Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

Power Shift To Connected Customers

Oleh :

Baskoro Qomarul Andi 241212002


Bagus Wicaksono Kurniawan 241212007
Setyo Budi Hadi 241212009

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
I. PENDAHULUAN
Perkembangan dunia yang menghubungkan segalanya, akibat kemajuan
teknologi informasi yang berkembang begitu cepat sehingga seseorang dapat dengan
mudahnya menyebarkan informasi-informasi tentang pengalaman mereka terkait
suatu produk. Sehingga para pelanggan dengan mudahnya dipengaruhi oleh channel-
channel yang mereka anggap terpercaya, sebut saja teman atau kerabat mereka. Itu
artinya ada pergeseran kekuatan ke pelanggan terhubung (power shift to the
connected customer) di mana kekuatan horizontal, inklusif, dan sosial mengalahkan
kekuatan vertikal, eksklusif, dan individu, komunitas pelanggan menjadi semakin kuat

II. PERGESERAN KEKUATAN KE PELANGGAN TERHUBUNG

1. Dari Eksklusif ke Inklusif

Perubahan dari Eksklusif ke Inklusif ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut :
- Berubahnya struktur kekuatan dunia dari Hegemoni menjadi struktur kekuatan Mu
ltilateral. Negara adidaya yaitu Uni Eropa dan Amerika Serikat, menyadari bahwa
beberapa kekuatan ekonomi bergeser ke seluruh dunia, terutama ke Asia, yang
telah mengalami pertumbuhan yang stabil dalam beberapa tahun terakhir. Negara
adidaya akan tetap kuat; hanya saja negara lain mendapatkan lebih banyak
kekuasaan dari waktu ke waktu. Kekuatan ekonomi tidak lagi terkonsentrasi tetapi
lebih merata

- Kekuatan ekonomi tidak lagi terkonsentrasi, tetapi tersebar lebih merata, lebih mu
da, lebih produktif, dan meningkatnya pendapatan yang menciptakan permintaan
yang kuat akan produk dan jasa sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi itu 
sendiri.

- Pergeseran itu berpengaruh juga terhadap dunia ekonomi. Di negara berkembang


banyak usaha rintisan muncul yang meniru negara maju, dengan adaptasi lokal
dalam menjalankannya. Contohnya bisa dikatakan Gojek di Indonesia yang
terinspirasi dari Uber, atau Grab di Malaysia yang meniru Uber. Ini bisa dikatakan
hal baik, karena untuk merasakan pelayanan yang sama tidak perlu menunggu
perusahaan Negara Maju menginjakkan kakinya di Negara Berkembang.

- Saat ini juga telah mengalami pergeseran dalam kehidupan manusia dari yang
sebelumnya eksklusif saat ini menjadi inklusif, manusia juga dituntut untuk hidup
secara harmonis walaupun terjadi perbedaan hal tersebut ditandai dengan
munculnya media social, media social melewati berbagai batas dan rintangan baik
rintangan dalam bentuk geografis maupun demografis. Media Sosial semakin
maju dengan penciptaan kolaboratif dalam hal inovasi Researchgate, Wikipedia,
Quora, Medium yang merupakan wujud inklusivitas di media social.

- Contoh perusahaan misalnya The Body Shop yang bergerak Inklusif dengan
membangun nilai – nilai seperti mendukung perdagangan komunitas local dengan
tujuan mendapat suatu manfaat ekonomis
2. Dari Vertikal ke Horizontal

Perubahan dari Vertikal ke Horizontal dapat dilihat dengan beberapa hal sebagai
berikut :

- Terciptanya lapangan bisnis yang sepadan bagi perusahaan-perusahaan.
Globalisasi menciptakan level playing field. Daya saing perusahaan tidak akan
lagi ditentukan oleh ukuran, negara asal, atau keuntungan masa lalu mereka.
Perusahaan yang lebih kecil, lebih muda, dan berbasis lokal akan memiliki
kesempatan untuk bersaing dengan perusahaan yang lebih besar, lebih tua, dan
global. Akhirnya, tidak akan ada perusahaan yang terlalu mendominasi yang lain.
Sebaliknya, perusahaan dapat lebih kompetitif jika dapat terhubung dengan
komunitas pelanggan dan mitra untuk co-creation dan dengan pesaing untuk co-
opetition.

- Aliran Inovasi berubah dari Vertikal ( Perusahaan ke Pasar) menjadi Horizontal


(Pasar memberikan gagasan dan selanjutnya perusahaan yang melakukan
komersialisasi)
Di masa lalu, perusahaan percaya bahwa inovasi harus datang dari dalam; dengan
demikian, mereka membangun infrastruktur penelitian dan pengembangan yang
kuat. Akhirnya, mereka menyadari bahwa tingkat inovasi internal tidak pernah
cukup cepat bagi mereka untuk menjadi kompetitif di pasar yang selalu berubah.
Procter & Gamble (P&G), misalnya, belajar ini di awal tahun 2000, ketika
penjualannya dari produk baru diratakan. Ini kemudian mengubah model
penelitian dan pengembangannya menjadi model connect-and-develop. Model
yang lebih horizontal bergantung pada sumber luar untuk ide-ide yang pada
gilirannya akan dikomersialkan menggunakan kemampuan P &G internal.
Saingannya Unilever telah bergerak ke arah yang sama dengan memanfaatkan
ekosistem inovasi eksternalnya yang luas. Saat ini, inovasi bersifat horizontal;
pasar memasok ide-ide, dan perusahaan mengkomersialkan ide-ide.

- Konsep persaingan berubah dari vertikal menjadi horizontal


Teknologi adalah penyebab terjadinya pergeseran pasar dari merek mainstream
volume tinggi ke merek niche volume rendah. Dengan internet, kendala logistik
fisik tidak ada lagi untuk perusahaan dan merek yang lebih kecil. Inklusivitas
memungkinkan perusahaan untuk memasuki industri yang seharusnya tidak
mereka masuki di masa lalu. Hal ini memberikan peluang bagi perusahaan untuk
tumbuh tetapi menimbulkan ancaman kompetitif yang signifikan. Perbedaan
antara industri kabur, akan sangat menantang bagi perusahaan untuk melacak
pesaing mereka. Pesaing di masa depan akan datang dari industri yang sama serta
dari industri lain yang relevan dan terhubung. Beberapa tahun yang lalu,
perusahaan taksi dan jaringan hotel tidak akan membayangkan bersaing untuk
penumpang dan tamu dengan start-up teknologi seperti Uber dan Airbnb, yang
menyediakan transportasi pribadi dan penginapan. Untuk menemukan pesaing
laten, perusahaan harus mulai dengan tujuan pelanggan dan mempertimbangkan
alternatif potensial yang mungkin diterima pelanggan untuk mencapai tujuan
mereka. Perusahaan juga harus melacak pesaing dari luar pasar mereka. Pesaing
ini belum tentu perusahaan multinasional. Dalam beberapa tahun terakhir muncul
perusahaan besar dari pasar negara berkembang seperti Xiaomi dan Oppo.
Perusahaan-perusahaan ini berinovasi karena kebutuhan dan diciptakan di pasar
yang menantang. Mereka cocok dengan kualitas merek besar tetapi dengan harga
yang jauh lebih rendah. Hal ini dimungkinkan oleh opsi go-to-market online.
Sangat inovatif dan tangguh, perusahaan-perusahaan ini memiliki semua bahan
yang diperlukan untuk memperluas pasar mereka secara global.

- Konsep Kepercayaan pelanggan berubah dari Vertikal menjadi Horizontal


Pelanggan di masa lalu akan mudah dipengaruhi oleh kampanye pemasaran.
Mereka juga mencari dan mendengarkan otoritas dan keahlian. Tetapi penelitian
terbaru di seluruh industri menunjukkan bahwa sebagian besar pelanggan lebih
percaya pada faktor-f (teman, keluarga, penggemar Facebook, pengikut Twitter)
daripada dalam komunikasi pemasaran. Saran orang asing di media sosial dan
mempercayai mereka lebih dari yang mereka lakukan iklan dan pendapat ahli.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren ini telah mendorong pertumbuhan sistem
penilaian komunal seperti TripAdvisor dan Yelp. Dalam konteks seperti itu,
sebuah merek tidak lagi melihat pelanggan sebagai target belaka. Di masa lalu,
adalah umum bagi perusahaan untuk menyiarkan pesan mereka melalui berbagai
media iklan. Beberapa perusahaan bahkan menemukan diferensiasi yang tidak
begitu otentik untuk dapat menonjol dari keramaian dan mendukung citra merek
mereka. Akibatnya, merek ini sering diperlakukan sebagai kemasan kulit luar,
yang memungkinkan representasi palsu dari nilai sebenarnya. Pendekatan ini tidak
akan lagi efektif karena dengan bantuan komunitas mereka, pelanggan menjaga
diri terhadap merek buruk yang menargetkan mereka. Hubungan antara merek dan
pelanggan tidak lagi vertikal tetapi horizontal. Pelanggan dianggap sebagai teman
sebaya dan teman dari merek. Merek harus mengungkapkan karakter aslinya dan
jujur akan nilai sebenarnya sehingga merk akan dapat dipercaya.

3. Dari Individual ke Sosial

- Perubahan pola Individu ke Sosial yaitu terkait dengan pengambilan kputusan


konsumen dalam pembelian suatu barang.
- Kepedulian pelanggan / konsumen terhadap pendapat konsumen lain dan berbagai
pendapat meningkat hal tersebut akan meningkatkan gambaran dari perusahaan
dan merk menurut pelanggan itu sendiri. Ketika membuat keputusan pembelian,
pelanggan biasanya didorong oleh preferensi individu serta keinginan untuk
kesesuaian sosial. Tingkat kepentingan ini bervariasi termasuk seluruh industri
dan kategori. Pelanggan semakin peduli dengan pendapat orang lain. Mereka juga
berbagi pendapat mereka dan mengumpulkan kumpulan ulasan besar. Bersama-
sama, pelanggan melukiskan gambaran mereka sendiri tentang perusahaan dan
merek, yang seringkali sangat berbeda dari citra yang ingin diproyeksikan oleh
perusahaan dan merek.
- Internet, terutama media sosial, telah memfasilitasi perubahan besar ini dengan
menyediakan platform dan alat. Dengan konektivitas yang begitu luas, perilaku
pasar akan menjadi sangat berbeda. Misalnya, di banyak negara penelitian di
dalam toko menggunakan ponsel untuk membandingkan harga dan memeriksa
ulasan sedang tren. Konektivitas seluler memungkinkan pelanggan untuk
mengakses kebijaksanaan orang banyak dan membuat keputusan pembelian yang
lebih baik. Dalam lingkungan seperti itu, pelanggan lebih sesuai dengan pendapat
sosial. Bahkan, sebagian besar keputusan pembelian pribadi pada dasarnya akan
menjadi keputusan sosial. Pelanggan berkomunikasi satu sama lain dan berbicara
tentang merek dan perusahaan. Dari sudut pandang komunikasi pemasaran,
pelanggan tidak lagi menjadi target pasif tetapi menjadi media komunikasi yang
aktif.

III. KESIMPULAN
- Pergeseran kekuatan ke konsumen terhubung yaitu bisnis dengan kondisi yang
lebih horizontal, inklusif dan sosial harus diterima oleh perusahaan. Pasar yang
terjadi menjadi lebih inklusif dengan media social yang menghapus Batasan
geografis dan demografis yang memungkinkan masyarakat melakukan
komunikasi dan perusahaan berinovasi melalui kolaborasi.
- Pelanggan semakin berorientasi secara horizontal dan maskin waspada
komunikasi pemasaran merek dan lebih mengandalkan faktor – f ( teman,
keluarga, penggemar dan pengikut). Pelanggan menjadi semakin social daripada
sebelumnya dalam melakukan proses pembelian. Pelanggan lebih memperhatikan
longkaran social saat membuat keputusan pembelian dengan meminta nasihat dan
ulasan, baik seacara online maupun offline.

Pendekatan 5A dalam Marketing 4.0


 Aware

Dalam kondisi ini, para audiens Anda sudah mengenal akan produk dan brand yang Anda
jual. Mereka sudah sadar akan adanya sebuah brand atau produk yang Anda jual lewat iklan
berbagai media tradisonal seperti brosur, iklan, atau spanduk.

 Appeal

Pada tahapan ini, para audiens sudah mulai merasa tertarik dengan produk yang Anda jual.
Mereka mulai mempertimbangkan apakah mereka benar-benar butuh akan produk tersebut?
Mereka juga akan memikirkan apa mereka harus membeli produk itu?

 Ask

Karena audiens sudah tertarik dengan produk Anda dan mereka telah melakukan


pertimbangan, maka mereka akan mulai mempertanyakan atau mencari tahu berbagi
informasi secara mendalam tentang produk yang mereka suka.

Para audiens kemungkinan akan bertanya pada temannya yang sudah pernah beli, mencari
informasi ulasan di internet, atau mencari tahu berbagai komposisi barang dan harganya.
 Act

Setelah ketiga tahapan diatas sudah terlewati, audiens Anda akhirnya akan mulai berani
untuk bertindak. Akhirnya, mereka membeli produk yang memang mereka suka.

 Advocate

Jika pelanggan Anda merasa puas akan produk yang sudah dibelinya, maka mereka akan
menjadi advocate atas produk Anda. Artinya, mereka akan mulai merekomendasikan produk
yang sudah mereka beli. Caranya bisa bermacam-macam, seperti memberikan feedback,
rekemondasi, atau berbagai ulasan online atau offline.

Tips Menerapkan Marketing 4.0 secara Efektif

Sebuah perusahaan yang mampu mengambil hati masyarakat harus bisa

mempertahankan posisi tersebut. Konsistensi yang dilakukan oleh

perusahaan bisa dilakukan dengan cara mempertahankan kualitas produk,

mempertahankan karakter brand, mempertahankan hubungan baik dengan

konsumen, dan berbagai aspek lainnya.

Akan lebih baik lagi jika dalam proses mempertahankan konsistensi ini,

perusahaan juga melakukan hal lain yang bisa mengembangkan

citra brand.

Membangun brand image diperlukan berbagai tahap dan waktu yang tidak

sedikit. Berbagai uraian di atas merupakan cara membangun brand

image yang biasanya dilakukan oleh perusahaan besar. Anda dapat

mempraktekkan langkah-langkah tersebut pada perusahaan anda agar

nantinya dapat terkenal dan menjadi market leader.

Baca Juga: Memasarkan Produk? Perhatikan Beberapa Aspek Berikut

Ingin mengetahui lebih banyak informasi seputar dunia branding? Kunjungi

blog Dreambox Branding Agency di sini.

Satu Langkah Lagi Menuju Kehebatan


Jadwalkan konsultasi gratis selama 30 menit dengan para ahli kami.
Kontak Kami

Quick Links

Beranda
Tentang Kami
Blog
Kontak

Layanan
Branding Strategy
360° Digital Marketing
Website Development
Ikuti Kami


DREAMBOX

Dreambox Digital Marketing and Branding Consultant Terpercaya Bagi Bisnis Anda

Bisnis Anda harus beradaptasi di era teknologi dengan digital marketing untuk mempertahankan serta mengembangkan potensi yang

ada. Digital marketing dapat membantu bisnis Anda dalam meraih pasar yang lebih luas hingga ke sektor platform offline sekalipun.

Dreambox Digital Marketing Agency, Branding Agency Jakarta, Website menyediakan layanan digital marketing seperti Social Media

Management, Social Media Advertising, Influencer Management, Key Opinion Leader (KOL) Management, Search Engine Optimization

(SEO) Management, Search Engine Marketing (SEM) Management, Google Display Network (GDN) Management, dan berbagai digital

marketing tools lainnya. Layanan ini membantu bisnis Anda berkembang secara online, dan pastinya berdampak juga dalam sektor

offline.

Sembari menjalankan digital marketing, bisnis Anda juga membutuhkan branding yang kuat sebagai bentuk pembeda dengan

kompetitor yang ada. Branding yang kuat pastinya memiliki Brand Essence yang baik, seperti Brand Identity (logo brand dan nama

brand), Brand Guideline, Brand Architecture, dan Brand Value. Empat unsur tersebut merupakan bagian dari Brand Essence yang
harus dimiliki oleh sebuah bisnis untuk memiliki branding yang kuat. Dreambox Digital Marketing Agency Jakarta siap membantu Anda

dalam menemukan branding yang tepat.

Setelah memiliki branding yang kuat, bisnis Anda juga perlu memiliki website dengan traffic yang baik dan mudah untuk digunakan oleh

pengunjung. Dreambox Digital Marketing Jakarta dapat membantu Anda dalam mengembangkan website bisnis Anda secara optimal

dengan layanan Website Development. Website Development kami dilengkapi dengan Digital Marketing Tools seperti Search Engine

Optimization (SEO) yang akan membantu Anda mendapatkan traffic atau kunjungan website yang maksimal dalam jangka waktu lama.

Dengan demikian, brand bisnis Anda akan semakin mudah untuk ditemukan oleh audiens lama maupun baru.
© Copyright 2022 DREAMBOX Group. All Rights Reserved.

 Tentang Kami
 Layanan

 Portfolio
 Blog

 Kontak

Berdasarkan buku yang  berjudul Marketing 4.0, Moving from Traditional to Digital, karya


Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan tersebut, maka kita bisa mendapatkan
berbagai tips dalam menerapkan marketing 4.0 secara efektif pada bisnis yang sedang
dijalankan. Sehingga bisa bersaing secara sehat pada dunia digital marketing yang kian sengit
seperti saat ini. Berikut ini adalah tipsnya:

1. Gunakan Seluruh Media Pemasaran


Banyaknya media yang digunakan untuk tujuan pemasaran diciptakan agar mampu
memberikan pengalaman pada konsumen secara lancar dan konsisten. Dengan menggunakan
berbagai media, maka konsumen Anda akan lebih mudah dalam mengenal dan mengakses
seluruh informasi jasa atau produk yang Anda jual.

Oleh karena itu, gunakanlah media online maupun offline, kenapa? Karena marketing 4.0


menggunakan integrasi stlye dan sustance. Yang artinya, Anda tidak hanya harus
mengedepankan sisi upaya branding yang bagus, namun juga harus mampu menawarkan
konten yang sesuai, bagus dan terkini pada konsumen Anda.

3. Memberi Solusi

Saat ini, masyarakat sudah lelah dengan seluruh strategi pemasaran dalam bentuk iklan yang
bisa mereka jumpai dimana-mana. Marketing 4.0 hadir dengan memberikan solusi pemasaran
yang mampu menjadi jalan tengah antara kebutuhan pelanggan dan bisnis. Oleh karena itu,
pesan yang disampaikan tidak boleh terlalu fokus pada penjualan, namun juga memberikan
solusi atas apa yang memang benar-benar konsumen butuhkan.

Dalam buku marketing 4.0, telah dijelaskan bahwa para penjual harus mengalisa titik frustasi
pelanggannya. Khususnya, ketika mereka menggunakan suatu produk atau jasa layanan. Dari
sana, Anda harus memikirkan tentang bagaimana fungsi produk yang Anda tawarkan mampu
membantu masalah pelanggan Anda.

3. Mempraktikkan Antropologi Digital

Pada poin ini, Anda akan lebih fokus pada pengertian 4.0 yang digabungkan dengan sentuhan
konsumen secara manusiawi dengan kecanggihan teknologi yang saat ini terus berkembang.
Dalam aspek antropologi digital, teknologi yang ada saat ini akan berinteraksi secara aktif
atau antarmuka digital.

Proses ini juga akan memperlihatkan bagaimana konsumen akan berprilaku dalam konteks
teknologi, serta bagaimana teknologi yang digunakan oleh manusia mampu secara efektif
berinteraksi antar satu dengan yang lainnya.

Salah satu praktiknya adalah social listening, yang merupakan suatu proses proaktif dalam
memantau percakapan tentang suatu media di internet, khususnya media sosial dan dalam
komunitas online.

Anda mungkin juga menyukai