Anda di halaman 1dari 23

Hikayat Inderaputra - (Sastra Melayu Klasik)

Indraputera, putra Maharaja Bikrama Puspa adalah seorang


putera yang sangat arif bijaksana,lagi terlalu perkasa dan
saktinya. Tetapi nasibnya mula-mula tidak seberapa mujur.
Semasamasih kecil, ia telah diterbangkan oleh sekor merak
emas. Ia jatuh di suatu taman dandipelihara oleh nenek
kebayan. Sesudah beberapa lama ia diangkat menjadi anak
perdanamenteri.Tersebutlah perkataan Raja Syahsian tiada
mempunyai seorang anak. Pada suatu hari bagindapergi berburu dan
melihat seekor kijang menangisi ibunya yang telah dipanah
mati. Bagindaterharu dan ingin berputera. Kemudian terdengar
khabar bahwa di sebuah gunung yang jauhada tinggal seorang
maharesi pertapa yang terlalu sakti, Berma Sakti namanya.
Barang siapaingin beranak boleh meminta obat daripadanya.
Akan tetapi, karena tempat gunung terlalu jauh dan harus
melewati hutan rimba yang penuh dengan binatang buas, tiada
seorang punyang sanggup pergi ke gunung itu. Indraputera
menawarkan diri untuk pergi ke gunung ituMaka pergilah
Indraputera mencari obat itu. Bermacam-macam pengalaman dialami.
Ia pernahbertemu dengan tengkorak yang dapat berkata-kata,
membunuh raksasa dan bota yang makanmanusia. Ia juga pernah
mengunjungi negeri jin Islam, negeri yang penghuninya kera
belakadan kalau siang hari menjadi manusia. Ia bersahabat
dengan anak raja-raja yang berasal darigolongan manusia dan
jin. Berbagai hikmat diperolehnya; ada hikmat yang dapat
menciptakannegeri langkap dengan segalanya, menciptakan
angin ribut, menghidupkan orang yang telahmati. Akhirnya
sampai ia di gunung tempat pertapaan Berma Sakti. Berma
Sakti memberikanobat kepada Indraputera; di samping itu
Indraputera juga diajar berbagai hikmat. BerkataBerma Sakti
kepada Indraputera, Hai anakku, pejamkan matamu dan citalah
barang yangengkau kehendaki niscaya sampailah ke tempat
itu.Indraputera memejamkan matanya. ketika dibuka
matanya, ia sudah ada kembali di kebunnenek kebayan di
negerinya.Raja Syahsian dan perdana menteri sangat gembita.
Setelah memakan obat yang dibawaIndraputera, yaitu
sekuntum bunga tunjung, permaisuri hamillah dan melahirkan
seoranganakyang elok parasnya yang dinamakan Tuan Puteri Indra
Seri Bulan. Pada suatu ketikaIndraputera dituduh berbuat jahat
dengan dayang-dayang istana dan akhirnya Indraputeradibuang di
sebuah negeri yang kotanya terbuat dari batu hitam. Raja negeri ini
sangatmemuliakan Indraputera dan memberikan hadiah sehelai kain
yang dapat menyembuhkansegala macam penyakit kepada
Indraputera.Tuan Puteri Indra Seri Bulan pun besarlah. Ramai anak
raja yang datang meminang tuan puteri.Tidak lama kemudian, tuan
puteri pun sakit dan semua tabib istana tidak dapatmenyembuhkan.
Maka gong pun dipalu, Barang siapa dapat mengobati tuan
puteri, jika hinasekalipun bangsanya akan diangkat menjadi menantu
raja. Indraputera muncul danmenyembuhkan tuan putri. setelah
dengan berbagai masalah yang menerjang akhirnyaIndraputera dapat
meminang Tuan Puteri Indra Seri Bulan.
Sumber: Sejarah Kesustraan Melayu Klasik

Hikayat Indera Bangsawan


Tersebutlah perkataan seorang raja yangbernama Indera
Bungsu dari Negeri KobatSyahrial. Setelah berapa lama di atas
kerajaan,tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari,ia pun
menyuruh orang membaca doa kunut dansedekah kepada fakir
dan miskin. Hattabeberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi
punhamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki.Adapun yang
tua keluarnya dengan panah danyang muda dengan pedang.
Maka baginda punterlalu amat sukacita dan menamai
anaknyayang tua Syah Peri dan anaknya yang mudaIndera
Bangsawan.

Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia
tujuh tahun dan dititahkan pergimengaji kepada Mualim
Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji
kitab usul, fikih,hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.
Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmusenjata,
ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun
bimbanglah, tidak tahu siapa yangpatut dirayakan dalam negeri
karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah.Jikalau
baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua
anaknya bahwa ia bermimpibertemu dengan seorang pemuda
yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari
buluhperindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja
di dalam negeri.Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah
Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencaribuluh
perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung
turun gunung, masuk rimba keluarrimba, menuju ke arah
matahari hidup.Maka datang pada suatu hari, hujan pun
turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap
gulitadan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan
Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelahteduh hujan ribut,
mereka pun pergi saling carimencari.Tersebut pula perkataan
Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera
Bangsawan.Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada
Allah Subhanahuwataala dan berjalan dengan
sekuatkuatnya.Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada
suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai.Ia naik ke atas
mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang
itu dibukanya dandipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang
melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisaudan
ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah
dari gendang itu. Puteri Ratna Sarimenerangkan bahwa
negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia
ditaruh orangtuanyadalam gendang itu dengan suatu cembul. Di
dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya.
Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu.
Tatkala Garuda itu datang,Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah
Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari
sebagaisuami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan
inang pengasuhnya.Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan
pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu padang
yangterlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu
dan bertemu dengan seorang raksasa.Raksasa itu menjadi
neneknya dan menceritakan bahwa Indera Bangsawan sedang
berada di negeriAntah Berantah yang diperintah oleh Raja
Kabir.Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan
menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sarisebagai upeti. Kalau
tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa.
Ditambahkannya bahwaRaja Kabir sudah mencanangkan bahwa
barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akandinikahkan
dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu.
Sembilan orang anak raja sudahberada di dalam negeri itu.
Akhirnya raksasa itu mencanangkan supaya Indera Bangsawan
pergimenolong Raja Kabir. Diberikannya juga suatu permainan
yang disebut sarung kesaktian dan satu isyaratkepada Indera
Bangsawan seperti kanak-kanak dan ilmu isyarat itu boleh
membawanya ke tempat jauhdalam waktu yang singkat.Dengan
mengenakan isyarat yang diberikan raksasa itu, sampailah
Indera Bangsawan di negeri AntahBerantah. Ia menjadikan
dirinya budak-budak berambut keriting. Raja Kabir sangat
tertarik kepadanyadan mengambilnya sebagai permainan Puteri
Kemala Sari. Puteri Kemala Sari juga sangat suka
citamelihatnya dan menamainya si Hutan. Maka si Hutan pun
disuruh Puteri Kemala Sari memeliharakambingnya yang dua
ekor itu, seekor jantan dan seekor betina.Pada suatu hari,
Puteri Kemala Sari bercerita tentang nasib saudara sepupunya
Puteri Ratna Sari yangnegerinya sudah dirusakkan oleh
Garuda.Diceritakannya juga bahwa Syah Peri lah yang akan
membunuh garuda itu. Adapun Syah Peri itu adaadik kembar,
Indera Bangsawan namanya. Ialah yang akan membunuh
Buraksa itu. Tetapi bilakahgerangan Indera Bangsawan baru
akan datang? Puteri Kemala Sari sedih sekali. Si Hutan
mencobamenghiburnya dengan menyanyikan pertunjukan yang
manis. Maka Puteri Kemala Sari pun tertawalahdan si Hutan
juga makin disayangi oleh tuan puteri.

Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata,


terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakanhanya air susu
harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan
penyakit itu. Bagindabertitah lagi. "Barang siapa yang dapat
susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami
tuanputeri."Setelah mendengar kata-kata baginda Si Hutan
pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susukambing
serta menyangkutkannya pada pohon kayu.Maka ia pun duduk
menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan
rupanya punkembali seperti dahulu kala.Hatta datanglah
kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang
disangkanya susu harimauberanak muda itu. Indera Bangsawan
berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan
kepadaorang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat.
Maka anak raja yang sembilan orang itu punmenyingsingkan
kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas.
Dengan hati yang gembira,mereka mempersembahkan susu
kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu
harimaumelainkan susu kambing. Sementara itu Indera
Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari
raksasa(neneknya) dan menunjukkannya kepada raja.Tabib
berkata itulah susu harimau yang sebenarnya.Diperaskannya
susu harimau ke mata tuan puteri.Setelah genap tiga kali
diperaskan oleh tabib, maka tuan puteri pun sembuhlah.Hatta
sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa.
Baginda menyuruh orang berbuatmahligai di tengah padang
akan tempat duduk tuan puteri. Di bawah mahligai itu ditaruh
satu bejanaberisi air, supaya Buraksa boleh datang
meminumnya. Di sanalah anak raja yang sembilan orang ituboleh
berebut tuan puteri. Barang siapa yang membunuh Buraksa itu,
yaitu mendapat hidungnya yangtujuh dan matanya yang tujuh,
dialah yang akan menjadi suami tuan puteri.Maka tuan puteri
pun ditinggalkan baginda di mahligai di tengah padang itu. Si
Hutan juga menyusuldatang. Tuan puteri terharu akan
kesetiaannya dan menamainya si Kembar. Hatta si Kembar
punbermohon kepada tuan puteri dan kembali mendapatkan
raksasa neneknya. Raksasa neneknyamemberikan seekor kuda
hijau dan mengajarnya cara-cara membunuh Buraksa. Setelah
itu, si Kembarpun menaiki kuda hijaunya dan menghampiri
mahligai tuan puteri. Katanya kepada tuan puteri bahwadia
adalah seorang penghuni hutan rimba yang tiada bernama.
Tujuan kedatangannya ialah hendakmelihat tamasya anak raja
yang sembilan itu membunuh Buraksa. Tuan puteri menyilakan
naik kemahligai itu. Setelah menahan jerat pada mulut bejana
itu dan mengikat hujung tali pada leher kudanyaserta memesan
kudanya menarik jerat itu bila Buraksa itu datang meminum
air, si Kembar pun naik kemahligai tuan puteri. Hatta Buraksa
itu pun datanglah dengan gemuruh bunyinya. Tuan puteri
ketakutandan si Kembar memangkunya.Tersebut pula
perkataan Buraksa itu. Apabila dilihatnya ada air di dalam
mulut bejana itu, maka ia punminumlah serta dimasukannya
kepalanya ke dalam mulut bejana tempat jerat tertahan itu.
Maka kudahijau si Kembar pun menarik tali jerat itu dan
Buraksa pun terjeratlah. Si Kembar segera
datangmemarangnya hingga mati serta menghiris hidungnya
yang tujuh dan matanya yang tujuh itu. Setelahitu si Kembar
pun mengucapkan "selamat tinggal" kepada tuan puteri dan gaib
dari padang itu. Tuanputeri ternganga-nganga seraya berpikir
bahwa orang muda itu pasti adalah Indera Bangsawan.
Hattapara anak raja pun datanglah. Dilihatnya bahwa Buraksa
itu sudah mati, tetapi mata dan hidungnyatiada lagi.Maka
mereka pun mengerat telinga, kulit kepala, jari, tangan dan
kaki Buraksa itu untuk dibawa kepadabaginda. Baginda tidak
percaya mereka sudah membunuh Buraksa itu, karena tanda-
tanda yang dibawamereka itu bukan alamatnya. Selang berapa
lama, si Kembar pun datang dengan membawa mata danhidung
Buraksa itu dan diberikan tuan puteri sebagai isteri. Si Kembar
menolak dengan mengatakanbahwa dia adalah hamba yang hina.
Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati.
Sumber: Buku Kesusastraan Melayu Klasik
Hikayat Abu Nawas  Kisah Enam Ekor Lembu
yang Pandai Bicara
Pada suatu hari, Sultan Harun al-Rasyid memanggil Abu
Nawas menghadap ke Istana. Kali iniSultan ingin menguji
kecerdikan Abu Nawas. Sesampainya di hadapan Sultan, Abu
Nawas punmenyembah. Dan Sultan bertitah, Hai, Abu
Nawas, aku menginginkan enam ekor lembuberjenggot yang
pandai bicara, bisakah engkau mendatangkan mereka dalam
waktu seminggu?Kalau gagal, akan aku penggal
lehermu.Baiklah, tuanku Syah Alam, hamba junjung
tinggi titah tuanku.Semua punggawa istana yang hadir
pada saat itu, berkata dalam hati, Mampuslah kau
AbuNawas!Abu Nawas bermohon diri dan pulang ke
rumah. Begitu sampai di rumah, ia duduk berdiam
dirimerenungkan keinginan Sultan. Seharian ia tidak keluar
rumah, sehingga membuat tetanggaheran. Ia baru keluar
rumah persis setelah seminggu kemudian, yaitu batas
waktu yangdiberikan Sultan kepadanya.Ia segera menuju
kerumunan orang banyak, lalu ujarnya, Hai orang-orang
muda, hari ini hariapa?Orang-orang yang menjawab
benar akan dia lepaskan, tetapi orang-orang yang
menjawabsalah, akan ia tahan. Dan ternyata, tidak ada
seorangpun yang menjawab dengan benar. Takayal, Abu
Nawas pun marah-marah kepada mereka, Begitu saja kok
anggak bisa menjawab.Kalau begitu, mari kita menghadap
Sultan Harun Al-Rasyid, untuk mencari tahu kebenaran
yangsesungguhnya.Keesokan harinya, balairung istana
Baghdad dipenuhi warga masyarakat yang ingin
tahukesanggupan Abu Nawas mambawa enam ekor Lembu
berjenggot.Sampai di depan Sultan Harun Al-Rasyid, ia
pun menghaturkan sembah dan duduk dengankhidmat.
Lalu, Sultan berkata, Hai Abu Nawas, mana lembu
berjenggot yang pandai bicaraitu?Tanpa banyak bicara,
Abu Nawas pun menunjuk keenam orang yang dibawanya
itu, Inilahmereka, tuanku Syah Alam.Hai, Abu
Nawas, apa yang kau tunjukkan kepadaku itu?Ya,
tuanku Syah Alam, tanyalah pada mereka hari apa
sekarang, jawab Abu Nawas.Ketika Sultan bertanya,
ternyata orang-orang itu memberikan jawaban berbeda-
beda. Makaberujarlah Abu Nawas, Jika mereka
manusia, tentunya tahu hari ini hari apa. Apalagi
jikatuanku menanyakan hari yang lain, akan tambah
pusinglah mereka. Manusia atau hewan kahmereka ini?
Inilah lembu berjenggot yang pandai bicara
itu, Tuanku.Sultan heran melihat Abu Nawas pandai
melepaskan diri dari ancaman hukuman. Maka Sultanpun
memberikan hadiah 5.000 dinar kepada Abu Nawas.

Hikayat Batu Dan Pohon Ara


Alkisah pada suatu saat di sebuah negeri di timur
tengah sana. Seorang saudagar yang sangatkaya raya
tengah mengadakan perjalanan bersama kafilahnya. Diantara
debu dan bebatuan,derik kereta diselingi dengus kuda
terdengar bergantian. Sesekali terdengar lecutan
cambuksais di udara. Tepat di tengah rombongan itu
tampaklah pria berjanggut, berkain panjang
danbersorban ditemani seorang anak usia belasan tahun.
Kedua berpakaian indah menawan.Dialah Sang Saudagar
bersama anak semata wayang nya. Mereka duduk pada
sebuah keretayang mewah berhiaskan kayu gofir dan
permata yaspis. Semerbak harum bau mur tersebardimana-
mana. Sungguh kereta yang mahal.Iring-iringan barang,
orang dan hewan yang panjang itu berjalan perlahan,
dalam kawalan ketatpara pengawal.Rombongan itu
bergerak terus hingga pada suatu saat mereka berada
di sebuahtanah lapang berpasir. Bebatuan tampak diletakkan
teratur di beberapa tempat. Pemandanganini menarik bagi
sang anak sehingga ia merasa perlu untuk bertanya pada
ayahnya.Bapa, mengapa tampak oleh ku bebatuan dengan
teratur tersebar di sekitar daerah ini.Apakah gerangan
semua itu ?.Baik pengamatan mu, anak ku, jawab
Ayahnya,bagi orang biasa itu hanyalah batu, tetapibagi
mereka yang memiliki hikmat, semua itu akan tampak
berbeda.Apakah yang dilihat oleh kaum cerdik
cendikia itu, Bapa ?, tanya anaknya kembali.Mereka
akan melihat itu sebagai mutiara hikmat yang tersebar,
memang hikmat berseru-serudipinggir jalan, mengundang
orang untuk singgah, tetapi sedikit dari kita yang
menggubrisajakan itu..Apakah Bapa akan menjelaskan
perkara itu pada ku?Tentu buah hatiku, sahut Sang
Saudagar sambil mengelus kepala anaknya.Dahulu,
ketika aku masih belia, hal ini pun menjadi pertanyaan di
hati ku. Dan kakek mu,menerangkan perkara yang sama,
seperti saat ini aku menjelaskan kepadamu. Pandanglahbatu-
batu itu dengan seksama. Di balik batu itu ada sebuah
kehidupan. Masing-masing batuyang tampak oleh mu
sebenarnya sedang menindih sebuah biji pohon
ara.Tidakkah benih pohon ara itu akan mati karena
tertindih batu sebesar itu Bapa ?Tidak anak ku.
Sepintas lalu memang batu itu tampak sebagai beban yang
akan mematikanbenih pohon ara. Tetapi justru batu yang
besar itulah yang membuat pohon ara itu sanggupbertahan
hidup dan berkembang sebesar yang kau lihat di tepi
jalan kemarin.Bilakah hal itu terjadi Bapa ?Batu
yang besar itu sengaja diletakkan oleh penanamnya menindih
benih pohon ara. Merekamelakukan itu sehingga benih itu
tersembunyi terhadap hembusan angin dan dari mata
segalahewan. Samapai beberapa waktu kemudian benih itu
akan berakar, semakin banyak dansemakin kuat. Walau tidak
tampak kehidupandi atas permukaannya, tetapi dibawah,
akarnya terus menjalar. Setelah dirasa cukup barulahtunas
nya akan muncul perlahan. Pohon ara itu akan tumbuh semakin
besar dan kuat hinggaakhirnya akan sanggup menggulingkan
batu yang menindihnya. Demikianlah pohon ara ituhidup. Dan
hampir di setiap pohon araakan kau temui, sebuah batu,
seolah menjadi peringatan bahwa batu yang pernah
menindihbenih pohon ara itu tidak akan membinasakannya.
Selanjutnya benih itu menjadi pohon besaryang mampu
menaungi segala mahluk yang berlindung dari terik
matahari yang membakar.Apakah itu semua tentang
kehidupan ini Bapa ?, tanya anaknya.Sang Saudagar
menatap anaknya lekat-lekat sambil tersenyum,
kemudian meneruskanpenjelasannya.Benar anak ku.
Jika suatu saat engkau di dalam masa-masa hidupmu,
merasakan terhimpitsuatu beban yang sangat berat
ingatlah pelajaran tentang batu dan pohon ara itu.
Segalakesulitan yang menindihmu, sebenarnya
merupakan sebuah kesempatan bagi mu untukberakar,
semakin kuat, bertumbuh dan akhirnya tampil sebagai
pemenang. Camkanlah, belumada hingga saat ini benih pohon
ara yang tertindih mati oleh bebatuan itu. Jadi jika benih
pohonara yang demikian kecil saja diberikan kekuatan
oleh Sang Khalik untuk dapat menyingkirkanbatu
diatasnya, bagaimana dengan kita ini. Dzat Yang Maha
Perkasa itu bahkan sudahmenanamkan keilahian-Nya pada
diri-diri kita. Dan menjadikan kita, manusia ini jauh
melebihisegala mahluk dimuka bumi ini. Perhatikanlah kata-
kata ini anak ku. Pahatkan pada loh-loh batuhatimu,
sehingga engkau menjadi bijak dan tidak dipermainkan
oleh hidup ini. Karena memangkita ditakdirkan menjadi
tuan atas hidup kita.

Hikayat Gunung Tidar


Di Magelang terdapat sebuah bukit yang berada
di tengah-tengah kota. Bukit itu sangat terkenal karena
menjadisalah satu tempaan para taruna AKABRI. Bahkan
bukit itu menjadi salah satu ciri khas kota itu. Namanya
bukitTidar, atau lebih dikenal sebagai Gunung Tidar.
Konon Gunung Tidar merupakan pusat atau titik tengah
PulauJawa.Syahdan, dahulu kala Tanah Jawa ini masih
berupa hutan belantara yang tiada seorangpun berani
tinggal di sana.Sebagian besar wilayah Jawa ini dahulu
masih dikuasai berbagai makhluk halus. Konon Tanah Jawa
yang dikelilingilaut ini bak perahu yang mudah oleng oleh
ombak laut yang besar. Maka melihat itu para dewata segera
mencaricara untuk mengatasinya.Maka berkumpullah para
dewa untuk membahas persoalan Tanah Jawa yang tidak
pernah tenang oleh hantamanombak itu. Diutuslah
sejumlah dewa untuk tugas menenangkan pulau ini.
Mereka membawa sejumlah bala tentaramenuju Pulau
Jawa sebelah barat. Namun, tiba-tiba Pulau Jawa kembali
oleng dan berat sebelah karena para dewadan bala tentara
hanya menempati wilayah barat. Agar seimbang, sebagian
dikirim ke timur. Namun usaha initetap gagal.Melihat
kenyataan itu maka para dewa sibuk mencari jalan
pemecahan. Setelah beberapa waktu berembug,
makadidapatkanlah sebuah ide cemerlang. Mau tak mau para
dewa harus menciptakan sebuah paku raksasa, dan pakuitu
akan ditancapkan di pusat Tanah Jawa, yaitu titik tengah
yang dapat menjadikan Pulau Jawa seimbang. Pakuraksasa
yang ditancapkan itu konon dipercaya sebagian
masyarakat sebagai Gunung Tidar. Dan setelah
pakuraksasa itu ditancapkan, Pulau Jawa menjadi tenang dari
hantaman ombak.Menurut kepercayaan sebagian masyarakat,
Gunung Tidar pada mulanya hanya ditinggali oleh para jin dan
setanyang konon dipimpin oleh salah satu jin bernama Kiai
Semar. Kiai Semar tidak sama dengan tokoh Semar
dalamdunia pewayangan. Kiai Semar yang menguasai Gunung
Tidar ini konon jin sakti yang terkenal seram. Setiap
adamanusia yang mencoba untuk tinggal di sekitar Gunung
Tidar, maka tak segan Kiai Semar mengutus anak
buahnyayang berupa raksasa-raksasa dan genderuwo
untuk memangsanya.Alkisah, datanglah seorang manusia
yang terkenal berani untuk mencoba membuka wilayah
Tidar untuk ditinggali.Ksatria berani ini berasal dari tanah
jauh. Konon ia berasal dari negeri Turki, bernama Syekh
Bakir dan ditemaniSyekh Jangkung. Kedua syekh ini disertai
juga oleh tujuh pasang manusia, dengan harapan dapat
mengembangkanmasyarakat yang kelek mendiami wilayah
itu.Mendengar kabar itu, Kiai Semar murka. Diseranglah
mereka oleh anak buah Kiai Semar, dan tiada seorangpunyang
selamat kecuali Syekh Bakir yang sakti, soleh, dan sabar.
Setelah bertapa selama 40 hari 40 malam, iabertemu
dengan Kiai Semar.Hei, Ki Sanak, berani benar kau
berada di wilayah kekuasaanku tanpa permisi. Siapakah
engkau dan apa maumuberada di wilayah ini, kata
Kiai Semar.Duh penguasa wilayah Tidar, ketahuilah
olehmu bahwa namaku Syekh Bakir, asalku dari negeri Turki
nun jauh disana. Adapun kedatanganku kemari untuk
membuka tempat dan aku akan tinggal di sini bersama
saudara dansahabatku, jawab Syekh Bakir dengan
tenang.Adakah kau tahu bahwa daerah ini adalah daerah
kekuasaanku? Siapapun tak boleh tinggal di sini. Jika
tiadapeduli, maka akau akan mnegutus anak buahku untuk
menumpas kalian tanpa sisa.Hai engkau yang mengaku
sebagai penguasa Gunung Tidar, tidakkah kau
tahu bahwa tiada yang dapat melebihikekuasaan Allah?
Allah menciptakan manusia untuk menjaga dan memelihara
alam semesta ini, bukan untukmenguasainya secara
semena-mena, kata Syekh Bakir.Hei manusia,
sebelum kemarahanku memuncak, tinggalkan tempat ini!
Ketahuilah bahwa tempat ini sudahmenjadi milikku, dan
jangan mencoba merampasnya. Syekh Bakir
terdiam.Mendengar ancaman Kiai Semar, ia lalu
mengalah. Tetapi bukan berarti ia menyerah kalah.
Tetapi sebaliknyaSyekh Bakir hendak menyiapkan diri
lebih baik untuk mengalahkan Kiai Semar dan
bala tentaranya.Sesampai di negeri Turki, ia mengambil
sebuah tombak sakti yang bernama Kiai Panjang. Selain
itu, iapunmenyiapkan lebih banyak lagi manusia yang akan
diajak serta untuk membuka tempat tinggal baru di
Tidar.Sesampai kembali di Tidar, berpasang-pasang
manusia yang diajak serta oleh Syekh Bakir tinggal
lebih dulu didaerah sebelah timur Gunung Tidar
yang sekarang dikenal dengan nama desa Trunan. Konon
desa itu berasal darimakna turunan. Ada yang
mengatakan arti dari turunan itu adalah keturunan, tetapi
ada yang menganggapnyasebagai daerah pertama kali
sahabat-sahabat Syekh Bakir diturunkan dan tinggal di
tempat itu untuk sementarawaktu.Setelah itu Syekh Bakir
berangkat sendiri ke puncak Gunung Tidar untuk bersemadi.
Tombak pusaka sakti SyekhBakir ditancapkan tepat di
puncak Tidar sebagai penolak bala. Dan benar, tombak sakti
itu menciptakan hawapanas yang bukan main bagi Kiai Semar
dan wadyabalanya.Merekapun lari tunggang langgang
meninggalkan Gunung Tidar. Kiai Semar dan sebagian
tentaranya melarikan dirike timur dan konon hingga
sekarang menempati daerah Gunung Merapi yang masih
dipercaya sebagianmasyarakat sebagai wilayah yang angker.
Bahkan sebagian lagi anak buah Kiai Semar ada yang
melarikan diri kealas Roban, bahkan ke Gunung Srandil.
Tombak itu sekarang masih dijaga oleh masyarakat dan
dimakamkan dipuncak Gunung Tidar dengan nama Makam
Tombak Kiai Panjang.Dengan adanya tombak sakti itu, maka
amanlah Gunung Tidar dari kekuasaan para jin dan makhluk
halus. SyekhBakirpun akhirnya memboyong sahabat-
sahabatnya untuk membuka tempat tinggal baru di Gunung
Tidar dansekitarnya.

Hikayat Hang Tuah


Tersebutlah perkataan Hang Tuah, anak Hang Mahmud,
tempat duduknya di Sungai Duyung. Setiaporang yang
berada di sana mendengar kabar raja di Bintan berbudi
pekerti dan tutur katanya sangatmenawan.Hang
Mahmud yang mendengar kabar itu berkata kepada
istrinya, Dang Merdu. "Baiklah kita pergi keBintan. Kita
ini keluarga miskin. Pindah ke Bintan dengan harapan
supaya mudah mencari penghidupanyang layak."Dang
Merdu berkata, "Setuju apa yang dikatakan tadi!"Maka
pada malam itu, Hang Mahmud bermimpi bulan turun
dari langit. Cahayanya penuh di atas kepalaanaknya,
Hang Tuah. Maka Hang Mahmud pun terkejut atas
mimpinya tadi. Kemudian, bangun daritidurnya dan
diusapnya Hang Tuah itu sambil menciumnya dengan
penuh kasih sayang.Setelah hari siang, semua
mimpi Hang Mahmud diceritakan kepada pada anak dan
istrinya. Setelahmendengar cerita mimpi itu, Dang
Mahmud memandikan Hang Tuah. Kemudian, diberinya
kain dan bajuserba putih. Setelah itu, diberinya makan
nasi kunyit dan telur ayam. Tetua yang di sana
mendoakanagar Hang Tuah selamat dan dijauhkan dari
segala bala. Anak itu kembali dipeluk dan diciumi
denganpenuh kasih.Hang Mahmud berkata kepada
istrinya, "Anak kita ini harus dijaga baik-baik. Jangan
dibiarkan bermain jauh-jauh dari kita sebab ia
sangat nakal. Kita usahakan pindah ke Bintan sebab di
sana banyakguru mengaji.""Kalau begitu, kita harus
menyiapkan segalanya."Maka Hang Mahmud pun bersiap-
siap. Mereka akan berlayar ke Bintan. Setibanya di
sana, HangMahmud tinggal di dekat kampung bendahara
Paduka Raja. Hang Mahmud berjualan makanan
dikedainya.Setelah Hang Tuah besar, dia
bekerja membantu kedua orang tuanya, mencari kayu
bakar. Dia pula yangmemotong kayu-kayu itu dengan
kapak. Ibunya memerhatikan Hang Tuah yang sedang
bekerja sambilduduk-duduk di kedainya.Apabila Hang
Mahmud tiba dari mencari rezeki, Hang Tuah
menyambutnya. Jika hendak pergi kemanapun, Hang
Tuah selalu minta izin kedua orang tuanya. Dengan
begitu, Hang Tuah sudah pahambudi pekerti. Pada
usianya yang sepuluh tahun, dia sudah pandai bergaul
dengan sesamanya. Diabersahabat dengan Hang Jebat,
Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Hang Tuah
menyayangisahabatnya itu. Jika bermain dengan mereka
ke mana pun, selalu bersama-sama. Begitu pula
ketikamakan. Mereka seperti saudara kandung.Pada
suatu hari, Hang Tuah berkata kepada sahabatnya, "Hai,
saudaraku! Mampukah kita melayarkansebuah perahu
agar kita dapat merantau ke tempat lain untuk mencari
makan?"Hang Jebat dan Hang Kasturi menjawab, "Pakai
perahu siapa?""Baiklah kalau begitu, aku akan
meminjam perahu ayahku."Setelah bersepakat, Hang
Jebat dan Hang Kasturi pulang untuk menyiapkan
perbekalan.Orang tua mereka masing-
masing mengizinkan anak-anaknya merantau.Setelah
perlengkapan disiapkan, Hang Tuah diberi sebilah keris
oleh ayahnya. Begitu pula sahabat HangTuah lainnya
dibekali persenjataan oleh orang tua masing-masing.
Mereka berpamitan dan segeraberlayar menuju Pulau
Tinggi.

Di tengah samudra yang diarungi, mereka melihat


perahu lain yang menuju Pulau Tinggi. Rupanyaperahu itu
adalah perahu musuh. Hang Tuah dan sahabatnya
berembuk sambil berkata, "Bagaimana kitamenghadapi
musuh yang banyak itu?"Dengan tenang, Hang Tuah
berkata lagi, "Hai, saudaraku! Tidak ada jalan lain, kita
harus berusahamempertahankan diri. Kita harus
berbuat sesuatu. Tidak mungkin rasanya kita
menghadapi musuhdengan kapal yang banyak dan besar."
Hang Tuah membelokkan perahunya menuju pulau itu.
Setelahsampai di darat, perahu musuh mendekat pula
ke pulau itu. Rombongan dari perahu besar
itumemerhatikan kelima anak sebaya itu dan dinilainya
baik-baik.Dengan senang hati, orang di perahu besar itu
ingin menjadikan mereka budaknya. Sambil
menantiorang di perahu besar itu sampai ke daratan,
Hang Tuah dan sahabatnya berdiri di tepi
daratan.Rombongan orang di perahu besar itu hendak
menangkap mereka. Namun, Hang Tuah dan
sahabatnyawaspada sambil memegang
senjatanya masing-masing.Ketika orang itu hendak
menangkap mereka, Hang Tuah menikam orang itu. Paha
orang itu terlukaparah. Hang Jebat juga menghadang
musuh lainnya dengan senjatanya. Akan tetapi, musuh
lainnyamenghujani Hang Tuah dan kawan-kawannya
dengan senjata sumpit.Semua orang di perahu besar
itu berteriak, "Bunuhlah budak-budak celaka ini. Jangan
dikasihani!"Salah seorang di kapal besar itu melarang
membunuh anak-anak itu sambil berkata, "Hai, budak-
budak!Lebih baik menyerah daripada kami bunuh."Hang
Jebat malah menjawab, "Cuih, kami tidak sudi menuruti
keinginanmu!" Hang Jebat dan sahabatlainnya kembali
menyerang orang itu dengan senjatanya."Keterlaluan
budak-budak ini. Bunuhlah budakbudak celaka ini!" seru
orang di kapal besar sambilmenghujani Hang Tuah dan
sahabatnya dengan senjata sumpit.Hang Tuah siaga
dengan keris terhunusnya. Begitu pula sahabat lainnya
bersiap dengan senjatanya.Mereka balas menyerang dan
berhasil melumpuhkan beberapa orang. Orang di perahu
besar itu merasakalah dan pergi meninggalkan pulau
itu.Setelah musuh itu lari, Hang Tuah dan sahabatnya
merampas salah satu perahu musuh. Hang Tuahkemudian
berlayar menuju Singapura. Musuh yang melarikan diri
itu melaporkan kejadian tersebutkepada penghulunya.
Di perahu besar, penghulu itu merasa terhina dan marah
besar. Dari kapal besaritu, sang penghulu melihat
perahu yang dikemudikan Hang Tuah berlayar menuju
Singapura. Makapenghulu musuh itu pun berdiri di
tiang besar sambil berkata, "Segeralah kita
berlayar dan hadanglahperahu Hang Tuah itu."
Sumber: Bunga Rampai Melayu Kuno, 1952,
dengan penyesuaian ejaan.

Anda mungkin juga menyukai