupi
flek hitam atau bekas jerawat, atau menyempurnakan bentuk hidung agar terkesan
mancung, dan membuat shading atau bayangan agar wajah tampak tyrus. Penempatan
karakter pada make up corective ini bisa di terapkan pada bentuk alis atau bibir dan
bentuk mata sesuai karakter, sebagai contoh tokoh antagonis, biasa menggunakan alis
yang cenderung patah dan kaku dan menukik ke arah dalam mata pangkal hidung hingga
terkesan model yang menggunakan bentuk alis ini memiliki wajah yang tampak kejam,
dingin, judes. Make up corective ini juga biasanya mengambil karakter karakter publik
figur sebagai acuan untuk dimiripkan dengan model yang akan di rias

2
- make up usia, disebut dengan istilah make up usia karena bentuk visual jenis ini
berdasarkan usia untuk pengkarakteran tokoh dalam sebuah pertunjukan, permainan
garis digunakan untuk menegaskan kerutan kerutan wajah untuk mengidentifikasi tokoh
tersebut memiliki usia tua, sedangkan untuk pengkarakteran usia lebih muda biasanya
dengan cara mempejauh jarak mata model di buat soalah olah berjarak antara mata kiri
dan mata kanan, selain itu penggunaan warna-warna cerah untuk identifikasi make up
usia muda.

3
- make up libido atau make up gendre, make up jenis ini lebih cenderung
memanipulasi bentuk visual model menjadi bentukvisual persilangan jenis kelamin
seperti contoh seorang model laki-laki di buat menjadi wanita dan wanita di buat jadi
laki-laki sesuai kebutuhan karakter untuk pertunjukan, dalam make up ini bukan berarti
menjadi waria atau menjadi tomboy

b. Tata rias nonrealistic, make up in berhubungan dengan segala sesuatu yang datang
dari fantasi seorang make uper itu sendiri, jenis make up ini di bagi menjadi sebagai berikut ;

- make up beauty fantasy, make up jenis ini biasanya lebih cenderung memadukan
dua unsur bentuk visual antara manusia dengan alam, tapi sisi beauty atau sisi
kecantikan model yang lebih di tonjolkan seperti contoh make up putri mawar, atau
putri harimau, atau ratu pohon

4
- make up fantasy , make up ini lebih menonjolkan bentuk anatomi binatang atau
bentuk alam yang di terapkan ke anatomi wajah model

- make up clown atau badut, make up ini lebih cenderung ke bentuk visual badut pada
umumnya, namun bisa di beri karakter seperti bisa di bentuk karakter pada alis sesuai
konsep make uper apakah badut ini di golongkan ke karakter antagonis atau protagonis,
biasanya di lihat dari bentuk alis dan warna make up yang di gunakan, pantomime pada
umumnya menggunakan jenis make up ini

5
- make up horor, make up ini lebih cenderung mengambil bentuk-bentuk fantasy horor
yang menakutkan dan di hubungkan dengan bentuk visual make up hantu-hantu

c. Special make up effect, jenis make up ini di pisahkan dari dua jenis make up di atas
karena special make up effect ini bisa di gunakan oleh kedua jenis make up di atas, yang

6
meliputi special make up effect ini seperti luka, keringat,daki,jenis-jenis
penyakit,penambahan rambut seperti kumis, janggut dan jambang, hingga membuat
kesan menghialngkan atau menambahakan bagian bentuk tubuh modelnya

7
8
9
PROSTETHIC MAKE UP

1. Teknik cetak atau teknik tiga dimensi


Bahan 1. Prosthetic
- Latex cair; atau karet cair cairan berwarna putih susu biasa digunakan
untuk bahan industri sebagai perekat, dalam penggunaan latex hati2
harus memakai masker karena baunya yang tajam, dan jangan di cium
terlalu dekat hidung karena nyegrak (heheh), latex industri tidak bisa di
aplikasikan langsung ke kulit karena bisa menimbulkan iritasi pada
kulit,oleh karena itu kita olah terlebih dahulu dengan cetak,latex cair ini
tidak bagus dijemur dibaah terik matahari, karena setelah kering latex
akan mengeluarkan cairan minyak yang mempersulit daya rekat di kulit,
lebih baik dikeringkan disuhu kamar dengan kipas angin.
- Bedak dasar cair (foundation cair), pilih yang berbasic air kalau merk bisa
pake produk viva karena mudah nyampur dengan latex
- Plastisin atau lilin mainan atau wass
- Bedak bayi putih
- Tepung gypsum
- Manequin atau topeng yg proposional dengan wajah pemeran, atau bisa
dilakukan dengan langkah mencetak wajah pemeran, agar kerut
proposional
Bahan 2. Alat
- Botol air mineral fungsinya untuk mencampur latex dan foundation cair
(shake)
- Kuas biasa untuk meratakan bedak nantinya di dalam cetakan
Bahan 3. Finishing
- Foundatin cream lebih bagus menggunakan produk kryolan (Supra)
karena bisa menutup sempurna
- Lem bulu mata
- Pembersih penyegar dan kapas atau tissue basah
- Eye shadow dengan seri warna cokelat (cokelat tua sampai cokelat
muda,cream atau putih)
- Pensil alis
- Spon bedak dan spon foundation
- Brush atau aplikator atau kuas make up
- Natural lipstick
- Bedak padat

10
Bahan 3. Untuk rambut uban
- Bisa memakai cemoro atau tau wig warna putih, cemoro atau rambut
sintetis yang biasanya di pakai untuk sambuntan rambut atau sanggul
- Atau bisa menggunakan bodypainting atau singuid warna putih dan bedak
bayi putih

Proses pembuatan
Proses 1.
Apabila menghendaki mencetak langsung wajah aktor...pertama yang
disiapkan adalah tepung Gypsum, bandu atau pengikat rambut,plastik,plester
luka (hansaplast),air dan wadah
a. Bersihkan wajah aktor, posisi aktor terlentang tidur usahakan aktor
nyaman,tutup bagian bagian wajah yg berambut,seperti alis,bagian mata
aktor yang akan di cetak bisa ditutup oleh plastik lalu di plester hansaplast
seukuran cekungan tengkorak bola mata ini untuk menghindari agar
gypsum tidak kena mata atau bulu mata, atau bisa menggunakan sendok
plastik yg dibuang gagangnya lalu di tempel di bagian mata
aktor,pinggirnya di hansaplast, untuk bernafas, aktor bisa di kasih selang
sekitar 10 sampai 15cm agak besar sedikit dr lubang hidung aktor agar
gypsum tidak masuk hidung...untuk mulut cukup dengan menutup
mulutnya,setelah itu kasih bedak bayi agak tebal.
b. Setelah langkah di atas siapkan tepung gypsum dan wadah..usahakan
tepung gypsum menggunakan tepung gypsum yg mengandung lem agar
cepat kering....kemudian gypsum di campur air dalam wadah,jangan
terlalu cair dan jangan terlalu padat..bayangkan aja peliket (lengket)
seperti adonan donat yg agak cair, lalu tuangkan ke wajah aktor yg sudah
disiapkan sesuai langkah “a”. Jgn khaatir kalau pas saat mencetak akan
terasa hangat hangat kuku itu adalah proses pengeringsn gypsum
c. Setelah kering angkat gypsum perlahan. Ini sdh jadi cetakan pertama
sebagai manequin.
d. Lalu cetakan yang sudah jadi tadi di rapikan bagian dalam bisa di ampelas
halus kalau ada yang kurang mulus...
e. Setelah halus...cetakan ini bisa di cor menggunakan semen putih, atau
gypsum lg dengan catatan sebelum dicor cetakan bisa dilapisi minyak atau
margarin agak tebal, agar cetakan tidak lekat dengan model patung wajah
aktor.
f. Setelah kering cetakan bisa di pisah dengan hasil cor tadi,hati hati
melepaskannya agar tidak pecah
Proses 2

11
Setelah patung wajah aktor sudah jadi dilanjutkan dengan membuat tekstur
kerutan menggunakan palstisin atau lilin mainan...bisa mengambil referensi
kerutan orang tua dari foto, plastisin tadi di bentuk menerupai kerutan kerutan,
dengan catatan kerutan yang di buat adalah kerutan yang tampak nyata saja
karena untuk kebutuhan panggung dengan jarak mata penonton,apabila
menghendaki kerutan detil juga tidak apa apa, setelah topeng wajah aktor di
beri palstisin dan dibentuk kerutan, kembali buat adonan gypsum dengan air
takaran agak lebih cair dari cetakan awal dengan tujuan agar kerutan yang
tercetak sempurna..tunggu hingga kering, setelah kering pisahkan cetakan
gypsum dari topeng aktor yang berplastisin tadi...kemudian bersihkan
palstisin yg melekat dengan cetakan gypsum kedua (bukan topeng aktor),
hati2 dalam membersihkan,krn gypsum sudah berteksture kerutan.setelah
cetakan gypsum kedua bersih dr plasitin oleskan bedak bayi dengan kuas

Proses 3
Siapkan latex dalam botol air mineral kemudian campur dengan foundation
cair, lalu kocok perlahan hingga rata, buka tutup botol tersebut..biarkan
setengah hari agar buih dalam latex berkurang.lalu tuangkan latex ke dalam
cetakan yang bertekstur kerutan tadi dan sudah dilapisis bedak bayi, tuang lalu
goyang2kan sampai semua permukaan cetakan terkena latex...kemudian latex
yang menggenang di cetakan bisa dituangkan ke dalam wadah lain, lakukan
beberapa lapis cukup lima sampai delapan kali tuang atau lapis latex tipis2,
lalu keringkan disuhu kamar dengan kipas angin, catatan selama proses
pencetakan latex,latex dalam cetakan jangan sampai di sentuh sebelum kering
karena bisa rusak atau menggumpal..kalau latex terlalu bau bisa di tambah
pengharum pakaian cair sedikit, jangan khawatir latex kering tidak berbau
seperti saat cair. Setelah latex kering dengan ketebalan yang dirasa sudah
cukup,sebelum di lepas dari cetakan latex taburi dulu dengan bedak bayi
hingga merata, saat melepas lapisan latex lakukan dengan hati hati dari
beberapa pinggir, setiap latex yang sudah terlepas dari cetakan segera beri
bedak bayi agar tidak lengket. Jadilah prosthetic kerut usia tua (seperti topeng
mainan anak)...
Proses 4
Setelah topeng latex kering usahakan jangan terlipat dan cek terus agar tetap
mengandung bedak bayi sebelum di pakai, lalu potong prosthetic tadi dengan
gunting beberapa bagian, bagian kerut kening, bagian kantung mata, bagian
dagu, bagian pipi, bagian hidung, fungsinya agar ekspresi aktor tidak
terganggu dan nyaman, setelah dipotong tiap potongan bagian2 tadi di beri
kapas tipis2 pinggirnya dengan lem latex cair itu sendiri, fungsi dari kapas ini
adalah agar latex merekat kuat di wajah ketika di tempel di wajah aktor,
catatan kapas jgn sampai terlalu basah dengan latex saat di lemkan ke tiap
pinggir bagian2 potongan tadi.biarkan kering....Dan prosthetic siap di tempel
ke wajah aktor.

12
Proses 5
Tahap ini adalah tahapan aplikasi prosthetic latex kewajah aktor
- Bersihkan ajah aktor dengan tissue basah atau pembersih atau sabun
muka
- Setelah kering tahap pertama adalah menempelkan bagian2 potongan
latex dengan menggunakan lem bulu mata, bagian yang direkatkan adalah
yang pinggirnya ada kapasnya, bagian lainnya boleh di beri lem tapi
jangan terlalu banyak,cukup bagian yg berkapas (pinggir) yg di block
dengan lem bulu mata, sebenarnya ada lem selain lem bulu mata
namanya spirit gum,Cuma susah di cari dan sangat mahal,dan butuh
eksperimen dulu untk pemakainnya, tp lem bulu mata ini sudah cukup
kuat untuk melekat seharian,krn lem bulu mata ini bersifat lembab,jdi bila
ada yang mengelupas dikit aktor tinggal menekan bagian yg ngelupas tadi
maka akan rekat kembali,beda dengan spirit gum apabila ngelupas dia
tidak bisa lekat lagi dengan cara ditekan ke wajah
- Setelah prosthetic melekat semua di wajah, tunggu mengering dl lem bulu
matanya, lalu oleskan foundation atau alas bedak crem Kryolan Supra
secara merata...
- Kemudian tahap pewarnaan...bagian cekungan kerut di beri warna gelap,
dan bagian yang menonjol di beri warna terang (teknik shading)
- Pensil alis digunakan untuk mempertajam bagian gari kerutan yang
cekung ke dalam, ini bisa juga tidak digunakan apabila cekungan kerut sdh
dirasa cukup.
- Tahap terakhir adalah finishing dengan menggunakan bedak padat, bisa
menggunakan kuas blush onagar bedak merata

Prose 6
Rambut apabila tidak ada wig atau cemoro bisa menggunakan singuid
atau body painting di oles kerambut kemudian di beri bedak bayi, atau
menggunakan foundation cream warna terang kemudian diberi bedak
bayi putih

Proses diatas masih sekitar wajah, akan lebig baik proses cetak tersebut
juga di aplikasikan untuk membuat kerutan leher, tangan dan bagian2 tubuh yang
tidak tertutup oleh kostum

13

Anda mungkin juga menyukai