Nama Peserta :
Alamat :
No.Hp :
Email :
Stambuk :
Komisariat :
Cabang :
Tahun Maper :
Hobby :
Cita - cita :
Motto Hidup :
Shalom, Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus Sang Kepala
Gerakan. Karna atas Berkat dan Rahmat-Nya kita masih dapat melanjutkan arak-arakan ini..
Selamat kepada para peserta yang telah dinyatakan lulus di LDK GMKI Komisariat
Fakultas Hukum USU. Sebagai organisasi pergerakan GMKI tidak terlepas dari yang
namanya “kaderisasi” Dalam kurikulum GMKI yang dirumuskan dalam Pola Dasar Sistem
Pendidikan Kader (PDSPK) 2006, LDK merupakan kaderisasi tingkat dasar yang tujuannya
untuk mempersiapkan kader yang siap memimpin di tiga medan layan GMKI. Kader GMKI
diharapkan dapat menjadi pemimpin yang membawa pengaruh bagi lingkungannya,
sederhananya dimulai dari lingkungan keluarga dan tidak hanya itu teman-teman juga akan
ditempah untuk menemukan versi terbaik dalam diri teman-teman dan menjadi pemimpin
yang dapat berpengaruh serta bermanfaat untuk orang lain..
Dan juga kami mengucapkan banyak terimakasih kepada tiap pihak yang ambil
bagian dalam menyukseskan kegiatan ini baik dari Pengurus Komisariat dan Panitia LDK
GMKI Koms. FH USU 2023 yang bersedia melayani dalam mempersiapkan dan
melaksanakan LDK ini dengan baik. Terimakasih juga kami ucapkan kepada para senior dan
seluruh civitas GMKI Koms. FH USU yang turut mendukung dan mendoakan kegiatan LDK
ini dari persiapan hingga pelaksanaannya.
Kami ucapkan banyak terimakasih kepada tiap pihak yang ambil bagian dalam
menyukseskan kegiatan ini baik dari Pengurus Komisariat dan Panitia LDK GMKI Koms.
FH USU 2023 yang bersedia melayani dalam mempersiapkan dan melaksanakan LDK ini
dengan baik. Terimakasih juga kami ucapkan kepada para senior dan seluruh civitas GMKI
Koms. FH USU yang turut mendukung dan mendoakan kegiatan LDK ini dari persiapan
hingga pelaksanaannya.
Demikian hal yang dapat saya sampaikan
Akhir kata,
Tinggi Iman..
Tinggi Ilmu..
Tinggi Pengabdian..
Ut Omnes Unum Sint, Shalom!
Shalom...
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
Panjang umur perjuangan!
Terpujilah Tuhan Yesus Kristus Sang Kepala Gerakan karena kebaikan dan kemurahanNya
kita masih diberikan kesehatan dan kekuatan untuk bisa tetap berproses dan bergerak bersama
di organisasi kita ini, GMKI.
GMKI sebagai salah satu organisasi mahasiswa tertua, terbesar, dan juga memiliki pengaruh
di Indonesia, memiliki keinginan untuk para kadernya, salah satunya adalah menciptakan
kader yang berkualitas di medan layan GMKI. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
menciptakan para kader yang berkualitas adalah melalui program yang Latihan Dasar
Kepemimpinan (LDK). Dalam program ini, para kader diharapkan dapat menggali potensi
kepemimpinan yang ada di dirinya masing-masing. Namun, harapan dari saya pribadi untuk
para kader yang mengikuti LDK kali ini adalah para kader bukan hanya sebagai pemimpin
yang biasa saja, namun menjadi pemimpin yang di panggil dan di tetapkan oleh Tuhan Kita
Yesus Kristus Sang Kepala Gerakan. Pemimpin yang tidak Lelah untuk terus bekerja dan
berkarya sebagai perpanjangan tangan Tuhan ke masyarakat.
Menjadi pemimpin bukan hanya soal memangku jabatan yang strategis, menguasai
kompetensi yang mumpuni, atau memiliki kekayaan berlimpah, tetapi seseorang pemimpin
juga harus bisa menjadi pribadi yang dapat merangkul banyak orang dari berbagai kalangan
untuk dapat maju bersama sama. Pemimpin merupakan seorang yang dapat dijadikan
panutan, maka seagala ucapan dan tindak tanduknya akan mempengaruhi orang-orang yang
mengikutinya. Baik buruk para pengikutnya bergantung pada pimpinannya. Oleh karena itu
seorang pemimpin harus dapat memberikan contoh kebaikan yang nyata.
Mari kita bersama-sama berjuang mengahadapi berbagai polemik zaman yang semakin hari
semakin kompleks. Untuk itu, kita sebagai seorang pemimpin muda haruslah bisa bersifat
inovatif, adaptif, dan transformative demi terwujudnya perubahan dan manfaat bagi banyak
orang.
Saya juga ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada setiap pihak yang telah
membantu kami demi berjalannya program ini dengan baik dan lancar. Semoga setiap dari
kita yang mengikuti program LDK GMKI FH USU ini menemukan jawaban akan
pencariannya selama ini.
Shalom!!!
Catatan :
Smartphone/ gawai harap dibawa selalu dan dalam keadaan terisi baterai.
10. ”Mengenal-Mu”
VERSE 1
Bila kubuka mataku
Ikut Dikau saja, Tuhan, jalan damai
Dan lihat wajahMu
bagiku;
Ku terkagum
Aku s'lamat dan sentosa hanya oleh
Bila kulihat hidupku
darahMu
Dan karya tanganMu
Ku tersanjung
REFF
Kar'na semua yang baik
Banyak orang menganggap dirinya sebagai seorang pemimpin Kristen, baik di kantor,
organisasi, kampus, rumah, atau gereja, meskipun konsep dan aksi kepemimpinan mereka
sangat berbeda dengan konsep dan aksi kepemimpinan yang pernah diajarkan dan
didemonstrasikan oleh Yesus Kristus. Aneh memang, tapi nyata.
Konsep kepemimpinan umum biasanya dikaitkan dengan konsep kuasa (power). Karena
pemimpin diidentikkan dengan kuasa, muncul opini umum yang mengatakan bahwa seorang
pemimpin adalah seorang yang memiliki kuasa. Kuasa itu sendiri sering kali didefinisikan
sebagai kapasitas untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa sumber kuasa yang populer
termasuk posisi, uang, fisik, senjata, kepakaran, dan informasi.
Konsep Yesus tentang kuasa jelas berbeda. Namun yang penting diingat terlebih dulu adalah
bahwa Yesus tidak meniadakan kuasa. Ia sendiri mengatakan bahwa Ia memiliki kuasa. Yang
Yesus lakukan adalah membongkar dan memperbaiki pengertian kuasa dan aplikasinya oleh
pemimpin. Ajaran Yesus sama sekali tidak berfokus pada kuasa seorang pemimpin, namun
kerendahan hati seorang pelayan. Kristus memandang kerajaan-Nya sebagai suatu komunitas
individu yang melayani satu sama lain (Galatia 5:13).
Dalam Alkitab versi King James, kata "pemimpin" muncul hanya enam kali, yaitu tiga kali
dalam bentuk tunggal dan tiga kali dalam bentuk plural. Namun tidak berarti konsep
kepemimpinan atau figur pemimpin tidak penting dalam Alkitab. Yang sangat menarik,
konsep pemimpin dalam Alkitab muncul dengan terminologi yang berbeda-beda. Yang
paling sering dipakai adalah "pelayan" atau "hamba". Allah tidak menyebut, "Musa,
pemimpin-Ku" tetapi "Musa, hamba-Ku".
Alkitab memakai kata Yunani 'doulos' dan 'diakonos' yang diterjemahkan sebagai hamba.
Meskipun kedua kata tersebut sulit dibedakan dalam penggunaannya, David Bennett dalam
bukunya "Leadership Images from the New Testament" menulis bahwa 'doulos' mengacu
kepada seseorang yang berada di bawah otoritas orang lain, sedangkan 'diakonos' lebih
menekankan kerendahan hati untuk melayani orang lain.
Kata Yunani ketiga yang sering dipakai Alkitab untuk hamba adalah 'huperetes', yang
menunjuk secara literal kepada orang-orang yang mendayung di level bagian bawah dari
kapal perang Yunani kuno yang memiliki tiga tingkat. Thayer's Hebrew Dictionary
mengartikannya sebagai 'bawahan' (underlings, sub-ordinate).
Mencermati Pemimpin-Pelayan
Untuk mengerti kedalaman dan menghargai keindahan konsep pemimpin- pelayan, kita perlu
melihat minimal dua acuan firman Tuhan berikut ini.
Pertama, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir
dari semuanya dan pelayan dari semuanya" (Markus 9:30-37).
Dalam konteks Markus 9 di atas, murid-murid Yesus meributkan tentang siapa yang terhebat
di antara mereka. Dan mereka meributkan itu persis setelah Yesus memberitahukan untuk
kedua kalinya bahwa Ia hendak menuju ke jalan salib. Sungguh ironis! Namun betapa persis!
Persis menggambarkan kita manusia yang berambisi terhadap kuasa, dan berani menyebut
diri pemimpin Kristen. Ketika Yesus mengkonfrontasi mereka, saya bayangkan betapa malu
mereka.
Yesus lalu mengajarkan kepemimpinan yang sejati. Bagi yang ingin di depan haruslah
menjadi yang paling belakang. Yang ingin menjadi pemimpin, harus menjadi hamba. Untuk
menjelaskan ini, Ia lalu merangkul seorang anak kecil sebagai model. Seorang anak kecil
tidak memiliki pengaruh sama sekali, tidak memiliki kuasa. Namun Yesus berkata, siapa
yang menyambut sesamanya yang tidak berarti, ia menyambut Tuhan.
Kebesaran seorang pemimpin Kristen tidak terletak pada berapa orang yang menjadi
pengikutnya, tetapi berapa banyak orang yang dilayaninya. Kebesaran seorang pemimpin
Kristen terletak justru pada komitmennya kepada mereka yang tersisih, kecil, marjinal, dan
sering terlupakan.
Yesus membalikkan seratus delapan puluh derajat konsep kepemimpinan yang dimiliki
kebanyakan orang, termasuk para murid-Nya. Alkitab menulis bahwa tak seorang pun yang
kuasanya melebihi Dia (Yohanes 13:3). Keempat Injil mencatat segala perbuatan ajaib yang
pernah dilakukan-Nya. Namun Yesus tidak pernah sekalipun menggunakan kuasa- Nya untuk
kepentingan pribadi. Ia menganggap kuasa-Nya sebagai sesuatu yang dipakai untuk melayani
orang lain.
Kedua, "Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba
untuk semuanya" (Markus 10:43,44).
Kita pasti pernah mendengar kutipan terkenal dari Lord Acton yang berkata bahwa "Power
tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely." Yang mungkin jarang kita dengar
adalah kebalikan dari kutipan di atas. Powerlessness juga punya tendensi untuk korup,
sebagaimana pernyataan Edgar Friedenberg: "All weakness tends to corrupt and impotence
corrupts absolutely."
Niccolo Machiavelli dalam karyanya yang terkenal "The Prince", menulis bahwa manusia
senantiasa memiliki ambisi terhadap kuasa, dan setelah memiliki kuasa cenderung
menyalahgunakan kuasa tersebut. Keinginan tersebut mengkorupsi diri manusia.
Untuk kesekian kalinya, Yesus menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah pelayanan. Kata
"ingin" dan "hendaklah" dalam ayat 43 dan 44 di atas berasal dari kata "want" dan "must"
dalam bahasa Inggris. Jadi yang lebih tepat adalah "ingin" dan "harus". Yesus mengajukan
syarat yang konkret. Ingin menjadi besar, harus menjadi pelayan. Ingin menjadi terkemuka,
harus menjadi hamba.
Kita cenderung berat sebelah, condong kepada sisi "ingin" dan melupakan sisi "harus". Kita
cenderung ingin jadi besar namun tidak mau menjadi pelayan bagi sesama. Kita memilih
untuk menjadi yang terkemuka, namun tidak pernah rela menjadi hamba bagi orang lain.
Yesus lalu berkata tentang diri-Nya: "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang" (10:45). Inilah yang disebut Oswald Sanders sebagai "The Master's Master
Principle". Prinsip ini tidak dimengerti oleh Yohanes dan Yakobus yang menginginkan
mahkota namun menghindari salib, yang mengejar kemuliaan tapi menjauhkan penderitaan,
yang berambisi menjadi tuan dan menolak disebut hamba.
Seorang dosen seminari teologi pernah mengingatkan saya bahwa Yesus tidak mengajarkan
konsep pemimpin-pelayan. Terminologi tersebut tidak pernah muncul di Alkitab. Yang ia
ajarkan adalah konsep pelayan, dan setiap orang Kristen seharusnya menjadi pelayan. Namun
tidak semua orang dipanggil menjadi pemimpin.
Ini masukan yang sangat berharga dan saya setuju dengan sepenuh hati. Tetapi kepadanya
saya mengungkapkan bahwa memang benar tidak semua orang dipanggil menjadi pemimpin,
namun mereka yang terpanggil menjadi pemimpin haruslah menjadi pemimpin-pelayan.
Dosen ini mengangguk setuju.
Namun yang penting untuk digaris bawahi adalah bahwa dalam konsep pemimpin-pelayan,
yang menjadi tekanan bukanlah aspek "pemimpin", namun aspek "pelayan". Pemimpin-
pelayan bukan pemimpin yang melayani, namun pelayan yang memimpin. Ia bukan seorang
pemimpin yang lalu merelakan diri untuk melayani orang lain. Namun ia pertama-tama
adalah seorang pelayan, seorang hamba Allah yang lalu terpanggil untuk memimpin.
Kepemimpinan ala Yesus Kristus sangat sulit dan sangat tidak natural. Namun konsep
tersebut senantiasa menantang saya yang terus- menerus diserbu oleh dahsyatnya godaan
kuasa. Entah bagaimana dengan Anda, namun saya melihat diri saya persis seperti Yohanes
dan Yakobus serta para murid lainnya yang selalu ingin menjadi yang terutama, yang
terkemuka, yang terdepan, yang terhebat, dan berbagai predikat superlatif lainnya.
Kiranya Allah menolong Anda dan saya untuk melepaskan diri dari jerat kuasa, dan dalam
anugerah-Nya dimampukan untuk menjadi pemimpin sejati dengan melayani sesama.
Mental seorang pemimpin diperlukan oleh siapa pun yang ingin mulai meniti tangga
kesuksesan. Untuk itu, orang biasanya mencari teladan atau idola, yaitu para pemimpin yang
dapat ditiru kiat-kiatnya dan dipelajari mentalitasnya. Bagi orang Kristen, kepemimpinan
dimulai dari meneladani karakter dan mental pemimpin dari tokoh terpenting dari
kekristenan, yaitu Kristus.
Kristus adalah seorang pemimpin yang hebat, kalau tidak bisa disebut yang paling
menakjubkan. Selama masa hidup-Nya di bumi, Kristus telah memulai tiga tahun pelayanan-
Nya menjadi sesuatu yang saat ini telah menjadi sebuah gerakan mendunia yang mengubah
sejarah. Saat ini, lebih banyak orang yang mengikuti Dia daripada pemimpin-pemimpin
lainnya yang pernah dan masih hidup di dunia.
Sebagai teladan, Yesus telah memberikan berbagai prinsip yang penting dalam membentuk
seorang pemimpin, dan lewat hidup-Nya, terkuaklah contoh-contoh nyata yang dapat kita tiru
dan terapkan dalam hidup kita.
Di acara-Nya yang terakhir bersama seluruh murid, yaitu Perjamuan Terakhir, Yesus
membasuh kaki para murid, termasuk Yudas yang nantinya akan berkhianat. Yesus
mengetahui posisi-Nya sebagai pemimpin, tetapi tidak melupakan panggilan-Nya untuk
melayani. Ia patuh dan setia pada tujuan pelayanan-Nya. Ia mengetahui masa depan dan Ia
bersedia menerimanya. (Referensi: Markus 8:35; Matius 20:25; Matius 23:11)
Dalam banyak hal, seluruh hidup dan pelayanan Yesus adalah tentang memprioritaskan hidup
dan menjalani setiap prioritas itu. Ketika Ia bicara, "Biarkan yang mati menguburkan yang
mati," Yesus bicara tentang perlunya berkonsentrasi pada tujuan kita yang paling penting dan
tidak mengalihkan perhatian kita pada situasi darurat sekalipun (Matius 8:22).
Ketika Lazarus meninggal, Yesus tetap fokus pada apa yang sedang Ia kerjakan, dan tidak
pergi mengunjungi Lazarus sampai dua hari kemudian. Yesus berjalan dalam misi-Nya. Ini
artinya, kepemimpinan kita harus digerakkan bukan oleh keinginan orang-orang di sekitar,
melainkan oleh tujuan hidup kita. (Referensi: Lukas 19:10; Matius 6:33)
Ajaran Yesus adalah: jadilah dahulu sesuatu sebelum melakukannya kepada orang lain.
Tanpa banyak bicara, Yesus menyembuhkan orang buta, orang kusta, orang pincang, orang
tuli; Ia membiarkan setiap karya-Nya berbicara untuk diri-Nya. Ia tahu bahwa orang-orang
akan meniru apa yang mereka telah lihat, tetapi belum tentu apa yang mereka dengar.
(Referensi: Lukas 7:22; Yohanes 14:11)
Hidup itu keras dan berat. Semakin kita sukses dan semakin banyak orang yang kita pimpin,
semakin banyak hal yang mereka inginkan dari kita. Kita harus mampu memperlengkapi diri
dengan berbagai hal yang mereka minta. Beberapa kali, Yesus pergi menyendiri dan mencari
tempat untuk melakukan introspeksi dan berdiam diri. Dengan cara itu, Ia berbicara dengan
Bapa-Nya dan mendapatkan lagi asupan "bahan bakar" untuk memperlengkapi diri-Nya
menghadapi berbagai tantangan ke depan. (Referensi: Markus 3:7-10; Lukas 4:42-43)
Yesus memiliki produk yang paling dahsyat yang pernah ada, yaitu: KESELAMATAN. Ia
menawarkan kesempatan pada manusia untuk memiliki hubungan baik dengan Tuhan. Ia
berbicara tentang surga dan malaikat, kegembiraan dan kedamaian, dan istana yang megah.
Namun, Ia tak pernah sekalipun memberikan gambaran yang terdistorsi. Ia memberi
peringatan kepada pengikut-Nya bahwa nanti akan terjadi penyiksaan dan kesulitan hidup
pada diri mereka. Namun, Yesus tidak pernah lupa mempersiapkan para pengikut-Nya untuk
saat-saat berat seperti itu. (Referensi: Yohanes 6:53; Matius 16:24)
7. Pemimpin memberi rasa aman dan kekuatan saat menangani persoalan yang
berat.
Yesus memberikan contoh nyata pada para pengikut-Nya, bagaimana menangani persoalan-
persoalan yang berat: Ia bangun pagi-pagi sekali dan berdoa meminta panduan dari Bapa-
Nya. Ia tetap tenang dan terkendali selama mengalami saat-saat yang sulit. Yesus tidak
mencari masalah dengan para musuh-Nya, tetapi Ia tidak pernah menunda untuk memberi
teguran atas setiap kesalahan, juga memberikan contoh bagaimana seharusnya bertindak.
Dan, yang terpenting, Yesus berhasil, dengan segala kekuatan-Nya, menyelesaikan pelayanan
yang telah Ia mulai. (Referensi: Lukas 20:20-26; Matius 22:23-46)
Yesus memimpin di tingkatan yang lebih tinggi daripada yang lainnya, dan ia meminta para
pengikut-Nya membuat komitmen yang tingkatannya juga lebih tinggi dari biasanya. Yesus
telah menunjukkan pola kepemimpinan yang tidak cukup dengan segala hal yang biasa-
biasa saja. Pemimpin tidak boleh lewat begitu saja, atau mengolah apa yang sudah ada. Yesus
tahu bahwa kredibilitas seorang pemimpin muncul dari kemampuannya menyelesaikan
masalah. Ia memimpin orang-orang menuju suatu hidup baru yang tidak mungkin pernah
dicapai lewat usaha manusia saja. (Referensi: Yohanes 16:33; Matius 16:24)
Setiap pemimpin yang efektif tahu satu hal: sukses diperoleh lewat orang-orang terdekatnya.
Pemimpin yang efektif tidak menyerahkan masalah yang satu ini kepada keberuntungan saja.
Menjadi seorang pemimpin berarti memilih siapa saja yang akan menjadi bagian dari timnya,
sekaligus memberikan perhatian yang intens kepada mereka yang akan memainkan peran-
peran penting dalam tim itu. Yesus tidak pernah mengambil keputusan dengan cara voting; Ia
selalu memikirkan setiap pilihan yang akan diambil-Nya dengan matang terlebih dahulu. Ia
bahkan berdoa sepanjang malam sebelum Ia memilih kedua belas rasul. Secara konsisten,
Yesus menantang orang-orang untuk mengambil langkah-langkah komitmen yang lebih
dalam untuk memberitakan Kerajaan-Nya. Yesus memiliki prinsip dalam membentuk tim.
Prinsip ini melibatkan seleksi yang serius, komunikasi yang intens, pemberian tanggung
jawab, pengawasan yang ketat, dan keteladanan yang harus ditiru dan dilaksanakan oleh
setiap anggota tim-Nya. (Referensi: Lukas 10:1; Matius 10:1)
Bahkan, pada masa awal pelayanan-Nya, Yesus memberitahukan para pengikut-Nya bahwa
Ia hanya akan berada bersama-sama mereka untuk waktu yang sangat singkat. Dari waktu ke
waktu, mereka sering mempermasalahkan masa pelayanan-Nya yang terbatas itu. Ia
menjelaskan, tetapi juga tetap meyakinkan mereka bahwa kepergian-Nya nanti bukan sesuatu
yang salah. Dari sejak awal, Yesus telah mempersiapkan mereka untuk tetap hidup meskipun
Ia telah pergi ke surga. Ia memberi teladan untuk selalu mengandalkan Roh Kudus dan terus
memengaruhi sesama. Tongkat estafet harus diteruskan kepada pelari berikutnya, bukan
dibawa pulang. (Referensi: Matius 28:18-20; Yohanes 20:21-22)
Tidak sulit bukan, menjadi seorang pemimpin itu? Yang paling berat biasanya adalah saat
memulainya. Namun, setelah itu, dengan disiplin dan niat yang kuat, jejak-jejak
kepemimpinan Kristus bisa segera Anda terapkan. Mulailah dari sekarang!
Kepemimpinan (leadership) merupakan sebuah cara atau teknik yang dilakukan oleh seorang
pemimpin atau manajer untuk mendorong/memotivasai orang lain agar melekukan sesuai
dengan apa yang aka dikerjakan. Oktavianus, (1998,p. 227) menuliskan bahwa,” meneladani
kepemimpinan Yesus Kristus berarti memanifestasikan kehadiran-Nya di bumi, untuk
memperbarui hidup dan membereikan hidup yang kekal kepada manusia.
Ciri kepemimpinana Yesus adalah menerapkan visi misi sehingga dapat memberikan
pengaruh terhadap pengikutNya. Dia memiliki sikap kerendahan hati, memiliki integrites
yang tinggi, dan kepemimpinan Yesus juga sifatnya tidak otoriter. Sebagai seorang pemimpin
pada masa kini diharapkan juga memiliki sifat yang di lakukan oleh Yesus Kristus dalam
kepemimpinan-Nya. Harus memiliki sikap yang rendah hati, tulus, berintegritas dalam
melaksanakan tanggungjawabnya sebagai pemimpin masa kini.
Karakter Yesus dalam memimpin Dalam pelayanan Yesus, lebih menerapkan kasih
sebagai seorang pemimpin. Matius 22:37-39 “ Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hokum yamng
terutama dan yang pertama. Dan hokum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Adanya kehidupan yang materialisme yang tentunya tidak terpisahkan dari sekularisme dan
hedonism. Gaya hidup seperti ini yang tidak memperhitungkan kebutuhan dan penderoitaan
rakyat, bisa dikatatakan bahwa gaya hidup seperti ini sudah mendarah daging dalam
kehidupan manusia.
Dalam kehidupan yang kita jalani sehari-hari, ada begitu banyak hal-hal yang instan dapat
kita jumpai baik dari segi makanan, minuman bahkan sebagai pemimpimpin. Ini adalah
bagian dari tantangan yang perlu kita waspadai dan perlu juga ditanggapi oleh para pemimpin
Kristen.
1.Pemimpin religius pembawa otoritas. Kristen Pemimpin sebagai pembawa otorotas Kristen
pada zaman sekarang ini harus lebih teliti dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai
suatu pelayanan bukan hanya sekedar sebagai jabatan. Demikian pila salah satu tangtangan
pemimpin Kristen sekarang adalah bagaiman untuk mewujudkan otoritas Kristus sebagai
pelayan dalam sebuah komunitas.
Kredibilitas
Kredibilitas adalah faktor yang penting dalam karakter seseorang. Sebagai pemimpin tentu
memerlukan waktu untuk mebangun kredibilitasnya dan tetaap waspada dalam menjaganya
kerena hal seperti dapat hilang begitu cepat. “James M. Kouser dan Barry Z. Posner dalam
bukunya Leadership challenge dan Credibility melakukan penelitian tentang pemimpin yang
dianggap memiliki kemampuan yang lebih dari pemimpin biasa.”
Integritas Diri
Komitmen
Dapat dipercaya bahwa seseorang dengan prinsip atau gagasan yang memiliki komitmen
teguh merupakan sebuah kualitas tunggal yang menghasilkan seorang pemimpin. Komitmen
memiliki arti yang berbeda-beda bagi tiap-tiap orang. Untuk seorang tentara, komitmen bisa
berarti melewati sebuah bukit yang tanpa diketahui apa debalik bukit tersebut. Seorang
petinju komitmen bisa berarti pantang menyerah. Hal tersebut dapat meyakinkan bahwa
karakter yang perlu dimiliki seorang pemimpin adalah komitmen, dimana komitmen tetap
berjuang untuk kepentingan bersama
Kerendahan Hati
Menurut Yesus pemimpin adalah yang paling renda, karena pemimpinlah yang sangat
tergantung kepada orang lain, pemimpin yang tak memiliki kekuatan. Yesus juga
mengatakan, “ kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa
memerintah rakyatnya dengan tanga besi, dan pembesar pembesarnya ,menjalankan kuasanya
dengan keras atas mereka. Tidaklah diantara kamu. Barangsaipa yang ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin yang terkemuka di
Kesimpulan
Dalam kehidupan yang kita hadapi sekarang ini, hendaknya kita menjadi pemimpin yang
dapat menjadi teladan bagi orang lain dan memiliki sikap seperti Kristus yang datang dengan
segala keserderhanaan dan memimpin dengan baik, memiliki integritas, komitmen, dan
kerendahan hati.
I. TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan dari pemberian materi “Falsafah Dasar Iman Kristen” dalam
Latihan Dasar Kepemimpinan ini adalah:
Memberikan pemahaman yang utuh tentang konsep Iman, Pengharapan dan Kasih, dan
mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam tataran actual di kehidupan sehari-hari.
II. SASARAN
Setelah mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan ini peserta diharapkan: Para kader GMKI
menjadi pelaku Iman, Pengharapan dan Kasih dalam lingkup dunia mahasiswa secara umum
dan internal GMKI secara khusus. Sikap kepedulian, saling mendukung, saling menghormati
dan tabah menghadapi saatsaat sulit adalah karakter GMKI yang sesungguhnya.
III. MATERI
A. Tritunggal
Istilah Tritunggal yang bisa dipahami sebagai Allah yang memiliki tiga pribadi dalam
satu kodrat atau tiga pribadi tersebut dikenal sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus
didalam satu kodrat yakni Kodrat Keilahian. Kata tritunggal sebenarnya tidak pernah
ada dalam Alkitab tetapi merupakan sebuah konsep atau doktrin dari kekristenan
untuk menjelaskan Allah yang berkepribadian tiga tetapi satu kodrat. Kita jangan
sampai keliru tentang hal ini, memang penjelasan mengenai Tritunggal ini cukup
rumit dan tidak mudah dipahami sebab Allah kita sanga trumit dipahami oleh akal
manusia yang memiliki keterbatasan tetapi bukan berarti kita tidak bisa sama sekali
untuk dimengerti, sebab jika kita meneliti dan membaca Alkitab kita dengan sangat
cermat dan teliti ada banyak petunjuk-petunjuk yang menyatakan kebenaran dari
tritunggal ini. Tritunggal bukan hanya sebuah konsep yang dibuat oleh manusia yang
bertujuan untuk mempermudah manusia mengenal Allah tetapi juga dalam artian
sangat luas Tritunggal sendiri menunjukan lingkup kasih Keallahan yang sejak semula
ada sebelum dunia diciptakan dan setelah dunia diciptakan menyalurkan kedalam
dunia ini kasih tersebut sehingga kita dapat dipahami konsep tritunggal sebagai:
1. Allah adalah esa.
2. Ada kejamakan dalam pribadi ke-Allahan, baik dalam PL maupun PB.
3. Yesus adalah Allah.
4. Yesus dalam banyak hal dibedakan dari Bapa, bahkan tampak lebih rendah
daripada Bapa.
Kita tidak akan mampu memberi penjelasan yang komprehensif tentang hal ini,
namun beberapa poin berikut cukup untuk memberi gambaran tentang sifat-sifat Allah
yang unik dan tidak dimiliki pribadi atau sesuatu yang lain di luar Allah:
“Called and Appointed by God” LDK GMKI FH USU | 24
Kekal, dalam arti ada dengan sendirinya
Memiliki semua sifat ke-Maha-an: maha kuasa, maha suci, dsb. Jika kita
memahami bahwa ke-Allahan Yesus berbeda dengan Keallahan Bapa, kita
perlu menyelidiki perbedaan tersebut. Apakah perbedaan itu mencakup
tiga sifat Allah di atas? Jika iya, maka Yesus tidak dapat dikatakan sebagai
Allah (dalam arti apapun!). Jika tidak, maka perbedaan itu tidak
berhubungan dengan hakekat keilahian, tetapi kepribadian.
B. Keselamatan
I. TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan dari pemberian materi “Berpikir Metodologis” dalam Latihan
Dasar Kepemimpinan ini adalah:
1. Memberikan pemahaman kepada kader GMKI mengenai pengantar konsep-konsep
berpikir (logis, filosofis, dan spiritual).
2. Memberikan pemahaman berpikir metodologis dengan pendekatan non ilmiah
(nonscientific approaches) dan pendekatan ilmiah (scientific approaches) yang
menyeluruh (holistic). Bagaimana menggunakannya, bagaimana prinsip-prinsip
penggunaannya dan bagaimana menentukan metode yang tepat dengan menggunakan
studi kasus.
3. Mampu meningkatkan rasa keingintahuan para kader GMKI untuk menyelidiki
permasalahan dan tantangan yang dihadapi dengan menggunakan
pendekatanpendekatan non ilmiah (non-scientific approaches) dan pendekatan ilmiah
(scientific approaches). Sehingga proses pengambilan keputusan dan solusi yang
dihasilkan selalu mempertimbangkan akar-akar penyebab terjadinya suatu masalah.
4. Menjadikan kader GMKI sebagai pemikir dan peneliti sosial yang mandiri di dalam
medan pelayanannya, dan mampu memadukannya dengan teori-teori ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperolehnya di dalam perkuliahan formal. Sehingga
riset-riset yang dihasilkan oleh kader GMKI selalu berasal dari realitas di dalam
medan pelayanannya, dan akan menghasilkan solusi yang tidak mengawang-awang
karena mengangkat realitas permasalahan yang sebenarnya.
II. SASARAN
Setelah mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan ini peserta diharapkan:
1. Para kader GMKI memahami pengantar konsep-konsep berfikir sehingga mampu
berfikir metodologis.
2. Para kader GMKI mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi untuk menyelidiki
permasalahan dan tantangan yang dihadapi secara menyeluruh (holistic) dari berbagai
sudut pandang (non ilmiah dan ilmiah).
3. Para kader GMKI menjadi pemikir dan peneliti yang mandiri, yang mampu
memadukan pengetahuan mengenai teori-teori ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimilikinya untuk menjawab berbagai tantangan di dalam medan pelayanannya.
4. Para kader GMKI mampu memahami realitas masalah, mampu menganalisa
permasalahan sampai kepada akar-akar permasalahannya dan mampu mencari solusi
yang tepat dengan tetap mempertimbangkan realitas dan keilmuan dan menjadi
pengambil keputusan yang solutif dan inovatif.
Tujuan Pembelajaran
1. Membekali para Kader GMKI agar memahami dan menghayati nilai-nilai dasar dalam
GMKI.
2. Memberi pemahaman atas aturan main dan landasan hukum yang berlaku di GMKI..
3. Memberikan pengetahuan umum kepada peserta tentang GMKI.
Sasaran Pembelajaran
1. Para kader GMKI memahami nilai-nilai dasar dalam GMKI.
2. Para kader GMKI memahami dan mampu menerapkan landasan hukum serta aturan-
aturan teknis lainnya.
3. Mengerti akan pengetahuan umum tentang GMKI dan dapat menjelaskan kepada
sekitarnya.
Visi Misi
Jhon Stott, salah satu pemikir besar Kristen, dalam salah satu bukunya menuliskan
“jika rumah menjadi gelap karena malam tiba, tidak ada gunanya menyalahkan rumah itu,
sebab itulah yang terjadi kalau matahari tenggelam. Pertanyaan yang perlu kita ajukan ialah
: Dimana lampu-lampunya? Jika daging menjadi busuk dan tak termakan lagi, maka tidak
ada gunanya menyalahkan daging itu, karena itulah yang terjadi bila kuman-kuman
dibiarkan membiak didalamnya. Pertanyaannya yang harus dikemukakan ialah dimana
garamnya?”
Visi GMKI adalah terwujudnya perdamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran,
keutuhan ciptaan, dan demokrasi di Indonesia berdasarkan kasih.
Misi GMKI adalah :
Panca Kegiatan
● Berdoa/beribadah
● Belajar
● Bersaksi
● Bersosial
● Berkreasi
A. Tujuan
Tujuan dari pemberian materi “Manajemen Organisasi” dalam Latihan Dasar
Kepemimpinan ini adalah:
1. Peserta dapat memahami teori dan konsep dasar dari manajemen organisasi.
2. Peserta dapat mengidentifikasi dan merumuskan fungsi-fungsi dari manajemen.
3. Peserta dapat memahami bagaimana mengimplementasikan strategi dalam
organisasi.
B. Sasaran
Setelah mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan ini peserta diharapkan:
a. Peserta memahami teori organisasi dan konsep manajemen organisasi..
b. Peserta mampu mengidentifikasi dan merumuskan fungsi-fungsi dari manajemen
c. Peserta dapat mengimplementasikan strategi dalam organisasinya
C. Materi
I. Teori Organisasi
a. Teori Organisasi
Teori organisasi secara umum bisa diartikan sebagai suatu
pikiran yang merupakan sekelompok orang yang membagi tugas
dengan cara struktur untuk mendapatkan pedoman yang ingin dicapai
bersama-sama. Teori Organisasi adalah teori yang berusaha
menerangkan/meramalkan bagaimanaorganisasi dan orang didalamnya
berperilaku dalam berbagai struktur organisasi,budaya dan lingkungan
untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan Scott dalam Legard (2010), teori organisasi dibagi
menjadi tiga level analisis, yang terdiri dari level sosial-psikologis,
level struktural, dan level makro yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Level Sosial-psikologis
Teori organisasi pertama yaitu level sosial-psikologis
merupakan teori organisasi yang lebih berfokus terhadap hubungan
individu serta antar personal yang ada di dalam sebuah organisasi.
Pada kelompok teori ini, ahli organisasi melakukan upaya untuk
menjelaskan bagaimana orang yang ada di dalam sebuah organisasi
tersebut saling berhubungan dalam mencapai tujuan masing-masing.
b. Level Struktural
Teori organisasi kedua yaitu level struktural merupakan teori
organisasi yang lebih berfokus kepada sebuah organisasi secara umum
serta subdivisi dari sebuah organisasi seperti contohnya departemen,
tim, dan sebagainya.
Pada kelompok teori ini, ahli organisasi juga menjelaskan
mengenai bagaimana antar unit yang ada di dalam organisasi seperti
halnya departemen, bagian, seksi, dan sejenisnya memiliki kaitan
antara satu sama lain dalam mencapai tujuan masing-masing unit
tersebut.
E. Strategi Manajemen
Secara umum pengertian strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan
atau mencapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan
dan mengembangkan kekuatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tentunya dalam penciptaan strategi ini harus sesuai dengan kemampuan
yang kita miliki berdasarkan sumberdaya yang ada.
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha anggota organisasi dan penggunaan sumber daya sumber
daya lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Handoko, 1995).
Jadi memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan
semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah
ditetapkan merupakan merupakan tugas utama manajemen.
Strategi Manajemen adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar
yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran
suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari pemberian materi “Kepemimpinan Kristen” dalam Latihan
Dasar Kepemimpinan ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan kepada peserta konsep dari kepemimpinan seperti mengerti
akan pengertian kepemimpinan, pilar-pilar kepemimpinan kristiani, fungsi pemimpin,
dan nilai-nilai dan karakter dari kepemimpinan kristen itu sendiri.
2. Peserta secara sadar memahami bahwa kepemimpinan Kristen tidak selalu soal
jabatan dan harga diri, tetapi menyadari bahwa kepemimpinan Kristen adalah soal hati
yang melayani bagi sekitarnya.
3. Memberikan pengetahuan kepada peserta mengenai prinsip-prinsip dasar
kepemimpinan
4. Peserta mampu mengerti teknik-teknik pengambilan keputusan agar dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sasaran
Setelah mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan ini peserta diharapkan:
1. Para kader GMKI memahami dengan baik bagaimana konsep dan nilai-nilai dari
kepemimpinan Kristen.
2. Para kader memahami, menghayati, serta menanamkan pada diri mereka bahwa
sesungguhnya kepemimpinan Kristen adalah soal hati yang melayani.
3. Memberikan pemahaman kepada kader mengenai prinsip-prinsip dasar kepemimpinan
terkhususnya kepemimpinan Kristen
4. Para kader dapat mengerti serta dapat mengimplementasikan teknik-teknik
pengambilan keputusan yang benar di segala kondisi.
Resume
Pada dasarnya kepemimpinan Kristen memiliki faktor-faktor dan matra-matra dasar
kepemimpinan yang sama dengan kepemimpinan umum lainnya. Pada sisi lain kenyataan
yang membedakan antara kepemimpinan Kristen dan kepemimpinan sekuler ialah hakikat,
dinamika, serta falsafah yang didasarkan pada Alkitab. Sebagai contoh, premis utama
kepemimpinan Kristen ialah bahwa Allah yang berdaulat oleh kehendak-Nya yang kekal,
telah menetapkan serta memilih setiap pemimpin Kristen kepada pelayanan memimpin.
Pengertian tentang arti dan hakekat kepemimpinan sangat penting bagi seorang
pemimpin. Sebab sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, kepemimpinan yang
dipraktikkan seorang pemimpin akan diwarnai oleh pemahaman internalnya tentang arti
kepemimpinan itu sendiri.
Satu kutipan dari Henry Pratt Fairchild, menjelaskan bahwa arti pemimpin adalah
seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya di satu bidang sehingga
dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Oleh karena itu, kita akan memahami perbedaan antara seorang pemimpin dan seorang
bos dari kualitas yang dimiliki. Perbedaan tersebut antara lain:
1. Seorang Boss akan mengandalkan kekuasaannya, tetapi seorang pemimpin
mengandalkan integritasnya;
2. Seorang Bos akan mempekerjakan bawahannya, tetapi seorang pemimpin mengilhami
bawahannya;
Menurut Warren Bennis dan Burt Nanus, seperti yang dikutip Henry dan Richard
Blackaby, mereka menemukan ada lebih dari 850 rumusan tentang kepemimpinan. Makna
pemimpin dalam konsepsi Alkitab, bukan berarti seseorang disebut pemimpin rohani
(Kristen) karena ia seorang Kristen atau melibatkan diri dalam pelayanan Kristen. Pemimpin
Kristen berarti pemimpin yang mengenal Allah secara pribadi dalam Kristus dan memimpin
secara kristiani.
Pemimpin Kristen adalah pribadi yang memiliki perpaduan antara sifat-sifat alamiah
dan sifat-sifat spiritualitas Kristen. Sifat-sifat alamiahnya mencapai efektivitas yang benar
dan tertinggi karena dipakai untuk melayani dan memuliakan Allah. Sedangkan, sifat-sifat
spiritualitas kristianinya menyebabkan ia sanggup mempengaruhi orang-orang yang
dipimpinnya untuk mentaati dan memuliakan Allah. Sebab daya pengaruhnya bukan dari
kepribadian dan ketrampilan dirinya sendiri, tetapi dari kepribadian yang diperbaharui Roh
Kudus dan karunia yang dianugerahkan Roh Kudus.
Jadi, Kepemimpinan Kristen bukan untuk mencari keuntungan materi maupun non-
materi, melainkan untuk pelayanan (Luk. 22:26).
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
● Dasar pengambilan keputusan: landasan hukum, data dan informasi harus valid dan
akurat.
● Proses pengambilan keputusan: harus demokratis, tidak menekan, mendengar dan
melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) dan tidak ada dominasi.
● Pengambil keputusan etis bukan hal yang mudah. Diperlukan doa, tuntunan Firman
Tuhan, hikmat Roh Kudus dan Petunjuk orang percaya. Allah memberkati keputusan
yang Ia prakarsai dan yang selaras dengan Firman-Nya. Selebihnya, Allah
memberkati keputusan yang memuliakan diri-Nya.
I. Tujuan
Tujuan dari pembelajaran materi “Analisa Sosial” dalam Latihan Dasar Kepemimpinan
ini adalah:
1. Peserta dapat memahami Analisa Sosial secara teoritis, mengetahui arti penting
dan manfaat analisa sosial
2. Peserta memiliki kesadaran dan cepat tanggap akan permasalahan sosial yang ada
dalam lingkungannya
3. Peserta dapat merumuskan dengan menggunakan teknik dalam melakukan analisa
sosial serta menerapkan kedudukan analisa dalam agenda perubahan yang ada di
masyarakat yang dinamis
II. Sasaran
III. Materi
Analisa sosial merupakan sebuah proses atau mekanisme yang akan membahas berbagai
problematika yang terjadi pada sebuah objek analisa dan pada akhirnya akan menghasilkan
apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan atas berbagai problematika tersebut. Dari
sana, kita dapat menentukan apa yang dibutuhkan untuk dicarikan solusi yang tepat.
Inilah yang acapkali tidak dilalui oleh para problem solver. Mereka seringkali
menghasilkan solusi atas problematika yang hadir bukan berdasarkan hasil analisa mendalam,
namun hanya berdasarkan dugaan yang argumentasinya lemah atau bahkan hanya
berdasarkan pada kemauannya saja. Mungkin permasalahan yang nyata di lapangan akan
terselesaikan, namun karena ia tak akan menyentuh sampai pada akarnya maka akan hadir
permasalahan-permasalahan baru atau bahkan permasalahan yang nyata tersebut tidak hilang
sama sekali.
Analisa sosial merupakan usaha untuk menganalisa sesuatu keadaan atau masalah sosial
secara objektif. Analisa sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai
situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan histories, struktural dan konsekuensi masalah.
Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisa, namun dalam konteks transformasi
sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus relevan dengan target perubahan sosial
yang direncanakan yang sesuai dengan perubahan.
Teori dan fakta berjalan secara simultan, teori sosial merupakan refleksi dan fakta sosial,
sementara fakta sosial akan mudah dianalisa melalui teori-teori sosial. Teori sosial melibatkan
isu-isu mencakup filsafat untuk memberikan konsepsi-konsepsi hakekat aktivitas sosial dan
perilaku manusia yang ditempatkan dalam realitas empiris. Charles Lemert (1993) dalam
Social Theory: The Multicultural And Classic Readings menyatakan bahwa teori sosial
memang merupakan basis dan pijakan teknis untuk bisa survive.
Teori sosial merupakan refleksi dari sebuah pandangan dunia tertentu yang berakar pada
positivisme. Menurut Anthony Giddens secara filosofis terdapat dua macam analisa sosial.
Pertama, analisa institusional, yaitu analisa sosial yang menekankan pada keterampilan dan
kesetaraan aktor yang memperlakukan institusi sebagai sumber daya dan aturan yang
diproduksi terus-menerus. Kedua, analisa perilaku strategis, adalah analisa sosial yang
memberikan penekanan institusi sebagai sesuatu yang diproduksi secara sosial.
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Kunjungan Lapangan
3. Tahap Pemilahan Data
4. Tahap Penentuan Masalah
5. Tahap Prioritas Masalah
6. Tahap Akar Masalah
Secara lebih detail, pada tahap kunjungan lapangan para pelaku analisa sosial harus
menanyakan apa yang sudah dan belum diketahui komunitas sasaran. Kemudian
mengumpulkan data tentang komunitas dengan mewawancarai anggotanya. Setelah itu data
dikelompokkan menurut bidang sosial ekonomi, sosial politik dan sosial budaya.
Pada tahapan akar masalah para pelaku analisa sosial harus memetakan kendala, strategi dan
teknik, langkah-langkah, serta sumber daya untuk menyelesaikan permasalahan. Setelah
keempat hal tersebut berhasil dipetakan maka selanjutnya masuk ke dalam tahapan
pelaksanaan solusi yang sudah dirumuskan untuk menyelesaikan permasalahan sosial.
Setelah solusi tersebut diimplementasikan maka kemudian dievaluasi dan direfleksikan
apakah keadaan masyarakat berubah menjadi lebih baik dengan konfirmasi ke lapangan
secara langsung.
Selanjutnya, agar analisa sosial lebih berguna maka perlu menggunakan beberapa prinsip
sebagai berikut:
Sasaran
Setelah mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan ini peserta diharapkan:
1. Menguasai teknik menyampaikan pendapat dan mengimplementasikan di waktu yang
akan datang
2. Dapat mengidentifikasi hubungan dan keterikatan antara Politik dan Iman Kristen itu
sendiri
3. Dapat menjadi peneliti kebijakan-kebijakan yang ada di Indonesia, dan mampu
memadukannya tidak hanya sebagai Orang Kristen tetapi juga sebagai Warga Negara
Indonesia
Resume
Pendidikan politik adalah usaha atau upaya berupa bimbingan atau pembinaan secara
disengaja dan sistematis dalam meningkatkan pengetahuan politik sehingga mencintai dan
memiliki keterikatan yang tinggi terhadap bangsa dan negara serta menghayati nilai-nilai
yang terkandung dalam sistem politik agar mampu berpartisipasi dan bertanggung jawab
dalam mencapai tujuan politik dan merupakan proses untuk membina individu agar mampu
memahami, menilai, dan mengambil keputusan tentang berbagai permasalahan dengan cara-
cara yang tepat dan rasional, termasuk dalam menghadapi masalah yang bias maupun isu
yang kontroversial. Pengetahuan politik akan membawa orang pada tingkat partisipasi
tertentu. Dalam politik seseorang tidak hanya dituntut mengembangkan pengetahuan juga
harus mengembangkan aspek sikap dan keterampilan. Pendidikan politik merupakan suatu
upaya sadar yang dilakukan antara pemerintah dan para anggota masyarakan secara
terencana, sistematis, dan dialogis dalam rangka untuk mempelajari dan menurunkan
berbagai konsep, simbol, nilai-nilai, dan norma norma politik dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Manfaat pendidikan politik dapat melatih warganegara agar meningkat
partisipasi politiknya. Lewat pendidikan politik individu diajarkan bagaimana mereka
mengumpulkan informasi dari berbagai media massa, diperkenalkan mengenai struktur
politik, lembaga-lembaga politik, lembaga-lembaga pemerintahan.
Pendidikan politik tidak akan terlaksana tanpa adanya penyelenggaraan yang
dilakukan secara nyata di lapangan atau di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan
penyelenggaraan pendidikan politik tentunya akan berkaitan erat dengan bentuk pendidikan
politik yang akan diterapkan di tengah-tengah masyarakat tersebut. Dengan demikian, bentuk
pendidikan politik mana yang akan diterapkan dalam mendukung terlaksanannya pendidikan
politik merupakan hal yang sangat penting bagi pemerintahan suatu Negara, pada umumnya