Hezekiel - Proposal 45% Metopen.
Hezekiel - Proposal 45% Metopen.
Disusun oleh:
Hezekiel Baktiar H
NIM: 4411420064
Capung adalah jenis hewan yang memiliki bentuk tubuh yang unik. Capung ini golongan
serangga yang melimpah yangtermasuk dalam ordo odonata. Bentuk tubuh, ukuran tubuh dan
warna tubuhnya sangat beranekaragam. Bentuk tubuhnya ada yang ramping dan ada yang
besar. Bentuk tubuh ramping ini ukuran tubuhnya kecil, sedangkan bentuk tubuh yang besar
ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis yang ramping. Warna tubuhnya juga beranekaragam.
Warna capung yang banyak dijumpai di alam adalah capung warna hitam, merah bata, merah
cerah, biru, kuning, orange dan sebagainya. Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dari
jenis Capung. Bentuk dan warna dari berbagai jenis serangga sering menjadi inspirasi bagi
manusia untuk menciptakan benda yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Bentuk tubuh serangga seperti kumbang sumber inspirasi bagi manusia dalam menciptakan
sepeda motor yang unik, belalang sumber inspirasi untuk menciptakan berbagai macam robot
mainan, robot dalam film kartun, capung sumber inspirasi bagi manusia menciptakan
helikopter dan pesawat terbang. Helikopter dan pesawat terbang adalah alat transportasi yang
sangat dibutuhkan manusia. Adanya pesawat ini manusia bisa berpindah tempat dalam waktu
yang singkat dari suatu daerah ke daerah lain melalui udara seperti capung. Begitu juga
dengan coraknya yang beranekaragam pada tubuhnya juga menginpirasi manusia
menciptakan berbagai corak kain atau batik serta kain lainnya yang dibutuhkan manusia.
Pada dasarnya setiap mahkluk hidup yang diciptakan oleh sang pencipta pasti ada
manfaatnya. Manfaat atau
peran lain dari capung yang tidak kalah penting adalah perannya dalam lingkungan atau
ekosistem.
Capung sangat berperan penting dalam ekosistem. Peranan ini secara tidak langsung sangat
menguntungkan kehidupan manusia. Capung dalam ekosistem dikenal sebagai predator,
polinator, pengendali populasi nyamuk, indikator lingkungan atau ekosisitem dan
sebagainya. Capung predator hama adalah capung yang memangsa atau memakan hama
tanaman. Capung ini sangat menguntungkan para petani, dimana capung dapat
mengendalikan populasi hama secara alami. Kemudian capung polinator adalah capung yang
membantu proses penyerbukan bunga pada tanaman. Kemudian informasi yang cukup
penting juga adalah Capung merupakan
jenis hewan pengendali populasi nyamuk. Larva capung yang hidup di air biasanya memakan
jentik-jentik nyamuk. Jentik-jentik nyamuk ini mengalami metamorfosis menjadi nyamuk.
Jadi peristiwa larva capung yang memangsa jentik-jentik nyamuk memutuskan siklus hidup
nyamuk. Peran capung yang lain yang tidak kalah penting untuk dibahas adalah capung
sebagai hewan indikator lingkungan.
Capung sebagai hewan indikator suatu tempat atau lingkungan tercemar atau tidak.
Keberadaan capung dan kelimpahannya dalam suatu lingkungan tertentu akan menunjukkan
kondisi lingkungan tersebut. Suatu daerah atau lingkungan yang jenisnya beranekaragam dan
populasinya melimpah, hal ini membuktikan bahwa daerah atau lingkungan tersebut masih
bersih. Sebaliknya juga apabila suatu daerah atau lingkungan yang keberadaanya susah
ditemukan dan populasi capung rendah, maka hal ini juga membuktikan daerah tersebut
sudah tercemar. Pencemaran yang dimaksud dalam hal ini adalah pencemaran lingkungan
atau ekosistem perairan. Bahkan jika keadaan tidak ditemukan jenisnya sama sekali atau
populasinya hilang, hal ini membuktikan suatu keadaan daerah atau lingkungan tersebut
sudah
tercemar.
Hal inilah yang menjadikan capung sebagai hewan indikator lingkungan. Capung mengalami
metamorfosis di perairan dan di udara. Capung mengalami metamorphosis ametabola
(metamorfosis tidak sempurnya). Metamorfosis capung ini mulai dari telur, nimfa, dan
imago. Capung jantan dan betina melakukan perkawinan. Capung betina iniakan
menghasilkan telur. Kemudian capung betina mencari tempat yang sesuai untuk
perkembangan telurnya. Tempat yang sesuai adalah permukaan air yang bersih. Kemudian
capung betina meletakkan telurnya pada permukaan air. Perkembangan selanjutnya telur
berubah menjadi nimfa. Nimfa capung ini hidup di dalam air. Kemudian nimfa mengalami
perubahan menjadi tahap imago (capung). Imago menjadi capung dewasa yang hidup di
udara. Hal yang sangat penting diketahui adalah capung tidak pernah meletakkan telur pada
perairan yang sudah tercemar. Capung mencari perairan yang masih bersih. Apabila dalam
suatu lingkungan atau ekosistem perairan sudah tercemar maka akan susah menemukan jenis
capung dan populaisnya, sehingga dapat dikatakan lingkungan sudah kotor
Keberadaan capung dan berbagai perannya dalam ekosistem ini sangat penting untuk
dipelajari dan diketahui manusia. Setiap makhluk hidup memiliki peran penting. Selain dari
berbagai peran capung yang sudah diketahui seperti predator, polinator, hewan indikator dan
sebagainya. Kemungkinan masih ada peran yang lain yang lebih penting bagi lingkungan dan
kehidupan manusia. Kemudian dilihat dari habitatnya yang sangat luas di permukaan bumi,
kemungkinan masih ada jenis-jenis capung yang belum dikenal dan dipublikasikan manusia.
Oleh karena itu manusia harus mempelajari, mengenal dan mencari tahu berbagai jenis
capung di berbagai daerah di seluruh permukaan bumi, termasuk spesies baru. Populasi
capung tersebar di seluruh dunia. Menurut Susanti (1998) ada 5000-6000 jenis capung yang
tersebar di seluruh dunia dengan berbagai macam habitat. Berdasarkan permasalahan di atas
penulis terdorong melakukan penelitian pada lokasi yang berbeda di daerah Tapanuli Selatan
dengan judul “STUDI KEANEKARAGAMAN CAPUNG (ODONATA) SEBAGAI
BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN AEK GODANG DI DAERAH
PARUREAN MEDAN SUMATERA UTARA”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah,
yaitu sebagai berikut:
1. Belum adanya penelitian tentang Capung (Odonata) di Parurean Medan Sumatera Utara.
2. Mengidenfikasi keanekaragaman Capung (Odonata) di Aek Godang Medan Sumatera
Utara.
3. Masih kurangnya pemahaman sebagai media pembelajaran terkait Capung (Odonata)
yang ada di Aek Godang Medan Sumatera Utara.
4. Bagaimanakah pengaruh hubungan antara kualitas air terhadap keanekaragaman Capung
di Aek Godang Medan Sumatera Utara?
5.
1. Bagi Peneliti
Memberikan informasi mengenai keanekargaman Capung (Odonata) di Aek
Godang Medan Sumatera Utara sehingga pada penelitian ini sendiri dapat menjadi
suatu tolak ukur dalam mengontrol kualitas perairan daerah tersebut.
Kondisi adalah suatu keadaan yang dimana pada peneltiian ini menjelaskan
tentang kualitas air sebagai bioindikator dan bertujuan untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan kualitas air Aek Godang Medan Sumatera Utara
Populasi adalah suatu istilah yang menjelaskan tentang jumlah spesies Capung
yang terdapat pada suatu habitat tertentu dengan menggunakan parameter
kepadatan dan frekuensi Capung.
Kualitas air adalah suatu karakteristik mutu yang diperlukan untuk pemanfaatan
tertentu dari berbagai sumber air. Pada kualitas air ini merupakan suatu dasar baku
mengenai syarat kualitas air yang dapat dimanfaatkan. Kualitas air merupakan suatu
ukuran yang dimana pada air tersebut memiliki uji fisika, kimia, biologi dan uji
kenampakan yang berdasarkan pada bau dan warna
Capung pada penelitian ini yang dimanfaatkan sebagai bioindikator adalah capung
yang pada umumnya sering ditemukan pada Aek Godang Medan Sumatera Utara.
Pada Capung ini sendiri biasanya ditemukan di dedaunan di Aek Godang Medan
Sumatera Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum capung dibedakan menjadi dua jenis, yaitu capung dan capung jarum. Berdasarkan
klasifikasi ilmiah, ordo Odonata mempunyai dua sub-ordo yaitu Anisoptera (capung) dan
Zygoptera (capung jarum). Keduanya memiliki perbedaan yang cukup jelas, dari bentuk mata,
sayap, tubuh dan perilaku terbangnya. Anisoptera (capung) memiliki sepasang mata majemuk
yang menyatu, ukuran tubuh yang relatif besar daripada Zygoptera (capung jarum), ukuran sayap
depan lebih besar daripada sayap belakang serta posisi sayap terentang saat hinggap, dan mampu
terbang cepat dengan wilayah jelajah luas. Zygoptera (capung jarum) memiliki sepasang mata
majemuk terpisah, ukuran tubuh relatif kecil, ukuran sayap depan dan belakang sama besar serta
posisi sayap dilipat diatas tubuh saat hinggap, kemampuan terbang cenderung lemah dengan
wilayah jelajah tidak luas (Rahadi et al. 2013).
Dalam ekosistem, capung mempunyai peran yang besar dalam menjaga keseimbangan rantai
makanan. Capung berperan sebagai predator serangga kecil lainnya, bahkan kanibal terhadap
jenisnya. Dalam konteks pertanian capung mampu menekan populasi serangga yang berpotensi
sebagai hama pertanian sebagai mangsanya (Feriwibisono 2011). Dalam konteks lain, capung
dapat memangsa nyamuk, lalat dan serangga lain yang merugikan (Susanti 1998). Sehinnga
kehadiran capung dalam suatu ekosistem dapat menjadi indikator keseimbangan ekosistem
tersebut.
Nimfa capung memangsa serangga- serangga kecil lain yang hidup di dalam air. Nimfa capung
dapat menampung polutan bersifat racun yang berasal dari mangsanya. Kenyataan ini bisa
diartikan bahwa kelangsungan hidup capung tergantung dari pencemaran habitatnya, sehingga
capung dapat digunakan sebagai bioindikator lingkungan aquatik (Watson, 1991). Selain itu,
capung juga berperan dalam bidang kesehatan maupun pertanian.
Klasifikasi Capung
Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Odonata
Morfologi Capung
Capung diklasifikasikankedalam kingdom animalia, kelasinsekta, ordo odonata, dan memiliki 2
sub ordo yakni sub ordo Anisoptera (dragonflies) dan sub ordo Zygoptera (damselflies)
(Triplehorn, 2005). Patty (2006) menyatakan capung diberi nama Odonata oleh Fabricius pada
tahun 1793. Nama tersebut diambil dari bahasa Yunani: odonta-gnata yang berarti rahang
bergigi. Capung termasuk kelompok insekta atau serangga yang memiliki ciri-ciri terdiri atas tiga
bagian, a) kepala (caput), b) dada (toraks), c) perut (abdomen).
Jenis Capung
Capung Besar (Sub Ordo Anisoptera)
Menurut Sigitet al. (2013) untuk membedakan sub Ordo anisoptera dapat dilihat dari bentuk
mata, sayap, tubuh, serta perilaku terbangnya. Sub ordo Anisoptera memiliki bentuk mata yang
menyatu, bentuk tubuh yang Lebih besar daripada capung jarum, Bentuk sayap depan lebih besar
daripada sayap belakang, Dan posisi sayap terentang saat hinggap.
Menurut Department of EnvironmentClimate Change and Water (NSW) (2009) jenis jenis
capung terdiri atas dua sub ordo salah satunya yakni, Sub Ordo Anisoptera terdiri atas beberapa
famili yakni Famili Austropetaliidae, Aeshnidae, Brachytronidae, Telephlebiidae, Lindeniidae,
Gomphidae, Petaluridae, Synthemistidae, Gomphomacromiidae, Pseudocorduliidae,
Cordulephyidae, Austrocorduliidae, Macromiidae, Corduliidae, Libellulidae.
LOKASI:
Sungai
Desa Parurean Kabupaten Tapanuli Utara
WAKTU PENELITIAN:
Bulan September Tahun 2023
NO Fokus Penelitian
Teknik Instrumen Teknik
Pengambilan analisis
1. Jumlah Spesies Studi Wawancara Deskriptif
Capung Dokumenter dan
Eksplorasi
Langsung
2. Manfaat Capung Studi Panduan Deskriptif
Bagi Ekosistem Dokumenter Secara
Perairan observasi
langsung
3. Faktor Studi Menggunaka Deskriptif
Bioindikator Dokumenter n indeks BOD
terhadap
Keanekaragaman
Capung
4. Ekosistem Studi Panduan yang Deskriptif
Perairan documenter dilakukan
Berdasarkan secara
Indeks observasi
Dominansi
Capung
3.9. Teknik Analisis Dan Penafsiran Data
DAFTAR PUSTAKA
Baruah C dan Saikia PK. 2015. Abundance and Diversity of Odonata in Different Habitats of
Barpeta District, Assam, India. International research journal Of Biological sciences vol 4 (9) :
17-27
Bun, T.H, Keng, W.L and Harmalainen, M.2010. Aphotographic guide to the Dragonflis of
Singapore. Singapore: Kepmedia Internasional
Cai Y, Ng CY, Ngiam RWJ. Diversity, Distribution, and Habitat Characteristics of Dragonflies
in Nee soon Frewshwater swamp forest, Singapore. Gardens Bulletin Singapore 70 : 123-153
Falcão de SÃ R, Castellani MA, Ribeiro AEL. Perez-Maluf R. Moreira AA. Nagamoto NS, do
Nascimento AS.
2012. Faunal analysis of the species Anastrepha in the fruit growing complex Gavião River.
Bahia. Brazil. Bull insect 65 (1) : 37-42
Hassal C, Thompson DJ. 2008. The Effects of Environmental warming on Odonata : a review.
International Journal of Odonatalogy 11, 131-153
Hartika W, Diba F, Wahdina. 2017. Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) pada Ruang
Terbuka Hijau Kota Pontianak. Jurnal Hutan Lestari Vol 5 (2) : 156-163
Ilhamdi ML. 2018. Pola Penyebaran Capung (Odonata) di Kawasan Taman Wisata Alam
Suranadi Lombok Barat. Jurnal Biologi Tropis, Vol 18 (1)
Kalkman VJ, Clausnitzer V, Djikstra KDB, Orr AG, Paulson DR, van Tol J. 2008. Global
Diversity of Dragonflies (Odonata) in Freshwater. Hydrobiologia 595: 351-363
Magurran AE. 1998. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom Helm Limited. London
[MAB] Man and Biosphere-Indonesia. 2008. Proposal Management Plan Cagar Biosfer Giam
Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau, Sumatra, Indonesia
Nuraeni S, Budiaman, Yaspeta S. 2019. Identification of Dragonfly and Damselfly Species
Around Mahaka River, Hasanuddin University Teaching Forest. IOP Conf. Series: Earth and
Environmental Sciencce 343 Orr AG. 2006. Odonata in Bornean Tropical Rain orest
Formations : Diversity. Endemicity and Implications for Conservation Management. Dalam buku
Forest and Dragonflies, ed. Adolfo Cordera Riviera: 51-78
Pamungkas DW. 2015. Keragaman Jenis Capung dan Capung Jarum (Odonata) di Beberapa
Sumber Air di Magetan, Jawa Timur. Proseding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia, 1 (6): 1295-1301
Rahman A dan Mujiyanto. 2013. Komunitas Fitoplankton di Taman Nasional Karimunjawa,
Jepara, Jawa Tengah. Widyariset, Vol 16 (3) : 395-402
Rizal S dan Hadi M. 2015. Inventarisasi Jenis Capung (Odonata) Pada Areal Persawahan di Desa
Pundenarum Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. BIOMA vol 17 (1): 16-20 Dow RA,
Advento AD, Turner EC, Caliman JP, Foster WA, Naim M, Snaddon Jl & Sudharto Ps. 2018.
Odonata from the BEFT Project area, Riau Province, Sumatra, Indonesia. Journal of the
International Dragonfly fund. 1-22.
Selvarasu et al. 2019. Divversity of odonates (Insecta : Odonata) in Different Habitats of Vellore
District, Tamil, Nadu, India in Eastern Ghats. International Journal Of Recent Scientific
Research Vol. 10 (04) : 32127- 32130
Sigit, W. Feriwibisono, B. Nugrahani,M.P. Putri,B. Makitan, T, 2013. Naga Terbang Wendit.
Malang: Indonesia Dragonfly Society.
Siregar AZ. 2016. Keanekaragaman dan Konservasi Status Capung di Kampus Hijau Universitas
Sumatera Utara, Medan-Indonesia. Jurnal Pertanian Tropik vol 3 (1): 25-30
Triandhika K, Haryanto D, Bilal M, Richard M, Setia TM. 2018. Keanekaragaman Ikan Air
Tawar di Tiga Tipe Habitat di Kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu Riau,
Sumatera. Proseding Studi Kekayaan Hayati Di Areal Inti Blok Humus Cagar Biosfer Giam Siak
Kecil Bukit Batu Riau: 94-103
Wijayanto AG. Nafisah NA, Laily Z, Zaman MN. 2016. Inventarisasi capung (Insecta : Odonata)
dan variasihabitatnya di Resort Tegal Bunder dan Teluk Terima Taman Nasional Bali Barat
(TNBB).