Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH PAI

URGENSI AGAMA BAGI KEHIDUPAN

KELOMPOK 1
1. H1401211029 Amalia Shaqinah Arsani
2. H2401211109 Syifa Firsta Wandira
3. H2401211167 Ayumi Dwi Lestari
4. H3401211097 Nichika Winarda
5. H3401211149 Zabrina Putri Amanda
6. I2401211024 Achtira Auliamarsha
7. I2401211042 Ananda Irma Puspita
8. K1401211001 Syifa Rasyida Gustiana

KELAS SS05

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji
syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan terhadap Nabi Muhammad SAW
dan semoga kita semua termasuk ke dalam umatnya hingga akhir zaman kelak.

Penyusunan makalah berjudul “Urgensi Agama Bagi Kehidupan” ini bertujuan


guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang diampu oleh
Bapak Dr. Drs. Hamzah, M.Si., dan juga sebagai sarana menambah khazanah ilmu
pengetahuan serta memperkuat iman Islam kita. Makalah ini terbentuk
berdasarkan materi yang telah disusun oleh para dosen pengampu dan juga
menggunakan sumber lainnya yang tersebar di beberapa jurnal yang kami
temukan di internet.

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, namun terlepas dari hal itu,
kami menyadari bahwa makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat beberapa kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, kami sebagai
penyusun sangat menerima kritik serta saran konstruktif dengan harapan
memberikan pengetahuan baru dan kami dapat menyusun makalah yang lebih
baik di kemudian hari. Kami harap makalah ini akan bermanfaat bagi kita semua,
baik para penyusun dan pembaca makalah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bogor,
20 Februari 2022

i
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................2
A. Makna Agama.......................................................................................2
B. Pentingnya Agama Dalam Kehidupan..................................................6
C. Sikap Manusia Terhadap Agama..........................................................10
D. Pembagian Agama................................................................................19
E. Toleransi Dalam Beragama...................................................................27
BAB III : PENUTUP......................................................................................33
A. Kesimpulan ..........................................................................................33
B. Saran.....................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................34

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urgensi agama bagi kehidupan manusia sangat strategis untuk mengakses
kebahagiaan dunia serta akhirat. Agama tak hanya sekedar memberi petunjuk
untuk kehidupan di akhirat, tetapi juga membawa nilai-nilai kehidupan bagi
manusia, sehingga memberikan dampak yang luar biasa pada kehidupan
sehari-hari. Agama berfungsi sebagai kontrol, rambu-rambu, petunjuk dalam
menghadapi kehidupan, karena di samping fitrah agama ialah ciri-ciri dan
kewajiban bagi manusia. Ditinjau dari segi agama Islam, manusia diciptakan
dalam keadaan yang terbaik, termulia, serta tersempurna bila dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Selain itu, manusia juga memiliki hawa nafsu dan
tabiat buruk, misalnya suka menuruti hawa nafsu, lemah, aniaya, membantah,
dan lain-lain, yang menyebabkan manusia bisa terjerumus ke dalam lembah
kenistaan, kesengsaraan, dan kehinaan. Dengan kata lain, manusia dapat
bahagia di dunia maupun di akhirat, dan dapat juga menderita, sengsara atau
tersiksa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan agama?
2. Mengapa agama berperan penting dalam kehidupan?
3. Apa saja sikap manusia terhadap agama?
4. Apa saja pembagian dalam agama?
5. Bagaimanakah penerapan sikap toleransi dalam beragama?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari agama.
2. Untuk mengetahui peran penting agama dalam kehidupan.
3. Untuk mengetahui sikap manusia terhadap agama
4. Untuk mengetahui pembagian dalam agama
5. Untuk memahami penerapan sikap toleransi dalam beragama.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Agama
Agama adalah ciri utama kehidupan manusia dan dapat dikatakan sebagai
satu kekuatan paling dahsyat dalam mempengaruhi tindakan seseorang.
William James (1902) bapak Psikologi meyakini bahwa peran agama sangat
penting dalam keseharian manusia (James, 1902 dalam Luis & Cruise (2006).
Selanjutnya Emmons & Polutzian (2003) menyebutkan bahwa agama
merupakan kekuatan sosial yang penting dan memiliki pengaruh yang kuat
terhadap lingkungan sosial.
1) Secara Abstrak
Agama bukan hanya sebuah keyakinan melainkan sebuah
medium yang membuat orang-orang mampu merasakan kehadiran
Tuhan. Pandangan tentang agama tersebut harus dihayati dan
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada praktiknya di
kehidupan modern, cara pandang seseorang berbeda-beda dalam
memaknai agamanya, ada orang yang memandang keyakinan
agama itu sebagai sesuatu yang harus dipraktikkan dalam
peribadatan ritual. Kehidupan modern memberikan tantangan
seseorang yang dimanjakan dengan teknologi media, krisis makna
menyebabkan agama menjadi bukan suatu kebutuhan melainkan hanya
sebuah formalitassaja. Dalam mengantisipasi segala bentuk
pengikisan iman, setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda
untuk menentukan tujuan hidupnya, sehingga timbullah sikap-sikap
yang berbeda dalam memaknai agama
Adanya agama adalah peran penting untuk mengatur hubungan
manusia dengan alam. Berdasarkan keyakinan pada Tuhan,
perilaku baik manusia mengikuti aturan Tuhan. Aturan itu
diperlukan agar manusia tetap berada di jalan yang menuju
tercapainya tujuan hidup atau berada di jalan yang diperintahkan
Tuhan, yang tidak lain dilakukan demi kebaikan manusia itu

2
sendiri (Ibrahim & Akhmad, 2014) Dengan demikian, kita bisa
melihat bahwa agama merupakan jalan hidup yang harus
ditempuh manusia untuk mewujudkan kebaikan hidup di dunia dan
di akhirat.
Pada sisi lain, kita juga sering mendengar beragama merupakan
hak dasar warga negara, termasuk mempraktikkan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari. Beragama ‘dipandang merupakan hak asasi
individu, yang tak boleh dicampuri siapa pun termasuk oleh negara.
Karena merupakan hak individu, maka tugas negara adalah
menjamin terlaksananya hak-hak tersebut dalam kehidupan
keseharian penganutnya
Dalam sebuah masyarakat sipil, masyarakat menegakkan aturan
main yang bisa saja bersumber dari ajaran agama untuk menjaga
kebersamaan sebagai warga negara. Dengan begitu agama menjadi
sebuah alasan untuk beberapa keperluan. Sehingga ketika agama
sudah dianggap tidak lagi relevan maka manusia lebih banyak
menghargai kehidupan materialistik daripada kehidupan spiritual
merupakan ruhnya agama, menjalarnya budaya permisif di
kalangan umat manusia, munculnya sikap individualistis, lembaga
pendidikan kurang menjanjikan, terjadinya konflik dalam nilai-nilai
sosial dan polarisasi budaya
Agama dalam bahasa Arab disebut Din yang memiliki
pemaknaan banyak. Makna-makna utama dalam kata disimpulkan
menjadi empat, yaitu 1) keadaan berutang; 2) penyerahan diri; 3)
kuasa peradilan; dan 4) kecenderungan alami.
Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia sebagai
orang per orang maupun dalam hubungannya dengan kehidupan
bermasyarakat.Selain itu agama juga memberi dampak bagi
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian secara psikologis, agama
dapat berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam diri) dan motif
ekstrinsik (luar diri).

3
Dengan begitu agama adalah sebuah makna dimana setiap orang
bebas menentukan haknya untuk beragama karena didalamnya
manusia menemukan pandangan hidup dan inspirasi yang dapat
menjadi landasan yang kokoh untuk pembentukan nilai, harkat
dan martabat manusia.
2) Makna Agama Dalam Dunia Modernisasi
Dunia modern dan proses modernisasi telah membawa manusia
pada era teknologi, digitalisasi realitas-realitas sosial yang dimana
Manusia akhirnya tidak sadar bahwa dirinya telah menjadi robot akibat
sistem sosial yang telah terkonstruksi oleh kekuasaan Religious: Jurnal
Studi Agama-Agama dan Lintas Budaya 4, 2 (2020): 125-134 126 of
134 Muslih Aris Handayani, Mukti Ali/Antara Agama dan Imajinasi:
Identitas Simbol Ibadah Dalam Perspektif Postkomunikasi,
Postspiritualitas, dan Hiperspiritualitas dan kewenangan yang dimiliki
oleh segelintir manusia yang dominan. Perubahan sosial, teknologi,
dan kebudayaan telah membentuk satu komando sistemik dan rutinitas
kehidupan yang jauh dari nilai, etika, norma, dan hukum yang
menghargai hak-hak personal, kelompok, kaum minoritas, dan nilai-
nilai kemanusiaan.
Pada tataran ini manusia tak ubahnya seperti benda mati atau robot
yang dijalankan oleh sistem sosial, birokrasi, lembaga, dan
kewenangan atau kekuasaan yang dimiliki oleh sekelompok orang
yang dianggap wajar, normal, dan tidak dipermasalahkan oleh publik.
dengan demikian, karena manusia telah masuk dalam sistem sosial
robotik yang telah terkonstruksi oleh berbagai kekuasaan, kewenangan,
keangkuhan, dan arogansi individu atau kelompok atas nama jabatan
dan birokrasi, maka agama dibutuhkan dan sangat diperlukan untuk
mengembalikan perilaku sosial manusia dan perilaku keberagamaan
mereka sesuai dengan statusnya sebagai manusia yang memiliki
kesadaran, bukan sebagai robot. Dalam pemikiran Piliang, agama lebih
dari sekedar aturan hidup dan perilaku sosial. Agama merupakan
sebuah tegangan antara kepatuhan dan aturan, antara hasrat dan

4
pembatasan, antara doktrin dan kreativitas, antara ajaran dan imajinasi.
Agama memerlukan imajinasi, karena ia adalah proses pembacaan,
yaitu pembacaan ayat atau tanda ketuhanan (Amir Piliang, 2011).
3) Makna Agama Dalam Perilaku Sosial
Perilaku sosial dan keberagamaan yang baik tidak saja
merepresentasikan kehidupan sosial yang baik tapi juga
merepresentasikan kekhusyuan seseorang dalam beribadah serta
kepatuhannya dan kepasrahan hidupnya kepada Tuhan. Agama bukan
saja perintah-perintah Tuhan yang harus dikerjakan manusia, tapi
agama juga muncul dalam perilaku dan tindakan sosial yang sesuai
dengan ajaran yang ditekstualkan (Kloos & Moore, 2000; Regnerus &
Uecker, 2007). Pada akhirnya, perilaku beragama seharusnya bukanlah
ajang pencitraan sosial, identitas, mesin reproduksi kesombongan,
keangkuhan, dan kewibawaan di balik baju identitas keberagamaan
seseorang.
Seorang yang taat dan patuh kepada Allah, perilaku sosialnya akan
merepresentasikan kesantunan, kerendahan hati, dan kebaikan
layaknya seorang pemuka agama, meskipun ia orang biasa. Pada
akhirnya, pemuka dan lembaga agama bukanlah sekedar identitas
personal dan sosial, ia harus mencerminkan tindakan sosial dalam
kehidupan sehari-hari sebagai bentuk kepatuhan dan pengabdian
kepada Tuhan.
4) Makna Agama Menurut Ayat Al-Quran
Di antara ayat yang paling sering dilontarkannya adalah Q.S.. Al-
Imran: 19
‫ِاَّن الِّدْيَن ِع ْنَد ِهّٰللا اِاْل ْس اَل ُم ۗ َو َم ا اْخ َتَلَف اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب ِااَّل ِم ْۢن َبْع ِد َم ا َج ۤا َء ُهُم اْلِع ْلُم َبْغ ًيۢا َبْيَنُهْم‬
‫َۗو َم ْن َّيْكُفْر ِبٰا ٰي ِت ِهّٰللا َفِاَّن َهّٰللا َس ِرْيُع اْلِحَس اِب‬
Artinya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir

5
terhadap ayatayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat
hisab-Nya.”

5) Makna Agama Islam Secara Etimologis


Kata “Islam” berasal dari: salima yang artinya selamat. Dari kata
itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan
patuh. Sebagaimana firman Allah SWT:
﴾ ‫َبَلى َم ْن َأْس َلَم َو ْج َهُه ِهّلِل َو ُهَو ُم ْح ِس ٌن َفَلُه َأْج ُر ُه ِع نَد َر ِّبِه َو َال َخ ْو ٌف َع َلْيِه ْم َو َال ُهْم َيْح َز ُنوَن‬
١١٢﴿
Artinya:
Barang siapa mengerjakan kebajikan dan dia beriman maka
usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan), dan sungguh,
Kamilah yang mencatat untuknya.
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut
Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada
Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya.

B. Pentingnya Agama dalam Kehidupan


Saat ini kita berada pada era globalisasi, dimana sekat antar negara sudah
tidak terbatas karena peran teknologi semakin mendominasi. Berbagai arus
informasi datang, kemudahan demi kemudahan diperoleh. Dengan kemajuan
dunia saat ini, tidak sedikit yang melupakan agama, padahal agama pada
dasarnya adalah pedoman kita untuk hidup. Agama tidak hanya mengatur
dalam urusan akhirat saja, tetapi urusan duniawi pun diatur sedemikian
baiknya, sehingga kehidupan berjalan dengan baik. Padahal semakin modern
masyarakat, semakin kompleks kehidupan masyarakat serta pergaulan baik
antar individu maupun kelompok.
Drs. Sidi Gazalba menulis sebuah buku membahas tentang perlukah
agama atau tidak. Terdapat sebuah tesis yang dikemukakan oleh Drs. Sidi
Gazalba, yang pertama adalah agama itu perlu untuk selamat dan sejahtera di

6
akhirat, dengan amal yang dilakukan selama hidup sebagai bekal di akhirat,
dan tidak termasuk orang merugi karena menyia-nyiakan waktu yang ada.
Kedua, agama itu perlu untuk menjadi benteng pertahanan batin manusia,
pada dasarnya fitrah manusia membutuhkan agama, seperti manusia
membutuhkan makanan. Agama menjaga fitrah manusia dari syahwat hewani
dan tipudaya setan. Hal ini dijelaskan pada Q.S Ar-Rum ayat 30. Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui
Ketiga, agama itu perlu untuk menyelamatkan manusia. , hal ini sangat
penting karena pada dasarnya manusia membutuhkan pedoman, dijelaskan
pada Q.S Al-Maidah ayat 48 artinya dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-
Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang
membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya,
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan
janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.
Agama menjelaskan mana yang benar dan salah, yang baik dan buruk. Tanpa
agama, manusia hanya mengikuti hawa nafsu.
Keempat, agama itu perlu untuk menyelamatkan uang negara, saat ini
banyak ditemukan orang yang memiliki intelektual tinggi, akan tetapi jarang
ditemukan untuk orang-orang jujur. Agama hadir untuk membersihkan jiwa
manusia dari sifat buruk dan menumbuhkan sifat takwa, diterangkan pada
Q.S Asy-Syams ayat 7-10 pada ayat delapan dijelaskan maka Dia
mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, Kelima,
agama itu perlu untuk menjaga perdamaian dunia, Dan berpeganglah kamu

7
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk. (Q.S.. Ali 'Imran [3]: 103). Sebagai orang beriman
hendaklah kita saling tolong-menolong dalam kebajikan, menjaga
silaturahmi, mempererat tali persaudaraan sehingga menjauhkan diri dari
permusuhan seperti pada masa Jahiliyah. Agama Islam memiliki nilai
toleransi pada dasar kehidupan bermasyarakat, dijelaskan pada Q.S Al-
Kafirun ayat 6 artinya Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.
Adapun manfaat agama berdampak positif bagi individu dan sosial,
dibuktikan dengan penelitian tentang studi masyarakat beragama Islam di
Jakarta oleh Hendrix Chris Haryanto. Penelitian tersebut memaparkan
mengenai manfaat menurut para responden dengan hasil; hidup yang terarah
(41,85%), ketenangan hidup (25,32%), meningkatkan keyakinan dalam
beragama (15,67%), menghindarkan diri dari perilaku buruk (11,16%), dan
meningkatkan toleransi (0,42%).
Pada penelitian tersebut membuktikan bahwa agama adalah hal penting
untuk membimbing individu dalam menjalani kehidupan, baik bersifat
individu maupun sosial. Keberadaan agama menjadikan arah hidup manusia,
dengan beberapa aturan-aturan untuk dijalankan bertujuan untuk mengatur
bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama. Adanya agama sebagai rambu
untuk terhindar dari segala kejahatan, kekufuran, hawa nafsu, keserakahan,
dan tindakan buruk lainnya yang timbul dalam diri manusia.
Mata kuliah Pendidikan Agama Islam adalah salah satu implementasi dari
pengembangan fitrah melalui bantuan eksternal. Pendidikan agama Islam
adalah sarana untuk pengembangan fitrah dan usaha agar tidak ada
penyimpangan dalam fitrah, sehingga fitrah berkembang ke arah yang benar
dan lebih baik lagi.

8
Manusia memerlukan pedoman hidup dalam beraktivitas dan juga
memenuhi kebutuhannya. Dalam Agama Islam sudah diatur tidak hanya
untuk kehidupan akhirat namun duniawi juga, menunjukkan mana jalan baik
benar dan salah maupun baik dan buruk. Jika tidak beragama, manusia hanya
mengikuti keinginannya tanpa ada makna, entah itu baik atau buruk hanya
mengikuti hawa nafsu belaka, hal ini diterangkan pada Q.S Al-Maidah ayat
48.

Manusia dalam memenuhi kebutuhan baik fisik maupun naluri, jika fisika
manusia memerlukan makanan agar tubuhnya sehat dan bugar, jika naluriah
manusia memerlukan agama dalam memenuhi fitrah. Agama tidak hanya
menjadi pedoman, tetapi sebagai peringatan dan menahan diri dari
penyimpangan fitrah, sehingga memberikan bimbingan atau panduan dalam
menjaga fitrah.

Manusia adalah makhluk sosial, membutuhkan orang lain bisa dalam


berbagai bentuk, antara lain kerja sama, saling tolong menolong, dan saling
menghormati. Seringkali kita menemukan perselisihan karena
kesalahpahaman atau orang yang serakah dan egois. Tidak jarang kejadian
korupsi terjadi di negeri ini, hal ini membuktikan bahwa manusia memiliki
tingkat intelektual tinggi tidak menjamin memiliki jiwa yang bersih, maka
dari itu adanya agama dalam membersihkan jiwa manusia dari keburukan
sehingga terhindar dari sifat buruk seperti,; serakah, sombong, dan iri dengki
serta tindak kejahatan baik merugikan diri sendiri maupun orang lain. Jika
kita memiliki jiwa yang bersih maka kejadian semacam korupsi atau tawuran
antar warga dapat terhindar. Kehidupan individu dan bermasyarakat dapat
berjalan dengan harmonis, tentram, dan damai.
Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan alamiah dalam beragama.
Dalam kehidupan baik individu maupun sosial agama tidak bisa dilepaskan
dan juga pada kehidupan modernisasi ini yang semakin rumit dan kompleks

9
kita sangat membutuhkan agama sebagai pedoman dalam hidup manusia.
Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia memiliki berbagai keterbatasan,
sehingga memerlukan bekerja sama dengan orang lain dalam memenuhi
kebutuhannya. Pada kenyataanya seringkali kita menemukan perbedaan, salah
paham, dan egoisme dapat menyebabkan perselisihan dan kebingungan saat
menentukan suatu hal, sehingga manusia memerlukan sebuah aturan hidup
yang mengatur dalam bertingkah laku, pengambilan keputusan, dan tidak
hanya menguntungkan satu pihak saja. Oleh karena itu terciptalah kehidupan
yang baik dan benar. Agama tidak pernah lenyap akan waktu maupun zaman,
karena manusia sangat membutuhkan agama sebagai pegangan dan pijakan
dalam segala hal.
C. Sikap Manusia Terhadap Agama
Berikut merupakan beberapa sikap manusia terhadap agama:
1) Atheis
Menurut pemahaman yang sangat luas, atheis merupakan
kurangnya kepercayaan akan eksistensi Tuhan. Atheis merupakan
ungkapan yang berasal dari istilah Yunani (átheos), yang tak jarang
dipakai untuk menunjukkan mereka yang mempunyai kepercayaan
yang bertentangan dengan agama, bahkan kepercayaan yang mengakar
pada lingkungan mereka. Adapun yang termasuk dalam sikap atheis
adalah sebagai berikut:
a. Mengingkari kehidupan akhirat
Orang yang atheis menafikan adanya tuhan dan agama.
Mereka mengingkari adanya kehidupan setelah dunia, yaitu
kehidupan akhirat. Seperti yang tertuang dalam firman Allah SWT
pada surah Al-An’am ayat 29:
‫َو َقاُلوا ِإْن ِهَي ِإاَّل َحَياُتَنا الُّد ْنَيا َو َم ا َنْح ُن ِبَم ْبُعوِثيَن‬

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata:
"Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia

10
kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka
tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam,
sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang.
Allah pun berfirman agar kita senantiasa tidak
menghiraukan perkataan mereka dalam surat Al-An’am ayat 112
yang berbunyi:
‫َو َك َٰذ ِلَك َجَع ْلَنا ِلُك ِّل َنِبٍّي َع ُدًّو ا َش َياِط يَن اِإْل ْنِس َو اْلِج ِّن ُيوِح ي َبْعُضُهْم ِإَلٰى َبْع ٍض ُزْخ ُرَف‬
‫اْلَقْو ِل ُغ ُروًراۚ َو َلْو َش اَء َر ُّبَك َم ا َفَع ُلوُهۖ َفَذ ْر ُهْم َو َم ا َيْفَتُروَن‬
Artinya:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh,
yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang
mereka ada-adakan.
b. Meyakini bahwa hidup dan mati hanya ditentukan oleh waktu
Mereka yang termasuk dalam kaum atheis meyakini bahwa
kehidupan yang ada di dunia ini hanya ditentukan oleh waktu saja,
bahkan kematian pun terjadi hanya karena faktor waktu. Hal
tersebut terdapat dalam firman Allah dalam surat Al-Jatsiyah ayat
24:
‫َو َقاُلوا َم ا ِهَي ِإاَّل َحَياُتَنا الُّد ْنَيا َنُم وُت َو َنْح َيا َو َم ا ُيْهِلُك َنا ِإاَّل الَّدْهُرۚ َو َم ا َلُهْم ِبَٰذ ِلَك‬
‫ِم ْن ِع ْلٍم ۖ ِإْن ُهْم ِإاَّل َيُظُّنوَن‬
Artinya:
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah
kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada
yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-
kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain
hanyalah menduga-duga saja.

11
Allah membantah mereka dan meminta bukti jika ada
yang menciptakan dan mematikan selain Allah. Sebagaimana
firman Allah pada surat Al-Waqiah ayat 57-60 sebagai berikut:
‫َنْح ُن َخ َلْقَناُك ْم َفَلْو اَل ُتَص ِّد ُقوَن‬
‫َأَفَر َأْيُتْم َم ا ُتْم ُنوَن‬
‫َتْخ ُلُقوَنُه َأْم َنْح ُن اْلَخ اِلُقوَن‬ ‫َأَأْنُتْم‬
‫َقَّدْر َنا َبْيَنُك ُم اْلَم ْو َت َو َم ا َنْح ُن ِبَم ْسُبوِقيَن‬ ‫َنْح ُن‬
Artinya:
Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu
pancarkan. Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu
tidak membenarkan? Kamukah yang menciptakannya, atau
Kamikah yang menciptakannya? Kami telah menentukan
kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan
dapat dikalahkan,
c. Mengingkari wahyu dan menganggapnya hanya karangan manusia
Para atheis meyakini bahwa wahyu yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad SAW hanyalah karangan seseorang semata. Hal
ini sesuai dengan firman Allah pada surah An-Nahl ayat 103:
‫َو َلَقْد َنْع َلُم َأَّنُهْم َيُقوُلوَن ِإَّنَم ا ُيَع ِّلُم ُه َبَش ٌرۗ ِلَس اُن اَّلِذ ي ُيْلِح ُد وَن ِإَلْيِه َأْع َجِمٌّي َو َٰه َذ ا‬
‫ِلَس اٌن َع َر ِبٌّي ُم ِبيٌن‬
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata:
"Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia
kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka
tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam,
sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang.
Allah
pun berfirman agar kita senantiasa tidak menghiraukan perkataan
mereka dalam surat Al-An’am ayat 112 yang berbunyi:
‫َو َك َٰذ ِلَك َجَع ْلَنا ِلُك ِّل َنِبٍّي َع ُدًّو ا َش َياِط يَن اِإْل ْنِس َو اْلِج ِّن ُيوِح ي َبْعُضُهْم ِإَلٰى َبْع ٍض ُزْخ ُرَف‬
‫اْلَقْو ِل ُغ ُروًراۚ َو َلْو َش اَء َر ُّبَك َم ا َفَع ُلوُهۖ َفَذ ْر ُهْم َو َم ا َيْفَتُروَن‬
Artinya:

12
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh,
yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang
mereka ada-adakan.
2) Musyrik
Musyrik dalam syariat islam artinya perbuatan menyekutukan
Allah dengan apa pun, yang merupakan kebalikan dari segala ajaran
ketauhidan yang mempunyai arti mengesakan Allah. Kemusyrikan
dipraktikkan secara pribadi dengan secara sadar dan sukarela
mengikuti ajaran selain ajaran Allah (membenarkan, melaksanakan,
dan mendukung atau menegakkan ajaran musyrik tersebut). Adapun
yang termasuk ke dalam sikap musyrik adalah sebagai berikut:
a. Menyembah berhala
Orang musyrik yang menyembah berhala meyakini bahwa
tuhan tidak hanya ada satu. Mereka menganggap Tuhan Yang
Maha Esa adalah sesuatu yang mengherankan. Hal tersebut
tertuang dalam firman Allah pada surat Shad ayat 4-6:
‫َأَجَعَل اآلِلَهَة ِإَلًها َو اِح ًدا ِإَّن َهَذ ا َلَش ْي ٌء ُع َج اٌب‬
‫َو اْنَطَلَق اْلَم أل ِم ْنُهْم َأِن اْم ُش وا َو اْص ِبُروا َع َلى آِلَهِتُك ْم ِإَّن َهَذ ا َلَش ْي ٌء ُيَر اد‬
Artinya:
Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi
peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir
berkata, "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja?
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan.” Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka
(seraya berkata), "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah)
tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
dikehendaki.

13
Para penyembah berhala mengira bahwa berhala akan
menyelamatkan mereka. Sebagaimana disebutkan dalam firman
Allah pada surat Yunus ayat 18 yang berbunyi:
‫َو َيْعُبُد وَن ِم ْن ُدوِن ِهَّللا َم ا اَل َيُضُّر ُهْم َو اَل َيْنَفُعُهْم َو َيُقوُلوَن َٰه ُؤاَل ِء ُشَفَع اُؤَنا ِع ْن َد ِهَّللا‬
‫ۚ ُقْل َأُتَنِّبُئوَن َهَّللا ِبَم ا اَل َيْع َلُم ِفي الَّس َم اَو اِت َو اَل ِفي اَأْلْر ِضۚ ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلٰى َع َّم ا ُيْش ِرُك وَن‬
Artinya:
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak
dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak
(pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah
pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah:
"Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak
diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha
Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka
mempersekutukan (itu).
b. Menyelisihi Petunjuk Allah
Orang-orang yang menyekutukan Allah menyelisihi Petunjuk
Allah. Hal tersebut tertuang dalam firman Allah surat Al-
Muminun ayat 117:
‫َو َم ْن َيْدُع َم َع ِهَّللا ِإَٰل ًها آَخ َر اَل ُبْر َهاَن َلُه ِبِه َفِإَّنَم ا ِح َس اُبُه ِع ْنَد َر ِّبِهۚ ِإَّنُه اَل ُيْفِلُح اْلَك اِفُروَن‬
Artinya:
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah,
padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka
sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya
orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.
3) Pluralisme
Pluralisme merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa
semua agama adalah benar. Pluralisme menyajikan sebuah kebebasan
dalam berpikir dan bertoleransi, baik toleransi agama maupun toleransi
budaya. Pluralisme menyatakan bahwa semua agama itu setara, tidak
ada agama yang lebih benar atau lebih baik dari agama lainnya.
Kebenaran sebuah agama adalah relatif dan subjektif, tergantung

14
terhadap pemikiran pemeluk agama masing-masing. Adapun yang
termasuk ke dalam sikap pluralisme adalah sebagai berikut:
a. Menganggap bahwa semua agama menyembah Tuhan yang sama
Orang dengan kepercayaan pluralisme menganggap bahwa
semua agama menyembah Tuhan yang sama, padahal Allah Swt
telah mengkafirkan mereka yang menuhankan Nabi Isa as. Hal itu
tertuang dalam firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 72:
‫َلَقْد َكَفَر اَّلِذ يَن َقاُلوا ِإَّن َهَّللا ُهَو اْلَم ِس يُح اْبُن َم ْر َيَم ۖ َو َقاَل اْلَم ِس يُح َيا َبِني ِإْس َر اِئيَل اْع ُبُدوا َهَّللا‬
‫َر ِّبي َو َر َّبُك ْم ۖ ِإَّنُه َم ْن ُيْش ِرْك ِباِهَّلل َفَقْد َح َّر َم ُهَّللا َع َلْيِه اْلَج َّنَة َو َم ْأَو اُه الَّناُرۖ َو َم ا ِللَّظاِلِم يَن ِم ْن‬

‫َأْنَص اٍر‬
Artinya:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal
Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah
Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
b. Mengira bahwa siapa saja yang berbuat baik pada sesama akan
selamat
Penganut pluralisme mengira bahwa siapa saja yang
berbuat baik pada sesama maka akan selamat walaupun tidak
beragama Islam. Padahal faktanya Allah tidak menerima agama
selain islam. Sebagaimana tertuang dalam surat Ali Imran ayat 85:
‫َو َم ْن َيْبَتِغ َغْيَر اِإْل ْس اَل ِم ِد يًنا َفَلْن ُيْقَبَل ِم ْنُه َو ُهَو ِفي اآْل ِخَرِة ِم َن اْلَخ اِس ِر يَن‬
Artinya:
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
4) Sekularisme
Sekularisme merupakan suatu paham yang senantiasa berpendirian
bahwa paham agama tidak dapat dimasukkan ke dalam urusan politik,

15
negara, atau institusi publik lainnya. Orang dengan paham sekularisme
meyakini bahwa nilai keagamaan harus dibedakan dengan nilai-nilai
kehidupan dunia dan seluruh aspeknya. Adapun yang termasuk ke
dalam sikap sekularisme adalah sebagai berikut:
a. Menjalankan sebagian ajaran agama yang disukai dan
meninggalkan ajaran agama lainnya yang tidak disukai
Orang dengan paham sekularisme menjalankan sebagian
ajaran agama yang mereka sukai tetapi meninggalkan ajaran
agama lainnya yang tidak mereka sukai. Mereka memperjual
belikan ayat-ayat Allah sesuai dengan kepentingannya seperti
kalangan Ahli Kitab. Hal ini terdapat dalam firman Allah pada
surat Al-Baqarah ayat 85-86:
‫َأَفُتْؤ ِم ُنوَن ِبَبْع ِض اْلِكَتاِب َو َتْكُفُروَن ِبَبْع ٍضۚ َفَم ا َج َز اُء َم ْن َيْفَع ُل َٰذ ِلَك ِم ْنُك ْم ِإاَّل ِخ ْز ٌي ِفي اْلَحَياِة‬
‫الُّد ْنَياۖ َو َيْو َم اْلِقَياَم ِة ُيَر ُّد وَن ِإَلٰى َأَشِّد اْلَع َذ اِبۗ َو َم ا ُهَّللا ِبَغاِفٍل َع َّم ا َتْع َم ُلوَن‬
‫ُأوَٰل ِئَك اَّلِذ يَن اْش َتَرُو ا اْلَحَياَة الُّد ْنَيا ِباآْل ِخَر ِةۖ َفاَل ُيَخ َّفُف َع ْنُهُم اْلَع َذ اُب َو اَل ُهْم ُيْنَص ُروَن‬

Artinya:
Apakah kamu beriman kepada sebagian Al Kitab (Taurat) dan
ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi
orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan
dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka
dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah
dari apa yang kamu perbuat. Itulah orang-orang yang membeli
kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan
diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.
b. Meragukan hukum-hukum Allah sehingga ragu untuk
melaksanakan ajaran-Nya
Mereka dengan paham sekularisme meragukan hukum-hukum
Allah sehingga ragu untuk melaksanakan ajaran-Nya padahal
sebelumnya telah menyatakan keimanan dan ketaatan kepada

16
Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam surat An-
Nur ayat 47-50:
‫َو َيُقوُلوَن آَم َّنا ِباِهَّلل َو ِبالَّرُسوِل َو َأَطْعَنا ُثَّم َيَتَو َّلٰى َفِريٌق ِم ْنُهْم ِم ْن َبْع ِد َٰذ ِلَك ۚ َو َم ا ُأوَٰل ِئَك‬
‫ِباْلُم ْؤ ِمِنيَن‬
‫َو ِإَذ ا ُدُعوا ِإَلى ِهَّللا َو َر ُسوِلِه ِلَيْح ُك َم َبْيَنُهْم ِإَذ ا َفِر يٌق ِم ْنُهْم ُم ْع ِر ُضوَن‬
‫َو ِإْن َيُك ْن َلُهُم اْلَح ُّق َيْأُتوا ِإَلْيِه ُم ْذ ِع ِنيَن‬
‫َأِفي ُقُلوِبِه ْم َم َر ٌض َأِم اْر َتاُبوا َأْم َيَخ اُفوَن َأْن َيِح يَف ُهَّللا َع َلْيِهْم َو َر ُسوُلُهۚ َبْل ُأوَٰل ِئَك ُهُم‬
‫الَّظاِلُم وَن‬
Artinya:
Dan mereka berkata: "Kami telah beriman kepada Allah dan
rasul, dan kami mentaati (keduanya)". Kemudian sebagian dari
mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah
orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil
kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka
menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk
(kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan
patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam
hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu
ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya
berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah
orang-orang yang zalim.
5) Mukmin
Mukmin merupakan orang yang bertakwa kepada Allah Swt
dengan sebenar-benarnya. Seorang mukmin senantiasa menjalankan
semua yang diperintahkan oleh Allah, menjauhi semua larangan-Nya,
dan berjihad dengan seluruh harta jiwa mereka dalam jalan Allah Swt.
Adapun yang termasuk ke dalam sikap seorang mukmin adalah sebagai
berikut:
a. Beriman kepada Allah, malaikat, dan kitab-kitab yang
diturunkan kepada para rasul-Nya

17
Seorang mukmin pastilah beriman kepada Allah. Mereka
juga beriman kepada mailaikat serta kita-kitab yang telah
diturunkan kepada para rasul dan tidak membeda-bedakan para
rasul dengan mengimani keseluruhannya. Hal ini tertuang
dalam firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 285:
‫آَم َن الَّرُسوُل ِبَم ا ُأْنِز َل ِإَلْيِه ِم ْن َر ِّب ِه َو اْلُم ْؤ ِم ُن وَن ۚ ُك ٌّل آَم َن ِباِهَّلل َو َم اَل ِئَك ِت ِه َو ُكُتِب ِه‬
‫َو ُرُس ِلِه اَل ُنَف ِّر ُق َبْيَن َأَح ٍد ِم ْن ُرُس ِلِهۚ َو َق اُلوا َس ِم ْعَنا َو َأَطْعَن اۖ ُغ ْفَر اَن َك َر َّبَن ا َو ِإَلْي َك‬
‫اْلَم ِص يُر‬
Artinya:
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang
yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami
dan kepada Engkaulah tempat kembali".
b. Kuat Keimanannya dan tidak ada keraguan didalam hatinya
Seorang mukmin pastilah memiliki keimanan yang kuat.
Tidak ada keraguan sedikit pun di dalam hatinya. Mereka
berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Sebagaimana
disebutkan dalam surat Al-Hujurat ayat 15 yang berbunyi:
‫ِإَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُنوَن اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِباِهَّلل َو َر ُسوِلِه ُثَّم َلْم َيْر َتاُبوا َو َج اَهُدوا ِبَأْم َو اِلِهْم َو َأْنُفِس ِهْم ِفي‬
‫َس ِبيِل ِهَّللاۚ ُأوَٰل ِئَك ُهُم الَّصاِد ُقوَن‬
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

18
c. Bergetar hatinya saat mendengar nama Allah dan bertawakal
kepada-Nya dalam setiap urusan
Para mukmin akan bergetar hatinya saat disebut nama
Allah. Mereka akan bertambah keimanannya saat dibacakan
ayat-ayat Al-Quran. Sebagai orang mukmin pastilah mereka
bertawakal kepada Allah dalam setiap urusan serta mendirikan
shalat dan menunaikan zakat juga sedekah. Hal ini disebutkan
dalam firman Allah pada surat Al-Anfal ayat 2-4:
‫ِإَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُنوَن اَّلِذ يَن ِإَذ ا ُذ ِكَر ُهَّللا َو ِج َلْت ُقُلوُبُهْم َوِإَذ ا ُتِلَيْت َع َلْيِه ْم آَياُتُه َز اَد ْتُهْم ِإيَم اًنا‬
‫َو َع َلٰى َر ِّبِهْم َيَتَو َّك ُلوَن‬
‫اَّلِذ يَن ُيِقيُم وَن الَّص اَل َة َوِمَّم ا َر َز ْقَناُهْم ُيْنِفُقوَن‬
‫ُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َح ًّقاۚ َلُهْم َد َر َج اٌت ِع ْنَد َر ِّبِهْم َو َم ْغ ِفَر ٌة َو ِر ْز ٌق َك ِر يٌم‬
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezeki (nikmat) yang mulia.

D. Pembagian Agama
Pembagian Agama menurut sumbernya terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Dinullah (Agama Allah SWT)
Agama yang ajarannya langsung diturunkan dari Allah SWT dan
disampaikan kepada Nabi dan Rasul melalui wahyu-Nya. Agama yang
dimaksud ialah agama islam. Agama islam merupakan satu satunya
agama yang diridhoi oleh Allah SWT dan agama yang benar. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT pada Surah Al-Imran ayat 18-19:

19
‫ٰۤل‬
‫َش ِهَد ُهّٰللا َاَّنٗه ٓاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَۙو َو اْلَم ِٕىَك ُة َو ُاوُلوا اْلِع ْلِم َقۤا ِٕىًم ۢا ِباْلِقْس ِۗط ٓاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَو اْلَع ِز ْيُز اْلَحِكْيُم‬.
‫ِاَّن الِّدْيَن ِع ْنَد ِهّٰللا اِاْل ْس اَل ُم ۗ َو َم ا اْخ َتَلَف اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب ِااَّل ِم ْۢن َبْع ِد َم ا َج ۤا َء ُهُم اْلِع ْلُم َبْغ ًيۢا َبْيَنُهْم‬
‫َۗو َم ْن َّيْكُفْر ِبٰا ٰي ِت ِهّٰللا َفِاَّن َهّٰللا َس ِرْيُع اْلِحَس اِب‬
Artinya:
Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian
pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan,
tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Maha-bijaksana.
(Q.S. Al Imran ayat 18).
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih
orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka
memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa
ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat
perhitungan-Nya. (Q.S. Al Imran ayat 19).
Sedangkan surah yang menegaskan bahwa Allah maha esa dan tuhan
satu satunya di alam semesta ini ialah surah Al-Ikhlas ayat 1-4.
‫ُقْل ُهَو ٱُهَّلل َأَح ٌد‬
1. Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa.
‫ٱُهَّلل ٱلَّص َم ُد‬
2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
‫َلْم َيِلْد َو َلْم ُيوَلْد‬
3. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
‫َو َلْم َيُك ن َّل ۥُه ُكُفًو ا َأَح ٌۢد‬

4. dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."


Dinullah memiliki beberapa sumber ajarannya, yaitu:
1)Ajarannya bersumber dari Allah SWT.
Syariatnya diturunkan dalam bentuk wahyu kepada Nabi
Muhammad AS dan yang telah diwasiatkan-Nya kepada
nabi-nabi sebelumnya. Wahyu-wahyu tersebutlah yang
kemudian disusun menjadi kitab suci umat islam, Al-Qur’an.
Hal ini tertuang dalam firman Allah SWT pada surah Asy-
Syura ayat 13:

20
‫َش َر َع َلُك ْم ِّم َن الِّدْيِن َم ا َو ّٰص ى ِبٖه ُنْو ًحا َّو اَّلِذ ْٓي َاْو َح ْيَنٓا ِاَلْيَك َو َم ا َو َّصْيَنا ِبٖٓه‬
‫ِاْبٰر ِهْيَم َوُم ْو ٰس ى َوِع ْيٰٓس ى َاْن ۞ َاِقْيُم وا الِّدْيَن َو اَل َتَتَفَّر ُقْو ا ِفْيِۗه َك ُبَر َع َلى اْلُم ْش ِر ِكْيَن‬
‫ا َتْدُع ْو ُهْم ِاَلْيِۗه ُهّٰللَا َيْج َت ْٓي ِاَلْيِه ْن َّيَش ۤا ُء َو َيْهِد ْٓي ِاَلْيِه ْن ُّيِنْيُۗب‬
‫َم‬ ‫َم‬ ‫ِب‬ ‫َم‬
Artinya:
Diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu
tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan
janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat
berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama
yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang
yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi
petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali
(kepada-Nya).
Meskipun begitu Rasulullah Saw tidak berhak untuk
menambahkan atau mengurangi syariat Allah tersebut terlebih
lagi para sahabat, para ulama dan kita para umatnya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah pada surah Al-Haqqah ayat 43-47:
‫َتْنِز يٌل ِم ْن َر ِّب اْلَع اَلِم يَن‬
43. Ia (Al-Qur’an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh
alam
‫َو َلْو َتَقَّوَل َع َلْيَنا َبْع َض اَأْلَقاِو يِل‬
44. dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian
perkataan atas (nama) Kami
‫َأَلَخ ْذ َنا ِم ْنُه ِباْلَيِم يِن‬
45. pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya
‫ُثَّم َلَقَطْعَنا ِم ْنُه اْلَوِتيَن‬
46. kemudian Kami potong pembuluh jantungnya.
‫َفَم ا ِم ْنُك ْم ِم ْن َأَحٍد َع ْنُه َح اِج ِز يَن‬
47. maka tidak seorang pn dari kamu yang dapat menghalangi (Kami
untuk menghukumnya)
2) Diajarkan oleh para Nabi.

21
Para nabi ialah manusia-manusia terpilih di sisi Allah yang
mendapatkan wahyu dari Allah untuk menyampaikan dan
mengajarkan agama islam kepada para umat muslim. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT pada surah Al-Kahfi ayat 110:
‫ُقْل ِاَّنَم ٓا َاَن۠ا َبَش ٌر ِّم ْثُلُك ْم ُيْو ٰٓح ى ِاَلَّي َاَّنَم ٓا ِاٰل ُهُك ْم ِاٰل ٌه َّواِح ٌۚد َفَم ْن َك اَن َيْر ُجْو ا ِلَقۤا َء َر ِّبٖه‬
‫ࣖ َفْلَيْع َم ْل َع َم اًل َص اِلًحا َّو اَل ُيْش ِرْك ِبِع َباَد ِة َر ِّبٖٓه َاَح ًدا‬.
Artinya:
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya
seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima
wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan
Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap
pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia
mengerjakan kebajikan dan janganlah dia
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah
kepada Tuhannya.”
3) Ajarannya tauhid kepada Allah.
Para nabi hanya mengajarkan ilmu tauhid. Hal ini sesuai
dengan firman Allah pada surah Al-Anbiya ayat 25:
‫۠ا‬
‫َو َم ٓا َاْر َس ْلَنا ِم ْن َقْبِلَك ِم ْن َّرُسْو ٍل ِااَّل ُنْو ِح ْٓي ِاَلْيِه َاَّنٗه ٓاَل ِاٰل َه ِآاَّل َاَن َفاْع ُبُد ْو ِن‬
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau
(Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa
tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka
sembahlah Aku.
Ajaran tauhid berkembang luas karena pada masa kehidupan
Rasul, para umat islam tidak banyak bertanya mengenai ilmu
ketuhanan atau apa yang disampaikan oleh rasul, tetapi mereka
bersifat sami’na wa atha’na (kami dengan dan kami taati). Namun
pada masa setelah Rasul wafat dan islam semakin luas dan
berkembang, muncul banyak persoalan dalam bidang ketuhanan.
Oleh karena itu, para ulama mulai mengkaji ajaran tauhid dari
sumber ajaran al-quran dan hadist dengan tujuan untuk:

22
o Memberikan jawaban dari persoalan-persoalan ketauhidan
yang tumbuh di kalangan umat islam.
o Memberikan jawaban terhadap pengaruh-pengaruh
kepercayaan dan paham-paham yang telah masuk ke agama
islam.
o Memperjelas ajaran ketauhidan karena menurut para ulama
masalah ini masih dianggap samar dalam al-quran dan hadist
oleh masyarakat awam.
· Mengikuti jejak nabi Ibrahim yang tidak pernah berbuat
syirik. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surah Al-An’am
ayat 161:
‫ُق ْل ِاَّنِنْي َه ٰد ىِنْي َر ِّبْٓي ِاٰل ى ِص َر اٍط ُّم ْس َتِقْيٍم ۚە ِد ْيًن ا ِقَيًم ا ِّم َّل َة ِاْب ٰر ِهْيَم َحِنْيًف ۚا َو َم ا َك اَن ِم َن‬
‫اْلُم ْش ِر ِكْيَن‬.
Artinya:
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah
memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang
benar, agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak
termasuk orang-orang musyrik.”
Pada masa kaum Nabi Ibrahim AS, syirik berawal dari
keahlian umat Nabi Ibrahim AS dalam ilmu falak dan
perbintangan. Menurut Al-Jashshash, umat Nabi Ibrahim AS
yang pandai ilmu Nīranj dan ilmu perbintangan membuat
berhala yang berjumlah tujuh bintang dan menyembahnya.
Mereka akan menyembah berhala-berhala tersebut sesuai
dengan keinginan mereka. Lebih lanjut, Al-Jashshash
mengatakan bahwa kaum Nabi Ibrahim tersebut jika ingin
mengadu nasib, pertolongan, dan menyampaikan keinginan
mereka akan mendekati berhala-berhala tersebut. Melihat
kesyirikan mereka, Allah SWT pun mengutus Nabi Ibrahim
AS untuk menyampaikan dakwah kepada mereka. Dan
meskipun mereka tetap berpegang teguh kepada keyakinan
mereka dalam menyembah berhala, Nabi Ibrahim tidak goyah

23
dalam berdakwah dan menghancurkan berhala-berhala
tersebut. Hal itu membuat para umat penyembah berhala
marah dan ingin membakar Nabi Ibrahim AS hidup-hidup dan
Allah memberikan pertolongan kepada Nabi Ibrahim berkat
doanya dengan membuat api yang membakar tubuhnya terasa
dingin karena Nabi Ibrahim. Bahkan pada saat seperti itupun
Nabi Ibrahim tetap tidak berbuat syirik.
Ajaran murni kalangan Ahli Kitab ialah tauhid juga. Hal ini
sesuai dalam firman Allah surah Al Imran ayat 64:
‫ُقْل ٰٓيَاْهَل اْلِكٰت ِب َتَع اَلْو ا ِاٰل ى َك ِلَم ٍة َس َو ۤا ٍۢء َبْيَنَنا َو َبْيَنُك ْم َااَّل َنْع ُبَد ِااَّل َهّٰللا َو اَل ُنْش ِر َك ِبٖه َش ْئًـا‬
‫َّو اَل َيَّتِخ َذ َبْعُضَنا َبْعًضا َاْر َباًبا ِّم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللاۗ َفِاْن َتَو َّلْو ا َفُقْو ُلوا اْش َهُد ْو ا ِبَاَّنا ُم ْس ِلُم ْو َن‬.
Artinya:
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita)
menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami
dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa
kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah.
Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka),
“Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
Ayat ini merupakan seruan atau ajakan untuk para ahli kitab
agar tidak mempersekutukan Allah dengan menyembah yang lain
selain Allah.
4) Sejalan dengan fitrah manusia.
Karena manusia berasal dari Dzat yang menciptakan dan
mengetahui sifat-sifat manusia. Sesuai firman Allah pada surah
Ar-Rum ayat 30:
‫َفَاِقْم َو ْج َهَك ِللِّدْيِن َحِنْيًفۗا ِفْطَر َت ِهّٰللا اَّلِتْي َفَطَر الَّناَس َع َلْيَهۗا اَل َتْبِد ْيَل ِلَخ ْلِق ِهّٰللاۗ ٰذ ِلَك الِّدْيُن‬
‫اْلَقِّيُۙم َو ٰل ِكَّن َاْكَثَر الَّناِس اَل َيْع َلُم ْو َۙن‬
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan
manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan

24
Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui,
b. Ghaira Dienillah (Selain Agama Allah SWT).
Agama yang tidak tunduk dan taat kepada perintah dan ajaran
Allah bukanlah agama Allah (Ghaira Dinillah). Hal ini termasuk dalam
firman Allah surah Al- Imran ayat 83:

‫َاَفَغْيَر ِد ْيِن ِهّٰللا َيْبُغ ْو َن َو َلٗه ٓ َاْس َلَم َم ْن ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َطْو ًعا َّو َكْر ًها َّو ِاَلْيِه ُيْر َج ُعْو َن‬.
Artinya:
Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama
Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya,
(baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka
dikembalikan?.
Ghaira dienillah dikarenakan oleh:
1) Ajarannya dibuat oleh manusia.
Para manusia yang mengikuti jejak nenek moyang tanpa ilmu
ataupun pemuka agama yang mengubah agama Allah. Seperti
yang tertuang dalam surah Al-Baqarah ayat 170:
‫َو ِاَذ ا ِقْيَل َلُهُم اَّتِبُعْو ا َم ٓا َاْنَز َل ُهّٰللا َقاُلْو ا َبْل َنَّتِبُع َم ٓا َاْلَفْيَنا َع َلْيِه ٰا َبۤا َء َناۗ َاَو َلْو َك اَن ٰا َبۤا ُؤُهْم اَل َيْع ِقُلْو َن‬
‫َش ْئًـا َّو اَل َيْهَتُد ْو َن‬.
Artinya:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami
mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami
(melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abu
Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas,
bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-
orang Yahudi yang diajak oleh Rasulullah Saw. untuk memeluk
Islam, lalu mereka menjawab bahwa mereka hanya mau mengikuti
apa yang mereka dapati nenek moyang mereka melakukannya.
2) Pemuka agama menempatkan diri mereka sebagai pembuat ajaran.

25
‫ِاَّتَخ ُذ ْٓو ا َاْح َباَر ُهْم َو ُر ْهَباَنُهْم َاْر َباًبا ِّم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللا َو اْلَم ِس ْيَح اْبَن َم ْر َيَۚم َو َم ٓا ُاِم ُر ْٓو ا ِااَّل ِلَيْعُبُد ْٓو ا‬
‫ِاٰل ًها َّواِح ًد ۚا ٓاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَۗو ُسْبٰح َنٗه َع َّم ا ُيْش ِر ُك ْو َن‬
Artinya:
Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-
rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-
Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain
Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Salah satu cara mereka ialah dengan membuat ayat dan
menisbatkan kepada Allah, seperti yang tertuang dalam surah Ali-
Imran ayat 78:
‫َو ِاَّن ِم ْنُهْم َلَفِرْيًقا َّيْلٗو َن َاْلِس َنَتُهْم ِباْلِكٰت ِب ِلَتْح َس ُبْو ُه ِم َن اْلِكٰت ِب َو َم ا ُهَو ِم َن اْلِكٰت ِۚب َو َيُقْو ُلْو َن ُهَو‬
‫ِم ْن ِع ْنِد ِهّٰللا َو َم ا ُهَو ِم ْن ِع ْنِد ِهّٰللاۚ َو َيُقْو ُلْو َن َع َلى ِهّٰللا اْلَك ِذَب َو ُهْم َيْع َلُم ْو َن‬
Artinya:
Dan sungguh, di antara mereka niscaya ada segolongan yang
memutarbalikkan lidahnya membaca Kitab, agar kamu
menyangka (yang mereka baca) itu sebagian dari Kitab,
padahal itu bukan dari Kitab dan mereka berkata, “Itu dari
Allah,” padahal itu bukan dari Allah. Mereka mengatakan hal
yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.
Dan
hal-hal syirik tersebut dilakukan hanya semata-mata demi
kesenangan duniawi dengan mengambil keuntungan dari
perbuatannya. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah pada surah
Al-Baqarah ayat 79:
‫َفَو ْيٌل ِّلَّلِذ ْيَن َيْكُتُبْو َن اْلِكٰت َب ِبَاْيِد ْيِه ْم ُثَّم َيُقْو ُلْو َن ٰه َذ ا ِم ْن ِع ْنِد ِهّٰللا ِلَيْش َتُرْو ا ِبٖه َثَم ًنا َقِلْياًل ۗ َفَو ْيٌل‬
‫َّلُهْم ِّمَّم ا َكَتَبْت َاْيِد ْيِه ْم َو َو ْيٌل َّلُهْم ِّمَّم ا َيْك ِس ُبْو َن‬
Artinya:
Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan
mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan
maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka

26
celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah
mereka karena apa yang mereka perbuat.
3) Ajarannya menyekutukan Allah dengan makhluknya.
Menyekutukan Allah dengan hal-hal lain selain dengan
diri-Nya ialah perbuatan syirik. Perbuatan syirik memiliki
berbagai tingkatan, mulai dari yang samar-samar hingga yang
jelas. Syirik yang terlihat jelas di antaranya menyembah atau
mengabdi kepada selain Allah juga kepada makhluk-Nya. Syirik
merupakan perbuatan yang sangat dilarang karena syirik
merupakan kezhaliman terbesar. Kezhaliman tersebar tersebut
yakni menyembah selain daripada Allah SWT. Firman Allah yang
menyebutkan bahwa syirik merupakan dosa besar terdapat pada
surah An Nisa ayat 48:
‫ِاَّن َهّٰللا اَل َيْغ ِفُر َاْن ُّيْش َر َك ِبٖه َو َيْغ ِفُر َم ا ُد ْو َن ٰذ ِلَك ِلَم ْن َّيَش ۤا ُء ۚ َو َم ْن ُّيْش ِرْك‬
‫ِباِهّٰلل َفَقِد اْفَتٰٓر ى ِاْثًم ا َع ِظ ْيًم ا‬
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena
mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa
(dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.
Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah
berbuat dosa yang besar.
4) Ajarannya mengikuti hawa nafsu dan tidak sesuai dengan
fitrahnya.
Hal ini seperti yang terletak pada surah Ar-Rum ayat 29-30:
‫َبِل اَّتَبَع اَّلِذ ْيَن َظَلُم ْٓو ا َاْهَو ۤا َء ُهْم ِبَغْيِر ِع ْلٍۗم َفَم ْن َّيْهِد ْي َم ْن َاَض َّل ُهّٰللاۗ َو َم ا َلُهْم ِّم ْن ّٰن ِص ِر ْيَن‬.
Artinya:
Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya
tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki
orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka
seorang penolongpun.
Allah Swt. menjelaskan bahwa orang-orang musyrik itu
menyembah selain-Nya hanyalah karena kebodohan dan kurangnya

27
akal mereka. Mereka menyekutui Allah tanpa adanya pengetahuan
dan hanya mengikuti nafsu saja.
‫َفَاِقْم َو ْج َهَك ِللِّدْيِن َحِنْيًفۗا ِفْطَر َت ِهّٰللا اَّلِتْي َفَطَر الَّناَس َع َلْيَهۗا اَل َتْبِد ْيَل ِلَخ ْلِق ِهّٰللاۗ ٰذ ِلَك‬
‫الِّدْيُن اْلَقِّيُۙم َو ٰل ِكَّن َاْكَثَر الَّناِس اَل َيْع َلُم ْو َۙن‬
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah
menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Menurut tafsir ibnu katsir, ayat 30 surah Ar Rum tersebut
menjelaskan bahwa Allah Swt. berfirman, bahwa luruskanlah
wajahmu menghadap kepada agama yang telah disyariatkan oleh
Allah bagimu, yaitu agama yang hanif, agama Ibrahim, yang telah
ditunjukkan oleh Allah kepadamu dan disempurnakan-Nya bagimu
dengan sangat sempurna. Selain dari itu kamu adalah orang yang
tetap berada pada fitrahmu yang suci yang telah dibekalkan oleh
Allah kepada semua makhluk-Nya. Karena sesungguhnya Allah
telah membekalkan kepada semua makhluk-Nya pengetahuan
tentang keesaan-Nya, dan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia.
E. Toleransi dalam Beragama
Secara umum, toleransi merupakan suatu sikap terbuka dan mengakui
adanya perbedaan baik dari suku bangsa, warna, bahasa, adat istiadat, budaya,
dan agama.
Berdasarkan artinya, kata toleransi berasal dari bahasa Latin "tolerare"
yang berarti menahan diri, sabar, menghargai pendapat orang lain, terbuka hati
dan toleran. orang lain yang berbeda pandangan atau agama. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia, toleransi adalah sifat atau sikap toleransi (menghargai,
membiarkan) suatu posisi (pendapat, pandangan, keyakinan, kebiasaan, dan
perilaku) yang berbeda atau bertentangan dengan posisi diri sendiri. Dalam
bahasa Arab, toleransi disebut “tasamuh” yang artinya murah hati, saling
membolehkan, dan saling memudahkan.

28
Maka dapat disimpulkan bahwa toleransi beragama merupakan sikap sabar
dan menahan diri untuk tidak menggangu dan tidak melecehkan agama
ataupun cara beribadah agama lain.
Toleransi dalam beragama harus dipahami sebagai pengakuan kita akan
adanya agama-agama lain selain agama Islam yang memiliki cara beribadah
yang berbeda dan memberikan kebebasan untuk mereka menjalankan
keyakinan agamanya masing-masing.
Dalam Alquran terdapat beberapa ayat yang membahas tentang toleransi
salah satunya yaitu firman Allah dalam Q.S.. Al Hujurat ayat 13:
‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َجَع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفواۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهَّللا َأْتَقاُك ْم ۚ ِإَّن َهَّللا‬
‫َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬
Yang artinya: ”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.”
Dalam agama Islam, toleransi antar umat beragama yang berbeda
keyakinan merupakan salah satu risalah penting, karena Allah SWT
senantiasa mengingatkan kita akan adanya keberagaman manusia.
Dalam agama Islam toleransi yang dijelaskan dalam Alquran dan Tafsir
merupakan toleransi menghargai dan menghormati pemeluk agama lain tanpa
adanya paksaan untuk memeluk agama Islam. Agama Islam memperbolehkan
untuk hidup saling berdampingan dalam bermasyarakat dan bernegara selama
mereka tidak memusuhi atau tidak memerangi umat Islam.
Konsep bertoleransi dalam agama Islam sangatlah praktis dan tidak
berbelit, akan tetap jika dihubungkan dengan akidah dan ibadah umat Islam
tidak mengenal adanya kata kompromi. Hal ini dapat diartikan bahwa
keyakinan umat Islam terhadap Allah SWT tidak bisa disamakan dengan
agama-agama lain terhadap Tuhan mereka.

29
Secara umum dalam Alquran dan sunnah Nabi SAW sangat menekankan
tentang pentingnya keadilan, kasih sayang, dan rasa kemanusiaan yang semua
itu merupakan pilar-pilar dalam bertoleransi.
Sebagai seorang muslim tentunya kita harus bisa menghormati keyakinan
yang dianut oleh orang lain. Dalam Alquran terdapat beberapa ayat yang
menjelaskan tentang sikap kita dalam bertoleransi yang dapat kita lakukan
untuk menghormati orang lain dalam beragama, yaitu :
a. Kita tidak boleh memaksakan orang lain untuk memeluk agama
Islam. (Q.S. 2:256)
‫ٓاَل ِاْك َر اَه ِفى الِّدْيِۗن َقْد َّتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي ۚ َفَم ْن َّيْكُفْر ِبالَّطاُغ ْو ِت َو ُيْؤ ِم ْۢن ِباِهّٰلل َفَقِد اْسَتْمَس َك‬
‫ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثٰق ى اَل اْنِفَص اَم َلَهاۗ َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم‬
Yang artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan
jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman
kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali
yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui.”
b. Kita tidak boleh menghina atau pun mengejek keyakinan agama
lain. (Q.S. 6:108)
‫َو اَل َتُسُّبوا اَّلِذ ْيَن َيْدُع ْو َن ِم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللا َفَيُسُّبوا َهّٰللا َع ْد ًو ۢا ِبَغْيِر ِع ْلٍۗم َك ٰذ ِلَك َز َّيَّنا ِلُك ِّل ُاَّمٍة َع َم َلُهْۖم ُثَّم‬
‫ِاٰل ى َر ِّبِهْم َّم ْر ِج ُعُهْم َفُيَنِّبُئُهْم ِبَم ا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن‬
Artinya:
Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami
jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.
Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
kerjakan.
c. Kita tidak boleh mengganggu ataupun menghalangi kegiatan
ibadah agama lain.

30
Dalam menjalankan sikap toleransi, kita sebagai seorang muslim
tidak boleh mengganggu ataupun menghalangi agama lain dalam
melakukan kegiatan beribadah di tempat ibadah mereka masing-
masing.
d. Kita tidak boleh menghancurkan atau merusak tempat ibadah
dari agama lain. (Q.S. 22:40)
‫اَّلِذ ْيَن ُاْخ ِر ُجْو ا ِم ْن ِدَياِر ِهْم ِبَغْيِر َح ٍّق ِآاَّل َاْن َّيُقْو ُلْو ا َر ُّبَنا ُهّٰللاۗ َو َلْو اَل َد ْفُع ِهّٰللا الَّناَس َبْع َض ُهْم‬
‫ِبَبْع ٍض َّلُهِّد َم ْت َص َو اِم ُع َو ِبَيٌع َّوَص َلٰو ٌت َّو َم ٰس ِج ُد ُيْذ َك ُر ِفْيَها اْس ُم ِهّٰللا َك ِثْيًر ۗا َو َلَيْنُص َر َّن ُهّٰللا َم ْن‬
‫َّيْنُصُر ۗٗه ِاَّن َهّٰللا َلَقِو ٌّي َع ِز ْيٌز‬
Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa
alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami
ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya
banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang
yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat,
Mahaperkasa.
e. Kita wajib memperlakukan orang yang yang berbeda keyakinan
dengan perlakuan baik (Q.S. 60:8)
‫اَل َيْنٰه ىُك ُم ُهّٰللا َع ِن اَّلِذ ْيَن َلْم ُيَقاِتُلْو ُك ْم ِفى الِّدْيِن َو َلْم ُيْخ ِر ُجْو ُك ْم ِّم ْن ِدَياِرُك ْم َاْن َتَبُّر ْو ُهْم َو ُتْقِس ُطْٓو ا‬
‫ِاَلْيِه ْۗم ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم ْقِسِط ْيَن‬
Artinya:
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan
tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
Sebagai seorang muslim kita wajib menjaga keyakinan kita. Dalam
menjaga keyakinan kita ada beberapa larangan yang tidak boleh kita
lakukan, yaitu:

31
a. Kita dilarang membenarkan ataupun mengikuti ritual ibadah
agama lain (Q.S. 109:4-5)
Walau kita menjalankan sikap toleransi beragama bukan berarti
kita juga membenarkan ajaran ataupun ritual yang dilakukan oleh
agama lain. Seperti tercantum pada Q.S. Al Kafirun ayat 4 dan 5 :
‫َو آَل َاَن۠ا َعاِبٌد َّم ا َع َبْد ُّتْۙم‬
Artinya: "dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah"
‫آَل َاْنُتْم ٰع ُد ْو َن آ َاْع ُبُۗد‬
‫َم‬ ‫ِب‬ ‫َو‬
Artinya: "dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa
yang aku sembah."
b. Kita dilarang untuk beribadah dan berdoa dengan cara yang
dilakukan oleh agama lain
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalian pasti akan
mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang sebelum kalian sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga seandainya mereka
menempuh (masuk) ke dalam lobang biawak kalian pasti akan
mengikutinya". Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah yang
baginda maksud Yahudi dan Nasrani?". Beliau menjawab: "Siapa lagi
(kalau bukan mereka) ". (HR Bukhari)
c. Kita dilarang memakai simbol dari keyakinan agama lain.
Dalam riwayat Amru bin Syu'aib, Rasulullah SAW bersabda:
“Bukan golongan kami orang yang menyerupai selain kami, maka
janganlah kalian menyerupai kaum Yahudi dan Nasrani, karena
mereka kaum Yahudi memberi salam dengan isyarat jari jemari, dan
kaum Nasrani memberi salam dengan isyarat telapak tangannya. “
(HR at-Tirmidzi).
Pada riwayat lain oleh Ibnu Umar Ra, Rasulullah SAW.
bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia
termasuk darinya” (HR. Abu Dawud)
d. Kita juga dilarang membenci kekafiran sebagaimana Ia
membenci dimasukan dalam api neraka.

32
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik Z, Nabi SAW bersabda:
“Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih manisnya
iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2)
ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah
, (3) ia membenci untuk kembali kepada kekafiran—setelah Allah
menyelamatkannya darinya—sebagaimana ia benci apabila dilempar
ke dalam api.”
 Berdakwah dengan hikmah dan cara terbaik. (Q.S. 16:125)
‫ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِة َو َج اِد ْلُهْم ِباَّلِتْي ِهَي َاْح َس ُۗن ِاَّن َر َّبَك ُهَو َاْعَلُم‬
‫ِبَم ْن َض َّل َع ْن َس ِبْيِلٖه َو ُهَو َاْعَلُم ِباْلُم ْهَتِد ْيَن‬
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama merupakan sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Dalam kitab Al-Qur’an menyebut agama dengan Ad-Dien.
Agama adalah hal penting untuk membimbing individu dalam menjalani
kehidupan, baik bersifat individu maupun sosial. Keberadaan agama
menjadikan arah hidup manusia, dengan beberapa aturan-aturan untuk

33
dijalankan bertujuan untuk mengatur bertingkah laku sesuai dengan ajaran
agama. Sikap manusia terhadap agama berbeda-beda, diantaranya ada
atheis, musyrik, pluralisme, sekuler, dan mukmin. Agama dapat dibagi
menjadi dua, yaitu Dinullah (agama Allah SWT) dan Ghaira Dinillah
(selain agama Allah SWT). Manusia haruslah menerapkan sikap toleransi
dalam beragama, contohnya tidak memaksakan orang lain untuk memeluk
agama islam, tidak menghina ataupun mengejek keyakinan agama lain,
tidak mengganggu ataupun menghalangi kegiatan ibadah agama lain, tidak
menghancurkan atau merusak tempat ibadah dari agama lain, wajib
memperlakukan orang yang berbeda keyakinan dengan baik.

B. Saran
Sebagai seorang muslim, hendaknya agama selalu dijadikan
sebagai pendamping jalannya kehidupan baik dalam berperilaku ataupun
ketika mengambil keputusan. Seorang mukmin yang baik akan senantiasa
taat dan patuh kepada Allah, menaati perintahnya dan menjauhi
larangannya. Hendaknya kita selalu memperdalam ilmu agama demi dapat
memaknai besarnya korelasi antara kehidupan dunia dengan kehidupan
akhirat. Seorang mukmin akan senantiasa menjaga toleransi antarumat
beragama. Karena sejatinya, Islam mencintai perdamaian, dan tanpa
adanya sikap saling menghormati, kedamaian tidak akan pernah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Yasir, Muhammad. 2014. “Makna Toleransi Al-Quran” dalam Jurnal Ushluhuddin Vol.
XXII No. 2 (hlm. 170-179). Pekanbaru: UIN Suska.

Haryanto, Handrix Chris. 2016. “Apa Manfaat dari Agama” dalam Studi pada
Masyarakat Beragama Islam di Jakarta (hlm. 19-29). Jakarta Selatan: Universitas
Paramadina.

Wahid, Ramli Abdul. 2019. “Urgensi Agama bagi Masyarakat Global” dalam Buletin
Taqwa Universitas Medan Area Periode Juni 2019. Medan: Universitas Medan
Area.

34
Muniron, Muniron. 2015. “Makna dan Urgensi Agama Bagi Manusia” dalam Pengantar
Studi Islam. Kediri: IAIN Kediri.

Jamal, Misbahuddin. 2011. “Konsep Al-Islam dalam Al-Qur’an” dalam Jurnal Al-Ulum
Vol. 11, No. 2 (hlm. 283-308). Manado: STAIN Manado.

Sari, Diana Ana. 2019. “Makna Agama dalam Kehidupan Modern” dalam Cakrawala:
Jurnal Studi Islam (hlm. 16-22). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Sayekti, Retno. 2017. Theologi Islam: Ilmu Tauhid. Medan: UIN Sumatera Utara.

Fridayanti, Fridayanti. 2015. “Religiusitas, Spiritualitas Dalam Kajian Psikologi dan


Urgensi Perumusan Religusitas Islam”. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

Choironi, Alvin Nur. 2019. “Asal Mula Syirik pada Masa Nabi Ibrahim as.”,
https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/asal-mula-syirik-pada-masa-nabi-ibrahim-
as-FGSYU, diakses pada 18 Februari 2022 pukul 22.53.

Kristina, Kristina. 2021. “Termasuk Dosa Besar, Ini Sebutan Orang yang Menyekutukan
Allah”, https://news.detik.com/berita/d-5667912/termasuk-dosa-besar-ini-sebutan-
orang-yang-menyekutukan-allah, diakses pada 19 Februari 2022 pukul 00.26.

Sasongko, Agung. 2016 “Gunakan Atribut Agama Lain, Bolehkah?”,


https://republika.co.id/berita/oiojn9313/gunakan-atribut-agama-lain-bolehkah,
diakses pada 19 februari 2022 pukul 03.56.

Ayu, Ajeng. 2021. “Ini Bacaan QS Al-Kafirun Beserta Arti dan Keutamaannya”,
https://mediaindonesia.com/humaniora/434164/ini-bacaan-qs-al-kafirun-beserta-
arti-dan-keutamaanya, diakses pada 19 februari 2022 pukul 03.57.

Ubay, Ubay. 2021. “Atheis Adalah”, https://adalah.co.id/atheis/, diakses pada 19


Februari 2022 pukul 06.03.

Yuliovictory, Yuliovictory. 2015. “Pluralisme dalam Pandangan Islam”,


https://yuliovictory.wordpress.com/2015/04/30/pluralisme-dalam-pandangan-
islam/, diakses pada 19 Februari 2022 pukul 08.06.

35
Savero, Muhammad Farel dan Frederikus Fios. 2020, “Menimbang Sekularisme dari
Sudut Pandang Agama (Sebuah Refleksi)”,
https://binus.ac.id/character-building/2020/05/menimbang-sekularisme-dari-
sudut-pandang-agama-sebuah-refleksi/, diakses pada 19 Februari pukul 09.13.

Anonim. 2013, “Arti Mukmin-Orang Mukmin”,


https://contohdakwahislam.blogspot.com/2013/02/arti-mukmin.html, diakses pada
19 Februari pukul 10.02.

36

Anda mungkin juga menyukai